jurnalpenelitianperikananindonesia · jurnal penelitianperikanan indonesiaadalah wadahinformasi...

18

Upload: others

Post on 02-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian
Page 2: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA

p-ISSN 0853 - 5884

Volume 22 Nomor 4 Desember 2016Nomor Akreditasi: 653/AU3/P2MI/LIPI/07/2015

(Periode: Agustus 2015 - Agustus 2018)

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia adalah wadah informasi perikanan,baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian sumber daya,

penangkapan, oseanografi, lingkungan, rehabilitasi lingkungandan pengkayaan stok ikan.

Terbit pertama kali tahun 1994. Tahun 2006, frekuensi penerbitanJurnal ini tiga kali dalam setahun padabulan April, Agustus, dan Desember.

Tahun 2008, frekuensi penerbitan menjadi empat kali yaitu padabulan MARET, JUNI, SEPTEMBER, dan DESEMBER.

Ketua Penyunting:Prof. Dr. Ir. Wudianto, M.Sc. (Teknologi Penangkapan Ikan-Puslitbangkan)

Anggota Penyunting:Dr. Wijopriono (Hidro Akustik Perikanan-Puslitbangkan)

Dewan Penyunting:Prof. Dr. Ir. Ngurah Nyoman Wiadnyana, DEA. (Ekologi Perairan-Puslitbangkan)

Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA. (Iktiologi, Ekologi Ikan, Konservasi Sumber Daya Hayati Perairan-IPB)Prof. Dr. Ali Suman (Biologi Perikanan Udang-BPPL)

Dr. Eko Sriwiyono, S.Pi, M.Si. (Teknologi Kapasitas Penangkapan Ikan-IPB)Dr. Ir. Syahroma Husni Nasution, M.Si. (Limnologi-LIPI)

Editing Bahasa:Ir. Badrudin, M.Sc. (Dinamika Populasi Ikan-BPPL)

Penyunting Pelaksana:Dra. Endang SriyatiDarwanto, S.Sos.

Amalia Setiasari, A.Md.

Administrasi:Ofan Bosman, S.Pi.

Alamat Redaksi/Penerbit:Pusat Penelitian dan Pengembangan PerikananGedung Balitbang KP II, Jl. Pasir Putih II Ancol Timur Jakarta Utara 14430Telp. (021) 64700928, Fax. (021) 64700929Website : http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppie-mail: [email protected]

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan-Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan-Kementerian Kelautan dan Perikanan.

e-ISSN 2502 - 6542

Page 3: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

LEMBAR INDEKSASI

FOKUS DAN RUANG LINGKUP JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi) memiliki p-ISSN 0853-5884; e-ISSN 2502-6542 dengan NomorAkreditasi: 653/AU3/P2MI-LIPI/07/2015 (PeriodeAgustus 2015-Agustus 2018). Terbit pertamakali tahun 1994. Tahun 2006, frekuensi penerbitan tiga kali dalam setahun pada bulan April, Agustus dan Desember. Tahun2008, frekuensi penerbitan menjadi empat kali yaitu pada bulan Maret, Juni, September dan Desember.

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia adalah wadah informasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnalini menyajikan hasil penelitian sumber daya, penangkapan, oseanografi, lingkungan, rehabilitasi lingkungan dan pengkayaanstok ikan.

Naskah yang diterbitkan di Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia telah melalui pemeriksaan pedoman penulisan olehAdministrasi Jurnal, naskah yang sudah mengikuti pedoman penulisan direview oleh 2 (dua) orang Dewan Penyunting dan 1(satu) orang Bebestari (Peer-Reviewer) berdasarkan penunjukan dari Ketua Dewan Penyunting. Keputusan diterima atautidaknya suatu naskah menjadi hak dari Ketua Dewan Penyunting berdasarkan atas rekomendasi dari Dewan Penyunting danBebestari.

INFORMASI INDEKSASI JURNAL

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi) memiliki p-ISSN 0853-5884; e-ISSN 2502-6542 yang sudah terindeks di beberapa pengindeks bereputasi, antara lain: World Cat, Cross Ref, IndonesianScientific Journal Database (ISJD), SCILIT, Sherpa/Romeo, Google Scholar dan Directory Open Access Journals (DOAJ).

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi

e-mail:[email protected]

JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIAVolume 22 Nomor 4 Desember 2016

p-ISSN: 0853-5884

e-ISSN: 2502-6542Nomor Akreditasi: 653/AU3/P2MI-LIPI/07/2015

Lembar Indeksasi

Page 4: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

BEBESTARI PADAJURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA

1. Prof. Dr. Ir. Husnah, M. Phil. (Toksikologi-Puslitbangkan)

2. Ir. Badrudin, M.Sc. (Dinamika Populasi Ikan-Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan)

3. Prof. Dr. Sam Wouthuyzen (Oseanografi Perikanan-LIPI)

4. Prof. Dr. Ir. Endi Setiadi Kartamihardja, M. Sc. (Pengelolaan Perikanan PUD-Puslitbangkan)

5. Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M. Si. (Metode Penangkapan Ikan-IPB)

6. Prof. Dr. Ir. Indra Jaya (Hidro Akustik Perikanan-IPB)

7. Prof. Dr. Ir. John Haluan, M. Sc. (Sistem Informasi Perikanan-IPB)

8. Prof. Dr. Ali Suman (Biologi Perikanan Udang-BPPL)

9. Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo (Iktiologi, Ekologi Ikan, Konservasi Sumber Daya Hayati Perairan-IPB)

10. Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc. (Penginderaan Jauh-IPB)

11. Prof. Dr. Ir. Gadis Sri Haryani (Limnologi-LIPI)

12. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA. (Matematika dan Statistika Terapan-IPB)

13. Dr. Ir. Mochammad Riyanto, M.Si. (Teknologi Penangkapan Ikan-IPB)

14. Dr. Ir. Purwito Martosubroto (Dinamika Populasi Ikan-Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan)

15. Ir. Sasanti R. Suharti M.Sc. (Biologi Kelautan-LIPI)

16. Dr. Ir. Sudarto, M.Si. (Genetika Populasi-BP2BIH)

17. Dr. Ir. Mohammad Mukhlis Kamal, M. Sc. (Iktiologi, Rekruitmen Ikan, Fisiologi Respirasi, danBiologi Konservasi Perairan-IPB)

