jklzxcvbnmqwert yuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiop ... · dari materi khutbah sejak tahun 2013 hingga...
TRANSCRIPT
-
qwertyuiopasdfgh
jklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiop
asdfghjklzxcvbnm
qwertyuiopasdfgh
jklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiop
asdfghjklzxcvbnm
-
ii
Sekumpul Hikmah
dalam Naskah
Khutbah di Selatan
AGUS KURNIAWAN
Diterbitkan Oleh:
DnAkurnia
Distribusi:
MajelisNashiha
2018
-
iii
Kata Pengantar Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Alhamdulillah puji syukur kami naikkan ke hadirat Allah
SWT yang dengan rahmat Nya kami dapat
menyelesaikan buku mungil ini.
Masih dalam rangkaian tulisan – tulisan selama saya
bertugas di Matan Hilir Selatan, saya menyusun buku ini
dari materi Khutbah sejak tahun 2013 hingga 2018.
Materinya tentu saja masih banyak kekurangan
sebagaimana penulisnya juga demikian, karena itu kami
tetap menerima kritik dan saran pembaca sekalian.
Buku ini dalam rupa elektroniknya merupakan ebook
ketiga saya. Insya Allah ebooknya akan kami bagikan
gratis, sedang bukunya tetap memerlukan penggantian
biaya penggandaan.
Buku mungil ini tentu saja bukan akhir, tapi lebih
merupakan awal dari perjalanan buku – buku mungil
lainnya dalam bidang dakwah.
Terima Kasih sudah Mau Mendownload dan
membelinya.
Salam,
Agus Kurniawan,
-
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................ i
Dua Kunci Kemuliaan Ummat .......................... 1
Menjalani Takwa ......................................... 5
Merenungi Kematian ................................... 10
Tujuan Puasa Ramadhan Kita ........................ 15
Menilai Kembali Shalat Kita (bagian pertama) ....... 20
Menilai Kembali Shalat Kita (bagian kedua) ........ 25
Memuliakan Pekerjaan Kita ........................... 31
Menjalani Ramadhan dengan Sepenuh Syukur ......... 37
Mendapat Kebaikan Di Bulan Ramadhan ........... 41
Dua Program Hidup Mukmin ........................ 47
Solusi Takwa ........................................... 51
Pembagian Rejeki ...................................... 57
Muqaddimah Khutbah Pertama ............................... 64
-
v
Penutup..................................................................... 66
Khutbah kedua .......................................................... 67
-
1
Dua Kunci Kemuliaan Ummat
Kita diseru kepada ketaqwaan, yaitu taqwa
yang hakiki. Takwa yang dengan nya, Allah
akan menambahkan pemahaman pada ilmu
yang telah kita pahami,
Sebagaimana Firman Nya:
dan bertakwalah kepada Allah; Allah
(sedang )mengajarmu; dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.
(QS Al Baqarah: 282)
Taqwa yang dengannya pula Allah
melimpahkan berkah dari langit dan bumi…
-
2
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.
Bila kita ingin kembali mengulang kejayaan
Islam di masa lalu dan sukses menjalani masa
kini, hanya dua saja kunci nya: BERIMAN dan
BERTAKWA
Iman itu berakar Kuat didalam Perasaan,
Berbunga Indah di pikiran dan Berbuah Manis
dalam perbuatan, Kita berdiri dan berbaring
dalam keinginan memajukan Agama ini,
menjadi Umat yang bermartabat mulia. Itulah
Iman Hadirin sekalian.
Jika sudah Iman ada dihati kita umat Islam,
maka semakin sedikit waktu dalam kesia-sia
an, semakin padat waktu dalam kekaryaan,
semakin sempit kesempatan dalam
kemaksiatan, semakin lebar kesempatan
dalam Ketaatan.
-
3
Semakin susah uang keluar dalam
keborosan dan semakin kuat tenaga mencari
harta untuk dinafkahkan di jalan Allah. Inilah
Iman yang Produktif Hadirin Sekalian, raih lah
iman seperti ini maka satu dari dua pintu
kemuliaan sudah terbuka
***
Pintu yang kedua adalah Taqwa, adalah
mengambil perlindungan. Kepada siapakah
kita berlindung dalam hal ini?
Allah menjawab dalam Al Quran:
Dia (Allah) adalah Tuhan yang patut (kita)
bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi
ampun. (QS. Al Mudatsir ayat 56)
Hanya kepada Allah–lah kita
mengembalikan perlindungan diri kita, karena
itulah kepentingan kita di dunia ini. Karena
-
4
segala sesuatu di dunia ini adalah dalam
genggaman Nya, maka kita berlindung kepada
Allah dari kemurkaan Nya,
Kita berlindung dari dosa kita yang kita
perbuat dengan meminta ampun kepada Allah,
Dan memohon Hidayah pada-Nya.
Agar kita tetap dalam hidup yang di
Rahmati Nya, di sukai Nya, Dengan demikian
hidup akan menjadi lebih mudah dan lebih
indah.
-
5
Menjalani Takwa
Suatu Saat Umar Bin Khatab pernah
bertanya kepada Ubay bin Kaab “Apakah
Maknanya Taqwa wahai Ubay?” Maka Ubay
balik bertanya kepada Umar “Apakah engkau
wahai Umar, ketika melewati suatu jalan, yang
dijalan itu penuh duri, engkau akan
menghindarinya?” Maka Umar menjawab “ Ya
Tentu saja” maka Ubay berujar “Yang demikian
itulah Taqwa”
Taqwa dalam makna yang luas adalah
Upaya menjaga diri dari hal-hal yang
mendatangkan keburukan dan kerusakan
serta Murka Allah, maka hadirin sekalian,
Menghindar dari Mudharat kepada Manfaat,
menghindar dari Mafsadat kepada Maslahah,
Menghindar dari gelapnya kebodohan menuju
Terang benderangnya Ilmu pengetahuan, yang
demikian itulah TAQWA…
-
6
Apabila di dada dan di pikiran serta
perbuatan kita berlandaskan Ketaqwaan
kepada Allah SWT maka Apapun dalam
kehidupan kita menjadi baik dan menjadi
sempurna.
Dengan Begitu Allah akan menurunkan bagi
kita Rahmat dan berkah dari sisi Nya. Al Quran
menerangkan bagi kita tentang kemuliaan
yang diturunkan Allah kepada orang bertaqwa,
diantaranya:
Yang Pertama, Ia akan memperoleh Al-
Furqon, yaitu kemampuan untuk membedakan
antara yang hak dan yang batil, halal dan
haram, antara yang sunnah dengan bid’ah.
Serta kesalahan-kesalahannya dihapus dan
dosa-dosanya diampuni.
-
7
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu
bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan
memberikan kepadamu furqaan dan
menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu
dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Anfal:
29)
Yang kedua, Ia akan memperoleh jalan
keluar dari segala macam problema yang
dihadapinya, diberi rizki tanpa diduga dan
dimudahkan semua urusannya.
-
8
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah
niscaya Dia akan jadikan Jalan Keluar
baginya(QS. At-Thalaq: 2-4)
Ketiga, Amalan-amalan baiknya diterima
oleh Allah hingga menjadi berat timbangannya
di hari kiamat kelak, mudah peng-hisabannya
dan ia menerima kitab catatan amalnya
dengan tangan kanan.
berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya
menerima (korban) dari orang-orang yang
bertakwa". (Al Maidah; 27)
Keempat, Allah akan memasukkan ke dalam
Surga, kekal di dalamnya serta hidup dalam
keridhaan-Nya.
