jurusan kesehatan masyarakat fakultas …

190
ANALISIS PELAKSANAAN JSA PADA PEKERJAAN WELLWORK DAN INITIAL COMPLETION YANG DILAKUKAN KONTRAKTOR MIGAS BERDASARKAN TEKNIK MANAGEMENT OVERSIGHT AND RISK TREE DI LOKASI KERJA PT. X TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh: MELLYSA PUTRI NELDI 107101001575 JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 2011

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

ANALISIS PELAKSANAAN JSA PADA

PEKERJAAN WELLWORK DAN INITIAL COMPLETION YANG DILAKUKAN KONTRAKTOR MIGAS BERDASARKAN

TEKNIK MANAGEMENT OVERSIGHT AND RISK TREE DI LOKASI KERJA PT. X TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh: MELLYSA PUTRI NELDI

107101001575

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A 2011

Page 2: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 September 2011

Mellysa Putri Neldi

Page 3: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Skripsi, Maret- September 2011

Mellysa Putri Neldi, NIM: 107101001575

ANALISIS PELAKSANAAN JSA

PADA PEKERJAAN WELLWORK DAN INITIAL COMPLETION

YANG DILAKUKAN KONTRAKTOR MIGAS

BERDASARKAN TEKNIK MANAGEMENT OVERSIGHT AND RISK TREE

DI LOKASI KERJA PT. X TAHUN 2011

151 halaman + 11 tabel + 17 gambar + 8 lampiran

ABSTRAK

Industri Migas memiliki risiko kecelakaan yang cukup tinggi. Wellwork dan

initial completion merupakan salah satu kegiatan industri Migas yang memiliki tujuh

hazard besar, sehingga untuk mengenali sumber hazard dan menentukan tindakan

mitigasinya diperlukan ketepatan dalam pelaksanaan job safety analysis (JSA). Akan

tetapi pada kenyataannya, ditemukan permasalahan pada pelaksanaan JSA di PT. X,

yaitu ketidaktepatan pelaksanaan JSA dan tidak dilakukannya JSA pada beberapa

pekerjaan.

Penelitian ini bersifat kualitatif untuk menggali lebih dalam penyebab masalah

dalam JSA pada pekerjaan wellwork dan initial completion yang dilakukan kontraktor

migas, di lokasi kerja PT. X tahun 2011. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Maret

hingga September 2011. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Management Oversight and Risk Tree. Untuk mendapatkan keabsahan data, maka

digunakanlah triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik terdiri dari

teknik pengamatan lapangan, analisis dokumen, dan wawancara. Triangulasi sumber

terdiri dari informan utama yaitu para pengawas, informan kunci yaitu HES

Representative PT. X, dan informan pendukung yaitu para pekerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab masalah dalam pelaksanaan JSA

disebabkan karena ketidakahlian pekerja, ketidaktepatan waktu pelaksanaan JSA,

ketidaktegasan pengawas, terlalu luasnya ruang lingkup pekerjaan, dan tidak

dilakukannya tindakan mitigasi yang sudah ditentukan. Dari penelitian ini juga diketahui

beberapa hal yang mendukung pelaksanaan JSA yaitu komitmen perusahaan, anggaran,

masukan dari para pekerja, pemahaman pekerja melakukan tindakan mitigasi,

ketersediaan dan kesesuaian peralatan pengendalian dengan hazard yang ada di lokasi

kerja, uji coba peralatan pengendalian hazard, arahan dan petunjuk untuk

mengendalikan hazard, dan penggunaan kembali rekomendasi pengendalian hazard

pada situasi yang berbeda.

Page 4: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

iii

Untuk memastikan JSA dilaksanakan dengan tepat, disarankan kepada

perusahaan dan mitra kerja untuk memberikan pelatihan mengenai JSA kepada para

pekerja dan menetapkan jalur pengawasan yang selalu terjaga pada setiap tingkatan

pengawas.

Daftar bacaan: 29 (1996- 2011)

Page 5: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY

OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH

Undergraduate Thesis, March- September 2011

Mellysa Putri Neldi, NIM: 107101001575

JSA IMPLEMENTATION IN WELLWORK AND INITIAL COMPLETION

ACTIVITY PERFORMED BY OIL AND GAS CONSTRUCTOR

THROUGH MANAGEMENT OVERSIGHT AND RISK TREE TECHNIQUE

LOCATED IN PT. X 2011

151 pages + 11 tables + 17 pictures + 8 attachments

ABSTRACT

Oil and gas industry has a high risk of occupational accidents. Wellwork and

initial completion (WW&C) is one of the activities in this industry which has seven

hazards, so to identify source of hazard and determine of hazard mitigation requires

accuracy in implementation of Job Safety Analysis (JSA). But in reality, there are some

problems in implementation of JSA on PT.X, such as inaccuracies implementation and

not having JSA done in some works.

This is a qualitative research using Management Oversight and Risk Tree to

explore the root cause of problems in JSA implementation at well work and initial

completion activity that performed by oil and gas constructor located in PT. X on 2011.

The study started on March to September 2011. To obtain the validity of the data, it is

used triangulation methods and person triangulation. Triangulation methods of

observation, document analysis, and interview. Person triangulation consists of the main

informants are supervisors, the key informant is HES Representative at PT. X, and

support informants are workers.

The root causes of inaccuracy implemented JSA are lack of the employee skill,

JSA was performed in improper time, lack of supervising, analyzed the scope of work is

too vast, and undone mitigation. From this study are also known to some of the things that

support the implementation of the JSA is a employee’s commitment, budget, workers

suggestion, workers understanding of mitigation actions, availability and suitability of hazard

control, testing hazard controls, directives and instructions to control the hazard, and reuse of

control hazard in different situations.

To ensure accuracy in implementation of JSA, the company and its business

partner must improve their workers skill and set up a supervision pathway at every level

supervisors.

Reading list : 29 (1996- 2011)

Page 6: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

ANALISIS PELAKSANAAN JSA

PADA PEKERJAAN WELLWORK DAN INITIAL COMPLETION

YANG DILAKUKAN KONTRAKTOR MIGAS

BERDASARKAN TEKNIK MANAGEMENT OVERSIGHT AND RISK TREE

DI LOKASI KERJA PT. X TAHUN 2011

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 30 September 2011

dr. Yuli Prapancha Satar, MARS

Pembimbing Skripsi I

Iting Shofwati, ST, MKKK

Pembimbing Skripsi II

Page 7: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

vi

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN

MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 30 September 2011

Ketua

(dr. Yuli Prapancha Satar, MARS)

Anggota I

(Iting Shofwati, ST, MKKK)

Anggota II

(Rulyenzi Rasyid, MKKK)

Page 8: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Mellysa Putri Neldi

Jl. Cucur Timur VIII Blok A11/13 Bintaro Jaya Sektor 4

Tangerang Selatan

Email: [email protected]

Riwayat Pendidikan

1995- 2001 SD Cendana Rumbai- Pekanbaru

2001- 2004 SMP Cendana Rumbai- Pekanbaru

2004-2007 SMA Cendana Rumbai- Pekanbaru

2007-2011 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jurusan Kesehatan Masyarakat

Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Beasiswa, Seminar, dan Pelatihan

2007- 2011 Beasiswa Penuh untuk Studi S1 dari REACH An International

Scholarship Program, Institute Of International Education USA

2008 - Seminar Profesi Keselamatan dan Kesehatan Kerja “Efek

Penggunaan Headset terhadap Kesehatan Telinga”

- Seminar Profesi Keselamatan dan Kesehatan Kerja “Amankan

Tabung Gas Subsidi Anda…?”

- PelatihanPertolongan Pertama Mahasiswa yang diadakan oleh

Korps Sukarela Palang Merah Indonesia UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2009 Seminar Profesi Keselamatan dan Kesehatan Kerja “ Pembangkit

Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bencana atau Solusi Sumber

Energi???”

2009 -Kunjungan ke Perkebunan PTPN VII dan melakukan analisis

kualitas lingkungan.

Page 9: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

viii

-Kunjungan ke Pabrik PT. Unitex Tbk. untuk mengetahui

pengolahan limbah pabrik.

2010 -Kunjungan ke Waste Management Indonesia (WMI) untuk

mengetahui pengolahan limbah dari berbagai industri di

Indonesia.

-Kunjungan ke Bantar Gebang sebagai salah satu Tempat

Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) milik Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta

-Kunjungan ke Pabrik PT. Indomilk dan Pabrik PT. Yakult

Indonesia Persada untuk mengetahui tentang K3 perusahaan serta

melakukan analisis keselamatan pekerjaan / job safety analysis

(JSA).

2011 - Training Pembuatan Emergency Response Plan (ERP) di PT.

Chevron Pacific Indonesia bersama mitra kerja.

- Training Menghadapi Keadaan Darurat dan Kebakaran di PT.

Chevron Pacific Indonesia.

- Mengikuti Fire Exercise di North Booster System (NBS) di PT.

Chevron Pacific Indonesia.

- Training Health, Safety, and Environment mengenai

“Fundamental Safety Work Practies” di PT. Chevron Pacific

Indonesia

Pengalaman Organisasi dan Magang

2007- 2008 Staff Departemen Pemberdayaan Sumber Daya Mahasiswa

(PSDM) BEM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2010 Koordinator Acara untuk Enam Acara Besar untuk Milad 6th

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK).

2010 Ketua Seksi Penelitian pada Seminar Profesi Kesehatan dan

Keselamatan Kerja “Sudah Safetykah anda Berkendara?”

2010- 2011 Kepala Departemen Keuangan dan Dana Usaha BEM Jurusan

Kesehatan Masyarakat

Maret- April 2011 Magang di PT. Chevron Pacific Indonesia dengan judul laporan

“Gambaran Manajemen Kebakaran dan Tanggap Darurat

Tahun 2011”

Page 10: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

ix

LEMBAR PERSEMBAHAN

Like attracts like. You get what you think about; your thoughts determine

your experience. ~Rhonda Byrne (2006), Rhonda Byrne dan Michael J. Loiser (2007), Beth dan Lee McCain (2007) ~

Skripsi ini kupersembahkan untuk ANDA.

Semoga tulisan sederhana ini memberi manfaat dan wawasan baru pada

pengetahuan ANDA.

Inilah niat saya agar berguna bagi ANDA, bagi DUNIA.

Page 11: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

x

KATA PENGANTAR

ته كا بر و لله ا ورحمة عليكن م اسلا

Segala puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjat kehadirat Allah SWT yang

selalu senantiasa memberikan rahmat serta nikmat-Nya atas segala kemudahan,

keberanian, kelancaran, dan segala ketenangan yang Engkau berikan. Terimakasih Rabb

atas kasih sayang-Mu yang selalu terpacarkan hingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul ”Analisis Pelaksanaan JSA pada Pekerjaan Wellwork dan

Initial Completion yang Dilakukan Kontraktor Migas Berdasarkan Teknik

Management Oversight and Risk Tree di Lokasi Kerja PT. X Tahun 2011” ini

dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan alam

Baginda Besar Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan sahabat-sahabatnya

yang telah membawa umatnya menuju pintu pencerahan dan peradaban serta jalan yang

diridhai oleh Allah SWT.

Penulis ingin menyampaikan secara khusus ucapan terima kasih dan

penghargaan kepada Ayahanda Nan Bijaksana H. Edi Mardias dan Ibunda Tersayang Hj.

Nelly Aswarni atas segala dukungan dan doanya yang tiada henti dan selalu dipanjatkan

kepada Allah SWT untuk keberhasilan penulis dalam menjalani kehidupan ini.

Penyelesaian skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis sendiri,

melainkan dari bantuan, bimbingan, motivasi dan semangat serta doa dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Kelurga Besar. Nenek, Tante Mel dan Om Achyar, Om Anat beserta Tante Loli,

Tante Des, Kakak Tercinta Eka Febriani, dan Abang Maulana Neldi beserta istri,

terima kasih atas doa dan dukungan yang selalu mengiringi langkah hidupku.

Keponakan-keponakan yang lucu, Syalwa, Abitya, Zavania, dan Bazli, terima

kasih telah memberikan senyuman dan canda tawa, hingga membuat penulis terus

bersemangat mencapai masa depan yang cerah.“My Engineer” Ananda Fauzan

Page 12: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

xi

Lubis, terimakasih atas dukungan, bantuan, kasih sayang, dan ketegasan yang

diberikan selama proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan

limpahan rezeki dan kasih sayangnya kepada kita.

2. Bapak dr. Yuli Prapancha Satar, MARS, selaku dosen pembimbing skripsi dan

ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, selaku dosen pembimbing skripsi dan penanggung

jawab peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang senantiasa membantu,

membimbing penulis selama penyusunan skripsi.

4. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku penasehat akademik yang

senantiasa memberikan nasehat, dukungan, dan doa yang diberikan.

5. Seluruh dosen dan staf PSKM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis dan para

mahasiswa umumnya.

6. Bapak Elwin Fernandes yang telah membukakan jalan bagi saya untuk

menyelesaikan skripsi di perusahaan.

7. Bapak Muhammad Razi, SKM, MT yang terus memberikan saya dorongan dan

kekuatan untuk terus maju menyelesaikan skripsi. Terimakasih telah memotivasi

saya, dan terus membimbing saya dari awal skripsi hingga selesai.

8. Bapak Supriyo Widodo, yang selalu memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan

baru bagi saya selama proses pengerjaan skripsi.

9. Seluruh Well Site Manager (WSM) WW&C yang telah membimbing dan

membantu saya saat mengikuti kegiatan di lokasi kerja.

10. Seluruh kru pekerja rig, termasuk toolpusher dan driller yang sangat membantu

saya memperoleh informasi di lokasi kerja.

11. Bapak Gazali yang selalu memberikan informasi dan membuatkan surat-surat yang

saya butuhkan untuk penyelesaian skripsi.

12. Sahabat-sahabat K3 dan Gizi yang senantiasa memberikan informasi, motivasi,

dan bantuannya selama proses pengerjaan skripsi. Terimakasih untuk Ebby, Shani,

Page 13: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

xii

Nita, Uni Wita, Ayu, Tamalia “Indah”, Ika “Cakwee” , Pipit “Soulmate”, Arbi,

Zulfa, dan Agung yang sangat memotivasi hingga skripsi ini dapat diselesaikan

tepat waktu.

13. Adik-adik kelas Icha, Titah, Ade (Farmasi), Nindy, Sherly, Diana, Vita, Ubay,

Fadil, Ersa, Nita dan adik-adik lainnya atas doa yang kalian berikan. Senang sekali

bisa mengenal dan berbagi ilmu baik secara akdemik maupun organisasi bersama

kalian.

14. Sahabat penulis yang cantik serta cerdas yaitu Siti Hanifa Sandri, S.Bsc of Banking

and Finance yang selalu memberikan dukungan selama pengolahan pedoman

wawawancara dan pengambilan data di Pekanbaru.

15. Sahabat-sahabat Cendana 2007, Geng AWE (“Momont” Erlisa Fitri, ST; Elsa

Astriana, ST; Refi Agustine, S.Ked; dan Vrenda Alia, Sk. Ked); Ulfa Fauzia, ST;

dan Rezky Octora Manungkalit, S.I.Kom. Walaupun jarak memisahkan, namun

arti persahabatan sangat kental bagi kita, terimakasih sahabat atas dukunganmu.

Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan

yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin. Terakhir kiranya

penyusun berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya.

ته كا بر و لله ا ورحمة عليكن م لسلا ا و

Jakarta, September 2011

Mellysa Putri Neldi

Page 14: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

xiii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................................... i

ABSTRAK ..................................................................................................................... ii

ABSTRACT ................................................................................................................... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................... v

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vii

LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xvii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................................... 10

1.3 PERTANYAAN PENELITIAN .............................................................................. 11

1.4 TUJUAN PENELITIAN .......................................................................................... 11

1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................................................ 11

1.4.2 Tujuan Khusus ....................................................................................................... 12

1.5 MANFAAT PENELITIAN ...................................................................................... 13

1.5.1 Bagi Peneliti ........................................................................................................... 13

1.5.2 Bagi Institusi .......................................................................................................... 13

1.5.3 Bagi Perusahaan dan Business Project ................................................................... 13

1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN ......................................................................... 13

Page 15: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MANAJEMEN RISIKO .......................................................................................... 15

2.1.1 Manajemen Risiko dan Manajemen Keselamatan Kerja (K3) ............................... 15

2.1.2 Proses Manajemen Risiko ...................................................................................... 17

2.2 IDENTIFIKASI HAZARD ...................................................................................... 19

2.1.1 Identifikasi Hazard sebagai Bagian dari Manajemen Risiko ................................. 19

2.2.2 Metode Identifikasi Hazard ................................................................................... 21

2.3 ANALISIS KESELAMATAN KERJA (JOB SAFETY ANALYSIS) ....................... 23

2.3.1 Pelaksanaan Job Safety Analysis ............................................................................ 25

2.4 TEORI PENYEBAB KECELAKAAN .................................................................. 30

2.5 KELALAIAN MANAJEMEN DAN POHON RISIKO (MANAGEMENT

OVERSIGHT AND RISK TREE) .............................................................................. 37

2.5.1 Definisi Management Oversight And Risk Tree (MORT) ...................................... 37

2.5.2 Tidak Dilaksanakannya Penilaian Risiko (Task Spesific Risk Assessment Not

Performed) ............................................................................................................. 39

A. Potensi Kecelakaan Tinggi yang Tidak Teridentifikasi (High Potential

was Not Identified) ........................................................................................... 40

B. Potensi Kecelakaan Rendah (Low Potential) .................................................... 43

2.5.3 Penilaian Risiko Pekerjaan (Task Spesific Risk Asessment LTA) ........................ 43

A. Analisis Risiko Pekerjaan (Task Spesifik Risk Analysis LTA) .......................... 43

B. Rekomendasi Tindakan Pengendalian (Recommended Control LTA) .............. 47

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 KERANGKA BERPIKIR ........................................................................................ 49

3.2 DEFINISI ISTILAH ................................................................................................ 50

3.2.1 Pelaksanaan JSA .................................................................................................... 50

3.2.2 Identifikasi Permasalahan dalam Pelaksanaan JSA ............................................... 51

3.2.3 Tidak Dilaksanakannya JSA dan Tidak Tepatnya Pelaksanaan JSA ..................... 51

3.2.4 Analisis Masalah Menggunakan Teknik MORT ................................................... 51

Page 16: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

xv

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 JENIS PENELITIAN ............................................................................................... 52

4.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ................................................................. 52

4.3 INFORMAN ............................................................................................................ 52

4.4 INSTRUMEN PENELITIAN .................................................................................. 54

4.5 SUMBER DATA ..................................................................................................... 55

4.6 PENGUMPULAN DATA ....................................................................................... 56

4.7 KEABSAHAN DATA ............................................................................................. 58

4.8 PENGOLAHAN DATA .......................................................................................... 59

4.9 ANALISIS DATA ................................................................................................... 60

4.10 PENYAJIAN DATA ............................................................................................... 60

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 GAMBARAN UMUM PT. X .................................................................................. 66

5.1.1 Profil PT.X ............................................................................................................. 66

5.1.2 Visi dan Misi PT. X ............................................................................................... 67

5.1.3 Fundamental Safe Work Practies (FSWP) ............................................................ 67

5.1.4 Job Safety Analysis sebagai Bagian dari FSWP ..................................................... 71

5.2 WELLWORK AND COMPLETION DEPARTEMENT (WW&C) ........................... 77

5.2.1 Tugas dan Tanggung Jawab WW&C ..................................................................... 78

5.2.2 Peralatan yang Digunakan di Lokasi Kerja WW&C ............................................. 80

5.3 HASIL PENELITIAN .............................................................................................. 87

5.3.1 Informan Penelitian ................................................................................................ 87

5.3.2 Hasil Pengamatan Lapangan Mengenai Pelaksanaan JSA di Lokasi WW&C ...... 88

5.3.3 Hasil Penelitian untuk Task Spesific Risk Assessment Not Performed .................. 97

A. Potensi Kecelakaan Tinggi yang Tidak Teridentifikasi (High Potential

was Not Identified) ............................................................................................ 97

Page 17: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

xvi

B. Potensi Kecelakaan Rendah (Low Potential) .................................................... 103

5.4.3 Hasil Penelitian untuk Task Spesific Risk Asessment LTA ..................................... 103

A. Analisis Risiko Pekerjaan (Task Spesifik Risk Analysis LTA) .......................... 104

B. Rekomendasi Tindakan Pengendalian (Recommended Control LTA) .............. 113

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 KETERBATASAN PENELITIAN ......................................................................... 123

6.2 PEMBAHASAN EVENT TASK SPESIFIC RISK ASSESSMENT NOT

PERFORMED........................................................................................................ 126

6.3 PEMBAHASAN EVENT TASK SPESIFIC RISK ASSESSMENT LTA.............. 134

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN ........................................................................................................ 148

7.2 SARAN .................................................................................................................... 150

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 18: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

xvii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

4.1 Teknik Triangulasi Sumber dan Metode 61

4.1 Teknik Triangulasi Sumber dan Metode (lanjutan 1) 62

4.1 Teknik Triangulasi Sumber dan Metode (lanjutan 2) 63

4.2 Simbol-simbol dalam Pohon MORT 65

5.1 Informan Utama 87

5.2 Informan Kunci 87

5.3 Informan Pendukung 88

5.4 Formulir JSA di Lokasi BAD 90

5.4 Formulir JSA di Lokasi BAD (lanjutan 1) 90

5.5 Kekurangan Mitigasi JSA di Lokasi BAD 92

5.6 Kekurangan Mitigasi JSA di Lokasi BAD 93

Page 19: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

xviii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Proses Manajemen Risiko 18

2.2 Contoh Lembar Kerja Job Safety Analysis 26

2.3 Accident Model Heinrich 31

2.4 Model Penyebab Kecelakaan ILCI 32

2.5 Cabang Utama Pohon MORT 38

2.6 Cabang Task Specific Risk Assessment Not Performed 42

2.7 Cabang Task Spesific Risk Assessment LTA 45

3.1 Kerangka Berpikir 50

4.1 Contoh-contoh Acuan yang Digunakan dalam Pohon MORT 64

5.1 Empat Fase Analisis Hazard 71

5.2 Hazard Identification Tools 74

5.3 Rig 81

5.4 Well Head 83

5.5 Packer 85

5.6 Tubular 85

6.1 Event-event yang Bermasalah dalam Cabang 133

Task Spesific Risk Assessment Not Performed

6.1 Event-event yang Bermasalah dalam Cabang

Task Spesific Risk Assessment LTA 147

Page 20: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 4.1 Pedoman Pengamatan Lapangan

Lampiran 4.2 Pedoman Wawancara

Lampiran 4.3 Daftar Dokumen

Lampiran 4.4 Matriks Hasil Wawancara dan Triangulasi Data

Lampiran 5.1 SOP Run in Hole Reda Unit

Lampiran 5.2 SOP Nipple Up & Test BOP

Lampiran 5.3 SOP Moving Rig

Lampiran 5.4 SOP Pengendalian Hazard

Page 21: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Industri pertambangan termasuk migas mampu memberikan lapangan kerja

kepada masyarakat Indonesia dan berkontribusi dalam peningkatan penerimaan negara.

Menurut Kepala Biro Hukum dan Humas DESDM-RI (2008), selama tahun 2008 sektor

ESDM telah membuka bagi 332.317 lapangan kerja baru untuk sektor migas di tanah

air. Lapangan kerja yang dibuka dapat menyerap sejumlah angkatan kerja yang ada di

tanah air, sehingga membantu menurunkan jumlah pengangguran di Indonesia. Di tahun

yang sama, sektor migas berkontribusi meningkatkan penerimaan negara sebesar Rp

303,067 Triliun atau 31,5% dari seluruh penerimaan negara.

Dibalik peranannya yang luar biasa untuk kesejahteraan negara, karakteristik

operasi migas berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan pencemaran terhadap

lingkungan (Direktur Jendral Migas, 2006). Risiko pekerjaan operasi migas cukup

tinggi, terutama risiko yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

Banyaknya hazard yang berada di lingkungan kerja migas akan berdistribusi

menyebabkan kecelakaan. Hal ini mengarah kepada prinsip bahwa hazard adalah

pelopor untuk terjadinya sebuah kecelakaan (Ericson, 2005). Contoh hazard yang sangat

dekat dengan industri migas yaitu proses kerja dengan karakter tekanan dan suhu tinggi;

keberadaan alat-alat berat yang moving parts; zat-zat kimia yang mudah terbakar bahkan

Page 22: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

2

eksplosif; dan tingkat racun yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan

(Majalah Migas Indonesia Edisi 1, 2004).

Pada tahun 2010 terjadi sembilan kasus tambang fatal pada kegiatan usaha hulu

migas di Indonesia (www.migas.esdm.go.id). Delapan diantaranya akan dipaparkan

disini. Kecelakaan pertama di tahun 2010, adalah meninggalnya seorang roustabout

karena perutnya terpukul oleh drill collar. Kecelakaan terjadi ketika drill collar

dikeluarkan dari dalam box penyimpanan dengan bantuan alat angkat (crane). Drill

collar terayun mengenai perut roustabout akibat posisi sling yang tidak center dengan

drill collar yang diangkat.

Kecelakaan berikutnya terjadi pada tanggal 31 Mei 2010. Lima orang

terperangkap di dalam sebuah tangki unloading nitrogen, empat diantaranya meninggal

dunia. Kecelakaan ini terjadi saat salah seorang dari mereka mengambil barang yang

terjatuh ke dalam tangki, dan keempat orang lainnya berusaha menolong orang pertama.

Namun, upaya mereka gagal karena kurangnya oksigen yang ada di dalam tangki.

Pada pertengahan tahun, tepatnya tanggal 9 Juni 2010, seorang companyman

tertimpa surge tank saat mengawasi pekerjaan mud boy yang sedang menimbang berat

sampel cement. Surge tank terjatuh karena tidak mempunyai skit dan diganjal dengan

kayu eksplet. Ketika kaki tangki bergoyang, kaki surge tank bergeser dan meleset dari

ganjalan kemudian amblas. Surge tank yang digunakan dalam pekerjaan ini, sebenarnya

didesain untuk anjungan lepas lantai dengan kaki-kaki tangki yang dilas pada sebuah

deck dan terbuat dari besi pipa.

Page 23: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

3

Sebulan berikutnya, pada tanggal 5 Juli 2010, seorang pekerja perawatan sumur

luka berat akibat tertimpa tubing bowl. Lock elevator tidak berfungsi dengan baik,

sehingga tubing bowl terlepas dari elevator ketika pekerja melakukan perawatan sumur.

Sebulan kemudian, pada tanggal 5 September 2010, rahang seorang mekanik perusahaan

jasa pengeboran minyak terpukul cross joint ketika melakukan running test terhadap

engine draw work nomor satu. Saat itu, mesin belum siap untuk dioperasikan karena

baut pengikat dan tutup pengaman cross joint belum terpasang. Akibatnya mesin

bergeser sehingga cross joint antara engine draw work dan gear box patah dan

terlempar menghantam rahang korban.

Pada tanggal 1 Desember 2010, floorman sebuah pemboran sumur darat

meninggal akibat kejatuhan DP elevator yang lepas dari travelling lock. Saat itu

dilakukan pencabutan pahat 12 ¼ “ dengan DP 5” dari kedalaman 748 meter hingga 667

meter. Saat akan melepas sambungan DP 5”, elevator ikut berputar akibatnya dua buah

safety pin putus, sehingga elevator jatuh dari ketinggian 30 meter (satu stand atau tiga

joint). Floorman yang berada di lantai bor tertimpa oleh elevator tersebut.

Kecelakaan selanjutnya pada tanggal 10 Desember 2010, trailer yang membawa

peralatan pengeboran berupa Cementing Pumping Unit masuk ke dalam jurang sedalam

10- 15 meter. Kecelakaan ini terjadi akibat pengemudi trailer tidak mampu menguasai

kendaraan pada kondisi jalan yang menurun tajam dan berbelok. Akibat kecelakaan ini,

kondisi trailer rusak berat, pengemudi dan kernet meninggal di tempat kejadian.

Page 24: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

4

Kecelakaan fatal di tahun 2010 ditutup pada tanggal 24 Desember, seorang

pekerja rintis pada kegiatan penyelidikan seismik terjatuh ke sungai saat ia mengambil

baju pelampung di atap kapal melalui sisi kiri kapal. Korban terjatuh dan tenggelam ke

dalam sungai. Korban ditemukan besok harinya dalam kondisi meninggal dunia.

Kasus-kasus kecelakaan fatal di atas menunjukkan betapa tingginya risiko

bekerja di kegiatan usaha hulu migas. Kecelakaan pun masih terjadi di tahun 2011,

tepatnya pada 9 April, tiga karyawan perusahaan service company ditemukan telah

meninggal dunia di dalam tangki penampung cairan milik Vico Indonesia, di ring Vico

Mutiara 135 di Kelurahan Muara Jawa Tengah, Kecamatan Muara Jawa, Kabupaten

Kutai Kertanegara. Saat itu, ketiga karyawan mempersiapkan pekerjaan coiled tubing

unit di sumur lapangan gas Mutiara Kaltim. Salah satu dari ketiga karyawan tersebut

mengecek isi tangki penampung cairan, tiba-tiba salah satu alat miliknya terjatuh ke

dalam tangki. Pekerja tersebut langsung memasuki tangki dengan tujuan mengambil alat

tersebut. Setelah memasuki tangki, ia tidak sadarkan diri. Dua karyawan lainnya

berusaha mengevakuasi korban tersebut, akan tetapi mereka juga ikut tidak sadarkan

diri. Tidak lama berselang, empat rekan korban lainnya datang untuk mengevakuasi tiga

korban dari dalam tangki, dan mereka langsung pingsan karena menghirup gas yang

keluar dari tangki. Akibat kejadian ini, tiga karyawan meninggal dunia dan karyawan

lainnya mendapatkan pengawasan intensif dokter (www.kaltimpost.co.id).

Kasus-kasus kecelakaan di atas menunjukkan bahwa kecelakaan merupakan

risiko besar yang dihadapi kegiatan usaha hulu migas. Menurut Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral (2011), kerugian yang diderita akibat kecelakaan tidak hanya

Page 25: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

5

kerugian materi yang besar, namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa dengan

jumlah yang tidak sedikit. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian

yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat

digantikan oleh teknologi manapun.

Wellwork merupakan salah satu rangkaian kegiatan eksploitasi yang bersifat

maintenance (pemeliharaan) pada kegiatan hulu migas. Objek pemeliharaan wellwork

adalah sumur minyak. Segala kegiatan yang berhubungan dengan sumur produksi

dilakukan oleh tim wellwork. Initial Completion merupakan pekerjaan awal yang

dilakukan terhadap sumur baru setelah dilakukan operasi pemboran. Kegiatan Initial

Completion adalah memasang segala peralatan yang dibutuhkan pada sumur sehingga

dapat mulai berproduksi. Sementara untuk sumur yang sudah lama, dilakukan kegiatan

perawatan agar sumur tersebut dapat terus berproduksi. Biasanya dilakukan penggantian

pompa akibat masalah-masalah formasi (Irwanto, 2011).

Contoh-contoh pekerjaan yang dilakukan oleh wellwork seperti swabbing job,

sand bailing, perforasi dan lain sebagainya. Swabbing job adalah pekerjaan

memindahkan sejumlah fluida dari dalam sumur melalui rangkaian pipa, yang bertujuan

untuk menentukan production rate dari sebuah interval atau sumur. Sand bailing adalah

kegiatan pengambilan pasir yang menumpuk pada dasar lubang bor dan menutup

perforasi sehingga mengganggu proses produksi. Perforasi merupakan kegiatan

membuat hubungan antara lubang sumur dengan formasi menggunakan gun (Prabowo,

2008).

Page 26: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

6

Untuk menunjang pekerjaan di wellwork, maka digunakanlah berbagai macam

peralatan yang dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu surface equipment dan

subsurface equipment. Surface equipment adalah segala peralatan yang berada di atas

permukaan sumur, seperti rig yang digunakan untuk mencabut dan memasangkan pipa

dari dan ke dalam sumur, well head yaitu semua peralatan yang berada di bagian sumur

meliputi valve-valve dan perpipaan sampai dengan production line, accumulator yang

berfungsi sebagai tenaga pendorong BOP (Blow Out Prevention), pompa sebagai alat

yang digunakan untuk memindahkan fluida atau cairan dengan cara meningkatkan

tekanan, dan lain sebagainya. Subsurface equipment adalah alat-alat yang terdapat di

bawah permukaan sumur, seperti packer yang digunakan untuk mengisolasi suatu

kedalaman tertentu dari lubang sumur, tubular product, fishing tool yaitu alat yang

dipakai untuk memancing benda-benda yang jatuh ke dalam sumur akibat hal-hal tidak

terduga, dan sand pump (pompa pasir) yang berfungsi untuk membersihkan pasir dari

dalam lubang sumur pada kedalaman yang sudah ditentukan (Prabowo, 2008).

Sebagai salah satu rangkaian kegiatan dari usaha hulu, pekerjaan di wellwork

juga memiliki risiko yang tinggi untuk terjadinya kecelakaan, terlebih lagi dengan

keberadaan alat-alat berat sebagai penunjang kegiatan. Kecelakaan yang diwaspadai

pada pekerjaan wellwork, seperti terpeleset, tersandung, terjatuh, terjepit, dan

tertumbuk. Terpeleset dapat terjadi karena tempat berpijak yang licin, sehingga tubuh

kehilangan keseimbangan. Penyebab terpeleset seperti lantai yang licin atau basah;

minyak yang membasahi lantai; benda yang mudah bergerak di atas lantai seperti karpet,

kertas, dan kapas; serta pemakaian sepatu yang licin untuk lantai tertentu. Tersandung

Page 27: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

7

terjadi ketika kaki tidak sadar menginjak lantai berbeda ketinggian sehingga kehilangan

keseimbangan tubuh. Hazard yang menyebabkan tersandung adalah adanya benda yang

tidak rata di atas lantai, lantai yang rusak, benda yang bergerak di atas lantai, kurangnya

pencahayaan, pandangan terhalangan benda, dan perbedaan ketinggian. Terjatuh dapat

terjadi ketika tubuh kehilangan keseimbangan karena terpeleset, terjungkal, atau jatuh

dari ketinggian. Terjatuh dapat menyebabkan cedera bahkan kematian. Terjepit dapat

mencelakakan anggota tubuh seperti tangan. Salah satu hazard yang dapat menyebabkan

tangan terjepit adalah posisi tangan yang berada di daerah engsel pengunci atau daerah

titik jepit. Tertumbuk dapat mencelakakan pekerja jika pekerja berada lane of fire, yaitu

daerah berbahaya disekitar benda bergerak. Selain risiko kecelakaan di atas, pekerjaan

wellwork juga berisiko untuk pencemaran lingkungan, baik tanah, air, maupun udara.

