jurnal novi

19
INFLUENCE OF POND'S AGE MIRACLE ADVERTISING THROUGH TELEVISION MEDIA AND CONSUMER TRUST IN A CORPORATE BRAND UNILEVER TO CONSUMER PURCHASE INTENTION AT KREMBANGAN SURABAYA Novi Wijayanti ABSTRACT After protection and whitening cosmetics, cosmetic portion of the growing anti-aging. Competition of anti-aging cosmetics manufacturers increasingly fierce. In Indonesia, a new anti-aging products developed during the last two years. Although the product is still relatively new, anti-aging cosmetic market growing rapidly, it is not surprising because any woman who does not drool on the promise of eternal youth without wrinkles on the face. Problem of wrinkles and premature aging is a problem many women began entering the age above 35 years. Quite often the way in which many women to stay beautiful and young, both in the public eye or in the eyes of a husband. Expanding the times and technology allows it. And this can be seen through a new breakthrough issued by the Pond's Age Miracle. As new products, the role of marketing communications and customer trust in a Corporate Brand is essential. The research aim to investigate and analyze influence of Pond’s Age Miracle advertising through television media and consumer trust in a Corporate Brand Unilever to consumer purchase intention at Krembangan Surabaya. The research is conclusive research. The population in this study were women aged 30-59 years who are domiciled in the District Krembangan Surabaya and have seen the ad Pond's Age Miracle at least twice. Sample taken 160 respondents, and sampling using accidental sampling technique. The measurement used is the questionnaire, and data were analyzed by multiple linear regression. Result of research indicates that R 2 is 0,696 mean there is Pond’s Age Miracle advertising through television media and consumer trust in a Corporate Brand Unilever to consumer purchase intention at Krembangan Surabaya equal to 69,6%, while the rest equal to 30,4% influenced by other variable outside research. Variable Pond’s Age Miracle advertising through television media is dominant variable that influence consumer purchase intention at Krembangan Surabaya. Recommended to the next researcher for investigate other variable outside the research such as product quality and WOM (Word of Mouth). For the company is recommended to more creative in making the ads, so ads are made more on target. Key word: advertising, consumer trust, purchase intention

Upload: jumowo

Post on 25-Jun-2015

1.060 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal novi

INFLUENCE OF POND'S AGE MIRACLE ADVERTISING THROUGH TELEVISION MEDIA AND CONSUMER TRUST IN A CORPORATE BRAND

UNILEVER TO CONSUMER PURCHASE INTENTION

AT KREMBANGAN SURABAYA

Novi Wijayanti

ABSTRACT

After protection and whitening cosmetics, cosmetic portion of the growing anti-aging. Competition of

anti-aging cosmetics manufacturers increasingly fierce. In Indonesia, a new anti-aging products developed during the last two years. Although the product is still relatively new, anti-aging cosmetic market growing rapidly, it is not surprising because any woman who does not drool on the promise of eternal youth without wrinkles on the face. Problem of wrinkles and premature aging is a problem many women began entering the age above 35 years. Quite often the way in which many women to stay beautiful and young, both in the public eye or in the eyes of a husband. Expanding the times and technology allows it. And this can be seen through a new breakthrough issued by the Pond's Age Miracle. As new products, the role of marketing communications and customer trust in a Corporate Brand is essential. The research aim to investigate and analyze influence of Pond’s Age Miracle advertising through television media and consumer trust in a Corporate Brand Unilever to consumer purchase intention at Krembangan Surabaya.

The research is conclusive research. The population in this study were women aged 30-59 years who are domiciled in the District Krembangan Surabaya and have seen the ad Pond's Age Miracle at least twice. Sample taken 160 respondents, and sampling using accidental sampling technique. The measurement used is the questionnaire, and data were analyzed by multiple linear regression.

Result of research indicates that R2 is 0,696 mean there is Pond’s Age Miracle advertising through television media and consumer trust in a Corporate Brand Unilever to consumer purchase intention at Krembangan Surabaya equal to 69,6%, while the rest equal to 30,4% influenced by other variable outside research. Variable Pond’s Age Miracle advertising through television media is dominant variable that influence consumer purchase intention at Krembangan Surabaya. Recommended to the next researcher for investigate other variable outside the research such as product quality and WOM (Word of Mouth). For the company is recommended to more creative in making the ads, so ads are made more on target.

Key word: advertising, consumer trust, purchase intention

Page 2: jurnal novi

PENGARUH IKLAN POND’S AGE MIRACLE MELALUI MEDIA TELEVISI DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN PADA CORPORATE BRAND

UNILEVER TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI KECAMATAN KREMBANGAN SURABAYA

Novi Wijayanti

ABSTRAK

Setelah kosmetik proteksi dan pemutih, porsi kosmetik anti-penuaan semakin membesar. Persaingan produsen kosmetik anti-penuaan semakin sengit. Di Indonesia, produk anti-penuaan baru berkembang selama dua tahun terakhir. Meski produknya masih terbilang baru, pasar kosmetik anti-penuaan berkembang cepat, tidak mengherankan karena wanita mana yang tidak tergiur pada janji awet muda tanpa kerutan di wajah. Masalah kerutan dan penuaan dini adalah problem banyak wanita yang mulai memasuki usia di atas 35 tahun. Tak jarang banyak cara yang ditempuh wanita agar tetap tampil cantik dan muda, baik di mata umum ataupun di mata suami. Berkembangnya zaman dan teknologi memungkinkan hal itu. Dan ini bisa terlihat lewat terobosan baru yang dikeluarkan oleh Pond’s Age Miracle. Sebagai produk baru, peran komunikasi pemasaran dan kepercayaan pelanggan pada corporate brand sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk membahas dan menganalisis pengaruh iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi dan kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever terhadap minat beli konsumen di Kecamatan Krembangan Surabaya.

Jenis penelitian ini adalah riset konklusif. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita berusia 30-59 tahun yang berdomisili di Kecamatan Krembangan Surabaya dan telah melihat iklan Pond’s Age Miracle minimal dua kali. Sampel yang diambil sebanyak 160 responden, dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik accidental sampling. Alat ukur yang digunakan adalah angket, serta data dianalisis dengan regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,696 artinya pengaruh variabel iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi dan kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever terhadap minat beli konsumen di Kecamatan Krembangan Surabaya sebesar 69,6%, sedangkan sisanya sebesar 30,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian. Variabel iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi adalah variabel dominan yang mempengaruhi minat beli konsumen di Kecamatan Krembangan Surabaya. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti variabel lain di luar penelitian ini seperti kualitas produk dan WOM (Word of Mouth). Selain itu disarankan kepada perusahaan untuk lebih kreatif lagi dalam membuat iklan, agar iklan yang dibuat lebih mengenai sasaran.

Kata kunci: iklan, kepercayaan konsumen, minat beli

Page 3: jurnal novi

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Menurut Kotler dan Keller (2007: 204),

”Iklan sering merupakan unsur sentral dari program komunikasi pemasaran”. Kampanye iklan ideal akan memastikan bahwa iklan memotivasi konsumen mempertimbangkan pembelian merek dan iklan menciptakan asosiasi merek yang kuat dengan semua efek komunikasi sehingga bisa membawa dampak ketika konsumen mempertimbangkan untuk melakukan pembelian (Kotler dan Keller, 2007:211).

Salah satu fungsi adanya iklan dari sebuah produk adalah ingin memberitahukan manfaat apa saja yang bisa diterima konsumen. Isi pesan dari sebuah iklan pun harus dirumuskan konsep-konsepnya, karena iklan itu sifatnya harus persuasif, atau mengajak atau menarik konsumen untuk membeli produk. Seperti yang dikatakan Aaker dan Myers (1982) dalam Ritonga (2005:57), bahwa ”Persuasivitas iklan sering dikembangkan dengan menstimulasi tanda dan simbol yang berkaitan dengan emosi, seperti rasa cemas, cinta, patriotisme, seks, hasrat, humor, dan sejenisnya”. Dasar pemikirannya, kata Jeffkins (1983) dalam Kasali (1992:9), ”karena periklanan bertujuan untuk membeli”. Dalam upaya membujuk konsumen, biasanya pesan iklan disusun dengan mengacu pada motivasi dasar khalayak sasaran secara emosional dan rasional (dalam Ritonga, 2005:57).

Merek memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepercayaan konsumen pada perusahaan, hal tersebut dikarenakan merek adalah simbol yang mencerminkan identitas, atribut, kredibilitas dan kompetensi dari perusahaan itu sendiri yang diharapkan dapat memberikan pengharapan pemenuhan kualitas pada konsumen. Bagi pemasar, merek mewakili hubungan pemasaran yang tercipta dengan konsumen.

Kepercayaan pada corporate brand adalah keyakinan konsumen terhadap perusahaan yang diidentifikasikan sebagai corporate brand di mana akan menyediakan barang dan jasa dengan kualitas yang sesuai dengan harapan konsumen dengan dasar pengalaman pribadi konsumen atau informasi pihak lain di masa lalu (Sichtmann, 2007:1001).

Sebuah hubungan antar individu ataupun antar kelompok tidak akan bertahan apabila tidak dilandasi unsur kepercayaan (Trust) secara timbal balik antar individu atau kelompok yang saling berhubungan. Apabila kepercayaan berkembang, maka sebuah hubungan dapat bertahan lama dan saling menguntungkan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan David C. Arnott (2007:981) yang mengatakan ”Any successful relationship, from friendship and marriage to partnerships and

business transactions, is dependent to a greater or lesser extent upon the degree of trust between the parties”. Pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap sukses hubungan, dari persahabatan dan perkawinan untuk kemitraan dan transaksi bisnis, bergantung pada sejauh lebih besar atau kecil pada tingkat kepercayaan antar pihak.

Kepercayaan ini yang kemudian menciptakan jalinan relasi antar merek dan pelanggan sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi resiko pembelian dan mendorong terciptanya preferensi merek, loyalitas merek dan kesediaan konsumen untuk mempertimbangkan produk baru yang ditawarkan perusahaan dengan nama merek yang sama di kemudian hari (Tjiptono, 2005:39).

