jurnal-alvionita-revila

11
PENDAHULUAN Produktivitas merupakan hubungan antara input dan output suatu sistem produksi. Hubungan ini lebih umum dinyatakan sebagai rasio dari apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan sumber daya yang digunakan (input) atau secara sederhana merupakan rasio output dibagi dengan input (Kusmindari dan Apriyanto, 2009). Produktivitas dapat digunakan oleh perusahaan sebagai pedoman atau acuan untuk mengetahui tingkat kinerja secara menyeluruh. Pengukuran produktivitas diperlukan untuk memperbaiki dan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan yang meliputi penilaian kinerja karyawan, permasalahan internal perusahaan yang berkaitan dengan efisiensi penggunaan sumberdaya dalam menghasilkan output perusahaan (Sudiyarto dan Waskito, 2006). Analisis Produktivitas Bagian Produksi Sari Apel Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) (Studi Kasus di KSU BROSEM Batu) Productivity Analysis On The Production Department of Apple Cider Using Objective Matrix (OMAX) Methods (Case Study at KSU BROSEM Batu) Alvionita Revila 1) , Usman Effendi 2) , Shyntia Atica Putri 2) 1) Alumni Jurusan TIP UB, Jl. Veteran Malang 65145 2) Staff Pengajar Jurusan TIP UB, Jl. Veteran Malang 65145 * [email protected] ABSTRAK Perkembangan industri saat ini mengalami perubahan yang sangat pesat dan diwarnai dengan persaingan yang semakin tinggi. Produktivitas menunjukkan hasil pengukuran suatu kinerja dengan memperhatikan sumber daya yang digunakan. KSU BROSEM selama ini belum pernah mengetahui produktivitas telah yang dicapai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat produktivitas parsial dan total pada bagian produksi di KSU BROSEM, serta mendapatkan usulan perbaikan produktivitas pada bagian produksi di KSU BROSEM. Penelitian ini menggunakan metode Objective Matrix (OMAX). Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas bahan baku, tenaga kerja dan jam kerja mesin. Identifikasi masalah yang terjadi pada perusahaan menggunakan fishbone diagram dan Failure Mode and Effects Analysis (FMEA). Produktivitas total tertinggi dicapai pada bulan Juli‟13 sebesar 7,74. Produktivitas total terendah terdapat pada bulan Februari‟14 dengan nilai sebesar 0,72. Perusahaan harus dapat menyediakan bahan baku yang berkualitas, meningkatkan sistem reward and punishment, menyewa gudang di luar ruang produksi, dan melakukan maintenance mesin secara rutin. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberi usulan perbaikan kepada KSU BROSEM sehingga produktivitas perusahaan meningkat. Kata kunci : fishbone diagram, FMEA, OMAX, produktivitas ABSTRACT The development of industry was currently rapid change and tinged with higher competition. Productivity showed the measurement results of a performance by paying attention to the resources used. KSU BROSEM never fully know the productivity achieved. The purpose of this study was to determine the level of productivity in the partial and total production at KSU BROSEM, and provide suggestions for improvement in productivity in the production of KSU BROSEM. This study used Objective Matrix (OMAX). The criteria used in this study was the productivity of raw materials, labor and machine hours. Identify problems that occured in the company using fishbone diagrams and Failure Mode and Effects Analysis (FMEA). The highest total productivity achieved in July'13 was 7.74. Lowest total productivity in February'14 was 0.72. The company must be able to provide high quality raw materials, increased reward and punishment system, rent outside warehouses, and perform routine engine maintenance. Keywords : fishbone diagram, FMEA, OMAX, productivity

Upload: qqq

Post on 19-Feb-2016

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

GGGG

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal-Alvionita-Revila

PENDAHULUAN

Produktivitas merupakan hubungan antara

input dan output suatu sistem produksi.

Hubungan ini lebih umum dinyatakan sebagai

rasio dari apa yang dihasilkan (output) terhadap

keseluruhan sumber daya yang digunakan

(input) atau secara sederhana merupakan rasio

output dibagi dengan input (Kusmindari dan

Apriyanto, 2009). Produktivitas dapat

digunakan oleh perusahaan sebagai pedoman

atau acuan untuk mengetahui tingkat kinerja

secara menyeluruh. Pengukuran produktivitas

diperlukan untuk memperbaiki dan untuk

meningkatkan produktivitas perusahaan yang

meliputi penilaian kinerja karyawan,

permasalahan internal perusahaan yang

berkaitan dengan efisiensi penggunaan

sumberdaya dalam menghasilkan output

perusahaan (Sudiyarto dan Waskito, 2006).

Analisis Produktivitas Bagian Produksi Sari Apel Menggunakan

Metode Objective Matrix (OMAX)

(Studi Kasus di KSU BROSEM Batu)

Productivity Analysis On The Production Department of Apple Cider

Using Objective Matrix (OMAX) Methods

(Case Study at KSU BROSEM Batu)

Alvionita Revila1)

, Usman Effendi2)

, Shyntia Atica Putri2)

1)

Alumni Jurusan TIP UB, Jl. Veteran – Malang 65145 2)

Staff Pengajar Jurusan TIP UB, Jl. Veteran – Malang 65145 *[email protected]

ABSTRAK

Perkembangan industri saat ini mengalami perubahan yang sangat pesat dan diwarnai dengan

persaingan yang semakin tinggi. Produktivitas menunjukkan hasil pengukuran suatu kinerja dengan

memperhatikan sumber daya yang digunakan. KSU BROSEM selama ini belum pernah mengetahui

produktivitas telah yang dicapai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat produktivitas

parsial dan total pada bagian produksi di KSU BROSEM, serta mendapatkan usulan perbaikan

produktivitas pada bagian produksi di KSU BROSEM. Penelitian ini menggunakan metode Objective

Matrix (OMAX). Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas bahan baku,

tenaga kerja dan jam kerja mesin. Identifikasi masalah yang terjadi pada perusahaan menggunakan

fishbone diagram dan Failure Mode and Effects Analysis (FMEA). Produktivitas total tertinggi

dicapai pada bulan Juli‟13 sebesar 7,74. Produktivitas total terendah terdapat pada bulan Februari‟14

dengan nilai sebesar 0,72. Perusahaan harus dapat menyediakan bahan baku yang berkualitas,

meningkatkan sistem reward and punishment, menyewa gudang di luar ruang produksi, dan

melakukan maintenance mesin secara rutin. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu

memberi usulan perbaikan kepada KSU BROSEM sehingga produktivitas perusahaan meningkat.