Maka dari itu penting untuk melaksanakan pencegahan terhadap tumpahan minyak,

penanganan berbagai jenis limbah, serta pengurangan polusi suara (OEMS Wellwork

and Completion, 2010).

Tingginya risiko di kegiatan wellwork tersebut disebabkan karena ada tujuh

hazard besar. Tujuh hazard besar tersebut adalah blow out, cedera tangan, tekanan

terkurung, benda terjatuh, hazard electrical, kecelakaan lalu lintas, dan petir. H2S juga

harus diwaspadai sebagai hazard yang dapat terhirup pada pekerjaan wellwork (OEMS

Wellwork and Completion, 2010). Tanpa pengenalan yang cukup akan sumber-sumber

risiko yang ada di wellwork tersebut, serta perlakuan yang tidak tepat bagi setiap sumber

risiko maka akan sangat berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. Kebanyakan

kecelakaan kerja yang terjadi adalah kurangnya pemahaman dan pengenalan terhadap

Page 28: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

8

sumber-sumber risiko tersebut, sehingga menimbulkan keadaan yang tidak aman, atau

adanya tindakan tidak aman yang pada akhirnya akan menjadi pemicu terjadinya

kecelakaan kerja.

Identifikasi sumber hazard dalam lingkungan kerja akan menjadi bagian yang

esensial dalam menyusun langkah-langkah untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Salah satu metode untuk mengidentifikasi sumber hazard adalah job safety analysis

(JSA) atau Analisis Keselamatan Kerja. JSA berfokus kepada hubungan

antara pekerja, tugas, alat, dan lingkungan kerja. Jika di dalam analisis ditemukan

hazard yang tidak terkontrol, dapat diambil langkah-langkah untuk menghilangkan atau

mengurangi tingkat resiko yang dapat diterima (OSHA 3071, 2002).

Menurut OSHA 3071 (2002), job safety analysis merupakan salah satu

komponen dari komitmen sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Agar

pelaksanaan JSA efektif, maka manajemen perusahaan harus menunjukkan komitmen

keselamatan dan kesehatan kerja yang diiringi dengan pengendalian terhadap hazard

yang ditemukan. Pengawas dapat melakukan eliminasi dan pencegahan terhadap hazard

di tempat kerja, sehingga pekerja menjadi lebih selamat, metode bekerja lebih efektif,

biaya kompensasi akibat kecelakaan dapat dikurangi, dan produktifitas pekerja dapat

ditingkatkan.

Dalam pelaksanaan JSA, karyawan yang akan melaksanakan pekerjaan harus

dilibatkan dalam pembuatan JSA. Ini merupakan hal yang penting karena merekalah

yang memahami pekerjaan dan akan menghadapi hazard pada tiap langkah pekerjaan.

Page 29: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

9

Pengetahuan mengenai manfaat JSA dan tata laksana JSA merupakan pengetahuan yang

sangat berharga bagi karyawan. Dengan pengetahuan tersebut, mereka mampu

menjalankan prosedur bekerja selamat di perusahaan (Geigle, 2002). Pengawas dan

penanggung jawab pekerjaan juga berperan dalam pelaksanaan JSA. Fungsi mereka

adalah untuk meninjau kembali JSA yang telah dibuat. Tujuannya agar semua hazard

sudah diidentifikasi dengan baik dan tindakan mitigasi yang dipilih sudah sesuai.

Dari berbagai gambaran kecelakaan pada kegiatan hulu migas di atas; dan

gambaran pekerjaan wellwork, hazard, dan risiko pekerjaannya, maka diperlukan

pengkajian sistematis tentang prosedur kerja suatu pekerjaan. Kajian ini berguna untuk

mengidentifikasi dan mengontrol hazard selama pekerjaan berlangsung. Salah satu

metode pengkajian sistematis ini adalah job safety analysis (JSA). JSA dapat membantu

manajemen perusahaan untuk melakukan langkah kerja yang selamat. Setiap organisasi

mempunyai penerapan JSA yang bermacam-macam.

Pekerjaan wellwork dan initial completion yang ada di lingkungan perusahaan

PT. X, juga memiliki karakter hazard dan potensi kecelakaan yang sama dengan

pekerjaan wellwork di perusahaan migas lainnya. Pekerjaan wellwork dan intial

completion di lokasi kerja PT. X dilakukan oleh pekerja kontraktor yang telah ahli

bertugas untuk pemeliharaan sumur minyak. PT. X selaku pemilik sumur minyak,

memiliki landasan agar seluruh pekerja, baik pekerja tetap maupun tenaga kontrak dapat

bekerja dengan selamat. Landasan tersebut tertuang dalam Fundamental Safe Work

Practies (FSWP). JSA merupakan salah satu elemen FSWP. Tujuan pelaksanaan JSA

menurut PT. X agar pekerjaan dapat dilakukan dengan handal dan memenuhi standar

Page 30: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

10

mutu dengan tetap memperhatikan keselamatan kerja. Maka dari itu, peneliti tertarik

untuk mengamati pelaksanaan JSA untuk pekerjaan wellwork dan initial completion di

lokasi perusahaan ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi hal utama dalam kegiatan

usaha hulu migas, termasuk kegiatan pemeliharaan sumur produksi (wellwork).

Berdasarkan data tahun 2010 telah terjadi sembilan kasus fatal pada kegiatan usaha hulu

migas. Berdasarkan karakterisktik pekerjaan di wellwork terdapat tujuh hazard utama,

yaitu blow out atau semburan liar fluida dari perut bumi, hazard yang dapat

mengakibatkan cedera tangan, tekanan terkurung, hazard yang dapat menyebabkan

benda jatuh, listrik, keberadaan lalu lintas saat perpindahan rig dari satu lokasi ke lokasi

lainnya (move in rig up atau rig down move up), dan petir yang dapat menyambar

pekerja maupun alat-alat kerja wellwork.

Keberadaan hazard tersebut dapat berkontribusi terhadap kecelakaan. Oleh

sebab itu, diperlukan pengkajian sistematis terhadap pekerjaan yang akan dilakukan,

keberadaan hazard, dan tindakan mitigasinya. Salah satu pengkajian sistematis ini yang

paling sederhana dikenal dengan job safety analysis (JSA). JSA dalam pelaksanaannya

membutuhkan pengawasan yang kuat dan terstruktur. Tujuannya agar seluruh hazard

dapat teridentifikasi dan dapat diambil tindakan mitigasi yang sesuai. Dalam hal ini,

peneliti akan melakukan studi terhadap pelaksanaan JSA dan menggali informasi

mengenai masalah pelaksanaan JSA. Masalah tersebut berbentuk ketidaktepatan

pelaksanaan JSA dan tidak dilaksanakanya JSA sama sekali di lokasi kerja. Teknik yang

Page 31: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

11

digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam pelaksanaan JSA adalah teknik

MORT yang terfokus pada cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed dan

Task Spesific Risk Assessment LTA.

1.3 PERTANYAAN PENELITIAN

1. Bagaimana pelaksanaan job safety analysis pada pekerjaan wellwork dan initial

completion yang dilakukan kontraktor migas di lokasi kerja PT. X tahun 2011?

2. Apakah terdapat permasalahan dalam pelaksanaan job safety analysis pada

pekerjaan wellwork dan initial completion yang dilakukan kontraktor migas di

lokasi kerja PT. X tahun 2011?

3. Apakah yang menyebabkan permasalahan dalam pelaksanaan job safety analysis

pada pekerjaan wellwork dan initial completion yang dilakukan kontraktor

migas, berdasarkan teknik Management Oversight and Risk Tree di lokasi kerja

PT. X tahun 2011?

1.4 TUJUAN PENELITIAN

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui penyebab masalah dalam pelaksanaan job safety analysis pada

pekerjaan wellwork dan initial completion yang dilakukan kontraktor migas, berdasarkan

teknik Management Oversight and Risk Tree di lokasi kerja PT. X tahun 2011.

Page 32: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

12

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya pelaksanaan job safety analysis pada pekerjaan wellwork dan

initial completion yang dilakukan kontraktor migas di lokasi kerja PT. X

tahun 2011.

2. Diketahuinya langkah-langkah yang sudah tepat dalam pelaksanaan job

safety analysis pada pekerjaan wellwork dan initial completion yang

dilakukan kontraktor migas di lokasi kerja PT. X tahun 2011.

3. Diketahuinya langkah-langkah yang tidak tepat dalam pelaksanaan job safety

analysis pada pekerjaan wellwork dan initial completion yang dilakukan

kontraktor migas di lokasi kerja PT. X tahun 2011.

4. Diketahuinya penyebab tidak tepatnya pelaksanaan job safety analysis pada

pekerjaan wellwork dan initial completion yang dilakukan kontraktor migas,

berdasarkan teknik Management Oversight and Risk Tree di lokasi kerja

PT. X tahun 2011.

5. Diketahuinya penyebab tidak dilaksanakannya job safety analysis pada

pekerjaan wellwork dan initial completion yang dilakukan kontraktor migas,

berdasarkan teknik Management Oversight and Risk Tree di lokasi kerja

PT. X tahun 2011.

Page 33: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

13

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1.5.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan pengalaman berharga, menambah wawasan serta

kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu tentang keselamatan kerja. Terutama

mengenai pelaksanaan job safety analysis pada pekerjaan wellwork dan initial

completion.

1.5.2 Bagi Institusi

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan bagi

civitas akademik Prodi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terutama mengenai pelaksanaan job safety analysis pada pekerjaan wellwork dan initial

completion.

1.5.3 Bagi Perusahaan dan Business Project

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi dan rekomendasi kepada

perusahaan dan mitra kerja sebagai bahan pertimbangan memperbaiki pelaksanaan job

safety analysis pada pekerjaan wellwork dan initial completion di lokasi kerja PT. X.

1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di lokasi kerja Wellwork and Completion Department

PT. X yang terletak di Kabupaten Minas, Pekanbaru, Riau. Penelitian dilakukan pada

bulan Maret- September 2011. Subjek dari kegiatan penelitian ini adalah crew pekerja

yang terdiri dari WSM (Well Site Manager), toolpusher, driller, dan pekerja. Jenis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Ada tiga

Page 34: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

14

teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu, pengamatan lapangan, analisis

dokumen, dan wawancara. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk

menggali informasi mengenai pelaksanaan job safety analysis dan penyebab masalah

dalam pelaksanaan JSA untuk pekerjaan wellwork dan initial completion di lokasi

kerja PT. X. Penyebab masalah dianalisis menggunakan teknik Management Oversight

and Risk Tree (MORT) yang terfokus pada cabang Task Spesific Risk Assessment Not

Performed dan Task Spesific Risk Assessment LTA.

Page 35: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MANAJEMEN RISIKO

2.1.1 Manajemen Risiko dan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3)

Menurut Soehatman Ramli (2010), tujuan upaya keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) adalah untuk mencegah kecelakaan yang ditimbulkan karena adanya suatu

hazard di lingkungan kerja. Untuk mencapai tujuan ini, maka pengembangan sistem

manajemen K3 harus berbasis pengendalian risiko sesuai dengan sifat dan kondisi

hazard yang ada. Bahkan dapat dikatakan bahwa K3 tidak diperlukan jika tidak ada

sumber hazard yang harus dikelola.

Keberadaan hazard dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan atau insiden

yang membawa dampak terhadap manusia, peralatan, material, dan lingkungan. Risiko

menggambarkan besarnya potensi hazard tersebut untuk dapat menimbulkan insiden

atau cedera pada manusia yang ditentukan oleh kemungkinan dan keparahan yang

diakibatkannya. Hazard dan risiko harus dikelola dan dihindari melalui manajemen K3

yang baik. Karena itu, manajemen K3 memiliki kaitan yang sangat erat dengan

manajemen risiko.

Page 36: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

16

Manajemen risiko merupakan elemen sentral dari manajemen K3, karena

memberikan arah terhadap penerapan dan pengembangan sistem manajemen K3.

Sebelum mengembangkan program K3, terlebih dahulu harus diketahui risiko dan

hazard yang terdapat dalam kegiatan organisasi. Selanjutnya dikembangkan program

pengendalian risiko yang tepat melalui pendekatan sebagai berikut.

Manusia (human approach)

Teknis (engineering) seperti sarana, mesin, peralatan, material, atau lingkungan

kerja

Sistem dan prosedur, yang berkitan dengan pengoperasian, cara kerja aman, atau

sistem manajemen K3.

Proses, misalnya proses kimia atau fisis.

Dari keempat aspek tersebut dikembangkan berbagai elemen implementasi yang

lebih rinci sesuai kebutuhan organisasi. Untuk mengendalikan aspek manusia dilakukan

upaya pendidikan, pelatihan, kompetensi, peningkatan kesadaran, cara kerja aman, dan

perilaku K3. Pengendalian pada aspek sarana dikembangkan sistem rekayasa, inspeksi,

kalibrasi, dan kajian K3 agar sarana dapat dioperasikan dengan selamat serta optimal.

Pengendalian pada aspek proses dikembangkan identifikasi hazard dalam operasi,

pemeliharaan, manajemen perubahan, keamanan operasi, serta sistem tanggap darurat.

Dari aspek prosedur dikembangkan sistem dokumentasi, pengelolaan data dan informasi,

pengukuran K3, tinjau ulang manajemen, dan lainnya. Semua program tersebut

merupakan elemen dasar untuk mengelola risiko dan hazard yang ada dalam organisasi.

Page 37: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

17

Dengan demikian terlihat bahwa manajemen risiko K3 merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari manajemen K3.

2.1.2 Proses Manajemen Risiko

Menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 : 1999, manajemen

risiko adalah pemeliharaan, proses, dan struktur yang mengacu langsung pada

pengetahuan efektif terhadap kesempatan potensial dan efek yang merugikan. Ada

beberapa tahapan pengelolaan risiko yang harus dilakukan secara komprehensif,

meliputi:

1. Penentuan konteks

2. Identifikasi hazard

3. Analisis risiko

4. Evaluasi risiko

5. Pengendalian risiko

6. Komunikasi

7. Pemantauan dan tinjauan ulang

Langkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah menentukan konteks

yang diperlukan karena manajemen risiko sangat luas dan bermacam-macam, salah satu

diantaranya adalah manajemen risiko K3. Untuk manajemen risiko K3, juga diperlukan

penentuan konteks yang akan dikembangkan, misalnya menyangkut risiko kesehatan

kerja, kebakaran, hygiene, dan lain sebagainya. Dari konteks tersebut masih dapat

dikembangkan lebih lanjut misalnya manajemen risiko untuk aktifitas rumah sakit,

Page 38: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

18

industri kimia, kilang minyak, dan bidang lainnya. Penentuan konteks ini diselaraskan

dengan visi dan misi organisasi serta sasaran yang ingin dicapai. Lebih lanjut ditetapkan

kriteria risiko yang sesuai bagi organisasi. Setelah menetapkan konteks manajemen

risiko, langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi hazard, analisis, dan evaluasi

risiko serta menentukan langkah atau straregi pengendaliannya.

Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko

Pengendalian Risiko

Evaluasi Risiko

Analisa Risiko

Menentukan Konteks

Identifikasi Bahaya

Kom

uni

kasi

dan

Kon

sult

asi

Pem

anta

uan

dan

Tin

jaua

n U

lang

Penilaian risiko

Page 39: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

19

2.2 IDENTIFIKASI HAZARD

2.2.1 Identifikasi Hazard sebagai Bagian dari Proses Manajemen Risiko

Sejalan dengan proses manajemen risiko, OHSAS 18001 mensyaratkan prosedur

identifikasi hazard dan penilaian risiko sebagai berikut:

1. Mencakup seluruh kegiatan organisasi baik kegiatan rutin maupun non rutin.

Tujuannya agar semua hazard yang ada dapat diidentifikasi dengan baik,

termasuk hazard yang dapat timbul dalam kegiatan non rutin seperti

pemeliharaan, proyek pengembangan, dan lainnya.

2. Mencakup seluruh aktivitas individu yang memiliki akses ke tempat kerja.

Maka dari itu, identifikasi hazard juga mempertimbangkan keselamatan

pihak luar organisasi seperti kontraktor, pemasok, dan tamu.

3. Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya. Faktor manusia

harus dipertimbangkan ketika melakukan identifikasi hazard dan penialaian

risiko. Manusia dengan perilaku, kemampuan, pengalaman, latar belakang

pendidikan, dan sosial memiliki kerentanan terhadap keselamatan. Perilaku

yang kurang baik mendorong terjadinya tindakan berbahaya yang dapat

mengarah terjadinya insiden.

4. Identifikasi semua hazard yang berasal dari luar tempat kerja karena dapat

menimbulkan efek terhadap kesehatan dan keselamatan manusia yang berada

di tempat kerja.

Page 40: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

20

5. Hazard yang timbul di sekitar tempat kerja dari aktivitas yang berkaitan

dengan pekerjaan yang berada di bawah kendali organisasi. Sumber hazard

tidak hanya berasal dari internal organisasi tetapi juga bersumber dari sekitar

tempat kerja. Sebagai contoh, kemungkinan penjalaran api, gas, suara, dan

debu dari aktivitas yang berada di luar lokasi kerja. Faktor eksternal ini harus

diidentifikasi dan dievaluasi.

6. Mencakup seluruh infrastruktur, peralatan, dan material di tempat kerja, baik

disediakan oleh organisasi atau pihak lain.

7. Perubahan dalam organisasi, kegiatan, atau material.

8. Setiap perubahan atau modifikasi yang dilakukan dalam organisasi.

Perubahan sementarapun harus memperhitungkan potensi hazard K3 dan

dampaknya terhadap operasi, proses, dan aktivitas.

9. Setiap persyaratan legal yang berlaku berkaitan dengan pengendalian risiko

dan implementasi pengendalian yang diperlukan.

10. Rancangan lingkungan kerja, proses, instalasi, mesin, peralatan, prosedur

operasi, dan organisasinya. Termasuk juga kemampuan manusia.

Syarat-syarat menurut OHSAS 18001 ini bertujuan untuk memastikan bahwa

identifikasi hazard dilakukan secara komprehensif dan rinci sehingga semua peluang

hazard dapat diidentifikasi. Identifikasi hazard yang dilakukan seadanya tidak mampu

menjangkau hazard yang lebih rinci. Untuk membantu upaya identifikasi hazard,

dikembangkan berbagai metoda mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.

Page 41: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

21

2.2.2 Metode Identifikasi Hazard

Organisasi harus menetapkan metode identifikasi hazard yang akan dilakukan

dengan mempertimbangkan beberapa aspek antara lain (Ramli, 2010):

a. Lingkup identifikasi hazard yang dilakukan.

b. Bentuk identifikasi hazard, misalnya kualitatif atau kuantitatif.

c. Waktu pelaksanaan identifikasi hazard, misalnya di awal proyek, pada saat

operasi, pemeliharaan, atau modifikasi sesuai dengan siklus atau daur hidup

organisasi.

Metode identifikasi hazard harus bersifat proaktif atau prediktif sehingga dapat

menjangkau seluruh hazard baik yang nyata maupun yang bersifat potensial. Teknik

idetifikasi hazard ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan atas:

Teknik/metode pasif

Teknik/ metode semiproaktif

Teknik/ metode proaktif

1. Teknik Pasif

Teknik ini merupakan teknik yang bersifat primitif, lambat, dan sangat rawan,

karena hazard baru dikenali jika sesorang sudah mengalaminya sendiri.

Misalnya, seseorang akan mengetahui adanya lobang di jalan setelah tersandung

atau terperosok di dalamnya. Metode ini sangat rawan, karena tidak semua

hazard menunjukkan eksistensinya.

Page 42: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

22

2. Teknik Semi Proaktif

Teknik ini merupakan teknik mengenal hazard dari pengalaman orang lain.

Teknik ini kurang efektif karena:

Tidak semua hazard telah diketahui atau pernah menimbulkan

kecelakaan.

Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain

untuk dijadikan pelajaran.

Kecelakaan tetap terjadi, walau menimpa pihak lain.

3. Teknik Proaktif

Metode terbaik untuk mengidentifikasi hazard adalah cara proaktif, atau mencari

hazard sebelum hazard tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang

merugikan. Metode ini memiliki kelebihan, yaitu:

Bersifat preventif karena hazard dikendalikan sebelum menimbulkan

kecelakaan atau cedera.

Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement), karena

dengan mengenal hazard dapat dilakukan upaya perbaikan.

Meningkatkan “awereness” semua pekerja telah mengetahui dan

mengenal hazard di sekitar tempat kerjanya.

Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan.

Terdapat berbagai teknik identifikasi hazard yang bersifat proaktif antara lain:

Data kejadian

Daftar periksa

Page 43: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

23

Brainstorming

What If Analysis

Hazops (Hazard and Operability Study)

Analisis Metode Kegagalan dan Efek (Failure Mode and Effect Analysis)

Task Analysis

Event Tree Analysis

Fault Tree Analysis

Analisis Keselamatan Pekerjaan (Job Safety Analysis)

2.3 ANALISIS KESELAMATAN KERJA (JOB SAFETY ANALYSIS)

Dalam OSHA 3071 (2001), Job Safety Analysis merupakan pengkajian sistematis

tentang prosedur kerja suatu pekerjaan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan

hazard sebelum hazard tersebut mengakibatkan kecelakaan. JSA difokuskan kepada

hubungan antara pekerja, pekerjaan, alat kerja, dan lingkungan kerja. Melalui kegiatan

ini dapat diambil langkah-langkah untuk menghilangkan atau mengurangi tingkat risiko

dari hazard yang diterima.

Pelaksanaan JSA merupakan salah satu komponen dalam komitmen sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Agar pelaksanaan JSA efektif, maka

manajemen perusahaan harus menunjukkan komitmen keselamatan dan kesehatan kerja

yang diiringi dengan pengendalian terhadap hazard yang ditemukan. Jika hal ini tidak

dilakukan, maka perusahaan dapat kehilangan kredibilitas dan karyawan akan ragu

untuk melaporkan penemuan kondisi tidak aman kepada manajemen.

Page 44: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

24

Pelaksanaan JSA harus melibatkan karyawan. Karyawan dikumpulkan

kemudian diberitahu tentang kondisi pekerjaan, potensi hazard, serta perilaku tidak

selamat yang terdapat di lingkungan kerja perusahaan dan sekitarnya. Karyawan diajak

untuk berdiskusi tentang kecelakaan yang mungkin terjadi. Kemudian bangun ide dan

gagasan mereka untuk mengeliminasi atau mengendalikan hazard serta perilaku bekerja.

Jika hazard dapat segera dihilangkan maupun dikurangi, lakukan segera perbaikan dan

tidak perlu menunggu JSA selesai dilakukan.

Keterlibatan karyawan sangat penting, karena mereka paling paham atas

pekerjaan yang mereka lakukan. Karyawan senantiasa dilibatkan dalam setiap tahapan

analisis mulai dari mengkaji ulang langkah-langkah pekerjaan, identifikasi hazard,

sampai rekomendasi penyelesaian atau solusi. Pengetahuan JSA ini sangat berharga bagi

karyawan, karena dapat meminimasi kelalaian, meningkatkan kualitas menganalisis

hazard, dan mampu memberi solusi dalam pelaksanaan program K3 perusahaan. Jika

karyawan tidak dilibatkan dalam pelaksanaan JSA, mereka tidak akan memiliki rasa

“memiliki” terhadap prosedur pekerjaan selamat. Pada akhirnya pekerja tidak

menggunakan prosedur kerja yang aman dalam pelaksanaan tugas mereka.

Hazard yang ditemukan melalui JSA berguna untuk:

a. Mengeliminasi atau mengurangi hazard pekerjaan.

b. Mengurangi cedera dan penyakit akibat kerja.

c. Pekerja dapat melaksanakan pekerjaan dengan selamat.

d. Metode kerja menjadi lebih efektif.

e. Mengurangi biaya kompensasi pekerja.

f. Meningkatkan produktifitas pekerja.

Page 45: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

25

2.3.1 Pelaksanaan Job Safety Analysis

Menurut OSHAcedemy Course 706 Study Guide (2002), terdapat empat langkah

melaksanakan Job Safety Analysis :

1. Memilih (menyeleksi) pekerjaan yang akan dianalisis.

JSA dapat menganalisis semua pekerjaan yang ada di tempat kerja,

namun harus diprioritaskan berdasarkan (Rausand, 2005):

a. Pekerjaan yang memiliki tingkat kecelakaan yang tinggi.

b. Pekerjaan yang memiliki tingkat keparahan kecelakaan yang tinggi,

berdasarkan banyaknya hilang hari kerja atau kebutuhan medis.

c. Pekerjaan yang memiliki potensi menyebabkan luka berat

d. Pekerjaan yang dapat menyebabkan kecelakaan atau luka berat, akibat

kesalahan manusia yang sederhana.

e. Pekerjaan baru, pekerjaan tidak rutin, atau pekerjaan yang mengalami

perubahaan prosedur.

2. Membagi pekerjaan dalam langkah-langkah pekerjaan

Menurut Geigle (2002), sebelum membagi pekerjaan dalam berbagai

langkah, terlebih dahulu dilakukan deskripsi terhadap pekerjaan yang akan

dianalisis. Setiap pekerjaan dapat dibagi dalam beberapa langkah. Siapa yang

bekerja, berapa jumlah pekerja, dan apa yang dilakukan pekerja menjadi dasar

deskripsi masing-masing langkah.

Setiap langkah menunjukkan satu tindakan yang dilakukan. Pastikan cukup

informasi untuk menggambarkan langkah-langkah pekerjaan. Hindari membuat

rincian terlalu panjang dan luas. Tidak perlu menuliskan langkah-langkah dasar.

Page 46: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

26

Informasi dari pekerja lain yang pernah melakukan pekerjaan tersebut sangat

berguna sebagai masukan dalam membagi tahapan pekerjaan.

Peninjau ulang langkah-langkah kerja dilakukan bersama karyawan lain yang

melakukan pekerjaan tersebut. Hal ini untuk memastikan tidak ada langkah yang

hilang. Gambar foto dan video dapat membantu pelaksanaan kegiatan ini.

Deskripsi pekerjaan berfungsi untuk membangun analisis hazard yang ada

pekerjaan tersebut. Hasil analisis di laporkan melalui lembar kerja (worksheet).

Format lembar kerja JSA umumnya terdiri dari tiga kolom, yaitu langkah-

langkah pekerjaan, keberadaan hazard, dan tindakan pencegahan atau

rekomendasi prosedur kerja selamat. Contoh lembar kerja JSA dapat dilihat di

gambar 2.2.

Deskripsi Pekerjaan:

(Job Description):

Langkah Dasar Pekerjaan Hazard- Memungkinkan

Terjadinya Cedera

Tindakan Pencegahan

(Basic Job Step) (Hazard- Possible Injuries) (Preventive Measures)

1

2

Prosedur Kerja Selamat

(Safe Job Prosedur)

Gambar 2.2 Contoh lembar kerja Job Safety Analysis

Page 47: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

27

3. Melakukan identifikasi hazard dan kecelakaan yang potensial

Setelah meninjau ulang langkah-langkah pekerjaan, selanjutnya dilakukan

identifikasi terhadap kondisi yang berbahaya dan perilaku tidak selamat.

Material Safety Data Sheets (MSDSs), pengalaman para pekerja, laporan

kecelakaan, laporan pertolongan pertama (first aid statistical records), dan

Behavior Base Safety (BBS) dapat membantu penyelidikan hazard dan perilaku

tidak selamat yang ada pada masing-masing langkah pekerjaan. Selain itu data-

data tersebut, identifikasi hazard dapat ditelusuri melalui beberapa pertanyaan

seperti (Rausand, 2005):

a. Apakah kebakaran atau ledakan dapat terjadi jika pekerjaan

dilaksanakan?

b. Apakan ada benda (rantai, sling, kait, dan sebagainya) yang dapat

menghantam pekerja?

c. Apakah pekerja dapat terkena aliran listrik, logam panas, acid, air panas,

dan sebagainya?

d. Apakah pekerja dapat terhimpit di antara/ di dalam/ pada benda?

e. Apakah pekerja dapat terekspos oleh hazard kesehatan, seperti radiasi,

asap beracun, bahan kimia, gas panas, kekurangan oksigen, dan lain

sebagainya?

f. Jika terjadi kesalahan mengoperasikan peralatan, apakah peralatan

tersebut akan rusak?

g. Kaji ulang setiap langkah, sehingga semua hazard teridentifikasi.

Page 48: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

28

4. Mengembangkan prosedur kerja yang aman

OSHAcademic Course 706 Study (2002) menjelaskan bahwa setelah

mengidentifikasi hazard masing-masing langkah pekerjaan, selanjutnya

ditentukan metode pengedalian hazard untuk mengeliminasi atau mereduksi

hazard. Ada beberapa metode untuk mengendalikan hazard. Masing-masing

metode memiliki keefektifan yang berbeda-beda. Dapat dilakukan kombinasi

dari beberapa metode, sehingga perlindungan terhadap karyawan menjadi lebih

baik.

Untuk menentukan metode pengendalian hazard, maka dipergunakanlah

hirarki pengendalian hazard, yaitu:

Menghilangkan hazard (elimination)

Mengganti hazard (subsitusi)

Pengendalian secara teknik (engineering controls)

Pengendalian secara administratif (administratif controls)

Alat pelindung diri (personal protective equipment)

a. Elimination

Eliminasi adalah langkah ideal yang dilakukan untuk menghilangkan

hazard pada langkah pekerjaan, dan sangat mengurangi kemungkinan untuk

terjadinya kecelakaan. Metode ini sulit dilakukan dan akan menghabiskan

banyak biaya, karena proses pekerjaan sudah berlangsung. Jika proses pekerjaan

masih dalam tahap perencanaan maka metode ini dapat dilakukan dengan mudah

Page 49: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

29

dengan biaya yang murah. Contoh metode eliminasi adalah menghilangkan

sumber kebisingan, tekanan, dan sebagainya.

b. Substitation

Prinsip dari metode subsitusi ini adalah mengendalikan sumber hazard

dengan sarana atau peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah atau tidak

ada. Misalnya, dengan mengganti zat kimia beracun dengan zat kimia yang

sedikit mengandung racun atau tidak beracun sama sekali.

c. Engineering Controls

Metode ini dilakukan dengan mengubah desain tempat kerja, peralatan,

atau proses kerja untuk mengurangi hazard. Metode ini membutuhkan pemikiran

yang lebih mendalam untuk membuat lokasi kerja yang lebih aman, mengatur

ulang lokasi kerja, memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi kegiatan,

perubahan prosedur, dan mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan

berbahaya.

d. Administrative Control

Contoh pengendalian hazard menggunakan metode ini adalah:

1) Membuat kebijakan kerja yang baru atau membuat standar operasional

prosedur yang dapat mengurangi frekuensi atau paparan hazard.

2) Memperbaiki jadwal kerja karyawan, sehingga dapat mengurangi paparan

hazard yang diterima.

3) Memonitoring penggunaan bahan beracun dan berbahaya.

4) Penggunaan alarm dan warning signs

Page 50: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

30

5) Buddy systems

6) Pelatihan

Pengendalian secara administrative control ini, umumnya masih

membutuhkan metode pengendalian yang lain.

e. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan

untuk mencegah paparan hazard pada pekerja. APD dipergunakan ketika

engineering control tidak dapat dilakukan atau tidak menghilangkan hazard

sama sekali. Jika praktik kerja selamat (safe work practices) tidak memberikan

perlindungan karyawan, maka APD dapat memberikan perlindungan tambahan.

Umum APD digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali lainnya.

Dengan demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih

efektif.

2.4 TEORI-TEORI PENYEBAB KECELAKAAN

Keselamatan kerja merupakan pengawasan terhadap kerugian akibat kecelakaan.

Accident Model merupakan penerapan metodologi ilmiah untuk studi kecelakaan

(accident), kejadian (incident), dan kehilangan (loss). Tujuan model ini adalah (Satrya

1999, dalam Razi, 2001) :

1. Memungkinkan sistem klasifikasi yang logis, objektif, dan diterima secara

universal.

Page 51: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

31

2. Mendukung identifikasi hazard.

3. Mendukung investigasi accident dan pencegahannya.

International Loss Control Institute (1991) menyebutkan bahwa ada beberapa

model penyebab kecelakaan, diantaranya The Heinrich Model (1931). Model ini seperti

efek batu domino yang tersusun (seperti gambar 2.3). Bila salah satu yang terjatuh maka

akan menimbulkan hasil akhir berupa kecelakaan. Kecelakaan (accident) menurut model

ini dipengaruhi secara bertahap dengan adanya kejadian (insiden), penyebab langsung

sebagai tindakan tidak aman dan/atau kondisi fisik atau mekanis yang tidak aman,

kegagalan orang yang bersangkutan (fault of person) sebagai penyebab dasar, dan

lemahnya pengawasan (lingkungan sosial dan sifat bawaan sesorang). Namun penyebab

utama kecelakaan adalah unsafe condition (keadaan tidak aman) dan unsafe act

(tindakan tidak aman).

Gambar 2.3. Accident Model Heinrich

Dalam Razi (2001), dijelaskan tentang teori kesalahan manajemen yang

memperkenalkan gagasan bahwa unsafe acts adalah padanan dari kesalahan individu,

dan unsafe condition tidak lain adalah hasil dari beberapa kesalahan. Tetapi kemudian,

ide ini juga mengemukakan bahwa unsafe acts dan unsafe conditions bukanlah pemicu

insiden. Penyebab insiden adalah semua faktor lingkungan yang memungkinkan

Lack

of

con

tro

l

Bas

ic c

ause

Imm

edia

te c

ause

inci

den

t

acci

den

t

Page 52: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

32

timbulnya unsafe acts dan unsafe conditions. Faktor-faktor lingkungan yang negatif

merupakan akibat dari management omission or commission, sehingga munculah ide

tentang management fault error. Dengan demikian kesalahan individu menjadi tanggung

jawab manajemen. Manajemen dianggap sebagai pihak yang menciptakan lingkungan

tempat orang-orang bekerja.

Model lainnya dikembangkan oleh International Loss Control Institute (ILCI).

Model ini dapat dilukiskan pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Model Penyebab Kecelakaan ILCI

Kerugian merupakan hasil akhir dari setiap kecelakaan yang menimbulkan

cedera pada manusia, kerusakan pada peralatan/ harta benda, dan terganggunya fungsi

produksi.

Kontak merupakan tahapan sebelum terjadinya kecelakaan. Kontak dengan

energi ataupun bahan lain sebagai penyebab pekerja cedera, rusaknya alat maupun

terputusnya proses produksi. Kontak dengan energi atau bahan lain sesuai dengan ANSI

Z16.2-1962 Rev. 1969 antara lain: menabrak benda, tertabrak oleh benda, jatuh ke level

yang lebih rendah, jatuh pada level yang sana, terpotong, terobek, terjepit, kontak

dengan (listrik, panas, dingin, radiasi, kausatik, racun, kebisingan), dan kelebihan beban.

