jurnal oleh ahmad agus sofwan

51
PENGARUH HAFALAN AL-QUR’AN, KEMAMPUAN MATEMATIKA DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMPIT ABU BAKAR YOGYAKARTA AHMAD AGUS SOFWAN ABSTRACT The purposes of this study are to determine: (1) The capability of memorizing the Quran, mathematical capability, spiritual intelligence, and learning achievement, (2) Relationship with the Qur'an memorizing and mathematical capability, (3) The Effect of Al-Quran recitation 'an against spiritual intelligence, (4) The effect of Al-Quran recitation of learning achievement, (5) The influence of mathematical capability toward spiritual intelligence, (6) The influence of mathematical capability toward learning achievement, (7) The effect of spiritual intelligence of learning achievement, (8) The differences on Qur'an memorization, mathematical capability, spiritual intelligence, and learning achievement of students boarding school programs and full day school students at SMPIT Abu Bakar. This study uses quantitative methods with non-experimental approach and presentation of descriptive data analysis. The study population was 442 students of SMPIT Abu Bakar year 2010/2011. The method uses proportional random sampling, the sample was 265 students. The instruments for data collection are questionnaire and document of spiritual intelligence test scores of the Quran, mathematics and reports score and certificate. To determine the validity and accuracy of questionnaires and the test, the instruments are tested the validity and reliability. Before hypothesis testing, it is made a prerequisite test data analysis, the test for normality with Kolmogorov-Smirnov formula and homogeneity. to analyze the data and hypothesis it is used correlation analysis techniques, regression and t-test. Based on the results we can conclude that (1) The category of memorizing the Quran is good category. Students boarding school programs better then full day school programs (2) Mathematical capability is enough category. Students full day school programs better then boarding school programs (3) the level of spiritual intelligence generally is in good category. Students boarding school programs better then full day school programs (4) The level of student learning achievement in general was enough. Students boarding school programs better then full day school programs. (5) There is a positive and significant relationship between the Quran memorization and mathematical capability. (6) There is positive and significant influence of the Al-Quran recitation of spiritual intelligence. (7) There are positive and significant influence on the mathematical capability of spiritual intelligence. (8) There are positive and significant influence 1

Upload: smaitabubakar

Post on 08-Aug-2015

1.106 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

PENGARUH HAFALAN AL-QUR’AN, KEMAMPUAN MATEMATIKA DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR

SISWA SMPIT ABU BAKAR YOGYAKARTA

AHMAD AGUS SOFWAN

ABSTRACT

The purposes of this study are to determine: (1) The capability of memorizing the Quran, mathematical capability, spiritual intelligence, and learning achievement, (2) Relationship with the Qur'an memorizing and mathematical capability, (3) The Effect of Al-Quran recitation 'an against spiritual intelligence, (4) The effect of Al-Quran recitation of learning achievement, (5) The influence of mathematical capability toward spiritual intelligence, (6) The influence of mathematical capability toward learning achievement, (7) The effect of spiritual intelligence of learning achievement, (8) The differences on Qur'an memorization, mathematical capability, spiritual intelligence, and learning achievement of students boarding school programs and full day school students at SMPIT Abu Bakar.

This study uses quantitative methods with non-experimental approach and presentation of descriptive data analysis. The study population was 442 students of SMPIT Abu Bakar year 2010/2011. The method uses proportional random sampling, the sample was 265 students. The instruments for data collection are questionnaire and document of spiritual intelligence test scores of the Quran, mathematics and reports score and certificate. To determine the validity and accuracy of questionnaires and the test, the instruments are tested the validity and reliability. Before hypothesis testing, it is made a prerequisite test data analysis, the test for normality with Kolmogorov-Smirnov formula and homogeneity. to analyze the data and hypothesis it is used correlation analysis techniques, regression and t-test.

Based on the results we can conclude that (1) The category of memorizing the Quran is good category. Students boarding school programs better then full day school programs (2) Mathematical capability is enough category. Students full day school programs better then boarding school programs (3) the level of spiritual intelligence generally is in good category. Students boarding school programs better then full day school programs (4) The level of student learning achievement in general was enough. Students boarding school programs better then full day school programs. (5) There is a positive and significant relationship between the Quran memorization and mathematical capability. (6) There is positive and significant influence of the Al-Quran recitation of spiritual intelligence. (7) There are positive and significant influence on the mathematical capability of spiritual intelligence. (8) There are positive and significant influence of the Al-Quran toward learning achievement (9) There are positive and significant influence of mathematical capability learning achievement. (10) There are positive and significant influence of spiritual intelligence on learning achievement. (11) There was no significant difference in boarding school programs and full day school in the terms of memorizing the Quran, mathematical capability, spiritual intelligence and learning achievement.

Keywords: memorizing the Quran, Mathematical Capability, Spiritual Intelligence, Learning and Achievement

1

Page 2: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagasan pembaharuan pendidikan di Indonesia merupakan wujud nyata dari kesadaran akan perlunya pendidikan yang efektif dan bermutu guna memenuhi tuntutan perkembangan zaman. Pembaharuan ini ditandai dengan munculnya berbagai bentuk lembaga pendidikan semisal sekolah khusus, sekolah model, sekolah unggulan, program plus, full day school, boarding school, sekolah internasional, sekolah Islam terpadu dan sebagainya. Masing-masing sekolah memiliki karakteristik khusus, sesuai dengan visi, misi, dan tujuan didirikannya.

Sekolah yang berlandaskan pada nilai-nilai keislaman memiliki visi, misi, tujuan yang bersumber pada Al-Qur’an Seluruh proses pembelajarannya diorientasikan untuk menanamkan siswa agar menjadikan Islam sebagai way of life. Nilai – nilai keislaman diimplementasikan dalam berbagai program pembelajaran, sehingga diharapkan benar-benar tertanam dalam kepribadian siswa. Harapan tersebut tentu tidak mudah merealisasikannya, karena berbagai tantangan baik internal maupun eksternal. Gaya hidup berlebihan, pola pikir materialisme, pragmatisme, sekularisme, dan hedonisme menjadi tantangan berat untuk menanamkan nilai – nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.

Al-Qur’an sebagai kitab suci, petunjuk kehidupan, sumber berbagai ilmu pengetahuan bahkan mu’jizat sepanjang zaman belum menjadi pusat perhatian pelajar muslim dalam belajar di sekolah. Anak-anak muslim terutama para remaja sekarang semakin jauh dari Al-Qur’an. Biasanya mereka belajar Al-Qur’an hanya pada saat usia anak-anak. Ketika mereka menginjak usia remaja meninggalkan kegiatan tersebut. Mereka tidak lagi banyak berinteraksi dengan Al-Qur’an bahkan ada yang meninggalkan sama sekali.

Sebagaimana kita ketahui bahwa sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi penguasaan matematika adalah sangat dibutuhkan. Baik di bidang ilmu sains, teknik maupun ilmu-ilmu sosial. Anak yang mempunyai nilai baik pada mata pelajaran matematika biasanya tidak akan menghadapi masalah apabila ia melanjutkan ke perguruan tinggi, baik di bidang sains, teknik maupun sosial. Namum dalam kenyataannya matematika masih menjadi pelajaran yang dianggap “sulit”.

Pengaruh negatif perkembangan teknologi informasi, yang tidak diimbangi dengan keimanan, pemahaman dan kekuatan spiritualitas membawa anak-anak semakin jauh dari nilai-nilai kehidupan yang mulia. Untuk mengatasi kondisi ini perlu ada upaya penanaman moral spiritual melalui berbagai kegiatan pendidikan terpadu yang kreatif dan inovatif. Anak-anak dibimbing agar tidak ketinggalan zaman, tetap menguasai

2

Page 3: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

teknologi tetapi memiliki daya imunitas terhadap berbagai pengaruh negatif yang ada, sehingga benar-benar menunjang tercapainya prestasi belajar yang baik.

B. Identifikasi MasalahKonsep pendidikan di Sekolah Islam Terpadu, adalah keterpaduan

antara ilmu qauliyah dan kauniyah yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. SMPIT Abu Bakar menjadikan pembelajaran Al-Qur’an sebagai salah satu karakteristik khasnya. Semua mata pelajaran termasuk Al-Qur’an dan matematika mempunyai fungsi dan tujuan tertentu yang mengarah kepada teroptimalisasikannya seluruh aspek kecerdasan terutama kecerdasan spiritual. Akhir dari proses pembelajaran diwujudkan berupa prestasi belajar. Sehingga permasalahan yang ada pada obyek penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:1. Pembelajaran tahfiẓulqur’an sebagai salah satu representasi ilmu qauliyah

dan matematika sebagai salah satu representasi ilmu kauniyah adakah hubungan antara kedua mata pelajaran tersebut serta adakah pengaruhnya terhadap kecerdasan spiritual dan terhadap prestasi belajar secara keseluruhan.

2. Kecerdasan spiritual sebagai representasi aspek karakter, moralitas dan aspek batiniyah yang dibentuk dalam proses pendidikan juga adakah pengaruhnya terhadap prestasi belajar.

3. Ada dua program yang diselenggarakan di SMPIT Abu Bakar, yaitu boarding school dan full day shool. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu perlu diketahui secara ilmiah perbedaan yang dihasilkan siswa dua program tersebut dalam hal hafalan Al-Qur’an, kemampuan matematika, kecerdasan spiriual dan prestasi belajar.

C. Batasan MasalahPenelitian ini dibatasi pada beberapa variable yaitu :

1. Pembelajaran Al-Qur’an yang dibatasi pada kemampuan hafalan.2. Pembelajaran matematika yang dibatasi pada kemampuan matematika atau

prestasi belajar matematika3. Kecerdasan spiritual yang dibatasi pada ciri-ciri secara umum.4. Prestasi belajar yang dibatasi pada hasil nilai ujian nasional dan raport

kenaikan kelas dan perolehan kejuaraan atau prestasi non akademik.

D. Rumusan MasalahRumusan masalah penelitian adalah :1. Bagaimana tingkat hafalan Al-Qur’an, kemampuan

matematika, kecerdasan spiritual dan prestasi belajar siswa program boarding school dibandingkan dengan program fullday school SMPIT Abu Bakar.

