kadar total protein, albumin dan globulin pada … · kadar total protein, albumin dan globulin...
TRANSCRIPT
KADAR TOTAL PROTEIN, ALBUMIN DAN GLOBULIN PADA DARAH
SAPI PERAH BETINA BERUMUR SATU SAMPAI DUA BELAS BULAN
KRISOSTOMUS CAESAR YANTO NUGROHO
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ABSTRACT
KRISOSTOMUS CAESAR YANTO NUGROHO. Level of Total Protein,
Albumin and Globulin at Dairy Cattle From One Until Twelve Months of Age.
Under direction of SUS DERTHI WIDYHARI.
The aim of this reaserch is to analyze blood profil of total protein, albumin, and
globulins. Fifteen Friesien Holstein calves were used in this study and the calves
were divided into five groups of age. The blood was withdrawn from jugularis
vein using 5 ml syringe and 18G needle. Blood were sentrifuse with speed 1500
rpm during 15 minutes to take the serum. Serum have been analyzed using
spektofotometer to get the data. Quantitative data were counted using standart
deviation and using deskriptive methode for looking a value from each sampel.
The result of this study is physiologcal profiles of standart level of total protein,
albumin, and globulin at dairy cattle from one until twelve months of age that use
for reference.
Keywords : spectofotometer, cattle, blood, Total Protein, Albumin, Globulin
ABSTRAK
KRISOSTOMUS CAESAR YANTO NUGROHO. Kadar Total Protein, Albumin
dan Globulin Pada Darah Sapi Betina Berumur Satu sampai Dua Belas Bulan.
Skripsi. Dibimbing oleh SUS DERTHI WIDYHARI.
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi,
dan sampai saat ini masalah akan kecukupan gizi masih belum dapat diselesaikan.
Berbagai upaya pun telah dilakukan demi tercukupnya kebutuhan nutrisi
masyarakat. Pemerintah melakukan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan nutrisi
melalui peningkatan dan pemanfaatan sektor pertanian dan peternakan. Salah satu
sumber nutrisi yang penting adalah protein. Protein dapat diperoleh dari daging,
susu dan telur. Susu sapi merupakan bahan nutrisi yang cukup penting dan kaya
akan gizi (Zhang et.al 1998)
Sapi perah merupakan salah satu sumber daya penghasil susu yang memiliki
nilai ekonomis tinggi dan bermanfaat untuk masyarakat. Susu sapi sangat baik
karena mengandung banyak nutrisi yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia.
Namun tidak hanya itu, susu sapi pun sangat baik diberikan kepada balita karena
nilai gizinya yang sangat baik dapat membantu tumbuh kembang balita sehingga
susu sapi dianggap sebagai sumber makanan pengganti ASI (Air Susu Ibu)
(Rahimah 2010).
Ternak sapi perah memiliki manfaat yang lebih luas dan bernilai ekonomis
lebih besar dibandingkan dengan usaha ternak yang lain. Sapi perah merupakan
hewan herbivora yang berperan sebagai pengumpul bahan pakan bergizi rendah
yang diubah menjadi bahan bergizi tinggi bagi manusia melalui produksi susu dan
daging.
Jenis sapi perah yang diternakkan di Indonesia kebanyakan dari jenis Bos
taurus (sapi yang berasal dari daerah sub tropis), yaitu sapi Fries Holland atau
Friesian Holstein yang biasa disingkat FH. Sapi ini mampu memproduksi susu
dalam jumlah tinggi pada masa laktasi di daerah asalnya, tetapi pada daerah tropis
seperti Indonesia, sifat tersebut tidak terekspresi secara maksimal karena tidak
sesuai dengan kondisi daerah asalnya, walaupun sapi tersebut mempunyai daya
adaptasi yang cukup tinggi (Usman 2006). Dalam upaya memenuhi kecukupan
dan kebutuhan susu nasional diperlukan usaha peningkatan produksi sapi perah
atau produksi ternak di Indonesia.
Usaha peningkatan produksi ternak harus diimbangi dengan manajemen
ternak yang baik. Melalui manajemen ternak yang baik inilah kita dapat
memperoleh susu sapi yang berkualitas tinggi dan juga kuantitas yang lebih
banyak. Monitoring kesehatan secara rutin juga harus dilakukan, karena menjaga
kesehatan hewan ternak merupakan syarat utama dalam peningkatan produksi
ternak. Seorang dokter hewan perlu melakukan pemeriksaan secara laboratorium
untuk hewan-hewan yang dicurigai sakit sehingga usaha pencegahan dapat
diterapkan secara maksimal.
Indonesia yang beriklim tropis hingga saat ini belum memiliki parameter
acuan mengenai data normal kadar total protein, albumin dan globulin dari sapi
FH yang berumur 1–12 bulan. Data tentang parameter ini belum banyak diungkap.
Pentingnya kita melihat status fisiologi dan gambaran darah dari anak sapi dalam
masa pertumbuhan karena pada masa-masa pertumbuhan ini sapi rentan akan
penyakit. Sapi pada masa pertumbuhan dapat menjadi penentu kualitas di masa
laktasi, perolehan anak, dan untuk produksi daging (sapi potong). Oleh karena itu
berbagai upaya tindakan harus dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit
pada anak sapi dalam masa pertumbuhan yang nantinya akan berdampak pada
masa produksi.
Pengambilan sampel dilakukan di peternakan sapi perah PT Rejo Sari Bumi
Unit Tapos Ciawi Bogor, Jawa Barat. Analisis sampel darah sapi dilakukan di
laboratorium Patologi Klinik Bagian Penyakit Dalam Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor. Sampel darah
kemudian dianalisis terlebih dahulu untuk menggunakan alat spektofotometer
untuk mendapatkan data. Data dibagi menjadi dua jenis, yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh setelah dilakukan analisis menggunakan
metode standar deviasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur
berbagai buku, skripsi, tesis, jurnal, dan internet.
Hasil analisis sampel darah tersebut menunjukan bahwa terjadi penurunan
nilai total protein dan globulin dari umur 1-6 bulan yang menjadi titik perhatian.
Penurunan tersebut menjadi perhatian utama agar dapat dilakukan upaya-upaya
peningkatan nilai produksi guna mendapatkan sapi perah yang berkualitas saat
masa dewasa (produksi). Penurunan tersebut dapat mengindikasikan status
kesehatan sapi yang menurun, namun dari data yang diperoleh terjadi peningkatan
nilai albumin dari umur 1-6 bulan yang menyatakan bahwa sapi dalam keadaan
sehat (tidak sakit secara klinis). Penurunan nilai total protein dan globulin tidak
selalu mengambarkan bahwa individu mengalami gangguan kesehatan atau sakit.
Perlu dilakukan penelitian dan analisa lebih lanjut mengenai fraksi protein
(alpha, beta, dan gamma) guna mengetahui pengaruhnya pada pertumbuhan sapi
khususnya pedet.
Perlunya perhatian yang lebih baik pada sapi umur 6 bulan, karena pada
umur 6 bulan merupakan masa riskan sapi perah dalam masa pertumbuhannya.
Kata Kunci : spektofotometer, sapi perah, darah, total protein, albumin, globulin
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KADAR TOTAL PROTEIN, ALBUMIN DAN GLOBULIN PADA DARAH
SAPI PERAH BETINA BERUMUR SATU SAMPAI DUA BELAS BULAN
KRISOSTOMUS CAESAR YANTO NUGROHO
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Lembar Pengesahan
Judul : Kadar Total Protein, Albumin dan Globulin Pada
Darah Sapi Betina Berumur Satu sampai Dua Belas
Bulan
Nama Mahasiswa : Krisostomus Caesar Yanto Nugroho
Nomor Pokok : B04062555
Program Studi : Kedokteran Hewan
Disetujui :
Dr. Drh. Sus Derthi Widhyari, M.Si
Pembimbing
Diketahui :
Dr. Nastiti Kusumorini
Wakil Dekan
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Kadar Total
Protein, Albumin dan Globulin Pada Darah Sapi Betina Berumur Satu sampai Dua
Belas Bulan” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2010
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya, penelitian dapat diselesaikan. Judul penelitian ini
adalah Kadar Total Protein, Albumin dan Globulin pada Darah Sapi Berumur Satu
Sampai Dua Belas Bulan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. drh.