-
9
Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada
Allah), pada sisi Tuhan mereka ada Surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai)
istri-istri yang disucikan serta keridloan Allah.
Dan Allah Maha Melihat akan hamba-
hambaNya. (QS. Ali Imran: 15)
Menutup pembahasan kita ini, marilah kita
renungi pengertian Taqwa oleh Amru Khalid
dalam kitab Silsilatul Hidayah berikut ini:
“Taqwa adalah ada di tempat Allah Senang
kita ada di sana Dan tidak ada di tempat Allah
tidak menyenangi kita berada di sana”
-
10
Merenungi Kematian
Mari dalam kesempatan ini kita merenungi
kematian, karena Rasulullah bersabda; orang
yang cerdas adalah orang yang mengingat
kematian.
Marilah, Bertanya ke dalam diri:
Sejauh mana kita pernah merenungi
kematian? Jika ternyata tak lama lagi jatah
hidup ini sampai pada titik penghabisannya.
Saat ruh melayang, dan tak mungkin kembali
lagi ke jasad.
Jasad yang belasan atau puluhan tahun ini
sudah menjadi tempat tinggalnya. Ketika ruh
terlepas dari jasad ini, semua menjadi kasat.
Meninggalkan semua yang pernah kita sentuh
di dunia. Dan sekali lagi, ia tak akan pernah
kembali lagi. Tak akan pernah kembali lagi.
-
11
“Dan datanglah sakaratul maut dengan
sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari
daripadanya”(QS.Al Qaaf:19)
Bagaimana kabar dunia yang kita
tinggalkan? Lebih mengerikan lagi, bagaimana
kabar akhirat yang akan menjadi tempat
tinggal kita yang kekal abadi?
Marilah berhitung – hitung lagi, berapa
banyak dari usia kita yang kita gunakan untuk
menanam kebaikan di alam setelah dunia ini?
Ada berapa lama waktu yang kita luangkan
untuk menghamba, tunduk, terpekur, dzikir,
beribadah kepada Allah yang telah memberi
kehidupan ini?
Sudah sejak dahulu, kita diseru untuk
mengambil perbekalan untuk menghadapi
kematian itu. Kita pun yakin, se yakin – yakin
-
12
nya, kelak kita akan bertemu dengan Allah,
Berhadapan langsung dengan Allah tanpa
perantara dan tanpa penerjemah. Berdiri
dihadapan Allah yang Maha Kuasa dan Maha
Tahu apa yang sudah kita kerjakan. Ketika itu,
tangan, kaki dan semua tubuh kita berbicara
tentang apa yang kita lakukan.
Dengarkanlah nasihat malaikat JIBRIL
kepada Rasulullah saw.:
“Ya Muhammad, Hiduplah semau-mu,
karena sesungguhnya engkau pasti mati.
Cintailah siapapun yang engkau cintai
sekehendakmu, karena engkau pasti berpisah
dengannya. Lakukanlah apa yang ingin kau
lakukan, karena engkau pasti akan diberi
balasan atas perbuatanmu” (Hadis Riwayat
Hakim)
Marilah renungi nasehat Jibril ini dengan
hati yang mengarah kepada kebaikan, ulang –
ulangilah nasehat ini, hingga memenuhi hati,
pikiran dan tindakan kita.
-
13
Hiduplah sesuka kita, karena kita akan mati.
Lakukan apapun yang kita suka. Karena
semua akan berbalas. Berbuat buruklah. Maka
hal – hal buruk akan mendatangi kita, dan di
alam kubur nanti teman kita tak lebih dari
seorang lumpuh, bau, dan penuh borok di
sekujur tubuhnya, itulah Amal buruk kita.
Berapapun panjangnya usia yang diberikan.
Akan ada batasnya. Sepanjang apapun waktu
yang dijatah, kematian sedang dalam
perjalanan menuju kita. Tanpa ada yang tahu
kapan ia datang menjemput. Lalu
bagaimanakah keadaan kita saat kematian
datang di hadapan mata.
Kita sedang antri menunggu mati. Maka
ambilah bekal amal sebanyak – banyaknya.
-
14
Dan apa yang kamu kerjakan berupa
kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik
bekal adalah takwa (QS. Al Baqarah: 197)
-
15
Tujuan Puasa Ramadhan Kita
Apakah tujuan kita berpuasa di Bulan
Ramadhan?
Apakah sekedar menjalani rutinitas sebagai
seorang muslim? Apakah hanya sekedar
menghindari rasa malu karena tidak
berpuasa? Atau untuk mengurangi berat
badan?
Jika demikian Puasa kita baru sekedar
menahan lapar dan haus, sedang Rasulullah
mengingatkan berapa banyak Orang puasa
yang ia tidak mendapatkan apapun selain
lapar dan haus dari puasanya.
Lalu apa yang kita bisa dapatkan selain
lapar dan haus? Secara ideal, puasa adalah
upaya melangitkan jiwa yang selama ini
terperangkap oleh kebumian jasad dengan
menanggalkan keinginan-keinginan duniawi
-
16
yang rendah menuju ketinggian – kemuliaan
keinginan ilahiyat.
Sederhananya mendekatkan diri kepada
Allah.
Lalu apakah Allah jauh hingga perlu
didekati? Allah memberitahukan dalam surat
Al Baqarah ayat ke 186:
dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat.
Lalu apa yang membuat kita perlu
mendekati Nya sedang Dia dekat bahkan lebih
dekat dari pada urat leher kita? Dari Ayat yang
telah dibacakan di atas kita mendapatkan
pengetahuan dari Allah bahwa Dia dekat,
namun banyaknya kotoran yang meliputi Jiwa
kita menyebabkan kita terhijab dari Nya.
Hingga ada beberapa di antara kita
seringkali terlupa bahwa Allah itu dekat lalu
-
17
dengan berani mengerjakan apa yang
dilarangnya padahal Allah mengawasi. Kita
juga sering lupa, bahwa Allah sedang
menunggu kita berdoa untuk dikabulkan Nya
karena kita percaya bahwa doa seringkali
tiada gunanya dalam menuntaskan segala
masalah kita.
Sebagaimana lanjutan Ayat 186 surah Al
Baqarah tersebut:
aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
Kini, jika masalah yang dihadapi rasa-
rasanya tidak ada jalan keluar lagi dari arah
manapun, maka mungkin sudah saatnya
berpasrah diri pada Allah, mengangkat tangan
berdoa pada Nya, dan sesungguhnya janji Allah
tak pernah diingkari Nya.
Dalam Ramadhan ini, kita diwajibkan
berpuasa, yang kewajiban yang dibebankan itu
-
18
perlu disadari bukanlah karena Allah
membutuhkannya, karena Dia tidak memiliki
kebutuhan atas kita, Al Qiyyamu Binnafsih,
namun karena kita membutuhkannya agar kita
menjadi makhluk yang senantiasa dekat
hingga Allah memberikan Irsyad PetunjukNya
dalam kehidupan kita yang masih serba
kurang ini. Allah Cuma menyuruh kita
mengerjakan kebaikan yang telah dikenali oleh
Fitrah kita sebagai kebaikan… sebagai mana
diterangkan di akhir ayat itu,
Maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.
