jurnal berkala kedoktera
DESCRIPTION
jurnal kedokteranTRANSCRIPT
PERBEDAAN MORFOLOGI KEPALA ANTARAANAK NORMAL DENGAN PENDERITA RETARDASI
MENTAL PADA TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KOTA BANJARMASIN
Annisa Setyanti1, Syamsul Arifin2, Siti Wasilah3
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat BanjarbaruBagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat BanjarbaruBagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru
ABSTRAKRetardasi mental (RM) merupakan kelainan yang cukup sering ditemukan pada
masyarakat dengan prevalensi 0,5-3%. Morfologi kepala pada anak RM dapat ditemukan berbeda dengan anak normal, morfologi kepala yang perlu diperhatikan adalah ukuran lingkar kepala dan bentuk kepala. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbedaan morfologi kepala antara anak normal dengan penderita RM pada tingkat sekolah dasar di kota Banjarmasin. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil adalah murid SDN Teluk Dalam 3 Banjarmasin, dan murid SLB-C Dharma Wanita, SLB-C Paramita Graha, dan SDLB N Pelambuan 6 Banjarmasin. Jumlah seluruh sampel adalah 120 orang. Hasil penelitian untuk anak normal didapatkan lingkar kepala normal 54 anak (90%), microcephaly 4 anak (6,67%), dan macrocephaly 2 anak (3,33%). Sedangkan pada anak RM didapatkan anak dengan katagori lingkar kepala normal 24 anak (40%), microcephaly 36 anak (60%),dan tidak ditemukan macrocephaly. Bentuk kepala pada anak normal di dapatkan hasil bentuk kepala normal 56 anak (93,3%), trigonocephaly anak 3 (5%), frontal bossing 1 anak (1,67%), brachiocephaly dan occipital bossing tidak ditemukan. Pada anak RM didapatkan anak dengan bentuk kepala normal 49 (81.67%), trigonocephaly 3 anak (5%), frontal bossing 4 anak (6,67%), brachiocephaly 1 anak (1,67%) dan occipital bossing 3 anak (5%). Uji Chi-Square menunjukkan p=0.00 dan p=0.53, sehingga disimpulkan terdapat perbedaan bermakna untuk ukuran lingkar kepala, dan tidak terdapat perbedaan bermakna untuk bentuk kepala antara anak normal dengan anak RM.
Kata kunci: morfologi kepala, anak normal,anak retatdasi mental
1
2
THE DIFFERENCES BETWEEN MORPHOLOGYOF THE HEAD IN NORMAL CHILDREN WITH MENTAL RETARDATION CHILDREN AT LEVEL OF ELEMENTARY SCHOOLS IN BANJARMASIN
Annisa Setyanti1, Syamsul Arifin2, Siti Wasilah3
University student of Medical Faculty Universitas Lambung Mangkurat BanjarbaruHistologi Departement of Medical Faculty Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Biologi Departement of Medical Faculty Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru
ABSTRACTMental retardation (RM) is a disorder that is quite often found in communities with a
prevalence of 0.5 to 3%. It was founded that morphology of the head in children with RM is different with normal children, the morphology of the head that needs to be considered is the size of the head circumference and head shape. This research aimed to determine differences between morphology of the head in patients with normal children and mental retardation at the level of elementary schools in Banjarmasin. This research is conducted through analytical descriptive study with cross-sectional approached. Samples taken would be the students of SDN 3 Banjarmasin, students of SLB-C Dharma Wanita, student of SLB-CParamita Graha, and students of SDLB N Pelambuan 6 Banjarmasin. Thus, the total number of samples is 120 people. This research found that normal children has 54 children with normal perimeter head (90%), 4 children with microcephaly (6.67%) and 2 children with macrocephaly (3.33%) whereas children with mental retardation has 24 children with normal perimeter head (40%), 36 children with microcephaly (60%) and no one with macrocephaly. Shape of the head in normal children has a normal head shape is 56 children (93.3%), trigonocephaly is 3 children (5%), frontal bossing is 1 children (1,67%), and no one has a brachiocephaly and occiptical bossing head shape. In mental retardation (RM) children that has a normal head shape is 49 children (81.67%), trigonocephaly is 3 children (5%), frontal bossing is 4 children (6,67%), brachiocephaly is 1 children (1,67%) and ociiptical bossing is 3 children (5%). The result of Chi-Square test for test the differences of the perimeter head indicates p= 0.00 and for test the differences of head shape indicates p= 0.53. in conlusion, there are significant differences on the perimeter head of normal children and mental retardation (RM) children and no significant differences for head shape between normal children and mental retardation (RM) children.
