iv metode penelitian 4.1 lokasi dan waktu...
TRANSCRIPT
40
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani pembenihan ikan patin ini
akan dilakukan di sentra pembenihan patin yang berlokasi di Lampung yaitu Kota
Metro. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) karena
mengingat Kota Metro, Lampung. Karena lokasi ini merupakan salah satu
propinsi sentra produksi benih ikan patin di Lampung. Namun produksi benih
patinnya masih rendah dibanding daerah lain di wilayah Jawa. Pelaksanaan
penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga bulan Agustus 2011.
4.2 Metode Penentuan Responden
Responden utama dalam penelitian ini adalah populasi pembenih yang
berada di Kota Metro, Lampung. Metode yang digunakan dalam penentuan
responden penelitian ini adalah dengan metode sensus terhadap seluruh pembenih
ikan patin di Kota Metro, Lampung. Hal ini dilakukan agar hasil analisis lebih
mencerminkan keragaman yang berada di lapangan dan melihat dari jumlah
responden yang memungkinkan untuk dilakukan secara sensus. Berikut ini daftar
populasi pembenih di Kota Metro.
Tabel 10 Daftar Nama Pembenih Ikan Patin di Kota Metro Tahun 2011.
No Nama No Nama1 Joni Pasyanto 13 M. Yusuf 2 Sarino 14 Ibnu Soim3 Eko Haryono 15 Suwarto4 Ujang Wisnu Wardhani 16 Eko Parwito5 Supriadi 17 Roni 6 Dedi Anjarwanto 18 Maryadi7 Hari Pratomo 19 Basuki8 Suwanto 20 Heri9 Azhardi Arifin 21 Suwarno
10 Suwandi 22 Mixa11 Agus 23 Heru12 Kartiwa 24 Budi
41
4.3 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kasus yang
termasuk dalam kategori metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode
penelitian untuk mendapat gambaran mengenai situasi atau kejadian. Metode
kasus merupakan salah satu metode dalam metode deskriptif mengenai suatu fase
spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian dapa berupa
individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Tujuan dari penelitian studi
kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar
belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter khas dari kasus, yang kemudian dari
sifat-sifat khas tersebut akan dijadikan suatu yang bersifat umum (Nazir 2005).
Atas dasar tersebut, metode ini dapat digunakan dalam menggambarkan
karakteristik usahatani pembenih di Kota Metro, Lampung.
4.4 Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer berasal
dari pengisisan kuisioner oleh para responden, wawancara dengan pihak terkait
dan pengamatan secara langsung. Data primer yang dikumpulkan berupa data
kondisi geografis, dan data mengenai karakteristik usahatani pembenihan ikan
patin di Kota Metro, Lampung.
Data sekunder diperoleh dari dinas terkait seperti Dinas Pertanian Bidang
Perikanan, KKP, studi pustaka hasil penelitian, buku teks, jurnal, dan literatur
baik media cetak maupun elektronik yang berhubungan dengan topik penelitian.
4.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama satu minggu
yaitu pada tanggal 10 Mei hingga 17 Mei 2011 di Kota Metro, Lampung. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuisioner, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan daftar
pertanyaan atau daftar isian terhadap objek yang diteliti, kuisioner yang telah
dibuat berisi mengenai karakteristik pembenih, biaya produksi, faktor produksi,
produksi benih di pembenihan Kota Metro, Lampung. Daftar kuisioner akan diisi
42
langsung oleh peneliti berdasarkan data dari responden. Teknik wawancara
(interview), yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan komunikasi tanya
jawab kepada objek yang diteliti dan yang bersangkutan dengan kebutuhan data.
Teknik observasi atau pengamatan secara langsung, yaitu cara pengumpulan data
dengan terjun dan melihat langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti.
Kemudian penelusuran literatur, yaitu cara pengumpulan data dengan
menggunakan sebagian atau seluruh data yang telah ada atau laporan data dari
penelitian yang berhubungan.
