jurnal mikro finalku

8
JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112 Perbandingan Potensi Antimikroba Ekstrak n-Heksana Daun Kelor (Moringa oleifera) dengan Kulit Biji (Pericarp) Jambu Mete (Anacardium occidentale) terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa secara in vitro Comparison of Antimicrobial Potential of n-Hexane Extract Kelor Leaves (Moringa oleifera) And Cashew (Anacardium occidentale) nut shell (Pericarp) against the bacteria Pseudomonas aeruginosa In Vitro. Faris Nurhanafi, Sri Murwani, Djoko Winarso Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan potensi antimikroba ekstrak n-Heksana daun kelor dengan ekstrak n-Heksana kulit biji jambu mete terhadap bakteri P.aeruginosa secara in vitro . Penelitian ini merupakan studi ekperimental berupa post test only control group design dengan metode dilusi tabung. Penelitian ini menggunkan dua kelompok perlakuan, yaitu perlakuan ekstrak n- Heksana daun kelor dan ekstrak n-heksana kulit biji jambu mete masing-masing dengan konsentrasi 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, dan 7%. Indikator yang digunakan dalam membandingkan potensi antimikroba adalah tingkat kekeruhan dalam tabung (KHM) dan jumlah koloni yang tumbuh pada media padat (KBM). Analisis yang digunakan adalah RAK dengan α=5%. Hasil menunjukkan bahwa KHM kedua esktrak belum dapat teramati. Perhitungan KBM untuk ektrak n-Heksana daun kelor tidak didapatkan karena jumlah bakteri yang tumbuh > 0,1% OI, sedangkan KBM ekstrak n-Heksana kulit biji mete ditunjukkan pada konsentrasi 5%. Berdasarkan analisis statistika, kedua ekstrak memiliki potensi antimikroba yang ditunjukkan dengan menurunnya jumlah koloni bakteri seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak. Hasil uji perbandingan menunjukkan bahwa n-Heksana kulit biji mete memiliki potensi antimikroba yang lebih tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak n-Heksana kulit biji mete memiliki potensi antimikroba yang lebih tinggi dari pada ekstrak n-Hesana daun kelor. Kata Kunci : Antimikroba, P.aeruginosa, ekstrak n-Heksana daun kelor dan kulit biji jambu mete, in vitro ABSTRACT This study was aimed to compare the potential of n-Hexane extract of kelor leaves and n- Hexane extract of cashew nut shell against P.aeruginosa bacteria in vitro. This study was used two group of treatment, which are the treatment of n-Hexane extract of kelor leaves and n-Hexane extract of cashew nut shell. The concentration of each extract were 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, and 7%. Indicator were used to compare the antimicrobial potential are turbidity levels in the tubes (MIC) and the number of colonies that grew on solid medium (MBC). Data was analyzed by RCBD with α = 5%. The result showed that MIC of extracts was not observed yet. The result of MBC of n-Hexana extract of kelor leaves was not obtained because the amount of bacteria growth >0,1% OI, while MBC of extract n-Hexana cashew nut shell showed at 5% concentration. Base on statistical analysis, both of extract have an antimicrobial potential that marked by decreasing of bacterial colony ammount. The results showed that the ratio of n-Hexane cashew nut shell has a higher antimicrobial potency. The conclusion of this study is n-Hexane extract of cashew nut shell has a higher antimicrobial potency than extract n-Hesana kelor leaves. Keywords: Antimicrobial, P.aeruginosa, n-Hexane extract of kelor leaves and cashew nut shell, in vitro 1

Upload: zakiyatul-mahmudah

Post on 18-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KDFLOVKJFPBKOF NFKIBJMFDOIBDFRIOB OIJBGIOFGBFLK JFJ IOFJBBRMBIRBR NBBNEVEVEE KEMN A[OFWW FKWOVV EOOJFWJWDSVDNVWMV WRGWEPOGOW IIOWGVJFNEWFNWWBNWWVIJFPOBJFOBJRB NW WFIEFII

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL MIKRO FINALKU

JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112

Perbandingan Potensi Antimikroba Ekstrak n-Heksana Daun Kelor (Moringa oleifera)

dengan Kulit Biji (Pericarp) Jambu Mete (Anacardium occidentale) terhadap Bakteri

Pseudomonas aeruginosa secara in vitro

Comparison of Antimicrobial Potential of n-Hexane Extract Kelor Leaves (Moringa

oleifera) And Cashew (Anacardium occidentale) nut shell (Pericarp) against the

bacteria Pseudomonas aeruginosa In Vitro.