Kata kunci : fishbone diagram, FMEA, OMAX, produktivitas

ABSTRACT

The development of industry was currently rapid change and tinged with higher competition.

Productivity showed the measurement results of a performance by paying attention to the resources

used. KSU BROSEM never fully know the productivity achieved. The purpose of this study was to

determine the level of productivity in the partial and total production at KSU BROSEM, and provide

suggestions for improvement in productivity in the production of KSU BROSEM. This study used

Objective Matrix (OMAX). The criteria used in this study was the productivity of raw materials, labor

and machine hours. Identify problems that occured in the company using fishbone diagrams and

Failure Mode and Effects Analysis (FMEA). The highest total productivity achieved in July'13 was

7.74. Lowest total productivity in February'14 was 0.72. The company must be able to provide high

quality raw materials, increased reward and punishment system, rent outside warehouses, and

perform routine engine maintenance.

Keywords : fishbone diagram, FMEA, OMAX, productivity

Page 2: Jurnal-Alvionita-Revila

Perkembangan industri saat ini mengalami

perubahan yang sangat pesat dan diwarnai

dengan persaingan yang semakin tinggi.

Produktivitas merupakan salah satu faktor

penting dalam mempengaruhi proses kemajuan

suatu perusahaan. Koperasi Serba Usaha (KSU)

BROSEM merupakan sebuah usaha kecil

mandiri di Kota Batu yang menghasilkan

produk berupa sari apel dengan merek “Sari

Apel Brosem”. KSU BROSEM selama ini

belum pernah mengetahui produktivitas yang

dicapai karena belum melakukan analisa

produktivitas pada beberapa sumber dayanya.

Oleh karena itu perlu dilakukan suatu

pengukuran produktivitas dengan tujuan untuk

mengetahui pencapaian produktivitas di UKM

ini.

Metode OMAX merupakan metode

pengukuran kinerja parsial dan total yang

mengevaluasi beberapa kriteria produktivitas

yang sesuai dengan kondisi perusahaan dengan

cara melakukan pembobotan untuk

mendapatkan indeks produktivitas total (Balkan,

2009). Dibandingkan dengan metode

pengukuran lainnya, metode OMAX memiliki

beberapa kelebihan, yaitu memasukkan

pertimbangan pihak manajemen dalam

penentuan pembobotan sesuai dengan derajat

kepentingan masing-masing kriteria dalam

perusahaan, sehingga lebih objektif dan

fleksibel.

Model pembobotan yang digunakan pada

pengukuran produktivitas adalah model Analitic

Network Process (ANP). ANP merupakan

metode yang mampu merepresentasikan tingkat

kepentingan berbagai pihak dengan

mempertimbangkan saling keterkaitan antar

kriteria dan sub kriteria yang ada (Santoso dan

Setyawan, 2009). Identifikasi masalah yang

terjadi pada perusahaan menggunakan fishbone

diagram dan Failure Mode and Effects Analysis

(FMEA). Menurut Nurkertamanda dan

Wulandari (2009), FMEA adalah teknik

engineering yang digunakan untuk

mengidentifikasi, memprioritaskan, dan

mengurangi permasalahan dari sistem, desain,

atau proses sebelum permasalahan tersebut

terjadi. Untuk menentukan faktor-faktor yang

berpengaruh pada fishbone diagram digunakan

model 4M + 1 E. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui tingkat produktivitas parsial

dan total pada bagian produksi di KSU

BROSEM, serta mendapatkan usulan perbaikan

produktivitas pada bagian produksi di KSU

BROSEM. Dengan adanya penelitian ini

diharapkan mampu memberi usulan perbaikan

kepada KSU BROSEM Batu sehingga

produktivitas perusahaan meningkat.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di KSU BROSEM

Batu. KSU BROSEM berlokasi di Jalan Bromo

RW 10, Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Kota

Batu, Jawa Timur. Penelitian dan pengolahan

data dimulai pada bulan Maret sampai dengan

Juni 2014.

Batasan Permasalahan

Mengingat masalah yang timbul akan

sangat luas maka perlu adanya batasan masalah

agar dapat mengarah pada tujuan yang ingin

dicapai. Batasan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Analisis produktivitas dilakukan pada

bagian produksi sari apel pada KSU

BROSEM batu yang bersumber dari

perusahaan pada periode April 2013 – Maret

2014

2. Kriteria output yang akan diukur adalah

jumlah produksi sari apel. Kriteria input

yang diukur adalah kriteria produktivitas

bahan baku, kriteria produktivitas tenaga

kerja dan kriteria produktivitas jam kerja

mesin.

3. Produktivitas total terdiri dari produktivitas

bahan baku, tenaga kerja dan jam mesin.

4. Responden untuk kuesioner merupakan

responden ahli dimana responden ini adalah

orang yang paling memahami hal yang

berkaitan dengan bidangnya sehubungan

dengan penentuan bobot tingkat kepentingan

terhadap kriteria produktivitas.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan suatu

proses yang terdiri dari tahapan-tahapan yang

Page 3: Jurnal-Alvionita-Revila

saling terkait satu sama lainnya. Prosedur

penelitian ini dimulai dari survei pendahuluan,

identifikasi dan perumusan masalah, penetapan

tujuan, studi kepustakaan, pengumpulan data,

pembuatan kuesioner untuk pembobotan ANP,

penyebaran kuesioner, analisis data, kesimpulan

dan saran.

Analytical Network Process (ANP)

Kerangka jaringan pada pengukuran

produktivitas produksi sari apel terdapat pada

Gambar 2.

Gambar 1. Model Jaringan Pada Pengukuran

Produktivitas

(Sumber: Data primer diolah, 2014)

Pengolahan Data Dengan Metode OMAX

1. Penentuan Performance

Performance adalah tingkat produktivitas

yang merupakan rasio tiap kriteria tiap periode

pengukuran.Nilai performance diperoleh

dengan cara membagi rasio input dengan output

pada masing-masing kriteria.