Sus Derthi Widhyari, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
arahan dan bimbingan, serta semua pihak yang telah membantu penulis selama
penyelesaian penelitian. Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa tulisan
ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis menyampaikan permohonan maaf,
apabila dalam penulisan ini terdapat kesalahan.
Bogor, Desember 2010
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 September 1987 dari ayah
Petrus Nolascus Mulyono dan Caroline Linda Winarti. Penulis merupakan putra
ketiga dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD TARAKANITA V Jakarta
Barat pada Tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada
tahun 2003 di SMP TARAKANITA V Jakarta Barat. Kemudian penulis
menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 2006 di SMA RICCI II
Jakarta Selatan.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI). Penulis memilih mayor Kedokteran Hewan, Fakultas
Kedokteran Hewan.
Selama mengikuti pendidikan, penulis menjadi asisten mata kuliah Anatomi
Veteriner ada tahun ajaran 2007/2008. Penulis juga pernah menjabat sebagai
wakil ketua dalam organisasi Minat Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa
Akuatik. Pada tahun 2009/2010, penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan
Prestasi Akademik dan juga Bantuan Biaya Mandiri dari IPB.
PRAKATA
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih
kepada kedua orang tua tercinta Bapak Petrus Nolascus Mulyono dan Ibu Caroline
Linda Winarti yang telah memberikan doa, dukungan, dan semangat hidup kepada
penulis. Selain itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Drh. Sus Derthi Widhyari, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas
segala arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada
penulis selama proses penyusunan skripsi.
2. Drh. Trioso Purnawarman, M.Si selaku dosen penguji pertama pada ujian
sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan
saran demi perbaikan skripsi.
3. Drh. Min Rahminiwati, MS, Ph.D selaku dosen penguji kedua pada ujian
sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan
saran demi perbaikan skripsi.
4. Profesor Dr. Drh. Dondin Sajuthi, MST, Drh. Agus Wijaya, M.Si, Ph.D,
Drh. Endang Rahman Supriatna, MS, Dr. Drh. Wiwin Winarsih, M.Si,
Profesor Dr. Ir. Wasmen Manalu, Dr. Drs. Bambang Kiranadi, M.Sc,
Profesor Dr. Drh. M. Agatha Winny K. Sanjaya, MS, Drh. Hernomoadi
Huminto, MVS, Dr. Drh. Eko Sugeng Pribadi, M.Si, Drh. Okti Nadia Poetri,
Dr. Drh. F.X. Koesharto, M.Sc, Profesor Dr. Drh. Bambang Pontjo
Priosoeryanto, MS, Ph.D, Drh. Risa Tiuria, MS, Ph.D, Drh. Huda S.
Darusman, Dr. Drh. Deni Noviana, Ph.D, Drh. Chusnul Choliq, MS. MM,
Dr. Drh. Ligaya ITA Tumbelaka, SpMp, MS, Drh. Chris Kristanto.
5. Kakak-kakaku Andreas Bambang Pramusinto dan Yohanes Babtista Aprianto,
serta adikku Fransiskus Oktavianus tersayang, semoga adikmu sekaligus
kakakmu bisa menjadi seorang yang kalian banggakan.
6. Sahabat, keluarga, dan teman seperjuangan Adhi Nugroho, Miftah Masyhuri,
Henky Wibowo, Hendara Pratama, Tarsisius Bagus Nugroho, Arief Tajalli,
Mukorob Ali Tajalli, Mustofa, Arief Rahman, Tubagus, Nanang Andrian,
Irfan Karunia Osa, Nanang Sumbara, Heru Pratama, Riki Hikmah, Vicky
Katili, Luki Sinaga, Bayu Pramitama, Hendra Yulfi, Prihadmoko Adi
Lumadyo, Fachri Matondang, Eronu Firastu Gea, Andi Kristanto, Bundo dan
Bapando.
7. Theodora Meiliana tercinta beserta Keluarga.
8. Bapak koordinator PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Ciawi Bogor, Jawa Barat
beserta para staff atas waktu, kesabaran dan kesempatan yang telah diberikan
dalam melakukan penelitian.
9. Teman-Teman satu bimbingan skripsi Adrianus F. Arut, Bahtiar Hidayat,
Yuga Nugraha.
10. Teman-teman Aesculapius, A21 dan A22.
11. Keluarga besar Condition Zero Pondok Wina, Dulmatin, Erick, Habuuuumm,
Soedirman, Soeharto, Penggaruk, Uannamed, -XXX-, Bo Rai Cho,
Mantannya Resti, dan Susno.
12. Pak Suryono, Pak Eddy, Pak Ugan dan seluruh dosen serta staff Fakultas
Kedoktran Hewan. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan
kepada penulis selama proses perkuliahan, penyusunan skripsi, seminar, dan
sidang.
13. Pihak-pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, namun tidak
menghilangkan rasa hormat dan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang
telah diberikan kepada penulis.
Bogor, Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR LAMPIRAN xvii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................. 2
Manfaat ................................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Perah ........................................................................................... 3
Periode Pertumbuhan ...................................................................... 4
Darah ................................................................................................... 6
Plasma Darah .................................................................................. 6
Protein ................................................................................................. 7
Total Protein .......................................................................................... 8
Albumin ......................................................................................... 9
Globulin ......................................................................................... 10
Fibrinogen ..................................................................................... 11
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 12
Bahan dan Alat ................................................................................... 12
Hewan yang digunakan ...................................................................... 12
Metode Penelitian ............................................................................... 12
Analisis data ...................................................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN
Total protein ...................................................................................... 15
Albumin ............................................................................................. 18
Globulin ............................................................................................. 19
SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... .. 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... .. 24
LAMPIRAN .................................................................................................. 27
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Nilai normal total protein, albumin, dan globulin pada kambing,
domba, anjing dan sapi ................................................................................ 9
2. Nilai normal totap protein, albumin, dan globulin pada manusia .................. 10
3. Nilai Kadar total protein, albumin, dan globulin pada sapi perah
umur 1–12 bulan ........................................................................................ 15
4. Nilai rata-rata Total Protein Sapi Frisien Holstein umur 1-12 bulan ........... 16
5. Nilai rata-rata Albumin Sapi Frisien Holstein umur 1-12 bulan .................. 19
7. Nilai rata-rata Globulin Sapi Frisien Holstein umur 1-12 bulan .................. 20
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Sapi Perah (Frisien Holstein) ....................................................................... 4
2. Jalur Metabolisme Protein ............................................................................ 8
3. Rataan nilai total protein sapi Frisien Holstein umur 1-12 bulan ................... 17
4. Rataan nilai albumin sapi Frisien Holstein umur 1-12 bulan ......................... 18
5. Rataan nilai globulin sapi Frisien Holstein umur 1-12 bulan ........................ 20
6. Perbandingan Nilai Total Protein, Albumin dan Globulin Sapi
Frisien Holstein umur 1-12 bulan ................................................................. 21
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Fisiologis Sapi Perah Betina Frisien Holstein ....................................... 28
2. Nilai Total Protein Berdasarkan Analisis Statistik uji Duncan ....................... 28
3. Nilai Albumin Berdasarkan Analisis Statistik uji Duncan ............................. 29
4. Nilai Globulin Berdasarkan Analisis Statistik uji Duncan ............................. 29
5. Nilai Total Protein, Albumin dan Globulin Analisa Statistik uji ANOVA ..... 30
1
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi,
dan sampai saat ini masalah akan kecukupan gizi masih belum dapat diselesaikan.
Berbagai upaya pun telah dilakukan demi tercukupnya kebutuhan nutrisi
masyarakat. Pemerintah melakukan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan nutrisi
melalui peningkatan dan pemanfaatan sektor pertanian dan peternakan. Salah satu
sumber nutrisi yang penting adalah protein. Protein dapat diperoleh dari daging,
susu dan telur. Susu sapi merupakan bahan nutrisi yang cukup penting dan kaya
akan gizi (Zhang et.al 1998)
Sapi perah merupakan salah satu sumber daya penghasil susu yang memiliki
nilai ekonomis tinggi dan bermanfaat untuk masyarakat. Susu sapi sangat baik
karena mengandung banyak nutrisi yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia.
