juknis obat psikotik
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
1/40
Lampiran
Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Nomor :
Tanggal :
PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN OBAT ANTIPSIKOTIK
I. PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Terdapat berbagai macam alasan yang menjadi latar belakang mengapa
masalah kesehatan jiwa masih sering termarginalkan. Kurangnya
pemahaman tentang masalah kesehatan jiwa, pandangan yang salah,
sikap negatif seperti stigma dan diskriminasi dianggap menjadi alasan
t jdi k dii t bt H l g tt di gk dlh
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
2/40
terjadinya kondisi tersebut Hal yang patut disayangkan adalah
kesenjangan terapi yang besar, hanya 3% pasien psikotik yang diterapi
oleh petugas puskesmas. Dengan kata lain, hanya sedikit yang
mendapatkan perawatan, yang lainnya terabaikan, menggelandang atau
dipasung. Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik, Kementrian Kesehatan pada tahun 2011
memperkirakan ada sekitar 18.000 orang yang mengalami pemasungan.
Dengan adanya Gerakan Indonesia Menuju Bebas Pasung diharapkan
tahun 2019 jumlah kasus pasung akan sangat berkurang penemuannya.Gerakan ini membutuhkan integrasi pelayanan kesehatan jiwa di rumah
sakit umum dan puskesmas serta mengembangkan pelayanan berbasis
masyarakat.
Pemberian antipsikotika depo adalah salah satu strategi untuk
mendukung Gerakan Bebas Pasung tersebut. Penelitian membuktikan
bahwa antipsikotika depo menghasilkan efek terbaik jika dikombinasikandengan layanan pasca rawat (after care) medis dan sosial, peninjauan
dosis secara teratur, pemberian obat dan layanan yang menyeluruh.
Tujuan pemberian antipsikotika depo adalah pencegahan kekambuhan
dan membantu kualitas hidup seoptimal mungkin. Selain itu, dari aspek
terapi pemberian obat juga memungkinkan terapi psikologis dan sosial
lainnyaberlangsungefektif
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
3/40
Tujuan Umum
Petunjuk teknis (Juknis) ini diharapkan dapat meningkatkan kwalitasdan kwantitas pelayanan kesehatan jiwa kepada penderita gangguan jiwa
yang mengalami pemasungan oleh Puskesmas dan RSU Kab/kota melalui
managemen pelayanan yang bermutu.
Tujuan khusus
o Menjadi acuan penatalaksanaan pelayanan kesehatan jiwa untuk
penderita gangguan jiwa dipasung di Puskesesmas dan RSU Kab/Kota.
o Menjadi acuan pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan jiwa
pada penderita gangguan jiwa dipasung di Puskesemas dan RSU
Kab/Kota.
o Memberikan acuan pengorganisasian pelayanan kesehatan jiwa pada
penderita gangguan jiwa dipasung di Puskesmas dan RSU Kab/Kota.
C SASARAN
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
4/40
Gangguan jiwa adalah kelompok gejala atau perilaku yang ditemukan
secara klinis yang disertai dengan penderitaan (distress
) dan terganggunyafungsi sosial dan aktivitas sehari-hari (disabilitas). Individu yang
mengalami gangguan jiwa disebut sebagai orang dengan gangguan jiwa
(ODGJ).
Pemasungan adalah segala bentuk tindakan yang menghalangi setiap
orang dengan ganguan jiwa memperoleh dan melaksanakan hak-haknya
sebagai warga negara. Hak-hak tersebut meliputi hak memperolehpengobatan, hak memperoleh penghasilan, hak memperoleh kehidupan
sosial. Pemasungan dilakukan dengan cara menggunakan cara pengikatan,
pengisolasian atau penelantaran. Pengikatan merupakan semua metode
manual yang menggunakan materi atau alat mekanik yang dipasang atau
ditempelkan pada tubuh dan membuat tidak dapat bergerak dengan
mudah atau yang membatasi kebebasan dalam menggerakan tangan, kaki
atau kepala. Pengisolasian merupakan tindakan mengurung sendirian
tanpa persetujuan atau dengan paksa, dalam suatu ruangan atau area
yang secara fisik membatasi untuk keluar atau meninggalkan
ruangan/area tersebut. Penelantaran adalah bentuk pengabaian secara
fisik dan emosional yang mengakibatkan gangguan nyata dan potensial
t hd k b k ht d kl hid t
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
5/40
II. TATACARA PEMBERIAN OBAT ANTIPSIKOTIK DEPO
Target utama terapi antipsikotika adalah pencegahan kekambuhan.
