jurnal mikro finalku
DESCRIPTION
KDFLOVKJFPBKOF NFKIBJMFDOIBDFRIOB OIJBGIOFGBFLK JFJ IOFJBBRMBIRBR NBBNEVEVEE KEMN A[OFWW FKWOVV EOOJFWJWDSVDNVWMV WRGWEPOGOW IIOWGVJFNEWFNWWBNWWVIJFPOBJFOBJRB NW WFIEFIITRANSCRIPT
![Page 1: JURNAL MIKRO FINALKU](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081816/55cf9431550346f57ba03d32/html5/thumbnails/1.jpg)
JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112
Perbandingan Potensi Antimikroba Ekstrak n-Heksana Daun Kelor (Moringa oleifera)
dengan Kulit Biji (Pericarp) Jambu Mete (Anacardium occidentale) terhadap Bakteri
Pseudomonas aeruginosa secara in vitro
Comparison of Antimicrobial Potential of n-Hexane Extract Kelor Leaves (Moringa
oleifera) And Cashew (Anacardium occidentale) nut shell (Pericarp) against the
bacteria Pseudomonas aeruginosa In Vitro.
Faris Nurhanafi, Sri Murwani, Djoko Winarso
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan,
Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan potensi antimikroba ekstrak n-Heksana daun
kelor dengan ekstrak n-Heksana kulit biji jambu mete terhadap bakteri P.aeruginosa secara in vitro .
Penelitian ini merupakan studi ekperimental berupa post test only control group design dengan
metode dilusi tabung. Penelitian ini menggunkan dua kelompok perlakuan, yaitu perlakuan ekstrak n-
Heksana daun kelor dan ekstrak n-heksana kulit biji jambu mete masing-masing dengan konsentrasi 2%,
3%, 4%, 5%, 6%, dan 7%. Indikator yang digunakan dalam membandingkan potensi antimikroba adalah
tingkat kekeruhan dalam tabung (KHM) dan jumlah koloni yang tumbuh pada media padat (KBM).
Analisis yang digunakan adalah RAK dengan α=5%. Hasil menunjukkan bahwa KHM kedua esktrak
belum dapat teramati. Perhitungan KBM untuk ektrak n-Heksana daun kelor tidak didapatkan karena
jumlah bakteri yang tumbuh > 0,1% OI, sedangkan KBM ekstrak n-Heksana kulit biji mete ditunjukkan
pada konsentrasi 5%. Berdasarkan analisis statistika, kedua ekstrak memiliki potensi antimikroba yang
ditunjukkan dengan menurunnya jumlah koloni bakteri seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak.
Hasil uji perbandingan menunjukkan bahwa n-Heksana kulit biji mete memiliki potensi antimikroba
yang lebih tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak n-Heksana kulit biji mete memiliki
potensi antimikroba yang lebih tinggi dari pada ekstrak n-Hesana daun kelor.
Kata Kunci : Antimikroba, P.aeruginosa, ekstrak n-Heksana daun kelor dan kulit biji jambu mete, in
vitro
ABSTRACT
This study was aimed to compare the potential of n-Hexane extract of kelor leaves and n-
Hexane extract of cashew nut shell against P.aeruginosa bacteria in vitro. This study was used two
group of treatment, which are the treatment of n-Hexane extract of kelor leaves and n-Hexane extract of
cashew nut shell. The concentration of each extract were 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, and 7%. Indicator were
used to compare the antimicrobial potential are turbidity levels in the tubes (MIC) and the number of
colonies that grew on solid medium (MBC). Data was analyzed by RCBD with α = 5%. The result
showed that MIC of extracts was not observed yet. The result of MBC of n-Hexana extract of kelor
leaves was not obtained because the amount of bacteria growth >0,1% OI, while MBC of extract
n-Hexana cashew nut shell showed at 5% concentration. Base on statistical analysis, both of extract have
an antimicrobial potential that marked by decreasing of bacterial colony ammount. The results showed
that the ratio of n-Hexane cashew nut shell has a higher antimicrobial potency. The conclusion of this
study is n-Hexane extract of cashew nut shell has a higher antimicrobial potency than extract n-Hesana
kelor leaves.