Keywords: morphology of the head, normal children, mental retardation
3
PENDAHULUAN
Retardasi mental (RM) merupakan masalah yang sering dijumpai di negara
berkembang maupun di negara maju. Menurut WHO, di negara Belanda 2,6% dan di negara
Inggris 1-8% penduduknya mengalami keterbelakangan mental. Depdiknas tahun 2009
terdapat 50.000 ribu anak retardasi mental yang terdaftar pada SLB di seluruh Indonesia (1).
RM ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang sejak masa perkembangan. Secara
klinik retardasi mental tidak bisa ditegakkan hanya dengan mengandalkan ukuran IQ, tetapi
juga perlu memperhatikan faktor pendukung berupa penanda fisik seperti morfologi atau
dismorfologi (2,3).
Morfologi adalah ilmu mengenai bentuk dan struktur organisme khususnya pada bagian
tertentu. Morfologi kepala pada anak RM dapat ditemukan berbeda dengan anak normal
lainnya. Morfologi kepala pada penderita RM yang perlu diperhatikan adalah bentuk kepala
dan ukuran lingkar kepala (4).
Pengukuran lingkar kepala anak adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Ukuran lingkar kepala dapat dihubungkan
dengan volume otak dan tulang tengkorak.Anak dengan microcephaly lebih mungkin untuk
memiliki kondisi neurologis tertentu (5,6).
Deteksi anak-anak RM umumnya berdasarkan penilaian akademis dan psikomotor
ketika mereka memasuki usia sekolah. Penilaian aspek fisik (morfologi) pada anak RM
diharapkan dapat membantu menegakkan diagnosis dini sehingga dapat melakukan intervensi
agar pertumbuhan anak pada tahap selanjutnya dapat berjalan dengan lebih baik.
4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitik
pendekatan cross-sectional. Populasi adalah murid SDN Teluk Dalam 3 Banjarmasin dan
anak RM di SLB-C yang terdaftar di Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan di
Banjarmasin. Sampel adalah murid SDN Teluk Dalam 3, dan murid SLB-C Dharma Wanita
Persatuan Provinsi Kalimantan Selatan, SLB-C Paramita Graha, dan SDLBN Pelambuan 6.
Sampel minimal yang diambil sebanyak 30 orang untuk jenis kelamin perempuan dan laki-
laki pada masing-masing kelompok yang diwajibkan untuk metode komperatif menurut Gay
dan Dhiel (7).
Sampel anak normal dengan diambil dengan metode purposive random sampling,
sampel anak RM diambil dengan metode purposive sampling. Dengan kriteria inklusi sebagai
berikut,berumur 8-12 tahun dan tidak mengalami trauma yang mengubah bentuk dan ukuran
lingkar kepala
Instrumen pada penelitian ini adalah alat pengukur (pita meteran), lembaran kertas
informed consent, kamera, dan formulir pemeriksaan penderita retardasi mental. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah anak normal dan penderita RM. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah morfologi kepala.