Faris Nurhanafi, Sri Murwani, Djoko Winarso

Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan,

Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan potensi antimikroba ekstrak n-Heksana daun

kelor dengan ekstrak n-Heksana kulit biji jambu mete terhadap bakteri P.aeruginosa secara in vitro .

Penelitian ini merupakan studi ekperimental berupa post test only control group design dengan

metode dilusi tabung. Penelitian ini menggunkan dua kelompok perlakuan, yaitu perlakuan ekstrak n-

Heksana daun kelor dan ekstrak n-heksana kulit biji jambu mete masing-masing dengan konsentrasi 2%,

3%, 4%, 5%, 6%, dan 7%. Indikator yang digunakan dalam membandingkan potensi antimikroba adalah

tingkat kekeruhan dalam tabung (KHM) dan jumlah koloni yang tumbuh pada media padat (KBM).

Analisis yang digunakan adalah RAK dengan α=5%. Hasil menunjukkan bahwa KHM kedua esktrak

belum dapat teramati. Perhitungan KBM untuk ektrak n-Heksana daun kelor tidak didapatkan karena

jumlah bakteri yang tumbuh > 0,1% OI, sedangkan KBM ekstrak n-Heksana kulit biji mete ditunjukkan

pada konsentrasi 5%. Berdasarkan analisis statistika, kedua ekstrak memiliki potensi antimikroba yang

ditunjukkan dengan menurunnya jumlah koloni bakteri seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak.

Hasil uji perbandingan menunjukkan bahwa n-Heksana kulit biji mete memiliki potensi antimikroba

yang lebih tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak n-Heksana kulit biji mete memiliki

potensi antimikroba yang lebih tinggi dari pada ekstrak n-Hesana daun kelor.

Kata Kunci : Antimikroba, P.aeruginosa, ekstrak n-Heksana daun kelor dan kulit biji jambu mete, in

vitro

ABSTRACT

This study was aimed to compare the potential of n-Hexane extract of kelor leaves and n-

Hexane extract of cashew nut shell against P.aeruginosa bacteria in vitro. This study was used two

group of treatment, which are the treatment of n-Hexane extract of kelor leaves and n-Hexane extract of

cashew nut shell. The concentration of each extract were 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, and 7%. Indicator were

used to compare the antimicrobial potential are turbidity levels in the tubes (MIC) and the number of

colonies that grew on solid medium (MBC). Data was analyzed by RCBD with α = 5%. The result

showed that MIC of extracts was not observed yet. The result of MBC of n-Hexana extract of kelor

leaves was not obtained because the amount of bacteria growth >0,1% OI, while MBC of extract

n-Hexana cashew nut shell showed at 5% concentration. Base on statistical analysis, both of extract have

an antimicrobial potential that marked by decreasing of bacterial colony ammount. The results showed

that the ratio of n-Hexane cashew nut shell has a higher antimicrobial potency. The conclusion of this

study is n-Hexane extract of cashew nut shell has a higher antimicrobial potency than extract n-Hesana

kelor leaves.

Keywords: Antimicrobial, P.aeruginosa, n-Hexane extract of kelor leaves and cashew nut shell, in

vitro

1

Page 2: JURNAL MIKRO FINALKU

JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112

Pendahuluan

Pseudomonas aeruginosa ( P.

aeruginosa) merupakan salah satu spesies

bakteri yang sering menyebabkan penyakit

infeksius. Penyakit tersebut memiliki

angka morbiditas dan angka mortalitas

yang cukup tinggi di seluruh dunia (Todar,

2008). Meningkatnya kasus penyakit

infeksi dikarenakan adanya penurunan

keefektifan antibiotik terhadap bakteri

(Bandow et al., 2003; Dhanabalan, 2008).

