iv. hasil dan pembahasan 4.1. gambaran umum...
TRANSCRIPT
35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perguruan Tinggi
Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah lembaga pendidikan tinggi
pertanian yang secara historis merupakan bentukan dari lembaga-lembaga
pendidikan menengah dan tinggi pertanian serta kedokteran hewan yang
dimulai pada awal abad ke-20 di Bogor. Sebelum Perang Dunia II, lembaga-
lembaga pendidikan menengah tersebut dikenal dengan nama Middelbare
Landbouw School, Middelbare Bosbouw School dan Nederlandsch Indiche
Veeartsen School. Sejarah perkembangan IPB dimulai dari tahapan embrional
(1941-1963), tahap pelahiran dan pertumbuhan (1963-1975), tahap
pendewasaan (1975-2000), tahap implementasi otonomi IPB (2000-2005)
dan tahap IPB berbasis Badan Hukum Milik Negara (BHMN) (2006-2010).
Sejak tahun 2007, secara embrional IPB direncanakan menjadi universitas
riset.
Lahirnya IPB pada tanggal 1 September 1963 berdasarkan keputusan
Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 92/1963 yang
kemudian disahkan oleh Presiden RI Pertama dengan Keputusan No.
279/1965. Pada saat itu, ada 2 Jurusan di Bogor yang berada dalam naungan
Universitas Indonesia (UI) yaitu Ilmu Pertanian (Landbowkunde) dan Ilmu
Kehutanan (Bosbouwkunde), lalu berkembang menjadi 5 fakultas, yaitu
Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan,
Fakultas Peternakan dan Fakultas Kehutanan. Pada tahun 1964, lahir Fakultas
Teknologi dan Mekanisasi Pertanian yang kini menjadi Fakultas Teknologi
Pertanian. Pada tanggal 26 Desember 2000, Pemerintah Indonesia
mengesahkan status otonomi IPB berdasarkan PP No. 152. Pada tahun 2006,
IPB menjadi perguruan tinggi berstatus Badan Hukum Milik Negara
(BHMN). Pada perkembangan terakhir, setelah lahirnya Badan Hukum
Pendidikan (BHP) yang menimbulkan pro-kontra dan akhirnya ditolak oleh
Mahkamah Konstitusi (MK) pada tahun 2010, kini IPB kembali ke Perguruan
Tinggi Negeri dengan status hukum seperti perguruan tinggi-perguruan tinggi
yang lain.
36
Sejak berdiri, IPB terus melakukan pengembangan-pengembangan
dalam meningkatkan kapabilitasnya menuju World Class University. IPB
berkomitmen terhadap peningkatan mutu dalam seluruh aspek
penyelenggaraan program akademik dan non-akademik. Komitmen ini
tertulis didalam pernyataan mutu (quality statement) sebagaimana tercantum
dalam SK Rektor No. 210/K13/OT/2004, yaitu: "dengan komitmen yang
tinggi terhadap mutu, IPB secara efisien dan akuntabel menghasilkan lulusan
yang kompeten dan IPTEKS yang relevan dengan kebutuhan masyarakat."
Visi IPB yaitu menjadi perguruan tinggi berbasis riset kelas dunia
dengan kompetensi utama pertanian tropika dan biosains serta berkarakter
kewirausahaan.
Misi IPB adalah sebagai sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi bermutu tinggi dan pembinaan
kemahasiswaan yang komprehensif dalam rangka meningkatkan daya
saing bangsa.
2. Mengembangkan IPTEK sesuai kebutuhan masyarakat agraris dan bahari
pada masa sekarang dan kecenderungan pada masa yang akan datang
yang semakin kompetitif.
3. Membangun sistem manajemen perguruan tinggi yang berkarakter
kewirausahaan, efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.
4. Mendorong terbentuknya masyarakat madani berdasarkan kebenaran dan
HAM.
Adapun Tujuan IPB adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan lulusan yang berkualitas yang mampu mengembangkan
dan menerapkan IPTEKS
2. Memberikan inovasi IPTEKS ramah lingkungan untuk mendukung
pembangunan nasional dan memperbaiki kesejahteraan umat manusia.
3. Menjadikan IPB sebagai lembaga pendidikan tinggi yang siap
menghadapi tuntutan masyarakat dan tantangan perubahan yang berubah
dengan cepat secara nasional dan global.
4. Menjadikan IPB sebagai kekuatan moral dalam masyarakat madani
Indonesia.
37
4.2. Karakteristik Pegawai Kependidikan
Responden dalam penelitian ini berjumlah 96 orang dan merupakan
pegawai kependidikan IPB yang dipilih dengan menggunakan teknik
convenience. Pegawai yang menjadi responden pada penelitian ini
dikelompokkan berdasarkan beberapa karakteristik, yaitu: jenis kelamin,
tingkat pendidikan, usia, masa kerja, dan golongan pegawai. Kuesioner
terlampir pada Lampiran 1.
4.2.1 Karakteristik Jenis Kelamin
Pada karakteristik jenis kelamin, responden didominasi oleh
pegawai berjenis kelamin pria sebesar 55 persen atau 53 orang.
Responden yang berjenis kelamin wanita sebesar 43 persen atau 43
orang. Perbedaan yang tidak signifikan antara jumlah responden pria
dan wanita, memberikan gambaran kepada kita bahwa IPB tidak
membeda-bedakan gender dalam merekrut dan mempekerjakan
pegawai. Selain itu, jenis pekerjaan yang lebih cenderung ke hal-hal
admistrasi dan membutuhkan kerapihan serta ketekunan, yang
biasanya dilakukan oleh wanita, tidak menjadikan IPB langsung
memilih pegawai wanita untuk mengisi pos-pos pekerjaan tersebut.
Semuanya dikembalikan pada kompetensi dan minat masing-masing
pegawai.
Perbedaan jumlah responden pria dan wanita, tidak
menggambarkan bahwa pegawai dengan jumlah mayoritas memiliki
kemampuan lebih baik dalam menerapkan Manajemen Pengetahuan
dan Organisasi Pembelajar. Pegawai yang berjenis kelamin pria
maupun wanita memiliki kedudukan yang sama di dalam lembaga
dalam kemampuannya menerapkan Manajemen Pengetahuan dan
Organisasi Pembelajar. Karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada Gambar 8.
38
Gambar 8. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
4.2.2 Karakteristik Tingkat Pendidikan
Mayoritas responden berpendidikan SLTA dan S1, dengan
persentase yang sama yaitu sebesar 44 persen atau 42 orang. Peringkat
kedua ditempati oleh responden yang berpendidikan D3 sebesar 10
persen atau 10 orang. Pada peringkat ketiga ditempati oleh responden
yang berpendidikan S2 dan S3, yaitu masing-masing sebesar 1 persen
atau 1 orang.
Lebih dari setengah jumlah responden memiliki tingkat
pendidikan SLTA dan S1. Tingkat pendidikan SLTA dan S1 dirasa
sudah cukup memiliki kapasitas untuk mendukung proses Manajemen
Pengetahuan dan Organisasi Pembelajar. Karakteristik responden
berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Wanita 45 %
Pria55 %
SLTA44%
D310%
S144%
S21%
S31%
39
4.2.3 Karakteristik Usia
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, mayoritas
responden berusia lebih dari 46 tahun, yaitu sebesar 37 persen atau 36
orang. Posisi kedua ditempati oleh responden berusia 41 – 45 tahun
dan 31 – 35 tahun, yaitu masing-masing sebesar 19 persen atau 18
orang. Posisi ketiga ditempati oleh responden berusia 36 – 40 tahun
sebesar 18 persen atau 18 orang. Posisi keempat ditempati oleh
responden berusia 26 – 30 tahun sebesar 5 persen atau 5 orang.
Sedangkan posisi kelima ditempati oleh responden pada rentang usia
termuda, yaitu pada rentang usia 20 – 25 tahun dengan persentase
sebesar 2 persen atau 2 orang.
Responden didominasi oleh pegawai yang berusia 36 – 40
tahun, 41 – 45 tahun dan lebih dari 46 tahun, dengan jumlah persentase
lebih dari setengah jumlah responden. Secara umum, karakteristik usia
ini menggambarkan kematangan pribadi masing-masing pegawai di
IPB. Asam garam kehidupan telah dirasakan oleh pegawai pada
rentang usia tersebut. Kematangan pribadi merupakan faktor
pendukung dari Organisasi Pembelajar, yaitu disiplin penguasaan
pribadi dan disiplin model mental. Karakteristik responden
berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Karakteristik responden berdasarkan usia
20‐25 Tahun2%
26‐30 Tahun5%
31‐35 Tahun19%
36‐40 Tahun18%
41‐45 Tahun19%
> 46 Tahun37%
40
4.2.4 Karakteristik Masa Kerja
Mayoritas responden memiliki masa kerja 21 – 25 tahun sebesar
22 persen atau 21 orang. Peringkat kedua ditempati oleh responden
yang memiliki masa kerja diatas 26 tahun sebesar 21 persen atau 20
orang. Peringkat ketiga ditempati oleh responden yang memiliki masa
kerja 16 – 20 tahun dan 6 – 10 dengan persentase yang sama, yaitu
masing-masing sebesar 20 persen atau 19 orang. Peringkat keempat
ditempati oleh responden yang memiliki masa kerja 11 – 15 tahun
sebesar 13 persen atau 13 orang. Peringkat terakhir ditempati oleh
responden yang memiliki masa kerja 1 – 5 tahun dengan persentase
sebesar 3 persen atau 2 orang.
