inventarisasi kerang mutiara yang ada di …. lap. kerang mutiara.pdf · namun, agar usaha budidaya...
TRANSCRIPT
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue
Pelaksana
CV. ANDALAN JAYA BERSAMA
INVENTARISASI KERANG
MUTIARA YANG ADA DI
KABUPATEN SIMEULUE
Tahun 2015
Dinas Kelautan dan PerikananProvinsi Aceh
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Simeulue dengan ibu kota Sinabang secara geografis berada pada
koordinat 02° 15’ - 2° 55’ Lintang Utara dan 95° 40’ - 96° 30’ Bujur Timur. Kabupaten ini
dikelilingi oleh Samudera Hindia yang terletak disebelah Barat Daya Provinsi Aceh, berjarak
105 Mil Laut dari Meulaboh atau 85 Mil Laut dari Tapak Tuan. Kabupaten Simeulue
memiliki luas daratan 1.838,09 km2 dengan panjang garis pantai 762,23 km dan luas wilayah
laut kewenangan kabupaten mencapai 354.516,62 ha (Simeulue Dalam Angka, 2014). Pulau
ini dikelilingi oleh Samudera Hindia dengan potensi pemanfaatan wilayah pesisir, laut dan
pulau-pulau kecil yang sangat besar. Sebagai salah satu gugusan kepulauan, kabupaten
Simeulue memiliki wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil dengan sumberdaya perikanan
yang sangat potensial. Potensi lahan pengembangan perikanan laut di Simeulue sangat besar
karena didukung oleh kondisi topografis, khususnya di pesisir bagian utara yang memiliki
teluk-teluk dengan kondisi perairan yang tenang sehingga memungkinkan kawasan tersebut
dilakukan pengembangan budidaya laut, terutama untuk sumber daya perikanan (Nazaruddin,
2015).
Saat ini diketahui arah kebijakan pemerintah Aceh adalah mengupayakan peningkatan
pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan melalui peningkatan industri perikanan
tangkap, budidaya, industri pengolahan dan industri kelautan yang bertumpu pada IPTEK
dengan memperhatikan kelestariannya sebagai salah satu tulang punggung pembangunan
ekonomi Aceh yang berkelanjutan. Sehingga yang menjadi kawasan fokus pengembangan
perikanan laut Aceh salah satunya adalah Kabupaten Simeulue (Aceh investment and
promotion, 2015).
Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan Kabupaten Simeulue terdiri perikanan
tangkap di laut dan perairan umum (sungai, danau, waduk dan rawa-rawa) dan perikanan
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 2
budidaya (tambak, kolam, sawah (mina padi) atau budidaya ikan dengan sistem keramba
jaring apung, baik di laut maupun di perairan tawar). Potensi komoditas perikanan adalah
budidaya rumput laut, kerapu, kakap, lobster dan kerang mutiara.
Salah satu komoditas perikanan ekonomis yang akan coba digali potensi
pengembangannya pada kegiatan ini adalah kerang mutiara yang ada di Kabupaten Simeulue.
Hal ini dikarenakan Kabupaten Simeulue memiliki potensi perikanan besar sebab memiliki
wilayah laut yang luas, dimana pada survey awal dari para nelayan diperoleh informasi
bahwa mereka sering menemukan kerang yang diyakini merupakan kerang mutiara, sehingga
kawasan perairan di Kabupaten Simeulue berpotensi untuk dikembangkan budidaya
kerang/tiram mutiara yang bernilai ekonomis. Namun, agar usaha budidaya kerang mutiara
berhasil (produksi dapat maksimal) perlu dilakukan terlebih dahulu penelitian inventarisasi
kerang mutiara yang terdapat di Kabupaten Simeulue sehingga dapat diketahui jenis-jenis
kerang mutiara yang dapat dikembangkan untuk kegiatan budidaya kerang mutiara pada
kawasan tersebut.
Seperti yang diketahui perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk
menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro-poor), menyerap tenaga kerja
(pro-job) serta sekaligus mampu sebagai tumpuan pijakan bagi pertumbuhan ekonomi
nasional (pro-growth). Hal ini mengingat sumberdaya lahan perikanan budidaya masih besar
dan belum sepenuhnya dimanfaatkan serta memiliki beberapa krakteristik keunggulan lain
yang mampu dijadikan sebagai landasan penumbuhan ekonomi nasional. Disamping itu,
perikanan budidaya mempunyai kemampuan mengurangi tekanan terhadap lingkungan dari
kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan dari perairan umum melalui perekayasaan
ekosistem perairan untuk memproduksi ikan (pro-sustainability).
Tersedianya data jenis-jenis kerang mutiara yang ditemukan di perairan Simeulue
akan memudahkan pembudidaya mengembangkan budidaya kerang mutiara yang disesuaikan
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 3
dengan kondisi perairan Simeulue, data ini diharapkan dapat menarik para insvestor untuk
mengembangakan budidaya kerang mutiara di perairan Kabupaten Simeulue. Hal ini akan
mendukung Keputusan Meteri Kelautan dan Perikanan No. 12/KEPMEN-KP/2015 tentang
Tim Percepatan Investasi di Bidang Kelautan dan Perikanan untuk 5 Pulau Terdepan yaitu
Simeulue, Natuna, Tahuna, Saumlaki dan Merauke.
1.2 Rumusan Permasalahan
Potensi perikanan kerang mutiara yang besar dapat dikembangkan di Kabupaten
Simeulue karena di daerah ini ditemukan yang diduga adalah kerang mutiara, namun belum
ada masyarakat/nelayan/petani tambak yang mencoba untuk budidaya kerang mutiara yang
memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal ini diduga karena belum terinventarisasinya kerang
mutiara yang terdapat di daerah ini dan belum ditumbuhkembangkan pemahaman kepada
masyarakat setempat akan potensi ekonomis perikanan kerang mutiara apabila
dibudidayakan. Dan tersedianya data awal inventarisasi kerang mutiara yang terdapat di
perairan Kabupaten Simeulue ini diharapkan kedepan dapat menarik para investor untuk
berinvestasi di Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh untuk budidaya kerang mutiara.
1.3 Tujuan dan Sasaran
Adapun tujuan dilakukan kajian mengenai inventarisasi kerang mutiara di Kabupaten
Simeulue adalah sebagai berikut:
Mengetahui jenis-jenis kerang mutiara yang ada di kabupaten Simeulue
Agar teridentifikasinya potensi sumber daya perikanan kerang mutiara di wilayah
Kabupaten Simeulue, sehingga dapat terwujud pengembangan maupun pemanfaatan
sumber daya alam perikanan yang optimal dan terlestarikan.
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 4
Adapun sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan iniadalah dihasilkannya gambaran
sebagai berikut:
Inventarisasi sumber daya perikanan komoditas kerang mutiara di Kabupaten
Simeulue.
Informasi mengenai jenis-jenis kerang mutiara yang ditemukan di perairan Simeulue
dapat dijadikan dasar/acuan bagi pembudidaya yang ingin melakukan kegiatan
budidaya kerang mutiara di perairan laut di Kabupaten Simeulue.
1.4 Ruang Lingkup
Pembahasan dalam kegiatan inventarisasi sumber daya perikanan komoditas kerang
mutiara ini untuk menginventarisasikan potensi kelautan akan dibatasi hanya untuk
Kabupaten Simeulue.
1.5 Keluaran
Hasil dari kegiatan inventarisasi sumber daya perikanan komoditas kerang mutiara
untuk mendata potensi kelautan adalah tersedianya dokumen inventarisasi kerang mutiara
Kabupaten Simeulue sebagai dasar untuk pengembangan dan pemanfaatan sumber daya
perikanan di Kabupaten Simeulue.
