judul ptk mtk lena p. h. aritonang
TRANSCRIPT
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melihat tantangan zaman ke depan, tuntutan untuk memiliki karakter seperti dapat
bekerja keras, bertanggung jawab, disiplin, jujur, komunikatif, dapat bekerjasama, dapat
menghargai orang lain, dan karakter baik lainnya sangat diperlukan. Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk sikap serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam
mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan
dengan sikap terbuka serta pendekatan kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya.
Idealnya di dalam pembelajaran matematika terwujud sikap-sikap yang baik, seperti
sikap dapat bekerja keras, bertanggung jawab terhadap setiap tugas yang diberikan guru,
disiplin terhadap waktu yang ditentukan guru, bersikap jujur, dapat berkomunikasi dengan
baik (terhadap guru atau sesama siswa), dapat bekerjasama, dapat menghargai orang lain,
menghargai prestasi, dan karakter baik lainnya yang akan membentuk siswa menjadi pribadi
yang baik. Namun kenyataannya belum banyak dari sikap yang diharapkan ini dapat
diwujudkan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika, terkhusus dalam pembelajaran
matematika di SMA Kristen Bina Kasih.
1
1
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
Salah satu faktor yang menyebabkan belum maksimalnya sikap yang dapat dibentuk
adalah model pembelajaran yang belum tepat digunakan guru. Guru masih berperan dominan
dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini menyebabkan kurangnya kesempatan siswa
untuk menyampaikan ide-ide atau menunjukkan sikap-sikap tersebut selama proses
pembelajaran berlangsung. Selain itu, suasana yang tercipta di dalam kelas kaku, kurang
menyenangkan bagi siswa. Keaktifan dan komunikasi diantara sesama siswa belum tampak
secara maksimal.
Dari permasalahan tersebut, terlihat bahwa pembelajaran Matematika siswa di kelas
XI SMA Kristen Bina Kasih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dalam pembentukan sikap siswa. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga
pengajar dan pendidikan harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya, yaitu
dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara
efektif dalam proses belajar mengajar. Salah satunya model yang dapat memunculkan sikap-
sikap tersebut adalah cooperative learning. Mengapa cooperative learning? Karena dengan
menerapkan model Cooperative Learning siswa dapat menunjukkan sikap bekerja sama
terhadap siswa lainnya dalam satu kelompok, selain itu dapat dilihat sikap lain seperti sikap
dapat bekerja keras, bertanggung jawab, disiplin, jujur, komunikatif, dapat bekerjasama,
dapat menghargai orang lain, menghargai prestasi, dapat berkomunikasi dengan baik terhadap
orang lain, dan karakter baik lainnya. Melalui cooperative learning tipe Group Investigation
(GI) sikap-sikap ini diharapkan dapat ditingkatkan pada proses pembelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini memberikan kesempatan kepada peneliti dan
guru untuk mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran di sekolah sehingga dapat dikaji,
ditingkatkan dan dituntaskan. Penelitian Tindakan kelas ini difokuskan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran siswa SMA Kristen Bina Kasih kelas XI pada materi Statistika.
2
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
Kualitas pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pembentukan sikap
yang idealnya diwujudkan dalam proses pembelajaran matematika.
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti berkeinginan
meneliti “Peningkatan kualitas proses pembelajaran dalam pembentukan sikap siswa pada
pokok bahasan Statistika melalui penerapan group investigation(GI)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peningkatan kualitas proses
pembelajaran dalam pembentukan sikap siswa pada pokok bahasan Statistika melalui
penerapan group investigation (GI)?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah
Untuk menganalisis dan mendiskripsikan bagaimana peningkatan kualitas proses
pembelajaran dalam pembentukan sikap siswa pada pokok bahasan Statistika melalui
penerapan group investigation (GI).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi siswa
Diharapkanakan lebih memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan
dapat meningkatkan kualitas pembentukan sikap siswa dalam pembelajaran.
b. Bagi guru bidang studi matematika
Sebagai bahan masukan agar dalam pembelajaran matematika bukan saja memperhatikan
hasil belajar siswa tetapi kualitas pembelajaran, terkhusus dalam pembentukan sikap
siswa.
3
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
c. Bagi peneliti
Sebagai pengalaman supaya sebagai seorang pendidik dapat memperhatikan kualitas
pembelajaran dalam pembentukan sikap siswa.
d. Sekolah/instansi
Sebagai bahan informasi yang bisa digunakan oleh sekolah untuk lebih meningkatkan
kualitas pembelajaran, sekaligus menjadikan hasil penelitian ini sebagai pegangan di
kemudian hari.
