issn: 2407-2095
TRANSCRIPT
135
IMPLEMENTASI METODE KISAH AL-QUR`AN DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DAN SKI
DI MADRASAH IBTIDAIYYAH
Fathiyaturrahmah Dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu keguruan IAIN Jember
Abstrak Pendidikan adalah usaha sadar yang membentuk
watak dan prilaku secara sistematis, terencana, dan ter-
arah. Madrasah adalah lembaga pendidikan yang me-
masukan nilai-nilai Islam baik dalam kurikulum pembela-
jarannya maupun dalam etika sehari hari. Untuk itu Mad-
rasah harus bisa menjadi model percontohan dalam
menegakkan Amar ma’ruf nahi munkar, khususnya untuk
tindak pidana korupsi pada penyelenggaraan pendidi-
kan.Islam memerintahkan umatnya agar hanya memakan
dan memakai harta yang halal. Halal dan haram tidak
hanya ditentukan dari dzatnya saja, melainkan juga
bagaimana cara memperolehnya. Korupsi menurut kese-
pakatan Ulama (ijma) merupakan suatu tindakan yang
sangat diharamkan oleh Islam. Maka dari itu sangatlah
penting untuk mengintegrasikan kurikulum pendidikan
anti korupsi di madrasah ibtidaiyyah sebagai lembaga
yang secara basic menanamkan budaya anti korupsi di
lingkungan madrasah.
ISSN: 2407-2095
Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-
rasah Ibtidaiyyah
136
Kata Kunci : Integrasi Pendidikan Anti Korupsi, Kurikulum Mad-
rasah Ibtidaiyyah
Pendahuluan
Al-Qur'an adalah kalam Allah yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW secara verbal. Dengan
demikan ia tidak saja memiliki nilai keagamaan yang bersi-
fat lughawi, tetapi juga sekaligus berdimensi maknawi.1 Se-
bagai petunjuk bagi umat manusia, al-Qur'an adalah kitab
suci yang sarat dengan nilai-nilai dan ajaran-ajaran pokok
yang komprehensif yang berinti pada seruan moral dan
menjadi landasan utama bagi setiap perilaku dan sikap
orang yang beriman kepadaNya. Dalam al-Qur'an, tercakup
makna-makna yang luas tentang pokok-pokok ajaran Islam,
seperti tauhid, hukum dan mu'amalah yang berlaku univer-
sal sehingga mampu merespons setiap perkembangan za-
man. Luasnya kandungan al-Qur'an tidak terbatas pada
makna yang tersurat, tetapi juga merambah kepada makna
yang tersirat.
Isi dan kandungan al-Qur'an tersebut menggunakan
uraian historis dan simbolik bahkan perumpamaan. Kare-
nanya, wajarlah kalau dalam al-Qur'an banyak dijumpai
kisah-kisah berupa peristiwa-peristiwa tertentu yang berisi
pesan-pesan dan hikmah yang memancarkan makna se-
1 Fazlur Rahman, Islam, (Chicago: The Universty of Chicago, 1979),
30.
Fathiyaturrahmah
137
bagai tamsil yang nantinya dapat dijadikan pedoman bagi
umat Islam sepanjang masa.
Sebuah peristiwa yang berisi pesan-pesan terutama
mengenai kejadian-kejadian pada masa lampau tentu saja
tidak akan menarik perhatian para pendengar atau pem-
bacanya apabila disampaikan tanpa tutur kata yang baik
dan bervariasi. Berbeda apabila peristiwa tersebut di-
tuangkan ke dalam bentuk cerita-cerita atau kisah-kisah
yang menggambarkan peristiwa dalam realitas kehidupan,
maka dengan sendirinya akan mampu menggugah rasa
keingintahuan seseorang untuk mendengar atau membaca
kemudian memperhatikan lebih dalam apa yang
dikehendaki oleh kisah-kisah tersebut. Nasihat-nasihat
yang tertuang dan terkandung dalam cerita tersebut
kemudian akan memberi warna atau bekas tersendiri se-
hingga muncul pengaruh dalam diri pribadi si pembaca
kisah tersebut.
Demikian pula halnya dengan al-Qur'an, di da-
lamnya terdapat banyak kisah yang di samping mem-
berikan informasi tentang seorang tokoh, suatu kaum dan
sebuah peristiwa, juga bernuansa pesan moral sebagai
gambaran dari sebuah teladan. Kisah Al-Qur`an dapat
menjadi alternatif metode pembelajaran, termasuk di
Madrasah Ibtidaiyyah di mana usia anak yang masih
senang dengan kisah atau cerita, khususnya pada
pembelajaran akidah-akhlak dan sejarah kebudayaan Islam
(Permenag No 2 Tahun 2008). Oleh karena itu, tulisan ini
mencoba memaparkan tentang pengertian kisah Al-Qur`an,
macam-macam, faedah, dan dimensi pendidikan dalam
kisah-kisah al-Qur'an, dan implementasi metode kisah Al-
Qur`an dalam pembelajaran akidah-akhlak dan sejarah
kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyyah (sesuai
Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-
rasah Ibtidaiyyah
138
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia, Nomor 2 Tahun
2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyyah)
Pengertian Kisah
Kata kisah secara etimologi berasal dari kata قصة (qishshah) dalam bentuk masdar yang berarti cerita. Ia adalah
bentukan dari يقص -قص . Term قص juga berarti mencari atau
mengikuti jejak. Kisah juga berarti suatu fragmen atau potongan-
potongan dari berita-berita, tokoh-tokoh atau umat terdahulu
yang dimuat dalam al-Qur`an.2
Sedang pengertian qishah Al-Qur`an menurut Manna al-
Qattan adalah pemberitaan mengenai umat terdahulu, nabi-nabi
terdahulu dan peristiwa yang pernah terjadi”.3 Kemudian
menurut Ahmad Syadali, qashashul Qur`an adalah kisah-kisah
dalam Al-Qur`an tentang para nabi dan rasul mereka, serta peri-
stiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu, masa kini dan masa
yang akan datang.4
Di dalam Al-Qur`an kata qishash diungapkan sebanyak
tiga puluh kali, dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk fiil
madhi, mudhari`, amr maupun dalam bentuk masdar dalam
berbagai ayat dan surat.5
Kata qishah dalam al-Qur`an yang menggunakan bentuk
jamak sebanyak empat kali yang berarti cerita, atau rangkaian
peristiwa kronologis, ada proses awal dan proses akhirnya
2 Ibnu Manzur, Lisan al-`Arab, (Beirut: Dar Lisan al-`Araby, t.t.),
102. 3 Manna Al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur`an, (Riyadl: Man-
syurat al-`Asr al-Hadist, 1973),405. 4 Ahmad Syadali, Ulumul Qur`an, (Bandung: Putaka Setia, 1997),
27. 5 M. Fuad Al-Baqi, Mu`jam al-Mufahras li AlFadz al-Qur`an al-
Karim, (Kairo: Dar al-Kutub, t.t.), 546-547.