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 5
II. STUDI LITERATUR
2.1 Klasifikasi Kerang Mutiara
Kerang mutiara termasuk dalam phylum Mollusca, phylum ini terdiri atas 6 kelas
yaitu: Monoplancohora, Amphineura, Gastropoda, Lamellibrachiata, atau Pellecypoda,
seaphopoda, dan Cephalopoda (Mulyanto, 1987). Kerang merupakan hewan yang
mempunyai cangkang yang sangat keras dan tidak simetris. Hewan ini tidak bertulang
belakang dan bertubuh lunak (Philum mollusca). Klasifikasi kerang mutiara menurut
Sutaman (1993) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Invertebrata
Philum : Mollusca
Klas : Pellecypoda
Ordo : Anysomyaria
Famili : Pteridae
Species : Pinctada sp. dan Pteria sp.
Gambar 1. Kerang Mutiara
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 6
Kerang mutiara merupakan salah satu biota laut yang hampir semua bagian dari
tubuhnya mempunyai nilai jual, baik mutiara, cangkang, daging dan organisme kerang itu
sendiri (benih maupun induk). Jenis-jenis kerang mutiara yang ada di Indonesia adalah
Pinctada maxima, P. margaritifera, P. chimnitzii, P. fucata dan Pteria penguin. Beberapa
daerah Pinctada fucata dikenal juga sebagai Pinctada martensii. Dari kelima spesies tersebut
yang dikenal sebagai penghasil mutiara terpenting yaitu P.maxima, P. margaritifera dan
Pteria penguin (Taufiq et al. 2007). Untuk membedakan jenis tiram mutiara tersebut, perlu
dilakukan pengamatan morfologi, seperti warna cangkang dan cangkang bagian dalam
(Nacre), ukuran serta bentuk.
Tabel 1. Perbandingan dari tiga jenis Pinctada penghasil mutiara yang terpenting
SIFAT-SIFAT P. Martensii P. Margaritifera P. Maxima
Ukuran
Dewasa Penuh 4 inchi 7 inchi 12 inchi
Rata-rata 3 inchi 6 inchi 8 inchi
Cangkang
Kecembungan Cembung Agak cembung Rata
Warna Luar Abu-abu kuning Coklat kehijauan Coklat kuning
Garis Cangkang k. 1.7 coklat ungu Baris titik-titik Pucat hanya
suatu jejak
Nacre
(interior)
Nacre Perak kehijauan Warna baja Putih perak
Pinggiran Jingga kuning Hijau metalik Kuning emas
Garis engsel Panjangnya sedang Pendek Sedang
Berat60-100 cangkang tiap
kan
15 cangkang tiap
kan
9-10 cangkang
tiap kan
Sumber: Forek Indonesia 2001-2004. Catatan : 1 kan = 8,267 pon dan 1 kg = 2,205 pon
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 7
Kerang mutiara merupakan salah satu komoditas perikanan yang menghasilkan
butiran mutiara yang cukup penting sebagai penghasil devisa. Jenis kerang mutiara yang
sangat potensial untuk dikembangkan adalah Pintada maxima, sebab produk mutiara yang
dihasilkannya bernilai ekonomis tinggi dan merupakan salah satu komoditas ekspor di bidang
perikanan. Indonesia merupakan negara beriklim tropis, sehingga pertumbuhan dan proses
pelapisan mutiara dapat terjadi sepanjang tahun. Kerang yang dapat digunakan untuk
memproduksi mutiara adalah kerang yang berukuran panjang cangkang 18 - 20 cm (Anwar,
2002).
Perairan Indonesia sendiri memiliki potensi kerang mutiara (Pinctada maxima) yang
begitu besar di wilayah Indonesia bagian timur seperti Irian Jaya, Sulawesi dan gugusan Laut
Arafuru. Di beberapa daerah tersebut, usaha penyelaman kerang mutiara merupakan mata
pencaharian bagi penduduk setempat. Begitu juga untuk perairan Aceh memiliki potensi
untuk mengembangkan budidaya kerang mutiara.
2. 2 Morfologi dan Anatomi Kerang Mutiara
Bentuk luar tiram mutiara seperti batu karang yang tidak ada tanda –tanda kehidupan.
Kulit mutiara (Pinctada maxima) ditutupi oleh sepasang kulit tiram (Shell, cangkan), yang
tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak pipih, sedangkan kulit sebelah kiri agak
cembung. Species ini mempunyai diameter dorsal-ventral dan anterior-posterior hampir
sama sehingga bentuknya agak bundar. Bagian dorsal bentuk datar dan panjang semacam
engsel berwarna hitam. Yang berfungsi untuk membuka dan menutup cangkang (Winarto,
2004). Kerang mutiara mempunyai sepasang cangkang yang disatukan pada bagian punggung
dengan engsel untuk melindungi bagian dalam tubuh yang lunak agar terhindar dari benturan
atau serangan hewan lain. Kedua belahan cangkang tidak sama bentuknya, cangkang yang
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 8
satu lebih cembung dibanding lainnya. Sisi sebelah dalam dari cangkang terdapat nacre yang
dapat membentuk lapisan mutiara dengan penampilan mengkilap. Cangkang tersusun dari
zat kapur yang dikeluarkan oleh epithel luar. Sel epitel luar ini juga menghasilkan kristal
kalsium karbonat (Ca CO3) dalam bentuk kristal argonit yang lebih dikenal sebagai nacre dan
kristal heksagonal kalsit yang merupakan pembentuk lapisan seperti prisma pada cangkang.
Tubuh kerang mutiara terbagi atas tiga bagian yaitu : bagian kaki, mantel, dan organ
dalam. Kaki merupakan salah satu bagian tubuh yang bersifat elastis terdiri dari susunan
jaringan otot yang dapat merenggang/memanjang sampai tiga kali dari keadaan normal. Kaki
ini berfungsi sebagai alat bergerak hanya pada masa mudanya sebelum hidup menetap pada
substrat (Mulyanto,1987) dan juga sebagai alat pembersih. Pada bagian kaki terdapat bysus,
yaitu suatu bagian tubuh yang bentuknya seperti rambut atau serat, berwarna hitam dan
berfungsi sebagai alat untuk menempel pada suatu substrat yang di sukai.
Setiap jenis kerang mutiara menghasilkan mutiara dengan pesifikasi yang berbeda.
Pinctada maximamenghasilkan mutiara relatif lebih besar dari semua jenis kerang penghasil
mutiara, berwarna perak, emas dan krem. Jenis ini banyak dibudidayakan di Indonesia,
Birma, Thailand dan Australia. Sedangkan kerang jenis Pinctada margaritifera merupakan
primadona negara-negara pasifik selatan. Mutiara yang dihasilkannya bervariasi dari warna
krem sampai warna hitam. Warna hitam merupakan warna yang diminati pelanggan mutiara
dunia saat ini. Dengan demikian harganya sangat mahal. Diameter mutiara yang dihasilkan
umumnya lebih kecil daripada yang diproduksi Pinctada maxima. Sementara Pinctada fucata
adalah jenis yang banyak dibudidayakan di Jepangdan Pteria penguin tidak banyak
dibudidayakan karena sejauh ini hasilnya diperuntukkan hanya pada kalangan tertentu
mengingat bentuk mutiara yang dihasilkannya umumnya tidak bundar.
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 9
2.3 Habitat dan Kebiasaan Makan
Romimohtarto dan Juwana (1999) menyatakan bahwa bivalvia mempunyai tiga cara
hidup, yaitu; (1) membuat lubang pada substrat seperti cacing kapal "Teredo navalis" (Ship
worm); (2 melekat pada substrat dengan segmen seperti tiram (Cassostrea sp); (3) melekat
pada substrat dengan benang bysus (bissal threads) seperti kerang hijau (Perna viridis).