2. Adakah hubungan antara hafalan Al-Qur’an dengan kemampuan matematika siswa SMPIT Abu Bakar.

3

Page 4: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

3. Adakah pengaruh hafalan Al-Qur’an terhadap kecerdasan spiritual siswa SMPIT Abu Bakar.

4. Adakah pengaruh hafalan Al-Qur’an terhadap prestasi belajar siswa SMPIT Abu Bakar.

5. Adakah pengaruh kemampuan matematika terhadap kecerdasan spiritual siswa SMPIT Abu Bakar.

6. Adakah pengaruh kemampuan matematika terhadap prestasi belajar siswa SMPIT Abu Bakar.

7. Adakah pengaruh kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa SMPIT Abu Bakar.

8. Adakah perbedaan hafalan Al-Qur’an, kemampuan matematika, kecerdasan spiritual antara siswa program boarding school dan full day school SMPIT Abu Bakar.

E. Tujuan dan Kegunaan1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :a. Tingkat kemampuan hafalan Al-Qur’an, kemampuan matematika,

kecerdasan spiritual, dan prestasi belajar siswa program boarding school dan full day school SMPIT Abu Bakar

b. Hubungan/pengaruh hafalan Al-Qur’an, kemampuan matematika, dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa SMPIT Abu Bakar

c. Perbedaan hafalan Al-Qur’an, kemampuan matematika, kecerdasan spiritual, dan prestasi belajar siswa program boarding school dan full day school SMPIT Abu Bakar

2. Kegunaan PenelitianPenelitian ini diharapkan berguna bagi pengelola pendidikan,

penyelenggara sekolah, guru, orang tua siswa, siswa dan para pembaca yang peduli dengan pendidikan sebagai salah satu referensi penambah wawasan untuk dikembangkan dalam penelitian serupa yang mengaitkan aspek Al-Qur’an, kemampuan matematika, kecerdasan spiritual dan prestasi belajar.

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritis

1. Hafalan Al-Qur’an (Tahfiẓul qur’an)a. Pengertian Hafalan Al-Qur’an (Tahfiẓul qur’an)

Dalam Al mu’jam Al Arabiy al Asasiy kata Tahfiẓ bentuk mashdar dari haffaẓa. Menurut AW Munawir (1997:279) haffaẓa berarti menghafal, memelihara atau menjaga. Orang yang senantiasa menjaga hukum Allah agar tetap terlaksana dalam dirinya disebut hafiẓ lidinillah.

4

Page 5: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

Hafaẓa juga bermakna kemampuan mengingat maklumat dalam otak. Kata hafiẓ - hafiẓun di antaranya terdapat dalam firman Allah:

Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Adzikra dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya ( Al hijr 15:9)

Dari beberapa makna di atas, tahfiẓul qur'an berarti upaya untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur’an sampai tertanam kuat benar dalam ingatan dan siap menjaganya agar tidak hilang dari ingatan.

b. Kegunaan/Keutamaan Hafalan Al-Qur’an (Tahfiẓul qur’an)Sejarah membuktikan bahwa sebagian besar para ulama telah hafal

Al-Qur’an sebelum masa baligh. Imam Syafi'i hafal Al-Qur’an pada usia 7 tahun, Imam Ahmad dan Ibnu Sina hafal Al-Qur’an pada usia 10 tahun. Hasan Al Banna hafal Al-Qur’an pada usia 14 tahun. Sudah pasti peran kuat dari orang tua yang membimbing dan mengarahkan meraka. Para ulama tersebut walaupun telah tiada seolah-olah hidup sepanjang zaman.

Intensifitas interaksi anak dengan Al-Qur’an menyebabkan cepat tumbuhnya spiritualitas dan memudahkan menyerap nilai-nilai positif yang diridhai Allah SWT. Spiritualitas yang sehat akan menjadikan mereka kuat menghadapi tantangan kehidupan. Setiap tantangan akan dihadapi dan diselesaikan dengan solusi Robbani. Sebaliknya spiritualitas yang lemah akan menjadikan anak pada masa dewasanya tidak tahan menghadapi tekanan kehidupan. Menghafalkan Al-Qur’an merupakan suatu bagian dari perjalanan pembinaan aqidah bagi orang-orang yang beriman.

Abdullah Nasih Ulwan (1993:85) menjelaskan bahwa perhatian orang tua salafus salih ketika menyerahkan anak-anaknya kepada para pendidik berwasiat agar anak-anak mereka diajarkan membaca Al-Qur’an dan menghafalkannya. Sehingga lidahnya terbiasa dengan bahasa Arab yang fasih, jiwanya menjadi luhur hatinya menjadi khusu’, matanya berlinang, iman dan Islam terhujam dalam jiwanya. Sebagai dampaknya anak-anak akan mengenal Al-Qur’an dan Islam sebagai undang-undang, syari’at dan manhaj kehidupan. Kita menyadari bahwa ummat sekarang tidak akan jadi baik kecuali sama dengan apa yang menjadikan ummat pertama baik. Baiknya ummat pertama adalah karena Al-Qur’an dibaca, dihafal dan diamalkan. Kemuliaannya dengan Islam tercermin dalam pikiran dan perbuatan. Karenanya ummat yang datang kemudian tidak akan sampai pada derajat kebaikan dan kemuliaan kecuali jika bisa mengikatkan anak-anak dengan Al-Qur’an yang difahami, dihafal dibaca ditafsirkan diamalkan dan dijadikan sebagai satu-satunya pengatur kehidupan.

Abul Bilal (2003:52) menjelaskan bahwa para shahabat rasul sangat hafal Al-Qur’an dan pemahaman mereka terhadap Al-Qur’an mampu menggerakkan semangat dalam beramal, menjadi pondasi untuk kekuatan

5

Page 6: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

secara konsepsional dan operasional. Al-Qur’an sebagai dasar pergerakan (littaharruq) dan sarana memperoleh keberkahaan (littabarruq).

Dari Abi Hurairah r.a. berkata Rasulullah SAW bersabda:”tidaklah berkumpul suatu kaum di rumah-rumah Allah mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya kecuali mereka dianugerahkan ketenangan, rahmat dan didoakan para malaikat dan mendapat penghargaandari Allah SWT. (HR Muslim).

Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas membaca Al-Qur’an berkaitan erat dengan ketenangan dan rahmat yang merupakan nilai spiritual yang amat tinggi. Seseorang yang memperoleh ketenangan dan rahmat akan mampu mengambil segala resiko dan tahan terhadap ujian, mampu mengambil hikmah dari setiap kejadian.

Musthafa Al-Bugho (2002:60) menyebutkan bahwa membaca dan menghafalkan Al-Qur’an akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan, melahirkan kebersihan jiwa, kejernihan nurani dan menambah ketakwaan. Dengan menghafal Al-Qur’an hati akan lebih hidup dengan cahaya kitabullah, manusia akan segan dan menghormatinya, sehingga menjadi pemandangan yang sedap bagi manusia lain. Di akhirat derajatnya akan semakin tinggi sesuai dengan banyaknya hafalan Al-Qur’an yang dimiliki, sebagaimana sabda Rasulullah

ف'ي , +ل( ت /ر- ت (ت- /ن ك -م-ا ك +ل( ت و-ر- -ف'ع( ت و-ار(/ أ 'ق(ر- ا الق/رآن' 'ص-اح'ب' ل /قال/ ي

ؤ/ه-ا -ق(ر- ت -ة' آي آخ'ر' (د- ن ع' /ك- -ت (ز'ل م-ن Oف-إن (يا الد/ن“Dikatakan kepada orang yang hafal Al-Qur’an , bacalah dan

naiklah, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya di dunia dengan tartil. Karena kedudukanmu (di surga) sesuai dengan ayat terakhir yang engkau baca (HR.Abu Daud dan Tirmidzi)

Menghafalkan Al-Qur’an sangat berguna untuk menumbuhkan kecintaan kapadanya. Menurut Khalid Ibnu Abdul Karim (2008:21) kecintaan hati terhadap Al-Qur’an ditunjukkan dengan perasaan bahagia jika berinteraksi dengan Al-Qur’an, rindu ingin bercengkerama dengan Al-Qur’an jika ada halangan, bergetar hatinya jika dibacakan kepadanya, percaya atas arahannya, kembali kepadanya jika ada masalah kehidupan dunia, dan mentaatinya baik larangan atau perintahnya.

c. Cara Mengafalkan Al-Qur’an dan PermasalahannyaBanyak teori atau cara menghafalkan Al-Qur’an, diantaranya

dikemukakan oleh Abulfida Muhammad Uzat Muhammad Arif dalam buku ”Kaifa Nahfadhulqur’an Al washoya 10 lihifdzil kitabillah.1. Laa tahfadz illa min mushafin wahidi, tidak menghafal kecuali dengan

satu mushaf, tidak berganti-ganti mushaf. Sebagaimana anak yang belajar berhitung cepat dengan sempoa, mereka dapat cepat menghitung dengan cara mengingat letak manik-manik dan pola-pola tertentu. Demikian juga dengan mengingat posisi ayat dan halaman mushaf akan membantu mempercepat menghafal.

2. Thariqotulfahmi wattafahhumi, dengan cara memahami arti ayat Al-Qur’an. Seorang yang faham arti ayat Al-Qur’an akan lebih cepat

6

Page 7: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

menghafalkannya. Apalagi dalam menghafalkan ayat Al-Qur’an dikaitkan dengan tema-tema tertentu, maka akan lebih membekas.

3. Thariqotuttalaqi wattardiidi, dengan cara ’menyetor’ hafalan kepada seorang hafizh secara tertib, sehingga jika terdapat kesalahan baca akan dibenarkan.

4. Thoriqotullauhi wadzakirotulyadi, dengan cara menggunakan media misal menuliskan ayat di papan, atau di kertas. Dapat juga dengan metode mind map pemetaan pikiran melalui visualisasi lafadz/ayat dalam gambar-gambar yang mudah diingat.

5. Thariqotuttasmi’, cara mendengarkan kaset, rekaman, MP3 secara berulang-ulang atau mendengarkan orang membacanya secara langsung.

6. Thoriqotushsholati bima tahfidzi, dibaca sebagai bacaan surat dalam sholat. Misal hari ini kita mentarget hafal ayat 1-5 surat Al Baqarah. Ayat tersebut kita baca ketika sholat dhuhur, sholat ashar sholat dhuha, sholat sunah rawatib, dan sholat malam.

7. Thoriqotu 5 x 5, dengan cara setiap hari menghafal 5 ayat sepekan 5 hari yang 2 hari muroja’ah/mengulang. Misal hari Sabtu menghafal 1-5, Ahad 6-10, Senin 11-15, Selasa 16-20, Rabu 21-25, Kamis dan Jum’at 1-25. Sehingga sepekan hafal 25 ayat, sebulan 100 ayat dan setahun 1200 ayat. Jika jumlah ayat Al-Qur’an 6600 ayat maka dalam waktu 5,5 tahun selesai.

8. Thoriqotul inshoti wattadabburi, mencermati dan mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an dikaitkan dengan fenomena alam dan kehidupan sosial.

