jenis tanah
DESCRIPTION
jenis tanahTRANSCRIPT
JENIS - JENIS BATUAN, CIRI - CIRI DAN PROSES TERBENTUKNYA
Setiap batuan memiliki sifat dan ciri khusus. Sifat batuan tersebut meliputi bentuk, warna,
kekerasan, kasar atau halus, dan mengilap atau tidaknya permukaan batuan. Hal ini
disebabkan bahan-bahan yang terkandung dalam batuan berbeda-beda. Ada batuan yang
mengandung zat besi, nikel, tembaga, emas, belerang, platina, atau bahan-bahan lain. Bahan-
bahan seperti itu disebut mineral. Tiap jenis batuan mempunyai kandungan mineral yang
berbeda. Berdasarkan proses terbentuknya, terdapat tiga jenis batuan yang menyusun lapisan
kerak bumi. Tiga jenis batuan tersebut yaitu batuan beku (batuan magma atau vulkanik), batuan
endapan (batuan sedimen), dan batuan malihan (batuan metamorf).
a. Batuan Beku (Batuan Magma/Vulkanik)
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Magma merupakan
benda cair yang sangat panas dan terdapat di perut bumi. Magma yang mencapai permukaan
bumi disebut lava. Semula batuan beku berupa lelehan magma yang besar.
1) Batu Obsidian
Batu obsidian disebut juga batu kaca, memiliki warna hitam atau cokelat tua, memiliki
permukaan yang halus dan mengkilap. Dimanfaatkan untuk alat pemotong dan mata. Proses
terjadinya berasal dari magma yang membeku dengan cepat di permukaan bumi, maka itu
termasuk dalam jenis batuan beku luar atau batuan beku efusit.
2) Batu Granit
Batu granit terbentuk atas butiran yang kasar. Ada yang memiliki warna putih dan ada yang
memiliki warna keabu-abuan. Sering digunakan untuk bahan bangunan. Proses terjadi berasal
dari magma yang membeku di dalam kerak bumi. Proses pembekuan ini berlangsung secara
perlahan, maka itu termasuk dalam jenis batuan beku dalam.
3) Batu Basal
Batu basal disebut juga batu lava, memiliki warna hijau keabu-abuan dan terdiri dari butiran
yang kecil. Biasa digunakan untuk bahan bangunan juga. Berasal dari magma yang membeku di
bawah lapisan kerak bumi, bercampur dengan gas yang menyebabkan memiliki rongga-rongga
kecil. Proses terjadinya berasal dari magma yang keluar dari dapur magma dan mencapai
permukaan bumi yang membeku dengan cepat di permukaan bumi, sebab dari itu masuk dalam
jenis batuan beku luar atau batuan beku efusit.
4) Batu Andesit
Batu andesit memiliki warna putih keabu-abuan dan butirannya kecil seperti ciri pada batu basal.
Digunakan dalam pembuatan arca dan bangunan candi. Berasal dari magma yang membeku
dengan sangat cepat di bawah kerak bumi, termasuk jenis batuan beku luar atau batuan beku
efusit.
5) Batu Apung
Batu apung memiliki ciri bewarna cokelt bercampur abu-abu muda dan berongga-rongga.
Digunakan untuk mengampelas kayu dan juga digunakan untuk bahan penggosok. Berasal dari
magma yang membeku di permukaan bumi, termasuk jenis batuan beku luar atau batuan beku
efusit.
b. Batuan Endapan (Batuan Sedimen)
Batuan endapan adalah batuan yang terbentuk dari endapan hasil pelapukan batuan. Batuan
ini dapat pula terbentuk dari batuan yang terkikis atau dari endapan sisa-sisa binatang dan
tumbuhan.
1) Batu Breksi
Batu breksi terdiri atas kerikil-kerikil yang permukaannya sangat tajam. Batuan seperti ini
banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan
beku.
2) Batu Kapur
Batu kapur terdiri dari butiran-butiran kapur yang halus, memiliki warna putih sedikit keabu-
abuan, biasa digunakan sebagai bahan campuran pembuatan semen. Berasal dari endapan hasil
dari pelapukan tulang dan cangkang hewan-hewan laut.
3) Batu Konglomerat
Batu konglomerat terdiri atas kerikil-kerikil yang permukaannya tumpul. Batuan seperti ini
banyak digunakan sebagai bahan bangunan. Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan beku.
4) Batu Pasir
Batu pasir terdiri atas butiran-butiran pasir, memiliki warna bermacam-macam meliputi abu-abu,
merah, kunung atau putih. Batuan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Berasal
dari endapan hasil pelapukan batuan beku yang butirannya kecil-kecil.
5) Batu Serpih
Batu serpih terdiri dari butiran-butiran batu lempung atau yang biasa disebut dengan tanah liat,
memiliki warna abu-abu kehijauan, merah atau kuning. Dimanfaatkan sebagai bahan bangunan
dan berasal dari endapan hasil pelapukan batuan tanah.
c. Batuan Malihan (Metamorf)
Batuan malihan (metamorf) berasal dari batuan sedimen yang mengalami perubahan
(metamorfosis). Batuan sedimen ini mengalami perubahan karena mendapat panas dan tekanan
dari dalam Bumi. Jika mendapat panas terusmenerus, batuan ini akan berubah menjadi batuan
malihan.
1) Batu Genes
Batu genes memiliki warna putih keabu-abuan dan keras. Batu genes dimanfaatkan untuk barang
kerajinan seperti asbak, pot bunga dan patung. Berasal dari batuan pluto granit yang mengalami
metamorfosis karena panas dan tekanan.
2) Batu Marmer
Batu marmer memiliki warna putih dan juga ada yang berwarna hitam, keras dan permukaannya
halus. Marmer biasanya digunakan untuk membuat meja, papan nama, batu nisan dan pelapis
dinding bangunan. Berasal dari batuan kapur yang mengalami metamorfosis karena terkena
panas dan tekanan.
3) Batu Sabak
Batu sabak berwarna abu-abu tua, mudah terbelah tipis-tipis dan memiliki permukaan yang
kasar. Sebelum ada kertas, batu sabak dimanfaatkan sebagai papan untuk menulis. Berasal dari
batuan serpih yang mengalami metamorfosis.
MAKALAH JENIS – JENIS TANAH
A. Klasifikasi Teknis
Klasifikasi teknis yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi kemampuan untuk penggunaan tertentu. Misalnya, untuk menanam tanaman
semusim, tanah diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman semusim seperti kelerengan, tekstur, pH dan lain-lain. Dalam praktiknya untuk
mempelajari jenis tanah maka sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistem klasifikasi alami.
Pada awalnya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu :
1. Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi,
2. Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal terutama bahan
induk dan relief,
3. Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan perkembangan profil dan dianggap sebagai
awal proses pembentukan tanah.
Kemudian dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat
tanah (taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State
Departement of Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengantujuh pendekatan dan sejak
tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat alami berdasarkan
karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh proses genesis.
Berdasarkan ada tidaknya horizon penciri dan sifat penciri lainnya maka dalam
taksonomi tanah dibedakan atas enam kategori yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup,
family dan seri. Pada edisi Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah. Kedua
belas ordo tersebut adalah Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols, Histosols, Inceptisols,
Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisols dam Vertisols.
GAMBAR BERBAGAI ORDO TANAH
PETA PENYEBARAN TANAH DI DUNIA
Alfisols Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan basa
sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang ekuivalen dengan
jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning dan planosols.
Andisols
Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat andik.
Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.
Aridisol Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang rgim kelengasan
tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah coklat (kemerahan)
dan tanah arida (merah).
Entisols
Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada bahan
aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah aluvial, regosol
dan tanah glei humus rendah.
Gelisols
Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak dijumpai di
Indonesia
Histosols
Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah, paling tipis
40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah bog dan tanah
gambut.
Inceptisols
Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi
tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang eksterm. Jenis tanah ekuivalen
dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei humik dan glei humik rendah.
Mollisols
Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah stepa. Jenis
tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah rendzina.
Oxisols
Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari
permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah laterik.
Spodosols
Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah yang
ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.
Ultisols
Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (< 35%) yang
menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut dibentangan
lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah laterik coklat-
kemerahan dan tanah podsolik merah- kuning.
Vertisols
Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering
dijumpai retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah
tanah grumosol.
Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols,
Vertisols, Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols. Jenis tanah yang
paling banyak ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang mencapai 16.74% dari luas lahan yang
ada di Indonesia (Sutanto, 2005).
B. Karakteristik tanah yang terdapat di Indonesia dan di Dunia.
Jenis-Jenis Tanah- Interaksi antara faktor-faktor pembentuk tanah akan
menghasilkan tanah dengan sifat-sifat yang berbeda. Berdasarkan pada faktor pembentuk dan
sifat tanah inilah, beberapa ahli mengklasifikasikan tanah dengan klasifikasi yang berbeda.
Tingkat kategori yang sudah banyak dikembangkan dalam survei dan pemetaan tanah di
Indonesia, yaitu tingkat kategori jenis (great soil group).
Klasifikasi jenis-jenis tanah pada tingkat tersebut sering digunakan untuk
mengelompokkan tanah di Indonesia.
1. Tanah Organosol atau Tanah Gambut
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa, mempunyai ciri
warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debulempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat
sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya
proses pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan,
dan Papua, kurang baik untuk pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman tinggi.
2. Tanah Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan. Bahannya berasal dari
material halus yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis ini banyak
terdapat di daerah datar sepanjang aliran sungai.
3. Tanah Regosol
Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar.
Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah
Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
4. Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak
begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan
secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh
Indonesia.
5. Tanah Latosol
Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan
ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api
kemudian mengalami proses pelapukan lanjut.
6. Tanah Grumusol
Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah
iklim subhumidatau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.
7. Tanah Podsolik
Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa
bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan
rendah hingga sedang, warna merah, dan kering.
8. Tanah Podzol
Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim basah,
topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua Barat.
Kesuburan tanah rendah.
9. Tanah Andosol
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah beriklim
sedang dengan curah hujan di atas 2.500 mm/tahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di
daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter. Warna tanah jenis ini
umumnya cokelat, abu-abu hingga hitam.
10. Tanah Mediteran Merah Kuning
Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah
beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian di bawah 400 m. Warna
tanah cokelat hingga merah. Khusus tanah mediteran merah kuning di daerah topografi karst
disebut ”Terra Rossa”.
11. Hidromorf Kelabu
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi
yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, dan warna kelabu
hingga kekuningan
C. Jenis Tanah, Persebaran Dan Pemanfaatannya Di Indonesia
Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil
pelapukan dan pengendapan batuan. Di dalam tanah banyak mengandung bermacam-macam
bahan organik dan anroganik. Bahan organik berasal dari jasad-jasad makhluk hidup yang telah
mati, baik flora, fauna maupun manusia, sedangkan bahan anorganik berasal dari benda-benda
mati berupa batuan dan mineral.
A. Tanah Vertikal
Bentuk persebaran tanah vertikal dapat kalian lihat saat ada penggalian parit, liang, atau
sumur. Saat mencapai kedalamantertentu, kalian akan melihat perbedaan warna lapisan tanah.
Perbedaan warna lapisan tanah tersebut dikenal dengan sebutan profil tanah.
Secara garis besar, profil tanah terdiri atas empat lapisan yaitu :
I. Lapisan Tanah Atas (Topsoil)
Lapisan tanah ini merupakan bentuk lapisan tanah yang paling subur, berwarna cokelat
kehitam-hitaman, gembur, dan memiliki ketebalan hingga 30 cm. Pada lapisan tanah inilah
berkembang aktivitas organisme tanah. Warna cokelat kehitaman dan kesuburan tanah pada
lapisan ini disebabkan pengaruh humus (bunga tanah), yaitu campuran sisa tumbuhan dan hewan
yang telah mati dan membusuk di dalam lapisan atas.
II. Lapisan tanah bawah (Subsoil)
Lapisan tanah ini merupakan lapisan tanah yang berada tepat di bawah lapisan topsoil.
Lapisan ini memiliki sifat kurang subur karena memiliki kandungan zat makanan yang sangat
sedikit, berwarna kemerahan atau lebih terang, strukturnya lebih padat, dan memiliki ketebalan
antara 50 - 60 cm. Pada lapisan ini, aktivitas organisme dalam tanah mulai berkurang, demikian
juga dengan sistem perakaran tanaman. Hanya tanaman keras yang berakar tunggang saja yang
mampu mencapainya.
III. Lapisan bahan induk tanah (Regolith)
Lapisan bahan ini merupakan asal atau induk dari lapisan tanah bawah. Pada profil tanah,
lapisan ini berwarna kelabu keputih-putihan, bersifat kurang subur karena tidak banyak
mengandung zat-zat makanan, strukturnya sangat keras, dan sulit ditembus sistem perakaran. Di
lereng-lerang pegunungan lipatan atau patahan lapisan ini seringkali tersingkap dengan jelas.
Akan tetapi karena sifat-sifat tersebut, maka lapisan tanah ini sulit dibudidayakan dan hanya
akan menghasilkan tanaman yang kerdil dan tidak berkembang.
IV. Lapisan batuan induk (Bedrock)
Lapisan batuan ini merupakan bentuk batuan pejal yang belum mengalami proses
pemecahan.Lapisan ini terletak di lapisan paling bawah, sehingga jarang dijumpai manusia.
Akan tetapi di pegunungan lipatan atau patahan, lapisan ini terkadang tersingkap dan berada di
lapisan atas. Bila hal ini terjadi, maka lahan tersebut merupakan lahan yang tandus dan tidak
dapat ditanami karena masih merupakan lapisan batuan.
B. Tanah Horizontal
Tanah Horizontal adalah lapisan tanah paling atas yang di setiap wilayah permukaan
bumi berbeda-beda jenisnya. Persebaran tanah secara horizontal di Indonesia dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, berikut ini.
1) Tanah gambut (Organosol)
Ciri-ciri : Tanah gambut berwarna hitam, memiliki kandungan air dan bahan organik
yang tinggi, memiliki pH atau tingkat keasaman yang tinggi, miskin unsur hara, drainase jelek,
dan pada umumnya kurang begitu subur.
Persebaran : Paling banyak terdapat di Kalimantan Selatan, disusul Sumatra Selatan,
Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Jambi, Kalimantan Timur, dan Papua bagian
Selatan.
Pemanfaatan : Jenis tanah ini terbatas untuk pertanian perkebunan seperti karet, kelapa
dan palawija.
2) Tanah latosol
Ciri-ciri : Tanah latosol berwarna merah kecokelatan, memiliki profil tanah yang dalam,
mudah menyerap air, memiliki pH 6 – 7 (netral) hingga asam, memiliki zat fosfat yang mudah
bersenyawa dengan unsur besi dan aluminium, kadar humusnya mudah menurun. Jenis tanah ini
pada dasarnya merupakan bentuk pelapukan dari batuan vulkanis.
Persebaran : Tersebar di kawasan Bukit Barisan (Sumatra), Jawa, Kalimantan Timur dan
Selatan, Bali, Papua, dan Sulawesi.
Pemanfaatan :---
3) Tanah regosol
Ciri-ciri : Tanah regosol merupakan hasil erupsi gunung berapi, bersifat subur, berbutir
kasar, berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6 - 7, cenderung gembur, kemampuan menyerap
air tinggi, dan mudah tererosi.
Persebaran : Persebaran jenis tanah ini di Indonesia terdapat di setiap pulau yang
memiliki gunung api, baik yang masih aktif ataupun yang sudah mati.
Pemanfaatan : Banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
4) Tanah alluvial
Ciri-ciri : Tanah aluvial meliputi lahan yang sering mengalami banjir, sehingga dapat
dianggap masih muda. Sifat tanah ini dipengaruhi langsung oleh sumber bahan asal sehingga
kesuburannya pun ditentukan sifat bahan asalnya.
Misalnya tanah yang terdapat di Lembah Sungai Bengawan Solo yang berasal dari
pegunungan karst (Pegunungan Sewu), umumnya kurang subur karena kekurangan unsur fosfor
dan kalium. Sebaliknya, tanah di lembah Sungai Opak, Progo, dan Glagah yang berasal dari
Gunung Merapi umumnya lebih subur karena tergolong gunung muda sehingga kaya akan unsur
hara dan tersusun atas debu vulkanis yang produktif.
Persebaran : Tersebar luas di sepanjang lembah sungai-sungai besar di Indonesia.
Pemanfaatan : Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap, dapat menyerap air, dan
permeabel sehingga cocok untuk semua jenis tanaman pertanian.
5) Tanah litosol
Ciri-ciri : Tanah litosol dianggap sebagai lapisan tanah yang masih muda, sehingga bahan
induknya dangkal (kurang dari 45 cm) dan seringkali tampak di permukaan tanah sebagai batuan
padat yang padu. Jenis tanah ini belum lama mengalami pelapukan dan sama sekali belum
mengalami perkembangan.
Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu
tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara
sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh
Indonesia.
Persebaran : Jenis tanah ini tersebar luas di seluruh Kepulauan Indonesia, meliputi Jawa
Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, dan Maluku Selatan. Adapun di Sumatra, jenis
tanah ini terdapat di wilayah yang tersusun dari batuan kuarsit, konglomerat, granit, dan batu
lapis.
Pemanfaatan : Jika akan dimanfaatkan untuk lahan pertanian, maka jenis tanah ini harus
dipercepat perkembangannya, antara lain, dengan penghutanan atau tindakan lain untuk
mempercepat pelapukan dan pembentukan topsoil.
6) Tanah Grumusol
Ciri-ciri : Tanah grumusol pada umumnya mempunyai tekstur liat, berwarna kelabu
hingga hitam, pH netral hingga alkalis, dan mudah pecah saat musim kemarau. Di Indonesia,
jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m di atas
permukaan laut dengan topografi agak bergelombang hingga berbukit, temperatur rata-rata 25oC,
curah hujan <2.500 mm, dengan pergantian musim hujan dan kemarau yang nyata.
Tanah grumusol adalah tanah yang terbentuk dari material halus berlempung. Jenis
tanah ini berwarna kelabu hitam dan bersifat subur. Tanah ini tersebar di
JawaTengah,JawaTimur,Madura,Nusa Tenggara, dan Sulawesi Selatan. Tanaman yang dapat
tumbuh di tanah grumusol adalah padi, jagung, kedelai, tebu, tembakau, dan jati.
Persebaran : Persebarannya meliputi Sumatra Barat, Jawa Barat (daerah Cianjur), Jawa
Tengah (Demak, Grobogan), Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro, Ngawi, Madiun, dan Bangil),
serta di Nusa Tenggara Timur.
Pemanfaatan : Pemanfaatan jenis tanah ini pada umumnya untuk jenis vegetasi rumput
rumputan atau tanaman keras semusim (misalnya pohon jati). Tanah Grumosol cocok untuk
tanam Padi
7) Tanah andosol
Ciri-ciri : Tanah ini berasal dari sisa abu vulkanik dari letusan suatu gunung berapi. Oleh
karenanya, tanah ini mudah dijumpai di daerah sekitar lereng gunung berapi. Tanah Andosol ini
sangat subur untuk ditanami dan tanah ini bertekstur gembur hingga menyerupai lempung,
bahkan di beberapa wilayah, tanah ini bertekstur debu. Hal ini menjadi salah satu alasan petani
menyukai tanah Andosol ini.
Tanah ini mudah saat diolah. Mudah untuk saat dicangkul dan salah satu kelebihannya
memiliki pori-pori tanah sehingga sirkulasi udara mudah masuk kedalam akar-akar tanaman.
Sehingga tanaman yang ditanami memiliki kemungkinan panen yang lebih tinggi karena
tumbuhan tersebut memiliki pasokan udara yang cukup. Tanah Andosol ini biasanya digunakan
sebagai lahan perkebunan untuk menanam tanaman seperti the, kopi, pinus, dan lain-lain.
Persebaran : Tersebar di pulau-pulau yang memiliki gunung api aktif, seperti di Sumatra
bagian Barat, Jawa, Bali, dan sebagian Nusa Tenggara. Tanah jenis ini banyak ditemukan di
dataran tinggi bersuhu sedang hingga dingin.
Pemanfaatan : Jenis tanah ini banyak dikembangkan untuk tanaman perkebunan dan
hortikultura.
8) Tanah podzolik merah-kuning
Jenis tanah ini memiliki lapisan solum tanah yang agak tebal, yaitu 90-180 cm dengan
batas-batas antara horizon yang nyata. Warna tanah ini kemerah-merahan hingga kuning atau
kekuning-kuningan. Struktur B horizonnya adalah gumpak, sedangkan teksturnya dari lempung
berpasir hingga liat sedangkan kebanyakannya adalah lempung berliat. Konsistensinya adalah
gembur dibagian atas (top soil) ean teguh dibagian lapisan bawah tanah (sub soil).
Kandungan bahan organik pada lapisan olah (top soil) adalah kurang dari 9 persen dan
umumnya sekitar 5 persen. Kandungan unsur hara tanaman seperti N, P, K, dan Ca umumnya
rendah dan reaksibtanah (pH) sangat rendah yaitu antara 4-5,5. Tingkat permeabilitas, infiltrasi
dan perkolasinya sedang hingga lambat, pada lapisan permukaan umumnya sedang dan makin
kebawah makin lambat. Tanah ini mempunyai sifat kimia yang kurang baik, sedangkan sifat
fisiknya tidak mantap dengan stabilitas agregat kurang. Sebagai akibatnya tanah ini mudah
terkena bahaya erosi akibat gerakan air. Sebagai bukti banyak terdapat erosi parit yang cukup
dalam di daerah-daerah jenis tanah ini.
Ciri-ciri : Berasal dari bahan induk batuan kuarsa di zona iklim basah dengan curah hujan
antara 2.500 - 3.000 mm/tahun. Sifatnya mudah basah dan mudah mengalami pencucian oleh air
hujan, sehingga kesuburannya berkurang.