Tiram mutiara jenis Pinctada sp. Banyak dijumpai di berbagai Negara seperti Filipina,
Thailand, Myanmar, Australia dan perairan Indonesia yang menyukai hidup di daerah batuan
karang atau dasar perairan yang berpasir dengan kedalaman 20 –60 m.
Kerang mutiara termasuk biota laut bersifat plankton feeder, sehingga dipercaya akan
membersihkan mutu air dari kemungkinan adanya blooming plankton yang tidak
dikehendaki. Namun apabila kegiatan budidaya ini dalam kapasitas yang besar dan melebihi
daya dukung dari perairan diduga dapat juga menyebabkan krisis plankton yang merupakan
produser primer dalam suatu ekosisitim perairan(Supi dan Arthana, 2008).
2.4 Siklus Hidup dan Reproduksi Kerang Mutiara
Pertumbuhan tiram mutiara sangat tergantung pada suhu air, salinitas, makanan yang
cukup dan persentase kimia dalam air laut. Tiram mutiara dapat tumbuh dengan baik pada
musim panas dimana suhu air tinggi. Tiram mutiara adalah protandrous -hermaphrodite
dengan kecenderungan perbandingan jantan : betina = 1 : 1, dengan adanya peningkatan
umur. Pemijahan sering terjadi akibat perubahan suhu yang ekstrem atau tejadi perubahan
lingkungan yang tiba-tiba. Pemijahan tiram mutiara di perairan tropis tidak terbatas hanya
satu musim, tapi bisa sepanjang tahun. P. Margaritifera mendekati matang gonad pada tahun
kedua, sedangkan P. Maxima jantan matang gonad setelah berukuran cangkang 110-120 mm
dalam tahun pertama hidupnya. Pertumbuhan merupakan aspek biologi yang penting bagi
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 10
pembudidaya terkait dengan pendugaan keberhasilan usahanya. Tiram mutiara P.
margaritifera mencapai ukuran diameter cangkang 7-8 cm dalam tahun pertama, dan
mendekati ukuran sekitar 11 cm pada tahun kedua. Pertumbuhan jenis lain, P. maxima,
mencapai diameter cangkang 10—16 cm pada tahun kedua.
Kerang mutiara mempunyai jenis kalamin terpisah, kecuali pada beberapa kasus
tertentu ditemukan sejumlah individu hermaprodit terjadi perubahan sel kelamin (sel reversal)
biasanya terjadi pada sejumlah individu setelah memijah atau pada fase awal perkembangan
gonad. Fenomena sex reversal pada kerang mutiara (Pinctada maxima) menunjukan bahwa
jenis kelamin pada tiram teryata tidak tetap.
Bentuk gonad tebal menggembung pada kondisi matang penuh, gonad menutupi
organ dalam (seperti perut, hati, dan lain-lain). Kecuali bagian kaki pada fase awal, gonad
jantan dan betina secara eksternal sangat sulit dibedakan, keduanya berwarna krem
kekuningan. Namun, setelah fase matang penuh, gonad kerang mutiara (Pinctada maxima)
jantan berwarna putih krem, sedangkan betina berwarna kuning tua. Pada tiram Pinctada
fucata warna gonad ini terjadi sebaliknya.
Menurut Winanto (2004) bahwa, Tingkat kematangan gonad kerang mutiara
dikelompokkan menjadi 5 fase yaitu :
Fase I : Tahap tidak aktif/salin/istrahat (Inactife/spent/resting)
Kondisi gonad mengecil dan bening transparan dalam beberapa kasus, gonad
berwarna oranye pucat. Rongga kosong, sel berwarna kekuningan (lemak). Pada fase
ini sangat sulit untuk dibedakan.
Fase II : Perkembangan/pematangan (Developing/maturing)
Warna transparan hanya terdapat pada bagian tertentu, material gametogenetik (sel
kelamin) mulai ada dalam gonad sampai mencapai fase lanjut, gonad mulai menyebar
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 11
di sepanjang bagian posterior disekitar otot refraktor dan lebih jelas lagi dibagian
anterior-dorsal. Gamet mulai berkembang disepanjang dinding katong gonad.
Sebagian besar oocyt (bakal telur) bentuknya belum beraturan dan inti belum ada.
Ukuran rata-rata oocyt 60 μm x 47,5 μm.
Fase III : Matang (Mature)
Gonad tersebar merata hampir keseluruh jaringan organ, biasanya berwarna krem
kekuningan. Oocyt berbentuk seperti buah pir dengan ukuran 68 x 50 μm dan inti
berukuran 25 μm.
Fase IV : Matang penuh/memijah sebagian (Fully maturation/partially spawned)
Gonad menggembung, tersebar merata dan secara konsisten akan keluar dengan
sendirinya atau jika ada sedikit-sedikit trigger (getaran). Oosyt bebas dan terdapat
diseluruh dinding kantong. Hampir semua oosyt berbentuk bulat dan berinti, ukuran
oosyt rata-rata 51,7 μm.
Fase V : Salin (Spent)
Bagian permukaan gonad mulai menyusut dan mengerut dengan sedikit gonad
(kelebihan gamet) tertinggal didalam lumen (saluran-saluran didalam organ
reproduksi) pada kantong. Jika ada oosyt maka jumlahnya hanya sedikit dan
bentuknya bulat, ukuran rata-rata oosyt 54,4 μm.
Hasil pengamatan terhadap fase kematangan gonad dan musim pemijahan Pinctada
maxima di teluk Hurun, Lampung dari tahun 1996-2002 menunjukan bahwa kematangan
gonad terjadi setiap bulan. Namun, fase kematangan gonad penuh (FKG IV) hanya terjadi
pada bulan Maret, Mei, dan Agustus-November. Gonad masa istrahat terjadi pada bulan
Desember. Fase I dan II terjadi hampir sepanjang tahun. Selama 7 tahun pengamatan,
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 12
terutama pada bulan April dan Juni, perkembangan gonad tertinggi hanya sampai FKG II.
Sementara FKG III terjadi pad bulan Januari-Maret dan Juni-Desember (Winanto, 2004).
Pada musim tertentu, induk tiram mutiara di alam yang telah dewasa akan bertelur.
Kemudian, telur-telur tersebut akan di buahi oleh sel kelamin jantan (sperma). Pembuahan
terjadi secara eksternal didalam air. Telur yang telah di buahi akan mengalami perubahan
bentuk. Mula-mula terjadi penonjolan polar, lalu membentuk polar lobe II yang merupakan
awal proses pembelahan sel, dan akhirnya menjadi multisel. Tahap berikutnya adalah fase
trocofor. Dengan bantuan bulu-bulu getar, trocofor akan berkembang menjadi veliger (larva
berbentuk D) yang ditandai dengan tumbuhnya organ mulut dan pencernaan. Pada tahap ini
larva sudah mulai makan dan tubuhnya telah di tutupi cangkang tipis. Perkembangan
selanjutnya adalah tumbuh vilum, pada fase ini biasanya larva sangat sensitif terhadap cahaya
dan sering dipermukaan air. Selama fase planktonis, larva biasanya berenang dengan
menggunakan bulu-bulu getar atau hanyut dalam arus air.
Dengan tumbuhnya vilum larva memasuki stadia umbo, kemudian secara bertahap
cangkang juga ikut berkembang. Bentuk cangkangnya sama mantel sudah berfungsi secara
permanen. Kemudian selanjutnya menjadi podifeliger yang di ikuti tumbuhnya kaki sebagai
akhir stadium planktonis. Gerakan-gerakannya sederhana dari berenang sampai berputar-
putar dilakukan dengan vilum dan kaki. Setelah kaki berfungsi dengan baik velum akan
menghilang, lembar-lembar insang mulai tampak jelas. Perkembangan akhir larva yaitu
perubahan fase plantigrade menjadi spat (bibit) dan akan menetap. Selanjutnya akan tumbuh
berkembang menjadi tiram mutiara dewasa dan dapat beruba kelaminnya. Banyak ahli yang
sependapat bahwa Pinctada maxima terjadi perubahan kelamin yang bertepatan dengan
musim pemijahan setelah telur atau sperma habis di seburkan keluar, (Mulyanto, 1987).
