isbn 978-979-99141-5-6 255 - digilib-batan
TRANSCRIPT
ISBN 978-979-99141-5-6 255
PENENTUAN LOKASI POTENSIAL UNTUK PEMBORAN AIRTANAH-DALAM DI DUSUN KUTUKAN, REJOSARI, BANTUR,
MALANG, JAWA TIMUR
I Gde Sukadana, M. Nurdin Pusat Pengembangan Geologi Nuklir
Jl. Lebak Bulus Raya No. 09 Pasar Jumat, Jakarta 12440. e-mail: [email protected]
ABSTRAK PENENTUAN LOKASI POTENSIAL UNTUK PEMBORAN AIRTANAH-DALAM DI DUSUN KUTUKAN, REJOSARI, BANTUR, MALANG, JAWA TIMUR. Kabupaten Malang khususnya Dusun Kutukan, Desa Rejosari, Kecamatan Bantur merupakan salah satu wilayah yang setiap tahunnya senantiasa mengalami kekeringan/rawan air, akibat keterbatasan airtanah-dangkal dan air permukaan. Tujuan dari kegiatan ini adalah penentuan lokasi titik potensial untuk dilakukan pemboran sumur eksplorasi/produksi airtanah-dalam berdasarkan data geologi dan geofisika guna memenuhi kebutuhan air di daerah tersebut. Kegiatan ini mencakup pemetaan topografi, pemetaan geologi dan hidrogeologi, pengukuran intensitas gas radon dan survei geolistrik. Litologi daerah ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga satuan yaitu Satuan Breksi volkanik, Satuan Batupasir dan Satuan Batugamping. Dari hasil pengukuran didapatkan nilai gas radon berkisar antara 3 – 66,3 KBq/m3 yang menunjukkan zona-zona yang memiliki nilai tinggi (>20 Kbq) membentuk kelurusan berarah NE-SW dan NW-SE, kedua zona ini saling berpotongan dan diinterpretasikan sebagai zona fraktur. Dari data fraktur ini kemudian dipilih lokasi hasil pengukuran tahanan jenis dengan akuifer terbaik. Batupasir-2 dengan kisaran nilai tahanan jenis 13 – 19 Ωm diharapkan dapat menjadi akuifer potensial karena diduga berada pada kondisi jenuh air. Ketebalan lapisan batupasir-2 ini lebih dari 29 m dengan kedalaman top akuifer batupasir-2 ± 150 m. Didapatkan 2 titik potensial yaitu berada di lokasi pengukuran RJS-11 (49M 675947mT ; 9083547mU; 359,6 mdpl) dengan kedalaman top akuifer 163 m dan tebal lebih dari 29 meter, dan pada RJS-15 (49M 675816; 9083324; 358,7mdpl) dengan kedalaman top akuifer 160,8 meter dan tebal lebih dari 29 meter. Kata kunci: Geologi, Radon, Geofisika, Akuifer, Malang Abstract DETERMINATION OF POTENTIAL LOCATION FOR DEEP-GROUNDWATER DRILLING IN KUTUKAN VILLAGE, REJOSARI, BATUR, MALANG, EAST JAVA. Malang regency especially kutukan village, rejosari, batur district is one of the areas experiencing drought annually, due to limited groundwater. The purpose of this activity is determining the location of the potential to do well drilling exploration / production in the deep - groundwater based on geophysical and geological data in order to fulfill water needs in the area. This activities involved topographic mapping, geological and hydrogeological mapping, measuring the intensity of radon and geo electric survey. Lithological this area can be grouped into three units namely volcanic breccia unit,Limestone and Sandstone Unit. From the results of radon measurements values obtained ranged from 3 to 66.3 KBq/m3 indicating zones with high values (> 20 kBq) form a NE-SW trending lineament and NW-SE, the two zones intersect and are interpreted as fracture zone. From this data of fracture, then selected location resistivity measurement results with the best aquifers. Sandstone-2 with a resistivity value range 13-19 m expected to be a potential aquifer for allegedly being on the water-saturated conditions. The thickness of the layer of sandstone-2 is more than 29 m deep sandstone aquifer-top 2150 m.