Berbanding lurus dengan usia, responden didominasi oleh
pegawai yang telah bekerja pada perusahaan selama 16 – 20 tahun, 21
– 25 tahun, dan lebih dari 25 tahun dengan jumlah lebih dari setengah
jumlah responden. Secara umum, lama masa kerja tersebut
menggambarkan tingkat pengalaman dan pengetahuan yang baik
dalam bekerja. Pada rentang masa kerja tersebut, pegawai telah
memiliki tacit knowledge yang terbentuk dari pengalaman-pengalaman
pada saat mereka bekerja. Karakteristik responden menurut masa kerja
dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja
1‐5 Tahun4% 6‐10 Tahun
20%
11‐15 Tahun13%
16‐20 Tahun20%
21‐25 Tahun22%
> 26 Tahun21%
41
4.2.5 Karakteristik Golongan Pegawai
Mayoritas responden adalah golongan III-B, yaitu sebesar 29
persen atau 28 orang . Peringkat kedua ditempati oleh responden yang
memiliki golongan III-A sebesar 25 persen atau 24 orang. Peringkat
ketiga ditempati oleh responden yang memiliki golongan III-D sebesar
11 persen atau 10 orang. Peringkat keempat ditempati oleh responden
yang memiliki golongan II-B sebesar 9 persen atau 8 orang. Peringkat
kelima ditempati oleh responden yang memiliki golongan III-C dan II-
C, dengan persentase masing-masing sebesar 7 persen atau 7 orang.
Peringkat selanjutnya ditempati responden dengan golongan II-D dan
II-A dengan jumlah masing-masing sebesar 6 persen atau 6 orang.
Lebih dari setengah responden didominasi oleh pegawai yang
bergolongan III-B dan III-A. Penggolongan Pegawai Negeri Sipil
(PNS), diantaranya dipengaruhi oleh faktor masa kerja dan tingkat
pendidikan. Secara umum, golongan III-B dan III-A memiliki masa
kerja minimal 12 tahun (misal: jika dari golongan II-B) atau tingkat
pendidikan minimal Strata 1. Oleh karena itu, karakteristik responden
berdasarkan golongan kepegawaian menggambarkan tingkat
pengalaman, pengetahuan dan pendidikan pegawai yang memadai
dalam bekerja. Karakteristik responden berdasarkan penggolongan
kepegawaian dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Karakteristik responden berdasarkan golongan
kepegawaian
IIA6%
IIB9%
IIC7%
IID6%
IIIA25%
IIIB29%
IIIC7%
IIID11%
42
4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
4.3.1 Uji Viliditas
Uji Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat
ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang
diukur (Umar 2005). Uji validitas terhadap kuesioner dimaksudkan
agar semua pertanyaan atau pernyataan berkaitan dengan apa yang
diukur. Pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner harus berada
dalam topik yang sama.
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan teknik Rank
Spearman pada tingkat kepercayaan 95 persen (α > 0,05). Jumlah
responden pada uji validitas ini sebanyak 30 orang dengan nilai r tabel
adalah 0,361. Item pernyataan yang dinyatakan valid harus lebih dari
nilai r tabel. Hasil pengujian menghasilkan 3 item pernyataan yang
tidak valid, dari 70 pernyataan yang diujikan. Dengan demikian,
pernyataan yang tidak valid tersebut tidak diikutsertakan dalam
kuesioner penelitian sehingga item pernyataan keseluruhan dalam
kuesioner berjumlah 67 item pernyataan (Lampiran 2).
4.3.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan
yang ditunjukan oleh instrumen pengukuran (Umar 2005). Uji
reliabilitas menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah reliabel
jika nilai hitung alfa (α) lebih besar dari nilai r tabel. Pengujian
reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach.
Jumlah responden yang digunakan pada uji reliabilitas sama
dengan jumlah responden pada uji validitas yaitu 30 responden. Nilai
r tabel adalah 0,600 yang berarti bahwa pernyataan dalam kuesioner
dapat dikatakan reliabel apabila lebih besar dari 0,600. Nilai r tabel
0,600 merupakan standar umum suatu item dinyatakan reliable pada
penelitian sosial. Berdasarkan uji reliabilitas, masing-masing
indikator memiliki r tabel lebih besar dari 0,600 maka pernyataan-
pertanyataan pada kuesioner dapat dinyatakan relibel (Lampiran 3).
43
4.4. Indikator Manajemen Pengetahuan
Indikator Manajemen Pengetahuan pada penelitian ini adalah konversi
pengetahuan, spiral pengetahuan dan Ba. Adapun interpretasi dari indikator-
indikator Manajemen Pengetahuan adalah sebagai berikut :
4.4.1 Konversi Pengetahuan Konversi pengetahuan merupakan proses perubahan
pengetahuan yang melibatkan tacit knowledge dan explicit knowledge.
Tacit Knowledge merupakan pengetahuan yang bersifat sangat
personal dan sulit untuk dirumuskan, dikomunikasikan atau
disampaikan kepada orang lain. Pengalaman, pemahaman subjektif,
intuisi dan firasat termasuk ke dalam jenis pengetahuan ini. Explicit
Knowledge adalah jenis pengetahuan yang dapat diekspresikan dalam
bentuk kata-kata dan angka, serta dapat disampaikan dalam bentuk
data, formulasi ilmiah, spesifikasi, manual, dan sebagainya.
Pengetahuan jenis ini dapat segera diteruskan dari satu individu ke
individu lainnya secara formal dan sistematis.
Konversi pengetahuan terdiri atas: sosialisasi (konversi tacit
knowledge ke tacit knowledge), eksternalisasi (konversi tacit
knowledge ke expilicit knowledge), kombinasi (konversi expilicit
knowledge ke expilicit knowledge), dan internalisasi (konversi
expilicit knowledge ke tacit knowledge). Penilaian pegawai
kependidikan terhadap proses konversi pengetahuan di IPB dapat
dilihat pada Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5 dan Tabel 6.
Secara umum pegawai kependidikan tidak setuju bahwa mereka
tidak pernah bertukar pengalaman atau pengetahuan dengan pegawai
lain melalui obrolan-obrolan santai atau berbicara langsung, dengan
nilai rataan 4,08. Sebaliknya, pegawai kependidikan sangat setuju
bahwa proses sosialisasi terjadi melalui obrolan-obrolan santai atau
berbicara secara langsung (lisan) dengan pegawai lain, dengan nilai
rataan 4,22. Selain itu, pegawai kependidikan setuju bahwa sosialisasi
juga terjadi melalui rapat, melalui rapat ini mereka dapat berbagi
pengalaman dan pengetahuan dengan pegawai lain, baik dari yang
44
satu unit kerja atau bukan, terlihat dari nilai rataan 3,72. Apabila
pegawai kependidikan tidak menghadiri rapat, pegawai kependidikan
setuju bahwa mereka akan bertanya ke pegawai lain tetang hasil rapat
yang terkait dengan pekerjaan mereka atau tidak, dengan nilai rataan
3,77. Pegawai kependidikan setuju bahwa mereka mentransfer
pengalaman atau pengetahuan secara lisan (telepon atau face to face)
kepada junior atau bawahan yang bertanya seputar pekerjaan mereka,
dengan nilai rataan 4,06. Berdasarkan Tabel 3 maka proses konversi
pengetahuan berupa sosialisasi telah ada di IPB, ditunjukan dengan
nilai rataan 4,06 yang berarti setuju.
Tabel 3. Sebaran jawaban pegawai kepedidikan terhadap konversi pengetahuan (sosialisasi)
Pegawai kependidikan tidak setuju bahwa mereka tidak pernah
bertukar pengalaman atau pengetahuan melalui berbagai media (seperti:
telepon atau fasilitas lain) dengan Pegawai lain, dengan nilai rataan 3,17.
Pegawai kependidikan setuju bahwa proses eksternalisasi terjadi melalui
pembuatan dokumen (misal: laporan), dengan nilai rataan 3,86. Dokumen
ini berisi pengetahuan atau pekerjaan yang dapat dibagikan untuk pegawai
lain dalam satu atau beda unit kerja.
Pernyataan Rataan nilai Keterangan
Sosialisasi Saya tidak pernah bertukar pengalaman/ pengetahuan dengan pegawai lain melalui obrolan-obrolan santai/ berbicara langsung (lisan).
4,08 Tidak setuju
Saya bertukar pengalaman/ pengetahuan melalui obrolan-obrolan santai/ berbicara langsung (lisan) dengan pegawai lain pada satu unit kerja.
