interaksi sosial masyarakat tionghoa dengan …
TRANSCRIPT
INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT TIONGHOA DENGAN
MASYARAKAT PRIBUMI
(Studi Kasus Masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari,
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Tomi Rizki Akbar
NIM : 11150150000020
PRODI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT TIONGHOA DENGAN
MASYARAKAT PRIBUMI
(Studi Kasus Masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari, Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Tomi Rizki Akbar
NIM. 11150150000020
Yang Mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Abdul Rozak, M.Si Dr. Nurochim, M.M
NIP.19690908 199603 1 004 NIP.19590715 198403 1 003
PRODI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Interaksi Sosial Masyarakat Tionghoa dengan
Masyarakat Pribumi(Studi Kasus Masyarakat Cina Benteng di Kelurahan
Sukasari, Kecamatan Tangerang, kota Tangerang) disusun oleh Tomi Rizki
Akbar, NIM. 11150150000020, Prodi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak
untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh
fakultas.
Jakarta, 12 Maret 2020
Yang Mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Abdul Rozak, M.Si Dr. Nurochim, M.M
NIP.19690908 199603 1 004 NIP.19590715 198403 1 003
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Interaksi Sosial Masyarakat Tionghoa Dengan Masyarakat
Pribumi (Studi Kasus Masyarakat Cina Benteng Di Kelurahan Sukasari,
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang)” oleh Tomi Rizki Akbar NIM.
11150150000020, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah
pada tanggal 9 Juli 2020, di hadapan dewan penguji karena itu penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Tadris Ilmu
Pengetahuan Sosial.
Jakarta, 9 Juli 2020
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Dr. Iwan Purwanto, M.Pd
NIP.19730424 200801 1 012
Sekretaris Jurusan/Program Studi)
Andri Noor Ardiansyah, M.Si
NIP.19840312 201503 1 002
Penguji I
Neng Sri Nuraeni, M.Pd
NIDN. 2005058801
Penguji II
Zaharah, M.Ed
NIP.19720115 201411 2 002
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul
Interaksi Sosial Masyarakat Tionghoa dengan Masyarakat Pribumi(Studi
Kasus Masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari, Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang) yang disusun oleh Tomi Rizki Akbar, NIM.
11150150000020, Prodi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji
kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi.
Jakarta, 12 Maret 2020
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Abdul Rozak, M.Si Dr. Nurochim, M.M
NIP.19690908 199603 1 004 NIP.19590715 198403 1 003
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
N a m a : Tomi Rizki Akbar
Tempat/Tgl.Lahir : Tangerang, 16 Juli 1997
NIM : 11150150000020
Jurusan / Prodi : Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial
Judul Skripsi : Interaksi Sosial Masyarakat Tionghoa dengan Masyarakat
Pribumi (Studi Kasus Masyarakat Cina Benteng di Kelurahan
Sukasari, Kecamatan Tangerang Kota Tangerang).
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Abdul Rozak, M.Si
2. Dr. Nurochim, M.M
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 12 Maret 2020
Mahasiswa Ybs.
Tomi Rizki Akbar
NIM. 11150150000020
KEMENTERIAN AGAMA
UIN JAKARTA
FITK Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
No. Revisi : 01
Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
i
ABSTRAK
Tomi Rizki Akbar (NIM: 11150150000020). Interaksi Sosial Masyarakat
Tionghoa dengan Masyarakat Pribumi (Studi Kasus : Masyarakat Cina
Benteng di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang).
Skripsi Program Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Interaksi Sosial
Masyarakat Tionghoa dengan Masyarakat Pribumi di Kelurahan Sukasari,
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang serta memperoleh faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya integrasi sosial antara masyarakat Tionghoa dengan
masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari, Kota Tangerang. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptrif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Sumber Data
atau informan adalah sepuluh orang yang diantaranya dari masyarakat Cina
Benteng dan masyarakat lokal atau pribumi di Kelurahan Sukasari. Pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa : (1) Interaksi sosial antara
masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari
bersifat assosiatif, hal tersebut terbentuk dalam ikatan sosial yang positif dan
saling bekerjasama dalam aktivitas sosial maupun dalam kegiatan tertentu, seperti
perayaan hari besar dan perayaan kebudayaan masing-masing masyarakat. Selain
itu, adanya rasa keterbukaan diri sehingga menciptakan hubungan yang baik tanpa
adanya rasa membeda-bedakan antar masyarakatnya serta terhindar dari adanya
konflik sosial yang muncul baik dari perbedaan keagamaan, sosial maupun
kebudayaan. (2) Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya integrasi
sosial antara masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat pribumi, yaitu adanya
proses interaksi sosial yang relatif lama dan adanya rasa toleransi antar
masyarakat. Adanya proses interaksi sosial dalam waktu yang lama menimbulkan
ikatan yang solid antar masyarakatnya sampai sekarang ini, sehingga dari pada itu
tertanam rasa saling menghormati antar masyarakat terhadap keyakinan yang
mereka miliki dalam lingkungan masyarakat di Kelurahan Sukasari ini.
Kata Kunci : Interaksi Sosial, Masyarakat, Cina Benteng, Pribumi
ii
ABSTRACT
Tomi Rizki Akbar (NIM: 11150150000020). Chinese Social Interaction with
Indigenous People (Case Study: Benteng Chinese Community in Sukasari
Village, Tangerang District, Tangerang City). Thesis Social Sciences Education
Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State
Islamic University Jakarta, 2020.
The purpose of this study was to determine how the Social Interaction of
Chinese Communities with Indigenous Peoples in Sukasari Sub-District,
Tangerang District, Tangerang City and obtain factors that led to social
integration between the Chinese community and indigenous communities in
Sukasari Sub-District, Tangerang City. The research method used in this study is
a qualitative method with a descriptive approach. The sampling technique is
purposive sampling. Data sources or informants are ten people who are from
Benteng China community and local or native community in Sukasari Village.
Data collection in this study uses observation, interviews and documentation.
Based on research, it was found that: (1) Social interaction between
Benteng Chinese people and indigenous communities in Sukasari Village is
associative, it is formed in positive social ties and cooperate with each other in
social activities and in certain activities, such as holidays and cultural
celebrations each community. In addition, there is a sense of self-disclosure so as
to create a good relationship without a sense of discriminating among the people
and avoid social conflicts that arise from religious, social and cultural
differences. (2) There are several factors that cause social integration between
Benteng Chinese people and indigenous people, namely the relatively long
process of social interaction and a sense of tolerance between communities. The
existence of a process of social interaction over a long period of time creates a
solid bond between the communities up to now, so that from that point embedded
a sense of mutual respect between the community towards the beliefs they have in
the community environment in Sukasari Village.
Keywords: Social Interaction, Society, Benteng China, Natives
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT
karena atas rahmat, hidayah, dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW,
keluarga, sahabat, serta umat-Nya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Atas selesainya
skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A, selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Andri Noor Ardiansyah, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Abdul Rozak M.Si, selaku dosen pembimbing satu yang mana telah
meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan,
kritik, dan saran bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
6. Dr. Nurochim M.M, selaku dosen pembimbing dua yang juga telah
meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan,
kritik, dan saran bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan IPS yang telah membimbing
dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
8. Orang tua yang saya sayangi dan selalu memberikan motivasi dan
mendukung saya dalam mengerjakan skripsi, juga terimakasih kepada adik
iv
kandung tercinta saya, Ridho Ananda Akbar yang menjadi inspirasi dan
telah memberikan motivasi serta dukungan dalam mengerjakan skripsi ini.
9. Teman-teman Klan Rispek Mania, Nikiwan Saputra, Reza Dian Fadilla,
Faqihudin yang selalu memberikan dukungan dan perhatianya untuk
senantiasa penulis mengerjakan skripsi, juga terimakasih sudah memberikan
semangat.
10. Teman-teman Jurusan Pendidikan IPS khususnya kelas Sosiologi yang
selalu memberi warna dalam kegiatan perkuliahan.
11. Terimakasih kepada partisipan (masyarakat Cina Benteng dan Pribumi di
Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang) yang telah
meluangkan waktunya serta mendukung peneliti untuk menyelesaikan
skripsi ini.
12. Terimakasih kepada H. Jejen Jaenudin selaku Sekretaris Kelurahan
Sukasari dan juga staff beserta jajarannya yang telah membantu saya dalam
menjalankan proses penelitian.
13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan informasi
yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya dapat memberikan kontribusi dalam pendidikan.
