jurnal acuan pnelitian fraksi
DESCRIPTION
acuan pemelihan fraksiTRANSCRIPT
402
Uji Toksisitas Akut Ekstrak Rimpang Kunyit pada Mencit :Kajian Histopatologis Lambung, Hati dan Ginjal
(ACUTE ORAL TOXICITY OF TURMERIC EXTRACT IN MICE : HISTOPATHOLOGICALSTUDIES OF STOMACH, LIVER AND KIDNEY)
Wiwin Winarsih 1), Ietje Wientarsih2), Nova P. Sulistyawati 3), Istifharany Wahyudina 3)
1)Bagian Patologi , 2)Bagian Farmasi3) Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi,
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian BogorJln. Agatis Kampus IPB Dramaga Bogor – 16680
Telp/Fax : 0251 8421807, e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Uji toksisitas akut ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa) dilakukan pada hewan mencit. Penelitianini dilakukan untuk mengetahui nilai (mouse lethal dose 50 /MLD 50) ekstrak etanol rimpang kunyit yangdiberikan secara peroral dan efeknya terhadap beberapa organ yaitu lambung, hati dan ginjal. Sebanyak45 ekor mencit jantan dibagi menjadi sembilan kelompok. Empat kelompok diberi dosis toksik fraksietil asetat, empat kelompok diberi dosis toksik fraksi hexan, dan satu kelompok merupakan kontrol.Dosis toksik akut fraksi etil asetat dan fraksi hexan yang diberikan adalah 7,5, 15, 30 dan 60 g/kg bobotbadan, sedangkan kelompok kontrol diberi NaCl fisiologis. Masing-masing fraksi diberikan satu kalisecara oral. Pada penelitian ini diperoleh MLD50 fraksi etil asetat adalah 27,98 g/kg bb dan MLD50fraksi hexan adalah 19,50 g/kg bb. Secara histopatologi pemberian ekstrak kunyit dengan dosis toksikmeningkatkan jumlah sel parietal dan degenerasi pada lambung. Pada hati dan ginjal kunyit dosistoksik mengakibatkan nekrosis sel parenkim.
Kata-kata kunci : ekstrak kunyit, toksisitas akut, LD50, histopatologi
ABSTRACT
This experiment was carried out to determine the mouse lethal dose (MLD50 of ethanolic extract ofthe turmeric (Curcuma longa) rhizomes following single oral administration and to evaluate thetoxicopathologic effects of the extract in certain organs ie stomach, liver and kidney. Forty five male micewere divided into nine groups. Four groups were treated orally with ethyl acetate fraction, four groups weretreated orally with hexane fraction of ethanolic turmeric extract, and one group was used as control. Theethyl acetate fraction groups were administered orally with the ethyl acetate fraction at doses of 7.5, 1.5,30 and 60 g/kg body weight. The hexane fraction groups were administered orally with the hexane fractionwith the dosage of 7,5, 15, 30 and 60 g/kg body weight. The control group received normal saline. MLD50 ofethyl acetate fraction was 27,98 gram/kg body weight by per oral administration. Oral MLD50 of hexanefraction was 19,50 gram/kg body weight. Histopathological features of the ethyl acetate and hexanefractions groups showed increased amount of parietal cells in stomach and parenchymal degeneration andnecrosis in their liver and kidney.
Key words : turmeric extract, acute toxicity, LD50, histopathology
PENDAHULUAN
Obat tradisional sejak dahulu mempunyaimanfaat yang besar antara lain dalam menjagakesehatan dan mengobati penyakit, sehinggasampai saat ini obat tradisional masih seringdigunakan oleh masyarakat. Keanekaragamanhayati yang terdapat di Indonesia lebih dari
25.000-30.000 spesies tanaman dan sekitar 6.000di antaranya jenis tanaman tersebut memilikipotensi untuk dijadikan tanaman obat (Kardonoet al., 2003). Salah satu tanaman obat yangtelah lama dikenal dan dibudidayakan adalahkunyit.