Selalu dalam kebenaran atau Rasyiid dan
mengerjakan sesuatu dalam kebenaran atau
mursyidun itulah Tujuan utama kita dalam
mengerjakan Puasa.
-
19
Puasa adalah Riyadhah atau latihan yang
paling sempurna dalam berjalan diatas
kebenaran. Karena apakah kita puasa atau
tidak, kita berbuka di pagi hari atau tidak, kita
mengotori puasa kita atau kita menjaganya,
sesungguhnya hanya kita pribadi dan Allah
yang tahu. Puasa membawa kita berduaan
dengan Allah dalam Sirr rahasia kita, tidak ada
orang lain tahu tentang keadaan diri orang
berpuasa.
Dan jika itu telah terlaksana dengan
sempurna maka yang kita dapati bukan hanya
lapar dan haus semata, tapi kecerdasan untuk
selalu dalam kebenaran dan memilih
kebenaran itu atau kita sering menyebutnya
sebagai Taqwa.
Taqwa merupakan inti dari Madrasah Puasa
hingga kita bisa menjalani seluruh kehidupan
dengannya dan jika demikian maka kita
bersiap untuk mati dalam keadaan Islam.
-
20
Menilai Kembali Shalat Kita
(bagian pertama)
Abu Hurairah ra. bercerita ada seorang yang
masuk masjid sementara itu Rasulullah saw.
sedang duduk di salah satu bagian masjid.
Kemudian orang itu shalat. Lalu mendatangi
Rasulullah dan mengucapkan Salam kepada
beliau.
Rasulullah menjawabnya “wa alaika salam,
kembalilah kamu dan shalatlah lagi,
sesungguhnya engkau belum melakukan
Shalat”
Maka orang itu Shalat (kembali). Lalu ia
mendatangi Rasulullah lagi dan mengucapkan
salam kepada beliau. Dan Rasulullah berkata
kepada nya “wa alaika salam, kembalilah kamu
dan shalatlah lagi, sesungguhnya engkau
belum melakukan Shalat”
-
21
Maka orang itu kembali Shalat. Lalu ia
menghadap kembali kepada Rasulullah dan
mengucapkan salam kepada beliau. Dan untuk
ketiga kalinya Rasulullah berkata “wa alaika
salam, kembalilah kamu dan shalatlah lagi,
sesungguhnya engkau belum melakukan
Shalat”
Kemudian orang tersebut mengatakan
“ajarkan kepada saya tentang Shalat wahai
Rasulullah” maka Rasulullah bersabda “Jika
engkau Shalat, maka sempurnakanlah
Wudhu`mu, kemudian menghadaplah kearah
Kiblat dan ucapkanlah Takbir (Allahu Akbar).
Kemudian bacalah sedikit ayat (yang mudah
oleh mu) dari Al Qur`an. Kemudian Ruku` lah
sampai engkau benar – benar merasa tenang
dalam ruku`. Kemudia bangunlah dari Ruku`
hingga engkau benar – benar tegak berdiri.
Lalu sujudlah engkau hingga benar – benar
tenang dalam sujud. Selanjutnya, bangunlah
daru sujud hingga engkau benar – benar
duduk dengan tenang. Dan lakukanlah hal
yang seperti itu dalam semua Shalatmu.
-
22
***
Shalat, adalah senjata kaum muslimin dalam
mengarungi hidup didunia yg sebentar ini, bila
ia bagus maka Allah akan menjaga kehidupan
kita, dan sebaliknya, bila kita berlaku aniaya
terhadap Shalat maka Allah kan menyiakan
kita.
Rasulullah Muhammad saw. Bersabda;
“Shalat seseorang yang tidak mau
meneguhkan tulang punggungnya ketika
rukuk dan sujud, shalatnya akan dilipat seperti
baju yang jelek, lalu dilemparkan ke wajahnya.
Shalatnya pun berkata ‘semoga Allah menyia-
nyiakanmu, sebagaimana engkau menyia-
nyiakanku. Kalau ia menyempurnakan Rukuk
dan sujudnya, shalatnya akan dilipat
sebagaimana baju yang bagus. Ia (Shalatnya)
berkata ‘semoga Allah menjagamu,
sebagaimana engkau menjagaku’.”
(HR. Abu Dawud, At Turmudzi, An Nasa`I,
dan Ibnu Majah)
-
23
Padahal Shalat merupakan sarana penolong
dalam hidup ini dengan syarat Iman ada dihati
kita.
Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah
sabar dan Shalat sebagai penolongmu (QS. Al
Baqarah:153)
Yang kemudian dijelaskan pada ayat lain:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
mengerjakan amal saleh, mendirikan Shalat
-
24
dan menunaikan zakat, mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya. tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.
(QS. Al Baqarah:277)
Namun Seringkali kita takbir, tapi hati kita
berada dilain tempat, tak mau bersungguh
menghadapkan jiwa pada Allah Rabbul Izzati,
jangan-jangan ini yang menjadi sebab
sempitnya dunia dan susahnya pencarian
rejeki kita selama ini, karena Allah telah
berpaling dari hidup kita.
“Sesungguhnya Allah akan menyambut sang
hamba dalam shalatnya sepenjang ia tidak
berpaling. Maka jika sang hamba itu
memalingkan muka, Allahpun berpaling
daripadanya”
Demikian Sabda Rasul dalam riwayat Abu
Dawud dan An Nasa`i.
-
25
Menilai Kembali Shalat Kita
(bagian kedua)
Hatim Al Asham Pernah ditanya “bagaimana
(engkau mengerjakan) Shalatmu?”
Hathim kemudian menjawab;
“Jika waktu Shalat telah tiba, aku berwudhu
secara sempurna.
Setelah itu kuberjalan menuju tempat
Shalat yang kuinginkan.
Aku duduk disana dan berusaha
mempersatukan seluruh anggota tubuhku
untuk Shalat.
Kemudian aku berdiri untuk menunaikan
Shalat.
Kuletakkan Kaabah tepat di depanku, titian
menuju neraka di bawah kedua telapak kaki
ku, surga di kananku, neraka di kiriku,
-
26
Malaikat pencabut Nyawa di belakangku dan
kuanggap itulah Shalat terakhirku”
Hathim mengajarkan pada kita, pada setiap
orang yang bertanya, mengapa Shalat kita tak
bisa sepenuh hati? Dari perkataan Hathim
diatas kita mendapat jawaban mungkin
Karena persiapan kita untuk melakukan Shalat
tidak maksimal, kita masih menganggap
persiapan itu tidak perlu, cukup niat dan
Takbir.
Padahal Cucu Sayyidina Ali Bin Abi Thalib,
Imam Zainal Abidin bin Husain Bin Ali Bin Abi
Thalib, setiap akan berwudhu akan gemetar
seluruh badannya, ketika ditanya mengapa?
dia menjawab, tidakkah kalian tahu kepada
siapa nanti kita menghadap saat Shalat?.
Namun kita, kadang hanya untuk
merapatkan shaf, menemukan pundak dan
kaki saja kita enggan, kita masih dibatasi
sajadah hijau dan garis pembatasnya, padahal
Ummat Islam satu tanpa sekat, andai kita
mengenang berpuluh tahun lalu ketika sajadah
-
27
kita hanyalah kain putih atau hijau panjang
tempat sujud, bukan permadani yang seperti
sekarang yang memisahkan kita berdiri pada
kotak-kotak sajadah sendiri – sendiri, kita
tentu masih mengenang begitu rapatnya shaf
kita, pundak ketemu pundak, tumit bertemu
tumit, itulah sunnah Rasulullah.