Definisi kekambuhan berbeda-beda di setiap penelitian. Sebagai contoh,
kekambuhan didefinisikan sebagai rawat inap karena adanya peningkatan
gejala positif (Tran dkk,1998); (tiga atau lebih butirBrief Psychiatric Rating
Scale) yang tidak berespon dengan peningkatan dosis (Speller dkk, 1997).
Kriteria lainnya yaitu rawat inap kembali, peningkatan 20% skor totalPANNS, melukai diri sendiri, percobaan bunuh diri atau melukai orang
lain, serta CGI > 6 (Csernansky dkk, 2002). Mayoritas pasien yang tidak
mendapat pengobatan akan mengalami kekambuhan dalam waktu 3-5
tahun.
Agar efektivitas optimal tercapai, dalam pencegahan kekambuhan,
antipsikotika depo harus diresepkan sesuai dosis standar dan berada direntang interval yang direkomendasikan.
Pemberian obat antipsikotik depo secara umum diharapkan memenuhi
beberapa persyaratan yaitu; a) orang dengan gangguan jiwa berat
(psikotik) yang sedang dipasung atau pernah mengalami pemasungan,
berupa pasien gangguan jiwa berat (psikotik) yang mengalami pengikatan,
gi l i l t t ggl d g b) g d g
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
6/40
2.ODGJ harus mengerti alasan mereka menerima suntikan, dan
diberikan edukasi untuk mengenali, memantau dan melaporkan
setiap efek samping yang terjadi.
3.ODGJ harus menerima informasi secara tertulis tentang penggunaan
dan efek samping obat antipsikotika depo. Informasi atauleaflet ini
harus tersedia di semua fasilitas layanan kesehatan dan diberikan
satu paket dengan program pemberian antipsikotika depo.
2. Persetujuan Tindakan Medis
1.Persetujuan tindakan medis adalah pernyataan setuju atau izin dari
seseorang (ODGJ) atau yang mewakilinya (keluarga/pihak pengampu)
yang diberikan dengan jelas, rasional, tanpa paksaan tentang
tindakan medis pemberian terapi suntikan/injeksi depo antipsikotik
yang akan dilakukan terhadapnya setelah mendapatkan informasicukup tentang tindakan medis yang dimaksud.
2.Sebelum melakukan persetujuan tindakan medis dokter atau petugas
kesehatan harus menjelaskan secara rinci mengenai diagnosis atau,
tujuan tindakan medis, dan risiko-risiko yang mungkin terjadi,
prognosis tindakan.
3 Stlh d t jl ODGJ t kl g t g
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
7/40
bertanggungjawab terhadapnya. Tim kesehatan tersebut adalah
dokter umum, perawat atau kader kesehatan di areanya.
3.Kader kesehatan bertanggungjawab untuk melaporkan kepada
perawat dan dokter atau pimpinan di fasilitas layanan kesehatan
areanya bila ternyata ODGJ tidak patuh terhadap pengobatan.
4.Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan bersama petugas farmasi
bertanggungjawab terhadap pendataan pasien, perencanaan
pengadaan depo, penyimpanan, pemakaian dan pelaporannya yangdilakukan setiap bulan dengan menggunakan formulir laporan
bulanan puskesmas.
5.Audit penggunaan antipsikotika depo menggunakan formulir yang
terlampir sesuai dengan formulir puskesmas.
4. Pelatihan Petugas1.Tim kesehatan yang terlibat dalam program ini harus mendapat
pelatihan mengenai pemberian antipsikotika depo.
