jurnal artikel ilmiah

22
Jurnal Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman KOMUNIKASI ORGANISASI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) PURWOKERTO SEBAGAI INDUSTRI MEDIA PENYIARAN (Studi Kasus Pada Produksi Program Siaran Berbasis Budaya Banyumas Layanan Siaran RRI Progama 1) Oleh : Rufki Ade Vinanda 1 , Dr. Agoeng Noegroho, M.Si 2 , Dr. S.Bekti Istiyanto, M.Si 3 , [email protected] Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jendral Soedirman ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang komunikasi organisasi, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menggambarkan komunikasi organisasi dalam proses produksi program siaran berbasis budaya Banyumas. Kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu faktor yang menentukan organisasi dapat hidup, sukses dan efektif. Komunikasi dan koordinasi antara anggota organisasi sangat penting dalam memproduksi sebuah program yang baik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni kualitatif dengan tipe studi kasus. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi. Hasil yang di dapatkan dari penelitian ini yakni pola komunikasi dalam produksi program siaran dibentuk berdasarkan dengan garis rantai komando dan berdasarkan prosedur operasi di RRI Purwokerto dibagi menjadi dua versi yaitu pola secara struktural dan pola secara fungsional. Komunikasi berlangsung baik secara formal, non-formal dan mengalir secara vertical dan horizontal. Komunikasi bersifat formal ini terjadi melalui media rapat sedangkan komunikasi non-formal terjadi dalam proses produksi program siaran di lapangan atau selama acara berjalan baik itu berupa saran atau masukan bisa merupakan teguran, kritik, dan konsultasi tentang masalah pribadi serta gurauan atau candaan antar karyawan. Bentuk dan arus komunikasi yang terbentuk dalam proses produksi yaitu vertikal dan horizontal. Komunikasi secara vertikal kemudian dibagi lagi menjadi downward communication dan upward communication. Dalam downward communication atau komunikasi dari atas ke bawah komunikasi terjadi berupa pemberian atau penyampaian intruksi kerja, penjelasan pelaksanaan tugas, penyampaian informasi dari atasan ke bawahan maupun kewenangan dalam pengambilan keputusan. Dalam upward communication atau komunikasi dari bawah ke atas komunikasi terjadi berupa saran atau masukan serta kewenangan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan hambatan dalam proses komunikasi atau dalam proses produksi program siaran yaitu adanya indikasi peran ganda, kurang terbukanya bawahan ke atasan, keterbatasan anggaran yang menghambat inovasi. Kemudian kebijakan yang dikomunikasikan dalam komunikasi organisasi proses produksi yaitu RRI Purwokerto yaitu wajib mengutamakan konten lokal, melestarikan budaya jawa Kawi dengan sistem apresiasi ke bahasa Banyumas, mendukung kebijakan pemerintah melestarikan budaya lokal dan menjadi wadah regenerasi seniman. RRI Purwokerto telah melakukan upaya untuk terus beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya, upaya

Upload: rufki-vinanda

Post on 27-Jan-2017

99 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Artikel Ilmiah

Jurnal Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

KOMUNIKASI ORGANISASI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) PURWOKERTO

SEBAGAI INDUSTRI MEDIA PENYIARAN

(Studi Kasus Pada Produksi Program Siaran Berbasis Budaya Banyumas Layanan Siaran

RRI Progama 1)

Oleh :

Rufki Ade Vinanda1, Dr. Agoeng Noegroho, M.Si

2, Dr. S.Bekti Istiyanto, M.Si

3,

[email protected]

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jendral

Soedirman

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang komunikasi organisasi, Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengidentifikasi dan menggambarkan komunikasi organisasi dalam proses produksi

program siaran berbasis budaya Banyumas. Kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu

faktor yang menentukan organisasi dapat hidup, sukses dan efektif. Komunikasi dan koordinasi

antara anggota organisasi sangat penting dalam memproduksi sebuah program yang baik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni kualitatif dengan tipe studi kasus. Metode

pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi. Hasil yang di

dapatkan dari penelitian ini yakni pola komunikasi dalam produksi program siaran dibentuk

berdasarkan dengan garis rantai komando dan berdasarkan prosedur operasi di RRI Purwokerto

dibagi menjadi dua versi yaitu pola secara struktural dan pola secara fungsional. Komunikasi

berlangsung baik secara formal, non-formal dan mengalir secara vertical dan horizontal.

Komunikasi bersifat formal ini terjadi melalui media rapat sedangkan komunikasi non-formal

terjadi dalam proses produksi program siaran di lapangan atau selama acara berjalan baik itu

berupa saran atau masukan bisa merupakan teguran, kritik, dan konsultasi tentang masalah

pribadi serta gurauan atau candaan antar karyawan.

Bentuk dan arus komunikasi yang terbentuk dalam proses produksi yaitu vertikal dan

horizontal. Komunikasi secara vertikal kemudian dibagi lagi menjadi downward communication

dan upward communication. Dalam downward communication atau komunikasi dari atas ke

bawah komunikasi terjadi berupa pemberian atau penyampaian intruksi kerja, penjelasan

pelaksanaan tugas, penyampaian informasi dari atasan ke bawahan maupun kewenangan dalam

pengambilan keputusan. Dalam upward communication atau komunikasi dari bawah ke atas

komunikasi terjadi berupa saran atau masukan serta kewenangan dalam pengambilan keputusan.

Sedangkan hambatan dalam proses komunikasi atau dalam proses produksi program siaran yaitu

adanya indikasi peran ganda, kurang terbukanya bawahan ke atasan, keterbatasan anggaran yang

menghambat inovasi. Kemudian kebijakan yang dikomunikasikan dalam komunikasi organisasi

proses produksi yaitu RRI Purwokerto yaitu wajib mengutamakan konten lokal, melestarikan

budaya jawa Kawi dengan sistem apresiasi ke bahasa Banyumas, mendukung kebijakan

pemerintah melestarikan budaya lokal dan menjadi wadah regenerasi seniman. RRI Purwokerto

telah melakukan upaya untuk terus beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya, upaya

Page 2: Jurnal Artikel Ilmiah

adaptasi tersebut diwujudkan dengan komunikasi yang baik dan efektif serta diaplikasikan dalam

kebijakan organisasi.