ISBN 978-979-99141-5-6 256
Obtained two potential points are located on site measurements RJS-11 (49m 675947mT; 9083547mU; 359.6 masl) with a depth of 163 m and the top aquifer thickness of over 29 meters, and the RJS-15 (49m 675 816; 9083324: 358.7 masl ) with a depth of 160.8 meters and a top aquifer over 29 meters thick. Keywords: Geology, Radon, Geophysics, Aquifer, Malang PENDAHULUAN Latar Belakang
Air merupakan salah satu
kebutuhan dasar dalam meningkatkan
kualitas kehidupan manusia dan
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
Di banyak daerah, baik perkotaan
maupun perdesaan, pemenuhan
kebutuhan air bersih merupakan
masalah yang tidak mudah
penyelesaiannya. Hal ini berkaitan
dengan ketersediaan sumber air dan
biaya yang terbatas dalam
pembangunan prasarana dan sarana
penyediaan air yang diperlukan.
Kabupaten Malang khususnya
Dusun Kutukan, Desa Rejosari,
Kecamatan Bantur merupakan salah
satu wilayah yang setiap tahunnya
senantiasa mengalami kekeringan/rawan
air, akibat keterbatasan airtanah-dangkal
dan air permukaan. Untuk itu perlu di
cari sumber air lainnya yang dapat
memenuhi kebutuhan pokok masyarakat
sepanjang tahun. Salah satu sumber air
yang cukup potensial untuk
dikembangkan adalah sumber airtanah-
dalam di daerah setempat.
Berdasarkan kondisi geologinya,
maka untuk pelacakan airtanah-dalam
diperlukan suatu metode tertentu. Salah
satu metode yang dapat digunakan
adalah metode teknik nuklir yang
dikombinasikan dengan metode
geofisika. Hasil pelacakan airtanah-
dalam digunakan untuk mengetahui
keberadaan lapisan batuan yang
berpotensi mengandung air atau
keberadaan serta cebakan air lainnya
berupa permeabilitas sekunder yang
berpotensi menjadi akuifer produktif,
sehingga dapat ditentukan lokasi titik
pemboran eksplorasi airtanah-dalam
potensial yang sekaligus dapat
dikembangkan menjadi sumur produksi,
guna memenuhi kebutuhan air baku
domestik.
ISBN 978-979-99141-5-6 257
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
penentuan lokasi titik potensial untuk
dilakukan pemboran sumur
eksplorasi/produksi airtanah-dalam
berdasarkan data geologi dan geofisika
guna memenuhi kebutuhan air di daerah
tersebut.
Lokasi Penelitian
Lokasi daerah kerja
mencakup daerah dengan luasan sekitar
100-150 Ha, di Desa Rejosari,
Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang
dengan koordinat 08°15’04” LS –
08°18’04” LS, dan 112°34’13” BT –
112°36’54” BT.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Dusun Kutukan, Desa Rejosari, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur
Lingkup dan Tahapan Penelitian
Lingkup dan tahapan
pekerjaan meliputi studi meja,
pemetaan topografi, pemetaan
geologi dan hidrogeologi,
pengukuran intensitas gas radon,
survei geolistrik, analisis terpadu
: Luasan yang
ISBN 978-979-99141-5-6 258
hasil pelacakan dan tahap kegiatan
penyusunan laporan.