Minat beli merupakan tahap perencanaan sebelum seorang pembeli melakukan keputusan pembelian. Percy et al (2004), mendefinisikan ”Minat beli adalah keinginan konsumen untuk melakukan tindakan pembelian baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang”. Pengukuran terhadap minat beli juga lebih tepat digunakan karena pada umumnya konsumen tidak dalam sedang membutuhkan dan akan membeli suatu produk. Sedangkan Peter dan Olson (2002) menyatakan bahwa hanya konsumen yang saat itu membutuhkan kategori produk, yang benar-benar akan melakukan tindakan pembelian aktual setelah menerima pesan iklan.

Perspektif pengalaman (experiental perspective) atas pembelian konsumen menyatakan bahwa untuk beberapa hal konsumen tidak melakukan pembelian sesuai dengan proses pengambilan keputusan yang rasional. Namun, mereka membeli produk dan jasa tertentu untuk memperoleh kesenangan, menciptakan fantasi, atau perasaan emosi saja (Mowen dan Minor, 2002:12). Pembuat iklan seringkali menggunakan tampilan emosi dalam mempengaruhi konsumen. Kotler dan Keller (2006:216) mengatakan bahwa alat-alat motivasi atau yang menimbulkan minat beli sering dimanfaatkan untuk menarik perhatian konsumen dan meningkatkan keterlibatan mereka pada iklan.

Di Indonesia, produk anti-penuaan baru berkembang selama dua tahun terakhir. Meski produknya masih terbilang baru, pasar kosmetik anti-penuaan berkembang cepat, tidak mengherankan karena wanita mana yang tidak tergiur pada janji awet muda tanpa kerutan di wajah.

Kesuksesan Unilever di tahun 2009 juga didukung oleh iklan yang lebih efektif, terutama Ponds Age Miracle. Kampanye Fabulous 30 yaitu cantik di usia 30an untuk produk Ponds Age Miracle juga berhasil memperkuat posisi produk ini di tengah pasar produk anti-ageing yang semakin dinamis. Frekuensi iklan Pond’s Age Miracle di Televisi rata-rata 3-5 kali sehari di setiap stasiun

Page 4: jurnal novi

televisi. Frekuensi iklan ini termasuk tinggi karena Pond’s Age Miracle sedang gencar mengkampanyekan anti penuaan dini yang pesarnya memang terus berkembang di Indonesia.

Tayangan iklan Pond’s Age Miracle dalam penelitian ini adalah iklan Pond’s Age Miracle yang diendoseri oleh Cut Mini di mana ia ditunjuk sebagai Brand Ambassador Pond’s Age Miracle. Iklan ini muncul pada periode Januari-Maret 2010. Iklan ini menggunakan slogan yang menonjolkan selling point Pond’s Age Miracle itu sendiri, yaitu “Vlek hitam dan keriput tampak berkurang secara nyata dalam 7 hari” dan didukung oleh pernyataan Cut Mini “Jangan tunggu sampai ada kerut” yang mengajak pemirsa untuk pentingnya mencegah penuaan sejak dini. Sedangkan musik yang digunakan dalam iklan ini adalah musik ilustrasi latar belakang dengan maksud agar sesuai dengan telinga pendengarnya atau target marketnya yaitu wanita usia 30 ke atas. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah : 1. Adakah pengaruh iklan Pond’s Age Miracle

melalui media televisi dan kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever secara simultan terhadap minat beli konsumen di Kecamatan Krembangan Surabaya?

2. Adakah pengaruh iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi dan kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever secara parsial terhadap minat beli konsumen di Kecamatan Krembangan Surabaya?

Asumsi Asumsi adalah anggapan dasar yang

melandasi penelitian ini. Dalam penelitian ini, penulis mempunyai asumsi atau anggapan dasar bahwa : Ø Iklan Pond’s Age Miracle ini ditayangkan di

seluruh stasiun televisi nasional di Indonesia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Periklanan

Menurut Fandy Tjiptono (1997 : 225), iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya. Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotional mix) dan bauran promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat

suatu media. Namun demikian, untuk membedakannya dengan pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang untuk membeli, seperti yang dikatakan oleh Frank Jefkins : advertising aims to persuade people to buy (Kasali, 1992 :9).

Menurut Kotler dan Keller (2007 : 244), iklan adalah segala bentuk presentasi nonpribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Definisi periklanan menurut Sutisna (2002:275), ”Pertama, periklanan adalah bentuk komunikasi yang dibayar, walaupun beberapa bentuk periklanan seperti iklan layanan masyarakat, biasanya menggunakan ruang khusus yang gratis, atau walaupun harus membayar tapi dengan jumlah sedikit. Kedua, selain pesan yang harus disampaikan harus dibayar, dalam iklan juga terjadi proses identifkasi sponsor”. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa periklanan adalah suatu bentuk presentasi nonpribadi atau massal dan promosi ide, barang, dan jasa yang memerlukan pembayaran sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Elemen Periklanan

Strategi pesan, juga disebut sebagai daya tarik iklan, adalah pendekatan umum menyeluruh yang mengadopsi iklan. Ada dua jenis daya tarik pesan. Yang pertama adalah daya tarik dari alam rasional. Hal ini telah didefinisikan oleh Stafford dan Day (1995) sebagai presentasi dari informasi dalam cara yang lurus ke depan, ditandai oleh objektivitas. Puto dan Wells (1984) merujuk daya tarik alam rasional ini kepada pendekatan sebagai informasi periklanan. Jenis yang kedua adalah daya tarik dari alam emosional dan dikaitkan dengan perasaan seperti petualangan, takut, romantis dan status (CutlerandJavalgi, 1993). Jenis daya tarik ini juga telah didefinisikan sebagai transformasi di mana merek dihubungkan dengan pengalaman positif dan menyenangkan (Puto and Sumur, 1984; Rossiter dan Percy, 1997). Daya tarik emosional mencoba membangkitkan emosi negatif (misalnya. takut, rasa bersalah dan malu) atau emosi positif (misalnya cinta, humor, kebanggaan, dan kegembiraan) mempengaruhi tanggapan afektif (Batra dan Ray, 1986), termasuk sikap (Edell dan Burke, 1987; Holbrook dan Batra, 1987).

Iklan terdiri dari beberapa elemen yang dapat diolah perusahaan menjadi suatu bentuk iklan yang kreatif sehingga iklan tersebut diharapkan dapat mempunyai keterkaitan dengan emosi konsumen.

Menurut Rossiter dan Parcy (1987:197), Prosessing response are made to stimulus detail (element) contained in the advertisement. The elemen or stimuli, depending on the advertising

Page 5: jurnal novi

medium, can be picture, spoken words (sound), written words, music, colour, movement, that comprises the various details of ads.

Artinya, reaksi yang terjadi pada konsumen merupakan akibat dari rangsangan melalui elemen-elemen yang ada pada iklan, untuk itu kreativitas sangat diperlukan untuk menciptakan keterkaitan antara iklan dengan faktor emosi. Menurut Rossiter dan Parcy (1987:209), “Creative have a wide range of stimuli or element that they include in ads to elicit various emotions. They can be drawn from any six stimulus types depending on the advertising medium”.

Dijelaskan bahwa kreativitas dalam iklan diperlukan untuk menciptakan emosi konsumen, yaitu dengan menggunakan elemen-elemen yang ada pada iklan. Elemen-elemen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pictures, meliputi gambar-gambar yang

digunakan dalam tayangan iklan termasuk produk yang digunakan.

2. Words, yaitu kata-kata yang tertera/ terlihat pada tayangan iklan sebagai pendukung manfaat produk yang diiklankan dan menjelaskan pesan iklan agar terus dapat diingat dan melekat pada pikiran pemirsa.

3. Musics, musik yang digunakan untuk mendukung tayangan iklan agar iklan tersebut dapat lebih menarik perhatian pemirsa televisi. Musik dalam iklan dibagi menjadi dua, yaitu jingle dan musik latar belakang.

4. Voices, suara pada iklan termasuk kata-kata yang terdengar maupun suara lainnya yang terpadu dalam menjelaskan pesan iklan yang ditayangkan.

5. Colours, komposisi atau kesesuaian warna gambar serta pengaturan cahaya pada iklan.

6. Movement, gerakan pada tayangan iklan yang dapat mempengaruhi emosi seseorang.

Stimulus yang bergerak akan menarik perhatian konsumen dibandingkan yang diam (Sumarwan, 2004 : 80). Alat visual ini hanya berbentuk tindakan atau gerak-gerik sederhana.

Menurut Panwar dan Agnihotri (2006:311), iklan terdiri dari berbagai elemen, seperti :

1. Pesan iklan

Menurut Soemanagara (2008 : 116), pesan dalam iklan harus mampu menjawab pertanyaan ; Apa, Untuk Apa, Caranya, Hasil atau Dampaknya. Dan, sebuah pesan iklan yang baik adalah singkat dan jelas, mudah dipahami, dan adanya pengulangan kata (jika dibutuhkan). Kemampuan dari sebuah pesan dalam memberikan perhatian yang tinggi terhadap obyek disebut intensitas. Intensitas yang cukup tinggi diperlukan dalam sebuah pemaparan

informasi agar menarik perhatian yang tinggi dari audience. Penggunaan efek suara dan warna, karakter teks, dan figure pemeran dalam iklan selalu menjadi landasan utama untuk mengukur intensitas sebuah iklan (Soemanagara, 2008 : 112).

2. Endorser / sumber Pesan yang disampaikan sumber yang

menarik atau terkenal akan memperoleh perhatian dan daya ingat yang lebih tinggi. Itulah sebabnya pemasang iklan sering menggunakan selebriti sebagai juru bicara. Selebriti kemungkinan akan efektif apabila mereka melambangkan ciri utama produk. Yang penting adalah kredibilitas juru bicara tersebut. Dukungan selebriti pilihan bahkan dapat melontarkan produk yang tadinya tidak disukai masuk ke dalam lingkup para bintang (Kotler, 2007 : 216).

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kredibilitas sumber adalah kontributor penting bagi sikap individu terhadap suatu iklan serta efektivitas periklanan (Lafferty et al., 2002; Ohanian, 1990) dalam jurnal Clow dkk (2006:405). Dalam studi ini, kredibilitas sumber yang dimaksud kredibilitas endorser, juru bicara, atau individu ditampilkan dalam iklan. Para pendukung atau juru bicara ini bisa pelanggan, karyawan perusahaan, seorang selebriti, atau orang khas model. Ohanian (1990), mendefinisikan kredibilitas sumber sebagai "karakteristik positif komunikator yang mempengaruhi penerimaan penerima pesan".

