islamisasi bahasa sebagai langkah awal islamisasi...

15
ISLAMISASI BAHASA SEBAGAI LANGKAH AWAL ISLAMISASI SAINS Disusun oleh : Rosdiana Nim :151131144

Upload: nuraini-paduka

Post on 20-Dec-2015

241 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

ISLAMISASI BAHASA SEBAGAI LANGKAH AWAL

ISLAMISASI SAINS

Disusun oleh :Rosdiana

Nim :151131144

Riwayat Hidup

Sayid Muhammad Naquib Al-Attas lahir di Jawa Barat, Indonesia, 5 september 1931. Ayahnya, syed Ali ibn Abdullah Al-attas adalah orang terkemuka di kalangan syed,sementara ibunya, Syarifah Raguan Al-Idrus, adalah keturunan dari raja-raja Sunda Sukaparna. Dengan latar belakang keluarga yang demikian menunjukan bahwa Naquib bukan datang dari kelompok sosio-kultul biasa, melainkan dari kaum ningrat.

Karya-karya Naquib bisa di bagi dalam dua kelompok : karya sarjan dan karya-karya ahli atau sarjana, sedang kelompok kedua menggambarkannya sebagai seorang pemikir.

Pembahasan

1. Gagasan Islamisasi2. Sumber dan Metode Pengetahuan 3. Berawal dari Bahasa

Gagasan dan IslamisasiMenurut Naquib, pandangan dunia Barat

bersifat dualistic akibat dari kenyataan bahwa pandangan Barat tumbuh dari peleburan historis dari berbagai kebudayaan dan nilai-nilai. Yaitu peleburan dan peradaban, nilai, filsafat dan aspirasi Yunani, Romawi kuno dan perpaduannya dengan ajaran-ajaran Yahudi dan Kristen yang kemudian dikembangkan lebih jauh oleh rakyat Latin, Jermania, Keltik dan Nordik.

Lanjutan . Nilai-nilai mutlak disangkal sementara nilai-

nilai nisbi dikuatkan. Tidak ada sesuatu apa pun yang pasti. Akibatnya, dunia fana menjadi satu-satunya perhatian manusia mengalahkan transenden, bahkan Tuhan sendiri, dan apa yang disebut keabadian tidak lain adalah kelangsungan jenis manusia dan kebudayaannya dalam dunia.

LanjutanDalam pandangan Naquib, kebenaran hanya

bias dicapai lewat hidayah (petunjuk ilahi), bukan keraguan. Keraguan adalah pergerakan antara dua hal yang saling bertentangan tanpa ada kecenderungan pada salah satunya. Ia merupakan keadaan tak bergerak tengah dua hal yangbertentangan tanpa kecondongan hati terhadap salah satunya.

LanjutanMeski demikian, bukan berarti Naquib

menolak keraguan dan skeptisme sama sekali; Yang ditolak adalah keraguan dan skeptisme keilmuan ala Barat yang sampai mengorbankan atau mengabaikan nilai-nilai social dan cultural.

LanjutanKenyataannya, seperti di tulis Ziauddin

Sardar (1951-), bahwa atas nama sains, para sarjana Barat telah memperlakukan objek penyelidikan ( manusia atau bukan manusia ) sebagai benda mati yang bias dieksploitasi, dimanipulasi, dibedah, dan bahkan di siksa.

lanjutanDalam hal ini, Naquib mengartikan islamisasi

ilmu sebagai upaya untuk mengenali, memisahkan, dan mengasingkan unsure-unsur peradaban Barat yang dualistic, sekularistik, dan evolusioneristik yang pada dasarnya bersifat relativistic dan nihilistic, dari tubuh pengetahuan sehingga pengetahuan bersih dari unsure-unsur tersebut.

Sumber dan Metode PengetahuanBerbeda dengan filsafat dan sains modern,

Naquib menyatakan bahwa pengetahuan datang dari Tuhan yang kemudian ditafsirkan oleh kekuatan potensi-potensi manusia sehingga pengetahuan yang dimiliki manusia adalah tafsiran terhadap pengetahuan dari Tuhan.

Lanjutan manusia menggunakan kekuatan-kekuatan

potensi-potensi yang dimiliki, yaitu indra yang sehat, akal sehat, dan intuitif

Lanjutan manusia menggunakan kekuatan-kekuatan

potensi-potensi yang dimiliki, yaitu indra yang sehat, akal sehat, dan intuitif

Lanjutan . Perbedaan antara rupa dan makna objek-

objek indriawi adalah bahwa ‘’rupa’’merupakan apa yang pertama kali di persepsi oleh indra lahir dan kemudian oleh indra batin,sedangkan ‘’makna’’adalah makna yang dipersepsi indra batin dari objek indriawi tanpa terlebih dahulu dipersepsi indra lahir.

Berawal dari BahasaDari mana kita harus memulai islamisasi

sains ? Menurut Naquib, proses islamisasi atas konsep-konsep di atas, yaitu tentang pandangan dunia, tentang realitas dan epistemologis, yang bertujuan untuk mengimbangi dan meluruskan pandangan dunia (metafisika).

LanjutanProses islamisasi ini, menurut Naquib, tidak

hanya terjadi pada Al-Quran, tetapi juga pada bahasa-bahasa Islam lain, bahasa non-Arab, seperti bahasa Turki, Persia, dan Melayu, ketika para dai datang ke wilayah-wilayah ini.