iv metode penelitian 4.1 lokasi dan waktu...

16
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani pembenihan ikan patin ini akan dilakukan di sentra pembenihan patin yang berlokasi di Lampung yaitu Kota Metro. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) karena mengingat Kota Metro, Lampung. Karena lokasi ini merupakan salah satu propinsi sentra produksi benih ikan patin di Lampung. Namun produksi benih patinnya masih rendah dibanding daerah lain di wilayah Jawa. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga bulan Agustus 2011. 4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah populasi pembenih yang berada di Kota Metro, Lampung. Metode yang digunakan dalam penentuan responden penelitian ini adalah dengan metode sensus terhadap seluruh pembenih ikan patin di Kota Metro, Lampung. Hal ini dilakukan agar hasil analisis lebih mencerminkan keragaman yang berada di lapangan dan melihat dari jumlah responden yang memungkinkan untuk dilakukan secara sensus. Berikut ini daftar populasi pembenih di Kota Metro. Tabel 10 Daftar Nama Pembenih Ikan Patin di Kota Metro Tahun 2011. No Nama No Nama 1 Joni Pasyanto 13 M. Yusuf 2 Sarino 14 Ibnu Soim 3 Eko Haryono 15 Suwarto 4 Ujang Wisnu Wardhani 16 Eko Parwito 5 Supriadi 17 Roni 6 Dedi Anjarwanto 18 Maryadi 7 Hari Pratomo 19 Basuki 8 Suwanto 20 Heri 9 Azhardi Arifin 21 Suwarno 10 Suwandi 22 Mixa 11 Agus 23 Heru 12 Kartiwa 24 Budi

Upload: trankien

Post on 31-Aug-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53542/4/BAB IV...4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah

40

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani pembenihan ikan patin ini

akan dilakukan di sentra pembenihan patin yang berlokasi di Lampung yaitu Kota

Metro. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) karena

mengingat Kota Metro, Lampung. Karena lokasi ini merupakan salah satu

propinsi sentra produksi benih ikan patin di Lampung. Namun produksi benih

patinnya masih rendah dibanding daerah lain di wilayah Jawa. Pelaksanaan

penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga bulan Agustus 2011.

4.2 Metode Penentuan Responden

Responden utama dalam penelitian ini adalah populasi pembenih yang

berada di Kota Metro, Lampung. Metode yang digunakan dalam penentuan

responden penelitian ini adalah dengan metode sensus terhadap seluruh pembenih

ikan patin di Kota Metro, Lampung. Hal ini dilakukan agar hasil analisis lebih

mencerminkan keragaman yang berada di lapangan dan melihat dari jumlah

responden yang memungkinkan untuk dilakukan secara sensus. Berikut ini daftar

populasi pembenih di Kota Metro.

Tabel 10 Daftar Nama Pembenih Ikan Patin di Kota Metro Tahun 2011.

No Nama No Nama1 Joni Pasyanto 13 M. Yusuf 2 Sarino 14 Ibnu Soim3 Eko Haryono 15 Suwarto4 Ujang Wisnu Wardhani 16 Eko Parwito5 Supriadi 17 Roni 6 Dedi Anjarwanto 18 Maryadi7 Hari Pratomo 19 Basuki8 Suwanto 20 Heri9 Azhardi Arifin 21 Suwarno

10 Suwandi 22 Mixa11 Agus 23 Heru12 Kartiwa 24 Budi

Page 2: IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53542/4/BAB IV...4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah

41

4.3 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kasus yang

termasuk dalam kategori metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode

penelitian untuk mendapat gambaran mengenai situasi atau kejadian. Metode

kasus merupakan salah satu metode dalam metode deskriptif mengenai suatu fase

spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian dapa berupa

individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Tujuan dari penelitian studi

kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar

belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter khas dari kasus, yang kemudian dari

sifat-sifat khas tersebut akan dijadikan suatu yang bersifat umum (Nazir 2005).

Atas dasar tersebut, metode ini dapat digunakan dalam menggambarkan

karakteristik usahatani pembenih di Kota Metro, Lampung.

4.4 Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data

sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer berasal

dari pengisisan kuisioner oleh para responden, wawancara dengan pihak terkait

dan pengamatan secara langsung. Data primer yang dikumpulkan berupa data

kondisi geografis, dan data mengenai karakteristik usahatani pembenihan ikan

patin di Kota Metro, Lampung.