Variabel dalam penelitian ini memiliki definisi operasional sebagai berikut, morfologi
kepala adalah bentuk dan struktur organisme pada bagian tertentu. Morfologi kepala pada
anak SDN dan SLB-C yang dinilai dalam penelitian ini meliputi bentuk kepala dan ukuran
lingkar kepala. Bentuk kepala adalah tampilan bentuk kepala yang dinilai dengan cara
inspeksi (pengamatan) dari sisi frontal dan sisi lateral. Hasil inspeksi (pengamatan) di
kelompokan menjadi 2, yaitu bentuk kepala normal (normocephaly) dan bentuk kepala
abnormal, meliput trigonocephaly yaitu tampilan bentuk kepala dilihat dari frontal tampak
5
berbentuk segitiga karena ukuran lingkar kepala yang lebih dari normal (macrocephaly) tidak
proporsional dengan bentuk wajah yang kecil dan tajam, brachiocephaly yaitu tampilan dari
sisi lateral berupa bentuk kepala yang memipih dimana diameter interparietal tidak
proporsional dengan diameter fronto occipital, frontal bossing yaitu tulang tengkorak yang
tampak seperti penonjolan kepala pada bagian depan karena mengalami hyperostosis yaitu
penumpukan simetris yang membentuk tulang rendah yang menyerupai lengkungan kepala,
occipital bossing yaitu lengkungan kepala sehingga tampak seperti penonjolan kepala pada
bagian belakang kepala diakibatkan oleh fusi prematur pada sutura sagitalis anterior.
Ukuran lingkar kepala diukur mulai dari frontal sampai ke occipital dengan
menggunakan pita ukur dalam satuan centimeter (cm), kemudian dimasukan kedalam kurva
Nellhaus. Ukuran kepala dikelompokan menjadi 2 yaitu, katagori lingkar kepala normal,
meliputi Normocephaly,bila berada di dalam “jalur hijau” dan kategori lingkar kepala
abnormal,meliputi Microcephaly adalah lingkar kepala – 2 SD (standar deviasi) berada di
bawah “jalur hijau” dan Macrocephaly adalah lingkar kepala + 2 SD (standar deviasi) berada
di atas “jalur hijau”.
Anak normal adalah anak yang pertumbuhan dan perkembanganya tidak mengalami
gangguan maupun keterbelakangan yang bersekolah di SDN Teluk Dalam 3 ditingkat SD
baik itu dari kelas 1 SD sampai dengan 6 SD. Anak retardasi mental adalah anak
pertumbuhan dan perkembangannya mengalami gangguan, yang bersekolah di SLB-C di
tingkat SD di SLB-C Banjarmasin yang meliputi tiga sekolah yaitu SLB-BC Dharma Wanita
Persatuan Provinsi Kalimantan Selatan, SLB-BC Paramita Graha, dan SDLB N Pelambuan 6
Banjarmasin.
Prosedur dalam penelitian ini tahap persiapan, surat permohonan ijin penelitian di
Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan, kemudian Permohonan izin kepada kepala sekolah
6
atau orangtua anak normal dan RM dan selanjutnya mengisi informed consent sebagai
pernyataan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan, maka dilakukan
inspeksi terhadap bentuk kepala normal, brachiocephaly, trigonocephaly, frontal bossing
atau occipito bossing. Hasil pengukuran lingkar kepala dikelompokkan menjadi normal,
microcephaly, atau macrocephaly. Pemeriksaan inspeksi dan pengukuran ini dilakukan
dibawah pengawasan dan bimbingan tim dokter (pembimbing) dari bagian Biologi FK
UNLAM.
Data diambil dari hasil pengamatan bentuk kepala dan pengukuran lingkar kepala anak
normal dan anak RM. Data yang telah didapatkan diuji statistik. Data yang terkumpul
dilakukan pengolahan data menggunakan uji statistik chi-square dengan tingkat derajat
kepercayaan 95 %.
Penelitian ini dilakukan di 4 tempat, yaitu : SDN Teluk Dalam 3, SLB-C Dharma
Wanita Persatuan Provinsi Kalimantan Selatan, SLB-C Paramita Graha dan SDLBN
Pelambuan 6. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli 2011.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tentang perbedaan morfologi kepala antara anak normal dan penderita
retardasi mental pada satu SDN dan tiga SLB-C di Banjarmasin telah dilakukan pada bulan
Juli 2011. Jumlah sampel anak normal maupun penderita retardasi mental adalah 120 anak.