Fathiyaturrahmah
139
(QS.3:62, 7:176, 12: 3, 28:25). Dan satu kali berarti napak tilas atau
mengikuti jejak (18:64).
Selain kata qishash (cerita), al-Qur`an juga menggunakan
kata naba’ (berita). Kata naba terulang sebanyak lima belas kali
dalam bentuk mufrad, sebelas kali di antaranya terkait dengan
ayat yang mengandung kisah secara langsung, empat yang
lainnya terkait secara tidak langsung, sedang dalam bentuk jamak
terulang sebanyak sebelas kali, umumnya terkait dengan kisah.6
Kisah-kisah dalam Al-Qur`an dalam pemaparannya, Allah
SWT dan para rasul disebut sebagai sumber atau penutur kisah.
Allah sebagai penutur menggunakan kata ganti nahnu -kami- pa-
da tiga belas ayat, delapan kali dengan menggunakan fi`il madhi
dan empat kali dengan fi`il mudhari`.
Di lain ayat juga didapati menggunakan kata huwa-dia-
sebanyak dua kali, sekali menunjukkan Al-Qur`an (QS. 27 : 76).
Sedang Rasul sebagai penutur kisah adalah dalam rangka
menyampaikan ayat-ayat Allah swt. dengan menggunakan ben-
tuk fiil mudhari sebanyak dua kali dan fiil amr hanya satu tempat
(QS. 6:130, 7: 35, 176).
Berdasarkan uraian di atas, Al-Qur`an diyakini banyak
mengungkap sisi historis kehidupan manusia seputar kejadian
masa lalu, cerita dan berita para Rasul, keadaan umat terdahulu,
serta gambaran sejumlah "kota" atau peradaban yang sejarahnya
masih dapat ditelusuri, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pa-
da masa kini dan masa yang akan datang.
Metode Kisah
Metode kisah atau cerita mengandung arti suatu cara
dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan
secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal baik
6 M. Fuad Al-Baqi, Mu`jam al-Mufahras li AlFadz al-Qur`an al-
Karim, (Kairo: Dar al-Kutub, t.t.), 686.
Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-
rasah Ibtidaiyyah
140
baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja.7 Cerita
atau kisah menjadi salah satu metode yang efektif dalam
proses belajar mengajar. Muhammad Fadhil al-Jamali
mengemukakan bahwa metode kisah merupakan salah satu
metode pendidikan yang mashur dan terbaik, oleh karena
kisah mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh ketulusan
hati yang mendalam.8 Bukan berarti metode kisah terlepas
dari kelemahan, karena yang menyampaikan kisah adalah
manusia biasa yang tidak bisa luput dari kekurangan dan
ketidaksempurnaan, oleh karena itu bisa dilihat dari dua
sudut; yaitu kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihan metode kisah : Pertama kisah dapat
mengaktifkan dan membangkitkan semangat anak. Karena
setiap anak didik akan senantiasa merenungkan makna dan
mengikuti berbagai situasi kisah, sehingga anak didik ter-
pengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut.9 Kedua
mengarahkan semua emosi hingga menyatu pada satu kes-
impulan yang menjadi akhir cerita. Ketiga kisah selalu
memikat, karena mengundang pendengaran untuk mengiku-
ti peristiwanya dan merenungkan maknanya.10 Keempat
dapat mempengaruhi emosi, seperti takut, perasaan diawasi,
rela, senang, sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam
lipatan cerita.
Adapun kekurangan metode kisah Pertama pemaham-
an anak menjadi sulit ketika kisah itu telah terakumulasi
7 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1984), Cet. Ke.-7, 202. 8 Fadhil Al-Jamaly, Filsafat Pendidikan dalam Al-Qur`an, (Surabaya: Bina
Ilmu. 1995), 125. 9 Abdurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan
Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), Cet. Ke-1, 239. 10Ahmad Arifin, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1994), 140.
Fathiyaturrahmah
141
dengan masalah lain. Kedua bersifat monolog dan dapat men-
jenuhkan anak. Ketiga sering terjadi ketidakselarasan isi ceri-
ta dengan konteks yang dimaksud sehingga pencapaian
tujuan sulit diwujudkan.
