k3 biotrop

Upload: muhammad-fiqih-agusfian

Post on 18-Jan-2016

22 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tanggap darurat di Lab Biotrop

TRANSCRIPT

Laporan Praktikum

Hari, Tanggal: Sabtu, 20 September 2014Sistem Manajemen K3

Dosen

: Hartoko K Handoko, AK3Dan OHSAS 18001

Asisten: Angga Setyawan, A.MdPROTEKSI KEBAKARAN DAN TANGGAP DARURATDI LABORATORIUM SERVICE BIOTROPKELOMPOK 41. Aulia Anas M

(J3M112114)

2. M Fiqih Agusfian

(J3M112027)

3. Asri Lastari H

(J3M112068)

4. Salfitri

(J3M412129)

5. Lia Hafidzah

(J3M112070)6. Rizki Ramadiani R(J3M112052)

PROGRAM KEAHLIAN

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

I. PendahuluanLatar Belakang

Setiap tempat kerja tentu saja menginginkan semua asetnya amandan dapat berfungsi baik, oleh sebabitu pencegahan dan penanggulangankondisi bencana dan keadaan daruratperlu mendapatkan perhatian sungguh-sungguh. Memang disadari keadaanaman sepenuhnya tidak mungkintercapai sepenuhnya, karena selaluterdapat kemungkinan adanya faktoryang tidak diperhitungkansebelumnya. Oleh karena itu padasemua tempat kerja tidaklah cukupapabila manajemen beserta jajarannyahanya melakukan perencanaan untukkeadaan operasi normal, melainkanharus membuat perencanaan danpersiapan dalam keadaan darurat.

Kegawat daruratan merupakan suatu kejadian yang dapat menimbulkan kematian atau luka serius bagi pekerja, pengunjung atau pun masyarakat atau dapat menutup kegiatan usaha, mengganggu operasi, menyebabkan kerusakan fisiklingkungan ataupun mengancam finansial dan citra Kebakaran di tempat kerja dapat membawa konsekuensi yang berdampak merugikan banyak pihakbaik bagi pengusaha, tenaga kerja,masyarakat dan lingkungan. Akibat yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut adalah kerugian material,stagnasi kegiatan usaha, kerusakan lingkungan, menimbulkan ancaman terhadap keselamatan jiwa manusia,hilang lapangan kerja dan kerugian lain yang tidak langsung, apalagi jika terjadi pada objek vital maka dapat berdampak lebih luas lagi.Services Laboratory SEAMEO BIOTROP (SL-SEAMEO BIOTROP) merupakan salah satu bagian dari organisasi SEAMEO BIOTROP yang mempunyai tugas sebagai pelayanan jasa laboratorium pengujian. SL-SEAMEO BIOTROP terdiri atas 3 laboratorium pengujian yang memiliki ruang lingkup pengujian terhadap antara lain : air limbah, udara, tanah dan tanaman, mineral serta pangan dan pakan. Selain itu laboratorium ini melayani aktivitas penelitian Biologi Tropika. SEAMEO BIOTROP merupakan salah satu Pusat (Centre) di bawah SEAMEO (South East Asian Ministers of Education Organization) yang didirikan secara resmi pada tanggal 6 Februari 1968, berlokasi di lingkungan Kebun Raya Bogor. Pendirian ini berdasarkan pada kesepakatan Menteri-Menteri Pendidikan Asia Tenggara yang dituangkan dalam SEAMEO Charter pada tahun 1965. Negara-negara anggota SEAMEO adalah Indonesia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Philippina, Singapura, Thailand dan Vietnam) serta 6 negara sahabat (Associate Member Countries) yaitu Australia, Selandia Baru, Canada, Belanda, Jerman dan Perancis. Salah satu tujuan utama SEAMEO adalah meningkatkan pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia, khususnya di Asia Tenggara yang berpenduduk sekitar 500 juta jiwa dan hampir setengahnya berada di Indonesia. SEAMEO BIOTROP yang berlokasi di Indonesia merupakan Pusat di bawah SEAMEO yang bergerak dalam kegiatan riset dan pelatihan bidang Biologi Tropika, serta salah satu yang tertua dan terbesar disamping SEARCA dan INNOTECH di Philippina. Di dalam perkembangannya, pada tahun 2000 SL-SEAMEO BIOTROP ditetapkan menjadi salah satu bagian dari SEAMEO BIOTROP yang mempunyai tugas sebagai pelayanan jasa laboratorium pengujian berdasarkan keputusan Sidang Dewan Pembina (Governing Board) SEAMEO BIOTROP yang beranggotakan 10 negara anggota Asia Tenggara, di Phnon Phen, Kamboja pada tanggal 3 - 5 Oktober 2000. Keberadaan Laboratorium ini diperkuat dengan SK Direktur SEAMEO BIOTROP No. 212.1/Dir-SK/SL/V/2003 tentang Penetapan Struktur Organisasi dan Susunan Personalia Services Laboratory SEAMEO BIOTROP. Saat ini SL-SEAMEO BIOTROP telah memperoleh Sertifikat Akreditasi sebagai laboratorium pengujian sesuai dengan SNI 17025 : 2005 dari Komite Akreditasi Nasional dengan nomor Sertifikat Akreditasi Laboratorium : LP-221-IDN.Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengamati sistem tanggap darurat dan proteksi kebakaran di Laboratorium Service Biotrop.II. Tinjauan Pustaka

