issn: 2407-2095

26
135 IMPLEMENTASI METODE KISAH AL-QUR`AN DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DAN SKI DI MADRASAH IBTIDAIYYAH Fathiyaturrahmah Dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan IAIN Jember Abstrak Pendidikan adalah usaha sadar yang membentuk watak dan prilaku secara sistematis, terencana, dan ter- arah. Madrasah adalah lembaga pendidikan yang me- masukan nilai-nilai Islam baik dalam kurikulum pembela- jarannya maupun dalam etika sehari hari. Untuk itu Mad- rasah harus bisa menjadi model percontohan dalam menegakkan Amar ma’ruf nahi munkar, khususnya untuk tindak pidana korupsi pada penyelenggaraan pendidi- kan.Islam memerintahkan umatnya agar hanya memakan dan memakai harta yang halal. Halal dan haram tidak hanya ditentukan dari dzatnya saja, melainkan juga bagaimana cara memperolehnya. Korupsi menurut kese- pakatan Ulama (ijma) merupakan suatu tindakan yang sangat diharamkan oleh Islam. Maka dari itu sangatlah penting untuk mengintegrasikan kurikulum pendidikan anti korupsi di madrasah ibtidaiyyah sebagai lembaga yang secara basic menanamkan budaya anti korupsi di lingkungan madrasah. ISSN: 2407-2095

Upload: others

Post on 30-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN: 2407-2095

135

IMPLEMENTASI METODE KISAH AL-QUR`AN DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DAN SKI

DI MADRASAH IBTIDAIYYAH

Fathiyaturrahmah Dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu keguruan IAIN Jember

Abstrak Pendidikan adalah usaha sadar yang membentuk

watak dan prilaku secara sistematis, terencana, dan ter-

arah. Madrasah adalah lembaga pendidikan yang me-

masukan nilai-nilai Islam baik dalam kurikulum pembela-

jarannya maupun dalam etika sehari hari. Untuk itu Mad-

rasah harus bisa menjadi model percontohan dalam

menegakkan Amar ma’ruf nahi munkar, khususnya untuk

tindak pidana korupsi pada penyelenggaraan pendidi-

kan.Islam memerintahkan umatnya agar hanya memakan

dan memakai harta yang halal. Halal dan haram tidak

hanya ditentukan dari dzatnya saja, melainkan juga

bagaimana cara memperolehnya. Korupsi menurut kese-

pakatan Ulama (ijma) merupakan suatu tindakan yang

sangat diharamkan oleh Islam. Maka dari itu sangatlah

penting untuk mengintegrasikan kurikulum pendidikan

anti korupsi di madrasah ibtidaiyyah sebagai lembaga

yang secara basic menanamkan budaya anti korupsi di

lingkungan madrasah.

ISSN: 2407-2095

Page 2: ISSN: 2407-2095

Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-

rasah Ibtidaiyyah

136

Kata Kunci : Integrasi Pendidikan Anti Korupsi, Kurikulum Mad-

rasah Ibtidaiyyah

Pendahuluan

Al-Qur'an adalah kalam Allah yang diwahyukan

kepada Nabi Muhammad SAW secara verbal. Dengan

demikan ia tidak saja memiliki nilai keagamaan yang bersi-

fat lughawi, tetapi juga sekaligus berdimensi maknawi.1 Se-

bagai petunjuk bagi umat manusia, al-Qur'an adalah kitab

suci yang sarat dengan nilai-nilai dan ajaran-ajaran pokok

yang komprehensif yang berinti pada seruan moral dan

menjadi landasan utama bagi setiap perilaku dan sikap

orang yang beriman kepadaNya. Dalam al-Qur'an, tercakup

makna-makna yang luas tentang pokok-pokok ajaran Islam,

seperti tauhid, hukum dan mu'amalah yang berlaku univer-

sal sehingga mampu merespons setiap perkembangan za-

man. Luasnya kandungan al-Qur'an tidak terbatas pada

makna yang tersurat, tetapi juga merambah kepada makna

yang tersirat.

Isi dan kandungan al-Qur'an tersebut menggunakan

uraian historis dan simbolik bahkan perumpamaan. Kare-

nanya, wajarlah kalau dalam al-Qur'an banyak dijumpai

kisah-kisah berupa peristiwa-peristiwa tertentu yang berisi

pesan-pesan dan hikmah yang memancarkan makna se-

1 Fazlur Rahman, Islam, (Chicago: The Universty of Chicago, 1979),

30.

Page 3: ISSN: 2407-2095

Fathiyaturrahmah

137

bagai tamsil yang nantinya dapat dijadikan pedoman bagi

umat Islam sepanjang masa.

Sebuah peristiwa yang berisi pesan-pesan terutama

mengenai kejadian-kejadian pada masa lampau tentu saja

tidak akan menarik perhatian para pendengar atau pem-

bacanya apabila disampaikan tanpa tutur kata yang baik

dan bervariasi. Berbeda apabila peristiwa tersebut di-

tuangkan ke dalam bentuk cerita-cerita atau kisah-kisah

yang menggambarkan peristiwa dalam realitas kehidupan,

maka dengan sendirinya akan mampu menggugah rasa

keingintahuan seseorang untuk mendengar atau membaca

kemudian memperhatikan lebih dalam apa yang

dikehendaki oleh kisah-kisah tersebut. Nasihat-nasihat

yang tertuang dan terkandung dalam cerita tersebut

kemudian akan memberi warna atau bekas tersendiri se-

hingga muncul pengaruh dalam diri pribadi si pembaca

kisah tersebut.