4,22 Sangat setuju
Saya mengikuti pertemuan rutin (seperti: Rapat, Rabuan, dan lain lain) dimana saya dapat berbagi pengalaman/ pengetahuan dengan pegawai lain pada satu unit kerja.
3,80 Setuju
Saya mengikuti pertemuan rutin (seperti: Rapat, Rabuan, dan lain lain) dimana saya dapat berbagi pengalaman/ pengetahuan dengan pegawai lain yang berbeda unit kerja.
3,64 Setuju
Jika saya tidak mengikuti pertemuan Rutin (misal: Rapat, Rabuan, dan lain lain), saya akan bertanya ke pegawai lain tetang hasil rapat yang terkait dengan pekerjaan saya atau tidak.
3,77 Setuju
Saya mentransfer pengalaman/ pengetahuan secara lisan (telepon / face to face) kepada junior / bawahan yang bertanya seputar pekerjaan mereka
4,06 Setuju
Total 4,06 Setuju
45
Tabel 4. Sebaran jawaban pegawai kependidikan terhadap konversi pengetahuan (eksternalisasi)
Pernyataan Rataan nilai Keterangan
Eksternalisasi Pengalaman/ pengetahuan saya tidak dituangkan secara tertulis (seperti: dalam bentuk laporan, dokumen, dan lain lain).
3,17 Ragu-Ragu
Jika memang diperlukan, saya dapat menuangkan pengalaman/ pengetahuan secara tertulis (seperti: dalam bentuk laporan, dokumen, dan lain lain) dan dibagikan ke pegawai lain pada satu unit kerja.
4,00 Setuju
Jika memang diperlukan, saya dapat menuangkan pengalaman/ pengetahuan saya secara tertulis (seperti: dalam bentuk laporan, dokumen, dan lain lain) dan dibagikan ke pegawai lain yang berbeda unit kerja.
3,75 Setuju
Hasil pertemuan rutin (seperti: rapat, rabuan, dan lain lain) dinotulensikan dengan baik, sehingga hasil pertemuan rutin dapat ditransfer dengan mudah apabila ada pegawai lain yang memerlukan.
4,04 Setuju
Apabila diperlukan, saya dapat memberikan dokumen-dokumen tertulis yang dibutuhkan junior / bawahan yang memerlukan atau bertanya seputar pekerjaan mereka.
4,05 Setuju
Total 3,80 Setuju
Pegawai kependidikan setuju bahwa, pembuatan dokumen
(misal: laporan) juga digunakan sebagai sarana untuk mentransfer
pengetahuan, pengalaman atau pekerjaan kepada junior atau bawahan,
hal ini terlihat dari nilai rataan 4,05. Pegawai kependidikan setuju
bahwa hasil rapat juga dituangkan dalam bentuk notulensi agar hasil
pertemuan dapat ditransfer dengan mudah apabila ada pegawai lain
yang memerlukan, dengan nilai rataan 4,04. Berdasarkan Tabel 4
maka proses konversi pengetahuan berupa eksternalisasi telah ada di
IPB, ditunjukan dengan nilai rataan 3,80 yang berarti setuju.
Pegawai kependidikan setuju bahwa proses kombinasi terjadi
melalui pertukaran pengetahuan atau pengalaman melalui berbagai
media dengan pegawai dari satu atau beda unit kerja, dengan nilai
rataan 3,98. Email menjadi salah satu media yang digunakan untuk
dapat bertukar pengetahuan tertulis (seperti: dokumen, laporan,
notulen, dan lain lain), terlihat dari nilai rataan 3,84 yang berarti
setuju. Sebaliknya, pegawai kependidikan tidak setuju bahwa email
tidak menjadi sarana. Berdasarkan Tabel 5 maka proses konversi
46
pengetahuan berupa kombinasi telah ada di IPB, ditunjukan dengan
nilai rataan 3,94 yang berarti setuju.
Tabel 5. Sebaran jawaban pegawai kependidikan terhadap konversi pengetahuan (kombinasi)
Pernyataan Rataan nilai Keterangan
Kombinasi Saya tidak pernah bertukar pengalaman/ pengetahuan melalui berbagai media (seperti: dokumen, rapat, telepon, percakapan, email, atau fasilitas lain) dengan Pegawai lain.
4,05 Tidak setuju
Saya bertukar pengalaman/ pengetahuan melalui berbagai media (seperti: dokumen, rapat, telepon, percakapan, email, atau fasilitas lain) dengan pegawai lain pada satu unit kerja.
4,00 Setuju
Jika diperlukan, saya bertukar pengalaman/ pengetahuan melalui berbagai media (seperti: dokumen, rapat, telepon, percakapan, email, dan fasilitas internet lain) dengan pegawai lain yang berbeda unit kerja.
3,96 Setuju
Email menjadi sarana saya bertukar pengalaman/ pengetahuan tertulis (seperti: dokumen, laporan, notulen, dan lain lain) dengan pegawai lain pada satu unit kerja.
3,84 Setuju
Email menjadi sarana saya bertukar pengalaman/ pengetahuan tertulis (seperti: dokumen, laporan, notulen, dan lain lain) dengan pegawai lain yang berbeda unit kerja.
3,92 Setuju
Email tidak menjadi sarana saya bertukar pengalaman/ pengetahuan tertulis (seperti: dokumen, laporan, notulen, dan lain lain) dengan pegawai lain pada satu unit kerja.
3,83 Tidak setuju
Total 3,94 Setuju
Pegawai kependidikan setuju bahwa proses internalisasi terjadi
melalui proses learning by doing yang dilakukan antar pegawai pada
satu atau berbeda unit kerja, dengan nilai rataan 4,11. Bahkan
pegawai kependidikan sangat setuju bahwa proses pembimbing junior
atau bawahan juga dilakukan dengan cara memberikan contoh
langsung (mempraktekan) bagaimana mengerjakan suatu pekerjaan,
dengan nilai rataan 4,26. Pegawai kependidikan pun sangat setuju
bahwa learning by doing atau belajar sambil melakukan atau
mempraktekan akan lebih mempermudah meraka dalam memahami
suatu pekerjaan, sehingga dapat mengerjakan pekerjaan itu dengan
baik, terlihat dari nilai rataan 4,27. Apabila pegawai kependidikan,
kesulitan mengerjakan pekerjaan, mereka bertanya kepada pegawai
lain, jika diperlukan, pegawai lain dapat mempraktekan bagaimana
mengerjakan pekerjaan tersebut dengan baik, hal ini terlihat dari nilai
rataan 4,19 yang berarti setuju. Selain itu, pegawai kependidikan
menyetujui bahwa pengumuman yang ditempel pada papan
47
pengumuman di unit kerja atau papan pengumuman yang lain, dapat
memberikan informasi baru dan menambah wawasan serta
pengetahuan mereka. Berdasarkan Table 6 maka konversi
pengetahuan berupa internalisasi telah ada di IPB, ditunjukan dengan
nilai rataan 4,20 yang berarti setuju.
Tabel 6. Sebaran jawaban pegawai kependidikan terhadap konversi pengetahuan (internalisasi)
Pernyataan Rataan nilai Keterangan
Internalisasi Saya melakukan learning by doing atau belajar sambil melakukan / mempraktekan dengan Pegawai lain pada satu unit kerja.
4,18 Setuju
Jika diperlukan, saya melakukan learning by doing atau belajar sambil melakukan / mempraktekan dengan Pegawai lain yang berbeda unit kerja.
4,04 Setuju
Apabila ada junior/ bawahan yang membutuhkan bimbingan, saya akan membimbing mereka. Jika diperlukan saya akan mempraktekan bagaimana mereka seharusnya mengerjakan suatu pekerjaan.
4,26 Sangat setuju
Dengan learning by doing atau belajar sambil melakukan / mempraktekan saya akan lebih mudah memahami suatu pekerjaan, sehingga dapat mengerjakan pekerjaan itu dengan baik.
4,27 Sangat setuju
Jika saya kesulitan mengerjakan pekerjaan, saya bertanya kepada pegawai lain. Jika diperlukan, pegawai lain dapat mempraktekan bagaimana mengerjakan pekerjaan tersebut dengan baik.
4,19 Setuju
Pengumuman-pengumuman yang ditempel pada papan pengumuman unit kerja atau papan pengumuman yang lain, dapat memberikan informasi baru dan menambah wawasan dan pengetahuan saya.
4,16 Setuju
Total 4,20 Setuju
Berdasarkan Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5 dan Tabel 6 maka dapat
disimpulkan bahwa secara umum pegawai kependidikan setuju telah
terdapat proses konversi pengetahuan di IPB, ditunjukan dengan nilai
rataan 4,20. Proses konversi terendah adalah pada proses
eksternalisasi yaitu dengan nilai rataan 3,80 (setuju). Proses konversi
tertinggi yaitu pada proses internalisasi, dengan nilai rataan 4,20 yang
berarti sangat setuju. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
meningkatkan eksternalisasi pada pegawai IPB, seperti memberikan
intensif kepada pegawai yang menyalurkan pengetahuan atau
pengalaman mereka ke dalam bentuk tertulis. Pada sisi lain,
48
internalisasi perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan untuk ke
depannya.