2. Penentuan Nilai Produktivitas Rata-Rata

(Skor 3)

Skor 3 ( merupakan nilai produktivitas

yang telah dicapai selama ni. Rumus untuk

menghitung nilai produktivitas rata-rata adalah

(Balkan, 2010):

(1)

Keterangan:

= Rata-rata rasio tiap kriteria yang diukur

selama 12 bulan

= Jumlah data

= Rasio tiap kriteria/bulan

3. Penentuan Nilai Produktivitas Tertinggi

(Skor 10)

Nilai dari skor 10 diperoleh dari BKA

(Batas Kendali Atas) yang merupakan batas

produkvias maksimal yang mungkin dicapai

perusahaan dari tiap kriteria produkivitas.

Rumus BKA dan rumus DA (Degree of

Accuracy) serta CL (Confident Level) adalah

(Balkan, 2010):

BKA = + k. (2)

= (3)

DA (Degree of Accuracy) = x 100% (4)

CL (Confident Level) = 100% - DA (5)

Keterangan:

= Rata-rata rasio tiap kriteria yang diukur

selama 12 bulan

= Jumlah data

= Standar deviasi

k = Konstanta

k = 1, bila nilai CL terletak pada 0% ≤ CL ≤

68%

k = 2, bila nilai CL terletak pada 68% ≤ CL ≤

95%

k = 3, bila nilai CL terletak pada 95% ≤ CL ≤

99,7%

4. Penentuan Nilai Produktivitas Terendah

(Skor 0)

Nilai pada skor 0 diperoleh dari BKB

(Batas Kendali Bawah) yang merupakan batas

produktivitas minimal yang mungkin dicapai

oleh perusahaan. Rumus BKB adalah (Balkan,

2010):

BKB = - k. (6)

5. Penentuan Nilai Produktivitas Realistis

(Skor 1-2 dan Skor 4-9)

Nilai produktivitas realistis merupakan

nilai yang mungkin dicapai sebelum sasaran

akhir. Skor 1-2 dan skor 4-9 didapat dari

interpolasi. Rumus interpolasi yang digunakan

adalah (Balkan, 2010):

Interval0-3 = (7)

Interval3-10 = (8)

6. Penentuan Score, Weight dan Value

a. Skor (score) adalah level yang

menunjukkan keberadaan nilai

Page 4: Jurnal-Alvionita-Revila

pengukuran (performance)

produktivitas.

b. Bobot (weight) adalah besarnya bobot

kepentingan tiap kriteria produktivitas

terhadap total produktivitas. Besarnya

nilai bobot tiap kriteria ditentukan

dengan mengolah data yang diperoleh

dari penyebaran kuesioner

menggunakan metode Analytical

Network Process (ANP).

c. Nilai (value) adalah hasil perkalian

antar skor dan bobot pada tiap kriteria

yang diukur.

7. Penentuan Performance Indicator

Perhitungan performance indicator terdiri

dari tiga, yaitu:

a. Current, adalah hasil pengukuran

produktivitas periode sekarang,

diperoleh dengan menjumlahkan value

tiap kriteria produktivitas yang diukur.

b. Previous, adalah hasil pengukuran

produktivitas periode sebelumnya.

c. Index, adalah indikasi perubahan

produktivitas yang terjadi pada

perusahaan. Nilai Index Productivity

(IP) diperoleh dengan rumus (Balkan,

2010):

IP = x 100% (9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Perusahaan

KSU BROSEM merupakan sebuah usaha

kecil mandiri yang memproduksi minuman sari

apel dalam kemasan. BROSEM yang

merupakan singkatan dari Bromo Semeru ini

berdiri pada tanggal 14 Januari 2004 dan

berlokasi di Jalan Bromo RW 10, Kelurahan

Sisir, Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur.

Usaha ini awalnya tercetus dari ide sebuah

perkumpulan PKK yang berkeinginan untuk

mengangkat derajat kehidupan masyarakat

setempat. KSU BROSEM resmi bergabung

menjadi Mitra Binaan Telkom pada tahun 2005.

PT Telkom memberikan bantuan pinjaman

kredit dengan bunga yang rendah. Pada tahun

2007 secara resmi berubah status badan hukum

dari kelompok tani menjadi Koperasi Serba

Usaha (KSU).

Produk sari apel KSU BROSEM

mempunyai 3 jenis kemasan, yaitu cup 120 ml,

cup 200 ml dan botol 310 ml. Kapasitas

produksi rata-rata pada setiap bulan yaitu

29144,32 liter sari apel. Tenaga kerja yang

terdapat pada bagian produksi KSU BROSEM

yaitu 10 orang. Hasil produksi KSU BROSEM

sudah dipasarkan di kota Batu, Malang,

Surabaya, Sidoarjo, Bali, Jakarta, dan

Yogyakarta. Pimpinan / Direktur

Manajer

Kabag. Umum Kabag. Produksi Kabag. Pemasaran

Personalia

Keuangan

Pembelian

Pelaksana Produksi

Gudang

Maintenance

Quality Control

Sales

Gambar 2. Struktur Organisasi KSU BROSEM

(Sumber : KSU BROSEM, 2014)

Struktur organisasi yang diterapkan pada

KSU BROSEM adalah struktur lini, dimana

jabatan-jabatan di dalam bagan organisasi

terletak pada suatu garis vertical. Menurut

Sukoco (2007), struktur lini adalah kekuasan

mengalir secara vertical dari tingkat paling atas

sampai di tingkat bawah. Gambar struktur

organisasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Proses Produksi

Tahapan proses produksi sari apel di KSU

BROSEM dimulai dari proses penyiapan bahan

baku, proses pensortiran buah kemudian dicuci

dan dipotong, proses perebusan sehingga

menjadi ekstrak apel, proses filtrasi, proses

pencampuran dengan air, gula dan bahan

tambahan lainnya, proses sterilisasi, proses

pengemasan, proses pencucian atau

pendinginan, proses pengepakan, dan proses

distribusi.