Data sekunder diperoleh dari dinas terkait seperti Dinas Pertanian Bidang

Perikanan, KKP, studi pustaka hasil penelitian, buku teks, jurnal, dan literatur

baik media cetak maupun elektronik yang berhubungan dengan topik penelitian.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama satu minggu

yaitu pada tanggal 10 Mei hingga 17 Mei 2011 di Kota Metro, Lampung. Teknik

pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuisioner, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan daftar

pertanyaan atau daftar isian terhadap objek yang diteliti, kuisioner yang telah

dibuat berisi mengenai karakteristik pembenih, biaya produksi, faktor produksi,

produksi benih di pembenihan Kota Metro, Lampung. Daftar kuisioner akan diisi

Page 3: IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53542/4/BAB IV...4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah

42

langsung oleh peneliti berdasarkan data dari responden. Teknik wawancara

(interview), yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan komunikasi tanya

jawab kepada objek yang diteliti dan yang bersangkutan dengan kebutuhan data.

Teknik observasi atau pengamatan secara langsung, yaitu cara pengumpulan data

dengan terjun dan melihat langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti.

Kemudian penelusuran literatur, yaitu cara pengumpulan data dengan

menggunakan sebagian atau seluruh data yang telah ada atau laporan data dari

penelitian yang berhubungan.

4.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang digunakan merupakan data primer dan sekunder yang

merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data secara kualitatif

dilakukan terhadap karakteristik usahatani di Kota Metro, Lampung.

Analisi kuantitatif dilakukan terhadap penerimaan, pendapatan, dan

pengeluaran dari usahatani pembenihan ikan patin. Data yang didapatkan dari 24

orang pembenih di lokasi penelitian di rata-ratakan nilainya manggunakan metode

perataan untuk mendapatkan gambaran umum biaya dan penerimaan usahatani

pembenihan ikan patin. Sedangkan analisis efisiensi teknis dilakukan dengan

menggunakan metode OLS dan MLE. Konsep perhitungan fungsi produksi

frontier metode MLE pada stochastic frontier diawali dengan pendekatan

perhitungan fungsi produksi rata-rata yang didefinisikan sebagai tingkat produksi

maksimum yang dapat dicapai pada tingkat input tertentu pada sejumlah

kelompok observasi. Tahap kedua menggunakan MLE untuk menduga

keseluruhan parameter, yaitu parameter produksi (βm), intersep (β0), dan varians

dari kedua komponen kesalahan vi dan ui (σv2 dan σv

2).

Data yang didapat diolah menggunakan software pengolah angka

Microsoft Excel, Frontier 4.1, dan SPSS 11.5 for windows. Data dan informasi

disajikan dalam bentuk tabulasi, grafik, dan diagram alir (flow chart) untuk

mempermudah dalam menganalisis data.

Program Frontier versi 4.1 digunakan untuk mendapatkan estimasi nilai

parameter dari maximum-likelihood untuk model fungsi produksi stochastic

frontier. Program Frontier 4.1 terdiri dari tiga tahap, yaitu :

Page 4: IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53542/4/BAB IV...4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah

43

1) Mengkalkulasikan nilai estimasi dari β dan σs2 menggunakan OLS

(Ordinary Least Square) semua nilai estimasi β kecuali β0 unbias.

2) Dua frase grid search dari fungsi likelihood digunakan untuk

mengevaluasi nilai dari γ yang nilainya berkisar antara 0 dan 1.

3) Nilai diseleksi melalui tahap kedua digunakan sebagai nilai awal dalam

prosedur iteratif untuk mengestimasi nilai akhir maximum-likelihood.

