jika aku menjadi seorang pemulia

7
JIKA AKU MENJADI SEORANG PEMULIA Oleh: Andy Fernando Siahaan 150510090223 Salah satu impian saya adalah menghasilkan benih padi unggul baru. Mengapa saya memilih PADI? saya terinspirasi dari seorang petani yang cuma lulusan SMP ( Pak Ito Sumitro, 56),Ciamis. Tetapi keahliannya dalam hal pemulian tanaman padi setara dengan para doktor, Varietas padi yang dihasilkan Prof Ito; panjang malai sampai 52 cm dengan jumlah bulir 702 butir. Padahal padi bunda saja, setahu saya jumlah bulir dalam 1 malai sekitar 400an butir. Tapi hasilnya bisa 20 ton/ha. Kalau kita berbicara tentang Padi, saat ini sering kita dengar mengenai Padi hibrida dan produk-produk hibrida lain Seperti jagung hibrida, cabai hibrida, tomat hibrida, melon hibrida dan lain sebagainya. Namun, Padi hibrida tak seindah komoditi pertanian hibrida yang lain. Beberapa varietas padi hibrida telah diluncurkan di Indonedia diantaranya Arize dari PT Bayer, Intani 1 dan 2 dari PT Tanindo, PP1, H1 dari PT Pioneer dan Bernas prima dari PT Sumber Alam Sutera. Sudah bertahun-tahun petani kita menguji keberadaan padi hibrida dengan segudang harapan untuk dapat mendongkrak produksinya. Sebenarnya petani sangat antusias ketika mendengar pertama kali tentang kehebatan padi hibrida yang notabene bisa berproduksi hingga 12 ton per hektar. Petani mana yang tidak tergiur jika produksinya akan mencapai 12 ton per hektar? Memang benar padi hibrida mempunyai kelebihan berpotensi produksi sangat tinggi dan mempunyai kualitas beras yang pulen dan wangi. Namun, Padi hibrida terbukti sangat rawan terhadap serangan hama wereng, sundep/ beluk

Upload: andy-fernando-siahaan

Post on 29-Nov-2015

90 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

pemulia tanaman

TRANSCRIPT

Page 1: Jika Aku Menjadi Seorang Pemulia

JIKA AKU MENJADI SEORANG PEMULIAOleh: Andy Fernando Siahaan

150510090223

Salah satu impian saya adalah menghasilkan benih padi unggul baru. Mengapa saya memilih PADI? saya terinspirasi dari seorang petani yang cuma lulusan SMP ( Pak Ito Sumitro, 56),Ciamis. Tetapi keahliannya dalam hal pemulian tanaman padi setara dengan para doktor, Varietas padi yang dihasilkan Prof Ito; panjang malai sampai 52 cm dengan jumlah bulir 702 butir. Padahal padi bunda saja, setahu saya jumlah bulir dalam 1 malai sekitar 400an butir. Tapi hasilnya bisa 20 ton/ha.

Kalau kita berbicara tentang Padi, saat ini sering kita dengar mengenai Padi hibrida dan produk-produk hibrida lain Seperti jagung hibrida, cabai hibrida, tomat hibrida, melon hibrida dan lain sebagainya. Namun, Padi hibrida tak seindah komoditi pertanian hibrida yang lain. Beberapa varietas padi hibrida telah diluncurkan di Indonedia diantaranya Arize dari PT Bayer, Intani 1 dan 2 dari PT Tanindo, PP1, H1 dari PT Pioneer dan Bernas prima dari PT Sumber Alam Sutera. Sudah bertahun-tahun petani kita menguji keberadaan padi hibrida dengan segudang harapan untuk dapat mendongkrak produksinya. Sebenarnya petani sangat antusias ketika mendengar pertama kali tentang kehebatan padi hibrida yang notabene bisa berproduksi hingga 12 ton per hektar. Petani mana yang tidak tergiur jika produksinya akan mencapai 12 ton per hektar?

Memang benar padi hibrida mempunyai kelebihan berpotensi produksi sangat tinggi dan mempunyai kualitas beras yang pulen dan wangi. Namun, Padi hibrida terbukti sangat rawan terhadap serangan hama wereng, sundep/ beluk dan ulat; membutuhkan pemupukan yang lebih banyak jika dibanding dengan varietas unggul lokal sehingga akan menambah biaya produksi bagi petani; kurang memiliki adaptasi lingkungan yang tinggi, sehingga hanya spot-spot lokasi tertentu yang cocok untuk penanaman padi hibrida; mempunyai bentuk tanaman yang tinggi dan besar sehingga akan mempersulit petani dalam perawatannya; benih padi hibrida jauh lebih mahal (Sekitar Rp.45.000/ kg) jika dibanding dengan variatas unggul lokal yang hanya sekitar Rp.5000/ kg; memerlukan perawatan dan perhatian yang lebih hati-hati, sehingga akan menambah pengeluaran tenaga dan biaya bagi petani. Melalui keluhan dan pertimbangan tersebut, muncul niat dan ide dalam benak saya untuk nantinya menemukan benih Padi unggul yang terbaik.