Kata kunci : Komunikasi, Organisasi dan RRI Purwokerto

ABSTRACT

This research elaborated the organizational communication. The purpose of this study

was to identify and describe the organizational communication in production processes of

broadcasting program about Banyumas culture. Communication was one of the factors

determined the success, effectiveness, and resistance of the organizational goals. Communication

and coordination between members of the organization were very important in producing a high

quality program. This research used qualitative method using case study analysis to simplify the

conclusion. Data collection method used in this study was a deep interview and observation. This

research found that the communication patterns in broadcasting program production formed by

the chain of command and operating procedures existed in RRI Purwokerto which are divided

into two versions consist of structural and functional communication patterns. Communication

occurred either in formal and non-formal or vertically and horizontally. Formal communication

occurred through meeting process while non-formal communication occurred during the

production process of broadcasting program in the field or in the event. This can be formed into

suggestions, feedback, advice, warning, criticism, consultation about personal issue, or jokes

among employees.

The shape and flow of communications are formed in the production process both

vertically and horizontally. Vertical communication divided into downward communication and

upward communication. In downward communication or communication from the top to the

down occurred in the form of instructions, execution of tasks, and delivering information from

superiors to subordinates and decision authority. In upward communication or communication

from the bottom to the top communication occurred in the form of feedback and decision

authority. There were several communication obstacles in the production process which are

indication of dual role, intransparency from supervisor to subordinates, limited budget result in

low innovation. Furthermore, there are several additional obstacles such as communication

policy in organizational communication process of RRI Purwokerto to place local content in the

top priority, foster Kawi Javanese culture with the appreciation to Banyumas language and

support the government’s policy to foster local culture as the place for local artist regeneration.

RRI Purwokerto has made efforts to constantly adapt to changes in their enviroment , adaptation

efforts are realized with good communication and effective and organizational policies.

Key word : Communication, Organizational and RRI Purwokerto

Page 3: Jurnal Artikel Ilmiah

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Radio merupakan salah satu media yang efektif bagi masyarakat karena jangkauannya

yang luas dan dapat menembus berbagai lapisan masyarakat (Moeryanto 1996: 60). Radio

Republik Indonesia (RRI) merupakan industri media penyiaran sebagai satu-satunya radio publik

milik pemerintah yang tidak berorientasi komersil dan berdiri sejak 11 September 1945. Pada

masa awal berdiri RRI merupakan bagian dari periode perjuangan dan propaganda untuk

menggelorakan semangat kemerdekaan. Dalam Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 tahun

2002 disebutkan bahwa RRI telah dimasukkan dalam kategori radio publik dengan memiliki

status hukum yang berada dibawah kementrian BUMN (Badan Usaha Milik Negara).

RRI Purwokerto memiliki tiga layanan siaran yaitu Progama 1, Progama 2 dan Progama

3. Layanan siaran Progama 1 RRI Purwokerto menyelenggarakan siaran pemberdayaan

masyarakat di semua lapisan masyarakat melalui siaran pedesaan, nelayan, wanita, anak-anak,

siaran lingkungan hidup, kewirausahaan, teknologi tepat guna, kerajinan, perdagangan,

pertanian, koperasi, industri kecil dan budaya. Di tengah maraknya industri penyiaran swasta

yang ada saat ini dan sebagian besar menyajikan program-program bertemakan modern dan

berorientasi komersil serta lebih digemari oleh khalayak remaja, RRI Purwokerto khususnya RRI

layanan siaran Progama 1 masih senantiasa memproduksi dan menghadirkan program-program

siaran yang mengedepankan unsur dan tema budaya lokal Banyumas ditengah arus globalisasi

yang terus-menerus menggempur dengan pesat.

Aktif diproduksinya program siaran berbasis budaya Banyumas oleh RRI Purwokerto

pastinya tidak terlepas dengan adanya kebijakan organisasi yang mendukung serta adanya

komunikasi antar anggota organisasi yang terjalin dengan baik khususnya anggota tim yang

tergabung atau terlibat dalam produksi program siaran berbasis budaya Banyumas. Komunikasi

merupakan sumber kehidupan organisasi yang utama dan menentukan bagaimana sebuah

organisasi mampu bertahan. Karena komunikasi memungkinkan suatu struktur dapat

berkembang dengan memberikan alat-alat kepada individu-individu yang terpisah untuk

mengkoordinir aktivitas mereka sehingga tercapai tujuan bersama (Panuju, 2001: 1-2).

Komunikasi bisa dikatakan berperan sebagai alat yang digunakan oleh anggota organisasi untuk

saling interaksi dan bertukar pesan baik dengan atasan, bawahan maupun rekan kerja.

Page 4: Jurnal Artikel Ilmiah

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan

yang akan diteliti yaitu sebagai berikut :

“Bagaimana komunikasi organisasi Radio Republik Indonesia (RRI) Purwokerto layanan

siaran progama 1 dalam proses produksi program siaran berbasis budaya Banyumas ?”

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang sudah terlebih

dahulu dirumuskan dalam rumusan masalah. Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini antara

lain untuk :

1. Mengetahui dan mendeskripsikan komunikasi organisasi Radio Republik Indonesia (RRI)

Purwokerto layanan siaran progama 1 dalam proses produksi program siaran berbasis

budaya Banyumas

2. Hambatan dalam penyelenggaraan komunikasi organisasi dalam proses produksi program

siaran berbasis budaya Banyumas.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah khasanah keilmuan melalui penelitian tentang peradioan dengan

pendekatan yang dikemukakan oleh Griffin (Pendekatan sistem Karl Weick, Pendekatan

Budaya, Pendekatan Kritik Stanley Deetz) khususnya pendekatan sistem Karl Weick.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang komunikasi organisasi

Radio Republik Indonesia (RRI) Purwokerto layanan siaran progama 1 dalam proses

produksi program siaran berbasis budaya Banyumas.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk mengetahui komunikasi organisasi Radio Republik Indonesia (RRI) Purwokerto

layanan siaran progama 1 dalam proses produksi program siaran berbasis budaya

Banyumas.

b. Bagi Radio Republik Indonesia (RRI) Purwokerto hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan

sebagai masukan terkait atau pertimbangan, evaluasi serta masukan bagi RRI

Purwokerto sendiri.

Page 5: Jurnal Artikel Ilmiah

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Rujukan dari penelitian terdahulu digunakan sebagai upaya memperjelas kajian penelitian

ini dan menunjukan perbedaan dari penelitian Rujukan penelitian yang pertama yaitu berjudul

Pola Komunikasi Organisasi (Studi Kasus : Pola Komunikasi Pimpinan dan Karyawan di Radio

Kota Perak Yogyakarta), penelitian ini disusun oleh Muzawwir Kholiq tahun 2010. Penelitian ini

berfokus pada pola komunikasi internal Radio Kota Perak Yogyakarta khususnya antara

pimpinan dan karyawan yaitu mengangkat seberapa pentingkah komunikasi dijadikan alat

penyambung informasi serta interaksi dalam perusahaan. Persamaan dalam rujukan penelitian

pertama yaitu ada pada metode penelitian yang digunakan yakni kualitatif studi kasus.