Demikian pula halnya dengan al-Qur'an, di da-

lamnya terdapat banyak kisah yang di samping mem-

berikan informasi tentang seorang tokoh, suatu kaum dan

sebuah peristiwa, juga bernuansa pesan moral sebagai

gambaran dari sebuah teladan. Kisah Al-Qur`an dapat

menjadi alternatif metode pembelajaran, termasuk di

Madrasah Ibtidaiyyah di mana usia anak yang masih

senang dengan kisah atau cerita, khususnya pada

pembelajaran akidah-akhlak dan sejarah kebudayaan Islam

(Permenag No 2 Tahun 2008). Oleh karena itu, tulisan ini

mencoba memaparkan tentang pengertian kisah Al-Qur`an,

macam-macam, faedah, dan dimensi pendidikan dalam

kisah-kisah al-Qur'an, dan implementasi metode kisah Al-

Qur`an dalam pembelajaran akidah-akhlak dan sejarah

kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyyah (sesuai

Page 4: ISSN: 2407-2095

Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-

rasah Ibtidaiyyah

138

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia, Nomor 2 Tahun

2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi

Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyyah)

Pengertian Kisah

Kata kisah secara etimologi berasal dari kata قصة (qishshah) dalam bentuk masdar yang berarti cerita. Ia adalah

bentukan dari يقص -قص . Term قص juga berarti mencari atau

mengikuti jejak. Kisah juga berarti suatu fragmen atau potongan-

potongan dari berita-berita, tokoh-tokoh atau umat terdahulu

yang dimuat dalam al-Qur`an.2

Sedang pengertian qishah Al-Qur`an menurut Manna al-

Qattan adalah pemberitaan mengenai umat terdahulu, nabi-nabi

terdahulu dan peristiwa yang pernah terjadi”.3 Kemudian

menurut Ahmad Syadali, qashashul Qur`an adalah kisah-kisah

dalam Al-Qur`an tentang para nabi dan rasul mereka, serta peri-

stiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu, masa kini dan masa

yang akan datang.4

Di dalam Al-Qur`an kata qishash diungapkan sebanyak

tiga puluh kali, dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk fiil

madhi, mudhari`, amr maupun dalam bentuk masdar dalam

berbagai ayat dan surat.5

Kata qishah dalam al-Qur`an yang menggunakan bentuk

jamak sebanyak empat kali yang berarti cerita, atau rangkaian

peristiwa kronologis, ada proses awal dan proses akhirnya

2 Ibnu Manzur, Lisan al-`Arab, (Beirut: Dar Lisan al-`Araby, t.t.),

102. 3 Manna Al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur`an, (Riyadl: Man-

syurat al-`Asr al-Hadist, 1973),405. 4 Ahmad Syadali, Ulumul Qur`an, (Bandung: Putaka Setia, 1997),

27. 5 M. Fuad Al-Baqi, Mu`jam al-Mufahras li AlFadz al-Qur`an al-

Karim, (Kairo: Dar al-Kutub, t.t.), 546-547.

Page 5: ISSN: 2407-2095

Fathiyaturrahmah

139

(QS.3:62, 7:176, 12: 3, 28:25). Dan satu kali berarti napak tilas atau

mengikuti jejak (18:64).

Selain kata qishash (cerita), al-Qur`an juga menggunakan

kata naba’ (berita). Kata naba terulang sebanyak lima belas kali

dalam bentuk mufrad, sebelas kali di antaranya terkait dengan

ayat yang mengandung kisah secara langsung, empat yang

lainnya terkait secara tidak langsung, sedang dalam bentuk jamak

terulang sebanyak sebelas kali, umumnya terkait dengan kisah.6

Kisah-kisah dalam Al-Qur`an dalam pemaparannya, Allah

SWT dan para rasul disebut sebagai sumber atau penutur kisah.

Allah sebagai penutur menggunakan kata ganti nahnu -kami- pa-

da tiga belas ayat, delapan kali dengan menggunakan fi`il madhi

dan empat kali dengan fi`il mudhari`.

Di lain ayat juga didapati menggunakan kata huwa-dia-

sebanyak dua kali, sekali menunjukkan Al-Qur`an (QS. 27 : 76).

Sedang Rasul sebagai penutur kisah adalah dalam rangka

menyampaikan ayat-ayat Allah swt. dengan menggunakan ben-

tuk fiil mudhari sebanyak dua kali dan fiil amr hanya satu tempat

(QS. 6:130, 7: 35, 176).

Berdasarkan uraian di atas, Al-Qur`an diyakini banyak

mengungkap sisi historis kehidupan manusia seputar kejadian

masa lalu, cerita dan berita para Rasul, keadaan umat terdahulu,

serta gambaran sejumlah "kota" atau peradaban yang sejarahnya

masih dapat ditelusuri, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pa-

da masa kini dan masa yang akan datang.

Metode Kisah

Metode kisah atau cerita mengandung arti suatu cara

dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan

secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal baik

6 M. Fuad Al-Baqi, Mu`jam al-Mufahras li AlFadz al-Qur`an al-

Karim, (Kairo: Dar al-Kutub, t.t.), 686.

Page 6: ISSN: 2407-2095

Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-

rasah Ibtidaiyyah

140

baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja.7 Cerita

atau kisah menjadi salah satu metode yang efektif dalam

proses belajar mengajar. Muhammad Fadhil al-Jamali

mengemukakan bahwa metode kisah merupakan salah satu

metode pendidikan yang mashur dan terbaik, oleh karena

kisah mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh ketulusan

hati yang mendalam.8 Bukan berarti metode kisah terlepas

dari kelemahan, karena yang menyampaikan kisah adalah

manusia biasa yang tidak bisa luput dari kekurangan dan

ketidaksempurnaan, oleh karena itu bisa dilihat dari dua

sudut; yaitu kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihan metode kisah : Pertama kisah dapat

mengaktifkan dan membangkitkan semangat anak. Karena

setiap anak didik akan senantiasa merenungkan makna dan

mengikuti berbagai situasi kisah, sehingga anak didik ter-

pengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut.9 Kedua

mengarahkan semua emosi hingga menyatu pada satu kes-

impulan yang menjadi akhir cerita. Ketiga kisah selalu

memikat, karena mengundang pendengaran untuk mengiku-

ti peristiwanya dan merenungkan maknanya.10 Keempat

dapat mempengaruhi emosi, seperti takut, perasaan diawasi,

rela, senang, sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam

lipatan cerita.