4.4.2 Spiral Pengetahuan
Spiral pengetahuan merupakan pemicu atau kemudahan yang
menyebabkan pergeseran antar berbagai model konversi pengetahuan
dapat berlangsung, sehingga membentuk proses spiral ke atas, dimulai
dari level individu bergerak terus ke level kelompok, kemudian ke
level organisasi dan bahkan ke level antar organisasi. Penilaian
pegawai kependidikan terhadap spiral pengetahuan di IPB dapat
dilihat pada Tabel 7.
Secara umum pegawai kependidikan setuju bahwa adanya rapat
rutin merupakan salah satu sarana untuk mempermudah pegawai
kependidikan dalam melakukan sharing pengetahuan secara face to
face dengan pegawai lain, dengan nilai rataan 3,95. pegawai
kependidikan setuju bahwa kemudahan juga didapat apabila pegawai
kependidikan memerlukan pengetahuan atau pengalaman seputar
pekerjaan pegawai lain pada satu atau beda unit kerja, pengetahuan
dan pengalaman ini dapat diperoleh melalui berkas tertulis (misal:
laporan,dan lain lain), ditunjukan dengan nilai rataan 3,73. Email juga
menjadi sarana yang memudahkan pegawai kependidikan dalam
menerima dan menyampaikan dokumen, terlihat dari nilai rataan 4,20
yang berarti setuju. Selain itu, pegawai kependidikan setuju bahwa
sarana blog bagi staf IPB yang difasilitasi Direktorat Komunikasi dan
Sistem Informasi (DKSI), sangat memfasilitasi dan memudahkan bagi
pegawai kependidikan yang ingin menuangkan segala pengalaman
ringan seputar pekerjaan, dengan nilai rataan 4,09. Pegawai
kependidikan juga setuju bahwa kemudahan berbagi pengetahuan atau
pengalaman juga dapat dirasakan dari tim kerja atau kepanitiaan yang
dibentuk IPB, terlihat dari nilai rataan 4,10. Tim kerja atau
kepanitiaan ini terdiri atas pegawai-pegawai dari lintas unit kerja,
dengan adanya tim kerja atau kepanitiaan tersebut, sangat
memudahkan mereka dalam belajar, berbagi pengalaman atau
49
pengetahuan, dan learning by doing dengan pegawai dari unit kerja
yang berbeda.
Tabel 7. Sebaran jawaban pegawai kependidikan terhadap spiral pengetahuan
Pernyataan Rataan nilai Keterangan
Terdapat sarana berbagi pengalaman/ pengetahuan berupa pertemuan rutin yang mempermudah proses transfer pengalaman/ pengetahuan secara langsung (lisan/ face to face).
3,95 Setuju
Pengetahuan/pengalaman seputar pekerjaan dari pegawai lain pada satu unit kerja, mudah diperoleh melalui berkas tertulis seperti dokumen, laporan, dan lain lain.
3,75 Setuju
Jika diperlukan, saya dapat memperoleh berkas tertulis (seperti: dokumen, laporan, dan lain lain) berupa pengalaman/ pengetahuan seputar pekerjaan pegawai lain yang berbeda unit kerja.
3,71 Setuju
Email menjadi sarana yang efektif untuk mempermudah antar pegawai menerima dan menyampaikan pengetahuan tertulis (seperti: dokumen, laporan, notulen, dan lain lain).
4,20 Setuju
Adanya Blog bagi staf IPB yang difasilitasi DKSI, sangat memfasilitasi dan memudahkan bagi pegawai yang ingin menuangkan segala pengalaman ringan seputar pekerjaan, selain juga menyalurkan hobi menulis pegawai.
4,09 Setuju
IPB membentuk tim kerja / kepanitiaan yang terdiri atas pegawai-pegawai dari lintas unit kerja. Adanya tim kerja atau kepanitiaan tersebut, sangat memudahkan saya dalam belajar, berbagi pengalaman/ pengetahuan, dan learning by doing dengan pegawai dari unit kerja yang berbeda.
4,10 Setuju
Total 3,97 Setuju
Berdasarkan Tabel 7 dapat disimpulkan pegawai kependidikan
setuju terdapat spiral pengetahuan yang merupakan pemicu atau
kemudahan proses konversi pengetahuan di IPB, ditunjukan dengan
nilai rataan 3,97. Pemicu atau kemudahan proses konversi
pengetahuan terdapat pada tingkat individu, group atau kelompok dan
organisasi. Pada level individu, terlihat dari kemampuan pegawai
yang sudah dapat menggunakan fasilitas dunia maya yaitu email.
Email menjadi sarana yang efektif untuk pegawai menerima dan
menyampaikan pengetahuan. Pada level group atau kelompok, dapat
terlihat dari kemudahan pegawai kependidikan dalam memperoleh
pengetahuan atau pengalaman pegawai lain dalam bentuk tertulis,
dengan nilai rataan 3,73. Pada level organisasi, IPB memberikan
kemudahan dengan memberikan beberapa sarana dan fasilitas seperti
50
pembentukan tim kerja atau kepanitian dan Blog, terlihat dengan nilai
rataan 4,095.
4.4.3 Ba Ruang Pertukaran Informasi
Ba merupakan dasar dari kegiatan penciptaan pengetahuan,
tempat berlangsungnya percakapan dan praktik dialektikal untuk
menciptakan visi dan mendorong pencapaian tujuan organisasi. Ba
dibentuk oleh dua dimensi. Pertama, tipe interaksi (individu dan
kolektif). Kedua, media interaksi (virtual atau tatap muka). Penilaian
pegawai kependidikan terhadap Ba di IPB dapat dilihat pada Tabel 8.
Secara umum pegawai kependidikan setuju bahwa mereka
melakukan dialog atau diskusi melalui tatap muka langsung dengan
pegawai lain, baik dalam satu unit kerja atau berbeda unit kerja,
ditunjukan dengan nilai rataan 4,02. Pegawai kependidikan juga
setuju bahwa interaksi terjadi melalui forum-forum pertemuan seperti
rapat, dengan nilai rataan 4,06. Rapat menjadi sarana bagi mereka
untuk berdiskusi, berbagi info, pengalaman dan pengetahuan secara
langsung dengan pegawai satu unit kerja maupun berbeda unit kerja.
Pegawai kependidikan pun setuju bahwa yahoo group atau sejenisnya
menjadi sarana atau fasilitas virtual (maya) untuk mereka berdiskusi,
berbagi info, pengalaman dan pengetahuan, terlihat dari nilai rataan
3,95. Selain itu, pegawai kependidikan setuju bahwa email atau
chating menjadi sarana atau fasilitas virtual (maya) bagi mereka untuk
berdiskusi, berbagi info, pengalaman dan pengetahuan dengan
pegawai lain pada satu atau berbeda unit kerja, dengan nilai rataan
3,78.
Berdasarkan Tabel 8 maka dapat disimpulkan bahwa pegawai
kependidikan setuju Ba sudah terdapat di IPB, ditunjukan dengan
nilai rataan 3,86. Ba merupakan dasar dari kegiatan penciptaan
pengetahuan, tempat berlangsungnya percakapan dan praktik
dialektikal.
51
Tabel 8. Sebaran jawaban pegawai kependidikan terhadap Ba
Pernyataan Rataan nilai Keterangan
Media Interaksi Fisik atau Tatap Muka Saya berdialog, berdiskusi dan bertatap muka secara langsung dengan Pegawai lain pada satu unit kerja .
4,19 Setuju
Saya berdialog, berdiskusi dan bertatap muka secara langsung dengan Pegawai lain yang berbeda unit kerja.
3,94 Setuju
Pertemuan rutin (seperti: rapat, dan lain lain) menjadi sarana bagi kami untuk berdiskusi, berbagi info, pengalaman dan pengetahuan secara langsung dengan pegawai satu unit kerja ataupun berbeda unit kerja
4,06 Setuju
Rata-Rata Sub Total 4,06 Setuju Media Interaksi Virtual atau Maya
Yahoo Group atau sejenisnya menjadi sarana atau fasilitas virtual (maya) untuk kami berdiskusi, berbagi info, pengalaman dan pengetahuan.
3,95 Setuju
Email / chating menjadi sarana atau fasilitas virtual (maya) bagi saya untuk berdiskusi, berbagi info, pengalaman dan pengetahuan dengan pegawai lain pada satu unit kerja.
3,78 Setuju
Email / chating menjadi sarana atau fasilitas virtual (maya) bagi saya untuk berdiskusi, berbagi info, pengalaman dan pengetahuan dengan pegawai lain yang berbeda unit kerja.
3,90 Setuju
Saya berinteraksi dan bertukar pengetahuan secara tidak langsung dengan Pegawai lain pada satu unit kerja ataupun berbeda unit kerja.