Kunyit (Curcuma longa Linn atau Curcumadomestica Val.) termasuk dalam famili
Jurnal Veteriner Desember 2012 Vol. 13 No. 4: 402-409ISSN : 1411 - 8327
403
Zingiberaceae, telah lama dikenal olehmasyarakat sebagai tanaman yang sangatbanyak manfaatnya. Kunyit telah lamadigunakan sebagai tanaman obat yang dapatdipakai untuk mengobati berbagai penyakit.Menurut Singh et al., (2002) dan Araujo danLeon (2001) kunyit berkhasiat sebagai anti-peradangan, obat luka, antioksidan, anti-protozoa, antibakteri, antiviral, antifungi danantikanker. Kunyit apabila diberikan secaraperoral, secara cepat dimetabolisme dan 75%akan diekskerikan melalui feses dan urin(Araujo dan Leon, 2001). Kunyit mengandung3-5% curcumin; 6,3% protein; 3,5% mineralseperti kalium, vitamin C; 5,1% lemak; dan69,4% karbohidrat (Chattopadhyay et al., 2004;American botanical council, 2006). Curcuminmerupakan bahan terpenting dalam kunyit(Araujo dan Leon, 2001). Curcumin larut dalametanol, pelarut alkalis, asam asetat, khloroformtetapi tidak larut dalam air.
Mengingat ketersediaan kunyit yangbanyak di Indonesia, sehingga kunyitmerupakan salah satu sumber daya alam yangperlu digali. Penggunaan kunyit di masyarakatyang cukup banyak, maka perlu penelitian lebihjauh mengenai keamanan penggunaannya. Ujitoksisitas akut dilakukan untuk mengetahuidosis aman dan dosis lethal (LD) 50 daripenggunaan suatu bahan obat. Pengujiantoksisitas akut dilakukan untuk mengetahuiefek toksik dari obat atau bahan obat. Ujitoksisitas juga dilakukan untuk mengetahuikeamanan suatu bahan atau obat (Harnita danRadji, 2005; Center for Drug Evaluation andResearch, 1996). Penafsiran keamanan obat/bahan untuk manusia dilakukan melaluiserangkaian percobaan toksisitas pada hewan.Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untukmengetahui nilai LD50 dari ekstrak rimpangkunyit dan gambaran histopatologi organlambung, hati, dan ginjal pada mencit yangdicekoki fraksi etil asetat dan hexan ekstraketanol rimpang kunyit pada uji toksisitas akut.
METODE PENELITIAN
Rimpang KunyitRimpang kunyit yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah kunyit yang dipanen padaumur sembilan bulan. Kunyit diperoleh dariBalai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik(Balitro) Bogor. Identifikasi tanaman kunyitdilakukan di Herbarium Bogoriensi, LembagaIlmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Ekstraksi dan Fraksinasi Rimpang KunyitEkstraksi dilakukan dengan metode
maserasi dengan pelarut etanol 96%. Padasimplisia kunyit ditambahkan pelarut etanol96% dengan perbandingan 10:1 dan direndamselama 24 jam. Setelah itu dilakukanpenampungan filtrat dan dilakukan evaporasihingga dihasilkan ekstrak etanol semi padat.Kemudian dilakukan fraksinasi, sehinggadiperoleh fraksi hexan dan etil asetat.
Fraksinasi dilakukan dengan cara ekstraketanol semi solid dimasukkan ke dalam corongpisah dan ditambahkan larutan hexan dandihomegenisasikan selama 15 menit, kemudiandidiamkan sampai terbentuk dua lapisan denganhexan pada bagian atas dan etanol pada bagianbawah. Fraksi hexan dipisahkan dari etanol dandievaporasi dengan rotary evaporator sehinggadiperoleh fraksi hexan semi solid.
Pada ekstrak etanol ditambahkan larutanetil asetat dengan perbandingan 1:1 dalamcorong pisah. Setelah itu dikocok selama 15 menitdan didiamkan hingga terbentuk dua lapisanpelarut. Lapisan yang bawah adalah etanol danyang atas adalah etil asetat. Fraksi etil asetatdipisahkan dan dievaporasi sehingga diperolehfraksi etil asetat kental.
