jurnal imtiyaz vol 4 no 01 , maret 2020
TRANSCRIPT
JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020
1
KEISTIMEWAAN ISTIQAMAH DALAM PERSFEKTIF AL-QUR’AN
Mulyono
Email: [email protected]
STKIP PGRI PONOROGO
Abstrak Ibnu Rajab dalam bukunya yang berjudul Jamiul Ulum Wal Hikam
mengatakan, bahwa “istiqamah adalah prilaku jalan yang lurus dan agama
yang lurus dengan tidak melenceng kekanan atau kekiri, istiqamah mencakup
semua perbuatan taat yang dhohir maupun bathin dan istiqamah meninggalkan
semua yang dilarang, wasiat ini bersifat menyeluruh untuk semua urusan
agama.“ Merujuk dari statement yang telah disampaikan oleh Ibnu Rajab di
atas, penyusun bertambah yakin bahwa betapa pentingnya materi istiqamah ini
dibahas. Istiqamah merupakan bagian dari ciri pribadi yang mulia, karakter
orang-orang sholeh, sikap yang menjiwai orang-orang sukses dunia akherat.
Istiqamah juga merupakan bagian dari ciri-ciri ahli surga.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research)
yang dikemas dalam sebuah tesis yang menggunakan metode penelitian tafsir
yang kita kenal dengan metode tafsir maudhu’i. Oleh karena itu, penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif, yang bersifat deskriptif-analisis. Dengan
pendekatan yang digunakan adalah keimanan spiritual.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pribadi yang istiqamah harus
dimiliki oleh setiap muslim, karena istiqamah sangat erat kaitannya dengan
kualitas ibadah dan keiamanan seorang mukmin, tanpa istiqamah hidupnya
terasa asal-asalan dan hampa tak bermakna.
Kata kunci: keistimewaan, istiqamah, dalam al-Qur’an
Abstract
Ibn Rajab in his book entitled Jamiul Ulum Wal Hikam said, that "istiqamah
is the behavior of a straight path and a straight religion without deviating to
the right or left, istiqamah includes all the obedient acts that dhohir or inner
and istiqamah leave all that is forbidden, this will is straight comprehensive
for all religious matters. " Referring to the statement conveyed by Ibn Rajab
above, the author became convinced that the importance of this material is
discussed. Istiqamah is part of a noble personal trait, the character of pious
people, an attitude that animates the successful people of the hereafter.
Istiqamah is also part of the characteristics of experts in heaven. This type of
research is library research which is packaged in a thesis that uses the
interpretation research method that we are familiar with maudhu
'interpretation method. Therefore, this research is a qualitative research,
2
which is descriptive analysis. The approach used is spiritual faith. The results
of this study state that a person who istiqamah must be possessed by every
Muslim, because istiqamah is very closely related to the quality of worship and
the security of a believer, without his life is arbitrary and empty meaningless.
Keywords: idiosyncrasy, istiqamah, in the Qur'an
PENDAHULUAN
”Al Istiqaamatu Khairun Min Alfi Karamah” (Istiqamah itu lebih baik
dari seribu karamah), penulis menemukan kalimat ini sewaktu masih
dipesantren, penulis ingin mencoba membahas dan mendalaminya dengan
menuangkanya dalam bentuk karya tulis ilmiah (tesis). Walaupun penulis
kurang tahu pasti, apakah ungkapan tersebut hadits atau bukan. Namun bagi
penulis yang terpenting adalah makna atau esensi yang terkandung dalam
ungkapan tersebut tidak menyimpang dari syari’at dan bisa memberikan energi
positif atau semangat baru untuk berbuat untuk menghasilkan yang terbaik.
Sudah menjadi fakta dan data di masyarakat, bahwa banyak yang
mempunyai keinginan dan bercita-cita tinggi, namun karena tidak diiringi
dengan komitmen yang kuat, amaliah yang kontinyu dan tahan banting dalam
menghadapi ujian dan cobaan, akhirnya cita-cita dan keinginannya kandas
ditengah jalan. Ada yang ingin sukses di dunia, harta melimpah, rumah mewah
dan mendapatkan segala fasilitas serba mudah, namun karena semuanya hanya
sebatas angan-angan tidak dibarengi dengan usaha yang gigih dan istiqamah
serta bersabar dalam berproses, maka yang didapatkan hanya kekecewaan.
Begitu pula ada yang berharap khusnul khatimah ketika mengahadap
Allah swt (meninggal), bahagia dan mendapatkan keberuntungan yang abadi,
namun harapanya tersebut tidak diiringi dengan kokohnya iman, senantiasa
komitmen dan istiqamah dalam menjalankan perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya serta teguh hati dalam menghadapi segala ujian dan cobaan yang
menghadang perjalanan, maka yang didapatkan hanya keputus asaan yang
menyiksa dan keterpurukan yang mendera.