Keywords: Antimicrobial, P.aeruginosa, n-Hexane extract of kelor leaves and cashew nut shell, in
vitro
1
![Page 2: JURNAL MIKRO FINALKU](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081816/55cf9431550346f57ba03d32/html5/thumbnails/2.jpg)
JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112
Pendahuluan
Pseudomonas aeruginosa ( P.
aeruginosa) merupakan salah satu spesies
bakteri yang sering menyebabkan penyakit
infeksius. Penyakit tersebut memiliki
angka morbiditas dan angka mortalitas
yang cukup tinggi di seluruh dunia (Todar,
2008). Meningkatnya kasus penyakit
infeksi dikarenakan adanya penurunan
keefektifan antibiotik terhadap bakteri
(Bandow et al., 2003; Dhanabalan, 2008).
P.aeruginosa
bersifat opportunistik, invasif dan toksigenik. Beberapa kasus kejadian penyakit yang
disebabkan oleh bakteri P. aeruginosa
antara lain adalah infeksi saluran kemih,
infeksi saluran pernapasan, peradangan
pada kulit , infeksi saluran pencernaan dan
beberapa kasus kejadian luka bakar
(Hauser & Sriram, 2005). Selain itu, juga
ditemukan pada otitits externa, pyoderma,
infeksi kulit dan abses pada anjing
(Griffin, 1993; Cole et al ., 1998; Scott et
al., 2001; Peterson et al., 2002).
Tanaman kelor ( Moringa oleifera )
merupakan salah satu tanaman yang telah
lama digunakan sebagai obat. Tanaman
kelor mengandung flavonoid, tanin dan
saponin yang memiliki potensi sebagai
antibakteria dan antifungal (Nikon et al. ,
2003. Kasolo et al.,
2011; Kawo et al.,
2009). Selain tanaman kelor, jambu mete
( Annacardium occidentale) juga
merupakan tanaman yang memiliki
manfaat sebagai antimikroba. Kandungan
antimikroba dalam kulit biji jambu mete
adalah asam anakardat, kardol dan
kardanol (Simpen, 2008).
Menurut uraian diatas, besar kemungkinan
daun kelor maupun kulit biji mete memiliki
potensi sebagai antimikroba
terhadap bakteri P.aeruginosa. Oleh
karena itu, untuk mengetahui potensi
antimikroba antara daun kelor dan kulit
biji mete yang lebih tinggi terhadap bakteri
P.aeruginosa, maka dilakukan penelitian
untuk
membandingkan potensi antimikroba daun
kelor dan kulit biji mete
berdasarkan kadar hambat miunimal
(KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM) 2
![Page 3: JURNAL MIKRO FINALKU](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081816/55cf9431550346f57ba03d32/html5/thumbnails/3.jpg)
JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112
Hasil dan Pembahasan
Kadar Hambat Minimal Ekstrak n-
Heksana Daun Kelor dan ekstrak n-
Heksana Kulit Biji Jambu Mete terhadap
P.aeruginosa
Uji potensi antimikroba ekstrak n- Heksana daun kelor dan ekstrak n-Heksana kulit biji jambu mete terhadap bakteri
P.aeruginosa menggunakan metode dilusi
tabung. Hasil dari metode dilusi tabung
adalah penentuan nilai KHM dengan
pengamatan terhadap tingkat kekeruhan.
Menurut Dzen et al . (2003) penilaian
KHM metode dilusi dinilai dengan
mengamati tingkat kekeruhan pada setiap
tabung setelah diinkubasi selama 18-24
jam yang ditunjukkan oleh warna tabung
yang jernih. Tingkat kekeruhan ini
merupakan tanda awal dari potensi
antimikroba ekstrak n-Heksana daun kelor
dan ekstrak n-Heksana kulit biji jambu
mete terhadap bakteri P.aeruginosa.
K(-) 2. 3% 4% 5% 6% 7%
(a)
K(-) 2. 3% 4% 5% 6% 7%
(b)
Gambar 1 Pengaruh pemberian variasi konsentrasi ekstrak n-Heksana terhadap tingkat
kekeruhan, (a) Daun kelor (b) Kulit biji jambu mate
Berdasarkan hasil uji dilusi tabung antra konsentrasi tidak dapat teramati
pada ekstrak n-Heksana daun kelor,
kekeruhan antar konsentrasi tidak dapat
teramati karena semua tabung keruh
(Gambar 1(a)). Hal ini dipengaruhi oleh
warna dari ekstrak yang hijau pekat
sehingga untuk pengamatan tingkat
kekeruhan tiap konsentrasi belum bisa
ditentukan. Demikian juga pada ekstrak n-
Heksana kulit biji jambu mete, kekeruhan 3
karena semua tabung keruh (Gambar 1(b)).