Adapun kekurangan metode kisah Pertama pemaham-

an anak menjadi sulit ketika kisah itu telah terakumulasi

7 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1984), Cet. Ke.-7, 202. 8 Fadhil Al-Jamaly, Filsafat Pendidikan dalam Al-Qur`an, (Surabaya: Bina

Ilmu. 1995), 125. 9 Abdurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan

Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), Cet. Ke-1, 239. 10Ahmad Arifin, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 1994), 140.

Page 7: ISSN: 2407-2095

Fathiyaturrahmah

141

dengan masalah lain. Kedua bersifat monolog dan dapat men-

jenuhkan anak. Ketiga sering terjadi ketidakselarasan isi ceri-

ta dengan konteks yang dimaksud sehingga pencapaian

tujuan sulit diwujudkan.

Alternatif yang ditawarkan untuk mengatasi keku-

rangan metode kisah, pertama pendidik harus mengetahui

dan paham benar alur cerita yang disampaikan. Kedua pen-

didik harus menyelaraskan tema materi dengan cerita atau

tema cerita dengan materi. Ketiga anak didik harus lebih

berkonsentrasi terhadap cerita yang disampaikan pendidik

sehingga menimbulkan sugesti untuk mengikuti alur cerita

itu sampai selesai.

Kisah dapat menjadi sarana pembinaan moral/akhlak,

pembinaan tauhid serta mengasah kepekaan sosial. Metode

penyampaian lewat cerita sangat tepat dan menarik untuk dit-

erapkan, oleh karena dalam kisah/cerita, anak akan melihat atau

mendengar secara langsung sejumlah tokoh atau peristiwa yang

menjadi panutan, di mana nilai-nilai tersebut melekat dan terlihat

mata sehingga anak dapat memahami dengan mudah dan man-

tap. Dengan demikain, metode kisah/cerita merupakan faktor

pendidikan yang bersifat mengasah intelektual dan amat ber-

pengaruh dalam menanamkan nilai-nilai akidah dan moralitas

Islam. Kisah-kisah/ cerita-cerita yang disampaikan disesuaikan

dengan usia dan tingkat perkembangan anak.

Kisah-kisah/ cerita-cerita mempunyai pengaruh yang kuat

terhadap jiwa, maka seorang pendidik selayaknya memperban-

yak kisah yang bermanfaat. Kisah yang diambil dari Al-Qur’an

dan sunnah, kehidupan para salaf ash-shalih, misalnya :

a. Cerita ashabul kahfi bertujuan untuk membentuk

generasi yang beriman kepada Allah, cinta kepada

tauhid dan benci kepada kemusyrikan.

b. Cerita Nabi Isa untuk menjelaskan bahwa ia adalah

hamba Allah sebagaimana anggapan kaum nasrani.

Page 8: ISSN: 2407-2095

Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-

rasah Ibtidaiyyah

142

c. Kisah Nabi Yunus untuk menekankan agar selalu

beristi`anah meminta tolong hanya kepada Allah sa-

ja, terlebih ketika ditimpa musibah.

d. Kisah orang-orang yang terperangkap dalam gua,

yaitu kisah yang diceritakan Nabi untuk mengajar-

kan kepada para sahabatnya tentang bertawasul

kepada Allah dengan amal-amal saleh, seperti rida

kedua orang tua, memenuhi hak-hak pemiliknya

dan meninggalkan zina karena takut kepada Allah.

Kisah-kisah al-Qur’an itu mempunyai tujuan pendidikan,

yaitu membentuk individu-individu atau masyarakat manusia

dengan nilai keislaman. Ia mendidik manusia untuk semata-mata

beriman kepada Allah SWT dan rela terhadap qadha dan qadar-

Nya. Ia juga menyediakan bagi orang-orang yang membaca dan

mendengarnya dengan sejumlah pengetahuan dan hakikat-

hakikat yang mengandung pelajaran dalam pelajaran hidup

mereka dan dalam pergaulan dengan orang lain. Dengan

demikian setiap pribadi akan menjalankan perannya secara baik

dalam masyarakat yang baik.11

Sebagaimana dikatakan Syeikh Muhammad Abduh :

Bahwa sesungguhnya kisah Nabi-nabi dan umat-umat yang ter-

cantum dalam Al-Qur’anul Karim tidaklah dimaksudkan semata-

mata untuk merangkaikan kejadian-kejadian secara kronologis,

melainkan yang dimaksudkan adalah untuk menjadi iktibar pela-

jaran dan nasehat dengan menjelaskan nikmat-nikmat dan sebab-

sebab yang berkaitan dengannya, supaya orang mencarinya dan

menjelaskan kutukan dan sebab-sebabnya dan supaya manusia

menjauhkan diri dari padanya. Apabila tujuan penyajian cerita itu

demikian, maka mudah dan pantaslah susunan kejadian-kejadian

.11 Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan

Agama Islam, (Jakarta : IAIN Jakarta, 1985), 69-70.

Page 9: ISSN: 2407-2095

Fathiyaturrahmah

143

dalam Al-Qur’an lebih cocok untuk mendidik dan lebih berke-

san.12

Kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikan tern-

yata mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam

menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita itu,

dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan. Oleh

karena itu Islam mengekploitasi cerita tersebut untuk dijadikan

salah satu metode pendidikan.

Bertolak dari argumentasi di atas dikatakan bahwa kisah

sangat penting digunakan dalam pelaksanaan pendidikan, sebab

dapat mempengaruhi bahwa menarik pendengar atau penghayat

kisah untuk bersikap, berpendirian, bahkan berperilaku se-

bagaimana yang dikehendaki kisah. Dengan demikian kisah ter-

sebut dapat membentuk keimanan, moral, spiritual, dan sosial

bagi anak, sebagai akhir dari tujuan pendidikan Islam.