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 13
III. METODELOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di perairan laut Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2015. Peta penelitian dapat dilihat pada
Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Lokasi penelitian
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diguanakn pada penelitian ini adalah alat pengukur kualitas air
(DO meter, pH meter, thermometer), kamera digital dan alat tulis.
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 14
3.3 Metode Penelitian
Sesuai dengan tujuan kegiatan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka guna
mencapai keluaran yang diinginkan, metodologi dalam kegiatan ini dibagi atas: tinjauan
pustaka atau study literatur, survei dan diskusi dengan berbagai stakeholder yang terkait, serta
analisis.
3.3.1 Study literatur
Study literatur merupakan kegiatan on desk study terhadap beberapa literatur terkait
tujuan dari kegiatan inventarisasi perikanan komoditas kerang mutiara untuk mendata potensi
perikanan ini. Target dari study literatur adalah untuk mengetahui spesies kerang mutiara
yang ditemukan dilokasi sampling dan inventarisasi perikanan komoditas kerang mutiara
untuk pendataan pengembangan potensi kelautan. Untuk mencapai target tersebut, maka
kegiatan pada study literatur ini difokuskan pada:
a. Kajian literatur (buku pedoman, text book, tulisan/artikel, dan lain-lain).
b. Perumusan poin-poin penting, meliputi: gambaran tentang jenis-jenis kerang mutiara, dan
hal-hal lain yang terkait.
3.3.2 Survei dan diskusi dengan stakeholder terkait
Metode yang digunakan yaitu metode survei, untuk parameter lingkungan perairan
yang diteliti meliputi parameter fisika, kimia dan biologi, pengumpulan data kerang mutiara
dan parameter lingkungan dilakukan dengan cara in-situ dan ex-situ di stasiun pengamatan.
Penentuan titik-titik pengambilan sampel dilakukan secara acak (pengamatan lokasi
pengambilan sampel disesuaikan dengan informasi awal dari masyarakat sekitar dimana
banyak ditemukan cangkang dan kerang mutiara) dan titik-titik sampel yang dipilih
diusahakan mewakili seluruh wilayah studi pengamatan. Selain survei, juga dilakukan diskusi
dengan stakeholder terkait untuk mengumpulkan data terkait jenis-jenis kerang yang
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 15
ditemukan di perairan Kabupaten Simeulue. Pengumpulan data meliputi: pengumpulan data
primer dan pengumpulan data sekunder. Data yang diperoleh dianalisis melalui metode
deskriptif.
3.3.3 Analisis
Analisis merupakan kegiatan mengidentifikasi jenis-jenis kerang mutiara yang
terdapat di perairan Kabupaten Simeulue untuk pendataan, pengembangan dan pemanfaatan
potensi sumber daya perikanan ekonomis tinggi.
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Simeulue
Kabupaten Simeulue memiliki luas daratan 1.838,09 km2 dengan panjang garis pantai
762,23 km dan luas wilayah laut kewenangan kabupaten mencapai 354.516,62 ha.
Kabupaten Simeulue terbagi dalam 10 kecamatan dan 138 desa. Diantara sepuluh
kecamatan tersebut, kecamatan Simeulue Barat menjadi kecamatan yang terluas
sedangkan kecamatan Simeulue Cut merupakan kecamatan yang memiliki luasan paling
kecil diantara yang lain. Selain itu, Kabupaten Simeulue merupakan gugus kepulauan
yang terdiri dari 60 pulau. Selain pulau Simeulue sebagai pulau utama hanya pulau
Siumat dan Pulau Teupah yang berpenduduk (Simeulue Dalam Angka, 2014).
Secara umum, Kepulauan Simeulue berikllim tropika basah dengan curah hujan rata-
rata perbulan sekitar 258 mm atau sekitar 3.090 mm pertahun. Keadaan cuaca sangat
ditentukan oleh penyebaran musim. Pada musim barat yang berlangsung antara bulan
September sampai dengan Februari sering terjadi hujan yang disertai badai dan gelombang
besar sehingga sangat berbahaya bagi pelayaran. Sedangkan musim musim timur atau dikenal
dengan musim kemarau terjadi pada bulan Maret sampai dengan Agustus. Berdasarkan pada
tipe iklim Oldeman, Pulau Simeulue memiliki tipe iklim A, yaitu daerah yang memiliki bulan
basah selama 6 bulan berturut-turut dan selama dua bulan atau kurang mengalami musim
kering. Bulan basah adalah curah hujan lebih dari 200 mm/bulan (Whitten, 1984). Suhu
harian berkisar diantara 18°-33° C, dengan kelembaban udara relatif berkisar antara 60% -
75% dan kecepatan angin rata-rata sebesar 3 knot (Simeulue Dalam Angka, 2014).
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 17
4.2 Inventarisasi Kerang Mutiara di Perairan Kabupaten Simeulue
Inventarisasi adalah suatu kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta
mengenai sumber daya alam untuk perencanaan pengelolaan sumber daya tersebut.
Inventarisasi juga merupakan upaya mengetahui kondisi dan status populasi secara lebih rinci
serta daerah penyebarannya yang dilakukan di dalam dan di luar habitatnya maupun di
lembaga konservasi.
Kegiatan inventarisasi dengan cara kegiatan eksplorasi dan identifikasi. Eksplorasi
adalah kegiatan teknis ilmiah yakni penjelajahan atau penyelidikan untuk mencari tahu suatu
area, daerah, keadaaan, ruang yang sebelumnya tidak diketahui keberadaan akan isinya.
Kegiatan eksplorasi diawali dengan penentuan spesies-spesies kerang mutiara yang
ditemukan oleh nelayan sekitar. Spesies-spesies kerang mutiara tersebut selanjutnya dicari
dengan metode jelajah dengan bantuan nelayan yang memiliki pengetahuan lebih tentang
kerang mutiara. Setelah diperoleh spesies kerang mutiara kemudian dilanjutkan dengan
mengidentifikasi spesies tersebut, manfaatnya dan cara pengembangan spesies tersebut
secara deskriptif melalui wawancara/ diskusi dengan stakeholder. Sedangkan identifikasi
adalah pemberian nama suatu organisme dengan menggunakan pustaka (kunci identifikasi),
determinasi akan lebih mudah jika menggunakan kunci determinasi. Kunci determinasi
merupakan suatu alat yang diciptakan khusus untuk memperlancar pelaksanaan
determinasian hewan. Kunci determinasi dibuat secara bertahap, sampai bangsa, famili, genus
atau spesies. Ciri-ciri kerang mutiara dicocokkan sehingga akhirnya diperoleh satu jawaban
berupa identitas kerang mutiara yang dijumpai.
Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi
tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang. Hal ini dapat dilihat dari
semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya yang terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Potensi mutiara dari Indonesia yang diperdagangkan di
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 18
pasar dunia sangat berpotensi untuk ditingkatkan. Saat ini Indonesia baru memberikan porsi
26 persen dari kebutuhan di pasar dunia, dan angka ini masih dapat untuk ditingkatkan
sampai 50 persen. Sumber daya kelautan Indonesia masih memungkinkan untuk
dikembangkan, baik dilihat dari ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja yang dibutuhkan,
maupun kebutuhan akan peralatan pendukung budidaya mutiara.