4.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang digunakan merupakan data primer dan sekunder yang
merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data secara kualitatif
dilakukan terhadap karakteristik usahatani di Kota Metro, Lampung.
Analisi kuantitatif dilakukan terhadap penerimaan, pendapatan, dan
pengeluaran dari usahatani pembenihan ikan patin. Data yang didapatkan dari 24
orang pembenih di lokasi penelitian di rata-ratakan nilainya manggunakan metode
perataan untuk mendapatkan gambaran umum biaya dan penerimaan usahatani
pembenihan ikan patin. Sedangkan analisis efisiensi teknis dilakukan dengan
menggunakan metode OLS dan MLE. Konsep perhitungan fungsi produksi
frontier metode MLE pada stochastic frontier diawali dengan pendekatan
perhitungan fungsi produksi rata-rata yang didefinisikan sebagai tingkat produksi
maksimum yang dapat dicapai pada tingkat input tertentu pada sejumlah
kelompok observasi. Tahap kedua menggunakan MLE untuk menduga
keseluruhan parameter, yaitu parameter produksi (βm), intersep (β0), dan varians
dari kedua komponen kesalahan vi dan ui (σv2 dan σv
2).
Data yang didapat diolah menggunakan software pengolah angka
Microsoft Excel, Frontier 4.1, dan SPSS 11.5 for windows. Data dan informasi
disajikan dalam bentuk tabulasi, grafik, dan diagram alir (flow chart) untuk
mempermudah dalam menganalisis data.
Program Frontier versi 4.1 digunakan untuk mendapatkan estimasi nilai
parameter dari maximum-likelihood untuk model fungsi produksi stochastic
frontier. Program Frontier 4.1 terdiri dari tiga tahap, yaitu :
43
1) Mengkalkulasikan nilai estimasi dari β dan σs2 menggunakan OLS
(Ordinary Least Square) semua nilai estimasi β kecuali β0 unbias.
2) Dua frase grid search dari fungsi likelihood digunakan untuk
mengevaluasi nilai dari γ yang nilainya berkisar antara 0 dan 1.
3) Nilai diseleksi melalui tahap kedua digunakan sebagai nilai awal dalam
prosedur iteratif untuk mengestimasi nilai akhir maximum-likelihood.
4.6.1 Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier
Analisis funggsi produksi dilakukan untuk menjelaskan hubungan antara
input dengan output. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi
produksi Cobb-Douglass Stochastic Frontier. Menurut Soekartawi (2002) Fungsi
Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih
variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependent atau
variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel independent atau variabel yang
menjelaskan (X). Bentuk ini dipilih karena sederhana dan dapat dibuat dalam
bentuk fungsi linear. Tahap-tahap dalam menganalisis fungsi produksi,
diantaranya:
1) Identifikasi Variabel Bebas dan Terikat
Identifikasi variabel dilakukan dengan mendaftar faktor-faktor produksi
yang diduga berpengaruh dalam proses produksi benih patin.
a) Variabel bebas (Independet variable) dilambangkan dengan simbol X,
yaitu faktor produksi benih patin yang diuji, terdiri dari (X1) Jumlah
modal, (X2) Jumlah artemia, (X3) Jumlah cacing sutera, (X4) Jumlah
pakan, dan (X5) Jumlah jam kerja.
b) Variabel terikat (Dependent variable) dilambangkan dengan simbol Y,
yaitu produksi benih patin.