18. Dr. Estu Nugroho (Sumber Daya Genetik Ikan-Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan danPerikanan)

19. Dr. Ir. Zairion, M. Sc. (Pengelolaan Sumber Daya Perikanan-IPB)

20. Dr. Ir. Zainal Arifin, M.Sc. (Kimia Oseanografi-LIPI)

21. Dr. Ir. Mas Tri Djoko Sunarno, MS. (Nutrisi-BPPBAT)

22. Dr. Ir. Abdul Ghofar, M. Sc. (Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan-UNDIP)

23. Drs. Suwarso, M.Si. (Sumber Daya Lingkungan-BPPL)

24. Drs. Bambang Sumiono, M. Si. (Biologi Perikanan-Puslitbangkan)

25. Ir. Duto Nugroho, M.Si. (Teknologi Penangkapan Ikan-Puslitbangkan)

26. Dr. Ir. Andin Taryoto, M.Si. (Sosiologi Perikanan-Sekolah Tinggi Perikanan)

27. Dr. Priyanto Rahardjo, M.Sc. (Biologi Konservasi-Sekolah Tinggi Perikanan)

28. Dr. Ario Damar, M.Si. (Ekologi Perairan Pesisir, Phytoplankton Ekologi-IPB)

29. Dr. Ir. Dewa Gede Raka Wiadnya, M.Sc, (Lingkungan dan Sumberdaya Ikan-UniversitasBrawijaya)

Lembar Bebestari

i

Page 5: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

ii

UCAPAN TERIMAKASIH

Ketua Penyunting Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI) mengucapkan terima kasih kepada paraBebestari yang telah berpartisipasi dalam menelaah naskah yang diterbitkan di jurnal ilmiah ini, sehinggajurnal ini dapat terbit tepat pada waktunya. Bebestari yang berpartisipasi dalam terbitan Volume 22 Nomor 4Desember 2016 adalah:

1. Ir. Badrudin, M.Sc. (Dinamika Populasi Ikan-Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan)

2. Prof. Dr. Sam Wouthuyzen (Oseanografi Perikanan-LIPI)

3. Dr. Ir. Dewa Gede Raka Wiadnya, M.Sc, (Lingkungan dan Sumberdaya Ikan-Universitas Brawijaya)

4. Dr. Priyanto Rahardjo, M.Sc. (Biologi Konservasi-Sekolah Tinggi Perikanan)

5. Ir. Duto Nugroho, M.Si. (Teknologi Penangkapan Ikan-Puslitbangkan)

6. Dr. Ario Damar, M.Si. (Ekologi Perairan Pesisir, Phytoplankton Ekologi-IPB)

Lembar Bebestari

Page 6: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

iii

KATAPENGANTAR

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI) di tahun 2016 memasuki Volume ke-22. Proses penerbitanjurnal ini dibiayai oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan tahun anggaran 2016. Semua naskahyang terbit telah melalui proses evaluasi oleh Dewan Penyunting dan Bebestari serta editing oleh PenyuntingPelaksana.

Pengelolaan Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI) di tahun 2016 mulai mengacu pada Open JournalSystem (OJS). Dalam segi tampilan ada sedikit perubahan, yaitu:

1. Pencantuman p-ISSN dan e-ISSN di pojok kanan atas pada halaman kulit muka, halaman judul danhalaman daftar isi terbitan, tanpa titik dua

2. Pencantuman nomor daftar atau barcode ISSN di pojok kanan bawah pada halaman sampul belakang3. Lembar khusus Bebestari4. Lembar ucapan terima kasih untuk Bebestari yang terlibat dalam penelaahan pada tiap nomornya5. Setiap lembar judul ada tambahan informasi mengenai website, alamat email dan informasi mengenai

jurnal JPPI, serta logo dan cover pada sebelah kiri dan kanannyaInformasi perubahan ini akan ditampilkan pada setiap kata pengantar selama 4 (empat) terbitan.

Penerbitan keempat di Volume 22 Nomor 4 tahun 2016 menampilkan tujuh artikel hasil penelitian perikanandi perairan Indonesia. Ketujuh artikel tersebut mengulas tentang: Pengaruh fase bulan terhadap waktu tebarpancing dan laju tangkap madidihang (Thunnus albacares Bonnaterre, 1788) pada armada rawai tuna;Karakteristik penangkapan dan produksi ikan di Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah; Sumberdaya ikan karang di Taman Wisata Alam Gili Matra, Lombok Barat; Laju tangkap, komposisi, sebaran,kepadatan stok dan biomasa udang di Laut Jawa; Parameter populasi hiu martil (Sphyrna lewini Griffith &Smith, 1834) di Perairan Selatan Nusa Tenggara; Dinamika spasial ikan mesopelagis (Ceratoscopelus warmingiiLÜTKEN, 1892) di Samudera Hindia; Efektifkah daerah perlindungan laut (DPL) mengkonservasi ikan karang?studi kasus di Kabupaten Biak-Numfor Dan Supiori, Papua.

Diharapkan tulisan ini dapat memberikan kontribusi bagi para pengambil kebijakan dan pengelola sumberdaya perikanan di Indonesia. Ketua Penyunting mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif para penelitidari lingkup dan luar Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.

Ketua Penyunting

Page 7: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

iv

e-ISSN 2502 - 6542

p-ISSN 0853 - 5884

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIAVolume 22 Nomor 4 Desember 2016

DAFTAR ISI

Halaman

i

ii

iii

iv

v-vii

DAFTAR BEBESTARI...........................................................................................................

UCAPAN TERIMA KASIH......................................................................................................

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………...................................

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..……………………..

KUMPULAN ABSTRAK .......................................................................................................

Pengaruh Fase Bulan terhadap Waktu Tebar Pancing dan Laju Tangkap Madidihang (Thunnusalbacares Bonnaterre, 1788) pada Armada Rawai TunaOleh: Irwan Jatmiko, Bram Setyadji dan Arief Wujdi……………………………………………………………….

Karakteristik Penangkapan dan Produksi Ikan di Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan TengahOleh: Rupawan dan Aroef Hukmanan Rais…………………………………………………………………………

Sumber Daya Ikan Karang di Taman Wisata Alam Gili Matra, Lombok BaratOleh: Isa Nagib Edrusdan Sasanti R. Suharti………………………………………………………………………

Laju Tangkap, Komposisi, Sebaran, Kepadatan Stok dan Biomasa Udang di Laut JawaOleh: Tirtadanu, Suprapto dan Tri Ernawati………………………………………………………………………...

Parameter Populasi Hiu Martil (Sphyrna lewini Griffith & Smith, 1834) di Perairan Selatan NusaTenggaraOleh: Agus Arifin Sentosa, Dharmadi, dan Didik Wahju Hendro Tjahjo………………………………………….

Dinamika Spasial Ikan Mesopelagis (Seratoscopelus warmingii LÜTKEN, 1892) di Samudera HindiaOleh: Andria Ansri Utama dan Wudianto……………………………………………………………………………

Efektifkah Daerah Perlindungan Laut (DPL) Mengkonservasi Ikan Karang? Studi Kasus di KabupatenBiak-Numfor Dan Supiori, PapuaOleh: Sam Wouthuyzen, Jonas Lorwens dan Femmy D. Hukom…………………………………………………

INDEKS PENULIS.................................................................................................................

SERTIFIKATAKREDITASI......................................................................................................................................

PEDOMAN PENULISAN.............................................................................................................