Lokasi survey kerang mutiara yang diamati di perairan Kabupaten Simeulue yaitu
pada titik-titik koordinat diantaranya Titik I (N 02 17' 55,8", E 97 24' 24,1"), Titik II (N 02
17' 44,3", E 97 24' 15,3"), Titik III (N 02 20' 34,7", E 97 23'21,3"). Berdasarkan hasil
penelitian diketahui kerang di Kabupaten Simeulue sering ditemukan pada kedalaman
berkisar 1-10 meter. Namun yang paling banyak ditemukan pada kedalaman 2-5 m. Jenis
kerang yang ditemukan sebanyak 3 jenis dan masyarakat belum mengetahui nama spesiesnya.
Jenis kerang yang ditemukan sebanyak 6 jenis, namun ketika diidentifikasi diketahui
diantaranya yaitu jenis Pinctada margaritifera dan Pteria penguin. Kedua jenis kerang yang
ditemukan ini merupakan kelompok kerang yang menghasilkan mutiara.
Kerang jenis Pinctada margaritifera merupakan primadona negara -negara pasifik
selatan. Mutiara yang dihasilkannya bervariasi dari warna krem sampai warna hitam. Warna
hitam merupakan warna yang diminati pelanggan mutiara dunia saat ini. Dengan demikian
harganya sangat mahal. Diameter mutiara yang dihasilkan umumnya lebih kecil daripada
yang diproduksi Pinctada maxima. Pertumbuhan tiram mutiara sangat tergantung pada suhu
air, salinitas, makanan yang cukup dan persentase kimia dalam air laut. Tiram mutiara dapat
tumbuh dengan baik pada musim panas dimana suhu air tinggi. Tiram mutiara adalah
protandrous-hermaphrodite dengan kecenderungan perbandingan jantan : betina = 1 : 1,
dengan adanya peningkatan umur. Pemijahan sering terjadi akibat perubahan suhu yang
ekstrem atau tejadi perubahan lingkungan yang tiba-tiba. Pemijahan tiram mutiara di perairan
tropis tidak terbatas hanya satu musim, tapi bisa sepanjang tahun. P. Margaritifera mendekati
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 19
matang gonad pada tahun kedua. Tiram mutiara P.margaritifera mencapai ukuran diameter
cangkang 7 – 8 cm dalam tahun pertama, dan mendekati ukuran sekitar 11 cm pada tahun
kedua.
Pteria penguin merupakan salah satu organisme laut yang tergolong dalam phylum
Mollusca. Organisme laut ini juga dikenal sebagai kerang penghasil mutiara. Karena
bentuknya tidak begitu bundar maka penggemarnya hanya pada kalangan terbatas saja
umumnya. Namun hal itu dapat dibuat lebih menarik dengan membuat karya yang lain
dengan bahan dasar mutiara tersebut. Kurangnya sumberdaya manusia mengakibatkan kurang
optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam di Kabupaten Simeulue.
Gambar 2. Kerang mutiara yang telah dibuka dan menghasilkan mutiara
Kondisi lokasi sampling pada Kabupaten Simeulue yaitu di Teluk Dalam, Lugu
Sekbakhak dan Sambay memiliki kondisi perairan laut yang tenang, lokasi sampling dekat
dengan pantai dan terlindung dari angin, kondisi arus lautnya lemah, gelombangnya kecil,
dasar perairan pasir dan lokasi sampling jauh dari pemukiman dan dekat dengan kawasan
manggrove (Tabel 2). Berdasarkan hasil survey eksploratif diperoleh kondisi lokasi
penemuan kerang menunjukkan kriteria habitat perairan kerang mutiara. Hal ini dapat dilihat
dari faktor ekologi antara lain subtratnya berpasir, perairan tenang, gelombang kecil, arus
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 20
tenang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wardana (1982) dalam Faturrahman dan
Aunurohim (2014) bahwa beberapa persyaratan dalam menentukan lokasi budidaya laut,
antara lain, (1) terletak pada perairan yang tenang dan terlindung dari pengaruh angin musim,
gerakan arus dan gelombang yang besar; (2) bebas dari kemungkinan-kemungkinan adanya
pencemaran baik yang diakibatkan oleh hasil buangan sampah/kotoran kota, maupun
buangan industri; (3) bebas dari lalulintas kapal atau penempatan wadah budidaya tidak
mengganggu alur pelayaran; (4) penempatan wadah budidaya juga tidak akan menimbulkan
konflik dengan alat tangkap lain yang sudah ada. Hal ini juga didukung dengan pernah
ditemukan kerang mutiara yang diduga jenis P. margaritifera dan Pteria penguin oleh
nelayan yang melaut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wada dan Tëmkin (2008); Yukihara
et al., (1999) bahwa P. margaritifera adalah kerang yang umumnya menempati zona litoral
dan sublitoral pada daerah terumbu karang, juga pada daerah laguna di daerah tropis.
Tabel 2. Kondisi lokasi sampling di Kabupaten Simeulue
No Pengamatan Kab. Simeulue
1 Lokasi Teluk Dalam, Lugu sekbakhak,Sambay
2 Kondisi perairan laut Tenang
3 Kondisi perairan yang dijadikansampling
Dekat dari pantai dan (terlindung dariangin)
4 Kondisi arus air laut Lemah
5 Gelombang kecil
6 Dasar Perairan Pasir
7 Letak lokasi sampling Jauh pemukiman dan dekatmanggrove
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 21
Berdasarkan hasil diskusi/ wawancara dengan stakeholder dan masyarakat setempat
yang berprofesi nelayan, diketahui nelayan sering menemukan kerang (kerang penghasil
mutiara atau kerang bukan penghasil mutiara). Kerang yang ditemukan di perairan saat
melaut oleh sebagian nelayan ada yang dimanfaatkan untuk konsumsi, perhiasan dan juga
kadang diabaikan/dibiarkan tetap di laut tidak dimanfaatkan. Namun, berdasarkan informasi
yang diperoleh diketahui kadang nelayan setempat belum dapat membedakan yang mana
kerang yang menghasilkan mutiara dan tidak.
4.3 Parameter Kualitas Air
Nilai suhu yang teramati di perairan Kabupaten Simeulue di lokasi berkisar dari
26,9°C - 29°C. Berdasarkan ketetapan pemerintah melalui KepMen LH no. 51 Tahun 2004
angka ini masih dalam kategori aman untuk kelangsungan hidup kerang mutiara. Untuk
daerah tropis secara umum kisaran suhu 26-30°C karena memiliki perairan yang hangat
sepanjang tahun Setyobudiandi (1995). Salinitasnya 27-30 ppt. Menurut Kafuku T and
Ikenouen (1992) adalah kisaran salinitas untuk kerang mutiara adalah 15-35‰ dimana
salinitas 18‰ dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan untuk produksi mutiara yang
berkualitas baik dibutuhkan salinitas 21‰ atau juga bisa lebih. Derajat keasaman (pH) sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan organisme perairan. Perairan yang terlalu asam akan
mempengaruhi pertumbuhan biota air bahkan jika melewati ambang batas akan menyebabkan
kematian pada biota tersebut. pH di lokasi sampling adalah 8-9. DO-6,84 mg/L. Oksigen
terlarut untuk budidaya laut harus lebih besar dari 4 ppm (Faturrahman dan Aunurohim,
2014).
Konsentrasi nitrogen di perairan juga ikut mempengaruhi kelayakan suatu lokasi
dijadikan tempat budidaya kerang mutiara. Kandungan nitrit pada perairan alami
mengandung nitrit sekitar 0.001 mg/L. Kadar nitrit yang lebih dari 0.06 mg/L adalah bersifat
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 22
toksik bagi organisme perairan. Nitrit di lokasi sampling adalah 0,002-0,01 mg/L melebihi
baku mutu air, namun belum menyebabkan toksik pada organisme perairan. Sedangkan
ammonia yang berada di perairan sebagian besar merupakan hasil dan proses metabolisme
organisme akuatik dan proses pembusukan bahan organik atau sampah organik seperti
sampah rumah tangga dan lain-lain oleh bakteri yang terbawa arus. Namun nilai amonia di
lokasi sampling masih dalam batas baku mutu air (0,03-0,14 mg/L). Kadar ammonia yang
diperbolehkan berdasarkan KepMen LH nomor 51 tahun 2004 dalam kadar baku mutu air
laut untuk biota laut adalah 0,3 mg/L.