3,23 Ragu-Ragu
Rata-Rata Sub Total 3,72 Setuju Total 3,86 Setuju
Penggunaan media interaksi virtual kurang diminati oleh
pegawai, hal ini terlihat dari nilai rataan 3,72, berbeda dengan
penggunaan media fisik (tatap muka) yang nilai rataannya mencapai
4,06. Maka diperlukan upaya untuk meningkatkan penggunaan
fasilitas internet (dunia maya atau virtual) sebagai sarana untuk
mempermudah dalam pelaksanaan pekerjaan oleh pegawai, seperti
pembuatan aturan atau SOP pekerjaan yang berkaitan dengan
keharusan penggunaan fasilitas internet guna mempermudah
pekerjaan.
4.5. Indikator Organisasi Pembelajar
Indikator Organisasi Pembelajar pada penelitian ini adalah disiplin
penguasaan diri, disiplin model mental, disiplin visi bersama, disiplin
berpikir tim dan disiplin berpikir sistem. Adapun interpretasi indikator-
indikator Organisasi Pembelajar adalah sebagai berikut :
52
4.5.1 Disiplin Penguasaan Pribadi
Penguasaan pribadi adalah suatu disiplin yang secara konsisten
memperluas dan memperdalam knowledge dan keahlian masing-
masing, memfokuskan seluruh usaha untuk mempertajam visi pribadi,
mengembangkan kesabaran dan ketekunan, serta mampu melihat
realitas secara objektif. Penilaian pegawai kependidikan terhadap
disiplin penguasaan pribadi dapat dilihat pada Tabel 9.
Secara umum pegawai kependidikan setuju bahwa mereka
memiliki visi pribadi, dengan nilai rataan 4,19. Masing-masing
mereka berusaha terus mengembangkan kapasitas dan pengetahuan
diri dengan mengikuti pelatihan atau workshop, terlihat dari nilai
rataan 4,22 yang berarti sangat setuju. pegawai kependidikan setuju
bahwa mereka termasuk orang-orang yang tekun dan sabar untuk
mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan, dengan nilai
rataan 4,04. Keinginan pegawai kependidikan untuk dapat
mengembangkan diri, berbanding lurus dengan keinginan untuk
memberikan prestasi terbaik untuk IPB. pegawai kependidikan sangat
setuju bahwa mereka bekerja sebaik mungkin untuk memperoleh
prestasi kerja terbaik di IPB, dengan nilai rataan 4,21. Pegawai
kependidikan memiliki standar tersendiri dalam bekerja, mereka
setuju bahwa mereka akan mengerjakan tugas yang diberikan minimal
sama dengan standar yang diharapkan oleh pemberi tugas, ditunjukan
dengan nilai rataan 3,95. Pegawai kependidikan setuju bahwa mereka
didorong untuk memberikan evaluasi atau saran bagi perbaikan
pekerjaan yang menjadi job description atau tugas mereka, dengan
nilai rataan 4,14. Selain itu, pegawai kependidikan setuju bahwa
mereka merupakan orang yang objektif dalam memandang suatu
permasalahan atau realita, terlihat dari nilai rataan 4,14. Berdasarkan
Tabel 9 dapat disimpulkan bahwa pegawai kependidikan setuju
terdapat disiplin penguasaan diri pada diri mereka, ditunjukan dengan
nilai rataan 4,12.
53
Tabel 9. Sebaran jawaban pegawai kependidikan terhadap disiplin penguasaan pribadi
Pernyataan Rataan nilai Keterangan
Saya orang yang tekun dan sabar untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan saya.
4,04 Setuju
Saya mengikuti pelatihan atau workshop untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan saya.
4,22 Sangat setuju
Saya bekerja sebaik mungkin untuk memperoleh prestasi kerja terbaik di IPB.
4,21 Sangat setuju
Saya memiliki Visi Pribadi dalam hidup saya. 4,19 Setuju
Saya mengerjakan tugas yang diberikan minimal sama dengan standar yang diharapkan oleh pemberi tugas.
3,95 Setuju
Saya merupakan orang yang objektif dalam memandang suatu permasalahan / realita.
4,11 Setuju
Saya didorong untuk memberikan evaluasi / saran bagi perbaikan pekerjaan yang menjadi jobdesc / tugas saya.
4,14 Setuju
Total 4,12 Setuju
4.5.2 Disiplin Model Mental
Model mental adalah pemahaman yang mendalam tentang nilai-
nilai yang dimiliki dan dijunjung tinggi oleh seluruh anggota
organisasi. Pemahaman ini akan mempengaruhi kemampuan anggota
organisasi untuk mengenali, memahami, menguji dan meningkatkan
nilai-nilai yang sudah diyakini, serta mempengaruhi pemahaman
tentang kondisi internal dan eksternal organisasi sehingga akhirnya
dapat menentukan tindakan yang paling sesuai dengan konteks
permasalahan yang dihadapi. Penilaian pegawai kependidikan
terhadap disiplin model mental dapat dilihat pada Tabel 10.
Secara umum pegawai kependidikan sangat setuju bahwa
mereka menyukai dan menikmati pekerjaan yang mereka kerjakan,
dengan nilai rataan 4,26. pegawai kependidikan pun sangat setuju
bahwa hasil terbaik harus diawali dengan usaha yang terbaik, dengan
nilai rataan 4,41. Selain itu, pegawai kependidikan juga sangat setuju
bahwa mereka akan mengakui kesalahan mereka secara jujur, apabila
mereka salah, dengan nilai rataan 4,30. Kesukaan pegawai
kependidikan terhadap apa yang menjadi pekerjaan mereka,
berbanding lurus dengan tingkat kepuasaan mereka dalam bekerja.
54
Tabel 10. Sebaran jawaban pegawai kependidikan terhadap indikator disiplin model mental
Pernyataan Rataan nilai Keterangan
Saya menyukai dan menikmati pekerjaan saya. 4,26 Sangat setuju
Saya merasa puas dengan pekerjaan saya. 3,91 Setuju
Pekerjaan ini sangat tepat buat saya, karena itu saya merasa sangat senang disini.
3,93 Setuju
Saya sangat menyukai pekerjaan yang menantang dan membuat saya dapat lebih berkembang.
4,13 Setuju
Saya meyakini bahwa hasil terbaik harus di awali dengan usaha yang terbaik.
4,41 Sangat setuju
Saya akan mengakui kesalahan saya secara jujur, apabila saya salah.
4,30 Sangat setuju
Total 4,16 Setuju
Pegawai kependidikan setuju bahwa mereka puas dengan
pekerjaan yang mereka lakukan, ditunjukan dengan nilai rataan 3,91.
Pegawai kependidikan pun setuju bahwa mereka merasa pekerjaan
tersebut sangat menyukai pekerjaan yang menantang dan membuat
berkembang dapat lebih berkembang, dengan nilai rataan 4,13. Selain
itu, pegawai kependidikan setuju bahwa pekerjaan ini sangat tepat
untuk mereka, karena itu mereka merasa sangat senang disini, terlihat
dari nilai rataan 3,93. Berdasarkan Tabel 10 dapat disimpulkan bahwa
pegawai kependidikan setuju terdapat disiplin model mental pada diri
mereka, ditunjukan dengan nilai rataan 4,16.
4.5.3 Disiplin Visi Bersama
Disiplin visi bersama merupakan kemampuan dan kemauan
seluruh anggota organisasi untuk menumbuhkan kebersamaan
pandangan tentang visi organisasi kemudian meningkatkan komitmen
pada pencapaian visi organisasi. Disiplin visi bersama berfokus pada
upaya meningkatkan motif dan kekuatan pengikatan diri pada tujuan
organisasi sehingga seluruh karyawa mau dan mampu menunjukan
usaha dan semangat untuk berkorban demi kepentingan bersama agar
organisasi dapat berumur panjang. Penilaian pegawai kependidikan
terhadap disiplin visi bersama dapat dilihat pada Tabel 11.
55
Secara umum pegawai kependidikan setuju bahwa IPB memiliki
visi, misi dan tujuan yang didefinisikan dengan jelas, ditunjukan
dengan nilai rataan 4,21. Pegawai kependidikan setuju bahwa
menjelaskan tujuan IPB dengan singkat adalah mudah, dengan nilai
rataan 3,82. Pegawai kependidikan pun setuju bahwa mereka
memiliki kesempatan untuk memberikan masukan apabila ada
perubahan kebijakan dari pimpinan, khususnya terkait kebijakan yang
berhubungan dengan ranah kerja mereka, dengan nilai rataan 3,74.
Pemahaman dan keterbukan tentang visi, misi dan arah tujuan IPB,
berbanding lurus dengan komitmen pegawai kependidikan dalam
mencapai hal tersebut. Pegawai kependidikan setuju bahwa mereka
memiliki komitmen dan semangat bekerja sama untuk bersama
mencapai visi, misi dan tujuan IPB, terlihat dari nilai rataan 4,11.
Pegawai kependidikan pun setuju bahwa mereka mengetahui dimana
mereka dapat memperoleh informasi yang mereka perlukan dalam
melaksanakan pekerjaan mereka, dengan nilai 4,06.