Jakarta, 23 Januari 2020
Penulis
Tomi Rizki Akbar
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah...................................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 9
D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 10
1. Manfaat Teoritis ...................................................................................... 10
2. Manfaat Praktis ....................................................................................... 10
BAB II .................................................................................................................. 12
KAJIAN TEORI ................................................................................................. 12
A. Interaksi Sosial............................................................................................. 12
1. Pengertian interaksi sosial....................................................................... 12
2. Sarat-sarat Terjadinya Interaksi Sosial ................................................... 14
3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ............................................................... 16
B. Kebudayaan Sebagai Media Interaksi Sosial ............................................... 20
C. Hakikat Masyarakat ..................................................................................... 22
1. Pengertian Masyarakat ............................................................................ 22
2. Unsur-Unsur Masyarakat ........................................................................ 24
3. Masyarakat Pribumi ................................................................................ 25
4. Masyarakat Cina Benteng ....................................................................... 27
D. Integrasi Sosial............................................................................................. 32
1. Pengertian Integrasi Sosial ...................................................................... 32
vi
2. Syarat Terbentuknya Integrasi Sosial ..................................................... 33
3. Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Integrasi Sosial ............................. 34
E. Penelitian Yang Relevan.............................................................................. 36
F. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 38
BAB III ................................................................................................................. 40
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 40
B. Metode Penelitian ........................................................................................ 41
C. Sumber Data dan Informan .......................................................................... 42
1. Data dan Sumber data ............................................................................. 42
2. Objek Penelitian dan Informan ............................................................... 44
3. Instrumen Penelitian ............................................................................... 45
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 47
1. Observasi................................................................................................. 47
2. Interview (Wawancara) ........................................................................... 48
3. Dokumentasi ........................................................................................... 49
E. Teknik Analisis Data ................................................................................... 49
1. Pengumpulan Data .................................................................................. 49
2. Reduksi Data ........................................................................................... 50
3. Penyajian Data ........................................................................................ 50
4. Menyimpulkan Data dan Verifikasi ........................................................ 51
F. Rencana Pengujian Keabsahan Data Penelitian .......................................... 51
1. Triangulasi .............................................................................................. 52
2. Meningkatkan ketekunan Pengamatan ................................................... 52
3. Member Check ........................................................................................ 53
BAB IV ................................................................................................................. 54
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 54
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian .......................................................... 54
1. Kondisi Geografis Kelurahan Sukasari ................................................... 54
2. Profil Singkat Kelurahan Sukasari .......................................................... 55
B. Sejarah Masyarakat Cina Benteng ............................................................... 61
vii
C. Informasi Partisipan ..................................................................................... 64
D. Deskripsi Hasil Penelitian............................................................................ 65
1. Interaksi Sosial Masyarakat Cina Benteng dengan Masyarakat Pribumi di
Kelurahan Sukasari ...................................................................................... 68
2. Faktor terjadinya integrasi sosial antara Masyarakat Cina Benteng
dengan Masyarakat Pribumi di Kelurahan Sukasari .................................... 77
BAB V ................................................................................................................... 96
PENUTUP ............................................................................................................ 96
A. Kesimpulan .................................................................................................. 96
B. Implikasi ...................................................................................................... 97
C. Saran ............................................................................................................ 98
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 99
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 101
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian.............................................................. 40
Tabel 3.2 Data dan Sumber Data................................................................... 43
Tabel 3.3 Pedoman Kisi-kisi Instrumen Wawancara..................................... 45
Tabel 3.4 Daftar Kegiatan Observasi............................................................. 47
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kelurahan Sukasari................................................. 56
Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk Kelurahan Sukasari.................................. 57
Tabel 4.3 Penduduk Berdasarkan Keagamaan Yang Dianut...................... 59
Tabel 4.4 Institusi dan Kelembagaan di Kelurahan Sukasari........................ 59
Tabel 4.5 Prasarana Peribadatan.................................................................... 60
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir.................................................................................39
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Komposisi penduduk berdasarkan Etnis............................................58
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Uji Referensi
Lampiran 2 Lembar Observasi
Lampiran 3 Hasil Observasi Interaksi Sosial Masyarakat Cina Benteng dengan
Pribumi di Kelurahan Sukasari
Lampiran 4 Pedoman Wawancara
Lampiran 5 Hasil Wawancara
Lampiran 6 Dokumentasi
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Kelurahan Sukasari, Kota Tangerang
Lampiran 8 Biodata penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang sempurna. Secara
kodratnya, manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa
adanya peranan orang lain. Manusia dalam proses memenuhi kebutuhan hidup,
tidak dapat berjalan tanpa bantuan dan peranan individu lainnya. Dalam hal ini,
manusia membutuhkan hubungan (interaksi) dari individu maupun kelompok
lainnya, yaitu dengan adanya interaksi sosial, sehingga hubungan sosial antar
individu maupun kelompok berjalan dengan baik dan harmonis.
Selain itu, manusia dilahirkan dengan memiliki suatu karakteristik yang
berbeda-beda, baik adat istiadat, suku bangsa, agama maupun hal lainnya, yang
merupakan suatu wujud dari kebesaran Allah SWT. Dalam hal ini Al-Quran
menjelaskan dalam surat Al-Hujurat ayat 13, yaitu tentang hubungan sosial
dari individu maupun kelompok yang berbeda agar saling mengenal satu sama
lain.
ن خلقناك م إنا الناس أيها يا إن عار والت وقبائل ش ع وبا وجعلناك م وأ نثى ذكر م
عند أكرمك م إن أتقاك م الل ﴾٣١﴿ خبير عليم الل
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.”(Q.S. Al-Hujurat [49]: 13)
Dalam proses perkembangan kehidupan manusia, maka akan terjadinya
suatu perubahan pola perilaku, dimana terbentuk menjadi sekelompok individu
dalam suatu lingkungan tertentu. Hal tersebut bersumber dari adanya interaksi
sosial antar individu maupun individu lainnya. Interaksi sosial merupakan
2
hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara
orang-orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara
perorangan dengan kelompok manusia.1 Interaksi merupakan sarat terjadinya
aktivitas-aktivitas sosial. Dalam hal ini, lahirnya aktivitas sosial yang
dilakukan seseorang, merupakan buah yang bersumber dari interaksi sosial,
tanpa adanya interaksi sosial, maka aktivitas sosial tidak akan terbentuk dan
tidak dapat berjalan dengan semestinya.
Dalam proses interaksi sosial yang terjadi pada kehidupan masyarakat,
dilakukan dalam berbagai macam bentuk, baik kontak sosial maupun
komunikasi. Interaksi terjadi berdasarkan pada aksi individu yang dilakukan
pada individu lain, dimana di dalamnya terdapat suatu makna yang tersimpan,
sehingga memberikan suatu reaksi atau respon antar individu tersebut, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Adapun secara langsung seperti
halnya komunikasi melalui fisik seseorang, seperti berbicara, bersentuhan
langsung dan lain-lain. Dalam hal tersebut, merupakan suatu gambaran atau
fenomena hubungan sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
sistem adat-istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan, dan terikat oleh
suatu rasa identitas bersama.2 Masyarakat dalam mencapai suatu kesatuan
hidup bersama, dilakukan dengan menjaga interaksi sosial dengan baik antara
individu maupun kelompok lainnya. Selain itu, dalam memperkuat kesatuan
antar masyarakat yang memiliki karakteristik yang berbeda, dilakukan dengan
suatu pendekatan yang sistematis serta adaptasi antar individu, sehingga tidak
menimbulkan suatu pertentangan antar masyarakat.
Adanya masyarakat yang berasal dari daerah serta karakteristik yang
berbeda, tidak menutup kemungkinan akan rentan terjadinya konflik. Hal ini
sering terjadi pada masyarakat di berbagai wilayah. Konflik merupakan salah
1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2014),
h. 55. 2 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi I ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2009), h.
122.
3
satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yamg memiliki
karakteristik yang beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata
sosial, dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku agama, kepercayaan, aliran
politik, serta budaya dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat manusia,
perbedaan inilah yang selalu menimbulkan konflik, dan selama masih ada
perbedaan tersebut, konflik tidak dapat dihindarkan dan akan selalu terjadi.3
Dalam hal ini, dari adanya suatu perbedaan dapat menimbulkan berbagai
macam bentuk konflik, baik konflik antar individu maupun antar kelompok
dalam kehidupan masyarakat.
Dalam fenomena perbedaan karakteristik masyarakat tersebut, masyarakat
belajar memahami setiap karakteristik perbedaan yang ada, sebagai salah satu
sarana dalam mengatasi konflik. Setiap individu masyarakat memiliki
karakteristik yang berbeda, sehingga dalam hal ini perlu adanya sifat atau rasa
menghargai akan perbedaan, baik adat istiadat maupun yang lainnya sehingga
terbentuk suatu identitas bersama yang di dalamnya terjalin suatu interaksi
sosial yang baik antar sesama masyarakat.
Tidak seorang pun yang menyangkal adanya kenyataan bahwa manusia
adalah makhluk yang hidup dalam masyarakat manusia.4 Dalam keberagaman
budaya dan adat istiadat, menjadikan suatu masyarakat menjadi masyarakat
yang majemuk. Masyarakat majemuk khususnya di Indonesia sangat beragam,
salah satunya etnis-etnis yang berasal dari luar daerah bahkan di luar suatu
negara. Adapun dalam keragaman karakteristik budaya di Indonesia, besumber
dari kegiatan mobilitas sosial, yaitu salah satu diantaranya adalah proses
imigrasi, banyak sekali masyarakat pendatang dari etnis-etnis tertentu yang
berkunjung bahkan menetap di Indonesia.
Wilayah Provinsi Banten merupakan salah satu wilayah yang strategis dan
memiliki karakteristik masyarakat yang beragam. Provinsi Banten adalah salah
3 Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik ; Teori, Aplikasi dan Penelitian, (Jakarta :
Salemba Humanika, 2010), h. 1-2.
4 Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia (Bogor : Ghalia Indonesia, 2006), h.
108.
4
satu daerah pemekaran yang dulu termasuk dalam wilayah Karisidenan Banten
- Provinsi Jawa Barat dan terbentuk melalui undang-undang No.23 tahun 2000.
Pada awalnya, Provinsi Banten terdiri dari empat kabupaten yaitu Kabupaten
Pandeglang, Lebak, Tangerang, Serang dan dua kota, yaitu Kota Tangerang
dan Kota Cilegon. Dalam perkembangannya, terjadi suatu pemekaran wilayah,
Kabupaten Serang menjadi Kabupaten Serang dan Kota Serang. Selanjutnya,
Kabupaten Tangerang dimekarkan menjadi Kabupaten Tangerang dan Kota
Tangeran selatan. Sehingga dalam hal tersebut, Provinsi Banten saat ini terdiri
dari empat kabupaten dan empat kota.5 Hal tersebut menjelaskan bahwa
Provinsi Banten memiliki wilayah yang cukup luas dan merupakan salah satu
wilayah yang strategis dalam arus migrasi penduduk luar daerah.
Beralih pada konteks penelitian, Kota Tangerang yang merupakan salah
satu dari kota di wilayah Provinsi Banten, memiliki karakteristik penduduk
yang sangat beragam, terdapat banyak masyarakat pendatang yang tinggal dan
juga menetap pada wilayah lingkungan masyarakat pribumi. Adapun salah
satunya adalah masyarakat tionghoa atau cina benteng yang ada di wilayah
Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
Adapun pada tahun 1985, Kota Tangerang masih termasuk dalam daerah
administratif Pemerintahan di Kabupaten Tangerang yang terdiri atas satu kota
administratif (kotif), 5 kewedanaan, 21 kecamatan, 20 kelurahan, dan 340 desa.
Yang berstatus sebagai kota administratif (persiapan menuju kota madya)
adalah Kota Administratif Tangerang yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 50 Tahun 1981 tanggal 23 Desember 1981 dan
diresmikan tanggal 19 Februari 1982. Daerah Kotif Tangerang ketika itu hanya
mencakup 5 kecamatan, yaitu kecamatan : Tangerang, Batu Ceper, Cipondoh,
Ciledug, dan Jatiuwung, yang dikepalai oleh seorang walikota administratif.6
Adapun dalam beberapa periode sampai sekarang ini, Kota Tangerang
5 BPS Provinsi Banten, Banten Dalam Angka 2012, ( Serang : BPS Provinsi Banten, 2012),
h. 5. 6 Euis Thresnawaty S, Sejarah Sosial-Budaya Masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang,
Patanjala, Vol. 7, 2015, h. 52.
5
berkembang menjadi lebih baik dan mengalami perubahan lingkungan fisik
terutama dalam hal pembangunan fisik kota, selain itu banyaknya masyarakat
pendatang dari berbagai wilayah yang bertempat tinggal di daerah tersebut,
sehingga terdapat banyak perbedaan karakteristik penduduk di wilayah Kota
Tangerang ini.
