isi urinaria
TRANSCRIPT
HISTOLOGI VETERINER II
“Sistem Urinaria”
OLEH:
Dewa Ayu Paranitha 1209005005Putu Chyntia Nirmalasari 1209005030Grace Sophia J.M 1209005031Ni Made Ayu Sintya Paramita 1209005032Josia Samuel 1209005033Edo Leonardo 1209005034Franky L.H.R. Andung 1209005035
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan paper ini dapat
diselesaikan.
Paper ini penulis susun sebagai tugas dari mata kuliah Histologi Veteriner
II,yang berjudul “ Sistem Urinaria”. Melalui penulisan paper ini, diharapkan
mahasiswa mampu memahami struktur histologi sistem urinaria pada umumnya
dan hewan pada khususnya.
Terima kasih penulis sampaikan kepada I Putu Suastika selaku dosen mata
kuliah histologi veteriner II yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi
lancarnya terselesaikannya tugas paper ini.
Demikianlah tugas ini penulis susun semoga bermanfaat, dan dapat
memenuhi tugas mata kuliah histologi veteriner II.
Denpasar, 9 Maret 2013
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3
2.1 Pengertian, Fungsi, dan Organ sistem urinaria........................................3
2.2 Struktur Histologi Ginjal..........................................................................4
2.3 Struktur Histologi Ureter, Vesica Urinaria, dan Uretra............................13
2.4 Perbedaan Struktur Histologi Kelenjar Ginjal, Ureter, Vesica Urinaria dan
Uretra.........................................................................................................19
2.5 Sistem urinaria pada Berbagai Jenis Hewan............................................22
BAB III SIMPULAN.........................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................29
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. System Urinaria..................................................................................3
Gambar 2. Proses pembentukan urine.................................................................4
Gambar 3. Penampang Ginjal..............................................................................6
Gambar 4. Penampang Sinus renalis...................................................................7
Gambar 5. Penampang Renal Korpuskula...........................................................7
Gambar 6. Penampang Tubulus Konvulatus Prokimalis.....................................8
Gambar 7. Penampang loop of henle’s................................................................9
Gambar 8. Penampang Tubulus Konvulatus Distalis..........................................10
Gambar 9. Penampang Tubulus kolektivus.........................................................11
Gambar 10. Penampang Pelvis renalis.................................................................12
Gambar 11. Penampang Ureter (secara histologi)...............................................14
Gambar 12. Vesica Urinaria................................................................................16
Gambar 13. Penampang Vesika Urinaria(secara histologi)................................16
Gambar 14. Uretra hewan jantan.........................................................................17
Gambar 15. Uretra hewan betina.........................................................................18
Gambar 16. Penampang Uretra (secara histologi) 1............................................19
Gambar 17. Penampang Uretra (secara histologi) 2............................................19
Gambar 18. Penampang Kelenjar Adrenal..........................................................20
4
Gambar 19. Penampang Kelenjar Prostat............................................................22
Gambar 20. Sistem urinaria pada pisces..............................................................23
Gambar 21. Sistem urinaria pada amphibia.........................................................24
Gambar 22. Sistem urinaria pada reptil...............................................................25
Gambar 23. Sistem urinaria pada unggas............................................................26
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sedikit orang yang menyadari betapa mengagumkannya ginjal kita. Ginjal
sesungguhnya merupakan pabrik kimia yang sangat rumit. Ginjal mampu
menyaring seluruh suplai darah di tubuh kita 25 kali dalam satu hari. Ginjal
membersihkan kotoran beracun yang dihasilkan tubuh sementara dalam waktu
yang bersamaan ginjal juga menjaga keseimbangan kandungan garam, asam dan
air dalam tubuh. Limbah kimia dan kelebihan air dikumpulkan oleh ginjal dan
disalurkan ke kandung kemih dalam bentuk urin. Ginjal juga membantu kondisi
lingkungan tubuh dan menghasilkan hormon penting untuk mengatur tekanan
darah dan produksi sel darah merah. Walaupun kita jarang memperhatikan dan
karena ginjal kita biasa bekerja dengan indahnya, kerja ginjal tidak begitu kita
hargai sampai saatnya kerja ginjal tersebut gagal. Kegagalan kerja ginjal memicu
berbagai kelainan baik yang terdapat didalam urin maupun gangguan sistem
urinaria.
Fungsi terpenting dari ginjal adalah membuang limbah beracun dari darah.
Sebagian besar dari limbah ini adalah senyawa urea mengandung nitrogen dan
asam urat. Kemampuan ginjal untuk menjalankan fungsinya dalam membuang
kotoran, bergantung pada unit fungsional dari ginjal yang disebut nephron.
Bersama dengan kandung kemih, dua ureter, dan satu urethra, ginjal menyusun
sistem uriner tubuh. Di makalah ini akan saya bahas semua proses yang terdapat
di sistem urinaria dan beberapa gangguan yang terjadi jika sistem urinaria kita
mengalami kerusakan.
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang muncul
sebagai berikut :
1.2.1 Apa pengertian, fungsi, dan organ penyusun sistem urinaria?
1.2.2 Bagaimana struktur histologi dari ginjal?
1.2.3 Bagaimana struktur histologi dari ureter, kandung kemih (vesica
urinaria) dan uretra?
1.2.4 Bagaimana perbedaan struktur histologi kelenjar ginjal, ureter, kandung
kemih (vesica urinaria) dan uretra ?
1.2.5 Bagaimana sistem urinaria pada berbagai jenis hewan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk dapat memahami pengertian, fungsi, dan organ penyusun
sistem urinaria.
1.3.2 Untuk dapat memahami struktur histologi dari ginjal.
1.3.3 Untuk dapat memahami struktur histologi dari ureter, kandung kemih
(vesica urinaria) dan uretra.