Tabel 11. Sebaran jawaban pegawai kependidikan terhadap disiplin visi bersama
Pernyataan Rataan nilai Keterangan
IPB memiliki visi, misi dan tujuan yang didefinisikan dengan jelas.
4,21 Sangat setuju
Sangat mudah menjelaskan dengan singkat tujuan yang ingin dicapai IPB.
3,82 Setuju
Jika ada perubahan kebijakan, saya memiliki kesempatan untuk memberikan masukan, khususnya terkait kebijakan yang berhubungan dengan ranah kerja saya.
3,74 Setuju
Saya mengetahui dimana saya dapat memperoleh informasi yang saya perlukan dalam melaksanakan pekerjaan saya.
4,06 Setuju
Saya memiliki komitmen dan semangat bekerja sama untuk bersama mencapai Visi dan Misi IPB.
4,11 Setuju
Saya lebih mementingkan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadi saya.
4,15 Setuju
Total 4,02 Setuju
Selain itu, pegawai kependidikan setuju bahwa mereka akan
lebih mementingkan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan
pribadi, dengan nilai rataan 4,15. Berdasarkan Tabel 11 dapat
56
disimpulkan bahwa pegawai kependidikan setuju terdapat disiplin visi
bersama pada diri mereka, ditunjukan dengan nilai rataan 4,02.
4.5.4 Disiplin Berpikir Tim
Disiplin belajar tim merupakan disiplin seluruh anggorta untuk
mampu dan mau berdialog dan bekerja sama secara sinergis. Disiplin
pembelajar tim dimulai dengan dialog dan berpikir bersama sehingga
dapat terbentuk pendalaman yang makin kaya, yang tidak mungkin
terbentuk secara individual. Belajar dalam tim penting karena yang
menjadi unit belajar fundamental dalam suatu organisasi modern
adalah tim, bukan individu. Disiplin ini berfokus pada
pengembangan kapasitas organisasi untuk mampu melihat
permasalahan dengan cara pandang yang saling melengkapi.
Penilaian pegawai kependidikan terhadap disiplin berpikir tim dapat
dilihat pada Tabel 12.
Secara umum pegawai kependidikan setuju bahwa mereka
memiliki keterbatasan kemampuan dalam bekerja, dengan demikian
mereka akan bekerja sama secara tim guna saling melengkapi
dengan pegawai lain, dilihat dari nilai rataan 4,19. Pegawai
kependidikan pun setuju bahwa mereka menikmati bekerja dengan
pegawai lain secara tim, dengan nilai rataan 4,14. Berawal dari
pemahaman ini, terbentuklah kerja tim yang baik diantara para
pegawai. Pegawai kependidikan setuju bahwa mereka saling
berkomunikasi dan berkordinasi dengan rekan-rekan satu tim atau
unit kerja dalam menyelesaikan pekerjaan mereka, dengan nilai
rataan 4,13. Pegawai kependidikan saling menghormati dan
menghargai rekan-rekan satu tim atau unit kerja, dengan nilai rataan
4,20. Pegawai kependidikan setuju bahwa selalu ada pegawai lain
yang mau menolong apabila mereka memperoleh kesulitan dalam
bekerja, ditunjukan dengan nilai rataan 3,95. Apabila pegawai
kependidikan mempunyai banyak pekerjaan, pegawai lain mau
membantu mereka, dengan nilai rataan 3,96. Mereka saling
membantu dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Begitu pula
57
apabila pegawai kependidikan mempunyai pertanyaan seputar
pekerjaan mereka, ada pegawai lain yang membantu menjawab
pertanyaan mereka, dengan nilai rataan 3,66. Berdasarkan Tabel 12
dapat disimpulkan bahwa pegawai kependidikan setuju terdapat
disiplin berpikir tim pada diri mereka, ditunjukan dengan nilai rataan
4,03.
Tabel 12. Sebaran jawaban pegawai kependidikan terhadap disiplin berpikir tim
Pernyataan Rataan nilai Keterangan
Jika saya mempunyai pertanyaan tentang pekerjaan saya, ada pegawai lain yang dapat menjawab pertanyaan saya.
3,66 Setuju
Saya dapat memahami keterbatasan kerja saya, maka saya akan bekerja sama secara tim guna saling melengkapi.
4,19 Setuju
Jika saya mempunyai banyak pekerjaan, pegawai lain mau membantunya.
3,96 Setuju
Selalu ada pegawai lain yang mau menolong bila saya memperoleh kesulitan.
3,95 Setuju
Saya menikmati bekerja dengan teman-teman satu tim pada unit kerja saya.
4,14 Setuju
Saya menghormati dan menghargai teman-teman satu tim/ unit kerja saya seperti mereka menghormati dan menghargai saya.
4,20 Setuju
Saya berkomunikasi dan berkordinasi ke teman-teman satu tim/ unit kerja dalam menyelesaikan pekerjaan saya.
4,13
Setuju
Total 4,03 Setuju
4.5.5 Disiplin Berpikir Sistem
Disiplin berpikir sistem merupakan seluruh anggota organisasi
untuk berpikir dan bertindak secara sistem dengan menimbang
permasalahan terkait secara menyeluruh dan terintegrasi. Disiplin
berpikir sistem berfokus pada peningkatan kapasitas organisasi untuk
mampu melihat atau mempelajari hubungan keterkaitan seluruh
permasalahan dan proses perubahan secara menyeluruh dan mampu
merealisasikan secara tuntas. Penilaian pegawai kependidikan
terhadap disiplin berpikir sistem (Tabel 13)
Secara umum pegawai kependidikan setuju bahwa atasan
langsung mereka membuat mereka merasa menjadi anggota tim yang
berharga, ditunjukan dengan nilai rataan 3,90. Mereka diperlakukan
58
sebagai bagian dari sistem yang satu dengan lainnya akan sangat
berhubungan. Apabila diperlukan, atasan langsung mereka dapat
mengambil bagian (ikut mengerjakan) dalam pekerjaan yang sedang
dilakukan, terlihat dari nilai rataan 3,74. Hal ini dilakukan agar sistem
dapat tetap berjalan sebagaimana mestinya. Pegawai kependidikan
tidak setuju bahwa keberadaan mereka tidak memberikan banyak
pengaruh terhadap pekerjaan tim pada unit kerja, dengan nilai rataan
3,70.
Tabel 13. Sebaran jawaban pegawai kependidikan terhadap disiplin berpikir sistem
Pernyataan Rataan nilai Keterangan
Atasan langsung saya membuat saya merasa menjadi anggota tim yang berharga.
3,90 Setuju
Apabila diperlukan, atasan langsung saya mengambil bagian (ikut mengerjakan) dalam pekerjaan yang sedang saya lakukan.
3,74 Setuju
Saya merasa tidak memberikan banyak pengaruh terhadap pekerjaan tim pada unit kerja kami.
3,70 Tidak setuju
Jika saya terlambat mengerjakan pekerjaan saya, akan berdampak pada keterlambatan pekerjaan-pekerjaan lain yang berhubungan dengan pekerjaan saya.
3,89 Setuju
Saya merasa menjadi bagian penting dari sistem. Jika terjadi kesalahan pada pekerjaan saya, maka akan memberikan dampak pada pekerjaan yang lain, yang berhubungan dengan pekerjaan saya.
3,99 Setuju
Total 3,84 Setuju
Pegawai kependidikan setuju bahwa keterlambat mereka dalam
menyelesaikan pekerjaan, akan berdampak pada keterlambatan
pekerjaan-pekerjaan lain yang berhubungan dengan pekerjaan
mereka, dengan nilai rataan 3,89. Selain itu, pegawai kependidikan
setuju mereka adalah bagian penting dari sistem, jika terjadi
kesalahan pada pekerjaan mereka, maka akan memberikan dampak
pada pekerjaan yang lain, yang berhubungan dengan pekerjaan
mereka, dilihat dari nilai rataan 3,99. Berdasarkan Tabel 13 dapat
disimpulkan bahwa pegawai kependidikan setuju terdapat disiplin
berpikir sistem pada diri mereka, ditunjukan dengan nilai rataan 3,84.
59
4.6. Manajemen Pengetahuan pada Institut Pertanian Bogor (IPB)
Manajemen Pengetahuan di IPB terjadi melalui berbagai program
diantaranya: sharing dengan berbagai media, pelatihan, pemilihan tenaga
kependidikan berprestasi dan Knowledge Management System. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut :
Kegiatan sharing informasi, pengetahuan dan pengalaman dilakukan
dengan berbagai media atau sarana lain. Pada dunia nyata, sharing
pengetahuan biasa terjadi melalui obrolan-obrolan santai antar pegawai.