2) Analisis Regresi
Analisis regresi yang digunakan untuk menduga model menggunakan
fungsi produksi Frontier Cobb-Douglas yang ditranformasikan ke dalam bentuk
fungsi linier logaritma, maka model produksinya dapat ditulis sebagai berikut:
44
Keterangan: Y = Produksi benih ikan patin (ekor)X1 = Jumlah modal (Rupiah)X2 = Jumlah artemia (kaleng)X3 = Jumlah cacing sutera (liter)X4 = Jumlah pakan (Kg)X5 = Jumlah jam kerja (jam kerja)u = Unsur sisa (galat)ß0 = Intersepßi = Koefisien parameter penduga (i=1,2,3,4,5)vi-ui = error term
Nilai koefisien yang diharapkan : β1,β2,β3,β4,β5 > 0. Variabel vi merupakan
variabel acak bebas yang terdistribusi secara identik (iid) dengan rataan yang
bernilai nol dan ragam yang konstan (N(0,σv2)) serta bebas dari ui. Variabel ui
yang menggambarkan inefisiensi dalam produksi yang diasumsikan terdistribusi
secara bebas diantara setiap observasi dan nilai vi. Menurut Coelli, Rao, dan
Battese (1998) nilai ui tidak boleh negatif dan terdistribusi normal dengan N
(μi,σu2).
3) Pengujian Hipotesis
a) Pengujian terhadap Model Penduga (Uji-F)
Pengujian terhadap model penduga dilakukan untuk mengetahui apakah
faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
produksi benih patin atau tidak. Uji statistik yang digunakan adalah uji-F.
Hipotesis:
H0 : ß1=ß2=ß3=ß4=ß5=0 H1 : salah satu dari ß ada ≠ 0
Keterangan:k = Jumlah variabel termsuk intersepn = Jumlah pengamatan atau responden
45
Kriteria uji:F-hitung > F-tabel ((k-1), n-k) pada taraf nyata : tolak H0
F-hitung < F-tabel ((k-1), n-k) pada taraf nyata : terima H0
b) Pengujian terhadap Masing-masing Variabel (Uji-T)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui variabel bebas yang
berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.
Hipotesis:H0 : ßi=0 H1 : ßi≠0
Rumus untuk uji t, dapat dituliskan sebagai berikut:
Kriteria uji:
T-hitung> T-tabel (α/2, n-k-1) pada taraf nyata α: tolak H0
T-hitung < T-tabel (α/2, n-k-1) pada taraf nyata α: terima H0
Keterangan:k : Jumlah variabel bebasn : Jumlah responden
Jika T-hitung lebih besar dari T-tabel maka parameter bebas yang diuji
berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas. Sebaliknya jika T-hitung lebih
kecil dari T-tabel maka parameter bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata
terhadap parameter tidak bebas. Alternatif pembacaan hasil output dapat juga
dilakukan dengan melihat p-value, dengan kriteria sebagai berikut:
i. Jika p-value < α, maka tolak H0. Artinya parameter bebas yang
diuji berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas.
ii. Jika p-value > α, maka terima H0. Artinya parameter bebas yang
diuji tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas.
c) Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Untuk menguji berapa proporsi variasi dari variabel bebas secara bersama-
sama dalam mempengaruhi variabel tidak bebas, selain itu untuk mengetahui
seberapa jauh keragaman produksi dapat diterangkan oleh variabel bebas. Rumus
koefisien deteminasi dapat dituliskan sebagai berikut:
46
Keterangan:SSE : Jumlah kuadrat regresiSST : Jumlah kuadrat total
d) Pengujian Multikolinieritas
Beberapa cara untuk mendeteksi adanya multikolinieritas, diantaranya
dengan koefisien determinasi (R2) yang tinggi, atau dapat diukur dengan Variance
Inflation Factor (VIF) yaitu sebagai berikut:
Rj adalah koefisien determinasi dari model regresi dengan variabel tidak
bebas Xj dan variabel bebas adalah variabel X lainnya. Jika Rj2 = 0, atau antar
variabel bebas tidak berkorelasi, makan nilai VIF = 1. Sebaliknya jika Rj2 ≠ 0,
atau ada korelasi antar variabel bebas, maka nilai VIF > 1. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa koliniertias tidak ada jika nilai VIF mendekati 1.