4
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Variable Tindakan : Penggunaan model cooperative learning tipe grup InvestigationVariabel Akibat Tindakan : meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada materi Statistika
2.1 Hakikat Pembelajaran Matematika
Dalam Hasratuddin (2014) National Research Council (NRC, 1989:1) dari Amerika
Serikat telah menyatakan: “Mathematics is the key to opportunity.” Matematika adalah kunci
ke arah peluang-peluang keberhasilan. Bagi seorang siswa, keberhasilan mempelajarinya
akan membuka pintu karir yang cemerlang. Bagi para warganegara, matematika akan
menunjang pengambilan keputusan yang tepat, dan bagi suatu negara, matematika akan
menyiapkan warganya untuk bersaing dan berkompetisi di bidang ekonomi dan teknologi.
Selanjutnya disebutkan bahwa: “Mathematics is a science of patterns and order.”
Artinya, matematika adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan (pattern) dan
tingkatan (order). Jelaslah sekarang bahwa matematika dapat dilihat sebagai bahasa yang
menjelaskan tentang pola, baik pola di alam (kauni) dan maupun pola yang ditemukan
melalui pikiran. Pola-pola tersebut bisa berbentuk real (nyata) maupun berbentuk imajinasi,
dapat dilihat atau hanya dalam bentuk mental (pikiran), statis atau dinamis, kualitatif atau
kuantitatif, asli berkait dengan kehidupan nyata sehari-hari atau tidak lebih dari hanya
sekedar untuk keperluan rekreasi. Hal-hal tersebut dapat muncul dari lingkungan sekitar, dari
kedalaman ruang dan waktu, atau dari hasil pekerjaan pikiran insani.
5
6
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
2.2 Materi Esensial dalam Matematika SMA (sampai mengkaji Materi Statistika)
Materi Statistika yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1.2. Penyajian data dalam bentuk Diagram
A. Data Ukuran dan Data Cacahan
Data kuantitatif ditinjau dari cara memperolehnya dibedakan dalam dua jenis,
yaitu:
(i) Data ukuran (kontinu), yaitu data yang diperoleh dengan cara mengukur.
(ii) Data cacahan (disktrik), yaitu data yang diperoleh dengan cara mencacah.
B. Diagram Lambang (Piktogram)
Diagram lambang atau pictogram adalah diagram yang menyajikan data dalam
bentuk gambar dari data itu sendiri dengan skala tertentu.
C. Diagram Lingkaran
Diagram lingkaran adalah diagram yang menyajikan data dengan menggunakan
lingkaran yang dibagi-bagi menjadi juring-juring lingkaran sesuai dengan
persentase setiap bagian dari data keseluruhan.
D. Diagram Batang
Diagram batang adalah diagram yang menyajikan data dalam bentuk persegi
panjang tegak ataupun persegi panjang mendatar. Tebal batang-batang persegi
panjang dan jarak batang-batang yang berdekatan harus sama.
Penyajian data dengan cara ini sangat disukai oleh banyak orang, terutama para
pengusaha. Hal ini disebabkan diagram batang mudah dibuat, dan kesimpulannya
dapat diperoleh dengan cepat.
E. Diagram Garis
Diagram garis adalah diagram yang menyajikan data dalam bentuk garis, dimana
garis itu diperoleh dari beberapa garis yang menghubungkan titik-titik pada
6
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
bidang bilangan. Titik-titik ini merupakan pasangan bilangan dari suatu data.
Diagram garis sangat baik sekali jika dipakai untuk melihat perkembangan data
dari suatu waktu ke waktu berikutnya.
F. Diagram Kotak Garis(DKG)
Suatu data statistic yang telah diolah menjadi statistic lima serangkai dapat
disajikan dalam bentuk diagram kotak garis (DKG).diagram ini memuat sebuah
kotak berbentuk persegi panjang dan dua buah garis yang terletak di sebelah kiri
dan kanan kotak tersebut. Persegi panjang dilukiskan mendatar, sedangkan
lebarnya ditentukan oleh lambang “I” yang menunjukkan letak kuartil pertama
(Q1), dan kuartil ketiga (Q3). Panjang persegi panjang itu sama dengan panjang
kedua lambang “I”. Q2 ditandai oleh lambang (+). Garis-garis ke kiri dan ke
kanan diperpanjang hingga mencakup semua nilai data normal (bukan pencilan).
Letak pencilan berada di luar kedua garis dan ditulis dengan lambang asterik.
G. Diagram Batang Daun(DBD)
Diagram kotak garis (DKG) berguna untuk menentukan ukuran pemusatan dan
penyebaran data. Cara lain untuk ukuran penyebaran data dapat pula
menggunakan diagram batang daun(DBD). Dalam pembentukan DBD, data
mentah harus disusun dalam bentuk statistic peringkat. Diagram ini memuat
batang (dalam angka puluhan) dan daun (dalam angka satuan).
Langkah-langkah yang ditempuh untuk membuat diagram batang daun adalah
sebagai berikut:
(1) Tuliskan bagian batang dalam bentuk peringkat.
(2) Tuliskan bagian daun berdampingan pada setiap batangnya
(3) Pastikan semua bagian daun sudah dalam bentuk peringkat.
