jtptunimus gdl aldianawad 5277 2 bab1

3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hati mempunyai kemampuan regenerasi sedemikian rupa sehingga hilangnya sel hati yang cukup banyak dapat diganti dan arsitektur normal hati dapat dipertahankan. Walaupun demikian, apabila hilangnya sel hati berlangsung berulang-ulang atau pada kerusakan arsitektur yang berat, dapat terjadi sirosis hati (Underwood, 2000) Menurut Hadi (2000), sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui sebab-sebabnya dengan jelas. Penyakit ini merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan hati. Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien yang berusia 40-46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Di Amerika Serikat diperkirakan tiga juta orang menderita sirosis hati (DeBruyne dkk, 2008) Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam (Rosenack, 2002). Sedangkan di Indonesia menurut hasil observasi selama enam tahun yaitu tahun 1990 sampai 1995 yang dilakukan oleh Aryono ditemukan bahwa 5,3% dari seluruh penderita yang dirawat di bagian penyakit dalam Rumah Sakit Pugeran Yogyakarta menderita sirosis (Hadi, 2000). Pemberian protein pada penderita sirosis hati merupakan dilema. Oleh karena itu pemberian protein disesuaikan pada kemampuan penderita tanpa resiko ensefalopati. Penderita sirosis hati memerlukan asupan protein yang tinggi untuk meningkatkan cadangan protein dan degenerasi hati (Sub. Dit. Penunjang Medik, 1998). Pemberian protein yang tinggi dapat menimbulkan ensefalopati hepatik yang disebabkan karena penumpukan amonia di otak sebagai akibat dari penguraian amonia yang berlebihan, sedangkan pemberian protein yang rendah akan menyebabkan malnutrisi, imunitas tubuh menurun, morbiditas dan moratlitas meningkat sehingga juga dapat mencetuskan ensefalopati hepatik. (Lestiani, 2000).

Upload: diandhara-nuryadin

Post on 18-Aug-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

queen

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hatimempunyaikemampuanregenerasisedemikianrupasehinggahilangnya sel hati yang cukup banyak dapat diganti dan arsitektur normal hati dapat dipertahankan. Walaupundemikian,apabilahilangnyaselhatiberlangsungberulang-ulangataupada kerusakan arsitektur yang berat, dapat terjadi sirosis hati (Underwood, 2000) MenurutHadi(2000),sirosishatiadalahpenyakithatikronisyangtidak diketahuisebab-sebabnyadenganjelas.Penyakitinimerupakanstadiumakhirdari penyakithatikronisdanterjadinyapengerasanhati.Dinegaramaju,sirosishati merupakanpenyebabkematianterbesarketigapadapasienyangberusia40-46tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Di Amerika Serikat diperkirakan tiga juta orang menderita sirosis hati (DeBruyne dkk, 2008) Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam (Rosenack, 2002). Sedangkan di Indonesia menurut hasil observasi selama enam tahun yaitu tahun 1990sampai1995yangdilakukanolehAryonoditemukanbahwa5,3%dariseluruh penderitayangdirawatdibagianpenyakitdalamRumahSakitPugeranYogyakarta menderita sirosis (Hadi, 2000). Pemberian protein pada penderita sirosis hati merupakan dilema. Oleh karena itu pemberian protein disesuaikan pada kemampuan penderita tanpa resiko ensefalopati. Penderitasirosishatimemerlukanasupanproteinyangtinggiuntukmeningkatkan cadanganproteindandegenerasihati(Sub.Dit.PenunjangMedik,1998).Pemberian proteinyangtinggidapatmenimbulkanensefalopatihepatikyangdisebabkankarena penumpukanamoniadiotaksebagaiakibatdaripenguraianamoniayangberlebihan, sedangkan pemberian protein yang rendah akan menyebabkan malnutrisi, imunitas tubuh menurun,morbiditasdanmoratlitasmeningkatsehinggajugadapatmencetuskan ensefalopati hepatik. (Lestiani, 2000). Padapasiensirosishatiterjadipenguranganmassaototyangberlebihan sehingga akan mengakibatkan peningkatan kadar amonia dalam darah. Selain itu pada sirosis hati juga terjadi kerusakan hati kronik yang mengganggu fungsi hatimerubah amoniamenjadiureasehingamengakibatkankadaramoniadalamdarahmeningkat (DeBrynedkk,2008).Sebagaiakibatmeningkatnyakadaramoniadalamdarahakan mempengaruhifungsiotakdanterjadiensefalopatihepatis.Untukmencegah terjadinyakomplikasimakayangharusdilakukanadalahdenganmengontrolasupan protein, menggunakan asam amino rantai cabang (AARC) untuk mengeliminasi amoniak dalam tubuh. (Yoshida dkk, 2003).Kebutuhan asam amino rantai cabang menurut WHO yaitu valin sebesar 17-25 mg/kgBB/hari, isoleusin sebesar 19 mg/kgBB/hari, dan leusin sebesar 40 mg/kg BB. Bila dijumlahkanmakakebutuhantotalsebesar84mg/kgBB/hari,inilebihrendah dibandingkan dengan kebutuhan BCAA total yang disarankan yaitu 110 mg/kgBB/hari (www.ajcn.com/nutrition/bcaa.htm).Sumberasamaminorantaicabangpalingbanyak ditemukan pada biji-bijian dan kacang-kacangan terutama kedelai hitam, kedelai putih, kacang hijau, kacang babi, dan kacang tanah (Astuti, 1996). Kejadian sirosis hati di RSI Sultan Agung menempati urutan ke sembilan dari sepuluh besar penyakityang ada dan pada tahun 2008 mei 2009terdapat 71 penderita dari jumlah 17.876 jumlah total penderita Bertitik tolak dari hal tersebut, peneliti ingin mengetahui gambaran asupan asam amino rantai cabang (AARC) dan kadar amonia darah penderita sirosis hati pada pasien di Ruang Penyakit DalamRSI Sultan Agung Semarang B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah yang dapat diambil yaitu bagaimana gambaran asupan asam amino rantai cabang (AARC) dan kadar amonia darah pada penderita sirosis hati di Ruang Penyakit DalamRSI Sultan Agung Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengkaji gambaran asupan asam amino rantai cabang (AARC) dan kadar amonia darahpadapenderitasirosishatidiruangPenyakitDalamRSISultanAgung Semarang. 2.Tujuan Khusus a.Mendeskripsikan karakteristik penderita sirosis hati b.Mendeskripsikan terapi diit di rumah sakit sirosis hati c.Mendiskripsikan asupan asam amino rantai cabang (AARC) pada penderita sirosis hati d.Mengkaji kadar amonia darah pada penderita sirosis hati e.Menggambarkan asupan asam amino rantai cabang (AARC) terhadap kadar amonia darah penderita sirosis hati D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa terapi diet merupakan salah satu upaya dalam usaha pengobatan penyakit sirosis hati. 2.Bagi Institusi Penelitianinidiharapkandapatmemberikaninformasitentangasupan protein khususnya AARC pada penderita sirosis hati sehingga dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelaksanaan diet di rumah sakit serta untuk mencegah kesalahan dalam pemberian AARC pada penderita sirosis hati sehingga dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan pada penderita sirosis hati.