Data Input dan Output Produksi Sari Apel

Data input yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi jumlah pemakaian bahan

baku, jumlah tenaga kerja dan jumlah jam kerja

Page 5: Jurnal-Alvionita-Revila

mesin. Data output yang digunakan adalah

jumlah produksi sari apel yang dihasilkan. Data

diperoleh dari data historis perusahaan pada

bulan April„13 – Maret„14. Data input dan

output dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Data Input dan Output pada bulan April „13

– Maret „14

Periode

Input

Output

(liter)

Bahan

Baku

(kg)

Tenaga

kerja

(orang)

Jam Kerja

Mesin

(jam)

April„13 27.000 10 119 22.733

Mei„13 42.600 10 190 36.380

Juni„13 56.000 10 248 47.654

Juli„13 64.000 10 287 55.119

Agustus„13 50.000 10 222 42.474

September„13 21.400 10 94 17.875

Oktober„13 18.600 10 81 15.448

November„13 33.000 10 147 28.032

Desember„13 26.000 10 116 22.092

Januari„14 31.800 10 139 26.561

Februari„14 14.500 10 63 11.946

Maret„14 27.500 10 122 23.416

(Sumber: KSU BROSEM, 2014)

Analisis Produktivitas

Penentuan Performance

Performance adalah tingkat produtivitas

yang merupakan rasio tiap kriteria pada tiap

periode pengukuran. Nilai performance

menunjukkan banyaknya jumlah produk yang

dihasilkan dari setiap satuan sumber daya yang

digunakan. Nilai performance dapat dilihat

pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa nilai

performance berfluktuasi. Menurut Erni (2009),

nilai performance yang berfluktuasi

menunjukkan tingkat pencapaian produktivitas

belum baik, sehingga perlu dilakukan perbaikan.

Nilai performance bahan baku terbaik dicapai

pada bulan Juli„13 yaitu 0,86 sedangkan nilai

performance terburuk terdapat pada bulan

Februari„14. Nilai performance pada bahan

baku tergantung pada ketersediaan bahan baku

dan efisiensi pemakaian bahan baku. Semakin

efisien pemakaian bahan baku dan semakin

besar output yang dihasilkan, maka semakin

besar pula nilai performance yang dihasilkan.

Tabel 2. Nilai Performance Tiap Kriteria

Periode

Kriteria

Bahan Baku

(liter/kg)

Tenaga kerja

(liter/orang)

Jam Kerja

Mesin

(liter/jam)

April„13 0,84 2.273,28 191,03 Mei„13 0,85 3.638,02 191,47

Juni„13 0,85 4.765,44 192,00

Juli„13 0,86 5.511,94 192,05 Agustus„13 0,85 4.247,42 191,33

September„13 0,84 1.787,52 190,16

Oktober„13 0,83 1.544,83 190,72 November„13 0,85 2.803,20 190,69

Desember„13 0,85 2.209,15 190,44

Januari„14 0,84 2.656,13 191,09 Februari„14 0,82 1.194,62 189,62

Maret„14 0,85 2.341,63 191,94

(Sumber: Data Sekunder diolah, 2014)

Pada kriteria tenaga kerja dan jam kerja

mesin, nilai performance terbaik dicapai pada

bulan Juli„13 yaitu 5.511,94 dan 192,05. Hal ini

dikarenakan pada bulan Juli bahan baku yang

masuk sangat besar sehingga berpengaruh

terhadap tenaga kerja dan jam mesin.

Peningkatan produksi selalu terjadi setiap

menjelang dan pada saat hari raya, sehingga

diperlukan penambahan jam kerja. Nilai

performance pada kriteria jam mesin tergantung

pada jumlah jam kerja dan kelancaran proses

produksi. Nilai performance terburuk untuk

kriteria tenaga kerja dan jam mesin dicapai

pada bulan Februari„14, karena pada bulan

tersebut kurang efektif dan efisien para pekerja

dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Penentuan Nilai Produktivitas Rata-rata

(Skor 3)

Nilai produktivitas rata-rata atau skor 3 (µ)

diperoleh dari merata-ratakan nilai performance

yang dicapai masing-masing kriteria pada

periode Januari-Desember„13. Nilai skor 3

untuk kriteria bahan baku adalah 0,84. Nilai ini

berarti dalam 1 kg bahan baku dapat

menghasilkan rata-rata 0,84 liter produk sari

apel. Pada tenaga kerja, 1 orang pekerja dapat

menghasilkan 2.914,43 liter produk sari apel.

Pada jam kerja mesin, setiap 1 jam kerja mesin

dapat menghasilkan rata-rata 191,05 liter sari

apel.

Penentuan Nilai Produktivitas Tertinggi (Skor

10)

Skor 10 atau BKA (Batas Kendali Atas)

menunjukkan nilai tertinggi yang ingin dicapai

Page 6: Jurnal-Alvionita-Revila

oleh peusahaan. Sebelum menghitung skor 10

terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data.

Dari hasil uji normalitas data diketahui bahwa

data input dan output berdistribusi normal,

sehingga dapat dilakukan perhitungan

selanjutnya. Menurut Nasution (2006), jika uji

normalitas data yang didapatkan berdistribusi

normal maka data dapat digunakan untuk

perhitungan produktivitas selanjutnya. Untuk

mencapai nilai produktivitas optimal, maka

dalam 1 kg bahan baku dapat menghasilkan

rata-rata 0,87 liter sari apel. Setiap 1 orang

pekerja dapat menghasilkan rata-rata 4.259,22

liter sari apel dan dalam 1 jam kerja mesin

dapat menghasilkan rata-rata 193,33 liter sari

apel.

Penentuan Nilai Produktivitas Terendah (Skor 0)

Skor 0 atau BKB (Batas Kendali Bawah)

menunjukkan nilai produktivitas terendah yang

mungkin dicapai oleh perusahaan. Pada bahan

baku, dalam 1 kg bahan baku hanya

menghasilkan 0,81 liter sari apel, 1 orang

pekerja hanya menghasilkan 1.569,65 liter sari

apel dan 1 jam kerja mesin hanya menghasilkan

188,77 sari apel.