7
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
H. Daftar Sebaran Frekuensi
Untuk data yang berukuran besar (¿30 ), sebaiknya data itu disusun dalam
bentuk tabel. Data dalam bentuk tabel ini disebut daftar distribusi frekuensi atau
daftar sebaran frekuensi.
Daftar distribusi frekuensi merupakan sarana untuk mengatur, menyusun, atau
meringkas data dalam bentuk tabel dimana data tersebut dikelompokkan dalam
interval-interval kelas tertentu.
Di dalam menentukan pembagian data dalam interval-interval kelas, harus
ditentukan berapa buah kelas yang harus dibentuk dan bilangan-bilangan mana
yang harus dimasukkan.
Ketentuan-ketentuan dalam membentuk distribusi frekuensi:
1. Tentukan bilangan terbesar dan terkecil dari data pengamatan. Lalu tentukan
jangkauan:
Jangkauan = datum terbesar-datum terkecil
2. Tentukan banyak interval kelas dengan aturan Sturges, yaitu:
K=1 +3,3 log n; k ∈ bilangan bulan
Dengan: n = banyak data
k = banyak interval kelas
3. Tentukan perkiraan panjang interval kelas yang akan dibentuk dengan rumus
berikut: panjang interval kelas =
Jangkauanbanyak int ervalkelas
4. Pilihlah batas bawah kelas pertama, kalau bisa usahakan pengambilan
dilakukan pada data terkecil. Usahakan titik tengah berupa bilangan bulat.
5. Gunakan sistem turus untuk menentukan frekuensi pada masing-masing
interval kelas.
8
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
I. Histogram dan Poligon Frekuensi
Histogram adalah diagram batang yang batang-batangnya saling berimpit.
Poligon frekuensi adalah suatu garis yang ditarik dari titik-titik tengah ujung
batang histogram.
J. Distribusi Frekuensi Relatif
Distribusi frekuensi relative adalah distribusi frekuensi yang berisi nilai-nilai dari
hasil bagi antara frekuensi kelas dengan jumlah pengamatan yang terkandung di
dalam kumpulan data yang berdistribusi tertentu.
K. Distribusi Frekuensi Kumulatif dan Ogif
Distribusi frekuensi yang dapat dibentuk dengan menjumlahkan frekuensi
selangkah demi selangkah dikenal sebagai distribusi frekuensi kumulatif. Dalam
statistika dikenal dua macam distribusi frekuensi kumulatif, yaitu distribusi
frekuensi kumulatif kurang dari dan distribusi frekuensi kumulatif lebih dari.
1.3. Ukuran Tendensi Sentral (Ukuran Pemusatan)
A. Rataan Hitung (Mean)
1. Menentukan rataan hitung dari data tunggal
Nilai rataan hitung dari data: x1, x2, x3, … , xn didefinisikan sebagai:
x−
=x1+ x2+x3+. ..+xn
n =Σxn
Dengan: x−
= rataan hitung (mean)
n = banyak data
x = wakil dari data
Σ = jumlah (dibaca “sigma”)
2. Menentukan rataan hitung dari data berkelompok
9
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
a. Metode biasa
x−
=Σ fxΣf dengan Σf =n
b. Metode simpangan rata-rata(median deviasi)
x−
=A+ Σ fdΣf
Dengan: d = x-A (d sering disebut deviasi)
x = nilai tengah interval kelas
f = frekuensi kelas
c. Metode coding (step-deviasi)
x−
= A+c .Σ fuΣf
B. Rataan Geometris (G)
Rataan geometris G dari sekumpulan data: x1, x2, … , xn ditentukan oleh formula:
G = n√ x1. x2 . x 3 . . . xn
Dalam praktek, rataan geometris G sering ditentukan oleh:
G = anti log (Σ log x
n )C. Rataan Harmonis (H)
Rataan haromonis (H) dari n buah bilangan x1, x2, … , xn ditentukan oleh formula:
H= n
Σ 1x
Atau
1H
=Σ 1
xn
=1n
Σ 1x
10
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
Hubungan antara rataan hitung (x−
), rataan geometris (G), dan rataan harmonis (H)
ditunjukkan oleh:
H≤G≤x−
D. Rataan Kuadratis (k)
Rataan kuadratis dari sekumpulan bilangan x1, x2, … , xn ditentukan oleh:
k=√ Σx2
n
E. Modus (Datum Sering Muncul)
Modus adalah datum yang sering muncul atau datum dengan frekuensi terbesar
pada sekumpulan data tunggal.