Penelitian morfologi kepala yang dilakukan meliputi pengukuran lingkar kepala dan
pengamatan bentuk kepala anak, yang dibagi berdasarkan kelompok anak normal dan anak
RM.
Ukuran lingkar kepala pada anak normal berdasarkan kurva menurut usia dan jenis
kelamin untuk mengetahui kategori lingkar kepala meliputi normocephaly, microcephaly,
7
macrocephaly. Untuk kategori lingkar kepala pada anak normal didapatkan hasil seperti pada
gambar di bawah ini.
normocephaly 90%microcephaly 6,67%macrocephaly 3,33%
Gambar 5.1 Hasil Pengukuran Lingkar Kepala
Berdasarkan gambar 5.1, hasil pengukuran lingkar kepala pada anak normal yang
dimasukkan ke dalam kurva standar lingkar kepala , didapatkan hasil dari 60 anak sebanyak
54 anak (90%) memiliki lingkar kepala normal, 4 anak (6.67%) memiliki ukuran lingkar
kepala < 2 SD atau yang disebut dengan microcephaly, dan 2 anak (3.33%) memiliki ukuran
lingkar kepala > 2 SD atau yang disebut dengan macrocephaly.
Berdasarkan penelitian morfologi kepala yang dilakukan, meliputi penelitian tentang
bentuk kepala. Hasil mengenai bentuk kepala pada anak normal dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
normal 93.3%
brachiocephaly 0%
trigonocephaly 5%
occipital bossing 0 %
frontal bossing 1.67%
Gambar 5.2 Bentuk Kepala pada Anak Normal
Berdasarkan gambar 5.2, hasil pengamatan bentuk kepala pada anak normal dibagi
menjadi bentuk kepala normal, trigonocephaly, brachiocephaly, frontal bossing, occipital
bossing, yaitu dari 60 anak didapatkan 56 anak (93.3%) memiliki bentuk kepala normal, 3
anak (5%) memiliki bentuk kepala trigonocephaly, 1 anak (1,67%) memiliki bentuk kepala
8
frontal bossing, sedangkan yang memiliki bentuk kepala brachiocephaly, occipital bossing,
tidak ditemukan pada anak normal.
Ukuran lingkar kepala pada anak retardasi mental berdasarkan kurva menurut usia
dan jenis kelamin untuk mengetahui kategori lingkar kepala meliputi normocephaly,
microcephaly, macrocephaly. Untuk kategori lingkar kepala pada retardasi mental didapatkan
hasil seperti pada gambar di bawah ini.
normocephaly 40%microcephaly 60%macrocephaly 0%
Gambar 5.3 Hasil Pengukuran Lingkar Kepala
Berdasarkan gambar 5.3, yaitu hasil pengukuran lingkar kepala pada anak RM yang
dimasukan ke dalam kurva standar lingkar kepala anak sesuai umur dan jenis kelamin,
didapatkan hasil dari 60 anak sebanyak 24 anak (40%) memiliki lingkar kepala normal
seperti pada anak umumnya, 36 anak (60%) memiliki ukuran lingkar kepala < 2 SD atau yang
di sebut dengan microcephaly sedangkan yang memilviki ukuran lingkar kepala > 2 SD atau
yang disebut dengan macrocephaly tidak ditemukan pada anak penderita retardasi mental.
Bentuk kepala pada anak RM dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
normal 81.67%
brachiocephaly 1.67 %
trigonocephaly 5%
occipital bossing 5%
frontal bossing 6.67%
Gambar 5.4 Bentuk Kepala pada Anak Retardasi Mental
9
Berdasarkan gambar 5.4, hasil pengamatan bentuk kepala pada anak RM dibagi
menjadi bentuk kepala normal, trigonocephaly, brachiocephaly, frontal bossing, occipital
bossing, yaitu dari 60 anak didapatkan 49 anak (81.67 %) memiliki bentuk kepala normal, 1
anak (1.67%) memiliki bentuk kepala brachiocephaly, 3 anak (5%) memiliki bentuk kepala
trigonocephaly, 3 anak (5%) memiliki bentuk kepala occipital bossing, dan 4 anak (6.67%)
memiliki bentuk kepala frontal bossing.