Kurang

Pengawasan

Pengawasan Kekurangan: -Program -Standar

-Pemenuhan standar

Sebab Dasar

-Faktor Personal

-Faktor

Pekerjaan

Sebab

Langsung

-Tindakan di bawah sadar

-Kondisi di

bawah sadar

Kontak

Kontak dengan energi

atau bahan

Kerugian

-manusia -peralatan/ harta benda

-proses

Page 53: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

33

Sebab langsung pada suatu kecelakaan adalah perilaku pekerja maupun keadaan

sekitar tempat kejadian tepat sebelum terjadinya kontak. Umumnya sebab langsung ini

dapat terlihat dan dirasakan. Seringkali sebab langsung disebut juga sebagai perilaku

tidak aman (unsafe acts) dan kondisi tidak aman (unsafe conditions).

Tindakan atau prakek di bawah standar (unsafe acts) terdiri dari: pengoperasian

alat tanpa otoritas, mengabaikan peringatan, mengabaikan keamanan, kesalahan

pengaturan kecepatan saat mengoperasikan peralatan, melepas peralatan keselamatan,

menggunakan peralatan yang rusak, menggunakan peralatan tidak sebagaimana

mestinya, penggunaan alat pelindung diri yang salah, cara pemuatan yang salah, posisi

kerja yang salah, memperbaiki peralatan ketika mesin sedang beroperasi, bercanda saat

bekerja, bekerja di bawah pengaruh alkohol dan/atau obat-obatan.

Kondisi di bawah standar ( unsafe conditions) terdiri dari: tidak tersedianya

pelindung peralatan, kurangnya peralatan proteksi, tidak tersedianya tanda peringatan,

adanya kerusakan perkakas, kerusakan material, kerusakan perlatan, lokasi kerja di

daerah hazard kebakaran, housekeeping yang buruk, tempat kerja yang bising, tempat

kerja yang terradiasi, tempat kerja terlalu panas maupun terlalu dingin, dan tempat kerja

kurang ventilasi.

Sebab dasar adalah penyebab sebenarnya yang menimbulkan „gejala‟

sebagaimana disebutkan pada „sebab langsung‟ di atas. Sebab dasar terbagi dua, yaitu

faktor personal dan faktor pekerjaan. Faktor personal seperti kurang kapabilitas (segi

fisik dan segi mental), kurang pengetahuan, kurang pengetahuan, stress (fisik ataupun

mental), dan kurang motivasi dalam menjalankan pekerjaan. Fakor pekerjaan seperti

kurangnya pengawasan dan/ atau kepemimpinan, aspek engineering (rekayasa) yang

Page 54: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

34

tidak memadai, kurang perawatan, peralatan yang tidak memadai, standar kerja yang

tidak memadai, dan salah guna/ pakai (misuse/abuse).

Kurang pengawasan merupakan kunci terjadinya faktor-faktor pada sebab

dasar. Hal ini terjadi karena program yang tidak memadai, program standar yang tidak

memadai, dan standar yang tidak memadai.

Konsep tingkah laku memperlihatkan teori faktor manusia (human error theory)

sebagai penyebab kecelakaan sangat menonjol. Misalnya ketika pesawat udara modern

menuntut pilot untuk memiliki kemampuan lebih dalam membaca alat sensor,

mengartikannya, dan segera mengambil putusan dengan tepat. Kalau ia gagal memenuhi

syarat-syarat ini maka ia dianggap membuat kesalahan. Manusia dengan segala tindak

tanduknya merupakan hal yang sangat kompleks. Untuk itu kita harus mengetahui

bahwa kinerja yang dihasilkan dapat bervariasi, tetapi ini tidak penting selama masih

dalam limit. Jika batas-batas ini terlampaui, kita bisa berbicara tentang definisi seperti

produk cacat, kegagalan, kecelakaan atau kesalahan. Dengan demikian, human error

adalah tindakan yang telah melampaui batas yang dapat diterima, jadi ia merupakan

tindakan di luar toleransi. Setiap orang, sekalipun ia telah terlatih dengan baik,

bermotivasi tinggi, dan sangat kompeten, ia tetap dapat gagal. Kegagalan ini berkaitan

dengan lingkungan individu atau sesuatu yang ia perbuat sendiri. Teori tentang stress

dan human factors engineering mungkin metoda terbaik untuk mengurangi human error

tersebut.

Techniques for Human Probability (THERP) merupakan teknik untuk

memprediksi potensi kesalahan manusia dalam suatu kegiatan. Secara kuantitatif teknik

ini mengevaluasi kontribusi komponen kesalahan manusia, misalnya pada kasus

Page 55: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

35

penurunan mutu produk. Teknik ini menggunakan tingkah laku sebagai unit dasar

evaluasi, dengan mengandalkan pada konsep basic error rate yang relatif konsisten yang

dinyatakan dengan angka probabilitas kegagalan elemen dalam berbagai situasi berbeda.

Metode THERP meliputi pemilihan jenis kegagalan sistem, menaksir besarnya

kemungkinan kesalahan serta menghitung probabilitas kesalahan manusia yang dapat

menimbulkan kegagalan sistem tersebut.

Konsep human error lebih diperluas maknanya sehingga mencakup kegagalan

dan misjudgement yang dilakukan oleh manajemen dan kesalahan administratif juga

termasuk error yang merupakan sebab dasar suatu insiden. Kesalahan operasional

timbul akibat putusan manajemen, termasuk bila manajemen gagal bertindak atau

mengambil keputusan. Ini merupakan gejala kegagalan manajemen. Karena pernyataan

ini terasa ‟keras‟ kemudian Johnston mengganti istilah management error dengan

management oversight untuk memperlunak. Kesimpulan penting dari konsep kesalahan

operasional adalah bahwa pencegahan dan pengurangan kegiatan dibatasi oleh tingkat

kinerja normal dari organisasi. Untuk meningkatkan kinerja keselamatan perlu

peningkatan organisasi.

Management Oversight and Risk Tree (MORT) merupakan teknik yang

menekankan pada faktor management oversight yang menjadi penyebab terjadinya

insiden. Penggunaan teknik ini terbatas terutama untuk memeriksa kasus kecelakaan

besar atau untuk mengevaluasi kualitas program keselamatan yang telah dimantapkan,

sehingga dipergunakan oleh industri yang memiliki sistem keselamatan yang sudah baik.

Melihat susunannya, MORT merupakan suatu logic tree dalam bentuk chart. Logic tree

ini dalam teknik ini menggunakan aturan-aturan fault tree analysis (FTA), akan tetapi

Page 56: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

36

teknik ini memiliki simbol-simbol yang lebih baru. Logic tree dalam teknik MORT

menggambarkan serangkaian pertanyaan yang saling terkait, sehingga jawabannya dapat

dipakai untuk mengidentifikasi pengembangan prosedur, adanya pemeliharaan peralatan

yang tidak memadai, atau tidak dilakukannya penilaian risiko, dan lain-lain. Logic tree

ini didesain untuk memeriksa tiga hal pokok secara rinci, yaitu specific oversight and

omission, tanggung jawab terhadap risiko, dan kelemahan manajemen yang bersifat

umum dengan lebih menitikberatkan penilaian pada sistem pengawasan manajemen.

Konsep Pertukaran Energi menyatakan bahwa kecelakaan dapat timbul karena

adanya energy release yang tidak disengaja atau terduga. Energi itu dapat berwujud

dalam energi listrik, kimia, kinetis, panas, radiasi, mekanis, nuklir, dan sebagainya.

Dalam konsep ini, kecelakaan adalah akibat dari energi tidak terkendali, dengan lebih

menekankan pada letak dan kekuatan orang atau bangunan. Konsep ini menitikberatkan

pada kekuatan fisik yang terjadi sebelumnya, pada saat atau setelah energi lolos, sampai

sistem menemukan tingkat keseimbangan baru yang stabil. Teori pertukaran energi

cenderung terpusat pada kondisi fisik saat terjadi pertukaran energi dan bukan pada

keterlibatan manusia. Dengan demikian pencegahan dan pengurangan insiden

merupakan masalah pengawasan secara fisik dari pada faktor manusia. Inti dari

pendekatan pertukaran energi bukan untuk mencegah kecelakaan, tetapi untuk

mengurangi kerugian yang terjadi bila timbul kecelakaan.

Page 57: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

37

2.5 KELALAIAN MANAJEMEN DAN POHON RISIKO (MANAGEMENT

OVERSIGHT AND RISK TREE)

2.5.1 Definisi Management Oversight and Risk Tree (MORT)

The Noordwijk Risk Inititive Foundation (2009) menjelaskan bahwa metode

Management Oversight and Risk Tree (MORT) adalah prosedur untuk menganalisis serta

menyelidiki penyebab dan faktor yang berkontribusi atas kejadian kecelakaan dan

insiden. Menurut Ericson (2005) dalam buku Hazard Analysis Technique for System

Safety dan Kjellen (1998) dalam Encyclopedia of Occupational Health and Safety Edisi

2, MORT sering digunakan sebagai alat untuk menyelidiki kecelakaan dan mengevaluasi

program keselamatan yang ada. Metode MORT mencerminkan ide-ide utama yang

dijalanlan oleh pemerintahan Amerika Serikat selama 34 tahun yang bertujuan untuk

memastikan tingkat keamanan dan jaminan kualitas dalam industri energi. Program

MORT dimulai pada February 1973 dan didokumentasikan oleh W.G Jhonson.

Metode MORT adalah sebuah pernyataan logika dari sebuah fungsi yang

dibutuhkan oleh sebuah organisasi untuk mengatur risiko secara efektif. MORT dapat

diaplikasikan di berbagai industri yang berbeda. Filosofi MORT menyatakan bahwa cara

yang paling efektif mengatur keselamatan adalah menyatukannya ke dalam manajemen

bisnis dan pengendalian operasi.

Dilihat dari susunannya, MORT merupakan logic tree. Struktur MORT

menyerupai sebuah pohon dan berasal dari fault tree (pohon kegagalan). Jika ditelusuri

dari struktur pohon MORT, kerugian akibat kecelakaan dan insiden timbul dari dua

sumber yang berbeda. Sumber pertama berasal dari risiko yang sudah diidentifikasi lalu

Page 58: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

38

risiko tersebut diterima dengan pengelolaan yang benar (assumed risk) dan sumber

kedua berasal dari risiko yang belum dikelola dengan benar. Sumber kedua ini

dimasukkan sebagai kelalaian (oversight and omission).

Gam

bar

2.5

Cab

ang

Uta

ma

Poh

on

MO

RT

Page 59: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

39

Pada cabang lapis kedua pohon MORT, terdapat dua faktor yang dapat

menyebabkan oversight and omission. Faktor pertama mengenai pengendalian terhadap

risiko kecelakaan khusus (specific control factors), sementara faktor kedua mengenai

aktivitas pengelolaan risiko kecelakaan (management system factor). Analisis akar

masalah dalam teknik MORT digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan kedua faktor

ini (less than adequate/ LTA). Kelemahan yang teridentifikasi segera diperbaiki

sehingga dapat mencegah kecelakaan dan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Dari

struktur pohon MORT, maka akan ditelusuri tiga hal pokok yang menjadi penyebab

kecelakaan dan insiden, yaitu specific control factors, management system factor, dan

assumed risk. Masing-masing cabang utama ini, memiliki anak cabang dan ranting-

ranting yang perlu diselidiki.

2.5.2 Tidak Dilaksanakannya Penilaian Risiko Menurut MORT

(Task Spesific Risk Assessment Not Performed)

Analisis MORT dapat diaplikasikan pada berbagai jenis sistem dan peralatan,

dengan cakupan pada sistem, subsistem, prosedur, lingkungan, dan kesalahan manusia

(human error). Banyak hal dapat ditelusuri dalam pohon MORT, salah satunya untuk

mengetahui penyebab tidak dilaksanakannya penilaian risiko. Hal ini dibahas pada event

Task Spesific Risk Assessment Not Performed. Event ini merupakan event kesebelas

pada lapis tiga Supervision and Staff Performance LTA dengan kode c11.

Page 60: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

40

Event Task Spesific Risk Assessment Not Performed membahas tentang

penilaian risiko. Permasalahan dapat timbul jika penilaian risiko tidak dilakukan pada

pekerjaan yang memiliki risiko tinggi. Pre-job analysis adalah salah satu contoh

penentuan hazard dan penilaian risiko pada setiap langkah pekerjaan.

A. Potensi Kecelakaan Tinggi yang Tidak Teridentifikasi ( High Potential was

Not Identified)

Event ini merupakan event kedelapan pada lapis keempat Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode d8. Yang akan dibahas dalam event ini adalah tidak

teridentifikasinya hazard pada pekerjaan yang memiliki potensi kecelakaan besar.

1. Tidak Diwajibkannya Analisis Pekerjaan (Task Analysis Not Required)

Event ini merupakan event pertama pada lapis kelima Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode e1. Event ini akan membahas apakah perusahaan

mewajibkan pelaksanaan pre-job analysis pada setiap pekerjaan.

2. Analisis Pekerjaan (Task Analysis LTA)

Event ini merupakan event kedua pada lapis kelima Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode e2. Jika perusahaan mewajibkan pre-job analysis, maka

event ini akan membahas ketepatan pre-job analysis ditinjau dari pengidentifikasian

hazard pada tiap langkah pekerjaan.

Page 61: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

41

3. Tidak Dibuatnya Analisis Pekerjaan (Task Analysis Not Made)

Event ini merupakan event ketiga pada lapis kelima Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode e3. Jika perusahaan mewajibkan pre-job analysis, maka

event ini akan membahas kegagalan pre-job analysis pada sebuah pekerjaan. Terdapat

empat event pada lapis bawah event Task Analysis Not Made yang harus

dipertimbangkan sebagai penyebab kegagalan pre-job analysis, yaitu:

a. Keahlian (Authority LTA)

Event ini merupakan event pertama pada lapis keenam Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode f1. Event ini mencurigai bahwa kegagalan

pre-job analysis disebabkan oleh ketidakahlian analis menganalisis sebuah

pekerjaan.

b. Anggaran (Budget LTA)

Event ini merupakan event kedua pada lapis keenam Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode f2. Event ini mencurigai bahwa kegagalan

pre-job analysis disebabkan kurangnya dana yang dianggarkan untuk

pelaksanaan pre-job analysis.

c. Waktu (Time LTA)

Event ini merupakan event ketiga pada lapis keenam Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode f3. Event ini mencurigai bahwa kegagalan

pre-job analysis disebabkan permasalahan waktu yang untuk melaksanakan

pre-job analysis.

Page 62: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

42

Gambar 2.6 Cabang Task Specific Risk Assessment Not Performed

d. Keputusan Pengawas (Supervisor Judgement LTA)

Event ini merupakan event keempat pada lapis keenam Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode f4. Event ini mencurigai bahwa kegagalan

pre-job analysis disebabkan oleh ketidatepatan supervisor mengambil

keputusan dalam pelaksanaan pre-job analysis.

Page 63: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

43

B. Potensi Kecelakaan Rendah (Low Potential)

Event ini merupakan event kesembilan pada lapis keempat Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode e9. Pembahasan dalam event ini mengenai identifikasi

hazard pada pekerjaan yang memiliki potensi kecelakaan yang rendah.

2.5.3 Penilaian Risiko Pekerjaan Menurut MORT

(Task Spesific Risk Asessment LTA)

Event ini merupakan event keduabelas pada lapis tiga Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode c12. Pada event ini akan dibahas tentang ketepatan

penilaian risiko dan penentuan tingkat risiko suatu pekerjaan.

A. Analisis Risiko Pekerjaan (Task Spesifik Risk Analysis LTA)

Event ini merupakan event kesepuluh pada lapis empat Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode d10. Pada event ini akan dibahas tentang kualitas analisis

risiko yang sudah dilakukan. Ada dua event yang harus dipertimbangkan untuk

mengetahui kualitas penilaian risiko, yaitu:

1. Pengetahuan (Knowledge LTA)

Event ini merupakan event keempat pada lapis lima Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode e4. Pada event ini akan dibahas tentang

pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan untuk menilai risiko pekerjaan.

Terdapat dua event yang mempengaruhi pengetahuan yaitu masukan dari para

pekerja dan sistem teknik informasi.

Page 64: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

44

a. Masukan dari Para Pekerja (Use of Worker’s Suggestions and Inputs)

Event ini merupakan event kelima pada lapis enam Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode f5. Pada event ini akan dibahas tentang

pengetahuan didapat dari masukan para pekerja. Masukan ini dapat

dijadikan informasi untuk penilaian risiko.

b. Sistem Teknik Informasi (Technical Information System LTA)

Event ini merupakan event keenam pada lapis enam Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode f6. Pada event ini akan dibahas mengenai

teknik informasi yang dapat mendukung pelaksanaan penilaian risiko.

2. Pelaksanaan (Execution LTA)

Event ini merupakan event kelima pada lapis lima Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode e5. Pada event ini akan dibahas tentang hal-hal yang

dapat mempengaruhi kualitas analisis risiko. Hal-hal tersbut adalah:

a. Waktu (Time LTA)

Event ini merupakan event ketujuh pada lapis enam Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode f7. Pada event ini akan dibahas tentang waktu

pelaksanaan analisis risiko.

b. Anggaran (Budgets LTA)

Event ini merupakan event kedelapan pada lapis enam Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode f8. Pada event ini akan dibahas tentang dana

yang dianggarkan untuk melaksanakan analisis risiko.

Page 65: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

45

Gam

bar

2

.7

Cab

ang T

ask

Spes

ific

Ris

k A

sses

smen

t L

TA

Page 66: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

46

c. Ruang Lingkup (Scope LTA)

Event ini merupakan event kesembilan pada lapis enam Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode f9. Pada event ini akan dibahas tentang ruang

lingkup analisis risiko.

d. Kemampuan Menganalisis (Analytical Skill LTA)

Event ini merupakan event kesepuluh pada lapis enam Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode f10. Pada event ini akan dibahas tentang

pengalaman dan kemampuan pengawas dan para pekerja yang terlibat dalam

penilaian risiko.

e. Pemilihan Hazard (Hazard Selection LTA)

Event ini merupakan event kesebelas pada lapis enam Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode f11. Event ini akan mempertimbangkan

apakah ada hazard yang tidak dicantumkan dalam menilai risiko, sehingga

dapat memicu terjadinya masalah.

1) Identifikasi Hazard (Hazard Identification LTA)

Event ini merupakan event pertama pada lapis tujuh Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode g1. Pada event ini akan dibahas mengenai

kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi hazard.

2) Prioritas Hazard (Hazard Prioritasion LTA)

Event ini merupakan event pertama pada lapis tujuh Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode g1. Pada event ini akan dibahas mengenai

metode yang digunakan untuk memprioritaskan hazard.

Page 67: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

47

B. Rekomendasi Tindakan Pengendalian (Recommended Control LTA)

Event ini merupakan event kesebelas pada lapis empat Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode d11. Pada event ini akan dibahas tentang ketepatan

pengendalian hazard yang direkomendasikan.

1. Kejelasan (Clarity LTA)

Event ini merupakan event keenam pada lapis lima Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode e6. Pada event ini akan dibahas tentang kemudahan

untuk memahami dan melakukan pengendalian hazard yang direkomendasikan.

2. Kesesuaian (Compability LTA)

Event ini merupakan event ketujuh pada lapis lima Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode e7. Pada event ini akan dibahas tentang kesesuaian

pengendalian hazard yang direkomendasikan dengan peralatan pengendalian yang ada di

tempat kerja.

3. Uji Coba Pengendalian (Testing of Control LTA)

Event ini merupakan event kedelapan pada lapis lima Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode e8. Pada event ini akan dibahas tentang uji coba

pengendalian hazard. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keefektifannya di tempat

kerja.

4. Arahan (Directive LTA)

Event ini merupakan event kesembilan pada lapis lima Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode e9. Pada event ini akan dibahas tentang arahan untuk

melaksanakan pengendalian hazard.

Page 68: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

48

5. Ketersediaan (Avaibility LTA)

Event ini merupakan event kesepuluh pada lapis lima Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode e10. Pada event ini akan dibahas mengenai pengendalian

hazard yang tersedia di tempat kerja dan dapat digunakan oleh pekerja.

6. Penyesuaian (Adaptibility LTA)

Event ini merupakan event kesebelas pada lapis lima Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode e11. Pada event ini akan dibahas apakah pengendalian

hazard yang direkomendasikan dapat digunakan pada situasi yang berbeda-beda.

7. Perintah yang Tidak Dilaksanakan (Use Not Mandatory)

Event ini merupakan event kesebelas pada lapis lima Supervision and Staff

Performance LTA dengan kode e11. Pada event ini akan dibahas mengenai kewajiban

untuk melaksanakan pengendalian hazard yang telah direkomendasikan perusahaan

kepada para pekerja.

Page 69: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

49

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 KERANGKA BERPIKIR

Keberadaan tujuh hazard besar pada pekerjaan wellwork dan initial completion

dapat berkontribusi terhadap kejadian kecelakaan. Dibutuhkan pengenalan akan sumber-

sumber hazard serta perlakuan yang tepat untuk setiap sumber, sehingga dapat

mencegah timbulnya kecelakaan. Salah satu bentuk mengkaji keberadaan hazard dan

menentukan tindakan mitigasinya dikenal dengan job safety analysis (JSA). Pelaksanaan

JSA yang baik mampu mengidentifikasi keberadaan hazard secara keseluruhan dan

mampu menetapkan tindakan mitigasi yang sesuai. Berangkat dari hal inilah, peneliti

akan meninjau pelaksanaan JSA di lokasi kerja. Jika ditemukan permasalahan dalam

pelaksanaan JSA, maka peneliti akan mengidentifikasi letak permasalahan dan menggali

lebih dalam hal yang menyebabkannya. Permasalahan ini dapat berbentuk

ketidaktepatan pelaksanaan JSA dan tidak dilaksanakannya JSA sama sekali di lokasi

kerja. Teknik yang digunakan untuk menganalisis penyebab masalah dalam pelaksanaan

JSA adalah teknik MORT. Teknik ini dipilih karena salah satu fungsinya untuk

mengevaluasi kualitas program keselamatan perusahaan industri dan penekanan pada

faktor management oversight.

Page 70: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

50

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

3.2 DEFINISI ISTILAH

3.2.1 Pelaksanaan JSA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), pelaksanaan adalah proses,

cara, perbuatan melaksanakan rancangan, keputusan, dan lain sebagainya. Dalam

penelitian ini, yang dimaksud dengan pelaksanaan adalah perbuatan melaksanakan

identifikasi hazard dan tindakan mitigasinya di lokasi kerja WW&C dalam bentuk JSA.

Ada empat langkah melaksanakan JSA yaitu:

1. Memilih pekerjaan yang akan dianalisis

2. Membagi pekerjaan dalam langkah-langkah pekerjaan.

3. Melakukan identifikasi terhadap hazard dan potensi kecelakaan.

4. Mengembangkan prosedur kerja yang selamat.

Peneliti akan meninjau empat langkah pelaksanaan JSA di atas. Teknik yang

digunakan pada tahap ini adalah pengamatan lapangan dan analisis formulir JSA.

3.2.2 Identifikasi Permasalahan dalam Pelaksanaan JSA

Pelaksanaan JSA Identifikasi Masalah

Saat Pelaksanaan JSA

Tidak Dilaksanakannya

JSA dan Tidak tepatya

Pelaksanaan JSA

Analisis Masalah

Menggunakan

Teknik MORT

JSA

Page 71: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

51

Identifikasi permasalahan dalam penelitian ini adalah upaya sistematis untuk

mengetahui masalah saat pelaksanaan JSA di lokasi kerja WW&C. Pada tahap ini, hasil

pengamatan lapangan dan analisis dokumen JSA yang telah dibuat di lokasi kerja akan

dibandingkan dengan litelatur-litelatur mengenai pelaksanaan JSA.

3.2.3 Tidak Dilaksanakannya JSA dan Tidak Tepatnya Pelaksanaan JSA

Tidak dilaksanakannya JSA dan tidak tepatnya langkah-langkah dalam

pelaksanaan JSA di lokasi kerja WW&C merupakah masalah dalam penelitian ini.

Masalah ini akan dianalisis secara mendalam untuk menggali penyebabnya.

3.2.4 Analisis Masalah Menggunakan Teknik MORT

Penyebab tidak dilaksanakannya JSA dan tidak tepatnya pelaksanaan JSA di

lokasi kerja akan dianalisis menggunakan teknik MORT yang difokuskan pada cabang

Task Spesific Risk Assessment Not Performed dan Task Spesific Risk Assessment LTA.

Cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed dipilih karena cabang ini

berkaitan dengan event-event yang yang menyebabkan JSA sama sekali tidak dilakukan

di lokasi kerja, dan Task Spesific Risk Assessment LTA dipilih karena cabang ini

berkaitan dengan event-event yang menyebabkan ketidaktepatan pelaksanaan JSA. Pada

tahap ini, informasi digali menggunakan teknik pengamatan lapangan, analisis dokumen

dan wawancara.

Page 72: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

52

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif etnografi. Jenis penelitian ini

merupakan studi mendalam tentang perilaku yang terjadi secara alami disebuah

kelompok sosial tertentu untuk memahami sebuah budaya tertentu dari sudut pandang

pelakunya. Penelitian kualitatif etnografi sebut juga sebagai penelitian lapangan, karena

dilakukan di lapangan alami (Raharjo, 2010). Pada penelitian ini, kelompok sosial yang

dimaksud adalah kru pekerja yang melaksanakan JSA untuk pekerjaan wellwork di

lokasi kerja.

4.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di lokasi kerja Wellwork and Completion Department

PT. X yang terletak di Kabupaten Minas, Pekanbaru, Riau. Penelitian ini dilaksanakan

selama bulan Maret hingga September 2011.

4.3 INFORMAN

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian

sebagai pelaku maupun orang lain yang memahaminya. Fungsi informan dalam

penelitian adalah sebagai sumber untuk mencari informasi mengenai penyebab masalah

Page 73: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

53

dalam pelaksanaan JSA di lokasi kerja Pengambilan informan dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling, yang didasarkan pada suatu pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat informan yang

sudah diketahui sebelumnya. Infoman dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Informan Utama

Informan utama adalah para pengawas yang ada di lokasi kerja wellwork and

completion (WW&C). Pada satu lokasi kerja untuk tiap shift kerja, ada tiga pengawas,

yaitu well site manager (WSM), tool pusher, dan driller. WSM merupakan pengawas

dengan level paling tinggi yang berasal dari karyawan PT. X. Tool pusher adalah

pengawas seluruh pekerja yang termasuk ke dalam grup kerja, yang berasal dari business

project atau mitra kerja. Driller adalah operator untuk pekerjaan di rig yang juga

mengawasi pekerja lainnya.

2. Informan Kunci

Informan kunci adalah informan yang tidak terkait dengan pelaksanaan JSA di

lokasi kerja WW&C, akan tetapi informan adalah orang yang berpengalaman dan ahli

dalam hal tersebut. Informan kunci dalam penelitian ini adalah seorang HES

Representative PT. X di Well Work and Completion Department Minas.

3. Informan pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah para pekerja yang termasuk ke

dalam grup kerja yang bekerja pada shift pagi di lokasi wellwork. Para pekerja

bertanggung jawab untuk melaksanakan identifikasi hazard dan tindakan mitigasinya

Page 74: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

54

(JSA) sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Pekerjaan yang mereka lakukan

berada dalam pantauan pengawas. Dalam grup kerja akan diambil beberapa orang

pekerja, baik derrickman, floorman, atau roustabout sebagai informan pendukung.

4.4 INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri yaitu

mahasiswi peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, karena peneliti sebagai pengumpul data yang mempengaruhi terhadap faktor

instrumen. Untuk data yang diinginkan, peneliti menggunakan instrumen berupa:

1. Pedoman pengamatan lapangan untuk pelaksanaan JSA di lokasi kerja

2. Pedoman pengamatan lapangan untuk mencari penyebab masalah dalam

pelaksanaan JSA di lokasi kerja. Pedoman dapat dilihat pada lampiran 4.1.

3. Pedoman wawancara untuk mencari penyebab masalah dalam pelaksanaan JSA

di lokasi kerja. Pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran 4.2.

4. Daftar dokumen yang akan dianalisis untuk mencari penyebab masalah

pelaksanaan JSA di lokasi kerja. Daftar dokumen dapat dilihat pada lampiran

4.3.

5. Laptop

6. Alat perekam

7. Kertas catatan

8. Alat tulis

9. Kamera

Page 75: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

55

4.5 SUMBER DATA

1. Data primer

a. Data primer mengenai pelaksanaan JSA di lokasi kerja WW&C diperoleh dari

pengamatan lapangan.

b. Data primer untuk mencari penyebab masalah dalam pelaksanaan JSA di lokasi

kerja WW&C diperoleh dari wawancara mendalam dengan para infoman dan

pengamatan lapangan. Pedoman wawancara dan pengamatan lapangan diadopsi

dari NRI MORT User’s Manual- For Use with Management Oversight and Risk

Tree Analytical Logic Diagram, Second Edition tahun 2009.

2. Data Sekunder

a. Data sekunder mengenai pelaksanaan JSA di lokasi kerja WW&C adalah

formulir JSA yang dibuat oleh grup kerja.

b. Data sekunder yang dibutuhkan oleh peneliti untuk mencari penyebab masalah

pelaksanaan JSA di lokasi kerja WW&C berupa :

Pedoman untuk identifikasi hazard dan tindakan mitigasinya (pedoman JSA).

Formulir JSA

Dokumen petunjuk untuk melaksanakan pengendalian hazard (SOP).

Salah satu pedoman perusahaan yang termuat dalam Buku Operation

Excellence Management System (OEMS) Wellwork and Completion yang

dimiliki perusahaan tahun 2010.

Page 76: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

56

4.6 PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dibedakan atas dua macam.

Pertama, kelompok teknik inti dengan empat macam bentuk, yaitu partisipasi di

lapangan, pengamatan secara langsung, wawancara mendalam, dan analisis dokumen.

Kelompok teknik khusus atau tambahan meliputi wawancara terpusat (focus group),

foto, video, film, survey dan daftar pertanyaan, dan lain sebagainya (Marshall dan

Rossman, 1996 dalam Prastowo 2010). Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah pengamatan lapangan, analisis dokumen, dan wawancara.

1. Pengamatan

Menurut Marsshall dan Rossman (2006), pengamatan ialah kegiatan keseharian

manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain

indera lainnya, seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Usman dan Akbar (1996)

menyatakan bahwa pengamatan menjadi salah satu teknik pengumpulan data jika

disesuaikan dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta

dapat dikontrol reliabilitas dan kebenarannya. Teknik pengamatan yang dilakukan

peneliti adalah pengamatan terbuka, yaitu pengamatan yang mana keberadaan pengamat

diketahui oleh subjek yang diteliti dan subjek memberikan kesempatan kepada pengamat

untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan subjek menyadari adanya orang yang

mengamati apa yang subjek kerjakan (Prastowo, 2010).

Pengamatan dilakukan oleh peneliti untuk melihat pelaksanaan JSA secara

langsung di lokasi kerja. Teknik ini juga akan digunakan untuk mencari penyebab

Page 77: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

57

masalah dalam pelaksanaan JSA di lokasi kerja. Hasil pengamatan lapangan menjadi

informasi yang penting bagi peneliti serta dapat mendukung keabsahan data.

2. Analisis Dokumen

Dokumen yang akan diamati dalam penelitian adalah dokumen resmi jenis

dokumen internal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, dan aturan

lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Termasuk di

dalamnya risalah atau laporan rapat, keputusan pimpinan kantor, dan sejenisnya.

Dokumen seperti itu dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, disiplin, dan

dapat memberikan petunjuk tentang gaya kepemimpinan (Prastowo, 2010).

Bahan dokumen besar manfaatnya dalam penelitian. Dokumen berguna karena

dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian. Dokumen

juga dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data. Dokumen resmi

yang akan ditelaah dalam penelitian ini merupakan data-data sekunder yang didapatkan

di Wellwork and Completion Department. Penjabaran dokumen tersebut dapat dilihat di

sub bab 4.5.

3. Wawancara

Merupakan suatu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang

atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab secara

lisan sehingga dapat dibangun makna dalam suatu topik tertentu (Prastowo,2010).

Dalam penelitian ini, teknik wawancara digunakan untuk mencari penyebab masalah

dalam pelaksanaan JSA di lokasi kerja WW&C. Wawancara akan dilakukan pada HES-

Page 78: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

58

Representative Wellwork and Completion Department PT. X, well site manager, tool

pusher atau driller, dan pekerja.

4.7 KEABSAHAN DATA

Teknik triangulasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada

(Sugiyo, 2007). Dengan melakukan pengumpulan data triangulasi, maka sebenarnya

dilakukan pengujian kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data. Data yang diperoleh melalui teknik triangulasi lebih memiliki kekuatan

apabila dibandingkan dengan satu pendekatan (Prastowo, 2010).

Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data dibedakan menjadi empat macam,

yakni triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi penyidik, dan triangulasi teori

(Moleong, 2001 dalam Prastowo, 2010). Namun sebagai teknik pengumpulan data, ada

dua jenis triangulasi yakni triangulasi teknik dan triangulasi sumber (Sugiyono, 2007

dalam Prastowo, 2010).

Triangulasi teknik yakni teknik pengumpulan data dimana peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data yang sama.

Triangulasi sumber adalah penggunaan teknik yang sama oleh peneliti untuk

mendapatkan data dari sumber yang berbeda.

a. Untuk mendapatkan keabsahan data dalam meninjau pelaksanaan JSA di lokasi

kerja digunakanlah triangulasi teknik yaitu pengamatan lapangan dan analisis

dokumen.

Page 79: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

59

b. Untuk mendapatkan keabsahan data dalam mencari penyebab masalah

pelaksanaan JSA di lokasi kerja digunakanlah triangulasi teknik dan triangulasi

sumber. Triangulasi teknik yang digunakan yaitu wawancara, pengamatan

lapangan, dan analisis dokumen. Triangulasi sumber didapatkan dari informan

utama, informan kunci, informan pendukung dan dokumen-dokumen yang

mendukung. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam tabel 4.1.

4.8 PENGOLAHAN DATA

a. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah

dalam pelaksanaan JSA di lokasi kerja WW&C adalah dengan membandingkan

keadaan lapangan dengan litelatur-litelatur mengenai JSA (studi kepustakaan).

b. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan untuk mencari penyebab masalah

dalam pelaksanaan JSA di lokasi kerja WW&C adalah sebagai berikut:

Mengumpulkan semua data yang diperoleh wawancara, pengamatan

lapangan, serta dokumen yang didapatkan.

Data yang telah terkumpul kemudian dibuat dan disusun dalam bentuk

transkip data yaitu membuat catatan hasil wawancara seperti apa adanya,

termasuk mencatat kembali hasil wawancara dan rekaman.

Data yang telah disusun dalam bentuk transkip data selanjutnya

dikategorikan sesuai kode event dalam cabang Task Performance Error

dalam pohon MORT.