Teori tentang apiPengertian nyala api menurut Direktorat pengawasan keselamatan kerja (2001:16) adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya yaitu adanya cahaya dan panas dari suatu bahan yang sedang terbakar. Gejala lainnya yang dapat diamati adalah bila suatu bahan terbakar maka akan mengalami perubahan baik bentuk fisik maupun sifat kimianya.Unsur pokok terjadinya api dalam teori klasik segi tiga api (Triangel of fire) menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya tiga unsur pokok yaitu adanya unsur bahan yang dapat dibakar (fuel), oksigen (O) yang cukup dari udara dan panas yang cukup. Apabila salah satu unsur dari segitiga tersebut tidak berada pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi. Akan tetapi dalan studi lanjut mengenai fisika dan kimia, menyatakan bahwa peristiwa pembakaran mempunyai tambahan teori lagi yang disebut dengan bidang empat api (tetrahedron of fire). Teori ini mengemukakan dimana sisi dasar yang keempat yaitu adanya suatu rantai reaksi pembakaran yaitu CO, CO, SO, asap dan gas.Pengertian tentang kebakaranKebakaran adalah reaksi kimia yang berlangsung cepat serta memancarkan panas dan sinar. Reaksi kimia yang timbul termasuk jenis reaksi oksidasi. Menurut Direktorat pengawasan keselamatan kerja Ditjen pembinaan pengawasan ketenaga kerjaan, 2001:8) Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki, boleh jadi api itu kecil tetapi tidak dikehendaki adalah termasuk kebakaran Sedangkan menurut Depertemen Tenaga Kerja dalam bukunya yang berjudul Training Material K3 bidang penanggulangan kebakaran (1997) menyatakan bahwa, kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan. Bahan bakar dapat berupa bahan padat, cair atau uap/gas akan tetapi bahan bakar yang terbentuk uap dan cairan biasanya lebih mudah menyala.

Penyebab terjadinya kebakaranPada umumnya penyebab kebakaran bersumber pada 3 (tiga) faktor yaitu :

A. Faktor manusiaManusia sebagai salah satu faktor penyebab kebakaran antara lain :1. Pekerja

a. Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan kebakaran.

b. Menempatkan barang atau menyusun barang yang mungkin terbakar tanpa menghiraukan norma norma pencegahan kebakaran.

c. Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan, melebihi kapasitas yang telah ditentukan.

d. Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin.

e. Adanya unsur unsur kesengajaan.2. Pengelola

a. Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja.

b. Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja.

c. Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik, terutama kegiatan dalam bidang kegiatan penentuan bahaya, penerangan bahaya dan lain lain.

d. Tidak adanya standar atau kode yamg dapat diandalkan atau penerapannya tidak tegas, terutama yang menyangkut bagian kritis peralatan.

e. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran yang tidak diawasi secara baik.

B. Faktor teknis sebagai penyebab kebakaran dan peledakan

1. Proses fisik/mekanis

Yaitu dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api akibat pengetesan benda benda maupun adanya api terbuka, misalnya pekerjaan perbaikan dengan menggunakan mesin las.

2. Proses kimiaYaitu dapat terjadi kebakaran pada waktu pengangkutan bahan bahan kimia berbahaya, penyimpanan dan penanganan (handling) tanpa memperhatikan petunjuk petunjuk yang ada.

3. Tegangan listrikBanyak titik kelemahan pada instalasi listrik yang dapat mendorong terjadinya kebakaran yaitu karena hubungan pendek yang menimbulkan panas dan bunga api yang dapat menyalakan dan membakar komponen lain.

C. Faktor AlamSalah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat faktor alam adalah : Petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan kebakaran hutan yang luas dan juga perumahan perumahan yang dilalui oleh lahar panas dan lain lain.