9. Ayaatu wada’awaa tu’alijunnisyaani watusa’idu ’alalhifdzi, membaca do’a-do’a agar tidak mudah lupa dan mampu menghafal. Sebelum dan sesudah membaca Al-Qur’an seyogyanya membaca do’a.

10. A’syabu tusa’idu ’alal hifdzi watajannubinnisyaani. Berusaha keras untuk berusaha menjaga hafalan dan menjauhi hal-hal yang melalaikannya.Ali Nawaitu (2002:11-14) menjelaskan cara menghafal Al-Qur’an

diantaranya:1. Mengawali dan mengahiri dengan do’a2. Menetapkan tujuan3. Tidak menambah hafalan baru sebelum hafalan yang dimiliki benar-

benar tidak hilang4. Tidak menghafal kecuali sudah benar bacaannya5. Membaca tafsir ayat yang sedang dihafalkan6. Mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an yang sedang dihafalkan 7. Ayat yang dihafal dipakai dalam sholat8. Mengulang-ulang hafalan setiap saat9. Terus menerus10. Tasyakuran, jika telah mencapai target tertentu diadakan syukuran

sekedar untuk memotivasi.Abdul Aziz (2009:15) menyebutkan beberapa kendala orang

menghafalkan Al-Qur’an diantaranya:

7

Page 8: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

1. Kendala internala) Cinta dunia dan terlalu sibuk dengannyab) Tidak dapat merasakan kenikmatan Al-Qur’anc) Hati yang kotor dan terlalu banyak maksiyatd) Tidak sabar, malas dan berputus asae) Semangat dan keinginan yang lemahf) Niat yang tidak ikhlasg) Sifat pelupa

2. Kendala eksternala) Tidak mampu membaca dengan baikb) Tidak mampu mengatur waktuc) Ayat- ayat yang miripd) Pengulangan yang sedikite) Belum memasyarakatf) Tidak ada pembimbing

Dari uraian di atas tampak jelas bahwa aktifitas hafalan Al-Qur’an tidak sekedar menghafal, mengulang-ulang bacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Tetapi melibatkan banyak hal, mengoptimalkan pikiran, mengatur waktu, membersihkan jiwa, melatih keikhlasan, orientasi masa depan dan lain-lain.

2. Kemampuan MatematikaMatematika merupakan representasi dari data, fakta dan fenomena alam

semesta, melalui simbol-simbol yang kita kenal dengan angka dan huruf. Dengan matematika orang bisa mengolah alam semesta ini di atas selembar kertas atau layar komputer. Karena itu penguasaan matematika secara memuaskan merupakan tanda bagi kehidupan kita untuk menguasai dan mendayagunakan alam semesta bagi kehidupan kita di dunia. Ilmu kimia, fisika, biologi, mekanika, medis dan lain-lain merupakan turunan dari ilmu matematika. Formula atau rumus – rumus dasar yang terdapat dalam ilmu tersebut mengikuti prinsip-prinsip matematika. Sehingga matematika sering disebut sebagai ”induk” ilmu kealaman (Suharsono: 2001: 36)

Menurut Albastomi (2005:105) menyelesaikam soal matematika atau mengutak-atik soal-soal matematika jika hasilnya benar akan menimbulkan kepuasan yang berujung pada kesenangan. Semangat hidup tidak akan muncul tanpa ada rasa kepuasan dan kesenangan. Dengan demikian matematika dapat mempengaruhi semangat hidup seseorang.

Pemahaman, penalaran, problem solving, mengkomunikasikan gagasan, rasa ingin tahu, ulet dan percaya diri itulah inti dari kemampuan matematika. Matematika erat kaitannya dengan masalah spiritual keagamaan, sebagaimana yang telah dilakukan Al Khwarizmi dalam karya besarnya Hisab Al jabar wal muqabbala dilatar belakangi oleh adanya kebiasaan orang berkutat dengan kasus-kasus yang menyangkut warisan, zakat, pembagian harta, kasus-kasus hukum, perdagangan, dan semua perjanjian yang terjadi di antara pribadi, seperti mengukur lahan, menggali sungai, menghitung luas bidang geometri tertentu dan bermacam-macam perhitungan lainnya. Beliau menjelaskan bahwa ketika orang mulai melakukan perhitungan mereka selalu

8

Page 9: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

menggunakan angka. Angka terdiri dari satuan-satuan, dan dari setiap angka dapat dibagi menjadi satuan-satuan. Setiap angka diekspresikan dengan satu sampai sepuluh, setelah sepuluh digandakan sehingga terdapat dua puluh, tiga puluh dan seterusnya hingga seratus. Seratus digandakan sehingga ada dua ratus dan seterusnya sampai akhirnya pada kesimpulan bahwa bilangan itu tak terbatas.(Abdul Halim Fathani, 2008: 27).

Matematika tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Setiap hari manusia bahkan manusia primitif sekalipun hidup dengan bilangan-bilangan. Manusia mengidentifikasi dirinya dalam keluarga sebagai anak kesekian. Seseorang menandai langkah kaki, menghitung jumlah gigi sang bayi, menentukan lama meninggalkan rumah atau kampung halamandengan bilangan. Konsep bilanan eksis di pikiran manusia setua kemunculan manusia itu sendiri (Agus Purwanto, 2008: 403)

Pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep matematika dapat menjadikan kita lebih dekat dengan Allah SWT melalui tafakkur pada alam semesta ciptaanNya yang teratur dan konsisten. Hal ini akan terjadi kalau sebelumnya telah mendasari kehidupan dengan keimanan melalui pendalaman nilai-nilai Al-Qur’an. Sebagaimana ciri ulul albab diantaranya adalah “orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”. (QS:3:191)

Hafalan Al-Qur’an dan kemampuan matematika dalam hal optimalisasi otak manusia sebagaimana teori Roger Sperry (dalam Irwan W.2005:7) bahwa otak manusia terdiri dari dua belahan otak kiri dan otak kanan. Otak kiri cenderung pada masalah-masalah logika, tulisan, angka, hitungan, urutan, analisa. Sedangkan otak kanan cenderung pada masalah-masalah imaginasi, musik, warna, emosi, bentuk, dan kreativitas. Lynn Stren, penulis Improving Your Memory (dalam Irwan W.2005:8) menyebutkan bahwa alasan utama mengapa kita lupa adalah karena kita tidak benar-benar memusatkan perhatian. Padahal menurut Head Strong, Tony Buzan (dalam Irwan W.2005:9) otak manusia mengandung 1 trliun neuron atau sel otak dan peta pikiran yang mampu dihasilkan adalah 1.000.... (satu diikuti angka nol standar sepanjang 10,5 km). Bagaimana hebatnya otak manusia. Jika kita takjub dengan kehebatan otak manusia, bagaimana dengan Sang pencipta manusia. Untuk dapat meyakini sampai sang pencipta manusia perlu kecerdasan selain kecerdasan intelektual dan emosional, yaitu yang dikenal dengan kecerdasan spiritual.

3. Kecerdasan Spirituala. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Dalam beberapa kasus,

9

Page 10: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan. Kecerdasan dapat dibagi dua yaitu kecerdasan umum dan kecerdasan spesifik. (www.wikipedia.com).

Berdasarkan etimologinya, spiritual berarti sesuatu yang mendasar, penting, dan mampu menggerakkan serta memimpin cara berpikir dan bertingkah laku seseorang. Spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita.  Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental, moral.

Kecerdasan spiritual menurut Munandir (2001 : 122) tersusun dalam dua kata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan fikiran. Berbagai batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli didasarkan pada teorinya masing-masing. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas.

Zohar dan Marshal (2007:5) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dari pada yang lain.

Kecerdasan spiritual menurut Khalil A Khavari (Abdul Wahid Hasan 2006: 85) merupakan fakultas dimensi non-material kita atau jiwa manusia. Ia menyebutnya sebagai intan yang belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan. Kita harus mengenali seperti adanya, menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekat yang besar, menggunakannya  menuju kearifan, dan untuk mencapai  kebahagiaan yang abadi.

Berdasarkan uraian di atas kecerdasan spiritual dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, moral, batin, dan kejiwaan. Orang yang cerdas secara spiritualdapat menempatkan dirinya untuk hidup lebih positif, penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.

b. Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual Zohar dan Marshall (2007: 14) menyebutkan bahwa komponen yang

ada dalam Kecerdasan Spiritual meliputi:1). Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif),2). Tingkat kesadaran diri yang tinggi.3). Kemampuan menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.4). Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit.5). Kualitas kehidupan yang di ilhami oleh visi dan nilai-nilai.6). Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tak perlu.

10

Page 11: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

7). Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal8).Kecenderungan untuk bertanya-tanya “mengapa” atau “bagaimana”

untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.9).Bertanggung jawab untuk membawakan misi dan nilai pada orang lain

(memberi inspirasi pada orang lain).

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan SpiritualWalaupun tidak sama antara kecerdasan spiritual dengan pelaksaan

perintah-perintah agama atau religiusitas (Zohar, 2007:8) tetapi dalam kecerdasan spiritual terdapat aspek hubungan dengan yang maha tinggi (keimanan). Sehingga ada hal-hal tertentu yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kecerdasan spiritual.

Secara umum menurut Zohar (2007:14) kecerdasan spiritual dapat meningkat dengan cara meningkatkan penggunaan proses tersier psikologis, yaitu kecenderungan untuk bertanya mengapa, mencari keterkaitan segala sesuatu, untuk membawa ke permukaan asumsi – asumsi mengenai makna di balik sesuatu, suka merenung, menjangkau di luar diri kita, bertanggung jawab, lebih sadar diri, lebih jujur pada diri sendiri dan menjadi lebih berani.

d. Kegunaan Kecerdasan SpiritualKecerdasan spiritual dapat digunakan oleh seseorang untuk melakukan

proses dan upaya menjadi manusia seutuhnya seperti apa adanya saat ini yang tumbuh secara benar dan kreatif mencapai perkembangan diri yang lebih utuh serta dapat menghasilkan keuntungan dari kekayaan jiwa manusia dan kesejahteraan manusia secara umum yang membawa manusia menuju tangga kesuksesan dan berperan besar dalam menciptakan mereka menjadi seorang powerful leader. (Abdul Wahid Hasan, 2006:10)

Berbagai masalah kehidupan yang sarat dengan teror, konflik, kekerasan, ketidak pastian ekonomi, stabilitas politik dan keamanan menyebabkan kerinduan terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual untuk dapat menentramkan diri dari multi krisis yang terjadi. Banyak eksekutif yang mengubah pandangan hidup mereka dengan mendekatkan diri pada nilai-nilai yang lebih mendalam dan bertahan lama dan membangun komunitas kerja yang lebih produktif. Di antara mereka ada yang berhasil melakukan itu ketika mereka tetap dapat bersentuhan dengan dimensi spiritual dalam pekerjaan mereka sehari-hari..(M.Syafii Antonio, 2007:18)

d. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Kecerdasan SpiritualHidayat Nataatmaja (2001:4-5) sebagaimana dikutip oleh Suharsono

(2001:136) memberikan elaborasi tentang kecerdasan spiritual. Menurutnya pentahapan intelegensi manusia berlangsung melalui jalur “membaca” sebagaimana 5 ayat pertama surat Al-Alaq. Makna “qolam” atau pena adalah wujud benda-benda seperti air,sungai, udara, gunung, hewan, manusia, atom, molekul, bumi dan seterusnya.