Sedangkan perbedaannya yaitu meskipun peneliti disini juga menggunakan metode kualitatif

studi kasus namun tidak menyertakan metode dokumentasi dan angket seperti pada rujukan

penelitian melainkan persamaan ada pada metode wawancara dan observasi.

Perbedaan signifikan selanjutnya pada rujukan penelitian yang dikaji adalah pola

komunikasi orgnisasi secara utuh sedangkan dalam penelitian ini, peneliti tidak mengkaji

komunikasi organisasi RRI Purwokerto secara utuh tetapi hanya pada bagian tertentu saja yakni

hanya komunikasi antar anggota organisasi yang terlibat dalam proses produksi program siaran

berbasis budaya Banyumas serta tidak hanya berfokus pada komunikasi antar pimpinan dan

karyawan seperti dalam rujukan penelitian tetapi juga komunikasi antar sesama karyawan.. Hasil

dari rujukan penelitian pertama, ditemukan bahwa komunikasi linear antara pimpinan dan

karyawan Radio Kota Perak Yogyakarta berfungsi sebagai sarana dalam proses transformasi

nilai agama dan budaya (sesuai format yang dibentuk Radio Kota Perak Yogyakarta). Kemudian

bentuk komunikasi yang dianut yakni komunikasi personal, komunikasi kelompok dan memiliki

pola komunikasi kekeluargaan dan struktural.

Selanjutnya rujukan penelitian kedua berjudul Pola Komunikasi Organisasi Departemen

Produksi Dalam Memproduksi Program Televisi (Studi Kualitatif Deskriptif pada Manager

Produksi dan Tim Produksi Dhamma TV). Penelitian ini disusun oleh Neno Wahyuningtyas

tahun 2014 dan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Fokus dalam penelitian adalah pola

komunikasi yang ada di dalam organisasi Dhamma TV khususnya pada Departemen Produksi.

Dimana peneliti melihat proses komunikasi yang terjalin antar anggota organisasi baik secara

vertikal maupun horizontal dalam memproduksi program televisi. Produksi program yang

Page 6: Jurnal Artikel Ilmiah

dimaksud bukanlah produksi program pada konten tayangan tertentu, melainkan produksi

program

B. Kerangka Konsep

1. Komunikasi Organisasi

Menurut Muhammad (2009:4-5) Komunikasi dedefinisikan sebagai “Pertukaran pesan verbal

maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku”.

Sedangkan menurut Redding dan Sanborn dikutip Muhammad (2009: 65) mengatakan bahwa

komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang

kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia,

hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada

bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi

horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi,

keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi

program.

Dalam organisasi komunikasi dapat berlangsung secara formal maupun non formal.

Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetejui oleh organisasi itu sendiri. Pesan dalam

jaringan komunikasi informal yaitu apabila anggota organisasi berkomunikasi dengan yang

lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka pengerahan arus informasi

dapat bersifat pribadi. Sedangkan pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya megalir dari

atas ke bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal

(Muhammad 2009: 124). Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi

formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkam dalam struktur organisasi

yaitu downward communication, upward communication, horizontal (Muhammad 2009: 107).

Proses komunikasi dalam struktur formal tersebut pada hakekatnya dapat dibedakan menjadi tiga

jenis, yaitu :

1. Komunikasi dari atas ke bawah (downward communication)

Menurut Soehardiman Yuwono (1985: 25) komunikasi vertikal ke bawah adalah

”Komunikasi yang diberikan oleh pimpinan kepada anggota organisasi dengan maksud untuk

Page 7: Jurnal Artikel Ilmiah

memberikan pengertian kepada anggota organisasi mengenai apa yang harus mereka kerjakan di

dalam kedudukan mereka sebagai anggota organisasi”.

2. Komunikasi dari bawah ke atas (upward communication)

Pengertian komunikasi ke atas menurut Soekardi Ds (1996: 28) ialah ”Kegiatan

bawahan untuk menyampaikan keterangan, ide, pendapat, dan pernyataan lain kepada pimpinan

dengan maksud mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan pimpinan”.

3. Komunikasi horizontal

Menurut Muhammad (2009: 121) pengertian komunikasi horizontal atau mendatar

ialah ”pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam

organisasi”. Dari penjelasan tersebut dapat juga diartikan bahwa horizontal communication bisa

berlaku bagi mereka yang menempati jabatan atau posisi setara pada organisasi atau bisa juga

diartikan komunikasi antara sesama karyawan.

Selain tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang telah

disebutkan oleh Muhammad Arni tersebut terdapat juga arus pesan yang secara diagonal.

4. Komunikasi Diagonal

Merupakan komunikasi yang berlangsung dari satu pihak kepada pihak lain dalam

posisi yang berbeda, dimana kedua pihak tidak berada pada jalur struktur yang sama.

Komunikasi diagonal digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level yang berbeda tetapi tidak

mempunyai wewenang langsung kepada pihak lain. Komunikasi diagonal merupakan saluran

komunikasi yang jarang digunakan dalam organisasi, namun penting dalam situasi dimana

anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui saluran-saluran lain. Penggunaan

komunikasi ini selain untuk menanggapi kebutuhan dinamika lingkungan organisasi yang rumit

juga akan mempersingkat waktu dan memperkecil upaya yang dilakukan oleh organisasi (Gibson

et al, 1997: 59).

2. Organisasi/Industri Radio

Pada organisasi radio sendiri output utama yang dihasilkan industri penyiaran radio

adalah program siaran. Tidak ada hal yang lebih penting dari acara atau program sebagai faktor

Page 8: Jurnal Artikel Ilmiah

yang paling penting dan menentukan dalam mendukung keberhasilan suatu stasiun penyiaran

(Morissan 2005: 199). Program radio yang diproduksi merupakan salah satu pencapaian bersama

dalam mencapai tujuan dari industri radio. Produksi program radio merupakan wujud upaya

bersama antar anggota organisasi dalam mencapai tujuan dari industri radio. Diperlukan adanya

kerja tim yang saling mendukung dan kompak untuk memproduksi dan menghasilkan materi

siaran acara berkualitas bagi stasiun radio yang ingin mempertahankan eksistensinya. Tahapan-

tahapan produksi program radio menurut JB wahyudi (1996: 30) terdiri atas Pra produksi,

Produksi dan Pasca produksi. Berikut tahapan produksi program siaran radio :

a. Pra Produksi

. Tahap pra produksi merupakan tahap yang paling awal dan disebut sebagai tahapan

perencanan. Perencanaan yang dimaksud (Masduki 2001:45) adalah sejumlah persiapan yang

dilakukan dalam membuat program. Perencanaan produksi paket acara siaran melalui diskusi

kelompok disusun oleh tim kreaktif bersama pelaksana siaran lainnya.

b. Produksi

Tahapan kedua adalah tahapan produksi, yaitu tahapan dimana program radio disiarkan.