Penentuan Nilai Produktivitas Realistis (Skor 1-2

dan Skor 4-9)

Nilai produktivitas realistis adalah nilai

yang mungkin dicapai perusaahan sebelum

sasaran akhir. Nilai skor 0-10 dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Skor 0-10 pada Masing-Masing

Kriteria

Kriteria

Skor Bahan

Baku

Tenaga

Kerja

Jam Kerja

Mesin

0,87 4.259,21 193,33 10

0,864 4.067,09 193,03 9

0,86 3.874,98 192,7 8

0,856 3.682,87 192,37 7

0,852 3.490,76 192,04 6

0,848 3.298,65 191,71 5

0,844 3.106,54 191,38 4

0,84 2.914,43 191,05 3

0,83 2.466,17 190,29 2

0,82 2.017,91 189,53 1

0,81 1.569,65 188,77 0

(Sumber: Data sekunder diolah, 2014)

Penentuan Score, Weight dan Value

Score adalah level yang menunjukkan

keberadaan nilai pengukuran (performance)

produktivitas. Besarnya nilai bobot tiap kriteria

ditentukan dengan mengolah data yang

diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada

responden ahli. Selanjutnya, hasil kuesioner

diolah menggunakan Software Superdecision.

Bobot masing-masing kriteria dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Bobot Tiap Kriteria

Kriteria Bobot Subkriteria Bobot

Bahan

Baku

0,31 Harga Bahan Baku 0,025

Jumlah Bahan Baku 0,134

Kemampuan Supplier 0,066

Kualitas Bahan Baku 0,082

Tenaga

Kerja

0,28 Jam Produksi 0,124

Lingkungan Kerja 0,027

Skill Pekerja 0,108

Tingkat Upah 0,022

Mesin 0,41 Bahan Bakar 0,064

Jam Kerja Mesin 0,131

Kapasitas 0,136

Maintenance 0,081

(Sumber: Data sekunder diolah, 2014)

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui

bahwa bobot tertinggi terdapat pada kriteria

mesin yaitu 0,41. Bobot pada kriteria bahan

baku yaitu 0,31 dan bobot pada kriteria tenaga

kerja yaitu 0,28. Menurut Erni (2009), nilai

bobot kriteria menunjukkan besarnya prioritas

kriteria dalam mempengaruhi produktivitas

perusahaan. Bobot akan digunakan pada

perhitungan OMAX.

Evaluasi Produktivitas Parsial

Evaluasi produktivitas parsial dilakukan

untuk mengevaluasi nilai produktivitas setiap

kriteria pengukuran dan diperoleh dengan

melihat pencapaian skor produktivitas dari

setiap kriteria. Hal ini digunakan untuk

mengetahui perubahan skor tiap kriteria yang

mempengaruhi nilai produktivitas perusahaan.

Semakin besar skor yang didapatkan maka

semakin tinggi tingkat pencapaian produktivitas

parsial dari setiap kriterianya. Nilai skor

pencapaian produktivitas perusahaan dapat

dilihat pada Tabel 5.

Page 7: Jurnal-Alvionita-Revila

Tabel 5. Nilai Skor Pencapaian Produktivitas

Periode

Kriteria

Bahan

Baku

Tenaga

Kerja

Jam

Kerja

Mesin

April„13 3 1 2

Mei„13 5 6 4

Juni„13 5 10 5

Juli„13 8 10 6

Agustus„13 5 9 3

September„13 3 0 1

Oktober„13 2 0 2

November„13 5 2 2

Desember„13 5 1 2

Januari„14 3 2 3

Februari„14 1 0 1

Maret„14 5 1 5

(Sumber: Data sekunder diolah, 2014)

Hasil pengukuran produktivitas yang

dievaluasi pada tiap kriteria tersebut adalah:

1. Kriteria Produktivitas Bahan Baku

Nilai skor produktivitas tertinggi dicapai

pada bulan Juli‟13 yaitu 8. Hal ini dikarenakan

pada bulan Juli ‟13 perusahaan dapat

menghasilkan 5.5119 liter sari apel dengan

bahan baku 64.000 kg. Skor produktivitas

terendah terdapat pada bulan Februari‟14 yaitu

1. Hal ini disebabkan karena kualitas bahan

baku yang digunakan tidak terlalu baik dan

jumlah apel yang dihasilkan sedikit. Kualitas

apel tidak terlalu baik disebabkan kandungan

zat pektin yang terlalu tinggi, sehingga

mengakibatkan tekstur apel melunak dan sari

apel yang dihasilkan menjadi keruh. Untuk apel

yang memiliki kualitas buruk, air yang

ditambahkan akan lebih banyak dibandingkan

dengan apel yang berkualitas baik. Akan tetapi

hasil ekstraksi yang diperoleh akan lebih sedikit,

sehingga sari apel yang dihasilkan berkurang.

Nilai skor produktivitas terendah terdapat pada

bulan Februari‟14 yaitu 1. Pada bulan ini

permintaan sari apel tidak terlalu tinggi, maka

perusahaan mengurangi jumlah proses produksi.

2. Kriteria Produktivitas Tenaga Kerja

Pencapaian nilai skor produktivitas tenaga

kerja berfluktuasi. Nilai skor tertinggi dicapai

pada bulan Juni‟13 dan Juli‟13 dengan skor 10.

Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah bahan

baku yang diolah dan produk yang dihasilkan

pada bulan tersebut. Semakin banyak bahan

baku dan produk yang dihasilkan maka dapat

dikatakan tenaga kerja akan semakin produktif.

Skor produktivitas terendah terdapat pada bulan

September‟13, Oktober‟13 dan Februari‟14

yaitu 0. Produktivitas pada bulan tersebut

sangat rendah dikarenakan jumlah bahan baku

yang diolah sangat sedikit dibanding dengan

bulan lainnya. Semakin sedikit bahan baku

yang diolah maka produk yang dihasilkan

semakin sedikit, sehingga dapat dikatakan

tenaga kerja kurang produktif.