Hewan CobaPada penelitian ini digunakan 45 ekor
mencit jantan, galur DDY, berumur 2,5 bulandengan bobot antara 22-25 g. Mencit dibagimenjadi sembilan kelompok yaitu :a. Kelompok kontrol (I) : dicekok NaCl
fisiologisb. Kelompok II : dicekok fraksi etil asetat
dengan dosis 7,5 mg/kg bbc. Kelompok III : dicekok fraksi etil asetat
dengan dosis 15 mg/kg bbd. Kelompok IV : dicekok fraksi etil asetat
dengan dosis 30 mg/kg bbe. Kelompok V : dicekok fraksi etil asetat
dengan dosis 60 mg/kg bbf. Kelompok VI : dicekok fraksi hexan dengan
dosis 7,5 mg/kg bbg. Kelompok VII : dicekok fraksi hexan dengan
dosis 15 mg/kg bbh. Kelompok VIII : dicekok fraksi hexan dengan
dosis 30 mg/kg bbi. Kelompok IX : dicekok fraksi hexan dengan
dosis 60 mg/kg bbMencit dikandangkan secara individual dan
diberi pakan dan air minum secara ad libitum.
Winarsih et al Jurnal Veteriner
404
Uji Intoksikasi AkutUji toksisitas akut dilakukan pada hewan
coba mencit. Pemberian dosis toksik fraksi etilasetat dan hexan pada kelompok perlakuan (II– IX), dilakukan satu kali (single dosage) secaraintragastrik menggunakan sonde lambung.Kelompok kontrol (I) dicekok dengan NaClfisiologis sebanyak 1 ml. Sebelum dicekok mencitdipuasakan dahulu selama 24 jam. Pengamatangejala klinis dan kematian dilakukan selama48 jam (Harnita dan Radji, 2005). Pada akhirpenelitian semua hewan coba dikorbankannyawanya dan dinekropsi.
Pengamatan Patologi Anatomi danHistopatologi
Mencit perlakuan dan mencit kontroldiamati selama 48 jam. Organ yang diamatiadalah lambung, hati, dan ginjal. Untukpemeriksaan mikroskopik (histopatologi/HP)sampel organ lambung, hati, dan ginjal difiksasidalam larutan buffer normal formalin (BNF)10%, didehidrasi dengan alkohol berbagaikonsentrasi, clearing dengan xylol dandiembedded dalam parafin. Sampel jaringantersebut dipotong dengan ketebalan 5 µm dansediaan diwarnai dengan hematoksilin eosin(HE).
Perubahan mikroskopik pada lambungdilakukan dengan menghitung jumlah selparietal dan sel zimogen (chief). Pada hatipengamatan mikroskopik dilakukan denganmenghitung persentase sel hepatosit yangdegenerasi dan nekrosis. Pengamatanmikroskopik pada ginjal dilakukan denganmenghitung persentase sel tubulus yangdegenerasi dan nekrosis. Pengamatanmikroskopik dilakukan dengan lensa objektif 40kali. Pengamatan dilakukan pada 10 lapangpandang.
Analisis DataHasil pengamatan patologi anatomi
dianalisis secara deskriptif. Pengamatanhistopatologi berupa data jumlah sel parietal danzimogen pada lambung, persentase sel hepatosit,dan tubulus ginjal yang degenerasi dan nekrosisdiuji secara statistika menggunakan uji sidikragam yang dilanjutkan dengan uji wilayahberganda Duncan untuk mengetahui hasil yangdiperoleh berbeda secara nyata atau tidak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai LD50Berdasarkan dosis dan persentase kematian
pada hewan coba pada uji intoksikasi akut padapenelitian ini (Tabel 1) dapat diketahui nilaiLD50 dari fraksi hexan dan etil asetat ekstraketanol rimpang kunyit. Nilai LD50 dihitungmenurut metode Weil (Harnita dan Radji, 2005).Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa nilaiLD50 fraksi hexan ekstrak etanol rimpangkunyit pada mencit adalah 19,25 g/kg bb dengankisaran 10,25-36,74 g/kgbb. Nilai LD50 fraksietil asetat ekstrak etanol rimpang kunyit padamencit adalah 27,980 g/kg bb dengan kisaran19,92-9,29 g/kg bb. Dari nilai LD50 tersebutdapat diketahui fraksi hexan dan etil asetatekstrak etanol rimpang kunyit termasukkatagori tidak toksik.