3. Musik 4. Slogan 5. Lagu

Adapun indikator iklan melalui media televisi yang digunakan dalam penelitian ini menggabungkan elemen iklan menurut Rossister dan Parcy (1997:197) dan menurut Panwar dan Agnihotri (2006:311), yaitu pictures, words, musics, voices, colours, movements, dan endoser. Kepercayaan Konsumen Terhadap Corporate Brand

Menurut Mowen dan Minor (2002:312), kepercayaan adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut, dan manfaatnya. Konsumen akan mengungkapkan kepercayaan terhadap berbagai atribut yang dimiliki suatu merek dan produk yang dievaluasinya (Sumarwan, 2004:151).

Kepercayaan konsumen pada suatu perusahaan (Corporate) tidak dapat dipisahkan dari peranan merek (brand) yang menyertai produk tersebut. Merek memiliki pengaruh yang kuat

Page 6: jurnal novi

terhadap kepercayaan konsumen pada perusahaan, hal tersebut dikarenakan merek adalah simbol yang mencerminkan identitas, atribut, kredibilitas dan kompetensi dari perusahaan itu sendiri yang diharapkan dapat memberikan pengharapan pemenuhan kualitas pada konsumen. Bagi pemasar, merek mewakili hubungan pemasaran yang tercipta dengan konsumen.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Aaker dan Joachimsthler yang menyarankan bahwa hubungan yang dekat antara penjual dan pembeli semacam ini seharusnya tidak terbatas pada skala perusahaan. Praktek-praktek semacam ini pun seharusnya juga diterapkan pada hubungan antara merek dengan konsumen karena merek merupakan salah satu pilar dalam suatu hubungan jangka panjang antara konsumen dan penjual, di samping itu tujuan merek adalah untuk menciptakan hubungan hubungan dengan pelanggannya (dalam Ferrinadewi, 2008 : 147).

Sebuah hubungan antar individu ataupun antar kelompok tidak akan bertahan apabila tidak dilandasi unsur kepercayaan (Trust) secara timbal balik antar individu atau kelompok yang saling berhubungan. Apabila kepercayaan berkembang, maka sebuah hubungan dapat bertahan lama dan saling menguntungkan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan David C. Arnott (2007:981) yang mengatakan ”Any successful relationship, from friendship and marriage to partnerships and business transactions, is dependent to a greater or lesser extent upon the degree of trust between the parties”. Pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap sukses hubungan, dari persahabatan dan perkawinan untuk kemitraan dan transaksi bisnis, bergantung pada sejauh lebih besar atau kecil pada tingkat kepercayaan antar pihak.

Menurut Luarn dan Lin (2003) dalam Ferrinadewi (2008:147), kepercayaan adalah sejumlah keyakinan spesifik terhadap integritas (kejujuran pihak yang dipercaya dan kemampuan menepati janji), benevolence (perhatian dan motivasi yang dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang mempercayai mereka, competency (kemampuan pihak yang dipercaya untuk melaksanakan kebutuhan yang mempercayai) dan predictability (konsistensi perilaku pihak yang dipercaya). Menurut Ripperger (1998) dalam jurnal Sichtmann (2007:1002), kepercayaan adalah kesediaan perusahaan pemasok untuk menyediakan produk atau jasa dalam diharapkan.

Pernyataan di atas juga diperkuat oleh pernyataan Morgan dan Hunt. Menurut pernyataan Morgan dan Hunt (1994) dalam jurnal Power (2008:588), kepercayaan adalah keyakinan salah satu pihak (konsumen), bahwa pihak lain (perusahaan penyedia merek produk) dapat

diandalkan secara integritas. Dapat diandalkan secara integritas, diartikan sebagai perusahaan memiliki kompetensi dan kredibilitas yang baik di mata konsumen. Pernyataan Morgan dan Hunt ini mendefinisikan bahwa kepercayaan adalah keyakinan satu pihak dengan pihak lain merupakan komitmen dari suatu hubungan antara konsumen dan perusahaan penyedia produk.

Turnbull et al (dalam Ferrinadewi, 2008 : 146) berpendapat bahwa sifat dari sebuah hubungan yang dekat adalah adanya kondisi yang lebih stabil, lebih mudah saling memprediksi perilaku patner dan usia dari sebuah hubungan sehingga konsumen menjadi enggan untuk berganti penyedia produk. Adanya kepercayaan akan menciptakan rasa aman dan kredibel dan mengurangi persepsi konsumen atas resiko dalam pertukaran (Selnes, 1988).

Dari definisi kepercayaan merek di atas, definisi kepercayaan pada corporate brand adalah keyakinan konsumen terhadap perusahaan yang diidentifikasikan sebagai corporate brand di mana akan menyediakan barang dan jasa dengan kualitas yang sesuai dengan harapan konsumen dengan dasar pengalaman pribadi konsumen atau informasi pihak lain di masa lalu.

Elemen Kepercayaan Konsumen pada Corporate Brand

Corporate brand bagi suatu perusahaan penyedia berfungi dalam memberikan konsumen ekspektasi harapan kualitas yang dapat diberikan perusahaan. Corporate brand yang kuat adalah aset yang sangat penting bagi perusahaan, terutama pada lingkungan bisnis di mana konsumen, investor, dan pasar selalu dikelilingi oleh banyaknya alternatif pilihan yang ada. Kemudian corporate brand yang kuat juga memberikan kepaduan dan memberikan kredibilitas bagi produk yang dihasilkan perusahaan penyedia (Argenti and Druckenmiller, 2004).

Menurut Luarn dan Lin (2003) (dalam Ferrinadewi, 2008 : 147), kepercayaan adalah sejumlah keyakinan spesifik terhadap integritas (kejujuran pihak yang dipercaya dan kemampuan menepati janji), benevolence (perhatian dan motivasi yang dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang mempercayai mereka, competency (kemampuan pihak yang dipercaya untuk melaksanakan kebutuhan yang mempercayai) dan predictability (konsistensi perilaku pihak yang dipercaya).

Menurut pernyataan Morgan dan Hunt (1994) dalam jurnal Power (2008:588), kepercayaan adalah keyakinan salah satu pihak (konsumen), bahwa pihak lain (perusahaan penyedia merek produk) dapat diandalkan secara integritas. Dapat

Page 7: jurnal novi

diandalkan secara integritas, diartikan sebagai perusahaan memiliki kompetensi dan kredibilitas yang baik di mata konsumen.

Menurut Sichtmann (2007:1002), elemen kepercayaan konsumen pada Corporate Brand adalah sebagai berikut : 1. Kompetensi

Melihat kepercayaan konsumen dari sudut pandang teoritis, terdapat dua persyaratan harus dipenuhi untuk mengembangkan kepercayaan, yaitu perusahaan penyedia merek harus memiliki kemampuan (kompetensi) dan berusaha menyediakan produk atau jasa dengan kualitas yang diharapkan (Eberl, 2004; Singh dan Sirdeshmukh, 2000; Swan et al., 1999; Plotner, 1995; Ganesan, 1994) dalam jurnal Sichtmann (2007:1002).

Kompetensi didefinisikan sebagai suatu kualitas yang dibentuk oleh kemampuan, keahlian, dan pengetahuan untuk melakukan sesuatu tindakan yang dibutuhkan (Albecht, 2002). Sedangkan menurut Luarn dan Lin (2003), kompetensi adalah kemampuan pihak yang dipercaya untuk melaksanakan kebutuhan yang mempercayai (dalam Ferrinadewi, 2008 : 147).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah suatu kualitas yang dibentuk oleh kemampuan, keahlian, dan pengetahuan untuk melakukan sesuatu tindakan yang dibutuhkan oleh pihak yang dipercaya untuk melaksanakan kebutuhan yang mempercayai.

2. Kredibilitas

Kredibilitas menurut Fombrun (1996) dalam jurnal Goldsmith dkk (2000:43) adalah “Tingkat di mana konsumen, investor dan konstituen lain percaya pada kepercayaan dan keahlian perusahaan”. Sedangkan Keller (1998:426) dalam jurnal Goldsmith dkk (2000:43) mendefinisikan kredibilitas perusahaan sebagai "sejauh mana konsumen percaya bahwa perusahaan dapat mendesain dan memberikan produk dan layanan yang statisfy kebutuhan dan keinginan pelanggan". Keller secara eksplisit menyebut "keahlian" dan "dapat dipercaya" sebagai unsur penting kredibilitas perusahaan.

Kredibilitas merujuk pada sumber yang dianggap memiliki keahlian yang relevan dengan topik komunikasi dan dapat dipercaya untuk memberikan pendapat yang objektif pada subjek (Belch dan Bech 1994: Ohanion 1990) dalam jurnal Goldsmith dkk (2000:43). Keahlian ini berasal dari pengetahuan tentang kemampuan dan keahlian subjek, dan dapat dipercaya mengacu pada kejujuran dan

kemampuan dipercaya dari sumber / perusahaan (McGinnies dan Ward 1980) dalam jurnal Goldsmith dkk (2000:43). Dimensi keahlian (expertise) dan dapat dipercaya (trustworthiness) ini sumber penting bagi konseptualisasi kredibilitas dan telah terbukti berpengaruh dalam membujuk konsumen (Harmon dan Coney 1982; Moore, Hausknecht dan Thamodaran 1988; Sternthal, Philips dan Dholakia 1978; Wu dan Shaffer 1987) dan mempengaruhi sikap konsumen (Craig dan McCann 1978; McGinnies dan Ward 1980) dalam jurnal Goldsmith dkk (2000:43).

Kredibilitas memiliki dua komponen Erdem dan Swait, 2004; Goldsmith et al., 2000; Trimble dan Rifon, 2006 dalam jurnal Alcaniz (2009:438), yaitu : 1. Trustworthiness / dapat dipercaya

Dapat dipercaya (trustworthiness), mengacu pada kejujuran dan kemampuan dipercaya dari sumber / perusahaan.

2. Expertise / keahlian Keahlian (expertise), keahlian ini berasal dari pengetahuan tentang kemampuan dan keahlian subjek (perusahaan).