Seseorang yang tidak visioner dalam kehidupannya, tidak memiliki
tujuan dan langkah yang jelas dalam menggapai impiannya, mereka lambat
laun akan tergilas seiring dengan terus berputarnya rotasi kehidupan yang tidak
mau kompromi ini. Namun bagi para pemegang peranan penting dalam
kehidupan dan mempunyai visi-misi hidup yang jelas, maka mereka senantiasa
akan komitmen dan konsisten (istiqamah) atas apa yang dilakukannya,
memegang teguh al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman hidupnya, hingga
kemenangan dan kesusksesan besar diraihnya dengan gemilang, dimana
kesuksesan yang dimaksud adalah kebahagiaan hidup yang abadi didalam
Surga Jannatun Na’im.
Kehidupan modern yang serba hedonisme seperti yang kita alami
sekarang ini, menuntut adanya ketahanan mental yang kuat, keimanan yang
JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020
3
teguh serta menjalani kehidupan dunia ini dengan penuh keihlasan dan penuh
ketaatan kepada sang pemberi nikmat. Wujud dari ketaatan tersebut
merupakan bukti bahwa kita termasuk hamba yang senantiasa “tahu diri”
bersyukur kepada Allah atas segala karunia yang tiada taranya yang telah
dikaruniakan kepada kita tanpa perhitungan sedikitpun.
Hidup di zaman yang serba instan ini, memang perlu imunitas iman yang
kokoh, menyadari bahwa hingar-bingarnya dunia, kemewahan dan kenikmatan
yang menggoda, semuanya belum seberapa dibanding kenikmatan Allah yang
telah dijanjikan-Nya berupa kenikmatan yang belum pernah terlintas oleh
pandangan mata, terdengar oleh sepasang telinga manusia, apalagi terfikirkan
oleh hati manusia, dimana kenikmatan tersebut adalah berupa Surga Jannatun
Na’im. Namun, betapa tidak sedikit manusia yang bingung, limbung dan hilang
keseimbangan ketika menghadapi kenyataan hidup yang serba hedonisme
tersebut. Padahal obatnya sederhana yaitu Istiqamah dalam mengikuti manhaj
Allah yang lurus yaitu Shirathal Mustaqim dan tiada bosan membasahi bibir
untuk senantiasa bertahmid sebagai tanda syukur atas segala karunia-Nya.
Pembahasan secara makro mengenai istiqamah memang relatif jarang
dilakukan oleh kalangan pengukir karya ilmiah, kecuali artikel-artikel dan
ceramah-ceramah yang sering ditulis dalam buletin-buletin maupun dalam
artikel di internet, padahal sikap istiqamah merupakan sikap yang sangat
penting dan harus dimiliki oleh kaum muslimin.
Sebuah buku yang cukup bagus ditulis dalam berbahasa Arab berjudul
“Istiqamah Fii Mi’ati Hadiitsin Nabawi” yang telah ditulis oleh Dr.
Muhammad Zakky Muhammad Khudhari merupakan salah satu karya ilmiah
yang membahas tentang Istiqamah secara makro. Namun karya ini ditulis
berdasarkan 100 hadits rasul yang terkait dengan sikap istiqamah dan belum
sepenuhnya mengambil dalil dari al-Qur’an. Buku ini dibagi menjadi 7 bab
besar yang menjelaskan tentang sikap konsisten atau bagaimana seharusnya
kaum muslimin bersikap konsisten atau istiqamah dalam kehidupannya.
Selain buku diatas, ada satu buku lagi yang membahas tentang istiqamah.
Buku tersebut berjudul ”Quantum Istiqamah” yang ditulis oleh Rusdin S.
Rauf. Setelah dikaji dan diteliti oleh penulis, buku tersebut menjelaskan
tentang metode mengkolaborasikan kekuatan perasaan, pikiran dan tindakan
berdasarkan al-Qur’an, Sunnah Nabi dan psikologi kontemporer, yang
kemudian oleh Rusdin s. Rauf disebutnya sebagai Quantum istiqamah.
.
METODE PENELITIAN Jurnal yang akan segera disusun oleh penulis ini, dalam penulisannya
menggunakan metode kajian kepustakaan (library research) yaitu mencari dan
mengumpulkan berbagai literatur yang relevan, baik yang merupakan data primer
berupa al-Qur’an al-Karim maupun data-data sekunder seperti buku-buku tafsir yang
telah dikarang dan ditulis oleh para mufassir lokal maupun mufassir timur tengah dan
4
buku-buku lain yang terkait dengan judul tesis yang dapat mendukung terselesaikanya
penulisan tesis ini dengan baik.
Kemudian dalam pembahasan tesis ini, penulis menggunakan metode
pembahasan deskriptis analisis dengan pendekatan sufisme yang mengarah kepada
pengokohan akhlaq dan pribadi yang mempesona dengan ditulis berdasarkan
penelitian yang bersifat kualitatif.
