jurnal paper online persepsi mahasiswa terhadap ... persepsi mahasiswa ter… · didefinisikan...
TRANSCRIPT
Jurnal Paper Online
Persepsi Mahasiswa Terhadap Pertunjukan Wayang Kontemporer Sebagai
Media Kritik Sosial
(Studi Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2012-2013
Universitas Sebelas Maret Terhadap Pertunjukan Wayang Kampung
Sebelah (WKS) Sebagai Media Kritik Sosial)
Disusun Oleh:
Much. Anzar Ardiansyah
D0210076
Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2015
1
Persepsi Mahasiswa Terhadap Pertunjukan Wayang Kontemporer Sebagai
Media Kritik Sosial
(Studi Persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2012-2013
Universitas Sebelas Maret Terhadap Pertunjukan Wayang Kampung
Sebelah (WKS) Sebagai Media Kritik Sosial)
Muchamad Anzar Ardiansyah
Haryanto
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
These days, delivering of social critism is often conducted by electronic media.
Its more faster, using electronic media is also considered to be more effective
because it reaches more audiences. Nevertheless, Actually delivering social
criticsm can also be communicated by puppet show . Puppet as a media of
communication has several functions indeed, one of them is social control. At this
case, social control is played by social criticsm. Certainly, it will be emerged
various perceptions among societies. Moreover, among students who are
considered to have insightfullness of technological progress.
The purpose of this research to determines how of student perceptions toward
Wayang Kampung Sebelah Show and the factors that shape their perceptions.
This type of research is descriptive quantitative technique by collecting data
through questionnaires to communication students of FISIP UNS batch 2012 and
2013. The Data analysis technique that be conducted in these research is the
analysis of the frequency distribution table and crossed tabulation.
The conclusion from the research are generaly the students percieve Wayang
Kampung Sebelah Show as media of social criticsm, receivingof social criticism
in Wayang Kampung Sebelah Show. It is considered the message is suitable with
situation that occured in societies, the current issues are actual and the message
conveyed to represent the aspirations on society. However, the frequency and
intensity of students in watching Wayang kampung Sebelah is in low level. It
means students have not watched yet the wayang kampung sebelah show
regularly. Meanwhil, gender, region of origin, and organization that are
organized by respondent did not influence toward their perceptions of the wayang
kampung sebelah.
Keywords: Perception, Wayang Kampung Sebelah, Descriptive Quantitative.
2
Pendahuluan
Wayang merupakan salah satu media tradisional. Media tradisional adalah
media komunikasi yang menggunakan seni pertunjukan tradisional, yang lahir dan
berkembang di tengah masyarakat pedesaan.1 Di zaman sekarang pertunjukan
wayang sudah semakin jarang. Apalagi dengan kemajuan teknologi informasi
yang semakin canggih. Namun, bukan berarti keberadaanya hilang begitu saja.
Hal ini dibuktikan dengan keberadaan Wayang Kampung Sebelah (WKS).
Wayang Kampung Sebelah (WKS) pertama kali hadir pada pertengahan tahun
2001. Wayang ini merupakan wayang berjenis kontemporer, yakni wayang yang
tidak memiliki standar pertunjukan tertentu seperti dalam wayang kulit klasik.
Didalam pertunjukan Wayang Kampung Sebelah (WKS) kerap kali
menyampaikan kritik sosial. Hal ini terlihat dari lakon atau cerita yang dibawakan
adalah berasal dari realitas masyarakat. Untuk itulah, penyampaian kritik-kritik
sosial kemudian didukung dengan penokohan, penggunaan bahasa sehari-hari atau
campuran antara bahasa Indonesia-Jawa dan musik pengiringnya. Adaptasi ini
memungkinkan WKS bisa dengan bebas memberikan pesan-pesan yang mudah
ditangkap oleh penonton.
Sebagai salah satu media tradisional yang dekat dengan masyarakat,
membawakan pesan kritik sosial tentu menghadirkan persepsi tersendiri bagi
masyarakat terutama mahasiswa. Hal ini karena sifat mahasiswa yang tanggap
dengan kehadiran teknologi canggih seperti sekarang ini dan seringkali digunakan
sebagai media kritik sosial.
Persepsi yang hadir dalam diri penonton terhadap media itu sendiri
memang lumrah terjadi. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Mc Luhan. Mc
Luhan memberi pengertian medium is the message. Media mampu merubah rasio
indera dan pola persepsi manusia.2 Maksudnya adalah bahwa media sendiri sudah
1 Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, Wayang Sebagai Komunikasi Tradisional Dalam
Diseminasi Informasi. (Jakarta: Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, 2001), hal. 2 2Severin, Werner J dan James W Tankard. 2011, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan
di Dalam Media Massa. (Jakarta: Kencana), Hlm 336.