Peran kepercayaan adalah untuk mengurangi ketidakpastian dan risiko yang terkait dengan merek (Chaudhuri dan Holbrook, 2001). Pelanggan lebih cenderung memilih merek yang mereka percaya untuk dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Delgado-Ballester dan Munuera-Aleman, 2001, 2005). Kepercayaan ada ketika seseorang memiliki keyakinan dalam merek keandalan dan integritas (Morgan dan Hunt, 1994; Deutsch, 1958) dalam jurnal Power dkk (2008:588).

Mengadopsi konseptualisasi bahwa kepercayaan pada Corporate Brand adalah ditunjukkan oleh tiga aspek dalam jurnal Power dkk (2008:588), yaitu : (1) kompetensi; (2) kejujuran / dapat dipercaya, dan (3) empati.

Kompetensi dan kejujuran diukur dengan menggunakan item dari Erdem dan Swait (2004) dan Morgan dan Hunt (1994). Empati ini diukur dengan menggunakan item dari Servqual skala (Zeithaml et al., 1988). Oleh karena dalam penelitian ini obyek yang digunakan adalah perusahaan manufaktur, bukan perusahaan jasa, maka aspek ketiga, yaitu empati tidak diukur. Adapun indikator kepercayaan konsumen pada Corporate Brand yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator kompetensi dan kredibilitas.

Page 8: jurnal novi

Minat Beli Menurut John Rossiter dan Larry Percy

(1987:155), minat beli konsumen adalah “ Brand purchase intention is the buyer self instruction to purchase the brand (or take other relevant purchase related action)”. Definisi ini mengandung pengertian bahwa minat beli terhadap suatu merek adalah perintah seorang pembeli kepada dirinya sendiri untuk membeli sebuah merek produk atau untuk mengambil tindakan lain yang berhubungan dengan pembelian.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:227), dalam riset pemasaran dan konsumen, minat beli merupakan pernyataan maksud konsumen untuk membeli. Skala maksud pembeli digunakan untuk menilai kemungkinan konsumen untuk membeli suatu produk atau berperilaku menurut cara tertentu.

Selain itu, terdapat definisi lain mengenai minat beli. ”Minat membeli mengindikasikan kemungkinan subjek membeli produk jika ada kesempatan untuk melakukannya” (Kamins dalam Malhotra, 2004:438). Shimp (2000:161) juga mengemukakan bahwa minat (intention) untuk membeli merek tertentu terjadi ketika timbul keinginan untuk membeli suatu produk di masa yang akan datang.

Sumarwan (2004:147) juga berpendapat jika minat beli (intention) adalah tindakan atau perilaku yang akan dilakukan oleh seorang konsumen (likelihood or tendency). Morrisan (2007:84) mengemukakan jika minat beli (purchase intention) adalah niat atau keinginan untuk membeli dengan kecenderungan untuk membeli merek tertentu.

Dalam Engel dkk (1992:201) pembelian merupakan fungsi dari dua determinan yaitu minat dan pengaruh lingkungan/perbedaan individu. Pada minat pembelian dikategorikan menjadi dua antara lain: a. Produk maupun merek

Dalam kategori ini, pada umumnya ditunjuk sebagai pembelian yang terrencana sepenuhnya. Seringkali merupakan hasil dari keterlibatan tinggi dan pemecahan masalah yang diperluas di mana konsumen bersedia menginvestasikan waktu dan energi dalam berbelanja dan membeli.

b. Kelas produk saja Pada kategori ini juga dianggap sebagai

pembelian terencana walaupun pemilihan merek dibuat di tempat penjualan dan keputusan akhir bergantung pada pengaruh promosi seperti pengurangan harga, peragaan dan lain-lain. Pembelian dapat direncanakan dalam satu pengertian walaupun minat yang pasti dinyatakan secara verbal atau tertulis pada daftar belanja.

Minat beli merupakan tahap perencanaan sebelum seorang pembeli melakukan keputusan pembelian. Percy et al (2004), mendefinisikan ”Minat beli adalah keinginan konsumen untuk melakukan tindakan pembelian baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang”. Pengukuran terhadap minat beli juga lebih tepat digunakan karena pada umumnya konsumen tidak dalam sedang membutuhkan dan akan membeli suatu produk.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah keinginan konsumen untuk melakukan tindakan pembelian baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang berdasarkan suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal.

Menurut Jamieson dan Bass (1989) dalam Ort (2007:pp.337), indikator minat beli diukur melalui tiga item pernyataan : 1. "Konsumen percaya bahwa produk ini benar-

benar tepat baginya"; 2. "Konsumen pasti akan memilih produk ini"; dan 3. "Konsumen pasti akan membeli produk lain

dari perusahaan ini". Menurut Clow dkk (pp. 408, 2006), minat

pembelian diukur menggunakan item seperti "Jika konsumen perlu produk anti penuaan, mereka akan membeli dari perusahaan ini ". Sedangkan menurut Sichtmann (2007), indikator minat beli diukur melalui tiga item pernyataan : 1. “Di masa depan konsumen akan membeli

produk ini” 2. “Konsumen berminat untuk membeli produk

ini” 3. “Konsumen akan membeli produk baru dari

perusahaan ini”. Adapun indikator minat beli yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kombinasi dari tiga indikator di atas, yaitu : 1. "Konsumen percaya bahwa produk ini benar-

benar tepat baginya 2. "Konsumen pasti akan memilih produk ini" 3. "Di masa depan konsumen akan membeli

produk ini" 4. "Jika konsumen perlu produk anti penuaan,

mereka akan membeli dari perusahaan ini " 5. "Konsumen pasti akan membeli produk lain

dari perusahaan ini". Hubungan Iklan dan Kepercayaan Konsumen pada Corporate Brand dengan Minat Beli

Lee dan Johnson (2004 : 108), menyatakan

hubungan iklan terhadap minat beli adalah tujuan periklanan adalah membujuk konsumen untuk melakukan sesuatu, biasanya untuk membeli sebuah produk. Sedangkan Menurut Kotler dan Keller (2007: 204), ”Iklan sering merupakan unsur sentral

Page 9: jurnal novi

dari program komunikasi pemasaran”. Kampanye iklan ideal akan memastikan bahwa iklan memotivasi konsumen mempertimbangkan pembelian merek dan iklan menciptakan asosiasi merek yang kuat dengan semua efek komunikasi sehingga bisa membawa dampak ketika konsumen mempertimbangkan untuk melakukan pembelian (Kotler dan Keller, 2007 :211).

Iklan sangat berpengaruh terhadap minat beli konsumen. Hal ini dibuktikan dalam sejumlah ukuran kunci efektivitas iklan yang berhubungan dengan tanggapan konsumen terhadap iklan yang telah diidentifikasi dan umumnya diterima dalam literatur pemasaran. Hasil dari tanggapan konsumen terhadap iklan ini meliputi sikap terhadap iklan, sikap terhadap merek, dan minat beli (MacKenzie dan Lutz, 1989; MacKenzie, Lutz dan Belch, 1986; Brown dan Stayman, 1992).

Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan pengaruh iklan terhadap minat beli adalah ”…customers attitude toward the ad has a stronger impact an brand attitude and purchase intention.” Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa sikap konsumen terhadap iklan mempunyai pengaruh besar terhadap sikap pemirsa dan minat beli produk tertentu.

Hubungan iklan dengan minat beli juga diteliti oleh para ahli dalam jurnal Hyllegard dkk (2009:111). Disebutkan De Pelsmacker dan Van Den Bergh (1996); Mackenzie et al.(1986); Mitchell dan Olson (1981); Percy dan Rossiter (1992); dan Shimp (1981) menyatakan bahwa, “strategi pesan iklan (yaitu daya tarik iklan) dapat mempengaruhi perilaku konsumen termasuk minat beli”.

Sebuah hubungan antar individu ataupun antar kelompok tidak akan bertahan apabila tidak dilandasi unsur kepercayaan (Trust) secara timbal balik antar individu atau kelompok yang saling berhubungan. Apabila kepercayaan berkembang, maka sebuah hubungan dapat bertahan lama dan saling menguntungkan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan David C. Arnott (2007, p.981) yang mengatakan ”Any successful relationship, from friendship and marriage to partnerships and business transactions, is dependent to a greater or lesser extent upon the degree of trust between the parties”. Pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap sukses hubungan, dari persahabatan dan perkawinan untuk kemitraan dan transaksi bisnis, bergantung pada sejauh lebih besar atau kecil pada tingkat kepercayaan antar pihak.

Kepercayaan ini yang kemudian menciptakan jalinan relasi antar merek dan pelanggan sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi resiko pembelian dan mendorong terciptanya preferensi merek, loyalitas merek dan kesediaan konsumen untuk mempertimbangkan produk baru yang ditawarkan

perusahaan dengan nama merek yang sama di kemudian hari (Tjiptono, 2005: 39). Sebuah inovasi produk baru terputus dapat didefinisikan tidak memiliki Corporate Brand (Hoeffler, 2003) dalam jurnal Corkindale (2009 : 244). Dalam literatur sering disebutkan bahwa kepercayaan berlaku untuk peristiwa di masa depan (Luhmann, 2000; Mayer et al., 1995) yaitu, konsumen meramalkan kemungkinan dari pengalaman masa lalu untuk memprediksi perilaku perusahaan pemasok di masa depan (von Weizsacker, 1980) dalam jurnal Sichtmann (2007:1001).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Sichtmann, menemukan hubungan antara kepercayaan dengan minat beli .dari penelitian itu Sictmann menyatakan bahwa, “Kepercayaan memiliki dampak langsung yang kuat pada minat pembelian saat ini”. Sehubungan dengan kepercayaan pada minat untuk pembelian inovasi produk dan perilaku konsumen WOM, hasilnya menunjukkan adanya pengaruh kuat dari kepercayaan. Sedangkan Brown dan Dacin (1997) dalam jurnal Power (2007:587) setuju bahwa penelitian asosiasi corporate brand berasal dari keyakinan dan pembentukan sikap, karena penelitian ke pembentukan asosiasi perusahaan ini terutama berkaitan dengan kepercayaan dan evaluasi yang individu miliki tentang sebuah merek.