271-284

263-270

253-262

243-252

225-242

215-224

207-214

App. 285

App. 286

App. 287

Page 8: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIAVol. 22 No.4 Desember 2016

KUMPULAN ABSTRAK

v

Lembar Abstrak

PENGARUH FASE BULAN TERHADAP WAKTUTEBAR PANCING DAN LAJU TANGKAPMADIDIHANG (Thunnus albacares Bonnaterre,1788) PADAARMADA RAWAI TUNA

Irwan JatmikoJPPI Desember 2016, Vol 22 No. 4, Hal. 207-214

ABSTRAK

Madidihang/yellowfin tuna merupakan salah satujenis ikan tuna ekonomis penting bagi industri perikanandi Indonesia dengan kontribusi hasil tangkapan yangterbanyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh fase bulan terhadap waktu mulai tebarpancing dan laju tangkap madidihang pada armadarawai tuna. Pengumpulan data dilakukan olehpemantau ilmiah pada armada rawai tuna yangsebagian besar berbasis di Pelabuhan Benoa, Balimulai Agustus 2005 hingga Juni 2014. Daerahpenangkapan ikan dari armada rawai tuna yang diambildatanya berada di lokasi (lintang dan bujur) 9°-16° LShingga 109°-120° BT. Analisis anova satu arah dan tesTukey dilakukan untuk mengetahui pengaruh fase bulanterhadap waktu mulai tebar pancing dan laju tangkapmadidihang. Total sebanyak 60 trip dan 1.467 harioperasi penangkapan armada rawai tuna dilakukandalam penelitian ini. Analisis statistik anova satu arahmenunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyatapada fase bulan terhadap waktu mulai tebar pancing(p<0,05). Selanjutnya, tes Tukey menunjukkan bahwawaktu mulai tebar pancing pada saat bulan purnamadimulai pada pukul 9:00 pagi hari. Waktu ini lebih lambatsekitar 2 jam dari pada waktu mulai tebar pancing padaketiga fase bulan lainnya (perbani awal, perbani akhirdan bulan baru) yang dilakukan sekitar pukul 7:00 pagihari. Analisis statistik anova satu arah juga menunjukkanterdapat perbedaan yang nyata antar fase bulanterhadap laju tangkap madidihang (p<0,05).Selanjutnya, tes Tukey menunjukkan bahwa lajutangkap pada saat bulan baru dan perbani awal sebesar0,13 ekor/100 mata pancing atau lebih besardibandingkan nilai laju tangkap pada saat purnama danperbani akhir yang hanya sebesar 0,09 ekor/100 matapancing.

Kata KunciI: Waktu tebar pancing; hasil tangkapan;fase bulan; madidihang; rawai tuna

KARAKTERISTIK PENANGKAPAN DAN PRODUKSIIKAN DI KABUPATEN BARITO SELATAN,

KALIMANTAN TENGAH

RupawanJPPI Desember 2016, Vol 22 No. 4, Hal. 215-224

ABSTRAK

Kabupaten Barito Selatan di Provinsi KalimantanTengah memiliki potensi dan produksi perikanan yangbesar dari perairan umum daratan. Wilayah rawabanjiran yang luas, jumlah alat tangkap yang bervariasidan kegiatan penangkapan yang tinggi menjadi salahsatu sumber potensi dan penopang perekonomian diwilayah ini. Tulisan ini menguraikan sebaranpenggunaan alat tangkap berdasarkan lokasi danmusim penangkapan dan menganalisis pengaruhcurah hujan terhadap laju tangkap dan komposisi hasiltangkapan pada beberapa alat tangkap di wilayahperairan Kabupaten Barito Selatan. Pengambilansampel dilakukan dengan menggunakan bantuan 12orang nelayan enumerator di empat lokasi berbeda.Lokasi tersebut yaitu Danau Palui, Danau Pamait, DesaJelapat, dan Danau Ganting. Terdapat tujuh jenis alattangkap yaitu rawai (long line), tampirai (stage trap), lunta(cash net), banjur (stake line), rengge (gill net), lukah(pot trap) dan selambau (seine net). Data curah hujandiperoleh dari stasiun BMKG Kabupaten Barito Selatan.Data dikumpulkan selama sembilan bulan dari Februarihingga Oktober 2015. Nilai produksi dan laju tangkapdikorelasikan dengan curah hujan menggunakan uji-t,sedangkan hasil tangkapan di tabulasi sesuai jenis alattangkap dan waktu penangkapan. Diperoleh nilaikorelasi signif ikan antara produksi, laju tangkapterhadap curah hujan. Sebaran alat tangkap banyakdiperoleh bervariasi pada wilayah rawa banjiran yangdangkal. Sebanyak 43 spesies ikan yang tertangkapmenggunakan tujuh jenis alat tangkap. Alat tangkapselambau (seine net) memiliki variasi hasil tangkapantertinggi.

Kata Kunci: Alat tangkap; laju tangkap; produksi;curah hujan; Barito Selatan

Page 9: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

vi

Lembar Abstrak

SUMBER DAYAIKAN KARANG DI TAMAN WISATA

ALAM GILI MATRA, LOMBOK BARAT

Isa Nagib EdrusJPPI Desember 2016, Vol 22 No. 4, Hal. 215-224

ABSTRAK

Keanekaragaman dan kelimpahan ikan karangadalah indikator yang baik untuk menilai secara diniadanya dampak pada ekosistem terumbu karang darisebab kegiatan manusia yang tinggal di sekitar TamanWisata Alam Laut. Tujuan penelitian ini adalah untukmengindentifikasi sumber daya ikan karang yang ditinjaudari sisi keanekaragaman jenis, kepadatan individu,komposisi dan biomassa ikan karang dari kelompokfungsional ikan karang. Penelitian dilakukan padaSeptember 2014 dengan metode sensus visual bawahair. Berat ikan didapat dengan cara mensubsitusikanpanjang ikan ke rumus panjang berat (W= aXb). Hasilpenelitian menunjukkan bahwa terdapat sedikitnya 27spesies ikan indikator dan 84 spesies ikan target dari16 famili. Kelompok ikan herbivora dijumpai 36 spesiesdari 3 famili, ikan karnivora dijumpai 43 spesies dari 10famili dan ikan planktivora 5 spesies dari 3 famili. Urutandari 10 terbesar ikan karang yang dijumpai terdiri dariCtenochaetus striatus (13 ekor/350m2), Mulloidichthysflavolineatus (10,25 ekor/350m2), Acanthurus olivaceus(8,4 ekor/350m2), Parupeneus multifasciatus (6,5 ekor/350m2), Myripristis kuntee (5,5 ekor/350m2), Kyphosuscinerascens (5,25 ekor/350m2), Lutjanus kasmira (5,13ekor/350m2), Acanthurus leucocheilus (4,9 ekor/350m2),Scarus ghobban (4,6 ekor/350m2) , Parupeneusbifasciatus (4,6 ekor/350m2). Rata-rata kelimpahan ikankarang tertinggi 0,46 individu/m2 dan terendah 0,06individu/m2. Rata-rata biomassa ikan karang 81,2 kg/350m2 dan terendah 4,69 kg/350m2. Ikan karang targettersedia 1.126 kg per hektar.