METODOLOGI
Metodologi kegiatan pelacakan
airtanah-dalam meliputi studi meja,
pemetaan topografi, pemetaan geologi
dan hidrogeologi, pengukuran intensitas
gas radon, pengukuran geolistrik
tahanan jenis, dan analisis terpadu hasil
pelacakan
Pemetaan Topografi
Pekerjaan pemetaan topografi
dilaksanakan dengan menggunakan alat
ukur Leica Geosystem TC-407. Alat ini
adalah total station elektronik yang
memiliki unjuk kerja cepat dan
berpresisi tinggi. Operasi lapangan
membutuhkan masukan data azimuth,
data koordinat dan ketinggian titik awal
pengukuran, selanjutnya keluaran hasil
pengukuran dihasilkan secara otomatis
oleh alat ukur Leica Geosystem TC-407
dan dapat diproses lebih lanjut untuk
membuat peta topografi dan lokasi
pengukuran geolistrik.
Lokasi kerja terletak pada
koordinat X = 675264,490 –
676704,193 m; Y = 9082442,686 –
9084182,603 m; Z = 325,029 – 404,166
mdpl. Titik poligon stasiun pengukuran
berjumlah 32 titik dengan titik
pengukuran detil situasi berjumlah 933
titik. Luas daerah kerja 134,84 ha.
Dari hasil pengukuran
topografi yang dilakukan secara umum
daerah ini memiliki morfologi
perbukitan berlereng landai hingga
dataran bergelombang, dengan alur-alur
punggungan berarah timur laut-barat
daya.
Gambar 2. (a) Gambaran morfologi Desa Rejosari, (b) Pengukuran topografi di Desa Rejosari, Bantur.
a b
ISBN 978-979-99141-5-6 259
Dari data hasil pengukuran,
kemudian diolah menggunakan sofware
“Surfer 8.0” sehingga didapatkan peta
topografi yang menggambarkan kondisi
permukaan dan situasi daerah kerja
sesuai dengan kondisi saat ini. Hasil
penggambaran peta tersebut terdapat
pada Gambar 3
Gambar 3. Peta Topografi Desa Rejosari, Bantur.
Geologi
Pemetaan geologi di daerah ini
dilakukan dengan metoda pengamatan
dan pengukuran singkapan batuan
melalui jalur-jalur lintasan yang telah
ditentukan. Jalur-jalur tersebut antara
lain penyusuran sungai-sungai dan alur
liar serta pengamatan singkapan pada
tebing dan bukit yang memungkinkan
terdapatnya singkapan yang dapat
diamati, selain itu perubahan warna soil
juga diperhatikan untuk membantu
membedakan litologi penyusunnya.
Dari hasil pemetaan tersebut
litologi pada daerah kerja dapat
dikelompokkan ke dalam tiga satuan
yaitu Satuan Breksi volkanik, Satuan
Batupasir dan Satuan Batugamping.
Satuan Batugamping tersusun
oleh batugamping klastik dan
ISBN 978-979-99141-5-6 260
batugamping terumbu dengan tingkat
pelarutan yang sangat tinggi. Satuan ini
memiliki penyebaran yang luas di
bagian baratdaya hingga ke Desa
Bantur, dan semakin menipis ke arah
utara. Pada bagian atas satuan ini
terdapat batulempung berwarna coklat
kemerahan, berlapis tipis yang
memisahkan antara satuan ini dengan
Satuan batupasir yang terdapat di
atasnya. Satuan ini diinterpretasikan
sebagai bagian dari Formasi Wonosari.
Satuan Batupasir, tersusun
oleh batupasir tufan yang ringan dengan
ukuran pasir halus hingga pasir kasar,
pada beberapa tempat disatuan ini
terdapat perselingan dan sisipan breksi
yang melensis. Kontak satuan ini
dengan satuan diatasnya adalah kontak
gradasional. Satuan ini diinterpretasikan
sebagai anggota dari Formasi Nampol.
Satuan Breksi-volkanik
tersusun oleh breksi dengan fragmen
andesit lapuk berukuran kerakal -
bongkah, batuapung, tuff, dengan massa
dasar material volkanik berukuran pasir
kasar hingga halus. Satuan ini
membentuk morfologi punggungan dan
perbukitan yang tinggi dengan tingkat
pelapukan sangat tinggi sehingga
batuan segar sulit didapatkan. Pada
satuan ini sering ditemukan sisipan
batupasir berlapis tipis. Satuan ini
diinterpretasikan sebagai anggota dari
Formasi Nampol.