Sampai saat ini, upaya perbaikan genetik tanaman di Indonesia masih terbatas melalui metode pemuliaan tanaman konvensional, seperti persilangan, seleksi dan mutasi, dan masih belum secara optimal memanfaatkan aneka teknologi pemuliaan

Page 2: Jika Aku Menjadi Seorang Pemulia

modern yang saat ini sangat pesat perkembangannya di negara-negara maju. Tujuan pemuliaan masih berkisar pada upaya peningkatan produktivitas, ketahanan terhadap hama dan penyakit utama dan toleransi terhadap cekaman lingkungan (Al, Fe, kadar garam, dll), pemuliaan kearah karakter kualitas paling sering dijumpai pada komoditas hortikultura Pada umumnya, kegiatan pemuliaan di Indonesia masih didominasi oleh lembaga-lembaga pemerintah, sedangkan pihak swasta masih terbatas dalam upaya propagasi (perbanyakan) tanaman dan relatif sedikit yang sudah mengembangkan divisi R & D-nya. Riset pemuliaan molekuler masih sangat terbatas. Pemberlakuan UU No. 29 tahun 2000, yang memberikan perlindungan dan hak khusus bagi pelaku riset pemuliaan, memberi peluang untuk berkembangnya industri perbenihan kompetitif yang berbasis riset pemuliaan.

Peningkatan produktivitas tanaman umumnya merupakan tujuan yang paling sering dilakukan pemulia dalam merakit suatu kultivar. Hal ini karena peningkatan produktivitas berpotensi menguntungkan secara ekonomi. Bagi petani, peningkatan produktivitas diharapkan dapat menkonpensasi biaya produksi yang telah dikeluarkan. Peningkatan produktivitas (daya hasil per satuan luas) diharapkan akan dapat meningkatkan produksi secara nasional. Terlebih bahwa telah terjadinya pelandaian peningkatan produktivitas beberapa komoditas tanaman, utamanya padi. Pada dekade tahun 1960-1970-an, penggunaan varietas unggul padi dan perbaikan teknik budidaya telah mampu meningkatkan produktivitas secara nyata. Daya hasil padi per satuan luas meningkat dari 2-3 ton/ha menjadi 4-6 ton/ha (Nugraha, 2004). Akan tetapi setelah tahun 1980-an, peningkatan produktivitas menjadi semakin kecil. Oleh karena itu, kini di Indonesia telah dirilis sekitar 31 kultivar hibrida padi. Selain kultivar hibrida, beberapa tipe kultivar padi lainnya adalah tipe IRxx (tahan terhadap hama wereng), rasa enak (IR64) dan padi tipe baru (new plant type) seperti kultivar Ciapus dan Gilirang.

Kendala- kendala yang dihadapi seperti:

1. Jumlah pemulia tanaman yang ada relatif sedikit (± 600 orang) bila dibandingkan dengan komoditas yang harus ditangani. Ditambah dengan kualitas dan pengalaman SDM yang sangat beragam. Selain itu juga, upaya terencana untuk meningkatkan kemampuan terhadap perkembangan iptek pemuliaan yang relatif minim (training, shortcourse, workshop dll). Pendekatan yang bisa dilakukan adalah perbanyak pelatihan atau training, dengan melibatkan perhimpunan profesi pemulia (Peripi) ataupun lembaga pendidikan.