Menurut JB Wahyudi (1994: 27) Produksi radio adalah seluruh kegiatan yang dapat dilakukan

atau disiarkan secara langsung (On Air) atau tidak langsung ( Off Air) .

c. Pasca Produksi

Pasca produksi merupakan langkah terakhir di tahapan produksi yang berupa evaluasi

program yang telah di siarkan (Wahyudi, 1994: 70). Tahapan ini merupakan terakhir adalah

tahapan terakhir yaitu melakukan evaluasi dan perbaikan. Tahapan ini dilakukan setelah tahapan

produksi siaran radio selesai dilakuk

3. Komunikasi Organisasi dalam Produksi Program Siaran Berbasis Budaya

Banyumas

Komunikasi organisasi yang terjadi dalam produksi program siaran berbasis budaya

Banyumas yaitu terjadi antara pihak atau anggota organisasi yang terlibat dan memiliki

kewenangan dalam produksi program siaran Sandiwara Banyumasan, Gelar Budaya Gerbang

Cipuramas, Obrolan Pak Singa, Warung Tarsun, Guyon Mathon, Manasuka Banyumasan,

Manasuka Gandem Marem, Bacaan Buku Banyumasan, Calung Banyumasan. Ketoprak,

Mocopat, Gerbang Desa, Loka Swara Kharawitan (Daftar Terlampir). Program ini dikatakan

Page 9: Jurnal Artikel Ilmiah

berbasis budaya Banyumas karena dalam program tersebut mengandung unsur baik dari sisi

bahasa atau dialek Banyumas yang digunakan dalam program, maupun format atau konsep acara

yang membahas budaya Banyumas dengan menghadirkan narasumber seniman Banyumas

maupun orang yang dianggap mengetahui tentang kesenian tradisional Banyumas.

C. Kerangka Teori

1. Pendekatan Griffin dalam Komunikasi Organisasi

Griffin (2003) menyadur tiga pendekatan untuk membahas komunikasi organisasi. Ketiga

pendekatan itu adalah pendekatan sistem, pendekatan budaya, dan pendekatan kritik. Namun

dalam penelitian ini hanya menggunakan pendekatan sistem milik Kaerl Weick sebagai dasar

penelitian.

a. Pendekatan sistem. Karl Weick (pelopor pendekatan sistem informasi) menganggap struktur

hierarki, garis rantai komando komunikasi, prosedur operasi standar merupakan musuh dari

inovasi. Ia melihat organisasi sebagai kehidupan organis yang harus terus menerus

beradaptasi kepada suatu perubahan lingkungan dalam orde untuk mempertahankan hidup.

Pengorganisasian merupakan proses memahami informasi yang samar-samar melalui

pembuatan, pemilihan, dan penyimpanan informasi. Weick meyakini organisasi akan

bertahan dan tumbuh subur hanya ketika anggota-anggotanya mengikutsertakan banyak

kebebasan (free-flowing) dan komunikasi interaktif.

Weick memandang pengorganisasian sebagai proses evolusioner yang bersandar pada

sebuah rangkaian tiga proses yaitu penentuan(enachment), seleksi (selection), penyimpanan

(retention). Penentuan adalah pendefinisian situasi, atau mengumpulkan informasi yang tidak

jelas dari luar. Ini merupakan perhatian pada rangsangan dan pengakuan bahwa ada

ketidakjelasan. Seleksi, proses ini memungkinkan kelompok untuk menerima aspek-aspek

tertentu dan menolak aspek-aspek lainnya dari informasi. Ini mempersempit bidang, dengan

menghilangkan alternatif-alternatif yang tidak ingin dihadapi oleh organisasi. Penyimpanan

yaitu proses menyimpan aspek-aspek tertentu yang akan digunakan pada masa mendatang.

Informasi yang dipertahankan diintegrasikan ke dalam kumpulan informasi yang sudah ada

yang menjadi dasar bagi beroperasinya organisasinya.

Page 10: Jurnal Artikel Ilmiah

Meskipun segmen-segmen tertentu dari organisasi mungkin mengkhususkan pada satu

atau lebih dari proses-proses organisasi, hampir semua orang terlibat dalam setiap bagian

setiap saat. Dengan kata lain di dalam organisasi terdapat siklus perilaku. Siklus perilaku

adalah kumpulan-kumpulan perilaku yang saling bersambungan yang memungkinkan

kelompok untuk mencapai pemahaman tentang pengertian-pengertian apa yang harus

dimasukkan dan apa yang ditolak. Di dalam siklus perilaku, tindakan-tindakan anggota

dikendalikan oleh aturan-aturan berkumpul yang memandu pilihan-pilihan rutinitas yang

digunakan untuk menyelesaikan proses yang tengah dilaksanakan (penentuan, seleksi, atau

penyimpanan).

b. Pendekatan budaya. Asumsi interaksi simbolik mengatakan bahwa manusia bertindak

tentang sesuatu berdasarkan pada pemaknaan yang mereka miliki tentang sesuatu itu.

Mendapat dorongan besar dari antropolog Clifford Geertz, ahli teori dan ethnografi, peneliti

budaya yang melihat makna bersama yang unik adalah ditentukan organisasi. Organisasi

dipandang sebagai budaya. Suatu organisasi merupakan sebuah cara hidup (way of live) bagi

para anggotanya, membentuk sebuah realita bersama yang membedakannya dari budaya-

budaya lainnya. Pendekatan ini mengkaji cara individu-individu menggunakan cerita-cerita,

ritual, simbol-simbol, dan tipe-tipe aktivitas lainnya untuk memproduksi dan mereproduksi

seperangkat pemahaman.

c. Pendekatan kritik. Stan Deetz, salah seorang penganut pendekatan ini, menganggap bahwa

kepentingan-kepentingan perusahaan sudah mendominasi hampir semua aspek lainnya dalam

masyarakat, dan kehidupan kita banyak ditentukan oleh keputusan-keputusan yang dibuat

atas kepentingan pengaturan organisasi-organisasi perusahaan, atau manajerialisme.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif.