Selanjutnya dilakukan analisis data dan interpretasi data mengikuti cabang

Task Spesific Risk Assessmenet Not Performed dan Task Spesific Risk

Assessment LTA dalam pohon MORT.

Page 80: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

60

4.9 ANALISIS DATA

Data mengenai penyebab masalah yang telah disusun dan dikategorikan

berdasarkan kode event, dianalisis menggunakan teknik MORT. Acuan-acuan dalam

bentuk simbol dan kode event berguna untuk mengaitkan jawaban cabang satu sama lain

(Razi, 2001). Hasil analisis bermanfaat untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan

masalah dalam pelaksanaan identifikasi hazard dan tindakan mitigasinya di WW&C.

Macam-macam acuan dalam pohon MORT dapat dilihat pada gambar 4.1 dan tabel 4.2.

4.10 PENYAJIAN DATA

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dan dilengkapi dengan

matriks hasil wawancara. Penyajian data akan didukung dengan hasil pengamatan

lapangan dan analisis dokumen. Matriks hasil wawancara dan hasil triangulasi dapat

dilihat pada lampiran 4.4. Data juga akan disajikan dalam bentuk pohon MORT,

sehingga diketahui event yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pelaksanaan job

safety analysis di lokasi kerja WW&C.

Page 81: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

61

Tabel 4.1 Teknik Triangulasi Sumber dan Metode

Kode Informan

Wawancara

Pengamatan

Lapangan

Analisis Dokumen

SD 5.b3 .c11 c11. Task Specific Risk Assessment

SD 5.b3 .c11.

d8

d8. High Potential was not Identified

SD 5.b3 .c11.

d8 .e1

e1. Task Analysis Not Required

Hes Reps - OEMS Wellwork and

Completion (2010)

SD 5.b3 .c11.

d8 .e2

e2. Task Analysis LTA

- -

Formulir JSA

SD 5.b3 .c11.

d8 .e3

e3. Task Analysis Not Made:

SD 5.b3 .c11.

d8 .e3.f1

f1. Authority LTA

Tool pusher/driller -

Formulir JSA

Hes Reps

SD 5.b3

.c11.d8. e5.f2

f2. Budget LTA

HES Reps - -

SD 5.b3 .c11.

d8 .e3.f3

f3. Time LTA

Supervisor √

OEMS Wellwork and

Completion (2010) Tool pusher/driller

Pekerja

SD 5.b3 .c11.

d8 .e3.f4

f4. Supervisory Judgement LTA

- √

Formulir JSA

SD 5.b3 .c11.

d9

d9. Low Potential:

Supervisor √

-

SD 5.b3 .c12 c12. Task Specific Risk Assessment LTA:

SD 5.b3

.c12.d10

d10. Task Specific Risk Analysis LTA:

SD 5.b3

.c12.d10. e4

e4. Knowledge LTA:

SD 5.b3

.c12.d10. e4.f5

f5. Use of Workers’ Suggestions and Inputs LTA:

Supervisor √

-

Tool pusher/ driller

Pekerja

Page 82: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

62

Tabel 4.1 Teknik Triangulasi Sumber dan Metode (lanjutan 1)

Kode Informan

Wawancara

Pengamatan

Lapangan

Analisis Dokumen

SD 5.b3

.c12.d10. e5

e5. Execution LTA .

SD 5.b3

.c12.d10.

e5.f7

f7. Time LTA:

Supervisor √

-

Tool pusher/ driller

Pekerja

SD 5.b3

.c12.d10.

e5.f8

f8. Budget LTA

HES Reps - -

SD 5.b3

.c12.d10.

e5.f9

f9. Scope LTA:

- √

Formulir JSA

Pedoman JSA Perusahaan

SD 5.b3

.c12.d10.

e5.f10

f10. Analytical Skill LTA:

HES Reps - Formulir JSA

Supervisor

SD 5.b3

.c12.d10.

e5.f11

f11. Hazard Selection LTA:

SD 5.b3

.c12.d10.

e5.f11 . g1

g1. Hazard Identification LTA

Supervisor -

OEMS Wellwork and

Completion (2010) Tool pusher/

driller

Pekerja

SD 5.b3

.c12.d10.

e5.f11 . g2

g2. Hazard Prioritisation LTA

HES Reps - -

SD 5.b3

.c12.d11

d11. Recommended Risk Controls LTA:

SD 5.b3

.c12.d11

.e6

e6. Clarity LTA

Supervisor - OEMS Wellwork and

Completion (2010) Tool pusher/driller

Pekerja

SD 5.b3

.c12.d11

.e7

e7. Compatibility LTA:

Supervisor √

- Formulir JSA

- OEMS Wellwork and

Completion (2010) Tool pusher

/driller

Pekerja

SD 5.b3

.c12.d11

.e8

e8. Testing of Control LTA:

- √

- Formulir JSA

- OEMS Wellwork and

Completion (2010)

Page 83: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

63

Tabel 4.1 Teknik Triangulasi Sumber dan Metode (lanjutan 2)

Kode Informan

Wawancara

Pengamatan

Lapangan

Analisis Dokumen

SD 5.b3

.c12.d11

.e9

e9. Directive LTA:

Supervisor √

SOP Pengendalian Hazard

Tool pusher/driller

Pekerja

SD 5.b3

.c12.d11

.e10

e10. Availability LTA

Tool pusher/

driller √

OEMS Wellwork and

Completion (2010)

SD 5.b3

.c12.d11

.e11

e11. Adaptability LTA:

Supervisi - -

Tool pusher/

driller

Pekerja

SD 5.b3

.c12.d11

.e12

e12. Use Not Mandatory:

Supervisi √ -

Tool pusher/

driller

Pekerja

Page 84: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

64

Gambar 4.1 Contoh-contoh Acuan yang Dipergunakan dalam Pohon MORT

Page 85: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

65

Tabel 4.2 Simbol-simbol dalam Pohon MORT

Page 86: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

66

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 GAMBARAN UMUM PT. X

5.1.1 Profil PT. X

PT. X merupakan salah satu unit usaha perusahaan minyak Amerika yang

berperan sebagai kontraktor bagi hasil (Production Sharing Contract). Daerah kerja

PT. X bernama Kanggaroo terletak di Kabupaten Bengkalis dengan luas hampir 10.000

km2. Berdasarkan luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta pertimbangan

efisiensi dalam pengoperasian, maka PT. X membagi lokasi daerah operasi menjadi 5

distrik yaitu:

1. Distrik Jakarta sebagai Pusat Administrasi keseluruhan.

2. Distrik Rumbai sebagai Pusat Kerja Administrasi Wilayah Operasi PT.X.

3. Distrik Minas sebagai daerah operasi produksi minyak (sekitar 30 Km dari

Distrik Rumbai).

4. Distrik Duri sebagai daerah operasi produksi minyak (sekitar 112 Km dari

Distrik Rumbai).

5. Distrik Dumai sebagai tempat pelabuhan untuk pengapalan minyak mentah

(sekitar 184 km dari Distrik Rumbai).

Page 87: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

67

5.1.2 Visi dan Misi PT. X

Visi perusahaan adalah “Diakui sebagai sebuah perusahaan kelas dunia yang

bertekad untuk mencapai tingkat yang sempurna”. Untuk diakui sebagai perusahaan

kelas dunia, PT. X melaksanakan apa yang disebut Continuous Quality Improvement

(perbaikan kualitas yang berkesinambungan).

Sedangkan misi perusahaan yang telah dicanangkan adalah “Sebagai mitra

usaha Pertamina, PT. X secara efektif akan mencari dan mengembangkan sumberdaya

minyak dan gas bumi untuk kesejahteraan bangsa Indonesia dan kepentingan pemegang

saham”.

5.1.3 Fundamental Safe Work Practies (FSWP)

Sudah menjadi kebijakan PT. X untuk melindungi keselamatan dan kesehatan

manusia dan lingkungan, serta menjalankan operasi secara handal dan efisien.

Manajemen keselamatan kerja, kesehatan, lingkungan, kehandalan, dan efisien operasi

yang sistematis untuk mencapai kinerja kelas dunia didefinisikan sebagai Keunggulan

Operasi. Komitmen terhadap Keunggulan Operasi menyatu dalam tatanan untuk

melindungi manusia dan lingkungan sebagai prioritas teratas pada keselamatan dan

kesehatan pekerja serta perlindungan terhadap aset dan lingkungan.

Menurut Presiden Direktur Perusahaan, Keunggulan Operasi menyatakan bahwa

karyawan perlu melaksanakan Operasi Yang Selamat, artinya beroperasi dan

memelihara fasilitas perusahaan untuk mencegah cedera, sakit, dan celaka. Operasi

selamat perlu dilaksanakan pada semua jenis pekerjaan, disemua wilayah operasi

Page 88: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

68

perusahaan, setiap saat, dan oleh semua karyawan dan mitra kerja. Tujuannya agar setiap

keryawan melaksanakan pekerjaan tanpa kecelakaan, baik untuk diri sendiri maupun

orang lain.

Fundamental Safety adalah dasar-dasar keselamatan yang terdiri atas Access

Control, Work Permit, Personal Protective Equipment (PPE), Lockout/Tagout (LOTO),

Standard Operating Procedure (SOP), Job Safety Analysis (JSA), Material Safety Data

Sheet (MSDS), dan Housekeeping.

1. Access Control

Proses access control ditujukan untuk memastikan bahwa hanya orang-orang

yang berhak saja yang dapat masuk ke dalam fasilitas perusahaan. Hal ini

dimaksudkan agar keselamatan dan keamanan operasi di fasilitas, dan orang-

orang yang berada di dalamnya dapat terjamin.

2. Work Permit

Izin Kerja Umum/ General Work Permit (GWP) merupakan sarana bagi

penanggung jawab operasi di fasilitas/ facility owner (FO) untuk memberikan

izin tugas kepada karyawan atau mitra kerja. Tujuan utama dari proses ini adalah

untuk membentuk komunikasi di antara kelompok kerja lintas fungsi di suatu

tempat kerja dalam melakukan pekerjaan tidak rutin. Komunikasi ini berguna

untuk mengingatkan pekerja akan hazard yang mungkin timbul dan untuk

memastikan bahwa pekerjaan tersebut selamat untuk dilakukan.

Page 89: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

69

3. Personal Protective Equipment (PPE)

Alat pelindung diri/ personal protective equipment (PPE) yang tersedia di

tempat kerja digunakan untuk mengurangi risiko akibat kecelakaan. Proses PPE

ditujukan untuk memastikan bahwa:

a. PPE telah dipilih dengan benar sesuai dengan hazard yang ada dan

megacu kepada standar.

b. Pegawai dan mitra kerja mendapatkan pelatihan yang sesuai.

c. Pegawai dan mitra kerja memakai PPE yang tepat dengan benar untuk

pekerjaan yang memerlukannya.

4. Standard Operating Procedure (SOP)/Job Safety Analysis (JSA)

SOP adalah langkah-langkah kerja tertulis mengenai pelaksanaan

pekerjaan untuk mengurangi risiko kerugian dan mempertahankan kehandalan.

SOP harus tersedia dan dilaksanakan saat bekerja. Setiap pekerjaan harus

dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah kerja yang ada dalam SOP.

JSA adalah suatu pendekatan struktural untuk mengidentifikasi hazard

dalam suatu pekerjaan dan memberikan langkah-langkah perbaikan. JSA

diperlukan untuk mendukung pelaksanaan SOP, mencegah hazard yang mungkin

terjadi dan jika terjadi hazard pekerja tahu bagaimana langkah-langkah

menanggulanginya. Dalam suatu formulir JSA umumnya terdapat informasi

pekerjaan, pihak-pihak-pihak yang terlibat, langkah-langkah dasar pekerjaan,

potensi hazard, dan rekomendasi tentang prosedur yang selamat.

Page 90: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

70

5. Lockout/Tagout (LOTO)

Proses penguncian dan pelabelan (LOTO) bertujuan untuk melindungi

orang yang sedang bekerja atau berada disekitar mesin, instalasi listrik, atau

fasilitas proses produksi yang sedang diperbaiki dan dalam perawatan.

Perlindungan itu dilakukan dengan mengisolasi energi berbahaya dengan cara

mengunci serta memasangan pengaman dan label pada sumber-sumber energi

yang dapat mencederai seseorang.

6. Material Safety Data Sheet (MSDS)

Proses MSDS ditujukan untuk menjamin bahwa hazard bahan kimia dan

fisik yang ada di tempat kerja, dan cara penanganannya dikomunikasikan secara

baik kepada pegawai dan mitra kerja, sehingga mereka dapat bekerja selamat

menggunakan bahan tersebut.

7. Housekeeping

Proses housekeeping ditujukan untuk memastikan fasilitas operasi berada

dalam keadaan bersih, rapi, dan teratur. Keadaan tersebut akan memberikan

manfaat untuk menghilangkan kemungkinan cedera dan kebakaran, mencegah

pemborosan energi, mengoptimalkan pemanfaatan ruangan, membantu

pengendalian limbah dan kerusakan asset, menjamin kerapian di tempat kerja

yang lebih baik, serta mencerminkan tempat kerja yang dikelola dengan baik.

Page 91: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

71

5.1.4 Job Safety Analysis sebagai Bagian dari FSWP

Job safety analysis (JSA) merupakan salah satu dasar Fundamental Safe Work

Practies perusahaan. JSA merupakan fase kedua dari empat fase analisis hazard yang

diterapkan oleh perusahaan. Keempat fase analisis hazard ini berfungsi sebagai tools

untuk mengidentifikasi hazard dan membangun strategi untuk mencegah terjadinya

insiden.

Empat fase analisis hazard tersebut adalah:

Fase perencanaan (planning phase)

Fase perizinan (permitting phase)

Fase pelaksanaan (implementation phase)

Close Out Phase

Gambar 5.1 Empat Fase Analisis Hazard

Page 92: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

72

JSA termasuk dalam fase izin kerja, artinya JSA harus dilengkapi sebelum

pekerjaan dilaksanakan. JSA dilakukan langsung di lokasi kerja untuk mengatasi kondisi

di lokasi kerja pada hari pekerjaan dilakukan. Tim kerja dilibatkan dalam pelaksanaan

JSA, tujuannya untuk memastikan bahwa orang yang melakukan pekerjaan mengerti

dengan pekerjaan yang akan ia lakukan, mengetahui hazard yang ada di pekerjaannya,

dan tindakan mitigasi terhadap hazard tersebut.

Identifikasi hazard dilakukan pada waktu pekerjaan akan dimulai. Setelah itu

ditentukan tindakan pencegahan yang spesifik. JSA yang sudah dibuat, bisa disimpan

sebagai referensi untuk operasi yang serupa di masa yang akan datang. Sebaiknya JSA

dikembangkan dalam bahasa yang sesuai dengan tim kerja, jika diperlukan dapat

menggunakan bahasa verbal.

Berikut ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis hazard di

lokasi kerja (onsite job safety analysis):

1. Identifikasi Tugas

Tugas adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk menyelesaikan

pekerjaan. Tugas-tugas tersebut diidentifikasi dan dievaluasi sesuai dengan rincian

tugas, misalnya: menyalakan tombol. Rincian tersebut lebih efektif dari pada

“melakukan shutdown pada pabrik gas” yang memang terlalu luas. Contoh rincian tugas

lainnya seperti: memindahkan pompa agar dapat dilakukan maintenance,

mengumpulkan sampel minyak dari sebuah bejana, dan lain sebagainya.

JSA yang digunakan kru di tempat kerja harus melingkupi tugas-tugas tunggal.

Pada fase perencanaan, analisis hazard untuk lingkup yang lebih besar terdiri dari

berbagai penilaian tugas-tugas tunggal.

Page 93: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

73

2. Membentuk Kelompok

Orang yang melakukan analisis harus:

a. Berpengalaman dan berpengetahuan mengenai tugas yang akan di analisis

dan hazard.

b. Memahami prosedur analisis hazard.

c. Berpengalaman menjadi fasilitator

d. Pada beberapa situasi, analisis dapat dilakukan oleh satu orang.

3. Membuat langkah-langkah pekerjaan.

Tugas yang akan dianalisis dibagi menjadi beberapa langkah, setiap langkah

menggambarkan apa yang dilakukan hingga tugas itu selesai. Dalam membagi tugas

menjadi langkah-langkah pekerjaan, digunakan pertanyaan “Apa langkah pertama untuk

tugas ini?” kemudian “Apa langkah dasar selanjutnya?” dan seterusnya. Setiap langkah

menyebutkan “apa yang dilakukan” bukan “bagaimana melakukannya”. Dalam

mendeskripsikan langkah-langkah tugas tersebut dapat digukanakan kata kerja seperti

“menghilangkan”, “menaikkan”, “membuka‟, atau “mengelas”.

4. Identifikasi Potensi Hazard.

Kegiatan selanjutnya adalah mencari keberadaan dan potensi hazard. Untuk

mengidentifikasi hazard dapat digunakan hazard identification tools. Saat melakukan

identifikasi potensi hazard, perlu diperhatikan kondisi fisik (bahan kimia, peralatan,

ruang untuk bekerja, dan lain sebagainya), faktor lingkungan (panas, dingin, kebisingan,

pencahayaan, kondisi lembab, dan lain-lain) dan tindakan atau kebiasaan saat bekerja

(berdiri pada permukaan yang licin atau tidak stabil, mengangkat objek yang sangat

besar, dan sebagainya)

Page 94: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

74

Untuk membantu para pekerja mengidentifikasi hazard, perusahaan

menyediakan hazard identification tools. Tools ini dapat dijadikan sebagai metode untuk

mengidentifikasi sumber energi, mengidentifikasi potensi hazard, dan menambah

kemampuan pekerja untuk mengenali potensi hazard. Ada sepuluh gambar hazard

identification yang memudahkan pekerja untuk mengenali hazard, yaitu hazard

gravitasi, gerakan, mekanika, listrik, tekanan, suhu, bahan kimia, makhluk biologis,

radiasi, dan suara.

Gambar 5.2 Hazard Identification Tools

Klasifikasi hazard menurut hazard identification tools adalah:

a. Gravitasi

Semua benda memiliki gaya tarik bumi, sehingga berpotensi untuk jatuh.

Contoh hazard yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah benda-benda

yang sedang diturunkan dari alat berat, runtuhan, peralatan yang

diletakkan pada bidang miring, dan lain sebagainya.

b. Gerakan

Semua benda bergerak mempunya energi tersimpan untuk terus bergerak,

seperti peralatan yang digantung, ayunan tong, arus air, dan angin. Posisi

Page 95: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

75

tubuh saat mengangkat benda, menjangkau, dan membungkuk

dimasukkan ke dalam kategori ini.

c. Mekanika

Potensi hazard dari komponen mekanis seperti rotating equipment,

compressed springs, drive belts, conveyor, dan motors.

d. Listrik

Arus listrik dan muatan listrik statis dapat membahayakan tubuh. Contoh

hazard listrik adalah powerline, trafo, static chargers, petir, baterai aki,

dan lainnya.

e. Tekanan

Cairan atau gas yang dimampatkan dapat mengeluarkan energi spontan

yang berbahaya. Misalnya, pipa bertekanan, tabung gas, tangki, selang,

pneumatik dan peralatan hidrolik, serta tekanan yang berasal dari dalam

tanah.

f. Suhu

Suhu panas dan dingin termasuk ke dalam potensi hazard. Contoh hazard

suhu adalah nyala api serta lidah api, permukaan yang panas atau dingin,

cairan yang panas atau dingin, gas yang panas atau dingin, gesekan, dan

cuaca.

g. Bahan Kimia

Bahan kimia memiliki potensi hazard, seperti uap yang mudah menyala,

bahan kimia beracun, bahan yang mudah berkarat, asam kuat, bahan yang

Page 96: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

76

mudah meledak, asap dan debu dari kegiatan mengelas, dan lain

sebagainya.

h. Makhluk Biologis

Seperti hewan buas, bakteri, virus, serangga, darah yang mengandung

penyakit, makanan yang tidak higienis, dan air yang sudah

terkontaminasi.

i. Radiasi

Radiasi biasanya terpancar dari zat dan bahan radio aktif, seperti sinar las

listrik, gelombang mikro, sinar laser, sinar X, skala NORM, dan lain

sebagainya.

j. Suara

Potensi hazard suara dapat berasal mesin yang berputar, mesin yang

bergetar, ledakan, kebisingan yang dapat mengganggu komunikasi dan

lain sebagainya.

5. Mengembangkan Solusi atau Tindakan Pengendalian

Kegiatan terakhir dalam menilai hazard adalah membangun solusi atau

menentukan tindakan pengendalian. Kegiatan ini bertujuan untuk mengeliminasi potensi

hazard atau menguranginya hingga ke tingkat risiko yang dapat diterima.

a. Tentukan pekerjaan mana yang perlu dilakukan. Eliminasi pekerjaan

yang tidak perlu dan dapat menambah risiko.

b. Ubah kondisi fisik yang dapat menimbulkan hazard (merubah peralatan,

material, perlengkapan, tata letak atau lokasi)

Page 97: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

77

c. Ubah prosedur kerja. Untuk mengubah prosedur kerja, dapat digunakan

pertanyaan “Apa yang harus karyawan lakukan atau yang tidak boleh

dilakukan, untuk mengeliminasi hazard dan mencegah potensi

kecelakaan?”

d. Berikan penghalang antara hazard dan penerima, seperti memasang fire

blanket, warning tape, alat pelindung diri, dan lain-lain.

e. Temukan cara baru untuk melakukan pekerjaan jika langkah sebelumnya

belum aman untuk dilakukan.

f. Solusi atau tindakan pengendalian harus disampaikan kepada para

pekerja, sehingga mereka memahami apa yang harus mereka lakukan.

g. Jika solusi atau tindakan pengendalian tersebut sangat rinci, maka harus

disertakan dalam prosedur dan manual pelaksanaan pekerjaan, serta

diberikan saat pelatihan karyawan. Ini berguna agar setiap orang

memahami bagaimana melakukan tugas dengan selamat.

Mengidentifikasi hazard yang terkait dengan prosedur merupakan sebuah bentuk

pencegahan yang layak ketika dimasukkan dalam kegiatan peninjauan. Identifikasi ini

dapat memberikan pemahaman secara menyeluruh kepada individu yang terlibat dalam

perencanaan tugas.

5.2 WELL WORK AND COMPLETION DEPARTMENT (WW&C)

Departemen ini bertugas mengkoordinir serta menangani segala pekerjaan yang

berhubungan langsung dengan penanganan dan perbaikan sumur produksi. Pekerjaan

yang menjadi tanggung jawab departemen ini berdasarkan program yang dibuat oleh

Page 98: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

78

Resevoir Management Team (RMT). WW&C bekerja sama dengan service company dan

banyak mitra kerja untuk melaksanakan seluruh pekerjaan.

5.2.1 Tugas dan Tanggung Jawab WW&C

WW&C bertugas menangani segala kegiatan yang berhubungan dengan sumur

produksi. Kegiatan tersebut meliputi usaha Initial Completion dan Well Service. Initial

Completion merupakan pekerjaan awal yang dilakukan terhadap sumur baru setelah

dilakukan operasi pemboran, yaitu memasang segala peralatan yang dibutuhkan pada

sumur sehingga dapat berproduksi. Well service adalah segala kegiatan untuk merawat

suatu sumur agar dapat terus berproduksi sesuai keinginan dan dilakukan tanpa

mencabut (pull out) semua isi sumur, dalam hal ini packer.

Berikut ini akan dipaparkan secara lebih terinci pekerjaan-pekerjaan yang

menjadi tugas WW&C:

1. Swabbing Job

Pekerjaan mengangkat atau memindahkan sejumlah fluida dari dalam sumur

melalui rangkaian pipa (tubing) atau drillpipe dengan memakai peralatan

swabbing. Tujuannya untuk menentukan production rate dari sebuah interval

atau sumur.

2. Sand Bailing

Pekerjaan yang dilakukan untuk mengambil pasir yang menumpuk dalam sumur

yang dapat mengganggu proses produksi karena menumpuk pada dasar lubang

bor dan menutup perforasi.

Page 99: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

79

3. Fishing Job

Pekerjaan mengangkat kembali benda-benda yang jatuh ke dalam lubang sumur.

4. Cement Bond Logging (CBL)

Pengukuran dengan sistem logging pada sepanjang lubang sumur yang telah

dilakukan penyemenan untuk mengetahui kualitas penyemenan di antara casing

dengan perforasi.

5. Perforasi

Merupakan kegiatan membuat hubungan antara lubang sumur dengan formasi

dengan suatu alat yang disebut gun. Perforasi yang dilakukan dapat berupa add

perforation (penambahan lubang perforasi) atau re-perforation (perforation

ulang untuk perforasi yang kurang baik).

6. Acidizing

Merupakan suatu metode stimulasi reservoir dengan menginjeksikan asam ke

dalam reservoir di sekitar lubang bor. Tujuannya untuk membersihkan daerah

disekitar lubang bor dari material-material yang dapat mengganggu aliran fluida

dari reservoir menuju lubang bor, sehingga aliran di sekitar lubang bor menjadi

meningkat.

7. Fracturing

Merupakan metode stimulasi reservoir dengan merekahkan batuan formasi

menggunakan fluida bertekanan tinggi. Dengan ini, permeabilitas di sekitar

lubang bor meningkat.

Page 100: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

80

8. Logging

Suatu metode pengukuran sifat-sifat fisik reservoir dengan cara memasukkan

alat-alat pengukuran ke dalam sumur.

5.2.2 Peralatan yang Digunakan di Lokasi Kerja WW&C

1. Surface Equipment

Surface equipment adalah segala peralatan yang berada di atas permukaan sumur,

antara lain:

a. Rig

Rig adalah suatu perangkat yang sangat penting dalam operasi well

service. Rig digunakan untuk mencabut dan memasukkan pipa-pipa dari

dan ke dalam sumur. Rig yang dipakai di lokasi kerja Minas adalah

Hydraulic Powered, Self Propelled, Self Guyed, Back in Type, dan

Double Mast. WW&C perusahaan memiliki sembilan rig, selebihnya

merupakan milik mitra kerja.

1) Power source

Engine

Untuk rig di lokasi Minas, biasanya bahan bakar yang digunakan

adalah solar, karena harganya yang murah dan menghasilkan

tenaga yang lebih besar.

Page 101: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

81

Gambar 5.3 Rig

Hydraulic Pump

Berfungsi sebagai penggerak. Hydraulic pump digunakan untuk

keperluan raising ram, telescopic ram, dan hydraulic jack.

Generator

Berguna sebagai sumber arus listrik

2) Draw Work

Tubing drum

Dipakai untuk menggulung dan mengatur kabel yang

dipergunakan untuk menaikkan dan menurunkan travelling block.

Sand Drum

Berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan alat yang

disambungkan pada ujung sand line.

Rotary Table

Berfungsi untuk memutar bit.

Page 102: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

82

3) Mast (menara)

Crown block

Merupakan tempat bergantungnya line, yang berfungsi untuk

mengurangi beban yang timbul oleh operasi pull in maupun pull

out atau operasi lain yang berkaitan dengan alat berat yang

digunakan rig.

Middle mast

Merupakan rak yang digunakan sebagai tempat untuk

menyandarkan pipa-pipa. Rak ini dikenal juga dengan monkey

board.

Travelling block

Sebagai tempat menggantung pipa.

4) Frame

Rear Tandem

Merupakan sumber tenaga untuk menggerakkan rig maju maupun

mundur.

Cabin

Merupakan tempat mengontrol alat-alat yang diperlukan sewaktu

perpindahan rig.

Mast Support

Terdiri dari head rest dan samson post, keduanya berfungsi

sebagai penahan rig.

Page 103: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

83

Levelling Jack and Jack Screw

Berfungsi untuk meratakan posisi rig.

b. Well Head

Well head adalah semua peralatan yang berada di bagian sumur pada

permukaan tanah yang meliputi valve-valve dan perpipaan dengan

production line.

Gambar 5.4 Well Head

c. Accumulator

Accumulator merupakan alat yang berfungsi sebagai tenaga pendorong

BOP. Alat ini dibentuk sedemikian rupa sehingga menyimpan gas dengan

tekanan tinggi serta cukup kuat untuk mengoperasikan BOP.

Accumulator diisi dengan gas Nitrogen 700-1200 psi, dan di dalamnya

dilengkapi dengan piston yang dapat mendorong gas nitrogen jika terjadi

tekanan dari hydraulic fluid ke piston tersebut. Tekanan yang mendorong

piston inilah yang dipakai untuk menutup alat BOP.

Alat ini dibagi menjadi dua golongan yaitu:

Page 104: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

84

1) Annular BOP, bekerja memakai sistem hidrolik dan didesain untuk

menutup di sekeliling lubang sumur dengan berbagai jenis ukuran dan

bentuk peralatan yang sedang diturunkan ke dalam lubang bor.

2) Ram Type BOP, bekerja dengan dua cara yaitu digerakkan dengan

diputar oleh tangan (manual type BOP) dan digerakkan oleh tenaga

hidrolik (hydraulic BOP) sehingga dapat ditutup dengan cepat. Ram

type BOP dapat digolongkan menjadi : Pipe Ram, Blind Ram, Shear

Ram, dan Variable Bore Ram.

d. Pompa

Pompa digunakan sebagai alat yang memindahkan fluida atau cairan dari

suatu tempat ke tempat lain dengan cara meningkatkan tekanan fluida.

Penggunaan pompa biasanya dilakukan pada sirkulasi air, testing casting,

test BOP, dan lain-lain. Ada berbagai jenis pompa antara lain pompa

duplex dan pompa triplex.

2. Subsurface Equipment

Alat-alat yang termasuk ke dalam subsurface equipment adalah;

a. Packer

Packer adalah alat berupa karet yang digunakan untuk mengisolasi suatu

kedalaman tertentu dari lubang sumur.

Page 105: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

85

Gambar 5.5 Packer

b. Tubular Product

Gambar 5.6 Tubing

Tubullar product terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1) Drillpipe, adalah pipa yang dipakai dalam pemboran dan berfungsi

sebagai penyalur lumpur pemboran dan mentransmisikan rotary

table, sehingga dapat memutar bit. Drillpipe merupakan tubing tanpa

las dengan panjang setiap bagian 30ft.

2) Casing, berupa sepotong pipa baja dengan panjang 16-34 ft dengan

diameter 4,5-30 inchi. Berfungsi untuk menahan tekanan formasi

setelah lumpur dibuang dari dalam sumur. Pipa ini juga berfungsi

Page 106: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

86

mempertahankan stabilitas lubang bor sehingga tidak mudah rumtuh

dan melindungi pipa agar tidak terjepit akibat mud cake ketika

produksi sedang berlangsung.

3) Tubing, merupakan sepotong pipa berupa tabung baja dengan panjang

20-34 ft dan berdiameter 1,25-4,5 inchi. Umumnya tubing digunakan

untuk keperluan well produksi. Tujuannya untuk mengalirkan minyak

ke permukaan. Selain itu, tubing juga digunakan untuk fishing, injeksi

acid, dan operasi squeeze cementing.

c. Fishing Tool

Fishing tools merupakan alat yang dipakai untuk memancing atau

mengeluarkan benda-benda yang jatuh ke dalam sumur akibat hal yang

tidak diduga sebelumnya. Contoh peralatan yang termasuk fishing tool

adalah Impression Block, Jar, Bumper Sub, Mill, Casing roller, Casing

Scrapper.

d. Sand Pump

Sand pump atau pompa pasir berfungsi untuk membersihkan pasir dari

dalam lubang sumur pada kedalaman yang sudah ditentukan. Cara

kerjanya adalah dengan menghisap pasir dan kotoran.

Page 107: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

87

5.3 HASIL PENELITIAN

5.3.1 Informan Penelitian

1. Informan Utama

Informan utama adalah para pengawas yang ada di lokasi kerja wellwork and

completion (WW&C). Pada satu lokasi kerja untuk tiap shift kerja, ada tiga pengawas,

yaitu well site manager (WSM), tool pusher, dan driller. Dalam penelitian, informan

berasal dari dua orang WSM, seorang tool pusher, dan seorang driller.

Tabel 5.1 Informan Utama No. Nama Jabatan

1. Bpk. A WSM

2. Bpk. B WSM

3. Bpk. C Tool pusher

4. Bpk. D Driller

2. Informan Kunci

Informan kunci adalah informan yang tidak terkait dengan pelaksanaan JSA di

lokasi kerja WW&C, akan tetapi informan adalah orang yang berpengalaman dan ahli

dalam hal tersebut. Informan kunci dalam penelitian ini adalah seorang HES

Representative PT.X di Wellwork and Completion Department Minas.

Tabel 5.2 Informan Kunci

No. Nama Jabatan

1. Bpk. WD HES Representative

Page 108: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

88

3. Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah para pekerja yang termasuk ke

dalam grup kerja yang bekerja pada shift pagi di lokasi wellwork. Jumlah pekerja yang

menjadi informan pendukung dalam penelitian ini adalah empat orang, yang terdiri dari

tiga orang floorman dan seorang derrickman.

Tabel 5.3 Informan Pendukung

No. Nama Jabatan

1. Bpk. AA Floorman

2. Bpk. AB Floorman

3. Bpk. AC Floorman

4. Bpk. AD Derrickman

5.3.2 Hasil Pengamatan Lapangan dan Analisis Dokumen Mengenai Pelaksanaan

JSA Di Lokasi Kerja WW&C PT.X

Pelaksanaan JSA yang baik mampu mengidentifikasi keberadaan hazard secara

keseluruhan dan mampu menetapkan tindakan mitigasi yang sesuai di lokasi kerja.

Untuk mengetahui ketepatan pelaksanaan JSA di lokasi kerja WW&C maka dilakukan

pengamatan lapangan di lima lokasi. Berikut ini akan digambarkan mengenai

pelaksanaan JSA di lima lokasi kerja WW&C, yaitu di lokasi BAC,BAD, BAE, BAF

dan BAG.

1. Pelaksanaan JSA di Lokasi BAC

Dua pekerjaan yang dilaksanakan berturut di lokasi BAC adalah swabbing job

dan pengangkatan pipa dari dalam sumur minyak. Berdasarkan informasi yang diberikan

pengawas, ia dan kru pekerja rig telah mengadakan tail gate meeting untuk

membicarakan pekerjaan yang akan mereka lakukan. Dalam tail gate meeting tersebut

Page 109: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

89

para pekerja diajak menganalisis keselamatan pekerjaan yang akan mereka lakukan.

Akan tetapi, saat peneliti meminta formulir JSA kepada clerk, clerk tidak dapat

memberikan formulir JSA untuk pekerjaan pada hari itu.

2. Pelaksanaan JSA di Lokasi BAD

Di lokasi B, para pekerja dan pengawas melaksanakan tail gate meeting sebelum

pekerjaan dilaksanakan. Well site manager selaku pengawas yang berasal dari CPI

memimpin meeting singkat tersebut. Ia melibatkan kru pekerja dalam analisis

keselamatan pekerjaan. Driller, derrickman, floorman, dan roustabout menyampaikan

pendapat mereka mengenai hazard yang mereka temukan. Dalam meeting yang

memakan waktu sekitar sepuluh menit tersebut, juga dibahas mengenai tindakan mitigasi

terhadap hazard yang ditemukan. Para pekerja yang aktif akan menyampaikan pendapat

mereka dengan lebih baik, dan para pekerja yang pasif umumnya lebih banyak diam.

