issn 1979 7281 edusains - direktori file...

13
Vol 5 No 1 Tahun 2013 ISSN 1979 7281 EDUSAINS Nahadi Penggunaan Model CooperatifLearning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Respons Mahasiswa Calon Guru pada Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Meiry Fadilah Noor, Marwiyah Ahmad Sof'yan Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Gerak Manusia melalui Pemberian Umpan Balik dengan Portofolio Yanti Herlanti, Ijang Rohman, Any Fitriani Pengembangan Kerangka Moderasi pada Pembelajaran Berbasis Isu Sosiosaintifik melalui Media Sosial Munasprianto Ramli In Searching of The Meaning of Scientific Literacy Devi Solehat Implementasi Model Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pembiasan Cahaya dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMKN •Mj T. Chandra Pengembangan dan ImplementaSi Pendidikan Teknologi Pada Pendidikan Dasar di Indonesia Luki Yunita Pengamh falur Masuk Dan Kemampuan Awal Mahasiswa jurusan Pendidikan IPA FITK terhadap Hasil Belajar Kimia Hasian Poha Reievansi Kurikulum Fisika Dasar FITK UIN Syarif Hidayat Terhadap Kebutuhan Madr Ismet, Liliasari & Agus SetiJ Profli Kecerdasan Spasial Mahasiswa pada Perkuliahan Mekanika Berbasis Multipel Representas, Fathiah Alatas & Didi Muhtadi Pengelolaan LaboratoriUm dan Sistem Evaluasi Kegiatan Praktikum Fisika dalam Proses Pembelajaran (Studi KaSUS pada SMA Negeri di Kabupaten * Tangerang) nd Mapping terhadap Pemahaman Mahasis Kinkin Suartini Pengaruh Metode Mind Mapping terR^QSf^^ffHWSman Mahasiswa dalam Membuat Kerangka Berpikir pada Penyusunan Proposal Penelitian Diterbitkan oleh Center for Science Education • UIN Syarif Hidayatullah • Jakarta 2013

Upload: ngodang

Post on 09-Jul-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Vol 5 No 1 Tahun 2013 ISSN 1979 7281

EDUSAINS Nahadi

Penggunaan Model CooperatifLearning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Respons Mahasiswa Calon Guru pada Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia

Meiry Fadilah Noor, Marwiyah Ahmad Sof'yan Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Gerak Manusia melalui

Pemberian Umpan Balik dengan Portofolio

Yanti Herlanti, Ijang Rohman, Any Fitriani Pengembangan Kerangka Moderasi pada Pembelajaran Berbasis Isu Sosiosaintifik melalui

Media Sosial

Munasprianto Ramli In Searching of The Meaning of Scientific Literacy

Devi Solehat Implementasi Model Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pembiasan Cahaya dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMKN

• M j T. Chandra Pengembangan dan ImplementaSi Pendidikan Teknologi Pada Pendidikan Dasar

di Indonesia

Luki Yunita Pengamh falur Masuk Dan Kemampuan Awal Mahasiswa jurusan

Pendidikan IPA FITK terhadap Hasil Belajar Kimia

Hasian Poha Reievansi Kurikulum Fisika Dasar FITK UIN Syarif Hidayat

Terhadap Kebutuhan Madr

Ismet, Liliasari & Agus SetiJ Profli Kecerdasan Spasial Mahasiswa pada Perkuliahan Mekanika

Berbasis Multipel Representas,

Fathiah Alatas & Didi Muhtadi

Pengelolaan LaboratoriUm dan Sistem Evaluasi Kegiatan Praktikum Fisika dalam Proses Pembelajaran (Studi KaSUS pada SMA Negeri di Kabupaten

* Tangerang)

nd Mapping terhadap Pemahaman Mahasis Kinkin Suartini

Pengaruh Metode Mind Mapping terR^QSf^^ffHWSman Mahasiswa dalam Membuat Kerangka Berpikir pada Penyusunan Proposal Penelitian

Diterbitkan oleh Center for Science Education • UIN Syarif Hidayatullah • Jakarta 2013

PENGEMBANGAN KERANGKA MODERASI PADA PEMBELAJARAN BERBASIS ISU SOSIOSAINTIFIK MELALUI MEDIA SOSIAL

Yanti Herlanti1-2 , Ijang Rohman2, Any Fitriani 2

1 Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah )akarta, email: yantiheilanti^litk-uinjkt.dc.icl 2 Pendidikan IPA SPs Universitas Pendidikan Indonesia

Abstract This study aimed to develop a framework of moderation for learning based on socioscientific issues through social media i.e weblog and social networking. This study discussed recent microbiology issues. The study was conducted in three cycles, each cycles did discussion on media social i.e. wordpress, facebook, and combination of both. The participants were involved in first and second cycles are 82 partisipants, in third cycle, there are 26 participants. The results showed: 1) there are three phases of moderation framework for learning based on socioscientific issues, i.e pre-implementation, implementation, and ending. 2) The relevant media social for discussing is grup 'facebook'. 3) Achievement of scientific literacy required four discussion sessions in implementation phase.

Keywords: socioscientific issue, media social, weblog, social networking

PENDAHULUAN

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia terutama media sosial seperti weblog dan jejaring sosial berkembang pesat. Jumlah blogger di Indonesia menempati urutan kedua di dunia. Pengguna jejaring sosial di Indonesia menempati urutan ke empat di dunia. Namun media sosial di Indonesia masih dimanfaatkan sebatas entertainment (menghibur dan menyenangkan). Padahal media sosial memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan dalam dunia pendidikan dan pembelajaran.