Sumber utama data penelitian ini adalah ayat-ayat al-Qur’an yang kemudian
dijelaskan dengan hadits-hadits Rasulullah dan atsarus shahabah serta pendapat-
pendapat para salafus shalih. Oleh karena itu, selain menggunakan pendekatan
sufisme yang mengarah kepada pengokohan pribadi yang mempesona, dalam
penyusunanya penulis menggunakan pendekatan metode penulisan tafsir Maudhu’i
Tahlili.
Metode tafsir maudhu’i juga disebut dengan metode tematik karena
pembahasannya berdasarkan tema-tema tertentu yang terdapat dalam al-Qur’an. Ada
dua cara dalam tata kerja metode tafsir mawdhu’i: pertama, dengan cara menghimpun
seluruh ayat-ayat al-Qur’an yang bebicara tentang satu masalah (maudhu/tema)
tertentu serta mengarah kepada satu tujuan yang sama, sekalipun turunnya berbeda
dan tersebar dalam pelbagai surah al-Qur’an. Kedua, penafsiran yang dilakukan
berdasarkan surat al-Qur’an.
Al-Farmawi mengemukakan tujuh langkah yang mesti dilakukan apabila
seseorang ingin menggunakan metode maudhu’i. Langkah-langkah dimaksud dapat
di sebutkan di sini secara ringkas;
a. Memilih atau menetapkan masalah al-Qur’an yang akan dikaji secara maudhu’i.
b. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah
ditetapkan, ayat Makkiyah dan Madaniyah.
c. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa turunnya,
disertai pengetahuan mengenai latar belakang turunnya atau sabab al-nuzul.
d. Mengetahui hubungan (munasabah) ayat-ayat tersebut dalam masing-masing
surahnya.
e. Menyusun tema bahasan dalam kerangka yang pas, utuh, sempurna dan sistematis.
f. Melengkapi uraian dan pembahasan dengan hadis bila dipandang perlu, sehingga
pembahasan semakin sempurna dan jelas.
Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara
menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa, mengkompromikan
antara pengertian yang ‘am khash, antara yang muthlaq dan muqayyad,
mengsinkronkan ayat-ayat yang lahirnya terkesan kontradiktif , menjelaskan ayat
nasikh dan mansukh, sehingga semua ayat tersebut bertemu pada suatu muara, tanpa
perbedaan dan kontradiksi atau tindakan pemaksaan terhadap sebagian ayat kepada
makna yang kurang tepat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa tafsir maudhu’i adalah metode tafsir yang
berusaha mencari jawaban al-Qur’an tentang suatu tema tertentu dalam al-Qur’an,
atau bisa juga disebut dengan tafsir tematik, dimana pembahasannya hanya tema-tema
tertentu saja dan dalam hal ini tema yang dipilih untuk disusun oleh penulis adalah
Istiqamah dalam Persfektif al-Qur’an. Sedangkan tafsir tahlili adalah salah satu
JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020
5
metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari
seluruh aspeknya.1
Adapun metode penulisan tesis ini mengacu pada Pedoman Penulisan Skripsi,
Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta Press
Anggota IKAPI cetakan ke-2 Jumadil Ula 1423 H / Agustus 2003.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengaruh dan Buah Istiqamah Dalam Kehidupan Kaum Muslimin Berdasarkan
Al-Qur’an
Istiqamah ialah salah satu sifat yang sangat terpuji, ia adalah sifat para
Nabi dan Rasul, para wali dan para pejuang Islam yang sukses. Sikap
istiqamah (teguh dalam memegang kebenaran) adalah dianjurkan dan sangat
ditekankan oleh Allah, sebagaimana dalam firman-Nya:
Artinya: ”Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan
janganlah kamu melampaui batas.” (QS. Hud [11]: 112)
Sabda Rasulullah s.a.w:
وا واعلموا استقيموا ولن تص :» -صلى الله عليه وسلم-قال رسول الله ر عمالكم الصلاة ولن يافظ على الوضوء إلا مؤمن 2.«خي
“Berteguh-hatilah kamu (istiqamahlah) kamu meskipun tidak akan mampu
melakukan sepenuhnya. Ketahuilah bahwa bagian yang paling baik dari
agamamu adalah sholat, dan tiada seorangpun yang memelihara wudhu’,
kecuali orang yang beriman.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, Al-Hakim dan Al-
Baihaqi)
Dari keterangan ayat tersebut di atas bahwa diperintahkan agar kita
beristiqamah dengan bahasa yang tegas ini jelas sekali terdapat hikmah yang
besar di balik perintah istiqamah.
Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq menjelaskan: “Ada tiga tingkatan dalam
istiqamah: a) Menegakkan sesuatu (taqwin)
Berhubungan dengan disiplin jiwa.
b) Meluruskan sesuatu (iqamah)
Berhubungan dengan penyempurnaan hati
c) Berlaku teguh (istiqamah)
1 Prof. Dr. Abd. Muin Salim, MA., Metodologi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta : Penerbit
TERAS, 2005), cet. Ke-1, hal. 42 سنن البيهقى - )ج 1 / ص 754( المكتبة الشاملة 2
6
Berhubungan dengan amalan untuk mendekatkan diri,
menggantungkan diri kepada Allah SWT.