Perbedaan penting antara kecerdasan spiritual dengan kecerdasan emosional terletak pada daya ubahnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Daniel

11

Page 12: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

Goleman yang dikutip Zohar (2007:5) kecerdasan emosional memungkinkan seseorang untuk memutuskan dalam situasi apa ia berada lalu bersikap secara tepat di dalamnya. Akan tetapi kecerdasan spiritual memungkinkan seseorang bertanya apakah memang ingin berada pada situasi tersebut. Apakah lebih suka mengubah situasi tersebut.

Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengapresiasi kehidupan itu sendiri. Itulah ciri kecerdasan spiritual. Perbedaan kecerdasan umum dengan kecerdasan spiritual bahwa pada kecerdasan umum memandang dan menginterpretasikan sesuatu dalam kategori kuantitatif (data dan fakta) serta gejala (fenomena) sedangkan kecerdasan spiritual memandang dan menginterpretasikan sesuatu tak hanya bersifat kuantitatif dan fenomenal tetapi melangkah lebih jauh dan mendalam, yakni pada dataran epistemik dan substansial. (Abdul Wahid Hasan, 2006:15)

Kecerdasan spiritual sebenarnya juga mencerminkan kesalehan dan integritas personal yang kuat. Sebagaimana disebutkan oleh Ibrahim El Fiky (2009:257) bahwa dalam setiap problematika hidup selalu ada nilai spiritual, untuk itu seseorang yang kecerdasan spiritualnya tinggi memiliki keteguhan pendirian. Ada lima unsur dasar keteguhan pendirian, yaitu:1) Ketetapan pikiran2) Ketetapan konsentrasi3) Ketetapan perasaan4) Ketepatan tindakan5) Ketepatan perkiraan hasil

Menurut Abdul Wahid Hasan (2006:69-74) ada beberapa ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual antara lain:

1) memiliki prinsip dan pegangan hidup2) mampu menghadapi dan memanfaatkan penderitaan yang dialami3) mampu memaknai semua pekerjaan dan aktivitasnya dalam kerangka dan

bingkai yang lebih luas dan bermakna4) memiliki kesadaran diri yang tinggi

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa orang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah seseorang yang memiliki prinsip dan pegangan hidup yang kuat sehingga mampu menghadapi dan memanfaatkan setiap kejadian yang dialami dan mengambil hikmah-hikmahnya serta memiliki kesadaran yang tinggi dalam lingkup keagamaan, relasi sosial dan etika sosial. Dengan demikian siswa yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi semestinya akan mampu menyelesaikan persoalan-persoalannya, menyadari tugas-tugasnya sahingga akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.

. 4. Prestasi Belajar

a. Pengertian prestasi belajarDalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa yang

dimaksud dengan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

12

Page 13: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

Menurut Ngalim Purwanto (1986:28) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam nilai raport. Nilai raport menjadi simbol yang mewakili kemampuan penguasaan pengetahuan siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha belajar atau bekerja baik yang bersifat akademik ataupun non akademik yang ditunjukkan dengan nilai raport, ijazah, piagam, sertifikat pengakuan atau penghargaan dari guru atau orang lain.

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Menurut Slameto (1995:89) faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar antara lain: 1) Faktor Internal, meliputi faktor biologis, psikologis, intelegensi,

ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, bakat, minat, kematangan, kesiapan dan kelelahan.

2) Faktor Ekseternal, meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat termasuk media massa

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor yang berasal dari luar diri individu. Kedua faktor ini akan saling mendukung dan saling berinteraksi sehingga menghasilkan prestasi belajar atau keberhasilan dalam belajar.

Di antara faktor eksternal yang mampu mempengaruhi prestasi belajar adalah program pembelajaran di sekolah. Bentuk program pembelajaran di sekolah bermacam-macam Di antaranya ada yang menggunakan model boarding school atau sekolah berasrama dan full day school atau sekolah seharian tetapi tidak berasrama.

B. Hasil Penelitian yang RelevanDari kajian teori yang telah diuraikan di atas tentang hafalan Al Qur’an,

kemampuan matematika, kecerdasan spiritual dan prestasi belajar dapat dikaitkan satu sama lainnya. Secara ilmiah keterkaitan tersebut dapat dilihat melalui beberapa penelitian.

Penelitian Agung Cahyono (UMS, 2006) tentang Hubungan Kemampuan Hafalan Al-Qur’an dengan Prestasi Pelajaran Matematika di Kelas I MTS Al-Irsyad Tengaran Tahun Pelajaran 2005/2006 menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan hafalan Al-Qur’an dengan prestasi pelajaran matematika. Siswa kelas I MTS Al Irsyad Tengaran yang kemampuan hafalannya banyak prestasi belajar matematikanya juga tinggi.

Penelitian Aisyah Rayhanah (2007) di ma’had Al Hikmah Jakarta menyimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara intensitas berinteraksi dengan Al-Qur’an dengan kecerdasan spiritual. Artinya semakin tinggi intensitas berinteraksi dengan Al-Qur’an maka semakin tinggi pula kecerdasan spiritualnya dan demikian sebaliknya, jika semakin rendah intensitas berinteraksi dengan Al-Qur’an, maka semakin rendah pula kecerdasan spiritualnya.

13

Page 14: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

Abdul Wahid (2008) meneliti korelasi prestasi belajar dan kemampuan menghafal Al-Qur’an siswa Madrasah Ulum Al-Qur’an Pagar Air Aceh Besar, menyimpulkan bahwa ada korelasi antara prestasi belajar dengan kemampuan menghafal Al-Qur’an.

Penelitian Shihhatul Badriyah (2010) tentang hubungan antara kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII MTs Negeri Malang 2 menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII MTs Negeri Malang 2.

Thesis Sutrisno (2010) tentang hubungan antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa SD Negeri Kedak I Kecamatan Semen Kabupaten Kediri, menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa SD Negeri Kedak I Kecamatan Semen Kabupaten Kediri.

Maksudin (2009:102) dalam disertasinya tentang Pendidikan Nilai Sistem Boarding School di SMPIT Abu Bakar Yogyakarta menganalisa hierarki moral yang terkandung dalam model pendidikan di SMPIT Abu Bakar. Dengan mencermati buku panduan belajar di SMPIT Abu Bakar yang menjadi acuan opeasional pembelajaran dan kehidupan di skolah dan di asrama, wawancara dengan pengelola sekolah serta pengurus yayasan dan pengamatan di sekolah beliau menyimpulkan bahwa secara konsepsional ada beberapa nilai moral yang ditanamkan, diantaranya: (i) nilai kenikmatan, yaitu ketaatan , kerapian, kejujuran, kasih sayang, kedisiplinan, ketertiban, kemandirian, kebersamaan, sanksi/ganjaran, penghargaan, kenyamanan, kemudahan, prestasi, kepuasan, perlombaan, keceriaan, luhur, santun, inisiatif dan keseimbangan, (ii) nilai kehidupan yaitu toleransi, tanggung jawab, sosial, ekonomi, komunikasi, kebersihan,keamanan, demokrasi, kerja sama, loyalitas, sosialisasi, kesehatan, kesederhanaan,layanan, kekeluargaan, hemat, kehati-hatian, keorganisasian, tolong menolong, intensitas, kepedulian, moderasi,dan keakraban,(iii) nilai kejiwaan, yaitu uswah hasanah, kesabaran, silaturahim, semangat, kewajiban, kesopanan, keindahan, hormat, pemaaf, keadilan, ketentraman, dan ketenangan, (iv) nilai kerohanian, yaitu iman, islam, ihsan, ‘iffah, tawadu’, tazkiyah, syukur, keselamatan, ketakwaan, kemurahan hati, ibadah dan hikmah.

Beberapa penelitian yang di atas mengungkapkan tentang Al-Qur’an dengan matematika, Al-Qur’an dengan kecerdasan spiritual, kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar yang semuanya berhubungan dan berpengaruh secara positif dan signifikan di masing-masing populasi. Pada penelitian ini peneliti menggabungkan aspek-aspek yang ada dari berbagai penelitian tersebut untuk populasi SMPIT Abu Bakar Yogyakarta.

C. Kerangka BerfikirBerdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian yang relevan

sebelumnya, dapat disusun kerangka berpikir bahwa :

14

Page 15: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

1. Dalam hafalan Al-Qur’an siswa berusaha mengingat pola-pola dan peta ayat Al-Qur’an yang tersusun rapi dan sistematis. Demikian juga dalam belajar matematika, siswa berusaha mengolah simbol-simbol dan pola-pola yang terstruktur dan konsisten. Keduanya memerlukan upaya berfikir fokus konsentrasi, tenang, santai tapi serius.

2. Kecerdasan spiritual mengintegrasikan semua kecerdasan manusia, baik intelektual, emosional maupun spiritual. Sehingga orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi relative lebih berhasil dalam hidupnya. Bagi seorang pelajar salah satu indikatornya adalah tinggi prestasi belajarnya

3. Hafalan Al-Qur’an secara teknis tampak hanya mengoptimalkan kecerdasan intelektual, tetapi karena Al-Qur’an merupakan firman Allah yang sangat mulia ketika dibaca dan dihafal berulang-ulang berpengaruh pada ketentraman batin dan kesucian jiwa. Demikian juga matematika jika pembelajaran dilakukan dengan benar, siswa tidak menghafal rumus tetapi memahami konsep dan filosofinya yakni sifat kritis, tanggung jawab, konsisten, pantang putus asa maka akan mempengaruhi kecerdasan spiritual.

4. Hasil dari seluruh aktifitas belajar ditunjukkan dengan prestasi belajar, sehingga pembelajaran hafalan Al-Qur’an yang benar akan menjadikan siswa lebih baik prestasi belajarnya. Demikian juga pembelajaran matematika yang benar akan menghasilkan prestasi belajar yang baik. Keduanya akan berpengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar kalau didukung oleh kecerdasan spiritual yang baik.

5. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal adalah program pembelajaran. Di SMPIT Abu Bakar ada program boarding school dan full day school. Siswa program boarding school tinggal bersama pembina di asrama sedangkan siswa program full day school sepulang sekolah tinggal bersama orang tua. Maka ada perbedaan faktor eksternal keduanya.

Kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan menggunakan paradigma jalur dengan sistematika sebagai berikut :

p31 p41

r12 p43

p32

p42

(Elazar J.Pedhazur, 1997:770)1 : X1(Nilai hafalan Al-Qur’an) 2 : X2(Nilai matematika)3 : X3( Kecerdasan spiritual) 4 : Y (Prestasi belajar)

Variabel kecerdasan spiritual (X3) berfungsi sebagai jalur antara. Variabel ini digunakan untuk mengetahui apakah untuk mencapai sasaran akhir yaitu prestasi belajar harus melewati variabel antara itu atau bisa langsung ke sasaran akhir.

D. Hipotesis

15

1

2

3 4

Page 16: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara hafalanAl-Qur’an dengan kemampuan matematika siswa SMPIT Abu Bakar.

2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan hafalan Al-Qur’an terhadap kecerdasan spiritual siswa SMPIT Abu Bakar.

3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan kemampuan matematika terhadap kecerdasan spiritual siswa SMPIT Abu Bakar

4. Ada pengaruh yang positif dan signifikan hafalan Al-Qur’an terhadap prestasi belajar siswa SMPIT Abu Bakar

5. Ada pengaruh yang positif dan signifikan kemampuan matematika terhadap prestasi belajar siswa SMPIT Abu Bakar

6. Ada pengaruh yang positif dan signifikan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa SMPIT Abu Bakar

7. Ada perbedaan yang signifikan kemampuan hafalan Al-Qur’an, kemampuan matematika, kecerdasan spiritual dan prestasi belajar antara siswa program boarding school dan program full day school.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di SMPIT Abu Bakar, yang beralamat di Jl.

Veteran Gg. Bekisar 716 Q Pandean Umbulharjo Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Juli – Oktober 2011.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif deskriptif. Untuk analisis diambil berdasarkan sampling. Menurut timbulnya variabel menggunakan non eksperimen dengan penelitian bersifat korelasi dan regresi. Sedangkan menurut model pengembangannya menggunakan pendekatan cross sectional model atau pendekatan silang. Peneliti mengamati perkembangan kemampuan anak berdasarkan beberapa kelompok berdasarkan kelas, jenis kelamin dan program.

C. Populasi dan Sampel PenelitianPopulasi penelitian adalah siswa SMPIT Abu Bakar kelas VII s/d IX pada

tahun pelajaran 2010-2011 sebanyak 442 siswa, baik program boarding school maupun full day school dengan perincian sebagai berikut:

Jumlah Siswa SMPIT Abu Bakar TH 2010-2011

No Kelas Boarding School Full day School T o t a l

L P L+P L P L+P L P L+P1 VII 54 50 104 27 43 70 81 93 1742 VIII 45 43 88 30 24 54 75 67 1423 IX 32 32 64 26 36 62 58 68 126Jumlah 131 125 256 83 103 186 214 228 442

16

Page 17: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

Dari populasi sejumlah 442 siswa ditentukan jumlah sampel yang sesuai. Berdasarkan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 1% diperoleh sampel sebanyak 265 siswa. Secara proporsional komposisi jumlah siswa tiap kelas, tiap program (boarding school dan fullday school) serta jenis kelamin (laki-laki – perempuan) yang dijadikan sampel masing-masing sebagai berikut:

Jumlah Sisiwa SMPIT Abu Bakar yang Dijadikan Sampel Penelitian

No KelasBoarding School Full day School T o t a lL P L+P L P L+P L P L+P

1 VII 32 30 62 16 26 42 48 56 1042 VIII 27 26 53 18 14 32 45 40 853 IX 19 19 38 16 22 38 35 41 76

Jumlah 78 75 153 50 62 102 128 137 265

D. Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumulan data dalam penelitian ini melipuiti: Identivikasi

Variabel, Definisi Operasional, Pengembangan Instrumen, Uji Coba Instrumen, dan Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen.1. Identivikasi Variabel

Pada penelitian ini ada 4 variabel masing-masing sebagai berikut:1) Tingkat hafalan Al-Qur’an sebagai variabel independen2) Tingkat kemampuan matematika sebagai variabel independen3) Tingkat kecerdasan spiritual sebagai variabel intervening4) Tingkat prestasi belajar sebagai variabel dependen

2. Definisi Konsepsional a. Hafalan Al-Qur’an

Hafalan Al-Qur’an adalah kemampuan siswa untuk melafadkan Al-Qur’an tanpa melihat mushaf. Di SMPIT Abu Bakar kemampuan hafalan siswa diuji setiap semester dan dinilai sebagai nilai hafalan Al-Qur’an sesuai dengan standar yang ditentukan.

b. Kemampuan Matematika Kemampuan matematika adalah kemampuan untuk

memecahkan masalah, berargumentasi, berkomunikasi, membuat koneksi dan representasi. Kemampuan matematika ditunjukkan dengan nilai yang dicapai siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

c. Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk

berpegang pada prinsip dan pegangan hidup, memecahkan masalah yang dihadapi, memaknai persitiwa yang terjadi, dan memiliki kesadaran diri.

d. Prestasi BelajarPrestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau

ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang diberikan

17

Page 18: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

oleh nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.

3. Definisi Operasionala. Hafalan Al-Qur’an

Nilai yang diperoleh siswa dalam ujian akhir semester mata pelajaran tahfizhul qur’an sesuai dengan standar yang ditentukan.

b. Kemampuan Matematika Nilai yang diperoleh siswa dalam ujian akhir semester mata

pelajaran matematika sesuai dengan standar yang ditentukan c. Kecerdasan Spiritual

Skor yang diperoleh siswa dalam menjawab atau mengisi pernyataan-pernyataan pada angket kecerdasan spiritual.

d. Prestasi BelajarNilai yang diperoleh siswa dalam ujian akhir semester seluruh

mata pelajaran sesuai dengan standar yang ditentukan dan dirangkum dalam nilai raport siswa. Dalam pemberian nilai prestasi belajar selain nilai raport juga pembobotan prestasi-prestasi non akademik.

4. Pengembangan InstrumenInstrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah

instrumen untuk mengukur tingkat kecerdasan spiritual berupa angket. Angket kecerdasan spiritual diadopsi dari contoh tes SQ yang dirumuskan oleh Prof.Dr. Khalil Khavari dikutif oleh Hasan Abdul Wahid (2006:82) dengan beberapa penambahan disesuaikan dengan kondisi obyek penelitian. Angket terdiri atas 60 butir pernyataan dengan pilihan jawaban terdiri atas 4 pilihan yaitu : tidak pernah (TP), kadang-kadang (KD), sering (SR), dan selalu (SL). Untuk menghindari jawaban yang kurang serius beberapa pernyataan disusun dalam kalimat negatif, dan bagi responden yang menjawab secara monoton akan dikeluarkan dari sampel.

5. Uji Coba InstrumenUji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

validitas dan reliabilitas instrumen, sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dan dapat dipertanggungjawabkan..

6. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a.Uji Validitas InstrumenUntuk mengetahui valid atau tidaknya faktor-faktor

tersebut sebagai kontruksi variabel kecerdasan spiritual dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Jika korelasi tiap faktor tersebut positif

18

Page 19: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

dan lebih dari 0,3 maka faktor tersebut merupakan konstruk yang kuat.

b.Uji Reliabilitas InstrumenPengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal

consistency dengan teknik belah dua yang dianalisa dengan rumus Sperman Brown. Untuk itu butir-butir pernyataan instrumen dikelompokkan menjadi kelompok butir ganjil dan genap, kemudian masing-masing dihitung skor totalnya. Skor total kelompok ganjil dan kelompok genap dihitung korelasinya dengan menggunkan program SPSS diperoleh hasil Koefisien korelasi rb = 0.890 dengan menggunakan rumus Spearman Brown

ri = = = 0.941799

Reliabilitas instrumen kecerdasan spiritual = 0,9418, sehingga dianggap reliabel karena lebih dari 0,3.Karena berdasarkan uji coba instrumen ini sudah valid dan reliabel maka instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data tentang kecerdasan spiritual.

E. Teknik Analisis DataTeknik analisis dalam penelitian ini menggunakan jenis analisis

deskriptif, korelasi, dan regresi untuk menguji hipotesis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan analisis, sehingga hasilnya dapat digeneralisasikan terhadap populasi yang ada.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan terhadap seluruh variabel, meliputi pembuatan daftar distribusi frekuensi, perhitungan rerata dan simpangan baku, serta penentuan standar skor kategori masing-masing variabel. Selanjutnya berdasarkan perhitungan yang dilakukan mengetahui persen kecenderungan dapat disusun standar skor kategori masing-masing variabel yang disajikan pada tabel dibawah ini.

Standar Skor Kategori VariabelVariabel Skor KategoriHafalan Al-Qur’an 99 – 100 Sangat Baik

80 – 98 Baik61 – 79 Cukup 41 – 60 Kurang

Kemampuan Matematika

94,01 – 100 Sangat Baik78,78 – 94,01 Baik63,56 – 78,77 Cukup 42 – 63,55 Kurang

Kecerdasan Spiritual 171 – 190 Sangat Baik150 – 170 Baik

19

Page 20: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

129 – 149 Cukup 110 – 128 Kurang

Prestasi Belajar 98,72 – 100 Sangat Baik85,52 – 98,71 Baik72,32 – 85,52 Cukup 60 – 72,31 Kurang

2. Uji Persyaratan Analisis

Uji persyaratan analisis diperlukan sebelum melakukan pengujian hipotesis. Uji persayaratan yang diperlukan untuk menguji hipotesis deskriptif dan asosiatif dengan statistik parametris korelasi dan regresi adalah uji normalitas dan uji homogenitas varian. Dalam penelitian ini perhitungan seluruhnya menggunakan program SPSS.

3. Teknis Pengujian Hipotesis

Pada penelitian ini menggunakan paradigma jalur. Teknis analisis statistik yang digunakan dinamakan path analysis. Analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi dan regresi.(Sugiyono: 2011:72).