Cresswell menyatakan bahwa metode kualitatif adalah suatu proses ilmiah yang lebih

dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan

menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan dalam setting yang alamiah

tanpa adanya intervensi apapun dari peneliti. Sedangkan Banister et al menyatakan penelitian

kualitatif sebagai suatu metode untuk menangkap dan memberikan gambaran terhadap suatu

Page 11: Jurnal Artikel Ilmiah

fenomena sebagai metode untuk mengeksplorasi fenomena, dan sebagai metode untuk

memberikan penjelasan dari suatu fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010: 8).

Kemudian dalam penelitian ini fokus kajian peneliti adalah guna mengetahui dan

mendeskripsikan komunikasi organisai Radio Republik Indonesia (RRI) Purwokerto Progama 1

sebagai industri media penyiaran, terutama melalui produksi program siaran budaya serta

keberlangsungan program tersebut. Tempat penelitian dilaksanakan di Radio Republik Indonesia

(RRI) Purwokerto JL. Jenderal Sudirman 427 Purwokerto, Banyumas-Jawa Tengah dan peneliti

melakukan penelitian secara langsung agar dapat meneliti dan mengamati fakta di lapangan.

Lokasi Radio Republik Indonesia (RRI) Purwokerto dipilih berdasarkan alasan bahwa peneliti

memiliki akses untuk melaksanakan penelitian. Selain itu secara pribadi peneliti memiliki

ketertarikan yang besar terhadap RRI Purwokerto terutama dengan kasus yang bersangkutan

dengan penyajian program budaya.

Untuk teknik pemilihan informan dalam penelitian ini digunakan metode pemilihan secara

purposive atau purposive sampling yaitu bahwa sumber data yang digunakan di sini tidak

sebagai sumber data yang mewakili populasinya, tetapi mewakili informasi. Purposive sampling

(Herdiansyah 2010 :106) merupakan teknik dalam Non-probability sampling berdasarkan kepada

ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan

penelitian yang dilakukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan di antaranya adalah:

wawancara mendalam dan observasi. Interview atau wawancara (Mulyana 2004:108) adalah

suatu bentuk komunikasi antara dua orang, dengan melibatkan seseorang yang ingin memperoleh

data dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan

tertentu.

Sedangkan Karl Weick (dalam Rakhmat 2000:83) mendefinisikan observasi sebagai

pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dalam suasana yang

berkenaan dengan in situ sesuai dengan tujuan-tujuan empiris. Selanjutnya untuk analisis data

dalam penelitian ini yakni menurut Marshall dan Rossman (2007) dan diterapkan dalam

penelitian ini diantaranya : Mengorganisasikan Data, Pengelompokan berdasarkan Kategori,

Tema dan pola jawaban, Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data, Mencari

Alternatif Penjelasan bagi Data, Menulis Hasil Penelitian.

Page 12: Jurnal Artikel Ilmiah

Keabsahan data juga dilakukan dengan metode triangulasi data. Triangulasi (Moeloeng

1999: 178) adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin

(1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

penggunaaan sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

Triangulasi sumber dan metode. Triangulasi sumber atau triangulasi dengan sumber yang berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Patton 1987 : 331). Kemudian

yang kedua adalah triangulasi metode menurut Patton (1987:329), terdapat dua strategi yaitu :

(1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan

data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil RRI Purwokerto

RRI Purwokerto didirikan pada tanggal 11 September 1945 dan sejarah RRI dimulai pada

zaman pendudukan tentara Dai Nippon (Jepang) kota Purwokerto yang saat itu dipandang

penting, karena itu pada tanggal 8 Desember 1944 mendirikan studio siaran yang disebut

Purwokerto Hosokyoku. Tanggal 12 Desember 1944 dilakukanlah pembukaan Hosokyoku oleh

Banyumas Syutyokan (Residen).

B. Pembahasan

Komunikasi Organisai dalam Proses Produksi Program Siaran Berbasis budaya

Banyumas.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti maka anggota

organisasi RRI Purwokerto sudah memiliki satu kesepahaman bersama dalam memandang

pentingnya komunikasi sebagai pendukung utama dalam melakukan aktivitas organisasi. Tanpa

adanya komunikasi dapat membuat organisasi menjadi lumpuh maka tujuan utama organisasi

mustahil untuk dicapai. Organizational communication pertains to communication within and

among large extended enviroment (West and Turner 2010: 37).

Page 13: Jurnal Artikel Ilmiah

Pendekatan sistem yang dikemukakan oleh Weick memiliki kesamaan dalam proses

produksi program siaran berbasis budaya Banyumas dimana aktivitas organisasi adalah

kehidupan organis yang yang terus menerus beradaptasi pada lingkungannya. Sesuai hasil

wawancara yang dilakukan penulis terhadap narasumber maka hampir sebagian besar

mengatakan bahwa komunikasi yang terjadi dalam proses produksi sudah berjalan baik. Dalam

komunikasi tersebut terdapat dua bentuk dan arus komunikasi atau terdapat dua model

komunikasi yaitu vertikal dan Horizontal. Secara keseluruhan komunikasi vertikal dan

Horizontal sudah berjalan dengan baik hanya saja masih ada sedikit kendala dalam komunikasi

vertikal khususnya dalam Upward comuunication.

Wujud komunikasi vertikal dan Horizontal dalam proses produksi program siaran yaitu

berupa pemberian atau penyampaian intruksi kerja, penjelasan pelaksanaan tugas, penyampaian

informasi maupun kewenangan dalam pengambilan keputusan. Hal ini berlaku karena

komunikasi vertikal memiliki dua unsur yaitu downward dan upward communication.

Komuikasi downward adalah yang paling dominan dilaksanakan dalam proses produksi program

siaran hal ini dilaksanakan oleh atasan ke bawahan berupa pemberian atau penyampaian intruksi

kerja, penjelasan pelaksanaan tugas, penyampaian informasi maupun kewenangan dalam

pengambilan keputusan. Jika dalam suatu organisasi upward communication dapat berjalan

dengan baik maka kemungkinan besar tugas dan tanggung jawab yang dilimpahkan kepada

bawahan dapat dilaksanakan secara maksimal. Apabila upward communication bisa lebih

dikembangkan maka kedepannya tujuan organisasi yang ingin dicapai akan lebih mudah untuk

dipenuhi dan diraih.