Kata Kunci: Keragaman; potensi; ikan karang;

terumbu karang; Lombok

LAJU TANGKAP, KOMPOSISI, SEBARAN,KEPADATAN STOK DAN BIOMASA UDANG DI

LAUT JAWA

TirtadanuJPPI Desember 2016, Vol 22 No. 4, Hal. 243-252

ABSTRAK

Penangkapan udang di Laut Jawa telah dilakukansejak lama dan aktivitasnya berpengaruh besar terhadapperubahan stok dan ekologi perairan. Data daninformasi terbaru terkait laju tangkap, komposisi,sebaran dan kepadatan stok udang diperlukan sebagaidasar dalam pengelolaan sumberdaya udang yangberkelanjutan di Laut Jawa. Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui laju tangkap, komposisi, sebaran dankepadatan stok udang di Laut Jawa. Penelit iandilakukan pada Oktober dan November 2015 denganmenggunakan armada Kapal Riset Madidihang 02 diLaut Jawa. Kepadatan stok diestimasi dengan metodesapuan. Enam belas spesies dari 6 genera udangditemukan di Laut Jawa dengan lima spesies dominanadalah Metapenaeopsis palmensis (53,33%),Metapenaeus ensis (14,98%), Trachypenaeus malaiana(12,89%), Penaeus semisulcatus (6,16%) danMetapenaeopsis stridulans (5,21%). Rerata panjangkarapas udang yang dominan yaitu udang krosok (M.palmensis) adalah 14 mm untuk udang jantan dan 16mm untuk udang betina. Secara horisontal, penyebaranudang tertinggi ditemukan di perairan selatanKalimantan Tengah, perairan utara Sumenep, perairansekitar Pulau Bawean dan utara Tegal. Berdasarkanpengalaman, penyebaran udang tertinggi ditemukanpada kedalaman 40-50 m. Rerata kepadatan stok udangdi Laut Jawa sebesar 21,34 ± 16,81 kg/km2 dan lajutangkap sebesar 1 ± 0,5 kg/jam. Estimasi biomasaudang di Laut Jawa sebesar 9.938 ton.

Kata Kunci: Kepadatan stok; komposisi; Laut Jawa;

sebaran; udang

PARAMETER POPULASI HIU MARTIL (Sphyrnalewini Griffith & Smith, 1834) DI PERAIRAN

SELATAN NUSATENGGARA

Agus Arifin SentosaJPPI Desember 2016, Vol 22 No. 4, Hal. 253-262

ABSTRAK

Hiu martil (Sphyrna lewini Griffith & Smith, 1834)merupakan salah satu target tangkapan bagi perikananartisanal di Indonesia. Dengan status konservasi masukdalam Appendix II CITES, pengelolaan terhadap hiumarti l telah menjadi perhatian khusus di bidangperikanan tangkap. Penelitian ini bertujuan untukmengkaji beberapa aspek parameter populasi hiu martilyang tertangkap di perairan selatan Nusa Tenggara padaperiode Januari – Desember 2015. Data ukuran panjangdan jenis kelamin diperoleh di Tempat Pendaratan IkanTanjung Luar, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.Analisis dilakukan secara deskriptif menggunakanperangkat lunak FiSAT II. Hasil penelitian menunjukkanbahwa dari 634 ekor hiu marti l yang tertangkapdidominasi oleh jenis kelamin betina dengan sebaranukuran panjang total berkisar antara 81 – 320 cm (rerata211,2 cm) dan jenis kelamin jantan berkisar antara 91 –310 cm (rerata 176,9 cm). Dominasi kelompok hiu mudayang belum matang kelamin berpotensi terjadinyarecruitment overfishing. Hiu martil mampu mencapaipanjang asimtot 399 cm. Laju pertumbuhan danmortalitas jenis hiu jantan lebih tinggi dibandingkanjenis betina. Populasi hiu martil telah mengalami kondisi

Page 10: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

vii

Lembar Abstrak

tangkap lebih sehingga perlu adanya regulasi danpengelolaan agar pemanfaatannya tetap lestari.

Kata Kunci: Hiu martil; Sphyrna lewini; parameter

populasi; eksploitasi; Tanjung Luar

DINAMIKA SPASIAL IKAN MESOPELAGIS(Ceratoscopelus warmingii LÜTKEN, 1892) DISAMUDERA HINDIA

Andria Ansri UtamaJPPI Desember 2016, Vol 22 No. 4, Hal. 263-270

ABSTRAK

Kajian mengenai ikan mesopelagis di perairanSamudera Hindia masih sangat terbatas, sehinggainformasi terkait kelimpahan jenis ikan mesopelagis diSamudera Hindia sangat penting. Survei trawl lapisanpertengahan dilakukan pada tanggal 26 Juni-16 Juli2015 di perairan laut lepas (high seas) Samudera Hindiauntuk memperoleh data dan informasi tersebut denganmenggunakan kapal penelitian R.V. Dr. Fridtjof Nansen.Hasil penelitian menunjukkan distribusi kedalamanvertikal di malam hari jenis yang dominan C.warmingiisesuai dengan kedalaman operasi trawl yaitu 86,9 ±38,6 m. Namun pada siang hari tidak ditemukan spesiesC. warmingii saat operasi trawl pada kedalaman rata-rata 444,3 ± 45,96 m. Diperkirakan ketika siang haridistribusi C. warmingii terkonsentrasi pada lapisanperairan lebih dalam sehingga tidak terjangkau olehjaring trawl tersebut. Distribusi spasial secara horizontalpada malam hari menunjukkan pola konsentrasi tertinggiberada pada area gyre yang diindikasikan dengan polageostrophic circulation. Sementara, prosentase C.warmingii yang merupakan hasil tangkapan seluruhstasiun trawl selama penelitian terdiri dari 2,58% faselarva, 27,21% juvenile, dan 60,21% dalam keadaandewasa.

Kata Kunci: Ikan mesopelagis; distribusi spasial;Samudera Hindia; trawl pertengahan

EFEKTIFKAH DAERAH PERLINDUNGAN LAUT(DPL) MENGKONSERVASI IKAN KARANG? STUDIKASUS DI KABUPATEN BIAK-NUMFOR DAN

SUPIORI, PAPUA

Sam WouthuyzenJPPI Desember 2016, Vol 22 No. 4, Hal. 271-284

ABSTRAK

Sumber daya ikan karang (SDIK) dari salah satuekosistem tropika wilayah pesisir yang sangat produktif,namun hingga kini belum diketahui stoknya, sehinggamenyebabkan pengelolaan berkelanjutan sulitdilakukan,meskipun kawasan konservasi perikanan(Daerah Perl indungan Laut, DPL)sudah banyakdidirikan. Tujuan kajian ini adalah mengetahui keefektifanDPL dalam konservasi SDIK di Kabupaten Biak-Numfor,dan Supiori melalui pembandingan stok SDIK dalambentuk densitas ikan (ekor/m2) di DPL dan di luar DPL.Hasil kajian menunjukkan bahwa SDIK (ikan Target,Indikator dan Mayor) menurun drastis hampir di semualokasi kajian, akibat pemanfaatan yang tidak ramahlingkungan pada 1995, 2001 dan 2010-2012.Perbandingan densitas SDIK di luar DPL pada2010-2012 dan di 20 lokasi DPL tradisonal yangdidirikan masyarakat di wilayah kerja Coremap LIPI pada2008 menunjukkan bahwa densitas SDIK ikan Target,Indikator dan Mayor di DPL masing-masing lebih tinggi3-4 kali, 3-5 kali dan 2-3 kali. DPL tradisional terbuktiefektif mengkonservasi SDIK, oleh karenanya pendirianDPL perlu terus dilanjutkan di banyak lokasi, sepertitarget pemerintah yang akan mendirikan 20 juta ha DPLhingg 2020. DPL yang telah ada juga perlu dipantaudan dirawat secara periodik agar efektif mengkonservasiSDIK.