Clerk selaku bagian administrasi dalam kru pekerja mencatat semua hasil diskusi dan

menuliskannya ke dalam formulir JSA. Dua contoh formulir JSA di lokasi kerja BAD

dapat dilihat pada tabel 5.4.

Berdasarkan hasil analisis terhadap dua formulir JSA, diketahui bahwa

pelaksanaan JSA di lokasi BAD tidak tepat. Ketidaktepatan pelaksanaan JSA terletak

pada tahap pembagian langkah kerja pekerjaan, identifikasi hazard, dan penentuan

tindakan mitigasi. Hal ini dapat dilihat pada masing-masing kolom formulir JSA.

Page 110: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

90

Tabel 5.4 Formulir JSA di Lokasi BAD

Basic Sequence

of Job Stepts

(Uraian

Pekerjaan)

Potential Hazards/

Aspek Lingkungan

Risiko K3/ Dampak

Lingkungan

Recommeended Action or Procedure

(Langkah atau Prosedur yang

Disarankan)

Cont Rih Reda

Unit

Gravity Tertimpa Jangan berada di line of fire

Motion Benturan Komunikasi yang baik dan jelas

Mechanical Hand injury Hati-hati bekerja di daerah berputar

Electrical Konsleting Pastikan grounding kabel terpasang

sempurna

Pressure Semburan Pakai PPE lengkap

Temperaure Overhead Check Cooling System

Chemical Polusi Cegah tumpahan minyak dan oli

Biological

Radiation

Sound Bising Gunakan ear plug di daerah bising

Tabel 5.4 Formulir JSA di Lokasi BAD (lanjutan 1)

Basic Sequence

of Job Stepts

(Uraian

Pekerjaan)

Potential Hazards/

Aspek Lingkungan

Risiko K3/ Dampak

Lingkungan

Recommeended Action or Procedure

(Langkah atau Prosedur yang

Disarankan)

N/U BOPE Gravity Tertimpa Jangan berada di bawah barang

tergantung

Motion 5T Komunikasi yang baik dan jelas

Mechanical Hand Injury Hati-hati bekerja di daerah berputar

Electrical

Pressure

Temperaure

Chemical Polusi Cegah tumpahan minyak atau oli

Biological

Radiation

Sound Bising Gunakan ear plug di daerah bising.

Pada kolom uraian pekerjaan, baik pekerjaan Run in Hole (RIH) Reda Unit dan

Nipple Up (N/U) BOP tidak terdapat pembagian langkah kerja, padahal pekerjaan-

pekerjaan ini sudah memiliki standar operasional prosedur yang dapat digunakan

sebagai dasar membagi langkah pekerjaan. SOP RIH Reda Unit dan N/U BOP dapat

dilihat pada lampiran 5.1 dan 5.2. Karena pekerjaan tidak dibagi dalam beberapa

Page 111: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

91

langkah pekerjaan, maka tahap ini tidak sesuai dengan pedoman perusahaan maupun

OSHAcademy Course 706 Guideline.

Tahap pelaksanaan JSA selanjutnya yang tidak tepat dapat dilihat pada kolom

potential hazard. Kolom ini menunjukkan hasil identifikasi hazard. Dalam kolom

tersebut, dituliskan hazard untuk pekerjaan RIH Reda Unit adalah gravity, motion,

mechanical, electrical, pressure, temperature, chemical, dan sound. Berdasarkan standar

operasional prosedur RIH Reda Unit, seluruh hazard untuk pekerjaan ini belum

teridentifikasi dengan baik. Salah satu hazard yang belum teridentifikasi keberdaannya

adalah radiation.

Sama halnya dengan pekerjaan RIH Reda Unit, identifikasi hazard untuk

pekerjaan N/U BOP tidak tepat. Dalam kolom potential hazard dituliskan bahwa hazard

yang terdapat dalam pekerjaan tersebut adalah gravity, motion, mechanical, chemical,

dan sound. Berdasarkan standar operasional prosedur N/U BOP, seluruh hazard untuk

pekerjaan ini belum teridentifikasi dengan baik. Hazard yang belum teridentifikasi itu

adalah radiation dan electrical.

Pada tahap penentuan tindakan mitigasi, pengawas dan kru kerja di lokasi kerja

BAD tidak menggunakan hirarki pengendalian hazard. Pada kolom recommended action

or procedur, ditemukan juga beberapa tindakan mitigasi yang dianggap kurang tepat.

Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.5.

Page 112: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

92

Tabel 5.5 Kekurangan Mitigasi JSA di Lokasi BAD

Basic Sequence

of Job Stepts

(Uraian

Pekerjaan)

Potential

Hazards/

Aspek

Lingkungan

Risiko K3/

Dampak

Lingkungan

Recommeended

Action or

Procedure

(Langkah atau

Prosedur yang

Disarankan)

Basic Sequence of Job Stepts

(Uraian Pekerjaan)

Cont Rih Reda

Unit

Pressure Semburan Pakai PPE

lengkap

- Sebaiknya untuk mencegah

terjadinya semburan,

direkomendasikan pemakaian

alat BOP.

- PPE yang direkomendasikan

tidak spesifik.

Chemical Polusi Cegah tumpahan

minyak dan oli

- Sebaiknya dilengkapi dengan

cara pencegahannya. Seperti

meletakkan wadah diujung-

ujung pipa yang mengeluarkan

minyak.

N/U BOPE Chemical Polusi Cegah tumpahan

minyak dan oli

- Sebaiknya dilengkapi dengan

cara pencegahannya. Seperti

meletakkan wadah diujung-

ujung pipa yang mengeluarkan

minyak.

Berdasarkan hasil analisis formulir JSA, diketahui bahwa terdapat ketidaktepatan

pelaksaan JSA di lokasi BAD. Hal ini terbukti dari formulir JSA yang telah mereka buat.

Ketidaktepatan terdapat pada tahap pembagian langkah pekerjaan, identifikasi hazard,

dan penentuan tindakan mitigasi pekerjaan.

3. Pelaksanaan JSA di Lokasi BAE

Pekerjaan yang dilaksanakan di lokasi BAE adalah moving rig dari lokasi lama

ke lokasi baru, dan rig up di lokasi baru. Dari hasil pengamatan, JSA dibuat oleh clerk

sebelum tail gate meeting. Analisis keselamatan pekerjaanpun hanya dibuat untuk

pekerjaan moving rig. Dalam tail gate meeting, JSA yang sudah dibuat clerk tidak di

share kepada kru pekerja.

Page 113: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

93

Tail gate meeting diikuti oleh pengawas, kru pekerja, supir rig, supir foco, HES

Coordinator, dan Senior Tool Pusher. Sebelum tailgate meeting, HES Field dan Senior

Tool Pusher sudah melakukan assessment mengenai keberadaan hazard dan kondisi

jalan yang akan mereka lewati. Hasil assessment tersebut disampaikan dalam tailgate

meeting dan dilengkapi dengan tindakan mitigasinya. Diskusi saat meeting ini berjalan

dengan baik, supir rig dan supir foco juga ikut menyampaikan saran dan masukan demi

keselamatan mereka di perjalanan.

Sesampainya di lokasi baru, para kru pekerja langsung melaksanakan

pekerjaannya. Tanpa pre job meeting dan tanpa analisis keselamatan kerja, para kru

pekerja langsung membersihkan ilalang di sekitar sumur minyak, memasang LOTO dan

mematikan pipa aliran minyak, mendirikan rig, memasang ground anchor, dan

melaksanakan pekerjaan-pekerjaan lainnya. Hingga sore hari, belum ada satu JSA pun

yang dibuat oleh pengawas dan kru kerja di lokasi baru ini.

Tabel 5.6 Formulir JSA di Lokasi BAE

Basic Sequence

of Job Stepts

(Uraian

Pekerjaan)

Potential Hazards/

Aspek Lingkungan

Risiko K3/ Dampak

Lingkungan

Recommeended Action or

Procedure

(Langkah atau Prosedur yang

Disarankan)

Moving the Rig

Konvoi Rig

Gravity Tertimpa Pastikan perlatan di rig carier

terikat kuat

Motion Tertabrak Jangan berdiri di dekat armada

Mechanical Rig Rusak Adakan PTI sebelum digerakkan

Electrical Tersambar Petir Pastikan tidak ada kabel yang

terkelupas

Pressure

Temperature Kepanasan Gunakan baju lengan panjang

Chemical

Biological Digigit ular Jangan istirahat di semak-semak

Radiation

Sound Bising Gunakan ear plug di kebisingan

Page 114: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

94

Berdasarkan hasil analisis terhadap formulir JSA di atas, diketahui bahwa

pelaksanaan JSA di lokasi BAE tidak tepat. Ketidaktepatan pelaksanaan JSA terletak

pada tahap pembagian langkah kerja pekerjaan, identifikasi hazard, dan penentuan

tindakan mitigasi. Hal ini dapat dilihat pada masing-masing kolom formulir JSA.

Pada kolom uraian pekerjaan, pekerjaan moving rig tidak dibagi dalam beberapa

langkah pekerjaan, padahal pekerjaan ini sudah memiliki standar operasional prosedur

yang dapat digunakan sebagai dasar membagi langkah pekerjaan. SOP moving rig dapat

dilihat pada lampiran 5.3. Tidak terdapatnya pembagian langkah kerja untuk pekerjaan

moving rig, menunjukkan ketidaksesuaian pelaksanaan JSA di lokasi kerja dengan

pedoman perusahaan maupun OSHAcedemy Course 706 Guideline.

Tahap selanjutnya yang kurang tepat dalam pelaksanaan JSA di lokasi BAE

adalah identifikasi hazard. Dalam kolom potential hazard dituliskan bahwa hazard

yang terdapat dalam pekerjaan moving rig adalah gravity, motion, mechanical,

electrical, temperature, biological, dan sound. Berdasarkan standar operasional prosedur

moving rig, seluruh hazard untuk pekerjaan ini belum teridentifikasi dengan baik.

Hazard yang belum teridentifikasi adalah radiation, chemical, dan pressure.

Tindakan mitigasi yang direkomendasikan dalam formulir JSA juga

menunjukkan ketidaktepatan. Tindakan mitigasi tidak ditentukan berdasarkan hirarki

pengendalian hazard. Ada satu tindakan yang kurang tepat dalam formulir JSA moving

rig, yaitu tindakan mitigasi untuk kategori hazard temperatur. Tindakan mitigasi yang

direkomendasikan adalah “gunakan baju lengan panjang”. Rekomendasi ini tidak

spesifik, karena pekerja dapat menggunakan berbagai jenis baju lengan panjang yang

Page 115: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

95

belum tentu dapat menahan panas. Maka dari itu, sebaiknya kalimat baju lengan

panjang diganti dengan work cloth yang sudah ditetapkan perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis formulir JSA moving rig ini, diketahui bahwa

pelaksanaan JSA di lokasi BAE belum tepat. Ketidaktepatan ini dapat dilihat dari

formulir JSA yang sudah dibuat. Terdapat ketidaktepatan pada setiap tahap pelaksanaan

JSA, baik pada pembagian langkah kerja, identifikasi hazard pekerjaan, dan penentuan

tindakan mitigasinya.

4. Pelaksanaan JSA di Lokasi BAF

Pekerjaan yang dilaksanakan di lokasi D adalah perforation dan pencabutan

tubing serta packer dari dalam sumur bor. Perforation tidak dilakukan oleh kru pekerja,

namun dilakukan oleh company service. Berdasarkan hasil wawancara dengan WSM

dan pekerja, mereka menyatakan bahwa pekerja company service dan kru pekerja rig

telah melaksanakan pre job meeting. Dalam pre job meeting tersebut dibahas JSA yang

sudah dibuat oleh pekerja company service.

Ketika peneliti meminta formulir JSA kepada pengawas rig, pengawas tersebut

tidak dapat memberikannya. JSA tersebut baru diberikan kepada peneliti, setelah

pengawas rig meminta kepada salah satu pekerja company service. JSA tersebut tidak

ditulis tangan dan tidak dilakukan onsite di lapangan. JSA yang mereka berikan adalah

JSA yang sudah ada dan siap untuk dicetak jika dibutuhkan.

Selama pekerjaan perforasi dilakukan oleh pekerja company service, kru pekerja

rig menunggu hingga pekerjaan tersebut selesai dilakukan. Setelah perforasi dilakukan,

Page 116: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

96

para kru pekerja WW&C segera melaksanakan tugas mereka. Dari hasil pengamatan,

tugas mereka selanjutnya adalah mengeluarkan tubing dan melepas packer. Akan tetapi,

analisis keselamatan pekerjaan untuk kedua pekerjaan ini sama sekali tidak dibuat oleh

pekerja yang akan melaksanakannya. Ketika hal ini ditanyakan kepada clerk, ia

mengatakan bahwa JSA untuk pekerjaan tersebut memang belum dibuat dan akan dibuat

setelah pekerjaan selesai dikerjakan.

E. Pelaksanaan JSA di Lokasi BAG

Pekerjaan yang dilakukan oleh kru pekerja rig di lokasi BAG adalah swabbing

job. Pengawas dan kru pekerja mengakui bahwa mereka telah melakukan tail gate

meeting sebelum pekerjaan di mulai. Dalam tail gate meeting tersebut dibahas mengenai

hazard pekerjaan dan tindakan mitigasinya. Akan tetapi, saat peneliti meminta formulir

JSA kepada clerk dan ia tidak dapat memberikannya. Tidak lama kemudian, clerk

memberikan satu file JSA dalam bentuk soft copy kepada peneliti. JSA yang ia berikan

adalah JSA yang sudah ditetapkan perusahaan.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di kelima lokasi kerja, ditemukan

pelaksanaan JSA yang belum tepat bahkan tidak dilaksanakan sama sekali. Maka dari

itu, peneliti akan mengidentifikasi penyebab permasalahannya menggunakan teknik

Management Oversight and Risk Tree (MORT). Cabang yang digunakan untuk

menemukan penyebab masalah adalah cabang Task Risk Assessment Not Performed dan

Task Spesific Risk Assessment LTA yang terletak pada lapis ketiga cabang utama

Supervision and Staff Performance (SD5).

Page 117: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

97

5.3.3 Hasil Penelitian untuk Task Spesific Risk Assessment Not Performed

A. Potensi Kecelakaan Tinggi yang Tidak Teridentifikasi

( High Potential Was Not Identified)

Pada event ini akan dibahas dalam event ini adalah tidak teridentifikasinya

potensi kecelakaan besar pada pekerjaan.

1. Tidak Diwajibkannya Analisis Pekerjaan (Task Analysis Not Required)

Event ini akan membahas apakah perusahaan mewajibkan pelaksanaan pre-job

analysis pada setiap pekerjaan. Berdasarkan hasil analisis dokumen, JSA merupakan

salah satu persyaratan HES yang harus dilaksanakan pada operasi wellwork. Hal ini

tertulis dalam buku OEMS Wellwork and Completion Tahun 2010. JSA harus

dipersiapkan dan diulas sebelum pekerjaan dimulai. JSA Hazid (Hazard Identification)

harus digunakan dalam pelaksanaan analisis. SOP dan JSA dibahas bersamaan dalam

bentuk pre job meeting. Pre job meeting harus dilakukan setiap akan melakukan

pekerjaan. JSA wajib dilakukan secara tertulis.

Informan kunci juga memberikan informasi yang serupa, bahwa pre job meeting

wajib dilakukan sebelum bekerja, untuk memastikan pegawai yang terlibat dalam

pekerjaan membahas SOP dan JSA. Hal ini telah menjadi komitmen setiap pegawai

yang berada di bawah Wellwork and Completion Team. Komitmen ini tertuang dalam

Safety Commitment 2011.

Bentuk pre-job analysis dalam penelitian ini adalah job safety analysis (JSA).

Berdasarkan hasil analisis dokumen dan wawancara dengan informan kunci, diketahui

Page 118: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

98

bahwa perusahaan mengharuskan pelaksanaan dan pengulasan JSA sebelum pekerjaan

dimulai.

2. Analisis Pekerjaan (Task Analysis LTA)

Pada event ini akan dibahas mengenai ketepatan pelaksanaan pre-job analysis

jika perusahaan telah mewajibkan pelaksanaan pre-job analysis. Ketepatan pre-job

analysis ditinjau dari pengidentifikasian hazard pada tiap langkah pekerjaan.

Berdasarkan hasil analisis formulir JSA ditemukan bahwa pekerjaan tidak dibagi

menjadi beberapa langkah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4 dan 5.6. Karena

pekerjaan tidak dibagi dalam beberapa langkah, maka dapat diketahui bahwa

pelaksanaan JSA di lokasi kerja rig belum tepat.

3. Analisis Pekerjaan yang Tidak Dibuat (Task Analysis Not Made)

Jika perusahaan mewajibkan pre-job analysis, maka event ini akan membahas

kegagalan pre-job analysis pada sebuah pekerjaan. Terdapat empat event pada lapis

bawah event Task Analysis Not Made yang harus dipertimbangkan sebagai penyebab

kegagalan pre-job analysis, yaitu:

e. Keahlian (Authority LTA)

Event ini mencurigai bahwa kegagalan pre-job analysis disebabkan oleh

ketidakahlian analis menganalisis sebuah pekerjaan. Berdasarkan hasil wawancara

dengan informan utama, yaitu Bapak C dan D diketahui bahwa kru pekerjanya sudah

ahli melakukan analisis JSA sebelum pekerjaan dimulai. Bapak D menambahkan bahwa

Page 119: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

99

kemampuan kru pekerja tersebut karena mereka sudah dibekali dengan training-

training.

“.. sudah bisalah.. sudah mampu semua bikin JSA..” (Bapak C)

“Oh dah paham-paham kali… sebelum kerja kan ada berbagai training.”

(Bapak D)

Bapak WD sebagai informan kunci memberikan informasi bahwa para pekerja

memang ahli melakukan pekerjaaan di rig, namun mereka belum ahli untuk

mengidentifikasi hazard di lokasi kerja. Menurut Bapak WD, rata-rata pekerja yang

mengalami accident adalah pekerja yang sudah memiliki pengalaman tiga sampai empat

tahun. Para pekerja yang berpengalaman tersebut dapat dikatakan sudah mahir

melakukan pekerjaan, namun belum mahir untuk menetukan hazard walaupun mereka

telah mendapatkan training.

Berdasarkan hasil analisis formulir JSA, dapat dinilai keahlian pekerja

melaksanakan JSA. Dari tiga formulir JSA yang dianalisis ditemukan ketidaktepatan

dalam formulir tersebut. Baik pada pembagian langkah kerja, identifikasi hazard,

maupun penentuan tindakan mitigasinya. Ketidaktepatan ini menunjukkan bahwa

pekerja belum ahli melakukan analisis keselamatan kerja.

f. Anggaran (Budget LTA)

Event ini mencurigai bahwa kegagalan pre-job analysis disebabkan kurangnya

dana yang dianggarkan untuk pelaksanaan pre-job analysis. Berdasarkan hasil

Page 120: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

100

wawancara dengan informan kunci, anggaran untuk pelaksanaan JSA tidak dianggarkan

secara spesifik karena termasuk dalam anggaran program safety. Untuk masing-masing

rig, dianggarkan 400 USD/ hari yang sudah termasuk kedalam ODR (Operation Daily

Rate). Bapak WD menyatakan bahwa anggaran ini cukup untuk memenuhi kebutuhan

paper work, salah satunya membuat form JSA yang menjadi tanggung jawab masing-

masing business partner.

g. Waktu (Time LTA)

Event ini mencurigai bahwa kegagalan pre-job analysis disebabkan masalah pada

waktu pelaksanaannya. Berdasarkan hasi wawancara dengan Bapak A diketahui bahwa

JSA dibuat saat tail gate meeting dan memakan waktu sekitar 30 menit. Dalam tail gate

meeting didiskusikan pekerjaan dan hazard yang ada di pekerjaan selama 12 jam untuk

hari itu. Jika ditemukan adanya hazard baru, maka para pengawas dan pekerja

berkumpul lagi untuk mendiskusikannya. Bapak B dan C memberikan informasi yang

sama bahwa mereka melaksanakan JSA saat tail gate meeting yang memakan waktu

sekitar 30 menit. Bapak B memberikan tambahan informasi, ia mengatakan bahwa sulit

untuk melaksanakan JSA setiap pekerjaan akan dimulai, karena pekerjaan di rig sangat

banyak dan berurutan satu sama lain. Menurutnya, jika harus melaksanakan meeting

setiap pekerjaan dimulai akan menghabiskan banyak waktu. Jika memang ditemukan

hazard baru, maka mereka akan berkumpul untuk membahasnya.

Bapak D memberikan informasi yang berbeda dengan informan utama lainnya.

Ia mengatakan bahwa para kru pekerja selalu melakukan pre job meeting atau analisis

Page 121: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

101

JSA sebelum pekerjaan dimulai. Pre job meeting dilakukan dari satu pekerjaan ke

pekerjaan lainnya. Namun, saat pre job meeting mereka tidak langsung menuliskannya

di dalam kertas. Alasannya karena akan memakan banyak waktu untuk menulis di

formulir, sementara pekerjaan yang harus mereka selesaikan cukup banyak.

Para informan pendukung, memberikan informasi yang sama bahwa pelaksanaan

JSA dilakukan saat tail gate meeting. Tail gate meeting berlangsung sekitar tiga puluh

menit. Bapak AC memberikan informasi tambahan bahwa dalam tail gate meeting

dibicarakan JSA untuk semua pekerjaan selama 12 jam, dan mereka baru akan

berkumpul lagi dalam bentuk pre job meeting jika ditemukan adanya hazard baru.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, tail gate meeting yang dilakukan

hanya berkisar sekitar 10 menit. Sedangkan pre job meeting dilakukan saat company

service datang membantu pekerjaan di rig dalam waktu kurang dari 10 menit. Hasil

pengamatan lapangan ini berbeda dengan informasi para pekerja.

Dalam OEMS Wellwork and Completion (2010), diatur bahwa persiapan dan

ulasan JSA dilaksanakan saat pre job meeting. Informasi para informan mengenai

pelaksanaan JSA saat tail gate meeting, menunjukkan perbedaan dengan ketentuan

perusahaan. Hal ini juga terbukti dalam pengamatan lapangan, bahwa pre job meeting

jarang dilakukan. Pengawas dan kru kerja lebih sering melaksanakan pekerjaan saat tail

gate meeting.

Page 122: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

102

h. Keputusan Pengawas (Supervisor Judgement LTA)

Event ini mencurigai bahwa kegagalan pre-job analysis disebabkan oleh

ketidatepatan pengawas mengambil keputusan dalam pelaksanaan pre-job analysis.

Ketidaktepatan pengawas dalam penelitian ini, terbukti dari hasil pengamatan lapangan.

Diketahui bahwa banyak pekerjaan yang dimulai tanpa pre job meeting dan pembahasan

SOP/JSA. Ditemukan juga pekerjaan yang dianalisis JSA oleh clerk, bukan dianalisis

oleh pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan. Dari tiga formulir JSA yang dianalisis,

ditemukan ketidaktepatan pada setiap langkah pelaksanaannya, baik pada pembagian

langkah kerja, pengidentifikasian hazard, dan penentuan tindakan mitigasinya. Maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawas tidak tegas dalam mengawasi pelaksanaan

JSA di lokasi kerja.

Ada satu kondisi yang pernah dihadapi peneliti ketika mengikuti kegiatan di rig

yaitu keheranan pekerja dari business partner lain saat WSM memintanya untuk

memberikan formulir JSA. Pekerja tersebut tampak terheran-heran dan mengatakan

bahwa WSM tidak biasa meminta formulir JSA kepadanya. Pekerja tersebut lalu pergi

dan kembali lagi membawa SOP pekerjaan, bukan JSA yang diinginkan. Dari hasil

pengamatan diketahui bahwa para pengawas tidak tegas mengawasi pelaksanaan JSA di

lokasi kerja rig. Hal ini akan membuat pekerja beranggapan bahwa JSA tidak terlalu

penting.

Page 123: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

103

B. Potensi Kecelakaan Rendah (Low Potential)

Event membahas tentang identifikasi hazard pada pekerjaan yang memiliki

potensi hazard yang rendah. Dari hasil wawancara dengan informan kunci diketahui,

bahwa ada beberapa pekerjaan yang memiliki potensi kecelakaan kecil. Pekerjaan itu

adalah pekerjaan yang dilakukan petugas access control, signal man, dan clerk. Petugas

access control bertugas untuk memastikan bahwa hanya orang yang berhak saja yang

dapat masuk ke lokasi rig. Petugas signal man bertugas memandu mobil kecil untuk

parkir di lokasi pekerjaan, dan clerk bertugas untuk mengurus administrasi dan surat-

surat di lokasi kerja.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada pekerjaan yang

langsung berhubungan dengan wellwork dan initial completion. Karena pekerjaan

wellwork dan initial completion merupakan pekerjaan high risk, maka cabang ini tidak

dianalisis lebih lanjut. Tidak ditemukan pekerjaan wellwork dan initial completion yang

memiliki potensi kecelakaan rendah.

5.3.4 Hasil Penelitian untuk Task Spesific Risk Asessment LTA

Pada event ini akan dibahas tentang ketepatan penilaian risiko dan penentuan

tingkat risiko suatu pekerjaan.

Page 124: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

104

A. Analisis Risiko Pekerjaan (Task Spesifik Risk Analysis LTA)

Pada event ini akan dibahas tentang kualitas analisis risiko yang sudah dilakukan.

Ada dua event yang harus dipertimbangkan untuk mengetahui kualitas penilaian risiko,

yaitu:

2. Pengetahuan (Knowledge LTA)

Pada event ini akan dibahas tentang pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan

untuk menilai risiko pekerjaan. Terdapat dua event yang mempengaruhi pengetahuan

yaitu masukan dari para pekerja dan sistem teknik informasi.

c. Masukan dari Para Pekerja (Use of Worker’s Suggestions and Inputs)

Pada event ini akan dibahas tentang pengetahuan didapat dari masukan

para pekerja. Masukan dari para pekerja ini dapat dijadikan informasi untuk

penilaian risiko. Dari hasil wawancara dengan kedua WSM, diketahui informasi

bahwa pekerja dilibatkan dalam tail gate meeting pagi. Menurut Bapak A, JSA

dilakukan sekalian dengan tail gate meeting. Meeting akan memakan waktu

sekitar 30 menit. Para kru kerja diajak berunding mengenai pekerjaan yang akan

mereka lakukan 12 jam pada hari itu. Kemudian pekerja memberikan masukan

mengenai hazard yang ada di pekerjaan mereka dan cara menanganinya. Jika

dalam rentang waktu 12 jam ada hazard yang berbeda mereka akan melakukan

meeting lagi untuk membahas hazard tersebut.

Bapak B memberi informasi yang sama dengan Bapak A bahwa para

pengawas dan kru melaksanakan tail gate meeting. Namun ia sendiri jarang

mengikuti tail gate meeting pagi karena harus mengikuti meeting dengan WSM

Page 125: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

105

lain di pagi hari. Ia menyerahkan kepada tool pusher untuk memimpin tail gate

meeting bersama para kru pekerja. Dalam tail gate meeting satu sama lain peserta

meeting mengeluarkan pendapatnya.

Bapak C selaku tool pusher memberikan informasi bahwa pekerja dilibatkan

dalam tail gate meeting. Sebelum melaksanakan tail gate meeting, clerk

membuat JSA pekerjaan dan kru pekerja melaksanakan assessment. Saat tail gate

meeting, JSA yang dibuat oleh clerk akan disempurnakan berdasarkan masukan

dari para pekerja yang sudah melakukan assessment. Bapak D sebagai driller

memberikan informasi yang serupa bahwa pekerja dilibatkan dalam pelaksanaan

JSA di lokasi kerja.

Para pekerja yang menjadi informan pendukung memberikan informasi yang

sama bahwa mereka terlibat dalam pelaksanan tail gate meeting.

“ Kami diajak berdiskusi.. terus diminta pendapatnya.. apa aja hazard.. satu-satu

bergilir seperti itu.” (Bapak AA)

“Karena dah biasa, dah terbayang kayak mana bahaya kerja di rig ni.. pas diskusi

biasanya ikut.. kalau ada yang punya pendapat.. ndak papa disampaikan pas tail gate

meeting.” (Bapak AB)

“Pas tail gate meeting kalau ada yang mau kasih masukan, ya ngomong aja pas diskusi

tu… lagian kalau kita kasih informasi bahaya kan buat kepentingan semua…biar semua

tau biar semua hati-hati.” (Bapak AC)

Page 126: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

106

“Nah saat tail gate meeting.. saat nya sharing.. kalau ada info disampaikan disini..

informasi pekerjaan, bahaya, saling mengingatkan supaya semua bisa kerja selamat”

(Bapak AD)

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, pekerja selalu dilibatkan baik dalam

pelaksanaan tail gate meeting maupun pelaksanaan pre job meeting. Para pekerja

yang memiliki informasi mengenai pekerjaaan atau hazard mau menyampaikan

informasi tersebut dalam meeting. Tail gate meeting selalu dilakukan pagi hari

sebelum bekerja. Namun, pre job meeting tidak selalu dilakukan, kecuali saat

company service membantu pekerjaan rig.

d. Sistem Teknik Informasi (Technical Information System LTA)

Pada event ini akan dibahas mengenai teknik informasi yang dapat

mendukung pelaksanaan JSA di lokasi kerja. Karena keterbatasan waktu dan

data yang diperlukan dalam penelitian, cabang ini tidak dianalisis lebih lanjut.

2. Pelaksanaan (Execution LTA)

Pada event ini akan dibahas tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas

analisis risiko. Hal-hal tersbut adalah:

f. Waktu (Time LTA)

Pada event ini akan dibahas tentang waktu untuk melaksanakan analisis

risiko. Berdasarkan hasil wawancara, Bapak A menyatakan bahwa JSA dibuat

saat tail gate meeting dan memakan waktu sekitar 30 menit. Dalam tail gate

meeting didiskusikan pekerjaan dan hazard yang ada di pekerjaan selama 12 jam

Page 127: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

107

untuk hari itu. Jika ditemukan adanya hazard baru, maka para pengawas dan

pekerja berkumpul lagi untuk mendiskusikannya.

Bapak B memberi informasi yang sama. JSA dilaksanakan dalam tail gate

meeting dengan kisaran waktu sekitar 30 menit. Bapak B mengatakan bahwa

sulit untuk melaksanakan JSA setiap pekerjaan akan dimulai, karena pekerjaan di

rig sangat banyak dan berurutan satu sama lain. Menurutnya, jika harus

melaksanakan meeting setiap pekerjaan dimulai akan menghabiskan banyak

waktu. Jika memang ditemukan hazard baru, maka mereka akan berkumpul

untuk membahasnya,

Mengenai pelaksanaan JSA, Bapak C menyampaikan bahwa JSA dilakukan

saat tail gate meeting dan memakan waktu selama 30 menit. Bapak D

memberikan informasi yang berbeda dengan Bapak A dan C, namun serupa

dengan Bapak B. Ia mengatakan bahwa mereka melakukan pre job meeting

untuk menganalisis JSA. Pre job meeting dilakukan dari satu pekerjaan ke

pekerjaan lainnya. Namun, saat pre job meeting mereka tidak langsung

menuliskannya di dalam kertas. Alasannya karena akan memakan banyak waktu

untuk menulis di formulir, sementara pekerjaan yang harus mereka selesaikan

cukup banyak. Hasil diskusi dalam pre job meeting baru disampaikan kepada

clerk dan clerklah yang menuliskannya.

Keempat pekerja sebagai informan pendukung memberikan informasi yang

sama, bahwa analisis JSA dilakukan saat tail gate meeting, akan memakan

Page 128: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

108

waktu sekitar 30 menit. Pekerja AA menambahkan informasi bahwa pre job

meeting baru dilaksanakan jika pekerja menemukan keberadaan hazard baru saat

bekerja. Pekerja yang terkait dengan pekerjaan itu baru akan berdiskusi dan

melakukan pre job meeting untuk melakukan analisis JSA. Jika tidak ada hazard

baru, maka tidak akan dilakukan pre job meeting, cukup tail gate meeting di pagi

hari.

“Sekalian pekerjaan 12 jam dibikin JSA pas tail gate meeting..” (Bapak AA)

“Pre job meeting tu kalau ada bahaya yang beda aja.. pekerja yang terkait

biasanya diskusi tu.” (Bapak AA)

“ Iya.. JSA pas tail gate meeting tu.” (Bapak AB)

“Biasanya sekalian pas tail gate meeting..kurang lebih 30 menit lah.”

(Bapak AC)

“ Kira-kira setengah jam pas tail gate meeting.” (Bapak AD)

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, tail gate meeting yang dilakukan

hanya berkisar 10 menit. Dalam tail gate meeting pekerja diajak berdiskusi

mengenai hazard yang ada pada seluruh pekerjaan yang akan mereka lakukan.

Dalam tail gate meeting juga dibicarakan tindakan mitigasinya.

Dalam OEMS Wellwork and Completion (2010), dijelaskan tentang pre job

meeting yang ditujukan untuk mempersiapkan dan mengulas SOP/JSA. Idealnya

setiap pekerjaan yang akan dilakukan, harus diawali dengan pre job meeting.

Akan tetapi di lapangan, pengawas dan kru kerja cenderung membahas JSA

dalam tail gate meeting. Pre job meeting jarang dilakukan, kecuali jika company

Page 129: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

109

service datang membantu pekerjaan di rig. Pre job meeting dilakukan kurang

dari 10 menit.

g. Anggaran (Budgets LTA)

Event ini mencurigai bahwa kegagalan pre-job analysis disebabkan

kurangnya dana yang dianggarkan untuk pelaksanaan pre-job analysis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, anggaran untuk

pelaksanaan JSA tidak dianggarkan secara spesifik karena termasuk dalam

anggaran program safety. Untuk masing-masing rig, dianggarkan 400 USD/ hari

yang sudah termasuk kedalam ODR (Operation Daily Rate). Bapak WD

menyatakan bahwa anggaran ini cukup untuk memenuhi kebutuhan paper work,

salah satunya membuat form JSA yang menjadi tanggung jawab masing-masing

business partner.

h. Ruang Lingkup (Scope LTA)

Pada event ini akan dibahas tentang ruang lingkup analisis risiko. Dari hasil

wawancara dengan para informan diketahui bahwa JSA dilaksanakan saat tail

gate meeting. Pekerjaan yang dianalisis dan didiskusikan dalam meeting tersebut

adalah seluruh pekerjaan yang akan dilaksanakan selama 12 jam. Hasil

pengamatan lapangan juga menunjukkan hasil yang demikian. Ruang lingkup

pekerjaan yang dibahas dan dianalisis dalam meeting singkat ini terlalu luas.