1.3.4 Untuk dapat perbedaan struktur histologi kelenjar ginjal, ureter,
kandung kemih (vesica urinaria) dan uretra.
1.3.5 Untuk dapat mengidentifikasi sistem urinaria pada berbagai jenis
hewan.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Melalui paper ini diharapkan kalangan mahasiswa Universitas Udayana,
khususnya Kedokteran Hewan memiliki wawasan lebih mengenai
sistem urinaria.
1.4.2 Hasil tugas ini dapat menjadi arsip yang dapat membantu untuk
mengerjakan tugas yang berhubungan dengan sistem urinaria.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian, Fungsi dan Organ Penyusun System Urinaria
Sistema urinasi pada hewan dimulai dari ginjal, yang ada. sepasang, kiri
dan kanan, dengan berbagai ukuran dan bentuk. Sebagai contoh, pada karnivora
dan ruminansia kecil, setiap ginjal berbentuk kacang polong, halus; pada kuda,
ginjal cenderung ke arah bentuk jantung. Pada sapi, kambing, domba dan unggas,
ginjal terdiri dari beberapa lobus (Bank's, 1993; Aughey, 2001;Junqueira,2007).
Sistem Urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih).
Fungsi utama dari sistem urinaria adalah mengekskresi hasil akhir metabolisme
tubuh dan mengatur konsentrasi cairan tubuh. Sistem ini terdiri dari sepasang
ginjal (ren) dengan saluran keluar urine berupa ureter dari setiap ginjal. Ureter
bermuara pada sebuah kandung kemih (vesika urinaria) di ventral bagian bawah di
belakang tuang kemaluan (pubic bone) urine selanjutnya dialirkan keluar melalui
sebuah uretra.
Gambar 1. System Urinaria
8
Proses pembentukan urin meliputi: 1) Filtrasi glomeruler; 2) Reabsopsi
tubuler; dan 3) Sekresi tubuler. Saluran yang dilewati oleh darah setelah di
filtrasi oleh glomeruli dari awal hingga akhir sebagai berikut: glomerulus
kapsula Bowman tubulus convulatus proksimal loop of Henle tubulus
convulatus distal tubulus koligen tubulus collectivus kaliks minor
kaliks mayor pelvis renalis ureter vesica urinaria urethra.
Gambar 2. Proses pembentukan urine
2.2 Struktur Histologi Ginjal
Ginjal merupakan organ yang sangat penting karena mempunyai fungsi utama
sebagai filtrasi. Zat-zat yang berbahaya atau tidak digunakan lagi oleh tubuh
difiltrat dan diekskresikan keluar dari tubuh dalam bentuk urin (Dellman dan
Brown, 1992)
Kapsula membungkus seluruh bagian ginjal kecuali hilus renalis. Di bawah
kapsula terdapat korteks renalis yang ditandai dengan adanya korpuskulus renalis
9
dan tubulus kontortus (Hartono 1992). Medula renalis tampak seperti piramida
(malphigi) dengan bagian ujung mengarah ke pusat (Guyton 1997). Dasar dari
setiap piramida dimulai pada perbatasan antara korteks dan medula serta diakhiri
pada papila yang menonjol dalam ruang pelvis ginjal, yaitu sambungan berbentuk
cerobong dari ujung akhir ureter. Perbatasan pelvis sebelah luar terbagi menjadi
kantong dengan ujung membuka yang disebut kalises mayor, yang meluas ke
bawah dan terbagi menjadi kalises minor, yang mengumpulkan urin dari tubulus
setiap papila (Guyton 1996). Bagian medula tampak bergarisgaris karena adanya
tubulus-tubulus pengumpul yang tersusun secara radial. Di sanping itu, di dalam
medula juga terdapat loop Henle. Bagian korteks yang terletak di antara medula
dan kapsul jaringan ikat yang tipis, nampak seperti granula karena banyaknya
glomeruli. Tubulus proksimal yang mengalami konvulusi juga terletak pada
bagian korteks dalam ikatan yang erat dengan glomeruli dan loop Henle yang
jumlahnya banyak (Fradson 1992). Pada ujung papila, arteri renalis yang
merupakan cabang dari aorta masuk ke dalam ginjal melalui hilus renalis dan
kemudian bercabang menjadi arteri interlobularis. Arteri interlobularis kemudian
bercabang lagi menjadi pembuluhpembuluh kecil yang disebut vas arteriola
(afferen). Tiap-tiap vas afferen aka bercabang menjadi kapiler yang membentuk
glomerulus. Melalui glomerulus inilah terjadi filtrasi untuk membentuk urin
(Guyton 1997). Menurut Frandson (1992), nefron merupakan unit fungsional
pada ginjal. Nefron terdiri dari glomerulus, kapsul glomerulus (kapsul Bowman),
tubulus konvolusi proksimal, loop Henle dan tubulus konvolusi distal. Kapsul
glomerulus (kapsul Bowman) merupakan pengembangan ujung buntu dari
tubulus, yang mengalami evaginasi di sekitar glomerulus dan hampir keseluruhan
menyelimuti. Kompleks yang terdiri dari glomerulus serta lapis-lapis luar dan
dalam kapsul glomerular disebut korpuskel renal atau Malphigi. Malphigi
merupakan lokasi utama terjadinya filtrasi cairan dari darah, yaitu kira-kira
sebanyak 100 kali jumlah cairan yang melintasi saringan ini yangpada akhirnya
dikeluarkan sebagai urin. Tekanan darah di dalam kapiler harus tetap tinggi agar
penyaringan dapat berjalan efektif. Arteriol kapiler yang masuk ke glomerulus
dan arteriol eferen yang keluar dari glomerulus di lengkapi dengan otot polos
10
sehingga jumlah darah yang masuk ke dalam glomerulus serta tekanan di dalam
glomerulus dapat dikendalikan dengan konstriksi arteriol aferen maupun arteriol
eferen (Fradson 1992). Arteriol aferen yang mencapai glomerulus diselimuti oleh
sel-sel mioepitelial yang memiliki beberapa sifat otot polos yang disebut dengan
sel-sel juxtaglomerular. Sel ini memproduksi renin yang disekresikan ke dalam
darah sebagai rangsangan pada saat volume darah menurun, saat konsentrasi Na
dalam cairan tubular distal menurun, saat serabut saraf simpatetik yang
menginervasi arteriol aferen dirangsang atau pada saat terjadi renal aschaemia
(Underwood 1992). Ginjal terdiri dari dua daerah, yaitu daerah perifer yang
beraspek gelap disebut korteks dan daerah yang agak cerah disebut medula,
berbentuk piramid terbalik (Dellman 1992). Bagian korteks mengandung jutaan
alat penyaring yang disebut nefron (Anonim 2009). Batas medial dari ginjal
umumnya adalah konkaf dan mempunyai beberapa depresi, yaitu hilus renalis
dimana pembuluh-pembulu darah dan saraf masuk, dan ureter serta pembuluh
limfatik keluar. Pengembangan asal-usul ureter disebut pelvis renal. Bagian ini
menerima urin dari tubulus penampung (Frandson 1992).