Namun tidak hanya itu, susu sapi pun sangat baik diberikan kepada balita karena
nilai gizinya yang sangat baik dapat membantu tumbuh kembang balita sehingga
susu sapi dianggap sebagai sumber makanan pengganti ASI (Air Susu Ibu)
(Rahimah 2010).
Ternak sapi perah memiliki manfaat yang lebih luas dan bernilai ekonomis
lebih besar dibandingkan dengan usaha ternak yang lain. Sapi perah merupakan
hewan herbivora yang berperan sebagai pengumpul bahan pakan bergizi rendah
yang diubah menjadi bahan bergizi tinggi bagi manusia melalui produksi susu dan
daging.
Jenis sapi perah yang diternakkan di Indonesia kebanyakan dari jenis Bos
taurus (sapi yang berasal dari daerah sub tropis), yaitu sapi Fries Holland atau
Friesian Holstein yang biasa disingkat FH. Sapi ini mampu memproduksi susu
dalam jumlah tinggi pada masa laktasi di daerah asalnya, tetapi pada daerah tropis
seperti Indonesia, sifat tersebut tidak terekspresi secara maksimal karena tidak
sesuai dengan kondisi daerah asalnya, walaupun sapi tersebut mempunyai daya
adaptasi yang cukup tinggi (Usman 2006). Dalam upaya memenuhi kecukupan
dan kebutuhan susu nasional diperlukan usaha peningkatan produksi sapi perah
atau produksi ternak di Indonesia.
2
Usaha peningkatan produksi ternak harus diimbangi dengan manajemen
ternak yang baik. Melalui manajemen ternak yang baik inilah kita dapat
memperoleh susu sapi yang berkualitas tinggi dan juga kuantitas yang lebih
banyak. Monitoring kesehatan secara rutin juga harus dilakukan, karena menjaga
kesehatan hewan ternak merupakan syarat utama dalam peningkatan produksi
ternak. Seorang dokter hewan perlu melakukan pemeriksaan secara laboratorium
untuk hewan-hewan yang dicurigai sakit sehingga usaha pencegahan dapat
diterapkan secara maksimal.
Indonesia yang beriklim tropis hingga saat ini belum memiliki parameter
acuan mengenai data normal kadar total protein, albumin, dan globulin dari sapi
FH yang berumur 1–12 bulan. Data tentang parameter ini belum banyak diungkap.
Pentingnya kita melihat status fisiologi dan gambaran darah dari anak sapi
dalam masa pertumbuhan karena pada masa-masa pertumbuhan ini sapi rentan
akan penyakit. Sapi pada masa pertumbuhan dapat menjadi penentu kualitas di
masa laktasi, perolehan anak, dan untuk produksi daging (sapi potong). Oleh
karena itu berbagai upaya tindakan harus dilakukan untuk mencegah timbulnya
penyakit pada anak sapi dalam masa pertumbuhan yang nantinya akan berdampak
pada masa produksi.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur nilai kadar total protein,
albumin, dan globulin dari sapi FH betina yang berumur 1-12 bulan.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui jumlah kadar total protein,
albumin, dan globulin pada sapi perah betina yang berumur 1-12 bulan. Data ini
diharapkan dapat digunakan sebagai informasi awal dan acuan data fisiologis
terhadap kadar total protein, albumin, dan globulin pada sapi FH betina berumur
1-12 bulan untuk sapi-sapi yang diternakan di Indonesia.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Perah (Frisien Holstein)
Sapi merupakan anggota famili Bovidae dan subfamili Bovinae. Sapi di
domestikasi sekitar 6500 SM di perbatasan Eropa-Asia. Sapi yang di domestikasi
dan menjadi hewan ternak ini merupakan sapi modern (Bos taurus dan Bos
indicus), keturunan dari sapi liar yang dikenal sebagai Auerochs atau Urochse
(bahasa Jerman berarti "sapi kuno", nama ilmiah: Bos primigenius), yang sudah
punah pada abad 17.
Klasifikasi Sapi Frisien Holstein menurut Suripto (2007) adalah sebagai
berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Upafamili : Bovinae
Genus : Bos
Spesies : B. Taurus
Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi
Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat
Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red
Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei di PSPB
Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan
menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein
(Anonim 2010).
4
Gambar 1 Sapi Perah Frisien Holstein (Anonim 2010)
Peternakan sapi perah telah dimulai sejak abad ke-19 yaitu dengan
pengimporan sapi-sapi bangsa Ayrshire, Jersey, dan Milking shorthorn dari
Australia. Pada permulaan abad ke-20 dilanjutkan dengan mengimpor sapi-sapi
Fries-Holland (FH) dari Belanda. Sapi perah yang dewasa ini dipelihara di
Indonesia pada umumnya adalah sapi FH yang memiliki produksi susu tertinggi
dibandingkan sapi jenis lainnya (Sudono 1999).
Sapi FH, terkenal dengan produksi susunya yang tinggi (± 6350 kg/tahun),
dengan persentase lemak susu sekitar 3-7%. Beberapa sapi perah tersebut mampu
berproduksi hingga mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit
unggul, diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang
mendukung dan menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Produksi
susu di dunia saat ini mencapai 385 juta m3/ton/th, khususnya pada zona yang
beriklim sedang. Produksi susu sapi di PSPB masih kurang dari 10 liter/hari dan
jauh dari standar normalnya 12 liter/hari (rata-ratanya hanya 5-8 liter/hari).
Dewasa kelamin sapi FH agak lambat, umur pertama kali dikawinkan 15–18
bulan.
Periode Pertumbuhan
Pertumbuahan setelah lahir dibagi menjadi pra sapih dan pasca sapih.
Pertumbuhan pra sapih sangat tergantung pada jumlah dan mutu susu yang
dihasilkan oleh induknya (Williams 1982). Pertumbuhan pra sapih juga
dipengaruhi oleh genotip, bobot lahir, produksi susu induk, litter size, umur
5
induk, jenis kelamin anak, dan umur penyapihan. Pertumbuhan menurut Williams
(1982) adalah perubahan bentuk atau ukuran seekor ternak yang dapat dinyatakan
dengan panjang, volume, atau massa. Field (2007) menyatakan bahwa
pertumbuhan secara umum adalah peningkatan bobot badan hingga ukuran
dewasa tercapai. Pertumbuhan mempunyai dua aspek yaitu menyangkut
peningkatan massa persatuan waktu, dan pertumbuhan yang meliputi perubahan
bentuk dan komposisi sebagai akibat dari pertumbuhan diferensial komponen-
komponen tubuh.
Sapi setelah lahir memperoleh perlindungan secara langsung dari induknya,
keseluruhan aktivitasnya hanya digunakan untuk mencari puting kelenjar susu
induknya. Anak sapi pada umumnya dapat menghisap susu dari induknya sepuluh
kali per hari (Forbes 2007).
Penyapihan yang dilakukan pada umur 4–5 bulan adalah yang paling baik,
karena pada bulan ke-6 masa laktasi, produksi susu akan menurun sampai
sepertiganya. Dilakukannya penyapihan memberikan beberapa keuntungan, yaitu
tata laksana pemeliharaan lebih mudah karena pedet tersebut dapat dipelihara
secara berkelompok, tenaga kerja lebih efisien karena pemberian pakan dapat
diberikan secara bersama-sama, dan menguntungkan secara ekonomi karena harga
hijauan dan konsentrat lebih murah daripada susu (Santosa 2001).
Pertumbuhan pasca sapih (lepas sapih) sangat ditentukan oleh bangsa,
jenis kelamin, mutu pakan yang diberikan, umur dan bobot sapih serta
lingkungan, misalnya suhu udara, kondisi kandang, pengendalian parasit dan
penyakit lainnya (Aberle et al. 2001). Pada masa lepas sapih, jumlah konsumsi
pakan padat sapi perah akan meningkat disertai dengan menurunnya pemberian
susu perhari. Pada usia 7-13 minggu, anak sapi meningkatkan kemampuannya
untuk dapat menyeimbangkan jumlah pakan yang dikonsumsi. Stimulasi rasa
lapar untuk pakan padat dan air akan muncul, dan bobot badan akan bertambah
setiap harinya. Bobot badan akan bertambah secara cepat pada anak sapi yang
disapih lebih awal, dengan pemberian pakan padat dan pemberian susu tetap
dilanjutkan, tetapi hal ini memerlukan keteraturan dalam pemberian pakan dan
susu (Forbes 2007).