Sedangkan hubungan iklan, kepercayaan konsumen pada Corporate Brand, dan minat beli dijelaskan oleh penemuan Goldsmith dkk (2000:305), yang menemukan bahwa, “Kredibilitas perusahaan memiliki dampak positif pada sikap terhadap iklan dan sikap terhadap merek”. Lafferty dan Goldsmith (1999) dalam jurnal Goldsmith dkk (2000: pp 305) juga menunjukkan bahwa, “Kredibilitas perusahaan secara positif mempengaruhi sikap terhadap iklan, sikap terhadap merek, dan minat pembelian.

Hipotesis

Berdasarkan konsep penelitian yang ada, maka dapat dirumuskan hipotesis-hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : 1. Diduga ada pengaruh iklan Pond’s Age Miracle

melalui media televisi dan kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever secara simultan terhadap minat beli konsumen di Kecamatan Krembangan Surabaya.

2. Diduga bahwa iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi memiliki pengaruh yang dominan terhadap minat beli konsumen di Kecamatan Krembangan Surabaya.

Page 10: jurnal novi

BAB III METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah lokasi yang

dijadikan peneliti untuk memperoleh data penelitian melalui penyebaran angket atau kuesioner kepada responden. Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Krembangan Surabaya. Hal ini dikarenakan Kecamatan Krembangan Surabaya yang merupakan daerah penjualan Pond’s Age Miracle tertinggi untuk wilayah Surabaya.

Populasi dan Sampel 1. Penentuan Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini bersifat infinite artinya jumlah populasi yang diteliti tidak diketahui. Populasinya adalah konsumen yang bertempat tinggal di Kecamatan Krembangan Surabaya, dengan kriteria konsumen berjenis kelamin wanita berusia 30-59 tahun yang pernah melihat iklan Pond’s Age Miracle di televisi minimal 2 kali. Populasi penelitian ini terdiri dari orang yang pernah menggunakan Pond’s Age Miracle dan orang yang belum pernah menggunakan Pond’s Age Miracle.

2. Penentuan Sampel

Malhotra (2004:369) memberikan gagasan mengenai jumlah sampel yang digunakan dalan studi riset pemasaran yang berbeda. Ukuran jumlah sampel tersebut telah ditentukan berdasarkan pengalaman dan dapat berfungsi sebagai pedoman umum, khususnya bila teknik sampling nonprobabilitas digunakan. Untuk jenis studi yang ada kaitannya dengan periklanan TV/Radio/Cetak (per iklan yang diuji) ukuran minimum sampel yang digunakan adalah 150. Oleh karena itu penelitian ini mempergunakan sampel sebesar 160 dengan menambahkan 5% dari sampel yang dikemukakan Malhotra.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling yaitu teknik sampling yang dilakukan untuk memperoleh suatu kesan umum tentang ciri-ciri manusia yang tinggal di suatu daerah (Soeratno dan Arsyad, 2003:117). Karena jumlah populasi yang diteliti tidak diketahui, maka metode pengambilan sampel yang digunakan adalah aksidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2009:122).

Pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan peneliti terkait dengan kriteria responden yang akan dijadikan sampel antara lain: 1. Wanita berusia 30-59 tahun. 2. Berdomisili di Kecamatan Krembangan

Surabaya. 3. Telah melihat tayangan iklan Ponds Age

Miracle di televisi minimal 2 kali.

Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini sebelum dilakukan analisis dengan menggunakan regresi linier berganda akan dilakukan uji asumsi terhadap data yang diperoleh. Regresi Linier Berganda

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Regresi linier berganda adalah suatu metode statistik umum yang digunakan untuk meneliti hubungan antara variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. Menurut Malhotra (1999 : 538 ), Multiple Regression Analysis adalah suatu teknik analisis yang secara simultan membangun hubungan matematis antara dua atau lebih variabel independen dan sebuah variabel dependen yang berskala interval. Menurut Widarjono (2010:15) secara umum model persamaan regresi berganda dengan sejumlah k variabel bebas dapat ditulis sebagai berikut:

Yi = β0 + β1X1i + β2X2i + ... + βkXki + ei

Di mana: Yi = subjek dalam variabel

terikat yang diprediksi β0 = harga Y bila X = 0 (harga

konstan) β1,β2,βk = koefisien regresi masing-

masing variabel X1i, X2i,Xki = variabel bebas ei = kesalahan pengganggu Jika persamaan regresi linier berganda

tersebut dikaitkan dengan penelitian ini yang memiliki dua prediktor, maka akan didapatkan persamaan penelitian sebagai berikut:

Yi = β0 + β1X1i + β2X2i + ei

Di mana: Yi = minat beli Pond’s Age Miracle β0 = harga Y bila X = 0 (harga

konstan) β1,β2 = koefisien regresi masing-

masing variabel bebas X1i = iklan Pond’s Age Miracle

melalui media televisi X2i = kepercayaan konsumen pada

Corporate Brand ei = kesalahan pengganggu

Page 11: jurnal novi

Teknik Uji Hipotesis 1. Uji F

Menurut Widarjono (2010:22-24), uji F digunakan untuk mengevaluasi pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan. Uji F ini bisa dijelaskan dengan menggunakan analisis varian (analysis of variance = ANOVA). Prosedur uji F untuk menguji koefisien regresi (β1 dan β2) adalah: a. Membuat hipotesis nol (H0) dan hipotesis

alternatif (Ha). H0 : β1 = β2 = 0 Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0 b. Menghitung nilai Fhitung dan nilai Ftabel dari

tabel distribusi F berdasarkan besarnya α dan degree of freedom (df) di mana besarnya ditentukan oleh numerator (k-1) dan df untuk dominator (n-k). Pada penelitian ini digunakan derajat kepercayaan 5% dan nilai Fhitung diperoleh dengan membagi nilai Regression Mean Square dengan Residual Mean Square dalam tabel ANOVA output dari SPSS.

c. Keputusan menerima dan menolak H0 sebagai berikut:

Jika nilai Fhitung > Ftabel, maka H0

ditolak berarti secara bersama-sama variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Sebaliknya jika nilai Fhitung < Ftabel

maka H0 diterima yang berarti bersama-sama semua variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat.

Selain cara di atas, untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya secara simultan dapat juga membandingkan antara nilai probabilitas signifikansinya dengan derajat kepercayaannya 5% (0,05). Jika nilai probabilitas signifikansinya lebih kecil dari 0,05, maka variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat secara simultan (Ghozali, 2007:87).

Dikarenakan jumlah responden sebanyak 160 dan F tabel dari jumlah 160 yang dibandingkan dengan F hitung tidak ada, maka untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya secara simultan digunakan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas signifikansinya dengan derajat kepercayaannya 5% (0,05).

2. Uji t Menurut Widarjono (2010:25-29), uji t ini

digunakan untuk membuktikan apakah variabel bebas secara parsial mempengaruhi variabel terikat. Uji inilah yang akan digunakan untuk mengetahui variabel bebas yang dominan

berpengaruh pada variabel terikat. Karena persamaan regresi linier berganda menggunakan dua variabel bebas, maka prosedur langkahnya sebagai berikut: a. Membuat hipotesis nol (H0) dan hipotesis

alternatif (Ha) untuk β1. H0 : β1 = 0 Ha : β1 ≠ 0 b. Membuat hipotesis nol (H0) dan hipotesis

alternatif (Ha) untuk β2. H0 : β2 = 0 Ha : β2 ≠ 0 c. Menghitung nilai statistik t (thitung) untuk β1

dan β2 dan mencari nilai ttabel dari tabel distribusi t pada α dan degree of freedom (df) tertentu. Dalam penelitian ini, nilai thitung didapat dengan membagi nilai koefisien regresi dengan standar error dalam tabel coefficients hasil dari SPSS dan nilai df ≥ 20 (derajat kepercayaan 5%).

d. Membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Keputusan menerima dan menolak adalah sebagai berikut: 1. Jika nilai thitung > ttabel maka H0 ditolak

atau menerima Ha. 2. Jika nilai thitung < ttabel maka H0 diterima

atau menolak Ha. Jika kita menolak H0 atau menerima Ha

berarti secara statistik variabel bebas signifikan mempengaruhi variabel terikat dan jika kita menerima H0 atau menolak Ha berarti secara statistik variabel bebas tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.

Selain cara di atas, untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya secara parsial dapat juga membandingkan antara nilai probabilitas signifikansinya dengan derajat kepercayaannya 5% (0,05). Jika nilai probabilitas signifikansinya lebih kecil dari 0,05, maka variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat secara parsial dan dapat diketahui variabel mana yang lebih dominan dengan melihat nilai probabilitas signifikansinya. (Ghozali, 2007:87).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Model dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Model

Model yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Sebelum melakukan pengolahan data dengan program SPSS, model persamaan regresi linier berganda harus memenuhi asumsi normalitas.

Page 12: jurnal novi

Tabel Hasil Perhitungan Asumsi Klasik Normalitas

Asumsi Klasik

Hasil Perhitungan Kesimpulan

Normalitas Pada Uji Kolmogorov -Smirnov Asymp. Sig. (2-tailed) yang lebih besar dari 0,05.

Model regresi linier berganda memenuhi asumsi normalitas

Selanjutnya peneliti melakukan

pengolahan data dengan bantuan program SPSS for Windows. Berikut ini adalah hasil analisis regresi.