Gambar 3. Penampang Ginjal
Sinus renalis
11
Sinus renalis tersusun atas beberapa bagian yaitu: 1) pelvis renal, dibentuk
oleh kalik mayor dan kalik minor. Pelvis ini merupakan bagian atas ureter yang
melebar; 2) Arteri, vena dan nervus; 3) Lemak dengan jumlah sedikit dan tidak
dijumpai jaringan konektif.
Gambar 4. Penampang Sinus renalis
Renal Korpuskula
Renal korpuskula terdiri atas berkas kapiler glomeruli dan glomerulus
yang dikelilingi oleh kapsula berupa epithel yang berdinding ganda disebut:
Kapsula Bowman. Dinding sebelah dalam disebut lapisan viseral sedangkan
yang disebelah luar disebut lapisan pariental, yakni menerima cairan yang akan
difiltrasi melalui dinding kapiler. Korpuskula renalis mempunyai katup vaskular
dimana darah masuk ke arteriole aferent dan keluar melalui arteriole aferent.
12
Gambar 5. Penampang Renal Korpuskula
Tubulus Konvulatus Prokimalis
Struktur ini merupakan segmen berkelok-kelok, yang bagian awal dari
tubulus ini panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan diameter 57-60 mm.
Tubulus konvulatus proksimalis biasanya ditemukan pada potongan melintang
kortek yang dibatasi oleh epithel selapis kubis atau silindris rendah, dengan
banyak dijumpai mikrovilli yang panjangnya bisa mencapai 1,2 m dengan jarak
satu dengan yang lainnya 0.03 m. Karakteristik dari tubulus ini ditemukan apa
yang disebut Brush Border, dengan lumen yang lebar dan sitoplasma epithel yang
jernih. Tubulus konvulatus prokimalis dibatasi oleh: Simple cuboidal Epithelium
yang bersifat sangat asidofil. Terdapat brush border , Sel epitel besar, terlihat 3-5
inti sferis karena tubulus konvulatus Proksimal lebih panjang daripada tubulus
konvulatus Distal,maka pada preparat akan terlihat lebih banyak.
Gambar 6. Penampang Tubulus Konvulatus Prokimalis
Loop of Henle’s
Loop of Henle’s banyak dijumpai di daerah medula dengan diameter bisa
mencapai 15 m. Struktur segmen tebal mirip dgn tubulus konvulatus distal. Loop
of henle’s berbentuk seperti huruf “U” yang mempunyai segmen tebal dan diikuti
oleh segmen tipis. Pada bagian desenden mempunyai lumen yang kecil dengan
13
diameter 12 m panjang 1-2 mm, sedangkan bagian asenden mempunyai lumen
yang agak besar dengan panjang 9 mm dengan diameter 30 m.
Epithel dari Loop of Henle’s merupakan peralihan dari epithel silindris
rendah / kubus sampai squomus, biasanya pergantian ini terdapat di daerah sub
kortikal pada medula, tapi bisa juga terjadi di daerah atas dari Loop of Henle’s.
14
Gambar 7. Penampang loop of henle’s
Tubulus Konvulatus Distalis
Perbedaan struktur histologi dengan Tubulus Konvulatus proksimalis antara
lain : Sel epithelnya besar, mempunyai brush border, lebih asidofil, potongan
melintang pada tempat yang sama mempunyai epithel lebih sedikit, Tubulus
Konvulatus distalis : Sel epithel lebih kecil dan rendah, tidak mempunyai brush
border, kurang asidofil, lebih banyak epithel pada potongan melintang
Sepanjang perjalanan pada kortek, tubulus ini mengadakan hubungan
dengan katup vaskuler badan ginjal dari nefronnya sendiri yakni dekat dengan
anteriole aferent dan eferent. Pada tempat hubungan ini, tubulus distalis
mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola aferens. Segmen yang
mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola aferens. Segmen yang
mengadakan modifikasi ini pada mikroskop cahaya tampak lebih gelap ini
disebabkan dekatnya dengan inti disebut : Makula dense.
Fungsi Makula dense belum begitu jelas, tapi beberapa ahli mengatakan,
fungsinya adalah sebagai penghantar data osmolaritas cairan dalam tubulus distal
ke glomerulus. Pada makula dense yang dekat dengan arteriola aferent
mengandung sel juksta glomerulus yaitu sel yang mempunyai bentuk epitheloid
dan bukan sel otot polos dan ini mungkin merupakan modifikasi dari otot polos.