Hal ini dipengaruhi oleh warna ekstrak
yang kecoklatan sehingga sulit untuk
menentukan tingkat kekeruhan antar
tabung. Kesimpulan dari hasil dilusi
tabung pada kedua ekstrak untuk
menentukan nilai KHM belum bisa
ditentukan.
![Page 4: JURNAL MIKRO FINALKU](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081816/55cf9431550346f57ba03d32/html5/thumbnails/4.jpg)
JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112
Kadar Bunuh Minimal Ekstrak n-Heksana Daun Kelor dan ekstrak n-Heksana Kulit Biji Jambu
Mete terhadap P.aeruginosa
Tabel 1 Jumlah koloni P.aeruginosa pada beberapa variasi konsentrasi n-Heksana
ekstrak n-Heksana daun kelor dan n-Heksna kulit biji jambu mete
Konsentrasi Rerata + SD (CFU/ml)
Daun Kelor Kulit Biji Jambu Mete
2% 17,86 x 105 + 1,78 x 105a 53,5 x 103 + 3,11 x 103g
3% 11,61 x 105 + 1,64 x 105b 39 x 103 + 8,49 x 103g
4% 6,39 x 105 + 0,22 x 105c 22,5 x 103 + 5,80 x 103h
5% 5,56 x 105 + 0,22 x 105d 3,75 x 103 + 0,96 x 103i*
6% 4,60 x 105 + 0,05 x 105e 0*
7% 1,42 x 105 + 0,15 x 105f 0*
Ket. :Perbandingan pada kolom yang sama dengan P ≤ 0,05 * = KBM (Kadar Bunuh Minimal) dengan jumlah koloni = 7,35 x 103
Hasil uji anova (p<0,05) yang yang sama dengan konsentrasi 3%
ditunjukkan pada Tabel 1 menunjukkan
bahwa terdapat perbedaa nyata jumlah
koloni bakteri P.aeruginosa yang tumbuh
pada setiap konsentrasi ekstrak n-Heksana
daun kelor. Dilanjutkan uji Post Hoc
Tukey HSD untuk mengetahui konsentrasi
mana saja yang berbeda bermakna secara
signifikan, ditunjukkan dengan notasi yang
berbeda. Pada Tabel 1 juga menunjukkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak
n-Heksana daun kelor, jumlah koloni
P.aeruginosa yang tumbuh semakin
menurun. Hal ini menunjukkan bahwa
ekstra n-Heksana daun kelor memiliki
potensi sebagai antimikroba terhadap
bakteri P.aeruginosa.
Hasil uji anova (p<0,05) yang ditunjukkan
pada Tabel 1 juga menunjukkan
perbedaan nyata jumlah
koloni bakteri P.aeruginosa yang tumbuh
pada setiap konsentrasi ekstrak n-Heksana
kulit biji jambu mete. Dilanjutkan uji Post
Hoc Tukey HSD, diperoleh bahwa pada
konsentrasi 2% dan 3% tidak terdapat
perbedaan nyata yang ditunjukkan dengan
notasi sama, yang artinya bahwa
konsentrasi 2% memiliki kemampuan 4
terhadap jumlah koloni P.aeruginosa yang
tumbuh. Pada konsentrasi 3%, 4%, dan 5%
terdapat perbedaan yang nyata dengan
ditunjukkan notasi yang berbeda,
sedangkan pada konsentrasi 5% dan 6%
tidak ada pertumbuhan koloni bakteri
P.aeruginosa, sehingga tidak dilakukan
pengujian statistika. Hal ini menunjukkan
bahwa ekstrak n-Heksana kulit biji jambu mete memiliki potensi sebagai antimikroba
dengan ditunjukkannya jumlah koloni
bakteri P.aeruginosa yang menurun
seiiring dengan kenaikan konsentrasi
ekstrak n-Heksan kulit biji jambu mete.
Berdasarkan jumlah koloni bakteri
P.aeruginosa yang tumbuh akibat
poemberian kedua ekstrak, dapat diamati
bahwa jumlah koloni pada perlakuan
dengan ekstrak n-heksana daun kelor lebih
banyak daripada dengan perlakuan ekstrak
n-Heksana kulit biji jambu mete. Hal ini
diperkuat oleh Gambar 2 tentang pengaruh
konsentrasi ekstrak n-Heksana daun kelor
dan ekstrak n-Heksana kulit biji jambu
mete terhadap jumlah koloni
P.aeruginosa.