3
menjadi pesan karena membentuk dan mengendalikan skala serta bentuk
hubungan dan tindakan manusia.3
Dengan didasari pernyataan McLuhan diatas, penelitian tentang persepsi
terhadap media komunikasi itu sendiri, menjadi penting karena bisa
menggambarkan bagaimana penerimaan mahasiswa terhadap media tradisional
dan pesan yang dibawakan. Selanjutnya, penerimaan dari mahasiswa ini bisa
dijadikan sebagai bahan evaluasi.
Rumusan Masalah
Bagaimanakan persepsi dari mahasiswa ilmu komunikasi universitas
sebelas maret angkatan 2012-2013 terhadap pertunjukan Wayang Kampung
Sebelah (WKS) sebagai media kritik sosial?
Kajian Teori
1. Komunikasi
Menurut Tubbs dan Moss yang dikutip Deddy Mulyana, komunikasi
didefinisikan sebagai proses penciptaan makna antara dua orang (komunikator 1
dan komunikator 2) atau lebih.4 Sedangkan menurut Gudykunst dan Kim,
komunikasi diartikan sebagai proses transaksional, simbolik yang melibatkan
pemberian makna antara orang-orang (dari budaya yang berbeda).5 Sementara
menurut Pace dan Faules, terdapat dua bentuk umum tindakan yang dilakukan
orang yang terlibat dalam komunikasi, yaitu penciptaan pesan dan penafsiran
pesan.6
Di dalam Deddy Mulyana, disebutkan bahwa inti dari komunikasi adalah
penafsiran (interpretasi) atas pesan tersebut, baik disengaja maupun tidak
sengaja.7
2. Persepsi
Menurut Desiderato didalam Jalaludin Rakhmat, persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
3 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung, 2001), hal 218. 4 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: 2008), hal. 65. 5 Ibid. 6 Ibid. 7 Ibid.,hal. 66
4
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah
memberikan makna pada stimulus inderawi (sensory stimuli).8 Menurut Deddy
Mulyana, persepsi merupakan inti komunikasi, sedangkan interpretasi adalah inti
persepsi, yang identik dengan decoding.9
Persepsi merupakan inti dari suatu komunikasi karena berpengaruh
terhadap kelangsungan komunikasi. Pesan dari komunikator yang tidak ditangkap
sesuai dengan maksudnya oleh komunikan, akan menghasilkan feedback yang
berbeda. Hal-hal ini bisa menjadikan miss understanding atau miss
communication diantara komunikator dan komunikan.
Menurut Deddy Mulyana seperti yang diuraikan diatas, inti dari persepsi
adalah interpretasi. Namun sebelum interpretasi, terdapat dua tahap yang
dilakukan, yakni sensasi dan atensi. Kedua tahap tersebut lantas menghasilkan
proses interpretasi terhadap objek rangsangan.
3. Media
Menurut Mc Luhan dalam Jalaluddin Rakhmat, menyatakan bahwa media
adalah perluasan dari alat indera manusia10 Selanjutnya Mc Luhan memberikan
pengertian medium is the message. Media adalah pesan itu sendiri. Karena media
bias pada alat indera tertentu, media mempunyai pengaruh berbeda pada perilaku
manusia yang menggunakannya.11 Sementara Hafied Cangara mendefinisikan
media merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak.12
Selanjutnya, Lasswell dan Severin menjabarkan fungsi dari media itu
sendiri. Yakni : pengawasan (Surveillance), korelasi (Correlation), penyampaian
warisan sosial (Transmission of the Social Heritage), hiburan (Entertainment).13
8 Jalaludin Rakhmat, Op. Cit. 9Deddy Mulyana, Op.Cit.,hal.180. 10 Jalaluddin Rakhmat, Op. Cit., hal 217. 11 Jalaluddin Rakhmat, Op. Cit., hal 246. 12 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: 2007), hal. 123 13 Severin & Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, & Terapan Di Dalam Media Massa
(Jakarta: 2005), hal 386-388.
5
4. Wayang Sebagai Media Komunikasi
Menurut KBBI, wayang diartikan sebagai boneka tiruan orang yg terbuat
dr pahatan kulit atau kayu dsb yg dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh
dalam pertunjukan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dsb), biasanya
dimainkan oleh seseorang yg disebut dalang.14 Menurut Amir Mertosedono dalam
skripsi Eksistensi Wayang Kulit Sebagai Media Kritik Sosial, wayang juga
diartikan seperti yang diungkapkan Nederlands Inie Land Valk Geschie Denis En
Bestuur Bedijr En Samenleving (dalam Mertosodono) mengatakan bahwa wayang
adalah suatu permainan bayangan pada kelir yang dibentangkan.15
Wayang merupakan salah satu media komunikasi tradisional. Media
tradisional sendiri adalah media komunikasi yang menggunakan seni pertunjukan
tradisional, yang lahir dan berkembang di tengah pedesaan.16 Oleh karena itu
sering disebut sebagai pertunjukan atau teater rakyat.