Kandungan fosfat yang tinggi pada suatu perairan yang melebihi kebutuhan normal
organisme dapat terjadi eutrofikasi, sehingga akan meningkatkan pertumbuhan fitoplankton
dalam waktu singkat. Hasil pengamatan nilai fosfat terlihat bahwa lokasi sampling
menunjukan nilai kadar fosfat yang rendah yaitu berkisar 0,04 - 0,14 mg/L. Kadar fosfat hasil
penelitian tersebut masih sesuai dengan kadar fosfat yang optimal untuk pertumbuhan
fitoplankton yaitu 0,27 – 5,51 ppm maka dapat dikatakan bahwa perairan ini merupakan
perairan yang relatif subur dan cocok sebagai lokasi hidup kerang mutiara.
Kecerahan rata-rata perairan selama penelitian yaitu 6 m. Kecerahan ini masih layak
untuk kegiatan budidaya kerang mutiara. Umumnya kerang mutiara menyukai kondisi
perairan dengan kecerahan 4,5-6,5 m (Gokoglu, 2006). Kecerahan air berpengaruh terhadap
fungsi dan dan struktur invertebrate dalam air. Lama penyinaran akan berpengaruh terhadap
proses pembukaan dan penutupan cangkang mutiara. Cangkang mutiara akan terbuka sedikit
jika ada cahaya dan terbuka lebar jika suasana gelap. Proses penutupan dan pembukaan
cangkang kerang P. penguin dipengaruhi oleh kondisi gelap dan terangnya suatu perairan
(Chang, et. al., 2008).
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 23
Parameter kualitas air selama penelitian pada lokasi sampling secara rinci disajikan
dalam tabel berikut ini:
Tabel 3. Parameter Kualitas Air di Kabupaten Simeulue
No Parameter Kualitas Air Kabupaten Simeulue
1 Suhu 27,8-29°C
2 Salinitas 30-36 ppt
3 DO 4,79-6,84 mg/L
4 pH 8
5 Kecerahan 5 m
6 Nitrat 0,12-0,58 mg/L
7 Nitrit 0,002-0,01 mg/L
8 Amoniak 0,03-0,14 mg/L
9 Fosfat 0,11-0,12 mg/L
4.4 Analisis Swot
4.4.1 Kelebihan (strengths)
- Kabupaten Simeulue berdasarkan survey inventarisasi kerang mutiara tahap awal
diduga tempat habitat kerang mutiara jenis P.margaritifera dan Pteria penguin
yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang sangat berpotensi untuk dikembangkan.
- Seperti yang diketahui mutiara asal laut Indonesia punya kualitas lebih baik
dibandingkan kualitas negara-negara lain.
- Potensi budidaya kerang mutiara di Kabuupaten Simeulue sangat besar karena
memiliki teluk terlindung dari hempasan ombak yang cocok untuk lokasi
pengembangan budidaya mutiara laut.
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 24
- Kondisi iklim di kabupaten Simeulue (Indonesia) yang hampir stabil sepanjang
tahun memungkinkan pengembangan budidaya laut hampir tidak terpengaruh oleh
perubahan musim.
- Kabupaten Simeulue memiliki ketersediaan tenaga kerja maupun kebutuhan akan
peralatan pendukung budidaya mutiara.
4.4.2 Kekurangan (weaknesses)
- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai parameter kualitas air di perairan
Kabupaten Simeulue untuk mendukung perkembangan budidaya kerang mutiara.
- Belum diketahui ketersediaan spat tiram/kerang mutiara di perairan Kabupaten
Simeulue.
- Sebelum dilakukan pengembangan budidaya kerang mutiara di Kabupaten
Simeulue sebaiknya diciptakan terlebih dahulu sumber daya manusia yang handal
dalam budidaya kerang mutiara dengan pelatihan/pemagangan di perusahaan-
perusahaan yang bergerak dibidang budidaya kerang mutiara.
- Permodalan, listrik, logistik, sarana dan prasarana masih terdapat beberapa
kekurangan.
- Perlu kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah setempat untuk
mendukung budidaya kerang mutiara di Kabupaten Simeulue.
4.4.3 Peluang (opportunities)
- Kabupaten Simeulue saat ini mulai dilirik oleh pemerintah dan swasta sebagai
kawasan untuk pengembangan perikanan karena disini memiliki komoditas-
komoditas perikanan ekonomis yang sangat diperhitungkan diantaranya lobster.
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 25
Dengan diketahui kawasan ini juga ditemukan kerang mutiara diharapkan dapat
dikembangkan budidayanya karena mutiara juga memiliki nilai ekonomis tinggi.
- Perairan Simeulue masih kurang dimanfaatkan untuk budidaya laut, sehingga
budidaya kerang mutiara diharapkan mampu memanfaatkan potensi ruang yang
ada.
- Saat ini produk mutiara tidak hanya disukai oleh konsumen internasional namun
juga konsumen domestik.
- Permintaan mutiara yang terus meningkat di pasar diantaranya saat ini
meningkatnya permintaan mutiara oleh negara-negara Asia sepeerti India dan
China
4.4.4 Ancaman (threats)
- Persaingan ketat di pasar internasional
- Pemanasan global akan berdampak pada budidaya kerang mutiara.
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 26
4.5 Rekomendasi
Indonesia memiliki laut yang begitu luas dengan kondisi perairan yang sangat baik
untuk usaha budidaya tiram mutiara serta iklim tropis sehingga pertumbuhan lapisan mutiara
dapat terjadi sepanjang tahun. Satu butir mutiara asli yang beratnya 3 gram harganya bisa
mencapai lebih dari Rp 2.000.000,-. Usaha budidaya kerang mutiara prospeknya sangat
menjanjikan, selain menambah lapangan pekerjaan usaha ini dapat menyumbang sumber
devisa Negara karena permintaan mutiara di Negara-negara maju sangat tinggi. Umumnya
mutiara dijadikan sebagai barang perhiasan serta sebagai bahan kosmetik maupun obat-
obatan dan hanya mampu dimiliki oleh masyarakat ekonomi menengah ke atas.
Indonesia merupakan penghasil Mutiara Laut Selatan atau Indonesian South Sea Pearl
(ISSP) yang berasal dari tiram Pinctada maxima dengan sentra pengembangan Pinctada
maxima di Indonesia tersebar di beberapa daerah yaitu Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat,
Sumatera Barat dan Lampung. Pelaku usaha budidaya mutiara SSP di Indonesia pada tahun
2013 tercatat sebanyak 23 perusahaan yang terdiri dari perusahaan swasta nasional (PMDN)
sebanyak 17 perusahaan dan Perusahaan Modal Asing (PMA) sebanyak 6 perusahaan,
dimana 21 perusahaan diantaranya telah tergabung dalam ASBUMI. SSP memiliki keunikan,
berupa warna maupun kilaunya yang mempesona dan abadi sepanjang masa, sehingga sangat
digemari di pasar internasional, dan biasanya diperdagangkan dalam bentuk loose dan
jewelery (perhiasan). Dari segi volume, Indonesia merupakan produsen SSP terbesar di dunia
dengan memasok ± 43% kebutuhan dunia, sedangkan dari sisi nilai perdagangan, Indonesia
menempati urutan ke-9 (sembilan) dunia dengan nilai ekspor sebesar US$ 25,8 juta atau
2,04% dari total nilai ekspor seluruh jenis mutiara di dunia yang mencapai US$ 1.2 milyar, di
bawah India, Jepang, Cina, Australia, Tahiti, Swiss, USA, dan Inggris. Negara tujuan ekspor
mutiara Indonesia adalah Hongkong, Australia, Jepang, Thailand, Korea Selatan, dan lain-
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 27
lain (UN Comtrade, 2014). Kecenderungan harga pasar mutiara yang menurun akibat krisis
Lehman di tahun 2008 terhenti dan saat ini harga mutiara cenderung membaik terutama
Mutiara Akoya dan SSP, hal ini disebabkan permintaan pasar China dan Amerika yang tinggi
sehingga secara perlahan memulihkan harga mutiara di dunia. Sedangkan di pasar Eropa
masih lemah mengingat ekonomi Eropa yang tidak kunjung membaik (P2HP-KKP, 2015).