Mo = Lo + [ f o−f −1
2 f o−f −1−f +1 ].cDengan: Lo = tepi bawah kelas modus
Mo = modus
C = panjang kelas
fo = frekuensi kelas modus
f −1= frekuensi kelas sebelum kelas modus
f +1= frekuensi kelas sesudah kelas modus
F. Median dan Kuartil-Kuartil pada Tabel Distribusi
Qi=Li+[ in4
−Σf −1
f i] . c
i = 1, 2, 3
11
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
dengan Li = tepi bawah kelas kuartil ke-i
c = panjang kelas
Σf −i= jumlah frekuensi sebelum kuartil ke-i
fi = frekuensi kuartil ke-i
n = jumlah semua frekuensi
G. Desil
1. Untuk data tunggal (data yang belum dikelompokkan)
Letak desil ke-i = i (n+1 )10
dengan i = 1, 2, … , 9 dan n = banyak data (n > 10)
2. Untuk data berkelompok (data dalam bentuk distribusi)
Dengan : Di = desil ke-i
c = panjang kelas
Li = tepi bawah kelas desil ke-i
n = banyak data
fi = frekuensi desil ke-i
i = letak desil ke-i
Σf −i= jumlah frekuensi sebelum desil ke-i
1.4. Ukuran Penyebaran (Ukuran Dispersi)
A. Rataan Simpangan
Kondisi 1
Rataan simpangan (MD) dari sekumpulan n bilangan:
X1, x2, x3, … , xn ditentukan oleh formula:
12
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
MD=1n∑i=1
n
|xi−x−|
Dengan: x = rataan hitung
xi = datum ke-i
n = banyak data
kondisi 2
Apabila data berupa bilangan-bilangan: X1, x2, x3, … , xn dengan frekuensi
masing-masing f1, f2, … , fn, maka rataan simpangan ditentukan oleh formula:
MD=1n∑i=1
n
|x i−x−|. f i
Dengan: x = rataan hitung
xi = datum ke-i
n = banyak data
13
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
fi = frekuensi dari datum ke-i
B. Simpangan Baku(Deviasi Standar)
Kondisi 1:
Simpangan baku dari sekumpulan x1, x2, … , xn ditentukan oleh formula:
S=√ 1n∑i=1
n (x i−x− )2
Kondisi 2
Apabila data berupa bilangan-bilangan: xi, x2, … , xn dengan frekuensi masing-
masing: f1, f2, … , fn maka simpangan baku (S) ditentukan oleh formula:
S=√ 1n∑i=1
n
fi .(xi−x− )2
2.3 Cooperative Learning
Merujuk pada Slavin (2014), “Cooperative learning can be wonderful. Students often
love working this way. I’ve heard comments like, “An explanation is easier to understand if
it’s coming from another kid”My teammates … make sure I understand the work.”
Roger dan David Johnson dalam Lie (2010) mengatakan tidak semua kerja kelompok
bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsure
model pembelajaran gotong royong harus diterapkan.
A. Saling Ketergantungan Positif.
14
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
B. Tanggung Jawab Perseorangan.
C. Tatap Muka.
D. Komunikasi Antaranggota.
E. Evaluasi Proses Kelompok.
Dalam Slavin (2014) dikemukakan ada 5 strategi untuk mendapatkan hasil maksimal
dari cooperative learning, yaitu:
1. Form interdependent teams.
2. Set group goals.
3. Ensure individual accountability.
4. Teach communication and problem-solving skills.
5. Integrate cooperative learning with other structures.
Dari semua penjelasan di atas diperoleh kesimpulan bahwa cooperative learning
adalah model pembelajaran yang membagi siswa dalam kelompok belajar untuk dapat
bekerja sama mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, dimana di dalamnya akan terjadi
komunikasi dan pembentukan sosial diantara sesama anggota kelompok.
2.4 Group Investigation (GI)
Menurut Sharan dan Sharan dalam Sharan (2014) dikatakan Karakter unik investigasi
kelompok ada pada integrasi dari empat fitur dasar seperti investigasi, interaksi, penafsiran,
dan motivasi intrinsik.
a. Investigasi
Investigasi dimulai ketika guru memberikan masalah yang menantang dan rumit
kepada kelas. Di tengah-tengah berlangsungnya penelitian mereka untuk menjawab
masalah, siswa membangun pengetahuan yang mereka peroleh, bukannya menerima
15
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
yang diberikan guru kepada mereka. Proses investigasi menekankan inisiatif siswa,
dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, dengan sumber-
sumber yang mereka temukan, dan dengan jawaban yang mereka rumuskan. Siswa
mencari informasi dan gagasan dengan bekerjasama dengan rekan mereka dan
menggabungkannya bersama pendapat, informasi, gagasan, ketertarikan, dan
pengalaman yang masing-masing mereka bawa untuk mengerjakan tugas.
b. Interaksi
Ini adalah kendaraan yang dengannya siswa memberikan dorongan, saling
mengembangkan gagasan satu sama lain, saling membantu untuk memfokuskan
perhatian mereka terhadap tugas, dan bahkan saling mempertentangkan gagasan
dengan menggunakan sudut pandang yang berseberangan. Interaksi sosial dan
intelektual merupakan cara yang digunakan siswa untuk mengolah lagi pengetahuan
personal mereka di hadapan pengetahuan baru yang didapatkan oleh kelompok Selma
berlangsungnya penyelidikan (Thelen, 1981).