P.aeruginosa

bersifat opportunistik, invasif dan toksigenik. Beberapa kasus kejadian penyakit yang

disebabkan oleh bakteri P. aeruginosa

antara lain adalah infeksi saluran kemih,

infeksi saluran pernapasan, peradangan

pada kulit , infeksi saluran pencernaan dan

beberapa kasus kejadian luka bakar

(Hauser & Sriram, 2005). Selain itu, juga

ditemukan pada otitits externa, pyoderma,

infeksi kulit dan abses pada anjing

(Griffin, 1993; Cole et al ., 1998; Scott et

al., 2001; Peterson et al., 2002).

Tanaman kelor ( Moringa oleifera )

merupakan salah satu tanaman yang telah

lama digunakan sebagai obat. Tanaman

kelor mengandung flavonoid, tanin dan

saponin yang memiliki potensi sebagai

antibakteria dan antifungal (Nikon et al. ,

2003. Kasolo et al.,

2011; Kawo et al.,

2009). Selain tanaman kelor, jambu mete

( Annacardium occidentale) juga

merupakan tanaman yang memiliki

manfaat sebagai antimikroba. Kandungan

antimikroba dalam kulit biji jambu mete

adalah asam anakardat, kardol dan

kardanol (Simpen, 2008).

Menurut uraian diatas, besar kemungkinan

daun kelor maupun kulit biji mete memiliki

potensi sebagai antimikroba

terhadap bakteri P.aeruginosa. Oleh

karena itu, untuk mengetahui potensi

antimikroba antara daun kelor dan kulit

biji mete yang lebih tinggi terhadap bakteri

P.aeruginosa, maka dilakukan penelitian

untuk

membandingkan potensi antimikroba daun

kelor dan kulit biji mete

berdasarkan kadar hambat miunimal

(KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM) 2

Page 3: JURNAL MIKRO FINALKU

JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112

Hasil dan Pembahasan

Kadar Hambat Minimal Ekstrak n-

Heksana Daun Kelor dan ekstrak n-

Heksana Kulit Biji Jambu Mete terhadap

P.aeruginosa

Uji potensi antimikroba ekstrak n- Heksana daun kelor dan ekstrak n-Heksana kulit biji jambu mete terhadap bakteri

P.aeruginosa menggunakan metode dilusi

tabung. Hasil dari metode dilusi tabung

adalah penentuan nilai KHM dengan

pengamatan terhadap tingkat kekeruhan.

Menurut Dzen et al . (2003) penilaian

KHM metode dilusi dinilai dengan

mengamati tingkat kekeruhan pada setiap

tabung setelah diinkubasi selama 18-24

jam yang ditunjukkan oleh warna tabung

yang jernih. Tingkat kekeruhan ini

merupakan tanda awal dari potensi

antimikroba ekstrak n-Heksana daun kelor

dan ekstrak n-Heksana kulit biji jambu

mete terhadap bakteri P.aeruginosa.

K(-) 2. 3% 4% 5% 6% 7%

(a)

K(-) 2. 3% 4% 5% 6% 7%

(b)

Gambar 1 Pengaruh pemberian variasi konsentrasi ekstrak n-Heksana terhadap tingkat

kekeruhan, (a) Daun kelor (b) Kulit biji jambu mate

Berdasarkan hasil uji dilusi tabung antra konsentrasi tidak dapat teramati

pada ekstrak n-Heksana daun kelor,

kekeruhan antar konsentrasi tidak dapat

teramati karena semua tabung keruh

(Gambar 1(a)). Hal ini dipengaruhi oleh

warna dari ekstrak yang hijau pekat

sehingga untuk pengamatan tingkat

kekeruhan tiap konsentrasi belum bisa

ditentukan. Demikian juga pada ekstrak n-

Heksana kulit biji jambu mete, kekeruhan 3

karena semua tabung keruh (Gambar 1(b)).

Hal ini dipengaruhi oleh warna ekstrak

yang kecoklatan sehingga sulit untuk

menentukan tingkat kekeruhan antar

tabung. Kesimpulan dari hasil dilusi

tabung pada kedua ekstrak untuk

menentukan nilai KHM belum bisa

ditentukan.