Jika nilai Rj2 = 0, atau antar variabel bebas tidak berkorelasi, maka nilai
TOL = 1. Sebaliknya jika Rj2 = 1, atau ada korelasi antar variabel bebas, maka
nilai TOL = 0. Oleh karena itu, berdasarkan ukuran ini dapat disimpulkan bahwa
koliniertias tidak ada jika nilai TOL mendekati 1.
4.6.2 Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis
Metode efisiensi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
model inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli (1998).
Variabel ui yang digunakan untuk mengukur efek inefisiensi teknis, diasumsikan
bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N(μi, σ2).
47
Faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis
usahatani pembenihan ikan patin dalam penelitian ini adalah (Z1) Lama
pengalaman pembenih, (Z2) Tingkat pendidikan pembenih, (Z3) Dummy
kelompok tani, (Z4) Dummy penyuluhan dan (Z5) Dummy status usahatani.
Dengan demikian parameter distribusi (μi) inefisiensi teknis dalam penelitian ini
adalah :
+ (4.7)
Keterangan:u = Inefisiensi teknisZ1 = Pengalaman pembenihanZ2 = Tingkat pendidikan Z3 = Dummy kelompok taniZ4 = Dummy penyuluhanZ5 = Dummy status ssahatani
= Parameter inefisiensi
Pengujian inefisiensi dilakukan dengan menggunakan stochastic frontier.
Hasil pengujian peranti lunak Frontier 4.1 akan memberikan nilai perkiraan
varians dari parameter dalam bentuk sebagai berikut :
Nilai gamma (γ) berkisar antara nol dan satu. Untuk keputusan penerimaan
hipotesa nol atau ditentukan dengan nilai kritis. Efisiensi teknis dari setiap
pembenih dijelaskan oleh output observasi (Y1) yang dibandingkan dengan output
frontier (Y1*), atau dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut:
Keterangan:Y1 = Output observasiY1* = Outpur frontier
48
Atau Efisiensi teknis pembenih ke-i adalah nilai harapan (-ui) yang
dinyatakan dalam rasio sebagai berikut :
Pengujian hipotesis hanya dilakukan untuk hasil output efek efisiensi
teknis frontier. Untuk mengetahui apakah ada efek inefisiensi di dalam model
dapat diuji menggunakan nilai LR test of one side error, sedangkan untuk masing-
masing variabel penduga apakah koefisien dari masing-masing parameter bebas
(δi) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter
tidak bebas (μi) diuji menggunakan menggunakan T-hitung.
Hipotesis pertama :
H0 : γ2 = δ0 = δ1 = δ2 = δ3 = δ4 =…………. δ5 = 0
H1 : γ2 = δ0 = δ1 = δ2 = δ3 = δ4 =…………. δ5> 0
Hipotesis nol artinya efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model. Jika
hipotesis ini diterima, maka model fungsi produksi rata-rata sudah cukup
mewakili data empiris. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square.
(4.11)
Dimana L(H0) dan L(H1) adalah nilai dari fungsi likelihood di bawah hipotesa H0
dan H1. Kriteria uji :
LR galat satu sisi >χ2restriksi (table Kodde dan Palm) maka tolak H0
LR galat satu sisi <χ2restriksi (table Kodde dan Palm) maka terima H0
Tabel chi-square Kodde dan Palm adalah table upper and lower bound
dari nilai kritis digunakan untuk uji bersama persamaan dan pertidaksamaan
restriksi.
Hipotesis Kedua :
H0 : δi = 0H1 : δi ≠ 0
49
Hipotesis nol berarti koefisien dari masing-masing variabel di dalam
model efek inefisiensi sama dengan nol. Jika hipotesis ini diterima maka masing-
masing variabel penjelas dalam model efek inefisiensi tidak memiliki pengaruh
terhadap tingkat inefisiensi di dalam proses produksi.