Tabel Hasil Perhitungan SPSS

Variabel Koefisien Regresi

X1 X2

0,690 0,526

Konstanta = -0,962 Fhitung = 179,534 Fsig = 0,000 R2 = 0,696 Adjusted R2 = 0,692 N = 160

Dari tabel di atas, maka dapat diperoleh

persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = -0,962 + 0,690X1 + 0,526X2 + e

Model persamaan regresi linier berganda tersebut telah memenuhi asumsi normalitas yang sudah dijelaskan di atas, sedangkan multikolinieritas, dan heterokedastisitas yang dapat dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel Hasil Perhitungan Asumsi Klasik

Asumsi Klasik Hasil Perhitungan Kesimpulan Uji Multikolinieritas

Nilai Tolerance dari kedua variabel bebas pada penelitian ini sebesar 0,541 yang lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF dari kedua variabel bebas pada penelitian ini sebesar 1,848 yang lebih kecil dari 10

Model regresi linier berganda memenuhi asumsi multikolinieritas

Uji Heterokedastisitas

Seluruh variabel bebas (X) yang digunakan penelitian dalam yaitu iklan melalui media televisi dan kepercayaan konsumen pada corporate brand mempunyai nilai Sig (2-tailed) yang lebih besar dari 0,05

Model regresi berganda memenuhi uji heterokedastisitas

Berdasarkan persamaan regresi linier

berganda di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Nilai konstanta sebesar -0,962 menyatakan

bahwa jika iklan Pond’s Age Miracle

melalui media televisi (X1) dan kepercayaan konsumen pada corporate brand Unilever (X2) sama dengan nol, maka minat beli konsumen (Y) adalah sebesar -0,962. Maknanya, jika tidak ada iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi dan kepercayaan konsumen pada corporate brand Unilever, maka minat beli konsumen di Kecamatan Krembangan akan turun sebesar 0,962.

b. Nilai koefisien regresi variabel iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi (X1) adalah sebesar 0,690 artinya iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi (X1) berubah satu satuan, maka variabel minat beli konsumen (Y) akan berubah 0,690 satuan dengan anggapan variabel lainnya tetap. Tanda positif pada koefisien regresi melambangkan hubungan yang searah antara iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi (X1) dengan minat beli konsumen (Y) yang artinya kenaikan variabel iklan Pond’s Age Miracle (X1)

akan menyebabkan kenaikan pada variabel minat beli konsumen (Y). Maknanya, jika frekuensi iklan Pond’s Age Miracle dinaikkan, maka minat beli konsumen di Kecamatan Krembangan akan naik sebesar 0,690 dan sebaliknya, jika frekuensi iklan Pond’s Age Miracle diturunkan, maka minat beli konsumen di Kecamatan Krembangan juga akan turun sebesar 0,690.

c. Nilai koefisien regresi variabel kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever (X2) adalah sebesar 0,526 artinya jika kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever (X2) berubah satu satuan, maka variabel minat beli konsumen (Y) akan berubah 0,526 satuan dengan anggapan variabel lainnya tetap. Tanda positif pada koefisien regresi melambangkan hubungan yang searah antara kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever (X2) dengan minat beli konsumen (Y) yang artinya kenaikan variabel kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever (X2) akan menyebabkan kenaikan pada variabel minat beli konsumen (Y). Maknanya, jika kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever naik, maka minat beli konsumen di Kecamatan Krembangan juga akan naik sebesar 0,526 dan sebaliknya, jika kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever turun, maka minat beli konsumen di Kecamatan Krembangan juga akan turun sebesar 0,526.

Page 13: jurnal novi

Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 69,6%. Hal ini menunjukkan minat beli konsumen dipengaruhi oleh iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi (X1) dan kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever (X2) sebesar 69,6% sedangkan sisanya sebesar 30,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

2. Pengujian Hipotesis

a. Uji F Hasil uji F pada penelitian ini dapat

dijelaskan pada tabel di bawah ini. Tabel Hasil Uji F

Fhitung Probabilitas signifikansi

179,534 0,000

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa

nilai Fhitung dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,000 (di bawah 0,05) sebesar 179,534. Berdasarkan tingkat probabilitas signifikansinya, maka disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti variabel bebas yang terdiri dari iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi (X1) dan kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever (X2) secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya yaitu minat beli konsumen (Y). Secara simultan iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi dan kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever mempengaruhi minat beli konsumen 69,6% (hubungan ini dikatakan kuat) menurut nilai koefisien determinasi sedangkan sisanya sebesar 30,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

b. Uji t

Hasil uji t pada penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel Hasil Uji t

Variabel Bebas thitung Probabilitas Signifikansi

Iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi (X1)

9,697 0,000

Kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever (X2)

8,127 0,000

Berdasarkan tabel di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai thitung variabel iklan Pond’s Age

Miracle melalui media televisi (X1) sebesar 9,697 berada pada tingkat probabilitas signifikansi di bawah 0,05 yaitu 0,000. Jadi berdasarkan tingkat probabilitas signifikansinya, dapat disimpulkan bahwa variabel iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi (X1) memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel minat beli konsumen (Y).

2. Nilai thitung variabel kepercayaan konsumen pada corporate brand Unilever (X2) sebesar 8,127 berada pada tingkat probabilitas signifikansi di bawah 0,05 yaitu 0,000. Jadi berdasarkan tingkat probabilitas signifikansinya, dapat disimpulkan bahwa variabel kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever (X2) memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel minat beli konsumen (Y).

3. Nilai thitung variabel iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi (X1) adalah 9,697 lebih besar dari nilai thitung variabel kepercayaan konsumen pada corporate brand Unilever (X2) yaitu 8,127, sehingga disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi (X1) memiliki pengaruh yang lebih dominan daripada variabel kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever (X2) dalam mempengaruhi minat beli konsumen (Y).

Pembahasan Pengaruh iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi dan kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever terhadap minat beli konsumen secara simultan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi dan kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever secara simultan mempengaruhi minat beli konsumen di Kecamatan Krembangan sebesar 69,6% (menunjukkan hubungan yang kuat) dan sisanya sebesar 30,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini misalnya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal selain kepercayaan seperti umur dan tahap daur-hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi, kepribadian, gaya hidup, konsep diri, motivasi, persepsi, proses pembelajaran, dan

Page 14: jurnal novi

sikap. Faktor eksternal seperti faktor lingkungan yaitu budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi, dan faktor strategi pemasar selain iklan melalui media televisi seperti produk, harga, dan saluran distribusi.

Pond’s age miracle adalah rangkaian produk komprehensif yang secara khusus didesain untuk memberikan kulit terlihat lebih muda dan lebih halus dengan membantu mengurangi vlek hitam penuaan dan kerutan hanya dalam 7 hari. Ketika usia seseorang semakin hari semakin bertambah, maka tanda-tanpa penuaan fisik pun semakin tampak. Beberapa orang beranggapan bahwa semakin tua usia seseorang, semakin berkurang hasratnya untuk hunting produk. Tidak seperti waktu ia masih muda, yang masih sangat aktif mencoba dan membeli berbagai macam produk. Namun, kenyataannya tidaklah demikian. Biasanya kaum wanita yang berusia 35 tahun ke atas cenderung menjadi lebih khawatir dengan perubahan fisiknya yang menunjukkan tanda-tanda penuaan, apalagi yang mengalami penuaan dini.

Pasar produk kecantikan pun telah banyak berlomba-lomba untuk menciptakan suatu kebutuhan bagi seorang wanita berusia 35 tahun ke atas, yang cenderung rentan mengalami proses penuaan dini. Mungkin tidak semua wanita pada usia tersebut (khususnya yang sudah berkeluarga) merasa terlalu khawatir akan penampilan wajahnya yang terlihat mulai menua. Tapi, bagaimana pun hasrat untuk terlihat tampil cantik dan menarik merupakan dambaan bagi setiap wanita. Iklan Pond’s Age Miracle di televisi mencoba menarik sisi emosional penontonnya dengan menggambarkan bagaimana keharmonisan keluarga diusia 35 tahun ke atas yang masih terlihat seperti pada waktu mereka masih berpacaran dulu. Dalam iklan itu digambarkan bahwa adanya perubahan yang dialami pasangan suami istri setelah sang istri menggunakan Pond’s Age Miracle selama 7 hari. Tentunya hal ini pun akan mendorong emosional penonton pada target pasar tersebut untuk mencoba dan membuktikannya sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa konsumen yang berminat membeli Pond’s Age Miracle ternyata sebelumnya telah menggunakan dan merasakan khasiat Pond’s Age Miracle tersebut sebanyak 61 responden. Mereka sudah mulai khawatir dengan penampilan wajahnya yang mulai menunjukkan tanda-tanda keriput. Sebagai seorang wanita, tentunya mereka ingin senantiasa menjaga penampilannya agar tetap terlihat cantik dan awet muda. Selain itu, mereka pun ingin menjaga keharmonisan rumah tangganya bersama sang suami tercinta dengan tetap terlihat menarik dimata suaminya. Sampai pada akhirnya mereka memperoleh informasi tentang produk baru

yang dikeluarkan Pond’s Age Miracle. Produk ini berkhasiat dalam memperlambat proses penuaan wajah. Setelah melihat iklan dan mendengar banyak testimoni positif tentang produk tersebut, akhirnya mereka pun tertarik untuk mencoba dan membelinya. Kini, khasiatnya dapat mereka rasakan dan hasilnya pun memuaskan.

Sedangkan bagi responden yang belum pernah memakai Pond’s Age Miracle sebanyak 99 orang berminat untuk membeli Pond’s Age Miracle tersebut selain karena ingin tetap tampil cantik dan muda, baik di mata umum ataupun di mata suami, mereka juga berminat untuk membeli Pond’s Age Miracle didasarkan iklannya melalui media televisi dan merasa tertantang untuk membuktikan apakah benar Pond’s Age Miracle dapat mengurangi vlek hitam dan kerutan secara nyata hanya dalam waktu 7 hari. Selain itu, kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever adalah jaminan bahwa produk Pond’s Age Miracle yang mereka beli adalah merupakan produk yang berkualitas

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lee dan Johnson (2004 : 108), menyatakan hubungan iklan terhadap minat beli adalah tujuan periklanan adalah membujuk konsumen untuk melakukan sesuatu, biasanya untuk membeli sebuah produk. Sedangkan Menurut Kotler dan Keller (2007: 204), ”Iklan sering merupakan unsur sentral dari program komunikasi pemasaran”. Kampanye iklan ideal akan memastikan bahwa iklan memotivasi konsumen mempertimbangkan pembelian merek dan iklan menciptakan asosiasi merek yang kuat dengan semua efek komunikasi sehingga bisa membawa dampak ketika konsumen mempertimbangkan untuk melakukan pembelian (Kotler dan Keller, 2007:211). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh para ahli dalam jurnal Hyllegard dkk (2009:111) yang menyatakan bahwa, “strategi pesan iklan (yaitu daya tarik iklan) dapat mempengaruhi perilaku konsumen termasuk minat beli”.