Kemudian bentuk dan arus komunikasi atau model komunikasi yang kedua yaitu

komunikasi Horizontal. Komunikasi secara horizontal terjadi antar rekan sejawat berupa tugas,

pemecahan masalah, penyampaian pesan atau informasi dan pemecahan konflik. Contoh konkrit

yang didapatkan penulis dari proses penelitian yaitu komunikasi secara horizontal yang terjadi

diantara penyiar atau pembawa acara program siaran mereka saling berkomunikasi berkaitan

dengan hal-hal tersebut yang telah disebutkan sebelumnya. Seperti yang disebutkan Rogers &

Agarwala bahwa komunikasi horizontal adalah komunikasi antar sesama pegawai yang sejajar

kedudukannya seharusnya terjadi lebih informal dan santai, tidak kaku maupun ada batasan.

Kenyataan yang terjadi di RRI Purwokerto komunikasi yang terjadi antara sesama pegawai

sudah berjalan sesuai dengan pernyataan tersebut sehingga hubungan antar sesama pegawai tidak

Page 14: Jurnal Artikel Ilmiah

canggung atau tidak ada jarak dan hal ini tentunya memberi dampak positif dengan maksimalnya

pekerjaan yang dilakukan oleh para pegawai dan membuat tujuan organisasi bisa tercapai.

Di dalam proses produksi program siaran berbasis budaya Banyumas baik itu model

komunikasi vertikal maupun Horizontal, komunikasi yang berlangsung sifatnya formal dan non

formal. Menurut De Vito (1997), jaringan komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk

meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain dalam organisasi. Jaringan organisasi ini berbeda

besar dan strukturnya pada masing-masing organisasi, dan biasanya disesuaikan dengan

kepentingan dan tujuan organisasi tersebut. Secara umum jaringan komunikasi dapat dibedakan

atas dua bagian yaitu: 1) jaringan komunikasi formal dan 2) jaringan komunikasi informal.

Dengan kata lain hubungan yang terjadi dalam organisasi dapat terjadi memiliki sifat jaringan

secara formal dan informal.

Komunikasi bersifat formal di RRI Purwokerto atau tepatnya dalam produksi program

siaran berbasis budaya Banyumas ini terjadi melalui media rapat dan diantaranya

mengkomunikasikan hal-hal yang menyangkut anggaran atau keuangan, konflik antar anggota,

perubahan-perubahan terkait format acara serta evaluasi biasanya terjadi melalui media rapat.

RRI Purwokerto adalah organisasi formal yang sudah memiliki jatah anggaran tertentu setiap

tahunnya dan jumlahnya terbatas, sehingga hal ini masuk dalam hal-hal yang harus dibicarakan

atau dikomunikasikan secara formal.

Selain itu hal yang harus dikomunikasikan secara formal adalah hal yang berkaitan dengan

perubahan-perubahan format acara. Hal-hal yang harus dikomunikasikan baik itu keuangan

maupun perubahan-perubahan format acara erat kaitannya dengan upaya inovasi khususnya

dalam produksi program siaran berbasis budaya Banyumas, kemudian jumlah anggaran yang

terbatas tentunya dapat menjadi salah satu hambatan dalam upaya berinovasi produksi program

siaran berbasis budaya Banyumas karena anggaran adalah dasar dari dapat diproduksinya sebuah

program. Contoh konkrit penggunaan anggaran salah satunya adalah untuk pembiayaan

narasumber. Untuk beberapa format program siaran terdapat program yang harus menghadirkan

narasumber.

Begitu juga halnya dengan program siaran berbasis budaya Banyumas beberapa acara harus

menghadirkan narasumber contohnya seniman lokal. Berdasarkan hasil penelitian penulis

menemukan sesuai keterangan dari kepala seksi siaran bahwa ketersediaan narasumber di RRI

Purwokerto yang berkaitan dengan budaya lokal masih mencukupi, namun disisi lain penulis

Page 15: Jurnal Artikel Ilmiah

menadapat informasi bahwa ketersediaan narasumber berkaitan dengan budaya lokal sedikit sulit

dari salah satu karyawan yang memiliki jenjang hierarkhi lebih rendah. Pernyataan yang berbeda

ini erat kaitannya dengan masalah keterbukaan dalam upward communication. Ketidakterbukaan

bawahan kepada atasan dapat dikategorikan sebagai salah satu hambatan dalam komunikasi

organisasi dalam proses produksi program siaran berbasis budaya Banyumas.

Sedangkan dalam komunikasi yang sifatnya non formal komunikasi yang terjadi dominan

dalam proses produksi program siaran di lapangan atau selama acara berjalan baik itu berupa

saran atau masukan bisa merupakan teguran, kritik, dan konsultasi tentang masalah pribadi serta

gurauan atau candaan antar karyawan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa

komunikasi vertikal lebih mendominasi dalam proses produksi program siaran berbasis budaya

Banyumas dan hal ini tentu saja memperngaruhi pola komunikasi yang terbentuk. Pola

komunikasi yang terbentuk dalam proses produksi merupakan bentuk komunikasi downward

atau komunikasi yang berlangsung dari atas ke bawah bentuknya berupa perintah, penyampaian

intruksi kerja dan arahan serta koordinasi. Pola komunikasi berdasarkan dengan garis rantai

komando secara vertikal (downward communication) dan berdasarkan prosedur operasi yang

terbentuk di RRI Purwokerto khususnya dalam produksi program siaran terbagi menjadi dua

versi yaitu pola secara struktural dan pola secara fungsional. Pola tersebut yaitu sebagai berikut. :

a. Pola Komunikasi Organisasi secara Struktural dalam Produksi Program Siaran

Kepala Sub

Seksi

Perncanaan

dan Evaluasi

Rapat

(Jalur

Formal) Penentuan

Kerabat

Kerja dan

Anggaran

Rapat

(Jalur

Formal) Persetujuan

Kepala

Seksi

Siaran

Intruksi

Produksi ke

Kepala Sub

Seksi

Progama

Satu

Perintah

(Jalur

Formal)

Kerabat Kerja

Khususnya

Produser

Sebagai

Pimpinan

Produksi

Program

Siaran

Berbasis

Budaya

Banyumas

Perintah

(Jalur

Formal)

Evaluasi

Page 16: Jurnal Artikel Ilmiah

b. Pola Komunikasi Organisasi secara Fungsional dalam Produksi Program Siaran

Sumber: dikelola oleh peneliti

Kepala Seksi Siaran Selaku Eksekutif Produser

Kepala Sub Seksi Progama Satu/ Staf Progama satu Selaku Produser (Pimpinan

Kerabat Kerja)

Perintah

(Jalur

Formal)

Kerabat Kerja

Penyiar/

Pengisi

Acara

Pengarah

Siaran Unit

Manager

Teknisi Penulis

Naskah

Stage Manager

(Acara dengan

Panggung)