Penelitian morfologi kepala yang dilakukan meliputi pengukuran lingkar kepala, yang
dibagi berdasarkan kelompok anak normal dan anak RM seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.1Kategori Lingkar Kepala pada Anak Normal dan Anak Retardasi Mental
Normal Microcephaly Macrocephaly Total
AnakNormal 54 4 2 60
RM 24 36 0 60
Setelah dilakukan uji normalitas, hasil pada tabel di atas selanjutnya dikelompokan
menjadi normal dan abnormal (microcephaly dan macrocephaly) untuk diuji dengan uji Chi-
Square. Hasil uji Chi-square menunjukan nilai p = 0.00, yang berarti terdapat perbedaan
bermakna antara ukuran lingkar kepala anak normal dengan anak RM.
Hasil pengukuran lingkar kepala dalam hasil penelitian ini secara umum tampak
perbedaan, pada anak normal diperoleh kategori lingkar kepala terbanyak adalah normal,
sedangkan pada anak RM kategori lingkar kepala yang terbanyak adalah microcephaly.
Gangguan perkembangan otak biasanya terjadi karena gangguan kromosom atau
gangguan saat hamil. Semua gangguan otak pada saat hamil dan awal pertumbuhan dapat
mencetuskan terjadinya microcephaly. Normalnya, otak manusia akan selalu tumbuh sampai
umur sekitar 18 tahun. Tulang kepala kita akan mengikuti pertumbuhan otak dengan terus
bertambah besar bila otak masih tumbuh. Puncak pertumbuhan otak di 3 tahun pertama
10
kehidupan, bila ada gangguan pertumbuhan otak, tulang tengkorak tidak akan tumbuh
sehingga kepala orang itu tampak kecil (8).
Seorang anak dengan microcephaly mungkin memiliki kemampuan yang normal untuk
berpikir dan memahami. Setiap anak berbeda dan adanya gangguan dapat mempengaruhi
anak-anak dengan cara yang berbeda pula. Ada dua jenis microcephaly; primer dan sekunder.
Kedua jenis microcephaly memiliki kepala kecil, namun gejala lain yang tidak sama (8,9).
Microcephaly primer adalah microcephaly yang diturunkan secara genetik.
Microcephaly sekunder (berkembang kemudian) dapat memiliki berbagai gejala tergantung
pada kondisi yang menyebabkan gangguan tersebut. Microcephaly sekunder hadir ketika
terdapat kondisi lain yang mengarah keukuran lingkar kepala yang kecil. Beberapa kondisi
ini seperti, sindrom Down, meningitis bakteri, kekurangan oksigen setelah paparan kelahiran
dan kehamilan dengan narkoba dan alcohol (9).
Macrocephaly dapat dibagi menjadi: sindromik, nonsyndromik dan nongenetik
varietas. Sindromic macrocephaly ialah suatu keadaan dimana terdapat kelainan lain baik itu
kelainan fisik maupun perilaku yang berhubungan dengan otak yang membesar, kelainan ini
menciptakan pola yang dikenali dengan malformasi atau sindrom (10)
Nonsyndromic macrocephaly adalah kondisi otak yang membesar dimana merupakan
kelainan dominan yang tidak berhubungan dengan sifat fisik lainnya atau malformasi. Efek
sekunder berupa perubahan kraniofasial kecil dapat hadir, perubahan ini mungkin termasuk
dahi yang menonjol atau tinggi dan bentuk kepala yang panjang. Nongenetik macrocephaly
disebabkan oleh efek sekunder dari peristiwa lingkungan yang berkaitan dengan neonatal
intraventrikular seperti perdarahan atau infeksi (10)
Kelainan lingkar kepala pada anak RM yang banyak ditemukan adalah microcephaly.
