jatuh pada manula
DESCRIPTION
zzzzzzTRANSCRIPT
Jatuh pada manula
Roboh atau tiba-tiba jatuh merupakan penyakit yang sering terjadi dan dikeluhkan
oleh para orang tua lanjut usia. Mereka tidak sadar bahwa hal itu tiba-tiba saja datang
tanpa merasakan gejala sebelumnya. Biasanya lansia yang roboh itu terjerembab
(tergeletak di tanah atau pada tingkat yang lebih rendah) secara tidak disengaja.
Survei komunitas melaporkan, sekitar 30 persen lansia di atas 65 tahun pernah
mengalami roboh setiap tahunnya dan separuhnya pernah roboh lebih dari sekali. Bahkan
pada lanjut usia di atas 80 tahun, sekitar 50 persen pernah mengalami roboh. Pada lansia
yang roboh, sekitar lima persennya mengalami patah tulang, sekitar satu persen patah
tulang paha, dan 5-11 persen mengalami luka berat. Luka merupakan penyebab kematian
nomor lima pada lansia dan sebagian besar luka akibat roboh. Di Amerika Serikat roboh
merupakan penyebab kematian lansia kedua di tahun 1994. Kematian akibat roboh pada
populasi lansia sekitar 75 persen, sedangkan pada populasi umum sebesar 12 persen.
1. Faktor penyebab
Gangguan keseimbangan
Penurunan sistem musculoskeletal pada manula mempunyai peran yang sangat besar
terhadap terjadinya jatuh pada manula atau dapat dikatakan bahwa penurunan factor
sistem muskuloskeletal ini murni milik manula yang mempunyai pengaruh terhadap
keseimbangan postural. Atrofi otot yang terjadi pada manula menyebabkan penurunan
kekuatan otot, terutama otot-otot ekstrimitas bawah. Kelemahan otot ekstrimitas bawah
ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan postural. Hal ini dapat mengakibatkan
kelambanan bergerak, langkah pendek-pendek, penurunan irama, kaki tidak dapat
menapak dengan kuat dan cenderung tampak goyah, susah atau terlambat mengantisipasi
bila terjadi gangguan seperti terpeleset dan tersandung. Beberapa indikator ini dapat
meningkatkan resiko jatuh pada manula.
Jatuh merupakan salah satu masalah utama manula, yang disebabkan faktor intrinsik:
gangguan gaya berjalan, kelemahan otot-otot kaki, kekakuan sendi, sinkop / hilang
kesadaran sejenak dan dizziness atau goyang, atau faktor ekstrinsik yang menjadi
penyebabnya misalnya lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda, cahaya
kurang terang sehingga terganggu penglihatannya, dan sebagainya.
Contoh lain yaitu gangguan visual yang dapat meningkatkan resiko jatuh misalnya
atropi yang kemudian dapat menurunkan visual manula, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi keseimbangan postural mereka. Selain itu juga terjadi perubahan lapang
pandang, penurunan tajam penglihatan, sensitivitas penglihatan kontras akibat
berkurangnya persepsi kontur dan jarak. Penurunan tajam penglihatan terjadi akibat
katarak, degenerasi makuler, dan penglihatan perifer menghilang.
Perilaku : emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya
lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan
menurunkan kepekaan pada simulus eksternal. Klien dengan depresi cenderung lambat
berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.
Makanan
Jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan
berupa lemak, sehingga akan timbul kegemukan (obesitas). Atau malah sebaliknya
mengkonsumsi terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga
tubuh akan menjadi kurus.
Masalah defisiensi mineral kalsium yang dapat mengakibatkan kerapuhan tulang,
serta defisiensi zat besi yang dapat mengakibatkan anemia.
Ketergantungan pada minuman beralkohol di kalangan usia lanjut yang dapat
menyebabkan malnutrisi, sirosis hati, kardiomiopati, gastritis atrofikatrikan dan dana
untuk yang berat dapat menurunkan kemampuan kognitif.
Gaya hidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi,
ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan, adanya akses dengan obat-
obatan atau zat aditif berbahaya.
LingkunganFaktor lingkungan, terutama yang belum dikenal mempunyai risiko terhadap roboh
22 persen. Roboh pada lingkungan yang sudah dikenal, (misalnya di rumah), lebih
banyak disebabkan oleh faktor host (dirinya). Faktor lingkungan terdiri dari penerangan
yang kurang, benda-benda di lantai (seperti tersandung karpet), peralatan rumah yang
tidak stabil, tangga tanpa pagar, tempat tidur atau toilet yang terlalu rendah.
Obat-obatanJumlah obat yang diminum merupakan faktor yang bermakna terhadap penderita.