Selain tiga hal diatas, berikut ini akan dijelaskan hikmah dibalik
anjuran istiqamah yang dijelaskan dalam beberapa ayat al-Quran sebagai
berikut:
Artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah
Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan
turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan
janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang
telah dijanjikan Allah kepadamu". (Fushilat [41] : 30)
Artinya : ”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah
Allah", kemudian mereka tetap istiqamah Maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. mereka Itulah
penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai Balasan atas
apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Ahqaf [46]: 13-14)
Dari beberapa ayat ini bisa diambil kesimpulan mengenai hikmah
istiqmah, yaitu: 1. Istiqamah merupakan jalan keselamatan.
Ibnu Qoyim Rahimahullaha mengatakan bahwa istiqamah merupakan
komitmen untuk meniti jalan yang lurus. Allah SWT mengatakan dalam surat al-
Ahqaf ayat 13;
Artinya : ”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah
Allah", kemudian mereka tetap istiqamah Maka tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.” (QS. Al-Ahqaf [46]: 13)
Juga firman Allah SWT. dalam surat Hud ayat 112:
Artinya: ”Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang
kamu kerjakan.” (QS. Hud [11]: 112)
Maka sudah jelaslah bahwa istiqamah bersih dari penyembahan terhadap
taghut dan dia adalah mujawazatul hudud. Allah SWT berfirman:
Artinya: Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti
kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang
Maha Esa, Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan
mohonlah ampun kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang
yang mempersekutukan-Nya, (QS. Fushilat [41] : 6)
Yang dimaksud dengan hamba yang istiqamah adalah mereka yang meniti
jalan yang lurus. Jika tidak mampu paling tidak mendekati lurus.3 Imam Muslim
meriwayatkan sebuah Hadits dari Abu Hurairah, nabi SAW bersabda: ”
3 Syech Shalih bin Abdullah bin Humaid dan Abdurrahman bin Muhammad bin
Abdurrahman bin Malluh, Nadhratan Na’im Fil Qur’anil Azhim (tp:tt,tt), jilid. 2, h. 304
JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020
7
ب هري رة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم دوا »عن قاربوا وسدحد منكم بعمله رسول الله ولا نت قالوا يا«. واعلموا نه لن ي نجو
دن الله ب » قال ي ت غم 4)رواه مسلم( «. ضل رحة منه وف ولا نا إلا Dari Abu Hurairah r.a., berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bersengajalah secara sederhana (tidak sangat muluk-muluk ataupun
teledor) dan bertindak luruslah (teruslah beramal secara benar), juga
ketahuilah bahwasanya tidak seseorangpun yang dapat selamat karena
amalnya." Para sahabat bertanya: "Sekalipun engkau sendiri juga tidak
(dapat diselamatkan oleh amalnya) ya Rasulullah." Beliau s.a.w. menjawab:
"Sayapun tidak dapat, kecuali jikalau Allah menutupi diriku (memberikan
karunia padaku) dengan kerahmatan dari-Nya serta dengan keutamaan-
Nya." (HR. Muslim)
2. Akan Selalu Didampingi oleh Malaikat
Seseorang yang istiqamah (teguh pendirian dan tetap melakukan
kebaikan) akan selalu didampingi oleh para malaikat, sebagaimana firman
Allah SAW., yang bermaksud:
“…akan turun kepadanya (orang yang istiqamah) para malaikat…”
Seseorang yang apabila didatangi malaikat ia berarti mendapatkan
satu kemuliaan dan keuntungan yang amat besar, sebaliknya manusia yang
didatangi oleh syetan, ia bermakna kehinaan dan bencana yang amat besar.
Apabila malaikat datang, maka yang didatangi akan mendapat
keuntungan. Ini disebabkan malaikat itu lambang rahmat, sebaliknya syetan
itu adalah lambang laknat. Ada beberapa kebaikan yang dibawa oleh
malaikat: 1) Mereka merasa senang, gembira dan tidak ada rasa khawatir.
2) Akan merasa selesa.
3) Akan selalu berbuat kebaikan dan tidak mengikut hawa nafsu.
4) Orang yang selalu didatangi malaikat wajahnya akan berseri-seri, dan juga
tidak mudah marah dan tersinggung.
5) Orang yang didatangi malaikat akan berlapang dada.