Pada anak retardasi mental, hal ini dapat dihubungkan dengan penyebab timbulnya retardasi
11
mental yang diklasifikasikan menjadi kelainan pada masa prenatal, perinatal dan postnatal.
Kelainan retardasi mental yang ditimbulkan pada masa kehamilan atau yang disebut prenatal
dapat dibagi menjadi dua yaitu kelainan genetik dan kelainan karena faktor eksternal.
Kelainan genetik dapat meliputi kelainan kromosom, malformasi karena mikrodelesi,
subtelomerik delesi, mutasi monogenik, kelainan autosomal dominan, kelainan autosomal
recessive, retardasi mental multifaktorial, gangguan mitokondria, dan X linked mental
retardation. Kelainan karena faktor eksternal dapat disebabkan karena infeksi maternal,
toksin, toksemia dan insufiensi plasenta, dan dapat pula disebabkan hal yang lainnya seperti
radiasi dan trauma (11).
Kelainan retardasi mental yang disebabkan pada masa perinatal dapat disebabkan
karena adanya infeksi seperti meningitis dan herpes dan gangguan kelahiran seperti asfiksia.
Kelainan pada saat postnatal dapat disebabkan karena infeksi, toksin, gangguan susunan saraf
pusat lainnya, dan gangguan psikososial (11).
Sebagian tampilan morfologi kepala pada penelitian ini memiliki sejumlah persamaan
dengan temuan-temuan klinis pada sejumlah sindrom. Sindrom-sindrom yang disertai dengan
retardasi mental adalah sindrom Fragile X, sindrom Down, sindrom Cockayne, sindrom cri
du chat, sindrom Angelman, sindrom Williams, dan sindrom 18p (12).
Penderita sindrom 18p dan sindrom down biasanya mempunyai ukuran lingkar kepala <
2 SD atau yang biasa disebut microcephaly, sindrom Down merupakan kelainan genetik yang
terjadi pada kromosom 21, sedangkan sindrom 18p merupakan sindrom yang terjadi karena
hilangnya kromosom 18 lengan pendek, sindrom ini sangat jarang terjadi sehingga sulit untuk
dikenali (12).
Hasil penilaian bentuk kepala pada anak normal dan anak retardasi mental didapatkan
hasil seperti pada tabel dibawah ini.
12
Tabel. 5.2 Bentuk Kepala pada Anak Normal dan Anak Retardasi Mental
AnakNorm
alBrachiocepha
lyTrigonocepha
ly
Occipital
Bossing
Frontal Bossin
g
Total
Normal
56 0 3 0 1 60
RM 49 1 3 3 4 60
Setelah dilakukan uji normalitas, hasil pada tabel di atas selanjutnya dikelompokan
menjadi normal dan abnormal (brachiocephaly, trigonocephaly, occipital bossing, dan frontal
bossing) untuk selanjutnya diuji dengan uji Chi-Square. Hasil uji Chi-square menunjukan
nilai p = 0.053, yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna antara bentuk kepala anak
normal dengan anak RM.
Secara deskriptif, hasil penelitian menunjukan bentuk kepala anak RM bervariasi antara
bentuk normal dan abnormal (dismorfologi). Dismorfologi atau kelainan bentuk kepala yang
biasa di temukan pada anak retardasi mental adalah brachiocephaly, trigonocephaly, frontal
bossing, dan occipital bossing. Kelainan bentuk kepala secara embriogenesis berbeda-beda
tergantung dari jenis-jenis kelainannya. Frontal bossing dan parietal bossing disebabkan
karena penumpukan simetris yang membentuk tulang rendah pada bagian lengkung kepala
depan dan bagian samping kepala. Kasus parietal bossing disebabkan karena tulang parietal
mencembung tinggi dan sering disebut dengan kelainan kepala trigonocephaly, sedangkan
pada kasus frontal bossing, bagian tulang tengkorak yang terlihat tinggi yaitu di atas dahi dan
kedua sisi dari garis tengah, hampir vertikal di atas orbit. Frontal bossing harus dibedakan
dari ciri khas sederhana dahi, yaitu seluruh tonjolan alis maju tetapi tidak berbeda jauh
dengan tonjolan tulang frontalnya (12).