2.Materi pelatihan meliputi:
• Diagnosis skizofrenia,
• Terapi, antara lain pemberian obat antipsikotika oral dan injeksi
gl d l ti
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
8/40
4.Kader kesehatan juga dapat dilakukan pelatihan dengan memberikan
materi yang sesuai dengan tugas mereka sebagai kader di
masyarakat.
5. Pemberian Antipsikotika Depo
Antipsikotika depo harus diberikan oleh perawat terlatih atau dokter
yang berkompeten dalam pemberian obat antipsikotika depo. Sebelum
pemberian obat, perawat harus memastikan identitas penerima obat dan
mengevaluasi riwayat alergi obat pada ODGJ, meskipun reaksi
anafilaksis pada obat ini sangat jarang terjadi. Perawat juga harus
memastikan bahwa pasien telah menerima seluruh informasi berkaitan
dengan risiko dan manfaat terapi, termasuk informasi tertulis tentang
penggunaan dan efek samping antipsikotika depo. Harus ada bukti
tertulis mengenai persetujuan tindakan medis yang dilakukan terhadappasien (informed consent).
Peresepan harus tercatat pada kartu resep antipsikotika depo dan
kartu rekam medis dan lengkap dengan data pribadi pasien termasuk
nomor register pasien. Sangat penting bagi dokter untuk membuat
catatan obat untuk menghindari kesalahan pemberian. Data-data dalam
k t/ k dih ll di bh id dit d t g ilh
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
9/40
Perawat yang bertugas memberikan obat wajib memastikan:
• Pengobatan secara akurat tercatat pada kartu antipsikotika depo
(rekam medis), termasuk tanggal pemberian, nama dan dosis obat,
nomor seri, serta tanggal kadaluarsa. Harus ditanda tangani dengan
nama lengkap, status dan catatan tentang daerah pemberian obat.
• Alat medis yang akan digunakan
• Privasi pasien yang dilayani
•
Perawat yang bertugas melakukan prosedur harus membuat data bahwa depo telah diberikan dan mencatat evaluasi keperawatan
sudah dilakukan.
• Memastikan bahwa obat pertama kali diberikan di area klinik/tempat
yang alat/dukungan medis kondisi emergensi tersedia.
• Bila pasien telah berobat sebelumnya, perawat wajib meminta
konfirmasii hasil konsultasi secara tertulis tentang perubahan resep.Pemeriksaan dengan penggunaan instrumen dapat dilakukan untuk
mengetahui respons pasien terhadap medikasi dan perkembangan
pasien secara umum, secara sistematis dan lebih objektif. Menjadi
tanggung jawab Pimpinan fasyankes meninjau dan mengevaluasi
pemberian antipsikotika depo (bagian dari supervisi) terhadap semua
i b kl
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
10/40
gejala GI, SSP, endokrin, CV & resp efek,
reaksi dermatologis.
Interaksi Obat : Lithium, metildopa, antikonvulsan,
alkohol, depresi SSP, opiat.
b. Fluphenazine decanoate
Merek dagang Sikzonoate
Isi : fluphenazine decanoateIndikasi : Managemen jangka panjang gangguan
psikotik, misalnya kronis, skizofrenia.
Dosis : IM / SC gangguan psikotik. Orang
Dewasa & pasien sangat gelisah dosis
awalnya 12,5-25 mg (0,5-1 mL) kemudian
menyesuaikan sesuai dengan responpasien.
Dosis Pemeliharaan: Sebaiknya tidak
melebihi 100 mg. Jika> 50 mg diperlukan,
meningkatkan dosis berikutnya &
berhasil dalam 12,5 mg-bertahap.
D i tkA k ¼ 1/3 d
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
11/40
kejang, penyakit parkinson, tirotoksikosis,
hipotiroidisme, hati atau penyakit resp
parah, riwayat pribadi atau keluarga
glaukoma sudut sempit, hipertrofi prostat,
myasthenia gravis atau temp ambient
tinggi, operasi, fenotiazin
hipersensitivitas. Dapat mempengaruhi
kemampuan untuk mengemudi ataumengoperasikan mesin. Kehamilan &
laktasi.
Lansia esp lemah atau beresiko
hipotermia.