Dalam tafsir Al-Mishbah yang di tulis oleh M. Qurais Shihab, ketika
menafsirkan ayat ini beliau mengatakan bahwa mereka yang bersungguh-
sungguh beristiqmah meneguhkan pendiriannya dengan melaksanakan
tuntunan Allah SWT., maka buat mereka bukan teman-teman buruk yang
memperindah keburukan yang menemani mereka sebagaimana halnya para
pendurhaka, tetapi akan turun kepada mereka yakni akan dikunjungi dari
المكتبة الشاملة صحيح مسلم - )ج 8 / ص 171) 4
8
saat kesaat serta secara bertahap hingga menjelang ajal mereka oleh
malaikat-malaikat untuk meneguhkan hati mereka.5
3. Tidak Ada Rasa Takut
Seseorang yang istiqamah, tidak pernah merasa takut, sebagaimana
lanjutan ayat al-Quran di atas:
“…janganlah kamu merasa takut (dari berlakunya kejadian yang tidak
baik terhadap kamu)…” (Fushilat: 30)
Apabila seseorang tidak pernah ada rasa takut, maka ia mempunyai
keteguhan hati, kuat keyakinannya, kokoh pendiriannya dan besar
harapannya kepada Allah SWT.
Seorang motivator mengatakan: “Akar dari segala bentuk ketakutan
adalah ketidak-percayaan. Orang yang merasa asing terhadap
hidupnya dan tidak kenal Tuhan serta tidak kenal diri sendiri adalah
orang yang ketakutan.”
Untuk menjadi orang yang bebas dari ketakutan, kita harus
bergantung kepada Maha Pencipta dan Maha Pemberi segala sesuatu. Kita
harus memiliki kepercayaan dan mengenal Dia (Allah). Perasaan terpisah
dengan sumber segala sesuatu, seperti anak kecil yang merasa terpisah
dengan orang tuanya, akan menimbulkan ketakutan dan kebimbangan.
Dengan demikian jelas mengapa orang yang istiqamah tidak ada
perasaan takut. Ini disebabkan apabila telah beristiqamah akan teguh
pendiriannya, besar harapannya kepada Allah, kuat keyakinannya.
4. Tidak Ada Rasa Sedih
Orang yang istiqamah tidak mempunyai rasa sedih, sebaliknya
mereka senantiasa gembira dan ceria, sebagaimana telah diterangkan pada
lanjutan ayat di atas.
“…dan janganlah merasa bersedih hati…” (Fushilat: 30) Seseorang yang istiqamah, ia tidak ada perasaan sedih. Hal ini orang-
orang yang sedih itu merasa kehilangan sesuatu, atau tidak tercapainya
sesuatu yang diimpikan (gagal). Sedangkan orang yang istiqamah itu telah
tertumpu semua kepada Allah, bergantung kepada-Nya, mulai dengan
hartanya, anaknya dan bahkan dirinya telah diserahkan sepenuhnya kepada
Allah, sebab orang yang istiqamah itu sadar bahwa semua itu milik Allah
dan akan kembali kepada Allah.
Apabila ada orang yang merasa sedih kerana kehilangan sesuatu,
maka orang yang istiqamah tidak dapat bersedih, kerana ia merasa semua
itu adalah memang milik Allah. Mereka merasa hanya sebagai penjaga
5 M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
(Lentera Hati: Jakarta, 2002), Volume 12, h. 409
JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020
9
barang titipan, maka apabila orang yang menitipkan itu mengambilnya,
maka ia tidak merasa bersedih bahkan merasa tidak ada beban lagi. 6
5. Akan Mendapat Balasan Surga
Mereka yang istiqamah akan mendapat balasan surga, sebagaimana
lanjutan firman Allah ta’ala dalam surat Fushilat ayat 30 di atas:
“…dan berikanlah berita gembria bahwa kamu akan mendapatkan
surga yang telah dijanjikan kepada kamu.” (Fushilat: 30)
Dalam ayat lain Allah berfirman :
Artinya: ”Mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di
dalamnya; sebagai Balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. Al-Ahqaf [46]: 14)
Demikianlah, balasan tertinggi bagi orang-orang yang beriman dan
istiqamah ia akan mendapat balasan surga. Mereka kekal didalamnya,
manikmati kehidupan yang abadi yang diliputi dengan kebahagiaan yang
abadi pula.
6. Akan Mendapatkan Rizeki yang Melimpah.
Barangsiapa yang istiqamah dalam kebaikan dan tetap dijalan yang
benar, maka mereka akan mendapatkan rezeki yang melimpah,
sebagaimana firman Allah Ta’ala:
Artinya: “dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di
atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum
kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). Untuk Kami beri
cobaan kepada mereka padanya. dan Barangsiapa yang berpaling dari
peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab
yang Amat berat. (QS. Al-Jinn [72]: 16-17)
Imam Al-Qusyairi Al-Naisabury memberi komentar: “Allah SWT
tidak berfirman: “Kami akan membiarkan mereka minum”; melainkan
“Kami akan memberi mereka minum dengan melimpah ruah.” Memang di
dalam ayat tersebut air yang melimpah, tetapi yang dimaksudkan adalah
rezeki yang melimpah, sebab air adalah barang yang sangat diperlukan
ketika itu. Oleh yang demikian Allah hanya menyebut air, akan tetapi yang
dimaksudkan adalah rezeki yang banyak. Sebab air adalah lambang rezeki.