3. Kriteria Produktivitas Jam Kerja Mesin

Nilai skor produktivitas tertinggi terdapat

pada bulan Juli‟13 yaitu 6. Hal ini dikarenakan

mesin yang digunakan bekerja lebih efektif

dibandingkan dengan bulan lainnya dan dapat

menghasilkan produk lebih banyak. Skor

terendah terdapat pada bulan September‟13 dan

Februari‟14 yaitu 1. Produktivitas rendah

disebabkan oleh kinerja mesin kurang maksimal

sehingga berpengaruh pada produk akhir yang

dihasilkan.

Evaluasi Produktivitas Total

Evaluasi produktivitas total digunakan

untuk mengetahui tingkat produktivitas total

yang telah dicapai perusahaan. Evaluasi

produktivitas total didasarkan pada nilai current

pada setiap periode dan melihat nilai indeks

produktivitas (IP) pada performance indicator

dalam matriks OMAX. Besarnya nilai

produktivitas dapat dilihat pada Gambar 3.

Nilai performance indicator dapat dilihat pada

Gambar 4.

Gambar 3. Grafik Nilai Produktivitas

(Sumber: Data sekunder diolah, 2014)

Bulan April‟13 merupakan periode awal

pengukuran produktivitas sehingga nilai indeks

produktivitas (IP) belom diketahui. Nilai

Page 8: Jurnal-Alvionita-Revila

produktivitas (current) yang didapat sebesar

2,03. Pada bulan Mei‟13 terjadi peningkatan IP

sebesar 139,9%. Peningkatan disebabkan oleh

perusahaan dapat menghasilkan produksi sari

apel lebih banyak dibandingkan pada bulan

April‟13 dan nilai skor masing-masing kriteria

mengalami peningkatan, sehingga nilai

produktivitas mengalami peningkatan menjadi

4,87.

Gambar 4. Grafik Nilai Indeks Produktivitas (IP)

(Sumber: Data sekunder diolah, 2014)

Pencapaian nilai produkivitas tertinggi

terdapat pada bulan Juli‟13 yaitu 7,74 dengan

nilai IP sebesar 20,94%. Penurunan nilai

produktivitas terjadi pada bulan Agustus‟13 dan

September ‟13. Hal ini disebabkan terjadi

penurunan produksi yang sangat drastis dari

bulan sebelumnya. Pengurangan jumlah

produksi dikarenakan pada bulan September‟13

permintaan produk sari apel mulai menurun.

Perusahaan mengalami permintaan sari apel

tertinggi pada saat atau menjelang hari raya Idul

Fitri atau lebaran.

Pada bulan Oktober„13 nilai produktivitas

mengalami peningkatan dari 1,34 menjadi 1,44

dengan nilai IP yang didapat yaitu 7,46%. Nilai

IP tidak terlalu besar disebabkan kenaikan nilai

produktivitas tidak terlalu tinggi. Pada bulan

November‟13 nilai produktivitas mengalami

peningkatan yaitu 2,93 dengan IP sebesar

103,47%. Peningkatan ini disebabkan oleh

peningkatan skor pada setiap kriteria.

Penurunan produktivitas kembali terjadi pada

bulan Desember‟13 yaitu 2,65 dengan nilai IP

sebesar -9,56%. Hal ini disebabkan turunnya

nilai skor produktivitas parsial pada kriteria

tenaga kerja.

Pada bulan Januari‟14 terjadi peningkatan

nilai produktivitas kembali yaitu 2,72 dengan

nilai IP sebesar 2,64%. Peningkatan ini

disebabkan oleh jumlah produksi yang lebih

tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Bulan

Februari‟14 merupakan pencapaian nilai

produktivitas terendah. Nilai produktivitas yang

didapat sangat rendah yaitu 0,72 dengan nilai IP

yaitu -73,53%. Hal ini disebabkan oleh

penurunan nilai skor produktivitas pada semua

kriteria. Nilai skor bahan baku, tenaga kerja dan

mesin yaitu 1, 0 dan 1, maka nilai skor yang

didapatkan dibawah skor rata-rata (skor 3).

Pada bulan Maret‟14 nilai produktivitas

mengalami peningkatan nilai produktivitas

yaitu 3,88 dengan IP sebesar 438,89%.

Peningkatan yang terjadi sangat drastis karena

kenaikan nilai produktivitas juga sangat tinggi

yaitu dari 0,72 menjadi 3,88.

Identifikasi Permasalahan Produktivitas

Identifikasi permasalahan produktivitas

dilakukan untuk mengetahui penyebab

rendahnya pencapaian produktivitas di

perusahaan. Identifikasi dilakukan dengan

menerapkan model fishbone diagram.

Penentuan penyebab rendahnya produktivitas

dilakukan dengan melakukan wawancara

kepada pihak perusahaan. Dari hasil wawancara

yang telah dilakukan, didapatkan empat faktor

yang menjadi permasalahan produktivitas pada

bagian produksi sari apel, yaitu bahan baku

(material), manusia (man), mesin (machine),

dan lingkungan (environment). Hasil

indentifikasi permasalahan digambarkan dalam

model fishbone diagram pada Gambar 5.

Produktivitas

Rendah

Machine

Umur Mesin

Tidak ada teknisi

di perusahaan

Maintenance

Kurang

Material

Kualitas

bahan baku

Ruang produksi

kecil

Lokasi perusahaan di

tengah pemukiman

warga

EnvironmentMan

Kedisiplinan

tenaga kerja

kurang

Musim hujan

tidak menentu

Gambar 5. Fishbone Diagram Penyebab

Rendahnya Produktivitas

Page 9: Jurnal-Alvionita-Revila

(Sumber: Data primer diolah, 2014)

Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui

bahwa penyebab rendahnya produktivitas pada

faktor bahan baku yaitu kualitas bahan baku.

Kualitas bahan baku yang kurang baik dapat

mempengaruhi kualitas dari sari apel yang

dihasilkan. Bahan baku yang digunakan yaitu

apel dimana ketersediaannya sangat

dipengaruhi pada iklim. Pada musim penghujan

jumlah apel yang dihasilkan menurun dan

kualitasnya lebih rendah. Pada faktor manusia,

penyebab rendahnya produktivitas yaitu

kurangnya kedisiplinan tenaga kerja dan

kelelahan pada saat bekerja. Kurangnya

kedisiplinan tenaga kerja dalam melakukan

pekerjaan dapat mengakibatkan pemborosan.