Uji toksisitas akut dilakukan terutamauntuk menentukan LD50 suatu bahan atau obat(Harmita dan Radji, 2005). LD50 adalah dosistunggal suatu zat yang secara statistikadiharapkan akan membunuh 50% hewan coba.Uji ini juga dapat menunjukkan organ sasaranyang mungkin dirusak dan efek toksikspesifiknya. Nilai LD50 berguna antara lainuntuk menentukan klasifikasi zat kimiaberdasarkan toksisitas relatif (Harmita danRadji, 2005). Berdasarkan nilai LD50, klasifikasisuatu zat terdiri atas katagori super toksik,sangat toksik, toksik, cukup toksik, sedikittoksik dan tidak toksik.
Hasil pada penelitian ini sejalan denganShankar et al. (1980) yang mengemukakanbahwa baik serbuk maupun ekstrak etanolrimpang kunyit bersifat tidak toksik. Haltersebut ditunjukkan dari hasil penelitian bahwapemberian serbuk (simplisia) kunyit secara per
Tabel 1. Persentase kematian dan nilai LD50pada uji intoksikasi akut ekstrakkunyit
Dosis Fraksi etil asetat Fraksi hexan
7,5 g/kg bb 0 2015 g/kg bb 0 4030 g/kg bb 40 6060 g/kg bb 80 100LD 50 27,980 g/kg bb 19,250 g/kg bbKatagori Tidak toksik Tidak toksik
Keterangan : 0 = tidak ada kematian
Jurnal Veteriner Desember 2012 Vol. 13 No. 4: 402-409
405
oral dengan dosis 10 g/kg bb tidak menimbulkanefek toksik. Selain itu juga dapat diketahuaibahwa nilai LD50 ekstrak etanol rimpangkunyit yang diberikan secara per oral,intraperitonial atau subkutan adalah lebih dari15 g/kg bb.
Pemberian ekstrak etanol rimpang kunyitmaupun curcumin secara per oral pada ujiintoksikasi akut pada tikus, marmut danmonyet menunjukkan bahwa ekstrak etanolrimpang kunyit dan curcumin bersifat tidaktoksik (Shankar et al., 1980). Hal tersebutmendukung hasil penelitian Opdyke dan Letizia,(1983) bahwa LD50 curcumin pada tikus lebihbesar dari 5 g/kg bb dan pada mencit lebih dari2 g/kg bb. Sementara menurut Lilja et al., (1983)LD50 ekstrak rimpang kunyit pada tikus di atas10 g/kg bb. Pemberian 2 g/kg bb dan 5 g/kg bbcurcumin secara per oral pada tikus tidakmenimbulkan efek toksik (Shoba et al., 1998)
Patologi AnatomiPemberian dosis toksik fraksi etil asetat dan
hexan ekstrak rimpang kunyit pada ujiintoksikasi akut menimbulkan perubahanpatologi anatomi pada beberapa organ yaitulambung, hati, dan ginjal (Tabel 2). Dari Tabel2 dapat diketahui untuk perubahan anatomiorgan bertambah parah sejalan denganpertambahan dosis. Pada kelompok yang diberifraksi hexan perubahan patologi anatomi palingparah terjadi pada kelompok yang diberi dosistertinggi yaitu 60 g/kg bb.
Demikian pula pada kelompok mencit yangdiberi fraksi etil asetat, kelompok dosis 60 g/kgbb menunjukkan perubahan patologi anatomiyang paling parah. Secara umum perubahanpatologi anatomi yang terjadi pada beberapaorgan adalah perubahan yang bersifat akutyaitu kongesti.
