jurnal nata de mango p2

Upload: zoe-sinulingga

Post on 01-Mar-2016

113 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Semoga Bermanfaat

TRANSCRIPT

  • Pengaruh Jumlah Penambahan Glukosa, Tempat Penyimpanan, dan Jenis

    Bahan Baku pada Pembuatan Nata de Mango dengan Cara Fermentasi

    A Shani Maulana T, Joe Epridoena Sinulingga, Shelma Karami

    Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

    Jl. Prof. H. Sudharto, SH Tembalang-Semarang 50329 Indonesia

    ABSTRACT

    Nata is derived from Spanish which translated into Latin became "natare" which means

    floating. The outline of this fermentation method is to filter the juice of mango. Bring to a boil. After the juice is cooled, add nutrients. Adjust the pH of the appropriate variables. Put it in a beaker glass.

    Add starter according variables. Fermented at 30 C in less than 8 days.Harvest the formed Nata,

    wash it with aquadest, and weigh the nata. Do an analysis of glucose and standards glucose formed before. The results that we have obtained is decreasing % S for each variable at the end of

    fermentation. Unlike, the density of the end of each variable. Where, in the variable arumanis mango,

    the density will decrease while the variable Manalagi mango, the density will increase. The addition

    of sugar to 15%W Nata will produce greater weight (14.9 grams) compared to the addition of 10% W (14, 3 g) and 5% W (14.2 grams). Harumanis mango will produce a greater weight (15.3 grams) than

    Manalagi mango (14.3 grams). Meanwhile the change of % S on Harummanis mango is smaller

    (0.316%) than Manalagi mango (0.370 The treatment with variable storage in the cupboard (27-30C temperature) will produce optimal Nata than storage in the incubator (temperature: 37C).

    Fermentation mediumat pH 4.5 will produce optimal nata weight than the manufacture of medium

    atmosphere at pH 3.

    Keywords : Acetobacter xylinum,density, fermentation, glucose,nata

    ABSTRAK

    Nata berasal dari bahasa Spanyol yang apabila diterjemahkan kedalam Bahasa Latin

    menjadi natare yang artinya terapung-apung. Garis besar cara fermentasi ini adalah menyaring air perasan buah mangga, didihkan, setelah dingin tambahkan nutrient, atur pH sesuai variabel dan

    masukkan ke dalam beaker gelas. Langkah selanjutnya adalah menambahkan starter sesuai variabel,

    fermentasikan pada suhu 30oC pada waktu kurang lebih 8 hari, panen Nata yang terbentuk, cuci dan

    timbang. Lakukan analisis glukosa dan glukosa standar yang terbentuk terlebih dahulu. Hasil yang

    kami peroleh adalah penurunan % S untuk masing-masing variabel. Densitas pada variabel buah

    mangga Harumanis akan mengalami penurunan sementara pada variabel buah mangga Manalagi akan mengalami kenaikan. Penambahan gula pasir 15 % W akan menghasilkan berat Nata yang lebih

    besar (14,9 gram) dibandingkan penambahan 10 % W (14, 3 gram) dan 5 % W (14,2 gram). Variabel

    buah mangga arumanis akan menghasilkan berat Nata yang lebih besar (15,3 gram) dibandingkan

    buah mangga Manalagi (14,3 gram). Perubahan % S pada buah mangga Harumanis lebih kecil (0,316 %) dibandingkan buah mangga Manalagi (0,370 %). Perlakuan dengan penyimpanan variabel

    didalam almari (suhu 27o-30

    oC) akan menghasilkan Nata yang optimal dibandingkan penyimpanan

    didalam inkubator (suhu : 37oC). Suasana medium fermentasi pada pH 4,5 akan menghasilkan berat

    Nata yang optimal dibandingkan pembuatan suasana medium pada pH 3.

    Kata Kunci : Acetobacter xylinum, densitas, fermentasi, glukosa, nata

    1. Pendahuluan

    Nata berasal dari Bahasa Spanyol

    yang apabila diterjemahkan kedalam Bahasa

    Latin menjadi natare yang artinya terapung-apung. Nata termasuk produk fermentasi.

    Kenampakan nata adalah seperti sel, berwarna

  • 1010,210,410,610,8

    11

    0 1 2

    %S Awal

    %S Akhir

    putih, hingga abu-abu, aroma asam, rasa asam

    atau tidak manis, tembus pandang, dan teksturnya kenyal.

