jtptunimus gdl yunirachma 6261 2 babi
TRANSCRIPT
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amonia merupakan senyawa yang ada di dalam urin, yang bersifat
basa dan bila terkena sinar atau panas akan menimbulkan bau menyengat.
Bau amonia tersebut berasal dari peruraian urea sebagai komponen bahan
organik terbanyak dalam urin oleh jasad renik menjadi energi dan gas NH3.
Permasalahan tersebut banyak ditemukan di toilet-toilet rumah tangga
ataupun di toilet umum. Apabila toilet jarang dibersihkan, kondisi ini dapat
mengganggu kenyamanan pengguna toilet karena pengguna akan merasakan
pusing dan mual karena bau dari amonia tersebut.
Amonia juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan
lingkungan yaitu mengganggu pernapasan, iritasi selaput lendir hidung dan
tenggorokan. pada konsentrasi 5000 ppm dapat menyebabkan ederma laryng,
paru, dan akhirnya dapat menyebabkan kematian, iritasi mata (mata merah,
pedih, dan berair) dan kebutaan total, iritasi kulit yang menyebabkan
terjadinya luka bakar (frostbite) (Mukono. 2005). Menurut peraturan Daerah
Jawa Tengah No.10 tahun 2004 tentang Baku Mutu air limbah rumah tangga
kadar amonia minimal tidak ada dan kadar maksimum yang diperbolehkan
adalah 0,5 ppm sebagai nitrogen.
Bau amonium dalam kehidupan sehari-hari sangat erat hubungannya
dengan keberadaan kamar mandi. Pada masyarakat dengan ekonimi cukup,
1
-
2
lantai kamar mandi atau toilet sebagian besar terbuat dari lantai ubin
keramik. Pada ubin keramik biasa, konsentrasi amonia dalam ruang mencapai
1,5 ppm (bau tidak enak) setelah kurang lebih satu minggu dan meninggalkan
warna kuning yang sulit dibersihkan (Fujishima, dkk.1999). Oleh karena itu
diperlukan solusi yang tepat untuk menangani permasalahan tersebut, yaitu
dengan suatu teknologi untuk menurunkan atau menghilangkan kadar amonia
pada ubin keramik kamar mandi.
Dengan cahaya yang berasal dari sinar matahari atau lampu ultra
violet, penurunan kadar amonia secara alamiah ini dapat berlangsung namun
berjalan sangat lambat, sehingga laju akumulasi lebih cepat dari pada
penurunannya sehingga menimbulkan bau yang menyengat. Penurunan kadar
amonia pada ubin dapat dilakukan dengan menambahkan fotokatalis TiO2
yang merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi konsentrasi amonia.
Pada ubin keramik yang mengandung TiO2, konsentrasi amonia tinggal
0,3ppm setelah kurang lebih dua minggu dan ubin keramik tetap tidak
berwarna. Fotokatalis TiO2 dengan adanya sinar ultra violet atau sinar
matahari dapat menghasilkan radikal OH untuk menurunkan konsentrasi
amonia. Fotokatalis TiO2 mempunyai sifat self-cleaning yaitu daya
membersihkan sendiri yang berfungsi untuk menghilangkan bau menyengat
amonia pada urin (Fujishima, dkk.1999).
Berdasarkan hasil penelitian (Fitriyani, I. 2010) dengan jumlah TiO2
dalam larutan sebanyak 20 mg dan waktu penyinaran selama 1500 menit
diperoleh penurunan kadar amonium sebesar 11,40 %. Sedangkan menurut
-
3
Mukaromah, AH. (2010), pembuatan ubin keramik yang mengandung TiO2
terbaik dilakukan pada suhu 1100oC dan jumlah TiO2 10 %. Karena amonia
dalam urin yang telah terhidrolisis menjadi amonium dapat menimbulkan bau
menyengat dan mengganggu kesehatan. Sehingga mendorong dilakukan
pengembangan metode pengolahan amonium untuk menurunkan atau
menghilangkan amonium pada ubin keramik yang dilakukan pada suhu
1100oC dan jumlah TiO2 10% dengan variasi waktu penyinaran.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut bagaimanakah pengaruh lama waktu penyinaran terhadap kadar
amonium pada ubin keramik terkatalis TiO2 10 %?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum penelitian adalah mengkaji pengaruh lama waktu
penyinaran terhadap kadar amonium pada ubin keramik terkatalis TiO2
10%.
2. Tujuan Khusus dalam penelitian ini
a. Mengukur kadar amonium pada ubin keramik terkatalis TiO2 tanpa
adanya penyinaran selama waktu yang bervariasi.
b. Mengukur kadar amonium pada ubin keramik terkatalis TiO2 dengan
variasi lama waktu penyinaran.
c. Menganalisis perbedaan kadar amonium pada ubin keramik terkatalis
TiO2 tanpa penyinaran dan setelah proses penyinaran dengan variasi
waktu tertentu.
-
4
D. Manfaat Penalitian
1) Bagi Masyarakat
a. Memberikan solusi terhadap masalah bau menyengat (bau pesing) yang
di timbulkan oleh urin pada toilet-toilet, khususnya pada toilet umum.
b. Setelah mengetahui akan kelebihan ubin keramik yang mengandung
TiO2, diharapkan masyarakat dapat memilih dan menggunakan ubin
keramik yang mengandung TiO2.
c. Mengurangi pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh amonium.
2) Bagi produsen Keramik
Dapat memberikan motivasi kepada produsen keramik untuk
memproduksi ubin keramik yang mengandung TiO2