Adverse Drug Reaksi : Reaksi Akut dystonic, status
parkinsonian, tardive dyskinesia,mengantuk, lesu, penglihatan kabur,
mulut kering, sembelit, keraguan kemih
atau inkontinensia, hipotensi ringan,
penilaian terganggu & keterampilan
mental, serangan epileptiform, pigmentasi
k lit l& kk h l EKG
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
12/40
Mulai dengan pemberian antipsikotika depo flufenazin dekanoat atau
haloperidol dekanoat intramuskular setiap 2-4 minggu.
Catatan:
• Bila ODGJ sudah stabil dan patuh dalam minum obat per oral, maka
sebaiknya tidak menggunakan obat injeksi kecuali ODGJ
menghendakinya.
• Bagi ODGJ yang agitasi (agresif/gaduh gelisah) dapat diberikan juga
obat antipsikotika oral, misalnya haloperidol tablet 2 x 5 mg per harisampai dosis optimal flufenazin dalam tubuh tercapai.
8. Mengganti Sediaan Antipsikotika Depo ke Oral
Bila kondisi ODGJ sudah stabil, kooperatif dan menginginkan
pemberian obat secara oral maka sediaan obat injeksi depo dapat diganti
dengan sediaan obat oral yang tersedia. Pemberian jenis dan dosis obat
oral disesuaikan dengan kondisi klinis ODGJ.
9. Dosis Anjuran
Tabel Dosis Rekomendasi Antipsikotika Injeksi Depo
Anti Psikotik Interval
D i
Pasien
E i d
Pasien
E i d
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
13/40
memperbaiki praktik klinik melalui pembelajaran dari hasil
pengobatan. Selain itu, berguna untuk memberikan pengetahuan dan
penyegaran ilmu kembali bila diperlukan. Audit harus meliputi semua
aspek klinis dan data keamanan ODGJ untuk obat injeksi. Untuk
menilai kemanfaatan klinis pemberian Obat antipsikotik depo
digunakan instrumen PANNS-EC (Lampiran 3). Sedangkan untuk
menilai resiko efek samping obat menggunakan instrumen LUNSERS
(Lampiran 4).
11. Dokumentasi Terkait
Tuntunan ini harus dibaca dalam kaitan dengan Kebijakan
Kepercayaan dan Tuntunan Kepercayaan:
1.Pencegahan dan Kebijakan Kontrol Infeksi
a.Kebersihan tangan
bJj k i k l i
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
14/40
2.Penyuntikan
•Pastikan identitas ODGJ dan obat yang akan diberikan
•Pastikan tempat pembuangan alat medis tajam
•Pastikan privasi dan martabat ODGJ dihargai
•Perawat yang melakukan penyuntikan membuat catatan bagian
sisi sebelah mana yang disuntik
•
Penyuntikan harus mendapat konfirmasi dari dokter•Penyuntikan intramuskular sebisa mungkin di daerah
ventrogluteal
•Penyuntikan dilakukan dengan jarum yang cukup panjang untuk
menjangkau otot
•Pada orang dewasa rata-rata panjang jarum 4 cm (1,5 inci), pada
anak-anak atau dewasa yang kurus digunakan panjang jarum2,54 c, (1 inci), dan pada dewasa yang lebih besar digunakan
panjang jarum yang lebih dari 4 cm
•Pastikan sudut penyuntikan ventrogluteal adalah 90 derajat
•Dilakukan rotasi penyuntikan dari kiri dan kanan pada setiap
penyuntikan dan dilakukan pencatatan
•P iik ODGJ d ii tt ilk A bil
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
15/40
•Lakukan aspirasi darah, apabila ada darah yang teraspirasi,
prosedur tidak dilanjutkan dan pindah ke bagian yang lain.
Apabila tidak ada darah yang teraspirasi, lanjutkan secara
perlahan proses penyuntikan selama 10 detik. Setelah 10 detik
tarik jarum pada sudut yang sama dengan ketika
memasukkannya.
•Lepaskan tekanan pada kulit, efek ini akan membuat saluran
tempat penusukan tertutup oleh kulit dan lapisan subkutan yangmenutup kulit sehingga obat terkunci di dalam.
