jurnal seminar nasional nurul ashri
TRANSCRIPT
![Page 1: Jurnal Seminar Nasional Nurul Ashri](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082503/5571fabe49795991699300d3/html5/thumbnails/1.jpg)
EFEKTIFITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSEPTUAL INTERAKTIF
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
Nurul Ashri1, Selly Feranie2 dan Setiya Utari2
1) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia 2) Dosen Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak
Penelitian diawali dengan menganalisis nilai ulangan harian mata pelajaran fisika kelas XI SMA Negeri di kota Bandung. Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata ulangan harian siswa yaitu 40,94 yang ternyata lebih rendah dibanding KKM yaitu 65. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan medapatkan gambaran cara apakah yang dipandang cukup efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Pendekatan pembelajarn konseptual interaktif diterapkan dengan menggaris bawahi eksperimen virtual sebagai karakteristiknya. Hal ini dilakukan untuk mengatasi keterbatasan alat di laboratorium serta sebagai solusi bagi kegiatan eksperimen yang sulit untuk dilakukan secara real. Pembelajaran konseptual interaktif dilakukan pada materi termodinamika. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas XI di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung dengan menggunakan desain penelitian Pretest-posttest Kontrol Group Design. Penggunaan metode pembelajaran tradisonal digunakan sebagai perlakuan terhadap kelompok kontrol. Berdasarkan penelitiian diperoleh nilai gain ternormalisasai <g> untuk kelas eksperimen adalah 0.72 dan 0.19 untuk kelas kontrol. Dari perbandingan nilai <g> antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran konseptual interaktif lebih efektif meningkatkan prestasi belajar siswa. Kata kunci : Prestasi Belajar, Pendekatan Konseptual Interaktif
A. Pendahuluan
Konsep dalam fisika terdiri dari konsep yang abstrak dan konkret. Metoda yang dapat
membuat konsep fisika menjadi lebih konkret adalah demonstrasi dan eksperimen.
Karena kegiatan demonstrasi dan eksperimen dapat memberikan fenomena yang lebih
nyata sehingga konsep lebih mudah dipahami. Escalada dan Zollman pun menegaskan
dalam jurnal yang mereka tulis, bahwa pengalaman eksperimen siswa merupakan
komponen penting dalam penguatan dan pemahaman konsep siswa. Dan hal ini secara
tidak langsung berdampak kepada prestasi belajar yang dicapai siswa.
Kenyataan di lapangan berkata lain, keterbatasan alat di laboratorium dapat menjadi
salah satu penghambat dilakukannya eksperimen. Apalagi jika konsep fisika yang
diajarkan bersifat abstrak contohnya termodinamika. Termodinamika membahas kondisi-
kondisi ideal untuk sistem gas, proses-proses dalam suatu mesin yang sulit diamati secara
![Page 2: Jurnal Seminar Nasional Nurul Ashri](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082503/5571fabe49795991699300d3/html5/thumbnails/2.jpg)
real. Untuk mengatasi permasalahan keterbatasan alat di laboratorium ini terutama pada
konsep-konsep termodinamika, maka diberikan suatu eksperimen yang bersifat virtual
melalui suatu media simulasi yang telah teruji.
Dalam penelitian kali ini, kegiatan eksperimen virtual tersebut dikemas di dalam
suatu pendekatan yang sebelumnya telah dikembangkan oleh Savinainen dan Scott
(2002). Pendekatan tersebut dinamakan Interactive Conceptual Instrustion (ICI). Ciri
utama dari ICI yaitu berfokus pada segi konseptual (Conceptual Focus), mengutamakan
interaksi kelas (Clasroom interaction), menggunakan bahan-bahan ajar berbasis
penelitian (Research-based materials) dan menggunakan referensi (use of texts).