Page 4: JURNAL MIKRO FINALKU

JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112

Kadar Bunuh Minimal Ekstrak n-Heksana Daun Kelor dan ekstrak n-Heksana Kulit Biji Jambu

Mete terhadap P.aeruginosa

Tabel 1 Jumlah koloni P.aeruginosa pada beberapa variasi konsentrasi n-Heksana

ekstrak n-Heksana daun kelor dan n-Heksna kulit biji jambu mete

Konsentrasi Rerata + SD (CFU/ml)

Daun Kelor Kulit Biji Jambu Mete

2% 17,86 x 105 + 1,78 x 105a 53,5 x 103 + 3,11 x 103g

3% 11,61 x 105 + 1,64 x 105b 39 x 103 + 8,49 x 103g

4% 6,39 x 105 + 0,22 x 105c 22,5 x 103 + 5,80 x 103h

5% 5,56 x 105 + 0,22 x 105d 3,75 x 103 + 0,96 x 103i*

6% 4,60 x 105 + 0,05 x 105e 0*

7% 1,42 x 105 + 0,15 x 105f 0*

Ket. :Perbandingan pada kolom yang sama dengan P ≤ 0,05 * = KBM (Kadar Bunuh Minimal) dengan jumlah koloni = 7,35 x 103

Hasil uji anova (p<0,05) yang yang sama dengan konsentrasi 3%

ditunjukkan pada Tabel 1 menunjukkan

bahwa terdapat perbedaa nyata jumlah

koloni bakteri P.aeruginosa yang tumbuh

pada setiap konsentrasi ekstrak n-Heksana

daun kelor. Dilanjutkan uji Post Hoc

Tukey HSD untuk mengetahui konsentrasi

mana saja yang berbeda bermakna secara

signifikan, ditunjukkan dengan notasi yang

berbeda. Pada Tabel 1 juga menunjukkan

bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak

n-Heksana daun kelor, jumlah koloni

P.aeruginosa yang tumbuh semakin

menurun. Hal ini menunjukkan bahwa

ekstra n-Heksana daun kelor memiliki

potensi sebagai antimikroba terhadap

bakteri P.aeruginosa.

Hasil uji anova (p<0,05) yang ditunjukkan

pada Tabel 1 juga menunjukkan

perbedaan nyata jumlah

koloni bakteri P.aeruginosa yang tumbuh

pada setiap konsentrasi ekstrak n-Heksana

kulit biji jambu mete. Dilanjutkan uji Post

Hoc Tukey HSD, diperoleh bahwa pada

konsentrasi 2% dan 3% tidak terdapat

perbedaan nyata yang ditunjukkan dengan

notasi sama, yang artinya bahwa

konsentrasi 2% memiliki kemampuan 4

terhadap jumlah koloni P.aeruginosa yang

tumbuh. Pada konsentrasi 3%, 4%, dan 5%

terdapat perbedaan yang nyata dengan

ditunjukkan notasi yang berbeda,

sedangkan pada konsentrasi 5% dan 6%

tidak ada pertumbuhan koloni bakteri

P.aeruginosa, sehingga tidak dilakukan

pengujian statistika. Hal ini menunjukkan

bahwa ekstrak n-Heksana kulit biji jambu mete memiliki potensi sebagai antimikroba

dengan ditunjukkannya jumlah koloni

bakteri P.aeruginosa yang menurun

seiiring dengan kenaikan konsentrasi

ekstrak n-Heksan kulit biji jambu mete.

Berdasarkan jumlah koloni bakteri

P.aeruginosa yang tumbuh akibat

poemberian kedua ekstrak, dapat diamati

bahwa jumlah koloni pada perlakuan

dengan ekstrak n-heksana daun kelor lebih

banyak daripada dengan perlakuan ekstrak

n-Heksana kulit biji jambu mete. Hal ini

diperkuat oleh Gambar 2 tentang pengaruh

konsentrasi ekstrak n-Heksana daun kelor

dan ekstrak n-Heksana kulit biji jambu

mete terhadap jumlah koloni

P.aeruginosa.