Empat obat atau lebih meningkatkan risiko jatuh. Roboh akibat terapi obat dinamakan
roboh iatrogenik. Obat-obatan yang meningkatkan risiko jatuh, di antaranya obat
golongan sedatif dan hip notik yang dapat mengganggu stabilitas postur tubuh, yang
mengakibatkan efek samping menyerupai sindroma parkinson.
Obat-obatan lain yang menyebabkan hipotensi, hipoglikemi, mengganggu vestibular,
menyebabkan neuropati hipotermi dan menyebabkan kebingungan. Transquilizer mayor
(misalnya phenothiazine), antidepresan trisiklik, barbiturat, dan benzodiazepin kerja
panjang juga meningkatkan risiko roboh.
2. Pemeriksaan
Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara antara dokter dengan pasien dan atau keluarganya guna
memperoleh data – data pasien yang diperlukan untuk proses pengobatannya. Salah satu
masalah yagn dialami oleh para dokter adalah sulitnya memperoleh riwayat penyakit
dengan baik. Hal ini disebabkan karena pasien seringkali sudah beradaptasi dengan
masalah atau penyakit yang dialami. Pada kondisi tersebut pada umumnya pasien
beradaptasi dengan penyakitnya malalui mekanisme penyangkalan, pengabaian, atau
adaptif.
a. Identitas. Data identitas sangat penting untuk membantu dokter dalam
memberikan penanganan kepada pasien. Ada beberapa penyakit yang berhubungan
dengan usia, pekerjaan, keturunan, lingkungan tempat tinggal dan lain – lain.
b. Sumber data. Dapat didapatkan dari pasien sendiri ( auto anamnese)
maupun dari keluarga / orang yagn mengantar pasien ( allo anamnese ). Data dari
pasien sendiri dapat menyangkut keluhan – keluhan yang dialaminya, seperti keluhan
lemah, mudah lupa, cepat lelah, berkurangnya kemampuan menahan miksi,
penglihatan kurang tajam dan lain sebagainya.
c. Keluhan utama. Merupakan keluhan yagn dirasakan pasien yagn menjadi
alasan ia datang ke dokter. Penting sekali bagi dokter untuk mendengarkan secara
aktif apa yang diungkapkan pasien, menelusurinya sehingga didapatkan data yang
akurat mengenai masalah utama pasien. Data hendaknya dirangkum secara jelas
menyangkut kronologis yagn mencakup awitan masalah, keadaan di mana hal
tersebut terjadi, manifestasinya, serta semua pengobatannya. Gejala – gejala penting
harus digambarkan dengan jelas letak, kualitas, kuantitas atau keparahan, factor –
factor yang memperberat atau mengurangi.
d. Keluhan tambahan. Keluhan yang menyertai keluhan utama. Setiap
perubahan dan masalah / gangguan kesehatan yagn dialami oleh usia lanjut akan
disertai gejala – gejala yagn khas.
e. Riwayat keluarga, psikososial, orang – orang terdekat.
f. Status kesehatan terakhir, penggunaan obat - obatan
tradisional, obat – obat tanpa resep, suplemen / vitamin.
g. Ada atau tidak alergi, baik terhadap makanan maupun obat – obat
tertentu
h. Riwayat merokok, alcohol dan sejenisnya, jenis, jumlah.
i. Riwayat penggunaan / pemasangan alat IUD
j. Pola tidur, penggunaan waktu senggang, olah raga
Fisik
Penting sekali memeriksa fisik pasien usia lanjut secara teliti dan tepat. Pemeriksan
dapat dilakukan secara sistematik. Data pemeriksaan fisik adalah data obyektif yagn
dapat digunakan untuk membantu dokter dalam menegakkan diagnosa dan selanjutnya.
Dilakukan pemeriksaan yang meliputi:
Pemeriksaan tanda – tanda vital : ada atau tidak demam, hipotermi, frekuensi
pernafasan, nadi, tekanan darah saat berbaring, duduk dan berdiri,
Keadaan kulit ( turgor, trauma, kepucatan ),
Mata,
Kardiovaskuler ( aritmia, bruit karotis, tanda stenosis aorta ),
Ekstrimitas ( penyakit sendi degeneratif, lingkup gerak sendi, deformitas),
Ada tidaknya fraktur dan neurologis ( status mental, tanda fokal, otot, syaraf
perifergejala ekstrapiramidal, tremor saat istirahat, gerakan involunter lain ),
Keseimbangan dan cara berjalan dengan mengobservasi cara pasien berdiri dan
berjalan secara sistematis.
Lab
Pemeriksaan lab tidak selalu diperlukan, tergantung data yang diperoleh dari riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik. Jika diduga terdapat penyakit akut yang mendasari
terjadinya jatuh, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah
perifer lengkap, elektrolit, urine, feses, rutin gula darah, lipid, fungsi hati, fungsi ginjal
dan fungsi thyroid.