Pada penelitian ini perubahan makroskopik(patologi anatomi) terjadi pada organ lambung,hati, dan ginjal adalah kongesti/hiperemi.Persentase perubahan tertinggi terjadi padaorgan lambung yaitu 100% yang ditemukan padakelompok yang diberi fraksi hexan dengan dosistertinggi (60 g/kg bb). Alter (2008) melaporkanpemberian kunyit atau curcumin hanya padadosis tinggi yang dapat menimbulkankerusakan pada organ sistem digesti pada tikus.Menurut Qureshi et al., (1992) pemberian 0,5, 1dan 3 g/kg bb ekstrak etanol kunyit secara peroral menimbulkan angka kematian yang tidaksignifikan dibandingkan kontrol. Pemberian 100mg/kg bb selama 90 hari dapat menimbulkanpenurunan bobot badan, penurunan bobot relatiforgan dan jumlah leukosit dan eritrosit.
HistopatologiSecara umum pemberian dosis toksik fraksi
etil asetat dan hexan rimpang kunyit padamencit nyata menyebabkan peningkatanjumlah sel parietal pada lambung biladibandingkan kelompok kontrol (Tabel 3,Gambar 1). Pemberian dosis toksik fraksi etilasetat dan hexan rimpang kunyit tidakmemengarungi jumlah sel zimogen padalambung. Peningkatan jumlah sel zimogenhanya terjadi pada mencit yang diberi fraksihexan dengan dosis 60 mg/kg bb. Pada lambung,sel chief atau sel zimogen memproduksi enzimterutama pepsin dan lipase. Sel zimogenberbentuk kuboidal atau piramid (Dellmann danBrown 1998). Sitoplasma sel zimogen bersifatbasofilik dengan granul-granul sekretori yangmengandung enzim proteolitik inaktif (Xu danCranwell, 2003). Sel parietal pada lambungberfungsi menghasilkan asam lambung/HCl (Xudan Cranwell, 2003). Sel parietal berbentuk segi
Tabel 2. Patologi anatomi organ mencit pada uji intoksikasi akut fraksi hexan dan etil asetatkunyit
Kelompok Lambung Hati Ginjal
Kontrol Normal Normal Normal NormalFraksi etil asetat Dosis 7,5g/ kgbb Normal Normal Normal
Dosis 15g/ kgbb Normal Kongesti (20%) Kongesti (20%)Dosis 30g/ kgbb Normal Kongesti (20%) Kongesti (40%)Dosis 60g/ kgbb Normal Kongesti (60%) Kongesti (40%)
Fraksi hexan Dosis 7,5g/ kgbb Normal Kongesti (40%) NormalDosis 15g/ kgbb Hiperemi (40%) Kongesti (40%) Kongesti (20%)Dosis30g/kgbb Hiperemi (60%) Kongesti (80%) Kongesti (60%)Dosis 60g/kgbb Hiperemi (100%) Kongesti (80%) Kongesti (40%)
Winarsih et al Jurnal Veteriner
406
tiga dengan nukleus berbentuk bola danbeberapa mengandung dua nuklei. Sel parietalmerupakan sumber asam lambung danglikoprotein yang penting untuk absorbsivitamin B12 (Dellmann dan Brown 1998).Pertambahan jumlah sel parietal dapatmengakibatkan pertambahan jumlah asamlambung yang dihasilkan yang dapatmenimbulkan efek berupa pendarahan,deskuamasi epitel, dan edema (Xu dan Cranwell,2003).
Pada pemeriksaan histopatologi organ hatidan ginjal mencit pada uji intoksikasi akut fraksihexan dan etil asetat ekstrak etanol rimpangkunyit, perubahan mikroskopik yang terjadiadalah degenerasi dan nekrosis sel hepatosit dansel tubulus ginjal. Pada kelompok kontrol,kelompok yang diberi fraksi hexan dan kelompokyang diberi fraksi etil asetat, degenerasi yangterjadi pada sel hepatosit adalah degenerasi
berbutir dan hidropis (Gambar 2). Padakelompok kontrol ditemukan degenerasi selhepatosit dengan derajat ringan (Tabel 4).