Penyuntikan di daerah Mid deltoid Penyuntikan di daerah Dorso gluteal
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
16/40
13. Penatalaksanaan Efek Samping
Bila terjadi efek samping, ODGJ sebaiknya dirujuk ke fasyankes
(Puskesmas atau RSU/RSJ) untuk mendapat pemeriksaan medik. Bila
terjadi sindrom ekstrapiramidal (distonia akut atau parkinsonisme),
langkah pertama yaitu menurunkan dosis antipsikotika. Bila tidak
dapat ditanggulangi, berikan obat-obat antikolinergik, misalnyatriheksilfenidil, benztropin, sulfas atropin atau difenhidramin injeksi IM
atau IV.
NAMA OBAT
ANTI
KOLINERGIK
Dosis
(mg/hari
)
Waktu
paruh
eliminasi
(jam)
Target efek samping
ekstrapiramidal
Triheksilfenidil 1-15 4 Akatisia, distonia,
parkinsonisme
Amantadin 100-300 10-14 Akatisia, parkinsonisme
Propranolol 30-90 3-4 Akatisia
k
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
17/40
mg/kgBB/hari atau bromokriptin 20-30 mg/hari dibagi dalam 4 dosis.
Jika terjadi penurunan kesadaran, segera dirujuk untuk perawatan
intensif (ICU).
Penilaian Efek samping dapat mempergunakan instrumentLiverpool
University Neuroleptic Side Effect Rating Scale(LUNSERS).(Lampiran
4).
III. PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan merupakan dokumentasi kegiatan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan jiwa. Kegiatan pelaporan dilakukan
untuk memberikan data/ informasi yang cepat, tepat dan akurat kepada
pemangku kepentingan sebagai bahan pengambilan keputusan, sesuai
dengan kondisi yang terjadi serta penentuan kebijakan yang relevan.
Didalam pelaksanaannya, pelaporan dilakukan secara berkala dan
berjenjang. Pencatatan dan pelaporan kegiatan penanganan pemasung
dilaksanakan dengan mempergunakan format pelaporan puskesmas
(Lampiran 3). Data temuan dan tindakan medik pasein gangguan jiwa
dipasung yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan diolah menjadi laporan
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
18/40
Tujuan evaluasi dan monitoring adalah menilai kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman pemberian obat antipsikotik depo, hasilnya
digunakan untuk memperbaiki mutu layanan sesuai standar/pedoman.
Kegiatan evaluasi dapat terdiri dari;
1. Rapat berupa pertemuan tim kesehatan jiwa yang
menangani pemasungan
2. Rapat koordinasi dengan struktur sistem diatasnya ataupun
dengan unit layanan lain di Puskesmas dan RSU Kabupaten /Kota, RSJ
dan Dinas kesehatan.
V. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Upaya pembinaan dilakukan dalam rangka memberikan arahan dan
kebijakan terhadap penyelenggaran pelayanan kesehatan jiwa, khususnya
penanganan penderita gangguan jiwa dipasumg oleh puskesmas, RSUKabupaten/kota dan RSJ Bentuk pembinaan yang bisa dilakukan adalah
memberikan kemampuan kepada tenaga kesehatan khususnya terhadap
tenaga kesehatan jiwa dalam rangka peningkatan kemampuannya dalam
melakukan pelayanan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan
kesehatan jiwa. Demikian pula pembinaan dilakukan kepada kader
k ht dl l lh di
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
19/40
pasien gangguan jiwa dipasung. Demikian pula pimpinan setiap fasyankes
dapat memakai juknis ini sebagai pedoman dalam melakukan monitoring
dan evaluasi terhadap penanganan masalah pemasungan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL,
AKMAL TAHER
Lampiran 1. Persetujuan Tindakan Medik
FORMULIR ISIAN
INFORMED CONSENT
( / )
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
20/40
J akarta, / / Saksi:
1.Nama dan tanda
tangan Keluarga
2.Nama dan tanda tangan Tenaga
Kes
(………………………... )
Nama ODGJ/Wali
* Coret yang tidak perlu
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
21/40
Lampiran 3. Instrumen PANNS EC
No :
Nama :
Alamat :
Puskesmas:
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
22/40
gaduh gelisah.