Kata Kunci: Densitas; ikan karang; konservasi; Biak-Numfor; Supiori

Page 11: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

207

Copyright © 2016, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi

e-mail:[email protected]

JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIAVolume 22 Nomor 4 Desember 2016

p-ISSN: 0853-5884

e-ISSN: 2502-6542Nomor Akreditasi: 653/AU3/P2MI-LIPI/07/2015

___________________Korespondensi penulis:e-mail: [email protected]

Pengaruh Fase Bulan terhadap Waktu Tebar Pancing dan .………pada Armada Rawai Tuna (Jatmiko, I., et al)

PENGARUH FASE BULAN TERHADAP WAKTU TEBAR PANCING DAN LAJUTANGKAP MADIDIHANG (Thunnus albacares Bonnaterre, 1788)

PADA ARMADA RAWAI TUNA

THE EFFECTS OF MOON PHASE TO SET TIME AND CATCH OF YELLOWFINTUNA (Thunnus albacares Bonnaterre, 1788)

ON TUNA LONGLINE VESSEL

Irwan Jatmiko*1, Bram Setyadji dan Arief Wujdi1

1Loka Penelitian Perikanan Tuna, Jl. Mertasari, No.140, Sidakarya, Denpasar, Bali 80224, IndonesiaTeregistrasi I tanggal: 28 November 2016; Diterima setelah perbaikan tanggal: 15 Desember 2016;

Disetujui terbit tanggal: 16 Desember 2016

ABSTRAK

Madidihang merupakan salah satu jenis ikan tuna ekonomis penting bagi industri perikanandi Indonesia dengan kontribusi hasil tangkapan yang terbanyak. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh fase bulan terhadap waktu mulai tebar pancing dan laju tangkap madidihangpada armada rawai tuna. Pengumpulan data dilakukan oleh pemantau ilmiah pada armada rawaituna yang sebagian besar berbasis di Pelabuhan Benoa, Bali mulai Agustus 2005 hingga Juni2014. Daerah penangkapan ikan dari armada rawai tuna yang diambil datanya berada di lokasi(lintang dan bujur) 9°-16° LS hingga 109°-120° BT. Analisis anova satu arah dan tes Tukey dilakukanuntuk mengetahui pengaruh fase bulan terhadap waktu mulai tebar pancing dan laju tangkapmadidihang. Total sebanyak 60 trip dan 1.467 hari operasi penangkapan armada rawai tunadilakukan dalam penelitian ini. Analisis statistik anova satu arah menunjukkan bahwa terdapatpengaruh yang nyata pada fase bulan terhadap waktu mulai tebar pancing (p<0,05). Selanjutnya,tes Tukey menunjukkan bahwa waktu mulai tebar pancing pada saat bulan purnama dimulaipada pukul 9:00 pagi hari. Waktu ini lebih lambat sekitar 2 jam dari pada waktu mulai tebarpancing pada ketiga fase bulan lainnya (perbani awal, perbani akhir dan bulan baru) yang dilakukansekitar pukul 7:00 pagi hari. Analisis statistik anova satu arah juga menunjukkan terdapat perbedaanyang nyata antar fase bulan terhadap laju tangkap madidihang (p<0,05). Selanjutnya, tes Tukeymenunjukkan bahwa laju tangkap pada saat bulan baru dan perbani awal sebesar 0,13 ekor/100mata pancing atau lebih besar dibandingkan nilai laju tangkap pada saat purnama dan perbaniakhir yang hanya sebesar 0,09 ekor/100 mata pancing.

Kata Kunci: Waktu tebar pancing; hasil tangkapan; fase bulan; madidihang; rawai tuna

ABSTRACT

Yellowfin tuna is one of the most economically important species for fisheries industry inIndonesia. The objectives of this study are to investigate the effect of lunar phase to the set timestart and catch rate of yellowfin tuna on tuna longline vessels. Data collected by scientific observeron tuna longline vessels mainly based in Benoa Port, Bali from August 2005 to June 2014. Fishingground of sampled longline tuna located from 9°-16° S to 109°-120° E. One-way anova analysisand Tukey test conducted to examine the effect of lunar phase to the set time start and catch rate ofyellowfin tuna. A total of 60 trips and 1,467 fishing days of longline tuna fishing vessels operationhave been sampled for in this study. One-way anova analysis showed that there was a significantdifference of lunar phase to the set time start (p<0.05). Furthermore, Tukey test showed that thestarting time for setting during the full moon begins at 9:00 am. Its time was around 2 hours slowerthan the start of setting of the other three moon phase (first quarter, last quarter and new moon)which start around 7:00 am. One-way anova analysis also showed that there was a significant

Page 12: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.22 No.4 Desember 2016:

208

Copyright © 2016, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)

207-214

PENDAHULUAN

Rawai tuna merupakan alat tangkap dominan untukmenangkap tuna yang didaratkan di Pelabuhan Benoa,Bali (Nugraha & Setyadji, 2013). Agar operasipenangkapan rawai tuna berjalan efektif dan efisiendiperlukan teknik penangkapan yang tepat (Hamiltonet al., 2011; Soepriyono, 2009). Hal ini diperlukan agaroperasi pengkapan dapat berjalan efektif dan efisien,serta memperoleh hasil tangkapan secara optimal(FAO, 2012). Salah satu teknik yang digunakan adalahmenentukan waktu mulai tebar pancing untukmendapatkan hasil tangkapan yang optimal. Salahsatu ikan target armada rawai tuna adalah madidihang(Thunnus albacares) yang mempunyai nilai ekonomisyang tinggi (Sadiyah & Prisantoso, 2011).

Pada kurun waktu 2005-2012, produksimadidihang merupakan hasil tangkapan dominan yaitusebesar 72% dari total tangkapan kelompok tunabesar yang mencapai 1,3 juta ton (DJPT, 2014). Ikanini merupakan salah satu spesies tuna yangmenjelajah lintas Samudra. Penyebaran spesies inimulai dari perairan tropis hingga perairan subtropis.Spesies madidihang ini dapat ditemukan di tigaSamudra besar dunia yaitu Samudera Atlantik,Samudra Hindia dan Samudra Pasifik (Lehodey, 2001;Collette & Nauen, 1983). Di Indonesia, penyebaranmadidihang berada di perairan Samudra Hindia baratSumatera dan selatan Jawa, Selat Makasar, LautFlores, Laut Banda, Teluk Tomini, Laut Seram, LautSulawesi dan Samudra Pasifik utara Papua (Wudianto& Nikijuluw, 2004).

Fase bulan diketahui mempengaruhi tingkah lakuikan dalam mencari makan, melakukan migrasi danperiode pemijahan (Das et al., 2015; King, 2010).Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahuipengaruh fase bulan terhadap hasil tangkapan ikanbeberapa tahun terakhir. Akyol (2013) menyebutkanbahwa fase bulan mempengaruhi hasil tangkapan ikanpelagis di Laut Aegean, Turki. Selain itu, fase bulanjuga mempengaruhi hasil tangkapan tuna padaperikanan huhate di Perairan Barat Daya India (Mohan& Kunjikoya, 1987).