Uji statistik yang digunakan yaitu :
Kriteria uji :
│t- hitung│ > T-tabel t(α, n-k-1) : tolak H0
│t- hitung│< T-tabel t(α, n-k-1) : terima H0
Keterangan: k = jumlah variabel bebasn = jumlah pengamatan (responden)
s (δi) = simpangan baku koefisien efek inefisiensi.
Asumsi yang digunakan untuk model inefisiensi teknis dalam persamaan
sebagai berikut :
Tabel 11. Nilai Harapan Terhadap Variabel yang Diuji
Variabel Parameter Nilai HarapanPengalaman δ1 (-)Pendidikan δ2 (-)Dummy Kelompok tani δ3 (-)Dummy Penyuluhan δ4 (-)Dummy Status Usahatani δ5 (-)
1. Semakin lama pengalaman pembenih yang mengusahakan usahatani
pembenihan ikan patin, diduga akan berpengaruh negatif terhadap
inefisiensi teknis.
2. Semakin lama pendidikan formal pembenih yang mengusahakan usahatani
pembenihan ikan patin, diduga akan berpengaruh negatif terhadap
inefisiensi teknis.
3. Dummy kelompok tani, angka satu untuk pembenih yang mengikuti
kelompok tani dan angka nol untuk pembenih yang tidak mengikuti
kelompok tani. Jika pembenih yang mengusahakan usahatani pembenihan
50
ikan patin adalah pembenih yang mengikuti kelompok tani makan diduga
akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis.
4. Dummy penyuluhan, angka satu untuk pernah mengikuti penyuluhan dan
angka nol untuk tidak pernah mengikuti. Jika pembenih yang
mengusahakan usahatani pembenihan ikan patin adalah pernah mengikuti
penyuluhan, diduga akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis.
5. Dummy status usahatani, pemberian angka satu untuk usaha utama dan
angka nol untuk usaha sampingan. Jika pembenih yang mengusahakan
usahatani pembenihan ikan patin sebagai usaha utama, diduga akan
berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis.
4.6.3 Analisis Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan
pendapatan atas biaya total dimana semua input milik keluarga juga
diperhitungkan sebagai biaya dalam periode tertentu (Soekartawi et al. 1984).
Secara umum pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan
pengeluaran. Dalam hal ini pendapatan usahatani pembenihan ikan patin
merupakan selisih antara penerimaan total pembenih dengan pengeluaran total
pembenih dalam satu siklus produksi.
Perhitungan pendapatan usahatani atas biaya tunai dapat dituliskan secara
matematis sebagai berikut, yaitu:
TR = PxQ
Keterangan :Y tunai = Pendapatan tunai pembenih TR = Penerimaan total pembenih ikan patin Bt = Biaya tunaiBd = Biaya yang diperhitungkanP = Harga benih patinQ = Jumlah benih patin
Sedangkan untuk menghitung pendapatan atas biaya total adalah sebagai berikut:
TC = Bt+Bd
51
Keterangan:Y total = Pendapatan total pembenih TR = Penerimaan total pembenih ikan patin TC = Pengeluaran totalBt = Biaya tunaiBd = Biaya yang diperhitungkan
Biaya penyusutan alat-alat pembenihan dihitung dengan membagi nilai
pembelian dikurangi nilai sisa yang dibagi dengan umur ekonomisnya. Metode
yang digunakan menggunakan metode garis lurus. Rumus dapat dituliskan secara
matematis sebagai berikut:
KeteranganNb = Nilai pembelianNs = Nilai sisaN = Umur ekonomis
4.6.4 Analisis Rasio (R/C Ratio)
Analisis R/C rasio merupakan perbandingan antar penerimaan dengan
biaya yang dikeluarkan. R/C rasio terbagi menjadi dua, R/C rasio atas biaya tunai
dan R/C rasio atas biaya total. Analisis R/C rasio dapat dijadikan gambaran
efisiensi dari usahatani. Adapun rumus matematisnya adalah sebagai berikut:
Keterangan:TR = Penerimaan total pembenih ikan patin Bt = Biaya tunaiBd = Biaya yang diperhitungkan
Terdapat beberapa kriteria yang dapat ditunjukan dari hasil analisis R/C
rasio, kriteria tersebut menunjukan tingkat keuntungan dari usahatani yang
dilakukan, diantaranya:
52
a. R/C > 1, maka usahatani tersebut menguntungkan, karena setiap rupiah
biaya yang dikeluarakan akan menghasilkan penerimaan sebesar lebih dari
satu rupiah.