    Nata dapat dibuat dengan berbagai

    bahan baku jika proses menggunakan prosedur

    yang tepat. Selain melalui kelapa, nata juga dapat dibuat dengan menggunakan bahan baku

    berupa mangga. Fermentasi nata yang lazim

    disebut Nata de Mango ini menggunakan bakteri Acetobacter xylinum yang merupakan

    jenis bakteri aerob.

    Nata de Mango sendiri memiliki beberapa manfaat, diantaranya dapat

    digunakan sebagai makanan rendah kalori,

    bahan dasar pembuat pulp, dan beberapa

    kegunaan di bidang medis (kesehatan) lainnya.

    2. Bahan dan Metode 2.1 Bahan dan Alat Mangga Arumanis 150 ml ; mangga Manalagi

    150 ml ; MgSO4 @ 2 gram ; Glukosa anhidris

    @ 2,5 gram ; Yeast Ekstrak @ 2 gram ; Acetobacter xylinum @ 18% V ; NaOH

    secukupnya ; CH3COOH secukupnya ;

    Indikator MB @ 2 tetes ; kompor listrik ;

    beaker glass secukupnya ; autoclave ; gelas ukur @ 3 buah ; pengaduk @ 2 buah ;

    inkubator ; erlenmeyer secukupnya ;

    picnometer @ 2 buah

    2.2 Analisa Kadar Glukosa

    Membuat glukosa standar. Mengambil 2,5

    gram glukosa andhidrit. Mengencerkan dengan 1000 ml aquadest. Menstandarisasi

    glukosa dengan mengambil 5 ml glukosa

    standar. Mengencerkan hingga 100 ml. Mengambil 5 ml. Menetralkan pH.

    Menambah masing-masing 5 ml Fehling A

    dan Fehling B. Memanaskan pada suhu 60o

    sampai 70oC. Mentitrasi sampai warna biru

    hilang. Menambahkan 2 tetes MB. Mentitrasi

    itrasi kembali sampai warna merah bata.

    Mencatat F. Menghitung kadar glukosa bahan dengan

    mengambil 5 ml bahan. Mengencerkan hingga

    100 ml. Mengambil 5 ml. Menetralkan pH. Menambah masing-masing 5 ml Fehling A dan

    Fehling B. Menambahkan 5 ml glukosa

    standar. Memanaskan pada suhu 60o sampai

    70o. Mentitrasi sampai warna biru hilang.

    Menambahkan 2 tetes MB. Mentitrasi sampai

    warna merah bata. Mencatat M.

    2.3 Fermentasi Nata de Mango Manyaring air perasan mangga.kemudian

    dididihkan. Setelah dingin, menambahkan

    nutrien sesuai variabel. Mengatur pH 4,5.

    memasukkan ke beaker glass. Menambahkan starter 18 % V dan memfermentasikannya

    pada suhu 30oC selama 8 hari. Memanen,

    mencuci, mengeringklan, dan menimbang nata

    yang terbentuk.

    3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Perubahan kadar glukosa pada mangga

    Arumanis

    Gambar 1 Grafik Perbandingan % S pada

    Buah Mangga Arumanis

    Pada grafik diatas terlihat bahwa% S awal pada sampel lebih tinggi dibandingkan %

    S akhir. Hal ini di sebabkan oleh bakteri

    Acetobacter xylinum yang menggunakan glukosa sebagai bahan polimerisasi menjadi

    polisakarida (selulosa) (Hidayatullah, 2007).

    Selanjutnya selulosa tersebut membentuk matriks yang dikenal sebagai nata sehingga

    kadar glukosa yang ada pada medium setelah

    fermentasi lebih sedikit dibanding kadar

    glukosa mula-mula.

    3.2 Perubahan Kadar Glukosa pada Mangga Manalagi

    Gambar 2 Grafik Perbandingan % S pada

    Mangga Manalagi Pada grafik diatas terlihat bahwa %S

    awal pada sampel lebih tinggi dibandingkan

    %S akhir. Hal ini di sebabkan oleh bakteri Acetobacter xylinum yang menggunakan

    glukosa sebagai bahan polimerisasi menjadi

    polisakarida (selulosa) (Hidayatullah, 2007).

    Selanjutnya selulosa tersebut membentuk matriks yang dikenal sebagai nata sehingga

    kadar glukosa yang ada pada medium setelah

    11

    11,5

    12

    12,5

    3 4 5 6

    %S Awal

    %S Akhir

  • 3,8

    4

    4,2

    4,4

    4,6

    0 1 2

    pH awal

    pH akhir

    fermentasi lebih sedikit dibanding kadar

    glukosa mula-mula.