Struktur geologi yang terdapat
di daerah kerja selain kekar-kekar yang
cukup intensif juga terdapat sesar mayor
yang saling berpotongan yaitu sesar
normal sub vertikal berarah NE – SW
yang dipotong oleh sesar mendatar
dekstral sub vertikal berarah WNW –
ESE. Sesar normal yang berarah NE-
SW memiliki offset yang cukup besar,
sehingga sebagian batugamping
tersingkap diantara batupasir
disekitarnya.
Dari sebaran dan kontak antar
litologi kemudian dibuat peta sebaran
lintasan dan lokasi pengamatan geologi
seperti gambar 4. Peta yang
merupakan peta utama dalam
pembuatan peta geologi ini kemudian
dikombinasikan peta iso radon untuk
mendapatkan peta geologi yang akurat
(gambar 6)
ISBN 978-979-99141-5-6 261
Gambar 4. (a) Singkapan batugamping klastik di S. Jeding Bagian barat Barat, (b) Batugamping terumbu di S. Jeding Bagian barat
Gambar 5. (a) Batupasir S. Jeding bagian timur, (b) Batupasir di S. Jeding bagian barat dekat kontak dengan batugamping, (c) Kontak antara batupasir dengan breksi volkannik, (d) singkapan breksi volkannik.
b a
a b
c d
ISBN 978-979-99141-5-6 262
Gambar 6. Peta lintasan dan lokasi pengamatan geologi di Desa Rejosari, Bantur.
Pengukuran Intensitas Gas Radon
Pengukuran intensitas gas
radon dilaksanakan setelah kegiatan
pemetaan geologi selesai. Hal ini
disebabkan karena untuk penentuan
titik-titik pengukuran intensitas gas
radon diperlukan informasi geologi dari
hasil pemetaan geologi lokal.
Pengukuran intensitas gas radon
dilakukan pada lokasi-lokasi yang
berdasarkan hasil pemetaan geologi
diduga terdapat sistem frakturasi yang
intensif. Pengukuran intensitas gas
radon memberikan gambaran mengenai
struktur geologi sesar/patahan
berdasarkan anomali nilai-nilai
intensitas gas radon yang keluar dari
sistem fraktur. Pengukuran intensitas
gas radon dilakukan dengan
menggunakan alat detektor gas radon
MARKUS 10. Kegiatan pengukuran
tampak pada Gambar 7
Dari hasil pengukuran yang
dilakukan, didapatkan nilai gas radon
ISBN 978-979-99141-5-6 263
berkisar antara 3 – 66,3 KBq/m3. Data
penyebaran gas radon ini kemudian
diolah sehingga didapatkan zona
anomali yang menggambarkan zona
fraktur yang intensif (gambar 8).
Gambar 7. Pengukuran intensitas gas radon di Desa Rejosari, Bantur.
Gambar 8. Peta Iso Radon di daerah kerja Desa Rejosari, Bantur,
yang menunjukkan pola fraktur di daerah ini.
ISBN 978-979-99141-5-6 264
Dari peta hasil Iso radon yang
dihasilkan tampak zona-zona yang
memiliki nilai tinggi (>20 Kbq)
membentuk kelurusan berarah NE-SW
dan NW-SE, kedua zona ini saling
berpotongan dan diinterpretasikan
sebagai zona fraktur. Peta iso radon
yang dihasilkan kemudian akan
dikombinasikan dengan peta hasil
pendataan geologi dan radioativitas soil,
sehingga didapatkan peta geologi
dengan batas litologi dan zona fraktur
yang jelas (gambar 9) .
Gambar 9. Peta Geologi daerah kerja di Desa Rejosari, Bantur.