Alternatif yang ditawarkan untuk mengatasi keku-
rangan metode kisah, pertama pendidik harus mengetahui
dan paham benar alur cerita yang disampaikan. Kedua pen-
didik harus menyelaraskan tema materi dengan cerita atau
tema cerita dengan materi. Ketiga anak didik harus lebih
berkonsentrasi terhadap cerita yang disampaikan pendidik
sehingga menimbulkan sugesti untuk mengikuti alur cerita
itu sampai selesai.
Kisah dapat menjadi sarana pembinaan moral/akhlak,
pembinaan tauhid serta mengasah kepekaan sosial. Metode
penyampaian lewat cerita sangat tepat dan menarik untuk dit-
erapkan, oleh karena dalam kisah/cerita, anak akan melihat atau
mendengar secara langsung sejumlah tokoh atau peristiwa yang
menjadi panutan, di mana nilai-nilai tersebut melekat dan terlihat
mata sehingga anak dapat memahami dengan mudah dan man-
tap. Dengan demikain, metode kisah/cerita merupakan faktor
pendidikan yang bersifat mengasah intelektual dan amat ber-
pengaruh dalam menanamkan nilai-nilai akidah dan moralitas
Islam. Kisah-kisah/ cerita-cerita yang disampaikan disesuaikan
dengan usia dan tingkat perkembangan anak.
Kisah-kisah/ cerita-cerita mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap jiwa, maka seorang pendidik selayaknya memperban-
yak kisah yang bermanfaat. Kisah yang diambil dari Al-Qur’an
dan sunnah, kehidupan para salaf ash-shalih, misalnya :
a. Cerita ashabul kahfi bertujuan untuk membentuk
generasi yang beriman kepada Allah, cinta kepada
tauhid dan benci kepada kemusyrikan.
b. Cerita Nabi Isa untuk menjelaskan bahwa ia adalah
hamba Allah sebagaimana anggapan kaum nasrani.
Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-
rasah Ibtidaiyyah
142
c. Kisah Nabi Yunus untuk menekankan agar selalu
beristi`anah meminta tolong hanya kepada Allah sa-
ja, terlebih ketika ditimpa musibah.
d. Kisah orang-orang yang terperangkap dalam gua,
yaitu kisah yang diceritakan Nabi untuk mengajar-
kan kepada para sahabatnya tentang bertawasul
kepada Allah dengan amal-amal saleh, seperti rida
kedua orang tua, memenuhi hak-hak pemiliknya
dan meninggalkan zina karena takut kepada Allah.
Kisah-kisah al-Qur’an itu mempunyai tujuan pendidikan,
yaitu membentuk individu-individu atau masyarakat manusia
dengan nilai keislaman. Ia mendidik manusia untuk semata-mata
beriman kepada Allah SWT dan rela terhadap qadha dan qadar-
Nya. Ia juga menyediakan bagi orang-orang yang membaca dan
mendengarnya dengan sejumlah pengetahuan dan hakikat-
hakikat yang mengandung pelajaran dalam pelajaran hidup
mereka dan dalam pergaulan dengan orang lain. Dengan
demikian setiap pribadi akan menjalankan perannya secara baik
dalam masyarakat yang baik.11
Sebagaimana dikatakan Syeikh Muhammad Abduh :
Bahwa sesungguhnya kisah Nabi-nabi dan umat-umat yang ter-
cantum dalam Al-Qur’anul Karim tidaklah dimaksudkan semata-
mata untuk merangkaikan kejadian-kejadian secara kronologis,
melainkan yang dimaksudkan adalah untuk menjadi iktibar pela-
jaran dan nasehat dengan menjelaskan nikmat-nikmat dan sebab-
sebab yang berkaitan dengannya, supaya orang mencarinya dan
menjelaskan kutukan dan sebab-sebabnya dan supaya manusia
menjauhkan diri dari padanya. Apabila tujuan penyajian cerita itu
demikian, maka mudah dan pantaslah susunan kejadian-kejadian
.11 Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan
Agama Islam, (Jakarta : IAIN Jakarta, 1985), 69-70.
Fathiyaturrahmah
143
dalam Al-Qur’an lebih cocok untuk mendidik dan lebih berke-
san.12
Kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikan tern-
yata mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam
menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita itu,
dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan. Oleh
karena itu Islam mengekploitasi cerita tersebut untuk dijadikan
salah satu metode pendidikan.
Bertolak dari argumentasi di atas dikatakan bahwa kisah
sangat penting digunakan dalam pelaksanaan pendidikan, sebab
dapat mempengaruhi bahwa menarik pendengar atau penghayat
kisah untuk bersikap, berpendirian, bahkan berperilaku se-
bagaimana yang dikehendaki kisah. Dengan demikian kisah ter-
sebut dapat membentuk keimanan, moral, spiritual, dan sosial
bagi anak, sebagai akhir dari tujuan pendidikan Islam.
Dalam Al-Qur’an banyak memuat ayat-ayat tentang kisah,
dalam kisah tersebut merekam peristiwa-peristiwa terpenting
yang pernah dialami oleh umat manusia. Rekaman peristiwa ter-
sebut dimaksudkan untuk mengingatkan manusia terhadap per-
ilakunya dan dijadikan pelajaran dalam menjalani hidup. Selain
itu juga ayat-ayat tentang kisah dalam al-Qur’an berfungsi untuk
memberikan pedoman atau tuntunan hidup bagi manusia. Hal ini
sesuai dengan fungsi al-Qur’an itu sendiri, yaitu dalam al-Qur’an
surat al-Jatsiyah ayat 20 Allah Swt menjelaskan:
(20هذابصائرللنّاس وهدى وّرحمة لقّوم يوّقنون )الجاثية :
Artinya : “Al-Qur’an adalah pedoman bagi umat manusia,
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini (QS Al-Jatsiyah :