    3.3 Perubahan Densitas pada Medium Sampel

    Gambar 3 Grafik Perbandingan Densitas pada

    mangga Arumanis

    Gambar 4 Grafik Perbandingan Densitas pada

    mangga Manalagi

    Diketahui bahwa densitas dari variabel buah mangga Manalagi semakin

    bertambah seiring dengan terus

    berlangsungnya proses fermentasi selama 5

    hari. Sukrosa sebagai salah satu nutrient sumber karbon dan yeast ekstrak sebagai

    sumber nitrogen merupakan bahan yang

    senantiasa dikonsumsi oleh bakteri sehingga massa larutan akan berkurang.

    Tetapi pada kenyataannya,

    penambahan nutrient pada fermentasi nata mempengaruhi massa medium fermentasi,

    bakteri Acetobacter xylinum tidak memakai

    semua nutrient secara sempurna untuk

    mendukung metabolismenya sehingga penambahan nutrient seperti glukosa anhidris,

    KH2PO4, MgSO4 dan yeast ekstrak (sumber

    nitrogen) lain mengakibatkan penambahan massa medium fermentasi karena tidak semua

    nutrient tersebut terpakai oleh bakteri,

    sehingga sesuai dengan rumus:

    =

    Dimana, = massa jenis (gr/ml) m = massa larutan (gr)

    v = volume larutan (ml)

    Maka, dengan naiknya massa medium

    fermentasi, akhir fermentasi juga akan naik dan dapat disimpulkan, nutrient

    3.4 Perubahan pH medium fermentasi Nata de Mango

    Gambar 5 Grafik Perbandingan pH pada

    mangga Arumanis

    Gambar 6 Grafik Perbandingan pH pada

    mangga Manalagi

    Berdasarkan gambar 4.5 dan 4.6 diatas, diperoleh data pH pada larutan sampel

    mengalami penurunan, pH digunakan sebagai

    indkator derajat keasaman suatu larutan. Semakin rendah pH suatu larutan maka

    semakin tinggi tingkat keasaman suatu larutan.

    pH larutan sampel mengalami penurunan

    akibat semakin tingginya tingkat keasaman sampel tersebut. Tingkat keasaman sampel

    dipengaruhi oleh aktivitas bakteri Acetobacter

    xylinum yang metabolismenya menghasilkan asam asetat yang lebih asam dari sampel

    sehingga menurunkan pH sampel

    (Hidayatullah, 2012). Berikut reaksi pembentukan asam asetat

    C6H12O6 C2H5OH + 2CO2

    CH3CH2OH + O2 CH3CHO +

    H2O CH3CHO + H2O CH3CH(OH)2

    CH3CH(OH)2 + O2 CH3COOH +

    H2O

    3.5 Perbandingan Jenis Bahan Baku pada Variabel 1 dan 5 ditinjau dari Perubahan Kadar Glukosa dan Berat Nata yang

    Terbentuk

    1. Perbandingan Perubahan Kadar Glukosa pada Bahan Baku Variabel 1 dan 5 Pada variabel 1 atau variabel buah mangga

    Harumanis, terlihat bahwa perubahan %S yang

    1,141,151,161,171,181,19

    0 1 2

    Densitas Awal

    Densitas Akhir

    0,951

    1,051,1

    1,151,2

    3 4 5 6

    Densitas Awal

    Densitas Akhir

    2,8

    3,2

    3,6

    4

    4,4

    4,8

    3 4 5 6

    pH awal

    pH akhir

  • dimiliki oleh variabel ini lebih kecil

    dibandingkan perubahan %S pada variabel 5. Dimana perubahan %S pada variabel 1 adalah

    sebesar 0,316% sedangkan perubahan %S

    pada variabel 5 adalah 0,370%.

    Hal ini disebabkan oleh sifat bakteri Acetobacter xylinum yang dapat mengoksidasi

    lanjut pada kadar glukosa didalam variabel 5,

    sehingga jumlah glukosa yang terpolimerisasi pada variabel ini menjadi lebih kecil akibat

    sebagian massanya berubah menjadi gas CO2

    sehingga hal inilah yang kemungkinan besar mengakibatkan massa nata pada variabel 1

    lebih tinggi daripada variabel 5 (Pingkan dkk.,

    2008).