Radiology
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan foto toraks atau elektrokardiogram. Jika
dicurigai adanya aritmia sesaat atau blok jantung, elektrokardiogram perlu dikerjakan.
Ekokardiografi perlu dilakukan bila dicurigai terdapat murmur jantung. Pencitraan
dengan CT-scan dan elektroensefalogram perlu dikerjakan bila dicurigai kuat terdapat
lesi intrakranial atau kejang. Atau dengan pemeriksaan lain yaitu rontgen, MRI, USG
dan pemeriksaan radiology lain diperlukan masing – masing sesuai indikasi tertentu.
3. Akibat
Jatuh pada lansia dapat mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala,
luka bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain daripada itu,
terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya.
Walaupun sebagian lansia yang terjatuh tidak sampai menyebabkan kematian atau
gangguan fisik yang berat, tetapi kejadian ini haruslah dianggap bukan merupakan
peristiwa yang ringan. Terjatuh pada lansia dapat menyebabkan gangguan psikologik
berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjatuh lagi, sehingga untuk
selanjutnya lansia tersebut menjadi takut berjalan untuk melindungi dirinya dari bahaya
terjatuh.
4. Pengobatan
Medical mentosa
Pemberian obat pada lansia harus dilakukan secara hati-hati. Sebab, seiring
bertambahnya usia, lansia mengalami penurunan kapasitas fungsional berbagai organ,
misalnya kemampuan penyerapan (absorpsi) obat, pendistribusian obat, maupun
pembuangan limbah obat. Ada obat yang berkurang penyerapannya, sehingga waktu yang
dibutuhkan agar obat menampakkan hasilnya juga lebih lama.
Terkait dengan penurunan fungsi organ, sesudah berusia 30 tahun akan terjadi
penurunan kapasitas fungsional organ sebesar satu persen per tahun. Artinya, lansia yang
berusia 80 tahun, kapasitas organ tubuhnya tinggal 50 persen. Fungsi hati (lever) juga
menurun seiring menigkatnya usia sehingga memengaruhi metabolisme obat-obatan
seperti warfarin, fenitoin, diazepam, juga rokok, alkohol dan kafein.
Lansia juga mengalami perubahan komposisi tubuh. Berat badan cenderung
berkurang, namun lemak tubuh meningkat. Kondisi ini akan memengaruhi penyebaran
obat, khususnya obat yang larut dalam lemak semisal obat penenang. Ginjal juga sangat
mungkin mengalami penurunan fungsi. Jika kecepatan penyaringan dan aliran darah pada
ginjal menurun, maka ada beberapa jenis obat yang dosisnya harus dimodifikasi.
Contoh pemberian jenis obat pada manula :
Obat penghilang (pereda nyeri).
Parasetamol termasuk dalam kategori obat ini. Bisa dikatakan, obat ini cukup
serbaguna karena dapat mengatasi keadaan awal jika nyeri kepala, juga dapat
meredakan demam. Dosisnya 10 mg dikalikan berat badannya, dalam sehari bisa
minum 3-4 kali. Secara umum, obat ini cukup aman. Hanya saja, jika dosisnya terlalu
tinggi, bisa berakibat buruk bagi hati (lever). Karena itu, jika seseorang sedang
menderita sakit lever (hepatitis atau sirosis hati) tidak disarankan untuk minum obat
ini.
Mineral.
Kalsium (Ca), seng (Zn), fosfor (P), magnesium (Mg), mangaan (Mg), tembaga (Cu),
zat besi (Fe), fluor, iodium, dan asam glutamik adalah mineral-mineral yang sangat
dibutuhkan tubuh. Bahan ini perlu untuk mengurangi risiko osteoporosis, membantu
kontraksi otot dan denyut jantung, mengurangi kemungkinan anemia dan diabetes,
meningkatkan kekebalan tubuh, menurunkan risiko terkena infeksi, dan lain-lain.
Vitamin lain seperti vitamin A, D, E, dan K.
Walau tidak dalam jumlah besar, vitamin-vitamin ini sangat dibutuhkan dalam
banyak hal, semisal untuk meningkatkan imunitas (terutama di saluran pernapasan,
kulit), membantu mengatasi radikal bebas dan regenerasi kulit, menurunkan risiko
terkena infeksi, memulihkan kondisi sehabis sakit, mencegah keropos tulang, dan
lain-lain.
Amoksisilin tablet.
Ini adalah antibiotik berefek luas untuk antiinfeksi di banyak bagian tubuh. Efek
sampingnya cukup beragam, antara lain: diare, mulas, atau alergi (berupa gatal, atau
bentol-bentol di kulit). Antibiotik lain semacam tetrasiklin dan sulfa juga harus hati-
hati.