Berdasarkan penelitian Savinainen dan Scott, penerapan pembelajaran konsptual
interaktif sangat membantu pemahaman konsep. Langkah-langkah pembelajaran pada
penelitian kali ini yaitu pada sesi awal yang menitikberatkan dalam segi pemahaman
konseptual, siswa diberi alat peraga sederhana yang berkaitan dengan konsep yang akan
dibahas. Hal ini dimaksudkan untuk menggali konsepsi awal siswa sehingga mereka
mengerti mengenai esensi konsep yang akan dipelajari. Kemudian konsepsi awal siswa
dikemukakan dalam bentuk interaktif di kelas. Setelah siswa mengarah pada konsep awal
yang benar barulah dilakukan eksperimen virtual menggunakan media simulasi flash,
Physics Education Technology (PheT) dan hyperphysics yang merupakan produk-produk
virtual hasil penelitian para ahli, salah satunya telah diuji oleh para ahli dari jurusan
fisika, Univeristas Colorado yaitu Noah Finkelstein, Wendy Adams, Christopher Keller,
Katherine Perkins, Carl Wieman beserta tim mereka. Selama percobaan siswa diberi
lembar kerja yang harus dilengkapi berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan juga
berdasarkan referensi yang ada yaitu dari buku sekolah eletronik dan buku paket fisika
yang telah dicetak.
Gambar 1. Media Simulasi Virtual PheT
Maka dari itu, penerapan pembelajaran koseptual interaktif pada penelitian kali ini
menitikberatkan pada eksperimen virtual sebagai media yang bisa meningkatkan
pemahaman konsep pada materi termodinamika. Selain itu eksperimen virtual adalah
![Page 3: Jurnal Seminar Nasional Nurul Ashri](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082503/5571fabe49795991699300d3/html5/thumbnails/3.jpg)
salah satu solusi bagi permasalahan keterbetasan alat laboratorium yang tersedia di
sekolah serta sebagai solusi bagi konsep termodinamika yang kegiatan eksperimennya
sulit untuk dilakukan secara real.
Penelitian ini penting untuk dilakukan agar kita dapat mengetahui kefektifan
penerapan pembelajaran konseptual interaktif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Juga agar dapat mengetahui apakah pembelajaran konseptual interaktif dapat diterapkan
di konsep fisika lain selain konsep gaya yang seperti yang telah dikembangkan oleh
Savinainen dan Scott .
B. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu. Desain
penelitian yang digunakan adalah Pretest-posttest Kontrol Group Design. Desain
penelitian ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
eksperimen adalah kelas yang diberikan treatment dengan pembelajaran konseptual
interaktif di dalam pembelajarannya sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang
pembelajarannya tidak menggunakan pembelajaran konseptual interaktif yaitu hanya
menggunakan metode tradisional saja.
Dalam desain ini, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diberi pre
test, kemudian kelompok eksperimen diberikan treatment. Setelah diberikan treatment,
kemudian kedua kelompok tersebut diberi post test. Soal yang digunakan untuk post test
sama dengan soal yang digunakan pada pre test. Pola desain penelitian dapat
diilustrasikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Pola Desain Penelitian
Kelompok Pre Test Treatment Post Test
Eksperimen T1 X T2
Kontrol T1 - T2
\(Arikunto, 2007;Gumilar .2009)
Keterangan :
T1 :Tes awal (Pre Test) dilakukan sebelum diberikan perlakuan (treatment) dan
dilaksanakan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol
X : Perlakuan (Treatment) dengan pembelajaran konseptual interaktif
T2 : Tes akhir (Post Test) dilakukan setelah diberikan treatment dan dilaksanakan
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri atas satu set tes
prestasi belajar untuk mengevaluasi prestasi siswa pada saat sebelum dan sesudah
![Page 4: Jurnal Seminar Nasional Nurul Ashri](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082503/5571fabe49795991699300d3/html5/thumbnails/4.jpg)
pembelajaran. Instrumen yang digunakan dalam penelitian telah melewati ujicoba
terlebih dahulu. Hasil ujicoba instrument tersebut pun telah dianalisis agar dapat
diketahui tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya. Hal yang
paling ditekankan adalah validitas dan reliabilitas. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan
koefisien produk momen dengan angka kasar. Perumusan validitas soal dapat dihitung
dengan menggunakan perumusan :
r xy=N ∑ XY−(∑ X ) (∑Y )
√(N ∑ X2−(∑ X )2)(N ∑Y 2−(∑ Y )2)......... (1)
Tabel 2. Interpretasi Validitas
Nilai r Interpretasi
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.