Menurut Elazar J. Pedhazur (1997:770 - 771) teknis analisis jalur dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara variabel ke-1 dan variabel ke-2 sebagai variabel independen dan variabel ke-3 sebagai variabel dependen. Kemudian korelasi antara variabel ke-3 dan ke-4, dimana variabel ke-3 sebagai variebel independen dan variabel ke-4 sebagai variabel dependen. Kemudian dihitung persamaan regresi ganda secara bersama variabel-variabel 1,2, dan 3 terhadap variabel ke-4.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasannya yang meliputi : (1) Deskripsi data, (2) Pengujian persyaratan analisis, (3) Analisis data penelitian dan (4) Pembahasan hasil penelitian.

A. Deskripsi Data Data nilai hafalan Al-Qur’an, kemampuan matematika,

dan prestasi belajar dikumpulkan dari dokumen penilaian yang dilakukan oleh sekolah. Sedangkan data kecerdasan spiritual diperoleh dari. Setelah dilakukan pengelompokan dan tabulasi data berdasarkan variabel hasil penelitian dari resonden dapat dideskripsikan dalam bentuk grafik masing-masing sebagai berikut:

20

Page 21: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

1. Hafalan Al-Qur’an

Gambar 1Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Hafalan Al-Qur’an

Gambar 2Grafik Prosentase Kecenderungan Hafalan Al-Qur’an Siswa

Program Boarding School dan Full Day School

2. Kemampuan MatematikaGambar 3

Grafik Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematika

21

Page 22: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

Gambar 4Grafik Prosentase Kecenderungan Kemampuan

Matematika Siswa Program Boarding School dan Full Day School

3. Kecerdasan Spiritual

Gambar 5Grafik Distribusi Frekuensi Kecerdasan Spiritual

Gambar 6Grafik Prosentase Kecenderungan Kecerdasan Spiritual

Siswa Program Boarding School dan Full Day School

22

Page 23: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

4. Prestasi Belajar

Gambar 7Grafik Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar

Gambar 8Grafik Prosentase Kecenderungan Kecerdasan Spiritual

Siswa Program Boarding School dan Full Day School

B. Pengujian Persyaratan AnalisisHasil uji persyaratan analisis ini meliputi uji normalitas

dan uji homogenitas varian.1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.Hasil signifikansinya : (1) Hafalan Al-Qur’an = 0,002, (2) Kemampuan Matematika = 0,199, (3) Kecerdasan Spiritual

23

Page 24: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

= 0,784 dan (4) Prestasi Belajar = 0,713 sehingga dapat dinyatakanm bahwa semua data variabel adalah berdistribusi normal kecuali variabel hafalan Al-Qur’an.

Apabila data dibedakan antara siswa program boarding school dan full day school, hasil uji normalitas yang nilai signifikansinya < 0,05 selain variabel hafalan Al-Qur’an juga variabel kemampuan matematika program full day school (0,049) dan variabel kecerdasan spiritual program fullday school (0,044).

2. Uji Homogenitias VarianUji homoginitas dilakukan dengan bantuan program

komputer SPSS. Penentuan homogen atau tidaknya varian yaitu dengan menggunakan uji Levene dengan kriteria, bila P uji ekor hasil perhitungannya >0,05 berarti kedua varian sama. Sebaliknya bila hasilnya < 0,05 berarti kedua varian berbeda. Hasil uji menunjukkan masing-masing variabel: (1) Hafalan Al-Qur’an = 0,989, (2) Kemampuan Matematika = 0,188, (3) Kecerdasan Spiritual = 0,102 dan (4) Prestasi Belajar = 0,338 berarti semua variabel signifikansinya diatas 0,05 Oleh karena varian sama atau homogen maka untuk uji hipotesis perbedaan antara program boarding dan full day school menggunakan rumus uji-t dengan equalvarians assumed (kedua varian diasumsikan sama).

C. Analisis Data PenelitianAnalisis data bertujuan untuk menganalisis rumusan

masalah dan menguji hipotesis.

1. Analisis Rumusan MasalahBagaimana tingkat hafalan Al-Qur’an, kemampuan

matematika, kecerdasan spiritual dan prestasi belajar siswa program boarding school dibandingkan dengan program fullday school SMPIT Abu Bakar. Dari hasil perhitungan diperoleh untuk hafalan Al-Qur’an siswa boarding school harga rerata 80,8954 simpangan baku 12,5526 dan harga median sebesar 84,0000. Sedangkan siswa full day school 80,2321 simpangan baku 12,8750 dan harga median sebesar 83,5000. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan harga rerata siswa boarding school dan full day school tersebut termasuk kategori baik.

Selanjutnya hasil perhitungan menunjukkan tingkat kecenderungan hafalan Al-Qur’an siswa boarding school yang berada pada kategori sangat baik 2 %, baik 59% , cukup 32% , dan kurang 7 %. Sedangkan siswa program

24

Page 25: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

full day school yang berada pada kategori sangat baik 1%, baik 62%, cukup 24% dan kurang 13%.

Dari hasil perhitungan diperoleh untuk kemampuan matematika siswa boarding school harga rerata 77,8203 simpangan baku 9,9208 dan harga median sebesar 77.0000. Sedangkan siswa full day school 80,0848 simpangan baku 10,3567 dan harga median sebesar 81,000. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan harga rerata kemampuan matematika siswa boarding school tersebut termasuk kategori cukup. Sedangkan siswa full day school termasuk kategori baik.

Selanjutnya hasil perhitungan menunjukkan tingkat kecenderungan kemampuan matematika siswa boarding school yang berada pada kategori sangat baik 6,5 %, baik 42% , cukup 47% , dan kurang 4,5 %. Sedangkan siswa program full day school yang berada pada kategori sangat baik 10%, baik 45%, cukup 41% dan kurang 4%.

Dari hasil perhitungan data diperoleh untuk kecerdasan spiritual siswa boarding school harga rerata 151,9673 simpangan baku 14,8959 dan harga median sebesar 153,0000. Sedangkan siswa full day school harga rerata148,5714 simpangan baku 12,8419 dan harga median sebesar 150.000. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan harga rerata kecerdasan spiritual siswa boarding school tersebut termasuk kategori baik. Sedangkan siswa full day school termasuk kategori cukup.

Selanjutnya hasil perhitungan menunjukkan tingkat kecenderungan kecerdasan spiritual siswa boarding school yang berada pada kategori sangat baik 10 %, baik 48% , cukup 37% , dan kurang 5 %. Sedangkan siswa program full day school yang berada pada kategori sangat baik 4%, baik 47%, cukup 42% dan kurang 7%.

Dari hasil perhitungan diperoleh prestasi belajar siswa boarding school harga rerata 85,6523 simpangan baku 7,6180 dan harga median sebesar 85,4600. Sedangkan siswa full day school harga rerata 84,5166 simpangan baku 8,6070 dan harga median sebesar 85,9250. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan harga rerata prestasi belajar spiritual siswa boarding school tersebut termasuk kategori baik. Sedangkan siswa full day school termasuk kategori cukup.

Selanjutnya hasil perhitungan menunjukkan tingkat kecenderungan prestasi belajar siswa boarding school yang berada pada kategori sangat baik 7 %, baik 52% , cukup 38% , dan kurang 3 %. Sedangkan siswa program

25

Page 26: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

full day school yang berada pada kategori sangat baik 3%, baik 52%, cukup 38% dan kurang 7%

.2. Pengujian Hipotesis Pertama

Rumusan hipotesi pertama berbunyi: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara hafalan Al-Qur’an dengan kemampuan matematika siswa SMPIT Abu Bakar.Untuk menentukan ada atau tidak adanya korelasi variabel tersebut, dibandingkan antara koefisien korelasi (rhitung) dengan r tabel. Jika rhitung> rtabel berarti korelasi dua variabel tersebut signifikan. Berdasarkan tabel koefisien product moment rtabel untuk sampel (n) sebanyak 265 dengan tingkat kesalahan 5 % adalah 0,138. sedangkan rhitung antara variabel hafalan Al-Qur’an dengan kemampuan matematika adalah 0,380 sehingga dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara hafalan Al-Qur’an dan kemampuan matematika.

3. Pengujian Hipotesis KeduaRumusan hipotesi kedua berbunyi: Ada pengaruh yang

positif dan signifikan hafalan Al-Qur’anterhadapkecerdasan spiritual siswa SMPIT Abu Bakar. Pada penelitian ini variabel kecerdasan spritual sebagai variabel intervenning sehingga disamping dihitung korelasinya juga dibuat persamaan regresinya. Variabel kecerdasan spiritual dianggap sebagai variabel dependen dan hafalan Al-Qur’an dianggap sebagai variabel independen. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi atau rhitung 0,354, lebih besar dari pada rtabel (0,138).

R Square pada analisis regresi menunjukkan 0,125 yang berarti 12,5 % kecerdasan spiritual dipengaruhi oleh hafalan Al-Qur’an dan sisanya 87,5% dipengaruhi oleh aspek-aspek yang lain. Dari uji ANOVA atau F test didapat F hitung adalah 37,703 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kecerdasan spiritual. Adapun persamaan regresi yang didapat adalah : Y=118,676 + 0,395 X, dimana Y adalah kecerdasan spiritual dan X adalah hafalan Al-Qur’an. Konstanta 118,676 menyatakan bahwa jika tidak ada hafalan Al-Qur’an maka kecerdasan spiritual adalah 118,676. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan tingkat kecerdasan spiritual dibawah 128 adalah kurang. Koefisien regresi sebesar 0,395 menyatakan bahwa setiap penambahan nilai hafalan Al-Qur’an 1, kecerdasan spiritual akan meningkat 0,395.

4. Pengujian Hipotesis KetigaRumusan hipotesi ketiga berbunyi: Ada pengaruh yang

positif dan signifikan kemampuan matematika terhadap kecerdasan spiritual siswa SMPIT Abu Bakar. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi atau rhitung 0,193, lebih besar dari pada rtabel (0,138).

R Square pada analisis regresi menunjukkan 0,037 berarti 3,7 % kecerdasan spiritual dipengaruhi oleh kemampuan matematika dan

26

Page 27: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

sisanya 96,3% dipengaruhi oleh aspek-aspek yang lain. Dari uji ANOVA atau F test didapat F hitung adalah 10,127 dengan tingkat signifikansi 0,002. Karena probabilitas 0,002 lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kecerdasan spiritual.

Adapun persamaan regresi yang didapat adalah : Y = 129,401 + 0,268 X, dimana Y adalah kecerdasan spiritual dan X adalah kemampuan matematika. Konstanta 129,401 menyatakan bahwa jika tidak ada kemampuan matematika maka kecerdasan spiritual adalah 129,401. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan tingkat kecerdasan spiritual di atas 128 adalah baik. Koefisien regresi sebesar 0,268 menyatakan bahwa setiap penambahan nilai kemampuan matematika 1, kecerdasan spiritual akan meningkat sebesar 0,268.