***
Shalat adalah taman pertemuan dengan
Allah, bagaimana persiapan kita menemui
orang yang kita cintai? Dan sesungguhnya
Allah lebih berhak untuk kita bersiap
menemuinya dibandingkan orang itu…
Hathim Al Asham melanjutkan :
“Aku berdiri dengan rasa harap dan takut,
kemudian ku-kumandangkan takbir dengan
benar, kubaca ayat – ayat suci Al Qur`an
dengan tartil.
Ketika Rukuk, akupun Rukuk dengan
dengan merendahkan diri dihadapan Allah.
Saat Sujud, aku sujud dengan penuh
Khusyuk. Kemudian di kala duduk (Tahiyat
-
28
awal), kuletakkan telapak kaki kiriku dibawah
pantat kiri, dan kutegakkan telapak kaki
kananku dengan bertumpu pada ibu Jari.
Kukerjakan semua itu dengan ikhlas.
Kemudian aku tak tahu, Shalatku tersebut
diterima atau ditolak.”
Inilah Shalat yang penuh persiapan dan
kemudian didalamnya pula dilakukan secara
sebaik – baiknya dan diakhirnya diadakan
evaluasi “ di terima atau tidak”.
Karena manusia Cuma bisa bersangka,
Dzan, sedang hakikat tetaplah di mata Allah.
Sedalam – dalam hati kita mampu berkhusyuk
diwaktu Shalat, namun kita tak pernah tahu
apakah Allah menerima atau tidak Shalat kita,
apalagi yang tidak khusyuk dan lebih buruk
lagi yang tidak Shalat.
Orang yang Solat saja masih tak bisa
memastikan apakah solatnya diterima atau
tidak, apalagi yang sama sekali tak pernah
solat, apapun alasan dan dalilnya.
renungilah Perkataan Imam Al Ghazali ini:
-
29
“Ada seorang yang mengerjakan sebuah
sujud dan dengannya ia mengira akan
mendekatkan diri kepada Allah. Demi Allah,
jikalah dosa dari sebuah sujud ini dibagi rata
ke seluruh penduduk negeri, maka pasti
mereka akan binasa karenanya”.
Bergulirlah tanya “bagaimana Imam bisa
mengatakan yang demikian?”
Sang Imam menjawab
“Ia mengerjakan sujud di hadapan Rabbnya,
namun pada saat yang sama hatinya
tersibukkan oleh kelalaian, kemaksiyatan, dan
ambisi serta rasa cinta akan dunia. Maka Sujud
kepada Allah macam apakah sujud seperti
ini?!”
-
30
Belumkah datang waktunya bagi orang-
orang yang beriman, untuk tunduk hati
mereka mengingat Allah (QS. Al Hadid:16)
-
31
Memuliakan Pekerjaan Kita
Islam adalah landasan kita berkerja, bukan
sekedar mencari penghidupan dunia, tapi juga
penghidupan bahagia di akhirat kelak. Karena
itu penting bagi kita untuk mengingat tiga
prinsip penting dalam pekerjaan hingga ia
mulia disisi Allah.
Yang pertama, Prinsip bahwa segala hal
pasti di balas. Setiap hal akan dibalas oleh
Allah diakhirat kelak. Diperhitungkan sekecil –
kecilnya urusan kita di dunia ini pada sidang di
mahsyar kelak.
Maka Tuhan mereka memperkenankan
permohonannya (dengan berfirman):
-
32
"Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal
orang-orang yang beramal di antara kamu,
(QS. Ali Imran : 195)
Dengan mengetahui prinsip itu, orang Islam
akan bersungguh – sungguh dalam mencari
dan mengerjakan pekerjaannya masing –
masing. Karena mereka mengimani bahwa
Mati itu benar, pertanyaan mungkar nangkir
itu benar, sidang padang mahsyar itu benar
dan surga serta neraka itu benar. Hanya orang
yang gelap gulita pikirannya, bila meyakini
semua itu benar tapi tidak sungguh – sungguh
berkerja mengusahakan kebaikan dunia
akhiratnya, padahal semua itu akan
dipertanyakan.
Kita tak boleh meremehkan sebuah
pekerjaan hingga meninggalkannya. Seorang
ulama bernama Abdullah bin Alwi Al Haddad
menasehatkan pada kita:
Beramallah sebanyak mungkin, dan pilihlah
amal yang dapat kamu kerjakan secara terus
menerus (dawam).
-
33
Jangan remehkan satu amalpun yang
pernah kau kerjakan. Sebab, setelah Imam
Ghazali wafat, seseorang bermimpi bertemu
dengannya dan bertanya, “Bagaimana Allah
memperlakukanmu?”
“DIA mengampuniku” Jawab Imam Ghazali
“Sebab amal apa hingga engkau di ampuni
Allah?”
“Suatu hari, ketika sedang menulis, tiba –
tiba seekor lalat hinggap dipenaku. Kubiarkan
ia minum tinta itu hingga puas”
Abdullah bin Alwi Al Haddad kemudian
berkata;
Ketahuilah, amal yang bernilai tinggi adalah
amal yang dianggap kecil dan dipandang
remeh oleh nafsu. Adapun amal yang
dipandang mulia dan bernilai oleh nafsu,
pahalanya dapat sirna, baik karena pelakunya,
amalnya itu sendiri atapun karena orang lain
yang berada disekitarnya.
Prinsip kedua adalah Kemudahan.
Maksudnya setiap kita memiliki potensi, bakat
-
34
dan kecenderungan serta kebiasaan pada satu
bidang pekerjaan tertentu.
Karena itu sudah menjadi Sunnatullah, tiap
kita tidak sama pekerjaannya dan tiap kita
akan tertarik pada suatu pekerjaan.
Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat
menurut keadaannya masing-masing”. Maka
Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih
benar jalannya.
Bila prinsip yang pertama mendatangkan
tanggung jawab, maka prinsip kedua ini
mendatangkan keahlian atau bahasa kininya
Profesionalitas.
Tindakan yang dihasilkan oleh orang yang
benar – benar menekuni pekerjaannya karena
Allah adalah Itqan dan Ihsan. Artinya
bersungguh - sungguh dalam bekerja secara
ahli, dan memperoleh hasil yang berkualitas.
Mereka berbuat itu semata karena menerima
benar atau bersyukur atas anugerah Allah
pada mereka.
-
35
Karena itu disisi Allah kita diurutkan dalam
derajat yang berbeda – beda sesuai dengan
kualitas amal kita :
Dan masing-masing orang memperoleh
derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang
dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari
apa yang mereka kerjakan.
Dan prinsip yang ketiga adalah
Kemanfaatan, inilah nilai sesungguhnya setiap
pekerjaan yang kita lakukan. Kemanfaatan
disini adalah pekerjaan yang memang benar
bermanfaat bagi kehidupan kita diakhirat
kelak dan itulah ciri sebuah pekerjaan bernilai
mulia.
Ada pekerjaan yang bermanfaat di dunia
tapi mudharat bagi kehidupan di akhirat, tapi
tiap – tiap pekerjaan yang bernilai manfaat
bagi akhirat selalu akan memberikan
kemanfaatan pula didunia ini. Apakah
mungkin air yang mampu membasahi tempat
yang tinggi tidak mampu membasahi tempat
yang rendah?