Degenerasi merupakan salah satu awalterjadinya kerusakan hati akibat toksin dankerusakan non fatal yang bersifat reversible dansel dapat normal kembali apabila kausanyadihilangkan (Harada et al., 1999). Apabilapaparan zat toksik pada sel cukup hebat atauberlangsung cukup lama, maka dapatmenimbulkan kematian sel/nekrosis (Cheville1999). Dari pemeriksaan histopatologi hati baikdegenerasi maupun nekrosis menunjukkanperubahan yang terjadi semakin parah sejalandengan peningkatan dosis. Hasil penelitian inisejalan dengan hasil penelitian Kandarkar et al.(1998). Menurut Kandarkar et al., (1998)pemberian 0,2%, 1%, dan 5% serbuk kunyit serta0,055% dan 0,25% ekstrak etanol rimpangkunyit pada mencit selama 14 hari dapat
Tabel 3. Rataan jumlah sel parietal dan zimogen pada lambung mencit
Kelompok Sel Parietal Sel zimogen
Kontrol Dosis 0,09/kgbb 13,24 ± 6,70d 41,60 ± 8,32bc
Fraksi etil asetat Dosis 7,5g/ kgbb 32,40 ± 9,43b 40,80 ± 10,20bc
Dosis 15g/ kgbb 28,30 ± 6,72bc 50,92 ± 8,65abc
Dosis 30g/ kgbb 28,68 ± 7,88bc 35,32 ± 9,34c
Dosis 60g/ kgbb 41,12 ± 5,08a 47,32 ± 12,31abc
Fraksi hexan Dosis 7,5g/ kgbb 23,52 ± 8,22bc 47,80 ± 5,89abc
Dosis 15g/ kgbb 21,96 ± 9,62c 58,32 ± 6,20a
Dosis30g/kgbb 27,24 ± 8,32bc 53,44 ± 12,46ab
Dosis 60g/kgbb 26,40 ± 6,87bc 63,36 ± 9,84a
Keterangan: Huruf supersript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada perbedaannyata (P>0.05)
Tabel 4. Rataan persentase degenerasi dan nekrose sel hepatosit mencit
Kelompok Degenerasi Nekrose
Kontrol Dosis 0,09/kgbb 18,30 ± 6,38d 7,40 ± 2,71f
Fraksi etil asetat Dosis 7,5g/ kgbb 54,15 ± 19,31c 18,86 ± 6,92e
Dosis 15g/ kgbb 49,57 ± 7,04c 20,18 ± 3,40e
Dosis 30g/ kgbb 82,32 ± 15,33b 24,46 ± 7,34d
Dosis 60g/ kgbb 90,05 ± 4,74ab 27,84 ± 14,36b
Fraksi hexan Dosis 7,5g/ kgbb 83,20 ± 4,76ab 23,55 ± 3,74d
Dosis 15g/ kgbb 86,51 ± 2,10ab 26,15 ± 2,71c
Dosis30g/kgbb 89,52 ± 3,04ab 28,11 ± 4,86b
Dosis 60g/kgbb 92,23 ± 1,13a 31,59 ± 3,69a
Keterangan: Huruf supersript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada perbedaannyata (P>0.05)
Jurnal Veteriner Desember 2012 Vol. 13 No. 4: 402-409
407
Gambar 1. Lambung kelompok fraksi hexan dosis 60 g/kgbb : sel zimogen ( ),sel parietal (→),jumlah sel parietal meningkat, HE, Bar = 100 µm
Gambar 2. Hati : kelompok fraksi hexan dosis 60 g/kgbb(A), kelompok fraksi etil asetat dosis 60 g/kgbb (B) : degenerasi sel hepatosit (→) meningkat, HE, Bar = 200 µm
Gambar 3. Ginjal : kelompok fraksi hexan dosis 60 g/kgbb(A), kelompok fraksi etil asetat dosis 60g/kgbb (B) : degenerasi sel tubulus (→) meningkat, HE, Bar = 200 µm
Winarsih et al Jurnal Veteriner
408
menyebabkan degenerasi pada organ hati.Pemberian 0,2% dan 1% ekstrak etanol kunyitpada mencit selama 14 hari menimbulkan lesipada hati yaitu degenerasi dan nekrosis selhepatosit (Singh,1998).