Pada tabel dibawah ini disajikan informasi berdasarkan report market brief produk
mutiara di Korea Selatan pada maret 2013 tentang peringkat negara-negara pengekspor
mutiara dunia dan ekspor produk mutiara Indonesia ke dunia sebagai berikut.
Tabel 4. Urutan negara eksportir produk mutiara (kode HS 7101) di dunia tahun 2009-2012(peringkat berdasarkan data tahun 2012) (dalam US$ 1000)
Peringkat Eksporter 2009 2010 2011 2012
Dunia 1,396,444 1,426,287 1,573,450 1,471,150
1 Hongkong, China 389,996 413,489 442,445 408,360
2 China 219,932 257,602 293,353 283,979
3 Jepang 191,197 187,283 211,085 210,504
4 Australia 257,591 208,552 251,814 173,544
5 French Polynesia 90,957 83,084 76,237 76,184
6 Amerika Serikat 39,292 44,645 53,740 65,609
7 Swiss 41,575 43,867 45,329 54,785
8 United Kingdom 20,048 26,079 27,204 33,046
9 Indonesia 22,332 31,421 31,790 29,432
10 Filipina 14,690 14,336 16,895 23,467
Sumber: www.trademap.org dalam report market brief produk mutiara di Korea Selatantahun 2013
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 28
Tabel 5. Ekspor produk mutiara (kode HS 7101) Indonesia ke dunia tahun 2009-2012(peringkat berdasarkan data tahun 2012) (dalam US$ 1000)
Peringkat Importir 2009 2010 2011 2012
Dunia 22,332 31,421 31,790 29,432
1 Hongkong, China 8,497 11,048 13,668 13,902
2 Jepang 10,169 15,931 12,847 9,300
3 Australia 3,261 3,954 4,942 5,993
4 Korea Selatan 0 227 271 105
5 Swiss 0 81 0 96
6 Thailand 0 156 0 36
Sumber: www.trademap.org dalam report market brief produk mutiara di Korea Selatantahun 2013
Berdasarkan informasi dari tabel diatas posisi Indonesia dalam mengekspor produk
mutiara masih dapat ditingkatkan. Mengingat Indonesia memiliki potensi untuk
mengembangkan mutiara karena memiliki perairan laut yang luas dan kondisi perairan
tersebut mendukung untuk mengembangkan budidaya kerang mutiara. Saat ini yang baru
dikembangkan budidaya kerang mutiara dan penghasil produk mutiara terbesar berada di
Indonesia bagian timur. Kominfo newscenter (2012) menginformasikan bahwa Indonesia
merupakan penghasil mutiara SSP (south sea pearls / mutiara laut selatan) yang berasal dari
kerang Pinctada maxima baik dari hasil alam maupun dari budidaya, sentra pengembangan
Pinctada maxima tersebar di beberapa daerah seperti Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku
Utara dan Papua. Menurut Pusat Data Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP), tahun 2011 produksi mutiara SSP Indonesia mencapai 6.300 kg (53 %)
dari produksi mutiara SSP dunia sebanyak 12.000 kg per tahun. Sebagian besar SSP
Indonesia diekspor, namun demikian tingginya produksi mutiara belum diikuti dengan
peningkatan kualitas mutiara, akibatnya harga mutiara Indonesia di pasar dunia masih jauh
lebih rendah dibanding mutiara asal Australia. UN Comtrade (2012) menyebutkan
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 29
perdagangan mutiara Indonesia di dunia tahun 2011 mencapai US$ 31,8 juta, masih jauh dari
nilai perdagangan mutiara dunia yang mencapai US$ 1,5 miliar.
Setelah dilakukan penelitian tentang inventarisasi kerang mutiara di Kabupaten
Semeulue ini diharapkan kedepan akan dilakukan pengembangan, pemanfaaatan dan
pengelolaan yang sebaik-baiknya terhadap komoditas perikanan ekonomis kerang mutiara
oleh masyarakat dan pemerintah setempat dan dapat dijadikan ujung tombak pengembangan
perikanan kerang mutiara di bagian barat Indonesia. Informasi awal mengenai inventarisasi
kerang mutiara ini diharapkan mampu menarik investor untuk berinfestasi di Kabupaten
Simeulue untuk mengembangkan budidaya kerang mutiara. Sehingga membuka lapangan
kerja bagi masyarakat, meningkat ekonomi rumah tangga pembudidaya dan menambah
pendapatan daerah. Selain itu, sebelum melakukan budidaya juga terlebih dahulu harus
memiliki komitmen kuat untuk memperhatikan daya dukung lahan serta memperhatikan
kelestarian sumberdaya dan lingkungan hidup (pro-environment), sehingga usaha perikanan
budidaya yang dikembangkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan dan
bertanggungjawab.
Berdasarkan hasil penelitian tentang inventarisasi kerang mutiara di Kabupaten
Semeulue, peneliti merekomendasikan kawasan perairan lokasi sampling selama penelitian
dapat dikembangkan budidaya kerang mutiara. Namun sebelum hal itu dilakukan, pemerintah
setempat harus mempersiapkan terlebih dahulu diantaranya:
- Pra budidaya yaitu waktu dimana sebelum dilakukannya budidaya, yang harus
dipersiapkan adalah sumber daya manusia, modal, pasar dan konsumen, dan teknik
budidaya.
Sumber daya manusia merupakan aspek penting dalam melakukan suatu
kegiatan budidaya, karena tanpa sumber daya manusia mustahil kita bisa
melakukan budidaya. Sumber daya manusia yang berkaitan
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 30
denganketersediaan tenaga terampil seringkali menjadi masalah yang sangat
mendasar. Namun, penyediaan tenaga terampil dapat diupayakan melalui
pelatihan-pelatihan. Biasanya kita dapat manfaatkan warga sekitar lokasi
budidaya yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, sehingga dapat membuka
lapangan kerja baru bagi mereka.
Jumlah modal setiap jenis budidaya. Untuk memulai usaha budidaya kerang
mutiara memang dibutuhkan investasi yang relatif besar, paling tidak 750 juta
rupiah hingga 1 miliyar rupiah untuk 10.000 jumlah kerang yang
dibudidayakan kita membutuhkan investor untuk membantu kelancaran
budidaya. Sehingga perlu dicermati perhitungan kelayakan usaha agar investor
dapat mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan waktu pengembalian modal
dan prediksi keuntungan yang akan diperoleh.
Pasar dan konsumen perlu diperhatikan sebelum melakuakan kegiatan
budidaya. Dalam usaha budidaya mutiara dari tahun ke tahun semakin
meningkat karena hampir semua orang mengetahui bahwa kerang mutiara
merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi.
Pembudidaya harus memahami bagaimana teknik budidaya kerang mutiara,
sehingga kegiatan budidaya kerang mutiara dapat berjalan lancar.