X = skor tiap butir soal.
Y = skor total tiap butir soal.
N = jumlah siswa.
Sementara itu, reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama
ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu
pengukuran ke pengukuran lainnya. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan
menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas
tes adalah dengan menggunakan metoda belah dua (split half). Reliabilitas tes dapat
dihitung dengan menggunakan perumusan :
r11=2r 1
212
(1+r 12
12
)
........ (2)
![Page 5: Jurnal Seminar Nasional Nurul Ashri](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082503/5571fabe49795991699300d3/html5/thumbnails/5.jpg)
Tabel 3. Kriteria Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,81 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,61 < r ≤ 0,80 Tinggi
0,41 < r ≤ 0,60 Cukup
0,21 < r ≤ 0,40 Rendah
0,00 < r ≤ 0,20 Sangat Rendah
Keterangan :
r11=reliabilitas instrume n
r 12
12
=korelasi antara skor−skor setiapbelahante s
Efektifitas penggunaan pembelajaran konseptual interaktif dalam
pembelajaran Fisika ditinjau berdasarkan perbandingan rata-rata gain yang
dinormalisasi antara yang dicapai oleh kelompok eksperimen dan yang
dicapai oleh kelompok kontrol. Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif
dari pembelajaran lainnya jika menghasilkan rata-rata nilai gain yang
dinormalisasi lebih besar (Oligiv, 2000). Peningkatan prestasi belajar siswa
dalam pembelajaran konseptual interaktif dicari dengan menghitung rata – rata
gain yang dinormalisasi berdasarkan kriteria efektivitas pembelajaran menurut
Hake R.R. Rumus yang digunakan untuk menghitung gain yang dinormalisasi
adalah :
⟨ g ⟩= skor tes ak h ir−skor tes awalskor maksimum−skor tes awal
…. (3)
Tabel 4. Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi
Nilai <g> Klasifikasi
⟨ g ⟩ ≥ 0,7 Tinggi
0,7> ⟨ g ⟩≥ 0,3 Sedang
⟨ g ⟩<0,3 Rendah
C. Hasil dan Pembahasan
![Page 6: Jurnal Seminar Nasional Nurul Ashri](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082503/5571fabe49795991699300d3/html5/thumbnails/6.jpg)
Pendekatan konseptual interaktif merupakan pendekatan yang berfokus pada
pemahaman konsep yang secara tidak langsung mempengaruhi ketercapaian prestasi
belajar siswa. Setiap karakteristik yang dijadikan tahapan proses pembelajaran pada
pendekatan tersebut mempengaruhi prestasi belajar yang diraih. Prestasi belajar dalam
penelitian ini adalah hasil belajar pada aspek kognitif menurut Benjamin S. Bloom, yang
meliputi hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3) dan analisis (C4).
Rencana perencanaan pembelajaran (RPP) yang digunakan dalam penelitian ini
telah melewati proses judgment oleh pihak dosen dan guru mata pelajaran fisika yang
berada di sekolah tempat penelitian berlangsung. Penelitian dilakukan selama tiga
pertemuan. Bahasan ketiga pertemuan tersebut terdiri dari :
Pertemuan pertama : Usaha dan Berbagai Proses dalam Termodinamika
Pertemuan kedua : Hukum I Termodinamika
Pertemuan ketiga : Mesin Carnot dan Hukum II Termodinamika
Hasil ujicoba instrument tes menunjukkan bahwa instrument yang digunakan untuk
penelitian kali ini memiliki rentang validitas antara 0.56 – 1.18, angka tersebut
menunjukkan bahwa instrument yang digunakan berada dalam rentang kategori cukup
sampai kategori sangat tinggi. Sedangkan koefisien reliabilitas instrumennya adalah 0.65
yang termasuk ke dalam kategori cukup. Instrumen tes prestasi belajar berjumlah 20 item
soal. Soal-soal tersebut mewakilli aspek-aspek kognitif C1 (1 soal), C2 (4 soal), C3 (8
soal), C4 (7 soal).