7. Mendapatkan perlindungan malaikat atas perintah Allah.
Dalam surat fushilat ayat 31 yang merupakan lanjutan dari rangkaian
ayat yang menjelaskan tentang istiqamah, Allah berfirman: Artinya: ”Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan
akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan
6 http://nurjeehan.wordpress.com/2007/06/11/keajaiban-bersikap-istiqamah/
10
memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.” (QS. Fushilat [41]:
31)
Dalam ayat ini M. Quraisy Shihab menjelaskan bahwa setelah para
malaikat itu menenangkan kaum beriman, mereka melanjutkan guna
menunjukan hubungan keakraban mereka. Mereka berkata: ”Kamilah atas
perintah dan restu Allah yang menjadi pelindung-pelindung kamu yang
sangat dekat kepada kamu dan selalu siap menolong dan membantu kamu
dalam kehidupan dunia dan demikian juga di akhirat”.7
8. Mendapatkan Hidangan Surga
Selain mendapatkan keutamaan-keutamaan di atas, mereka yang
istiqamah akan mendapatkan hidangan surga sebagai hidangan
pendahuluan bagi mereka. Hal ini dijelaskan dalam surat Fushilat ayat 32
yang merupakan lanjutan dari dua ayat sebelumnya. Allah berfirman; Artinya: “sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. Fushilat [41] : 32)
Dalam ayat ini M. Quraisy Shihab menafsirkan : dan yakinlah bahwa
bagi kamu di sana yakni di dalam surga apa yang kamu inginkan dari aneka
kenikmatan apapun dan bagi kamu juga di sana apa yang kamu minta. Itu
sebagai hidangan pendahuluan bagi kamu. Sebenarnya masih sangat banyak
anugerah lainnya. Semua itu adalah anugerah dari Tuhan yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.8
9. Doanya akan dikabulkan oleh Allah.
Kedudukan orang yang istiqamah digambarkan juga oleh dalam al-
Qur’an surat Yunus ayat 89: Artinya: ”AlIah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan
permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang
Lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang
tidak Mengetahui". (QS: Yunus [10]: 89)
Do’a orang-orang yang istiqamah akan dikabulkan Allah SWT. hal
ini sejalan sabda Rasuulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dari dari Abu Dzar:
قد ف لح » قال -صلى الله عليه وسلم-قال بو ذر إ رسول الله سه من خلص ق لبه للإيما وجعل ق لبه سليما ولسانه صادقا و ن
7 M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
(Lentera Hati: Jakarta, 2002), Volume 12, h.409-410 8 M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
(Lentera Hati: Jakarta, 2002), Volume 12, h. 410
JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020
11
ن ا اأذ ه مطمئنة وخليقته مستقيمة وجعل ذنه مستمعة وعي م رة ف نا 9«.لبه واعيا فقمع والعي مقرة با يوعى القلب وقد ف لح من جعل ق
”Sungguh beruntunglah orang yang ikhlas hatinya, menjadikan hatinya
selamat, lisannya benar, jiwanya tenang, budi pekertinya teguh, telinganya
mau mendengar, matanya mau melihat. Maka telinga cukup teliti (dalam
menyaring berita) dan mata mengakui dengan apa yang disadari oleh hatinya
dan berbahagialah orang yang menjadikan hatinya sadar.”
10. Mendapatkan pertolongan terbesar atas segala permusuhan.
Ibnu katsir dalam menjelaskan istiqamah menggambarkan bahwa Allah
SWT memerintahkan Rasul dan hamba-Nyaagar tetap dan terus menerus
istiqamah karena istiqamah merupakan pertolongan yang terbesar atas segala
permusuhan dan untuk menentang kejahatan. Maka wajar apabila Allah SWT
memberikan gambaran dan juga memerintahkan agar setiap muslim senantiasa
beristiqamah dalam iman, islam, dan ihsan.10 Allah SWT berfirman dalam surat
asy-Syuura ayat 15:
Artinya: ”... dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan
janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada
semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya Berlaku adil
diantara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal
Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan
kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)". (QS.
Asy-Syuura [42]: 15)
11. Terhindar dari perbuatan maksiat dan menyekutukan Allah.
Istiqamah juga berfungsi sebagai pencegah setiap pribadi muslim agar tidak
tergoda oleh prilaku maksiat dan lebih-lebih ingkar kepada Allah SWT setelah ia
beriman.11 Dalam surat Fushilat ayat 6 Allah berfirman:
Artinya: Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti
kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha
Esa, Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah
ampun kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang
mempersekutukan-Nya,” (QS. Fushilat [41]: 6)
PENUTUP
Istiqamah merupakah sebuah kata yang cukup singkat, mudah
diucapkan dan mudah pula diingat, namun tidak semua orang bisa
مسند أحمد - )ج 74 / ص 171( المكتبة الشاملة 910 Muhammad Nashib Ar-Rifa’I, Kemudahan Dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
(Terjemahan Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir), (Depok : Gema Insani Press ; 2005), Jilid. 4, h.