Dunia pendidikan dapat memanfaatkan media sosial sebagai media untuk berdiskusi dan berbagi informasi pendidikan. Hal ini , karena media sosial bersifat saling berhubungan, berbagi, dan berkolaborasi menyajikan beragam bentuk partisipasi yang memungkinkan untuk berpartisipasi, berinteraksi, dan berkolaborasi, sehingga memberi peluang terjadinya konstruksi pengetahuan secara kolaboratif (Brunsell & Cimino, 2009:8; Serrano, 2011:290; dan Bosnian & Zagenezyk, 2011:3).

Media sosial menciptakan lingkungan belajar yang bersifat partisipatif, kolaboratif, dan konstruktif. Pada media sosial seperti blog dan jejaring sosial menyediakan kiriman tulisan atau status, yang memungkinkan pengguna lain memberi komentar dan saling berkomentar

terhadap tulisan/status tersebut, sehingga terjadi interaksi komunikasi dan umpan balik secara tertulis. Partisipasi para pengguna dalam interaksi komunikasi dan umpan balik inilah yangakan rnenghasilkan konstruksi pengetahuan secara kolaboratif.

Secara emosional, media sosial juga menyediakan lingkungan belajar yang bersifat ramah (bebas dari waswas dan malu). Komunikasi tulis secara maya pada media sosial, membuat pengguna lebih bebas dan percaya d i r i dalam mengekspresikan pendapatnya. Akibatnya diskusi pada media sosial akan lebih panjang dan luas, karena tidak dibatasi ruang, waktu, dan perasaan tidak percaya d i r i .

Diskusi melalui media sosial dapat digunakan sebagai alternatif pada semua pembelajaran termasuk pembelajaran sains. Diskusi pada pembelajaran sains, sangat diperlukan untuk memecahkan fakta dan fenomena yang ada di lingkungan dan masyarakat. Hanya saja diskusi sains yang bersifat ilmiah, sering mengalami kegagalan dalam tingkat partisipatif. Kegagalan ini karena sains dikesankan sebagai kumpulan fakta yang tidak terpecahkan (Newton et ai, 1999 dalam Brunsell & Cimino, 2009:1). Berbeda dengan diskusi sains yang bersifat sosiosaintifik, penelitian Osborne (2005:371) menemukan partisipasi pelajar dalam diskusi isu sosiosaintifik lebih banyak dari pada isu ilmiah.

Pengembangan Kerangka Moderasi

Isu sosiosaintifik adalah isu berbasis konsep dan masalah saintifik, kontroversi yang terjadi, dan diskusi publik yang banyak dipengaruhi sosial politik atau melibatkan komponen sosial sekaligus sainstifik (Sadler, 2011:2; Dawson & Venville, 2009:1422; Robert & Gott, 2009:103). jadi , diskusi isu sosiosaintifik berdasarkan pada kontroversi yang terjadi secara publik yang berkaitan dengan sosial, budaya, ekonomi dan politik, tetapi harus merumuskan jalan keluar secara ilmiah dan mengembalikan pemecahannya secara sainstifik sesuai konsep-konsep sains.

Diskusi isu sosiosaintifik berkaitan erat dengan literasi sains. Literasi sains adalah kemampuan untuk menggunakan proses dan prinsip ilmiah dalam pembuatan keputusan personal dan berpartisipasi dalam diskusi mengenai isu-isu sains yang mempengaruhi lingkungan sosial dan membuat keputusan terhadap isu-isu tersebut (Dani, 2011:113). Oleh sebab itu diskusi isu sosiosaintifik dapat mengembangkan literasi sains (Osborne, 2005:371). Jika diskusi isu sosiosaintifik diterapkan di Indonesia, maka diharapkan akan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas literasi sains siswa Indonesia.

Pelaksanaan diskusi isu sosiosaintifik melalui media sosial yang bersifat tubs mempunyai pengaturan yang berbeda dengan diskusi di kelas yang bersifat verbal. Oleh karena itu perlu dicari bagaimana kerangka moderasi pada diskusi isu sosiosaintifik pada media sosial? Selain i t u , karena jenis media sosial yang sekarang banyak beredar di masyarakat memiliki ragam yang berbeda, perlu dicari jenis media sosial manakah yang relevan dengan diskusi isu sosiosaintifik? Penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan. Menurut Gravemeijer & Cobb (2006) penelitian pengembangan adalah proses penelitian bersifat siklik mulai dari aktivitas analisa, merancang, mengevaluasi, dan merevisi sampai tujuan yang diharapkan tercapai. Gambar metode peneilitian yang digunakan terlihat pada Gambar 1.

instruction instruction nstruction exp exp exp

Gambar 1. Metode Penelitian Pengembangan (Gravemeijer & Cobb)

Pada siklus pertama dan kedua, penelitian melibatkan 82 partisipan, dan siklus ketiga melibatkan 26 partisipan. Partisipan adalah mahasiswa Pendidikan Biologi yang mengikuti mata kuliah Mikrobiologi pada Tahun Akademik 2010/2011.

Diskusi pada siklus ke satu, dua, dan tiga dilakukan pada tanggal 21-25 Maret 2011, 12-22 Mei 2011, dan 18-26 Juli 2011. Isu yang didiskusikan adalah polemik E. sakazakii (Siklus pertama), penggunaan kondom dalam Mencegah HIV AIDS (Siklus kedua), dan kontaminasi E. coli pada pangan di jerman (Siklus 3).