![Page 5: JURNAL MIKRO FINALKU](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081816/55cf9431550346f57ba03d32/html5/thumbnails/5.jpg)
JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112
7 y 1 = -19,31x1 + 6,648
R
6
5
4
3
y 2 = -37,36x2 + 5,611
2
R 2. = 0,865
1
0
1. = 0,914
daun kelor kulit biji
jambu mete
Linear (daun kelor)
Linear (kulit biji jambu mete)
0% 2% 4% Konsentrasi
6% 8%
Gambar 2 Pengaruh konsentrasi ekstrak n-Heksana daun kelor dan ekstrak n-Heksana
kulit biji jambu mete terhadap jumlah koloni bakteri P.aeruginosa
Gambar 2 menunjukkan persamaan ditunjukkan dengan perbedaan tingkat
regresi linier dalam log10 yaitu y
19,31x
1= - kekeruhan dan penurunan jumlah bakteri
yang tumbuh akibat pemberian ekstrak 1 + 6,648 untuk daun kelor dan y2=
-37,36x2 + 5,611 untuk kulit biji jambu pada beberapa variasi konsentrasi.
mete, yang mana y adalah jumlah koloni
bakteri P.aeruginosa dan x adalah
konsentrsi ekstrak. Berdasarkan Gambar 2
ekstrak n-Heksana daun kelor mempunyai
pengaruh 91,4 % (R 12. terhadap jumlah
koloni bakteri P.aeruginosa. sedangkan
ekstrakn n-Heksana kulit biji jambu mete
Sedangkan bakteriosid ditunjukkan dengan
perbandingan jumlah koloni bakteri
dengan jumlah bakteri pada OI dengan
ketentuan hasil perhitungan ≤ 0,1 OI.
Hasil perhitungan jumlah koloni
pada original inokulum mempunyai rerata
= 7,35 x 106 CFU/ml. Penentuan kadar
memiliki pengaruh 86,5 % (R 2 2 ). bunuh minimal (KBM) pada ekstrak n-
Persamaan garis linier memiliki Heksana daun kelor dan ekstrak n-Heksana
tanda negatif, tanda negatif ini memiliki arti bahwa setiap kenaikan konsentrasi diikuti dengan penurunan jumlah koloni
bakteri P.aeruginosa. Persamaan garis
linier ekstrak n-Heksana kulit biji jambu
mete terletak pada skala yang lebih kecil
daripada ekstrak n-Heksana daun kelor, hal
ini dapat diartikan bahwa potensi antimikroba ekstrak n-Heksana kulit biji
jambu mete lebih tinggi daripada ekstrak
n-Heksana daun kelor.
Sebuah bahan obat dikategorikan sebagai
antimikroba jika memiliki fungsi sebagai
bakteriostat dan bakteriosid. Bakteriostat
adalah kemampuan suatu obat untuk
menghambat pertumbuhan bakteri dalam
kadar tertentu, sedangkan bakteriosid
adalah kemampuan obat untuk
membunuh bakteri dalam kadar tertentu.
Pada penelitian ini bakteriostat 5
![Page 6: JURNAL MIKRO FINALKU](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081816/55cf9431550346f57ba03d32/html5/thumbnails/6.jpg)
JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112
antimikroba, tetapi masih bersifat
bakteriostat.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
tidak ada pertumbuhan bakteri
P.aeruginosa pada konsentrasi 6% dan
7%, hal ini dapat diartikan bahwa ekstrak
n-Heksana kulit biji mete memiliki nilai
KBM mulai konsentrasi 6%. Kemudian
dilakukan pembandingan rerata konsentrasi
OI dengan rerata konsentrasi 5%, 4%, 3%,
2%. Hasil perhitungan KBM menunjukkan
bahwa ekstrak n-Heksana kulit biji jambu
mete memiliki nilai KBM pada konsentrasi
5% (Tabel 1). Kesimpulanya adalah
ekstrak n-Heksana kulit biji jambu mete
mempunyai nilai KBM mulai konsentrasi
5%. Pada penelitian ini ekstrak n-Heksana
kulit biji jambu mete memiliki potensi
sebagai
8
7
6
5
4
3
2
1
0
antimikroba dengan sifat bakteriostat dan
bakteriosid.