6
Darah
Darah merupakan jaringan yang mengalir dan bersirkulasi melalui saluran
vaskular. Darah membawa berbagai kebutuhan hidup bagi semua sel-sel tubuh
dan menerima produk buangan hasil metabolisme untuk dieksresikan melalui
organ ekskresi (Jain 1993).
Darah tersusun atas sel darah (eritrosit, leukosit dan platelet) yang
bersirkulasi dalam cairan yang disebut plasma (Meyer and Harvey 2004). Dari
total volume darah, persentase sel darah adalah sekitar 40% (30-55%), tergantung
spesies (Samuelson 2007). Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen
sel darah dengan jumlah terbanyak (5,5-8.5 x 106
per mikroliter darah) pada
mamalia. Jumlah eritrosit khas setiap spesies berbeda-beda, mulai dari seperempat
hingga setengah dari total volume darah. Sel darah terbanyak kedua adalah
platelet atau trombosit (2-5 x 105
/mikroliter). Jumlah leukosit atau sel darah putih
lebih sedikit dari eritrosit dan trombosit. Leukosit terbagi dalam tipe sel yaitu
neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit.
Jumlah total volume darah adalah antara 6-7% dari total berat badan pada
hewan ruminansia. Total volume darah hewan muda pada masa pertumbuhan
sering lebih dari 10% bobot badan (Meyer dan Harvey 2004).
Plasma Darah
Plasma darah adalah campuran protein anion kation yang sangat kompleks.
Plasma protein terdiri dari beberapa kelompok. Kelompok pertama yaitu
kelompok protein yang dapat menyediakan nutrisi sel-sel, kelompok kedua yaitu
kelompok protein yang terlibat dalam transport bahan kimia lainnya termasuk
hormon, mineral, dan intermediet dan yang terakhir adalah kelompok protein yang
berkaitan dengan pertahanan terhadap penyakit. Plasma didapat dengan
mencampurkan darah segar dengan antikoagulan dan disentrifugasi, maka
supernatannya adalah plasma (Williams 1982).
Protein plasma yang telah diidentifikasi dan mempunyai jumlah 70% dari
darah adalah albumin, globulin, dan fibrinogen. Jumlah plasma darah yaitu 55-
70% total darah. Hati mensintesa dan melepaskan lebih dari 90% protein plasma
(Martini et al. 1992).
7
Selain protein, plasma darah juga mengandung air. Interaksi antara protein yang
ada dalam plasma dan molekul protein yang mengelilinginya membuat plasma
relatif lengket, kohesif dan tetap mengalir. Sifat ini menentukan viskositas cairan
(Martini et al. 1992).
Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Asam amino dibedakan menjadi asam amino
esensial dan non esensial. Asam amino dalam tubuh terutama digunakan untuk
sintesis protein. Protein diabsorbsi di usus halus dalam bentuk asam amino yang
kemudian akan masuk ke dalam pembuluh darah dalam darah, asam amino akan
disebarkan ke seluruh sel untuk disimpan, kemudian di dalam sel asam amino
disimpan dalam bentuk protein (dengan menggunakan enzim). Hati merupakan
jaringan utama untuk menyimpan dan mengolah protein. Jika asupan glukosa
rendah, asam amino dapat diubah menjadi glukosa melalui jalur yang disebut
glukoneogenesis yaitu pembentukan glukosa baru dari prekursor nonkarbohidrat.
Proporsi protein sebagai sumber energi dalam diet yang dianjurkan adalah
sebesar 15%. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen
dan sedikit sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi
semua sel makhluk hidup (Jolane 2010).
Protein merupakan salah satu komponen terbesar dalam sel manusia yaitu
menyusun 50% dari berat kering sel. Protein menunjang keberadaan setiap sel
tubuh, proses kekebalan tubuh, dan juga transport berbagai macam substansi
seperti hormon, vitamin, mineral, lemak, dan material lainnya. Kebutuhan akan
protein bertambah pada hewan yang sedang bunting dan hewan yang berada pada
masa pertumbuhan. Fungsi penting protein antara lain adalah sebagai sumber
energi bagi tubuh, berguna untuk pembetukan dan perbaikan sel dan jaringan,
sebagai sintesis hormon, enzim, dan antibodi, pengatur keseimbangan kadar asam
basa dalam sel, enzim, biokatalisator, media perambatan impuls syaraf dan
perumbuhan. Enzim merupakan katalisator reaksi dalam tubuh makhluk hidup.
Katalisator merupakan suatu senyawa yang berperan dalam mempercepat suatu
8
reaksi dan terbentuk kembali pada akhir reaksi. Enzim juga dapat menurunkan
energi aktivasi. Hal tersebut menyebabkan kemungkinan reaksi yang berlangsung
akan semakin besar yang tentunya akan mendukung reaksi-reaksi kimia dalam
tubuh, karena reaksi kimia dalam tubuh harus berlangsung dalam waktu yang
singkat. Reaksi yang berlangsung sangat singkat di dalam tubuh anrata lain reaksi
pembentukan bayangan pada mata, yang harus berlangsung cepat. Reaksi antara
komponen dalam proses tersebut dapat saja berlangsung dalam waktu yang sangat
lama tanpa bantuan enzim (Nelson dan Cox 2005).
Gambar 2 Jalur metabolisme protein
Kekurangan protein bisa berakibat fatal, yaitu dapat menyebabkan
kerontokan rambut (rambut terdiri dari 97-100% dari protein-keratin). Kasus yang
sering terjadi pada manusia terutama anak-anak adalah busung lapar, yang
disebabkan oleh filtrasi air di dalam pembuluh darah sehingga menimbulkan
odem. Simptom yang lain dapat dikenali adalah hipotonus, gangguan
pertumbuhan. Kekurangan protein yang terus menerus menyebabkan kelemahan
dan berakibat kematian (Maton et.al 1993).
Total Protein
Total protein merupakan kumpulan unsur-unsur kimia darah di dalam
plasma atau pun serum. Penting untuk mengetahui fraksi protein dalam tubuh
meningkat atau menurun karena berhubungan dengan status kesehatan tubuh
tersebut sehat atau sedang mengalami suatu penyakit (Kaslow 2010).
9
Total protein meningkat disebabkan oleh infeksi kronis, hypofungsi dari
kelenjar adrenal, kegagalan fungís hati, penyakit kolagen pada buluh darah,
hypersensitif (alergi), dehidrasi, penyakit saluran pernafasan (sesak nafas),
hemolisis, kecanduan alkohol, leukemia (Kaslow 2010).
Total protein menurun disebabkan karena malnutrisi dan malabsorbsi,
penyakit hati, diare kronis maupun non kronis, terbakar, ketidakseimbangan
hormon, penyakit ginjal (proteinuria), rendahnya albumin, rendahnya globulin,
bunting (Kaslow 2010).
Tabel 1 Nilai normal total protein, albumin, dan globulin pada kambing, domba,
anjing dan sapi
Parameter
Kambing Domba Anjing Sapi
Total Protein (g/dl) 7.3±0.2 7.3±0.3 6.5±0.3 6.1 ± 0.5
Albumin (g/dl) 3.7±0.4 3.3±0.2 3.3±0.2 2.8 ± 0.3
Globulin (g/dl) 3.6±0.1 4.0±0.3 2.9±0.4 3.3 ± 0.4
Sumber: Taiwo dan Ogunsanmi (2001)
Albumin
Albumin merupakan protein yang memiliki daya larut didalam air, yang
berarti memiliki kadar garam dalam jumlah sedang dan mudah terkoagulasi jika
terpapar oleh panas. Di dalam darah, kita mengenal albumin sebagai albumin
serum. Albumin serum merupakan protein plasma darah yang sangat melimpah,
dan diproduksi di dalam hati. Serum albumin dapat mencapai 60% dari protein
plasma. Albumin mengandung ± 584 asam amino dengan bobot molekul 66.000.