Data penelitian berasal dari komentar partisipan yang terdokumentasi pada media sosial. Setiap diskusi isusosiosaintifik menghasil data berupa kualitas komentar/argumentasi dan jumlah komentar partisipan yang menunjukkan tingkat partisipasi.

Data dianalisis secara deskriptif , untuk mengetahui kualitas argumentasi dan memperbaiki kerangka moderasi. Analisis data kualitas argument menggunakan kerangka yang dimodifikasi dari Inci etal. (2006) dan Dawson & Venville (2009). Penilaian kualitas argumen berdasarkan dapat dilihat pada Tabel 1 .

EDUSAINS. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2013, 17- 26

Herlanti, Y., Rohman, I. , & Fitriani, A.

Tabel 1. Penilaian menurut Model Toulmin berdasarkan Kerangka Kerja Inci (2006); Dawson & Venville (2009)

Skor Model Kr i ter ia

1 K Hanya terdiri dari [kiaim] klaim

2 DK Terdiri dari data 2 [data, klaim] dan klaim

DKP 1 o r n i n t\ —in

i c r a m uan data, •3 J fnntn npninmin

[UULU, fJCItJUIIllll,

klaim]

penjamin {warrant), klaim

dan

DKPB Terdiri dari data,

4 [data, penjamin-pendukung, klaim]

penjamin, pendukung penjamin, klaim

dan

DKPBR Terdiri dari data, f . . penjamin, [data, penjamin- , ,

, i pendukung pendukung, kualifikasi, reservasi, klaim]

penjamin, penyanggah/Rebut tal (kualifikasi, reservasi)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Hasil pada siklus pertama adalah sebagai berikut:

Pemikiran (Thought experiment)

a. Diskusi dilakukan pada weblog, "wordpress.com"

b. Kerangka moderasi terbentuk alamiah, moderator melemparkan isu, kemudian ditanggapi oleh partisipan.

c. Dilakukan selama 5 hari , tanpa waktu jeda

Pelaksanaan (Instruction Experiment)

a. Diskusi secara "on o f f dilakukan melalui wordpress.com

b. Moderator meminta partisipan menanggapi isu "polemik E. sakazakii"

c. Kelompok pro-kontra tercipta secara alami.

d. Pada komentar 1-41 kualitas argumentasi partisipan mayoritas berskor 1-2 (Tabel 2).

e. Untuk komentar selanjutnya, Moderator meminta partisipan untuk memberikan jaminan untuk memperkuat klaim/kesimpulan.

f. Dari komentar 42-149 komentar sangat konduksif, memperlihatkan peningkatan skor (Tabel 2).

Tabel 2. Skor Sebelum dan Setelah Moderator Mengarahkan Kualitas Argumentasi

Skor Komentar

1 - 4 2

Komentar

4 3 - 1 5 0

0 2 0

1 41 0

2 55 30

3 2 30

4 0 30

5 0 20

Jumlah 100 100

g. Setelah komentar ke 150-490, komentar partisipan bersifat mengulang-ulang, membuat peserta diskusi jenuh (pada hari ke-2 diskusi/tanggal 22 Maret).

h. Salah satu perserta mengusulkan pergantian topik, yaitu memahami E. sakazakii

i . Moderator menanggapi usulan, membuat diskusi sesi I I , yaitu Seluk beluk E. sakazakii

j . Pada sesi 11 terdapat 39 komentar, tetapi masih ada 11,4%, yang berisikan komentar untuk sesi I .

EDUSAINS. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2013,18 - 26

Pengembangan Kerangka Moderasi

k. Berdasarkan pertimbangan bahwa seluk beluk E. sakazakii telah terungkap oleh pada 39 komentar, maka dilakukan pemindahan ke sesi 111, yaitu "advokasi yang harus diberikan kepada masyarakat"

1. Pada sesi III terdapat 75 komentar, dan 12% masih terkait sesi selanjutnya.

m. Sesi ditutup dengan sesi IV, memberikan kesimpulan, pada sesi ini terdapat 4 komentar dari 7 partisipan yang memberi komentar, masih berkaitan dengan komentar sesi sebelumnya.

Pemikiran (Thought experiment) menuju siklus 2

Kendala yang dihadapi selama siklus pertama adalah:

a. Diskusi dalam satu halaman weblog, membuat akses menjadi lambat (Low loading), karena jumlah komentar terlalu banyak yaitu 660 komentar

b. pemindahan antar sesi tidak terlihat, sehingga masih ada komentar yang tidak sesuai topik

c. Partisipan menghendaki waktu jeda ketika pergantian sesi

d. Diskusi bersifat terbuka, membuat sebagian partisipan was-was dalam memberikan opini

Keunggulan pada siklus pertama terletak pada urutan diskusi yang terbagi menjadi empat sesi. Keempat sesi tersebut memperlihatkan tahapan yang menghantarkan pada literasi sains, yaitu: (1) Pro-kontra untuk memahami duduk persoalan, (2) pemahaman terhadap konten sains, (3) Aksi yang dapat dilakukan pada masyarakat awam, (4) kesimpulan