Masyarakat tionghoa merupakan suatu komunitas masyarakat yang sudah
lama menempati wilayah masyarakat Kota Tangerang. Selain itu, masyarakat
tionghoa di daerah tersebut sering disebut sebagai masyarakat cina benteng.
Adapun munculnya penyebutan cina benteng pada masyarakat tionghoa di
Kota Tangerang, tidak terlepas dari sejarah awal mula kedatangan masyarakat
tionghoa hingga mentap di Kota Tangerang sampai saat ini, dan juga peristiwa
sejarah yang menjadi sebab akibat masyarakat pribumi menyebut masyarakat
tionghoa tersebut sebagai masyarakat cina benteng hingga sekarang ini.
Masyarakat cina benteng merupakan komunitas Tionghoa yang memiliki
keunikan tersendiri. Tidak seperti tionghoa peranakan pada umumnya, etnis
Cina Benteng berkulit gelap dan matanya pun tidak sipit. Nenek moyangnya
adalah cina hokkian yang datang ke Tangerang dan tinggal turun temurun di
kawasan Pasar Lama. Kawasan Pasar Lama atau Jalan Ki Samaun sekarang,
adalah pemukiman pertama masyarakat cina benteng. Kawasan ini merupakan
cikal bakal Kota Tangerang. Namun saat ini komunitas yang relatif masih asli
hanya terdapat di Kampung Sewan.7
Adanya perbedaan fisik yang ada pada masyarakat cina benteng dengan
masyarakat Tionghoa pada umumnya, terjadi dari adanya ikatan perkawinan
antara masyarakat cina benteng dengan pribumi, yang merupakan salah satu
bentuk dari adanya akulturasi budaya dari kedua masyarakat tersebut. Dalam
hal ini, adanya proses akulturasi merupakan suatu sumber yang dapat
memperkuat integrasi sosial masyarakat cina benteng dengan masyarakat
pribumi. Adapun hal tersebut berawal pada peristiwa sejarah kedatangan
7 Ibid., h. 50.
6
masyarakat tionghoa di daerah Tangerang. Hampir tidak adanya perempuan di
sekitar membuat pendatang tionghoa ini menikah dengan perempuan pribumi.
Disinilah asal-usul cina benteng di Tangerang. Meskipun belum pernah ada
sensus secara khusus, jumlah Cina Benteng secara historis turut bertambah
akibat mengungsinya penduduk tionghoa di Batavia dari Batavia Massace
(pembantaian penduduk Tionghoa oleh VOC) tahun 1740.8 Dalam hal ini,
banyak masyarakat cina benteng yang menikah dengan masyarakat Pribumi,
sehingga banyak penduduk yang berasal dari keturunan hasil perkawinan
campuran antara masyarakat pribumi dengan masyarakat cina benteng. Selain
itu, dapat menjadi salah satu sebab terjadinya perbedaan fisik dari masyarakat
cina benteng dengan keturunan masyarakat tionghoa pada umumnya.
Sebagian besar masyarakat cina benteng hidup sederhana sebagai petani,
peternak, nelayan, bahkan tukang becak dan lain-lain. Cina benteng memang
selalu diidentifikasi dengan stereotip orang tionghoa berkulit gelap, pandai bela
diri dan hidup sederhana. dalam hal ini, kegiatan yang dilakukan masyarakat
cina benteng sama seperti kegiatan sehari-hari masyarakat asli yang ada di
daerah Kota Tangerang. Seperti halnya berjualan, saling bekerjasama dalam
kegiatan ekonomi, tanpa adanya hambatan dalam melakukan aktivitas tersebut
dengan masyarakat pribumi. Sehingga aktivitas kehidupan masyarakat berjalan
dengan baik, meskipun memiliki suatu perbedaan karakteristik kebudayaan
maupun hal lainnya antar kedua masyarakat tersebut.
Adanya perbedaan karakteristik kebudayaan yang dimiliki masyarakat
cina benteng dengan masyarakat Pribumi ini, mendorong masyarakat cina
benteng dalam beradapatasi pada masyarakat pribumi. Adapun salah satunya
dalam proses interaksi sosial dengan menjaga hubungan baik antar sesama
kelompok masyarakat yang berbeda.
Berdasarkan teori konflik yang menggambarkan realitas dalam kehidupan
masyarakat majemuk, adanya suatu perbedaan dapat kita ketahui berpotensi
8Muhammad Reza Zaini, Perjalanan Menjadi Cina Benteng : Studi Identitas Etnis di Desa
Situgadung, Jurnal Sosiologi Masyarakat, Vol. 19, 2014, h.100.
7
menimbulkan sebuah pergesekan, yang tumbuh menjadi sebuah pertentangan
atau konflik. Dari adanya perbedaan karakteristik yang dimiliki antar individu
maupun kelompok, baik dalam hal agama, budaya, suku, ras dan hal lainnya,
konflik tersebut tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan masyarakat. Seperti
halnya konflik dari adanya sikap ketidakadilan etnis kulit putih terhadap etnis
kulit hitam di Amerika Serikat yang terjadi berdasarkan peristiwa sejarah yang
ada.
Adapun hal yang menarik dalam kehidupan masyarakat cina benteng
dengan masyarakat pribumi yang ada di Kota Tangerang, dengan adanya suatu
perbedaan yang dimiliki antara kedua masyarakat tersebut, dapat berpotensi
munculnya sebuah konflik. Namun, dalam kehidupan masyarakat cina benteng
dengan masyarakat sekitar, justru berjalan dengan baik dan harmonis sampai
sekarang ini, meskipun awalnya muncul sebuah pertentangan, tetapi dapat
diredam dan diselesaikan dengan baik. Hal tersebut dapat terselsaikan dengan
adanya proses interaksi atau hubungan yang berlangsung dalam jangka waktu
yang relatif lama antar kedua masyarakat tersebut. Dalam hal ini, muncul sikap
solidaritas dan sikap saling menghargai satu sama lainnya, meskipun adanya
perbedaan budaya yang dimiliki individu dalam lingkungan masyarakat. Selain
itu, terbentuknya integrasi sosial antar masyarakat cina benteng dengan
masyarakat pribumi yang ada di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang.
Adapun bentuk dari adanya integrasi sosial antara masyarakat cina benteng
dengan masyarakat pribumi, menimbulkan rasa saling toleransi antar individu
maupun kelompok masyarakat tersebut. Hal ini terjadi dalam sebuah kegiatan
perayaan hari besar agama yang mereka yakini, maupun kegiatan kebudayaan
yang dimiliki antara kedua masyarakat. Berdasarkan fenomena tersebut,
banyak di antara masyarakat cina benteng dan masyarakat pribumi saling
menghormati akan pelaksanaan kegiatan dari suatu kebudayaan yang mereka
miliki. Adapun salah satu contohnya, dalam Perayaan Hari Besar Islam
(PHBI), khususnya pada masyarakat pribumi pada hari raya Idul Fitri,
8
masyarakat cina benteng menghargai dan memberikan dukungan dengan
menjaga ketertiban serta keamanan bagi masyarakat yang merayakan hari besar
tersebut. Begitu pula sebaliknya, dalam perayaan hari besar Tahun Baru Imlek
pada masyarakat cina benteng, masyarakat pribumi di daerah sekitar
menghargai dan menjaga ketertiban berlangsungnya perayaan keagamaan
tersebut, sehingga kegiatan mereka berjalan dengan baik.
Adapun selain dalam hal keagamaan, banyak sekali perayaan kebudayaan
yang dilakukan masyarakat cina benteng, dan kegiatan tersebut menjadi
kegiatan rutin setiap tahun masyarakat cina benteng di Kota Tangerang. Dalam
hal ini, adanya kegiatan kebudayaan yang berbeda, mendorong masyarakat
sekitar untuk hadir menyaksikan perayaan tahunan masyarakat cina benteng.
Berdasarkan fenomena tersebut, menarik untuk dikaji bagaimana proses
interaksi sosial masyarakat cina benteng dengan masyarakat pribumi. Selain
itu, mengkaji bagaimana proses interaksi sosial tersebut dapat berjalan dengan
baik, dan sebagaimana akhirnya, dari adanya proses interaksi sosial masyarakat
pribumi dalam rentan waktu yang cukup lama, dapat berpotensi mengakibatkan
penerimaan unsur kebudayaan masyarakat cina benteng, serta tidak menutup
kemungkinan akan terjadinya akulturasi budaya maupun perubahan pada unsur
budaya masyarakat pribumi.
Oleh karena itu, dari latar belakang masalah tersebut, saya sebagai penulis
bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul "Interaksi Sosial
Masyarakat Tionghoa Dengan Masyarakat Pribumi" (Studi Kasus
Masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang).
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Adanya perbedaan karakteristik masyarakat dalam proses interaksi sosial
antara masyarakat tionghoa dengan masyarakat pribumi di Kelurahan
Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
2. Perbedaan karakteristik suatu masyarakat rentan akan adanya konflik dalam
kehidupan masyarakat.
3. Upaya yang dilakukan masyarakat tionghoa dalam menyesuaikan diri
terhadap masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang.
4. Adanya proses yang panjang dalam terbentuknya integrasi sosial antara
masyarakat tionghoa dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari,
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, melihat luasnya ruang lingkup
permasalahan yang dibahas, membutuhkan spesifikasi kajian hal-hal yang
dilakukan agar pembahasan lebih terfokus, oleh karena itu peneliti membatasi
permasalahan pada :
1. Interaksi sosial masyarakat tionghoa dengan masyarakat pribumi di
Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
2. Faktor terbentuknya integrasi sosial pada masyarakat tionghoa dengan
masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dan
pembatasan masalah, maka permasalahan ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana interaksi sosial masyarakat tionghoa dengan masyarakat pribumi
di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang ?
10
2. Faktor apa saja yang mendorong terjadinya integrasi sosial masyarakat
tionghoa dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari, Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mendapatkan data dan fakta serta menggambarkan bagaimana proses
interaksi sosial antara masyarakat tionghoa dengan masyarakat pribumi di
Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
2. Untuk menggambarkan faktor-faktor terjadinya integrasi sosial masyarakat
tionghoa dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari, Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan serta kontribusi berupa
informasi (data, fakta, analisis) terhadap studi-studi terkait dengan kajian
Interaksi sosial. Dalam hal ini dapat memberikan pemahaman mengenai
fenomena masyarakat pada perbedaan karakteristik yang ada dalamruang
lingkup kajian ilmu pengetahuan sosial.
2. Manfaat Praktis
a. Masyarakat di kelurahan Sukasari
Memberikan informasi berupa masukan dalam bentuk bacaan
khususnya pada masyarakat di Kelurahan Sukasari dalam proses interaksi
komunitas masyarakat tionghoa atau cina benteng dengan masyarakat
pribumi dengan harapan demi berlangsungnya masyarakat yang baik dan
ideal. Untuk memperkaya wawasan bagi generasi muda di masyarakat
dengan berwawasan intelektual sebagai bentuk pesan, bahan kajian dan
renungan bagi pembaca terkait hasil penelitian ini tentang interaksi sosial
masyarakat etnis tionghoa dengan masyarakat pribumi.