Mencit lebih peka terhadap pengaruhpemberian kunyit dalam waktu lamadibandingkan tikus. Menurut Desphande et al.,(1998) pemberian 5% kunyit dalam pakanselama 90 hari menyebabkan penurunan bobotbadan, berat relatif hati serta lesi pada hatiberupa degenerasi dan fokal nekrosis pada tikus.
Pada penelitian ini terlihat bahwapemberian fraksi hexan dapat menimbulkandegenerasi yang lebih parah dibandingkandengan pemberian fraksi etil asetat.Kemungkinan kandungan flavonoid dalamfraksi etil asetat dapat melindungi sel darikerusakan (Winarsih et al., 2009). MenurutAcar et al. (2002) flavonoid dapat berfungsisebagai antioxidan. Pada pemeriksaanmikroskopik, pada ginjal ditemukan degenerasidan nekrosis beberapa sel tubulus ginjal padakelompok fraksi hexan dan fraksi etil asetat(Gambar 3). Dari pemeriksaan histopatologiginjal terlihat bahwa perubahan degenerasi dannekrosis sel tubulus semakin parah sejalandengan peningkatan dosis. Pada penelitian inijuga terlihat bahwa perubahan mikroskopikpada hati lebih parah dibandingkan pada ginjal.
Secara keseluruhan nekrosis yang terjadipada organ ginjal dan hati bersifat ringan.Menurut Singh et al., (1998) pemberian 2%curcumin pada mencit selama 14 hari dapatmenyebabkan degenerasi, nekrosis pada sel hatidan diikuti dengan regenerasi sel hati.Pemberian ekstrak rimpang kunyit pada ujiintoksikasi akut pada tikus dan mencit hanyamenimbulkan perubahan minimal pada hati danginjal pada dosis tinggi (Lilja et al., 1983;Shankar et al., 1980; WHO 1987). Sementarapemberian serbuk kunyit 2,5 g/kg bb(mengandung 2,5% curcumin) dan curcumin 300mg/kg bb dalam pakan pada tikus, marmut danmonyet tidak menimbulkan lesi makroskopikmaupun mikroskopik pada organ hati, ginjal,dan jantung, sedangkan Joe et al., (2004)menyatakan bahwa curcumin yang terkandungdalam kunyit dapat melindungi sel ginjal dansyaraf dari oxidative stress dan sebagaiantioksidan.
SIMPULAN
Pada uji intoksikasi akut fraksi etil asetatdan hexan pada mencit diperoleh nilai LD 50fraksi hexan adalah 19,25 g/kg bb dan LD 50fraksi etil asetat adalah 27,98 g/kg bb. Fraksihexan dan fraksi etil asetat ekstrak etanolrimpang kunyit termasuk dalam katagori tidaktoksik. Pemberian fraksi etil asetat dan hexanrimpang kunyit pada uji intoksikasi akutmeningkatkan jumlah sel parietal padalambung serta degenerasi dan nekrosis pada seldan sel tubulus ginjal.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasihkepada Dikti yang telah mendanai penelitian ini,seluruh staf Bagian Patologi FKH-IPB dansemua pihak yang terlibat dalam pelaksanaanpenelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Acar T, Taçyildiz R, Vahapog H, Karakayali S,Aydin R. 2002. Efficacy of micronizedflavonoid fraction on healing in thermallyinjured rats. Annals of Burns and FireDisasters - vol. XV - n. 1 -
Alter D. 2008. Turmeric. Contra indication ofturmeric. http://www.herballegacy.com/Alter_Contra.html. 27 September 2008
Center for Drug Evaluation and Research(CDER). 1996. Guidance for Industry SingleDose Acute Toxicity Testing forPharmaceuticals. http://www.fda.gov/downloads/Drugs/GuidancesComplianceRegulatoryInformation/Guidances/ucm079270.pdf (2 Juni 2010)
Cheville NF. 1999. Introduction to veterinarypathology . 2nd Ed. USA. Iowa StateUniversity Press.