Sel ini yang nantinya menghasilkan enzim renin. Hormon ini mengubah
hipertensinogen menjadi hipertensin (angiotensin). Angiotensin mempengaruhi
tunika media dari arteriola untuk berkontraksi, yang mengakibatkan tekanan darah
menjadi naik.
15
Gambar 8. Penampang Tubulus Konvulatus Distalis
Tubulus kolektivus
Tubulus kolektivus, disebut juga duktus kolektivus (collecting duct) atau
duktus Bellini, adalah tabung sempit panjang dalam ginjal yang menampung urin
dari nefron, untuk disalurkan ke saluran yang lebih besar yaitu renal pelvis (pelvis
renalis), lalu ureter dan kandung kemih. Tubulus kolektivus merupakan lanjutan
dari nefron bagian tubulus konvulatus distalis dan mengisi sebagian besar daerah
medula. Tubulus kolektivus bagian depan mempunyai lumen yang kecil
berdiameter sekitar 40 m dengan panjang 20-22 mm. Lumennya dilapisi epithel
kubis selapis, sedangkan tubulus kolektivus bagian belakangnya sudah berubah
menjadi bentuk silindris dengan diameter 200 m, panjangnya mencapai 30-38
mm.
Gambar 9. Penampang Tubulus kolektivus
Pelvis Renalis
Pelvis renalis adalah bagian ginjal yang berfungsi sebagai corong yang
mengalirkan air kemih ke ureter. Pada hilus renalis terdapat pelvis renalis yang
menampung urin dari papila renalis. Pada ginjal yang multi-piramid urin pertama
ditampung oleh kaliks renalis kemudian dari sini baru ke pelvis renalis.
16
Bangun histologinya adalah sebagai berikut: Mukosa memiliki epithel
peralihan dengan sel payung, mulai dari kaliks renalis, tebal epithel hanya 2
sampai 3 sel. Dengan mikroskop cahaya tidak tampak adanya membran basal
tetapi dengan EM tampak membrana basalis yang sangat tipis. Propria mukosa
terdiri atas jaringan ikat longgar dan pada kuda terdapat kelenjar yang agak
mukus.
Bentuk kelenjar adalah tubulo-alveolar. Tunika muskularis terdiri atas otot
polos, jelas pada kuda, babi dan sapi. Lapis dalam tersusun longitudinal dan lapis
luar sirkuler. Pada hewan lain otot relatif sedikit, pada kalises renalis otot relatif
sedikit, tetapi pada daerah permulaan ureter membentuk semacam sphinter.
Tunika adventitia terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak sel lemak,
pembuluh darah, pembuluh limfe serta saraf.
Gambar 10. Penampang Pelvis renalis
Ginjal sangat berperan dalam mempertahankan homeokinesis (homeostatis),
yaitu suatu keadaan yang relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh.
Hal tersebut mencakup faktor-faktor yang beragam seperti keseimbangan air, pH,
tekanan osmotik, tingkat elektrolit, dan konsentrasi banyak zat di dalam plasma.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja ginjal mencakup komposisi darah,
tekanan darah arterial, hormon, dan sistem saraf otonom (Frandson 1992).
Menurut Sherwood (2001), fungsi spesifik yang dilakukan oleh ginjal, yang
sebagian besar ditunjukkan untuk mempertahankan kestabilan lingkungan cairan
internal adalah :
17
1. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
2. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion cairan ekstrasel
(CES) termasuk Na+, Cl-, K+, HCO3-, Ca++, Mg++, SO4 =, PO43-,
dan H+.
3. Memelihara volume plasma yang sesuai, sehingga sangat berperan
dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini
dilaksanakan melalui peran ginjal sebagai pengatur keseimbangan
garam dan H2O.
4. Membantu memelihara keseimbangan asam-basa tubuh dengan
menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- melalui urin.
5. Memelihara osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) berbagai cairan tubuh,
terutama melalui pengaturan keseimbangan H2O.
6. Mengekskresikan (eliminasi) produk-produk sisa dari metabolisme
tubuh, misalnya urea, asam urat dan kreatinin. Jika dibiarkan
menumpuk, zat-zat sisa tersebut bersifat toksik, terutama bagi otak.
7. Mengekskresikan banyak senyawa asing, misalnya obat, zat penambah
pada makanan, pestisida, dan bahan-bahan eksogen non-nutrisi lainnya
yang berhasil masuk ke dalam tubuh.
8. Mensekresikan eritropoietin, suatu hormon yang dapat merangsang
pembentukan sel darah merah.
9. Mensekresikan renin, suatu hormon enzimatik yang memicu reaksi
berantai yang penting dalam proses konservasi garam oleh ginjal.
10. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
2.3 Struktur Histologi Ureter, Kandung kemih (Vesica Urinaria), dan Uretra
Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis renalis
menuju vesika urinaria (kantong air seni). Mukosa membentuk lipatan
memanjang dengan epithel peralihan, lapisan sel lebih tebal dari pelvis renalis.
Tunika propria terdiri atas jaringan ikat dimana pada kuda terdapat kelenjar
tubulo-alveolar yang bersifat mukous, dengan lumen agak luas. Tunika
muskularis tampak lebih tebal dari pelvis renalis, terdiri dari lapis dalam yang
18
longitudinal dan lapis luar sirkuler, sebagian lapis luar ada yang longitudinal
khususnya bagian yang paling luar. Dekat permukaan pada vesika urinaria hanya
lapis longitudinal yang nampak jelas. Dari Kaliks sampai dengan Vesika
Urinaria mempunyai struktur histologis sama yang semakin tebal mendekati
Vesika Urinaria. Dinding Ureter memiliki tiga lapisan diantaranya : 1. Lapisan
paling luar: Lapisan jaringan ikat fibroelastik 2. Lapisan tengah: muskularis yg
terdapat otot polos 3. Lapisan dalam: membrana mukosa yg terdapat epitel dan
lamina propia.