Page 5: JURNAL MIKRO FINALKU

JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112

7 y 1 = -19,31x1 + 6,648

R

6

5

4

3

y 2 = -37,36x2 + 5,611

2

R 2. = 0,865

1

0

1. = 0,914

daun kelor kulit biji

jambu mete

Linear (daun kelor)

Linear (kulit biji jambu mete)

0% 2% 4% Konsentrasi

6% 8%

Gambar 2 Pengaruh konsentrasi ekstrak n-Heksana daun kelor dan ekstrak n-Heksana

kulit biji jambu mete terhadap jumlah koloni bakteri P.aeruginosa

Gambar 2 menunjukkan persamaan ditunjukkan dengan perbedaan tingkat

regresi linier dalam log10 yaitu y

19,31x

1= - kekeruhan dan penurunan jumlah bakteri

yang tumbuh akibat pemberian ekstrak 1 + 6,648 untuk daun kelor dan y2=

-37,36x2 + 5,611 untuk kulit biji jambu pada beberapa variasi konsentrasi.

mete, yang mana y adalah jumlah koloni

bakteri P.aeruginosa dan x adalah

konsentrsi ekstrak. Berdasarkan Gambar 2

ekstrak n-Heksana daun kelor mempunyai

pengaruh 91,4 % (R 12. terhadap jumlah

koloni bakteri P.aeruginosa. sedangkan

ekstrakn n-Heksana kulit biji jambu mete

Sedangkan bakteriosid ditunjukkan dengan

perbandingan jumlah koloni bakteri

dengan jumlah bakteri pada OI dengan

ketentuan hasil perhitungan ≤ 0,1 OI.

Hasil perhitungan jumlah koloni

pada original inokulum mempunyai rerata

= 7,35 x 106 CFU/ml. Penentuan kadar

memiliki pengaruh 86,5 % (R 2 2 ). bunuh minimal (KBM) pada ekstrak n-

Persamaan garis linier memiliki Heksana daun kelor dan ekstrak n-Heksana

tanda negatif, tanda negatif ini memiliki arti bahwa setiap kenaikan konsentrasi diikuti dengan penurunan jumlah koloni

bakteri P.aeruginosa. Persamaan garis

linier ekstrak n-Heksana kulit biji jambu

mete terletak pada skala yang lebih kecil

daripada ekstrak n-Heksana daun kelor, hal

ini dapat diartikan bahwa potensi antimikroba ekstrak n-Heksana kulit biji

jambu mete lebih tinggi daripada ekstrak

n-Heksana daun kelor.

Sebuah bahan obat dikategorikan sebagai

antimikroba jika memiliki fungsi sebagai

bakteriostat dan bakteriosid. Bakteriostat

adalah kemampuan suatu obat untuk

menghambat pertumbuhan bakteri dalam

kadar tertentu, sedangkan bakteriosid

adalah kemampuan obat untuk

membunuh bakteri dalam kadar tertentu.

Pada penelitian ini bakteriostat 5

Page 6: JURNAL MIKRO FINALKU

JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112

antimikroba, tetapi masih bersifat

bakteriostat.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa

tidak ada pertumbuhan bakteri

P.aeruginosa pada konsentrasi 6% dan

7%, hal ini dapat diartikan bahwa ekstrak

n-Heksana kulit biji mete memiliki nilai

KBM mulai konsentrasi 6%. Kemudian

dilakukan pembandingan rerata konsentrasi

OI dengan rerata konsentrasi 5%, 4%, 3%,

2%. Hasil perhitungan KBM menunjukkan

bahwa ekstrak n-Heksana kulit biji jambu

mete memiliki nilai KBM pada konsentrasi

5% (Tabel 1). Kesimpulanya adalah

ekstrak n-Heksana kulit biji jambu mete

mempunyai nilai KBM mulai konsentrasi

5%. Pada penelitian ini ekstrak n-Heksana

kulit biji jambu mete memiliki potensi

sebagai

8

7

6

5

4

3

2

1

0

antimikroba dengan sifat bakteriostat dan

bakteriosid.

Perbandingan potensi antimikroba pada

esktrak n-Heksana daun kelor dengan

ekstrak n-Heksana kulit biji jambu mete

dalam penelitian ini menggunakan dua

indikator, yaitu tingkat kejernihan dan

jumlah koloni P.aeruginosa. Berdasarkan

hasil yang disajikan pada Gambar 1 tingkat

kejernihan pada kedua ekstrak belum bisa

ditentukan karena warna larutan dalam

tabung keruh. Oleh karena itu, indikator

jumlah koloni yang digunakan

pembanding dalam penentuan potensi

antimikroba dari kedua ekstrak.