Perbandingan potensi antimikroba pada
esktrak n-Heksana daun kelor dengan
ekstrak n-Heksana kulit biji jambu mete
dalam penelitian ini menggunakan dua
indikator, yaitu tingkat kejernihan dan
jumlah koloni P.aeruginosa. Berdasarkan
hasil yang disajikan pada Gambar 1 tingkat
kejernihan pada kedua ekstrak belum bisa
ditentukan karena warna larutan dalam
tabung keruh. Oleh karena itu, indikator
jumlah koloni yang digunakan
pembanding dalam penentuan potensi
antimikroba dari kedua ekstrak.
Perbadingan ini berdasarkan pertumbuhan
jumlah koloni bakteri P.aeruginosa yang
tumbuh pada media padat yang disajikan
pada Gambar 3.
Daun Kelor
Kulit Biji Mete
2. 3% 4% 5% 6% 7% OI K (+) K (-) Konsentrasi
Gambar 3 Perbandingan rerata jumlah koloni P.aeruginosa yang tumbuh pada perlakuan
dengan ekstrak n-Heksana daun kelor dengan ekstrak n-Heksana kulit biji mete
Konsentrasi terkecil dari perlakuan Kalaichelvan (2011) menunjukkan bahwa
esktrak n-Heksana daun kelor maupun
ekstrak n-Heksana kulit biji mete
menunjukkan pertumbuhan koloni bakteri
P. aeruginosa yang paling
banyak dan jumlah koloni tersebut semakin
menurun seiring dengan meningkatnya
konsentrasi ekstrak. Penelitian yang
dilakukan oleh Gami dan Karibia (2011)
menunjukkan
bahwa daun kelor ( Moringa oleifera ) yang
diekstrak dengan metanol dan etanol
mampu memghambat P.aeruginosa mulai
konsentrasi 10%. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Vijayakumar dan 6
kulit biji mete ( Annacardium occidentale )
yang diekstrak dengan aseton dan etanol
mampu menghambat mulai konsenteasi
6%.
Grafik tersebut juga menunjukkan bahwa
ekstrak n-Heksana kulit biji jambu mete
memiliki potensi yang lebih tinggi. Pada
konsentrasi 5% dan 6% pada esktran
n-Heksana kulit biji mete tidak ada
pertumbuhan koloni bakteri P.aeruginosa,
sedangkan konsentrasi 5% dan 6% pada
ekstrak n-Heksana daun kelor masih ada
pertumbuhan bakteri. Selain itu, pada
![Page 7: JURNAL MIKRO FINALKU](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081816/55cf9431550346f57ba03d32/html5/thumbnails/7.jpg)
JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112
perhitungan untuk mencari nilai KBM
telah diketahui bahwa pada perlakuan
ektrak n-Heksana daun kelor belum bisa
ditentukan, sedangkan pada ekstrak n-
Heksana kulit biji jambu mete terletak
pada konsentrasi 5%.
Sasaran utama kandungan antimikroba dalam kedua esktrak adalah adalah dinding sel. Dinding sel bakteri
merupakan lapisan lipid-bilayer yang
mirip dengan membran sel. Membran sel ini
dapat melindungi bakteri Gram negatif dari
substansi antipeptidoglikan seperti
penisilin. Ikatan antar asam amino dalam
peptidoglikan bakteri Gram negatif lebih
renggang dibandingkan dengan bakteri
Gram positif (McKane dan Kandel, 1986),
sehingga memudahkan senyawa tanin,
saponin, flavonoid, asam anakardat, kardol,
dan kardanol untuk masuk kedalam ikatan.
Selain itu, dinding selnya tidak selektif
permeabel, sehinga senyawa- senyawa
tersebut mudah dalam penetrasi menembus
dinding sel yang akan menimbulkan
tergangunya integritas dinding sel bakteri.
Aktivitas senyawa kimia yang terkandung
didalam daun kelor memiliki peran yang
mirip dengan senyawa kimia yang
terkandung di dalam kulit biji jambu mete.