Berdasarkan kelebihan dan kelemahan diskusi, dirancang diskusi siklus 2 yang berfokus pada ujicoba jejaring sosial "facebook", perencanaan diskusi adalah sebagai berikut:

a. Diskusi dilakukan pada jejaring sosial, "grup facebook"

b. Kerangka moderasi diatur, dalam beberapa sesi. Perbedaan antara satu sesi dengan sesi lainnya, ditandai dengan munculnya status baru pada grup facebook

c. Dilakukan selama 10 hari, tanpa waktu jeda

Pelaksanaan (Instruction Experiment)

a. Diskusi dilakukan "on off melalui grup facebook

b. Moderator meminta partisipan menanggapi isu "Penggunaan Kondom untuk mencegah HIV AIDS"

c. Diskusi meliputi 6 sesi, yaitu: (1) Pro-kontra Efektifitas kondom sebagai pencegah HIV AIDS, (2) cara pencegahan HIV AIDS yang efektif, (3) struktur.morfologi , taksonomi, dan fisiologi virus HIV AIDS, (4) Kinerja obat-obatan HIV AIDS, (5) Kontroversi asal usul virus HIV AIDS (6) Pro-kontra pengobatan HIV AIDS melalui cara rekayasa genetika

d. Perbedaan antara sesi terlihat jelas, karena kiriman status berbeda untuk sesi yang berbeda, walaupun begitu, ketika sesi terdahulu sudah ditutup dan masuk pada sesi selanjutnya dengan topik berbeda, masih ada partisipan yang berkomentar untuk sesi terdahulu. Oleh karena itu moderator memberi tanda t i t i k disetiap sesi sebagai tanda bahwa sesi tersebut ditutup

e. Kelambatan akses tidak terjadi pada grup facebook, walaupun jumlah komentar partisipan dalam enam sesi berjumlah 1.415 komentar, dengan rincian, Sesi I , I I , I I I , IV, V, dan VI berturut-turut adalah 279, 258, 200, 283, dan 150.

f. Diskusi yang dirancang untuk memunculkan kelompok pro dan kontra, tidak terjadi pada topik ini . Semua partisipan berada pada pihak pro. Secara alamiah tidak terjadi memunculkan kelompok kontra. Hal ini karena nilai yang dianut, oleh kelompok partisipan relatif homogen.

EDUSAINS. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2013, 19- 26

Herlanti, Y., Rohman, I. , & Fitriani, A.

g. Pada diskusi ini, peserta masih e. Diskusi dilakukan selama 9 hari menyarankan adanya waktu jeda dan kejelasan alokasi waktu tiap sesi diskusi

Pemikiran (Thought experiment) menunju siklus 3

Kendala yang dihadapi selama siklus kedua adalah:

a. Diskusi pada topik ini tidak memperlihatkan kelompok pro dan kontra

b. Sesi diskusi terdir i dari enam sesi, yang hanya memuat dua katagori yaitu poiemik dalam pencegahan HIV AIDS dan hakikat virus HIV AIDS, katagori Aksi untuk masyarakat dan Kesimpulan tidak ada dalam diskusi topik ini .

c. Masih ada partisipan yang berkomentar disesi sebelumnya, walaupun pemindahan sesi sudah sangat jelas.

Keunggulan yang ada pada siklus kedua adalah:

a. Grup facebuok dapat memuat banyak komentar tanpa terjadi kelambatan akses

b. Grup facebook dapat dibuat tertutup, sehingga mengurangi kekhawatiran partisipan dengan pendapatnya yang dapat dijadikan alasan untuk dijaring dalam UU ITE.

Berdasarkan kendala dan keunggulan, maka dirancang untuk penelitian siklus ketiga adalah sebagai berikut:

a. Diskusi dilakukan empat sesi, yaitu Poiemik, Hakekat, Aksi, dan kesimpulan

b. Dua sesi diskusi dilakukan di weblog, setiap sesi dibuatkan halaman berbeda dalam blog. Perpindahan antar sesi diberitahukan sesuai banyak komentar.

c. Waktu jeda diberikan selama 12 jam

d. Perpindahan sesi didasarkan pada jumlah komentar, bukan berdasarkan alokasi waktu

Pelaksanaan (Instruction Experiment)

a. Diskusi dilakukan "on off melalui wordpress (sesi I dan II) dan melalui grup facebook (sesi III dan IV).

b. Moderator meminta partisipan utnuk menangaapi isu "Layakkan tuntutan Spanyol pada Jerman untuk kasus E. colil

c. Pada sesi I (Poiemik), tidak terdapat perbedaan pendapat antar partisipan. Semua partisipan setuju dengan permintaan kompensasi Spanyol pada Jerman untuk kasus E. coli.

d. Pada sesi I & II yang dilakukan pada weblog, perbedaan antar sesi terlihat jelas, dengan berbedanya halaman kiriman pada setiap sesi, namun kendala teknis dialami kembali. Komentar melebihi 20 terjadi kelambatan akses, dan beberapa komentar hilang dan terindikasi sebagai SPAM. Hal ini terjadi jika ada beberapa komentar yang masuk secara bersamaan.

e. Pada sesi III dan IV, diskusi diselenggarakan pada grup facebook, kendala teknis tidak didapati, perbedaan antar sesi terlihat jelas dengan perbedaan kiriman status oleh moderator, komentar partisipan semuanya terunggah dengan baik, tidak ada yang mengalami moderasi dan spamisasi, walaupun jumlah komentar lebih dari 40 tidak mengalami kelambatan akses.

f. Diskusi yang dilakukan selama empat sesi, dengan diberikan waktu jeda selama 12 jam tiap sesi, cukup efektif dalam membangun diskusi yang mengarah pada literasi sains.

g. Pada diskusi melalui facebook, memberi kemudahan mengajak partisipan untuk berdiskusi aktif dengan menandai (tag in/@), dan partisipan terpanggil untuk berkomentar, karena tanda tersebut akan terlihat pada dinding pemberitahuan partisipan.