20).13
12 Ibid., 70. 13 Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 1992), 421.
Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-
rasah Ibtidaiyyah
144
Di antara ayat-ayat al-Qur’an yang berisi kisah yaitu surat
al-Baqarah ayat 30-39, ayat ini menceritakan manusia yang telah
diberi kedudukan yang mulia dan diangkat derajatnya oleh Allah
Swt serta diberi kekuasaan (kognitif).14 Pada surah Lukman ayat
12-19, ayat ini menceritakan kisah Lukman ketika memberikan
pelajaran kepada anaknya (afektif).15 Dan surat Shad ayat 30-35,
ayat ini menceritakan Nabi Sulaiman dan Nabi Daud sebagai
hamba terbaik serta memberikan karunia kepada Nabi Sulaiman
berupa sebuah kerajaan yang megah (psikomotorik).16
Kisah-kisah dalam al-Qur’an yang mengandung banyak
pelajaran, hikmah ini sangat penting untuk pembentukan sikap
atau perilaku yang diajarkan anak sesuai dengan pendidikan Is-
lam. Sehingga apabila diposisikan sebagi materi dalam pendidi-
kan Islam yang disampaikan dengan materi kisah maka sangat
efektif untuk menarik perhatian anak dan merangsang otaknya
agar bekerja dengan baik.
Metode ini dianggap yang terbaik dari cara-cara lain da-
lam mempengaruhi pola pikir anak. Karena dengan mendengar
cerita anak merasa senang sekaligus menyerap nilai-nilai pen-
didikan tanpa merasa dijejali. Cara seperti ini telah dicontohkan
oleh Rasulullah Saw sejak dulu, beliau sering kali bercerita ten-
tang kisah kaum-kaum terdahulu agar dapat diambil hikmah dan
pelajaran.17
Dalam pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi
edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian
lain. Hal ini karena kisah Al-Qur`an dan nabawi memiliki bebera-
14 Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1988),
Cet. 2, 352-353. 15Shaleh Al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang Dahu-
lu, (Jakarta : Gema Insani, 1999), Jilid 3, 131-132. 16 Salman Harun, Op.cit, 357. 17 Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Terj.,
Kuswandani dkk.(Bandung: Al-Bayan, 1984), 301.
Fathiyaturrahmah
145
pa keistimewaan yang membuatnya mempunyai dampak
psikologis dan edukatif yang sempurna, rapi, dan jangkauan
yang luas. Di samping itu kisah eduktif dapat melahirkan kehan-
gatan perasaan dan vitalitas serta aktvitas di dalam jiwa, yang
selanjutnya memotivasi anak didik untuk mengubah perilakunya
dan memperbarui tekadnya sesuai dengan tuntunan, pengarahan
dan ide-ide yang terkandung dalam kisah tersebut.18
Kisah Qur-ani bukanlah karya seni yang tanpa tujuan,
melainkan merupakan satu di antara sekian banyak metode Qur-
ani untuk menuntun dan mewujudkan tujuan keagamaan dan
ketuhanan serta satu cara untuk menyampaikan ajaran Islam
terutama bagi anak-anak usia dini. Tentu saja kemasan kisah Qur-
an yang dapat diterapkan dalam memberikan pendidikan kepada
anak, merupakan kisah yang dikemas secara indah dan menarik
bagi anak-anak. Misal kisah-kisah yang dapat diberikan kepada
anak antara lain adalah kisah para Nabi dan Rasul-Rasul Allah,
kisah anak durhaka, kisah-kisah anak soleh dan kisah-kisah orang
pemberani dalam kebenaran, serta kisah-kisah lain mengandung
nilai pendidikan dan mendukung bagi pertumbuhan dan
perkembangan yang dialami anak.
Artinya "Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan
kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan
hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran
18Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam
dalam Keluarga di Sekolah dan di Masyarakat, (Semarang: Diponegoro,1989), 332.
Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-
rasah Ibtidaiyyah
146
serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman".
(QS.Hud: 120)
Dijelaskan oleh Ibnu Kasir bahwa dalam ayat ini Allah
menyebutkan bahwa semua kisah para rasul terdahulu bersama
umatnya masing-masing sebelum Muhammad, Kami ceritakan
kepadamu perihal mereka. Semua itu diceritakan untuk me-
neguhkan hatimu, hai Muhammad, dan agar engkau mempunyai
suri teladan dari kalangan saudara-saudaramu para rasul yang
terdahulu.19
Artinya "Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah
itu agar mereka berfikir".(QS.Al A'raaf: 176)
Ayat 176 ini diturunkan menceritakan kisah Bal’aam, un-
tuk mengingatkan manusia bahwa meskipun seorang itu sudah
mencapai ilmu yang sangat tinggi sebagaimana yang dicapai oleh
para Nabi tetapi lalu ia maksiat dan condong kepada dunia, maka
akhirnya bernasib sebagaimana Bal’aam yang disebut oleh Allah:
Famasaluhu kamasalail kalbi in tahmil alaihi yalhas au tatrukhu yalhas.
Orang itu contohnya bagaikan anjing yang selalu menjilat-jilat
dan tidak berguna baginya segala peringatan, ancaman dan na-
sihat, tidak berguna baginya iman dan pengetahuannya. Karena
itulah ayat ditutup dengan kalimat “Maka ceritakanlah (kepada
mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir" Ikutilah kisah ini
supaya mereka berpikir dan memperhatikan, dan dapat mawas
diri dan berhati-hati jangan sampai terjadi seperti itu20.