Sedangkan fungsi dari media tradisional adalah sebagai sarana hiburan,
sarana pendidikan, sarana kontrol sosial, sarana diseminasi informasi, sarana
pelestarian, dan pengembangan nilai-nilai budaya bangsa dan sarana perekat
persatuan dan kesatuan bangsa.17
5. Kritik Sosial
Menurut KBBI Edisi Kedua, kritik sosial diartikan sebagai kecaman atau
tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap
suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya.18 Ahmad Zaini Abar menerangkan
bahwa yang dimaksud dengan kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi
dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap
jalannya sebuah sistem sosial atau proses masyarakat.19
14 http://kbbi.web.id/wayang (diakses pada Kamis,3Juli2014) 15 Ahmad Dimyati, Eksistensi Wayang Kulit Sebagai Media Kritik Sosial. (Skripsi, IAIN Mataram,
Mataram, 2012). Hal. 31.
16Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, Op.Cit. 17 Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, Op.Cit., Hal. 3 18 M. Mas’oed, M, Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan. (Yogyakarta: 1999), hal. 37 19 Ibid., hal. 47
6
Kritik sosial merupakan salah satu variabel penting dalam sistem sosial.
Hal ini karena kritik sosial berfungsi sebagai kontrol sosial sehingga tindakan-
tindakan yang dianggap menyimpang, bisa dicegah lewat kritik sosial.20
Kritik sosial juga diartikan sebagai inovasi sosial. Dalam arti bahwa kritik
sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru-sembari menilai gagasan lama-
untuk suatu perubahan sosial.21 Dalam pengertian kritik sosial ini, masyarakat
dinilai menginginkan kondisi baru terkait sistem sosial atau masyarakat disekitar
mereka.
Metodologi
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian
deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang mengembangkan konsep dan
menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa.22
Teknik dalam penelitian ini adalah metode survei. Survei adalah penelitian
yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpulan data yang pokok.23
Lokasi pada penelitian ini adalah Program Studi Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta di
jalan Ir. Soetami no. 36 A Solo 57126.
Teknik sampling dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik
proportionate stratitfied random sampling. Teknik ini digunakan bila populasi
mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
proporsional.24
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab.25
20 Ibid. 21 Ibid., hal. 48 22Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei. (Jakarta,1989), Hal. 4. 23 Ibid., Hal. 24. 24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung,2009), hal. 82. 25 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Op. Cit., Hal. 142.
7
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
frekuensi melalui software SPSS. Setelah itu, digunakan analisis Chi Square.
Penyajian dan Analisis Data
a. Frekuensi menonton pertunjukan Wayang Kampung Sebelah
Tabel 1
Frekuensi menonton pertunjukan Wayang Kampung Sebelah dalam 6
bulan terakhir
Sumber: kuesioner nomor 5
Dari data tabel diatas menunjukan bahwa sebanyak 59 mahasiswa atau
88 % menonton pertunjukan WKS sebanyak satu kali dalam enam bulan terakhir.
Hal ini mungkin dikarenakan jadwal yang bentrok antara kegiatan mahasiswa
dengan jadwal pertunjukan WKS baik langsung maupun tidak.
b. Intensitas Menonton Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah
Tabel 2
Lama Menonton Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah
No. Durasi Jumlah Persen %
1 Awal Sampai Selesai 31 46
2 Sebagian 36 54
Total 67 100
Sumber: kuesioner nomor 6
Dari tabel diatas, diketahui bahwa yang menonton pertunjukan WKS dari
awal hingga selesai adalah 31 mahasiswa atau 46 %. Sementara yang tidak sampai
selesai pertunjukan adalah 36 mahasiswa atau 54 %.
c. Perhatian Responden Terhadap Pertunjukan Wayang Kampung
Sebelah
Tabel 3
Pemahaman terhadap nama-nama tokoh
No. Keterangan Jumlah Persen %
1 Tinggi 15 23
2 Sedang 13 19
3 Rendah 39 57
Total 67 100
Sumber: kuesioner nomor 9
No. Frekuensi Jumlah Persen %
1 >Lima kali 3 4
2 Tiga kali 5 8
3 Satu kali 59 88
Total 67 100
8
Sejumlah 39 responden atau 57 % berada pada tingkat rendah terkait
pemahaman terhadap nama-nama tokoh dalam pertunjukan WKS. Hal ini
dimungkinkan karena banyaknya tokoh yang ada dalam pertunjukan WKS.