Perbadingan ini berdasarkan pertumbuhan

jumlah koloni bakteri P.aeruginosa yang

tumbuh pada media padat yang disajikan

pada Gambar 3.

Daun Kelor

Kulit Biji Mete

2. 3% 4% 5% 6% 7% OI K (+) K (-) Konsentrasi

Gambar 3 Perbandingan rerata jumlah koloni P.aeruginosa yang tumbuh pada perlakuan

dengan ekstrak n-Heksana daun kelor dengan ekstrak n-Heksana kulit biji mete

Konsentrasi terkecil dari perlakuan Kalaichelvan (2011) menunjukkan bahwa

esktrak n-Heksana daun kelor maupun

ekstrak n-Heksana kulit biji mete

menunjukkan pertumbuhan koloni bakteri

P. aeruginosa yang paling

banyak dan jumlah koloni tersebut semakin

menurun seiring dengan meningkatnya

konsentrasi ekstrak. Penelitian yang

dilakukan oleh Gami dan Karibia (2011)

menunjukkan

bahwa daun kelor ( Moringa oleifera ) yang

diekstrak dengan metanol dan etanol

mampu memghambat P.aeruginosa mulai

konsentrasi 10%. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Vijayakumar dan 6

kulit biji mete ( Annacardium occidentale )

yang diekstrak dengan aseton dan etanol

mampu menghambat mulai konsenteasi

6%.

Grafik tersebut juga menunjukkan bahwa

ekstrak n-Heksana kulit biji jambu mete

memiliki potensi yang lebih tinggi. Pada

konsentrasi 5% dan 6% pada esktran

n-Heksana kulit biji mete tidak ada

pertumbuhan koloni bakteri P.aeruginosa,

sedangkan konsentrasi 5% dan 6% pada

ekstrak n-Heksana daun kelor masih ada

pertumbuhan bakteri. Selain itu, pada

Page 7: JURNAL MIKRO FINALKU

JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112

perhitungan untuk mencari nilai KBM

telah diketahui bahwa pada perlakuan

ektrak n-Heksana daun kelor belum bisa

ditentukan, sedangkan pada ekstrak n-

Heksana kulit biji jambu mete terletak

pada konsentrasi 5%.

Sasaran utama kandungan antimikroba dalam kedua esktrak adalah adalah dinding sel. Dinding sel bakteri

merupakan lapisan lipid-bilayer yang

mirip dengan membran sel. Membran sel ini

dapat melindungi bakteri Gram negatif dari

substansi antipeptidoglikan seperti

penisilin. Ikatan antar asam amino dalam

peptidoglikan bakteri Gram negatif lebih

renggang dibandingkan dengan bakteri

Gram positif (McKane dan Kandel, 1986),

sehingga memudahkan senyawa tanin,

saponin, flavonoid, asam anakardat, kardol,

dan kardanol untuk masuk kedalam ikatan.

Selain itu, dinding selnya tidak selektif

permeabel, sehinga senyawa- senyawa

tersebut mudah dalam penetrasi menembus

dinding sel yang akan menimbulkan

tergangunya integritas dinding sel bakteri.

Aktivitas senyawa kimia yang terkandung

didalam daun kelor memiliki peran yang

mirip dengan senyawa kimia yang

terkandung di dalam kulit biji jambu mete.