Membrana Mukosa memiliki ciri-ciri yaitu terdapat epithel transisional,
tebal 4-5 lapis sel, memiliki lamina basalis tipis atau kadang tidak terlihat jelas.
Lamina propia yg merupakan jaringan fibrosa yg relatif padat dengan banyak serat
elastin. Lumen pd potongan melintang berbentuk bintang “Star shaped
appereance” adanya lipatan mukosa yg memanjang, lipatan ini terjadi akibat
longgarnya lapis luar lamina propia, adanya jaringan elastis & muskularis.
Lipatan ini akan menghilang bila ureter diregangkan (distensi). Muskularis
terdapat berkas sel otot polos yg dipisahkan berkas-berkas jaringan ikat, otot polos
ini terdiri dari 2 lapisan, diantaranya : 1. Lapis dalam longitudinal, 2. Lapis luar
sirkuler, 3. Lapis luar Longitudinal. Lapisan jaringan disusun oleh jar ikat fibro-
elastis yang mengandung pembuluh darah limfe, dan dipersarafi oleh plexus
hypogastricus inferior T11-L2 melalui neuron simpatis dan beberapa sel lemak.
Lapisan adventisia (fibrosa) pada sel superficial epitel transisional terdapat Facet
Cell yang bertanggung jawab akan barier osmotic antara urine dan cairan.
Jaringan sel ini mempunyai membran dari lempeng tebal terpisahkan oleh pita –
pita sempit membran yang tipis.
19
Gambar 11. Penampang Ureter (secara histologi)
Ciri-ciri gambar ureter : 2-3 cm proximal Vesika Urinaria, Selubung Waldeyer
ditemukan dipermukaan luar ureter, meluas ke meatus ureter dan menyebar
membentuk Trigonum Profunda berakhir pada leher Vesika Urinaria. Ureter
menembus dinding vesika urinaria secara miring sehingga terbentuk katup – katup
yang mencegah aliran balik urine. Ureter yang terletak di dalam vesika urinaria
hanya mempunyai serabut otot longitudinal.
Kandung kemih (Vesica Urinaria)
Dinding kandung kemih terdiri dari otot polos yang dilapisi oleh epitel jenis
khusus (Sherwood 2001). Pelvis, ureter, kandung kemih, dan uretra pada bagian
dalamnya diselaputi oleh epitel transisional. Lapisan yang terletak di bagian itu
penting karena lumen tersebut sering mengalami distensi. Ketika organ-organ itu
sedang kosong, dindingnya akan tebal, sel-sel epitel pelapis itu membentuk strata
yang terdiri atas banyak lapis. Apabila organ tersebut mengalami distensi, lumen
menjadi lebih besar, dindingnya menipis, dan terjadi suatu transisi ke stratifikasi
yang lebih sedikit. Oleh karena itu disebut dengan epitel transisional (Fradson
1992). Tebal epitel transisional bervariasi dari 3-14 lapis sel, tergantung pada
spesies serta derajat pemekarannya (Dellman 1992). Otot polos kandung kemih
disebut otot detrusor, serat-serat ototnya meluas ke segala arah dan bila
berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung kemih menjadi 40
sampai 60 mmHg (Guyton 1996). Diantara lapisan epitel dan otot polos dari
dinding organ terdapat sejumlah jaringan ikat yang disebut lamina propria.
20
Jaringan yang lebih banyak lagi terdapat pada bagian superficial dari serabut-
serabut melingkar dan longitudinal otot polos. Lapis luar dari jaringan ikat
tersebut disebut adventitia, ditutupi oleh peritoneum pada aspek dan badan
bladder (Frandson 1992). Nodus limfatikus sering dijumpai pada lamina propria
semua hewan piaraan. Banyak pembuluh kapiler terdapat di dekat epitel, dan
pada ruminansia cenderung membentuk lapisan langsung di bawah membran
basal. Kandung kemih memiliki lamina muskularis yang tipis. Jaringan ikat pada
submukosa kandung kemih bersifat agak longgar dan mengandung lebih banyak
serabut elastis dari pada lamina propria (Dellman 1992).
Vesika urinaria atau kandung kemih berfungsi untuk menampung urin yang
telah dibentuk oleh ginjal untuk mengekskresikan sisa metabolisme. Urin
mengandung berbagai produk sisa dengan konsentrasi tinggi ditambah sejumlah
bahan dengan jumlah bervariasi yang diatur oleh ginjal, dan kelebihannya akan
dikeluarkan melalui urin. Bahan-bahan yang bermanfaat ditahan melalui proses
reabsorbsi sehingga tidak muncul di urin (Sherwood 2001). Urin akan dikeluarkan
dari kandung kemih secara periodik melalui ureter.
Gambar 12. Vesica Urinaria
21
Gambar 13. Penampang Vesika Urinaria(secara histologi)
Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada hewan jantan
dan hewan betina. Uretra pada hewan jantan memiliki panjang sekitar 20 cm dan
juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat),
sedangkan uretra pada hewan betina panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, hewan
jantan memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan
dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars
membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada hewan betina hanya memiliki
m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).
Katup uretra posterior adalah lipatan mukosa abnormal kongenital pada uretra
pars prostatika yang menyerupai membran tipis yang menghambat drainase
kandung kemih.
Pada hewan jantan, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars
prostatika, pars membranosa dan pars spongiosa.
a. Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan
aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m.
sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat.
Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
22
b. Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus
kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar
dibanding bagian lainnya.
c. Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan
tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis
melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh
m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter
(somatis).
d. Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang,
membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar
penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.
Gambar 14. Uretra hewan jantan
Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding
uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara
pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m.
spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun tidak
seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.
23
Gambar 15. Uretra hewan betina
Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan, yaitu: 1. Membran mukosa yg dibatasi oleh
epitel yg terletak di atas jaringan ikat, jenis sel ini bervariasi pada beberapa
bagian uretra, namun baik uretra hewan jantan maupun hewan betina bagian
terbesar disusun oleh Pseudostratified columnar epithelium. Bagian atas uretra yg
berbatasan dengan kandungan kemih: Transisional epithelium, bagian bawah yang
berbatasan dengan orifisium externa: Stratified Squamous Epithelium. 2.
Submukosa, terdiri dari jaringan ikat longgar, 3. Lapisan otot polos, tersusun atas
lapisan bagian dalam yang longitudinal dan luar yang sirkuler, lapisan ini lebih
jelas terlihat pada uretra wanita.
24
Gambar 16. Penampang Uretra (secara histologi) 1
Gambar 17. Penampang Uretra (secara histologi) 2
2.4 Perbedaan Struktur Histologi Kelenjar Ginjal, Ureter, Vesica Urinaria
dan Uretra
Kelenjar ginjal
25
Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar supra renal) terletak di
atas ginjal bagian kiri dan kanan. Bagian luar dari kelenjar adrenal berwarna
kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut korteks dan bagian medula
yang menghasilkan adrenalin atau epinefrin dan non adrenalin atau nor eprinefrin.
Kelenjar adrenal beratnya kira-kira 4 gram. Kelenjar adrenal terdiri atas
dua bagian yang berbeda, yaitu: Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar
suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian
tengah (medula). Medula Adrenal yang berada di pusat, bagian ini kira-kira 20%
dari keseluruhan kelenjar adrenal, berkaitan dengan sistem saraf simpatis,
bertugas untuk mensekresi hormon epinefrin dan norepinefrin. Korteks Adrenal,
bagian ini berada di luar dan berfungsi untuk mensekresi hormon kortikosteroid
dan androgen.
Hormon yang dihasilakan kelenjar adrenal
a. Pada korteks menghasilkan hormon deoksikortison dan kortison dengan
fungsi mempengaruhi penyerapan. Apabila kekurangan menyebabkan
penyakit adison.
b. Pada medulla menghasilkan hormon adrenalin (epinefrin) dengan fungsi
mengubah glikogen menjadi glukosa, menaikkan gula darah dan
mempercepat kerja jantung. Hormone adrenalin bekerja antagonis
dengan hormone insulin dalam mengatur gula dalam darah agar tetap
normal.
26
Gambar 18. Penampang Kelenjar Adrenal
Kelenjar Ureter, Vesica Urinaria dan Uretra
Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh
kapsul fibromuskuler, yang terletak di sebelah inferior vesika urinaria,
mengelilingi bagian proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada disebelah
anterior rektum. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada hewan
dewasa kurang lebih 20 gram, dengan jarak basis ke apex kurang lebih 3 cm, lebar
yang paling jauh 4 cm dengan tebal 2,5 cm. Kelenjar prostat terbagi menjadi 5
lobus : lobus medius, lobus lateralis (2 lobus, lobus anterior, lobus posterior.
Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior, lobus posterior
akan menjadi satu dan disebut lobus medius saja. Pada penampang, lobus medius
kadang-kadang tak tampak karena terlalu kecil dan lobus lain tampak homogen
berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut
kelenjar prostat.
Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain
adalah: zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior,
dan zona periuretral. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona
transisional yang letaknya proksimal dari sfincter eksternus di kedua sisi dari
verumontanum dan di zona periuretral. Kedua zona tersebut hanya merupakan 2%
dari seluruh volume prostat. Sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal
dari zona perifer.
Prostat mempunyai kurang lebih 20 duktus yang bermuara di kanan dari
verumontanum dibagian posterior dari uretra pars prostatika. Di sebelah depan
didapatkan ligamentum pubo prostatika, di sebelah bawah ligamentum triangulare
inferior dan di sebelah belakang didapatkan fascia denonvilliers. Fascia
denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat dengan prostat dan
vesika seminalis, sedangkan lembar belakang melekat secara longgar dengan
27
fascia pelvis dan memisahkan prostat dengan rektum. Antara fascia endopelvic
dan kapsul sebenarnya dari prostat didapatkan jaringan peri prostat yang berisi
pleksus prostatovesikal.
Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari 1). kapsul anatomis
sebagai jaringan ikat yang mengandung otot polos yang membungkus kelenjar
prostat 2). Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan
muskuler.
Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian: 1). Bagian luar
disebut glandula principalis atau kelenjar prostat sebenarnya yang menghasilkan
bahan baku sekret. 2). Bagian tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini
disebut juga sebagai adenomatous zone. 3). Di sekitar uretra disebut periurethral
gland atau glandula mukosa yang merupakan bagian terkecil. Bagian ini serinng
membesar atau mengalami hipertrofi pada usia lanjut.
Secara histologis, prostat terdiri atas kelenjar-kelenjar yang dilapisi epitel
thoraks selapis dan di bagian basal terdapat juga sel-sel kuboid, sehingga
keseluruhan epitel tampak menyerupai epitel berlapis.
Gambar 19.