c. Penafsiran
Investigasi kelompok member siswa kesempatan untuk berinteraksi dengan
sesamanya yang meneliti aspek-aspek berbeda dati tema umum yang sama, dan yang
memberikan sudut pandang berbeda atas tema itu. Penafsiran informasi kooperatif
yang dikumpulkan oleh anggota kelompok ini meningkatkan kemampuan mereka
untuk menyusun, menegaskan, dan menkonsolidasikan temuan-temuan mereka dan
dengan demikian membuatnya bermakna.
d. Motivasi Instrinsik
16
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
Dengan mengundang siswa untuk menghubungkan masalah-masalah yang akan
mereka selidiki berdasarkan keingintahuan, pengetahuan, dan perasaan mereka,
Investigasi kelompok mempertinggi minat pribadi mereka untuk mencari informasi
yang mereka perlukan. Penyelidikan mereka mendatangkan motivasi kuat lain yang
muncul dari interaksi mereka dengan orang lain. Banyak metode pembelajaran
kooperatif didasarkan pada tanggung jawab bersama dan interaksi di antara anggota
kelompok. Investigasi kelompok meningkatkan kemampuan untuk memperbesar
kelomok meningkatkan kesempatan untuk memperbesar interdependensi positif yang
berkembang ketika ssiwa belajar bersama.
Keempat fitur tersebut digabungkan dalam model enam tahapan, yaitu:
Tahap 1 : Kelas menentukan subtema dan menyusunnya ke dalam kelompok penelitian
(i) Memberikan masalah umum
(ii) Berbagai sumber pelajaran
(iii) Membuat pertanyaan
(iv) Menentukan subtema
(v) Membentuk kelompok minat
Tahap 2 : Kelompok merencanakan penelitian mereka
(i) Memilih pertanyaan yang akan mereka cari jawabannya
(ii) Menentukan sumber-sumber yang mereka perlukan
(iii) Membamgi pekerjaan dan menentukan peran-peran
Tahap 3 : Kelompok mejalankan penelitian kelompoknya
(i) Menemukan informasi dari berbagai sumber
(ii) Menyusun dan mencatat data
(iii) Melaporkan temuan-temuan mereka kepada teman-teman sekelompok
17
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
(iv) Mendiskusikan dan menganaisis temuan-temuan mereka
(v) Memutuskan apakah mereka memerlukan informasi lain
(vi) Menafsirkan dan menyatukan temuan-temuan mereka
Tahap 4 : Kelompok merencanakan presentasi mereka
(i) Tekankan gagasan utama dan kesimpulan penelitian
(ii) Pastikan setiap orang dalam kelompok itu ambil bagian secara aktif
selama presentasi
(iii) Buatlah dan amatilah batas waktulamanya presentasi
(iv) Rencanakan untuk sebanyak mungkin melibatkan teman sekelas yang
menjadi “audiens” dengan memberi peran untuk dimainkan atau
menyuruh mereka agar aktif selama presentasi berlangsung.
(v) Berikan waktu untuk bertanya
(vi) Pastikan semua perlengkapan dan materi yang diperlukan sudah tersedia.
Tahap 5 : Kelompok menyusun presentasi mereka
(i) Apakah kalian memahami gagasan utama presentasi?apakah setiap
anggota kelompok ikut terlibat?
(ii) Apakah kalian telah memanfaatkan sumber-sumbernya dengan baik?
(iii) Jawaban siswa untuk pertanyaan ini member penyaji reaksi cepat atas
upaya mereka.
Tahap 6 : Guru dan siswa mengevaluasi proyek mereka.
2.5 Hasil Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis
yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian,
pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat
18
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat
diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil
cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan
perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa
maupun yang berdimensi karsa (Syah, 2009).
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Richardo (2015) Hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi
untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Winkel (2014) menyebutkan bahwa Ilmu psikologi mengenal pembagian aspek-
aspek kepribadian atas tiga kategori, yaitu aspek kognitif yang mencakup pengetahuan dan
pemahaman; aspek dinamika-afektif yang mencakup perasaan, minat motivasi, sikap
kehendak dan nilai; aspek sensotik-motorik yang mencakup pengamatan dan segala gerakan
motorik. Dalam melakukan sesuatu, sesuai dengan tujuan instruksional, siswa pun
menampakkan salah satu aspek dari kepribadiannya dalam tingkah lakunya (observable
behavior).
Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut diatas maka yang dimaksud
dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil dari seorang siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran matematika yang diukur dari sikap siswa dalam
menyelesaikan suatu permasalahan matematika.
2.6 Sikap
Syah ( 2009) Dalam arti yang sempit sikap adalah padangan atau kecenderunga
mental. Menurut Bruno (1987), sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relative menetap
19
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan
demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa untuk
bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan perilaku siswa akan ditandai
dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan
lugas) terhadap suatu obyek, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya.