EDUSAINS. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2013, 20 - 26

Pengembangan Kerangka Moderasi

h. Peserta masih berharap adanya alokasi waktu yang jelas antar sesi, bukan didasarkan pada jumlah komentar

Hasil akhir

a. Diskusi isu sosiosaintifik harus direncanakan agar menumbuhkan kubu pro dan kontra baik secara alami atau dipaksa

b. Diskusi isu sosiosaintifik lebih efektif menggunakan grup facebook daripada weblog

c. Empat sesi diskusi isu sosiosaintifik yaitu poiemik, konten sains, aksi, dan kesimpulan dapat digunakan untuk mencapai literasi sains

d. Kejelasan alokasi waktu setiap sesi diskusi dan penyediaan waktu jeda, sangat diperlukan untuk memberi kesempatan pada partisipan memahami dan mencerna isi diskusi

e. Fasilitas tag in (menandai), sangat penting untuk mengaktifkan partisipan yang bersifat pasif. Umumnya nilai hasil belajar partisipan berkorelasi positif dengan tingkat partisipasi dalam diskusi, siswa yang nilai ujiannya baik, tingkat partisipasi dalam diskusi juga baik.

2. Pembahasan

Beberapa temuan pada hasil penelitian memunculkan kerangka moderasi bagi moderator yang akan memandu diskusi isu sosiosaintifik pada perkuliahannya. Kerangka moderasi tersebut meliputi:

a. Pra Pelaksanaan Diskusi

Sebelum pelaksanaan diskusi, sangat penting adanya pra pelaksanaan diskusi. Pra pelaksanaan diskusi bertujuan mengetahui kecenderungan pendapat partisipan terhadap isu yang akan didiskusikan. Hasil penelitian dengan tiga kasus berbeda diperoleh data bahwa kelompok pro dan kontra dapat muncul maupun tidak muncul. Diskusi isu

sosiosaintifik tidak akan memunculkan kualitas berskor tingg: (skor 4 atau 5), bila tidak ada kelompok pro dan kontra. Oleh sebab itu sangat penting membagi dua kelompok pro dan kontra, baik secara alami ataupun secara acak. Jadi, sebelum sebuah isu sosiosaintifik didiskusikan, moderator harus memperoleh kepastian, bahwa partisipan terbagi menjadi dua kelompok pro dan kontra.

b. Pelaksanaan Diskusi

Pelaksanaan diskusi dilakukan pada grup jejaring sosial "facebook", karena beberapa kelebihan facebook dibandingkan weblog "wordpress", yaitu:

1) Daya tampung komentar dan kecepatan akses. Daya tampung kompentar pada grup jejaraing facebook dapat mencapai ratusan dalam satu halaman/satu kiriman status, tanpa mengalami kelambatan akses {low loading). Jumlah komentar lebih dari seribu pada grup jejaring facebook pun tidak mengalami kelambatan akses {low loading).

2) Sistem unggah komentar. Pada grup facebook, setiap komentar akan terunggah dengan baik, walaupun ada beberapa komentar yang masuk bersamaan. Berbeda dengan wordpress, jika ada beberapa komentar yang masuk bersamaan, maka hanya satu komentar yang terunggah, sedangkan komentar lainnya akan terindikasi sebagai spam, sehingga tidak muncul dalam tampilan komentar halaman weblog.

3) Fasilitas mengaktifkan partisipan dalam diskusi. Sebagaimana diketahui, bahwa partisipan yang mempunyai nilai rendah, cenderung rendah tingkat partisipasinya. Moderator dapat memanggil partisipan yang belum memberi komentar/tanggapan untuk berpartisipasi dalam diskusi, melalui fasilitas "menandai/tag in/@" yang tersedia dalam facebook. Penandaan oleh moderator pada partisipan, akan muncul pada pemberitahuan/notifikasi facebook partisipan, hal ini akan mendorong partisipan untuk

EDUSAINS. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2013, 21- 26

Herlanti. Y., Rohman, I. , & Fitriani, A.

berpartisipasi. Fasilitas "menandai yang tersinkronisasi dengan notifikasi" ada dalam fasilitas facebook tetapi belum ada pada fasilitas weblog.

4) Partisipan lebih banyak mengakses facebook. Hasil jajak pendapat terhadap partisipan menunjukkan bahwa semua partisipan memiliki facebook, dan aktif memperbaharui status serta mengomentari status teman. Ini karena

facebook dapat diakses dengan murah dan mudah, melalui telepon genggam.

Pelaksanaan diskusi dilakukan selama empat sesi secara terjadwal dan tersosialisasikan pada partisipan, setiap pergantian antar sesi diberikan waktu jeda selama dua belas jam. Pemberian waktu jeda ini bermanfaat bagi partisipan untuk menganalisis dan memahami kembali berbagai pendapat yang telah dikemukan para partisipan. Empat sesi diskusi diperlukan untuk menghantarkan pada literasi sains partisipan. Berikut ini adalah contoh diskusi empat sesi yang dapat menghantarkan pada literasi sains partisipan:

Sesi I: Poiemik. Isu sains bersifat sosial yang menimbulkan kontroversi, karena perbedaan sudut pandang. Masing-masing argumentasi pro dan kontra akan didukung data, fakta, dan alasan logis serta rasional. Dalam hal ini penilaian bukan salah dan benar, tetapi kuat dan tidak argumentasi yang dikemukakan. Tujuan dari sesi 1 adalah mengeksplorasi kemampuan argumentasi partisipan. Contoh pendapat pro dan kontra pada poiemik E.sakazakii adalah:

Pendapat pro dan kontra

RR, Maret 20, 2011 at 4:17 pm

Menurut snya, IPB tidak perlu mengumumkan berbagai merek susu formula berbakteri kepada masyarakat, tapi cukup memberitahukan kepada perusahaan yg bersangkutan, bahwa susu formula yang diproduksinya berbakteri, lalu memberi peringatan untuk memperbaiki sistem kerja dalam pembuatannya, sehingga susu formula yang diproduksi tidak lagi berbakteri. Apabila IPB mengumumkan kepada masyarakat dapat menyebabkan dampak negatif. Salah satunya pada para tenaga kerja perusahaan tersebut,

hal ini akan menambah pengangguran di Indonesia.