Rapat Produksi (Formal)

Produksi Lapangan oleh Kerabat Kerja (Kecuali Produser)

Komunikasi di Lapangan Bersifat Non Formal

Pengarah Acara/Koordinator (Pimpinan Acara)

Arahan Lapangan

(Jalur Non

Formal)

Arahan

(Jalur

Formal)

Evaluasi Teguran/Kritik

(Non Formal)

Rapat Evaluasi

Periodik

(Formal)

Page 17: Jurnal Artikel Ilmiah

Adanya dua versi pola komunikasi memungkinkan seorang anggota organisasi RRI

Purwokerto memiliki dua peran baik itu secara struktural maupun secara fungsional, maksudnya

yaitu seorang anggota RRI Purwokerto bisa memiliki tugas lebih dari satu, apabila kewajiban

utama pekerjaan ada di struktural maka tugas tambahan ada di fungsional. Tugas baik itu dalam

struktural maupun fungsional wajib dilaksanakan dan diseleaikan oleh karyawan.

Berdasarkan keterangan tersebut dengan adanya indikasi peran ganda dianggap akan

memiliki resiko yaitu seperti menimbulkan tumpang tindih peran dan tugas, miss komunikasi,

ketidakfokusan dalam bekerja karena beban tanggungjawab yang bertambah serta

ketidakterbukaan antar sesama anggota. Resiko-resiko tersebutlah yang nantinya dianggap dapat

menghambat komunikasi maupun proses produksi program siaran berbasis budaya Banyumas.

Selain resiko-resiko tersebut terdapat juga resiko lain yaitu kemungkinan dalam munculnya

konflik.

Kanh et al. mendefinisikan konflik peran ganda merupakan konflik peran yang muncul

antara harapan dua peran yang berbeda yang dimiliki seseorang (Greenhaun & Beutell, 1985).

Oleh karena hal tersebut maka alangkah baiknya apabila sebuah organisasi meminimalisir

timbulnya peran ganda agar terhindarkan dari konflik-konflik yang mungkin nantinya akan

mengganggu kinerja organisasi. Jadi dapat dikatakan bahwa peran ganda disini beresiko

menimbulkan distorsi dalam komunikasi dan dapat dikategorikan sebagai salah satu hambatan

dalam komunikasi organisasi dalam proses produksi program siaran berbasis budaya Banyumas.

Kemudian sebagai suatu industri penyiaran, tentunya output yang dihasilkan dari industri

penyiaran radio adalah program siaran. Setiap radio pasti memiliki program sendiri-sendiri

dengan konsep atau format yang berbeda dengan lainnya sebagai wujud identitas radio sendiri.

Program sendiri berasal dari kata bahasa inggris yaitu “programme” yang artinya rencana atau

acara. Tidak ada hal yang lebih penting dari dari acara atau program sebagai faktor yang paling

penting dan menentukan dalam mendukung keberhasilan suatu stasiun penyiaran (morissan

2005:199).

Setiap stasiun radio sangat penting untuk menentukan format siaran, proses penentuan

format ini tentunya disesuaikan dengan visi dan misi yang ingin dicapai oleh radio itu sendiri.

Karena program sendiri merupakan suatu rangkaian yang dikemas dalam satu format. Menurut

Pringle-starr mcCavitt (1991) seperti dikutip Morissan (2005: 108), the programming of most

stations is dominated by one principle content element or sound, know as format (format

Page 18: Jurnal Artikel Ilmiah

sebagian besar stasiun radio di dominasi oleh satu elemen isi atau suara yang utama yang dikenal

dengan format). Pengertian format program mengacu pada perencanaan, penyajian suatu

program yang didasari isi materi siarannya.

Sebuah format acara nantinya akan membentuk sebuah ciri khas bagi acara atau program

tersebut bahkan terhadap radio yang memiliki program itu sendiri. Oleh karena itu penyusunan

format acara merupakan tahap penting yang termasuk dalam tahap pra produksi. Dalam setiap

pembentukan format tidak boleh sembarangan dan selalu mengikuti aturan atau kebijakan yang

telah ditetapkan oleh radio itu sendiri, begitu juga di RRI Purwokerto format acara budaya atau

program siaran berbasis budaya Bayumas sebelum dapat di produksi pastinya harus ada aturan

atau kebijakan-kebijakan tertentu yang harus diikuti, dipatuhi dan dilaksanakan.

Fokus penelitian ini adalah komunikasi organisasi dalam proses produksi program siaran

budaya Banyumas sehingga kebijakan yang berkaitan dengan produksi program siaran budaya

Banyumas menjadi penting sebagai dasar sebelum proses produksi tersebut dapat dilakukan.

Berdasarkan proses penelitian penulis menemukan kebijakan-kebijakan yang harus dipahamai,

disepakati dan dilaksanakan oleh anggota RRI Purwokerto. Kebijakan pertama yaitu kebijakan

untuk mengutamakan konten lokal, mengutamakan konten lokal merupakan bentuk loyalitas RRI

Purwokerto dan anggotanya dalam menjaga warisan budaya bangsa.

RRI Purwokerto hingga sekarang masih tetap konsisten untuk menjaga dan

mempertahankan warisan budaya lokal dan hal ini dipahami anggota organisasi RRI Purwokerto

dan dilaksankan atau diaplikasikan dalam proses produksi siaran di lapangan. Kemudian yang

kedua yakni adanya kebijakan untuk turut melestarikan budaya Jawa Kawi (Jawa Wetan) namun

tetap harus mengangkat konten lokal Banyumas dengan sistem “Apresiasi” yaitu dengan

menerjemahkan budaya Jawa Kawi ke dalam bahasa lokal Banyumas atau ke bahasa

Panginyongan dan ini sama seperti kebijakan sebelumnya hal ini juga dipahami dan

dilaksanakan oleh anggota organisasi RRI hal ini dilakukan tentu saja agar budaya lokal tetap

eksis namun secara bersamaan masyarakat juga akan mendapatkan pengetahuan budaya Jawa

secara keseluruhan.

Kemudian kebijakan ketiga yang ditemukan penulis yaitu RRI Purwokerto wajib

mendukung kebijakan pemerintah untuk melestarikan budaya lokal melalui program siaran dan

menerapkan kebijakan untuk menjadi wadah bagi regenerasi seniman-seniman lokal Banyumas

yang dimaksud dengan menjadi wadah disini RRI Purwokerto berperan aktif dalam

Page 19: Jurnal Artikel Ilmiah

menampilkan seniman-seniman baru untuk tampil dikenal publik sebagai calon penerus di masa

depan dan sebagai pemegang kunci agar budaya lokal tidak punah. Berdasarkan kebijakan-

kebijakan tersebutlah proses produksi program siaran berbasis budaya Banyumas dapat

dilaksanakan.