Karyawan sering terlambat pada saat bekerja

terutama pada saat istirahat, sehingga

mengakibatkan pekerjaan menjadi tertunda.

Penyebab rendahnya produktivitas pada

faktor mesin yaitu umur mesin. yang terus

menurun disebabkan oleh maintenance yang

kurang. Kinerja mesin yang berkurang

mengakibatkan kapasitas mesin menurun,

sehingga output yang dihasilkan tidak optimal.

Perusahaan tidak mempunyai teknisi khusus

untuk mesin, sehingga diperlukan teknisi dari

luar untuk melalukan maintenance. Pada faktor

lingkungan, penyebab rendahnya produktivitas

yaitu ruang produksi yang terlalu kecil. Ruang

produksi yang kecil menyebabkan

ketidaknyamanan bagi pekerja. Hal ini

menghambat kinerja dari karyawan tersebut.

Usulan Perbaikan Produktivitas Kuantitatif

Perbaikan produktivitas secara kuantitatif

dilakukan dengan memberikan usulan berupa

jumlah pemakaian input setiap kriteria

pengukuran agar tercapai produktivitas yang

optimal. Data usulan perbaikan dapat dilihat

pada Tabel 6.

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui

bahwa untuk menghasilkan 29.144,32 liter sari

apel per bulan, maka perusahaan membutuhkan

bahan baku sebesar 33.499,22 kg. Berdasarkan

pengukuran dapat diketahui bahwa selama ini

perusahaan menggunakan bahan baku sebesar

34.366,67 kg. Terdapat pemborosan bahan baku

sebesar 867,45 kg. Untuk mengefisienkan

pemakaian bahan baku, maka perusahaan harus

mengurangi penyebab pemakaian bahan baku

yang tidak efisien. Salah satu cara yang dapat

dilakukan yaitu meningkatkan pengawasan

untuk pemakaian bahan baku dan melakukan

kontrol pada saat proses produksi.

Tabel 6. Usulan Perbaikan Kuantitatif

Kriteria Rata-rata

Input

Rata-rata

Output

Jumlah

Usulan

Perbaikan

Pemborosan

Bahan

Baku (kg)

34.366,67

29.144,32

liter

33.499,22 867,45

Tenaga

kerja

(orang)

10 7 3

Jam Kerja

Mesin

(jam)

152,35 150,75 1.6

(Sumber: Data sekunder diolah, 2014)

Pada kriteria tenaga kerja, perusahaan

membutuhkan tenaga kerja sebanyak 7 orang.

KSU BROSEM mempunyai tenaga kerja

sebanyak 10 orang, maka terjadi pemborosan

tenaga kerja sebanyak 3 orang. Pada tenaga

kerja tidak perlu dilakukan pengurangan, karena

pengurangan tenaga kerja menyangkut

kesejahteraan hidup karyawan tersebut maka

perlu dilakukan pertimbangan lebih lanjut.

Untuk mengatasi pemborosan tenaga kerja,

perusahaan dapat meningkatkan output agar

lebih mengefisiensi tenaga kerja. Pada kriteria

jam kerja mesin, perusahaan membutuhkan jam

kerja mesin sebesar 150,75 jam. Perusahaan

menggunakan jam kerja mesin sebesar 152,35

jam, maka terjadi pemborosan jam kerja mesin

sebesar 1,6 jam.

Usulan Perbaikan Produktivitas Kualitatif

Perbaikan produktivitas secara kualitatif

dilakukan untuk menentukan tindakan nyata

yang dapat dilakukan perusahaan untuk

meningkatkan produktivitas. Perbaikan

dilakukan dengan menerapakan metode Failure

Mode Effects Analysis (FMEA) yang disajikan

pada Tabel 7.

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui

bahwa nilai Risk Priority Number (RPN)

tertinggi yaitu umur mesin, kemudian

kedisiplinan tenaga kerja, kualitas bahan baku,

dan kenyamanan kerja. Mesin yang digunakan

pada perusahaan sudah cukup usang, sehingga

Page 10: Jurnal-Alvionita-Revila

perlu dilakukan pergantian mesin. Saat ini perusahaan sedang mengajukan permintaan

Tabel 7. Tabel FMEA Penyebab Rendahnya Produktivitas

Model

Kegagalan

Potensial

Efek Potensial

Modus Kegagalan

Sebab Modus

Kegagalan

Potensial

Nilai

RPN Pengendalian O S D

Kualitas bahan

baku

Kualitas sari apel

menurun

Musim hujan yang

tidak menentu

4 4 3 48 Pemilihan bahan baku

yang berkualitas baik

Kedisiplinan

tenaga kerja

kurang

Pemborosan sumber

daya, lambat dalam

bekerja

Pengawasan

kurang

4 5 4 80 Meningkatkan aturan

reward and punishment

Umur mesin Kapasitas produksi

menurun

Tidak memiliki

teknisi khusus

5 6 5 150 Memanggil teknisi dari

luar dan melakukan

maintenance secara rutin

Ruang produksi

kecil

Menghambat kinerja

tenaga kerja

Lokasi perusahaan

di tengah

pemukiman warga

3 3 2 18 Menyewa gudang di luar

ruang produksi

(Sumber: Data primer diolah, 2014)

untuk membeli mesin baru. Pengendalian yang

dapat dilakukan saat ini yaitu melakukan

maintenance secara rutin dengan memanggil

teknisi dari luar perusahaan. Perusahaan tidak

merekrut teknisi khusus dari luar karena

maintenance mesin sehari-hari dapat dilakukan

oleh tenaga kerja yang ada. Teknisi khusus

hanya dibutuhkan pada saat perawatan besar

yang dilakukan setiap sebulan sekali. Menurut

Sinungan (2009), salah satu faktor produktivitas

yang perlu diperhatikan adalah pelaksanaan

produksi. Jika pengawasan terhadap produksi

dan perawatan mesin dilakukan dengan baik,

maka akan berjalan sesuain dengan tujuan yang

diinginkan perusahaan.

Kedisiplinan tenaga kerja perlu

diperhatikan karena apabila karyawan tidak

disiplin maka terjadi pemborosan sumber daya

dan karyawan akan lambat dalam bekerja.