Page 3: Jika Aku Menjadi Seorang Pemulia

2. Dukungan dana yang tidak stabil dan tidak sinambung, umumnya masih tergantung dari proyek, bukan dana rutin. Riset pemuliaan/perbenihan yang memerlukan investasi yang cukup besar dan lama, dimulai dari proses penemuan kultivar yang tepat sampai uji multilokasi. Karena ketiadaan dukungan dana ini maka sering kali program pemuliaan suatu komoditas menjadi tidak sinambung. 3. Akses terhadap pustaka mutakhir yang masih minim di Indonesia. Belum semua institusi pemerintah memiliki akses yang luas terhadap jurnal-jurnal ilmiah yang baik ataupun jurnal ilmiah internasional. 4. Pemuliaan molekuler masih sangat terbatas dilakukan. Padahal potensi untuk merakit kultivar dengan beragam tujuan terbuka luas. Hal ini terjadi karena: Masih terbatas penelitian molekuler hulu (downstream), baik intensitas maupun kualitasnya yang mendukung kegiatan pemuliaan molekuler (untuk transfer gen), yaitu dalam bidang genomics, baik struktural (penentuan sekuens DNA/ struktur protein) ataupun fungsional (penentuan fungsi gen/protein dan interaksinya), seperti: identifikasi, isolasi dan karakterisasi sekuens DNA dari genom suatu tanaman, masih sangat sedikit dilakukan di negara kita. Ketiadaan peralatan, rendahnya akses terhadap jurnal-jurnal ilmiah bertaraf internasional, sumberdaya manusia yang terlatih masih sangat sedikit,ditambah dukungan dana yang masih sangat kecil dan tidakkontinyu merupakan sebagian kendala yang kita hadapi. Sebagai akibatnya para peneliti di Indonesia masih sangat tergantung terhadap hasil penelitian para peneliti asing, dan lembaga-lembaga asing lainnya (perusahaan bioteknologi ataupun lembaga riset internasional), yang umumnya telah dipatenkan. Kondisi seperti ini harus segera diakhiri, kuncinya adalah dukungan dana riset yang besar dan kontinyu untuk penelitian-penelitian genomics ini. Sehingga diharapkan dalam beberapa tahun ke depan, upaya merakit tanaman dengan gen-gen unggul untuk karakter tertentu yang memungkinkan untuk adaptif pada lahan-lahan tercekam ataupun untuk memproduksi sesuatu yang bermanfaat bagi konsumen akan dapat dilakukan, bila penelitan genomics kita maju. 5. Sosialisasi UU No. 29 tahun 2000 tentang PVT, belum berjalan seperti yang diharapkan. Petani ataupun masyarakat awam masih belum memahami Hak Perlindungan Varietas Tanaman yang Diatur dalam UU tersebut. Beberapa kali terjaid konflik antara petani dengan perusahaan benih.

Ide yang saya rangkum saat ini terkait benih Padi unggul yaitu dengan menggabungkan sifat unggul kultivar benih Padi lokal Mentik Srijaya dengan Padi Japonica. Konsep ini muncul dalam benak saya setelah membaca dan mengamati varietas-varietas Padi unggul di berbagai Provinsi di Indonesia.

Alasan saya memilih varietas padi lokal Mentik Srijaya karena dijelaskan mempunyai keunggulan; daya adaptasi yang baik pada lahan yang kekurangan air

Page 4: Jika Aku Menjadi Seorang Pemulia

(lahan kering/tegalan) cukup mempunyai daya adaptasi yang baik pada lahan-lahan sawah beririgasi teknis, mempunyai umur yang sangat genjah yaitu sekitar 75 – 80 hari dari sebar, serta mempunyai ketahanan yang cukup baik terhadap serangan hama dan penyakit, anakan produktif berkisar 15 batang, dan potensi hasil sampai dengan 7-12 ton per Ha, dapat ditanam pada lahan di dataran rendah sampai dengan medium. Dan untuk varietas Padi Japonica yang telah menyebar dan ditanam oleh petani di kabuapaten Nganjuk, Sidoarjo, dan Pasuruan ini, yaitu mempunyai keunggulan rasa nasinya yang relatif enak (pulen), dan produksi yang tidak kalah apabila dibandingkan dengan beberapa varietas unggul nasional yang telah dilepas.

Dikarenakan varietas unggul nasional yang memiliki kendala pada adaptasi lingkungan yang spesifik, maka saya memilih varietas lokal yang mempunyai produktivitas yang cukup baik dan ada juga yang mempunyai sifat tanaman yang lebih baik dari varietas unggul nasional yang telah dilepas oleh Pemerintah. Keunggulan ini dapat berupa :

1.    Produksi yang tinggi.2.    Ketahanan pada hama penyakit.3.    Ketahanan pada cekaman lingkungan, seperti kekeringan, genangan, dll).4.    Daya adaptasi pada jenis lahan tertentu.5.    Umur tanaman yang genjah.6.    Rasa nasi yang disukai.

Saya berharap para pemulia terus berusaha melakukan yang terbaik, tidak hanya mengutamakan produktivitas, tetapi juga melihat sifat lain yang penting untuk menjadi unggulan perpaduan melalui proses persilangan dan rekayasa genetika lainnya. Sekian dan Terimakasih.

Sumber: - Peran Pemuliaan Tanaman dalam Meningkatkan Produksi Pertanian di

Indonesia ( Nono Carsono, Ph.D1)- U. Susanto, A.A. Daradjat, dan B. Suprihatno. 2003. PERKEMBANGAN

PEMULIAAN PADI SAWAH DI INDONESIA. Balai Penelitian Tanaman Padi, Jalan Raya 9, Sukamandi, Kotak Pos 11 Subang 41256

Page 5: Jika Aku Menjadi Seorang Pemulia