Pembentukan kepanitian atau tim lintas unit kerja juga digunakan sebagai
sarana pegawai untuk dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman. Interaksi
yang terjadi pada tim kerja lintas unit tersebut, secara tidak langsung menjadi
sarana konversi pengetahuan. Budaya untuk saling membimbing, khususnya
senior membimbing junior atau atasan membimbing bawahan, berjalan cukup
efektif dalam proses mentransfer pengetahuan. Pegawai tidak sungkan untuk
bersama belajar melalui pola learning by doing. Apabila ada pegawai yang
tidak mengetahui cara mengerjakan suatu pekerjaan, maka ada pegawai lain
yang siap sedia untuk membantu dengan mempraktekan bagaimana
mengerjakan hal tersebut. Sistem pelaporan setelah melakukan perjalanan
dinas, apa saja yang mereka lakukan dan dapatkan selama proses perjalanan
dinas, pun menjadi sarana yang efektif untuk bisa berbagi pengalaman dan
pengetahuan. Secara umum laporan hasil perjalanan dinas dibuat dalam
bentuk dokumen laporan dengan dilampirkan berkas-berkas lain yang
mendukung. Selain itu, papan pengumuman menjadi sarana yang efektif
untuk berbagi informasi. Tidak lama lagi, IPB pun akan menerapkan sistem
SMS Center. Sistem SMS yang bekerja sama dengan salah satu operator
nasional ini, akan mempermudah dalam menyebarkan informasi kepada
pegawai, sehingga tidak ada lagi pegawai yang tidak mengetahui
perkembangan informasi terbaru seputar IPB.
Pada dunia maya, fasilitas internet umum seperti email, chating, yahoo
group atau sejenisnya, menjadi sarana pegawai berbagi informasi,
pengetahuan dan pengalaman. Sharing tersebut terjadi baik antar individu ke
individu atau dari individu ke kolektif. Jarak yang jauh, murahnya biaya yang
60
dikerluarkan, keterbatasan waktu untuk dapat bertemu langsung, ataupun
kesibukan lain, membuat fasilitas ini menjadi sarana yang paling banyak
dipilih pegawai dalam berbagi informasi dan pengetahuan. Selain itu,
beberapa pegawai aktif sebagai bloger. Mereka menuangkan ide, gagasan,
pengalaman, pengetahuan atau sekedar curhat dalam bentuk tulisan. Tulisan
ini lalu dipostingkan ke blog pribadi mereka. Blog ini merupakan sarana yang
diberikan oleh Direktorat Komunikasi dan Sistem Informasi (DKSI) kepada
pegawai IPB dan seluruh civitas IPB yang lain. Selain sebagai tempat berbagi
pengetahuan dan pengalaman dalam bentuk tulisan, adanya blog ini pun
dapat meningkatkan rating IPB pada dunia maya.
Pelatihan menjadi salah satu bentuk dari Manajemen Pengetahuan yang
diterapkan oleh IPB. Pelatihan ini disesuaikan dengan kebutuhan pegawai
pada unit kerja masing-masing. Ada beberapa klasifikasi pelatihan.
Berdasarkan waktu pelaksanaan, pelatihan dibagi menjadi 2 yaitu pelatihan
yang bersifat rutin dan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelatihan yang bersifat rutin, diantaranya : Pelatihan Kesamaptaan untuk
satpam. Pelatihan ini rutin dilaksanakan setiap tahun, sebagai sarana untuk
terus meningkatkan kualitas pegawai satpam dilingkungan IPB. Pelatihan
yang bersifat insidental atau sesuai kebutuhan, diantaranya pelatihan
Pelayanan Prima. Pelatihan ini sejalan dengan budaya servant leadership
yang diterapkan oleh rektor IPB. Selain itu, pelatihan ini merupakan elaborasi
jargon IPB “mencari dan memberi yang terbaik”. Melalui pelatihan pelayan
prima ini, pegawai diharapkan dapat memahami secara konsep maupun
praktik bagaimana melakukan pelayanan terbaik kepada seluruh civitas IPB
yang lain serta elemen lain diluar IPB.
Berdasarkan pelaksana kegiatan, pelatihan dibagi menjadi 2, yaitu
pelatihan yang dilaksanakan oleh internal IPB dan pelatihan yang
dilaksanakan oleh eksternal IPB. Pelatihan yang dilaksanakan oleh internal
IPB diantaranya : Pelatihan Pembuatan Daftar Gaji, Pelatihan Pemegang
Uang Sediaan (PUS), Pelatihan Kepustakaan Elektronik, Pelatihan Pejabat di
Lingkungan IPB, Pelatihan Sistem Informasi Berbasis Jaringan
(Networking). Pelatihan ini dikordinir oleh Seksi Pengembangan SDM,
61
Direktorat SDM IPB. Pelatihan yang dilaksanakan oleh eksternal IPB,
biasanya dilaksanakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas)
atau lembaga-lembaga pelatihan yang bekerja sama dengan Kemendiknas.
Beberapa pelatihan yang dilaksanakan oleh Kemendiknas diantaranya :
Pelatihan Kepegawaian, Sosialisasi Jabatan Fungsional Tenaga Laboran,
Bimbingan Teknis Pembinaan PNS di Lingkungan Kemendiknas, serta
Pelatihan Pengadaan Barang dan Keuangan.
IPB juga melaksanakan program pemilihan tenaga kependidikan
berprestasi. Program ini merupakan program rutin yang dilaksanakan IPB
pada setiap tahunnya. Para pemenang pada program ini akan mendapatkan
reward berupa piagam penghargaan dan uang. Para pemenang program ini
juga akan diikut sertakan pada Program Pemilihan Tenaga Kependidikan
Tingkat Nasional yang dilaksanakan oleh Direktorat Perguruan Tinggi
Kemendiknas. Ada beberapa kategori yang dilombakan pada Program
Pemilihan Tenaga Kependidikan Berprestasi, yaitu : Kategori Administrasi
Akademik, Kategori Pranata Laboratorium, Kategori Pustakawan, Kategori
Pengelola Keuangan, dan Kategori Arsiparis. Kategori-kategori tersebut
dilombakan pada tingkat IPB dan Nasional. Ada 2 kategori lain yang khusus
dilaksanakan di IPB, yaitu Kategori Administrasi Umum dan Satpam.
Program Pemilihan Tenaga Kependidikan Berpretasi pada tingkat IPB
maupun Nasional, diharapkan dapat terus memotivasi pegawai untuk
meningkatkan kapasitas pengetahuan dan pengalaman dalam bekerja sesuai
dengan bidangnya masing-masing. Selain itu, sharing knowledge yang
terjadi, diharapkan juga dapat menjadi katalisator dalam menciptakan ide-ide
kreatif dan inovasi-inovasi untuk meningkatkan layanan mutu akademik dan
administrasi pada masing-masing bidang kerja.
Knowledge Management System (KMS) merupakan suatu sistem
informasi yang dikelola oleh Direktorat Komunikasi dan Sistem Informasi
(DKSI) IPB. Knowledge Management System dibuat untuk mempermudah
pegawai IPB dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman masing-masing.
Knowledge Management System menjadi solusi atas keterbatasan waktu dan
tempat bagi pegawai dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman, pegawai
62
dapat memanfaatkan fasilitas Knowledge Management System kapanpun dan
dimanapun.
4.7. Hubungan Manajemen Pengetahuan dengan Organisasi Pembelajar
Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menentukan suatu
besaran yang menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel dengan
variabel lain dengan tidak mempersoalkan apakah suatu variabel tertentu
tergantung kepada variabel lain. Berikut ini adalah hasil pengolahan data uji
korelasi Rank Spearman yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara variabel Manajemen Pengetahuan dengan Organisasi
Pembelajar. Hasil uji korelasi Rank Spearman dapat dilihat pada Tabel 14.
Hasil pengolahan data dengan uji korelasi Rank Spearman
memperlihatkan bahwa nilai korelasi antara Manajemen Pengetahuan dengan
Organisasi Pembelajar adalah sebesar 54,4 persen. Hal ini menunjukkan
terdapat hubungan yang kuat dan positif antara Manajemen Pengetahuan dan
Organisasi Pembelajar. Artinya, semakin besar Manajemen Pengetahuan
yang ada di IPB, maka semakin besar pula Organisasi Pembelajar. Tingkat
signifikansi koefisien korelasi yang dihasilkan pada tabel sebesar 0,000 yang
berarti bahwa output signifikansi kedua variabel tersebut kurang dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa hubungan Manajemen Pengetahuan terhadap
Organisasi Pembelajar adalah signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen.
63
Tabel 14. Uji korelasi Rank Spearman
Mananjemen Pengetahuan
Organisasi Pembelajar
Spearman's rho
Manajemen Pengetahun
Correlation Coefficient
1.000 .544**
Sig. (2-tailed) . .000
N 96 96
Organisasi Pembelajar
Correlation Coefficient
.544** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 96 96**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
4.8. Analisis Pengaruh Manajemen Pengetahuan terhadap Organisasi Pembelajar
Berdasarkan hasil penelitian, terihat karakteristik pegawai IPB adalah
mayoritas berjenis kelamin pria dengan perbedaan persentase yang tidak
terlalu besar dengan pegawai wanita, yaitu jumlah pegawai pria 55 persen
dan jumlah pegawai wanita 45 persen. Mayoritas pegawai berpendidikan
SLTA dan S1 dengan jumlah persentase yang sama yaitu masing-masing
sebesar 44 persen atau 42 orang. Mayoritas pegawai berusia lebih dari 46
tahun sebesar 37 persen atau 27 orang. Berdasarkan karakteristik masa kerja,
mayoritas pegawai memiliki masa kerja 21 – 25 tahun yaitu sebesar 22
persen atau 21 orang.