11
b. Penulis
Adapun bagi penulis sendiri adalah menambah khazanah serta
wawasan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan
sosial dengan mengkaji permasalahan yang diteliti, yaitu bagaimana
interaksi masyarakat etnis tionghoa dengan masyarakat pribumi di
Kelurahan Sukasari.
c. Universitas
Diharapkan hasil temuan penelitian ini dapat memberikan kontribusi
pemikiran akan kajian ilmu sosial mengenai interaksi sosial antar
masyarakat dengan karakteristik yang berbeda dalam ruang lingkup
kehidupan masyarakat Indonesia.
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Interaksi Sosial
1. Pengertian interaksi sosial
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial. Dalam suatu
kehidupan, manusia tidak bisa hidup tanpa adanya peranan dari orang
lain. Adapun salah satu kebutuhan utama dari individu masyarakat yaitu
kebutuhan akan interaksi sosial, kebutuhan akan interaksi sosial akan
memudahkan individu dalam menjaga hubungan baik antar sesama serta
dapat menjadi perantara untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan
masyarakat.
Interaksi merupakan sarat terjadinya proses sosial atau aktivitas-
aktivitas sosial. Di dalam interaksi sosial terkandung makna tentang
kontak secara timbal balik (inter-stimulasi) dan respon antar individu-
individu atau kelompok-kelompok. Dalam kehidupan masyarakat terjadi
suatu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, baik dilakukan oleh individu
maupun aktivitas kelompok, dengan suatu hubungan timbal balik antar
individu maupun kelompok dengan saling memahami satu sama lainnya.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, tanpa
interaksi sosial tidak ada kehidupan bersama. Bertemunya orang
perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan
pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup
semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan
seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan
persaingan, pertikaian dan lain sebagainya.1
Dalam hal ini, setiap komunikasi yang diberikan dari individu ke
individu lainnya, mengandung stimulus yang memberikan suatu reaksi
atau respon bagi individu yang menerima komunikasi tersebut, sehingga
1 Kimball Young dan Reymond, W. Mack dalam Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu
Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1990), h. 54-55.
13
terbentuknya hubungan timbal balik antar keduanya. Dengan hasil dari
proses hubungan timbal balik tersebut, dapat menciptakan suatu tujuan
bersama dalam lingkunngan masyarakat.
Menurut Soekanto dalam buku sosiologi komunikasi, bentuk umum
proses sosial adalah interaksi sosial, sedangkan bentuk khususnya adalah
aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial
yang dinamis menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan
kelompok manusia.2 Dalam kehidupan masyarakat, interaksi sosial
sangat diperlukan untuk menjaga hubungan baik secara internal maupun
eksternal. Adapun salah satu contoh yaitu pada diri individu masing-
masing dengan membiasakan dan membangun sikap terbuka terhadap
orang lain sehingga memiliki rasa toleransi dalam menjaga hubungan
baik antar sesama dalam kehidupan masyarakat.
Dengan adanya interaksi sosial, masyarakat dapat lebih mudah
dalam memahami karakteristik perbedaan yang dimiliki masyarakat yang
lain sehingga dengan hal ini, dapat meminimalisir akan adanya konflik
sosial atau hal-hal yang dapat memunculkan suatu pertentangan di dalam
masyarakat.
Menurut rumusan H. Bonner dalam bukunya, Social Psychology
yang dalam garis besarnya berbunyi sebagai berikut : interaksi sosial
adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, di mana
kelakuan individu yang satu dapat mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Definisi ini
menggambarkan kelangsungan timbal-baliknya interaksi sosial antara
dua atau lebih manusia itu.3 Adapun dalam hal ini, dapat diketahui bahwa
setiap individu dapat dipengaruhi oleh individu lainnya dan akan
2 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat), (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup, 2006), h. 55. 3 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung : Eresco, 1996) Cet. 13, h. 57.
14
terbentuk suatu perilaku individu dalam kehidupan bermasyarakat yang
lahir dari adanya proses interaksi sosial. Adapun dalam hal ini, sering
terjadi terutama antar teman sebaya yang memiliki solidaritas sosial yang
tertanam pada masing-masing individu.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa interaksi
sosial merupakan suatu proses hubungan timbal balik antar individu
dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan
kelompok yang melahirkan suatu aktivitas sosial masyarakat yang ada di
dalamnya.
2. Sarat-sarat Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi sosial tidak akan berjalan tanpa adanya sarat yang dipenuhi
dari pembentukan interaksi sosial itu sendiri. Dalam hal ini, interaksi
sosial perlu adanya komponen yang menjadi sarat dalam pembentukan
interaksi sosial. Menurut Soerjono Soekanto menerangkan bahwa suatu
interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat, yaitu4:
a. Adanya Kontak Sosial (social contact)
Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang berarti
bersama-sama dan tango yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah
kontak adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru
terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu
tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat
mengadakan hubungan tanpa harus menyentuhnya, seperti misalnya
dengan cara berbicara dengan orang yang bersangkutan.
Dengan berkembangnya teknologi dewasa ini, orang-orang dapat
berhubungan satu sama lain dengan melalui telepon, telegraf, radio,
dan yang lainnya yang tidak perlu memerlukan sentuhan badaniah.
4 Soerjono Soekanto, op. cit., h. 58.
15
Menurut Abdulsyani, “kontak sosial adalah hubungan dengan satu
orang atau lebih, melalui percakapan dengan saling mengerti tentang
maksud dan tujuan masing-masing dalam kehidupan masyarakat.”5
Dalam hal ini pesan atau sesuatu yang disampaikan dari individu ke
individu lainnya, atau kelompok dengan kelompok lainnya harus
dapat dimengerti dan dipahami antar keduanya, sehingga terjadi
hubungan yang baik dari proses kontak sosial tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa kontak
sosial menjadi sarat akan berjalannya interaksi sosial masyarakat.
Karena adanya hubungan baik pemberi informasi dengan melakukan
suatu aksi dan penerima informasi dengan munculnya reaksi dalam
proses interaksi sosial sehingga terhubung satu sama lainnya.
b. Adanya Komunikasi
Syarat yang kedua adalah adanya komunikasi. Menurut Burhan
Bungin komunikasi merupakan sebuah proses memaknai yang
dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap dan perilaku orang
lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik, atau
sikap, perilaku dan perasaan-perasaan sehingga seseorang membuat
reaksi-reaksi terhadap informasi-informasi, sikap dan perilaku tersebut
berdasarkan pada pengalaman yang pernah dia alami.6 Dalam hal
tersebut, seperti halnya pada kehidupan masyarakat, salah satunya
persepsi seseorang dalam memaknai simbol baik bentuk, warna
maupun hal lainnya yang diketahui dari pengalaman individu, seperti
orang yang berpakaian hitam-hitam dalam suatu perkumpulan,
biasanya orang membicarakan serta memaknai bahwasannya orang
tersebut sedang berduka cita dalam suatu musibah. Selain itu, dalam
forum diskusi seseorang menanggapi pendapat yang dikemukakan
5 Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012)
h.154. 6 Burhan Bungin, op. cit., h. 57.
16
orang lain, dimana akan direspon dengan kritikan maupun dukungan
untuk menyelesaikan permasalahan.
Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa selain komunikasi sebagai
proses memahami dan memaknai seseorang, juga sebagai perantara
hubungan dari individu dengan individu, individu dengan kelompok,
maupun kelompok dengan kelompok dalam kehidupan masyarakat.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi merupakan suatu perantara dari hubungan antar individu
maupun antar kelompok dalam proses interaksi sosial, baik secara
verbal maupun non-verbal. Sehingga dalam hal tersebut, informasi
yang disampaikan individu dapat diterima dan dapat saling memahami
terhadap pesan yang disampaikan.
3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Dalam proses interaksi sosial terjadi dalam berbagai bentuk yang
menggambarkan suatu fenomena hubungan sosial masyarakat. Adapun
bentuk dari proses interaksi sosial dapat di uraikan dalam berbagai
konsep. Menurut Soerjono Soekanto, bentuk-bentuk interaksi sosial dapat
berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition) dan bahkan
juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict).7
a. Kerjasama
Beberapa orang sosiolog menganggap bahwa kerja sama
merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok.8 Kerja sama timbul
karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan
kelompok lainnya. Kerja sama mungkin akan bertambah kuat apabila
ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan lain
yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau institusional
7 Soerjono Soekanto, op. cit., h. 63. 8 Ibid., h. 65.
17
telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seorang atau segolongan
orang.9
Adapun kerja sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam
jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan sebagai akibat
perasaan tidak puas, karena keinginan- keinginan pokoknya tidak
dapat terpenuhi oleh karena adanya rintangan-rintangan yang
bersumber dari luar kelompok itu keadaan tersebut menjadi lebih
tajam lagi apabila kelompok demikian merasa tersinggung atau
dirugikan sistem kepercayaan atau dalam salah satu bidang sensitif
dalam kebudayaan.10
b. Persaingan
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu
proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia
yang bersaing, mencari suatu keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian
umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara
menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka
yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.11
Persaingan mempunyai tipe umum yakni, orang perorangan atau
individu secara langsung bersaing untuk memperoleh kedudukan
tertentu di dalam suatu organisasi. Dalam hal ini, persaingan antar
individu dapat terjadi dalam proses interaksi sosial masyarakat,
dimana berlangsung dengan dasar memperoleh suatu keuntungan
dalam suatu bidang kehidupan.
c. Pertentangan atau Pertikaian
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana
individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya
9 Ibid., h. 66. 10 Ibid. 11 Ibid., h. 83.
18
dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman
atau kekerasan. Sebab musabab atau akar-akar dari pertentangan
antara lain12 :
1) Perbedaan antara individu-individu. Perbedaan pendirian dan
perasaan mungkin akan melahirkan bentrokan antara mereka.
2) Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kepribadian dari orang
perorangan tergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang
menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan
kepribadian tersebut.
3) Perbedaan kepentingan. Perbedaan kepentingan antara individu
maupun kelompok merupakan sumber lain dari pertenangan.