Selain itu, hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tjiptono (2005: 39) bahwa kepercayaan ini yang kemudian menciptakan jalinan relasi antar merek dan pelanggan sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi resiko pembelian dan mendorong terciptanya preferensi merek, loyalitas merek dan kesediaan konsumen untuk mempertimbangkan produk baru yang ditawarkan perusahaan dengan nama merek yang sama di kemudian hari. Hasil penelitian ini juga sesuai hasil penelitian yang dilakukan Sichtmann (2007:1001), yang menyatakan bahwa, “Kepercayaan memiliki dampak langsung yang kuat pada minat pembelian saat ini”. Sedangkan Brown dan Dacin (1997) dalam jurnal Power (2007:587) setuju bahwa

Page 15: jurnal novi

penelitian asosiasi corporate brand berasal dari keyakinan dan pembentukan sikap, karena penelitian ke pembentukan asosiasi perusahaan ini terutama berkaitan dengan kepercayaan dan evaluasi yang individu miliki tentang sebuah merek. Iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi berpengaruh dominan terhadap minat beli konsumen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi dan kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever secara parsial juga mempengaruhi minat beli konsumen. Tetapi iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi adalah variabel yang dominan dalam mempengaruhi minat beli konsumen daripada kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever. Hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung variabel iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi besar dari nilai thitung variabel kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever.

Salah satu hal yang juga melatarbelakangi Unilever mengeluarkan Pond’s Age Miracle adalah karena masalah kerutan dan penuaan dini adalah problem banyak wanita yang mulai memasuki usia di atas 35 tahun. Pasar produk kecantikan pun telah banyak berlomba-lomba untuk menciptakan suatu kebutuhan bagi seorang wanita berusia 35 tahun ke atas, yang cenderung rentan mengalami proses penuaan dini. Mungkin tidak semua wanita pada usia tersebut (khususnya yang sudah berkeluarga) merasa terlalu khawatir akan penampilan wajahnya yang terlihat mulai menua. Tapi, bagaimana pun hasrat untuk terlihat tampil cantik dan menarik merupakan dambaan bagi setiap wanita. Tak jarang banyak cara yang ditempuh wanita agar tetap tampil cantik dan muda, baik di mata umum ataupun di mata suami. Berkembangnya zaman dan teknologi memungkinkan hal itu. Dan ini bisa terlihat lewat terobosan baru yang dikeluarkan oleh Pond’s Age Miracle. Melalui riset yang dilakukan oleh Pond's Institute, diketemukan satu formula revolusioner yang disebut `Retinol Boosters` , yang mampu mencegah penuaan diri dan memgembalikan kulit wajah menjadi muda kembali dalam 7 hari. Berangkat dari situlah, Pond’s bertekad untuk memberikan solusi terbaik yang dapat menciptakan keajaiban pada kulit perempuan, juga keajaiban pada kehidupan perempuan. Kampanye Fabulous 30 yaitu cantik di usia 30-an untuk produk Ponds Age Miracle juga berhasil memperkuat posisi produk ini di tengah pasar produk anti-ageing yang semakin dinamis. (www.unilever.co.id).

Dalam PT Unilever Indonesia, promosi yang dilakukan paling banyak melalui media elektronik. Masyarakat di Indonesia terdiri dari berbagai kalangan dan tingkatan sosial yang beragam. Jika

perusahaan tidak bisa menyentuh hati masyarakat semua kalangan maka perusahaan tidak dapat berkembang pesat. Makna dari iklan yang ditawarkan oleh perusahaan juga harus bisa dipahami oleh berbagai kalangan, karena iklan adalah salah satu cara promosi yang bisa dilakukan oleh perusahaan agar dapat memperoleh keuntungan yang optimal.

Iklan itu sendiri adalah kandungan utama dari manajemen promosi yang menggunakan ruang media bayaran untuk menyampaikan pesan, sementara para klien dan praktisi periklanan memandangnya hanya sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan konsumen (http//www.iklanprodukkami.blogspot.com). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kotler dan Keller (2007: 204), ”Iklan sering merupakan unsur sentral dari program komunikasi pemasaran”. Kampanye iklan ideal akan memastikan bahwa iklan memotivasi konsumen mempertimbangkan pembelian merek dan iklan menciptakan asosiasi merek yang kuat dengan semua efek komunikasi sehingga bisa membawa dampak ketika konsumen mempertimbangkan untuk melakukan pembelian (Kotler dan Keller, 2007:211).

Berdasarkan hasil wawancara, alasan utama responden berminat membeli Pond’s Age Miracle adalah agar tetap tampil cantik dan muda, baik di mata umum ataupun di mata suami dan didasarkan pada iklannya melalui media televisi dan merasa tertantang untuk membuktikan apakah benar Pond’s Age Miracle dapat mengurangi vlek hitam dan kerutan secara nyata hanya dalam waktu 7 hari seperti yang diinformasikan pada iklan tersebut. Setelah melihat iklan dan mendengar banyak testimoni positif tentang produk tersebut, akhirnya ia pun tertarik untuk mencoba dan membelinya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ritonga (2005:57), bahwa salah satu fungsi adanya iklan dari sebuah produk adalah ingin memberitahukan manfaat apa saja yang bisa diterima konsumen. Isi pesan dari sebuah iklan pun harus dirumuskan konsep-konsepnya, karena iklan itu sifatnya harus persuasif, atau mengajak atau menarik konsumen untuk membeli produk. Dalam dunia komunikasi, ada istilah yang dikenal dengan sebutan persuasif komunikasi. Artinya komunikasi yang dialakukan dengan tujuan mempengaruhi perilaku, pemikiran dan tindakan orang lain agar sesuai dengan yg kita inginkan.

Selain itu, karena terget marketnya adalah wanita yang seringkali mengandalkan emosinya, biasanya kaum wanita yang berusia 35 tahun ke atas cenderung menjadi lebih khawatir dengan perubahan fisiknya yang menunjukkan tanda-tanda penuaan, apalagi yang mengalami penuaan dini.

Page 16: jurnal novi

Maka mereka cenderung tertarik dan tergoda pada iklan yang menjanjikan awet muda seperti pada iklan Pond’s Age Miracle ini. Berdasarkan hasil wawancara, mereka berminat menbeli Pond’s Age Miracle karena tergoda akan janji produk Pond’s Age Miracle yang diinformasikan melalui iklannya di televisi, yaitu mampu mencegah penuaan diri dan memgembalikan kulit wajah menjadi muda kembali serta mengurangi vlek hitam penuaan dan kerutan dalam 7 hari. Hal ini pun yang mendorong emosional penonton pada target pasar tersebut untuk mencoba dan membuktikannya sendiri. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Aaker dan Myers (1982) dalam Ritonga (2005:57), bahwa ”Persuasivitas iklan sering dikembangkan dengan menstimulasi tanda dan simbol yang berkaitan dengan emosi, seperti rasa cemas, cinta, patriotisme, seks, hasrat, humor, dan sejenisnya”. Dasar pemikirannya, kata Jeffkins (1983) dalam Kasali (1992:9), ”karena periklanan bertujuan untuk membeli”. Dalam upaya membujuk konsumen, biasanya pesan iklan disusun dengan mengacu pada motivasi dasar khalayak sasaran secara emosional dan rasional (dalam Ritonga, 2005:57).

Perspektif pengalaman (experiental perspective) atas pembelian konsumen menyatakan bahwa untuk beberapa hal konsumen tidak melakukan pembelian sesuai dengan proses pengambilan keputusan yang rasional. Namun, mereka membeli produk dan jasa tertentu untuk memperoleh kesenangan, menciptakan fantasi, atau perasaan emosi saja (Mowen dan Minor, 2002:12). Pembuat iklan seringkali menggunakan tampilan emosi dalam mempengaruhi konsumen. Kotler dan Keller (2006:216) mengatakan bahwa alat-alat motivasi atau yang menimbulkan minat beli sering dimanfaatkan untuk menarik perhatian konsumen dan meningkatkan keterlibatan mereka pada iklan.

Sedangkan untuk meningkatkan kepercayaan konsumen pada Corporate Brand, Unilever juga terus mempelajari kebutuhan dan keinginan konsumen, melakukan inovasi dan aktivasi produk, serta terus membangun citra produk. Hal ini merupakan sebagian dari strategi perusahaan untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap brand-brand Unilever. Komunikasi yang disampaikan melalui iklan di berbagai media cetak maupun elektronik sangat efektif dan langsung mengenai sasaran. Sehingga dengan cepat hal tersebut dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi produk-produk yang dikeluarkan oleh PT. Unilever (http//www. iklanprodukkami.blogspot.com).

Berdasarkan wawancara dengan 61 responden yang pernah menggunakan Pond’s Age Miracle, mereka berpendapat jika alasan utama mereka

berminat membeli Pond’s Age Miracle memang untuk tetap tampil cantik dan muda, baik di mata umum ataupun di mata suami dan didasarkan pada iklannya melalui media televisi yang dapat mengurangi vlek hitam dan kerutan secara nyata hanya dalam waktu 7 hari seperti yang diinformasikan pada iklan tersebut sebagai alasan utama, sedangkan kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever adalah jaminan bahwa produk yang mereka beli adalah merupakan produk yang berkualitas. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sichtmann, menemukan hubungan antara kepercayaan dengan minat beli .dari penelitian itu Sictmann (2007:1001) yang menyatakan bahwa, “Kepercayaan memiliki dampak langsung yang kuat pada minat pembelian saat ini”. Dalam literatur sering disebutkan bahwa kepercayaan berlaku untuk peristiwa di masa depan (Luhmann, 2000; Mayer et al., 1995) yaitu, konsumen meramalkan kemungkinan dari pengalaman masa lalu untuk memprediksi perilaku perusahaan pemasok di masa depan (von Weizsacker, 1980) dalam jurnal Sichtmann (2007:1001).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Berdasarkan pembahasan dari hasil analisis

data pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada pengaruh secara simultan sebesar 69,6%

antara iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi dan kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever terhadap minat beli konsumen di Kecamatan Kembangan Surabaya, sedangkan 30,4% dipengaruhi variabel lain di luar penelitian ini.