Penyebab terjadinya kebakaran kebakaran di industry, Jika diatas disebutkan beberapa penyebab kebakaran di industri, dapat terjadi kerena beberapa hal :

1. Nyala api atau sumber apiSumber api bebas, percikan api, maupun putung rokok yang dapat menyebabkan kebakaran jika terjadi kontak dengan bahan bahan yang mudah terbakar.

2. Gangguan aliran listrikILO (1992) menyatakan bahwa gangguan listrik merupakan penyebab utama kebakaran dalam industri.

3. Ledakan cairan atau uap yang bertemperatur dan bertekanan tinggi.

4. Ledakan atau kebocoran unsur kimia.

Klasifikasi kebakaranKlasifikasi kebakaran ialah penggolongan atau pembagian kebakaran berdasarkan jenis bahayanya, dengan adanya klasifikasi tersebut akan lebih mudah, cepat dan lebih tepat dalam pemilihan media pemadam yang digunakan untuk memadamkan kebakaran. Dengan mengacu pada standar (Depnaker, Traning Material K3 bidang penanggulangan kebakaran :1997:14). Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2004:24) terdapt dua versi standar klasifikasi jenis kebakaran yang sedikit agak berbeda. Klasifikasi jenis kebakaran menurut standar inggris yaitu LPC (Loss Prevention Committee) menetapkan klasifikasi kebakaran dibagi dalam dua klas A, B, C, D, E sedangkan Standar Amerika yaitu NFPA (National Fire Prevention Assosiation).Sedangkan Indonesia menganut klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan menteri tenaga kerja dan Transmigrasi No.Per.04/MEN/1980 yang pembagiannya adalah sebagai berikut :

a. Kelas A : Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar dengan sendirinya, kebakaran kelas A ini akibat panas yang datang dari luar, molekul molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas lainlah yang terbakar, hal kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya mengurai lebih banyak molekul molekul dan menimbulkan gas akan terbakar.Sifat utama dari kebakaran benda padat adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam bentuk bara.

b. Kelas B : Seperti bahan cairan dan gas tak dapat terbakar dengan sendirinya diatas cairan pada umunya terdapat gas, dan gas ini yang dapat terbakar. Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api kecil sanggup mencetuskan api yang akan meninbulkan kebakaran. Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat lain.

c. Kelas C : Kebanyakkan pada peralatan listrik yang bertegangan, yang mana sebenarnya kelas C ini tidak lain kebakaran kelas A dan kelas B atau kombinasi dimana ada aliran listrik.Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media pemadam yaitu tidak menghantar listrik untuk melindungi orang yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik.

d. Kelas D : Kebakaran logam seperti magnesium, titanium, uranium, sodium. Lithium, dan potassium. Pada kebakaran jenis ini perlu dengan alat atau media khusus untuk memadamkannya.

Penanggulangan Kebakaran

Penanggulangan kebakaran adalah segala daya upaya untuk mencegah dan memberantas kebakaran (Departemen Tenaga Kerja, Training Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran : 1997 : 4).

Pencegahan Kebakaran

Pencegahan kebakaran adalah usaha usaha untuk memutuskan rangkaian unsur penyebab timbulnya api yang tidak dikehendaki yang dilakukan secara terencana sejak pra kondisi dan terus menerus (Departemen Tenaga Kerja, Training Meterial K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran : 1997 : 4).

Rencana Tindakan Darurat Kebakaran

Rencana tindakan darurat kebakaran adalah menetapkan metode tindakan keselamatan yang sistematis dan perintah evakuasi bila terjadi kebakaran. (Dinas Kebakaran DKI Jakarta, Penanggulangan Bahaya Kebakaran pada bangunan : 2002 :16).Rencana tindak darurat kebakaran antara lain :1. Pembentukan tim pemadam kebakaran.2. Pembentukan tim evakuasi.3. Pembentukan tim P3K.4. Penentuan satuan pengamanan.5. Penentuan tempat berhimpun.6. Penyelamatan orang yang perlu dibantu (orang tua, orang sakit, orang cacat dan anak anak).Pemadaman Kebakaran

Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI (2000:10), mengatakan bahwa memadamkan kebakaran adalah suatu teknik menghentikan reaksi pembakaran atau nyala api.