b. R/C = 1, maka usahatani tersebut dikatakan impas karena setiap satu
rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar satu
rupiah.
c. R/C < 1, maka usahatani tersebut dikatakan tidak menguntungkan karena
setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan
sebesar kurang dari satu rupiah.
4.7 Variabel yang Mempengaruhi Produksi Benih Ikan Patin
Terdapat beberapa variabel yang diduga berpengaruh dalam produksi
benih di Kota Metro, Lampung. Dalam penelitian ini variabel yang diduga
berpengaruh diantaranya besar modal yang diinvestasikan, jumlah artemia yang
diberikan, jumlah cacing sutera yang dberikan, jumlah pakan indukan yang
diberikan, dan lama jam kerja yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembenihan:
1) Modal
Modal didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi, baik yang habis dalam satu kali proses produksi , maupun tidak habis
dalam sekali proses produksi. Seperti biaya pembelian pakan, indukan, pakan, dan
input produksi lainnya. Besar kecilnya modal yang dipakai akan mempengaruhi
skala usaha dari pembenihan itu sendiri, dan mempengaruhi produksi benih patin
yang dapat dipanen. Dalam penelitian ini akan dianalisis bagai mana pengaruh
jumlah modal yang diinvestasikan terhadap produksi benih patin di Kota Metro
Lampung.
2) Artemia
Artemia merupakan pakan bagi larva ikan patin yang berasal dari jenis
crustaceae tingkat rendah dari phylum arthropoda yang memiliki kandungan
nutrisi cukup tinggi. Artemia merupakan pakan alami yang pertama kali
dikonsumsi oleh benih ikan patin, selain bentuknya yang sesuai dengan bukaan
mulut benih patin, artemia memiliki kandungan protein hingga 63 persen dari
berat keringnya, selain itu memiliki warna yang menarik, sehingga lebih
53
memudahkan benih patin untuk mengonsumsinya. Dalam penelitian ini akan
dianalisis mengenai pengaruh jumlah artemia yang diberikan terhadap benih ikan
patin diduga dapat mempengaruhi produksi akhir dari benih patin yang dapat
dipanen.
3) Cacing Sutera
Cacing sutera (tubifex) merupakan pakan kedua benih ikan patin setelah
empat hari mengonsumsi artemia. Pada fase ini benih ikan patin sudah memiliki
bukaan mulut yang lebih besar. Cacing sutera sering disebut juga caing rambut,
atau cacing darah, yaitu cacing berwarna kemerahan dengan panjang sekitar 1-3
cm, dengan tubuh berwarna merah kecoklatan, hidup diair jernih yang kaya bahan
organik. Cacing ini memimiliki 57persen kandungan prodtein, dan 13 persen
kandungan lemak. Dalam penelitian ini akan dianalisis mengenai pengaruh jumlah
cacing sutera yang diberikan terhadap benih ikan patin diduga dapat
mempengaruhi produksi akhir dari benih patin yang dapat dipanen.
4) Pakan Indukan
Pakan yang dimaksudakan dalam penelitian ini adalah pakan yang
diberikan pembenih kepada indukan patin yang akan dipijahkan. Jumlah pakan
yang diberikan secara umum akan berpengaruh terhadap perubahan morfologi dan
fisiologi indukan. Dalam penelitian ini akan dianalisis bagaimana pengaruh
variasi pemberian pakan indukan diantara pembenih yang diduga berpengaruh
terhadap produksi benih ikan patin.