Berdasarkan hasil analisis formulir JSA, tidak ditemukan pembagian langkah

kerja untuk pekerjaan yang dianalisis, padahal pembagian langkah-langkah

Page 130: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

110

pekerjaan juga sudah diatur dalam pedoman perusahaan. Tujuannya agar hazard

pada setiap langkah pekerjaan dapat teridentifikasi dengan baik. Namun, hal ini

tidak ditemukan dalam formulir JSA. Hasil analisis formulir JSA ini

menunjukkan bahwa ruang lingkup pekerjaan yang dianalisis terlalu luas.

i. Kemampuan Menganalisis (Analytical Skill LTA)

Pada event ini akan dibahas tentang pengalaman dan kemampuan pengawas

dan para pekerja yang terlibat dalam penilaian risiko. Berdasarkan hasil

wawancara, Bapak A menyatakan bahwa para pekerja sudah mengetahui dan

mengenal hazard dan mampu menentukan tindakan mitigasi untuk pekerjaan

yang mereka hadapi. Hal ini disebabkan karena pekerja sudah biasa

melaksanakan pekerjaan di rig. Bapak B memberikan informasi yang sama

dengan Bapak A. Menurutnya kru pekerja adalah pekerja terampil, sudah

memiliki sertifikat, dan sudah berpengalaman. Para pekerja sudah mampu

mengenali hazard dari pekerjaan di rig, terlebih lagi pekerjaan yang mereka

laksanakan adalah pekerjaan rutin.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, informasi untuk

Analytical Skill LTA sama dengan informasi Authority LTA. Para pekerja

memang ahli melakukan pekerjaaan di rig, namun mereka belum ahli untuk

mengidentifikasi hazard di lokasi kerja. Menurut Bapak WD, rata-rata pekerja

yang mengalami accident adalah pekerja yang sudah memiliki pengalaman tiga

sampai empat tahun. Para pekerja yang berpengalaman tersebut dapat dikatakan

Page 131: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

111

sudah mahir melakukan pekerjaan, namun belum mahir untuk menetukan hazard

walaupun mereka telah mendapatkan training.

Kurangnya keterampilan pekerja juga terbukti dalam formulir JSA. Terdapat

ketidaktepatan dalam formulir JSA tersebut, baik pada pembagian langkah kerja,

identifikasi hazard, dan penentuan tindakan mitigasi yang kurang tepat.

Ketidaktepatan ini dapat menunjukan kurangnya keterampilan pekerja.

j. Pemilihan Hazard (Hazard Selection LTA)

Event ini akan mempertimbangkan apakah ada hazard yang tidak

dicantumkan dalam menilai risiko, sehingga dapat memicu terjadinya masalah.

3) Identifikasi Hazard (Hazard Identification LTA)

Pada event ini akan dibahas mengenai kriteria yang digunakan untuk

mengidentifikasi hazard. Berdasarkan hasil wawancara, Bapak C

menyatakan bahwa ada tools yang membantu pekerja untuk mengidentifikasi

hazard, yaitu Hazard Identification Tools (Hazid Tools). Di dalam tools

tersebut ada sepuluh kategori hazard yang membantu pekerja

mengidentifikasi hazard. Kemudian ia menambahkan bahwa,

pengkategorian hazard tidak hanya pada hazid tools tapi juga ada dalam JSA,

dan JSA lebih sering digunakan di lapangan.

Bapak D memberikan informasi yang sama, bahwa Hazid Tools dapat

digunakan untuk mengidentifikasi hazard dan pengkategorian hazard juga

Page 132: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

112

terdapat dalam formulir JSA. Namun, ia menyatakan bahwa mereka tidak

langsung menuliskan hasil pre job meeting kedalam formulir JSA. Alasannya

karena pekerjaan yang harus mereka selesaikan cukup banyak.

Bapak B walau tidak di wawancara khusus mengenai Hazard

Identification LTA, ia memberikan pernyataan bahwa pelaksanaan pre job

meeting hanya dilakukan namun tidak dituliskan dalam formulir JSA.

“Ya,, kalau dibilang, ya semuanya harus dibuat JSA. Tapi pekerjaan ni

banyak kali.. habis yang ini .. yang ini lagi.. rutin berurutan, kalau harus

dimeetingkan banyak waktu.. ditulispun bisa berapa ratus langkah tu? Paling

diomongin aja kayak pre job meeting.. tapi dituliskan itu loh.” (Bapak B)

Sama hal dengan para pengawas, pekerja mengetahui bahwa ada sepuluh

kategori hazard berdasarkan hazid tools. Namun, para pekerja mengakui

bahwa mereka jarang menggunakan tools tersebut di lokasi kerja.

“Bahaya tu kan banyak, ada tu perusahaan kasih toolsnya.. apa aja

kategorinya ndak pula hafal do..”(Bapak AB)

“Bisa-bisa.. bahaya yang ditemukan bisa dikategorikan…adakan di tools hazids

tu..tapi kalau kami di lapangan jarang pakai itu…biasanya pakai yang di JSA tu

aja.”(Bapak AC)

Alat identifikasi hazard atau Hazard Identification Tools yang disediakan

perusahaan dapat dijadikan sebagai metode untuk mengidentifikasi sumber

energi, mengidentifikasi potensi hazard, dan dapat menambah kemampuan

pekerja untuk mengenali hazard. Hazid Tools ini, dimasyarakatkan

Page 133: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

113

perusahaan dalam bentuk kartu-kartu kecil dan dibagikan kepada pekerja,

namun selama pengamatan lapangan tidak ditemukan para pekerja

mengidentifikasi hazard menggunakan kartu-kartu kecil ini.

JSA Hazid dapat digunakan dalam pelaksanaan JSA. Pengkategorian

hazard dalam JSA Hazid sama dengan pengkategorian Hazid tools yang

diperkenalkan perusahaan. Dalam buku OEMS Well Work and Completion

2010, JSA Hazid merupakan tools yang harus digunakan dalam pelaksanaan

analisis keselamatan pekerjaan.

Informan utama dan informan pendukung sudah mengetahui bahwa

perusahaan menyediakan tools untuk mengidentifikasi hazard, salah satunya

adalah JSA Hazid. Dalam JSA Hazid juga tersedia sepuluh kategori hazard.

Namun dalam pelaksanaannya, JSA Hazid tidak selalu digunakan.

4) Prioritas Hazard (Hazard Prioritasion LTA)

Pada event ini akan dibahas mengenai metode yang digunakan untuk

memprioritaskan hazard. Menurut informan kunci, semua hazard harus

teridentifikasi dengan baik dan mendapatkan tindakan mitigasi yang sesuai.

Maka dari itu, prioritas hazard tidak digunakan dalam pelaksanaan JSA di

lokasi kerja.

B. Rekomendasi Tindakan Pengendalian (Recommended Control LTA)

Pada event ini akan dibahas tentang ketepatan pengendalian risiko yang

direkomendasikan.

Page 134: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

114

8. Kejelasan (Clarity LTA)

Pada event ini akan dibahas tentang kemudahan untuk memahami dan

melakukan pengendalian risiko yang direkomendasikan. Menurut Bapak A, pengalaman

dan keterampilan yang dimiliki pekerja memudahkan para pekerja untuk melakukan

pengendalian hazard pekerjaan. Jika terdapat kesulitan, para pengawas bertanggung

jawab untuk menjelaskan lebih rinci dan membantu menyelesaikan masalah.

Bapak B memberikan informasi yang serupa, ia merasa tidak kesulitan

menyampaikan cara pengendalian hazard di lapangan kepada para pekerja. Hal ini

dikarenakan pekerja sudah ahli dan sudah biasa melaksanakan pekerjaan. Ia pun

mengatakan akan mengarahkan langsung pekerja di lapangan jika ditemukan ada

pekerja yang tidak paham.

Bapak C sebagai tool pusher menyatakan bahwa orang yang bekerja di rig harus

mahir melaksanakan tugas dan mengendalikan hazard pekerjaan. Jika pekerja tidak

mengenal pekerjaan di rig, Bapak C yakin pekerja tersebut tidak akan bisa bekerja

sebagai kru kerjanya. Namun, jika ia menemukan sedikit kekurangan pekerja, ia akan

memberi pengarahan kepada pekerja.

“Orang yang kerja di rig itu dek, harus mahir.. mahir bekerja dan

mengendalikan bahaya. Kalau ia ndak kenal pekerjaan ini, ia ndakkan bisa kerja

disini,, tapi yaa kalau ada sikit kekurangan, kita arahkanlah.”

(Bapak C)

Bapak D memberikan informasi yang serupa dengan informan utama lainnya, ia

mengatakan bahwa ia tidak mengalami kesulitan untuk menugaskan pekerja

Page 135: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

115

mengendalikan hazard karena pekerja sudah sering berhadapan dengan pekerjaan di rig.

Pengalaman yag dimiliki pekerja membuat mereka menjadi lebih cepat paham.

Keempat pekerja mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan adalah

pekerjaan rutin, sehingga mereka mengetahui hazard pekerjaan dan mengetahui

bagaimana menghadapi hazard tersebut. Jika ada hal yang mereka tidak paham mereka

dapat menanyakan langsung kepada driller atau tool pusher.

“Pekerjaan ini- ini saja yang dihadapi.. sudah terbayang oleh kami apa yang akan kami

hadapi dan apa yang harus kami perbuat.” (Bapak AA)

“ Kami mengerjakan yang biasa kami lakukan, kalau memang ada hal yang ndak biasa

dan kami ndak paham, tanya sama driller, kalau ndak tool pusher.. mereka mau arahin

tu.” (Bapak AA)

“Ini-ini aja yang dikerjakan.. dah tau kalau apa yang harus dilakukan kalau ada

bahaya.. tapi biasanya mandor ngarahin juga.” (Bapak AB)

“Pekerjaan yang dilakukan setiap harinya seperti ini.. jadi sudah tau bagaimana

menghadapi.. tapi kalau ragu.. ya tanyakanlah sama mandor.” (Bapak AC)

Informan utama dan informan pendukung memberikan informasi yang sama

bahwa kru pekerja sudah memahami dan dapat melakukan tindakan pengendalian

hazard di lokasi kerja. Alasannya karena para pekerja sudah memiliki keterampilan,

kemahiran, dan pengalaman melaksanakan pekerjaan di rig. Berdasarkan hasil analisis

dokumen, pemahaman para pekerja juga didukung oleh pelaksanaan uji coba dan

pelatihan pengendalian hazard yang dilakukan rutin di lokasi kerja. Hal ini dijelaskan

dalam OEMS Wellwork and Completion (2010) dan menjadi menjadi syarat HES yang

wajib dilakukan.

Page 136: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

116

9. Kesesuaian (Compability LTA)

Pada event ini akan dibahas tentang kesesuaian pengendalian hazard yang

direkomendasikan dengan peralatan pengendalian yang ada di tempat kerja. Keempat

informan utama mengakui bahwa pengendalian hazard yang direkomendasikan dalam

JSA dapat dilakukan oleh para pekerja di lapangan. Perlengkapan dan peralatan yang

direkomendasikan juga tersedia di lokasi kerja. Pernyataan yang sama juga datang dari

keempat pekerja yang diwawancarai. Keempat pekerja mengakui bahwa mereka dapat

melakukan tindakan pengendalian yang direkomendasikan dalam JSA. Peralatan

pengendalian juga sudah tersedia di lokasi kerja, salah satunya APD.

Berdasarkan hasil analisis JSA, tindakan pengendalian yang direkomendasikan

dalam JSA tidak terlalu sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan tindakan

pengendalian yang direkomendasikan cenderung kepada perilaku kerja dan penggunaan

APD. Alat pelindung diri dimiliki oleh para pekerja juga sudah sesuai dengan

rekomendasi JSA.

Dalam Buku OEMS Well Work and Completion (2010), dijelaskan bahwa salah

satu bentuk pencegahan blow-out adalah blow-out hidrolik dengan satu set ram, blinds,

dan chokes yang terpasang dengan baik dan dites di lapangan. Peralatan ini harus

digunakan setiap tubing dicabut dari sumur. Berdasarkan penjelasan ini, peralatan well

control merupakan syarat keselamatan operasi yang harus tersedia di masing-masing rig

dan sudah disesuaikan dengan hazard yang ada dipekerjaan.

Di buku yang sama, dijelaskan juga bahwa alat pelindung diri merupakan salah

satu syarat keselamatan beroperasi. APD dasar untuk semua pekerja adalah topi

Page 137: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

117

keselamatan, kacamata keselamatan dengan pelindung samping, penyumbat telinga

untuk daerah bising, dan sarung tangan. Derrickman selaku pekerja yang bekerja

diketinggian juga harus menggunakan full-body harness. Seluruh APD yang dimiliki

pekerja sudah sesuai dengan syarat operasi rig.

10. Uji Coba Pengendalian (Testing of Control LTA)

Pada event ini akan dibahas tentang uji coba pengendalian hazard. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui keefektifannya di tempat kerja. Berdasarkan hasil analisis

JSA, tindakan pengendalian yang direkomendasikan dalam JSA tidak terlalu sulit untuk

dilakukan karena pengendalian cenderung kepada perilaku kerja dan penggunaan APD.

Salah satu APD yang diuji coba saat peneliti turun ke lapangan adalah pengujian APD

untuk derrickman. Derrickman membutuhkan APD yang berbeda dari pekerja yang lain

karena ia bekerja di ketinggian. Derrickman wajib menggunakan full-body harness

dengan lan yard. Derrick escape lines harus terpasang sesuai spesifikasi dan lolos uji

tarik. Pengujian derrick escape lines ini juga dijelaskan dalam buku OEMS Well Work

and Completion (2010).

Dalam buku yang sama dijelaskan pula mengenai uji coba BOP, uji coba H2S,

kebakaran, evakuasi, dan tumpahan minyak. Kegiatan uji coba BOP dilakukan sekali

dalam seminggu, dan kegiatan uji coba lainnya dilakukan sekali dalam sebulan. Semua

kegiatan uji coba harus didokumentasikan.

11. Arahan (Directive LTA)

Pada event ini akan dibahas tentang arahan untuk melaksanakan pengendalian

hazard. Menurut Bapak A, pengarahan dapat dilakukan saat tail gate meeting atau saat

Page 138: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

118

pekerjaan dilaksanakan. WSM akan berkoordinasi dengan tool pusher untuk

mengendalikan hazard di lokasi kerja. Pengarahan juga dapat dilakukan dalam bentuk

meeting yang melibatkan para kru kerja. Bapak B sebagai WSM memberikan informasi

yang sama dengan Bapak A.

Bapak C dan D memberikan informasi tambahan mengenai pengarahan untuk

tindakan pengendalian. Mereka mengatakan bahwa WSM akan langsung turun ke

lapangan jika pengendalian sulit untuk dilakukan. Mereka juga mengutarakan hal yang

sama dengan para WSM, bahwa pekerjaan yang berbahaya dapat di SWA (stop work

authority) lalu diadakan meeting untuk membahas tindakan pengendalian atas hazard

tersebut.

Keempat pekerja sebagai informan pendukung, mengakui bahwa mereka sudah

mengetahui tindakan pengendalian di rig, namun para pengawas akan memberikan

pengarahan untuk pengendalian hazard yang tidak mereka pahami.

“Kami mengerjakan yang biasa kami lakukan, kalau memang ada hal yang ndak biasa

dan kami ndak paham, tanya sama driller, kalau ga tool pusher.. mereka mau arahin

tu.” (Bapak AA)

“Di tempat kerja ni, yang udah biasa lakukan, lakukanlah.. tapi kalau ndak..

komunikasiin dulu ke driller.. nanti dijelaskannya tu.” (Bapak AB)

“Pekerjaan yang dilakukan setiap harinya seperti ini.. jadi sudah tau bagaimana

menghadapi.. tapi kalau ragu.. ya tanyakanlah sama mandor…mereka mau arahain kita

tu.”(Bapak AC)

“Kalau bahayanya jarang-jarang ada, dan kami baru sekali menghadapinya, biasanya

mandor, tool pusher, sampai WSM langsung turun untuk membantu.” (Bapak AD)

Page 139: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

119

Ketika peneliti mengamati keadaan lapangan, peneliti menemukan suatu keadaan

yang tidak biasa di rig yaitu terjadinya flowing saat pipa dikeluarkan dari sumur minyak.

Berdasakan hasil pengamatan di lapangan, diketahui bahwa WSM memberikan perintah

pengendalian kepada tool pusher, tool pusher menyampaikan kepada driller, dan driller

menyampaikan kepada kru pekerja. Perintah pengendalian pada kondisi tersebut juga

dilengkapi dengan tahap-tahap pekerjaan. Saat WSM melihat keadaan belum membaik,

ia segera turun ke lapangan dan memerintah langsung para kru pekerja tanpa perantara.

Tidak lama kemudian, pekerjaan di SWA dan diadakan meeting singkat untuk mencari

jalan keluar. Setelah meeting singkat, pekerjaan dilanjutkan dan flowing dapat

dikendalikan.

Tahap-tahap pekerjaan yang dijelaskan WSM kepada tool pusher dan meeting

singkat yang dilakukan pada kondisi di atas, merupakan suatu bentuk pengarahan dari

pengawas kepada kru kerja. Petunjuk mengendalikan hazard juga terdapat dalam bentuk

SOP, perusahaan menyediakan SOP untuk mengendalikan hazard di lokasi kerja,

seperti blow-uot, keadaan darurat H2S, kebakaran, evakuasi dan lainnya. SOP ini dapat

dilihat pada lampiran 5.4.

12. Ketersediaan (Avaibility LTA)

Pada event ini akan dibahas mengenai pengendalian hazard yang tersedia di

tempat kerja dan dapat digunakan oleh pekerja. Dalam buku OEMS Well Work and

Completion (2010), dijabarkan peralatan-peralatan pengendalian hazard harus tersedia di

lokasi kerja sebagai syarat HES. Seperti alat untuk mencegah blow-out dan peralatan

menghadapi H2S, kebakaran, evakuasi, serta tumpahan minyak yang harus tersedia di

Page 140: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

120

lokasi kerja. APD juga menjadi persyaratan dasar untuk semua pekerja. Berdasarkan

hasil pengamatan di lapangan, peralatan-peralatan yang menjadi syarat HES ini sudah

tersedia di lapangan kerja.

Bapak C dan D sebagai informan utama mengatakan bahwa peralatan

pengendalian selalu tersedia di lokasi kerja.

“Semua alat pengendalian tersedia di lapangan.. itu udah menjadi syarat unit

pengeboran.” (Bapak C)

“Oh iyalah kalau ndak ada mana boleh beroperasi.. “(Bapak D)

13. Penyesuaian (Adaptibility LTA)

Pada event ini akan dibahas apakah pengendalian hazard yang direkomendasikan

dapat digunakan pada situasi yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil wawancara keempat

informan berpendapat bahwa tindakan pengendalian dapat digunakan pada situasi apa

saja, dengan catatan hazard yang dihadapi sama. Jika hazard yang ada pada pekerjaan

berbeda, maka tindakan pengendaliannya juga berbeda.

“Ya bisa… kalo bahaya yang dihadapi sama.. biasanya rekomendasinya sama..

kalau dah beda.. cara mengendaikannya beda juga.” (Bapak A)

“Selama pekerjaan yang dilaksankan sama.. ya bahayanya sama aja..

pencegahannya itu juga.” (Bapak B)

“Kalau kerjanya itu itu juga ya sama.. bahaya ndak akan berbeda.. kalau ada

bahaya yang beda,, tu lain cerita.. perlu didiskusikan gimana cara

ngendalinnya.” (Bapak C)

“Iya samalah, kalau kerjaannya sama..bahayakan itu juga,, pencegahannya ya

sama. “(Bapak D)

Page 141: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

121

Para pekerja juga memberikan hasil wawancara yang tidak jauh berbeda dengan

para pengawas.

“Ya bisa lah.. biasanya juga kayak gitu aja.. pekerjaannya kan ini-ini aja.. kalau beda

tu beda pula nanganinya.” (Bapak AA)

“Tiap pindah lokasi, kerja ini- ini aja… biasanya sama aja apa yang direkomendasikan

di JSA tu.. kalau ada informasi bahaya baru, nah pas meeting tu lah kita omongin,

kayak mana jalan keluarnya.” (Bapak AB)

“Pekerjaan kami ni rutin.. bahaya ya itu-itu aja.. kalau beda ya dibicarain ulang

gimana cara ngadapainnya.” (Bapak AC)

“Kalau kerjaannya sama.. bahayanya sama aja.. kalau nampak ada bahaya yang beda,

tu dibicarakan, di share satu sama lain… biar kompak gimana ngadapinnya.” (Bapak

AD)

Informan utama dan informan pendukung memberikan informasi yang sama

bahwa tindakan pengendalian dapat digunakan pada situasi apa saja, jika hazard yang

dihadapi sama. Jika hazard yang ada pada pekerjaan berbeda, maka tindakan

pengendaliannya juga berbeda.

14. Perintah yang Tidak Dilaksanakan (Use Not Mandatory)

Pada event ini akan dibahas mengenai pelaksanaan pengendalian hazard yang

telah direkomendasikan. Dalam penelitian ini, keempat informan utama memberikan

informasi yang sama, bahwa para pekerja melakukan pekerjaan termasuk pengendalian

hazard sesuai yang direkomendasikan JSA.

Bapak A memberi tanda setuju dengan mengangguk.

“Sama kok sama yang di JSA.” (Bapak B)

Page 142: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

122

“Apa yang dibikin di JSA ya harus dilakukanlah.” (Bapak C)

Para pekerja juga mengakui bahwa mereka melaksanakan tindakan pengendalian

yang direkomendasikan dalam JSA.

“Ya bisalah,, apa yang ditulis dalam JSA tu kan ga berat.. pakai PPE, berhati-hati

kalau istirahat biar ga digigit ular.. hati-hati titik jepit… ya untuk keselamatan kita juga

kan?”(Bapak AA)

“Diikutinlah.. siapa yang ga mau selamat.. udah dikasih tau jalannya masak ndak mau

ikutin.” (Bapak AB)

“ Kalau tindakan yang dibuat dalam JSA tu.. ya bisa lah dilakukan.. udah sehari-hari

itu juga kan.”(Bapak AC)

“Iya dilakukanlah.” (Bapak AD)

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, sering ditemukan pelaksanaan JSA

yang tidak tepat bahkan tidak dilakukan sama sekali. Untuk JSA yang dibuat, tindakan

pengendalian yang direkomendasikan cenderung kepada perilaku kerja dan penggunaan

APD, seharusnya hal ini tidak sulit dilaksanakan oleh kru pekerja. Untuk APD, masih

ditemukan para pekerja yang menanggalkan eye protector ketika bekerja dan tidak

menggunakan ear plug ketika berada di dekat engine yang menyala.

Informan utama mengatakan bahwa rekomendasi pengendalian hazard harus

dilaksanakan oleh pekerja, dan para pekerja sebagai informan pendukung mengakui

bahwa mereka melakukan tindakan pengendalian tersebut. Akan tetapi, dalam

pengamatan di lapangan masih ditemukan beberapa pekerja yang lalai

melaksanakannya.

Page 143: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

123

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain :

1. Situasi dan kondisi yang kurang kondusif saat berlangsungnya wawancara dapat

mempengaruhi informan memberikan jawabannya. Situasi dan kondisi yang

kurang kondusif tersebut misalnya, bising oleh suara engine dan pekerja lain

yang menghampiri saat wawancara berlangsung.

2. Dalam penelitian ini, baik Task Specific Risk Assessment, Task Spesific Risk

Analysis, Task Analysis, dan Pre-job Analysis berbentuk Analisis Keselamatan

Kerja/ Job Safety Analysis (JSA). JSA hanya terbatas pada identifikasi hazard

dan penentuan tindakan mitigasinya, tidak menyentuh tahap penilaian risiko

yang ditinjau dari kemungkinan kejadian (likelihood) dan keparahan (severity)

yang ditimbulkannya.

3. Data mengenai event Task Analysis Not Required dengan kode e2 didapatkan

berdasarkan wawancara dengan informan kunci dan analisis pedoman

perusahaan. Hasil wawancara dengan informan kunci dan analisis pedoman

perusahaan sudah menjawab pertanyaan ini.

4. Event Task Analysis LTA dengan kode e2, diteliti berdasarkan hasil analisis

formulir JSA pada pembagian langkah-langkah pekerjaan.

Page 144: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

124

5. Data untuk event Authority LTA dengan kode e3 diambil menggunakan teknik

wawancara dengan tool pusher, driller, dan Hes Reps. Tool pusher dan driller

dipilih karena mereka adalah pengawas langsung kru pekerja. Keahlian pekerja

juga dinilai dari ketepatan formulir JSA yang sudah dituliskan di lokasi kerja.

6. Data mengenai event Budget LTA dengan kode f2 dan f8 didapatkan dari hasil

wawancara dengan informan kunci. Informasi dari informan kunci sudah

memenuhi informasi yang dibutuhkan.

7. Event Supervisory Judgement LTA dengan kode f4, ditelusuri berdasarkan hasil

pengamatan lapangan dan analisis dokumen.

8. Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada pekerjaan yang langsung

berhubungan dengan wellwork dan initial completion. Karena pekerjaan well

work dan initial completion merupakan pekerjaan high risk, maka cabang Event

Low Potential dengan kode d9 tidak dianalisis lebih lanjut.

9. Peneliti tidak meneliti event Technical Information System LTA dengan kode f6.

Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu penelitian dan kurangnya data yang

dibutuhkan peneliti.

10. Event Scope LTA dengan kode f9 ditelusuri melalui pengamatan lapangan dan

analisis dokumen.

11. Data untuk Analytical Skill LTA dengan kode f10 disamakan dengan data

Authority LTA dengan kode f1, karena informasi yang dibutuhkan tidak jauh

berbeda.

Page 145: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

125

12. Data mengenai event Hazard Prioritisation dengan kode g2 didapatkan dari hasil

wawancara dengan informan kunci. Informasi dari informan kunci sudah

memenuhi informasi yang dibutuhkan.

13. Data mengenai event Clarity dengan kode e6 didapatkan dengan teknik

wawancara dan analisis pedoman perusahaan.

14. Data mengenai event Testing of Control LTA degan kode e8 didapatkan dengan

teknik pengamatan lapangan dan analisis pedoman perusahaan. Hasil

pengamatan lapangan sudah memenuhi informasi yang didapat, sehingga tidak

dilakukan wawancara kepada informan.

15. Data mengenai event Avaibility LTA degan kode e10 didapatkan dengan teknik

pengamatan lapangan dan analisis pedoman perusahaan. Hasil pengamatan

lapangan sudah memenuhi informasi yang didapat, sehingga tidak dilakukan

wawancara kepada informan.

16. Data mengenai event Adaptibility LTA dengan kode e11 didapatkan dengan

teknik wawancara, karena data tidak ditemukan baik pada pengamatan lapangan

dan analisis dokumen.

17. Data mengenai event Use Not Mandatory LTA degan kode e12 didapatkan

dengan teknik wawancara dan pengamatan lapangan saja, karena data tidak

ditemukan melalui analisis dokumen perusahaan.

Page 146: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

126

6.2 PEMBAHASAN EVENT TASK SPESIFIC RISK ASSESSMENT NOT

PERFORMED

Event ini digunakan untuk menelusuri penyebab tidak dilakukannya job safety

analysis (JSA) di lokasi kerja WW&C. Pembahasan event ini akan dimulai dari event

terbawah pada cabang Task Spesific Risk Assessment Not Performed. Event yang

pertama dibahas adalah event Authority LTA.

Event Authority LTA dengan kode f1 mencurigai bahwa kegagalan JSA

disebabkan ketidakahlian analis untuk menganalisis keselamatan kerja sebuah pekerjaan.

Faktor pengetahuan (knowledge), kompetensi (skill), dan perilaku (attitude) merupakan

persyaratan utama untuk bekerja dengan aman dan selamat. OHSAS 18001

menempatkan elemen kompetensi sebagai salah satu persyaratan keberhasilan penerapan

K3 dalam organisasi.

Kep. 241/MEN/V/2007 mengenai Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional

Indonesia Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi Serta Panas Bumi Sub Sektor Industri

Minyak dan Gas Hulu Bidang Pengeboran Sub Bidang Pengeboran Darat, menjelaskan

bahwa kru pekerja baik floorman, derrickman, driller, dan tool pusher harus memiliki

kompetensi untuk melaksanakan persyaratan kesehatan keselamatan kerja dan lindungan

lingkungan di tempat kerja. Beberapa kriteria kompetensi yang harus dimiliki kru

pekerja adalah mengidentifikasi unsur atau bahan-bahan berisiko tinggi berdasarkan

label dan lembar data keselamatan, memeriksa komponen keselamatan dan kesehatan

kerja pada awal sebelum mengoperasikan semua alat unit rig pengeboran, dan

mengidentifikasi risiko pekerjaan dan melakukan antisipasi untuk mengurangi risiko.

Page 147: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

127

Dalam penelitian ini diketahui bahwa pekerja memang ahli melakukan pekerjaan

di rig, namun mereka belum ahli untuk mengidentifikasi hazard di lokasi kerja. Hasil

analisis formulir JSA menunjukkan ketidaktepatan baik pada pembagian langkah kerja,

identifikasi hazard pekerjaan, dan penentuan tindakan mitigasi. Ketidaktepatan ini

menunjukkan bahwa pekerja belum ahli untuk melaksanakan JSA. Ketidakahlian para

pekerja menunjukkan hal yang tidak sesuai dengan kompetensi yang diatur dalam Kep.

241/MEN/V/2007. Ketidakahlian pekerja ini mengakibatkan event Authority LTA

bermasalah, dan akan mempengaruhi event-event yang berada di lapis atasnya, yaitu

event Task Analysis Not Made, event High Potential Not Identified, maupun pada event

Task Spesific Risk Assessment Not Performed.

Event Budget LTA dengan kode f2 mencurigai bahwa kegagalan JSA disebabkan

oleh anggaran yang tidak mencukupi. Berdasarkan hasil penelitian, anggaran untuk

pelaksanaan JSA sudah cukup. Dengan adanya anggaran ini, dan cukupnya dana yang

dibutuhkan maka event Budget LTA tidak menjadi masalah dan tidak akan

mempengaruhi event-event yang berada di lapis atasnya.

Event Time LTA dengan kode f3 mencurigai bahwa kegagalam JSA disebabkan

masalah waktu. Rousand (2005) menyatakan bahwa alokasi waktu untuk pelaksanaan

JSA merupakan hal yang penting untuk dipastikan. Dalam OEMS Wellwork and

Completion (2010), dijelaskan bahwa SOP dan JSA harus diulas saat pre job meeting

atau sebelum pekerjaan dilaksanakan.

Page 148: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

128

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengawas dan kru pekerja melaksanakan

JSA bukan saat pre job meeting, melainkan saat tail gate meeting dan sewaktu-waktu

ketika ditemukan hazard baru pada pekerjaan. Pengawas dan kru pekerja cenderung

melaksanakan JSA saat tail gate meeting karena menurut mereka pelaksanaan pre job

meeting setiap pekerjaan akan dilaksanakan akan memakan banyak waktu. Berdasarkan

pedoman perusahaan, membahas hazard sewaktu-waktu ketika ditemukan bukanlah

JSA, namun dikategorikan ke dalam SWA (Stop Work Authority). SWA merupakan hak

dan kewajiban seluruh pekerja untuk menghentikan pekerjaan yang berbahaya atau tidak

selamat.

Pembahasan JSA saat tail gate meeting bukan hal yang tepat. Dalam buku

OEMS Wellwork and Completion (2010), dijelaskan bahwa tail gate meeting dilakukan

setiap kali pergantian kru dengan tujuan menyampaikan informasi pekerjaan dari kru

sebelumnya kepada kru yang akan bekerja, bukan untuk mengulas SOP/JSA. SOP dan

JSA dipersiapkan dan diulas dalam bentuk pre job meeting. Pelaksanaan JSA saat tail

gate meeting ini tidak sesuai dengan persyaratan perusahaan.

Hasil penelitian juga menunjukkan, bahwa pengawas dan pekerja jarang sekali

melakukan pre job meeting, kecuali jika pekerjaan di rig dibantu oleh company service.

Kecenderungan melaksanakan JSA saat tail gate meeting dan jarangnya pelaksanaan pre

job meeting merupakan masalah untuk event Time LTA dan dapat mempengaruhi event

Task Analysis Not Made, event High Potential Not Identified, maupun pada event Task

Spesific Risk Assessment Not Performed.

Page 149: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

129

Event Supervisor Judgement dengan kode f4 membahas tentang ketidaktepatan

pengawas dalam pelaksanaan JSA di lokasi kerja. Menurut Winardi (2007), tugas utama

seorang pengawas adalah memanaje para pekerja pada tingkat terbawah organisasi.

Dalam penelitian ini, pengawas diharapkan tidak hanya mampu memanaje pekerjaan

para pekerja, namun juga mampu memanaje pelaksanaan JSA di lokasi kerja. Menurut

OSHA 3071 (2002), hazard yang ditemukan dalam pelaksanaan JSA dapat digunakan

pengawas untuk mengeliminasi dan mencegah kecelakaan di tempat kerjanya.

Dari hasil penelitian ditemukan beberapa keadaan yang menunjukkan kelalaian

pengawas memanaje pelaksanaan JSA. Yang pertama, ditemukannya banyak pekerjaan

yang tidak didahului dengan pre job meeting. Jika pekerjaan tidak diawali dengan pre

job meeting, artinya ulasan mengenai SOP dan JSA juga tidak dilaksanakan. Dengan

tidak dilaksanakannya JSA, maka identifikasi terhadap hazard pekerjaan juga tidak

dilakukan, dan tindakan pencegahan kecelakaan tidak direkomendasikan.

Yang kedua adalah ditemukannya clerk yang melaksanakan JSA terhadap suatu

pekerjaan. Jika clerk melakukan JSA, maka pelaksanaan JSA tersebut tidak tepat karena

tugas clerk adalah mendokumentasikan semua kegiatan kru pekerja rig. Clerk bukanlah

pekerja yang melaksanakan pekerjaan di rig. Rausand (2005) menjelaskan bahwa

pekerja yang terlibat dalam analisis keselamatan kerja adalah pekerja yang akan

melakukan pekerjaan tersebut bersama supervisor, safety staff, dan jika diperlukan dapat

melibatkan beberapa ahli. Temuan kedua ini menunjukkan ketidaktepatan dalam

pelaksanaan JSA di lokasi kerja.

Page 150: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

130

Yang ketiga adalah ketiga formulir JSA menunjukkan ketidaktepatan, baik pada

hasil identifikasi hazard maupun rekomendasi tindakan mitigasi. Ketiga temuan di atas

menunjukkan bahwa pengawas tidak memanaje para pekerja dengan baik, terutama

untuk pelaksanaan JSA di lokasi kerja. Kelalaian pengawas ini dapat menjadi masalah

masalah baik pada event Task Analysis Not Made, event High Potential Not Identified,

maupun pada event Task Spesific Risk Assessment Not Performed.