Albumin memiliki sejumlah fungsi, yaitu untuk mengangkut molekul-
molekul kecil melewati plasma dan cairan sel. Fungsi ini erat kaitannya dengan
bahan metabolisme asam lemak bebas dan bilirubin dan berbagai macam obat
yang kurang larut dalam air tetapi harus diangkat melalui darah dari satu organ ke
organ lainnya agar dapat dimetabolisme atau diekskresi. Albumin juga sangat
penting untuk mengatur volume darah dan menjaga tekanan osmotik koloid
benda-benda darah serta sebagai carrier faktor pembekuan darah. Manfaat lain
dari albumin adalah untuk pembentukan jaringan sel baru. Karena itu di dalam
10
ilmu kedokteran, albumin dimanfaatkan untuk mempercepat pemulihan jaringan
sel tubuh yang terbelah, misalnya karena operasi, pembedahan, atau luka bakar.
Manfaat lainnya albumin bisa menghindari timbulnya odema pulmonum dan
nephrosis (Anonim 2010).
Kadar albumin dapat meningkat jumlahnya disebabkan karena dehidrasi
ringan, gagal jantung (Cronic Hearth Failure), gagal dalam penggunaan
perombakan protein, kelebihan hormon glukokortikoid, dan turunan. Kadar
albumin dapat menurun jumlahnya disebabkan karena dehidrasi kronis, penyakit
hipotiroid, malnutrisi (protein defisiensi), polidipsi, gejala kerusakan ginjal,
protein loosing enterophaty, terbakar, kegagalan fungsi hati, ketidakcukupan
hormon anabolik, seperti hormon pertumbuhan (Kaslow 2010).
Tabel 2 Nilai normal totap protein, albumin, dan globulin pada manusia
Blood protein Normal level
Totap Protein (g/100ml) 7.2-8.0
Albumin (g/100 ml) 4.5-5.0
Globulin (g/100 ml) 2.3-2.8
*Alpha Globulin (g/100 ml) 0.2-0.3
*Beta Globulin (g/100 ml) 0.7-1.0
A/G (Albumin/Globulin Ratio) 1.7-2.2
Sumber : Kaslow (2010)
Globulin
Serum globulin atau yang lebih dikenal dengan nama globulin adalah
protein termasuk gamma globulin (antibodi) dan beberapa variasi dari enzim dan
juga protein transport atau karier yang tidak larut, baik di dalam air maupun di
dalam larutan garam konsentrasi tinggi, tetapi larut dalam larutan garam
konsentrasi sedang. Globulin mempunyai rasio 35% dari protein plasma, berguna
untuk sirkulasi ion, hormon dan asam lemak dalam sistem kekebalan. Beberapa
jenis globulin mengikat hemoglobin, beberapa yang lain mengusung zat besi,
berfungsi untuk melawan infeksi, dan bertindak sebagai faktor koagulasi (Kaslow
2010).
11
Kekurangan globulin berarti akan menyebabkan defisiensi dari antibodi
(immunodefisiensi). Antibodi diproduksi oleh limfosit B yang sudah dimatangkan
atau maturasi, dan berubah nama menjadi plasma sel. Ada 4 grup besar dari
globulin yang dapat kita identifikasi, diantaranya adalah Gamma globulin (IgM,
IgA, IgG, IgD, IgE), Beta globulin, Alpha-2 globulin, dan Alpha-1 globulin. Hati
merupakan satu-satunya organ yg membentuk plasma albumin dan Beta globulin.
Gamma globulin selain dibentuk di dalam hati, juga dibentuk di limpa dan
sumsum tulang. Beta globulin hanya dibentuk di dalam hati (Luiz et al. 2003).
Globulin dapat meningkat disebabkan oleh infeksi kronis (parasit, bakteri,
atau virus), penyakit hati (sirosis, penyumbatan saluran empedu), sindrom
karsinoid, radang sendi atau reumatik, ulkus pada kolon, myeloma dan leukemia,
penyakit autoimun, gagal ginjal. Globulin dapat menurun disebabkan oleh
nephrosis, defisiensi alpha-1 globulin, anemia hemolitika akut, kegagalan fungsi
hati, hypo-gammaglobulinemia (Kaslow 2010).
Fibrinogen
Fibrinogen adalah glikoprotein yang dapat larut di dalam air. Fibrinogen
disintesis di hati (1,7-5 g/hari) dan oleh hepatosit dan megakariosit, dan dapat
membentuk benang fibrin yang berguna untuk pembekuan darah. Fibrinogen
mempunyai standart normal berkisar antara 1,5–4 g/dl. Di dalam plasma kadarnya
sekitar 200-400 mg/dl. Waktu paruh fibrinogen sekitar 3-5 hari. Fibrinogen
tersusun atas 6 rantai, yaitu : 2 rantai Aα, 2 rantai Bβ dan 2 rantai γ. Trombin
(FIIa) memecah molekul fibrinogen menjadi 2 fibrinopeptide A (FPA) dari rantai
Aα dan 2 fibrinopeptide B (FPB) dari rantai Bβ. Fibrin monomer yang dihasilkan
dari reaksi ini kemudian berlekatan membentuk fibrin, yang selanjutnya
distabilkan oleh faktor XIIIa. Tahap pertama stabilisasi terdiri atas ikatan dua
rantai γ dari dua fibrin monomer. Ikatan ini adalah asal dari D-Dimer, produk
degradasi fibrin spesifik. Fibrinogen dapat didegradasi oleh plasmin. (Muszbek
et.al 2008).
Defisiensi fibrinogen dapat disebabkan karena DIC (Disseminated
Intravascular Coagulation), fibrinogenolisis, hipofibrinogenemia, komplikasi
obstetrik, penyakit hati berat, leukemia (Muszbek et.al 2008).
12
III. METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2009 – Juli 2010.
Pengambilan sampel darah sapi dilakukan di peternakan PT Rejo Sari Bumi Unit
Tapos Ciawi Bogor, Jawa Barat. Analisis sampel darah sapi dilakukan di
laboratorium Patologi Klinik Bagian Penyakit Dalam Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah seperangkat kit
protein dan albumin, darah sapi dan aquades. Sedangkan alat yang digunakan
antara lain spuit, syring no 18G, tabung reaksi, pipet, gelas piala, tabung ependorf,
sentrifus, dan spektofotometer.
Hewan yang digunakan
Pengamatan dilakukan pada 15 ekor sapi pedet yang sehat secara klinis.
Lima belas ekor sapi ini terdiri dari lima kelompok umur yaitu; kelompok sapi
berumur 1, 3, 6, 9 dan 12 bulan masing-masing kelompok tiga ekor.
Metode Penelitian
Pengambilan darah sapi dilakukan dengan menggunakan spuit berukuran 10
ml dengan jarum nomor 18G. Darah diambil melalui vena jugularis setelah
dibersihkan dan didisinfeksi dengan alkohol. Darah yang sudah diambil dibiarkan
dalam spuit agar dapat diambil serumnya. Sampel darah dibawa ke laboratorium
Patologi Klinik Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor untuk pengambilan serum. Pengambilan serum dilakukan dengan
cara mensentrifuse tabung reaksi dan dengan kecepatan 1500 rpm selama 15
menit, kemudian serum dimasukkan kedalam tabung flakon serum kemudian
diberi label. Serum akan diperiksa menggunakan spektofotometer guna
mengetahui total protein, albumin, dan globulin dari serum tersebut.