Kisah bisa memainkan peran penting dalam menarik per-
hatian, kesadaran pikiran dan akal anak. Nabi biasa membawak-
19 Al Imam abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Al Qur’an al-‘Ażīm,
terjemahan Bahrum Abu Bakar, Tafsir Ibnu Kaśīr juz 12, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2003), 184.
20 Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier, ji-lid III, (Surabaya: Bina Ilmu, 1986), 509.
Fathiyaturrahmah
147
an kisah di hadapan sahabat, yang muda maupun yang tua,
mereka mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap apa
yang dikisahkan beliau, berupa berbagai peristiwa yang pernah
terjadi di masa lalu, agar bisa diambil pelajarannya oleh orang-
orang sekarang dan yang akan datang hingga hari kiamat. Yang
penting dicatat adalah bahwa kisah-kisah yang disampaikan oleh
Nabi bersandar pada fakta riil yang pernah terjadi di masa lalu,
jauh dari khurafat dan mitos. Kisah-kisah tersebut bisa mem-
bangkitkan keyakinan sejarah pada diri anak, di samping juga
menambahkan spirit pada anak untuk bangkit serta membangkit-
kan rasa keislaman yang bergelora dan mendalam. Kisah-kisah
para ulama, ‘amilin dan orang-orang mulia yang shalih merupa-
kan sebaik-baik sarana yang akan menanamkan berbagai keu-
tamaan dalam jiwa anak serta mendorongnya untuk siap
mengemban berbagai kesulitan dalam rangka meraih tujuan yang
mulia dan luhur. Di samping itu juga akan membangkitkan untuk
mengambil teladan orang-orang yang penuh pengorbanan se-
hingga ia akan terus naik menuju derajat yang tinggi dan terhor-
mat. 21
Macam-Macam Kisah Al-Qur’an
Kisah-kisah dalam Al-Qur`an terbagi ke dalam be-
berapa kelompok, Manna al-Qaththan membagi kisah-
kisah Al-Qur`an ke dalam tiga kelompok,22 yaitu:
Pertama, kisah para Nabi, yang menjadi tema pokok
bahasan adalah dakwah mereka terhadap kaumnya berikut
tahapan-tahapan yang dilalui, kemudian juga memuat
penggambaran dari sikap-sikap orang atau kelompok yang
simpatik maupun asimpatik terhadap mereka disertai aki-
21 Suwaid, Ibid., 486. 22 Manna Al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur`an, (Riyadl: Man-
syurat al-`Asr al-Hadist, 1973),405-406
Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-
rasah Ibtidaiyyah
148
bat-akibat yang harus diterima, mu`jizat-mu`jizat yang
memperkuat dakwahnya. Sebagaimana yang sudah terurai
dalam kisah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim sampai Nabi Mu-
hammad SAW. Namun, sebenarnya hal terpenting yang
ingin diungkap dari kisah-kisah nabi adalah dakwah
sekaligus tahapan-tahapan yang ditempuh dalam
menjalankan misi dakwah mereka.23 Cerita atau kisah-kisah
tentang para Nabi tersebut secara nominal, memakan hampir
seperempat dari keseluruhan isi Al-Qur`an yaitu berjumlah seki-
tar 29 buah.
Kedua, kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa
peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan orang-orang yang tidak
dipastikan kenabiannya. Misalnya kisah Thalut dan Jalut, dua
orang putra Adam, kisah ashabul kahfi, kisah Z ulkarnain dan
Maryam.
Ketiga, kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa--
peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah, seperti perang Ba-
dar, perang Uhud, perang Hunain, perang Tabuk, perang Ahzab,
hijrah dan isra` Rasul dan lain-lain.
Faedah Qashash Al-Qur`An
Banyak faedah yang terdapat dalam qashash (kisah-
kisah) AlQur’an antara lain:
1. Menjelaskan prinsip- prinsip dakwah dan pokok
pokok syari 'at yang dibawa oleh setiap nabi.
2. Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umatnya da-
lam menegakkan agama Allah, serta menguatkan
kepercayaan orang-orang yang beriman melalui da-
23 Mahmud Ranusewito, Memahami Peta Kandungan Al-Qur`an.
(Tangerang: Hikmah Mahligai Pilihan, 2000),118.
Fathiyaturrahmah
149
tangnya pertolongan Allah dan hancurnya kebati-
lan beserta para pendukungnya.
3. Membenarkan nabi-nabi terdahulu dan meng-
ingatkan kembali jejak- jejak mereka.
4. Mempelihatkan kebenaran Nabi Muhammad dalam penu-
turannya mengenai orang-orang terdahulu.
5. Membuktikan kekeliruan ahli kitab yang telah menyem-
bunyikan keterangan dan petunjuk.
6. Kisah merupakan salah satu bentuk sastra yang menarik
bcrgi setiap pendengarnya dan memberikan pengajaran
yang tertanam dalam jiwa.
Pengulangan Kisah Dalam Al-Qur`An Dan Hikmahnya
Al-Qur`an memberikan perhatian yang cukup besar
terhadap kisah, terbukti dari banyak dan seringnya muncul
dan ditampilkan. Sebuah kisah terkadang bisa saja mendapat
frekwensi yang tinggi dengan muncul sampai beberapa kali
dan diungkapkan dalam berbagai bentuk dan model yang ber-
beda. Di satu tempat, ada bagian yang lebih dahulu diungkap
dan diurai di tempat lain di posisikan sebagai penutup. Berikut
ini dikemukakan contoh pengulangan itu:
1) Kisah Iblis tidak mau tunduk kepada Adam: surat Al-
Baqarah (2) ayat 34; surat Al A'raf (7) ayat 11; surat Al
Hijr (15) ayat 31; surat Al Isra' (17) ayat 61; surat Al-
Kahfi (18) ayat 50; surat Thaha (20) ayat 116, surat Shad
(38) ayat 74.