Dalam Al-Qur’an banyak memuat ayat-ayat tentang kisah,

dalam kisah tersebut merekam peristiwa-peristiwa terpenting

yang pernah dialami oleh umat manusia. Rekaman peristiwa ter-

sebut dimaksudkan untuk mengingatkan manusia terhadap per-

ilakunya dan dijadikan pelajaran dalam menjalani hidup. Selain

itu juga ayat-ayat tentang kisah dalam al-Qur’an berfungsi untuk

memberikan pedoman atau tuntunan hidup bagi manusia. Hal ini

sesuai dengan fungsi al-Qur’an itu sendiri, yaitu dalam al-Qur’an

surat al-Jatsiyah ayat 20 Allah Swt menjelaskan:

(20هذابصائرللنّاس وهدى وّرحمة لقّوم يوّقنون )الجاثية :

Artinya : “Al-Qur’an adalah pedoman bagi umat manusia,

petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini (QS Al-Jatsiyah :

20).13

12 Ibid., 70. 13 Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan

Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 1992), 421.

Page 10: ISSN: 2407-2095

Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-

rasah Ibtidaiyyah

144

Di antara ayat-ayat al-Qur’an yang berisi kisah yaitu surat

al-Baqarah ayat 30-39, ayat ini menceritakan manusia yang telah

diberi kedudukan yang mulia dan diangkat derajatnya oleh Allah

Swt serta diberi kekuasaan (kognitif).14 Pada surah Lukman ayat

12-19, ayat ini menceritakan kisah Lukman ketika memberikan

pelajaran kepada anaknya (afektif).15 Dan surat Shad ayat 30-35,

ayat ini menceritakan Nabi Sulaiman dan Nabi Daud sebagai

hamba terbaik serta memberikan karunia kepada Nabi Sulaiman

berupa sebuah kerajaan yang megah (psikomotorik).16

Kisah-kisah dalam al-Qur’an yang mengandung banyak

pelajaran, hikmah ini sangat penting untuk pembentukan sikap

atau perilaku yang diajarkan anak sesuai dengan pendidikan Is-

lam. Sehingga apabila diposisikan sebagi materi dalam pendidi-

kan Islam yang disampaikan dengan materi kisah maka sangat

efektif untuk menarik perhatian anak dan merangsang otaknya

agar bekerja dengan baik.

Metode ini dianggap yang terbaik dari cara-cara lain da-

lam mempengaruhi pola pikir anak. Karena dengan mendengar

cerita anak merasa senang sekaligus menyerap nilai-nilai pen-

didikan tanpa merasa dijejali. Cara seperti ini telah dicontohkan

oleh Rasulullah Saw sejak dulu, beliau sering kali bercerita ten-

tang kisah kaum-kaum terdahulu agar dapat diambil hikmah dan

pelajaran.17

Dalam pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi

edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian

lain. Hal ini karena kisah Al-Qur`an dan nabawi memiliki bebera-

14 Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1988),

Cet. 2, 352-353. 15Shaleh Al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang Dahu-

lu, (Jakarta : Gema Insani, 1999), Jilid 3, 131-132. 16 Salman Harun, Op.cit, 357. 17 Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Terj.,

Kuswandani dkk.(Bandung: Al-Bayan, 1984), 301.

Page 11: ISSN: 2407-2095

Fathiyaturrahmah

145

pa keistimewaan yang membuatnya mempunyai dampak

psikologis dan edukatif yang sempurna, rapi, dan jangkauan

yang luas. Di samping itu kisah eduktif dapat melahirkan kehan-

gatan perasaan dan vitalitas serta aktvitas di dalam jiwa, yang

selanjutnya memotivasi anak didik untuk mengubah perilakunya

dan memperbarui tekadnya sesuai dengan tuntunan, pengarahan

dan ide-ide yang terkandung dalam kisah tersebut.18

Kisah Qur-ani bukanlah karya seni yang tanpa tujuan,

melainkan merupakan satu di antara sekian banyak metode Qur-

ani untuk menuntun dan mewujudkan tujuan keagamaan dan

ketuhanan serta satu cara untuk menyampaikan ajaran Islam

terutama bagi anak-anak usia dini. Tentu saja kemasan kisah Qur-

an yang dapat diterapkan dalam memberikan pendidikan kepada

anak, merupakan kisah yang dikemas secara indah dan menarik

bagi anak-anak. Misal kisah-kisah yang dapat diberikan kepada

anak antara lain adalah kisah para Nabi dan Rasul-Rasul Allah,

kisah anak durhaka, kisah-kisah anak soleh dan kisah-kisah orang

pemberani dalam kebenaran, serta kisah-kisah lain mengandung

nilai pendidikan dan mendukung bagi pertumbuhan dan

perkembangan yang dialami anak.

Artinya "Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan

kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan

hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran

18Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam

dalam Keluarga di Sekolah dan di Masyarakat, (Semarang: Diponegoro,1989), 332.

Page 12: ISSN: 2407-2095

Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-

rasah Ibtidaiyyah

146

serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman".

(QS.Hud: 120)

Dijelaskan oleh Ibnu Kasir bahwa dalam ayat ini Allah

menyebutkan bahwa semua kisah para rasul terdahulu bersama

umatnya masing-masing sebelum Muhammad, Kami ceritakan

kepadamu perihal mereka. Semua itu diceritakan untuk me-

neguhkan hatimu, hai Muhammad, dan agar engkau mempunyai

suri teladan dari kalangan saudara-saudaramu para rasul yang

terdahulu.19

Artinya "Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah

itu agar mereka berfikir".(QS.Al A'raaf: 176)

Ayat 176 ini diturunkan menceritakan kisah Bal’aam, un-

tuk mengingatkan manusia bahwa meskipun seorang itu sudah

mencapai ilmu yang sangat tinggi sebagaimana yang dicapai oleh

para Nabi tetapi lalu ia maksiat dan condong kepada dunia, maka

akhirnya bernasib sebagaimana Bal’aam yang disebut oleh Allah:

Famasaluhu kamasalail kalbi in tahmil alaihi yalhas au tatrukhu yalhas.