Teknik Pemadaman Kebakaran

Memadamkan kebakaran dapat dilakukan dengan prinsip menghilangkan salah satu atau beberapa unsur dalam proses nyala api (Departemen Tenaga Kerja, Training Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran : 1997 : 17), beberapa cara memadamkan api yaitu :

A. Pendinginan (cooling)

B. Penyalimutan (smothering)

C. Memutuskan reaksi api

D. Melemahkan (dilution)

Jenis Media Pemadaman Kebakaran

Menurut Depnaker dalam bukunya Training Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran, adalah Dalam mengenal berbagai jenis media pemadam kebakaran dimaksudkan agar dapat menentukan jenis media yang tepat, sehingga dapat memadamkan kebakaran secara efektif, efisien, dan aman. Dari bentuk fisiknya media pemadam kebakaran ada 5 jenis yaitu :

1. AirAir digunakan sebagai media pemadam kebakaran yang cocok atau tepat untuk memadamkan kebakaran bahan padat (klas A) karena dapat menembus sampai bagian dalam.Bahan pada yang cocok dipadamkan dengan menggunakan air adalah seperti : Kayu Arang Kertas Tekstil Plastik dan sejenisnya.

2. BusaJenis media pamadam kebakaran, busa adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk memadamkan api. Ada 2 (dua) macam busa yang berfungsi untuk memadamkan kebakaran yaitu busa kimia dan busa mekanik.Busa kimia dibuat dari gelembung yang mengandung zat arang dan carbon dioksida, sedangkan busa mekanik dibuat dari campuaran zat arang dengan udara. Busa dapat memadamkan kebakaran melalui kombinasi tiga aksi pemadaman yaitu : Menutupi yaitu membuat selimut busa diatas bahan yang terbakar, sehingga kontak dengan oksigen (udara) terputus. Melemahkan yaitu mencegah penguapan cairan yang mudah terbakar. Mendinginkan yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar sehingga suhunya menurun.

3. Serbuk kimia keringDaya pemadam dari serbuk kimia kering ini bergantung pada jumlah serbuk yang dapat menutupi permukaan yang terbakar. Makin halus butir butir serbuk kimia kering makin luas permukaan yang dapat ditutupi.Adapun butiran bahan kimia kering yang sering digunakan adalah Ammonium hydro phospat yang cocok digunakan untuk memadamkan kebakaran klas A, B dan C. Cara kerja serbuk kimia kering ini adalah secara fisik dan kimia.

4. Carbon dioksida (CO)Media pemadam api CO didalam tabung harus dalam keadaan fase cair bertekanan tinggi. Prinsip kerja gas CO dalam memadamkan api ialah reaksi dengan oxygen (O) sehingga konsentarsi didalam udara berkurang, sehingga api akan padam hal ini disebut pemadaman dengan cara menutup.Namun CO juga mempunyai kelemahan ialah bahwa media pemadam tersebut tidak dapat dicegah terjadinya kebakaran kembali setelah api padam (reignitasi). Hal ini disebabkan CO tersebut tidak dapat mengikat oxygen (O) secara terus menerus tetapi hanya mengikat O sebanding dengan jumlah CO yang tersedia sedang supply oxygen disekitar tempat kebakaran terus berlangsung.

5. HalonPada saat terjadi kebakaran apabila digunakan halon untuk memadamkan api maka seluruh penghuni harus meninggalkan ruangan kecuali bagi yang sudah mengetahui betul cara penggunaannya. Jika gas halon terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 485C maka akan mengalami penguraian, dan zat zat yang dihasilkan akan mengikat unsur hydrogen dan oxygen. Jika penguraian tersebut terjadi dapat menghasilkan beberapa unsur baru dan zat baru tersebut beracun dan cukup membahayakan terhadap manusia.

III. METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan di Laboratorium Service Biotrop di Tajur Bogor, pada Kamis 02 Oktober 2014. Pengamatan dilakukan pada pukul 09.00 WIB s.d selesai.Cara Kerja

Praktikum dilakukan dengan cara pengamatan di lapangan. Sistem proteksi kebakaran menjadi bahan yang diamati. Setelah dilakukan pengamatan, data yang dikumpulkan dibandingkan dengan literatur yang ada.IV. PEMBAHASAN

1. Potensi Bahaya Kebakaran

Laboratorium Service di Biotrop merupakan salah satu tempat kerja yang mempunyai potensi kebakaran yang cukup tinggi. Kebakaran ini dapat disebabkan dari proses-proses pencampuran bahan kimia atau pun kondisi lingkungan yang memungkinkan timbulnya percikan api. Beberapa bahan kimia memiliki sifat mudah terbakar dan dikategorikan sebagai flammable (mudah terbakar). Percikan api dapat timbul akibat gesekan atau hubungan arus pendek listrik.