2) Kisah Kaum Nabi Luth yang melakukan perbuatan
homoseks: surat Al-A'raf (7) ayat 80, 81; surat Hud (11)
ayat 78; surat An-Naml (27) ayat 54 - 55; surat Al
Ankabut (29) ayat 29.
Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-
rasah Ibtidaiyyah
150
3) Kisah istri Nabi Luth yang dibinasakan: surat Al A'raf
(7) ayat 83; surat Hud (11) ayat 81; surat Al-Hijr (15)
ayat 60; surat AsySvura (26) ayat 171; surat An Naml
(27): 57.
4) Kisah Nabi Musa dan tongkatnya: surat Al-Baqarah (2)
ayat 60; surat Al-A'raf (7) ayat 107 dan 117; surat Tha-
ha (20) ayat 18, 20 dan 22; surat Asy-Syura (26) ayat 63;
surat An -Naml (27) ayat 10, dan surat Al-Qashash (28)
ayat 31.
5) Kisah percakapan Nabi Musa dengan Fir'aun: surat Al
A'raf (7) ayat 104 - 106; surat Thaha (20) ayat 49 - 53,
57, 58.
6) Kisah malaikat yang bertamu ke rumah Nabi Ibrahim:
surat Hud (11) ayat 69 - 76; surat Al-Hijr (15) ayat 51-
58, dan surat AdzDzariyyat (51) ayat 24 - 29.
7) Kisah percakapan Nabi Ibrahim dengan bapaknya; su-
rat Al-An 'am (6) ayat 74; surat Maryam (19) ayat 42,
43, 45, 46, 47, 48; surat Al Anbiya (21) ayat 62, surat
Asy-Syura (26) : 70 - 82; dan surat Ash-Shaffat (37) ayat
85.
8) Kisah Nabi Ibrahim menerima kelahiran Ishaq: surat
Hud (11) ayat 71; surat Ash-Shaffat (37) ayat 112, 113;
surat Adz-Dzariyyat (51) ayat 28.
9) Kisah Nabi Sulaiman dapat menundiikkan angin: su-
rat Al Anbiya (21) ayat 81; surat Shad (38) ayat 36; dan
surat Saba' (34) ayat 12. 10.
10) Kisah orang Yahudi yang menyembah sapi: surat Al-
Baqarah (2) ayat 51, 92, 93; surat An Nisa' (4) ayat 153;
surat Al A'raf (7) ayat 148; surat Thaha (20) ayat 88.
11) Kisah Ya'juj dan Ma'juj: surat Al-Kahfi (18) ayat 94; su-
rat AlAnbiya (21) ayat 96.
Fathiyaturrahmah
151
Dalam hal ini, Manna Al-Qaththan24 menjelaskan
hikmah pengulangan kisah-kisah Al-Qur.an sebagai berikut:
1. Menjelaskan ketinggian kualitas Al-Qur`an
Di antara keistimewaan suatu bahasa adalah
pengungkapan suatu makna dalam berbagai bentuk yang ber-
beda-beda. Kisah yang berulang itu diceritakan kembali di se-
tiap tempat dengan gaya dan pola yang berbeda sehingga tidak
menyebabkan kejenuhan. Bahkan, pengulangan itu dapat
menambah arti baru yang tidak didapatkan pada tempat lain.
2. Memberikan perhatian yang besar terhadap kisah untuk
menguatkan kesan dalam jiwa
Sesungguhnya pengulangan ini merupakan salah satu
cara menggolongkan dan menunjukkan perhatian yang besar.
Hal itu umpamanya dapat dilihat dalam kisah Nabi Musa
dengan Fir'aun. Kisah ini menggambarkan pertentangan antara
kebenaran dan kebatilan dalam format penyajian yang sem-
purna walaupun sering diulang-ulang.
3. Menunjukkan kehebatan mukjizat Al-Qur’an
Menunjukkan kehebatan mukjizat Al-Qur’an yaitu me-
nyebutkan suatu makna dalam berbagai bentuk susunan. Ini
membuktikan bahwa Al-Qur’an datang dari Allah dan juga
memperlihatkan suatu tantangan.
4. Memperlihatkan adannya perbedaan tujuan diungkap-
kannya kisah tersebut
Meskipun kisah-kisah Al-Qur’an mengalami banyak
pengulangan, penyebutan kisah-kisah tersebut pada tiap tem-
pat berbeda-beda.
24 Manna Al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur`an, (Riyadl: Man-
syurat al-`Asr al-Hadist, 1973), 307-308.
Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-
rasah Ibtidaiyyah
152
Dengan demikian, dalam Al-Qur`an terpadu secara dina-
mis aspek keindahan bahasa, ketelitian dan keseimbangan,
kekayaan dan kedalaman makna yang dikandungnya, kemu-
dahan pemahaman akan isi kandungannya serta kehebatan kesan
yang ditimbulkannya.