4.6.1 Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Analisis funggsi produksi dilakukan untuk menjelaskan hubungan antara

input dengan output. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi

produksi Cobb-Douglass Stochastic Frontier. Menurut Soekartawi (2002) Fungsi

Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih

variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependent atau

variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel independent atau variabel yang

menjelaskan (X). Bentuk ini dipilih karena sederhana dan dapat dibuat dalam

bentuk fungsi linear. Tahap-tahap dalam menganalisis fungsi produksi,

diantaranya:

1) Identifikasi Variabel Bebas dan Terikat

Identifikasi variabel dilakukan dengan mendaftar faktor-faktor produksi

yang diduga berpengaruh dalam proses produksi benih patin.

a) Variabel bebas (Independet variable) dilambangkan dengan simbol X,

yaitu faktor produksi benih patin yang diuji, terdiri dari (X1) Jumlah

modal, (X2) Jumlah artemia, (X3) Jumlah cacing sutera, (X4) Jumlah

pakan, dan (X5) Jumlah jam kerja.

b) Variabel terikat (Dependent variable) dilambangkan dengan simbol Y,

yaitu produksi benih patin.

2) Analisis Regresi

Analisis regresi yang digunakan untuk menduga model menggunakan

fungsi produksi Frontier Cobb-Douglas yang ditranformasikan ke dalam bentuk

fungsi linier logaritma, maka model produksinya dapat ditulis sebagai berikut:

Page 5: IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53542/4/BAB IV...4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah

44

Keterangan: Y = Produksi benih ikan patin (ekor)X1 = Jumlah modal (Rupiah)X2 = Jumlah artemia (kaleng)X3 = Jumlah cacing sutera (liter)X4 = Jumlah pakan (Kg)X5 = Jumlah jam kerja (jam kerja)u = Unsur sisa (galat)ß0 = Intersepßi = Koefisien parameter penduga (i=1,2,3,4,5)vi-ui = error term

Nilai koefisien yang diharapkan : β1,β2,β3,β4,β5 > 0. Variabel vi merupakan

variabel acak bebas yang terdistribusi secara identik (iid) dengan rataan yang

bernilai nol dan ragam yang konstan (N(0,σv2)) serta bebas dari ui. Variabel ui

yang menggambarkan inefisiensi dalam produksi yang diasumsikan terdistribusi

secara bebas diantara setiap observasi dan nilai vi. Menurut Coelli, Rao, dan

Battese (1998) nilai ui tidak boleh negatif dan terdistribusi normal dengan N

(μi,σu2).

3) Pengujian Hipotesis

a) Pengujian terhadap Model Penduga (Uji-F)

Pengujian terhadap model penduga dilakukan untuk mengetahui apakah

faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

produksi benih patin atau tidak. Uji statistik yang digunakan adalah uji-F.

Hipotesis:

H0 : ß1=ß2=ß3=ß4=ß5=0 H1 : salah satu dari ß ada ≠ 0

Keterangan:k = Jumlah variabel termsuk intersepn = Jumlah pengamatan atau responden

Page 6: IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53542/4/BAB IV...4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah

45

Kriteria uji:F-hitung > F-tabel ((k-1), n-k) pada taraf nyata : tolak H0

F-hitung < F-tabel ((k-1), n-k) pada taraf nyata : terima H0

b) Pengujian terhadap Masing-masing Variabel (Uji-T)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui variabel bebas yang

berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.

Hipotesis:H0 : ßi=0 H1 : ßi≠0

Rumus untuk uji t, dapat dituliskan sebagai berikut:

Kriteria uji:

T-hitung> T-tabel (α/2, n-k-1) pada taraf nyata α: tolak H0

T-hitung < T-tabel (α/2, n-k-1) pada taraf nyata α: terima H0

Keterangan:k : Jumlah variabel bebasn : Jumlah responden

Jika T-hitung lebih besar dari T-tabel maka parameter bebas yang diuji

berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas. Sebaliknya jika T-hitung lebih

kecil dari T-tabel maka parameter bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata

terhadap parameter tidak bebas. Alternatif pembacaan hasil output dapat juga

dilakukan dengan melihat p-value, dengan kriteria sebagai berikut:

i. Jika p-value < α, maka tolak H0. Artinya parameter bebas yang

diuji berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas.

ii. Jika p-value > α, maka terima H0. Artinya parameter bebas yang

diuji tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas.

c) Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Untuk menguji berapa proporsi variasi dari variabel bebas secara bersama-

sama dalam mempengaruhi variabel tidak bebas, selain itu untuk mengetahui

seberapa jauh keragaman produksi dapat diterangkan oleh variabel bebas. Rumus

koefisien deteminasi dapat dituliskan sebagai berikut:

Page 7: IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53542/4/BAB IV...4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah

46

Keterangan:SSE : Jumlah kuadrat regresiSST : Jumlah kuadrat total

d) Pengujian Multikolinieritas

Beberapa cara untuk mendeteksi adanya multikolinieritas, diantaranya

dengan koefisien determinasi (R2) yang tinggi, atau dapat diukur dengan Variance

Inflation Factor (VIF) yaitu sebagai berikut:

Rj adalah koefisien determinasi dari model regresi dengan variabel tidak

bebas Xj dan variabel bebas adalah variabel X lainnya. Jika Rj2 = 0, atau antar

variabel bebas tidak berkorelasi, makan nilai VIF = 1. Sebaliknya jika Rj2 ≠ 0,

atau ada korelasi antar variabel bebas, maka nilai VIF > 1. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa koliniertias tidak ada jika nilai VIF mendekati 1.

Jika nilai Rj2 = 0, atau antar variabel bebas tidak berkorelasi, maka nilai

TOL = 1. Sebaliknya jika Rj2 = 1, atau ada korelasi antar variabel bebas, maka

nilai TOL = 0. Oleh karena itu, berdasarkan ukuran ini dapat disimpulkan bahwa

koliniertias tidak ada jika nilai TOL mendekati 1.

4.6.2 Analisis Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis

Metode efisiensi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada

model inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli (1998).

Variabel ui yang digunakan untuk mengukur efek inefisiensi teknis, diasumsikan

bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N(μi, σ2).

Page 8: IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53542/4/BAB IV...4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah

47

Faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis

usahatani pembenihan ikan patin dalam penelitian ini adalah (Z1) Lama

pengalaman pembenih, (Z2) Tingkat pendidikan pembenih, (Z3) Dummy

kelompok tani, (Z4) Dummy penyuluhan dan (Z5) Dummy status usahatani.

Dengan demikian parameter distribusi (μi) inefisiensi teknis dalam penelitian ini

adalah :

+ (4.7)

Keterangan:u = Inefisiensi teknisZ1 = Pengalaman pembenihanZ2 = Tingkat pendidikan Z3 = Dummy kelompok taniZ4 = Dummy penyuluhanZ5 = Dummy status ssahatani

= Parameter inefisiensi

Pengujian inefisiensi dilakukan dengan menggunakan stochastic frontier.

Hasil pengujian peranti lunak Frontier 4.1 akan memberikan nilai perkiraan

varians dari parameter dalam bentuk sebagai berikut :

Nilai gamma (γ) berkisar antara nol dan satu. Untuk keputusan penerimaan

hipotesa nol atau ditentukan dengan nilai kritis. Efisiensi teknis dari setiap

pembenih dijelaskan oleh output observasi (Y1) yang dibandingkan dengan output

frontier (Y1*), atau dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut:

Keterangan:Y1 = Output observasiY1* = Outpur frontier

Page 9: IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53542/4/BAB IV...4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah

48

Atau Efisiensi teknis pembenih ke-i adalah nilai harapan (-ui) yang

dinyatakan dalam rasio sebagai berikut :

Pengujian hipotesis hanya dilakukan untuk hasil output efek efisiensi

teknis frontier. Untuk mengetahui apakah ada efek inefisiensi di dalam model

dapat diuji menggunakan nilai LR test of one side error, sedangkan untuk masing-

masing variabel penduga apakah koefisien dari masing-masing parameter bebas

(δi) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter

tidak bebas (μi) diuji menggunakan menggunakan T-hitung.

Hipotesis pertama :

H0 : γ2 = δ0 = δ1 = δ2 = δ3 = δ4 =…………. δ5 = 0

H1 : γ2 = δ0 = δ1 = δ2 = δ3 = δ4 =…………. δ5> 0

Hipotesis nol artinya efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model. Jika

hipotesis ini diterima, maka model fungsi produksi rata-rata sudah cukup

mewakili data empiris. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square.

(4.11)

Dimana L(H0) dan L(H1) adalah nilai dari fungsi likelihood di bawah hipotesa H0

dan H1. Kriteria uji :

LR galat satu sisi >χ2restriksi (table Kodde dan Palm) maka tolak H0

LR galat satu sisi <χ2restriksi (table Kodde dan Palm) maka terima H0

Tabel chi-square Kodde dan Palm adalah table upper and lower bound

dari nilai kritis digunakan untuk uji bersama persamaan dan pertidaksamaan

restriksi.