4) Perubahan sosial. Perubahan sosial yang berlangsung dengan
cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang
ada dalam suatu masyarakat. Pertentangan-pertentangan yang
menyangkut suatu tujuan, atau kepentingan, sepanjang tidak
berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur
sosial yang tertentu, maka pertentangan-pertentangan tersebut
bersifat positif.13
Gillin dan Gillin menggolongkan lebih luas tentang bentuk-
bentuk interaksi sosial. Menurutnya ada dua macam proses yang
timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, proses tersebut
adalah :
a. Proses asosiatif (processes of association) yang terbagi dalam
bentuk khusus yaitu, kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan
akulturasi;
12 Ibid., h. 91. 13 Ibid., h. 92.
19
b. Proses disosiatif (processes of disosiation) yang terbagi dalam
bentuk khusus yaitu, persaingan, kontraversi, dan pertikaian
(conflict).14
Dalam hal ini, interaksi sosial terbentuk melalui proses interaksi
secara asosiatif dan disosiatif. Bukan hanya dari proses interaksi serta
kerja sama antar individu dan yang lainnya, akan tetapi bisa juga terjadi
karena adanya konflik maupun pertentangan antar individu dalam
masyarakat.
Sistematika yang lain pernah dikemukakan oleh Kimball Young,
menurut dia bentuk-bentuk proses sosial adalah :
a. Oposisi (opposition) yang mencangkup persaingan (competition) dan
pertentangan atau pertikaian (conflict).
b. Kerja sama (cooperation) yang menghasilkan akomodasi
c. Differensiasi (differentiation),15 yang merupakan suatu proses dimana
orang perorangan di dalam masyarakat memperoleh hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang berbeda dengan orang lain dalam
masyarakat atas dasar perbedaan usia, seks dan pekerjaan. Adapun
differensisasi tersebut menghasilkan lapisan-lapisan masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk
interkasi sosial masyarakat dapat berupa hubungan kerja sama dan tolong
menolong antar masyarakatnya, juga bisa terjadi dengan adanya suatu
persaingan bahkan pertentangan yang ada dalam masyarakat. Selain itu,
berdasarkan prosesnya, bisa berupa proses asosiatif yang mana bersifat
positif, dan disosiatif yang mengarah ke sifat negatif yang terjadi dalam
fenomena kehidupan sosial masyarakat.
14 Ng. Philipus dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2004), h. 23. 15 Soerjono Soekanto, op. cit., h. 65.
20
B. Kebudayaan Sebagai Media Interaksi Sosial
Pada hakikatnya, manusia dianugerahi akal dan pikiran sebagai salah
satu kesempurnaan makhluk ciptaan Allah SWT. Adanya akal dan pikiran
melahirkan suatu prinsip yang mengatur segala perilaku kehidupan yang
secara otomatis membentuk suatu kebiasaan hidup yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Adapun kebiasaan hidup yang dilakukan menjadi
suatu kebudayaan yang dimiliki masing-masing individu dalam masyarakat.
Definisi pertama yang sungguh-sungguh jelas dan komprehensif berasal
dari ahli antropologi Inggris, Sir Edward Burnett Taylor mendefinisikan
kebudayaan sebagai kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan dan lain-lain kecakapan
dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.16
Dalam hal ini, dapat kita ketahui bahwa budaya mencakup segala bidang
yang dimiliki individu dalam masyarakat, yang semakin lama terbentuk dan
dapat diterima antar individu lainnya, melahirkan suatu kesepakat bersama
serta dapat menjadi identitas budaya bagi masyarakat itu sendiri.
Salah seorang guru besar Antropologi Indonesia, Koentjaraningrat
berpendapat bahwa “kebudayaan” berasal dari kata sansekerta buddhayah,
ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan
demikian, kebudayaan itu dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan
dengan budi dan akal, ada pendirian lain yang berpendapat sebagai suatu
perkembangan dari majemuk budi-daya yang artinya daya dari budi atau
kekuatan dari akal.17 Dalam hal ini, segala aktivitas manusia didasari pada
akal dan pikiran, yang terus menerus dilakukan sehingga menjadi suatu
kebiasaan hidup dalam ruang lingkup kehidupan masyarakat. Adapun akal
merupakan suatu potensi serta anugerah yang diberikan oleh sang pencipta,
untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, yaitu salah satunya
16 William A. Haviland, Antropologi, Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 332. 17 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008), h. 9.
21
dengan kebiasaan atau perilaku yang baik antar sesama manusia atau yang
ada di lingkungan sekitarnya.
Adapun menurut Parsudi Suparlan, kebudayaan adalah keseluruhan
pengetahuan yang dipunyai manusia sebagai makhluk sosial, yang isinya
adalah perangkat model-model pengetahuan (pedoman hidup, atau blueprint
atau desain untuk kehidupan yang secara selektif dapat digunakan untuk
memahami dan menginterpretasi lingkungan yang dihadapi dan untuk
mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukannya
(menghasilkan kelakuan dan benda atau peralatan).18 Kebudayaan dengan
demikian adalah idea berupa model-model pengetahuan yang dijadikan
landasan atau acuan oleh seseorang sebagai anggota masyarakat aktivitas
sosial, menciptakan materi kebudayaan dalam unsur budaya universal :
agama, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, organisasi sosial, bahasa dan
komunikasi, serta kesenian.19 Maka dapat kita ketahui bahwa kebudayaan
merupakan hasil karya akal manusia yang mempengaruhi semua bidang
kehidupan individu serta menjadi identitas bagi individu dalam lingkungan
masyarakat.
Adapun kebudayaan merupakan salah satu perantara atau media dari
terwujudnya proses interaksi sosial. Dilihat dari unsur kebudayaan yang ada,
salah satunya pada unsur bahasa dan kesenian. Adapun seni memberikan
estetika serta hal yang menarik bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari,
dan dapat mendorong suatu keinginan untuk lebih mengenal akan sesuatu
kebudayaan yang berbeda-beda. Selain itu, bahasa sebagai bagian dari
kebudayaan yang memberikan kemudahan bagi sesama individu dalam
berinteraksi satu sama lainnya. Dengan adanya bahasa dan kesenian dapat
memudahkan dalam proses interaksi sosial dan juga dapat menjadi wadah
atau tempat untuk saling mengenal antar sesama masyarakat yang identik
memiliki suatu karakteristik kebudayaan yang berbeda-beda.
18 Rusmin Tumanggor, Kholis Ridho, dan Nurochim, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,
(Jakarta: Prenadamedia Grup, 2010), h. 24. 19 Ibid., h. 25.
22
Berdasarkan penjelasan mengenai budaya, maka dapat disimpulkan
bahwa budaya pada hakikatnya berasal dari idea manusia, yang berkembang
dan melahirkan aktivitas sosial ataupun kegiatan yang bersumber dari idea
tersebut, dan terus berkembang sehingga menciptakan suatu budaya materi
yang menghasilkan sesuatu dari aktivitas sosial tersebut dan berkembang
luas pada seluruh bidang kehidupan, seperti agama, ilmu pengetahuan,
teknologi, ekonomi, organisasi sosial, bahasa dan seni yang ada dalam
kehidupan masyarakat.
C. Hakikat Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Dalam kehidupan sosial, istilah masyarakat merupakan hal yang
umum diketahui oleh masyarakat itu sendiri. Banyak sekali konsep
mengenai masyarakat dari beberapa ahli yang menjelaskan pola perilaku
serta karakteristik sekumpulan individu dalam suatu lingkungan
masyarakat. Menurut Munandar Soelaeman, masyarakat dalam bahasa
Inggris disebut society, asal katanya socius yang berarti kawan, adapun
kata masyarakat berasal dari bahasa arab, syirk, artinya bergaul, adanya
saling bergaul ini tentu karena ada bentuk aturan hidup, yang bukan
disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur
kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.20
Masyarakat dalam melaksanakan aktivitas sosial tidak lepas dari
pengaruh interaksi sosial, pola perilaku individu bisa juga dipengaruhi
oleh individu lainnya, karena manusia merupakan makhluk sosial.
Bentuk hubungan antar individu memberikan suatu arahan dalam
pergaulan di masyarakat serta mengajarkan sikap toleransi dan saling
memahami antar perbedaan dan saling berkumpul satu sama lainnya.
20 Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung : Penerbit Eresco, 1993), cet ke-6, h.
63.
23
Apa yang disebut masyarakat adalah sekumpulan manusia yang
saling berinteraksi.21 Dalam hal ini, masyarakat berinteraksi baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang dapat mempengaruhi pola
perilaku individu masyarakat dalam suatu aktivitas sosial. Dengan
adanya interaksi, masyarakat dapat belajar memahami karakteristik dari
masyarakat lainnya sehingga terciptanya hubungan yang baik, serta
meminimalisir suatu pertentangan dari adanya perbedaan yang ada pada
masyarakat lainnya.
Masyarakat adalah di mana sekelompok orang atau manusia yang
hidup bersama yang mempunyai tempat atau daerah tertentu untuk
jangka waktu yang lama di mana masing-masing anggota saling
berinteraksi. Interaksi yang dimaksudkan berkaitan dengan sikap, tingkah
laku, dan perbuatan. Segala tingkah laku dan perbuatan tersebut diatur
dalam tata tertib atau undang-undang atau peraturan tertentu, yang
disebut hukum adat.22 Dalam hal ini, masyarakat dapat diartikan sebagai
proses di mana individu maupun kelompok saling berinteraksi dan
mengenal satu sama lainnya di suatu tempat dalam kurun waktu yang
cukup lama, Sehingga mempengaruhi pola perilaku dan sikap individu
maupun kelompok yang ada dalam suatu lingkungan masyarakat
tersebut. Adapun juga masyarakat dapat dikatan sebagai kelompok orang
baik dua orang atau lebih sesuai dengan kondisi pada jumlah anggota
komponen masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
masyarakat merupakan sekumpulan individu yang menempati pada suatu
wilayah tertentu, mereka saling berinteraksi antar sesama individu
maupun kelompok sehingga menimbulkan hubungan timbal balik antar
keduanya. dalam hal tersebut, masyarakat merupakan suatu kelompok
individu baik yang kecil maupun besar, berdasarkan jumlah anggotanya
21 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi I, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 120. 22 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan (Individu, Masyarakat, dan Pendidikan), (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), h. 38.
24
yang dipengaruhi oleh interaksi sosial pada pola perilaku individu dalam
suatu kehidupan masyarakat.
2. Unsur-Unsur Masyarakat
Terbentuknya suatu masyarakat tidak terlepas dari suatu unsur-unsur
pembentuk masyarakat itu sendiri, dimana merupakan suatu komponen
terciptanya masyarakat dalam suatu lingkungan atau di berbagai wilayah
tertentu. Adapun menurut Syani, ada beberapa unsur yang terkandung
dalam istilah masyarakat, antara lain sebagai berikut :
1. Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relatif lama,
didalamnya manusia dapat saling mengerti dan merasa serta
mempunyai harapan-harapan sebagai akibat dari hidup bersama itu.
Terdapat sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan antar manusia dalam masyarakat tersebut.