5) Jam Kerja
Jam kerja merupakan, banyaknya jam kerja yang diluangkan oleh
pembenih dalam melakukan usahatani pembenihan ikan patin. Benih ikan patin
merupakan fase kritis dalam siklus hidup ikan tersebut. Sehingga pengelolaan
yang baik terhadap benih ikan patin diduga dapat mengurangi tingkat kematian
pada benih ikan patin, dan meningkatkan benih ikan patin yang dapat dipanen.
4.8 Definisi Operasional
Berikut ini merupakan variabel yang diduga berpengaruh dalam produksi
benih di Kota Metro, Lampung, yaitu: (Y) Produksi benih ikan patin, (X1) Jumlah
54
indukan, (X2) Jumlah cacing sutera, (X3) Jumlah artemia, (X4) Jumlah pakan
indukan, (X5) Jumlah jam kerja, (Z1) Besar modal, (Z2) Umur Pembenih, (Z3)
Pendidikan, (Z4) Dummy penyuluhan, (Z5)Dummy status usahatani. Adapun
definisi operasionalnya adalah:
1) Produksi benih ikan patin (Y)
Produksi benih ikan patin adalah total produksi dari beberapa indukan
benih patin dalam satu kali siklus produksi, satuan jumlah produksi adalah
ekor.
2) Besar Modal (X1)
Besar modal merupakan jumlah modal yang diinvestasikan pembenih ke
untuk menjalankan usahatani pembenihan ikan patin di Kota Metro. Satua
modal yang digunakan adalah rupiah.
3) Jumlah artemia (X2)
Jumlah artemia merupakan jumlah artemia (liter) yang diberikan terhadap
larva ikan patin pada usia tertentu, satuan jumlah artemia yang digunakan
adalah liter.
4) Jumlah cacing sutera (X3)
Jumlah cacing sutera merupakan jumlah cacing sutera yang diberikan
kepada larva ikan patin sampai benih ikan patin siap dipanen, satuan
jumlah cacing sutera yang digunakan adalah liter.
5) Jumlah Pakan Indukan (X4)
Jumlah pakan indukan merupakan jumlah pakan yang diberikan kepada
indukan selama masa pemeliharaan,satuan jumlah pakan indukan adalah
Kilogram.
6) Jumlah jam kerja (X5)
Jumlah jam kerja merupakan jumlah jam yang diperlukan untuk
melaksanakan pembenihan hingga panen benih, satuan jumlah jam kerja
adalah jam.
7) Pengalaman pembenih (Z1)
Pengalaman pembenihan merupakan lama pembenih dalam melakukan
usahatani pembenihan, satuan pengalaman pembenihan adalah tahun.
55
8) Pendidikan (Z2)
Pendidikan merupakan lama pendidikan yang diempuh oleh pembenih
ikan patin, satuan pendidikan adalah tahun.
9) Dummy kelompok tani
Dummy kelompoktani merupakan status pembenih dalam megnikuti
kelompok tani, bentuknya dummy satu untuk pembenih yang statusnya
mengikuti dan nol untuk bukan smerupakan anggota kelompok tani.
10) Dummy penyuluhan (Z4)
Penyuluhan merupakan informasi yang didapatkan pembenih ikan patin
dari penyuluh pertanian, bentuknya dummy satu untuk pernah mengiktui
penyuluhan dan nol untuk tidak pernah mengikuti penyuluhan.
11) Dummy status usahatani (Z5)
Status usahatani merupakan status usahatani sebagai pekerjaan utama atau
sampingan dari pembenih, bentuknya dummy satu untuk pembenih yang
status usahataninya pekerjaan utama dan nol untuk bukan sebagai
pekerjaan utama.