-
36
Dan akan tampak manfaat pekerjaan kita di
akhirat kelak bila pekerjaan itu bermanfaat
bagi sesama, sebagaimana hadits Nabi
“Khairunnass Anfauhum linnas”
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi sesama manusia”
Maka pekerjaan yang memberi manfaat
pada kehidupan ini, bagi banyak orang, tentu
lebih bernilai dan berarti ketimbang pekerjaan
yang hanya memberi manfaat kepada diri
sendiri, atau sedikit orang, atau malah tidak
bermanfaat sama sekali atau lebih parah yang
merugikan.
Maka kesadaran untuk memberikan
manfaat dalam tiap pekerjaan kita bagi seluas
– luasnya ummat adalah prinsip mendasar
yang harus kita pahami.
-
37
Menjalani Ramadhan dengan
Sepenuh Syukur
Bila meraih derajat Takwa adalah tujuan
dari Puasa, Lallakum Tattakuun, maka tujuan
Akhir dari Bulan Ramadhan (Asy Syahru
Ramadhan) adalah menjadikan kita orang –
orang yang bersyukur. Dalam surat Al baqarah
ayat 185, masih dalam pembahasan wajib
puasa di bulan Ramadhan, Allah berfirman:
Syukur, menurut Buya HAMKA, terambil
dari sifat sebuah pohon yang disebut Syakir,
yakni pohon kecil yang rindang dedaunannya.
Demikianlah orang – orang bersyukur, sekecil
apapun yang ia dapat, ia mampu
mensyukurinya. Setentang dengan rasa Syukur
ialah Kufur, tidak mau berterima kasih, tidak
mengakui apa yang ia telah dapat, tertutup
hatinya.
-
38
Apa yang membuat kita mampu menjadi
orang bersyukur selama bulan Ramadhan?
Yang pertama menurut ayat di atas adalah
bulan Ramadhan itu sendiri.
Ramadhan dimaknai sebagai bulan
pembakaran dosa, bagi orang yang bersukacita
dan bersungguh dalam mengerjakan puasanya.
Sebagai manusia yang penuh dosa dan khilaf,
tentu kesempatan ini harus kita syukuri.
Syukur yang kedua, adalah rasa syukur
karena pada bulan ini adalah bulan yang Al
Quran turun di dalam nya. Al Quran dari ayat
yang sama diturunkan dengan 3 fungsi:
Petunjuk bagi manusia; Penjelasan bagi
petunjuk – petunjuk itu, agar kita tidak
tersalah dalam memahami. Dan juga Furqan,
pembeda, mana yang halal, mana yang haram,
mana yang Haq mana yang batil, mana yang
menerima Al Quran dan mensyukurinya, dan
mana yang menolak serta mengkufurinya.
Berikutnya adalah, Syahida, kita bersyukur
karena menyaksikan bulan itu tiba dan
-
39
berpuasa. Kata Syahida, dalam tafsir Jalalain
dimaknakan dengan Hadhara, Hadir, tidak
kemana – mana dan siap.
Kita bersyukur, karena kita dapati bulan ini,
sedang ada diantara saudara – saudara kita
yang sedang Sakit dan sedang safar, hingga
mengalami kesukaran dalam berpuasa. Yang
orang sakit dan safarpun juga pantas
bersyukur, karena Allah menghendaki
kemudahan dan bukannya kesukaran, hingga
mereka dibolehkan tidak berpuasa dan
menggantinya di hari lain di luar ramadhan.
Kita bersyukur, karena terutama kita masih
diberikan Allah nyawa, sementara banyak
diantara yang tahun lalu masih bersama kita,
duduk bersama kita, buka puasa bersama kita,
tahun ini sudah tidak lagi mendapati anugerah
puasa di bulan Ramadhan.
Dan rasa syukur yang selanjutnya adalah
cukupnya kita menjalani puasa ini dalam
bilangan yang ditentukan, apakah 29 atau 30,
dan kita diberikan kesempatan untuk
-
40
mengagungkan nama Allah dalam bulan yang
mulia ini.
Rasa syukur yang demikian banyak itu
kemudian menjadikan kita, mudah – mudahan,
masuk ke dalam golongan orang yang
bersyukur.
La’allakum Tasykurun.
-
41
Mendapat Kebaikan Di Bulan
Ramadhan
Imam As Sindi dalam mensyarah hadits:
Bulan Ramadhan telah tiba menemui kalian,
bulan (penuh) barokah, Allah wajibkan kepada
kalian berpuasa. Pada bulan itu pintu-pintu
langit dibuka, pintu-pintu (neraka) jahim
ditutup, setan-setan durhaka dibelenggu.
Padanya Allah memiliki malam yang lebih baik
dari seribu bulan, siapa yang terhalang
mendapatkan kebaikannya, maka sungguh dia
terhalang (mendapatkan kebaikan yang
banyak).” (HR. Nasa’I)
Kebaikan Ramadhan sebagaimana disebut
dalam hadits itu, paling tidak ada 3 bentuknya,
yang ketiganya dapat kita raih dengan
memperbanyak membaca Al Quran, mencoba
memahaminya serta mentadabburinya di
-
42
bulan Ramadhan ini, tentu saja setelah kita
melaksanakan Shaum dan Qiyamullail.
Kebaikan Ramadhan yang pertama ialah
mendapat Luthfullah, Kita dianugerahkan
kelembutan hati oleh Allah. Sebagaimana
perkataan Wuhaib Rahimahullah;
Tidak ada yang lebih mustajab untuk
melembutkan hati selain; Membaca Al Quran,
Memahaminya dan mentadabburinya.
Karena itu dikala Ramadhan, Imam Malik,
penghulu mazhab Maliki sekaligus guru Imam
Syafii, penulis kitab Al Muwatha’, beliau
menutup kajian haditsnya untuk membuka
mushaf Al Quran dan membacanya. Apakah
beliau tidak hafal Al Quran? Beliau hafal, dari
beliau kecil malah, namun dalam Ramadhan
ini adalah kesempatan beliau dan kita semua
untuk mendapatkan keberkahan membaca Al
Quran dari mushaf, meneliti kembali
makharijul huruf serta tajwid kita.
Lantas bagaimana dengan kita yang
membaca, hanya sekedar membaca, sedang
-
43
maksud dari bacaan itu tidak kita ketahui? Al
Quran diturunkan dalam bahasa Arab, sedang
kita orang Indonesia. Bagaimana bisa kita
mendapatkan manfaat kelembutan hati dari
membaca Al Quran?
Dalam sebuah kisah Ibrah, hal yang sama
ditanyakan seorang cucu kepada kakeknya.
Maka kakeknya mengambil sebuah keranjang
rotan yang kotor dan meminta cucunya itu
mengambil air.
“Bagaimana mungkin saya bisa mengambil
air dengan keranjang yang bolong – bolong
ini?”
“kerjakan saja” perintah kakeknya.
Maka si cucu mengerjakan saja apa yang
kakeknya perintahkan, namun berkali – kali ia
mengambil air di telaga, tak sedikitpun yang
tersisa kala ia tiba di hadapan kakeknya.