Tabel 4
Pemahaman tentang penggunaan bahasa sehari-hari
No Keterangan Jumlah Persen %
1 Tinggi 48 71
2 Sedang 6 9
3 Rendah 13 20
Total 67 100
Sumber: kuesioner nomor 10
Dari data diatas dapat kita ketahui bahwa mayoritas responden berada
pada tingkat tinggi dengan presentase sekitar 71 % dalam hal pemahaman
terhadap penggunaan bahasa sehari-hari dalam pertunjukan WKS.
Tabel 5
Pemahaman tentang tema yang berasal dari keadaan masyarakat No. Keterangan Jumlah Persen %
1 Tinggi 46 68
2 Sedang 9 13
3 Rendah 12 19
Total 67 100
Sumber: kuesioner nomor 11
Sejumlah 46 responden atau 68 % berada pada tingkat tinggi dalam hal
pemahaman tentang tema yang berasal dari keadaan masyarakat. Hal ini berarti
mayoritas responden merasa bahwa tema yang diangkat dalam pertunjukan WKS
berasal dari keadaan masyarakat.
Tabel 6
Pemahaman tentang isi dialog
No. Keterangan Jumlah Persen %
1 Tinggi 48 72
2 Sedang 8 12
3 Rendah 11 15
Total 67 100
Sumber: kuesioner nomor 12
Sejumlah 48 responden atau 72 % berada pada tingkat tinggi dalam hal
pengetahuan tentang isi dialog. Hal ini dimungkinkan karena isi dialog mudah
untuk dicerna oleh para penonton.
9
Tabel 7
Pemahaman terhadap humor yang dibawakan
No. Keterangan Jumlah Persen %
1 Tinggi 53 68
2 Sedang 5 8
3 Rendah 9 14
Total 67 100
Sumber: kuesioner nomor 13
Data diatas menandakan bahwa humor yang dibawakan dapat diterima
dan dinikmati dengan baik oleh mayoritas responden sebagai penonton.
Tabel 8
Pemahaman terhadap alur cerita No. Keterangan Jumlah Persen %
1 Tinggi 45 67
2 Sedang 8 12
3 Rendah 14 21
Total 67 100
Sumber: kuesioner nomor 14
Data diatas menandakan bahwa mayoritas responden mengetahui tentang
alur cerita dalam pertunjukan WKS dalam setiap episodenya.
Tabel 9
Penerimaan pesan dalam pertunjukan Wayang Kampung Sebelah
No. Keterangan Jumlah Persen %
1 Tinggi 48 71
2 Sedang 7 10
3 Rendah 12 19
Total 67 100
Sumber: kuesioner nomor 15
Data diatas menunjukan mayoritas responden dapat menangkap pesan
yang dibawakan dalam pertunjukan WKS.
d. Pemahaman Responden Terhadap Pertunjukan Wayang Kampung
Sebelah
Tabel 10
Pemahaman tentang tema yang sesuai dengan permasalahan aktual No. Keterangan Jumlah Persen %
1 Tinggi 49 73
2 Sedang 8 12
3 Rendah 10 14
Total 67 100
Sumber: kuesioner nomor 16
10
Data diatas berarti responden merasa tema dalam pertunjukan WKS adalah
berasal dari permasalahan aktual didalam masyarakat.
Tabel 11
Pemahaman akan isi dialog yang penuh muatan kritik sosial No. Keterangan Jumlah Persen %
1 Tinggi 49 73
2 Sedang 11 16
3 Rendah 7 11
Total 67 100
Sumber: kuesioner nomor 17
Data diatas berarti mayoritas responden setuju dan merasa bahwa dalam
setiap dialog memuat pesan kritik sosial.
Tabel 12
Pemahaman akan isi dialog yang sesuai dengan aspirasi masyarakat
No. Keterangan Jumlah Persen %
1 Tinggi 47 70
2 Sedang 10 15
3 Rendah 10 15
Total 67 100
Sumber: kuesioner nomor 18
Data diatas menandakan bahwa mayoritas responden setuju sekaligus
merasa bahwa isi dialog yang dibawakan sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Tabel 13
Pemahaman akan humor yang bersifat sinis atas keadaan masyarakat
No. Keterangan Jumlah Persen %
1 Tinggi 42 63
2 Sedang 13 19
3 Rendah 12 18
Total 67 100
Sumber: kuesioner nomor 19
Data diatas menandakan bahwa mayoritas responden merasa bahwa humor
yang dibawakan memang mengekspos keadaan masyarakat.
Tabel 14
Pemahaman terhadap pesan yang dibawakan penuh muatan kritik sosial
No. Keterangan Jumlah Persen %
1 Tinggi 50 75
2 Sedang 9 13
3 Rendah 8 11
Total 67 100
Sumber: kuesioner nomor 20
11
Dari data diatas menandakan bahwa mayoritas responden merasa pesan
yang dibawakan dalam pertunjukan WKS berisi kritik sosial.