Total Skor
The Positive and Negative Syndrome Scale-Excited Component (PANSS-EC)/
PANSS komponen gaduh gelisah merupakan sub skala yang telah divalidasi
dari PANSS yang digunakan untuk mengukur gejala-gejala agitasi, dan menilai
5 gejala, yaitu: pengendalian impuls yang buruk, ketegangan, permusuhan,
ketidakkooperatifan dan gaduh gelisah. (Lampiran 3).
1.Pengendalian impuls yang buruk
• Gangguan pengaturan dan pengendalian impuls yang mengakibatkan
pelepasan ketegangan dan emosi yang tiba-tiba, tidak teratur, sewenang-
wenang, atau tidak terarah tanpa merisaukan konsekuensinya.
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
23/40
serangan serius, sehingga pasien perlu diisolasi, difiksasi dan bila
perlu diberi sedasi.
6)Berat – Pasien sering agresif secara impulsif, mengancam, menuntut
dan merusak, tanpa pertimbangan yang nyata tentang
konsekuensinya. Menunjukkan perilaku menyerang dan mungkin
juga serangan seksual, dan kemungkinan berperilaku yang
merupakan respons terhadap perintah-perintah yang bersifat
halusinasi.
7)Sangat berat – Pasien memperlihatkan serangan yang dapat
membunuh orang, penyerangan seksual, kebrutalan yang berulang,
atau perilaku merusak diri sendiri. Membutuhkan pengawasan
langsung yang terus menerus atau fiksasi karena ketidakmampuan
mengendalikan impuls yang berbahaya.
2.Ketegangan• Manifestasi fisik yang jelas tentang ketakutan, ansietas, dan agitasi,
seperti kekakuan, tremor, keringat berlebihan dan ketidaktenangan.
• Dasar penilaian : laporan lisan membuktikan adanya ansietas dan
karenanya derajat keparahan manifestasi fisik ketegangan dapat dilihat
selama wawancara.
) dk d fi dkd h
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
24/40
bergerak seperti cacing kepanasan, tidak dapat duduk untuk waktu
lama, atau menunjukkan hiperventilasi.
7)Sangat berat – Ketegangan sangat mencolok yang dimanifestasikan
oleh tanda-tanda panik atau percepatan gerakan motorik kasar,
seperti langkah cepat yang gelisah dan ketidakmampuan tetap duduk
untuk waktu lebih lama dari semenit, yang menyebabkan
percakapan tidak mungkin diteruskan.
3.Permusuhan
• Ekspresi verbal dan nonverbal tentang kemarahan dan kebencian,
termasuk sarkasme, perilaku pasif agresif, caci maki dan penyerangan.
• Dasar penilaian: perilaku interpersonal yang diamati selama wawancara
dan laporan oleh perawat atau keluarga.
1)Tidak ada – Definisi tidak dipenuhi.
2)Minimal – Patologis diragukan, mungkin suatu ujung ekstrim dari batasan normal.
3)Ringan – melampiaskan kemarahan secara tidak langsung atau
ditahan, seperti sarkasme, sikap tidak sopan, ekspresi permusuhan,
dan kadang-kadang -kadang iritabilitas.
4)Sedang – Adanya sikap bermusuhan yang nyata, sering
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
25/40
negativistik, penolakan terhadap otoritas, hostilitas, atau suka
membangkang.
• Dasar penilaian : Perilaku interpersonal yang diobservasi selama
wawancara, dan juga dilaporkan oleh perawat atau keluarga.
1)Tidak ada – Definisi tidak dipenuhi.
2)Minimal – Patologi meragukan, mungkin pada ujung ekstrim dari
batas-batas normal.
3)Ringan – Patuh tetapi disertai sikap marah, tidak sabar, atau
sarkasme. Mungkin ada penolakan yang tidak mengganggu
terhadap penyelidikan yang sensitif selama wawancara.