    2. Perbandingan berat Nata dengan Variasi Bahan Bahan Baku pada Variabel 1 dan 5

    Pada variabel 1 (mangga Harumanis)

    terlihat berat yang dimiliki lebih besar yakni 15,39 gram dibandingkan dengan berat pada

    variabel 5 (mangga Manalagi) yakni 14,3

    gram. Hal ini disebabkan oleh kandungan gula total yang dimiliki oleh buah mangga

    Harumanis (sebesar 11,33% per 100 gram)

    lebih rendah dibandingkan kandungan gula

    buah mangga Manalagi (sebesar 11,80% per 100 gram) sehingga pada variabel yang

    berbeda dengan perbandingan volume yang

    sama akan mengakibatkan jumlah gula yang terkonversi menjadi energi selama fermentasi

    pada variabel buah mangga Haruanis akan

    lebih sedikit volumenya sehingga jumlah total

    berat pada variabel buah mangga Harumanis lebih besar dibandingkan sampel buah

    Manalagi (Yusmarini dkk., 2004)

    3.6 Perbandingan Jumlah Penambahan

    Glukosa pada Variabel 3, 5, dan 6

    Seperti yang telah diketahui, bahwa glukosa di dalam fermentasi nata digunakan

    sebagai sumber karbon (C) dimana karbon-

    karbon yang terbentuk ini akan dipolimerisasi

    menggunakan jasa Acetobacter xylinum untuk menjadi senyawa yang ketampakannya dari

    luar kita sebut sebagai nata.

    Argumentasi ini kemudian sejalan dengan hasil percobaan yang telah kami

    peroleh, dimana pada variabel 3 dengan

    penambahan gula 5%W akan menghasilkan polimerisasi selulosa yang lebih sedikit

    sehingga jumlah nata yang terbentuk hanya

    memiliki berat sebesar 14,2 gram. Berbeda hal

    nya pada variabel 5, dimana penambahan gula sebesar 10%Wakan menghasilkan polimerisasi

    glukosa yang lebih tinggi dibandingkan pada

    variabel 3 dengan berat nata yang terbentuk

    sebesar 14,3 gram. Sedangkan pada variabel 6 dengan penambahan gula sebesar 15%W telah

    menghasilkan polimerisasi selulosa tertinggi,

    dengan berat nata yang terbentuk sebesar 14,9

    gram, sebagai akibat dari penambahan gula yang lebih besar, maka kenampakan nata yang

    lebih baik telah dimiliki begitu juga dengan

    ketebalan nata telah memiliki kemiripan yang cukup signifikan dengan referensi kami. Oleh

    karena itu, pada kesimpulannya penambahan

    gula yang paling optimum pada percobaan kami adalah variabel 6 yaitu pada penambahan

    gula sebesar 15%W.

    Berdasarkan alasan dan beberapa fakta

    di atas, maka dapat dipastikan bahwa percobaan kami pada variabel 6 dengan

    penambahan gula sebesar 15%W akan

    menghasilkan fermentasi optimum yang dicirikan dengan kenampakan nata yang tebal

    dan beratnya besar. (Hidayatullah, 2012).

    3.7 Perbandingan Tempat Penyimpanan pada

    Variabel 1 dan 2

    Perlakuan terhadap tempat penyimpanan

    memiliki dampak tertentu terhadap proses dan keberhasilan nata. Tempat penyimpanan yang

    dimaksud disini adalah yang berhubungan

    mengenai penanganan suhu, dimana pada variabel 1 percobaan disimpan di dalam almari

    pada suhu kamar dengan rentang suhu 27-

    30. Sementara pada variabel 2, bahan percobaan disimpan di dalam sebuah incubator

    yang memiliki suhu 37 (Anonim, 2012) Berdasarkan data yang diperoleh,

    bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh

    optimal pada rentang suhu 28-31 (Hariani, 2013). Berdasarkan data hasil percobaan yang

    diperoleh, maka berat nata yang terbentuk

    pada variabel 1 akan lebih besar dibandingkan variabel 2 sehingga hal ini terbukti dimana

    berat nata pada variabel 1 adalah sebesar 15,3

    gram sementara pada variabel 2 adalah sebesar 13,2 gram. Kesimpulannya, fermentasi nata

    akan menjadi optimal jika dilakukan pada suhu

    yang mendekati suhu kamar.

    3.8 Perbandingan pH pada Variabel 4 dan 5 Perlakuan terhadap suasana media

    fermentasi juga mempengaruhi proses fermentasi dan keberhasilan fermentasi.

    Bakteri Acetobacter xylinum akan semakin

    baik pertumbuhannya pada rentang pH 4-5 (Hariani, 2013). Hal itu mengakibatkan tingkat

    keberhasilan pembuatan Nata pada variabel 5

  • akan lebih besar dengan massa nata yang

    terbentuk sebesar 14,3 gram dibandingkan dengan variabel 4 yang memiliki pH medium

    sebesar 3 dengan massa nata yang terbentuk

    sebesar 12,8 gram. Ion hidrogen yang terlalu

    banyak akan mempengaruhi kestabilan sitoplasma bakteri akibat membrane sel bakteri

    Acetobacter xylinum yang permeabel

    sehingga, sel akan menjadi lisis akibat kandungan garam yang tinggi.