Tabel 15
Pemahaman tentang pesan yang dibawakan sesuai dengan aspirasi
masyarakat No. Keterangan Jumlah Persen %
1 Tinggi 47 70
2 Sedang 11 16
3 Rendah 9 14
Total 67 100
Sumber: kuesioner nomor 21
Dari data diatas menunjukan bahwa mayoritas responden setuju bahwa
pesan yang dibawakan sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Tabel 16
Persetujuan terhadap pesan-pesan yang disampaikan No. Keterangan Jumlah Persen %
1 Tinggi 50 75
2 Sedang 8 12
3 Rendah 9 13
Total 67 100
Sumber: kuesioner nomor 22
Dari data diatas menandakan bahwa mayoritas responden setuju dengan
setiap pesan yang dibawakan dalam pertunjukan WKS.
Tabel 17
Pemahaman bahwa pertunjukan Wayang Kampung Sebelah adalah cermin
dari keadaan masyarakat sesungguhnya No. Keterangan Jumlah Persen %
1 Tinggi 52 75
2 Sedang 9 13
3 Rendah 8 12
Total 67 100
Sumber: kuesioner nomor 23
Dari data diatas bisa diartikan bahwa mayoritas responden setuju bahwa
pertunjukan WKS merupakan cermin dari keadaan masyarakat sesungguhnya.
12
A. Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Dengan Persepsi Terhadap
Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah Sebagai Media Kritik Sosial
Tabel A.1
Jenis kelamin dengan frekuensi menonton WKS
Frekuensi menonton
WKS
Total
Rendah Tinggi
Jenis Kelamin
Laki-laki 14 1 15
Perempuan 50 2 52
Total
64 3 67
Sumber: analisis crosstab variabel jenis kelamin dengan variabel distribusi frekuensi
menonton WKS
Chi Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 0,217 1 0,642
Continuity Correctionb 0 1 1
Likelihood Ratio 0,198 1 0,657
Fisher's Exact Test 0,539
Linear-by-Linear Association 0,213 1 0,644
N of Valid Cases 67
Dari data diatas, diketahui bentuk tabel kontingensinya adalah 2 x 2 (2
baris dan 2 kolom) dengan jumlah populasi 67. Namun, terdapat 2 cell yang
memiliki frekuensi kenyataan (F0) dibawah 5. Maka digunakan Fisher’s Exact
Test. Sehingga nilai Chi Square dari data diatas adalah 0,539. Dan digunakan nilai
alpha (α) = 0,05.
Dengan Df (Baris-1) (Kolom-1) = (2-1) (2-1)= 1. Kemudian, nilai Fisher’s
Exact yakni 0,539 dibandingkan dengan nilai alpha (α) yakni 0,05. Hasilnya
adalah 0,539 > 0,05. Apabila nilai Exact Sig. > = alpha (α) = 0,05, maka
dinyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi dinyatakan
tidak terdapat perbedaan signifikan diantara jenis kelamin terhadap frekuensi
menonton pertunjukan WKS.
Tabel A.2
Jenis kelamin dengan intensitas menonton WKS
Intensitas menonton WKS Total
Rendah Sedang Tinggi
Jenis Kelamin Laki-laki 7 3 5 15
Perempuan 24 17 11 52
Total
31 20 16 67
Sumber: analisis crosstab variabel jenis kelamin dengan variabel distribusi frekuensi
intensitas menonton WKS
13
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2sided)
Pearson Chi-Square 2,279 2 0,320
Likelihood Ratio 2,086 2 0,352
Linear-by-Linear Association 0,301 1 0,584
N of Valid Cases 67
Dari data pada tabel diatas, memiliki jumlah baris dan kolom atau tabel
kontingensi 3 x 2. Jika tabel kontingensi diatas 2 x 2, maka yang digunakan
adalah Pearson Chi-Square. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 2,279.
Sementara df = (3-1) (2-1) = 2. Dengan taraf signifikansi 5%, nilai Chi
Square tabel = 5,991. Jadi nilai Chi Square hitung 2,279 < nilai Chi Square tabel
5,991 dengan nilai Asymp. Sig. 0,320 > alpha (α) = 0,05. Karena Asymp. Sig. >
alpha (α)/ Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak terdapat
perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan
diantara jenis kelamin terhadap intensitas menonton pertunjukan WKS.
Tabel A.3
Jenis kelamin dengan perhatian terhadap WKS
Perhatian terhadap WKS Total
Rendah Sedang Tinggi
Jenis Kelamin Laki-laki 2 6 7 15
Perempuan 8 27 17 52
Total
10 33 24 67
Sumber: analisis crosstab variabel jenis kelamin dengan variabel distribusi frekuensi
perhatian menonton WKS
Chi Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2 Sided)
Pearson Chi-Square 1,004 2 0,605
Likelihood Ratio 0,982 2 0,612
Linear-by-Linear Association 0,635 1 0,426
N of Valid Cases 67
Tabel kontingensi diatas 3 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson Chi-
Square. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 1,004.