Hipotesis Kedua :

H0 : δi = 0H1 : δi ≠ 0

Page 10: IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53542/4/BAB IV...4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah

49

Hipotesis nol berarti koefisien dari masing-masing variabel di dalam

model efek inefisiensi sama dengan nol. Jika hipotesis ini diterima maka masing-

masing variabel penjelas dalam model efek inefisiensi tidak memiliki pengaruh

terhadap tingkat inefisiensi di dalam proses produksi.

Uji statistik yang digunakan yaitu :

Kriteria uji :

│t- hitung│ > T-tabel t(α, n-k-1) : tolak H0

│t- hitung│< T-tabel t(α, n-k-1) : terima H0

Keterangan: k = jumlah variabel bebasn = jumlah pengamatan (responden)

s (δi) = simpangan baku koefisien efek inefisiensi.

Asumsi yang digunakan untuk model inefisiensi teknis dalam persamaan

sebagai berikut :

Tabel 11. Nilai Harapan Terhadap Variabel yang Diuji

Variabel Parameter Nilai HarapanPengalaman δ1 (-)Pendidikan δ2 (-)Dummy Kelompok tani δ3 (-)Dummy Penyuluhan δ4 (-)Dummy Status Usahatani δ5 (-)

1. Semakin lama pengalaman pembenih yang mengusahakan usahatani

pembenihan ikan patin, diduga akan berpengaruh negatif terhadap

inefisiensi teknis.

2. Semakin lama pendidikan formal pembenih yang mengusahakan usahatani

pembenihan ikan patin, diduga akan berpengaruh negatif terhadap

inefisiensi teknis.

3. Dummy kelompok tani, angka satu untuk pembenih yang mengikuti

kelompok tani dan angka nol untuk pembenih yang tidak mengikuti

kelompok tani. Jika pembenih yang mengusahakan usahatani pembenihan

Page 11: IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53542/4/BAB IV...4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah

50

ikan patin adalah pembenih yang mengikuti kelompok tani makan diduga

akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis.

4. Dummy penyuluhan, angka satu untuk pernah mengikuti penyuluhan dan

angka nol untuk tidak pernah mengikuti. Jika pembenih yang

mengusahakan usahatani pembenihan ikan patin adalah pernah mengikuti

penyuluhan, diduga akan berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis.

5. Dummy status usahatani, pemberian angka satu untuk usaha utama dan

angka nol untuk usaha sampingan. Jika pembenih yang mengusahakan

usahatani pembenihan ikan patin sebagai usaha utama, diduga akan

berpengaruh negatif terhadap inefisiensi teknis.

4.6.3 Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan

pendapatan atas biaya total dimana semua input milik keluarga juga

diperhitungkan sebagai biaya dalam periode tertentu (Soekartawi et al. 1984).

Secara umum pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan

pengeluaran. Dalam hal ini pendapatan usahatani pembenihan ikan patin

merupakan selisih antara penerimaan total pembenih dengan pengeluaran total

pembenih dalam satu siklus produksi.

Perhitungan pendapatan usahatani atas biaya tunai dapat dituliskan secara

matematis sebagai berikut, yaitu:

TR = PxQ

Keterangan :Y tunai = Pendapatan tunai pembenih TR = Penerimaan total pembenih ikan patin Bt = Biaya tunaiBd = Biaya yang diperhitungkanP = Harga benih patinQ = Jumlah benih patin

Sedangkan untuk menghitung pendapatan atas biaya total adalah sebagai berikut:

TC = Bt+Bd

Page 12: IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53542/4/BAB IV...4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah

51

Keterangan:Y total = Pendapatan total pembenih TR = Penerimaan total pembenih ikan patin TC = Pengeluaran totalBt = Biaya tunaiBd = Biaya yang diperhitungkan

Biaya penyusutan alat-alat pembenihan dihitung dengan membagi nilai

pembelian dikurangi nilai sisa yang dibagi dengan umur ekonomisnya. Metode

yang digunakan menggunakan metode garis lurus. Rumus dapat dituliskan secara

matematis sebagai berikut:

KeteranganNb = Nilai pembelianNs = Nilai sisaN = Umur ekonomis

4.6.4 Analisis Rasio (R/C Ratio)

Analisis R/C rasio merupakan perbandingan antar penerimaan dengan

biaya yang dikeluarkan. R/C rasio terbagi menjadi dua, R/C rasio atas biaya tunai

dan R/C rasio atas biaya total. Analisis R/C rasio dapat dijadikan gambaran

efisiensi dari usahatani. Adapun rumus matematisnya adalah sebagai berikut:

Keterangan:TR = Penerimaan total pembenih ikan patin Bt = Biaya tunaiBd = Biaya yang diperhitungkan

Terdapat beberapa kriteria yang dapat ditunjukan dari hasil analisis R/C

rasio, kriteria tersebut menunjukan tingkat keuntungan dari usahatani yang

dilakukan, diantaranya:

Page 13: IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53542/4/BAB IV...4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah

52

a. R/C > 1, maka usahatani tersebut menguntungkan, karena setiap rupiah

biaya yang dikeluarakan akan menghasilkan penerimaan sebesar lebih dari

satu rupiah.

b. R/C = 1, maka usahatani tersebut dikatakan impas karena setiap satu

rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar satu

rupiah.

c. R/C < 1, maka usahatani tersebut dikatakan tidak menguntungkan karena

setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan

sebesar kurang dari satu rupiah.

4.7 Variabel yang Mempengaruhi Produksi Benih Ikan Patin

Terdapat beberapa variabel yang diduga berpengaruh dalam produksi

benih di Kota Metro, Lampung. Dalam penelitian ini variabel yang diduga

berpengaruh diantaranya besar modal yang diinvestasikan, jumlah artemia yang

diberikan, jumlah cacing sutera yang dberikan, jumlah pakan indukan yang

diberikan, dan lama jam kerja yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembenihan:

1) Modal

Modal didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses

produksi, baik yang habis dalam satu kali proses produksi , maupun tidak habis

dalam sekali proses produksi. Seperti biaya pembelian pakan, indukan, pakan, dan

input produksi lainnya. Besar kecilnya modal yang dipakai akan mempengaruhi

skala usaha dari pembenihan itu sendiri, dan mempengaruhi produksi benih patin

yang dapat dipanen. Dalam penelitian ini akan dianalisis bagai mana pengaruh

jumlah modal yang diinvestasikan terhadap produksi benih patin di Kota Metro

Lampung.

2) Artemia

Artemia merupakan pakan bagi larva ikan patin yang berasal dari jenis

crustaceae tingkat rendah dari phylum arthropoda yang memiliki kandungan

nutrisi cukup tinggi. Artemia merupakan pakan alami yang pertama kali

dikonsumsi oleh benih ikan patin, selain bentuknya yang sesuai dengan bukaan

mulut benih patin, artemia memiliki kandungan protein hingga 63 persen dari

berat keringnya, selain itu memiliki warna yang menarik, sehingga lebih

Page 14: IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53542/4/BAB IV...4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah

53

memudahkan benih patin untuk mengonsumsinya. Dalam penelitian ini akan

dianalisis mengenai pengaruh jumlah artemia yang diberikan terhadap benih ikan

patin diduga dapat mempengaruhi produksi akhir dari benih patin yang dapat

dipanen.

3) Cacing Sutera

Cacing sutera (tubifex) merupakan pakan kedua benih ikan patin setelah

empat hari mengonsumsi artemia. Pada fase ini benih ikan patin sudah memiliki

bukaan mulut yang lebih besar. Cacing sutera sering disebut juga caing rambut,

atau cacing darah, yaitu cacing berwarna kemerahan dengan panjang sekitar 1-3

cm, dengan tubuh berwarna merah kecoklatan, hidup diair jernih yang kaya bahan

organik. Cacing ini memimiliki 57persen kandungan prodtein, dan 13 persen

kandungan lemak. Dalam penelitian ini akan dianalisis mengenai pengaruh jumlah

cacing sutera yang diberikan terhadap benih ikan patin diduga dapat

mempengaruhi produksi akhir dari benih patin yang dapat dipanen.