5. Pengujian Hipotesis KeempatRumusan hipotesi keempat berbunyi : Ada pengaruh

yang positif dan signifikan hafalan Al-Qur’an terhadap prestasi belajar siswa SMPIT Abu Bakar. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi atau rhitung 0,443, lebih besar dari pada rtabel (0,138).

R Square pada analisis regresi menunjukkan 0,196 yang berarti 19,6 % prestasi belajar dipengaruhi oleh hafalan Al-Qur’an dan sisanya 80,4% dipengaruhi oleh aspek-aspek yang lain. Dari uji ANOVA atau F test didapat F hitung adalah 64,163 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi prestasi belajar. Adapun persamaan regresi yang didapat adalah : Y= 62,478 + 0,282 X, dimana Y adalah prestasi belajar dan X adalah hafalan Al-Qur’an. Konstanta 62,478 menyatakan bahwa jika tidak ada hafalan Al-Qur’an maka prestasi belajar adalah 62,478. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan tingkat prestasi belajar dibawah 72,51 adalah kurang. Koefisien regresi sebesar 0,282 menyatakan bahwa setiap penambahan nilai hafalan Al-Qur’an 1, prestasi belajar akan meningkat sebesar 0,282.

6. Pengujian Hipotesis KelimaRumusan hipotesi kelima berbunyi: Ada pengaruh yang

positif dan signifikan kemampuan matematika terhadap prestasi belajar siswa SMPIT Abu Bakar. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi atau rhitung 0,405, lebih besar dari pada rtabel (0,138).

R Square pada analisis regresi menunjukkan 0,164 berarti 16,4 % prestasi belajar dipengaruhi oleh kemampuan matematika dan sisanya 83,6% dipengaruhi oleh aspek-aspek yang lain. Dari uji ANOVA atau F test didapat F hitung adalah 51,519 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi prestasi belajar.

Adapun persamaan regresi yang didapat adalah : Y = 59,873 + 0,321 X, dimana Y adalah prestasi belajar dan X adalah kemampuan matematika. Konstanta 59,873 menyatakan bahwa jika tidak ada kemampuan matematika maka prestasi belajar adalah 59,873. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan tingkat kecerdasan spiritual di

27

Page 28: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

bawah 72,51 adalah kurang. Koefisien regresi sebesar 0,321 menyatakan bahwa setiap penambahan nilai kemampuan matematika 1, prestasi belajar akan meningkat sebesar 0,321.

7. Pengujian Hipotesis KeenamRumusan hipotesis keenam berbunyi:Ada pengaruh yang

positif dan signifikan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa SMPIT Abu Bakar. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi atau rhitung 0,518, lebih besar dari pada rtabel (0,138).

R Square pada analisis regresi menunjukkan 0,269 berarti 26,9 % prestasi belajar dipengaruhi oleh kecerdasan spiritual dan sisanya 73,1% dipengaruhi oleh aspek-aspek yang lain. Dari uji ANOVA atau F test didapat F hitung adalah 96,635 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi prestasi belajar.

Adapun persamaan regresi yang didapat adalah : Y = 40,725 + 0,295X, dimana Y adalah prestasi belajar dan X adalah kecerdasan spiritual. Konstanta 40,725 menyatakan bahwa jika tidak ada kecerdasan spiritual maka prestasi belajar adalah 59,873. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan tingkat kecerdasan spiritual < 72,51 adalah kurang. Koefisien regresi sebesar 0,295 menyatakan bahwa setiap penambahan nilai kecerdasan spiritual 1, prestasi belajar meningkat 0,295.

8. Pengujian Hipotesis KetujuhRumusan hipotesis ketujuh berbunyi: Ada perbedaan

yang signifikan kemampuan hafalan Al-Qur’an, kemampuan matematika, kecerdasan spiritual dan prestasi belajar antara siswa program boarding school dan program full day school SMPIT Abu Bakar. Hipotesis akan dianalisis dengen uji-t (Independent Samples Test). Hipotesis diterima apabila t hitung ≤ -t tabel atau thitung ≥ t tabel.

Pada derajat kebebasan df sebesar 263 dengan taraf signifikansi 5% harga t tabel sebesar 1,969. Berarti apabila t hitung lebih besar atau sama dengan 1,969, atau lebih kecil atau sama dengan -1,969 hipotesis diterima. Jika t hitung berada diantara -1,969 dan 1,969 hipotesis penelitian ditolak.

Berdasarkan perhitungan analisis uji-t sampel independen dengan program SPSS diperoleh harga thitung variabel hafalan Al-Qur’an 0,420,kemampuan matematika -1,802, kecerdasan spiritual 1,941 dan prestasi belajar 1,134. Semua t hitung berada diantara -1,969 dan 1,969 sehingga hipotesis penelitian ditolak. Berarti tidak ada perbedaan yang signifikan baik hafalan Al-Qur’an, kemampuan matematika, kecerdasan spiritual maupun prestasi belajar antara siswa program boarding school dan full day school SMPIT Abu Bakar.

D. Pembahasan Hasil PenelitianSecara teoritis pembelajaran hafalan Al-Qur’an akan

melatih siswa untuk terbiasa memusatkan perhatian, berkonsentrasi, dan mencermati susunan atau pola ayat-

28

Page 29: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

ayat dalam Al-Qur’an. Sejalan dengan pembelajaran matematika yang memerlukan perhatian, konsentrasi dan pemahaman terhadap pola-pola bilangan tertentu.

Kebiasaan untuk berkonsentrasi dalam pembelajaran hafalan Al-Qur’an akan membantu pikiran ketika belajar matematika. Walaupun demikian jelas belajar matematika yang benar bukan hafalan rumus-rumus tetapi pemahaman konsep dan pola-pola tertentu. Pada penelitian ini ditemukan hubungan yang signifikan dan positif antara hafalan Al-Qur’an dengan kemampuan matematika. Berarti bahwa semakin baik hafalan Al-Qur’an semakin baik juga kemampuan matematikanya.

Al-Qur’an sebagai kitab suci tidak hanya untuk dihafal tetapi juga difahami isi dan kandungannya. Membacanya merupakan ibadah yang berdampak pada kesucian jiwa dan fikiran. Sehingga berpengaruh kepada kecerdasan spiritual. Pada penelitian ini ditemukan adanya pengaruh yang signifikan dan positif hafalan Al-Qur’an terhadap kecerdasan spiritual siswa SMPIT Abu Bakar sebesar 12,5 % sisanya 87,5% dipengaruhi oleh aspek-aspek yang lain.

Hafalan Al-Qur’an juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa SMPIT Abu Bakar sebasar 19,6 % . Jika dibandingkan dengan pengaruhnya terhadap kecerdasan spiritual, prosentase pengaruh hafalan Al-Qur’an terhadap prestasi belajar lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan karena pembelajaran Al-Qur’an di SMPIT Abu Bakar belum sampai pada pendalaman makna kandungan Al-Qur’an. Akan tetapi masih sebatas menghafalkan untuk diujikan dan termasuk dalam hasil akhir prestasi belajar.

Secara teori pembelajaran matematika melatih siswa untuk berfikir kritis, tanggung jawab, disiplin, adil dan jujur. Karakter tersebut merupakan sebagian dari ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual. Pada penelitian ini ditemukan adanya pengaruh kemampuan matematika terhadap kecerdasan spiritual siswa sebesar 3,7%. Prosentase pengaruhnya tidak terlalu besar, karena boleh jadi pembelajaran matematika di SMPIT Abu Bakar atau bahkan hampir semua sekolah belum menekankan pada pembentukan karakter kejujuran, tanggung jawab, disiplin, kepedulian dan sebagainya. Tetapi masih menekankan pada berfikir rasional atau bahkan hanya menyelesaikan soal-soal matematika yang tidak teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan matematika berpengaruh terhadap prestasi belajar sebesar 16,4%. Jika dibandingkan dengan

29

Page 30: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

pengaruhnya terhadap kecerdasan spiritual prosentase pengaruh kemampuan matematika terhadap prestasi belajar lebih besar.

Secara teoritis siswa yang memiliki kecerdasan spiritual baik, mereka akan mempunyai karakter baik. Sikap tanggung jawab, disiplin, sabar, jujur, adil, dan mampu mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang dialami merupakan ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual. Jika terjadi kegagalan atau kesulitan mereka segera mengambil hikmahnya dan mencari solusi atas kesulitan atau kegagalannya. Sehingga mereka akan mampu meraih prestasi yang baik.

Pada penelitian ini ditemukan adanya pengaruh yang signifikan dan positif kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar sebesar 26,9%. Jika dibandingkan dengan pengaruh dua variabel yang lain prosentase pengaruh kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran Al-Qur’an dan pembelajaran matematika di SMPIT Abu Bakar akan lebih besar pengaruhnya untuk mencapai prestasi belajar melalui pembinaan kecerdasan spiritualitas.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa sesuai dengan kategori yang ditetapkan, hafalan Al-Qur’an siswa program boarding school dan full day school sama-sama baik. Walaupun siswa boarding school relaif lebih baik tetapi perbedaannya tidak signifikan. Siswa program boarding school yang berada pada kategori sangat baik 2 %, kategori baik 59% , kategori cukup 32% , dan kategori kurang 7 %, sedangkan siswa program full day school yang berada pada kategori sangat baik 1%, kategori baik 62%, kategori cukup 24% dan kategori kurang 13%.

Temuan berikutnya pada kemampuan matematika. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan harga rerata kemampuan matematika siswa boarding school tersebut termasuk kategori cukup. Sedangkan siswa full dayschool termasuk kategori baik. Dengan rerata kemampuan matematika siswa boarding school 77,8 dan siswa full day school 80,08. Tingkat kecenderungan kemampuan matematika siswa boarding school yang berada pada kategori sangat baik 6,5 %, baik 42% , cukup 47% , dan kurang 4,5 %, sedangkan siswa program full day school yang berada pada kategori sangat baik 10%, baik 45%, cukup 41% dan kurang 4%. Ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua kelompok tersebut.

30

Page 31: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

Demikian juga pada variabel kecerdasan spiritual antar siswa program boarding school dan program full day school . Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan harga rerata kecerdasan spiritual siswa boarding school tersebut termasuk kategori baik. Sedangkan siswa full day school termasuk kategori cukup. Dengan rerata masing-masing 151,96 dan 148,57 . Tingkat kecenderungan kecerdasan spiritual siswa boarding school yang berada pada kategori sangat baik 10 %, baik 48% , cukup 37% , dan kurang 5 %. Sedangkan siswa program full day school yang berada pada kategori sangat baik 4%, baik 47%, cukup 42% dan kurang 7%. Namun tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua kelompok tersebut.