Sementara df = (3-1) (2-1) = 2. Dengan taraf signifikansi 5 %,nilai Chi
Square tabel = 5,991. Jadi nilai Chi Square hitung = 1,004 < nilai Chi Square tabel
5,991 dengan nilai Asymp. Sig. 0,605 > α = 0,05. Karena Asymp. Sig. > = 0,05
dan Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak terdapat
perbedaan signifikan diantara variabel. Sehingga dinyatakan tidak terdapat
14
perbedaan signifikan diantara jenis kelamin terhadap perhatian menonton
pertunjukan WKS.
Tabel A.4
Jenis kelamin dengan pemahaman terhadap WKS
Pemahaman terhadap WKS Total
Rendah Sedang Tinggi
Jenis Kelamin Laki-laki 1 5 9 15
Perempuan 3 19 30 52
Total
4 24 39 67
Sumber: analisis crosstab variabel jenis kelamin dengan variabel distribusi frekuensi
pemahaman WKS
Chi Square Test
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 0.060 2 0.971
Likelihood Ratio 0.060 2 0.971
Linear-by-Linear Association 0.006 1 0.937
N of Valid Cases 67
Tabel kontingensi diatas 3 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson Chi-
Square. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 0,060.
Df = (3-1) (2-1) = 2. Dengan taraf signifikansi 5 %, nilai Chi Square tabel
= 5,991. Jadi nilai Chi Square hitung 0,060 < nilai Chi Square tabel 5,991 dengan
nilai Asymp. Sig. 0,971 > α = 0,05. Karena Asymp. Sig. > = 0,05 dan Chi Square
hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan
diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara jenis kelamin
terhadap pemahaman menonton pertunjukan WKS.
B. Tabulasi Silang Antara Mengikuti Organisasi Dengan Persepsi
Terhadap Wayang Kampung Sebelah
Tabel B.1
Ikut serta dalam organisasi dengan frekuensi menonton WKS
Frekuensi menonton WKS Total
Rendah Tinggi
ikut serta organisasi Ikut 53 3 56
tidak ikut 11 0 11
Total
64 3 67
Sumber: analisis crosstab variabel ikutserta dalam organisasi dengan variabel
distribusi frekuensi menonton WKS
Chi Square Test
Value df Asymp. Sig. (2
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 0,617 1 0,432
Continuity Correction 0 1 1
15
Likelihood Ratio 1,103 1 0,293
Fisher's Exact Test 1
Linear-by-Linear Association 0,608 1 0,436
N of Valid Cases 67
Dari data diatas, diketahui bentuk tabel kontingensinya adalah 2 x 2 (2
baris dan 2 kolom) dan memiliki populasi sebesar 67. Namun, terdapat 2 cell yang
memiliki frekuensi kenyataan (F0) dibawah 5. Maka digunakan Fisher’s Exact
Test. jadi nilai Chi Square adalah 1. Dan digunakan nilai alpha (α) = 0,05.
Df = (2-1) (2-1)= 1. Jadi 1 > 0,05. Apabila nilai Exact Sig. > = alpha (α) =
0,05, maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi
tidak terdapat perbedaan signifikan diantara mengikuti organisasi terhadap
frekuensi menonton pertunjukan WKS.
Tabel B.2
Ikut serta dalam organisasi dengan intensitas menonton WKS
Intensitas menonton WKS Total
Rendah Sedang Tinggi
ikut serta organisasi ikut 28 5 23 56
tidak ikut 7 2 2 11
Total
35 7 25 67
Sumber: analisis crosstab variabel ikutserta dalam organisasi dengan variabel distribusi
frekuensi intensitas menonton WKS
Chi Square Test
Value df Asymp. Sig. (2 sided)
Pearson Chi-Square 2,371 2 0,305
Likelihood Ratio 2,493 2 0,287
Linear-by-Linear Association 1,383 1 0,239
N of Valid Cases 67
Tabel kontingensi diatas 3 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson Chi-
Square. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 2,371.
Df = (3-1) (2-1) = 2. Dengan taraf signifikansi 5 %, nilai Chi Square tabel
= 5,991. Jadi nilai Chi Square hitung 2,371 < nilai Chi Square tabel 5,991 dengan
nilai Asymp. Sig. 0,305 > alpha (α) = 0,05. Karena Asymp. Sig. > = alpha (α)
0,05/ Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak terdapat
perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan
antara organisasi yang diikuti terhadap intensitas menonton pertunjukan WKS.