Gambar 10. Penampang geologi A-A’ berarah Barat - Timur
ISBN 978-979-99141-5-6 265
Pendataan Hidrogeologi
Pendataan hidrogeologi
dilakukan dengan metoda pengamatan
sumber-sumber air permukaan, antara
lain sumur-sumur penduduk dan mata
air. Kedalaman sumur-sumur penduduk
diukur kedalamannya dengan
menggunakan depth meter agar arah
aliran air permukaan dapat diketahui..
Identifikasi mata air dan rembesan
dilakukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya airtanah yang
berhubungan dengan struktur geologi
seperti patahan yang berkembang di
daerah kerja. Data hasil pendataan
hidrogeologi tersebut akan digunaka
sebagai pembanding nilai tahanan jenis
batuan yang mengandung air dan batuan
kering. Pendataan juga dilakukan
hingga desa disekitar daerah kerja untuk
mengetahui aliran airtanah permukaan.
Pelaksanaan kegiatan terdapat pada
gambar 11.
Daerah kerja merupakan
daerah yang sangat kering sehingga
sulit didapatkan sumur penduduk yang
masih berair, sedangkan pada daerah
kerja juga tidak terdapat mata air yang
cukup, sehingga sangat sulit untuk
menentukan tinggi muka airtanah. Data
airtanah permukaan dilakukan hingga
jauh ke luar daerah untuk membantu
menentukan arah aliran airtanah
permukaan. Sumur penduduk di daerah
kerja rata-rata memiliki kedalaman 12 –
15 m, dengan tebal air hanya 0,5 – 1 m.
Sumber air yang digunakan penduduk
saat ini berasal dari air sungai yang
dinaikkan dengan jarak 3 – 3,5 km dari
daerah kerja. Dari data mata air
disekitar desa ini diketahui bahwa aliran
airtanah permukaan mengalir ke arah
barat daya.
b a
ISBN 978-979-99141-5-6 266
Gambar 11. (a) Mata air Bantur timur (mata air yang terdekat di barat Dsn Kutukan, (b) Mata air S. Jeding yang telah di pasang genset tetapi hilang dan tdk beroperasi lagi (c) Mata
air S. Ringin yang telah dipasang pompa submersible, (d) Mata air di tepi sungai Jeding di barat Kurukan.
Pengukuran Geolistrik Tahanan
Jenis
Pengukuran geolistrik tahanan
jenis di Desa Rejosari menggunakan
metoda vertical electrical sounding
(VES) menggunakan konfigurasi
elektroda Schlumberger dengan
bentangan maksimal 500 meter ke arah
kiri – kanan dari titik ukur. Kegiatan
pengukuran tampak pada Gambar 12.
Titik pengukuran yang dapat dilakukan
berjumlah 31 titik, dengan sebaran titik
seperti pada Gambar 13.
Berdasarkan analisis hasil
pengukuran geolistrik, lapisan batuan
pada Desa Rejosari terbagi menjadi 5
lapisan batuan, yaitu breksi, batupasir-1,
batugamping pasiran, batugamping
terumbu, dan batupasir-2. Lapisan
breksi tersingkap di permukaan
terutama pada puncak-puncak bukit
dengan kisaran nilai tahanan jenis 33-37
Ωm. Di bawah lapisan breksi terdapat
lapisan batupasir-1. Lapisan batupasir-1
ini di beberapa tempat tersingkpa di
permukaan dengan kisaran nilai tahanan
jenis 2-39 Ωm. Di dalam lapisan
batupasir-1 ini juga terdapat sisipan
batulempung yang tidak menerus
dengan kisaran nilai tahanan jenis 2-9
Ωm dan tebal ± 3 m. Di bawah lapisan
batupasir terdapat lapisan batugamping
pasiran dengan kisaran nilai tahanan
jenis 31 – 115 Ωm dan batugamping
c d
ISBN 978-979-99141-5-6 267
terumbu dengan kisaran nilai tahanan
jenis 119-193 Ωm. Hubungan kedua
batugamping ini menjari, dimana
lapisan batugamping terumbu terkadang
menghilang atau tidak menerus. Di
bawah lapisan batugamping ini terdapat
lapisan batupasir-2, dimana keberadaan
lapisan batuan ini diketahui dari nilai
tahanan jenisnya yang relatif sama
dengan lapisan batupasir-1. Lapisan
batupasir-2 ini memiliki kisaran nilai
tahanan jenis 13-19 Ωm. Kisaran nilai
tahanan jenis batuan dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Kisaran nilai tahanan jenis lapisan batuan di Desa Rejosari, Bantur.