Variabel prestasi belajar sebagai variabel yang menentukan, karena hasil akhir dari proses pembelajaran dilihat dari prestasi belajarnya. Pada deskrikpsi variabel ini ditemukan berdasarkan kategori yang telah ditetapkan harga rerata prestasi belajar siswa boarding school tersebut termasuk kategori baik. Sedangkan siswa full day school termasuk kategori cukup. Dengan rerata 85,6523 prestasi belajar siswa program boarding school dan 84,5166 prestasi belajar siswa program full day school serta tingkat kecenderungan prestasi belajar siswa boarding school yang berada pada kategori sangat baik 7 %, baik 52% , cukup 38% dan kurang 3 %, sedangkan siswa program full day school yang berada pada kategori sangat baik 3%, baik 52%, cukup 38% dan kurang 7%. Ternyata juga tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok tersebut.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. KesimpulanBerdasarkan analisis data dan pembahasan dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:1. Tingkat hafalan Al-Qur’an siswa program boarding school dan full day

school berada pada kategori baik.. 2. Tingkat kemampuan matematika siswa secara umum berada pada kategori

cukup. Program boarding school berada pada kategori cukup,sedangkan program full day school pada kategori baik Walaupun demikian perbedaan kemampuan matematika kedua kelompok tersebut tidak signifikan.

3. Tingkat kecerdasan spiritual siswa SMPIT Abu Bakar secara umum berada pada kategori baik. Program boarding school berada pada kategori baik dan program full day school pada kategori cukup, namun perbedaan kedua kelompok tersebut tidak signifikan.

31

Page 32: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

4. Tingkat prestasi belajar siswa secara umum berada pada kategori cukup, program boarding school berada pada kategori baik dan program full day school pada kategori cukup, namun perbedaan kedua kelompok tersebut tidak signifikan.

5. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara hafalan Al-Qur’an dan kemampuan matematika siswa dengan koefisien korelasi (r) 0,380.

6. Ada pengaruh yang positif dan signifikan hafalan Al-Qur’an terhadap kecerdasan spiritual siswa dengan koefisien korelasi (r) 0,354. Kecerdasan spiritual dipengaruhi oleh hafalan Al-Qur’an sebesar12,5 % dan sisanya 87,5% dipengaruhi oleh aspek-aspek yang lain. Jika tidak ada hafalan Al-Qur’an maka kecerdasan spiritual hanya mencapai 118,676 berada pada kategori kurang..

7. Ada pengaruh yang positif dan signifikan kemampuan matematika terhadap kecerdasan spiritual siswa dengan koefisien korelasi 0,193. Walaupun pengaruhnya hanya 3,7%. Tanpa kemampuan matematika rerata kecerdasan spiritual 129,401 berada pada kategori baik.

8. Ada pengaruh yang positif dan signifikan hafalan Al-Qur’an terhadap prestasi belajar siswa dengan koefisien korelasi 0,443.Sebesar 19,6 % prestasi belajar dipengaruhi oleh hafalan Al-Qur’an dan sisanya 80,4% dipengaruhi oleh aspek-aspek yang lain. Jika tidak ada hafalan Al-Qur’an maka prestasi belajar adalah 62,478, berada pada kategori kurang.

9. Ada pengaruh yang positif dan signifikan kemampuan matematika terhadap prestasi belajar siswa dengan koefisien korelasi 0,405. Sebesar 16,4 % prestasi belajar dipengaruhi oleh kemampuan matematika dan sisanya 83,6% dipengaruhi oleh aspek-aspek yang lain.Jika tidak ada kemampuan matematika maka prestasi belajar adalah 59,873berada pada kategori kurang.

10. Ada pengaruh yang positif dan signifikan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa SMPIT Abu Bakar dengan koefisien korelasi 0,518.Kecerdasan spiritual mempengaruhi 26,9 % prestasi belajar. Jikatidak ada kecerdasan spiritual maka prestasi belajar adalah 59,873 berada pada kategori kurang.

11. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada siswa SMPIT Abu Bakat program boarding school dan full day school dalam hal hafalan Al-Qur’an, kemampuan matematika, kecerdasan spiritual dan prestasi belajar.

B. Implikasi PenelitianBerdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah

diuraikan di atas, dapat dikemukakan beberapa implikasi dari penelitian sebagai berikut:1. Pada penelitian ini ditemukan bahwa tingkat hafalan Al-

Qur’an program boarding school dan full day school pada kategori baik. Implikasinya pembelajaran Al-Qur’an perlu tetap dipertahankan dan untuk siswa program boarding school seharusnya dapat mencapai kategori sangat baik.

32

Page 33: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

2. Tingkat kemampuan matematika siswa program boarding school cukup sedangkan program full day school baik, tetapi perbedaannya tidak signifikan. Implikasinya dimungkinkan kurang waktu bagi siswa boarding school untuk mempelajari matematika di luar jam sekolah reguler.

3. Kecerdasan spiritual siswa baording school pada kategori baik sedangkan siswa program full day school cukup, tetapi perbedaannya tidak signifikan Implikasinya secara umum semua siswa perlu dibina kecerdasan spiritualnya agar lebih baik lagi..

4. Tingkat prestasi belajar siswa baording school pada kategori baik sedangkan siswa program full day school cukup, tetapi perbedaannya tidak signifikan. Implikasinya adalah sebagaimana tingkat kecerdasan spiritual, berarti pengaruh kecerdasan spiritual terhadap prestrasi belajar cukup besar. Siswa program full day school walapun dalam kegiatan KBM bersama – sama dengan siswa program boarding school perlu diberikan bimbingan yang efektif yang dapat meningkatkan kecerdasan spiritual.

C. Saran 1.Sekolah perlu mengadakan pembinaan guru Al-Qur’an dan

guru matematika agar pembelajarannya lebih bermakna terutama untuk meningkatkan kecerdasan spiritual dan prestasi belajar secara keseluruhan

2. Siswa perlu tetap mempertahankan kemampuan hafalan Al-Qur’an dengan cara mengulang-ulang setiap saat agar tidak hilang.

3. Siswa perlu dilatih menerapkan ketrampilan memecahkan persoalan matematika ke dalam kehidupan sehari-hari.

4. Siswa perlu diberikan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan kecerdasan spiritual

5. Perlu ada penelitian lanjutan untuk mengembangkan aspek-aspek dalam penelitian ini dengan melibatkan guru, sarana dan program-program unggulan yang ada di SMPIT Abu Bakar.

DAFTAR PUSTAKAAbdul Aziz, Menghafal Al-Qur’an itu Mudah, Jakarta,Markaz Al-Qur’an, 2009Abdul Wahid, Korelasi Prestasi Belajar dan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an

Siswa Madrasah Ulum Al-Qur’an Pagar Air Aceh Besar, Jurnal Sintesa, Vol.7. No.2, Juli 2008

Abdul Wahid Hasan, SQ Nabi Aplikasi Strategi & Model Kecerdasan Spiritual (SQ) Rasulullah di Masa Kini, Yogyakarta, IRCiSoD, 2006

Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyyatul Aulad fil Islam, penterjemah Syafullah K, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Semarang, Asyifa, 1993

Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta , Rineka Cipta, 2004

33

Page 34: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

Abul Bilal Abdullah Al Hamid, Ta’limul Qur’anil Karim, Bairut, Addaarul Arabiyyati lill ‘ulum, 2003 dalam Al adad, Rabiul Akhir 1429 H April 2008

Agung Cahyono “HubunganKemampuan Hafalan Al-Qur’an Dengan Prestasi Pelajaran Matematika di Kelas I MTS Al-Irsyad Tengaran Tahun Pelajaran 2005/2006”. Skripsi, UMS Surakarta, 2006

Agus Purwanto,”Ayat-ayat Semesta, Sisi-sisi Al-Qur’an yang Terlupakan, Bandung, Mizan, 2008

Ali Nawaitu, Kaifa Tahfizhul Qur’an, Mesir, Daarut tauzi’ wannasyri Al Islamiyah, 2002

Albastomi, Matematika tak Sulit, Surabaya, Apollo, 2005Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, Jakarta,

Penerbit Arga , 2009Asallim Aswan, Kembangkan Kecerdasan Spiritual Anda, Semarang, Gradasi,

2007Elazar J.Pedhazur, MultipleRegression in Behavioral Research Explanation

and Prediction, Thomson Learning, 1997Hasan Abdul Wahid, SQ Nabi Aplikasi Strategi & Model Kecerdasan Spiritual

(SQ) Rasulullah di Masa Kini, Yogyakarta, IRCiSoD,2006Ibrahim Elfiky,Quutut Tafkir, judul terjemahan Terapi Positive Thinking,

penerjemah Firly Bassam Taqiy, Yogyakarta, Hikam Pusaka, 2009Khalid Ibnu Abdul Karim al Lahm, Sukses Hidup Al-Qur’an,Yogyakarta,Pinus

Religi,2008Maksudin, Pendidikan Nilai Sistem Boarding School di SMPIT Abu Bakar

Yogyakarta, Desertasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006.Muhammad Syafii Antonio, Muhammad SAW The Super Leader Super

Manager, Jakarta, ProLM Centre, 2007Mustafa Al-Bugho, Alwafi fi Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, penerjemah

Abdullah,Lc, Jakarta, Robbani Press, 2005Nakosteen Mehdi, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat, Surabaya,

Risalah Gusti, 1996Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung, CV Remaja Karya, 1986Rayhanah Aisyah, Hubungan antara Intensitas Berinteraksi dengan Al-Qur’an

dengan Kecerdasan Spiritual , Skripsi:Tidak diterbitkan. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. 2007

Shihatul Badriyah, Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MtsNegeri Malang 2, Skripsi. Tidak diterbitkan, Malang Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhuinya,Jakarta, Bumi Aksara, 1995

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2010

Suharsono, Melejitkan IQ, IE dan IS, Jakarta, Inisiasi Press, 2001Sutrisno, Hubungan Antara Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional

dan Kecerdasan Spiritual dengan Prestasi Belajar Siswa di SD Negeri I

34

Page 35: Jurnal Oleh Ahmad Agus Sofwan

Kedak Kecamatan Semen Kabupaten Kediri. Thesis, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2010

Syarifudin Ahmad, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an, Jakarta, Gema Insan Pers, 2004

Zohar Danah, SQ : Kecerdasan Spiritual,Cetakan XI, Bandung, Mizan, 2007

35