Menurut Kepmenaker no 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja, setiap pengurus/ pengusaha wajib mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran melalui: 1) Pengendalian setiap bentuk energi; 2) Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran, dan sarana evakuasi; 3) Pengendalian penyebaran asap, panas, dan gas; 4) Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja; 5) Penyelenggaraan latihan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala; 6) memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran bagi tempat kerja.2. Jalur Evakuasi

Laboratorium Service di Biotrop telah menyediakan fasilitas jalur evakuasi. Sepanjang jalur evakuasi telah diberi petunjuk sehingga memudahkan pekerja atau pun semua orang yang terdapat di laboratorium menyelamatkan diri dalam keadaan darurat. Jalur evakuasi di Laboratorium Service Biotrop terdiri dari dua arah berlawanan dengan satu titik berkumpul (muster point). Hal ini menjadikan laboratorium memiliki dua pintu keluar darurat. Jalur evakuasi pada Laboratorium Service Biotrop memiliki kekurangan terutama pada tangga darurat, karena tangga darurat menggunakan tangga biasa yang sering dipakai bukan tangga khusus darurat yang hanya digunakan ketika kondisi darurat. Menurut Sumamur (1996) dalam Putra (2010), idealnya semua bangunan harus memiliki minimal dua jalur penyelamatan pada dua arah berlawanan.

Sesuai dengan UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamat Kerja pada BAB II mengenai syarat-syarat keselamatan kerja pasal 3 ayat 1 khususnya poin d dan e menyebutkan bahwa syarat-syarat keselamatan kerja untuk:

1. Memberikan kesemoatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

2. Memberikan pertolongan pada kecelakaan kerja.3. Fasilitas dan Sarana Penunjang

Fasilitas atau sarana penunjang untuk menanggapi resiko kebakaran harus tersedia di bangunan yang berisiko kebakaran. Beberapa fasilitas yang terdapat di Laboratorium Service Biotrop adalah:

a. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Laboratorium Service Biotrop telah menyediakan APAR pada setiap ruangan yang berpotensi terjadi kebakaran. Jenis APAR yang disediakan adalah untuk jenis kebakaran A, B, dan C dengan APAR system storred presure. Penempatan APAR masih belum sesuai dengan Permenaker 4 Tahun 1980, karena puncak APAR melebihi 1,2 meter dari permukaan lantai. Penempatan ini berhubungan dengan kemudahan penjangkauan dalam kondisi darurat.

Tabung APAR disediakan pada setiap ruang laboratorium seperti laboratorium air dan laboratorium udara. Sebanyak tiga buah APAR disediakan untuk lantai dua Laboratorium Service Biotrop. Hal ini sesuai dengan Permenaker 4 Tahun 1980 yang mengharuskan peletakkan APAR antara satu dengan lainnya tidak lebih dari 15 meter.

Pemeliharaan APAR di Laboratorium Service Biotrop dilakukan selama sekali dalam satu tahun. Dalam pengisian ulang APAR, pihak manajemen K3 Laboratorium Service Biotrop melakukan pelatihan pemadaman api menggunakan APAR untuk setiap pekerja laboratorium. Hal ini untuk memperkecil biaya pelatihan karena menggunakan APAR yang telah ada. b. Alarm Tanda Bahaya

Laboratorium Service Biotrop menyediakan alarm tanda bahaya untuk kondisi darurat. Alarm ini bertujuan untuk menginformasikan kepada seluruh pekerja laboratorium bahwa telah terjadi kondisi darurat dan mengharuskan pekerja untuk berkumpul di muster point melalui jalur evakuasi yang telah disediakan.Alarm tanda bahaya pada Laboratorium Service Biotrop dioperasikan secara manual sehingga memerlukan seseorang untuk menyalakannya.4. Pembinaan dan Latihan

Pihak manajemen K3 di Laboratorium Service Biotrop mengadakan pelatihan pemadaman kebakaran dan tanggap darurat selama satu tahun sekali. Hal ini bertujuan untuk melatih kesiapan pekerja laboratorium dalam kondisi darurat. Pelatihan diadakan dengan bantuan dari Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bogor.

V. KESIMPULAN

Pencegahan kebakaran di Laboratorium Service Biotrop telah berjalan cukup baik. Laboratorium Service Biotrop telah menyediakan fasiltias darurat kebakaran seperti APAR, jalur evakuasi, dan telah melakukan pelatihan pemadaman kebakaran. Akan tetapi terdapat beberapa kekurangan seperti posisi peletakkan APAR yang belum memenuhi kriteria dan belum tersedianya Hidran.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Tenaga Kerja RI. 1999. KEPMENAKER NOMOR 186 Tahun 1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 1980. PERMENAKERTRANS Nomor 04 Tahun 1980 Tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.

Putra BK. 2010. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran di PT. INKA Madiun Jawa Timur. Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta.