jdih.empatlawangkab.go.idjdih.empatlawangkab.go.id/file_peraturan/perda_12_2011.pdf · berdasarkan...

37
mbang rr' N t\_ PERATURAN DAERAH KABUP ATEN EMP AT LAWANG NOMOR I :t TA.HlTN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMA T TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI EMPAT LA WANG, a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah di Kabupaten Empat Lawang perlu ditinjau kembali dan disesuaikan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas, perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Pajak-Pajak Daerah; 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 1997 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3684); 2. 3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987); Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pembentukan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 88 Tambahan Lembaran N egara RI Nom or 4115) ; Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Perubahan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); ,6. / Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan V Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Empat Lawang di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara RI Nomot 4677); Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Rl Nomor 5049) ; ' www.jdih.empatlawangkab.go.id

Upload: vunga

Post on 08-Jun-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

mbang

rr' N -~/) t\_

PERATURAN DAERAH KABUP ATEN EMP AT LAW ANG

NOMOR I :t TA.HlTN 2011

TENTANG

PAJAK DAERAH

DENGAN RAHMA T TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI EMPAT LA WANG,

a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah di Kabupaten Empat Lawang perlu ditinjau kembali dan disesuaikan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas, perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Pajak-Pajak Daerah;

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 1997 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3684);

2.

3.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987);

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pembentukan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 88 Tambahan Lembaran N egara RI Nom or 4115) ;

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Perubahan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

,6. / Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan V Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

126, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Empat Lawang di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara RI Nomot 4677);

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Rl Nomor 5049) ; '

www.jdih.empatlawangkab.go.id

...

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439);

10. i Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten!Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia TahW1 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4337);

11. Peraturan Daerah Nomor 39 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menj adi Kewenangan Kabupaten Em pat La wang;

12 Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Daerah Kapupaten Empat Lawang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Empat La wang.

Dengan Persctujuan Bersama

DE,VANPERWAKILANRAKYATDAERAHKABUPATENEMPATLAWANG

~netapkan

..

dan

BUPATI EMPAT LA WANG

MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK DAERAH

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

BABI

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:

Kabupaten adalah Kabupaten Empat Lawang.

Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Empat Lawang.

Kepala Daerah adalah Bupati Empat Lawang.

Dewan Perwakilan Rakyat Daer3J.~ yang selanjutnya disingkat DPRD, adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah .

Kepala Daerah adalah Bupati Empat Lawang.

Sekretarit Daerah adalah Sekretariat Daerah Kabupaten Empat Lawang.

Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Perpajakan Daerah sesuai ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

9. Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak: melak:uk:an usaha yang meliputi perseorangan terbatas, perseorangan komanditer, perseorangan lainnya.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

10. Badan usaha milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi ma.ssa, organisasi sosial, politik, atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

11. Pajak Hotel adalah Pajak atas pelayanan yang disediakan oleh Hotel.

12. Hotel adalah Bangunan yang khusus di sediakan bagi orang untuk menginap/istirahat, memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainya yang menyatu, apartemen dan kondomonium dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkanto~an.

13. Pajak Restoran adalah Pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

14. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan danlatau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejanisnya tennasuk jasa boga/catering.

15. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.

16. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, pennainan, dan atau keramaian yang dinikrnati dengan dipungut bayaran.

17. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan rek.Iame.

18. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenal.kan, menganjurkan,

, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terbadap barang, jasa. orang, atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.

19. Pajak Penerangan Jalan adalah Pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

20. Pajak Mineral bukan Logam dan bantuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di da1am dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

21. Mineral bukan logam dan batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dima.ksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.

22. Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

23. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.

24. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengembilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

25. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah pennukaan tanah.

26. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusaha sarang burung Walet.

27. Burung Walet adalah satwa yang tennasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxjma, collocalia esculanta, dan collocalia linchi.

28. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi ~at~u bangunan yang dimilik~ dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pnbadt atau badan, kecuali kawasan yang digunak:an untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

.-

29. Bumi adalah pennukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Kabupaten!K.ota.

30. Bangunan ada1ah Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah danlatau perairan peda1aman danlatau 1aut.

31. Nilai jual Objek pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP, ada]ah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti.

32. Bea Peroleban Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.

33. Pero1eban Hak atas Tanah danlatau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.

34. Hak atas Tanah danlatau Bangunan adalah hale atas tanab, termasuk hale pengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan.

35. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenak:an Pajak.

36. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan perpajakan daerah.

37. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender, kecuali bila wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

38. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, da1am masa pajak, dalam tahan pajak, atau dalam bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan Perpajakan Daerah.

39. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, pemungutan besarnya pajak yang terutang sam.pai kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya.

40. Surat Pemberihatuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD, adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk: me1aporkan penghitungan dan/atau pembayarn pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, danlatau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan perpajakan daerah.

41. Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat SPOP, adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data subjek dan objek pajak bumi dan bangunan Pedesaan dan Perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan perpajakan daerah.

42. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan fonnulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

43. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah Surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang.

44. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, yang selanjutnya disingkat SPPT, adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan yang terutang kepada wajib pajak.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

45. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah lcredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi asministrati±: dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

46. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

47. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah lcredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

48. . Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingk:at SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah lcredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

49. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD, adalab surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

50. Surat Keputusan Pembulatan adalah, surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu da1am peraturan Perundang-undangan Perpajakan Daerah yang terdapat dalam surat pemberitahuan pajak terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat ketetapan pajak Daerah kurang bayar tambaban, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak DaerahLebih Bayar, Surat Tagiban Pajak Daerab, Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan.

51. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat pemberitahuan Pajak terutang, Surat Keputusa.n Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh waib pajak.

52. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh wajib pajak.

53. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi barta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun Pajak tersebut.

54. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, danlatau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan Perundang-undangan perpajakan Daerah.

55. Penyidikan tindak pidana di bidang Perpajakan daerah adalah serangkaian tin~ yang dilakukan o leh penyidik untuk mencari sarta mengumpulkan bukt1 yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah serta menemukan tersangkanya.

56. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Empat Lawang.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

..

57. Juru Sita Pajak adalah pegawai yang ditunjuk untuk melalcukan penyitaan, dan menguasai barang atau harta wajib pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku .

58. Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara adalah Kantor pelayanan piutang dan lelang Negara yang wilayah kerjanya meliputi Daerah Kota.

BABll

JENIS -PAJAK

Pasal2

(1) Nama Pajak Daerah terdiri atas:

a.

b.

c.

d.

e.

£

g.

h.

1.

j.

Pajak Hotel, dipungut pajak atas setiap pelayanan yang disediakan oleh hotel;

Pajak Restoran, dipungut pajak atas setiap pelayanan yang disediakan oleh restoran;

Pajak Hiburan, dipungut atas setiap penyelenggaraan hiburan;

Pajak Reklame, dipungut pajak atas setiap penyelenggaraan reklame;

Pajak Penerangan Jalan, dipungut pajak atas setiap penggunaan tenaga listrik;

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, dipungut pajak atas setiap kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan;

Pajak Parkir, dipruigUt pajak atas penyelenggaraan parkir;

Pajak Air Tanah, dipungut pajak atas setiap pengambilan dan I atau pemanfatan Air Tanah;

Pajak Sarang Burung Walet, dipungut pajak atas setiap kegiatan pengambilan dan I atau pengusaha Sarang Burung Walet;

Pajak Bumi dan Bangunan · Perdesaan dan Perkotaan, dipungut pajak atas setiap kepemilikan, penguasaan, dan I atau pemanfaatan bumi dan I atau bangunan; dan

k. Bea Perolehan Hale Atas Tanah dan Bangunan, dipungut pajak atas setiap perolehan hak tas tanah dan I atau bangunan.

/. ;. •/)· ... ·

(2) JeBis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai danlatau disesuaikan dengan kebijakan daerah yang ditetapkan dengan peraturan Daerah.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

-.

Bagian Kesatu

Pajak Hotel

Pasal3

(1) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk: jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olah raga dan hiburan.

(2) Jasa Penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fasilitas telepon, facsimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, setrika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.

(3) Tidak tennasuk objek Pajak Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarak:an oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;

b. jasa sewa apartemen, kondorninium dan sejenisnya;

c. jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;

d. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuha.n, dan panti sosiallainnya yang sejenis; dan

e. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel yang dapat dimanfaatkan o leh umum

Pasal4

(1) Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi a tau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusabakan hotel

(2) Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahak:an hotel

Pasal5

Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel.

Pasa16

TarifPajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

Pasal 7

(1) Besaran Pokok Pajak Hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 5.

(2) Pajak Hotel yang terutang dipungut di wilayab daerah tempat hotel berlokasi.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

f. Sirlcus, Akrobat, dan Sulap;

g. Permainan bilyar, Golf: dan boling;

h. Pacuan Kuda, kendaraan Bermotor dan permainan ketangkasan;

1. Panti Pijat/refleks~ mandi uap/spa dan pusat kebugaran (fitness center); dan

J. Pertandingan olah raga.

(3) Penyelenggaraan hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dikecualikan dengan Peraturan Daerah.

Pasal14

(1) Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan.

(2) Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.

Pasa115

(1) Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan.

(2) Jumlah uang yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga dan tiket Cuma-Cuma yang diberikan kepada penerima jasa hiburan.

Pasal16

Besarnya tarifPajak untuk setiap jenis hiburan adalah :

a. Untuk jenis pert:unjukan dan keramaian umum yang menggunakan sarana Film di bioskop ditetapkan :

1. Golongan A sebesar 20% ( dua puluh persen)

2. Golongan A I Sebesar 15% ( lima belas persen )

3. Golongan B sebesar 10% ( Sepuluh persen)

4. Golongan B I Sebesar 7,5% ( Tujuh koma lima Persen)

5. Bioskop Mini sebesar 5% ( Lima Persen )

6. Bioskop Keliling 5% ( Lima Persen )

b. Penyelenggaraan pertandingan olah raga adalah sebesar 15% (lima belas persen) dari harga tanda masuk.

c. Penyelenggaraan hiburan kesenian berupa show, pergelaran musik, pergelaran busana, kontes kecantikan, dan sejenisnya adalah 20% ( dua puluh persen) dari harga tanda masuk.

d. Penyelenggaraan hiburan kesenian berupa kesenian trad.isional seperti drama, puis~ dan sejenisnya yang bertujuan untuk melestarikan budaya nasional adalah sebesar 5% (lima persen) dari harga tanda masuk.

e, P~ny~lenggaraan klub malarn~ diskotik, karaoke, lounge, cave, bar, pab dan seJemsnya adalah sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah yang dibayar konsumen.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

.-

...

Bagian Kedua

Pajak Restoran

Pasa18

(1) Objek Pajak Resto ran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran.

(2) Pelayanan yang disediakan restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik di konsumsi di tempat pelayanan maupun dikonsumsi di tempat lain.

'v/ (3) Tidak termasuk objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi batas Rp. 500.000,00,-/bulan.

Pasal9

(1) Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan · danlatau minuman dari restoran.

(2) Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengubasakan restoran.

PasallO

Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau seharusnya diterima restoran.

Pasal11

TarifPajak Restoran ditetapkan sebesar 10% ( Sepuluh Persen)

Pasal12

(1) Besaran pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaiman dimaksud dalam pasal 11 dengan pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 0.

(2) Pajak Resto:an yang temtang dipungut di wilayah daerah tempat restoran berlokasi.

Bagian Ketiga

Pajak Hiburan

Pasal 13

(1) Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelengaraan hiburan dengan dipungut bayaran

(2) Hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. Tontonan Film;

b. Pagelaran Kesenian, Musik, Tari dan/atau Busana;

c. Kontes Kecantikan, Binaraga, dan sejenisnya;

d. Pameran;

e. Diskotik, Karaoke, Klab malam dan sejenisnya;

. ..

www.jdih.empatlawangkab.go.id

.

£ Permainan bilyard dan seJemsnya adalah sebesar 10% (sepuluh persen) dari pendapatan kaotor.

g. Permainan vidio games atau mesin keeping, ketangkasan elektronik dan sejenisnya ada1ah sebesar 20% (dua puluh persen)dari pendapatan kotor.

h. Untuk padang golp dipungut pajak setiap pemain dan atau perorang adalah sebesar 20% ( dua puluh persen).

1. Penyelenggaraan perrnainan bowling adalah sebesar 5% (lima persen) dari pendapatan kotor.

J. Penyelenggaraan hiburan berupa panti pijat sebesar 15% (lima belas persen) dari pendapatan kotor.

k. Mandi Uap (stembath) mandi sauna dan sejenisnya sebesar 15% (lima belas persen) dari pendapatan kotor.

1. Pertunjukan dan ketcrampilan umum yang menggunakan elektroni.k: dipungut pajak setiap bulan per unit dengan per koin kelipatan Rp. 50,-.

m. Panggung terbuka dipungut pajaknya sebesar 10% (sepuluh persen) dari harga tanda masuk.

n. Panggung tertutup dipungut pajaknya sebesar 15% (lima belas persen) dari harga tanda masuk.

o. Pasar seni dan Pameran dipungut pajaknya sebesar 10% (sepuluh persen) dari harga tanda masuk.

p. Permainan Dunia fantasi dan temp at wisata dipungut pajaknya sebesar 10% (sepuluh persen) dari harga tanda masuk.

TarifPajak Hiburan ditetapkan sebesar 35% (tiga puluh lima persen) Khusus untuk hiburan berupa permainan ketangkasan. diskotik, klab malam. karaoke, mandi uap, panti pijat, pagelaran busana, dan kontes kecantikan tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 75%(tujuh puluh lima persen) . Khusus hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen)

Pasal 17

· (1) Besaran pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.

(2) Pajak Hiburan yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat hiburan diselenggarakan.

Bagian Keempat

Pajak Reklame

Pasal18

(1) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.

(2) Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : reklame papan 1 billboard I videotron I megatron dan sejenisnya;

a. Reklame kain;

b. Reklame melekat, stiker;

www.jdih.empatlawangkab.go.id

c. Reklame selebaran;

d. Reklame berjalan, tennasuk pada kendaraan;

e. Reklame udara;

f. Reklame apung;

g. Reklame suara;

h. Reklame flirnlslide; dan

1. Reklame peragaan.

(3) Tidak terrnasuk sebagai objek Pajak Reklame adalah :

a. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta bar:ian, warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya;

b. labellmerk produk: yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi untuk: membedakan dari produk sejenis lainnya;

c. nama pengenal usaha. atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut;

d. reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; dan

e. Penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pasal19

(1) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame.

(2) Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau bada.n yang menyelenggarakan reklame.

(3) Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi atau badan. maka wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan tersebut.

( 4) Dalam hal reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga terse but menjadi Wajib Pajak Reklame.

Pasal20

(1) Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame.

(2) Dalam hal Reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) ditetapkan berdasarkan nilai kontrak Reklame.

(3) Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri, Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan memperhatikan faktor jenis, baban yang digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah, -Uan ukuran media Reklame.

(4) Dalam hal Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diketahui dan/atau dianggap tidak wajar, Nilai Sewa Reklame ditetapkan dengan menggunakan faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Cara perhitungan Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan Rumus : Jenis Reklame x Jumlah Reklame x Indeks Lokasi Penempatan Reldame (Nilai Strategis) x Waktu Penyelenggaraan Reklame x Jangka Waktu Penyelenggaraan Reklame x Ukuran Media Reklame.

(6) Hasil perhitungan Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

... Pasal21

TarifPajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (dua puluh lima persen).

Pasal22

(1) Besaran pokok Pajak Reklame yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal20 ayat (1).

(2) Pajak Reklame yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat reklame tersebut diselenggarakan.

Bagian Kelima

Pajak Pcnerangan Jalan

Pasal23

(1) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleb dari sumber lain.

(2) Listrik yang dihasilkan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi seluruh pembangkit listrik.

(3) Dikecualikan dari objek Pajak Penerangan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) adalah:

a. penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah;

b. penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan asing dengan asas timbal balik:;

c. penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dari instansi teknis terkait; dan

d. penggunaan tenaga listrik lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.

Pasal24

(1) Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang dapat menggunakan tenaga I istrik.

(2) Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik.

(3) Da1am hal tenaga listrik disediakan oleh sumber lain maka Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah penyedia tenaga listrik.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

• Pasa125

(1) Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai Jual Tenaga Listrik.

(2) Nilai Jual Tenaga Listrilc sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) ditetapkan:

a. dalam hal tenaga listrik berasal dari sumber lain dengan pembayaran. Nilai Jual Tenaga Listrik adalah jumlah tagihan biaya bebanltetap ditambah dengan biaya pemakaian kwh/variabel yang ditagibkan dalam rekening listrik;

b. dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendir~ Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu pemakaian listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Daerah yang

· bersangkutan.

Pasal26

(I) Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapakan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

(2) Penggunaan tenaga listrik dari swnber lain oleh indu~ pertambangan minyak bumi dan gas alarn, tarif pajak penerangan jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3% (tiga persen).

(3) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendir~ tarif pajak penerangan jalan ditetapkan sebesar 1,5% (satu koma lima persen).

Pasal27

(1) Besaran pokok Pajak Penerangan Jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasa124.

(2) Pajak Penerangan Jalan yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat penggunaan tenaga listrik.

(3) Hasil penerimaaan Pajak Penerangan Jalan sebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan.

Bagian Keenam

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Pasal28

(1) Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang meliputi:

1. ashes;

2. batu tulis~

3. batu setengah pennata;

4. batu kapur;

5. batu apung;

6. batu permata;

7. bentonit;

8. dolo mit;

9. feldspar; www.jdih.empatlawangkab.go.id

.· 10. garam batu (halite);

11. grafit;

12. granit/andesit;

13. gips;

14. kalsit;

15. kaolin;

16. leusit;

17. magnesit;

18. mika;

19. manner;

20. nitrat;

21. opsidien;

22. oker;

23. pasir dan kerikil;

24. pasir kuarsa;

25. perlit;

26. phospat;

27. talk;

28. tanah serap(fullers earth);

29. tanah diatome;

30. tanah liat;

31. tawas (alum);

32. tras;

33. yarosif;

34. zeolit;

35. basal;

3 6. trakkit; dan

37. mineral bukan logam dan batuan lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang­undangan.

(2) Dikecualikan dari objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang nyata-nyata tidak: dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah untuk keperluan rurnah tangga, pemancangan tiang listrik/telepon, penanarnan kabel listrikltelepon, penanaman pipa air/gas;

b. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang merupakan ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak: dimanfaatkan secara komersial; dan

c. pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

Pasal29

(1) Subjek Pajak Mineral Bukan Logarn dan Batuan adalah orang pribadi atau badan yang dapat rnengambil mineral bukan logarn dan batuan.

(2) Wajib Pajak Mineral Bukan Logarn dan Batuan adalah orang pribadi atau badan yang mengambil mineral bukan logarn dan batuan. ·

Pasal 30

(1) Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logarn dan Batuan adalah nilai jual hasil pengambilan mineral bukan logarn dan batuan.

(2) Nilai jual sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) dihitung dengan rnengalihkan volurne/tonase hasil pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar masing­masing jenis mineral bukan logarn dan batuan.

(3) Nilai Pasar sebagairnana dirnaksud pada ayat (2) adalah harga rata-rata yang berlaku di lokasi seternpat di wilayah daerah yang bersangkutan.

( 4) Dalarn hal ini pasar dari hasil produksi mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sulit diperoleh, maka digunakan harga standar yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang dalam bidang pertambangan mineral bukan logarn dan batuan.

Pasal31

Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan sebesar 20% ( dua puluh persen).

Pasal32

(1) Besaran pokok Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalarn pasal 30.

(2) Pajak Mineral Bukan Logarn dan Bantuan yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat pengambilan mineral bukan logarn dan bantuan.

Bagian Ketujuh

Pajak Parkir

Pasal 33

(1) Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan ternpat penitipan kendaraan bermotor.

(2) Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) adalah:

a. penyelenggaraan ternpat parl<ir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah;

b. penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk karyawannya sendiri;

c. penyelenggaraan tempat parkir oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan Negara asing dengan asas timbal balik; dan

d. penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

Pasal34

(1) Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan parkir kendaraan motor.

(2) Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir.

Pasal35

(1) Dasar pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada penyelenggaraan tempat parkir.

(2) Dasar pengenaan Pajak Parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

(3) Jumlah yang seha:rusnya dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk: potongan harga parkir dan parkir cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa parkir.

Pasa136

TarifPajak Parkir ditetapkan sebesar 30 % (tiga puluh persen).

Pasal 37

(1) Besaran pokok Pajak Parkir yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35.

(2) Pajak Parkir yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat parkir berlokasi.

Bagian Kedelapan

Pajak Air Tanah

Pasal38

(1) Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan danlatau pemanfaatan air tanah;

(2) Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah adalah: a. pengambilan danlatau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar rumah

tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta peribadatan; dan

b. pengambilan dan/atau pernanfaatan air tanah lainnya (yang diatur dengan Peraturan Daerah ini).

Pasal39

(1) Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

(2) Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pernanfaatan air tanah.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

Pasa140

(1) Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah nilai perolehan air tanah.

(2) Nilai perolehan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan mempertimbangkan sebagaian atau seluruh faktor-faktor berikut:

a. jenis sumber air;

b. lokasi sumber air;

c. tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air;

d. volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan;

e. kualitas air; dan

f. tingkat kerusakan lingk'Ullgan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau pemanfaatan air.

(3) Besar nya nilai perolehan air dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal41

TarifPajak Air Tanah ditetapakan sebesar 20% (dua puluh persen).

Pasal42

(1) Besaran pokok Pajak Air Tanah yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 40.

(2) Pajak Air Tanah yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat air diambil.

Bagian Kesembilan

Pajak Sarang Burung Walet

Pasal43

(1) Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet.

L (2) Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. pengambilan Sarang Burung Walet yang telah dikenak:an Penerimaan Negara Bukan Pajak (P1\TJ3P);

("0 kegiatan pengambilan danlatau pengusahaan Sarang Burung Walet Iainnya - ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pasal44

(1) Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan!atau mengusahakan sarang burung walet.

(2) Wajib Pajak Sarang Burung Walet adalah orang ';pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan!atau mengusahakan sarang burung Walet.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

Pasal45

(1) Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah nilai jual Sarang Burung Walet.

(2) Nilai jual sarang burung walet sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan perkalian antara harga pasaran umum sarang burung walet yang berlaku di daerah yang bersangkutan dengan volume sarang burung wallet.

Pasal46

TarifPajak Sarang Burung Walet ditetapkan sebesar 10% (sepulah persen).

Pasal 47

(1) Besaran pokok Pajak Sarang Burung Walet yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana di maksud dalam Pasal 45 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimak:sud dalam Pasal44.

(2) Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.

Bagian Kesepuluh

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pasal48

(1) Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimilild, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaba perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

(2) Tennasuk dalam pengertian Bangunan adalah:

a. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks Bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks Bangunan tersebut;

b. Jalan Tol;

c. Kolam Renang;

d. Pagar Mewah;

e. Tempat Olahraga;

f Galangan Kapal, Derrnaga;

g. Taman Mewah;

h. Tempat penampunganlkilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dan

i. Menara.

(3) Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah objek pajak yang:

a. digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelengaran Pemerintah;

b. dig~an semata-rnata ur:~ melayani kepentingan umum di bidang ibadah, ~sml, kesehatan, pend1dikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;

www.jdih.empatlawangkab.go.id

c. digunakan untuk kuburan peninggalan purbakala, atau yang sejenis;

d. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hale;

e. digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan azas perlakuan timbal balik;dan

f. digunakan oleb badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

(4) Besarnya Nilai Jual Objek Pajak tidak kena Pajak ditetapkan sebesar Rp.10.000.000,00 (sepuluhjuta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.

Pasal49

(1) Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, d.an/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

(2) Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, d.an/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

Pasal50

(1) dasar pangenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalab NJOP.

(2) Besarnya NJOPm sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap 3(tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.

(3) Penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakuk:an oleh Kepala Daerah.

Pasal51

TarifPajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan sebesar 0,3%(nol koma tiga persen).

Pasal52

Besarnya pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang dibitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak tidak kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat ( 4).

Pasal53

(1) Tahun Pajak adalahjangka waktu 1 (satu) tahun kalender.

(2) Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah keadaan Objek Pajak pada tanggal 1 januari.

(3) Tempat pajak yang terutang adalah di wilayah daerah yang meliputi Objek Pajak.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

Pasal54

Masa Pajak untuk Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Air Tanab, Pajak Sarang Burung Walet adalah 1 (satu) bulan Kalender.

Pasa155

Pendataan dila.kukan dengan menggunakan SPOP. SPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan je1as, benar, dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan kepada Bupat~ selambat-lambatnya 30 (tiga pulub) bari kerja sete!ah tanggal diterimanya SPOP oleh objek pajak.

Pasal56

(4) Berdasarkan SPOP, Kepala Daerah menerbitkan Surat Pemberitahukan Pajak Terutang.

(5) Kepala Daerah dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah dalam hal-hal sebagai berikut:

a. Surat Pemberitahuan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 54 ayat (2) tidak disampaikan dan setelah Wajib Pajak ditegur secara tertulis oleh Kepala Daerab sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;

b. Berdasarkan basil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan surat pemberitahuan Objek Pajak yang disampaikan oleh Wajib Pajak.

Bagian Kesebelas

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Pasal57

(1) Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Perolehan Hale atas Tanah dan/atau Bangu,nan.

(2) Perolehan Hale atas Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pemindahan hak karena:

1. Jual beli;

2. tukar menukar;

3. hibah;

4. hibah wasiat;

5. waris;

6. pemasukan dalam perseroan atau badan hokum lain;

7. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;

8. penunjukan pembeli dalam lelang;

9. pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hokum tetap;

10. penggabungan usaha;

www.jdih.empatlawangkab.go.id

11. peleburan usaha;

12. pemekaran usaha;atau

13. hadiah.

b. pemberian hak baru karena:

1. kelanjutan pelepasan hak; atau

2. di luar pelepasan hak.

(3) Hak atas Tanah sebagairnana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a hak milik;

b. hak guna usaha;

c. hak guna bangunan;

d. hak pakai;

e. hak milik atas satuan rurnah susun; dan

f. hak pengelolaan.

(4) Objek Pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah objek pajak yang diperoleh:

a. perwakilan diploii'..atik dan konsulat berdasarkan asas perlakukan timbal balik;

b. negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum;

c. badan atau perwakilan Iembaga intemasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut;

d. orang pribadi atau Badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama;

e. orang pribadi atau badan karena wakaf; dan

f. orang pribadi atau Badan yang digu..'lakan untuk kepentingan ibadah.

Pasal58

(1) Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

(2) Wajib Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang mcmperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

Pasal59

(1) Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Nilai Perolehan Objek Pajak.

(2) Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal ini:

a jual beli adalah harga transaksi;

b. tukat menukar adalah nilai pasar;

c. hibah adalah nilai pasar;

www.jdih.empatlawangkab.go.id

II

4

d. hibah wasiat adalah nilai pasar; e.

f.

g.

h.

i.

J.

k.

1.

waris adalah nilai pasar;

pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar;

pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar;

peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar;

pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai pasar;

pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai pasar;

penggabungan usaha adalah nilai pasar;

peleburan usaha adalah. nilai pasar;

m. pemekaran usaha adalah nilai pasar;

n. hadiah adalah nilai pasar; danlatau

o. peminjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum dalam risalah lelang.

(3) Jika Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan yang dipakai adalah NJOP Pajak Bumi dan Bangunan.

( 4) Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp. 60.000.000,00,- ( enam puluh juta rupiah) untuk setiap wajib pajak.

(5) Dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang rnasih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp. 300.000.0000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Pasal60

TarifBea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5 %(lima persen).

Pasal61

(1) Besaran pokok Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimak:sud dalam Pasal 59 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) sctelah dikurangi Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal58 ayat (6).

(2) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat Tanah danlatau Bangunan berada.

Pasal62

(1) Saat terutangnya pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan ditetapkan untuk:

a. jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

b. tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

www.jdih.empatlawangkab.go.id

_.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

1.

J.

k.

1.

hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

hibah wasiat adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya kekantor bidang pertanahan;

pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

pemisahan hale yang mengakibatkan peralihan adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

putusan hakim adalah sejale tanggal putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Pemberian hale baru atas Tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;

Pemberian hale bam di Iuar pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hale;

Penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

Peleburan usaha adalah sejale tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

rn. Pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

n. Hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

o. Lelang adalah sejale tanggal penunjukan pemenang lelang.

(2) Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinya peroleban hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal63

(1) Pejabat Pembuat Aleta Tanah/Notaris hanya dapat menandatangani akta pemindahan Hale atas Tanah dan/atau Bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajale.

(2) Kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang Negara hanya dapat menandatangani risalah lelang Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak.

(3) Kepala kantor bidang pertanahan hanya dapat melakukan pendaftaran Hak atas Tanah atau pendaftaran peralihan Hak atas Tanah setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak.

Pasal64

(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala Kantor yang membidangi pelayanan lelang Negara melaporkan pembuatan akta atau risalah lelang perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan kepada Kepala Daerah paling Iambat pada tanggallO (sepuluh) bulan berikutnya.

(2) S~em d~ Pr~sedur Pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dtatur leb1h lanjut dengan Peraturan Bupati.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

Pasal 65

(1) Pejabat Pembuat Aleta Tanah!Notaris dan Kepala Kantor yang membidangi pelayanan lelang Negara. yang melanggar ketentuan sebagaimana dimak:sud dalam Pasal62 ayat (1) dan ayat (2) dikenakan sanksi administratifberupa denda sebesar Rp. 7.500.000,00 (tujuhjuta lima ratus ribu rupiah) untuk setiap pelanggaran.

(2) Pejabat Pembuat Aleta Tanah!Notaris dan Kepala Kantor yang membidangi pelayanan lelang Negara. yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 63 ayat (1) dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp.250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) untuk setiap laporan.

(3) Kepala Kantor bidang pertanahan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (3) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perunda.ng-undangan.

Pasal66

(1) Wajib Pajak membayarkan pajak yang terutang dengan tidak mendasarkan pada SKPD.

(2) Pembayaran BPHTB dilak:ukan dengan mengunak:an SSPD.

(3) SSPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga merupakan SPTPD.

( 4) SSPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk sebagai bahan untuk dilak:ukan penelitian.

BABill

PEMUNGUTAN PAJAK

Bagian Kesatu

Tata Cara Pemungutan

Pasal67

(1) Pemungutan Pajak dilarang diborongkan.

(2) Setiap Wajib Pajak wajib membayar Pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(3) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Kepala Daerah dibayar dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(4) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa karcis dan nota perhitungan.

(5) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunak:an SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

Pasal68

(1) dalamjangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya Pajak, Kepala Daerah dapat menerbitkan:

a. SKPDKB dalam hal:

1) jika berdasarkan basil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang bayar;

2) jika SPTPD tidak disampaikan kepada Kepala Daerah dalam jangka waktu 7 hari kerja dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran;

3) jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan.

b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang teiutang.

c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tida.k terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak: terutang dan tida.k ada kredit pajak.

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1) angka 2) dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dihitung dari pajak atau k:urang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagailnana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) darijurnlah kekurangan pajak tersebut.

( 4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.

(5) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3) dikenakan sank:si administratif berupa kenaikan sebesar 25% ( dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untu.lc jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

Pasal69

(1) Jenis Pajak yang dipungut berdasarkan Penetapan Bupati adalah:

a Pajak Air Tanah;

b. Pajak Reklame;

c. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaaan dan Perkotaan.

(2) Jenis Pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak adalah:

a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran;

c. Pajak Hiburan;

d. Pajak Penerangan Jalan;

e. Pajak Mineral Bu.kan Logam dan Batuan;

www.jdih.empatlawangkab.go.id

£ Pajak Parlcir;

g. Pajak Sarang Burung Walet; dan

h. Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Pasal70

(1) Tata cara penerbitan SPPT, SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan, SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (3) dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, is~ tata cara pengisian, dan penyampaian SPPT, SKPD atau dokurnen lain yang dipersamakan, SPTPD, SKPDK.B, dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (3) dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

Bagian Kedua

Surat Tagihan Pajak

Pasal 71

(1) Kepala Daerah dapat menerbitkan STPD jika:

a. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

b. dari basil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah bitung;

c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administratif berupa bung a dan/atau denda.

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% ( dua persen) setiap bulan paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.

(3) SKPD yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% ( dua persen) sebulan dan ditagih melalui STPD.

Bagian Ketiga

Tata Cara Pembayaran dan Penagihan

Pasal72

(1) Kepala Daerah menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak dan paling lama 6 ( enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh Wajib Pajak.

(2) SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan. dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalamjangka wa.ktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

..

..

(3) Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% ( dua persen) sebulan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal73

(1) Pajak yang terutang berdasarkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan. dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.

(2) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Bagian Keempat

Kebcratan dan Banding

Pasal 74

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas suatu:

a. SPPT;

b. SKPD;

c. SKPDKB;

d. SKPDKBT;

e. SKPDLB;

f. SKPDN; dan

g. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan penmdang-undangan perpajak:an daerah.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan­alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan sebagairnana dirnaksud pada ayat (1), kecuali jika Wajib Pajak dapat rnenunjukan bahwajangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(4) Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagairnana dirnaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) tidak dianggap sebagai Surat Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.

(6) Tanda ~en~rimaan surat keberat~ yang diberikan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunJuk atau tanda pengmman surat keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan surat keberatan.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

..

Pasal75

(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan. sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagaian, menolak, atau menambah besarnya pajak yang terutang.

(3) Apabilajangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan .

Pasal 76

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

(2) Permohonan banding sebagaimana dirnak:sud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan keberatan terse but.

(3) Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban membayar pajak sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.

Pasal 77

(1) Jika pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagaian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKPDLB.

(3) Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagaian, Wajib Pajak dikenai sanksi adminis<-.ratif berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelurn mengajukan keberatan.

( 4) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksi administratif berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan.

(5) Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagaian, Wajib Pajak ~ikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari Jurnlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

\ \

www.jdih.empatlawangkab.go.id

~· .

..

Bagian Kelima

Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Pajak

Pasal78

Dengan alasan tertentu Bupati atau Pejabat yang ditunjuk berdasarkan permohonan wajib pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan atas pokok pajak. Persyaratan serta tata cara pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan paj8f sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) diatur lebih Ian jut dengan Peraturan Bupati ',.

Bagian Keenam

Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, danPenghapusan atau Pengurangan Sanksi administratif.

Pasa179

(1) Atas permohonan Wajib Pajak atau Karena jabatannya, Kepala Daerah dapat membetulkan SPPT, SKPD, SKPDKB, atau STPD, SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/ atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

(2) Kepala Daerah dapat:

a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga, denda dan kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;

b.

c.

d.

e.

mengurangkan atau membatalkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar;

mengurangkan atau membatalkan STPD;

membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan atau ditertibkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan; dan

mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajak atau Kondisi tertentu objek pajak.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi administrative dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

BABIV

PENGEMBALIA1~ KELEBIDAN PEMBAY ARAN

Pasal80

(1) Atas kelebihan pembayaran Pajak, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Kepala Daerah.

(2) ~ep~la Daerah dalamjangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak d~tenmanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak sebagaimana dimak:sud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

(3) Kepala Daerah dalamjangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya pennohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ), barns memberikan keputusan.

(4) Apabilajangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (3) telah dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus ditertibkan dalam jangka waktu paling lama 1 ( satu) bulan.

(5) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang Pajak lainnya, kelebihan pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Pajak tersebut.

(6) Pengembalian kelebihan pembayaran sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dalamjangk:a waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB.

(7) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Pajak dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Kepala Daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2% ( dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran Pajak.

(8) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ·~ diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

BABV

KADALUW ARSA PENAGffiAN

Pasal81

(1) Hak untuk melakuk:an penagihan Pajak menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melak:ukan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah.

(2) Kedaluawarsa penagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertanggung apabila:

a. diterbitk:an Surat Teguran danlatau Surat Paksa; atau b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak. baik langsung maupun tidak

langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Taguran dan/atau Surat Paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.

(4) Pengakuan utang Pajak secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya masih mempunyai utang Pajak

· dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5) Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketaui dari pengajuan permohonan angsurau atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Pajak.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

..

..

Pasal82

(1) Piutang Pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan .

(2) Gubernur menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Pajak Provinsi yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ).

(3) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Pajak Kabupaten/kota yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

( 4) Tata cara penghapusan piutang Pajak yang sudah kadaluwarsa diatur dengan v Peraturan Kepala Daerah.

BABVI

PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN

Pasal83

(1) Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omset paling sedikit Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) pertahun wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.

(2) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omset serta tata cara pembukuan atau pencatatan sebagaimana dim.aksud pada ayat ( 1) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal84

(1) Kepala Daerah berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan kewajiban Pajak dalam rangka melaksanakan perundang-undanga.Tl perpajakan Daerah.

(2) Wajib Pajak yang diperiksa wajib:

a. Memperlihatkan danlatau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek Pajak yang terutang;

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau

c. Memberikan keterangan yang diperlukan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Pajak dengan Peraturan Kepala Daerah.

BABVll

INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal85

(1) lnstansi yang melaksanakan pcmungutan Pajak dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (I) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada peraturan perundang -undangan.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

BABVIII

KETENTUAN KHUSUS

Pasal86

(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pibak: lain segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau peke:rjaanya untuk menjalankan ketentuan peraturan Perundang-Undangan perpajakan Daerah.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terbadap tenaga abli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.

(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah:

a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam sidang pengadilan;

b. Pejabat dan/ atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk memberikan keterangan kepada pejabat lembaga Negara atau instansi Pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan Daerah.

(4) Untuk kepentingan Daerah , Kepala Daerah berwenang memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2) , agar memberikan keterangan, memperlihatkan bukti tertulis dari atau tcntang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk.

(5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau perdata, atas pennintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata, Kepala Daerah dapat memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk memberikan dan memperlihatkan bukti tertulis dan keterangan Wajib Pajak yang ada padanya.

(6). Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang diminta.

BABIX

PENYIDIKAN

Pasal87

(I) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah, .sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik s~b~gaimana dimaksu~ pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu d1 lm~gan Pemermtah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesua1 dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

..

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalab:

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan at berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah agar l

atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat Meneliti, menc' mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak perpajakan Daerah;

c. Meminta keterangan ·dan bahan bukti dari orang pribadi atau l sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah;

d. Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tinct.& pidana di bidang perpajakan Daerah;

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembu.lcub pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan buk. terse but;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaks:maan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah;

g. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, danlatau dokumen yang dibawa;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah;

i. Memanggil orang untuk didengar keteranganya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

J. Menghentikan penyidikan; dan/atau

k. Melakuk:an tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidru"lg perpajakan Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

( 4) Penyidik sebagairnana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan basil penyidikanya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BABX

KETENTUAN PIDANA

Pasal88

(1) Wajib Pajak yang karena kealpaanya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak: benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan . pidana kurungan paling banyak 2( dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan ti~ benar ata1.1 tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak be~ se~gga merugikan Keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penJara p~mg lama 2 (dua)_ tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) x Jumlah Pajak terutang yang tldak atau kurang dibayar.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

..

BABVDI

KETENTUAN KHUSUS

Pasal86

(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pibak lain segala sesuatu yang dik:etahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekexjaanya untuk menjalankan ketentuan peraturan Perundang-Undangan perpajakan Daerah.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah untuk membantu da1am pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.

(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah:

a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam sidang pengadilan;

b. Pejabat dan/ atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk memberikan keterangan kepada pejabat lembaga Negara atau instansi Pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan Daerah.

( 4) Untuk: kepentingan Daerah , Kepala Daerah berwenang memberi izin tertulis kepada pejabat sebagairnana dimak:sud pada ayat (I) dan tenaga ahli sebagaimana dimak:sud pada ayat (2) , agar memberikan keterangan. memperlihatkan buk:ti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk.

( 5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau perdata , atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata, Kepala Daerah dapat memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk memberikan dan rnemperlihatkan bukti tertulis dan keterangan Wajib Pajak yang ada padanya.

(6), Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang diminta.

BABIX

PENYIDIKAN

Pasal87

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingk:ungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

Pasa189

Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.

Pasal90

(1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang karena kealpaanya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat(l) dan ayat (2) dipidana dengan pidana knrungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidnna denda paling ban yak Rp. 4. 000.000,00 ( empat juta rupiah)

' (2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang dengan sengaja

tidak memenuhi kewajibanya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (I) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluhjuta rupiah).

(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaanya dilanggar.

( 4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan selaku Wajib Pajak, karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan.

Pasal 91

Denda sebagaimana dimaksud dalam pasal 87 Ayat (1) dan Ayat (2) dan Pasal 89 Ayat (1) dan Ayat (2) merupakan penerimaan negara.

BABXI

KETENTUANPERALIHAN

Pasal92

Pada saat Perda ini berlaku, Pajak yang masih terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Daerah ini, masih dapat di tagih selama jangka waktu 5 (lima) Tahun terhitung sejak saat terhutang.

BABXll

KETENTUANPENUTUP

Pasal93

:r<;etentuan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan sebagaimana dmtur dalam peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggall Januari 2014.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

... ..

Pasal 89

Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berak:hirnya Masa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.

Pasal90

(1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang karena kealpaanya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat(l) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000,00 (empatjuta rupiah)

(2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibanya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluhjuta rupiah).

(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaanya dilanggar.

(4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan selaku Wajib Pajak, karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan.

Pasal 91

Denda sebagaimana dimaksud dalam pasal 87 Ayat (1) dan Ayat (2) dan Pasal 89 Ayat (1) dan Ayat (2) merupakan penerimaan negara .

BABXI

KETENTUANPERALIHAN

Pasa192

Pada saat Perda ini berlaku, Pajak yang masih terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal2 sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Daerah ini, masih dapat di tagih selama jangka waktu 5 (lima) Tahun terhitung sejak saat terhutang.

BAB XII

KETENTUANPENUTUP

Pasal93

Ketentuan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan sebagaimana diatur dalam peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggall Januari 2014.

www.jdih.empatlawangkab.go.id

..

Pasal94

Pada saat Peraturan Derah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pajak-Pajak Daerah yang berlaku saat ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal95

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal Diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah K.abupaten Empat Lawang

I

2011

BUPATI

H.BUDI ALJUFRI

Diundangkan di Tebing Tinggi ?ada tanggal 19 A-pr tf 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG TAHUN 2011 NOMOR I~

www.jdih.empatlawangkab.go.id