2. Manusia yang hidup bersama itu merupakan suatu kesatuan.
3. Manusia yang hidup bersama merupakan suatu sistem hidup bersama,
yaitu hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan, oleh karenanya
setiap anggota masyarakat merasa dirinya masing-masing terikat oleh
kelompoknya.23
Dalam hal ini, terdapat beberapa unsur yang dapat membentuk suatu
individu manusia menjadi suatu kelompok masyarakat tertentu, yang
diperoleh dari suatu proses interaksi sosial yang relatif lama, dengan
adanya proses tersebut, maka terbentuk rasa saling memahami antar
individu daalam kehidupan masyarakat, selanjutnya yaitu adanya prinsip
bahwa manusia yang hidup bersam merupakan suatu kesatuan yang dapat
menciptaan masyarakat yang hakiki, selain itu juga adanya ikatan hidup
bersama, menimbulkan suatu identitas masyarakat serta ciri khas budaya
dari kelompok masyarakat tersebut. Adapun dalam hal tersebut, apabila
suatu komponen atau unsur-unsur yang membentuk masyarakat tersebut
23 Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h. 42.
25
dapat terpenuhi, maka akan terciptanya suatu masyarakat yang hakiki dan
saling menjaga kehidupan yang terjalin bersama.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dapat disebut masyarakat merupakan suatu kumpulan individu maupun
kelompok yang saling berinteraksi satu sama lainnya, sehingga dapat
terciptanya suatu norma atau aturan yang telah disepakati bersama, serta
terbentuknya suatu identitas yang khas dari suatu masyarakat dalam
suatu wilayah tersebut.
3. Masyarakat Pribumi
Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, istilah pribumi biasa
disebut sebagai masyarakat asli Indonesia. Konsep bangsa Indonesia asli
atau pribumi, timbul dan berkembang dalam sejarah. Sifat dasar
masyarakat Indonesia sebagai masyarakat Nusantara adalah Bhineka
Tunggal Ika. Sifat itu masuk sejak dahulu kala ke dalam tubuh
kebudayaan Indonesia” bersifat multi-demensional, dan keyakinan itu
sudah diketahui dan ditandai ketika penjelajah-penjelajah mancanegara
mulai mendarat di daerah pantai-pantai kepulauan Nusantara. Republik
Indonesia yang kemudian diproklamasikan terdiri 13.677 (tiga belas ribu
enam ratus tujuh puluh tujuh) pulau jumlahnya dengan luas keseluruhan
1.900.000 km2 (satu juta sembilan ratus ribu kilometer persegi).24
Dalam hal ini, sejarah mengenai konsep asli masyarakat pribumi
tidak terlepas dari sejarah datangnya bangsa asing ke Indonesia, selain itu
terdapat beberapa bentuk yang ada sekarang ini, salah satunya seperti
adanya suatu pangkat maupun jabatan dalam pemerintahan suatu negara,
yaitu Wali Kota, Bupati, dan lain sebagainya.
Adapun orang-orang Indonesia asli (pribumi) merupakan golongan
mayoritas penduduk berada pada lapisan paling bawah dalam struktur
24 Agus Ngadino, Orang Bangsa Indonesia Asli Dalam Perspektif Hukum
Kewarganegaraan, Simbur Cahaya, 2009, h. 7.
26
kasta kolonial tersebut, orang-orang Tionghoa berada pada lapisan tengah
(sebagai kelompok mayoritas Timur Asing), dan golongan Eropa
menempati golongan posisi paling teratas dalam struktur kasta kolonial
itu. Struktur kasta sosial tersebut bermuatan status hukum, politik dan
kedudukan ekonomi.25 Dalam hal tersebut, penyebutan masyarakat
pribumi pada masa kolonial Belanda, memandang masyarakat asli
pribumi Indonesia sebagai masyarakat yang tergolong rendah, sehingga
terdapat adanya suatu ketidak adilan yang mana berujung pada suatu
pertentangan atau konflik.
Dalam penjelasan tersebut, dapat kita ketahui bahwa yang termasuk
masyarakat Indonesia asli atau pribumi, merupakan masyarakat yang
lahir dan tinggal diwilayah NKRI yang telah sah menjadi warga negara
Indonesia dan memiliki hak dan kewajiban atas negaranya. Dan menjadi
suatu kesatuan pada wilayah tempat tinggalnya serta dalam ruang lingkup
masyarakat Indonesia.
Secara konstitusional istilah orang bangsa Indonesia asli terdapat
dalam Pasal 26 Ayat (1) UUD 1945 “yang menjadi warga negara
Indonesia ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disyahkan dengan Undang-Undang sebagai warga
negara. Lebih lanjut kemudian secara lebih jelas dirumuskan dalam
Pasal 2 UU No. 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan, “yang
menjadi warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan sebagai
warga negara” dimana dalam penjelasan Pasal 2 UU No.12 Tahun
2006 ini, yang dimaksud dengan orang-orang bangsa Indonesia asli
adalah orang-orang yang menjadi warga Negara yang sejak
kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas
kehendak sendiri. Pengertian demikian tentu sangat radikal karena
kalau mencemati ukuran asli itu dengan dinamika masyarakat yang
terutama terkait dengan perkawinan campuran. Oleh karena itu
seperti yang dikemukakan Hamid Awaludin bahwa revolusi
berpikir telah dimulai dalam mengartikan orang-orang bangsa
Indonesia asli. Tidak ada lagi percakapan tentang fisik, tidak ada
25 Ibid., h. 4.
27
percakapan etnis, tidak ada percakapan suku dan ras, yang ada
sejak lahir dia sudah menjadi WNI.26
Dalam hal tersebut, dapat kita ketahui bahwa masyarakat asli
Indonesia sudah benar-benar ditetapkan dalam peraturan undang-undang.
Sebagai dasar bagi status kewarganegaraan bagi individu masyarakatnya,
sehingga permasalahan mengenai konsep dan identitas pribumi bisa
dapat dipahami dan diterima dalam lingkungan masyarakat Indonesia.
Berdasarkan penjelasan mengenai masyarakat asli Indonesia atau
pribumi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat penduduk asli pribumi
merupakan masyarakat yang lahir di wilayah suatu negara. Dalam hal ini,
status individu sebagai warga negara asli tercantum pada peraturan
kewarganegaraan. Adapun warga yang lahir pada suatu daerah tersebut
maka itu merupakan warga asli masyarakat pribumi di suatu negara,
selain itu masyarakat pribumi merupakan masyarakat yang bersatu baik
dari suku ataupun adat yang berbeda dalam suatu negara.
4. Masyarakat Cina Benteng
Cina Benteng merupakan suatu komunitas tionghoa yang memiliki
keunikan tersendiri. Tidak seperti tionghoa peranakan pada umumnya,
etnis cina benteng berkulit gelap dan matanya pun tidak sipit. Nenek
moyangnya adalah Cina Hokkian yang datang ke Tangerang dan tinggal
turun temurun di kawasan Pasar Lama. Kawasan Pasar Lama atau Jalan
Ki Samaun sekarang, adalah pemukiman pertama masyarakat cina
benteng. Kawasan ini merupakan cikal bakal Kota Tangerang. Namun
saat ini komunitas yang relatif masih asli hanya terdapat di Kampung
Sewan.
Sebagian besar masyarakat cina benteng hidup sederhana sebagai
petani, peternak, nelayan, bahkan tukang becak. Cina Benteng memang
selalu diidentifikasi dengan stereotip orang Tionghoa berkulit gelap, jago
26 Ibid., h. 21-22.
28
bela diri dan juga hidup sederhana.27 Adapun Keunikan lainnya dari
masyarakat cina benteng adalah bahwa mereka sudah berakulturasi dan
beradaptasi dengan lingkungan dan kebudayaan lokal. Mereka tidak bisa
lagi berbahasa Cina, sehari-hari mereka menggunakan bahasa Sunda dan
Betawi. Fenomena cina benteng merupakan bukti nyata betapa
harmonisnya kebudayaan Cina dengan kebudayaan lokal. Namun
demikian masyarakat cina benteng tersebut masih mempertahankan dan
melestarikan adat istiadat nenek moyang mereka yang sudah ratusan
tahun.28
a. Sejarah awal kedatangan dan penyebutan nama Cina Benteng
Mengenai kedatangan orang cina ke Tangerang memang masih
belum diketahui secara pasti. Tetapi dalam kitab sejarah Sunda yang
berjudul Tina Layang Parahyang (Catatan dari Parahyangan), yang
telah diterjemahkan oleh Soedjarwo dari bahasa Sunda kuno ke dalam
bahasa Latin, disebutkan tentang kedatangan orang Cina ke daerah
Tangerang. Dalam kitab tersebut diceritakan tentang mendaratnya
rombongan kapal yang dipimpin oleh Tjen Tjie Lung atau Halung
sekitar tahun 1407 di muara Sungai Cisadane yang sekarang diberi
nama Teluk Naga, tepatnya di Kampung Melayu. Pada saat itu pusat
pemerintahan ada di Tegal Luar (daerah Tanah Tinggi) yang
diperintah oleh Sang hyang Anggalarang sebagai wakil dari Sang
hyang Banyak Citra dari sebuah kerajaan di wilayah Parahyangan.29
Gelombang kedua kedatangan orang tionghoa di Tangerang
diperkirakan tahun 1740. Saat itu terjadi pemberontakan oleh orang
tionghoa karena keputusan Gubernur Jenderal Valkenier untuk
menangkap orang-orang tionghoa yang dicurigai. Pemberontakan
masyarakat tionghoa pada tahun 1740 menyebabkan pembantaian
27Wawancara dengan Oey Tjin Eng, dalam Euis Thresnawaty S, Sejarah Sosial-Budaya
Masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang, Patanjala, Vol. 7, 2015, h. 50. 28 Ibid. 29 Ibid., h. 53.
29
sekitar 10.000 orang tionghoa tak berdosa oleh VOC dan pembakaran
rumah-rumah mereka. Banyak di antara orang-orang tionghoa pergi
menyelamatkan diri ke Tangerang dan sekitarnya. VOC kemudian
mengirimkan sisa-sisa orang Tionghoa ke Tangerang untuk bertani.