Secara umum, operasi penangkapan rawai tunadi Indonesia dimulai dengan tebar pancing (setting)yang umumnya dilakukan pada pagi hingga sianghari. Kemudian dilanjutkan dengan waktu perendaman(soaking time) pada sore hari dan diakhiri dengan tarik

pancing (hauling) yang biasa dilakukan sepanjangmalam hingga dini hari (Jatmiko et al., 2015). Jadimeskipun waktu tebar pancing dilakukan pada pagidan siang hari, namun proses ikan memakan umpandapat terjadi sepanjang hari hingga malam hari. Olehkarena itu, dalam beberapa penelitian, fase bulandiindikasikan mempunyai pengaruh terhadap hasiltangkapan ikan pada operasi penangkapan rawai tuna(Poisson et al., 2010; Sajeevan & Rajashree, 2012)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhfase bulan terhadap waktu mulai tebar pancing danlaju tangkap madidihang (T. albacares) pada armadarawai tuna di Samudra Hindia. Hasil penelitian inidiharapkan dapat memberikan informasi yang lebihlengkap tentang operasi penangkapan rawai tuna,terutama waktu mulai tebar pancing, dan perolehanhasil tangkapan madidihang di Samudra Hindia.

BAHAN DAN METODEPengumpulan Data

Pemantau ilmiah melakukan pengumpulan daradari Agustus 2005 hingga Juni 2014 di atas kapalrawai tuna Indonesia yang menangkap ikan diSamudra Hindia. Pemantau ilmiah mencatat waktumulai tebar pancing, hasil tangkapan madidihang, totalpancing yang digunakan dan lokasi yang diperolehdari Global Positioning System (GPS) setiap hariselama trip penangkapan. Lokasi armada rawai tunayang disampling berada antara 9°-16° LS hingga 109°-120° BT (Gambar 1). Waktu tebar pancing (setting)dikelompokkan setiap satu jam. Nilai laju tangkapdiperoleh dengan menghitung proporsi antara hasiltangkapan madidihang pada satu operasi tangkapandengan total mata pancing yang digunakan pada saatoperasi penangkapan tersebut dikalikan 100.

Data fase bulan pada saat operasi penangkapandiperoleh dari National Aeronautics and SpaceAdministration (NASA) (Espenak, 2015). Waktu padasaat operasi penangkapan kemudian dikelompokkanberdasarkan fase bulan perbani awal, purnama,perbani akhir dan bulan baru. Jumlah hari pada saatpurnama dan bulan baru dihitung pada saat puncakpurnama dan bulan baru ± 3 hari. Sedangkan haridiantara kedua fase bulan tersebut dikelompokkanke dalam fase bulan perbani awal dan perbani akhir.Kemudian waktu mulai tebar pancing dan nilai lajutangkap madidihang disortir dan dikelompokkan padamasing-masing fase bulan.

difference of lunar phase to catch rate of yellowfin tuna (p<0.05). Furthermore, Tukey test confirmedthat hook rate on new moon and first quarter was 0.13/100 hooks or 0.4 bigger than hook rate onfull moon and last quarter with only 0.09/100 hooks.

Keywords: Set time; catch; lunar phase; yellowfin tuna; tuna longline

Page 13: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

209

Copyright © 2016, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)

Gambar 1.Daerah penangkapan ikan dari armada rawai tuna dalam penelitian ini.Figure 1. Fishing ground of tuna longline vessels in this study.

Analisis Data

Analisis data menggunakanAnova satu arah untukmengetahui pengaruh fase bulan terhadap waktu mulaitebar pancing dan laju tangkap madidihang. Hipotesisyang digunakan untuk mengetahui pengaruh fasebulan terhadap waktu mulai tebar pancing adalah:H

0: Tidak ada pengaruh fase bulan terhadap waktu

mulai tebar pancing.H

a: Ada pengaruh fase bulan terhadap waktu mulai

tebar pancing.

Sedangkan hipotesis yang digunakan untukmengetahui pengaruh fase bulan terhadap laju tangkapmadidihang adalah:

H0

: Tidak ada pengaruh fase bulan terhadap lajutangkap madidihang.

Ha

: Ada pengaruh fase bulan terhadap laju tangkapmadidihang.

Jika analisis anova satu arah menunjukkanperbedaan yang nyata, dilanjutkan dengan uji Tukeyuntuk mengetahui letak perbedaan tersebut(McDonald, 2014). Seluruh analisis dalam penelitianini dilakukan menggunakan SPSS Statistics 20.

HASIL DAN BAHASANHasil

Total sebanyak 60 trip dan 1.467 hari operasipenangkapan armada rawai tuna dilakukan dalam

penelitian ini. Selama operasi penangkapan tersebut,sebanyak 370 kali dilakukan pada saat perbani awal,350 kali saat purnama, 393 kali saat perbani akhirdan 354 kali saat bulan baru. Secara umum, waktumulai tebar pancing armada rawai tuna di SamudraHindia dilakukan pada pagi hari. Sebanyak 1.269 harioperasi (86,5%) armada rawai tuna melakukan tebarpancing mulai pukul 5:00 – 9:00 pagi hari dan yangtertinggi terjadi pada pukul 6:00 dengan 575 kali.Sedangkan waktu mulai tebar pancing yang dilakukanpada malam hingga dini hari (18:00 – 3:00) hanyadilakukan 53 kali atau kurang dari 1% dari totaloperasi penangkapan (Gambar 2).

Analisis statistik anova satu arah menunjukkanbahwa terdapat pengaruh yang nyata pada fase bulanterhadap waktu mulai tebar pancing (p<0,05).Selanjutnya, uji Tukey menunjukkan bahwa waktumulai tebar pancing pada saat purnama pada pukul9:00 pagi hari dan ini lebih lambat sekitar 2 jam daripada waktu mulai tebar pancing pada ketiga fasebulan lainnya yaitu pada pukul 7:00 pagi hari, yangtidak berbeda nyata (p>0,05) (Gambar 3).

Sebanyak 1.912 ikan madidihang tertangkapselama operasi penangkapan dengan mata pancingberjumlah 1.797.061 buah. Hal ini berarti rata-ratanilai laju tangkap madidihang sebesar 0,11 ekor /100mata pancing atau dinyatakan dengan hook ratesebesar 0,11. Uji statistik anova satu arahmenunjukkan perbedaan yang nyata antar fase bulanterhadap laju tangkap madidihang (p<0,05).

Pengaruh Fase Bulan terhadap Waktu Tebar Pancing dan .………pada Armada Rawai Tuna (Jatmiko, I., et al)

Page 14: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.22 No.4 Desember 2016:

210

Copyright © 2016, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)

Selanjutnya, dengan uji Tukey menunjukkan bahwalaju tangkap pada saat bulan baru dan perbani awalsebanyak 0,13 ekor/100 mata pancing. Nilai lajutangkap ini lebih besar 0,04 ekor/100 mata pancing

dibandingkan nilai laju tangkap pada saat purnamadan perbani akhir yang hanya mendapatkan 0,09 ekor/100 mata pancing (Gambar 4).