Event Authority LTA, Time LTA, Budget LTA, dan Supervisor Judgement LTA

merupakan event-event yang terletak paling dasar dari event Task Spesific Risk

Assessment Not Performed dan secara langsung menjadi penyebab dasar Task Analysis

Not Made yang memiliki kode e2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh event

bermasalah, kecuali event Budget LTA. Antara lapis f dan e terdapat tanda ,

artinya jika salah satu event dilapis f bermasalah akan menyebabkan Task Analysis Not

Made.

Bermasalahnya ketiga event dilapis f, menyebabkan terjadinya event Task

Analysis Not Made. Berdasarkan analisis teknik MORT, ditarik kesimpulan bahwa JSA

dianggap tidak dibuat sama sekali karena ketidakahlian pekerja melaksanakan JSA,

permasalahan waktu pelaksanaan JSA, dan kelalaian para pengawas dalam pelaksanaan

JSA di lokasi kerja.

Event Task Analysis Not Required dengan kode e1 membahas tentang kewajiban

melaksanakan JSA. Keharusan perusahaan untuk melakukan identifikasi hazard dan

menetapkan pengendalian juga diatur dalam OHSAS 18001 pada Kausul 4.3.1. Isi

Page 151: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

131

kausul tersebut adalah organisasi harus menetapkan, mengimplementasikan dan

memelihara prosedur untuk melakukan identifikasi hazard dari kegiatan yang sedang

berjalan, penilaian risiko dan menetapkan pengendalian yang diperlukan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa identifikasi hazard dan penetapan

pengendaliannya di lokasi kerja berbentuk pelaksanaan JSA. JSA merupakan salah satu

persyaratan HES yang harus dilakukan dalam operasi wellwork. Keharusan

melaksanakan JSA ini terdapat dalam OEMS Wellwork and Completion tahun 2010.

Kewajiban melaksanakan JSA juga telah menjadi komitmen setiap pekerja yang berada

di bawah Wellwork and Completion Team. Komitmen ini tertuang dalam Safety

Commitment 2011. Dengan ditetapkannya JSA sebagai salah satu persyaratan HES dan

telah menjadi bagian Safety Commitmen 2011 maka perusahaan sudah memenuhi

Kausul 4.3.1 OHSAS 18001 dan menegaskan bahwa Event Task Analysis Not Required

tidak menjadi masalah baik dalam event High Potential Not Identified dan event Task

Spesific Risk Assessment Not Performed.

Event Task Analysis LTA dengan kode f2 membahas tentang ketepatan

pelaksanaan JSA ditinjau dari pengidentifikasian hazard pada tiap langkah pekerjaan.

Sesuai dengan hasil analisis formulir JSA diketahui bahwa tahap-tahap pelaksanaan JSA

di lokasi kerja tidak sesuai dengan pedoman perusahaan dan OSHAcedmy Course 706

Guideline. Salah satu ketidaksesuai tahap-tahap pelaksanaan JSA di lokasi kerja adalah

tidak dibaginya pekerjaan menjadi beberapa langkah-langkah dan tidak

teridentifikasinya semua keberadaan hazard pada tiap langkah pekerjaan. Maka dari itu,

Page 152: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

132

event ini menjadi masalah baik dalam event High Potential Not Identified dan event Task

Spesific Risk Assessment Not Performed.

Antara lapis e dan d terdapat tanda , artinya jika salah satu event dilapis

e bermasalah akan menyebabkan High Potential Not Identified dengan kode d8. Maka

dua event dilapis e, yaitu Task Analysis dan Task Analysis Not Made menyebabkan

terjadinya masalah pada event High Potential Not Identified. Berdasarkan analisis teknik

MORT, dapat ditarik kesimpulan bahwa hazard pada pekerjaan risiko tinggi dianggap

tidak teridentifikasi sama sekali karena ketidaktepatan pelaksanaan JSA dan tidak

dibuatnya JSA di lokasi kerja.

Event Low Potential dengan kode d9 membahas tentang identifikasi hazard pada

pekerjaan yang memiliki potensi hazard rendah. Menurut Rousand (2005), JSA dapat

menganalisis semua pekerjaan yang ada di tempat kerja, namun dapat diprioritaskan

berdasarkan tingkat kecelakaan, tingkat keparahan, potensi menyebabkan luka berat,

pekerjaan baru, pekerjaan tidak rutin, pekerjaan yang mengalami perubahan prosedur

dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa seluruh pekerjaan wellwork

dan intial completion merupakan pekerjaan high risk. Maka dari itu cabang ini tidak

dianalisis lebih lanjut.

Antara lapis d dan c terdapat tanda , artinya jika salah satu event dilapis d

bermasalah akan menyebabkan Task Spesific Risk Assessment Not Performed dengan

kode c11. Maka dari itu, event dilapis d yaitu event High Potential Not Identified dan

menyebabkan terjadinya event Task Spesific Risk Assessment Not Performed.

Page 153: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

133

Berdasarkan analisis MORT, dapat ditarik pengertian bahwa JSA dianggap tidak

dilakukan karena potensi hazard tinggi tidak teridentifikasi sama sekali.

Berdasarkan pohon MORT dapat disimpulkan bahwa event-event yang

menyebabkan terjadinya Task Spesific Risk Assessment Not Performed, adalah event

Authority LTA, Time LTA, Supervisor Judgement LTA, Task Analysis Not Made, Task

Analysis LTA, dan High Potential Not Identified. Artinya adalah JSA dianggap tidak

dilakukan sama sekali karena:

Ketidakahlian pekerja melaksanakan JSA.

Tidak tepatnya waktu pelaksanaan JSA.

Ketidaktegasan pengawas dalam pelaksanaan JSA di lokasi kerja.

Tidak teridentifikasinya hazard pada langkah-langkah pekerjaan.

Gambar 6.1 Event-event yang Bermasalah dalam

Cabang Task Specific Risk Assessment Not Performed

Page 154: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

134

6.3 PEMBAHASAN EVENT TASK SPESIFIC RISK ASSESSMENT LTA

Event ini digunakan untuk menelusuri penyebab tidak tepatnya job safety

analysis (JSA) di lokasi kerja WW&C. Pembahasan event ini akan dimulai dari event

terbawah pada cabang Task Spesific Risk Assessment LTA.

Event Hazard Identification LTA dengan kode g1 membahas tentang kriteria

yang digunakan untuk mengidentifikasi hazard. Menurut OSHA 3071:2002, dalam

istilah praktis, hazard sering dikaitkan dengan kondisi atau kegiatan yang

jika dibiarkan tidak terkendali dapat mengakibatkan cedera atau sakit. Terdapat dua

kelompok hazard, yaitu hazard keselamatan dan hazard kesehatan. (Mulya, 2008

dalam Prihartono, 2009). Dampak safety hazard bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan

probabilitas untuk terjadi rendah. Contohnya adalah mechanical, electrical, dan

chemical. Dampak health hazard bersifat kronis, konsekuensi rendah, bersifat terus

menerus, dan probabilitas untuk terjadi tinggi. Contoh health hazard adalah physical,

chemical, ergonomic, dan biological.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa perusahaan juga mengelompokan hazard.

Pengelompokan tersebut digunakan sebagai tools untuk melakukan identifikasi hazard.

Tools ini dikenal dalam perusahaan dengan nama Hazard Identification Tools (Hazid

Tools) yang mengelompokkan hazard menjadi sepuluh kelompok. Kelompok-kelompok

tersebut adalah gravity (grafitasi), motion (gerakan), mechanical (mekanika), electrical

(listrik), pressure (tekanan), temperature (suhu), chemical (bahan kimia), biological

(biologis), radiation (radiasi) dan noise (kebisingan).

Page 155: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

135

Pengelompokan hazard juga terdapat dalam JSA hazid dengan tujuan untuk

menambah kemampuan pekerja dalam mengidentifikasi sumber energi dan

mengidentifikasi potensi hazard. Dalam OEMS Wellwork and Completion (2010),

penggunaan JSA hazid diharuskan saat melakukan analisis keselamatan kerja. Akan

tetapi, tools ini jarang digunakan pengawas dan kru kerja, sehingga tidak semua hazard

dapat ditemukan dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil analisis dokumen, bahwa tidak

semua hazard dituliskan dalam formulir JSA. Permasalahan pada event Hazard

Identification ini dapat mempengaruhi event Hazard Selection dan event Task Risk

Assessment LTA.

Event Hazard Prioritation LTA dengan kode g2 membahas tentang prioritas

hazard. Menurut Lindorfer, prioritas hazard adalah metode untuk meningkatkan

visibilitas manajemen risko dan ketepatan probabilitas suatu kejadian. Prioritas hazard

dilakukan dengan cara menentukan rangking hazard berdasarkan nilai-nilai numerik.

Dalam penelitian ini, pelaksanaan JSA di lokasi kerja meliputi identifikasi

hazard dan penentuan tindakan mitigasinya. Penilaian risiko berdasarkan kemungkinan

kerjadian dan tingkat keparahan tidak menjadi pembahasan dalam pelaksanaan JSA di

lokasi kerja, sehingga peneliti tidak menemukan prioritas hazard dalam pelaksanaan

JSA di lokasi kerja. Walaupun demikian, perusahaan menetapkan bahwa semua hazard

harus teridentifikasi dengan baik, agar dapat diambil tindakan mitigasi yang sesuai.

Maka event ini tidak menjadi masalah yang dapat mempengaruhi event Hazard Selection

dan event Task Risk Assessment LTA.

Page 156: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

136

Antara lapis g dan f terdapat tanda , artinya jika salah satu event dilapis g

bermasalah akan menyebabkan permasalahan dalam event Hazard Selection dengan

kode f11. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa event Hazard Identification LTA

bermasalah, maka event ini dapat menyebabkan masalah event Hazard Selection.

Berdasarkan analisis teknik MORT, ditarik kesimpulan bahwa pemilihan hazard dalam

pelaksanaan JSA tidak tepat, karena pekerja tidak tepat mengidentifikasi hazard

pekerjaan.

Event Time LTA dengan kode f7 mencurigai bahwa kegagalan JSA disebabkan

masalah waktu. Hasil penelitian dalam untuk event Time LTA kode f7 sama dengan

event Time LTA pada kode f3. Dalam penelitian ini diketahui bahwa tidak tepatnya

waktu pelaksanaan JSA. JSA seharusnya diulas saat pre job meeting, namun pengawas

dan kru kerja melakukannya saat tail gate meeting. Penyimpangan waktu pelaksanaan

ini, dapat menjadi masalah baik pada event Execution LTA, event Task Specific Risk

Analysis LTA, maupun pada event Task Spesific Risk Assessment LTA.

Event Budget LTA dengan kode f8 mencurigai bahwa kegagalan JSA disebabkan

oleh anggaran yang tidak mencukupi. Berdasarkan hasil penelitian, anggaran untuk

pelaksanaan JSA sudah cukup. Dengan adanya anggaran ini, dan cukupnya dana yang

dibutuhkan maka event Execution LTA, event Task Specific Risk Analysis LTA, maupun

pada event Task Spesific Risk Assessment LTA.

Page 157: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

137

Event Scope LTA dengan kode f9 membahas tentang ruang lingkup pelaksanaan

JSA. Dari hasil penelitian diketahui bahwa JSA dilaksanakan saat tail gate meeting.

Pekerjaan yang dianalisis dan didiskusikan dalam meeting tersebut adalah seluruh

pekerjaan yang akan dilaksanakan selama 12 jam. Hasil pengamatan lapangan juga

menunjukkan hasil yang demikian. Ruang lingkup pekerjaan yang dibahas dan dianalisis

dalam meeting singkat ini terlalu luas. Formulis JSA yang dianalisis dalam penelitian

juga menunjukkan bahwa pekerjaan tidak dibagi menjadi beberapa langkah.

Berdasarkan OSHAcademy Course 706 Study Guide, satu pekerjaan yang akan

dianalisis dibagi kedalam langkah-langkah pekerjaan. Setelah itu diidentifikasi hazard

pada setiap langkah pekerjaan. Dengan membahas seluruh pekerjaan dalam satu kali

meeting dan tidak dibaginya pekerjaan menjadi beberapa langkah, maka dapat

disimpulkan bahwa ruang lingkup pekerjaan yang dianalisis terlalu luas. Hal ini dapat

menjadi masalah baik pada event Execution LTA, event Task Specific Risk Analysis LTA,

maupun pada event Task Spesific Risk Assessment LTA.

Event Analytical Skill LTA dengan kode f10 membahas tentang kemampuan

pengawas dan pekerja yang terlibat dalam pelaksanaan JSA. Hasil penelitian untuk event

Analytical Skill LTA kode f10 serupa dengan event Authority LTA pada kode f1. Dalam

penelitian ini diketahui bahwa pekerja belum ahli untuk mengidentifikasi hazard di

lokasi kerja, walaupun mereka telah memiliki keahlian serta pengalaman bertahun-tahun

untuk bekerja di rig. Ketidakahlian para pekerja ini dapat menjadi masalah baik pada

event Execution LTA, event Task Specific Risk Analysis LTA, maupun pada event Task

Spesific Risk Assessment LTA.

Page 158: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

138

Antara lapis f dan e terdapat tanda , artinya jika salah satu event dilapis f

bermasalah akan menyebabkan permasalahan dalam event Execution LTA dengan kode

e5. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa event Time LTA, Scope LTA,

Analytical Skill LTA, dan Hazard Selection LTA bermasalah. Keempat event ini dapat

menyebabkan masalah event Execution LTA. Berdasarkan analisis teknik MORT,

ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan JSA dianggap tidak tepat, karena JSA tidak

diulas saat pre job meeting, ruang lingkup pekerjaan yang dianalisis terlalu luas,

ketidakahlian pekerja menganalisis JSA, dan ketidaktepatan identifikasi hazard

pekerjaan.

Event Use of Workers Input LTA dengan kode f5 membahas tentang masukan

dan informasi dari para pekerja dalam pelaksanaan JSA. Menurut Rousand (2005), JSA

dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan,

pengawas, dan jika diperlukan dapat melibatkan beberapa ahli. Para pekerja yang diajak

terlibat dalam pelaksanaan JSA, dapat membantu mengidentifikasi hazard dan

menentukan tindakan pengendalian untuk meminimasi atau mengeliminasi hazard.

Berdasarkan penelitian ini diketahui pekerja terlibat dalam tail gate meeting

maupun pre job meeting. Walaupun pre job meeting jarang dilakukan, namun pekerja

selalu terlibat di dalamnya. Tail gate meeting dan pre job meeting digunakan pengawas

dan kru kerja untuk membahas hazard pekerjaan serta tindakan mitigasinya. Pekerja

dapat mengeluarkan pendapat dan membagi informasi dalam meeting tersebut. Maka

dari itu, event ini tidak menjadi masalah pada event Execution LTA, event Task Specific

Risk Analysis LTA, maupun pada event Task Spesific Risk Assessment LTA.

Page 159: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

139

Antara lapis f dan e terdapat tanda , artinya jika salah satu event dilapis f

bermasalah akan menyebabkan permasalahan dalam event Knowledge LTA dengan kode

e5. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa event Use of Workers Input LTA tidak

bermasalah, dan Technical Information System LTA tidak ditelusuri dalam penelitian ini.

Maka dari itu, event Use of Workers Input LTA tidak menyebabkan masalah event

Knowledge LTA. Berdasarkan analisis teknik MORT, ditarik kesimpulan bahwa event

Knowledge LTA sudah cukup baik. Alasannya karena pekerja dilibatkan dalam tail gate

meeting, pre job meeting, dan diskusi yang membahas hazard pekerjaan serta tindakan

mitigasinya.

Antara lapis e dan d terdapat tanda , artinya jika salah satu event dilapis e

bermasalah akan menyebabkan permasalahan dalam event Task Spesific Risk Analysis

LTA dengan kode d10. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa event Knowledge

LTA sudah cukup baik dan event Execution LTA merupakan event yang bermasalah.

Event Execution LTA ini dapat menyebabkan masalah event Task Spesific Risk Analysis

LTA. Berdasarkan analisis teknik MORT, ditarik kesimpulan bahwa kualitas analisis

keselamatan pekerjaan yang dilakukan di lokasi kerja WW&C belum baik, karena

terdapat ketidaktepatan dalam pelaksanaannya.

Event Clarity LTA dengan kode e5 membahas tentang kemudahan pekerja untuk

memahami dan melakukan tindakan mitigasi atau pengendalian hazard yang sudah

direkomendasikan dalam JSA. Kep. 241/MEN/V/2007 menjelaskan bahwa kru pekerja

baik floorman, derrickman, driller, dan tool pusher harus memiliki kompetensi untuk

melaksanakan persyaratan kesehatan keselamatan kerja dan lindungan lingkungan di

Page 160: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

140

tempat kerja. Beberapa kriteria kompetensi yang harus dimiliki kru pekerja untuk

melaksanakan persyaratan kesehatan keselamatan kerja adalah melaksanakan pekerjaan

dan penanganan risiko pekerjaan sesuai dengan rekomendasi yang aman, mengikuti

prosedur dan instruksi kerja pengendalian pekerjaan berbahaya secara seksama, dan

memiliki pengetahuan serta kemampuan mengikuti prosedur yang berhubungan dengan

kecelakaan, api, dan kondisi darurat termasuk komunikasi di lokasi dan petunjuk bahaya

sesuai ketentuan industri pengeboran.

Berdasarkan hasil penelitian, para pekerja sudah memenuhi kriteria yang

dijelaskan di atas. Para pekerja mampu melaksanakan penanganan hazard sesuai dengan

rekomendasi JSA, mengikuti prosedur dan instruksi pengendalian hazard, serta mampu

mengikuti prosedur tanggap darurat sesuai ketentuan perusahaan. Penanganan hazard

atau tindakan mitigasi yang tertulis dalam formulir JSA sama sekali tidak sulit dipahami

dan tidak sulit dilakukan oleh para pekerja. Penanganan terhadap semburan liar,

kebakaran, H2S, evakuasi, dan tumpahan minyak juga dapat mereka lakukan, karena

perusahaan mensyaratkan seluruh kru pekerja untuk melaksanakan uji coba dan

pelatihan rutin di lokasi kerja. Hal-hal ini lah yang mendukung pemahaman para pekerja

untuk mengendalikan hazard di lokasi kerja. Faktor lain yang mendukung para pekerja

memahami pengendalian hazard di lokasi kerja adalah keterampilan, kemahiran, dan

lama pengalaman bekerja yang sudah dimiliki oleh masing-masing pekerja.Karena kru

pekerja sudah memahami dan mampu melaksanakan tindakan pengendalian hazard di

lokasi kerja, maka event ini tidak menjadi masalah pada event Recommended Risk

Control LTA, maupun pada event Task Spesific Risk Assessment LTA.

Page 161: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

141

Event Compability LTA dengan kode e6 membahas tentang kesesuaian antara

rekomendasi pengendalian hazard dengan peralatan pengendalian yang ada di lokasi

kerja. Dalam Konsep Aturan Pokok RPP Keteknikan Migas (2007), salah satu kewajiban

badan usaha adalah menyediakan sarana dan prasarana keselamatan dan kesehatan kerja.

Menurut Ramli (2010), penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman

merupakan salah satu bentuk pengendalian hazard yang dikategorikan sebagai

engineering control. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa peralatan pengendalian

hazard sudah tersedia di lokasi kerja dan telah disesuaikan dengan hazard yang ada.

Para pekerja dapat menggunakan peralatan pengendalian tersebut jika diperlukan. Salah

satu bentuk alat pengedalian hazard adalah alat pengendalian blow out, yaitu blow-out

hidrolik dengan satu set ram, blinds, dan chokes yang terpasang dengan baik. Peralatan

ini harus tersedia di lokasi kerja sebagai syarat HES untuk operasi unit pemboran.

Hasil analisis dokumen atas formulir JSA, menunjukkan bahwa tindakan

pengendalian yang direkomendasikan dalam JSA cenderung kepada perilaku dan alat

pelindung diri (APD). APD yang direkomendasikan dalam JSA sudah sesuai dengan

APD dimiliki oleh para pekerja. Dalam Buku OEMS juga dijelaskan bahwa APD

merupakan syarat HES yang harus dipenuhi pekerja dalam beroperasi. Kesesuaian alat

pengendalian hazard di lokasi dengan rekomendasi JSA tidak menjadikan event

Compability LTA ini bermasalah dan tidak mempengaruhi event Recommended Risk

Control LTA, maupun pada event Task Spesific Risk Assessment LTA.

Event Testing of Control LTA dengan kode e8 membahas tentang uji coba

peralatan pengendalian hazard. Konsep Aturan Pokok RPP Keteknikan Migas (2007)

Page 162: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

142

mewajibkan pemeriksaan teknis dan pengujian instalasi dan peralatan yang digunakan

untuk dalam kegiatan usaha migas. Salah satu peralatan yang wajib diuji coba adalah

peralatan yang digunakan untuk pencegahan dan penanggulangan hazard.

Berdasarkan penelitian ini, uji coba peralatan pengendalian hazard sudah

dilakukan di lokasi kerja. Salah satunya adalah uji coba alat pelindung diri yang

digunakan oleh Derrickman. Derrickman yang bekerja di ketinggian wajib

menggunakan full-body harness dengan lan yard. Derrick escape lines harus terpasang

sesuai spesifikasi dan lolos uji tarik. Uji coba lainnya yang harus dilakukan di lokasi

kerja adalah uji coba BOP, uji coba H2S, kebakaran, evakuasi, dan tumpahan minyak.

Kegiatan uji coba BOP dilakukan sekali dalam seminggu, dan kegiatan uji coba lainnya

dilakukan sekali dalam sebulan. Semua kegiatan uji coba harus didokumentasikan

sebagai bukti. Dengan dilaksanakannya uji coba ini, maka event Testing of Control LTA

ini tidak menjadi masalah pada event Recommended Risk Control LTA, maupun pada

event Task Spesific Risk Assessment LTA.

Event Directive to Use LTA dengan kode e9 membahas tentang arahan untuk

melaksanakan pengendalian hazard. Pemberian arahan berupa petunjuk cara kerja atau

prosedur kerja yang aman termasuk pengendalian hazard jenis administrative control

(Ramli, 2010). Dalam penelitian ini, arahan untuk mengendalikan hazard dilakukan saat

tail gate meeting atau saat pekerjaan dilaksanakan. Pengarahan dapat berasal langsung

dari para pengawas. Perusahaan juga sudah menyiapkan SOP untuk pengendalian

hazard. Dengan adanya arahan ini, maka event Directive LTA ini tidak menjadi

masalah pada event Recommended Risk Control LTA, maupun pada event Task Spesific

Risk Assessment LTA.

Page 163: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

143

Event Avaibility LTA dengan kode e10 membahas tentang peralatan

pengendalian yang tersedia di lokasi kerja dan dapat digunakan oleh pekerja. Dalam

Konsep Aturan Pokok RPP Keteknikan Migas (2007), badan usaha wajib menyediakan

sarana dan prasarana keselamatan dan kesehatan kerja. Penyediaan alat pengendalian

hazard di lokasi kerja termasuk pengendalian hazard jenis engineering control.

Dalam penelitian ini, peralatan pengendalian hazard sudah tersedia di lokasi

kerja. Tersedianya peralatan pengendalian hazard ini di lokasi kerja merupakan suatu

keharusan dan sudah menjadi syarat HES untuk pekerjaan wellwork dan completion.

Contoh alat pengendalian hazard tersebut seperti alat untuk mencegah blow-out,

peralatan menghadapi H2S, kebakaran, evakuasi, serta tumpahan minyak yang harus

tersedia di lokasi kerja. APD juga menjadi persyaratan dasar yang harus digunakan

pekerja. Dengan tersedianya alat pengendalian hazard di lokasi kerja, maka event

Avaibility LTA ini tidak menjadi masalah pada event Recommended Risk Control LTA,

maupun pada event Task Spesific Risk Assessment LTA.

Event Adaptibility LTA dengan kode e11 membahas tentang rekomendasi

pengendalian hazard yang dapat digunakan pada berbagai macam situasi. Dalam

penelitian ini diketahui bahwa tindakan pengendalian dapat digunakan pada situasi yang

berbeda, jika hazard yang dihadapi dalam pekerjaan itu sama. Jika ditemukan ada

hazard yang berbeda, maka tindakan pengendalian juga akan berbeda. Menurut

pedoman perusahaan, JSA yang telah dibuat bisa disimpan sebagai referensi untuk

operasi yang serupa dimasa yang akan datang.

Event Adaptibility LTA ini tidak menjadi masalah pada event Recommended

Risk Control LTA, maupun pada event Task Spesific Risk Assessment LTA. Hal ini

Page 164: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

144

disebabkan karena rekomendasi tindakan pengendalian dapat digunakan pada operasi

yang sama dimasa berikutnya, dan jika ditemukan hazard berbeda, tindakan

pengendalian harus disesuaikan dengan hazard tersebut.

Event Use Not Mandatory LTA dengan kode e12 membahas tentang pelaksanaan

tindakan mitigasi yang sudah direkomendasikan. Kep. 241/MEN/V/2007 menjelaskan

bahwa pekerja harus melaksanakan penanganan pekerjaan yang memiliki hazard sesuai

dengan rekomendasi yang aman. Semua prosedur dan instruksi kerja untuk pengendalian

pekerjaan berbahaya diikuti dengan seksama. Namun, dalam penelitian ini diketahui

bahwa tidak semua pekerja melakukan pengendalian hazard sesuai dengan yang

direkomedasikan.

Event Use Not Mandatory LTA memiliki simbol . Event ini

membutuhkan analisis lebih lanjut. Jika pengendalian hazard ini merupakan pilihan

untuk dilakukan di lokasi kerja, maka akan dilakukan analisis pada cabang Assumed

Risk. Karena peneliti tidak menemukan pilihan mengenai rekomendasi tindakan

pengendalian, maka tidak dapat dilakukan analisis lebih lanjut pada cabang Assumed

Risk. Akan tetapi, hasil penelitian tetap menunjukkan bahwa event ini bermasalah karena

tidak semua pekerja melaksanakan tindakan pengendalian seperti yang

direkomendasikan dalam JSA. Maka dari itu, permasalahan dalam event ini dapat

mempengaruhi event Recommended Risk Control LTA, maupun pada event Task Spesific

Risk Assessment LTA.

Antara lapis e dan d terdapat tanda , artinya jika salah satu event dilapis e

bermasalah akan menyebabkan permasalahan dalam event Recommended Risk Control

Page 165: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

145

LTA dengan kode d11. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa event Use Not

Mandatory LTA bermasalah. Event ini dapat menyebabkan masalah event Recommended

Risk Control LTA. Berdasarkan analisis teknik MORT, ditarik kesimpulan bahwa

pengendalian hazard dianggap tidak tepat karena pekerja tidak melakukannya sesuai

yang direkomendasikan. Walaupun pekerja telah paham, pengendalian hazard sudah

sesuai dengan kondisi lapangan, pengendalian hazard sudah diuji coba, dan alat-alat

pengendalian hazard sudah sesuai, namun event Recommended Risk Control LTA

dianggap bermasalah.

Antara lapis d dan c terdapat tanda , artinya jika salah satu event dilapis d

bermasalah akan menyebabkan permasalahan dalam event Task Spesific Risk Assessment

LTA dengan kode c12. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa event Task Spesific

Risk Analysis LTA dan event Recommended Risk Control LTA merupakan event yang

bermasalah. Kedua event ini dapat menyebabkan masalah event Task Spesific Risk

Assessment LTA. Berdasarkan analisis teknik MORT, ditarik kesimpulan bahwa analisis

keselamatan pekerjaan yang dilakukan di lokasi kerja WW&C belum tepat.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa event-event yang menyebabkan

terjadinya Task Spesific Risk Assessment LTA, adalah event Time LTA, Scope LTA,

Analytical Skill LTA, Hazard Identification LTA, dan Use Not Mandatory. Artinya

adalah JSA dianggap tidak tepat menurut MORT karena:

Ketidaktepatan waktu pelaksanaan JSA.

Terlalu luasnya ruang lingkup pekerjaan yang dianalisis.

Page 166: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

146

Kurangnya kemampuan pekerja melaksanakan JSA.

Tidak tepatnya pekerja mengidentifikasi hazard. Dalam penelitian ini,

ketidaktepatan disebabkan karena pekerja tidak menggunakan kriteria

hazard dalam Hazard Identification Tools/ JSA Hazid saat

mengidentifikasi hazard.

Tidak dilaksanakannya tindakan mitigasi yang sudah ditentukan.

Page 167: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

147

Gam

bar

6

.2

Eve

nt-

even

t y

ang

Ber

mas

alah

dal

am C

aban

g T

ask

Sp

ecif

ic R

isk

Ass

essm

ent

LT

A

Page 168: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

148

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN

1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan job safety analysis (JSA) pada

pekerjaan wellwork dan initial completion di lokasi kerja PT. X belum

dilaksanakan dengan baik. JSA beberapa pekerjaan belum tepat dilaksanakan,

dan beberapa pekerjaan ditemukan tidak memiliki JSA sama sekali.

2. Ketidaktepatan pelaksanaan JSA ini meliputi keseluruhan tahap pelaksanaannya.

Dimulai dari pembagian pekerjaan menjadi langkah-langkah kerja, identifikasi

hazard, dan penentuan tindakan mitigasinya. Ditemukan juga pekerja yang akan

melakukan pekerjaan tidak terlibat dalam pelaksanaan JSA.

3. Menurut cabang Task Spesific Risk Assessment Not Perfomed dalam pohon

masalah MORT, diketahui bahwa event Authority LTA, Time LTA, Supervisor

Judgement LTA, dan Task Analysis LTA menyebabkan permasalahan dalam

Task Spesific Risk Assessment Not Perfomed. Artinya adalah JSA dianggap tidak

dilakukan sama sekali karena ketidakahlian pekerja, tidak tepatnya waktu

pelaksanaan JSA, ketidaktegasan pengawas dalam pelaksanaan JSA di lokasi

kerja, dan tidak teridentifikasinya hazard pada langkah-langkah pekerjaan.

4. Menurut cabang Task Spesific Risk Assessment LTA dalam pohon masalah

MORT, diketahui bahwa event Time LTA, Scope LTA, Analytical Skill LTA,

Hazard Identification LTA, dan Use Not Mandatory menyebabkan permasalahan

Page 169: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

149

dalam Task Spesific Risk Assessment LTA. Artinya adalah JSA dianggap tidak

tepat menurut MORT karena ketidaktepatan waktu pelaksanaan JSA, terlalu

luasnya ruang lingkup pekerjaan yang dianalisis, kurangnya kemampuan pekerja

melaksanakan JSA, tidak tepatnya pekerja mengidentifikasi hazard, dan tidak

dilaksanakannya tindakan mitigasi yang sudah ditentukan.

7.2 SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka peneliti memberikan beberapa saran-

saran berdasarkan hasil penelitian dan saran untuk penelitian lebih lanjut.

7.2.1 Saran Berdasarkan Hasil Penelitian

1. Pada event Task Spesific Risk Assessment Not Performed dan Task Specific Risk

Assessment LTA, diketahui bahwa para pekerja belum memiliki keahlian,

kemampuan dan keterampilan untuk menganalisis keselamatan kerja, terutama

untuk mengidentifikasi hazard. Maka dari itu, disarankan kepada perusahaan dan

mitra kerja untuk memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai JSA, terutama

untuk identifikasi hazard pada pekerjaan berisiko tinggi (critical task).

2. Pada event Task Spesific Risk Assessment Not Performed dan Task Specific Risk

Assessment LTA, diketahui bahwa para pengawas dan pekerja tidak

melaksanakan JSA pada waktu yang tepat. Maka dari itu, diharapkan kepada

manajemen perusahaan dan mitra kerja untuk dapat menegakkan kedisplinan

dalam pelaksanaan JSA di lokasi kerja. Jika ditemukan pekerjaan yang tidak

Page 170: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

150

memiliki JSA, sebaiknya pengawas dan pekerja yang melakukan pekerjaan

diberikan sanksi yang lebih tegas.

3. Pada event Task Spesific Risk Assessment Not Performed dan Task Specific Risk

Assessment LTA, diketahui bahwa tidak semua hazard dapat tidak teridentifikasi.

Maka dari itu disarankan kepada pekerja untuk melaksanakan langkah-langkah

pelaksanaan JSA secara tepat, terutama pada pembagian langkah-langkah

pekerjaan. Pembagian langkah pekerjaan yang tepat akan memudahkan pekerja

untuk mengidentifikasi hazard.

4. Ketika melakukan identifikasi hazard, disarankan para pekerja menggunakan

Hazard Identification Tools atau JSA Hazid yang sudah disediakan perusahaan.

Tools ini dapat membantu para pekerja mengindentifikasi sumber energi,

mengidentifikasi potensi hazard, dan menambah kemampuan mengenali hazard .

5. Pada event Task Spesific Risk Assessment LTA, ditemukan pekerja yang tidak

melaksanakan tindakan mitigasi. Maka dari itu, disarankan kepada manajemen

perusahaan dan mitra kerja untuk meningkatkan kesadaran pekerja agar

melaksanakan prosedur kerja selamat yang sudah direkomendasikan dalam JSA,

dan kepada para pengawas diharapkan lebih tegas dalam mengawasi pekerja

menjalankan tugasnya.

6. Pada event Task Spesific Risk Assessment Not Performed diketahui bahwa

pengawas tidak tegas dalam pelaksanaan JSA di lokasi kerja. Maka dari itu,

diharapkan kepada manajemen perusahaan dan mitra kerja untuk meningkatkan

kesadaran pengawas mengenai pentingnya pelaksanaan JSA sebagai bentuk

Page 171: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

151

pengkajian sistematis untuk mengenal hazard dan menentukan tindakan

pencegahan kecelakaan.

7. Pengawas sebaiknya tegas kepada para pekerja, agar JSA dilaksanakan oleh

pekerja yang terlibat dalam proses pekerjaan, bukan oleh pekerja lain yang tidak

melaksanakan pekerjaan.

8. Sebaiknya manajemen perusahaan dan mitra kerja menetapkan jalur pengawasan

yang selalu terjaga pada setiap level pengawas. Hal ini bertujuan agar kinerja

para pengawas dapat dipantau oleh pengawas pada tingkat yang lebih tinggi,

sehingga pelaksanaan JSA benar-benar dilakukan dengan tepat. Agar jalur

pengawasan ini terus terjaga, maka dibutuhkanlah reward dan punishment.

Reward dan punishment tidak selalu dalam bentuk uang dan pemecatan, namun

dapat diberikan dalam bentuk pengetahuan. Untuk pengawas yang melaksanakan

dengan baik dapat disekolahkan atau diberikan training untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilannya, sementara untuk pengawas yang belum benar

melaksanakan tugasnya dapat diberikan penyegaran ulang atas pengetahuan dan

keterampilan yang pernah ia dapatkan.