    4. Kesimpulan 1. Hasil fermentasi yang diperoleh praktikan

    memiliki % S akhir yang lebih rendah

    dibandingkan dengan % S awal untuk

    setiap variabel. 2. Hasil fermentasi yang diperoleh praktikan

    memiliki densitas yang berbeda untuk

    setiap variabel bahan baku. Densitasakan menurun pada variabel buah mangga

    Harumanis serta densitas yang meningkat

    pada variabel buah mangga Manalagi. 3. Suasana medium untuk setiap variabel

    mengalami perubahan dimana pH medium

    4,5, dan 3 cenderung mengalami penurunan

    akibat produksi asam asetat yang telah dilakukan bakteri Acetobacter xylinum.

    4. Variabel buah mangga Arumanis akan memiliki berat nata yang lebih besar (15,3 gram) dibandingkan buah mangga

    Manalagi (14,3 gram). Variabel buah

    mangga Arumanis akan memiliki % S yang

    lebih kecil (0,316 %) dibandingkan perubahan % S pada buah mangga

    Manalagi (0, 370 %).

    5. Penambahan 15 % W gula pasir menghasilkan berat nata de mango yang

    lebih besar (14,9 gram) dibandingkan

    penambahan 10 % W (berat Nata = 14,5 gram) dan 5 % W (berat Nata = 14,2 gram)

    gula pasir.

    6. Perlakuan dengan penyimpanan bahan percobaan didalam almari (suhu : 27

    o-30

    oC)

    akan menghasilkan berat nata yang optimal

    dibandingkan penyimpanan didalam

    inkubator (37oC).

    7. Suasana medium pada pH 4,5 akan menghasilkan berat nata yang optimal

    dibandingkan dengan pH medium 3 karena suasana pertumbuhan terbaik bakteri

    Acetobacter xylinum adalah pada pH 4-5.

    DAFTAR PUSTAKA

    Adriapriadi, Muhandri. 2012. Fermentasi

    Nata de Coco. http://muhandri.blogdetik.com. Diakses pada 14 November 2014

    Anonim, 2011. Manfaat Buah Mangga. www.anekabuahsegar.wordpress.com.

    Diakses pada 13 November 2014 Dreecold and Cumn. Industrial Microbiology

    2nd ed Mc. Graw Hill book Inc, New

    York. Lapuz, M. M., Gollardo E.G., & Palo M.A.

    1967. The Organism and Culture

    Requirements, Characteristics and Identity. The Philippine J. Science.

    98:191 109. Pingkan, Aditiwati & Kusnadi. 2003. Kultur

    Campuran dan Faktor Lingkungan Mikroorganisme yang Berperan dalam

    Fermentasi Tea Cider. Departemen Biologi: FMIPA Institut Teknologi Bandung dan Jurusan Biologi: FMIPA

    Universitas Pendidikan Bandung

    Putri, Mian Hariani 2013. Fermentasi Nata. www.mikrobiologidanbakteri.wordpress

    .com/211347/050413/02. diakses pada

    12 November 2014

    Rahmat, Hidayatullah. 2012. Pemanfaatan Limbah Air Cucian Beras sebagai

    Substrat Pembuatan Nata de Leri

    dengan Penambahan Kadar Gula Pasir dan Starter Berbeda. Program Studi

    Biologi UIN: Bandung,

    Swissa, M., Aloni, Y., Weinhouse, H.

    &Benziman, M. 1980. Intermediary step in Acetobacterxylinum Cellulose

    Synthesis Studies whit whole Cells and Cell Free Preparation of the Wild Type and A Celluloses Mutant. J.Bacteriol.

    143: 1142 1150. Usman, M. 2012. Manfaat Buah Mangga.

    www.infobuah.com/mangga. Diakses

    pada 12 November 2014

    Wiharvo, F.G. 1986. Srikandi Pardos

    Dedirardeas. Pengantar Teknologi Pangan. PT. Gramedia. Jakarta.

    Wikipedia, 2014. Pengertian Inkubator.

    www.wikipedia.org/pengertian-inkubator/02. Diakses pada 13

    November 2014

    Yusmarini, Usman Paro & Vonny.2014. Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Gula dan Sumber Nitrogen Terhadap

    Produksi Nata de Pina. www.e-journal.unsri.ac.id/03145573/02134/020404. Diakses pada 10 November 20