13
Pemeriksaan Total Protein, Albumin, dan Globulin
Total Protein diperiksa dengan menggunakan metode Biuret. Prinsip
pemeriksaan adalah protein di dalam sampel akan bereaksi dengan cuprum (Cu++
)
pada medium alkalis membentuk kompleks warna yang akan diukur oleh
spektofotometer. Pemeriksaan total protein diawali dengan memipet reagen
blanko ke dalam tiga tabung reaksi masing – masing sebanyak 3 ml. Tabung I
(tabung blanko) bisa dilakukan penambahan atau tanpa penambahan 0,1 ml
aquades, tabung II (tabung standar) ditambah dengan 0,1 ml protein standar, dan
tabung III (tabung sampel) ditambah dengan 0,1 ml sampel. Ketiga campuran
tersebut dihomogenkan, kemudian diinkubasi selama 30 menit pada suhu
20-25oC. Selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi sampel (As) dan
absorbansi standart (Ast) dengan memasukan larutan tersebut ke dalam cuvette
spektofotometer. Hasil akan nampak dalam bentuk angka yang dapat langsung
dibaca. Setelah pengukuran, maka konsentrasi total protein akan dihitung (dengan
panjang gelombang 546 nm), yaitu :
C (g/dl) = 6 x (As : Ast) atau
C (g/L) = 60 x (As : Ast)
Kadar albumin diperiksa dengan metode Bromcresol Green. Prinsip
pemeriksaan adalah albumin di dalam sampel akan bereaksi dengan Bromcresol
Green pada medium asam akan membentuk warna kompleks yang dapat diukur
oleh spektofotometer. Pemeriksaan albumin dilakukan dengan memipet reagen
blanko ke dalam tiga tabung reaksi masing – masing 3 ml. Pada tabung I (tabung
blanko) bisa dilakukan penambahan atau tanpa penambahan 0,1 ml aquades,
tabung II (tabung standar) ditambah dengan 0,1 ml albumin standar, dan tabung
III (tabung sampel) ditambah dengan 0,1 ml sampel. Campuran pada ketiga
tabung tersebut kemudian dihomogenkan dan diinkubasi selama 5 menit pada
suhu 20–25oC. Selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi sampel dan standart
dengan menggunakan spektofotometer. Hasil yang diperoleh dihitung dengan
cara:
C (g/dl) = 4 x (As : Ast) atau
C (g/L) = 40 x (As : Ast)
14
Konsentrasi globulin ditentukan dengan analisis langsung, yaitu dengan
mengurangi secara langsung konsentrasi total protein dengan konsentrasi albumin.
Rasio albumin–globulin (A/G) merupakan konsentrasi albumin dibagi dengan
konsentrasi globulin.
Parameter yang diamati
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah total protein, albumin
dan globulin dari darah sapi perah umur 1-12 bulan.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan statistik (SPSS).
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan setelah lahir dibagi menjadi pra sapih dan pasca sapih.
Pertumbuhan pra sapih sangat tergantung pada jumlah dan mutu susu yang
dihasilkan oleh induknya (Williams 1982). Pertumbuhan pra sapih juga
dipengaruhi oleh genotip, bobot lahir, produksi susu induk, litter size, umur
induk, jenis kelamin anak, dan umur penyapihan. Hasil penelitian serum kadar
total protein, albumin, dan globulin darah untuk sapi Frisien Holstein umur 1–12
bulan dapat dilihat pada Table 3.
Tabel 3 Nilai Kadar Total Protein, Albumin dan Globulin Sapi Frisien Holstein
Pada umur 1-12 bulan
Umur Sapi
Parameter 1 bulan 3 bulan 6 bulan 9 bulan 12 bulan
Total
Protein
7,6 ± 0,4 7,13 ± 0,47 6,93 ± 0,64 7,47 ± 0,46 7,6 ± 1,22 (g /dl)
Albumin
3,37 ± 0,32 3,47 ± 0,21 3,77 ± 0,38 3,3 ± 0,26 3,43 ± 0,23 (g /dl)
Globuin
4,23 ± 0,47 3,67 ± 0,47 3,17 ± 0,55 4,17 ± 0,35 4,17 ± 0,98 (g /dl)
Keterangan : Data disajikan : Rataan ± Standart deviasi
Total Protein
Total Protein merupakan total kumpulan unsur-unsur kimia darah di dalam
plasma atau pun serum. Profil total protein relatif stabil pada trimester awal,
kemudian menurun dan terendah pada umur 6 bulan, kemudian kembali
meningkat pada akhir pengamatan. Profil nilai total protein seiring pertumbuhan
umur 1-6 bulan dan kembali meningkat pada umur 9-12 bulan. Kadar total protein
pada anak sapi berumur 6 bulan memperlihatkan nilai yang terendah. Hasil
penelitian kadar total protein pada anak sapi berumur 1–12 bulan berkisar antara
6,93–7,6 g/dl. Menurut Stryer (1995), total protein berkisar antara 6,8-7,5 g/dl.
16
Tabel 4 Nilai rata- rata Total Protein Sapi Frisien Holstein umur 1-12 bulan
Umur (Bulan) Total Protein (g/dl)
1 7.6 ± 0,4a
3 7.1 ± 0,4a
6 6.9 ± 0,6a
9 7.4 ± 0,4a
12 7.6 ± 1,2a
Keterangan : Huruf superscript yang berbeda dibelakang nilai rata-rata
menyatakan perbedaan nyata (P<0.05).
Trimester pertama, yaitu umur 1–3 bulan, sapi masih diberikan susu induk.
Pemberian susu induk ini membantu sapi untuk meningkatkan kesehatannya
sekaligus mendapatkan antibodi maternal induk.
Trimester kedua, yaitu umur 3–6 bulan, sapi sudah mulai dikenalkan dengan
konsentrat. Pemberian konsentrat ini diimbangi dengan pemberian susu, namun
jumlahnya sudah mulai dikurangi. Pada trimester kedua inilah terlihat penurunan
kadar total protein. Hal ini terjadi disebabkan karena berkurangnya asupan susu
dan adaptasi sapi terhadap konsentrat menyebabkan penurunan kadar total protein
sapi. Disamping itu, faktor lingkungan yang berubah-ubah mulai mempengaruhi
daya tahan tubuh sapi (Kaslow 2010). Trimester kedua inilah sapi perlu diberikan
perhatian lebih karena pada umur 3–6 bulan ini, merupakan titik riskan yang
menentukan kualitas pertumbuhan sapi.
Trimester ketiga, yaitu umur 6–9 bulan, sapi sudah mulai dikenalkan dengan
rumput ditambah dengan konsentrat. Diumur 6–9 bulan, sapi sudah mengalami
banyak adaptasi dan sudah mulai membentuk antibodinya sendiri. Sapi sudah
dapat mencerna konsentrat dan hijauan guna memperoleh asupan nutrisi yang
baik.
Trimester keempat, yaitu umur 9–12 bulan, sapi sudah diberikan pakan
seperti sapi dewasa lainnya yaitu hijauan dan konsentrat. Dimasa ini, sapi sudah
menunjukan peningkatan status kesehatan yang baik. Sapi sudah dapat mencerna
pakan hijauan maupun konsentrat dengan sempurna.
Pada umur 1–3 bulan, sapi mendapatkan antibodi maternal melalui
kolostrum induk dan pada umur 6 bulan, sapi sudah mulai memakan rumput dan
17
juga konsentrat. Penurunan kondisi fisik yang disebabkan karena kurangnya
asupan susu kolostrum dari induk merupakan salah satu kondisi yang riskan,
pakan yang kurang memadai dan juga faktor lingkungan yang kurang mendukung
juga menjadi salah satu faktor menurunnya kadar total protein darah. Hal ini
sejalan dengan Kaslow (2010) yang menyatakan bahwa penting untuk mengetahui
apakah fraksi protein dalam tubuh meningkat atau menurun karena berhubungan
dengan status kesehatan tubuh.
Pada umur 9 dan 12 bulan terjadi peningkatan total protein masing-masing
7,47 g/dl dan 7,6 g/dl. Hal ini dapat terjadi dimungkinkan karena pada umur
tersebut, sapi sudah memperoleh imunitas pasif dari lingkungan dan tubuh sapi
sudah mulai beradaptasi membentuk antibodi untuk melawan berbagai macam
penyakit, maka dari itu nilai dari total protein pun meningkat. Stryer (1995)
mengatakan nilai normal total protein sapi antar 5–8 g/dl. Gambaran perubahan
niai total protein ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Rataan nilai Total Protein sapi Frisien Holstein umur 1 sampai 12
bulan
Kaslow (2010) menyatakan bahwa peningkatan total protein diatas nilai
fisiologis normal dapat disebabkan oleh infeksi kronis, dehidrasi, gangguan fungsi
hati, penyakit saluran pernafasan (sesak nafas) dan leukemia, sedangkan
rendahnya total protein dapat disebabkan oleh menurunnya albumin, menurunnya
globulin, penyakit hati, malnutrisi dan malabsorbsi.
18
Protein berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh, berguna untuk
pembentukan dan perbaikan sel dan jaringan, sebagai sintesis hormon, enzim, dan
antibodi, dan sebagai pengatur keseimbangan kadar asam basa dalam sel (Maton
et.al 1993). Maton et.al (1993) juga menyebutkan bahwa kekurangan protein bisa
berakibat fatal, yaitu dapat menyebabkan kerontokan rambut (rambut terdiri dari
97-100% dari protein-keratin), kehilangan berat badan, kelemahan, penyusutan
jaringan otot dan edema.