229 11 Ensiklopedi Islam, (PT Ichtiar Baru Van Hoeve : Jakarta, 1994), Jilid 2, h. 283
12
mengimplentasikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena memerlukan
kesungguhan yang senantiasa diiringi dengan kejernihan hati dan kebeningan
jiwa. Sehingga hanya orang-orang yang telah dipilih oleh Allah SWT yang bisa
merealisasikan sikap istiqamah dalam kehidupannya. Betapa tidak, balasan
baginya pun tidak tanggung-tanggung berupa surga yang sudah disiapkan oleh
Allah SWT., kenikmatannya belum pernah kita lihat, kita dengar maupun kita
rasakan.
Oleh karena itu untuk mewujudkan istiqamah tetap menjadi bagian dari
hidup ini, kita harus:
a) Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan benar.
b) Membaca al-Qur’an dengan menghayati dan merenungkannya
c) Berkumpul dan bergaul bersama orang-orang shaleh.
d) Selalu berdoa kepada Allah SWT
e) Membaca kisah para Nabi dan Rasul serta orang-orang shalih
Kemudian seiring dengan jiwa dan hati manusia yang labil, yang
berpengaruh kepada keimanan dan ketaqwaan yang tidak stabil, terkadang
meningkat dan terkadang melemah. Kesucian dan ketakwaan yang ada dalam
jiwa harus tetap dijaga dan senantiasa dipertahankan. Oleh karena itu ada
beberapa hal yang membuat seorang muslim bisa mempertahankan nilai
keimanan dan ketaqwaan serta mampu meningkatkan kualitasnya, yaitu:
1) Muraqabah
Muraqabah adalah perasaan seorang hamba akan kontrol ilahiah dan
kedekatan dirinya kepada Allah SWT.
2) Mu’ahadah
Mu’ahadah yang dimaksud di sini adalah iltizamnya seseorang atas nilai-
nilai kebenaran Islam.
3) Muhasabah
Muhasabah adalah usaha seorang hamba untuk melakukan perhitungan dan
evaluasi atas perbuatan, baik sebelum maupun sesudah melakukannya.
4) Mu’aqabah
Mu’aqabah adalah pemberian sanksi oleh seseorang muslim terhadap
dirinya sendiri atas keteledoran yang dilakukannya.
5) Mujahadah (Optimalisasi)
Totalitas dalam beramal sangat diperlukan karena hal ini merupakan
bagian dari upaya agar amal berkualitas tetap istiqamah. Dalam hal ini yang
harus kita lakukan adalah:
a. Mengikhlaskan niat semata-mata hanya mengharap Allah
b. Bertahap dalam beramal. Dalam artian, ketika menjalankan suatu ibadah,
hendaknya memulai dari sesuatu yang kecil namun rutin.
c. Diperlukan adanya kesabaran. Karena untuk melakukan suatu amalan yang
bersifat kontinyu dan rutin, memang merupakan amalan yang berat, untuk
JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020
13
itu sabar merupakan bagian terpenting yang harus kita lakukan dalam
beramal.
d. Istiqamah tidak dapat direalisasikan melainkan dengan berpegang teguh
terhadap ajaran Allah SWT karena Istiqamah sangat terkait erat dengan
Tauhidullah.
e. Istiqamah juga akan dapat terealisasi, jika memahami hikmah atau hakekat
dari ibadah maupun amalan yang kita lakukan.
f. Istiqamah juga akan sangat terbantu dengan adanya amal jama’i.
g. Memperbanyak membaca dan mengupas tentang keistiqamahan para
salafus shaleh dalam meniti jalan hidupnya, kendatipun berbagai cobaan
dan ujian yang sangat berat menimpa mereka.
h. Memperbanyak berdoa kepada Allah, agar kita dianugerahi istiqamah.
Selain beberapa hal diatas, kita juga harus waspada terhadap hal-hal
yang membuat impian kita hanya sekedar impian saja. Perkara yang bisa
menghambat tegaknya istiqamah dalam jiwa. Perkara yang dimaksud adalah:
Lupa akan pentingnya niat sehingga menghilangkan keikhlasan yang
seharusnya terus tertanam dalam jiwa.
Selalu terburu nafsu dan tidak bertahap dalam beramal yang akhirnya
menghilangkan kesabarannya.
Melupakan Allah SWT yang mengakibatkan pada menyekutukan-Nya
secara tidak sadar.
Sombong tidak mau berdo’a dan meminta kepada Allah SWT padahal
Allah Maha segalanya
Tidak memahami hikmah dan hakekat dari ibadah yang dilakukan hanya
mengedepankan sifat egois, selalu ingin dikerjakan sendiri dan menang
sendiri.
Tidak mau berkaca kepada salafus sholeh yang pantas kita jadikan teladan.
Intinya, jika kebahagiaan dan keberuntungan ingin senantiasa
menghiasi hidupnya, maka diantara jalan yang harus ditempuh adalah selalu
bersikap istiqamah dalam beramal, karena hanya orang-orang terpilih-lah yang
mampu mempertahankan istiqamah dalam hidupnya.