7.2.2 Saran untuk Penelitian Berikutnya

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan JSA pada

pekerjaan wellwork dan initial completion. Event Technic Information System

LTA beserta cabang-cabangnya sebaiknya diteliti untuk mengetahui dukungan

teknik informasi dalam pelaksanaan JSA di lokasi kerja.

Page 172: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

152

2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui :

a. Penyebab ketidakahlian para pekerja untuk melaksanakan JSA, terutama

untuk mengidentifikasi hazard pekerjaan.

b. Penyebab tidak dibaginya pekerjaan dalam beberapa langkah kerja.

c. Penyebab pre job meeting jarang dilakukan di lokasi kerja.

d. Penyebab formulir JSA Hazid jarang digunakan saat pelaksanaan JSA.

e. Beban pekerjaan yang dicurigai mempengaruhi pelaksanaan JSA di lokasi

kerja.

f. Penyebab ketidaktegasan pengawas dalam pelaksanaan JSA di lokasi kerja.

Page 173: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

153

DAFTAR PUSTAKA

Afriani, Iyan. Metode Penelitian Kualitatif. Diakses pada 3 Agustus 2011, Tersedia di :

<www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/116-metode-

penelitian-kualitatif.pdf>

Azwar, Azrul.1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. Bina Rupa

Aksara: Jakarta

Chao, Elaine L. 2002. Job Hazard Analysis OSHA 3071. Occupational Safety and

Health Administration: US.

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 2007. Konsep Aturan Pokok RPP

Keteknikan Migas. Jakarta

Direktur Jenderal Migas. 2006. Pembinaan dan Pengawasan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Dalam Konstelasi “Keselamatan Migas”, bahan presentasi

dalam Lokakarya Sehari tentang Pengembangan Koordinasi Nasional

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia. Jakarta

Ericson, Clifton A. 2005. Hazard Analysis Techniques for System Safety. Wiley

Interscience: Virginia.

Geigle, Steven. 2002. OSHAcademy Course 706 Study Guide Conducting a Job Hazard

Analysis.Geigle Communications: Oregon.

Gibson, James L. Jhon M. Ivancevich. James H. Donnely, Jr. 1993. Organisasi Dan

Manajemen Perilaku Struktur Proses. Edisi ke empat. Terbitan Erlangga: Jakarta

http://Kamusbahasaindonesia.org/pelaksanaan, diakses pada 29 Mei 2011 pukul 21.15

WIB

Page 174: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

154

http://www.kaltimpost.co.id/index.php/main/p...?mib=berita.detail&id=96405#, diakses

pada tanggal 5 Mei 2011 pukul 13.05 WIB

http://www.migas.esdm.go.id/wap/?op=Artikel&id=7, diakses tanggal 5 Mei 2011

pukul 11.30 WIB

Irwanto, Jiki. 2011 Laporan Kerja Praktek di Lapangan Minas Minyak PT. Chevron

Pacific Indonesia. Universitas Riau: Riau,

Kepala Biro Hukum dan Humas. 2008. Siaran Pers Nomor:75/Humas DESDM/2008:

Perkiraan Realisasi Sektor ESDM Terhadap Penerimaan Negara 2008 Sebesar

Rp 346.347 T. Jakarta: Departemen Energi dan Sumber Daya RI

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. Kep. 241/

Men/ V/ 2007; tentang Penerapan Standar Kompetensi Kerja Nasional

Indonesia Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi Serta Panas Bumi Sub Sektor

Industri Minyak dan Gas Hulu Bidang Pengeboram Sub Bidang Pengeboran

Darat.

Lindorfer CSP, John H. Hazard Prioritization by The Number. Diakses pada 13

September 2011, Tersedia di: < www.datasync/~wizard/Hazard.html >

Prabowo, Teguh. Eric Firanda, dkk. 2008. Laporan Kerja Praktek Kegiatan Operasi

Lapangan Minas PT. Chevron Pacific Indonesia. ITB: Bandung

Prastowo, Andi. 2010. Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif,

Diva Press: Jogyakarta.

Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS

18001.Dian Rakyat, Jakarta. Hal. 70

Page 175: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

155

Raharjo, Mudjia. Jenis dan Metode Penelitian Kualitatif. Diakses pada 3 Agustus 2011,

Tersedia di: < www.mudjiraharjo.com/materi-kuliah/215-jenis-dan-metode-

penelitian-kualitatif.html >

Rausan, Marvin. 2005. Job Safety Analysis. Department of Produstion and Quality

Engineering Norwegian University of Science and Technologi: Norwegian

Razi, Muhammad. 2001. Skripsi: Bahaya pada Bengkel Las Listrik (Sektor Informal)

dan Usaha Pembinaannya di Kota Depok Tahun 2001. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia: Depok

Sahab, Syukri. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PT. Bina

Sumber Daya Manusia: Jakarta

Sub direktorat Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara. 2011. Penurunan

Frekuensi Rate (FR) Kecelakaan Tambang di Indonesia. Kementerian Energi

dan Sumber Daya Mineral: Jakarta

Terry, George R. Leslie W. Rue. 2009. Dasar-dasar Manajemen. Alih bahasa G.A.

Ticoalu. Bumi Aksara: Jakarta

Tim Redaksi Migas Indonesia. 2004. Laporan Utama. Majalah Migas Indonesia Edisi 1/

Th1/ 2004. Komunitas Migas Indonesia Cabang: Jogjakarta

Winardi. 2007. Manajemen Perilaku Organisasi. Kencana Prenada Media Grup: Jakarta

________. 2010. Operational Excellence Management System. Wellwork and

Completion Chevron

________, 2006. Fundamental Safe Work Practies. PT. Chevron Pacific Indonesia.

Page 176: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

156

________. 2009. NRI Mort User’s Manual For use with the Management Oversight &

Risk Tree Analytical Logic Diagram. Second Edition, The Noordwijk Risk

Initiative Foundation: Netherlands

Page 177: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

PEDOMAN PENGAMATAN LAPANGAN

No. Hal yang Diamati Hasil Pengamatan Lapangan

1 Waktu pelaksanaan JSA

2 Tahap-tahap pelaksanaan JSA

3 Keterlibatan pekerja

4 Peran pengawas dalam pelaksanaan JSA

5 Ketersediaan dan kesesuaian alat

pengendalian hazard

6 Arahan dari pengawas untuk

mengendalikan hazard

7 Peran pengawas terhadap pelaksanaan

tindakan mitigasi yang telah

direkomendasikan

Page 178: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

PEDOMAN WAWANCARA

Kode Pertanyaan untuk Hes Reps SD5.b3.c11.d8

.e1 Apakah perusahaan mewajibkan melaksanakan JSA sebelum pekerjaan dimulai?

SD5.b3.c11.d8

.e5.f2 Apakah ada anggaran yang mencukupi untuk melaksanakan JSA?

SD 5.b3 .c11. d8

.e3.f3 Kapan JSA dilaksanakan?

SD 5.b3 .c11. d9 Dari sekian banyak pekerjaan di lokasi rig, apakah ada pekerjaan yang memiliki potensi

kecelakaan rendah? SD 5.b3 .c12.d10.

e4.f5 Apakah pekerja dilibatkan dalam pelaksanaan JSA?

SD 5.b3 .c12.d10.

e5.f8 Apakah ada anggaran yang mencukupi untuk melaksanakan JSA?

SD 5.b3 .c12.d10.

e5.f10 Menurut bapak, apakah supervisor dan crew pekerja terampil mengidentifikasi hazard

dan menentukan tindakan mitigasinya di lokasi kerja? SD 5.b3 .c12.d10.

e5.f11 . g1 Apakah ada kriteria khusus untuk mengkategorikan hazard?

SD 5.b3 .c12.d10.

e5.f11 . g2 Apakah ada metode untuk memprioritaskan hazard?

SD 5.b3 .c12.d11

.e8 Apakah diadakan uji coba untuk mengetahui keefektifan tindakan mitigasi tersebut?

SD 5.b3 .c12.d11

.e9 Apakah ada petunjuk untuk melaksanakan tindakan mitigasi?

SD 5.b3 .c12.d11

.e10 Apakah setiap tindakan pengendalian sudah tersedia dan dapat digunakan oleh para

pekerja?

Kode Pertanyaan untuk Supervisor (WSM) SD 5.b3 .c11. d8

.e3.f3 Kapan JSA dilaksanakan? Sempatkan anda melaksanakan JSA pada setiap pekerjaan?

SD 5.b3 .c12.d10.

e4.f5 Apakah pekerja dilibatkan dalam pelaksanaan JSA? (probing: masukan dari pekerja dan

sharing hasil JSA) SD 5.b3 .c12.d10.

e5.f7 Kapan JSA dilaksanakan? Sempatkan anda melaksanakan JSA pada setiap pekerjaan?

SD 5.b3 .c12.d10.

e5.f10 Apakah para pekerja terampil mengidentifikasi hazard dan menentukan tindakan

mitigasinya saat dilibatkan dalam pelaksanaan JSA? SD 5.b3 .c12.d10.

e5.f11 . g1 Apakah ada kriteria khusus untuk mengkategorikan hazard ?

SD 5.b3 .c12.d11

.e6 Menurut anda, apakah semua pekerja memahami tindakan mitigasi untuk mereduksi

risiko yang ada? SD 5.b3 .c12.d11

.e7 Apakah tindakan mitigasi yang disarankan dalam JSA dapat dilakukan di tempat kerja?

(probing: kesesuaian rekomendasi dan keadaan lapangan) SD 5.b3 .c12.d11

.e9 Apakah ada petunjuk untuk melaksanakan tindakan mitigasi?

Apakah anda memberikan petunjuk tersebut kepada para pekerja? SD 5.b3 .c12.d11

.e11 Apakah pengendalian yang direkomendasi dalam JSA dapat digunakan pada situasi yang

berbeda-beda? SD 5.b3 .c12.d11

.e12 Apakah tindakan pengendalian yang dilakukan pekerja sesuai dengan petunjuk yang

anda berikan?

Page 179: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

Kode Pertanyaan untuk Toolpusher/driller SD 5.b3

.c11.d8.e3.f1 Apakah para pekerja ahli untuk mengidentifikasi hazard dan menentukan tindakan

mitigasinya? SD 5.b3

.c11.d8.e3.f3 Kapan JSA dilaksanakan? Sempatkan anda melaksanakan JSA pada setiap pekerjaan?

SD 5.b3 .c12.d10.

e4.f5 Apakah pekerja dilibatkan dalam pelaksanaan JSA?

SD 5.b3 .c12.d10.

e5.f7 Kapan JSA dilaksanakan? Sempatkan anda melaksanakan JSA pada setiap pekerjaan?

SD 5.b3 .c12.d10.

e5.f11 . g1 Apakah ada kriteria khusus untuk mengkategorikan hazard ?

SD 5.b3 .c12.d11

.e6 Menurut anda, apakah semua pekerja memahami tindakan mitigasi untuk mereduksi

risiko yang ada? SD 5.b3 .c12.d11

.e7 Apakah tindakan mitigasi yang disarankan dalam JSA dapat dilakukan di tempat kerja?

(probing: kesesuaian rekomendasi dan keadaan lapangan) SD 5.b3 .c12.d11

.e9 Apakah ada petunjuk untuk melaksanakan tindakan mitigasi?

Apakah anda memberikan petunjuk tersebut kepada para pekerja? SD 5.b3 .c12.d11

.e10 Apakah setiap equipment yang dibutuhkan dalam rekomendasi JSA sudah tersedia dan

dapat digunakan oleh para pekerja? SD 5.b3 .c12.d11

.e11 Apakah tindakan pengendalian dapat digunakan pada situasi yang berbeda-beda?

SD 5.b3 .c12.d11

.e12 Apakah tindakan pengendalian yang dilakukan pekerja sesuai dengan petunjuk yang

anda berikan?

Kode Pertanyaan untuk Pekerja SD 5.b3

.c11.d8.e3.f3 Kapankah JSA dilaksanakan?

SD 5.b3 .c12.d10.

e4.f5 Apakah pekerja dilibatkan dalam pelaksanaan JSA?

SD 5.b3 .c12.d10.

e5.f7 Kapankah JSA dilaksanakan?

SD 5.b3 .c12.d10.

e5.f11 . g1 Apakah ada kriteria khusus untuk mengkategorikan hazard?

SD 5.b3 .c12.d11

.e6 Apakah anda memahami tindakan mitigasi untuk mereduksi risiko yang ada?

SD 5.b3 .c12.d11

.e7 Apakah tindakan mitigasi yang disarankan dalam JSA dapat dilakukan di tempat kerja?

(probing: kesesuaian rekomendasi dan keadaan lapangan) SD 5.b3 .c12.d11

.e9 Apakah anda diberikan petunjuk untuk mengendalikan hazard yang ada?

SD 5.b3 .c12.d11

.e11 Apakah tindakan pengendalian dapat digunakan pada situasi yang berbeda-beda?

SD 5.b3 .c12.d11

.e12 Apakah ada kesulitan dalam pelaksanaan pengendalian hazard ? Jika anda menemukan

kesulitan apa yang anda lakukan?

Page 180: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

DAFTAR DOKUMEN

Dokumen yang Dibutuhkan Cheklist Nama Dokumen

Pedoman perusahaan mengenai peraturan keselamatan

pekerjaan wellwork dan intial completion

Pedoman untuk identifikasi hazard dan tindakan

mitigasinya.

Formulir JSA

Dokumen petunjuk untuk melaksanakan pengendalian

hazard

Lampiran 4.3

Page 181: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

Kode Wawancara Pengamatan

Lapangan

Analisis Dokumen Hasil Triangulasi Data

Informan Hasil

SD 5.b3 .c11 c11. Task Specific Risk Assessment

SD 5.b3 .c11.

d8

d8. High Potential was not Identified

SD 5.b3 .c11.

d8 .e1

e1. Task Analysis Not Required

Hes Reps JSA wajib dilakukan - Dalam buku OEMS

Wellwork and Completion

Tahun 2010 JSA harus

dilaksanakan.

Berdasarkan hasil analisis

dokumen diketahui bahwa

JSA harus dilaksanakan.

Informan kunci juga

memberikan informasi

yang sama mengenai

kewajiban melaksanakan

JSA.

SD 5.b3 .c11.

d8 .e2

e2. Task Analysis LTA

- -

Berdasarkan formulir JSA

yang ditemukan, pekerjaan

tidak dibagi dalam beberapa

langkah pekerjaan, dan

ditemukan hazard yang tidak

teridentifikasi.

Berdasarkan hasil analisis

dokumen, diketahui

bahwa pelaksanaan JSA

tidak tepat, ditinjau dari

identifikasian hazard pada

setiap langkah pekerjaan

SD 5.b3 .c11.

d8 .e3

e3. Task Analysis Not Made:

SD 5.b3 .c11.

d8 .e3.f1

f1. Authority LTA

Toolpusher/driller Bapak C : Pekerja bisa dan mampu

melaksanakan JSA

Bapak D : Pekerja pahammelaksanakan

JSA

- Ketidakahliam para pekerja

terlihat dari formulir JSA

yang tidak tepat. Tidak

terdapat pembagian langkah

kerja, ditemukan hazard

yang tidak teridentifikasi,

dan tindakan mitigasi yang

kurang tepat.

Informan utama

menyatakan bahwa

pekerja ahli melaksanakan

JSA, namun pendapat ini

bertentangan dengan

pendapat HES Reps.

Ketidakahlian pekerja

dapat dinilai dari formulir

JSA yang tidak tepat.

Hes Reps Bapak WD: Pekerja tidak ahli

mengidentifikasi hazard.

Matriks Hasil Wawancara dan Triangulasi Data

Lampiran 4.4

Page 182: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

SD 5.b3

.c11.d8. e5.f2

f2. Budget LTA

HES Reps Bapak WD: Anggaran mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan paper work JSA.

- - Anggaran untuk

pelaksanaan JSA

mencukupi.

SD 5.b3 .c11.

d8 .e3.f3

f3. Time LTA

Supervisor Bapak A : JSA dibuat saat tail gate

meeting

Bapak B : JSA dilaksanakan saat tail gate

meeting

Dari hasil pengamatan

diketahui bahwa

pengawas dan pekerja

melaksanakan JSA

saat tail gate meeting.

Pre job meeting jarang

dilakukan. Pre job

meeting dilakukan

ketika company

service datang untuk

membantu pekerjaan

di rig.

Berdasarkan OEMS

Wellwork and Completion

Tahun 2010 persiapan dan

ulasan untuk SOP/JSA

dilaksanakan saat pre job

meeting.

Berdasarkan hasil analisis

dokumen, JSA disiapkan

dan diulas saat pre job

meeting. Akan tetapi,

dalam penelitian ini

diketahui bahwa JSA di

lokasi kerja cenderung

dilaksanakan saat tail gate

meeting. Hal ini terbukti

dari informasi para

informan. Hampir seluruh

informan menyatakan

bahwa JSA dilaksanakan

saat tail gate meeting.

Pernyataan mereka juga

didukung dari hasil

pengamatan.

Toolpusher/driller Bapak C : JSA dilaksanakan saat tail gate

meeting

Bapak D : JSA dilaksanakan saat pre-job

meeting

Pekerja Bapak AA: JSA dilaksanakan saat tail gate

meeting

Bapak AB : JSA dilaksanakan saat tail

gate meeting

Bapak AC: JSA dilaksanakan saat tail gate

meeting

Bapak AD : JSA dilaksanakan saat tail

gate meeting

SD 5.b3 .c11.

d8 .e3.f4

f4. Supervisory Judgement LTA

- - Banyak pekerjaan

yang dimulai tanpa

pre job meeting dan

tanpa pembahasan

SOP/JSA.

JSA dianalisis bukan

oleh pekerja yang

akan melakukan

pekerjaan.

Dari ketiga formulir JSA

ditemukan ketidaktepatan

pada setiap langkah

pelaksanaannya. Tidak

terdapat pembagian

langkah kerja, ditemukan

hazard yang tidak

teridentifikasi, dan

tindakan mitigasi yang

kurang tepat.

Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa

pengawas tidak tegas

mengawasi pelaksanaan

JSA di lokasi kerja rig.

Page 183: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

Ditemukan pekerja

business partner lain

yang heran ketika

dimintai formulir

JSA.

SD 5.b3 .c11.

d9

d9. Low Potential:

HES Reps Bapak WD: Pekerjaan rig merupakan

pekerjaan high-risk. √

- Tidak ditemukan

pekerjaan yang

dikategorkan low risk.

SD 5.b3 .c12 c12. Task Specific Risk Assessment LTA:

SD 5.b3

.c12.d10

d10. Task Specific Risk Analysis LTA:

SD 5.b3

.c12.d10. e4

e4. Knowledge LTA:

SD 5.b3

.c12.d10.

e4.f5

f5. Use of Workers’ Suggestions and Inputs LTA:

Supervisor Bapak A : Pekerja dilibatkan dalam tail

gate meeting.

Bapak B : Pengawas dan pekerja

melaksanakan tail gate meeting.

Pekerja selalu dilibatkan

dalam pelaksanaan tail

gate meeting maupun

pre job meeting,

walaupun pre job

meeting jarang

dilakukan.

-

Dari hasil wawancara

diketahui bahwa pekeja

selalu dilibatkan dalam

tail gate meeting.

Berdasarkan hasil

pengamatan, keterlibatan

pekerja tidak hanya saat

tail gate meeting, namun

juga saat pre job meeting.

Walaupun pre job meeting

jarang dilakukan, namun

pekerja tetap terlibat

dalam pelaksanaannya.

Toolpusher/ driller Bapak C : Pekerja dilibatkan dalam tail

gate meeting.

Bapak D : Pekerja dilibatkan dalam

pelaksanaan JSA

Pekerja Bapak AA: Pekerja terlibat dalam tail gate

meeting dan diajak mendiskusikan hazard.

Bapak AB: Pekerja terlibat dalam tail gate

meeting dan diajak mendiskusikan hazard.

Bapak AC: Pekerja terlibat dalam tail gate

meeting dan diajak mendiskusikan hazard.

Bapak AD: Pekerja terlibat dalam tail gate

meeting

Page 184: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

SD 5.b3

.c12.d10. e5

e5. Execution LTA .

SD 5.b3

.c12.d10. e5.f7

f7. Time LTA:

Supervisor Bapak A : JSA dibuat saat tail gate

meeting

Bapak B : JSA dilaksanakan saat tail gate

meeting

Pelaksanaan JSA

dilakukan saat tail gate

meeting, pre job meeting

dilakukan ketika service

company datang

membantu pekerjaan rig.

Berdasarkan OEMS

Wellwork and Completion

Tahun 2010 persiapan

dan ulasan untuk SOP/JSA

dilaksanakan saat pre job

meeting.

Berdasarkan hasil analisis

dokumen, JSA disiapkan

dan diulas saat pre job

meeting. Akan tetapi,

dalam penelitian ini

diketahui bahwa JSA di

lokasi kerja cenderung

dilaksanakan saat tail gate

meeting. Hal ini terbukti

dari informasi para

informan. Hampir seluruh

informan menyatakan

bahwa JSA dilaksanakan

saat tail gate meeting.

Pernyataan mereka juga

didukung dari hasil

pengamatan.

Toolpusher/ driller Bapak C :JSA dilaksanakan saat pre job

meeting

Bapak D :JSA dilaksanakan saat pre job

meeting

Pekerja Bapak AA: JSA dilaksanakan saat tail gate

meeting

Bapak AB: JSA dilaksanakan saat tail gate

meeting.

Bapak AC: JSA dilaksanakan saat tail gate

meeting

Bapak AD: JSA dilaksanakan saat tail gate

meeting

SD 5.b3

.c12.d10. e5.f8

f8. Budget LTA

HES Reps Bapak WD: Anggaran mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan paper work JSA.

- - Anggaran untuk

pelaksanaan JSA

mencukupi.

SD 5.b3

.c12.d10. e5.f9

f9. Scope LTA:

- - Ruang lingkup pekerjaan

yang dianalisis saat tail

gate meeting terlalu luas,

karena dalam tail gate

meeting dibicarakan

pekerjaan yang akan

dilakukan selama 12jam.

Berdasarkan pedoman

perusahaan, satu

pekerjaan yang akan

dianalisis dibagi dalam

beberapa langkah

pekerjaan.

Ruang lingkup pekerjaan

yang dianalisis terlalu

luas, hal ini terbukti dari

hasil pengamatan

lapangan dan analisis JSA

Page 185: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

Berdasarkan hasil

analisis formulir JSA,

tidak ada pembagian

langkah pekerjaan.

Terlalu

luasSD 5.b3

.c12.d10.

e5.f10

f10. Analytical Skill LTA:

HES Reps Bapak WD: para pekerja belum ahli

mengidentifikasi hazard di lokasi kerja. - Kurangnya keterampilan

para pekerja terlihat dari

formulir JSA yang tidak

tepat. Tidak terdapat

pembagian langkah kerja,

ditemukan hazard yang

tidak teridentifikasi, dan

tindakan mitigasi yang

kurang tepat.

Informan utama

menyatakan bahwa

pekerja sudah mengenal

hazard dan mampu

menentukan tindakan

mitigasinya, namun

pendapat ini bertentangan

dengan pendapat HES

Reps. Kurangnya

keterampilan para pekerja

dapat dinilai dari formulir

JSA yang tidak tepat.

Supervisor Bapak A : Pekerja sudah mengetahui dan

mengenal hazard, serta dapat menentukan

tindakan mitigasinya.

Bapak B : Pekerja sudah mengetahui dan

mengenal hazard, serta dapat menentukan

tindakan mitigasinya.

SD 5.b3

.c12.d10.

e5.f11

f11. Hazard Selection LTA:

SD 5.b3

.c12.d10.

e5.f11 . g1

g1. Hazard Identification LTA

Supervisor Bapak B : tidak dituliskan hasil pre job

meeting dalam JSA Hazid.

- Dalam OEMS Wellwork

and Completion Tahun

2010, JSA Hazid

merupakan tools yang

harus digunakan dalam

pelaksanaan JSA.

Analisis dokumen

menjelaskan bahwa JSA

Hazid harus digunakan

dalam pelaksanaan JSA,

namun berdasrkan

wawancara , seorang

WSM dan seluruh pekerja

menyatakan bahwa

mereka jarang

menggunakan tools

tersebut dalam

pelaksanaan JSA.

Toolpusher/ driller Bapak C : ada tools yang membantu

identifikasi hazard dan terdapat 10

kategori hazard di dalamnya.

Bapak D : ada tools yang membantu

identifikasi hazard dan terdapat 10

kategori hazard di dalamnya.

Pekerja Bapak AA: ada 10 kategori hazard dalam

Hazid Tools. Tools jarang digunakan.

Bapak AB: ada 10 kategori hazard dalam

Hazid Tools. Tools jarang digunakan.

Page 186: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

Bapak AC : ada 10 kategori hazard dalam

Hazid Tools. Tools jarang digunakan.

Bapak AD : ada 10 kategori hazard dalam

Hazid Tools. Tools jarang digunakan.

Namun secara

keseluruhan, pekerja

sudah mengetahui bahwa

dalam Hazid Tools

terdapat sepuluh kategori

hazard.

SD 5.b3

.c12.d10.

e5.f11 . g2

g2. Hazard Prioritisation LTA

HES Reps Bapak WD : Tidak digunakan prioritas

hazard. - -

Berdasarkan hasil

wawancara diketahui

bahwa tidak ada prioritas

hazard, karena semua

hazard harus

teridentifikasi dan

mendapatkan tindakan

mitigasi yang sesuai.

SD 5.b3

.c12.d11

d11. Recommended Risk Controls LTA:

SD 5.b3

.c12.d11

.e6

e6. Clarity LTA

Supervisor Bapak A : Pekerja memahami

pengendalian hazard karena sudah

berpengalam dan berketrampilan.

Bapak B : Pekerja sudah ahli dan biasa,

sehingga tidak sulit menyampaikan cara

pengendalian.

- Dalam OEMS Wellwork

and Completion Tahun

2010, kru kerja harus

melaksanakan uji coba

pelatihan pengendalian

secara rutin.

Seluruh informan

memberikan informasi

yang serupa,bahwa

pekerja sudah memahami

pengendalian hazard di

lokasi kerja. Hal ini juga

ditunjang dengan uji coba

dan pelatihan

pengendalian hazard yang

rutin dilakukan. Uji coba

dan pelatihan ini

dijelaskan dalam buku

OEMS.

Toolpusher/driller Bapak C : Pekerja mahir mengendalikan

hazard

Bapak D : Pekerja memahami

pengendalian hazard karena sudah

berpengalaman.

Pekerja Bapak AA: Pekerja sudah tahu hazard dan

apa yang harus dilakukan.

Bapak AB: Pekerja sudah paham tindakan

pengendalian.

Page 187: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

Bapak AC: Pekerja mengetahui hazard

pekerjaan dan cara mengendalikannya.

Bapak AD: Pekerja mengetahui hazard

pekerjaan dan cara mengendalikannya.

SD 5.b3

.c12.d11

.e7

e7. Compatibility LTA:

Supervisor Bapak A : Pengendalian hazard dapat

dilakukan, dan peralatan pengendalian

hazard juga tersedia.

Bapak B : Pengendalian hazard dapat

dilakukan, dan peralatan pengendalian

hazard juga tersedia.

Berdasarkan hasil

pengamatan, APD

yang tersedia di

lokasi kerja dan

APD yang dimiliki

pekerja sudah sesuai

dengan rekomendasi

JSA.

Peralatan

pengendalian hazard

sudah tersedia sesuai

dengan hazard yang

ada di lokasi kerja.

Berdasarkan formulir

JSA, perlengkapan

untuk pengendalian

hazard yang

direkomendasikan

adalah penggunaan

APD. APD yang

dimiliki setiap pekerja

dan APD yang tersedia

di lokasi kerja telah

sesuai dengan APD

yang

direkomendasikan

dalam JSA.

Dalam buku OEMS

Wellwork and

Completion Tahun

2010, peralatan well

control sudah menjadi

syarat keselamatan

operasi yang harus

tersedia di lokasi kerja.

Peralatan ini juga telah

disesuaikan dengan

hazard pekerjaan. APD

juga menjadi

persyaratan HES dalam

buku OEMS ini.

Perusahaan mensyaratkan

alat pengendalian hazard

harus tersedia di lokasi

kerja. contohnya seperti

well control dan APD. Di

lokasi kerja terbukti

bahwa peralatan ini sudah

tersedia dan sesuai

dengan yang

direkomendasikan.

Seluruh informan juga

memberikan infomasi

yang sama mengenai

peralatan pengendalian

hazard yang tersedia di

lokasi kerja.

Toolpusher /driller Bapak C : Pengendalian hazard dapat

dilakukan, dan peralatan pengendalian

hazard juga tersedia.

Bapak D : Pengendalian hazard dapat

dilakukan, dan peralatan pengendalian

hazard juga tersedia.

Pekerja Bapak AA: Tindakan pengendalian dapat

dilakukan dan peralatan pengendalian

sudah tersedia di lokasi kerja.

Bapak AB: Tindakan pengendalian dapat

dilakukan dan peralatan pengendalian

sudah tersedia di lokasi kerja.

Bapak AC: Tindakan pengendalian dapat

dilakukan dan peralatan pengendalian

sudah tersedia di lokasi kerja.

BApak AD: Tindakan pengendalian dapat

dilakukan dan peralatan pengendalian

sudah tersedia di lokasi kerja.

Page 188: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

SD 5.b3

.c12.d11

.e8

e8. Testing of Control LTA:

- - Salah satu APD yang

diuji coba saat

pengamatan lapangan

adalah APD untuk

derrick man yang

bekerja di ketinggian.

Dalam buku OEMS

Wellwork and Completion

Tahun 2010, uji coba BOP

dilakukan sekali dalam

seminggu., Uji coba

menghadapi H2S,

kebakaran, evakuasi, dan

tumpahan minyak

dilakukan sekali dalam

sebulan.

Berdasarkan hasil analisis

dokumen diketahui bahwa

uji coba peralatan

pengendalian hazard

wajib dilakukan di lokasi

kerja, dan ini terbukti

dilakukan.

SD 5.b3

.c12.d11

.e9

e9. Directive LTA:

Supervisor Bapak A : Pengarahan saat tail gate

meeting atau saat pekerjaan dilaksanakan.

Bapak B : Pengarahan saat tail gate

meeting atau saat pekerjaan dilaksanakan.

Ditemukan keadaan

dimana WSM

memberikan pengerahan

untuk mengendalikan

flowing yang terjadi di

lokasi kerja.

Pentunjuk pengendalian

hazard juga terdapat

dalam bentuk SOP. Seperti

SOP menghadapi blow-

out, H2S, kebakaran,

evakuasi dan lainnya.

Arahan mengendalikan

hazard, dapat berbentu

SOP atau arahan langsung

dari pengawas. Keempat

informan utama

memberikan informasi

bahwa arahan dapat

diberikan saat tail gate

meeting atau langsung

ketika pekerjaan

dilaksanakan. Informasi

yang diberikan informan

didukung dengan

penemuan di lokasi kerja.

Toolpusher/driller Bapak C : Pengarahan saat tail gate

meeting atau saat pekerjaan dilaksanakan.

Bapak D : Pengarahan saat tail gate

meeting atau saat pekerjaan dilaksanakan.

Pekerja Bapak AA: Pekerja sudah mengetahui

tindakan pengendalian. Driller dan

toolpusher mau memberikan arahan.

Bapak AB: Pekerja sudah mengetahui

tindakan pengendalian. Driller mau

memberikan penjelasan.

Bapak AC: Pekerja sudah mengetahui

tindakan pengendalian. Mandor mau

memberikan arahan.

Bapak AD: Pekerja sudah mengetahui

tindakan pengendalian. Mandor,

toolpusher, dan WSM mau membantu.

Page 189: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

SD 5.b3

.c12.d11

.e10

e10. Availability LTA

Toolpusher/ driller Bapak C : Alat pengendalian tersedia di

lapangan. Sebagai syarat unit pengeboran.

Bapak D : Jika alat pengendalian tidak

tersedia, maka operasi tidak boleh

dilaksanakan.

Peralatan yang menjadi

syarat HES sudah

tersedia di lokasi kerja.

Dalam buku OEMS

Wellwork and Completion

Tahun 2010, peralatan-

peralatan pengendalian

hazard harus tersedia di

lokasi kerja sebagai syarat

HES.

Peralatan pengendalian

hazard sudah tersedia di

lokasi kerja.

SD 5.b3

.c12.d11

.e11

e11. Adaptability LTA:

Supervisi Bapak A : Jika hazard sama, rekomendasi

pengendalian akan sama.

Bapak B : Pekerjaan yang sama, hazard

yang sama, maka pencegahan akan sama.

- - Seluruh informan

memberikan pernyataan

yang hampir serupa.

Tindakan pengendalian

dapat digunakan pada

situasi yang sama, jika

hazard yang dihadapi

sama. Jika hazard yang

ada pada pekerjaaan

berbeda, maka tindakan

pengendaliannya juga

berbeda.

Toolpusher/ driller Bapak C : Jika hazard berbeda, perlu

didiskusikan cara penanganannya

Bapak D : Pekerjaan sama, hazard sama,

maka tindakan pencegahan akan sama.

Pekerja Bapak AA : Jika pekerjaan berbeda, maka

pengendaliannya akan berbeda.

Bapak AB : Pekerjaan sama, rekomendasi

pengendalian sama.

Bapak AC: Jika ditemukan hazard yang

berbeda, maka akan didiskusikan cara

penangannya.

Bapak AD: Jika ditemukan hazard yang

berbeda, maka akan didiskusikan cara

penangannya.

Page 190: JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS …

SD 5.b3

.c12.d11

.e12

e12. Use Not Mandatory:

Supervisi Bapak A : Pekerja melakukan

pengendalian hazard sesuai dengan yang

direkomendasikan.

Bapak B : Pekerja melakukan

pengendalian hazard sesuai dengan yang

direkomendasikan JSA.

Ditemukan pekerja yang

tidak melaksanakan

rekomendasi tindakan

pengendalian, seperti

tindak menggunakan

APD saat bekerja.

- Seluruh informan

menyatakan bahwa

pekerja melaksanakan

tindakan pengendalian

hazard seperti yang

direkomendasikan JSA.

Namun, dalam

pelaksanaannya masih

ditemukan pekerja yang

tidak melakukannya.

Toolpusher/ driller Bapak C : Pekerja melakukan

pengendalian hazard sesuai dengan yang

direkomendasikan.

Bapak D : Pekerja melakukan

pengendalian hazard sesuai dengan yang

direkomendasikan.

Pekerja Bapak AA: Pekerja melakukan tindakan

pengendalian yang direkomendasikan JSA.

Bapak AB: Pekerja mengikuti tindakan

pengendalian yang direkomendasikan JSA.

Bapak AC: Pekerja melakukan tindakan

pengendalian yang direkomendasikan JSA.

Bapak AD: Pekerja melakukan tindakan

pengendalian yang direkomendasikan JSA.