Secara umum penerapan variabel Manajemen Pengetahuan melalui
indikator konversi pengetahuan, spiral pengetahuan dan Ba pada Institut
Pertanian Bogor (IPB) sudah baik, ditunjukan dengan nilai rataan 3,93 yang
merupakan rentang nilai setuju. Begitu pula dengan variabel Organisasi
Pembelajar melalui indikator disiplin penguasaan diri, dispilin model mental,
disiplin visi bersama, disiplin berpikir tim dan disiplin berpikir sistem pada
Institut Pertanian Bogor (IPB) sudah baik, ditunjukan dengan nilai rataan
4,03 yang merupakan rentang nilai setuju.
Penerapan Manajemen Pengetahuan yang dilakukan oleh IPB seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya mengindikasikan adanya budaya
64
Organisasi Pembelajar yang terbentuk dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil
jawaban kuesioner penelitian oleh pegawai kependidikan dan hasil
wawancara yang dilakukan kepada beberapa pegawai bahwa mereka
mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam mengembangkan dan berbagi
pengetahuan dan pengalaman. Kemudahan ini dapat berupa sarana, fasilitas
dan program yang diberikan IPB. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
sarana, fasilitas dan program yang diberikan IPB telah membentuk
lingkungan yang sangat kondusif untuk mengembangkan lingkungan dan
Organisasi Pembelajar (Learning Organization).
Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah uji regresi linear untuk
melihat lebih jauh pengaruh Manajemen Pengetahuan terhadap Organisasi
Pembelajar. Dengan Uji regresi linear kita dapat mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Jika terdapat data dari dua
variabel penelitian yang sudah diketahui mana variabel bebas X (independen)
dan variabel terikatY (dependen), maka dapat dihitung atau dicari nilai-nilai
Y yang lain berdasarkan nilai X yang diketahui. Pada penelitian ini variabel
independen (X) adalah variabel Manajemen Pengetahuan, sedangkan yang
menjadi variabel dependen (Y) adalah Organisasi Pengetahuan. Namum
sebelum uji regresi linear harus dipastikan asumsi data tersebar normal
terpenuhi, maka dilakukan uji Kolmogorov Smirnov (KS). Apabila nilai
Asymp. Sig. dari masing-masing variabel lebih besar dari taraf nyata (α) yaitu
0,05, maka dapat dikatakan bahwa data atau variabel tersebar normal. Hasil
uji Kolmogorov Smirnov (KS) dapat dilihat pada Tabel 15.
Berdasarkan Kolmogorov Smirnov Test terlihat bahwa nilai Asymp. Sig.
untuk variabel Organisasi Pembelajar adalah 0,812, yang berarti lebih besar
dari 0,05. Begitu pula dengan variabel Manajemen Pengetahuan, terlihat nilai
Asymp. Sig. adalah 0,162, yang berari lebih besar dari 0,05. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa variabel Organisasi Pembelajar dan
Manajemen Pengetahuan tersebar normal. Hasil olah data lengkap terdapat
pada Lampiran 5.
65
Tabel 15. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Manajemen Pengetahuan
Organisasi Pembelajar
N 96 96 Normal
Parametersa Mean
1.4416E2 1.2958E2
Std. Deviation 1.19334E1 8.63733 Most Extreme
Differences Absolute .114 .065 Positive .083 .065 Negative -.114 -.061
Kolmogorov-Smirnov Z 1.121 .637 Asymp. Sig. (2-tailed) .162 .812
a. Test distribution is Normal.
Model Summary memperlihatkan bahwa nilai koefisien determinasi (R
Square) sebesar 0,380. Hal ini menunjukan bahwa variabel Manajemen
Pengetahuan dapat menjelaskan variabel Organisasi Pembelajar sebesar 38
persen, sedangkan sisanya sebesar 62 persen ditentukan oleh faktor lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil pengolahan datanya dapat
dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .617a .380 .374 6.83497
a. Predictors (Constant): Manajemen Pengetahuan
ANOVA memperlihatkan bahwa uji F menunjukan nilai F hitung < alfa
(α), yaitu 0,000 < 0,05, sehingga membuktikan bahwa variabel X yang
mempengaruhi variabel Y atau secara statistik persamaan ini memiliki model
yang linear. Hal ini ini dapat diartikan bahwa secara keseluruhan (simultan)
variabel Manajemen Pengetahuan memiliki pengaruh terhadap Organisasi
Pembelajar. Hasil pengolahan datanya dapat dilihat pada Tabel 17.
66
Tabel 17. ANOVAb
Model Sum of Squares
dfMean
Square F Sig.
Regression 2695.947 1 2695.947 57.708 .000a
Residual 4391.386 94 46.717
Total 7087.333 95 a. Predictors (Constant): Manajemen Pengetahuan b. Dependent Variable: Organisasi Pembelajar
Selanjutnya, kita dapat melakukan pengujian secara parsial melalui uji
t. Nilai nyata t hitung harus lebih kecil dari taraf nyata alfa (α) untuk melihat
seberapa besar pengaruh secara parsial. Data pada Tabel 18 menunjukan
bahwa t hitung adalah 0,000 yang berarti bahwa t hitung lebih kecil dari 0,05
(α). Maka dapat disimpulkan bahwa Variabel Manajemen Pengetahuan
berpengaruh secara parsial terhadap variabel Organisasi Pembelajar.
Tabel 18. Coeffecients
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) 65.231 8.500 7.674 .000
ManajemenPengetahuan .446 .059 .617 7.597 .000
a. Dependent Variable: Organisasi Pembelajar
Pada Tabel 18 juga menjelaskan bahwa persamaan regresi yang
didapatkan dalam penelitian ini adalah Y = a + b X, dengan a = 65,23 dan b =
0,446 maka persamaan regresi menjadi Y = 65,23 + 0,446 X. Hal ini berarti
setiap kenaikan 1 satuan Manajemen Pengetahuan di IPB akan meningkatkan
Organisasi Pembelajar sebesar 0,446 satuan. Hasil olah data lengkap terdapat
pada Lampiran 6.
Berdasarkan uji regresi linear, dapat terlihat bahwa Manajemen
Pengetahuan memiliki pengaruh terhadap Organisasi Pembelajar pada
Institut Pertanian Bogor (IPB), dengan tingkat pengaruh 44,6 persen. Maka
dapat disimpulkan bahwa uji hipotesis dalam penelitian ini yang berbunyi H0:
Manajemen Pengetahuan tidak memiliki pengaruh terhadap Organisasi
67
Pembelajar, ditolak. Sedangkan H1: Manajemen Pengetahuan memiliki
pengaruh terhadap Organisasi Pembelajar, diterima.
4.9. Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil penelitian, Manajemen Pengetahuan memiliki
pengaruh kuat dan positif terhadap Organisasi Pembelajar pada Institut
Pertanian Bogor (IPB) yang berarti semakin besar Manajemen Pengetahuan
yang ada di institusi, maka semakin besar pula Organisasi Pembelajar pada
institusi. Dengan demikian, diperoleh beberapa implikasi manajerial bagi
pihak IPB dalam rangka meningkatkan Manajemen Pengetahuan sehingga
dapat meningkat pula Organisasi Pembelajar pada perusahaan. Implikasi
manajerial yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan
Program Manajemen Pengetahuan yang selama ini dikembangkan di IPB
lebih kepada sisi Sistem Informasi yang biasa dikenal KMS (Knowledge
Management System). Belum ada perhatian yang cukup berarti pada
pengelolaan program Manajemen Pengetahuan pada sisi Sumber Daya
Manusia (SDM). Maka perlu adanya program revitalisasi penerapan
Manajemen Pengetahuan pada sisi SDM. Sejauh mengacu pada hasil
penelitian ini, Manajemen Pengetahuan secara praktik sudah berjalan
dengan baik dan sangat menunjang Organisasi Pembelajar. Program
revitalisasi dapat diawali dengan pembentukan tim kerja yang
dikhususkan untuk mengawal Manajemen Pengetahuan. Tim Kerja
Manajemen Pengetahuan ini akan membuat program-program yang akan
mengumpulkan dan mengelola pengetahuan pegawai menjadi lebih
terkordinir, tersistem dan memiliki nilai tambah serta menjadi
pengetahuan institusi. Program yang dibuat harus efektif dan efisien dari
segi biaya dan waktu.
2. Tahap Pengorganisasian
Tim Kerja Manajemen Pengetahuan yang terbentuk dapat melakukan
kordinasi dengan Direktorat Komunikasi dan Sistem Informasi (DKSI).
Melalui kordinasi ini diharapkan akan ada sinergitas antara penerapan
Manajemen Pengetahuan pada sisi Sumber Daya Manusia dan Sistem