16
Tabel B.3
Ikut serta dalam organisasi dengan perhatian terhadap WKS
Perhatian terhadap WKS
Total
Rendah Sedang Tinggi
ikut serta organisasi Ikut 10 27 19 56
tidak ikut 0 6 5 11
Total
10 33 24 67
Sumber: analisis crosstab variabel ikutserta dalam organisasi dengan variabel distribusi
frekuensi perhatian terhadap WKS
Chi Square Test
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 2,380 2 0,304
Likelihood Ratio 3,979 2 0,137
Linear-by-Linear Association 1,686 1 0,194
N of Valid Cases 67
Tabel kontingensi diatas 3 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson Chi-
Square. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 2,380.
Sementara df = (3-1) (2-1) = 2. Dengan taraf signifikansi 5 %, nilai Chi
Square tabel = 5,991. Jadi nilai Chi Square hitung 2,380 < nilai Chi Square tabel
5,991 dengan nilai Asymp. Sig. 0,304 > alpha (α) = 0,05. Karena Asymp. Sig. >
alpha (α) = 0,05/jika Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak
terdapat perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan
signifikan diantara mengikuti organisasi terhadap perhatian dalam menonton
pertunjukan WKS.
Tabel B.4
Ikut serta dalam organisasi dengan pemahaman terhadap WKS
Pemahaman terhadap WKS Total
Rendah Sedang Tinggi
ikut serta organisasi ikut 4 21 31 56
tidak ikut 0 3 8 11
Total
4 24 39 67
Sumber: analisis crosstab variabel ikutserta dalam organisasi dengan variabel distribusi
frekuensi pemahaman terhadap WKS
Chi Square Test
Value df Asymp. Sig. (2- sided)
Pearson Chi-Square 1,531 2 0,465
Likelihood Ratio 2,171 2 0,338
Linear-by-Linear Association 1,475 1 0,225
N of Valid Cases 67
17
Tabel kontingensi diatas 2 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson Chi-
Square. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 1,531.
Df = (3-1) (2-1) = 2. Nilai Chi Square tabel dengan taraf signifikansi 5 %
= 5,991. Jadi nilai Chi Square hitung 1,531 < nilai Chi Square tabel 5,991 dengan
nilai Asymp. Sig. 0,465 > alpha (α) = 0,05. Karena Asymp. Sig. > alpha (α) =
0,05/jika Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak terdapat
perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan
diantara mengikuti organisasi terhadap pemahaman dalam menonton pertunjukan
WKS.
C. Tabulasi Silang Antara Asal Daerah Dengan Persepsi Terhadap
Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah
Tabel C.1
Asal daerah dengan frekuensi menonton WKS
Sumber: analisis crosstab variabel asal daerah dengan variabel distribusi frekuensi
menonton WKS
Chi Square Test
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 2,704 1 0,100
Continuity Correction 1,107 1 0,293
Likelihood Ratio 3,848 1 0,0498
Fisher's Exact Test 0,243
Linear-by-Linear Association 2,664 1 0,1026
N of Valid Cases 67
Tabel kontingensi diatas adalah 2 x 2. Dan jumlah populasi 67. Namun
terdapat 2 sel yang memiliki frekuensi kenyataan (F0) dibawah 5. Maka
digunakan Exact Fisher Test = 0,243. Dan digunakan nilai alpha (α) = 0,05.
Df = (2-1) (2-1) = 1. Kemudian, nilai Exact Fisher Test dibandingkan
dengan alpha (α). Hasilnya adalah 0,243 > 0,05. Maka dinyatakan tidak terdapat
perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan
diantara asal daerah terhadap frekuensi dalam menonton pertunjukan WKS.
Frekuensi menonton WKS
Total
Rendah Tinggi
Asal daerah Soloraya 33 3 36
Luar Soloraya 31 0 31
Total
64 3 67
18
Tabel C.2
Asal Daerah Dengan Intensitas Menonton WKS
Sumber: analisis crosstab variabel asal daerah dengan variabel distribusi frekuensi
intensitas menonton WKS
Chi Square Test
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 1,216 2 0,544
Likelihood Ratio 1,219 2 0,544
Linear-by-Linear Association 0,891 1 0,345
N of Valid Cases 67
Tabel kontingensi diatas 3 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson Chi-
Square. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 1,216.
Df = (3-1) (2-1) = 2. Dengan taraf signifikansi 5 %, nilai Chi Square tabel
= 5,991. Jadi, nilai Chi Square hitung = 1,216 < Chi Square tabel = 5,991 dengan
nilai Asymp. Sig. 0,544 > alpha (α) = 0,05. Karena Asymp. Sig. > alpha (α) =
0,05/Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak terdapat
perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan
diantara asal daerah terhadap intensitas dalam menonton pertunjukan WKS.