Di dalam Winkel (2014) Orang yang bersikap tertentu, cenderung menerima atau
menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, berguna/berharga baginya atau
tidak. Bila objek dinilai “baik untuk saya”, dia mempunyai sikap positif; bila objek dinilai
“jelek untuk saya”, dia mempunyai sikap negatif.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan
penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan pembelajaran yang diberikan tindakan,
yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan
masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Penelitian ini dilakukan
20
32
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
melalui proses yang dinamis dan komplementasi yang terdiri dari empat aspek yaitu :
perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan serta refleksi (reflection).
Adapun proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai dari:
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneli secara kolaboratif mengadakan kegiatan sebagai berikut:
1) Mengamati teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran
matematika sebelumnya.
2) Mengidentikasi faktor-faktor hambatan dan kemudahan guru dalam pembelajaran
matematika sebelumnya.
3) Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran
matematika sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa.
4) Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap pelaksanaan tindakan, peran peneliti adalah :
1) Merancang pelaksanaan pembelajaran
2) Bekerja sama dengan guru dalam melaksanakan tindakan yang direncanakan
3) Pelaksana, guru memberi pengarahan, motivasi, dan stimulus agar praktisi dapat
melaksanakan perannya berdasarkan rencana.
c. Pengamatan dan Evaluasi
Setelah tindakan dilakukan, peneliti melakukan pengamatan dan evaluasi secara
komprehensif terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrument pengumpulan
data yang telah disediakan sehingga diperoleh data empiris pelaksanaan pembelajaran,
kendala yang dihadapi, serta kesempatan dan peluang yang berkaitan dengan pengguanaan
strategi Integarif. Data tersebut dijadikan sebagai bahan untuk melakukan refleksi.
d. Analisis dan Refleksi
21
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dan evaluasi, selanjutnya dikumpulkan
dan dianalisis. Refleksi yang dimaksudkan adalah pengkajian terhadap keberhasilan atau
kegagalan pencapaian tujuan sementara. Hasil analisis data yang dilaksanakan pada tahap ini
dipergunakan sebagai acuan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Untuk itu,
refleksi dalam penelitian ini akan dilakukan setiap akhir tindakan dan akhir siklus.
Langkah-langkah tindakan dapat digambarkan sebagai berikut:
erencanaan
Tidak
Gambar 2.1 Model Siklus Penelitian Tindaka
3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian
3.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan setelah proposal ini diseminarkan dan
direncanakan selama 4 minggu pada semester ganjil 2017/2018.
3.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Kristen Bina Kasih Jambi.
22
Permasalahan
Pelaksanaan
Pengamatan
stop
Tercapai
Perencanaan
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
3.3 Sumber Data Dan Subjek Penelitian
3.3.1 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa kelas XI SMA
Kristen Bina Kasih Jambi yang berjumlah 91 orang siswa.
3.3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas XI jumlah 91 orang siswa.
3.3.3. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Group Investigation (GI) dan
sikap siswa selama proses penerapan model tersebut.
3.4 Metode dan Jenis Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data hakikatnya adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto dalam Trianto,2011:54). Dalam
suatu penenlitian dikenal beberapa metode pengumpulan data penelitian, antara lain
angket(questionnaire), wawancara (interview), pengamatan (obsertation), ujian (test), dan
dokumentasi (documentation).
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
penelitian dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis
dan dipermudah olehnya.berdasarkan definisi tersebut suatu instrument berfungsi untuk
menjaring data-data hasil penelitian. Instrument juga diartikan sebagai alat bantu
merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket(questionnaire),
daftar cocok(check list), pedoman wawancara (interview guide atau interview schedule),
lembar/panduan pengamatan (observation sheet), soal test (test), inventori(inventory),
skala (scale) dan lainnya. (Trianto,2011:54)
23
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
Dalam penelitian ini metode dan instrument penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Tabel pasangan Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
No Jenis Metode Jenis Instrumen
1. Angket (questionnaire) Angket
Daftar cocok (check list)
2. Pengamatan (interview) Lembar pengamatan (observation sheet)
Daftar cocok (check list)
3. Ujian (test) Soal test (test)
4. Dokumentasi Foto
Berikut penjelasan tentang Instrumen Penelitian:
1. Angket (questionnaire)
Agket digunakan untuk melihat tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran
yang terjadi dan bagaimana pelaksanaan dari proses pembelajaran itu sendiri.
Digunakan skala Likert dengan lima pilihan. Adapun uji angket yang dilakukan
adalah: validitas, reliabilitas dan konsistensi internal.
a. Uji Validitas Angket
Dalam penelitian ini jenis validitas angket yang diutamakan adalah validitaas isi.