DAFTAR RUJUKAN
Al-Qur’an Al-Karim
________, Ensiklopedi Islam, PT Ichtiar Baru Van Hoeve : Jakarta, 1994, Jilid
: 2
Ali, Muhammad, Kamus Lengkap Indonesia Moderen, Pustaka Amani:
Jakarta, 1997
Al-Maktabah asy-Syamilah, al-Mustadrak ‘Ala as-Shahihain Lil Hakim
Al-Maktabah asy-Syamilah, al-Qamus al-Muhith
Al-Maktabah asy-Syamilah, at-Ta’arif, Jilid: 1
Al-Maktabah asy-Syamilah, Jamiul ‘Ulumi Wal Hikami
14
Al-Maktabah asy-Syamilah, Lisaanul ‘Arab
Al-Maktabah asy-Syamilah, Majallatul Buhutsi al-Islamiyah
Al-Maktabah asy-Syamilah, Musnad Abi Ya’la Al-Mûshili
Al-Maktabah Asy-Syamilah, Musnad Ahmad
Al-Maktabah asy-Syamilah, Riyadhus Shalihin
Al-Maktabah asy-Syamilah, Shahih Bukhari
Al-Maktabah asy-Syamilah, Shahih Muslim
Al-Maktabah asy-Syamilah, Shahih Muslim Bi Syarhi An-Nawawi Jilid: 1
Al-Maktabah asy-Syamilah, Tafsir Ibnu Katsir
Al-Qardhawi, Yusuf, Dr., Tawakkal, Jalan Menuju Keberhasilan dan
Kebahagiaan Hakiki, Jakarta : PT. Al-Mawardi Prima, 2004, cet. ke-1
Al-Qarni, ‘Aid, Dr., Lâ Tahzan, Jangan Bersedih, Terjemahan, Qisthi Press:
Jakarta Timur, 2005, Cet. Ke-16
Al-Qarni, ‘Aidh Abdullah, Dr., Jangan Takut Hadapi Hidup, Terjemahan,
Cakrawala Publising: Jakarta, 2005, Cet. Pertama
Al-Wadi’i, Syaikh, Muqbil bin Hadi, Shohih Asbabun Nuzul. Seleksi Hadits-
hadits Shahih Sebab Turunnya Ayat-ayat al-Qur’an, Terjemahan,
Pustaka As-Sunnah: Jakarta, 2007, Cet. Pertama
An-Naisaburi, Gharaib Al-Qur’an Wa Raghaib al-Furqan
Ar-Rifa’i, Muhammad Nashib, Kemudahan Dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir Terjemahan Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Depok : Gema insani
press ; 2005, Jilid. 2
Ash-Shabuni, Muhammad Ali, Qobasun Min Nuri Al-Qur’an Al-Adzim,
Cahaya Al-Qur’an, Tafsir Tematik Surat Hud dan al-Isra’, Penerjemah
Munirul Abidin Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar, 2001
Dahlan, Zaini, Prof. H., MA., Al-Qur’an dan Tafsirnya, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Wakaf, tc. 1990, jilid VIII
Hefni, Harjani, MA, The 7 Islamic Daily Habith, Hidup Islam dan Modern
Berbasis Al-Fatihah Jakarta: Pustaka Ikadi, 2008
http://nurjeehan.wordpress.com/2007/06/11/keajaiban-bersikap-istiqamah/
http://www.dakwatuna.com/2008/istiqamah-dalam-kehidupan/
http://www.dakwatuna.com/2008/istiqamah-di-jalan-dakwah/
Majalah Sabili No.12 TH.XIII 29 Desember 2005/27 Dzulqa'dah 1426
Masykur Nazhif, Muhammad, Living Smart, Membangkitkan Semangat Hidup
Anda, Yogyakarta : Pro-You, kelompok Pro-U Media, 2007, cet. ke-1
Muhammad, Hudhari, Zakky Muhammad, Dr., al-Istiqaamah, Fii Mi’ati
Hadiitsi Nabawi, tp : tp, 1999, tc.
Munawir, Ahmad Warshan, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap
Surabaya: Pustaka Progresif, 1997
Nasuhi, Hamid, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi), CeQDA UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta, 2007, Cet. Ke-2
Nawawi, Imam Aziz, Tarjamah Riyadhus Sholihin, Duta Ilmu: Surabaya, 2004
JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020
15
Qutub, Sayid, Tafsir Fî Zhilalil Qur’an, Terjemahan, Robbani Press: Jakarta,
2003, Cet. Ke-2
Salim, Abd. Muin, Prof. Dr., MA., Metodologi Ilmu Tafsir, Yogyakarta :
Penerbit TERAS, 2005, cet. Ke-1
Shihab, M. Qurais, Tafsir al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
Lentera Hati: Jakarta, 2002, Vol. 12
Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Qur’an, Penerbit Mizan Anggota IKAPI:
Bandung, 1996
Yunus, Prof. H. Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Hidhakarya Agung:
Jakarta, 19290