FN Maret 20, 2011 at 5:54 pm

Assalammualaikum wr.wb

Menurut saya mengenai perlukah IPB membeberkan susu formula yang terkontaminasi E. sakazakii adalah suatu hal yang perlu dilakukan. Walaupun ada kode etika,yang menyatakan suatu penelitian tidak bisa mempublikasikan hegitu saja, tetapi menyembunyikan hasil suatu hasil penelitian yang menyangkut keperluan orang banyak yang akan meresahkan, merugikan kesehatan bahkan dapat mengakibatkan kematian pada nyawa seseorang dianggap kurang manusiawi. Maka Pemerintah sebagai badan yang seharusnya melindungi masyarakat dalam hal kelangsungan hidup, apalagi ini adalah masalah kesehatan harus lebih perduli dan tanggap pada masalah ini.

Dukungan terhadap pro dan kontra

DS, Maret 20, 2011 at 10:53 pm

saya sangat setuju dengan komentar rusy dan opiie„,bahwa IPB tidak perlu mengumumkan merk - merk susu formula yanq 5 tahun lalu tercemar bakteri sakazakii, selain IPB mempunyai hak untuk tidak mengumumkannya sebagai lembaga akademis yang melakukan penelitian. IPB sebenarnya juga telah menindaklanjuti penemuannya pada rentang 2003- 2006 kepada pabrik yang bersangkutan agar mengevaluasi proses pembuatan susu formula, pemerintah juga telah menetapkan standar baru pembuatan susu formula berdasarkan standar Codex (Standar Internasional Kesehatan Konsumen). hasilnya BPOM pada tahun 2008 - sekarang tidak lagi menemukan adanya kontaminasi sakazakii pada 96 merk susu formula yang dijadikan sampel.

IP, Maret 2 1 , 2011 at 12:36 am

Seperti pendapat Fitri, sebaiknya Menteri Kesehatan, BPOM, dan IPB mengumumkan merk-merk susu formula yang mengandung bakteri E. sakazaki sesuai dengan penelitian

EDUSAINS. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2013, 22 - 26

Pengembangan Kerangka Moderasi

yang dilakukan pada tahun 2003-2006 silam. Pada pasal 1365 KUH Perdata pun dijelaskan bahwa tindakan menutup-nutupi informasi adalah perbuatan melawun hukum. Masyarakat memiliki hak untuk mengetahui merk-merk susu formula tersebut. Menurut informasi yang saya ketahui bahwa penelitian bakteri pada susu formula menggunakan dana APBN. Maka berdasarkan Pasal 23 UUD 1945, setiap lembaga yang menggunakan dana APBN itu harus bertanggung jawah kepada masyarakat. Salah satu tanggung jawab itu adalah mengumumkan hasil penelitian itu kepada masyarakat. Jadi menurut saya IPB tidak bisa terus bungkam. Menkes harus teg as dalam hal ini.

Sesi 2: Ekspolasi pengetahuan konten sains. Sesi dua lebih membahas tentang hakikat dan penjabaran sainstifik tentang pokok persoalan yang dipermasalahkan (menjadi isu). Pada polemic £. sakazakii, E. sakazakii menjadi pokok persoalan, oleh sebab itu perlu membahas hakekat dan seluk beluk dari bakteri i tu . Sesi ini bertujuan untuk mengembalikan isu ^osial kepada isu sains, sehingga partisipan memperoleh literasi sains tentang topik yang sedang didiskusikan. Komentar partisipan untuk sesi dua mengarah pada literasi E. sakazakii (literasi sains), contohnya adalah:

E. sakazakii ada vang bersifat pathogen dan tidak

T W , . M a r e t 2 1 , 2 0 1 1 a t l 2 : 3 2 a m

menurut Guru Besar Spesialis Mikrobiologi Unair Surabaya/'bakteri tak selalu jahat bagi tubuh. Malah dalam tubuh terkandung banyak bakteri yang dibutuhkan untuk melindungi organ dalam dari berbagai kuman penyakit. Enterobacter sakazii sendiri dengan mudah ditemukan pada usus manusia dan hewan. Bakteri itu tidak identik dengan penyakit. Begitu juga dengan Enterobacter sakazakii bisa diterima oleh tubuh. Hal ini harus diketahui masyarakat, jadi menurut saya masyarakat yang resah akan bahaya E. sakazakii mungkin karena mindset mereka bakteri identik dengan penyakit. Padahal tidak

semua bakteri itu menyebubkan penyakit, sehingga perlu meluruskan mindset tersebut.