Dellmann HD, Brown EM. 1998. Buku teksHistology veterinary. 3rd Ed. Hartono R.penerjemah. Jakarta : UI-Press.
Desphande SS, Lalitha VS, Ingle AD, Raste,AS, Garde SG, Maru GB. 1998. Subchronicoral toxicity of turmeric and ethanolicturmeric extract in female mice and rats.Toxicol Let 95 : 183-193
Harada T, Aiko E, Gary AB, Robert RM. 1999.Liver and gallbladder. Dalam Maronpot RR,editor. Pathology of mouse. Reference andatlas. USA : Cache River Press
Jurnal Veteriner Desember 2012 Vol. 13 No. 4: 402-409
409
Harmita, Radji M. 2005. Analisis Hayati. Bukuajar, Edisi kedua. Jakarta. DepartemenFarmasi FMIPA, Universitas Indonesia.Hal. : 47-88
Joe B, Vijaykumar M, Lokesh BR. 2004.Biological Properties of Curcumin-Cellularand Molecular Mechanisms of Action.Critical Reviews in Food Science andNutrition, 44:97–111
Kandarkar SV, Sawant SS, Ingle AD, DeshpandeSS, Maru GB. 1998. Subchronic oral hepa-totoxicity of turmeric in mice-histopatholo-gical and ultrastructural studies. IndianJournal of Experimental Biology 36:675-679.
Kardono LBS, Artanti N, Dewiyanti ID, BasukiT, Padmawinata K. 2003. SelectedIndonesian Medical Plant Monograph andDescription. Jakarta. PT GramediaWidiasarana Indonesia.
Lilja HS, Hagopian M, Esber HJ, FleischmanRW, Russfield AB, Tiedemann KM. 1983.Report on the subchronic toxicity bydosed feed of turmeric oleoresin (C60015)in Fischer 344 rats and B6C3F1 mice . EGGMason Research Institute, Report No. MRI-NTP 11-83-22., Submitted on WHO by theNational Institutes of Health, ResearchTriangle Park, NC, USA. Cited In: WHO,1987.
Opdyke DL, Letizia C. 1983 . Fragrance rawmaterials monographs : Curcumin oil FoodChern Toxicol 21 : 839-841
Qureshi S, Shah AH, Ageel AM. 1992. Toxicitystudies on Alpinia galanga and Curcumalonga . Planta Med 58(2):124-7.
Shankar TN, Shantha NV, Ramesh HP,Murthy IA, Murthy VS. 1980. Toxicitystudies on turmeric (Curcuma longa) : acutetoxicity studies in rats, guineapigs andmonkeys. Indian J Exp Biol 18 : 73-75
Shoba G, Joy D, Thangam J, Majeed M,Rajendran R, Srinivas PSSR. 1998.Influence of piperine on the pharmacoki-netics of curcumin in animals and humanvolunteers . Planta Medica 64:353-356.
Singh SV, Hu X, Srivastava SK, Singh M, XiaH, Orchard JL, Zaren HA. 1998.Mechanism of inhibition of benzo[a]pyrene-induced forestomach cancer in mice bydietary curcumin. Carcinogenesis . 19(8):1357-60
WHO. 1987. WHO Food Additives Series 21.Toxicological Evaluation of CertainFoodAdditives and Contaminants.Curcumin and Turmeric Oleoresin .Available online at: http :/,/www.inchem.org/documents/jecfa/jecmono/v21je06 .htm
Winarsih W, Wientarsih I, Handharyani E.2009. Kajian aktivitas ekstrak rimpangkunyit (Curcuma longa) dalam prosespersembuhan luka pada mencit sebagaimodel penderita diabetes. LaporanPenelitian Hibah Bersaing XV PerguruanTinggi. FKH-IPB.
Xu, Cranwell PD. 2003. Gastrointestinal andnutrition the neonatal pig. United Kingdom:Nottingham University Press.
Winarsih et al Jurnal Veteriner