Tabel C.3
Asal daerah dengan perhatian terhadap WKS
Perhatian terhadap WKS Total
Rendah Sedang Tinggi
Asal daerah Soloraya 6 17 13 36
Luar Soloraya 4 16 11 31
Total
10 33 24 67
Sumber: analisis crosstab variabel asal daerah dengan variabel distribusi frekuensi
perhatian terhadap WKS
Chi Square Test
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 0,225 2 0,894
Likelihood Ratio 0,226 2 0,893
Linear-by-Linear Association 0,035 1 0,852
N of Valid Cases 67
Tabel kontingensi diatas 3 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson Chi-
Square. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 0,225.
Intensitas menonton WKS
Total Rendah Sedang Tinggi
Asal daerah Soloraya 21 3 12 36
Luar Soloraya 14 4 13 31
Total
35 7 25 67
19
Df = (3-1) (2-1) = 2. Dengan taraf signifikansi 5 %, nilai Chi Square tabel
= 5,991. Jadi, nilai Chi Square hitung = 0,225 < Chi Square tabel 5,991 dengan
nilai Asymp. Sig. 0,894 > alpha (α) = 0,05. Karena Asymp. Sig. > alpha (α) =
0,05/Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak terdapat
perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan signifikan
diantara asal daerah terhadap perhatian dalam menonton pertunjukan WKS.
Tabel C.4
Asal daerah dengan pemahaman terhadap WKS
Pemahaman terhadap WKS Total
Rendah Sedang Tinggi
Asal daerah Soloraya 2 13 21 36
Luar Soloraya 2 11 18 31
Total
4 24 39 67
Sumber: analisis crosstab variabel asal daerah dengan variabel distribusi frekuensi
pemahaman terhadap WKS
Chi Square Test
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 0,024 2 0,988
Likelihood Ratio 0,024 2 0,988
Linear-by-Linear Association 0,006 1 0,938
N of Valid Cases 67
Tabel kontingensi diatas 3 x 2, maka yang digunakan adalah Pearson Chi-
Square. Sehingga diperoleh nilai Chi Square hitung = 0,024.
Sementara df = (3-1) (2-1) = 2. Dengan taraf signifikansi 5 %, nilai Chi
Square tabel = 5,991. Jadi, nilai Chi Square hitung = 0,024 < Chi Square tabel
5,991 dengan nilai Asymp. Sig. 0,988 > alpha (α) = 0,05. Karena Asymp. Sig. >
alpha (α) = 0,05/Chi Square hitung < Chi Square tabel, maka dinyatakan tidak
terdapat perbedaan signifikan diantara variabel. Jadi tidak terdapat perbedaan
signifikan diantara asal daerah terhadap pemahaman dalam menonton pertunjukan
WKS.
20
Kesimpulan
Persepsi mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2012 dan 2013 FISIP
UNS terhadap pertunjukan Wayang Kampung Sebelah sebagai media kritik sosial
adalah baik. Hal ini juga menandakan bahwa mereka menerima dengan adanya
pesan kritik sosial yang dibawakan oleh pertunjukan Wayang Kampung Sebelah.
Saran
Untuk Wayang Kampung Sebelah, sebaiknya program pemerintah yang
baik dan terbukti bisa membangun masyarakat juga ditampilkan. Dan tempat serta
waku pertunjukan dipastikan agar tidak membingungkan.
Untuk mahasiswa Ilmu Komunikasi UNS angkatan 2012-2013, diusahakan
agar lebih rutin lagi menonton pertunjukan wayang. Jikapun tak bisa secara
langsung, bisa ditonton melalui channel youtube.
Daftar Pustaka
Cangara, Hafied. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grafindo Persada.
Dimyati, Ahmad. (2012). Eksistensi Wayang Kulit Sebagai Media Kritik Sosial
(Studi Pada Group Wayang Kulit Gema Rinjani H. Lalu Nasib AR). Mataram: Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Institut Agama Islam Negeri
Mataram.
Kementrian Komunikasi dan Informatika RI. (2001). Wayang Sebagai
Komunikasi Tradisional Dalam Diseminasi Informasi. Jakarta: Kementrian
Komunikasi dan Informatika RI.
Mas’oed, M. (1999). Kritik Sosial dalam Wacana Pembangunan. Yogyakarta: UII
PRESS.
Mulyana, Deddy. (2004). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaluddin. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Severin, Werner J. & W. Tankard. (2005). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, &
Terapan Di Dalam Media Massa. Jakarta: Pranada Media.
---------------. (2011). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam
Media Massa. Edisi ke-5. Jakarta: Kencana.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (1989). Metode Penelitian Survei.
Jakarta: LP3ES.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Wayang. http://kbbi.web.id/wayang, 15.37 WIB.
3 Juli 2014.