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh skor rata-rata pretest-posttest dan rata-rata
gain yang ternormalisasai sebagai berikut :
Tabel 5. Rata-Rata Skor Tes Prestasi Belajar
Kelompok eksperimen Kelompok kontrolRata-rata
<g> KategoriRata-rata
<g> KategoriPretest Postest Pretest Postest
6.29 16.21 0.72 Tinggi 7.54 9.93 0.19 Rendah
Dari perolehan data yang ditunjukkan tabel 5, dapat dilihat bahwa nilai gain
ternormalisasi pada kelas eksperimen berada pada kategori tinggi, maka penerapan
pembelajaran konseptual interaktif efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pada tabel 6 dapat dilihat rata-rata aspek-aspek kognitif instrument saat post-test
untuk kelompok eksperimen dan kontrol setelah proses pembelajaran berlangsung.
![Page 7: Jurnal Seminar Nasional Nurul Ashri](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082503/5571fabe49795991699300d3/html5/thumbnails/7.jpg)
Tabel 6. Perbandingan Rata-Rata Aspek Kognitif Pada Posttest Untuk Kedua Kelompok
Aspek
Kognitif
Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
C1 1 0.96
C2 0.76 0.15
C3 0.84 0.54
C4 0.78 0.57
Gambaran rata-rata aspek-aspek kognitif tersebut dari hasil post-test untuk kelompok
eksperimen dan kontrol dapat pula dilihat pada diagram berikut ini :
C1 C2 C3 C40
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
EKSPERIMENKONTROL
Dari data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa penerapan pembelajaran
konseptual interaktif membuat rata-rata aspek kognitif pada kelompok eksperimen lebih
tinggi daripada kelompok kontrol. Berdasarkan tabel 6 dan gambar 2, dapat dijelaskan
bahwa untuk :
Gambar 2. Perbandingan Rata-rata Aspek Kognitif untuk Kedua Kelompok
![Page 8: Jurnal Seminar Nasional Nurul Ashri](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082503/5571fabe49795991699300d3/html5/thumbnails/8.jpg)
1. Aspek kognitif C1 memiliki selisih rata-rata kelas eksperimen dan kontrol sebesar
0.04, nilai selisih ini tidak terlalu signifikan karena C1 adalah aspek hafalan yang bisa
diperoleh secara maksimal dengan metode apapun.
2. Aspek kognitif C2 memiliki selisih rata-rata kelas eksperimen dan kontrol sebesar
0.61, nilai selisih ini paling signifikan diantara aspek kognitif lainnya
3. Aspek kognitif C3 memiliki selisih rata-rata kelas eksperimen dan kontrol sebesar
0.30, selisih aspek kognitif aplikasi dapat ditepis dengan pemberian latihan soal yang
sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
4. Aspek kognitif C4 memiliki selisih rata-rata kelas eksperimen dan kontrol sebesar
0.21, selisih aspek kognitif analisis dapat ditepis karena kelompok eksperimen
maupun kontrol diberikan multimedian pembelajaran yang sama, perbedaan terletak
di aktivitas siswanya. Penyajian multimedia pembelajaran di kelas kontrol tidak
disertai eksperimen virtual secara langsung sebagaimana kelompok eksperimen.