Perbedaan Kisah Al-Qur`An Dengan Cerita Manusia
Kisah-kisah Al-Qur`an berbeda dengan cerita-cerita pada
umumnya. Bahkan keberadaanya tidak dapat disejajarkan dengan
cerita-cerita hasil rekayasa manusia. Dalam mengemukakan kis-
ah, Al-Qur`an tidak segan-segan untuk menceritakan "kelemahan
manusiawi". Namun hal tersebut digambarkan sebagaimana
adanya, tanpa menonjolkan segi-segi yang dapat mengundang
tepuk tangan. Kisah tersebut biasanya diakhiri dengan meng-
garisbawahi akibat kesalahan itu, atau dengan melukiskan saat
kesadaran manusia dan kemenangannya mengatasi kelemahan
tadi. Misalnya Karun, setelah dengan bangganya mengakui bah-
wa kekayaan yang diperolehnya adalah berkat hasil usahanya
sendiri, yang menimbulkan kekaguman orang-orang sekitarnya,
tiba-tiba gempa menelan Karun dan kekayaannya, sehingga
orang-orang yang tadinya kagum menyadari bahwa orang-orang
yang durhaka tidak pernah akan memperoleh keuntungan yang
langgeng. Atau kisah Nabi Sulaiman ketika terpengaruh oleh
keindahan kuda-kudanya, digambarkan betapa nabi Sulaiman
menyenangi kuda-kuda tersebut dan kemudian lengah sehingga
waktu ashar berlalu tanpa ia sempat melaksanakan shalat, tapi
akhirnya ia sadar dan disembelihnya kuda-kuda itu.
Perbedaan lain, kisah-kisah dalam Al-Qur`an tidak
didasarkan pada hayalan yang jauh dari realitas. Bahkan melalui
studi yang mendalam, di antara kisah-kisah tersebut dapat
ditelusuri akar sejarahnya. Pemaparan kisah-kisah dalam Al-
Qur`an sama sekali tidak ada yang bersifat khayali,
Fathiyaturrahmah
153
semuanya mengacu pada pernyataan yang konkrit. Kisah-
kisah yang ditampilkan Al-Qur`an itu memiliki keis-
timewaan dan maksud serta tujuan yang agung yang men-
cakup banyak aspek seperti pendidikan akhlak, pendidi-
kan jiwa, pemberian peringatan dan nasehat, perintah un-
tuk merenungkan peristiwa-peristiwa yang dipaparkannya
di samping adanya perintah untuk mengambil pelajaran.
Satu sisi Al-Qur`an sama dengan sikap para
pengarang nove1, menempatkan wanita sebagai salah satu
unsur terpenting dalam satu kisah. Dan agaknya Al-
Qur`an juga menggambarkan mukaddimah hubungan
seks, tetapi harus digarisbawahi bahwa gambaran tersebut
tidak seperti (baca: perbedaan) apa yang dilakukan oleh
sementara penyusun novel yang memancing nafsu dan
meransang birahi. Al-Qur`an menggambarkannya sebagai
satu kenyataan dalam diri manusia yang tidak perlu di-
tutup-tutupi atau dianggap sebagai satu kekejian (QS. 12:
22-29).
Implementasi Kisah Al-Qur'an Dalam Pembelajaran
Akidah Akhlak Dan Sejarah Kebudayaan Islam Di
Madrasah Ibtidaiyyah
Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah
satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman
yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-
asma' al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan
pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami
melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara
substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi
dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab Islami dalam
Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-
rasah Ibtidaiyyah
154
kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya, hari akhir, serta Qada dan Qadar.
Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan
dan dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak
negatif era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda
bangsa dan Negara Indonesia.
Mata Pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:
a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian,
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman
peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah SWT;
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia
dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-
hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial,
sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah
Islam.
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah
merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang
asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam
dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam pada masa
lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah
kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai dengan
masa Khulafaurrasyidin. Secara substansial, mata pelajaran
Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-
nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan,
membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.
Fathiyaturrahmah
155
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah
Ibtidaiyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-
kemampuan sebagai berikut:
a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya
mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma
Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam
rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya
waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa
lampau, masa kini, dan masa depan
c. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta
sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan
ilmiah.
d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik
terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban
umat Islam di masa lampau.
e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam),
meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya
dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan
seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan
peradaban Islam.
Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di
Madrasah Ibtidaiyah bagian d adalah :Aspek kisah teladan,
meliputi: Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman
dengan tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad SAW, masa
remaja Nabi Muhammad SAW, Nabi Ismail, Kan’an, kelicikan
saudara-saudara Nabi Yusuf AS, Tsa’labah, Masithah, Ulul Azmi,
Abu Lahab, Qarun, Nabi Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi,
Nabi Yunus dan Nabi Ayub. Materi kisah-kisah teladan ini
disajikan sebagai penguat terhadap isi materi, yaitu akidah dan
akhlak, sehingga tidak ditampilkan dalam Standar Kompetensi,
tetapi ditampilkan dalam kompetensi dasar dan indikator.
Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-
rasah Ibtidaiyyah
156
Ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah
Ibtidaiyah meliputi : Pertama, Sejarah masyarakat Arab pra-Islam,
sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Kedua,
Dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang
meliputi kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah,
kepribadian Nabi Muhammad SAW, hijrah Nabi Muhammad
SAW ke Thaif, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Ketiga, Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib,
keperwiraan Nabi Muhammad SAW, peristiwa Fathu Makkah, dan
peristiwa akhir hayat Rasulullah SAW. Keempat, Peristiwa-
peristiwa pada masa khulafaurrasyidin. Kelima, Sejarah
perjuangan tokoh agama Islam di daerah masing-masing.25
Berdasarkan pemaparan berkaitan dengan mata pelajaran
akidah akhlak dan sejarah kebudayaan Islam Madrasah
Ibtidaiyyah di atas, maka sangat tepat bila dalam
pembelajarannya menggunakan metode kisah Al-Qur`an. Kisah
dapat dijadikan sebagai salah satu metode yang efektif
dalam proses belajar mengajar. Metode kisah merupakan
salah satu metode pendidikan yang mashur dan terbaik, oleh
karena kisah mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh
ketulusan hati yang mendalam.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Manfaat paling utama dan paling penting yang dapat
diambil dari kisah Al-Qur`an, adalah adanya pelajaran
dan peringatan akan pentingnya berpegang teguh
kepada ajaran agama yang bersumber dari Al-Qur`an
25 Depag RI, Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama
Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah, Tahun 2008
Fathiyaturrahmah
157
sekaligus mempelajari dan mengamalkan nilai -nilai
yang dikandungnya.