Validitas isi menunjukkan sejauh mana item-item dalam angket mencakup
keseluruhan kawasan isi yang hendak di ukur oleh tes itu (isinya harus tetap
relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran). Pengujian validitas isi
tidak melalui analisis statistika tetapi analisis rasional yaitu dengan melihat apakah
item tes telah ditulis sesuai dengan blue-printnya yaitu telah sesuai dengan batasan
domain ukur yang telah ditetapkan semula dan memeriksa apakah masing-masing
item telah sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkapnya (Saifuddin
Azwar, 2003:175)
b. Uji Reliabilitas Angket
24
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
Reliabilitas angket menunjukkan bahwa angket dapat dipercaya sebagai alat
pengumpul data. Uji reliabilitas untuk angket digunakan teknik alpha yang
dihitung dengan rumus berikut :
Keterangan:
r11 = indeks reliabilitas instrument
n = banyaknya butir instrument
si2 = variansi butir ke-i=1,2,….k
st2 = variansi skor-skor yang diperoleh subyek uji coba
(Budiyono, 2003:70)
Kriteria Uji:
Angket dikatakan reliable jika r11¿ 0,7
c. Uji Konsistensi Internal Angket
Untuk menentukan konsisten internal masing-masing butir dilihat dari korelasi
antara butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Adapun yang uji konsistensi
internal angket dalam penelitian ini digunakan rumus dari Karl Pearson berikut
(Budiyono, 2003: 65):
Dengan:
rxy = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n = banyaknya subyek yang dikenai angket
X = skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba)
Y = total skor (dari subyek uji coba)
25
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
Butir angket dipakai jika r11>0,30
2. Pengamatan (Observation)
Pengamatan ini berupa lembar observasi oleh teman sejawat guru, yang akan
mengamati (mengobservasi) pelaksanaan pembelajaran oleh guru(peniliti) sesuai
rencana pelaksanaan yang telah dirancang dan bagaimana proses pembelajaran
tersebut belangsung oleh siswa.
3. Dokumentasi
Dokumentasi pada penelitian ini berupa foto hasil observasi keadaan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
3.5. Prosedur Penelitian
Prosedur peneltian ini mengikuti tahapan-tahapan Penelitian Tindakan Kelas yang
akan berlangsung selama beberapa siklus. Rancangan masing-masing siklus yang terdiri dari
empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan / observasi, dan refleksi yang
dilakukan secara berulang sampai mencapai kriteria keberhasilan. Tiap siklus dilaksanakan
sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk itu setiap akhir siklus diberikan tes untuk
melihat sejauh mana peningkatan kemampuan siswa.
Secara lengkap pola dasar model PTK ditunjukkan dalam gambar berikut:
26
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
Gambar 3.1. Model/desain penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Arikunto (2012;16)
Secara rinci, prosedur penelitian yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini
dijabarkan sebagai berikut:
Siklus I
1. Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan adalah :
1. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan didesain fokus pada
konsep materi yang harus dipahami siswa.
2. Menyusun material pokok pembahasan dalam hal ini adalah Statistika.
3. Melaksanakan tes awal (pre test) untuk melihat kemampuan atau pemahaman dasar
siswa terhadap materi yang akan diberikan.
4. Melaksanakan tes akhir (post test) untuk melihat perkembangan siswa setelah rencana
pembelajaran diterapkan.
5. Menyusun soal evaluasi hasil belajar.
6. Membuat instrumen observasi guru dan siswa dalam penelitian.
27
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
7. Menyusun angket untuk melihat tingkat kepuasan siswa terhadap proses
pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
dengan langkah pelaksanaan secara umum sebagai berikut:
1. Kegiatan awal (pendahuluan)
- Appersepsi
a. Guru mengucapkan salam.
b. Guru mengkondisikan kelas, siswa dibentuk dalam kelompok yang terdiri
atas 4-6 orang
c. Guru memberi stimulus tentang materi Statistika yang pernah didengar atau
dipelajari sebelumnya pada tingkat data tunggal.
d. Guru menyampaikan tujuan dari materi yang akan dipelajari siswa (SK, KD
dan indikator).
2. Kegiatan inti :
- Eksplorasi
Siswa mendapat pengetahuan awal, melalui proses belajar satu kelas penuh,
pengajaran dipimpin oleh guru yang menstimulus seluruh siswa.
a. Guru memberikan penjelasan awal materi Statistika .
b. Pengajuan pertanyaan oleh guru, dan siswa diminta untuk menjawab.
c. Pemahaman konsep siswa secara mandiri dari penjelasan guru.
- Elaborasi
a. Siswa diberikan lembar kerja yang telah dibuat guru, dalam tahap ini
siswa bekerja sama dalam kelompoknya untuk melakukan investigasi,
melaksanakan perencanaan,yaitu: apa yang mereka pelajari? bagaimana
28
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
mereka belajar? siapa dan melakukan apa? untuk tujuan apa mereka
menyelidiki topik itu?
b. Siswa dalam kelompok bertanggung jawab terhadap pemahaman teman
satu kelompoknya.
c. Setelah siswa dapat menyelesaikan lembar kerja secara berkelompok,
setiap kelompok mempersiapkan diri untuk mempresentasikan hasil dari
pekerjaan kelompoknya.
d. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya.
e. Kelompok lain dapat menangapi hasil dari kelompok yang presentasi.
f. Selama tahap ini berlangsung guru mengambil peran dengan mengamati
bagaimana kelompok bekerja (mengisi lembar observasi).