Hambatan dalam proses komunikasi organisasi maupun dalam proses produksi

program siaran berbasis budaya Banyumas

Dalam penelitian ini ditemukan beberapa hambatan komunikasi dalam proses produksi berbasis

budaya Banyumas, yaitu:

1. Adanya indikasi peran ganda yang dianggap memiliki resiko menimbulkan tumpang tindih

peran dan tugas, miss komunikasi, ketidakfokusan dalam bekerja karena beban

tanggungjawab yang bertambah serta ketidakterbukaan antar sesama anggota. Resiko-resiko

tersebutlah yang nantinya dianggap dapat menghambat komunikasi maupun proses produksi

program siaran berbasis budaya Banyumas.

2. Adanya perbedaan pernyataan yang terjadi antar sesama anggota organisasi RRI Purwokerto

yang berbeda posisi tersebut dapat terjadi karena ada faktor kurangnya keterbukaan dari

bawahan kepada atasan.

3. Adanya keterbatasan anggaran yang beresiko dalam melakukan inovasi pada produksi

program siaran berbasis budaya Banyumas.

4. Dengan demikian setelah dilakukan penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa RRI

Purwokerto telah melakukan upaya untuk terus beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.

Kemudian untuk anggota RRI Purwokerto telah melaksanakan komunikasi yang baik dalam

kegiatan atau aktivitas organisasi. Sesuai dengan fokus penelitian ini maka baik itu upaya

adaptasi dan komunikasi yang baik dan efektif telah berlaku pada salah satu aktivitas

organisasi yaitu khususnya dalam aktivitas produksi program siaran berbasis budaya

Banyumas.

Page 20: Jurnal Artikel Ilmiah

Kesimpulan

Hasil yang di dapatkan dari penelitian ini maka disimpulkan bahwa pola komunikasi

dalam produksi program siaran dibentuk berdasarkan dengan garis rantai komando dan

berdasarkan prosedur operasi di RRI Purwokerto dibagi menjadi dua versi yaitu pola secara

struktural dan pola secara fungsional. Komunikasi berlangsung baik secara formal, non-formal

dan mengalir secara vertical dan horizontal. Komunikasi bersifat formal ini terjadi melalui media

rapat sedangkan komunikasi non-formal terjadi dalam proses produksi program siaran di

lapangan atau selama acara berjalan baik itu berupa saran atau masukan bisa merupakan teguran,

kritik, dan konsultasi tentang masalah pribadi serta gurauan atau candaan antar karyawan.Bentuk

dan arus komunikasi yang terbentuk dalam proses produksi yaitu secara vertical dan horizontal.

Komunikasi secara vertical kemudian dibagi lagi menjadi downward communication dan upward

communication. Dalam downward communication atau komunikasi dari atas ke bawah

komunikasi terjadi berupa pemberian atau penyampaian intruksi kerja, penjelasan pelaksanaan

tugas, penyampaian informasi dari atasan ke bawahan maupun kewenangan dalam pengambilan

keputusan.

Dalam upward communication atau komunikasi dari bawah ke atas komunikasi terjadi

berupa saran atau masukan serta kewenangan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan

hambatan dalam proses komunikasi atau dalam proses produksi program siaran yaitu adanya

indikasi peran ganda, kurang terbukanya bawahan ke atasan, keterbatasan anggaran yang

menghambat inovasi. Kemudian kebijakan yang dikomunikasikan dalam komunikasi organisasi

proses produksi yaitu RRI Purwokerto yaitu wajib mengutamakan konten lokal, melestarikan

budaya jawa Kawi dengan sisitem apresiasi ke bahasa Banyumas, mendukung kebijakan

pemerintah melestarikan budaya lokal dan menjadi wadah regenerasi seniman. RRI Purwokerto

telah melakukan upaya untuk terus beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya, upaya

adaptasi tersebut diwujudkan dengan komunikasi yang baik dan efektif serta diaplikasikan dalam

kebijakan organisasi. Upaya adaptasi tersebut diwujudkan dengan komunikasi yang baik dan

efektif dalam menjalankan aktivitas organisasi khususnya dalam aktivitas produksi program

siaran berbasis budaya Banyumas, selain itu upaya beradaptasi juga diaplikasikan dalam setiap

kebijakan yang diterapkan organisasi.

Page 21: Jurnal Artikel Ilmiah

DAFTAR PUSTAKA

Em Griffin, 2003, A First Look at Communication Theory, New York : McGraw-Hill Companies

Greenhaus, J. H., & Beutell, N. J. 1985. Sources of conflict between work and family roles.

Academy of management review, 1

Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Soaial. Yogyakarta :

Graha Ilmu

JB Wahyudi. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Siaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Grafiti

Masduki, 2001. Jurnalisme Radio: Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar. Yogyakarta:

LKiS.

Marshall and Rossman. 2007. Designing Qualitatitative Research. London: Sage Publication

Moeloeng, Lexy J. 1999. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung

Moeryanto, Ginting Munthe. 1996. Media Komunikasi Radio. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Morissan. 2005. Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang : Ramdina

Prakarsa.

Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi organisasi. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyana, Deddy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Muzawwir, Kholiq. 2010. Pola Komunikasi Organisasi (Studi Kasus : Pola Komunikasi

Pimpinan dan Karyawan di Radio Kota Perak Yogyakarta). Skripsi Pendidikan Strata 1

Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta : tidak

diterbitkan.

Panuju, Redi 2001. Komunikasi Organisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Patton, M.Q. 1987. Qualitative Research and Evaluation Methods. Thousand Oaks, CA: Sage.

Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Soekardi, Darso Wiyono. 1996. Peranan Komunikasi di Dalam Organisasi. Surakarta : Bumi

Kentingan

Soehardiman, Yuwono. 1985. Ikhtiar komunikasi Administrasi. Yogyakarta: Liberty

Suprapto, Tommy. 2006. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta: Media Pressindo

Wahyuningtyas, Neno. 2014. Pola Komunikasi Organisasi Departemen Produksi Dalam

Memproduksi Program Televisi (Studi Kualitatif Deskriptif pada Manager Produksi dan

Tim Produksi Dhamma TV). Skripsi Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi

Universitas Brawijaya Malang : tidak diterbitkan.

Page 22: Jurnal Artikel Ilmiah

West, Rhicard and H. Lynn H. Turner. 2010. Introducing Communication Theory. New York :

McGrwa-Hill