Gambar 2.Waktu mulai tebar pancing armada rawai tuna di Samudra Hindia berbasis di Benoa Bali.Figure 2. Setting time start for tuna longline in Indian Ocean base in Benoa Bali.

Gambar 3.Waktu mulai tebar pancing armada rawai tuna pada tiap-tiap fase bulan. Huruf yang berbedamenunjukkan adanya perbedaan yang nyata secara statistik.

Figure 3. Setting time of tuna longline for each lunar phase. Different letters show significantly differentstatistically.

Gambar 4.Laju tangkap madidihang (T. albacares) tertangkap rawai tuna pada tiap-tiap fase bulan. Hurufyang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata secara statistik.

Figure 4. Hook rate of yellowfin tuna (T. albacares) caught by tuna long line for each lunar phase. Differentletters show significantly different statistically.

207-214

Page 15: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

211

Copyright © 2016, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)

Bahasan

Secara umum, waktu mulai tebar pancing armadarawai tuna di Samudera Hindia yang berasal dariBenoa, Bali dilakukan pada pagi hari antara pukul5:00 – 9:00 dan terbanyak dilakukan pada pukul 6:00.Waktu mulai tebar pancing ini hampir sama denganyang dilakukan armada rawai tuna di perairanSamudra Pasifik. Di lokasi tersebut armada rawai tunajuga melakukan tebar pancing pada pagi hari antarapukul 4:00 – 8:00. Menurut Beverly et al. (2003),aktivitas tebar pancing dilakukan pada pagi hari untukmenghindari umpan dimakan oleh cumi-cumi danspesies ikan lain yang melakukan perburuanmakanan pada malam hari (night feeders). Hal ini jugaterkait dengan kebiasaan ikan madidihang cenderungmencari makan pada pagi hari. Dengan tebar pancingpada pagi hari memungkinkan umpan dapat terlihatpada siang hari pada saat madidihang melakukanmigrasi vertical (Barata et al., 2011; Brill et al., 1999).Pola migrasi ini memperbesar peluang madidihanguntuk memakan umpan yang dipasang pada rawaituna(Block, et al., 1997; Cayre & Marsac, 1993).

Fase bulan diketahui telah mempengaruhi operasipenangkapan armada rawai tuna untuk mendapatkanhasil tangkapan yang optimal (Poisson et al., 2010;Sajeevan & Rajashree et al., 2012). Hasil analisismenunjukkan bahwa fase bulan dijadikanpertimbangan waktu mulai tebar pancing armada rawaituna. Pada saat purnama, waktu tebar pancing dimulaipada pukul 9:00 atau 2 jam lebih lambat dari ketigafase bulan lainnya yaitu dilakukan pukul 7:00.Berdasarkan wawancara dengan kapten kapal, waktutebar pancing lebih lambat pada saat purnamadikarenakan pada malam hari umpan ikan sepertilemuru masih terlihat kilauannya karena pancaransinar dari bulan, sehingga tidak mengurangi performaumpan dalam menarik perhatian ikan tuna.

Hasil analisis Barata (2011) menyatakan bahwapada saat purnama, aktivitas tebar pancing dimulaipada sore hingga malam hari dan pada saat bulanbaru aktivitas tebar pancing dilakukan pada pagi hinggasiang hari. Hal ini berbeda dari penelitian ini yangmenunjukkan bahwa mayoritas aktivitas tebar pancingdimulai pada pagi hari dari pukul 5:00 – 9:00.Meskipun secara statistik terdapat perbedaan padasaat fase bulan purnama, aktivitas tebar pancing padafase bulan tersebut masih dilakukan pada pagi hariyaitu pukul 9:00. Waktu tebar ini hanya lebih lambat2 jam dari ketiga fase bulan lainnya yang melakukanaktivitas tebar pancing pada pukul 7:00.

Hasil penelitian juga membuktikan bahwa fasebulan mempengaruhi hasil tangkapan madidihang di

Samudra Hindia. Laju tangkap madidihang pada saatfase bulan baru dan perbani awal tercatat 0,13 ekor/100 mata pancing. Nilai ini lebih besar 0,04 ekor/100mata pancing dibandingkan dengan laju tangkap rawaituna ditebar pada saat fase bulan purnama dan perbaniakhir yang hanya sebesar 0,09 ekor/100 mata pancing.Berdasarkan wawancara dengan nakhoda, lajutangkap yang tinggi pada saat bulan baru dikarenakanumpan lebih terlihat karena adanya cahaya dari bulan,sehingga peluang umpan untuk dimakan ikan targetmenjadi lebih besar. Hal ini sama dengan yang terjadipada hasil tangkapan ikan pedang (Xiphias gladius)(Akyol, 2013) dan albakor (Thunnus alalunga) (Akyol& Ceyhan, 2012) di SamudraAtlantik. Hasil tangkapankedua spesies tersebut juga lebih banyak saat operasipenangkapan dilakukan pada saat fase bulan baru.

KESIMPULAN

Armada rawai tuna yang berbasis di Benoa Baliyang melakukan operasi penangkapan di SamudraHindia Bagian Timur melakukan tebar pancing padapagi hari antara pukul 5:00 – 9:00. Pada saat purnamatebar pancing dilakukan pada pukul 9:00 atau 2 jamlebih lambat daripada saat fase bulan lainnya.Besaran nilai laju tangkap ikan madidihang tertangkaprawai tuna ditebar pada saat fase bulan baru lebihtinggi dibandingkan pada saat purnama dan perbani.Dengan demikian, untuk kapten kapal tetapdisarankan untuk melakukan waktu mulai tebarpancing pada pagi hari pukul 7:00. Hal ini perludilakukan untuk memperoleh hasil yang optimalkarena madidihang aktif mencari makan danmelakukan migrasi vertikal pada pagi hari.

PERSANTUNAN

Penelitian ini dibiayai dari kerjasama PusatPenelitian Pengelolaan Perikanan dan KonservasiSumber Daya Ikan (P4KSI) dengan Australian Centrefor International Agricultural Research (ACIAR) padatahun 2005-2009, DIPAkegiatan riset Balai PenelitianPerikanan Laut (BPPL) pada tahun 2010-2011 danDIPA kegiatan riset Loka Penelitian Perikanan Tuna(LP2T) pada tahun 2012-2014. Peneliti mengucapkanterima kasih kepada para pemantau ilmiah di LokaPenelitian Perikanan Tuna (LP2T) Benoa yang telahmembantu dalam proses pengumpulan data penelitianini.

DAFTAR PUSTAKA

Akyol, O. (2013). The influence of the moon phase onthe CPUEs of swordfish gillnet fishery in theAegean Sea, Turkey. Turkish Journal Fisheries

Pengaruh Fase Bulan terhadap Waktu Tebar Pancing dan .………pada Armada Rawai Tuna (Jatmiko, I., et al)

Page 16: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.22 No.4 Desember 2016:

212

Copyright © 2016, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)

and Aquatic Sciences. 13, 355-358. DOI: 10.4194/1303-2712-v13_2_18.

Akyol, O., & Ceyhan, T. (2012). Moon phase’sinfluence on CPUE of Turkish albacore gillnetfishery. Collect. Vol. Sci. Pap. ICCAT. 68(2), 499-502.