Orang itu contohnya bagaikan anjing yang selalu menjilat-jilat

dan tidak berguna baginya segala peringatan, ancaman dan na-

sihat, tidak berguna baginya iman dan pengetahuannya. Karena

itulah ayat ditutup dengan kalimat “Maka ceritakanlah (kepada

mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir" Ikutilah kisah ini

supaya mereka berpikir dan memperhatikan, dan dapat mawas

diri dan berhati-hati jangan sampai terjadi seperti itu20.

Kisah bisa memainkan peran penting dalam menarik per-

hatian, kesadaran pikiran dan akal anak. Nabi biasa membawak-

19 Al Imam abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Al Qur’an al-‘Ażīm,

terjemahan Bahrum Abu Bakar, Tafsir Ibnu Kaśīr juz 12, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003), 184.

20 Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier, ji-lid III, (Surabaya: Bina Ilmu, 1986), 509.

Page 13: ISSN: 2407-2095

Fathiyaturrahmah

147

an kisah di hadapan sahabat, yang muda maupun yang tua,

mereka mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap apa

yang dikisahkan beliau, berupa berbagai peristiwa yang pernah

terjadi di masa lalu, agar bisa diambil pelajarannya oleh orang-

orang sekarang dan yang akan datang hingga hari kiamat. Yang

penting dicatat adalah bahwa kisah-kisah yang disampaikan oleh

Nabi bersandar pada fakta riil yang pernah terjadi di masa lalu,

jauh dari khurafat dan mitos. Kisah-kisah tersebut bisa mem-

bangkitkan keyakinan sejarah pada diri anak, di samping juga

menambahkan spirit pada anak untuk bangkit serta membangkit-

kan rasa keislaman yang bergelora dan mendalam. Kisah-kisah

para ulama, ‘amilin dan orang-orang mulia yang shalih merupa-

kan sebaik-baik sarana yang akan menanamkan berbagai keu-

tamaan dalam jiwa anak serta mendorongnya untuk siap

mengemban berbagai kesulitan dalam rangka meraih tujuan yang

mulia dan luhur. Di samping itu juga akan membangkitkan untuk

mengambil teladan orang-orang yang penuh pengorbanan se-

hingga ia akan terus naik menuju derajat yang tinggi dan terhor-

mat. 21

Macam-Macam Kisah Al-Qur’an

Kisah-kisah dalam Al-Qur`an terbagi ke dalam be-

berapa kelompok, Manna al-Qaththan membagi kisah-

kisah Al-Qur`an ke dalam tiga kelompok,22 yaitu:

Pertama, kisah para Nabi, yang menjadi tema pokok

bahasan adalah dakwah mereka terhadap kaumnya berikut

tahapan-tahapan yang dilalui, kemudian juga memuat

penggambaran dari sikap-sikap orang atau kelompok yang

simpatik maupun asimpatik terhadap mereka disertai aki-

21 Suwaid, Ibid., 486. 22 Manna Al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur`an, (Riyadl: Man-

syurat al-`Asr al-Hadist, 1973),405-406

Page 14: ISSN: 2407-2095

Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-

rasah Ibtidaiyyah

148

bat-akibat yang harus diterima, mu`jizat-mu`jizat yang

memperkuat dakwahnya. Sebagaimana yang sudah terurai

dalam kisah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim sampai Nabi Mu-

hammad SAW. Namun, sebenarnya hal terpenting yang

ingin diungkap dari kisah-kisah nabi adalah dakwah

sekaligus tahapan-tahapan yang ditempuh dalam

menjalankan misi dakwah mereka.23 Cerita atau kisah-kisah

tentang para Nabi tersebut secara nominal, memakan hampir

seperempat dari keseluruhan isi Al-Qur`an yaitu berjumlah seki-

tar 29 buah.

Kedua, kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa

peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan orang-orang yang tidak

dipastikan kenabiannya. Misalnya kisah Thalut dan Jalut, dua

orang putra Adam, kisah ashabul kahfi, kisah Z ulkarnain dan

Maryam.

Ketiga, kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa--

peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah, seperti perang Ba-

dar, perang Uhud, perang Hunain, perang Tabuk, perang Ahzab,

hijrah dan isra` Rasul dan lain-lain.

Faedah Qashash Al-Qur`An

Banyak faedah yang terdapat dalam qashash (kisah-

kisah) AlQur’an antara lain:

1. Menjelaskan prinsip- prinsip dakwah dan pokok

pokok syari 'at yang dibawa oleh setiap nabi.

2. Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umatnya da-

lam menegakkan agama Allah, serta menguatkan

kepercayaan orang-orang yang beriman melalui da-

23 Mahmud Ranusewito, Memahami Peta Kandungan Al-Qur`an.

(Tangerang: Hikmah Mahligai Pilihan, 2000),118.

Page 15: ISSN: 2407-2095

Fathiyaturrahmah

149

tangnya pertolongan Allah dan hancurnya kebati-

lan beserta para pendukungnya.

3. Membenarkan nabi-nabi terdahulu dan meng-

ingatkan kembali jejak- jejak mereka.

4. Mempelihatkan kebenaran Nabi Muhammad dalam penu-

turannya mengenai orang-orang terdahulu.

5. Membuktikan kekeliruan ahli kitab yang telah menyem-

bunyikan keterangan dan petunjuk.

6. Kisah merupakan salah satu bentuk sastra yang menarik

bcrgi setiap pendengarnya dan memberikan pengajaran

yang tertanam dalam jiwa.