Lantas ia menyerah, dan berkata;
“ini lebih sia – sia dari membaca Al Quran
tanpa mengetahui artinya”
-
44
Kakeknya berkata, sesungguhnya tak ada
yang sia – sia, lihatlah keranjang rotan yang
kau pergunakan tadi, tadinya keranjang itu
kotor, sekarang ia telah menjadi bersih karena
kau gunakan untuk mengambil air.
Demikian pula dengan membaca Al Quran,
sudah sifat Al Quran menjadi pelembut hati,
maka ia akan menjalankan tugasnya walau kita
yang membacanya tak memahami artinya.
Tentu saja hal ini bukan menjadi alasan kita
untuk berhenti mengkaji Al Quran dengan
membaca terjemah dan tafsirnya serta
mendengarkan dari orang yang lebih paham.
Kebaikan yang kedua adalah mendapat
Taufik dari pada Allah. Taufik kata seorang
Ulama adalah bertemunya kehendak Allah
dengan keinginan manusia, apa maunya Allah
begitu maunya dia. Apa yang Allah
perintahkan dalam Al Quran, dia kerjakan. Apa
yang Allah tegah di dalam Al Quran, dia
tinggalkan. Maju kata Allah, maju kata dia.
Berdiam kata Allah, diam kata dia. Jangan pilih
-
45
kata Allah, maka dia tak akan memilihnya. Ini
yang disebut kesatuan kehendak, Al Wihdatul
Iradah.
Kebaikan ini dapat kita capai kalau kita
memahami isi kandungan Al Quran. Karena Al
Quran adalah huda lin naas. Petunjuk bagi
manusia, bagaimana kita bisa mendapat
petunjuk ? yakni dengan mengarahkan
pandangan, hati dan pikiran kita kepada
petunjuk itu. Inilah yang menjadi alasan kita
untuk terus menerus belajar Al Quran, baik
cara membacanya maupun memahami ajaran
– ajaran di dalamnya.
Yang ketiga, setelah membaca dan
mengikuti petunjuk Al Quran, maka sebulan
lamanya kita berpuasa ini mudah - mudahan
menjadi asbab terbiasanya kita dalam
ketaatan. Karena Taat, bukan sekedar
mengerjakan sewaktu – waktu, tapi ketaatan
adalah melaksanakan semua perintah Allah
dan meninggalkan larangan Nya dalam setiap
Waktu. Inilah kebaikan ketiga yang Insya Allah
-
46
kita dapatkan selama bulan Ramadhan dengan
sarana membaca, memahami dan
mentadabburi kandungan Al Quran. At
Taatuhu.
Ketiga kebaikan ini merupakan tangga
menuju Ketaqwaan yang Haq, Al Haqqa tuqa
tihi.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam Keadaan beragama Islam.
-
47
Dua Program Hidup Mukmin
Memandangkan ayat 102 surah Ali Imran,
kita mendapat dua rencana hidup, dua
program hidup, seorang yang mengaku
beriman.
Yang pertama rencana hidupnya adalah
bertakwa kepada Allah dalam takwa yang
sebenar – benarnya. Sederhananya, orang yang
Al Haqqa tuqa tih ini jika ia merasa belum baik,
ia banyakkan kebaikan. Jika dulunya ahli
maksiat, suka mabuk, suka judi, suka narkoba,
cepat – cepat dia bertaubat. Ganti kemaksiatan
dengan ketaatan, ganti kelalaian dengan
ketakwaan, ganti gangguan kepada
masyarakat dengan kemanfaatan yang sebesar
– besarnya.
“Demi Allah, ya Rasulullah. Tak satu sen
pun dana yang telah saya keluarkan untuk
memberantas agama Allah di masa lalu,
melainkan mulai saat ini akan saya tebus
-
48
dengan dengan mengorbankan hartaku
berlipat ganda untuk menegakkan agama
Allah. Dan tak seorang pun kaum Muslimin
yang telah gugur di tanganku, melainkan akan
kutebus dengan membunuh kaum musyrikin
berlipat ganda, demi untuk menegakkan
agama Allah.”
Kalimat demi kalimat itu keluar dari
mulutnya yang bergetar kuat, mukanya
tertunduk, antara malu dan rasa bersalah yang
sangat, antara kebencian yang tak lagi
menemui alasan dan rasa rindu yang pecah di
hadapan musuh besar ayahnya, yang sejatinya
mungkin, ia cintai setengah mati selama ini.
Didampingi istrinya, Ikrimah anak dari
musuh Islam paling besar, Abu Al Hakam atau
yang kita kenal dengan Abu Jahal berbaiat
dengan sumpah itu di hadapan Rasulullah.
Dia adalah orang ketiga dari pimpinan
pasukan yang menghancurkan pasukan
pemanah Rasulullah di Uhud yang masuk
-
49
Islam. Khalid bin Walid dan Amru bin Ash,
sahabat kentalnya telah masuk islam.
Ikrimah adalah anak panah kebencian
ayahnya. Ia ikut dalam Perang Badr, Ia
membunuh banyak muslimin dalam perang
Uhud. Dipacunya kuda menyeberangi parit
dalam perang Khandak. Puncaknya, pada
Fathu Makkah, kala yang lain telah menyerah
kalah atau melarikan diri, Ikrimah membawa
pasukan kecil untuk menghadang rombongan
Rasulullah. Dia kemudian dikalahkan
sahabatnya sendiri; Khalid Bin Walid, sang
pedang Allah.
Ikrimah lantas ke Yaman, untuk naik kapal
ke Etiopia, lari dari cahaya yang menyeruak di
kota kelahirannya. Namun kemudian ia
berbalik, karena di Yaman dan Etiopia pun
Islam telah mulai bersinar. Akhirnya dia
menyerah, pulang ke Makkah.
Di hadapan Rasulullah SAW, Ikrimah
bersyahadat dan memohon Rasulullah untuk
mendoakan agar dosa – dosanya diampuni.
-
50
Rasulullah kemudian mendoakan dan sahabat
mengamini. Lalu mengalirlah kata - kata itu
dari mulutnya yang masih gemetar.
Ikrimah Hijrah ke pribadi baru di dalam
dirinya, sebagai seorang yang senantiasa akan
mengganti keburukan masa lalu, dengan
kebaikan - kebaikan. Kisah Ikrimah ini adalah
contoh bagi kita di masa kini, kita yang hijrah
dari berkalang hina dan dosa menuju
kemuliaan dan kesalihan di hadapan Allah
serta bermanfaat diantara manusia.
Dan orang-orang yang bertaubat dan
mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya
Dia bertaubat kepada Allah dengan taubat
yang sebenar-benarnya.” (QS. Al Furqon: 68-
71)
-
51
Solusi Takwa
Islam ibaratnya Istana Taqwa, mau dari
pondasi sampai ke atap, mau tempat yang
paling penting sampai sekedar hiasan, di
dalam Islam kita senantiasa melihat tuntutan
dan tuntunan untuk bertaqwa.
Bila Rasulullah berwasiat, maka pembuka
wasiat itu adalah Taqwa. Bila para sahabat
saling menasehati, maka nasehat itu adalah
taqwa. Demikian seterusnya hingga zaman
berzaman.
Wasiat ketaqwaan itu terus dikumandangkan
tiap Khutbah Jumaat oleh para Khatib dari
masa Rasulullah sampai hari ini, dengan tujuan
agar tiap jumaat, kita bukan sekedar datang,
duduk, mengantuk, tertunduk tidur, lantas
solat 2 rakaat lalu pulang, melainkan untuk
mengkoreksi diri, satu jumaat sekali, sudahkah
kita mencapai ketaqwaan sebagaimana yang
Allah tetapkan dan Rasulullah tuntunkan.