Penampang Kelenjar Prostat
28
2.5 Sistem Urinaria pada Berbagai Jenis Hewan
2.5.1 Pada Pisces
Tipe ren adalah opistonefros, letaknya di dorsal. Bentuknya panjang,
sempit, terletak di dinding tubuh sebelah dorsal di atas peritonium perietal,
pada kanan kiri sisi garis tengah. Ren memanjang hampir ke seluruh
panjang rongga tubuh. Ren pada ikan jantan lebih panjang dari pada ikan
betina, pada ujung anteriornya terdapat sistem reproduksi. Dari tubulus
kolektivis pada pisces urin menuju ke duktus arkinefrik yang merupakan
suatu saluran seperti ureter, menuju kloaka. Dilatasi duktus arkinefrik
membentuk pembesaran seperti vesika urinaria untuk penyimpanan urine
sementara.
Gambar 20. Sistem urinaria pada pisces
2.5.2 Pada Amfibia
Ren meluas pada sebagian besar panjang rongga tubuh dan berlobus,
tipe ren adalah opistonefros. Pada Amfibia berekor ren terdiri dari 2 bagian
yaitu pada bagian anterior merupakan bagian yang sempit, pada hewan
jantan lebih berhubungan dengan fungsi reproduksi, sedangkan pada bagian
29
posterior merupakan bagian yang meluas,merupakan penyusunan bagian
utama opistonefros (Van Kampen, P. N. 1923). Duktus arkinefrik pada
hewan jantan juga berfungsi sebagai suatu duktus deferensi disamping untuk
mengangkut zat-zat sisa. Pada hewan betina hanya berfungsi sebagai
pengangkut zat –zat sisa. Duktus arkinefrik bermuara di kloaka. Pada
katak jenis rana sp. dan Bufo sp. Ren tidak berhubungan dengan sistem
reproduksi. Pada Amfibia terdapat vesika urinaria yang berdinding tipis
yang muncul sebagai suatu tonjolan dinding ventral kloaka, vesika urinaria
ini berongga 2 dan tidak ada hubungan langsung antara duktus dengan
vesika urinaria. Urine langsung menuju kloaka, dari kloaka urin didorong
ke vesika urinaria.
Gambar 21. Sistem urinaria pada amphibia
2.5.3 Pada Reptilia
Tipe ren adalah adalah metanefros, ren terdapat pada sebagian
posterior rongga abdominal, di daerah pelvis. Bentuk ren kecil dan padat,
tetapi permukaannya berlobus. Bagian posterior lebih sempit. Ureter
bermuara terpisah di kloaka dan tidak berhubungan dengan vesika urinaria
kecuali pada penyu hijau (chelonia sp). Vesika urinaria sebagian
merupakan derivat kloaka dan sebagian dari basal alantois vesika urinaria
tidak terdapat pada ular dan buaya. Cecak dan kura-kura mempunyai
vesika urinaria yang berkembang baik dan biasanya berlobus 2 yang
bermuara ke kloaka.
30
Gambar 22. Sistem urinaria pada reptil
2.5.4 Pada Unggas
Ginjal unggas mempunyai tipe metanephros yaitu evolusi dan
kombinasi dari tipe ren mamalia dan reptilia (Sakas, 2002; Kardong, 2002).
Sekresi urine unggas didominasi oleh asam urat (CsH4N40) yang proses
pengeluaran asam urat tersebut hampir sempurna dari ginjal, karena adanya
aliran darah ke ginjal melalui sistem porta renalis. Saat urine terkonsentrasi
akibat pemindahan air di tubulus ginjal, maka asam urat dan urea
terpresipitasi namun tidak mempengaruhi tekanan osmolaritas urine. Hal ini
menyebabkan kemampuan unggas untuk mensekresi urine yang hypotonik
dengan konsentrasi asam yang tinggi (Marshall, 1960). Jumlah glomeruli
ginjal unggas lebih banyak daripada mamalia, sehingga lebih banyak filtrasi
yang terukur, air juga dapat diabsorbsi pada tubulus kontortus distal. Seperti
pada reptil, sisa air dan metabolik secara primer yaitu berupa asam urat
(uricotelism) keluar melalui kloaka dan bercampur dengan materi feses, air
kemudian direabsorbsi, dan residu pasta dibuang dari kloaka (Webster dan
Webster, 1974;Kardong, 2002). Sepasang ginjal unggas berbentuk
irreguler, panjang berwarna coklat gelap, terletak pada dorsal abdomen di
dinding eksternal peritoneum dalam rongga synsacrum; ukurannya
bervariasi menurut jenis dan umur unggas. Batas kranial sepasang ginjal
31
tepat di kaudal paru diantara vertebrae toraksalis ke 6 dan 7 mengikuti
bentuk tulang synsacrum, sedangkan bagian ventralnya terlihat lebih rata
dan terbagi-bagi menjadi 3 - 4 bagian yang disebut lobus(Hodges, 1974).
Tiap-tiap lobus dibagi lagi menjadi lobulus yang lebih kecil (Andrew dan
Hickman, 1974). Setiap lobulus ginjal terdapat cabang ureter dengan
tubulus kolektivus yang terbuka (Marshall, 1960). Secara makroskopis,
bagian luar ginjaldinamai korteks dan bagian dalam adalah medula; batas
antara kedua bagian itu tidak sejelas pada mamalia. Bagian elemen di
medula dibungkus jaringan ikat, disebut konus medularis; bagian korteks
seperti tudung jamur (cap), sedangkan bagian medula seperti tangkaijamur
(R~ece;2009). Nephron unggas mempunyai dua tipe, yaitu tipe mamalia
dan tipe reptilian. Tiap-tiap nefron terdiri dari korpuskulum renalis, tubulus
kontortus proksimal, loop Henle tipis dan tebal (seperti pada mamalia),
tubulus kontortus distal, yang kemudian melanjut menjadi tubulus
kolektivus yang bermuara ke ureter, lalu ke kloaka. Nephron tipe reptilian,
umumnya terletak pada bagian korteks dan memiliki loop Henle pendek
dan kecil, atau bahkan tidak memiliki loop Henle sarna sekali. Tubuli di
daerah medula bergabung menjadi satu membetuk traktus medularis yang
dikelilingi jaringan ikat tipis. Traktus medularis melanjut menjadi konus
medularis yang berisi tubulus kolektivus, loop Henle tipis dan tebal.
udianberakhir menjadi cabang tunggal ureter (Sturkie, 2000; Kardong,
2002; Bacha dan Bacha, 2006).