Tenaga kerja harus memiliki rasa tanggung

jawab terhadap tugasnya sehingga akan

semangat dalam bekerja. Perusahaan harus

meningkatkan aturan reward and punishment.

Tindakan koreksi selanjutnya yaitu pada

kualitas bahan baku. Pemilihan bahan baku

yang berkualitas perlu dilakukan untuk

mendapatkan produk sari apel yang kualitas

yang baik. Menurut Halpern (2009),

penggunaan bahan baku yang berkualitas dapat

membantu perusahaan untuk mengingkatkan

efisiensi dan efektivitas produksi sehingga

dapat meningkatkan produktivitasnya. Ruang

produksi yang kecil mengakibatkan

kenyamanan kerja berkurang karena ruang

geraknya semakin terbatas. Pengendalian yang

dilakukan perusahaan yaitu dengan menyewa

gudang di luar ruang produksi. Gudang yang

disewa berada tidak terlalu jauh dari perusahaan.

KESIMPULAN

Produktivitas parsial tertinggi produksi

sari apel KSU BROSEM pada kriteria bahan

baku yaitu bulan Juli‟13 dengan skor 8, pada

kriteria tenaga kerja yaitu bulan Juli‟13 dan

Agustus‟13 dengan skor 10, pada kriteria jam

kerja mesin yaitu bulan Agustus‟13 dengan

skor 6. Produktivitas parsial terendah pada

kriteria bahan baku yaitu bulan Februari„14

dengan skor 1, pada kriteria tenaga kerja yaitu

bulan September‟13, Oktober‟13 dan

Februari‟14 dengan skor 0, pada kriteria jam

kerja mesin yaitu bulan Oktober ‟13 dan

Februari‟14 dengan skor 1. Produktivitas total

tertinggi dicapai bulan Juli‟13 dengan nilai

sebesar 7,74. Produktivitas total terendah

terdapat pada bulan Februari‟14 dengan nilai

sebesar 0,72. Dari periode pengukuran selama

April‟13 sampai Maret‟14, penurunan indeks

produktvitas sari apel terjadi pada bulan Juni‟13,

Juli‟13, Agustus‟13, September‟13,

Desember‟13, dan Februari‟14. Perusahaan

mengalami permintaan sari apel tertinggi setiap

hari raya Idul Fitri atau lebaran.

Usulan untuk peningkatan produktivitas di

KSU BROSEM adalah mengusulkan jumlah

pemakaian bahan baku, tenaga kerja dan jam

Page 11: Jurnal-Alvionita-Revila

pemakaian mesin untuk menghasilkan

produktivitas dengan skor 10. Untuk

menghasilkan 29.144,32 liter sari apel perbulan

diperlukan bahan baku sebanyak 33.499,22 kg,

tenaga kerja sebanyak 7 orang, jam kerja mesin

sebanyak 150,75 jam. Hal ini dilakukan agar

produktivitas optimal yang didasarkan pada

kinerja perusahaan dapat tercapai. Perusahaan

juga harus dapat menyediakan bahan baku yang

berkualitas, meningkatkan aturan reward and

punishment, menyewa gudang di luar ruang

produksi, dan melakukan maintenance mesin

secara rutin.

Upaya penerapan konsep produktivitas

yang telah dilakukan di KSU BROSEM

hendaknya dapat terus dilakukan secara

berkesinambungan agar sasaran peningkatan

produktivitas dapat tercapai. Pengukuran

produktivitas yang dilakukan mendatang

menggunakan metode pengukuran selain

metode OMAX sebagai pembanding, serta

perlu ditambahkan kriteria produktivitas yang

lebih banyak, misalnya kriteria penggunaan

bahan bakar, kriteria pemakaian energi, dan

kriteria penggunaan utilitas.

Daftar Pustaka

Balkan, D. (2010). Enterprise Productivity

measurement in Services by OMAX

(Objective Matrix) Method and An

Application with Turkish Emergency Service.

Dilihat 22 Januari 2014.

http://www.reser.net/materiali/Balkan.

Erni, N. (2009). Productivity Measurement Using

OMAX and Fuzzy Logic at PT AMD. Dilihat

17 Februari 2014.

http://www.osun.org/browse.pdf.

Halpern, L., Koren, M dan Szeidl, A. 2009.

Imported Inputs and Productivity. Journal of

The Hungarian Scientific Research

Foundation. Hal. 1-41. Dilihat 15 Juni 2014.

http://www.osun.org/WP3.pdf.

Kusmindari, D dan Apriyanto. 2009. Produktivitas

dan Pengukuran Kerja Proses Produksi

Medium Dencity Fibreboard (MDF). Jurnal

Ilmiah Tekno Vol 6 (2): 85-96.

Nasution, A. H. (2006). Manajemen Industri. Andi

Offset. Yogyakarta. Hal. 34-35.

Nurkertamanda, D. Dan Wulandari, F. T. 2009.

Analisa Moda dan Efek Kegagalan (Failure

Mode and Effects Analysis/FMEA) Pada

Produk Kursi Lipat Chitose Yamato HAA.

Jurnal Teknik Industri UNDIP. 4(1): 60-77.

Santoso, L. W. Dan Setyawan, A. 2009. Pembuatan

Aplikasi Sistem Seleksi Calon Pegawai

Dengan Metode Analytic Network Process

(ANP) di PT X. Jurnal Teknik Informatika.

Universitas Kristen Petra. Surabaya. Hal. 1-8.

Sinungan, M. 2009. Produktivitas Apda dan

Bagaimana. Bumi Aksara. Jakarta. Hal 62-80.

Sudiyarto dan Waskito. (2006). Analisa Pengukuran

dan Evaluasi Produktivitas dengan Metode

OMAX di Bagian Produksi Pabrik Gula

Gelmpolkerep Mojokerto. Dilihat 22 Januari

2014.

http://www.eprints.upnjatim.ac.id/.../ANALI

SIS_PENGUKURAN.pdf.

Sukoco, B. M. (2007). Manajemen Administrasi

Perkantoran Modern. Penerbit Erlangga.

Jakarta. Hal. 18-19.