Kelainan bentuk kepala tersebut di atas dapat ditemui pada berbagai sindrom, seperti
sindrom Down, sindrom Angelman dan sindrom Turner. Kelainan kepala pada sindrom Down
13
dan sindrom Angelman dapat berupa brachiocephaly, dan pada sindrom Turner dapat berupa
kelainan kepala berupa trigonocephaly (12).
Penelitian yang dilakukan (Annisa) 2010 di SLB Semarang mengenai morfologi kepala
didapatkan hasil dari 241 kelainan dismorfologi yang dimiliki seluruh subjek penelitian.
Tercatat, bagian tubuh yang memiliki variasi dismorfologi paling banyak adalah bagian
kraniofasial (13).
PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa simpulan, yaitu:
1. Hasil pengukuran lingkar kepala pada anak normal didapatkan sebagian besar
normocephaly. Sedangkan pada anak RM didapatkan sebagian bedar microcephaly.
2. Hasil penilaian bentuk kepala pada anak normal didapatkan bentuk kepala normal
sebanyak 56 anak, trigonocephaly 3 anak, frontal bossing 1 anak. Sedangkan pada anak
RM didapatkan bentuk kepala normal 49 anak, trigonocephaly 3 anak, frontal bossing 4
anak, brachiocephaly 1 anak dan occipital bossing 3 anak.
3. Terdapat perbedaan bermakna antara ukuran lingkar kepala anak normal dengan anak
RM (p=0.00) dan uuntuk bentuk kepala tidak terdapat perbedaan bermakna antara
bentuk kepala anak normal dengan anak RM (p=0.053).
Disarankan perlu penelitian lebih lanjut tentang penyebab retardasi mental sehingga
dapat dilihat kesesuaian morfologi yang ditemukan dengan kemungkinan penyebabnya.
Apabila penelitian semacam ini dikumpulkan, diharapkan dapat menjadi
cikal bakal database dismorfologi Indonesia untuk lebih mempermudah
diagnosis dini pada anak RM.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. American ASSOCIATION on Mental Retardation. Mental retardation: definition, classification, and systems of supports. 10th ed.Washington, DC: American Association on MentalRetardation, 2002.
2. Sadock BJ, VA Sadock. Mental retardation in kaplan &sadock’s synopsis of psychiatry, London: Lippincott & William, 2002.
3. Moeschler JB, M Shevell, the Committee on Genetics. Clinical genetic evaluation of the child with mental retardation or developmental delays. Pediatrics 2006; 117: 2304-2316.
4. Dorland N. Kamus kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC, 2002; 1377.
5. Chamidah AN. Deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Jakarta: EGC, 2002.
6. Connell EJ, RH Feldt, GB Stickler. Head circumference, mental retardation and growth failure. Pediatrics 2000; 36: 62-66.
7. Silalahi AG. Metodelogi penelitian dan studi kasus. Sidoarjo: Citra Medika, 2003.
8. Abuelo D. Microcephaly Syndromes. Pediatric Neurology 2007; 14: 118-127.
9. Woods CG, J Bond, W Enard. Autosomal recessive primary microcephaly (MCPH): A review of clinical, molecular and evolutionary findings. Am J Hum Genet 76:717-728, 2005.
10. Williams C. Macrocephaly Syndromes. Division Of Pediatric Genetics and Metabolism 2008; 20:1-4.
11. Kaski M. Aetiology of mental retardation: General issues and prevention. In:Gelder MG, López-Ibor JJ, Andreasen N, editors. New Oxford textbook ofpsychiatry. New York: Oxford University Press; 2000.
12. Firth HV, JA Hurst. Oxford desk reference clinical genetics. In: Hall JA, editors. Oxford Desk Reference. New York: Oxford University; 2005.
13. Salamah A. Evaluasi dismorfologi dan analisis kromosom pada siswa retardasi mental di SLB Negeri Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2010.