Albumin
Hasil nilai rata-rata albumin pada sapi Frisien Holstein umur 1-12 bulan
dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Rataan nilai albumin sapi Frisien Holstein umur 1 sampai 12 bulan
Albumin relatif stabil dengan kisaran nilai antara 3,3–3,77 g/dl. Menurut
Stryer (1995), albumin berkisar antara 3,5–5,5 g/dl. Berdasarkan hasil analisa,
dapat dilihat bahwa nilai albumin meningkat seiring pertambahan umur hingga
umur 6 bulan, lalu terjadi penurunan pada umur 9 bulan dan meningkat kembali
pada umur 12 bulan.
19
Tabel 5 Nilai rata-rata Albumin Sapi Frisien Holstein umur 1-12 bulan
Umur (Bulan) Albumin (g/dl)
1 3.3 ± 0,32a
3 3.4 ± 0,21a
6 3.7 ± 0,38a
9 3.3 ± 0,26a
12
3.4 ± 0,23a
Keterangan : Huruf superscript yang berbeda dibelakang nilai rata-rata
menyatakan perbedaan nyata (P<0.05).
Nilai albumin digunakan untuk memperkirakan status kesehatan sapi, nilai
albumin yang rendah dapat mengindikasikan bahwa sapi dalam keadaan sakit atau
dalam keadaan fisik yang kurang baik (Kaslow 2010).
Albumin memiliki sejumlah fungsi, yaitu untuk mengangkut molekul-
molekul kecil melewati plasma dan cairan sel. Fungsi ini erat kaitannya dengan
bahan metabolisme asam lemak bebas dan bilirubin dan berbagai macam obat
yang kurang larut dalam air tetapi harus diangkat melalui darah dari satu organ ke
organ lainnya agar dapat dimetabolisme atau diekskresi. Albumin juga sangat
penting untuk mengatur volume darah dan menjaga tekanan osmotik koloid
benda-benda darah serta sebagai carrier faktor pembekuan darah. Manfaat lain
dari albumin adalah untuk pembentukan jaringan sel baru. Albumin dimanfaatkan
untuk mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah, misalnya karena
operasi, pembedahan, atau luka bakar. Manfaat lainnya albumin bisa mencegah
timbulnya odema pulmonum dan nephrosis (Anonim 2010).
Menurut Kaslow (2010) albumin dapat meningkat karena disebabkan oleh
dehidrasi ringan, gagal jantung (Cronic Hearth Failure), kegagalan perombakan
protein, kelebihan hormon glukokortikoid, dan turunan, sedangkan penurunan
albumin dapat terjadi karena dehidrasi kronis, penyakit hipotiroid, malnutrisi
(protein defisiensi), polidipsi, dan kegagalan fungsi hati.
Globulin
Hasil penelitian kadar globulin pada sapi Frisian Holstein umur 1-12 bulan
dapat dilihat pada Gambar 5.
20
Gambar 5 Rataan nilai globulin sapi Frisian Holstein umur 1 sampai 12 bulan
Profil kadar globulin terlihat menurun sampai umur 6 bulan dan terjadi
peningkatan kembali sampai akhir penelitian. Hasil penelitian kadar globulin anak
sapi umur 1-12 bulan berkisar antara 3,17-4,23 g/dl. Menurut Stryer (1995),
kisaran normal nilai globulin antara 2,5-3,6 g/dl.
Tabel 6 Nilai rata- rata Globulin Sapi Frisien Holstein umur 1-12 bulan
Umur (Bulan) Globulin (g/dl)
1 4.2 ± 0,47a
3 3.6 ± 0,47a
6 3.1 ± 0,55a
9 4.1 ± 0,35a
12 4.1 ± 0,98a
Keterangan : Huruf superscript yang berbeda dibelakang nilai rata-rata
menyatakan perbedaan nyata (P<0.05).
Sapi umur 6 bulan memperlihatkan nilai globulin terendah selama
pengamatan. Rendahnya nilai globulin pada umur 6 bulan diduga berhubungan
dengan rendahnya sistem imunitas dan kesehatan pada anak sapi. Penurunan
kesehatan ini dapat terjadi karena sapi sedang dalam tahap adaptasi pakan,
lingkungan, dan juga berhentinya pemberian susu yang merupakan asupan gizi
dan sumber imunitas. Pada umur 1 bulan sapi masih dalam keadaan yang baik
dalam pertumbuhan, namun pada umur 3 bulan sapi mulai menunjukan penurunan
21
nilai globulin. Penggurangan asupan susu dan pemberian konsentrat sebagai
makanan pokok memberikan dampak yang negatif untuk nilai globulin pada sapi
umur 3 bulan.
Globulin adalah protein termasuk gamma globulin (antibodi) dan beberapa
variasi dari enzim dan protein transport atau karier yang tidak larut, baik di dalam
air maupun di dalam larutan garam konsentrasi tinggi, tetapi larut dalam larutan
garam konsentrasi sedang (Kaslow 2010). Kekurangan globulin berarti akan
menyebabkan defisiensi dari antibodi (imunodefisiensi) sehingga menyebabkan
penurunan imunitas tubuh.
Menurut Kaslow (2010), globulin dapat meningkat disebabkan oleh infeksi
kronis (parasit, bakteri, atau virus), penyakit hati (sirosis, penyumbatan saluran
empedu), dan penyakit autoimun, sedangkan globulin menurun disebabkan oleh
nephrosis, defisiensi alpha-1 globulin, anemia hemolitika akut, kegagalan fungsi
hati, hipogammaglobulinemia.
Gambar 6 Perbandingan Nilai Total Protein Albumin dan Globulin sapi Frisien
Holstein umur 1-12 bulan.
Total protein, albumin, dan globulin pada gambar 6 menunjukan data yang
saling berkaitan. Nilai total protein dan globulin pada sapi umur 6 bulan
memperlihatkan penurunan, sedangkan nilai albumin menunjukan peningkatan.
Menurut Kaslow (2007), penurunan total protein dapat disebabkan karena
menurunnya globulin atau menurunnya albumin. Data diatas menunjukan korelasi
22
nilai yang positif, karena penurunan total protein berbanding lurus dengan
penurunan nilai globulin. Penurunan globulin tidak selalu mengindikasikan bahwa
sapi dalam keadaan sakit. Sapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi
yang sehat secara klinis dan sudah dilakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu
(lampiran 1).
23
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah profil total protein dan globulin
terendah terdapat pada sapi berumur 6 bulan tetapi masih dalam kisaran normal.
Albumin memperlihatkan nilai yang stabil berkisar antara 3,3–3,77 g/dl.
Saran
Perlu dilakukan penelitian dan analisa lebih lanjut mengenai fraksi protein
(alpha, beta, dan gamma) guna mengetahui pengaruhnya pada pertumbuhan sapi
khususnya pedet.
Perlunya perhatian yang lebih baik pada sapi umur 6 bulan, karena pada
umur 6 bulan merupakan masa riskan sapi perah dalam masa pertumbuhannya.
24
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2010. http://ahdc.vet.cornell.edu/clinpath/modules/chem/protpanl.htm
[31 Oktober 2010]
[Anonim]. 2007. Budidaya Ternak Sapi Perah. http://eprints.undip.ac.id/
4262/1/2880.pdf. [15 Februari 2010]
[Anonim]. 2009a. Bovine Liver Total Protein. http://www.biocompare.com/
Bovine- Liver-Total-Protein.html. [5 Juni 2009]
[Anonim]. 2009b. Total Protein.http://www.uscfmedicalcenter.com/totalprotein. [6
Juni 2009]
Anwar HM dan Piliang WG. 1992. Biokimia dan Fisiologi Gizi. Institut Pertanian
Bogor. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Aberle DE, Forrest JC, Gerrard DE, and Mills EW. 2001. Principles of Meat
Science. Fourth Edition. San Francisco: W.H. Freeman and Company.
Brandtzaeg P, Pabst R. 2004. "Let's go mucosal: communication on slippery
ground". Trends Immunology 25 (11): 570–577. DOI: 10.1016/
j.it.2004.09.005.