Lapisan Batuan Nilai Tahanan Jenis (ΩΩΩΩm)
Breksi 33-37
Batupasir-1 2-39
Batugamping pasiran 31-115
Batugamping terumbu 119-193
Batupasir-2 13-19
Gambar 12. Pengukuran geolistrik tahanan jenis konfigurasi Schlumberger
di Desa Rejosari, Bantur.
ISBN 978-979-99141-5-6 268
Gambar 13. Peta lokasi titik pengukuran geolistrik di Desa Rejosari, Bantur.
Dari hasil pengukuran dan
pengolahan data tahanan jenis dibuat
suatu korelasi titik-titik pengukuran
menjadi suatu penampang tahanan jenis
vertikal untuk mendapatkan gambaran
permukaan dan bawah permukaan
lapisan batuan. Penampang korelasi
tahanan jenis vertikal batuan dapat
dilihat pada gambar 14 dan gambar
15.
Gambar 14. Penampang korelasi tahanan jenis vertikal SW – NE Desa Rejosari, Bantur.
ISBN 978-979-99141-5-6 269
Gambar 15. Penampang korelasi tahanan jenis vertikal W – E Desa Rejosari, Bantur.
Dari seluruh kegiatan yang
dilaksanakan maka diperlukan analisis
yang menyeluruh untuk mendapatkan
akuifer yang potensial. Pada tahap ini
dilakukan pemilihan lokasi yang paling
potensial hasil pengukuran tahanan
jenis baik tebal maupun sebarannya
serta didukung keberadaan fraktur
disekitarnya yang diketahui dari
pemetaan geologi dan pengukuran
intensitas gas radon.
PEMBAHASAN
Lokasi kerja terletak pada
koordinat X = 675264,490 –
676704,193 m; Y = 9082442,686 –
9084182,603 m; Z = 325,029 – 404,166
mdpl, dengan litologi yang dapat
dikelompokkan ke dalam tiga satuan
yaitu Satuan Breksi volkanik, Satuan
Batupasir dan Satuan Batugamping.
Dari hasil pengukuran didapatkan nilai
gas radon berkisar antara 3 – 66,3
KBq/m3 yang menunjukkan zona-zona
yang memiliki nilai tinggi (>20 Kbq)
membentuk kelurusan berarah NE-SW
dan NW-SE, kedua zona ini saling
berpotongan dan diinterpretasikan
sebagai zona fraktur. Dari data fraktur
ini kemudian dipilih lokasi hasil
pengukuran tahanan jenis dengan
akuifer terbaik yang didukung oleh
fraktur.
Batupasir-2 dengan kisaran nilai
tahanan jenis 13 – 19 Ωm diharapkan
dapat menjadi akuifer potensial. Dengan
nilai tahanan jenis 13 – 19 Ωm diduga
lapisan batupasir-2 ini berada pada
kondisi jenuh air. Ketebalan lapisan
batupasir-2 ini lebih dari 29 m dengan
kedalaman top akuifer batupasir-2 ±
150 m. Titik potensial 1 berada di lokasi
pengukuran RJS-11 dengan kedalaman
top akuifer 163 m dan tebal lebih dari
29 meter. Lokasi ini berada pada
koordinat UTM zona 49M 675947mT ;
ISBN 978-979-99141-5-6 270
9083547mU dengan elevasi 359,6
mdpl. Profil tahanan jenis vertikal
lokasi potensial 1 dapat dilihat pada
gambar 16.