Kombinasi dari senyawa-senyawa kimia
pada daun kelor maupun kulit biji jambu
mete memiliki sasaran utama, yaitu dinding
sel bakteri. Perusakan dinding sel dengan
cara menggangu proses sintesis protein
atau menggagu sintesis DNA dengan
mengagu kerja enzim topoisomerase II
yang menyebabkan pertumbuhan bakteri
tergangu dan jumlah koloni yang tumbuh
dapat ditekan. Kandungan zat aktif didalam
kulit biji jambu mete diduga memiliki
potensi antimikroba lebih tinggi daripada zat
aktif didalam daun kelor. Hal ini
dikarenakan kulit biji jambu mete memiliki
kandungan asam anakardat. Asam
anakardat adalah senyawa yang memiliki
aktivitas antagonis dengan enzim
β-laktamase yang
diproduksi oleh bakteri Gram negatif. β-
laktamase telah diketahui adalah enzim 7
yang berperan dalam melindungi bakteri
dari antibiotik golongan β-laktam,
sehingga peran antibiotik tersebut tidak
bekerja yang mengakibatkan bakteri
resisten. Asam anakardat ini bekerja
dengan menghambat terbentukknya
sintesis enzim β-laktamase pada bakteri
P.aeruginosa, sehingga senyawa-senyawa
antibiotik di dalam kulit biji mete dapat
lebih mudah dalam menghambat
pertumbuhan bakteri ini. Selain itu, asam
anakardat juga berfungsi dalam
menggangu terbentuknya dinding sel
bakteri, sehingga peran dari asam
anakardat ini penting dalam membantu
membunuh bakteri. Senyawa-senyawa
dalam kulit biji mete yang bersifat sinergis
ini menyebabkan bakteri mati lebih banyak
dari pada senyawa-senyawa dalam daun
kelor.
Berdasarkan hasil penelitian uji
perbandingan potensi antimikroba ekstrak
n-Heksana daun kelor dan ekstrak n- Heksana kulit biji mete terhadap bakteri
P.aeruginosa secara in vitro yang telah
dilakukan dan dianalisis dengan bukti-
bukti terkait, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa ekstrak n-Heksana daun
kelor dan ekstrak n-Heksana kulit biji
jambu mete memiliki potensi antimikroba
terhadap P.aeruginosa. Perbandingan
potensi antimikroba menunjukkan bahwa potensi antimikroba ekstrak n-Heksana
kulit biji mete memiliki potensi yang lebih
tinggi dari pada ekstrak n-Heksana daun
kelor terhadap bakteri P.aeruginosa.
Kesimpulan
Ekstrak n-Heksana daun kelor dan n-
Heksana kulit biji jambu mete memiliki
potensi antimikroba terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosa secara in vitro.
Perbandingan potensi antimikroba antara
ekstrak n-Heksana daun kelor dan n-
Heksana kulit biji jambu mete
menunjukkan bahwa n-Heksana kulit biji
mete memiliki potensi lebih tinggi
berdasarkan indikator nilai KHM dan
KBM.
![Page 8: JURNAL MIKRO FINALKU](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081816/55cf9431550346f57ba03d32/html5/thumbnails/8.jpg)
JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112
Ucapan Terima Kasih
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada
Dr. Sri Murwani, drh, MP sebagai ketua
payung penelitian atas bimbingan, fasilitas
laboratorium mikrobiologi PKHUB dan terimakasih kepada drh. Dahaliatu
Qosimah M.Kes sebagai dosen
pendamping penelitian.
Daftar Pustaka
Bandow, J.E., H. Brotz., L.I.O. Leichert.,
H. Labischinski & M. Hecker.
2003. Proteomic approach to
understanding antibiotic action .
Antimicro Agents Chemotherap
47. 948-955. Chaouce, T., F. Atik Bekkara, F.
Haddouchi, and Z. Boucherit.
2012. Antibacterial activity of
different ekstract of
Echiumpycnanthum pomel. USA:
JCPRC5 4(1):216-220
Cole, L.K., K.W. Kwochka., J.J.
Kowalski., A. Hillier. 1998.
Microbial flora and antimicrobial
susceptibility patterns from canines
with otitis media . Journal of the
American Veterinary Medical Association
212: 534–538 Dhanabalan, R., A. Doss., S.
Balachandar.,
E.Kezia., M. Jagadeeswari., & H.
Karthik. 2008. In vitro
Phytochemical Screening and
Antibacterial Activity of Organic
Leaf Extracts of Spathodea
campanulata P. Beauv against
Hospital Isolated Bacterial Strains .
Ethnobotanical Leaflets 12: 1022-
28
Dzen, S.M., Roekistiningsih, S. Santoso &
S. Winarsih. 2003.
Bakteriologi
Medik. Malang: Bayumedia
Publising
Gami, B & F. Parabia. 2011. Screening of
methanol & acetone extract for
antimicrobial activity of some
medical plants species of Indian
folklore. Int. J. Res. Pharm. Sci.
2(1): 68-75
8