Pengulangan Kisah Dalam Al-Qur`An Dan Hikmahnya

Al-Qur`an memberikan perhatian yang cukup besar

terhadap kisah, terbukti dari banyak dan seringnya muncul

dan ditampilkan. Sebuah kisah terkadang bisa saja mendapat

frekwensi yang tinggi dengan muncul sampai beberapa kali

dan diungkapkan dalam berbagai bentuk dan model yang ber-

beda. Di satu tempat, ada bagian yang lebih dahulu diungkap

dan diurai di tempat lain di posisikan sebagai penutup. Berikut

ini dikemukakan contoh pengulangan itu:

1) Kisah Iblis tidak mau tunduk kepada Adam: surat Al-

Baqarah (2) ayat 34; surat Al A'raf (7) ayat 11; surat Al

Hijr (15) ayat 31; surat Al Isra' (17) ayat 61; surat Al-

Kahfi (18) ayat 50; surat Thaha (20) ayat 116, surat Shad

(38) ayat 74.

2) Kisah Kaum Nabi Luth yang melakukan perbuatan

homoseks: surat Al-A'raf (7) ayat 80, 81; surat Hud (11)

ayat 78; surat An-Naml (27) ayat 54 - 55; surat Al

Ankabut (29) ayat 29.

Page 16: ISSN: 2407-2095

Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-

rasah Ibtidaiyyah

150

3) Kisah istri Nabi Luth yang dibinasakan: surat Al A'raf

(7) ayat 83; surat Hud (11) ayat 81; surat Al-Hijr (15)

ayat 60; surat AsySvura (26) ayat 171; surat An Naml

(27): 57.

4) Kisah Nabi Musa dan tongkatnya: surat Al-Baqarah (2)

ayat 60; surat Al-A'raf (7) ayat 107 dan 117; surat Tha-

ha (20) ayat 18, 20 dan 22; surat Asy-Syura (26) ayat 63;

surat An -Naml (27) ayat 10, dan surat Al-Qashash (28)

ayat 31.

5) Kisah percakapan Nabi Musa dengan Fir'aun: surat Al

A'raf (7) ayat 104 - 106; surat Thaha (20) ayat 49 - 53,

57, 58.

6) Kisah malaikat yang bertamu ke rumah Nabi Ibrahim:

surat Hud (11) ayat 69 - 76; surat Al-Hijr (15) ayat 51-

58, dan surat AdzDzariyyat (51) ayat 24 - 29.

7) Kisah percakapan Nabi Ibrahim dengan bapaknya; su-

rat Al-An 'am (6) ayat 74; surat Maryam (19) ayat 42,

43, 45, 46, 47, 48; surat Al Anbiya (21) ayat 62, surat

Asy-Syura (26) : 70 - 82; dan surat Ash-Shaffat (37) ayat

85.

8) Kisah Nabi Ibrahim menerima kelahiran Ishaq: surat

Hud (11) ayat 71; surat Ash-Shaffat (37) ayat 112, 113;

surat Adz-Dzariyyat (51) ayat 28.

9) Kisah Nabi Sulaiman dapat menundiikkan angin: su-

rat Al Anbiya (21) ayat 81; surat Shad (38) ayat 36; dan

surat Saba' (34) ayat 12. 10.

10) Kisah orang Yahudi yang menyembah sapi: surat Al-

Baqarah (2) ayat 51, 92, 93; surat An Nisa' (4) ayat 153;

surat Al A'raf (7) ayat 148; surat Thaha (20) ayat 88.

11) Kisah Ya'juj dan Ma'juj: surat Al-Kahfi (18) ayat 94; su-

rat AlAnbiya (21) ayat 96.

Page 17: ISSN: 2407-2095

Fathiyaturrahmah

151

Dalam hal ini, Manna Al-Qaththan24 menjelaskan

hikmah pengulangan kisah-kisah Al-Qur.an sebagai berikut:

1. Menjelaskan ketinggian kualitas Al-Qur`an

Di antara keistimewaan suatu bahasa adalah

pengungkapan suatu makna dalam berbagai bentuk yang ber-

beda-beda. Kisah yang berulang itu diceritakan kembali di se-

tiap tempat dengan gaya dan pola yang berbeda sehingga tidak

menyebabkan kejenuhan. Bahkan, pengulangan itu dapat

menambah arti baru yang tidak didapatkan pada tempat lain.

2. Memberikan perhatian yang besar terhadap kisah untuk

menguatkan kesan dalam jiwa

Sesungguhnya pengulangan ini merupakan salah satu

cara menggolongkan dan menunjukkan perhatian yang besar.

Hal itu umpamanya dapat dilihat dalam kisah Nabi Musa

dengan Fir'aun. Kisah ini menggambarkan pertentangan antara

kebenaran dan kebatilan dalam format penyajian yang sem-

purna walaupun sering diulang-ulang.

3. Menunjukkan kehebatan mukjizat Al-Qur’an

Menunjukkan kehebatan mukjizat Al-Qur’an yaitu me-

nyebutkan suatu makna dalam berbagai bentuk susunan. Ini

membuktikan bahwa Al-Qur’an datang dari Allah dan juga

memperlihatkan suatu tantangan.

4. Memperlihatkan adannya perbedaan tujuan diungkap-

kannya kisah tersebut

Meskipun kisah-kisah Al-Qur’an mengalami banyak

pengulangan, penyebutan kisah-kisah tersebut pada tiap tem-

pat berbeda-beda.

24 Manna Al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur`an, (Riyadl: Man-

syurat al-`Asr al-Hadist, 1973), 307-308.

Page 18: ISSN: 2407-2095

Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-

rasah Ibtidaiyyah

152

Dengan demikian, dalam Al-Qur`an terpadu secara dina-

mis aspek keindahan bahasa, ketelitian dan keseimbangan,

kekayaan dan kedalaman makna yang dikandungnya, kemu-

dahan pemahaman akan isi kandungannya serta kehebatan kesan

yang ditimbulkannya.