Gambar 16. Profil tahanan jenis vertikal RJS-11 (TP-1)
Titik potensial 2 berada di lokasi
pengukuran RJS-15 dengan
kedalaman top akuifer 160,8
meter dan tebal lebih dari 29
meter. Lokasi ini berada pada
koordinat UTM zona 49M
675816;9083324 dengan elevasi
358,7mdpl. Profil tahanan jenis
vertikal lokasi potensial 2 dapat
dilihat pada gambar 4.5.
Gambar 17. Profil tahanan jenis vertikal RJS-15 (TP-2)
ISBN 978-979-99141-5-6 271
Gambar 18. Peta Lokasi Potensial untuk Pemboran Airtanah-dalam
di Desa Rejosari, Bantur.
Gambar 19. Lokasi titik potensial 1 dan 2 Desa Rejosari, Bantur.
KESIMPULAN
Dari kegiatan yang telah dilaksanakan
maka secara umum dapat disimpulkan :
1. Kondisi daerah kerja merupakan
daerah dengan morfologi dataran
hingga perbukitan berlereng landai,
secara umum tersusun atas litologi
batugamping, batupasir dan batuan
volkanik, dengan struktur geologi
yang berkembang baik yaitu sesar
1
2
2 Lokasi Potensial
ISBN 978-979-99141-5-6 272
mayor dan sesar minor serta kekar
yang intensif.
2. Dari hasil pengukuran didapatkan
nilai gas radon berkisar antara 3 –
66,3 KBq/m3 yang menunjukkan
zona-zona yang memiliki nilai
tinggi (>20 Kbq/m3) membentuk
kelurusan berarah NE-SW dan NW-
SE, kedua zona ini saling
berpotongan dan diinterpretasikan
sebagai zona fraktur.
3. Akuifer potensial batupasir-2 karena
diduga berada pada kedalaman top
akuifer berupa lapisan batupasir
dengan kedalaman ± 150 m, kondisi
jenuh air, dengan ketebalan lebih
dari 29 m.
4. Didapatkan 2 titik potensial yaitu
berada di lokasi pengukuran RJS-11
(49M 675947mT ; 9083547mU;
359,6 mdpl) dengan kedalaman top
akuifer 163 m dan tebal lebih dari
29 meter, dan pada RJS-15 (49M
675816; 9083324: 358,7mdpl)
dengan kedalaman top akuifer 160,8
meter dan tebal lebih dari 29 meter.
DAFTAR PUSTAKA
1. Seyhan, E. Fundamentals of
Hydrology. Geografisch Institut der
Rijks Universiteit te Utrecht,
Utrecht, 1977.
2. Simoen, S. Sistem Akuifer di
Lereng Gunung Api Merapi bagian
Timur dan Tenggara : studi kasus
di kompleks Mataair Sungsang
Boyolali Jawa Tengah. Majalah
Geografi Indonesia 15 (1) : 141-
152, 2001.
3. Fetter, C.W. Applied Hydrogeology.
Second edition. MacMillan, New
York, 1988.
4. Arsyad, S. Konservasi Tanah dan
Air. IPB Press. Bogor, 2000.
5. M.Z. Sjafrudin dan S. Hamidi,
1992, Peta geologi regional lembar
Blitar, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Bandung,
1992
6. Hidrogeologi Indonesia lembar X
Kediri, Direktorat Geologi Tata
Lingkungan, Bandung, 1984
7. http://ciptakarya.pu.go.id/profil/prof
il/barat/jatim/malang.pdf
8. Bouwer, H. Ground Water
Hydrology. McGraw-Hill Book
Company., New York. 1978.
9. Todd, D.K., Mays, L.W. Ground
Water Hydrology. John Wiley and
Sons Inc., New York. 1980. 10. Asdak, C. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta, 2002
ISBN 978-979-99141-5-6 273