4)Sedang – Kadang-kadang terdapat penolakan langsung untuk
patuh terhadap tuntutan-tuntutan sosial yang normal seperti
merapihkan tempat tidur, mengikuti acara yang telah dijadwalkan
dsb. Pasien mungkin memproyeksikan hostilitas, defensif, atau bersikap negatif, tetapi biasanya masih dapat diatasi.
5)Agak berat – Pasien seringkali tidak patuh terhadap tuntutan
lingkungannya dan mungkin dijuluki orang sebagai ‘orang
buangan’ atau ‘orang yang mempunyai problem sikap yang serius’.
Ketidakkooperatifan tercermin dalam jelas-jelas defensif, atau
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
26/40
• Dasar penilaian: Manifestasi perilaku selama wawancara dan juga
laporan perawat atau keluarga tentang perilaku.
1)Tidak ada – definisi tidak dipenuhi.
2)Minimal – patologis diragukan, mungkin suatu ujung ekstrim dari
batasan normal.
3)Ringan – Cenderung sedikit agitatif, waspada berlebihan, atau sedikit
mudah terangsang (overaroused) selama wawancara, tetapi tanpa
episode yang jelas dari gaduh gelisah atau labilitas alam perasaan
yang mencolok. Pembicaraan mungkin sedikit mendesak.
4)Sedang – Agitasi atau mudah terangsang yang jelas terbukti selama
wawancara, mempengaruhi pembicaraan dan mobilitas umum atau
ledakan-ledakan episodik yang terjadi secara sporadik.
5)Agak berat – Tampak hiperaktivitas yang bermakna, atau sering
terjadi ledakan-ledakan atau aktivitas motorik, yang menyebabkankesulitan bagi pasien tetap duduk untuk waktu yang lebih lama dari
beberapa menit dalam setiap kesempatan.
6)Berat – gaduh gelisah yang mencolok mendominasi wawancara,
membatasi perhatian, sedemikian rupasehingga mempengaruhi
fungsi sehari-hari seperti makan dan tidur.
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
27/40
Lampiran 4. Instrumen LUNSERS
Liverpool University Neuroleptic Side Effect Rating Scale adalah intrumen
untuk melihat efek samping penggunaan obat antipsikotika. Skor penilaian :0 : tidak ada
1 : sangat sedikit
2 : sedikit
3 : banyak
4 : sangat banyak
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
28/40
Sering bermimpi
Sakit kepala
Payudara bengkak
atau nyeri
Mulut kering
Sulit konsentrasi
Daya ingat
berkurang
Sulit buang air besar
Rambut rontok
Tegang
Pusing
Merasa letih
Dorongan seks
meningkat
Otot kaku
Otot kram
Gerakan lambat
Berdebar-debar
Berat badan
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
29/40
Gairah seks
berkurang
Bagian tubuh
bergerak-gerak
sendiri
Penilaian :
Sangat Ringan Nilai 00-40
Ringan Nilai 41-80
Cukup berat Nilai 81-100
Berat Nilai lebih dari 100
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
30/40
Lampiran 5. Format Pelaporan Puskesmas
FORM PELAPORAN PENANGANGAN PEMASUNGAN
DI
PUSKESMAS…………………………………………………………………. BULAN.........................
TAHUN......……............
No Nama Desa
Jumlah
Pendud
uk
ODGJ diPasung OAP/DEP
O
Keterangan
Yang
Dilaporkan/Ditemukan
Yang
ditangani
Rujuk
an
Efek
Samping Obat
Sto
k
Pen
ggunaa
n
Oba
t
Fasilitas
Pelayanan
Kesehata
n
1
2
3
4
5
30
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
31/40
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Total
Definisi Operasional:
Pemasungan adalah segala bentuk tindakan yang menghalangi setiap penderita gangguan jiwa memperoleh dan melaksanakannegara. Hak-hak tersebut meliputi hak memperoleh pengobatan, hak memperoleh penghasilan, hak memperoleh kehidupan sosi
dengan cara menggunakan cara pengikatan, pengisolasian atau penelantaran.
31
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
32/40
32
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
33/40
Lampiran 6 : Format pelaporan Dinas Kesehatan Kabupaten
FORM PELAPORAN PENANGANGAN PEMASUNGAN
DI KABUPATEN/KOTA ………………………………
Triwulan 1.2.3.4
TAHUN ……..