Kombinasi dari senyawa-senyawa kimia

pada daun kelor maupun kulit biji jambu

mete memiliki sasaran utama, yaitu dinding

sel bakteri. Perusakan dinding sel dengan

cara menggangu proses sintesis protein

atau menggagu sintesis DNA dengan

mengagu kerja enzim topoisomerase II

yang menyebabkan pertumbuhan bakteri

tergangu dan jumlah koloni yang tumbuh

dapat ditekan. Kandungan zat aktif didalam

kulit biji jambu mete diduga memiliki

potensi antimikroba lebih tinggi daripada zat

aktif didalam daun kelor. Hal ini

dikarenakan kulit biji jambu mete memiliki

kandungan asam anakardat. Asam

anakardat adalah senyawa yang memiliki

aktivitas antagonis dengan enzim

β-laktamase yang

diproduksi oleh bakteri Gram negatif. β-

laktamase telah diketahui adalah enzim 7

yang berperan dalam melindungi bakteri

dari antibiotik golongan β-laktam,

sehingga peran antibiotik tersebut tidak

bekerja yang mengakibatkan bakteri

resisten. Asam anakardat ini bekerja

dengan menghambat terbentukknya

sintesis enzim β-laktamase pada bakteri

P.aeruginosa, sehingga senyawa-senyawa

antibiotik di dalam kulit biji mete dapat

lebih mudah dalam menghambat

pertumbuhan bakteri ini. Selain itu, asam

anakardat juga berfungsi dalam

menggangu terbentuknya dinding sel

bakteri, sehingga peran dari asam

anakardat ini penting dalam membantu

membunuh bakteri. Senyawa-senyawa

dalam kulit biji mete yang bersifat sinergis

ini menyebabkan bakteri mati lebih banyak

dari pada senyawa-senyawa dalam daun

kelor.

Berdasarkan hasil penelitian uji

perbandingan potensi antimikroba ekstrak

n-Heksana daun kelor dan ekstrak n- Heksana kulit biji mete terhadap bakteri

P.aeruginosa secara in vitro yang telah

dilakukan dan dianalisis dengan bukti-

bukti terkait, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa ekstrak n-Heksana daun

kelor dan ekstrak n-Heksana kulit biji

jambu mete memiliki potensi antimikroba

terhadap P.aeruginosa. Perbandingan

potensi antimikroba menunjukkan bahwa potensi antimikroba ekstrak n-Heksana

kulit biji mete memiliki potensi yang lebih

tinggi dari pada ekstrak n-Heksana daun

kelor terhadap bakteri P.aeruginosa.

Kesimpulan

Ekstrak n-Heksana daun kelor dan n-

Heksana kulit biji jambu mete memiliki

potensi antimikroba terhadap bakteri

Pseudomonas aeruginosa secara in vitro.

Perbandingan potensi antimikroba antara

ekstrak n-Heksana daun kelor dan n-

Heksana kulit biji jambu mete

menunjukkan bahwa n-Heksana kulit biji

mete memiliki potensi lebih tinggi

berdasarkan indikator nilai KHM dan

KBM.

Page 8: JURNAL MIKRO FINALKU

JURNAL BIOFARMASI 5 (3) ISSN: 1792-2112

Ucapan Terima Kasih

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada

Dr. Sri Murwani, drh, MP sebagai ketua

payung penelitian atas bimbingan, fasilitas

laboratorium mikrobiologi PKHUB dan terimakasih kepada drh. Dahaliatu

Qosimah M.Kes sebagai dosen

pendamping penelitian.

Daftar Pustaka

Bandow, J.E., H. Brotz., L.I.O. Leichert.,

H. Labischinski & M. Hecker.

2003. Proteomic approach to

understanding antibiotic action .

Antimicro Agents Chemotherap

47. 948-955. Chaouce, T., F. Atik Bekkara, F.

Haddouchi, and Z. Boucherit.

2012. Antibacterial activity of

different ekstract of

Echiumpycnanthum pomel. USA:

JCPRC5 4(1):216-220

Cole, L.K., K.W. Kwochka., J.J.

Kowalski., A. Hillier. 1998.

Microbial flora and antimicrobial

susceptibility patterns from canines

with otitis media . Journal of the

American Veterinary Medical Association

212: 534–538 Dhanabalan, R., A. Doss., S.

Balachandar.,

E.Kezia., M. Jagadeeswari., & H.

Karthik. 2008. In vitro

Phytochemical Screening and

Antibacterial Activity of Organic

Leaf Extracts of Spathodea

campanulata P. Beauv against

Hospital Isolated Bacterial Strains .

Ethnobotanical Leaflets 12: 1022-

28

Dzen, S.M., Roekistiningsih, S. Santoso &

S. Winarsih. 2003.

Bakteriologi

Medik. Malang: Bayumedia

Publising

Gami, B & F. Parabia. 2011. Screening of

methanol & acetone extract for

antimicrobial activity of some

medical plants species of Indian

folklore. Int. J. Res. Pharm. Sci.

2(1): 68-75

8