E.sakazakii termasuk bakteri vang tidak berspora

E.sakazakii bakteri normal vang ditemukan dalam saluran pencernaan manusia dan hewon dan dapat mengkontaminasi bahan makanan

PY, Maret 23, 2011 at 2:32 am

jika mengenai kehidupan E.sakazakii, dia berkembang dan hidup di lingkungan berair dan tanah yang lembab. Nnamun, dia juga dapat berkembang pada bahan makanan seperti susu, keju, daging aweetan, dan sebagainya. Sebenarnya, bakteri ini adalah mikroorganisme yang normal pada saluran pencernaan hewan dan manusia, tetapi diketahui juga bakteri ini berkembang karena faktor tanah, air, sayuran, tikus dan lalatyang menjadi sumber infeksinya.

E.sakazakii dalam susu formula

RP,.Maret 23, 2011 at 2:51 am

Bakteri E. sakazakii tumbuh pada rentang suhu yang luas yakni 6-47X. Beberapa galur yang diisolasi dari susu formula di Kanada bisa tumbuh pada 5,5-8,0°C dan terhambat pada suhu 4°. Rata-rata waktu pembelahan bakteri ini dalam susu formula adalah 40 menit pada 23°Cdan 4.98jam pada 10°C. Artinyajika ada 1.000 bakteri ini dalam susu formula yang

SY,.Maret 22, 2011 at 8:30 am

saya juga setuju, karena menurut buku microbiology Vol 2 oleh Talaro dan kawan-kawan menjelaskan bahwa bakteri ini termasuk bakteri gram negatif yang tidak berspora yang mana sangat tidak tahan dengan panas yang mencapai 70 derajat Celsius, yang penting dalam penyajian dan proses produksi nya dilakukan secara steril. Bakteri ini tidak akan mengkontaminasi minuman maupun makanan, termasuk susu formula.

EDUSAINS. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2013, 23- 26

Herlanti, Y., Rohman, I. , & Fitriani, A.

sudah direkonstitusi (dibuatsiap minum) maka setelah disimpan pada suhu 23°C selama 40 menit jumlahnya menjadi 2.000. Pada suhu lemari es (10°C), kenaikan jumlah tersebut baru dicapai setelah 5 jam. Batas aktivitas air (aw) dan pH pangan untuk pertumbuhannya belum banyak dilaporkan. Peneliti lain di Korea melaporkan bahwa rekonstitusi susu formula dengan air bersuhu 50°C akan menyebabkan bakteri berkurang menjadi 1/100-nya, sementara dengan suhu 65-70X terjadi penurunan E. sakazakii menjadi 1/10.000 sampai 1/1000.000-nya (Kim & Park, 2007). Meskipun tidak tahan panas, E. sakazakii ini dilaporkan tahan terhadap kekeringan E. sakazakii tidak tumbuh tetapi dapat bertahan dalam produk kering sampai dengan beberapa bulan.

Sesi HI: Aksi untuk masyarakat. Literasi sains yang sudah diperoleh pada sesi kedua, menjadi sebuah patoka.i untuk menyikapi isu yang terjadi di masyarakat secara benar. Sebagai seorang calon guru sains yang memiliki literasi sains, solusi terhadap isu sosiosaintifik harus kembali diletakkan secara sainstifik, seningga masyarakat dapat memperoleh solusi praktis dan ilmiah (saintifik). Pada diskusi sesi tiga, partisipan telah memberikan solusi praktis dan ilmiah bagi masyarakat contohnya sebagai berikut:

DG, .Maret 23, 2011 at 7:10 pm

pada sesi ketiga ini saya merekomendasikan pada masyarakat agar tidak cemas lagi terhadap bakteri sakazakii. Sudah dijelaskan pada pemaparan yang sebelumnnya bahwa E.sakazakii merupakan bakteri patogen yang dapat dijumpai dimana-mana, keberadaannya dalam tubuh manusia tidak mengganggu selama masih dalam batas normal dan kondisi tubuh yang sehat bakteri ini dapat mati oleh panas yaitu pada suhu 70 derajat celcius, sehingga jika akan membuat susu ataupun makanan lain setidaknnya dicuci dan dimasak dahulu dengan suhu yang tinggi untuk meminimalisir bakteri

Sesi IV: Kesimpulan Partisipan. Kesimpulan merupakan hasil generalisasi, setelah partisipan mengikuti sesi I, I I , dan III . Ada kemungkinan masih terdapat perbedaan argumentasi antara

kelompok pro dan kontra, akan tetapi ada kesamaan antara keduanya dalam hal bagaimana masyarakat harus menyikapi isu i n i . Contoh di bawah ini merupakan kesimpulan dari dua partisipan yang berada di kelompok pro dan kontra.

Kesimpulan dari partisipan yang tidak setuiu, jika IPB mengumumkan merk susu tercemar E. sakazakii

FA, Maret 25,2011 at 1:05 pm

Menurut saya, IPB tidak perlu mngumumkan hasil penelitiannya karena IPB bukanlah pengawas sebagaimana kewenangan BPOM. selain itu penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2003-2006 oleh IPB badan POM juga telah menguji kembali penelitian tersebut pada tahun 2008-sekarang dan hasil penelitian Badan POM menunjukkan bahwa sudah tidak ada lagi susu formula yang beredar sekarang terkontaminasi dengan bakteri E.sakazakii. selain itu juga perlu adanya sosialisasi cara penyajian susu dengan baik dan benar karena bakteri tersebut bisa mati pada suhu diatas 70 derajat celcius. jadi, menurut saya masyarakat tidak perlu khawaiir karena bakteri inj bisa mati pada suhu 70 derajat celcius selama 15 detik, sehingga selama proses penyiapan dan penyajian susu formula dilakukan dengan baik maka tidak perlu cemas dan waswas.