Nilai rata-rata skor aspek kognitif yang tinggi dipengaruhi oleh pendekatan yang
dipakai. Pendekatan konseptual interaktif yang pada awalnya dikembangkan oleh Antti
Savinainen dan Philip Scott sebagai pendekatan untuk meningkatkan
pemahaman untuk konsep gerak ternyata juga dapat berlaku untuk
konsep abstrak seperti termodinamika. Savinainen dan Scott
mengemukakan bahwa proses pembelajaran yang interaktif dapat
meningkatkan pemahaman siswa.
Tahapan conceptual focus pada pendekatan ini menyajikan
berbagai demonstrasi dengan tujuan untuk meluruskan pemahaman
awal siswa. Melalui demonstrasi disajikan sisi real dari konsep
termodinamika yang hendak dibahas. Kemudian dilanjutkan dengan
classroom interaction, sesi interaktif antara guru dan siswa sampai
terbentuk satu pemahaman konsep yang sesuai. Selanjutnya bahasan
abstrak dari termodinamika sangat tepat sebagai bahasan yang harus menggunakan media
simulasi virtual sebagai media eksperimen virtual. Karena siswa dapat dikondisikan untuk
melakukan percobaan-percobaan yang berada dalam keadaan ideal. Keadaan ideal pada
sistem gas sulit untuk diperoleh jika eksperimen dilakukan secara real. Setelah rangkaian
proses pembelajaran interaktif itu berlangsung, siswa diarahkan untuk merujuk pada
referensi yang telah disediakan. Sehingga di akhir pembelajaran akan tertanam suatu
![Page 9: Jurnal Seminar Nasional Nurul Ashri](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082503/5571fabe49795991699300d3/html5/thumbnails/9.jpg)
konsep termodinamika tekstual yang telah di uji lewat eksperimen virtual. Maka dari itu,
proses pembelajaran ini dapat dikatakan memilki rangkaian yang komplit untuk
meningkatkan aspek-aspek kognitif siswa yang terintegrasi menjadi suatu prestasi belajar
yang cemerlang.
Daftar Pustaka
Escalda, L.T&Zollman, D.A. (1997). ”An Investigation on The Effects of Using Interactive Digital Video in a Physics Classroom on Student Learning and Attitudes”. Journal of Research in Science Teaching.34,(5),467-489.
Finkelstein, N. et al.(2006). High-Tech Tools for Teaching Physics: the Physics Education Technology Project. Dalam the Journal of Online Teaching and Learning [Online]. Tersedia : http://jolt.merlot.org/vol2no3/shea.pdf. [25 april 2010]
Gumilar, I. (2009). Penggunaan Media Simulasi Virtual Pada Pembelajaran Konseptual Interaktif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Meminimalkan Kuantitas Miskonsepsi Siswa Kelas X. Skripsi pada FPMIPA UPI : tidak diterbitkan
Oligiv, C., (2000). Effectiveness of different course component in driving gains in conceptual understanding, Cambridge, Internal report, Department of Physics at MIT [Online]. Tersedia : http://relate.mit.edu/ogilvie.pdf. [5 April 2010]
Savinainen, A & Scott,P. Using the Force Concept Inventory to Monitor Student Learning and to Plan Teaching. Dalam Phys. Educ [Online], Vol.37(1), 6 halaman. Tersedia : http://kotisivu.dnainternet.net/savant/FCI_monitoring.pdf [5 April 2010]
Suhandi, A. et al.(2009). Efektivitas Penggunaan Media Simulasi Virtual Pada Pendekatan Pembelajaran Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Meminimalkan Miskonsepsi. Dalam Jurnal Pengajaran MIPA [Online], Vol. 13(1),12 halaman. Tersedia : http://fpmipa.upi.edu/v3/www/jurnal/april2009/artikel%20jurnal%20pengajaran%20MIPA%20_andi%20Fisika_%20revisi.pdf [5 April 2010]
![Page 10: Jurnal Seminar Nasional Nurul Ashri](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082503/5571fabe49795991699300d3/html5/thumbnails/10.jpg)