-
52
Apa keistimewaan Taqwa, sampai – sampai
Rasulullah dawamkan dalam tiap wasiat
beliau, sampai – sampai sahabat terus
kumandangkan, para ulama pesankan dan
para khatib terus ulangi?
Kita lihat ayat Al Quran surah At Thalaq (65)
ayat 2, 3, 4;
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya
Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. (At
Thalaq; 65)
Allah katakan, siapapun; lelaki, perempuan,
tua, muda, kaya, miskin, orang alim maupun
yang baru berniat taubat, andai kata ia
bertaqwa, Allah berikan jalan keluar,
makhraja, jalan keluar, jalan keluar yang tiada
bersebab, jalan keluar yang tiada bersyarat,
dan tidak bertentu – tentu (isim nakhirah).
-
53
Karenanya, setiap jumaat kita diminta bukan
hanya mendengarkan anjuran takwa,
melainkan juga merenungi, apakah hidup kita
masih sulit atau masih ada kesulitan yang
belum bisa kita selesaikan.
Jangan – jangan, kita belum cukup bertaqwa di
mata Allah, hingga kita belum mendapat solusi
dari kesempitan hidup kita. Satu Jumaat sekali
kita mendapat kesempatan itu.
Dan Makhraja Allah, Solusi yang bersumber
dari ketakwaan itu bermacam rupanya.
Sebagaimana rupa solusi bagi seorang pemuda
taat di Madinah.
"dia berjalan sendirian, dia meninggal dalam
kesendirian dan kelak pun akan dibangkitkan
dalam kesendirian." Sabda Rasulullah
mendapat laporan tentang sosok yang berlari
mendatangi pasukan Sang Rasul.
Alkisah, Seorang pemuda, ia menampar orang
tua yang melempari ontanya dengan batu
hingga ontanya mati, tak disangka orang tua
-
54
itu meninggal. Maka ia menyerahkan diri
kepada Amiril Mukminin, maka hukum
Qisashpun ditegakkan.
Namun sebelum terjadi hukum qisash, sang
pemuda mohon izin kepada Amiril Mukminin
Umar Bin Khatab untuk pulang terlebih
dahulu, memberitahu keluarganya, 3 hari lagi
ia kembali.
Umar meminta penjamin, ia menoleh ke
sekeliling, matanya mengiba memohon
pertolongan.
Tak ada yang bersedia, hingga Abu Dzar tampil
ke muka majelis, dia sanggupi segala resiko
melepaskan pemuda asing itu pulang, bila ia
tak kembali 3 hari lagi, Kepala Abu Dzar
penggantinya.
Orang - orang berkata keduanya tak
sebanding, sahabat mulia menggantikan
pemuda asing, namun Abu Dzar bergeming.
Hingga sang pemuda datang, 3 hari kemudian,
nafas masyarakat dapat berhembus tenang.
-
55
Umar bertanya, mengapa ia kembali lagi?
Padahal kalau ia mau, ia bisa lari, nyawa Abu
Dzar telah siap mengganti.
"Saya hanya tidak mau, orang - orang berkata,
rupanya setelah Rasulullah wafat, tak ada lagi
dari ummat beliau yang mau menepati sumpah
janjinya."
Abu Dzar tersenyum, ia berkata "Sedang saya
juga tidak mau, orang - orang berkata, setelah
Rasulullah wafat, tak ada lagi diantara
ummatnya yang mau menolong orang sedang
kesusahan"
Kemudian majulah kedua anak orang yang
terbunuh, mereka berkata "Ketika ada orang-
orang seperti ini, bagaimana mungkin kami
tidak mengampuni". Mudah2an kita
memampukan diri seperti mereka, agar orang
- orang jangan sampai berkata; di masa kini
tak ada lagi yang menjaga nama Rasulullah,
dengan memperbaiki akhlak mereka.
-
56
Itulah Makhraja Allah, lewat sosok orang lain
yang belum dikenal oleh sang Pemuda. Dan
demikianlah, cerita ini akan terus berulang,
dan bisa jadi besok lusa giliran kita.
-
57
Pembagian Rejeki
Dalam Hal rejeki Allah tetapkan Rejeki kita,
mari melihat surat QS 51: 22
22. dan di langit terdapat (sebab-sebab)
rezkimu[1418] dan terdapat (pula) apa yang
dijanjikan kepadamu (QS.
Rasulullah bersabda dalam sebuah Hadits
-
58
“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap
jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya
dan dia habiskan semua jatah rezekinya.
Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan
perbaguslah cara dalam mengais rezeki.
Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong
kalian untuk mencarinya dengan cara
bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi
Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat
kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8:
129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8:
166, hadits shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-
Shahihah no. 2866).
-
59
Namun, ada bedanya turunnya rejeki kepada
orang yang tidak beriman, tidak bertaqwa
dengan orang yang beriman juga bertaqwa.
...
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi
baik dari apa yang terdapat di bumi
Semua manusia, baik ia beriman maupun
tidak, baik ia bertaqwa maupun tidak, akan
mendapatkan rejeki yang telah ditetapkan
untuknya, maka ia diperintahkan untuk
mencari, berusaha, berikhtiar, dan semua pasti
menemukan rejekinya, yakni yang bermanfaat
buat dirinya dan keluarganya, asal ia mencari
dalam kehalalan maka kebaikan akan dia
peroleh. Bagaimana yang mendapatkan
dengan cara yang haram? Sesungguhnya itu
-
60
bukan rejeki tapi hasil usaha, rejeki
bermanfaat, hasil usaha bisa jadi bermanfaat
bisa jadi membawa mudharat.
Namun karena rejeki ada dilangit, maka Allah
turunkan dimana Allah kehendaki, bisa jadi
kita lahir dan besar di Pesaguan, namun rejeki
kita adanya di Jakarta. Tanpa usaha, rejeki itu
tetap akan ada di Jakarta, Ikhtiar mempercepat
kita mendapatkan rejeki. Kalau tidak usaha,
maka kita akan mengikuti arus nasib, sampai
rejeki itu mendatangi kita atau kita yang sudah
dekat dengan ajal baru mendapatkannya.
Sedang untuk orang beriman, Allah berfirman
-
61
172. Hai orang-orang yang beriman, makanlah
di antara rezki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada
Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu
menyembah.
Allah hilangkan kata Halal dari ayat
sebelumnya, dan Allah jadikan satu kebaikan
dari satu rejeki sebagaimana ayat sebelumnya
untuk semua manusia, menjadi Banyak
kebaikan dari satu rejeki. Seratus juta yang
didapat orang lain yang tidak beriman semisal,
tidak akan lebih bermanfaat dibanding satu
juta yang didapat oleh orang beriman. Dan lagi,
bila tadi bagi seluruh manusia, Allah
memerintahkan kita untuk mencarinya,
sedang bagi orang yang beriman, Allah
datangkan padanya rejeki, Maa Razaqnakum,
Apa yang kami rejekikan padamu.
Kita memang masih perlu ikhtiar, namun
ikhtiar itu tidak dalam bentuk kesusahan,
kepayahan, tapi dengan kemudahan –
kemudahan. Ikan di laut yang dekat, padi yang
-
62
tidak diserang hama, perdagangan yang
berlimpah dan pelanggan yang terus datang,
adalah bentuk kemudahan dari Allah, Maa
Razaqnakum, bagi orang yang beriman.