- Konfirmasi
a. tanya jawab, jika ada pertanyaan dari anggota kelompok terkait materi
yang dipelajari pada saat itu.
b. Siswa diberikan soal kuis yang dikerjakan secara individu, dimana nanti
hasilnya akan menjadi skor kelompok (dirata-ratakan).
c. Pada pertemuan selanjutnya akan diberikan pengumuman kelompok
mana yang mendapat skor tertinggi.
3. Kegiatan penutup :
a. Siswa dibimbing guru menyimpulkan pembelajaran
b. Siswa member salam kepada guru
29
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
3. Pengamatan (Observasi)
Dalam pengamatan ini hal yang dilakukan oleh observator adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengamatan terhadap tindakan dalam hal ini proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru.
2. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa.
3. Menilai hasil tindakan dengan membandingkan kriteria penilaian yang telah
ditetapkan setelah RPP di terapkan.
4. Refleksi (Tindak Lanjut)
Merupakan pengkajian ulang terhadap siklus yang dilaksanakan dengan melakukan hal-
hal sebagai berikut:
1. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
2. Menyimpulkan hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan diperhatikan pada siklus
berikutnya.
Hasil refleksi atau evaluasi siklus pertama ini akan dijadikan acuan untuk menentukan
perencanaan pada siklus kedua.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Pemberian tes
Pemberian tes dilakukan sesudah proses pembelajaran berlangsung untuk melihat
kemajuan proses pemahaman siswa dalam aspek kognitif.
2. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Pengamatan
ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP dan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.Hasil pengamatan dituangkan dalam lembar pengamatan keterlaksanaan
RPP dan aktivitas siswa selama pembelajaran.
30
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
3. Penyebaran Angket
Penyebaran angket dilakukan setelah proses pembelajaran. Penyebaran angket
bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Angket berupa pertanyaan yang telah dilengkapi dengan jawaban,
sehingga siswa tinggal memilih yang sesuai dengan pendapatnya (angket tertutup).
3.7. Teknik Analisis Data
Dari hasil penelitian, data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan pengamatan dari
pelaksanaan siklus penelitian, dianalisis secara statistik deskriptif. Tujuan dari analisis ini
adalah untuk mendeskripsikan kegiatan dan hasil siswa selama proses belajar mengajar.
Analisis deskriptif yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Analisis Pengamatan Aktivitas Siswa
Untuk menganalisis data aktivitas siswa yang diamati digunakan teknik prosentase
(%), yakni banyaknya frekuensi tiap aktivitas dibagi dengan seluruh aktivitas
dikalikan dengan 100.
Presentase =
AB
x100 %
Dimana:
A = Proporsi siswa yang memilih
B = Jumlah siswa (responden)
Reliabilitas instrument pengamatan siswa dihitung dengan teknik inter observer
agreement. Pada saat uji coba ada dua pengamat menggunakan instrument yang sama
untuk mengamati karakteristik yang sama. Rumus yang digunakan untuk menghitung
reliabilitas adalah rumus Emmer dan Millet:
31
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
Percentage of agreement = 100 % (1− A−B
A+B ) (Borich dalam Trianto, 2011: 63)
Keterangan:
A = Frekuensi aspek tingkah laku yang terjadi oleh pengamat yang memberikan
frekeunsi tinggi
B = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang memberikan
frekuensi rendah
Instrumen dikatakan baik jika mempunyai koefisien reliabilitas ≥ 0,75 atau ≥ 75%
(Borich dalam Trianto, 63)
2. Analisis Tes Hasil Belajar
Hasil tes siswa dianalisis untuk menentukan peningkatan ketuntasan siswa dan
nilai individu. Pada tahap penyimpulan, kriteria keberhasilan siswa dalam
menyelesaikan materi dimensi tiga. Untuk menghitung skor yang dicapai setiap siswa
secara keseluruhan dianalisis dengan menggunakan rumus (Arikunto,2009:236):
Persentase = skor yang diperoleh
skor total× 100
Adapun mengenai penetapan ketuntasan dalam pembelajaran
matematika yang telah ditetapkan SMA Kristen Bina Kasih Jambi bahwa syarat suatu
pembelajaran dikatakan tuntas secara individual seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2. kualifikasi pencapaian siswa
Kriteria Ketuntasan Minimal Keterangan
≥ 70
¿70
Ketuntasan
Tidak Tuntas
(sumber data : SMA KRISTEN BINA KASIH)
Berdasarkan tabel 3.1 diatas, maka dapat diketahui bahwa bila siswa
memperoleh nilai ≥ 70, maka siswa tersebut dikatakan tuntas mancapai Kriteria
32
Lena P. H. Aritonang, S. Pd. (SMA Kristen Bina Kasih Jambi)
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah pada mata pelajaran
matematika, namun jika nilai siswa ¿70 dikatakan tidak tuntas atau tidak mencapai
KKM. Selain itu ditetapkan juga kriteria presentasi ketuntasan secara klasikal, yaitu
pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil jika 75% mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal.
33