Kesimpulan dari partisipan yang setuju. pihak IPB/Depkes mengumumkan merk susu yang tercemar E. sakazakii

EM, Maret 25, 2011 at 12:52 pm

untuk sesi ketiga ini tentang kesimpulan dari masalah ini, menurut saya adalah: masyarakat seharusnya tidak perlu khawatir yang berlebihan. E.sakazakii sampai saat ini kita ketahui sebagai bakteri yang dapat membahayakan bagi kehidupan, tetapi E.sakazakii jg bisa bermanffat bagi kehidupan manusia. Segala pihakyang terkait dari mulai pemerintah sampai produsen susu harus melakukan kebijakan segera. Pihak produsen jika pemerintah memang memutuskan untuk mempublish, pihak produsen seharusnya meminta maaf dan berjanji akan memperbaiki kesalahan tersebut, dari mulai pembuatan susu, penyajian, hingga pemasaran terhadap

EDUSAINS. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2013, 24 - 26

Pengembangan Kerangka Moderasi

masyarakat harus terkontrol dengan baik. Susu yang terbaik adalah ASl, jika ada kendala2 yang menyebabkan tidak bisa memberikan ASl, kita tabu harus bagaimana caranya menyajikan susu formula yang baik dengan benar.

c. Penutup

Penutup oleh moderator sangat diperlukan untuk mengevaluasi hasil diskusi, dan mendudukan akar masalah yang didiskusikan. Penutup oleh moderator merupakan sintesis dari pendapat para partisipan.

KESIMPULAN

Pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik melalui media sosial, telah mengatasi kendala waktu dan ruang yang biasanya menjadi kendala dalam diskusi di kelas. Beberapa kelebihan diskusi melalui media sosial, yaitu pembahasan isu dapat lebih panjang dan tuntas, peserta diskusi mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bernartisipasi dalam diskusi, dan konten diskusi pun dapat diarahkan pada literasi sains. Diskusi dapat mengarah pada literasi sains, jika pada pra pelaksanaan partisipan terbagi menjadi kelompok pro dan kontra; pada pelaksanaan dilakukan empat sesi diskusi yaitu sesi poiemik, pendalaman konten sains, aksi untuk masyarakat dan kesimpulan oleh partisipan; pada pelaksanaan diskusi moderator pun senantiasa mengarahkan komentar partisipan untuk memperoleh kualitas argumentasi terbaik; terakhir pada penutup moderator mengevalusi dan mensintesis komentar yang terjadi selama diskusi.

Diantara dua jenis media sosial yaitu weblog "wordpress" dan jejaring sosial "grup facebook", yang paling relevan dan efektif dalam penyelenggaraan diskusi berbasis isu sosiosaintifik adalah "grup facebook". Selain kepopuleran penggunaan facebook, Grup

facebook juga mempunyai beberapa kelebihan, yaitu daya tampung komentar cukup banyak (>1.000) tanpa kelambatan akses, fasilitas "tandai" yang tersinkronisasi "notifikasi", dan sifat grup dapat dibuat tertutup/terbuka sesuai kebutuhan, sehingga privasi dan kenyamanan dalam berdiskusi dapat lebih terjamin.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih diberikan kepada Meiry Fadilah Noor, M.Si (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) yang telah bekerjasama dalam penelitian pendahuluan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bosman, L & Zagenczyk, T. 2011. Revitalize Your Teaching: Creative Approaches to Applying Social Media in the Classroom. White, B., King, I . , & Tsang, P. (Eds). Social Media Tools and Platforms in Learning Environtment. London: Springer.

Brusell, E. & Cimino, C. 2009. Investigating the Impact of Weekly Weblog Assignments on the Learning Environment of a Secondary Biology Course. Technology & Social Media (Special Issue, Part 1), 2009,15(2).

Dani, D. 2011. Sustainability as a Framework for Analyzing Socioscientific Issue. international Electronic Journal of Environment Education. 1(2) pp 113-126

Dawson, V. & Venville, G.J. 2009. High School Student's Informal Reasoning and Argumentation about Biotechnology: An Indicator of Science Literacy?. International Journal of Science Education, 31 (11) pp.1412-1445

Gravemeijer, K. & Cobb, P. 2006. Design research from a learning design perspective. In Van den Akker, J., Gravemeijer, K., McKenney, S. & Nieveen, N. (Eds), Educational Design Research (pp 17-50). London: Routledge

Osborne, J. 2005. The Roi of argument in Science Education. Boesma, M. Goedhart, 0. De Jong, & Eijkelhof [Eds]. Research and Quality o, nee Education. Dordrecht, Nederlands: pinger.

EDUSAINS. Volume 05 NomorOi n 2013, 25- 26

Herlanti, Y., Rohman, L, & Fitriani, A.

Robert, R. & Gott, R. 2010. A framework for Practical Work, Argumentation, and Scientific Literacy. G.Cakmaci & M.F. Tafsar [Eds]. A Collection of papers presented at ESERA 2009 Conference. Contemporary Science Education Research: Scientific Literacy and Social Aspects of Science, pp. 99-105. Ankara: Pegem Akademi

Sadler, T.D. 2011. Socioscientific Issues in the Classroom. Dordrecht, Nederlands: Spinger.

Serrano, M.J.H. 2011. Progressing the Social Dimension Toward the Collaborative Construction of Knowledge in 2.0 Learning Environments: A Pedagogical Approach. White, B., King, L, & Tsang, P. (Eds). Social Media Tools and Platforms in Learning Envircntment. London: Springer.

EDUSAINS. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2013, 26 - 26