2. Ada pengaruh secara parsial antara iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi dan kepercayaan konsumen pada Corporate Brand Unilever terhadap minat beli konsumen di Kecamatan Krembangan Surabaya. Iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi merupakan variabel dominan yang mempengaruhi minat beli konsumen di Kecamatan Krembangan Surabaya dengan nilai thitung sebesar 9,697 berada pada tingkat probabilitas signifikansi 0,000.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Saran kepada peneliti selanjutnya :

a. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian di luar variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini mengingat terdapat pengaruh sebesar 30,4%

Page 17: jurnal novi

dari variabel lain, ataupun mengkombinasikan variabel Iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi dengan variabel lain di luar variabel dalam penelitian ini, karena variabel Iklan Pond’s Age Miracle melalui media televisi adalah variabel yang dominan yang mempengaruhi minat beli.

b. Berdasarkan hasil wawancara pada responden ditemukan fenomena bahwa responden tertarik untuk mengunakan produk ini lebih dikarenakan oleh pembuktian apakah benar produk Pond’s Age Miracle bisa membuat kulit tampak lebih muda dalam 7 hari dan lebih mendengarkan hasil pemakaian dari orang yang telah lebih dulu memakai Pond’s Age Miracle karena mengingat produk Pond’s Age Miracle adalah produk baru yang digunakan untuk perawatan kulit wajah. Oleh karena itu, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti mengenai kualitas produk dan WOM (Word of Mouth). (Lihat tabel hasil wawancara responden pada lampiran 3).

2. Sarankan kepada perusahaan : a. Mengingat iklan Pond’s Age Miracle

melalui media televisi adalah variabel yang dominan dalam mempengaruhi minat beli konsumen, maka disarankan kepada perusahaan untuk lebih kreatif lagi dalam membuat iklan, agar iklan yang dibuat lebih mengenai sasaran. Berdasarkan pendapat responden tentang persepsi khalayak berkenaan dengan kesamaan yang dimiliki dengan endorser yaitu Cut Mini dalam iklan Pond’s Age Miracle mempunyai kepribadian yang sesuai dengan kepribadian konsumen ini sangat rendah. Oleh karena itu, disarankan untuk pemilihan endorser selanjutnya agar lebih memilih selebriti yang sesuai dengan kepribadian konsumen agar iklan Pond’s Age Miracle ini lebih tepat sasaran dan mendapat sambutan baik dari khalayak. Hal ini sesuai dengan frekuensi tanggapan responden (Lihat Deskriptif Variabel Penelitian pada lampiran 3).

b. Sehubungan dengan pengumuman BPOM pada tanggal 11 Juni 2009, yang memerintahkan penarikan 70 merk kosmetik yang membahayakan kesehatan, diantaranya adalah Pond’s Age Miracle dan lima produk yang diklaim merek asal Unilever. Pihak PT Unilever Indonesia Tbk dalam situs resmi www.unilever.co.id,

menyatakan kalau produk Pond’s yang dilarang beredar BPOM itu adalah produk palsu Pond’s. PT Unilever juga memberikan tips cara membedakan produk palsu dan produk asli Pond’s Age Miracle. Tetapi karena konsumen Pond’s Age Miracle adalah masyarakat yang latar belakang pendidikannya tidak terlalu tinggi dan jarang mengerti bagaimana cara mengakses informasi melalui internet, maka disarankan kepada perusahaan untuk menghimbau masyarakat melalui media televisi atau media-media yang langsung bersentuhan dengan konsumen, seperti media cetak atau pada saat acara-acara event yang diadakan PT Unilever.

DAFTAR PUSTAKA

Adhi Karna, Patria. 2008. Pengaruh Kepercayaan

Pelanggan Pada Corporate Brand Terhadap Sikap Atas Merek Produk Dan Niat Pelanggan Melakukan Komunikasi Word Of Mouth Pada Merek Produk Starone (PT. Indosat, Tbk). Skipsi tidak diterbitkan. Surabaya: FE Universitas Airlangga.

Alcaniz, Enrique Bigne, dkk. 2009. Brand Credibility In Cause-Related Marketing:

The Moderating Role of Consumer Values. Journal of Product & Brand Management, (Online), Vol. 18, No. 6, (http//www.emeraldinsight.com, diakses 23 September 2009).

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi Keenam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Basri, Augustine Sukarlan. 2006. Kearifan Dan Manivestasinya Pada Tokoh-Tokoh Lanjut Usia. Makara, Sosial Humaniora, (Online), Vol. 10, No. 2, (http//www.google.com, diakses 23 September 2009).

Clow, Kenneth E, dkk. 2006. The Relationship Of The Visual Element Of An Advertisement To Service Quality Expectations And Source Credibility. Journal of Service Marketing, (Online), Vol. 20, No. 6, (http//www.emeraldinsight.com, diakses 23 September 2009).

Engel, James F, dkk. 1992. Perilaku Konsumen. Edisi Keenam. Jilid 1. Terjemahan oleh F.X. Budiyanto. 1994. Jakarta: Binarupa Aksara.

Engel, James F, dkk. 1993. Perilaku Konsumen. Edisi Keenam. Jilid 2. Terjemahan oleh Budiyanto. 1995. Jakarta: Binarupa Aksara.

Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek & Psikologi Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Page 18: jurnal novi

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Goldsmith, Ronald E, dkk. 2000. The Influence of Corporate Credibility On Consumer Attitudes and Purchase Intent. Corporate Reputation Review, (Online), Vol. 3, No. 4, (http//www.proquest.com, diakses 23 September 2009).

Goldsmith, Ronald E, dkk. 2000. The Impact of Corporate Credibility And Celebrity Credibility on Consumer Reaction To Advertisements and Brands. Journal of Advertising, (Online), Vol. 29, No. 3, (http//www.proquest.com, diakses 23 September 2009).

Hyllegard, Karen, dkk. 2009. The Impact of

Advertising Message Strategy – Fair Labour v : Sexual Appeal – Upon Gen Y Consumers’ Intent To Patronizean Apparel Retailer. Journal of Fashion Marketing and Management, (Online), Vol.13, No.1, (http//www.proquest.com, diakses 23 September 2009).

Kasali, Rhenald. 1992. Manajemen Periklanan : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2006. Manajemen Pemasaran. Edisi kedua belas. Jilid 1. Terjemahan oleh Benyamin Molan. 2007. Jakarta: PT Indeks.

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2006. Manajemen Pemasaran. Edisi kedua belas. Jilid 2. Terjemahan oleh Benyamin Molan. 2007. Jakarta: PT Indeks.

Lee, Monle dan Johnson, Carla. 1999. Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global. Edisi Pertama. Terjemahan oleh Haris Munandar dan Dudy Priatna. 2004. Jakarta: Prenada Media.

Malhotra, Naresh K. 2004. Riset Pemasaran Pendekatan Terapan. Edisi Keempat. Jilid 1. Terjemahan oleh Soleh Rusyadi Maryam. 2009. Jakarta: PT Indeks.

Malhotra, Naresh K. 2004. Riset Pemasaran Pendekatan Terapan. Edisi Keempat. Jilid 2. Terjemahan oleh Soleh Rusyadi Maryam. 2005. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

Mangkunegara, A.A Anwar Prabu. 2002. Perilaku Konsumen. Edisi Revisi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Morissan. 2007. Periklanan dan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Ramdina Prakarsa.

Mowen, John. C dan Minor, Michael. 2001. Perilaku Konsumen. Edisi Kelima. Jilid 1.

Terjemahan oleh Lina Salim. 2002. Jakarta: PT Penerbit Erlangga.

Munoto, dkk. 2006. Panduan Penulisan dan Penelitian Skripsi Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: Unesa University Press.

Nugroho, Putri Widaryati. 2009. Pengaruh Pesan Iklan Televisi Terhadap Intensi Pembelian Produk Pemutih Kulit Pada Remaja Putri. Skipsi tidak diterbitkan. Depok: FE Universitas Gunadarma.

Orth, Ulrich R, dkk. 2007. Cross-National Differences In Consumer Response To The Framing Of Advertising Messages : An Exploratory Comparison From Central Europe. European Journal of Marketing, (Online), Vol. 41, No. 3/4, (http//www.emeraldinsight.com, diakses 23 September 2009).

Panwar, J.S. dan Agnihotri, Milan. 2006. Advertising Message Processing Amongst Urban Children : An Indian Experience—With Special Reference ToTV Advertising. Asia Pacific Journal of Marketing And Logistics, (Online), Vol.18, No.4, (http//www.emeraldinsight.com, diakses 23 September 2009).

Peter, J Paul dan Olson, Jerry C. 1999. Consumer Behavior : Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Power, John, dkk. 2008. The Attractiveness And Connectedness of ruthless brands : The Role Of Trust. European Journal of Marketing, (Online), Vol. 42, No. 5/6, (http//www.emeraldinsight.com, diakses 23 September 2009).

Purwanto, Djoko. 2003. Komunikasi Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga

Rossiter, J.R. and L. Percy (1987) Advertising and Promotion Management, New York: McGraw-Hill.

Ritonga, M. Jamiluddin. 2005. Tipologi Pesan Persuasif. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.

Schiffman, Leon G dan Kanuk, Leslie Lazar. 2000. Perilaku Konsumen. Edisi Ketujuh. Terjemahan oleh Zoelkifli Kasip. 2008. Jakarta: PT Indeks.

Setiadi, J Nugroho. 2003. Perilaku Konsumen. Jakarta: Kencana.

Shimp, Terence A. 2000. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Edisi Kelima. Jilid 1. Terjemahan oleh Revyani Sahrial dan Dyah Anikasari. 2003. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sichtmann, Christina. 2007. An Analysis of Antecedents and Consequences of Trust in a Corporate Brand. European Journal of Marketing, (Online), Vol. 41 No. 9, (http//www.proquest.com, diakses 23 September 2009).

Page 19: jurnal novi

Santoso, Singgih. 2001. SPSS Versi 10 : Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Soemanagara, Rd. 2008. Strategic Marketing Communication : Konsep Strategis dan Terapan. Bandung: Alfabeta.

Soeratno dan Arsyad, Lincolin. 2003. Metodologi Penelitian : Untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Sugiono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta

Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta

Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

SWA Sembada, 3-13 September 2009. “ICSA Index 2009”, hal. 37.

Tjiptono, Fandy. 2005. Brand Management & Strategy. Yogyakarta: ANDI.

Unilever. 2009. Market Share Skin Clenser dan Mosturiser (Online), Vol.2, No. 5, (http//www.unilever.com.html, diakses 30 Oktober 2009).

Widarjono, Agus. 2010. Analisis Multivariat Terapan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

www.bisnis.com www.swa.co.id. www.unilever.com www.unilever.co.id www.worldpress.com www.iklanprodukkami.blogspot.com