2. Kisah-kisah dalam Al-Qur`an bukanlah sekedar
petikan-petikan sejarah yang hampa nilai, tetapi sarat
dengan maksud dan tujuan agar dari kisah-kisah ter-
sebut dapat dipetik pelajaran dan peringatan bagi
umat manusia, dengan kata lain dapat menarik
manfaat dari peristiwa-peristiwa tersebut.
3. Kisah-kisah Al-Qur`an adalah salah satu sarana pen-
yampaian pesan moral kepada manusia agar selalu
memegang komitmen pada nilai-nilai kebenaran aja-
ran yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul.
4. Dimensi pendidikan dari kisah Al-Qur`an adalah per-
tama, dapat menjadi salah satu metode yang efektif da-
lam proses belajar mengajar (metode kisah/cerita).
Kedua,cerita sebagai sarana yang efektif bagi pem-
binaan akhlak dan tauhid. Ketiga seorang guru men-
jadi kreatif dalam menjelaskan kepada siswa materi
yang kurang difahami.
5. Pengulangan kisah dalam Al-Qur`an mempunyai signif-
ikansi yang relevan dengan pendidikan. Ketika siswa
memerlukan pengulangan sebagian materi pelajaran,
maka guru tidak perlu mengulangi dengan cara yang
sama benar dengan cara sebelumnya, karena terkesan
mengabaikan hal yang baru. Kenyataan menjelaskan
bahwa materi yang belum difahami pada pertemuan
pertama mengisyaratkan perlunya perubahan metode.
Pengulangan dipadukan dengan ilustrasi yang baru
akan lebih baik daripada pengulangan yang mem-
bosankan
6. Kisah/cerita sebagai sarana pembinaan moral/akhlak,
pembinaan tauhid serta mengasah kepekaan sosial. Al-
Qur`an dalam mengarahkan pendidikannya kepada
Implementasi Metode Kisah Al-Qur`An dalam
Pembelajaran Akidah Akhlak dan SKI di Mad-
rasah Ibtidaiyyah
158
manusia, memandang, menghadapi dan memperla-
kukan makhluk tersebut sejalan dengan unsur pencip-
taannya yaitu jasmani, akal dan jiwa atau dengan kata
lain mengarahkannya menjadi manusia seutuhnya.
Dan metode Kisah Al-Qur`an khususnya dapat
diterapkan dalam mata pelajaran akidah akhlak dan
sejarah kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyyah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Muhammad Abdul Qadir, 1985. Metodologi Pengajaran
Pendidikan Agama Islam, Jakarta : IAIN Jakarta.
Anwar, Rosihon. 2000. Ilmu Tafsir. Bandung: Pustaka Setia.
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidi-
kan Islam. Ciputat: Ciputat Pers.
Bahreisy, Salim dan Said Bahreisy, 1986. Terjemah Singkat Tafsir
Ibnu Katsier, jilid III, Surabaya: Bina Ilmu
Al-Baqi, M. Fuad, t.t. Mu`jam al-Mufahras li AlFadz al-
Qur`an al-Karim. Kairo: Dar al-Kutub.
Hafizh, Muhammad Nur, 1997. Mendidik Anak Bersama Rasulullah,
Bandung: Al-Bayan.
Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Al Imam abul Fida Ismail, 2003, Tafsir Al
Qur’an al-‘Ażīm, terjemahan Bahrum Abu Bakar, Tafsir Ibnu
Kaśīr juz 12, Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Al-Jamaly, Fadhil. 1986. Filsafat Pendidikan dalam Al-
Qur`an.Surabaya: Bina Ilmu.
Al-Khalidy, Shaleh, 1999. Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran dari
Orang-orang Dahulu, Jakarta : Gema Insani.
Fathiyaturrahmah
159
Manzur, Ibnu. t.t. Lisan al-`Arab. Beirut: Dar Lisan al-
`Araby.
an-Nahlawi, Abdurrahman. 1989. Prinsip-Prinsip dan Metode
Pendidikan Islam dalam Keluarga di Sekolah dan di Masyarakat,
Semarang: Diponegoro.
an-Nahlawi, Abdurrahman. 1994. Pendidikan Islam di Rumah,
Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press.
Nawawi, Hadari. 1993. Pendidikan dalam Islam. Surabaya:
al-Ikhlas.
Poerwadarminta,W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakar-
ta: Balai Pustaka.
Al-Qaththan, Manna. 1973. Mabahits fi Ulum al-Qur`an. Ri-
yadl: Mansyurat al-`Asr al-Hadist.
Rahman, Fazlur. 1979. Islam. Chicago: The Universty of
Chicago.
Ranusewito, Mahmud. 2000. Memahami Peta Kandungan Al-
Qur`an. Tangerang: Hikmah Mahligai Pilihan.
Syadali, Ahmad.1997. Ulumul Qur`an. Bandung: Putaka
Setia.
Suwaid, Muhammad. 2003. Manhaj at-Tarbiyyah an-
Nabawiyyah lit-Tifl, terjemahan Salafuddin Abu Sayyid,
Mendidik Anak Bersama Nabi, Solo: Pustaka Arafah.
160
ISSN: 2407-2095