Persebaran : Tanah podzolik merah-kuning merupakan jenis tanah yang memiliki
persebaran terluas di Indonesia. Tersebar di dataran-dataran tinggi Sumatra, Sulawesi, Papua,
Kalimantan, Jawa Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Pemanfaatan : Jenis tanah ini dapat dimanfaatkan untuk persawahan dan perkebunan.
9) Tanah rendzina
Ciri-ciri : Rendzina merupakan tanah padang rumput yang tipis berwarna gelap, terbentuk
dari kapur lunak, batu-batuan mergel, dan gips. Pada umumnya memiliki kandungan Ca dan Mg
yang tinggi dengan pH antara 7,5 - 8,5 dan peka terhadap erosi.
Persebaran : Tanah rendzina tersebar tidak begitu luas di beberapa pulau Indonesia.
Berdasarkan luasannya, daerah-daerah di Indonesia yang memiliki jenis tanah ini adalah Maluku,
Papua, Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Pegunungan Kapur di Jawa.
Pemanfaatan : Jenis tanah ini kurang bagus untuk lahan pertanian, sehingga
dibudidayakan untuk tanaman-tanaman keras semusim dan palawija.
Berikut ini adalah peta persebaran jenis tanah di Indonesia:
Keterangan Warna:
Merah: Tanah Vulkanis. Jenis tanah ini banyak terdapat di daerah sekitar gunung berapi. Tanah ini
terbentuk dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan. Jenis tanah ini umumnya
mempunyai ciri berbutir halus, sifatnya tidak mudah tertiup angin, dan jika terkena hujan lapisan
tanah bagian atas menutup sehingga tanah ini tidak mudah erosi. Jenis tanah ini sangat subur.
Pemanfaatannya biasanya dipergunakan untuk pertanian dan perkebunan.
Biru: Tanah Aluvial. Tanah ini juga sering disebut tanah endapan, yaitu berupa lumpur dan pasir
halus yang terbawa oleh air sungai, lalu diendapkan di dataran rendah, lembah dan sekungan
sepanjang daerah aliran sungai. Tanah aluvial tidak semuanya mempunyai kandungan unsur hara
yang sama. Tinggi rendahnya kandungan unsur haranya tergantung pada tanah induknya.
Pemanfaatannya sebagai pertanian (persawahan) karena kondisi keasamannya yang sesuai dan
letaknya berada di daerah rendah.
Merah muda: Tanah Laterit. Tanah ini biasanya berwarna merah atau kekuning-kuningan. Tanah
laterit miskin akan unsur hara sehingga tidak subur. Tanah ini banyak dijumpai di daerah
pegunungan yang hutannya sudah gundul atau lapisan humusnya telah habis karena adanya erosi
(tererosi). Jenis tanah ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, harus segera diadakan penghijauan
atau reboisasi, yaitu dengan cara mengusahakan menanami kembali supaya tanah tersebut dapat
subur kembali. Tanah ini dipergunakan sebagai bahan baku industri gerabah (keramik).
Ungu: Tanah Litosol. Tanah ini sering juga disebut tanah berbatu-batu. Tanah ini terbentuk karena
pelapukan batuan yang sempurna sehingga sukar ditanami atau kandungan unsur haranya sangat
rendah. Sebagian besar jenis tanah ini tidak bisa dimanfaatkan, hanya sebagian kecil yang
produktif dimanfaatkan untuk tanaman keras, tegalan, palawija, dan padang rumput.
Biru Muda: Tanah Organosol atau tanah gambut, yaitu tanah yang berasal dari bahan organik yang
terbentuk karena genangan air sehingga peredaran udara di dalamnya sangat kurang dan proses
penghancurannya menjadi tidak sempurna karena kekurangan unsur hara.
Selain keterangan dan peta di atas, masih banyak lagi jenis tanah yang tersebar di
Indonesia, seperti: Tanah mergel yang tersebar di daerah dataran rendah seperti di Solo, Madiun,
Kediri, dan Nusa Tenggara; Tanah Terasora tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara, Maluku, dan Sumatera; Tanah Humus terdapat di Kalimantan Sumatera, Sulawesi dan
Papua; dan sebagainya.
TUGAS ILMU PENGETAHUAN ALAM
JENIS BATU- BATUAN DAN TANAH
DISUSUN OLEH:
HENDRA JATI WIRANATA
NO ABSEN : 19
SD N 03 MANYARAN
SEMARANG
2014