Dan bagi orang yang bertaqwa, tapi harus
semua satu kampung berusaha untuk
bertaqwa, pulang dari jUmatan ini akan
menerapkan taqwa, dari semua lapangan
kehidupan, Allah janjikan;
-
63
96. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi,
-
64
Muqaddimah Khutbah Pertama
ُنُو ِإنَّ اْلَحْمَد ِللَِّو َنْحَمُدُه َوَنْسَتِعي ْ
َوَنْستَ ْغِفُرْه َونَ ُعوُذ بِاهلِل ِمْن ُشُرْوِر َأنْ ُفِسَنا
َوِمْن َسيَِّئاِت َأْعَماِلَنا، َمْن يَ ْهِد اهللُ َفاَل
. ُمِ َّ َلُو َوَمْن ُيْ ِلْ َفاَل َىاِاَي َلوُ
َأْشَهُد َأْن اَل ِإَلَو ِإالَّ اهلل َوَأْشَهُد َأنَّ
اَللَُّهمَّ َص ِّ . ُمَحمًَّدا َعْ ُدُه َوَرُسْولُوُ
-
65
َوَسلِّْم َوبَاِرْك َعَلى ُمَحمٍَّد َوَعَلى آِلِو
َوَصْحِ ِو َوَمِن اْىَتَدى ِبُهَداُه ِإَلى يَ ْوِم
. اْلِ َياَم ِ
يَا َأيُّهاَ الَِّذْيَن َءاَمُنوا ات َُّ وا اهلَل َحقَّ .تُ َ اتِِو َواَل َتُمْوُتنَّ ِإالَّ َوَأنُتْم مُّْسِلُمْونَ
-
66
Penutup
َأقُ ْوُل قَ ْوِلْي َىَذا َوَأْستَ ْغِفُر اهلَل اْلَعِظْيَم
َواْستَ ْغِفُرْوُه، ِإنَُّو ُىَو اْلَغُفْوُر . ِلْي َوَلُ مْ
. الرَِّحْيمُ
-
67
Khutbah kedua
اَْلَحْمُد ِللَِّو الَِّذْي َأَمَرنَا بِْااِلتَِّحاِا َأْشَهُد . َوْااِلْعِتَ اِم ِبَحْ ِ اهلِل اْلَمِتْينِ
َأْن اَل ِإَلَو ِإالَّ اهللُ َوْحَدُه اَلَشرِْيَك َلُو، َوَأْشَهُد َأنَّ . ِإيَّاُه نَ ْعُ ُد َوِإيَّاُه َنْسَتِعْينُ
ُعْوُث رَْحَمً ُمَحمًَّدا َعْ ُدُه َوَرُسْولُُو، اَْلَم ْاَللَُّهمَّ َص ِّ َعَلى ُمَحمٍَّد . ِلْلَعاَلِمْينَ
ِعَ اَا . َوَعَلى آِلِو َوَأْصَحاِبِو َأْ َمِعْينَ اهلل، ِات َُّ وا اهلَل َما اْسَتَطْعُتْم َوَسارُِعْوا
-
68
ِإنَّ اهلَل . ِإَلى َمْغِفَرِة َربِّ اْلَعاَلِمْينَ ، يَاَأيُّهاَ َوَمالَِئَ َتُو ُيَ لُّْوَن َعَلى النَِّ يِّالَِّذْيَن َءاَمنُ ْوا َصلُّْوا َعَلْيِو َوَسلُِّمْوا
اَللَُّهمَّ َص ِّ َوَسلِّْم َوبَاِرْك َعَلى . َتْسِلْيًماُمَحمٍَّد َوَعَلى آِلِو َوَأْصَحاِبِو َوقَ َرابَِتِو
اَللَُّهمَّ َأْصِلْح . َوَأْزَواِ ِو َوُذرِّيَّاتِِو َأْ َمِعْينَ َ ِمْيَع ُواَلَة اْلُمْسِلِمْيَن، َواْنُ ِر
ْاإِلْساَلَم َواْلُمْسِلِمْيَن، َوَأْىِلِك اْلَ َفَرَة َواْلُمْشرِِكْيَن َوَأْعِ َكِلَمَتَك ِإَلى يَ ْوِم
-
69
ْينِ اَللَُّهمَّ اْغِفْر ِلْلُمْسِلِمْيَن . الدَِّواْلُمْسِلَماِت َواْلُمْؤِمِنْيَن َواْلُمْؤِمَناِت ُهْم َوْاأَلْمَواِت، ِإنََّك َقرِْيٌب ْاأَلْحَياِء ِمن ْ
ُمِجْيُب الدََّعَواِت َويَا َقاِضَي نَ َنا َوبَ ْيَن . اْلَحاَ اتِ اَللَُّهمَّ افْ َتْح بَ ي ْ
ُر اْلَفاِتِحْينَ . قَ ْوِمنَّا بِاْلَحقِّ َواَْنَ َ ي ْنْ َيا َحَسَنً َوِفي اآلِ َرِة رَب ََّنا آتَِنا ِفي الدُّ
.َحَسَنً َوِقَنا َعَذاَب النَّارِ ِعَ اَا اهلِل، ِإنَّ اهلَل يَْأُمرُُكْم بِاْلَعْدِل
-
70
َهى َوْاإِلْحَساِن َوِإيَتآِئ ِذي اْلُ ْرَبى َويَ ن َْعِن اْلَفْحَشآِء َواْلُمنَ ِر َواْل َ ْغِي يَِعُظُ ْم
َفاذُْكُروا اهلَل اْلَعِظْيَم . َلَعلَُّ ْم َتذَكَُّرْونَ َيْذُكرُْكْم َواْاُعْوُه َيْسَتِجْب َلُ ْم َوَلذِْكُر .اهلِل َأْك َ رُ
-
71
Tentang Penulis
Saya, Agus Kurniawan, Kelahiran Ketapang
24 Agustus 1984. Seorang Anak, Suami, dan
Ayah. PNS di Kementerian Agama Kab.
Ketapang, Penulis Kampung, Pengumpul Kata,
baru belajar menyulam cerita.
Karya saya yang telah dibukukan:
1. Lets Grow (2012)
-
72
2. KEDANG (dnakurnia, 2013),
3. Kumpulan Cerpen “Lama Tak
Menyebut Nama Mu” (kelopak
poedjangge, 2012)
4. Musim Berpindah (Kumpulan Tulisan,
2014)
5. Kumpulan Fabel Tanah Kayong “Kisah
Ikan Ulang Uli dan Putri Junjung
Buih” bersama Yudo Sudarto (Forpeka,
2015)
6. Legenda Pohon Kedondong Raksasa
dan Legenda Rakyat Tanah Kayong
lainnya (2017),
7. Ebook yang bisa didownload gratis
sudah dua judul yaitu; Ember Kosong
dan Melarung Rindu.
-
73
Tulisan saya dipublikasikan di blog
diketapang.wordpress.com
Saat ini sedang menyelesaikan Novel
keduanya dan aktif dalam pengembangan
Literasi di Ketapang dan KKU serta sebagai
pemberi materi pembekalan bagi generasi
Muda. Saya masih ingin berbagi ilmu
kepenulisan dan penerbitan buku indie,
silahkan menghubungi ke 08981330944.