NoNama
Puskesmas
Jumlah
Pendudu
k
ODGJ diPasung OAP DEPO Keteranga
n
Yang
Dilapork
an/Dite
mukan
Yang
ditang
ani
Rujuk
an
Efek
Sampi
ng
Obat
Stok Pengguna
an Obat
Perd
a
Fasilitas
Pelayana
n
Kesehat
an
1
2
3
33
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
34/40
4
5
6
7
8
9
10
Total
34
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
35/40
Definisi Operasional:
Pemasungan adalah segala bentuk tindakan yang menghalangi setiap penderita gangguan jiwa memperoleh dan melaksanakan
negara. Hak-hak tersebut meliputi hak memperoleh pengobatan, hak memperoleh penghasilan, hak memperoleh kehidupan sosi
dengan cara menggunakan cara pengikatan, pengisolasian atau penelantaran.
Kasus pasung yang dilaporkan/ditemukan adalah seseorang yang mengalami pemasungan yang
ditemukan oleh masyarakat dan dilaporkan kepada ketua RT, RW ataupun ke Kepala Desa/ Lurah serta
Kepala Puskesmas.
Yang ditangani adalah orang dengan gangguan jiwa dipasung yang mendapat OAP Depo berkelanjutan.
Rujukan adalah seseorang yang telah ditangani oleh tenaga kesehatan kesehatan di fasilitas pelayanankesehatan primer akan tetapi perlu ditangani lebih serius dirujuk ke Rumah Sakit Umum atau ke Rumah
Sakit Jiwa.
Efek samping obat adalah akibat dari pemberian obat mengalami ketidak cocokan terhadap obat
Stok obat adalah persediaan obat di pelayanan kesehatan
Penggunaan obat adalah obat yang digunakan untuk pengobatan seseorang yang mengalamipemasungan dan penelantaran
Perda adalah peraturan daerah yang disahkakan oleh Gubernur/Bupati/Walikota.
35
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
36/40
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat.
Lampiran 7 Format Laporan Dinas Kesehatan Provinsi
FORM PELAPORAN PENANGANGAN PEMASUNGAN
DI PROVINSI …………………………………………
Triwulan 1,2,3,4
36
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
37/40
TAHUN ……….
NoNama
Provinsi
Jumlah
Penduduk
Pasung OAP DEPO K
Yang
Dilaporkan/Ditemukan
Yang
ditangani
Rujuka
n
Efek
Samping
Obat
Stok Penggunaan
Obat
Perda Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
37
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
38/40
13
14
15
Total
Definisi Operasional:
Pemasungan adalah segala bentuk tindakan yang menghalangi setiap penderita gangguan jiwa memperoleh dan melaksanakan
38
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
39/40
negara. Hak-hak tersebut meliputi hak memperoleh pengobatan, hak memperoleh penghasilan, hak memperoleh kehidupan sosi
dengan cara menggunakan cara pengikatan, pengisolasian atau penelantaran.
Kasus pasung yang dilaporkan/ditemukan adalah seseorang yang mengalami pemasungan yang ditemukan oleh masyarakadan dilaporkan kepada ketua RT, RW ataupun ke Kepala Desa/ Lurah serta Kepala Puskesmas.
Yang ditangani adalah orang dengan gangguan jiwa dipasung yang mendapat OAP Depo berkelanjutan.
Rujukan adalah seseorang yang telah ditangani oleh tenaga kesehatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan primer aka
tetapi perlu ditangani lebih serius dirujuk ke Rumah Sakit Umum atau ke Rumah Sakit Jiwa.
Efek samping obat adalah akibat dari pemberian obat mengalami ketidak cocokan terhadap obat
Stok obat adalah persediaan obat di pelayanan kesehatan
Penggunaan obat adalah obat yang digunakan untuk pengobatan seseorang yang mengalami pemasungan dan penelantaran
Perda adalah peraturan daerah yang disahkakan oleh Gubernur/Bupati/Walikota.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan k
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat.
39
-
8/16/2019 JUKNIS OBAT PSIKOTIK
40/40
40