4) Pakan Indukan

Pakan yang dimaksudakan dalam penelitian ini adalah pakan yang

diberikan pembenih kepada indukan patin yang akan dipijahkan. Jumlah pakan

yang diberikan secara umum akan berpengaruh terhadap perubahan morfologi dan

fisiologi indukan. Dalam penelitian ini akan dianalisis bagaimana pengaruh

variasi pemberian pakan indukan diantara pembenih yang diduga berpengaruh

terhadap produksi benih ikan patin.

5) Jam Kerja

Jam kerja merupakan, banyaknya jam kerja yang diluangkan oleh

pembenih dalam melakukan usahatani pembenihan ikan patin. Benih ikan patin

merupakan fase kritis dalam siklus hidup ikan tersebut. Sehingga pengelolaan

yang baik terhadap benih ikan patin diduga dapat mengurangi tingkat kematian

pada benih ikan patin, dan meningkatkan benih ikan patin yang dapat dipanen.

4.8 Definisi Operasional

Berikut ini merupakan variabel yang diduga berpengaruh dalam produksi

benih di Kota Metro, Lampung, yaitu: (Y) Produksi benih ikan patin, (X1) Jumlah

Page 15: IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53542/4/BAB IV...4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah

54

indukan, (X2) Jumlah cacing sutera, (X3) Jumlah artemia, (X4) Jumlah pakan

indukan, (X5) Jumlah jam kerja, (Z1) Besar modal, (Z2) Umur Pembenih, (Z3)

Pendidikan, (Z4) Dummy penyuluhan, (Z5)Dummy status usahatani. Adapun

definisi operasionalnya adalah:

1) Produksi benih ikan patin (Y)

Produksi benih ikan patin adalah total produksi dari beberapa indukan

benih patin dalam satu kali siklus produksi, satuan jumlah produksi adalah

ekor.

2) Besar Modal (X1)

Besar modal merupakan jumlah modal yang diinvestasikan pembenih ke

untuk menjalankan usahatani pembenihan ikan patin di Kota Metro. Satua

modal yang digunakan adalah rupiah.

3) Jumlah artemia (X2)

Jumlah artemia merupakan jumlah artemia (liter) yang diberikan terhadap

larva ikan patin pada usia tertentu, satuan jumlah artemia yang digunakan

adalah liter.

4) Jumlah cacing sutera (X3)

Jumlah cacing sutera merupakan jumlah cacing sutera yang diberikan

kepada larva ikan patin sampai benih ikan patin siap dipanen, satuan

jumlah cacing sutera yang digunakan adalah liter.

5) Jumlah Pakan Indukan (X4)

Jumlah pakan indukan merupakan jumlah pakan yang diberikan kepada

indukan selama masa pemeliharaan,satuan jumlah pakan indukan adalah

Kilogram.

6) Jumlah jam kerja (X5)

Jumlah jam kerja merupakan jumlah jam yang diperlukan untuk

melaksanakan pembenihan hingga panen benih, satuan jumlah jam kerja

adalah jam.

7) Pengalaman pembenih (Z1)

Pengalaman pembenihan merupakan lama pembenih dalam melakukan

usahatani pembenihan, satuan pengalaman pembenihan adalah tahun.

Page 16: IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/53542/4/BAB IV...4.2 Metode Penentuan Responden Responden utama dalam penelitian ini adalah

55

8) Pendidikan (Z2)

Pendidikan merupakan lama pendidikan yang diempuh oleh pembenih

ikan patin, satuan pendidikan adalah tahun.

9) Dummy kelompok tani

Dummy kelompoktani merupakan status pembenih dalam megnikuti

kelompok tani, bentuknya dummy satu untuk pembenih yang statusnya

mengikuti dan nol untuk bukan smerupakan anggota kelompok tani.

10) Dummy penyuluhan (Z4)

Penyuluhan merupakan informasi yang didapatkan pembenih ikan patin

dari penyuluh pertanian, bentuknya dummy satu untuk pernah mengiktui

penyuluhan dan nol untuk tidak pernah mengikuti penyuluhan.

11) Dummy status usahatani (Z5)

Status usahatani merupakan status usahatani sebagai pekerjaan utama atau

sampingan dari pembenih, bentuknya dummy satu untuk pembenih yang

status usahataninya pekerjaan utama dan nol untuk bukan sebagai

pekerjaan utama.