Bahan nonobat tetapi mendukung semisal perban, plester, alkohol 70
persen.
Untuk pengadaan obat-obat lain yang tak disebutkan di atas, sebaiknya konsultasi
ke dokter terlebih dahulu karena harus tepat jenis dan dosisnya. Jika pasien lansia
tidak malu ketahuan penyakitnya oleh orang lain, tak ada salahnya selipkan kertas di
dalam dompet pasien yang bertuliskan nama penyakit serta obat yang biasa diminum
untuk mengatasinya. Dengan begitu, jika ada hal-hal buruk dan tak terduga terjadi
pada dia, penolong bisa bertindak cepat sehingga lansia tersebut dapat terselaamtkan.
Non medical mentosa
Tes untuk keseimbangan static
Tes yang dapat digunakan untuk pengukuran keseimbangan statik antara lain:
Keseimbangan Tinetti (Gallo, 1998).
Pengukuran dilakukan dengan cara pemberian skor karena berhasil melakukan tugas
(ada 7 tugas) yang diajukan. Dimana masing-masing tugas mempunyai tingkatan skor
masing-masing.
The stand-on-one-leg test.
Manula dipersilahkan berdiri dengan menggunakan 1 kaki dengan mata tertutup atau
terbuka selama <1 menit. Tangan tidak berpegangan. Jika <10 detik, berarti terjadi
defisit keseimbangan. Jika 10-30 detik harus diperhatikan/diwaspadai. Jika >30 detik
maka dikatakan aman.
The sharpened Romberg.
Manula dipersilahkan untuk melakukan 6 macam tugas, dimana tingkat kesulitannya
semakin meningkat dari tugas 1 ke tugas 6. Pertama, berdiri dengan kedua kaki
dengan mata terbuka selama 10 detik. Kedua, berdiri dengan kedua kaki dengan mata
tertutup selama 10 detik. Ketiga, berdiri dengan posisi kaki semi-tandem dengan mata
terbuka selama 10 detik. Keempat, berdiri dengan posisi kaki semi-tandem dengan
mata tertutup selama 10 detik. Kelima, berdiri dengan posisi kaki full-tandem dengan
mata terbuka selama 10 detik. Keenam, berdiri dengan dengan posisi kaki full-tandem
dengan mata tertutup selama 10 detik.
The postural stress test.
Manula dipersilahkan berdiri, sementara terapis berdiri di belakang manula.
Kemudian terapis mendorong bahu manula dari belakang. Penilaian berdasarkan
seberapa kuat manula dalam mempertahankan posisi.
Reach test
Dalam posisi berdiri manula berusaha menjangkau dengan lengan dan tangan ke arah
depan tapi tanpa disertai langkah kaki. Jarak jangkauan kemudian dicatat. <10 inchi
berarti keseimbangan postural harus diperhatikan.
Tes untuk keseimbangan dynamic.
Tes yang dapat digunakan untuk pengukuran keseimbangan dinamik antara lain:
TUGT (Time Up and Go Test).
Tes ini ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan untuk berdiri dari kursi, berjalan,
berputar dan kembali pada posisi duduk semula.
Movable Platform.
Berdiri diatas landasan yang bernama “platform”. Bentuknya lingkaran, namun
bagian dalamnya berupa karet yang dibentangkan. Sehingga membutuhkan
keseimbangan untuk berdiri di atasnya.
Walking on imaginary balance beam.
Pada lantai digambar garis lurus. Kemudian manula dipersilahkan berjalan melewati
garis. Kemudian dicatat berapa kali manula berjalan di luar garis.
Completing an obstacle course.
Manula dipersilahkan berjalan melawati/melangkahi kotak (misalnya kotak sepatu)
tanpa goyah/tersandung kotak tersebut.
Upaya pencegahan :
Mencegah roboh pada lansia ada beberapa hal antara lain:
mengindentifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan, gaya berjalan serta
mengatasi faktor lingkungan, diberikan latihan fleksibilitas gerakan, koordinasi
keseimbangan.
Anggota keluarga dianjurkan agar mengunjungi penderita secara rutin, mengamati
kemampuan dan keseimbangan jalan, berjalan bersama, dan membantu stabilitas.
Memperbaiki kondisi lingkungan yang dianggap tidak aman, misalnya pindahkan
benda berbahaya, peralatan rumah dibuat yang aman (stabil, ketinggian
disesuaikan, dibuat pegangan pada meja dan tangga).
Menanggapi adanya keluhan pusing, lemas atau penyakit yang baru. Jika keadaan
lemah atau lemas tunda kegiatan jalan sampai kondisi memungkinkan. Pelan-
pelan jika merubah posisi. Jika perlu pakai kaos kaki.