Perbedaan Kisah Al-Qur`An Dengan Cerita Manusia

Kisah-kisah Al-Qur`an berbeda dengan cerita-cerita pada

umumnya. Bahkan keberadaanya tidak dapat disejajarkan dengan

cerita-cerita hasil rekayasa manusia. Dalam mengemukakan kis-

ah, Al-Qur`an tidak segan-segan untuk menceritakan "kelemahan

manusiawi". Namun hal tersebut digambarkan sebagaimana

adanya, tanpa menonjolkan segi-segi yang dapat mengundang

tepuk tangan. Kisah tersebut biasanya diakhiri dengan meng-

garisbawahi akibat kesalahan itu, atau dengan melukiskan saat

kesadaran manusia dan kemenangannya mengatasi kelemahan

tadi. Misalnya Karun, setelah dengan bangganya mengakui bah-

wa kekayaan yang diperolehnya adalah berkat hasil usahanya

sendiri, yang menimbulkan kekaguman orang-orang sekitarnya,

tiba-tiba gempa menelan Karun dan kekayaannya, sehingga

orang-orang yang tadinya kagum menyadari bahwa orang-orang

yang durhaka tidak pernah akan memperoleh keuntungan yang

langgeng. Atau kisah Nabi Sulaiman ketika terpengaruh oleh

keindahan kuda-kudanya, digambarkan betapa nabi Sulaiman

menyenangi kuda-kuda tersebut dan kemudian lengah sehingga

waktu ashar berlalu tanpa ia sempat melaksanakan shalat, tapi

akhirnya ia sadar dan disembelihnya kuda-kuda itu.

Perbedaan lain, kisah-kisah dalam Al-Qur`an tidak

didasarkan pada hayalan yang jauh dari realitas. Bahkan melalui

studi yang mendalam, di antara kisah-kisah tersebut dapat

ditelusuri akar sejarahnya. Pemaparan kisah-kisah dalam Al-

Qur`an sama sekali tidak ada yang bersifat khayali,

Page 19: ISSN: 2407-2095

Fathiyaturrahmah

153

semuanya mengacu pada pernyataan yang konkrit. Kisah-

kisah yang ditampilkan Al-Qur`an itu memiliki keis-

timewaan dan maksud serta tujuan yang agung yang men-

cakup banyak aspek seperti pendidikan akhlak, pendidi-

kan jiwa, pemberian peringatan dan nasehat, perintah un-

tuk merenungkan peristiwa-peristiwa yang dipaparkannya

di samping adanya perintah untuk mengambil pelajaran.

Satu sisi Al-Qur`an sama dengan sikap para

pengarang nove1, menempatkan wanita sebagai salah satu

unsur terpenting dalam satu kisah. Dan agaknya Al-

Qur`an juga menggambarkan mukaddimah hubungan

seks, tetapi harus digarisbawahi bahwa gambaran tersebut

tidak seperti (baca: perbedaan) apa yang dilakukan oleh

sementara penyusun novel yang memancing nafsu dan

meransang birahi. Al-Qur`an menggambarkannya sebagai

satu kenyataan dalam diri manusia yang tidak perlu di-

tutup-tutupi atau dianggap sebagai satu kekejian (QS. 12:

22-29).

Implementasi Kisah Al-Qur'an Dalam Pembelajaran

Akidah Akhlak Dan Sejarah Kebudayaan Islam Di

Madrasah Ibtidaiyyah

Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah

satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman

yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-

asma' al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan

pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami

melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara

substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi

dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk

mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab Islami dalam

Page 20: ISSN: 2407-2095

Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-

rasah Ibtidaiyyah

154

kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya

kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-

rasul-Nya, hari akhir, serta Qada dan Qadar.

Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan

dan dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam kehidupan

sehari-hari, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak

negatif era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda

bangsa dan Negara Indonesia.

Mata Pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah

bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian,

pemupukan, dan pengembangan pengetahuan,

penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman

peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi

manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan

ketakwaannya kepada Allah SWT;

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia

dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-

hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial,

sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah

Islam.

Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah

merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang

asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam

dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam pada masa

lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah

kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai dengan

masa Khulafaurrasyidin. Secara substansial, mata pelajaran

Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan

motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-

nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan,

membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.

Page 21: ISSN: 2407-2095

Fathiyaturrahmah

155

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah

Ibtidaiyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-

kemampuan sebagai berikut:

a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya

mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma

Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam

rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya

waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa

lampau, masa kini, dan masa depan

c. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta

sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan

ilmiah.

d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik

terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban

umat Islam di masa lampau.

e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam

mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam),

meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya

dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan

seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan

peradaban Islam.

Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di

Madrasah Ibtidaiyah bagian d adalah :Aspek kisah teladan,

meliputi: Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman

dengan tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad SAW, masa

remaja Nabi Muhammad SAW, Nabi Ismail, Kan’an, kelicikan

saudara-saudara Nabi Yusuf AS, Tsa’labah, Masithah, Ulul Azmi,

Abu Lahab, Qarun, Nabi Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi,

Nabi Yunus dan Nabi Ayub. Materi kisah-kisah teladan ini

disajikan sebagai penguat terhadap isi materi, yaitu akidah dan

akhlak, sehingga tidak ditampilkan dalam Standar Kompetensi,

tetapi ditampilkan dalam kompetensi dasar dan indikator.

Page 22: ISSN: 2407-2095

Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-

rasah Ibtidaiyyah

156

Ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah

Ibtidaiyah meliputi : Pertama, Sejarah masyarakat Arab pra-Islam,

sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Kedua,

Dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang

meliputi kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah,

kepribadian Nabi Muhammad SAW, hijrah Nabi Muhammad

SAW ke Thaif, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Ketiga, Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib,

keperwiraan Nabi Muhammad SAW, peristiwa Fathu Makkah, dan

peristiwa akhir hayat Rasulullah SAW. Keempat, Peristiwa-

peristiwa pada masa khulafaurrasyidin. Kelima, Sejarah

perjuangan tokoh agama Islam di daerah masing-masing.25

Berdasarkan pemaparan berkaitan dengan mata pelajaran

akidah akhlak dan sejarah kebudayaan Islam Madrasah

Ibtidaiyyah di atas, maka sangat tepat bila dalam

pembelajarannya menggunakan metode kisah Al-Qur`an. Kisah

dapat dijadikan sebagai salah satu metode yang efektif

dalam proses belajar mengajar. Metode kisah merupakan

salah satu metode pendidikan yang mashur dan terbaik, oleh

karena kisah mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh

ketulusan hati yang mendalam.

Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Manfaat paling utama dan paling penting yang dapat

diambil dari kisah Al-Qur`an, adalah adanya pelajaran

dan peringatan akan pentingnya berpegang teguh

kepada ajaran agama yang bersumber dari Al-Qur`an

25 Depag RI, Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama

Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah, Tahun 2008

Page 23: ISSN: 2407-2095

Fathiyaturrahmah

157

sekaligus mempelajari dan mengamalkan nilai -nilai

yang dikandungnya.

2. Kisah-kisah dalam Al-Qur`an bukanlah sekedar

petikan-petikan sejarah yang hampa nilai, tetapi sarat

dengan maksud dan tujuan agar dari kisah-kisah ter-

sebut dapat dipetik pelajaran dan peringatan bagi

umat manusia, dengan kata lain dapat menarik

manfaat dari peristiwa-peristiwa tersebut.

3. Kisah-kisah Al-Qur`an adalah salah satu sarana pen-

yampaian pesan moral kepada manusia agar selalu

memegang komitmen pada nilai-nilai kebenaran aja-

ran yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul.

4. Dimensi pendidikan dari kisah Al-Qur`an adalah per-

tama, dapat menjadi salah satu metode yang efektif da-

lam proses belajar mengajar (metode kisah/cerita).

Kedua,cerita sebagai sarana yang efektif bagi pem-

binaan akhlak dan tauhid. Ketiga seorang guru men-

jadi kreatif dalam menjelaskan kepada siswa materi

yang kurang difahami.

5. Pengulangan kisah dalam Al-Qur`an mempunyai signif-

ikansi yang relevan dengan pendidikan. Ketika siswa

memerlukan pengulangan sebagian materi pelajaran,

maka guru tidak perlu mengulangi dengan cara yang

sama benar dengan cara sebelumnya, karena terkesan

mengabaikan hal yang baru. Kenyataan menjelaskan

bahwa materi yang belum difahami pada pertemuan

pertama mengisyaratkan perlunya perubahan metode.

Pengulangan dipadukan dengan ilustrasi yang baru

akan lebih baik daripada pengulangan yang mem-

bosankan

6. Kisah/cerita sebagai sarana pembinaan moral/akhlak,

pembinaan tauhid serta mengasah kepekaan sosial. Al-

Qur`an dalam mengarahkan pendidikannya kepada

Page 24: ISSN: 2407-2095

Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-

rasah Ibtidaiyyah

158

manusia, memandang, menghadapi dan memperla-

kukan makhluk tersebut sejalan dengan unsur pencip-

taannya yaitu jasmani, akal dan jiwa atau dengan kata

lain mengarahkannya menjadi manusia seutuhnya.

Dan metode Kisah Al-Qur`an khususnya dapat

diterapkan dalam mata pelajaran akidah akhlak dan

sejarah kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyyah.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Muhammad Abdul Qadir, 1985. Metodologi Pengajaran

Pendidikan Agama Islam, Jakarta : IAIN Jakarta.

Anwar, Rosihon. 2000. Ilmu Tafsir. Bandung: Pustaka Setia.

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidi-

kan Islam. Ciputat: Ciputat Pers.

Bahreisy, Salim dan Said Bahreisy, 1986. Terjemah Singkat Tafsir

Ibnu Katsier, jilid III, Surabaya: Bina Ilmu

Al-Baqi, M. Fuad, t.t. Mu`jam al-Mufahras li AlFadz al-

Qur`an al-Karim. Kairo: Dar al-Kutub.

Hafizh, Muhammad Nur, 1997. Mendidik Anak Bersama Rasulullah,

Bandung: Al-Bayan.

Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Al Imam abul Fida Ismail, 2003, Tafsir Al

Qur’an al-‘Ażīm, terjemahan Bahrum Abu Bakar, Tafsir Ibnu

Kaśīr juz 12, Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Al-Jamaly, Fadhil. 1986. Filsafat Pendidikan dalam Al-

Qur`an.Surabaya: Bina Ilmu.

Al-Khalidy, Shaleh, 1999. Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari

Orang-orang Dahulu, Jakarta : Gema Insani.

Page 25: ISSN: 2407-2095

Fathiyaturrahmah

159

Manzur, Ibnu. t.t. Lisan al-`Arab. Beirut: Dar Lisan al-

`Araby.

an-Nahlawi, Abdurrahman. 1989. Prinsip-Prinsip dan Metode

Pendidikan Islam dalam Keluarga di Sekolah dan di Masyarakat,

Semarang: Diponegoro.

an-Nahlawi, Abdurrahman. 1994. Pendidikan Islam di Rumah,

Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press.

Nawawi, Hadari. 1993. Pendidikan dalam Islam. Surabaya:

al-Ikhlas.

Poerwadarminta,W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakar-

ta: Balai Pustaka.

Al-Qaththan, Manna. 1973. Mabahits fi Ulum al-Qur`an. Ri-

yadl: Mansyurat al-`Asr al-Hadist.

Rahman, Fazlur. 1979. Islam. Chicago: The Universty of

Chicago.

Ranusewito, Mahmud. 2000. Memahami Peta Kandungan Al-

Qur`an. Tangerang: Hikmah Mahligai Pilihan.

Syadali, Ahmad.1997. Ulumul Qur`an. Bandung: Putaka

Setia.

Suwaid, Muhammad. 2003. Manhaj at-Tarbiyyah an-

Nabawiyyah lit-Tifl, terjemahan Salafuddin Abu Sayyid,

Mendidik Anak Bersama Nabi, Solo: Pustaka Arafah.

Page 26: ISSN: 2407-2095

160

ISSN: 2407-2095