Carlson NR. 1994. Physiology of Behavior. 5th Edition. USA : Allyn & Bacon, a
division of Paramount Publishing. [10 Agustus 2010]
Fagarasan S, Honjo T. 2003. "Intestinal IgA Synthesis: Regulation of Front-line
Body Defenses". Nat. Rev. Immunology 3: 63–72. DOI:
10.1038/nri982. [10 Agustus 2010]
Field TG. 2007. Beef Production and Management Decisions. 5th Edition. Ohio:
Hamilton Printing.
Forbes JM. 2007. Voluntary Food Intake and Diet Selection in Farm Animals. 2nd
Edition. Leeds: Biddles Ltd, King’s Lynn.
Fitzsimmons C. 2007. "Factors affecting human IgE and IgG responses to
allergen-like Schistosoma mansoni antigens: Molecular structure and
patterns of in vivo exposure". Int. Arch. Allergy Immunol. 142 (1):
40–50. DOI:10.1159/000095997. [11 Agustus 2010]
Gettins PG. 2002. "Structure, Fungtion, and Mekanism of Serpin" Rev. Chem 102
(12): 4751-804. DOI : 10.1021/cr010170 . PMID 12475206.
25
Gould H. 2003. "The biology of IGE and the basis of allergic disease". Annu Rev
Immunol 21: 579–628. DOI: 10.1146/annurev.immunol.21.120601.
141103. [20 Agustus 2010]
Jolane A. 2010. DNA, RNA, and Protein: Life at its simplest.
http://www.postmodern.com/~jka/rnaworld/nfrna/nf-rnadefed.html.
[5 Mei 2010]
Jain NC. 1993. Essential of Veterinary Hematology. Philadelphia : Lea & Febiger.
Kaslow JE. 2010. Analysis of Serum Protein. Santa Ana : 720 North Tustin
Avenue Suite 104, CA.
Kushner M. 1993. Acute Respons Body from Several Diseases.. CRC Press. hal. 3-
19. [10 Agustus 2010]
Luiz C, Jose C, Junqueira. 2003. Basic Histology. USA : McGraw-Hill.
Lintang SR. 2009. Gambaran Fraksi Protein Darah Pada Preklamsia dan Hamil
Normotensif. http://www.google.com/obstetri-letta. [6 Juni 2009]
Martini FH, Ober WC, Garrison C and Weleh K. 1992. Fundamentals of Anatomy
and Physiology. Ed ke-2. New Jersey : Prentice Hall, Englewood
Cliffs.
Meyer DJ, Harvey JW. 2004. Veterinary Laboratory Medicine. Interpretation and
diagnosis. Ed ke-3. Philadhelpia, USA: Saunders.
Maton A, Hopkins J, McLaughlin CW, Johnson S, Warner MQ, LaHart D, Wright
JD. 1993. Human Biology and Health. Englewood Cliffs, New Jersey,
USA: Prentice Hall. ISBN 0-13-981176-1.
Masoud M, Sarig G, Brenner B, Jacob G. 2008. "Orthostatic hypercoagulability: a
novel physiological mechanism to activate the coagulation system".
Hypertension 51 (6): 1545–51.doi: 10.1161/ HYPERTENSIONAHA.
108.112003. PMID 18413485.
Muszbek L, Bagoly Z, Bereczky Z, Katona E. 2008. "The involvement of blood
coagulation factor XIII in fibrinolysis and thrombosis". Cardiovascular
& Hematological Agents in Medicinal Chemistry 6 (3): 190–205.
doi:10.2174/187152508784871990. PMID 18673233.
Nelson DL, Cox MM. 2005. Lehninger's Principles of Biochemistry. 4th Edition.
New York: W. H. Freeman and Company.
Ogunsanmi AO, Taiwo VO, Iroeche PCN. and Sobaloju SO. 2001. Serological
survey of salmonellosis in grey duiker (Sylvicapra grimmia) in Asejire,
Irewole Local Government Area, Osun State, Nigeria. West Afr. J.
Med. med. Sci. 30:115-118.
26
Ogunsanmi A.O, Akpavie, SO and Anosa VO. 1994. Serum biochemical changes
in West African dwarf sheep experimentally infected with
Trypanosoma brucei. Rev. Elev. Med. Vet. Pays Trop. 47: 195-200.
Pei JC. 1998. The Physics Factbook. Chicago: Encyclopedia Britannica.
Rahimah S. 2010. Teknologi Pengolahan Susu dan Telur. Teknologi Industri
Pangan FTIP – Univesitas Padjadjaran
Santosa U. 2001. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Samuelson DA. 2007. Veterinary Histology. St. Louis: Saunders Elsevier.
Schalm OW. 1996. Patologi. Jakarta : Bagian Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Sudono A. 1999. Dairy Science. Department of Dairy Science, Faculty of Animal
Science. Bogor Agricultural University Press (IPB).
Suripto AB. 2007. Catatan Singkat Taksonomi HewanVertebrata. Lab Taksonomi
Hewan Fakultas Biolog. Universitas Gajah Mada.
Stryer L.1995. Biochemistry. 4ed. New York : W.H. Freeman and Company.
Tortora GJ, Anagnostakos NP. 1984. Principles of Anatomy & Physiology. Edisi
ke 4. New york: Harper & Row Publshers.
Usman B. 2006. Dasar Ternak Perah. http://e-course.usu.ac.id/content
/peternakan/dasar/textbook.pdf. [28 Juni 2010]
Williams IH. 1982. A Course Manual in Nutrition and Growth. Melbourne:
Australian Vice-Choncellors-Committee.
Williamson G, Payne WJA. 1993. Pengantar Ilmu Peternakan di Daerah Tropis.
Penterjemah: S.G.N. D Darmaja. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Watanabe N, Bruschi F, Korenaga M. 2005. "IgE: a question of protective
immunity in Trichinella spiralis infection". Trends Parasitol. 21 (4):
175–8. DOI:10.1016/j.pt.2005.02.010.
Zhang B, Li LL, Chen LX, Liu CY, Chen GW, Lin DM. 1998. Studies on feeding
value and functionary mechanism of multinutrient block in goats. 2.
Effects on physiological and biochemical parameters in blood. Journal
of Hunan Agricultural University, 24(5): 388–393.
27
LAMPIRAN
28
Lampiran 1 Data Fisiologis Sapi Perah Betina Frisien Holstein
Berat dewasa : 300-680 kg betina, 350-1000 kg jantan
Berat lahir : 22-50 kg
Suhu (rektal) : 38,00C - 39,0
0C (rata-rata 38,6
0C)
Pernafasan : 27-40/ menit
Denyut jantung : 40-58/ menit
Immunitas pasif : hanya melalui usus, dari kolostrum
Sumber: Pei Jun Chen (1998)
Lampiran 2 Nilai Total Protein Berdasarkan Analisis Statistik uji Duncan
Total Protein
Perlakuan N Subset for alpha =
0.05
1
Duncana 6 bulan 3 6.933
3 bulan 3 7.133
9 bulan 3 7.467
1 bulan 3 7.600
12 bulan 3 7.600
Sig. .306
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
29
Lampiran 3 Nilai Albumin Berdasarkan Analisis Statistik uji Duncan
Albumin
Perlakuan N Subset for alpha =
0.05
1
Duncana 9 bulan 3 3.300
1 bulan 3 3.367
12 bulan 3 3.433
3 bulan 3 3.467
6 bulan 3 3.767
Sig. .098
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 4 Nilai Globulin Berdasarkan Analisis Statistik uji Duncan
Globulin
Perlakuan N Subset for alpha =
0.05
1
Duncana 6 bulan 3 3.167
3 bulan 3 3.667
9 bulan 3 4.167
12 bulan 3 4.167
1 bulan 3 4.233
Sig. .076
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
30
Lampiran 5 Nilai Total Protein, Albumin dan Globulin berdasarkan Analisis
Statistik uji ANOVA
ANOVA
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Total
protein
Between
Groups 1.077 4 .269 .552 .702
Within
Groups 4.880 10 .488
Total 5.957 14
Albumin Between
Groups .387 4 .097 1.169 .381
Within
Groups .827 10 .083
Total 1.213 14
Globulin Between
Groups 2.531 4 .633 1.713 .223
Within
Groups 3.693 10 .369
Total 6.224 14