- Budidaya yang harus diperhatikan antara lain:
Monitoring organisme, bibit, alat rekonstruksi dan lingkungan
Pemberian pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan kegiatan
pembenihan kerang mutiara. Keberhasilan pemberian pakan yang tepat waktu,
jumlah dan jenis akan sangat mendukung keberhasilan produksi massal spat.
- Pasca budidaya
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 31
Pembudidaya juga harus mengetahui teknik pemanenan kerang mutiara
dengan baik.
Pemasaran, pembudidaya harus mengetahui biasanya jumlah produksi mutiara
untuk setiap musim panen, tidak terdata dan terdokumentasi dengan baik. Hal
ini dikarenakan panen mutiara tidak berlangsung secara bersamaan antara satu
pembudidaya dengan pembudidaya lainnya. Selain itu lamanya rentang waktu
yang dibutuhkan dari proses pembesaran sampai pada tahap penyuntikan yaitu
kurang lebih 1,5 sampai dengan 2 tahun mengakibatkan kerang mutiara
tersebut baru dapat dipanen untuk pertama kalinya pada tahun ke-3. Alasan
lain yang tidak kalah penting adalah sistem pemasaran hasil budidaya mutiara
ini dilakukan dengan sistem pemasaran secara individu kepada orang asing.
Transaksi ini seringkali dilakukan tidak di daerah tempat asal mutiara itu
dibudidayakan.
Pinctada margaritifera yang diduga jenis kerang mutiara yang ditemukan di perairan
Simeulue merupakan jenis kerang mutiara yang paling diminati oleh konsumen domestik
maupun internasional dan merupakan primadona negara-negara pasifik selatan. Mutiara yang
dihasilkannya bervariasi dari warna krem sampai warna hitam. Warna hitam merupakan
warna yang diminati pelanggan mutiara dunia saat ini. Dengan demikian harganya
sangat mahal. Sehingga kerang mutiara jenis ini sangat direkom untuk segera dibudidayakan.
Potensi pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan kerang mutiara yang ditemukan
di Kabupaten Simeulue jenis Pteria penguin cukup menjanjikan. Walaupun di Indonesia
budidaya Pteria penguin masih kurang jika dibandingkan jenis kerang mutiara lainnya seperti
Pinctada maxima, Pinctada margaritifera. Hal ini disebabkan karena Pteria penguin sejauh
ini hasilnya diperuntukkan hanya pada kalangan tertentu mengingat bentuk mutiara yang
dihasilkannya umumnya tidak bundar. Namun dengan sentuhan seni, mutiara yang dihasilkan
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 32
oleh Pteria penguin dapat menjadi asesoris lain seperti kancing baju atau bross, tetapi
harganya masih tetap tinggi. Contoh mutiara yang dihasilkan oleh Pteria penguin adalah
Mabe biasanya memang diternakkan pada tiram-tiram yg tidak bisa menghasilkan mutiara
yang utuh.
Metoda yang digunakan untuk budidaya kerang mutiara direkomendasikan adalah
metoda rakit apung (floating raft method) yang dilengkapi dengan keranjang pemeliharaan
(pocket). Metoda ini yang paling umum digunakan dalam budidaya kerang mutiara di
Indonesia karena perawatannya yang relatif lebih mudah. Rakit apung selain berfungsi
sebagai pemeliharaan induk, pendederan, dan pembesaran, juga berfungsi sebagai
aklimatisasi (beradaptasi) induk pasca pengangkutan. Metoda rakit apung banyak digunakan
karena lebih mudah dalam pengawasan serta hasilnya lebih baik dari pada cara pemeliharaan
dasar (botton culture method). Bahan utama metode ini adalah kayu rakit (kayu atau bambu),
pelampung (drum minyak, fiber glass, styrofoam), tali-tali dan jangkar (Mulyanto, 1987).
Padat penebaran yang umumnya digunakan dalam pemeliharaan kerang mutiara yaitu
8 individu/keranjang. Pemeliharaan spat kerang disesuaikan dengan kondisi perairan
disekitarnya. Sutaman (1993) menyatakan pemeliharaan benih (spat) yang masih kecil
berukuran dibawah 5 cm dipelihara pada kedalaman 2-3 cm sedangkan spat dengan ukuran di
atas 5 cm dipelihara pada kedalaman lebih dari 4 cm.
Keberhasilan pemeliharaan kerang mutiara untuk menghasilkan mutiara bulat baik
kualitas maupun kuantitas sangat ditentukan oleh proses penanganan kerang sebelum operasi
pemasangan inti, saat pelaksanaan operasi, pasca operasi dan ketrampilan dari teknisi serta
sarana pembenihan kerang yang memadai.
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 33
V. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Simeulue memiliki
komoditas perikanan kerang mutiara yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang dapat
dikembangkan dan dikelola dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan nilai pendapatan
masyarakat nelayan setempat. Dari beberapa kerang yang ditemukan diduga diantaranya
adalah jenis kerang mutiara jenis Pinctada margaritifera dan Pteria penguin yang memiliki
nilai ekonomis tinggi.
4.2 Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mendukung informasi awal ini apabila ingin
mengembangkan budidaya kerang mutiara di Kabupaten Simelue baik dari segi kondisi
perairan maupun kondisi lingkungan masyarakat serta pemerintah setempat secara lebih rinci.
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 34
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, 2007. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung.189 hal.
Fathurrahman dan Aunurohim. 2014. Kajian Komposisi Fitoplankton dan Hubungannya denganLokasi Budidaya Kerang Mutiara (Pinctada maxima) di Perairan Sekotong, NusaTenggara Barat. Jurnal Teknik Pomits V0l 3(2), ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
Kominfo Newscenter.2012. 53% Produksi Mutiara Dunia Berasal dari Indonesia.http://kominfonewscenter.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2589:53-produksi-mutiara-dunia-berasal-dari-indonesia&catid=38:ekonomi-dan-dunia-usaha&Itemid=37. [ 1 September 2015]
Mulyanto. 1970. Teknik Budidaya Laut Tiram Mutiara di Indonesia. Jakarta: Diklat AhliUsaha Perikanan.
Nazaruddin. 2015. Analisis Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Laut di Pesisir UtaraKabupaten Simeulue. Program Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala [Tesis]. Bandaaceh.
Report market Brief. 2013. Produk Mutiara di Korea Selatan.
Romimohtarto, K. dan S. Juwana.1999. Biologi Laut. Ilmu Tentang Pengetahuan Biota Laut.Puslitbang Oceanografi-LIPI. Jakarta: 527 hal.
Setyobudiandi. I,. 1995. Teknik Pemeliharaan Moluska. Materi Pelatihan Sistem OperasiPengendalian dan Pemeliharaan Air Laut. Bogor: Fakultas Perikanan IPB.
Supii, A.I dan I.W. Arthana. Studi Kualitas Perairan Pada Kegiatan Budidaya Tiram Mutiara(Pinctada Maxima) Di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Ecotrophic 4(1) : 1 – 7. ISSN: 1907-5626
Sutaman. 1993. Tiram Mutiara, Teknik Budidaya dan Proses Pembuatan Mutiara. Kanisius.Yogyakarta. 78 ha
Taufiq, N , Retno H, Justin C dan Jussac MM. 2007. Pertumbuhan Tiram Mutiara (Pinctadamaxima) pada Kepadatan Berbeda. Ilmu Kelautan UNDIP. Maret 2007. Vol. 12 (1) :31 – 38 ISSN 0853 – 7291.
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 35
Lampiran Dokumentasi Kegiatan
Gambar Lokasi Sampling Dekat
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 36Gambar Kondisi Perairan Pasir Berbatu
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 37
Gambar Tim Survey Saat Sampling ke Lokasi
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 38
Gambaran pengukuran DO
Inventarisasi Kerang Mutiara Yang Ada Di Kabupaten Simeulue Page 39
Gambar Pengukuran Salinitas