32
Gambar 23. Sistem urinaria pada unggas
BAB III
SIMPULAN
3.1 Sistema urinasi pada hewan dimulai dari ginjal, yang ada. Sepasang, kiri dan
kanan, dengan berbagai ukuran dan bentuk. Sistem Urinaria adalah suatu
sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari
zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Fungsi utama dari sistem urinaria adalah
mengekskresi hasil akhir metabolisme tubuh dan mengatur konsentrasi cairan
tubuh.
3.2 Ginjal terdiri dari dua daerah, yaitu daerah perifer yang beraspek gelap disebut
korteks dan daerah yang agak cerah disebut medula, berbentuk piramid
terbalik. Ginjal sangat berperan dalam mempertahankan homeokinesis
(homeostatis), yaitu suatu keadaan yang relatif konstan dari lingkungan
internal di dalam tubuh. Hal tersebut mencakup faktor-faktor yang beragam
seperti keseimbangan air, pH, tekanan osmotik, tingkat elektrolit, dan
konsentrasi banyak zat di dalam plasma. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kerja ginjal mencakup komposisi darah, tekanan darah arterial, hormon, dan
sistem saraf otonom.
3.3 Berdasarkan struktur histologinya, Pelvis, ureter, kandung kemih, dan uretra
pada bagian dalamnya diselaputi oleh epitel transisional. Lapisan yang
terletak di bagian itu penting karena lumen tersebut sering mengalami
distensi. Ketika organ-organ itu sedang kosong, dindingnya akan tebal, sel-
sel epitel pelapis itu membentuk strata yang terdiri atas banyak lapis.
Apabila organ tersebut mengalami distensi, lumen menjadi lebih besar,
dindingnya menipis, dan terjadi suatu transisi ke stratifikasi yang lebih
sedikit.
3.4 Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar supra renal) terletak di atas
ginjal bagian kiri dan kanan. Bagian luar dari kelenjar adrenal berwarna
33
kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut korteks dan bagian
medula yang menghasilkan adrenalin atau epinefrin dan non adrenalin atau
nor eprinefrin. Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang
dilapisi oleh kapsul fibromuskuler, yang terletak di sebelah inferior vesika
urinaria, mengelilingi bagian proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan
berada disebelah anterior rektum.
3.5 Sistema urinasi pada hewan dimulai dari ginjal, yang ada. sepasang, kiri dan
kanan, dengan berbagai ukuran dan bentuk. Sebagai contoh, pada karnivora
dan ruminansia kecil, setiap ginjal berbentuk kacang polong, halus; pada
kuda, ginjal cenderung ke arah bentuk jantung. Pada sapi, kambing, domba
dan unggas, ginjal terdiri dari beberapa lobus. Pada Pisces tipe ren adalah
opistonefros, letaknya di dorsal. Bentuknya panjang, sempit pada reptil tipe
ren adalah adalah metanefros, ren terdapat pada sebagian posterior rongga
abdominal, di daerah pelvis, bentuk ren kecil dan padat.
34
DAFTAR PUSTAKA
Andrew W., Hickman, Cleveland P. 1974. Histology of The Vertebrate's
Comparative Text'. C. V. Mosby Company, Saint Louis: 197, 199.
Aughey, E., Frye, F. L. 2001. Comparative Veterinary Histology with Clinical
Correlates.VeterinaryPress, London: 143.
Bacha, William. J., Bacha, Linda M. 2006. Color Atlas of VeterinaryHistology.
2nded. Blackwell Publishing, London: 163-174.
Banks. W.J. 1993.Applied VeterinaryHistology. 3'd ed. Mosby,London: 375-389
Beresford, W. 1983.Lecture Notes on Histology. Jrd ed. Blackwell Scientific
Publications, London:149
Dellman, D. H dan E. M. Brown.1992. Buku Teks Histologi Veteriner II.Jakarta :
UI-Press.
Hodges, R.D. 1974. The Histology of The Fowl. Academic Press, London: 490-
495, 498-501
Iswanto, H. 2002. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Walet Budidaya dan
Aspek Bisnisnya. Agro Media Pustaka, Tangerang: 6-15
Nugiaswari,Putu Primeriana. Duarsa, Gede Wirya Kusuma. Maliawan, Sri.
2012.Diagnosis dan Penatalaksanaan Katup Uretra Posterior. 2,3Bagian/SMF
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah
35
Nutrianat, Citra. Jatman, Soehartini. 2010. Studi Anatom~ Ginjal Burung Walet
Sarang Putih (Colloca/Iafuciphaga) dan Sriti (Colloca/Ia /Inchi. Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
BagianAnatomi Fakultas Kedokteran Hewan, trniversitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
Samuelson, Don A 2007. Textbook of Veterinary Histology. Saund~,rs Elsevier. St
Louis,Missouri: 371-396'
Suastika, Putu.2011.Buletin Veteriner Udayana. Studi Histologi Efek Pemberian
Buah Merah (Pandanus Conoideus) Terhadap Perubahan Histopatologik Ginjal
dan Hati Mencit Pasca Pemberian Paracetamol. Vol. 3 No.1. :39-44
Van Kampen, P. N. 1923. The Amphibia of the Indo-Australian Archipilago. E. J.
Brill, Ltd. Leidin.
36