Barata,A., Bahtiar,A., & Novianto, D. (2011). Sebaranikan tuna berdasarkan suhu dan kedalaman diSamudera Hindia. J. Ilmu. Kel. 16(3), 165-170.

Barata,A., Bahtiar, A., & Hartaty, H. (2011). Pengaruhperbedaan umpan dan waktu setting rawai tunaterhadap hasil tangkapan tuna di Samudera Hindia.J. Lit. Perik. Ind. 17(2), 133-138.

Beverly, S., Chapman, L., & Sokimi, W. 2003.Horizontal longline fishing methods andtechniques: A manual for fishermen (p. 130).Noumea, New Caledonia: Secretariat of the PacificCommunity.

Block, B.A., Keen, J.E., Castillo, B., Dewar, H.,Freund, E.V., Marcinek, D.J., Brill, R.W., & Farwell,C. (1997). Environmental preferences of yellowfintuna (Thunnus albacares) at the northern extentof its range. Marine Biology. 130, 119-132.

Brill, R.W., Block, B.A., Boggs, C.H., Bigelow, K.A.,Freund, E.V., & Marcinek, D.J. (1999). Horizontalmovements and depth distribution of large adultyellowfin tuna (Thunnus albacares) near theHawaiian Islands, recorded using ultrasonictelemetry: Implications for the physiologicalecology of pelagic fishes. Mar. Biol. 133, 395-408.

Cayre, P., & Marsac, F. (1993). Modelling the yellowfintuna (Thunnus albacares) vertical distribution usingsonic tagging results and local environmentalparameters. Aquatic Living Resources. 6, 1-14.

Colette, H.B. & Nauen, C.E. (1983). FAO speciescatalogue. Vol. 2. Scombrids of the world. AnAnnonated and illustrated catalogue of tunas,mackerels, bonitos, and related species knownto date (p. 137). Rome, Italy: FAO Press.

Das, D., Pal, S., Bhaumik, U., Paria, T., Mazumdar,D., & Pal, S. (2015). The optimum fishing day isbased on moon. International Journal of Fisheriesand Aquatic Studies, 2(4), 304-309.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT). (2014).Rencana Aksi Nasional; Rencana pengelolaan

perikanan tuna, cakalang dan tongkol (p. 126).Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap,Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Espenak, F. (2015). NASA Eclipse Web Site. [http://eclipse.gsfc.nasa.gov/ SKYCAL/SKYCAL.html?cal=2015#skycal]. Accessed 10August 2015.

Food andAgricultural Organization (FAO). (2012). TheState of World Fisheries and Aquaculture 2012(p. 230). Rome, Italy: FAO Fisheries andAquaculture Department.

Hamilton, A., Lewis, A., McCoy, M.A., Havice, E. &Campling, L. (2011). Market and industry dynamicsin the global tuna supply chain (p. 396). Honiara,Solomon Islands: The Pacific Islands ForumFisheries Agency.

Jatmiko, I., Nugraha, B., & Satria, F. (2015). Capaianperkembangan program pemantau pada perikananrawai tuna di Indonesia. Marine Fisheries. 6(1), 1-9.

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan. (2011).Kepmen KP No. KEP. 45/MEN/2011 tentangEstimasi Potensi Sumberdaya Ikan di WilayahPengelolaan Perikanan Negara RepublikIndonesia (p. 12). Jakarta: Kementerian Kelautandan Perikanan.

Lehodey, P. (2001). The pelagic ecosystem of thetropical Pacific Ocean: dynamic spatial modellingand biological consequences of ENSO. Progr.Oceanogr., 49, 439-468

King, M. (2010). Fisheries biology, assessment andmanagement, Second Edition (p. 381). Oxford,England: Blackwell Publising Ltd.

McDonald, J.H. (2014) Handbook of biologicalstatistics, Third Edition (p. 299). Maryland, USA:Sparky House Publishing.

Mohan, M., & Kunhikoya, K.K. (1987). Baitfish andtuna catches at Minicoy Island (Lakashadweep)in relation to lunar cycle during 1983–1984seasons. Indian Journal Fisheries. 34, 355–358.

Nugraha, B., & Setyadji, B. (2013). Kebijakanpengelolaan hasil tangkapan sampingan tunalongline di Samudera Hindia. J. Kebijak. Perik.Ind. 5(2), 67-71.

207-214

Page 17: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

213

Copyright © 2016, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)

Poisson, F., Gaertner, J.C., Taquet, M., Durbec, J.P.,& Bigelow, K. (2010). Effects of lunar cycle andfishing operations on longline-caught pelagic fish:fishing performance, capture time, and survival offish. Fishery Bulletin. 108, 268-281.

Sadiyah, L., & Prisantoso, B.I. (2011). Fishingstrategy of the Indonesian tuna longliners in IndianOcean. Indonesian Fisheries Research Journal.17(1), 29-35.

Sajeevan, M.K., & Rajashree, B.S. (2012). Diversity,distribution and abundance of oceanic resourcesaround Andaman and Nicobar Islands. Indian J.Fish. 59(2), 63-67.

Soepriyono, Y. (2009). Teknik dan manajemenpenangkapan tuna melalui metode longline (p. 78).Denpasar, Bali: Penerbit Bilas Utama.

Wudianto & Nikijuluw, V.P.H. (2004). Guide to investon fisheries in Indonesia (p. 17). Jakarta,Indonesia: Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Pengaruh Fase Bulan terhadap Waktu Tebar Pancing dan .………pada Armada Rawai Tuna (Jatmiko, I., et al)

Page 18: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

J.Lit.Perikan.Ind. Vol.22 No.4 Desember 2016:

214

Copyright © 2016, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)

Lampiran 1. Uji statistik Anova satu arah dan tes Tukey waktu mulai tebar pancing pada beberapa fasebulan.

Appendix 1. One-way Anova statistics and Tukey test of set time start at different lunar phases.

Tests of Between-Subjects EffectsDependent Variable: WaktuSet

SourceType III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 790.243a 3 263.414 29.881 .000Intercept 93305.034 1 93305.034 10584.264 .000Phase 790.243 3 263.414 29.881 .000Error 12897.001 1463 8.815Total 106860.754 1467Corrected Total 13687.243 1466

WaktuSetTukey HSDa,b,c

Phase N

Subset

1 2

Bulan_baru354

7.25596986822

Perbani_akhir

3937.6804502403

3Perbani_awal

3707.7614256756

1Purnama

3509.2357182539

1

Sig. .098 1.000

Lampiran 2. Uji statistik Anova satu arah dan tes Tukey laju tangkap madidihang pada beberapa fase bulan.Appendix 2. One-way Anova statistics and Tukey test of set time start at different lunar phases.

Tests of Between-Subjects EffectsDependent Variable: hr_yft

SourceType III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .577a 3 .192 4.200 .006Intercept 17.955 1 17.955 392.332 .000Phase .577 3 .192 4.200 .006Error 66.954 1463 .046Total 85.435 1467Corrected Total 67.531 1466

hr_yftTukey HSDa,b,c

Phase N

Subset

1 2

Purnama 350 .0905Perbani_akhir

393 .0914

Perbani_awal

370 .1277 .1277

Bulan_baru 354 .1333

Sig. .087 .985

207-214