Belanda mendirikan pemukiman bagi orang tionghoa berupa pondok-
pondok yang sampai sekarang masih dikenal dengan nama Pondok
Aren, Pondok Cabe dan sebagainya. Di sekitar Tegal Pasir atau Kali
Pasir, Belanda mendirikan perkampungan Tionghoa yang dikenal
dengan nama Petak Sembilan. Petak Sembilan merupakan salah satu
cikal bakal Kota Tangerang, yaitu suatu tempat yang dihuni oleh
komunitas Tionghoa. Perkampungan ini kemudian berkembang
menjadi pusat perdagangan dan menjadi bagian dari Kota Tangerang,
kawasan Pasar Lama sekarang, sebagai pemukiman pertama bagi
komunitas Tionghoa di Tangerang.30
Berdasarkan sejarah yang telah dijelaskan diatas, kampung yang
berada di wilayah Kota Tangerang ini, berdasarkan perkembangannya,
menjadi pusat perdagangan dan secara resmi menjadi bagian dari
wilayah Kota Tangerang. wilayah ini juga dijadikan sebagai wisata
oleh pemerintah Kota Tangerang. Adapun tempat ini berada pada sisi
timur sungai Cisadane, tepatnya di daerah pasar lama Kota Tangerang.
berbicara mengenai daerah Pasar Lama ini, sulit dipisahkan karena
merupakan sejarah masyarakat Cina Benteng pertama kali bermukim
atau bertempat tinggal di daerah tersebut.
Adapun terjadinya persaingan ekonomi dan perdagangan di
wilayah tersebut, antara pihak Batavia dengan Banten yang memicu
adanya konflik persaingan ekonomi dan politik, dengan adanya
konflik tersebut maka Banten mendirikan suatu benteng di bagian
timur di bagian barat Sungai Cisadane, sedangkan pihak Belanda
membangun benteng di sebelah timur sungai Cisadane.
30 Ibid., h. 53-54.
30
Dalam peristiwa tersebut pihak Belanda tidak mau adanya
perebutan kembali Batavia oleh serbuan Banten. Berdasarkan
peristiwa sejarah tersebut, daerah pertempuran yang telah terjadi,
maka disebut sebagai daerah Benteng. selain itu, masyarakat Cina
yang berada di daerah benteng tersebut oleh masyarakat Pribumi
disebut sebagai masyarakat Cina Benteng.
b. Sistem Kekerabatan Masyarakat Cina Benteng
Dalam perbedaan karakteristik budaya maupun adat dalam suatu
masyarakat, memiliki suatu sistem yang berbeda-beda, salah satunya
pada sisitem kekerabatan. Adapun sistem kekerabatan yang ada pada
masyarakat cina benteng di Kota Tangerang yaitu sistem patrilinear,
sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :
Koentjaraningrat menambahkan bahwa, kedudukan perempuan
dahulu bagi orang Cina sangat rendah. pada masa waktu kecil,
saudara laki-laki mereka memperlakukan mereka dengan sangat
baik, tetapi pada waktu meningkat dewasa mereka dipingit
dirumah. Setelah menikah, seorang perempuan harus tunduk
kepada suaminya. mereka tidak mendapat bagian dalam
kehidupan diluar rumah. Keadaan seperti itu sudah lama
ditinggalkan. Seorang perempuan dapat mengikuti perkumpulan
perkumpulan, sekolah dan dalam kehidupan ekonomi peranan
pembantu suaminya dalam perdagangan memegang peranan
penting dalam kehidupan mereka. Pada masa sekarang ini, wanita
berhak mendapat harta yang sama dengan laki- laki dalam hal
warisan. bahkan, kadang mendapat tugas untuk mengurus abu
leluhurnya sehingga suami yang harus ikut tinggal dirumah orang
tuanya. dengan naiknya kedudukan wanita, tidak ada lagi
kecenderungan untuk memiliki anak laki-laki. Dalam sistem
kekerabatan, masyarakat Cina Benteng menganut sistem
patrilinear. Karena itu hubungan dengan kerabat pihak ayah lebih
erat, tetapi perkembangan sekarang menunjukan hubungan antara
keluarga pihak ibu sama eratnya dengan pihak ayah.31
Adapun dalam sistem ajaran yang dianut oleh masyarakat Cina
Benteng, yaitu salah satunya adalah ajaran konfusius. Hal tersebut
31 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2007), h.
364.
31
menjadi tradisi serta budaya masyarakat cina benteng yang mana
mempengaruhi sistem kekerabatan masyarakat cina benteng. Dalam
ajaran konfusius, hubungan antara ayah dan anak adalah model dasar
dari keluarga dan masyarakat, dan penguasa harus memperlakukan
rakyatnya layaknya ayah memperlakukan sang anak. Para putera dari
suatu keluarga adalah yang terpenting karena ia akan membawa garis
keturunan keluarga mereka. Para putera ini akan merawat orangtua
mereka yang telah lanjut usia, dan akan melaksanakan ritual kematian
bagi orangtua mereka yang telah wafat dan semua arwah leluhur
mereka.32
Adapun kebajikan dari Konfusianisme adalah bakti seorang anak
terhadap orangtuanya yang dalam bahasa tionghoa disebut Xiau
(Hsiao), yang berarti bakti, yakni penghormatan seorang anak
terhadap orangtuanya.33 Dalam hal ini, dilihat dari ajaran agama
manapun termasuk agama Islam, mengajarkan untuk selalu berbakti
kepada orang tua yang ditrapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan
kebudayaan yang dimiliki suatu keluarga tersebut.
Dalam hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat cina
benteng memiliki sistem kekerabatan yang sangat kuat, terutama
hubungan penghormatan anak terhadap orang tuanya. Dalam hal ini,
ajaran yang ada dalam kebudayaan sistem kekerabatan cina benteng
memiliki kesamaan dengan ajaran agama yang lainnya, salah satunya
agama Islam yang merupakan agama mayoritas bangsa Indonesia,
yang mana salahsatu ajarannya yaitu menjunjung tinggi suatu rasa
penghormatan terhadap orang tua.
32 Sholahuddin Al-Ayubi, Cina Benteng : Pembauran Dalam Masyarakat Majemuk di
Banten, KALAM, Volume 10, 2016, h. 338. 33 Ibid.
32
D. Integrasi Sosial
1. Pengertian Integrasi Sosial
Dalam suatu proses interaksi sosial yang terjadi pada kehidupan
masyarakat, khususnya dalam masyarakat yang memiliki karakteristik
kebudayaan maupun keagamaan yang berbeda-beda, menimbulkan suatu
ikatan kebersamaan yang mana menciptakan suatu penyatuan diantara
kelompok masyarakat tersebut, sehingga terbentuklah integrasi sosial
yang mana saling menyatu dan berbaur satu sama lainnya. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia “integrasi diartikan sebagai pembauran sesuatu
yang tertentu hingga menjadi satu kesatuan yang utuh”. Pembauran
tersebut mengandung arti menyesuaikan, menyatu, atau melebur
sehingga menjadi seperti satu.34 Dalam hal ini, terbentuknya integrasi
sosial tidak terlepas dari adanya proses penyesuaian diri atau adaptasi
yang dilakukan antar masyarakat tersebut. Dari adanya proses
penyesuaian diri baik dari individu maupun kelompok dalam suatu
masyarakat menjadikan mereka terbiasa dan saling berbaur serta saling
mengenal satu sama lainnya.
Hakikat integrasi dalam lingkungan komunitas terjadi melalui cara
membangun solidaritas sosial dalam kelompok dan dapat menjalani
kehidupan dalam kebersamaan. Adapun integrasi sosial mengacu pada
suatu keadaan atau fenomena dalam masyarakat dimana orang-orang
saling berhubungan.35 Dalam hal ini, adanya suatu hubungan interaksi
yang berkesinambungan, sehingga membentuk rasa soilidaritas baik
antara individu maupun kelompok masyarakat, dan mendorong mereka
untuk saling menghormati dan memahami perbedaan yang dimiliki antar
individu maupun kelompok dalam ruang lingkup suatu masyarakat.
34 Maryati, Kun & Juju Suryawati. Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XI, (Jakarta: Esis
Erlangga 2006), h . 67-68. 35 Nicholas Abercrombie, Stephen Hill, Kamus Sosiologi (Yogyakarta: Pustaka Pela, 2010),
h. 284.
33
Menurut Ogburn dan Nimkoff integrasi merupakan suatu ikatan
berdasarkan norma, yaitu karena norma kelompoklah merupakan unsur
yang mengatur tingkah laku, dengan mengadakan tuntutan tentang
bagaimana integrasi berhasil apabila anggota masyarakat merasa bahwa
mereka berhasil mengisi kebutuhan satu sama lain, apabila tercapai
semacam consensus mengenai norma sosial, apabila norma-norma cukup
lama dan tidak berubah-ubah.36
Adapun menurut Munandar Soelaeman integrasi masyarakat yaitu
dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai
dari individu, keluarga, lembaga dan masyarakat secara keseluruhan
sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya
konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi.37 Adapun dalam
hal ini, dapat dikatan bahwa proses terbentuknya integrasi sosial dapat
dilakukan dengan adanya kerjasama, asimilasi, akomodasi serta bentuk-
bentuk interaksi sosial positif lainnya, sehingga mereka menciptakan
suatu nila-nilai dan norma-norma yang dianut oleh suatu masyarakat
berdasarkan kesepakatan bersama. Maka dari itu, teori ini sangat
berkaitan dengan tema serta masalah yang diteliti, yang mana mengkaji
tentang terbentuknya integrasi sosial masyarakat yang ada antara
masyarakat cina benteng dengan masyarakat sekitar atau pribumi di
wilayah Kelurahan Sukasari.
2. Syarat Terbentuknya Integrasi Sosial
Dalam terbentuknya suatu integrasi sosial, membutuhkan suatu
komponen-komponen yang menjadi syarat terbentuknya integrasi dalam
masyarakat. Hal tersebut dapat dikatakan berhasil apabila syarat-syarat
yang ada sudah terpenuhi. Menurut William F. Ogburn dan Mayor
Nimkoff yang dikutip oleh Kamanto Sunarto mengemukakan syarat-
36 Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung: Bina cipta,
1979), h. 2. 37 Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu, (Bandung: PT Eresco,
2000), h. 299.
34
syarat berhasilnya suatu integrasi sosial adalah : anggota masyarakat
merasa telah berhasil mengisi satu kebutuhan satu dengan yang lainnya,
masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma-
norma dan nilai-nilai sosial yang menjadi pedoman hidup, masyarakat
telah menjalani nilai dan norma secara konsisten.38
Dalam hal ini, peneliti memberikan salah satu gambaran tentang
adanya suatu perbedaan budaya yang merupakan suatau akal atau
kebiasaan yang dimiliki individu dalam masyarakat. Adanya suatu
kebutuhan yang tidak semua bisa dilakukan sendiri maka butuh peranan
individu lainnya, yang mana saling mengisi dan membantu dalam
mencapai apa yang dibutuhkannya. Maka dalam hal ini mereka saling
bekerja sama dan menciptakan suatu hal serta aturan berdasarkan
kesepakatan bersama dan hidup saling berketergantungan satu sama
lainnya. Sehingga dalam hal ini terbentuk suatu ikatan intefrasi sosial
dalam suatu masyarakat. Adapun dalam kajian ini kita harus mengetahui
apa saja syarat yang membentuk suatu integrasi sosial yang terjadi pada
masyarakat, khususnya fenomena integrasi sosial antara masyarakat cina
benteng dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari, Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang.
3. Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Integrasi Sosial
Menurut Esser yang dikutip oleh Wolfgang Bosswick dan Friedrich
Heckmann, integrasi sosial dapat terjadi dalam empat bentuk yakni:
Pertama, Akulturasi (acculturation), adalah proses dimana seorang
individu memperoleh pengetahuan, standar budaya dan kompetensi
yang dibutuhkan untuk berinteraksi dengan sukses dalam
masyarakat.
38 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembanga Penerbit FE-UI, 2000), h.
68..
35
Kedua, Penempatan (placement). Penempatan berarti seorang
individu mendapatkan posisi dalam masyarakat - dalam sistem
pendidikan atau ekonomi, dalam profesi, atau sebagai warga negara.
Penempatan juga menyiratkan perolehan hak yang berhubungan
dengan posisi tertentu dan kesempatan untuk membangun hubungan
sosial dan untuk memenangkan modal budaya, sosial dan ekonomi.
Akulturasi merupakan prasyarat untuk penempatan.
Ketiga, Interaksi (interaction). Interaksi adalah pembentukan
hubungan dan jaringan, oleh individu yang berbagi orientasi
bersama. Ini termasuk persahabatan, hubungan romantis atau
pernikahan, atau keanggotaan yang lebih umum dari kelompok
sosial.
Keempat, Identifikasi (identification). Identifikasi mengacu pada
identifikasi individu dengan sistem sosial : orang melihat dirinya
sebagai bagian dari tubuh kolektif. Identifikasi memiliki aspek
kognitif dan emosional.39
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diketahui bahwa adanya
dorongan terbentuknya suatu integrasi sosial pada suatu masyarakat,
dipengaruhi oleh adanya akulturasi yang merupakan suatu pengetahuan
yang dimiliki baik terhadap budaya maupun karakteristik masyarakat
lainnya. Selain itu, adanya penempatan yang berupa posisi dalam
masyarakat, dan interaksi serta identifikasi yang mana telah diakui oleh
individu lain sebagai bagian dari suatu masyarakat tersebut.
39 Wolfgang Bosswick & Friedrich Heckmann, Journal Integration of Migrants:
Contribution of Local and regional Authorities, (Germany: European Forum for Migration Studies
(EFMS) University of Bamberg, 2006), h. 2.
36
E. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Suherman, dalam skripsi yang berjudul
Pola Interaksi Masyarakat Pendatang terhadap Masyarakat Pribumi (Studi
Kasus Masyarakat Etnis Sunda di Masyarakat Etnis Betawi di kelurahan
Bedahan di kecamatan Sawangan, Kota Depok). Penelitian dilakukan
sebagai syarat kelulusan pada jenjang S1 di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan
interaksionisme simbolik. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1.
Bagaimanakah pola interaksi antara masyarakat asli dengan masyarakat
pendatang, 2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mengintegrasikan
masyarakat asli dengan masyarakat pendatang. Adapun hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa proses interaksi sosial antara kedua masyarakat
tersebut sudah lama terjadi. Kesadaran dari masing-masing kedua
masyarakat tersebut dalam memaknai tentang arti kebersamaan dalam hidup
bermasyarakat, terbentuklah pola untuk saling toleran, tahu menempatkan
diri, dan saling membantu antar satu dengan yang lainnya dalam memenuhi
kebutuhan hidup bersama-sama.40 Adapun perbedaan terhadap kajian yang
akan diteliti yaitu pada tempat dan subjek penelitiannya, dengan meganalisis
masyarakat etnis Tionghoa Cina Benteng dengan pribumi dalam hal
interaksi sosial antar budaya di wilayah kota Tangerang.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Halikin, dalam skripsi yang berjudul
Analisis Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Terhadap Masyarakat Lokal
di Sumbawa Barat (Studi Kasus di Kecamatan Maluk). Penelitian dilakukan
sebagai syarat kelulusan pada jenjang S1 di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimanakah pola
interaksi antara masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang, 2.
40 Agus Suherman, Pola Interaksi Masyarakat Pendatang terhadap Masyarakat Pribumi
(Studi Kasus Masyarakat Etnis Sunda di Masyarakat Etnis Betawi di kelurahan Bedahan di
kecamatan Sawangan Kota Depok), (Skripsi, Jurusan Pendidikan IPS UIN-Jakarta, 2014), hlm. 58
37
Bagaimanakah gambaran proses asimilasi atau akulturasi yang berlangsung
di Kecamatan Maluk antara kebudayaan masyarakat lokal dengan
masyarakat pendatang. Adapun hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa
interaksi masyarakat pada daerah penelitian antara masyarakat lokal dan
masyarakat pendatang berjalan dengan baik. Hubungan baik tersebut
ditunjukkan oleh para masyarakat dengan sikap antusias masyarakat
pendatang yang selalu aktif dalam mengikuti dan melestarikan berbagai
bentuk acara keagamaan khususnya yang berhubungan dengan kegiatan hari
besar Islam. Selanjutnya adanya konsep baru pada masyarakat yaitu
terbentuknya pembaruan sosial, kondisi sosial, tatanan sosial, sistem sosial,
sistem kepercayaan, norma sosial, sistem adat dalam hal perkawinan.41
Adapun perbedaan terhadap kajian yang akan diteliti yaitu pada tempat dan
subjek penelitiannya, dengan meganalisis masyarakat etnis Tionghoa Cina
Benteng dengan pribumi dalam hal interaksi sosial antar budaya di wilayah
kota Tangerang, serta lebih menganalisis pada akulturasi budaya, bukan
pada asimilasi budaya antar kelompok masyarakat tersebut.
3. Penelitan yang dilakukan oleh Farid Muzakky, dalam skripsi yang berjudul
Interaksi Sosial Etnis Tionghoa Dengan Masyarakat Pribumi di Kota
Yogyakarta. Penelitian dilakukan sebagai syarat kelulusan pada jenjang S1
di Universitas Islam Negeri Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengam pendekatan historis. Adapun rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana interaksi sosial yang terjadi antara
etnis Tionghoa dengan masyarakat pribumi di kota Yogyakarta, 2.
Bagaimana pengaruh konflik terhadap interaksi sosial yang terjalin antara
etnis Tionghoa dengan masyarakat pribumi di kota Yogyakarta. Adapun
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi sosial yang terjadi antara
masyarakat Tionghoa dengan masyarakat Pribumi bersifat asosiatif, yaitu
41 Halikin, Analisis Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Terhadap Masyarakat Lokal di
Sumbawa Barat ( Studi Kasus di Kecamatan Maluk), (Skripsi, Jurusan Pendidikan IPS UIN-
Jakarta, 2014), hlm. 5.
38
suatu proses interaksi yang mengidentifikasikan adanya gerakan
pendekatan. Untuk mencapai sebuah interaksi sosial yang baik, kedua belah
pihak harus berasimilasi atau saling menyesuaikan dalam berbagai hal,
misalnya bahasa. Proses tersebut dilakukan sebagai upaya untuk
mengurangi adanya perbedaan yang terdapat pada kedua individu atau
kelompok sosial yang saling bersinggungan.42 Adapun perbedaan terhadap
kajian yang akan diteliti yaitu pada objek penelitannya, dengan
menganalisis masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang, dengan
menggunakan pendekatan deskriptif.
F. Kerangka Berpikir
Interaksi sosial merupakan suatu dasar dari lahirnya suatu aktivitas sosial
masyarakat. Dari adanya hubungan timbal balik antar sesama individu serta
saling membantu dalam memenuhi segala aspek kebutuhan hidup, baik
kebutuhan jasmani maupun rohani. Masyarakat dengan karakteristik yang
berbeda-beda merupakan suatu ciri identitas bangsa Indonesia. Adapun
keanekaragaman budaya yang ada dalam penelitian ini salah satunya adalah
masyarakat etnis tionghoa dengan masyarakat Indonesia asli atau pribumi.
Adapun dalam hal ini penelitian tertuju pada masyarakat cina benteng yang ada
di Kota Tangerang, dengan mengkaji bagaimana interaksi sosial yang terjadi
antara masyarakat cina benteng dengan masyarakat pribumi yang ada di
Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
Adanya proses interaksi sosial dari kedua masyarakat tersebut berpotensi
akan lahirnya suatu integrasi social yang dapat menciptakan suatu
kesejahteraan hidup serta rasa toleransi akan perbedaan, baik dalam bidang
sosial maupun budaya. Dalam hal ini, interaksi sosial yang dikaji dalam
menganalisis suatu fenomena interaksi sosial dan budaya dengan pendekatan
deskriptif. Dalam pendekatan ini, melihat dan mengkaji suatu ciri khas
kebudayaan antar masyarakat yang berbeda, dan juga mengkaji ruang lingkup
42 Farid Muzakky, Interaksi Sosial Etnis Tionghoa Dengan Masyarakat Pribumi di Kota
Yogyakarta (Skripsi, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN-Yogyakarta, 2016), hlm. ii.
39
aktivitas sosial yang ada ada pada masyarakat etnis tionghoa atau cina benteng
dan masyarakat pribumi di Kota Tangerang.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikaji bahwa interaksi sosial
merupakan proses individu untuk saling mengenal satu sama lainnya, yang
mana menciptakan rasa toleransi, sehingga timbul suatu integrasi sosial atau
kesatuan dari suatu perbedaan tersebut, khususnya fenomena yang ada antara
masyarakat cina benteng dengan pribumi di Kelurahan Sukasari, yang mana
lahir dari adanya proses interaksi sosial itu sendiri antara masyarakat dalam
suatu karakteristik yang berbeda. Selain itu, adanya suatu proses interaksi yang
terjadi antar kedua kelompok masyarakat tersebut, menciptakan suatu kesatuan
dalam segala aktivitas sosial yang ada dalam masyarakat, dimana merupakan
suatu ciri khas dari fenomena masyarakat multikultural di Indonesia. Adapun
dalam kajian tersebut, kerangka berpikir seperti pada bagan 2.1 sebagai berikut
:
Bagan 2.1
Kerangka Berpikir
Interaksi Sosial
Masyarakat Pribumi
Integrasi Sosial
Masyarakat Cina
Benteng
Proses Interaksi Sosial
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat atau lokasi dimana penelitian dilakukan.
Adapun tempat penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu berlokasi
di Kampung Cina Benteng, di Jalan Bhakti No.14 Pasar Lama, Kelurahan
Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Banten, 15118. Pemilihan
tempat ini berdasarkan pada kebutuhan penelitian, dan karakteristik responden
yang diperlukan serta didapatkan jumlah sampel yang dikehendaki.
Adapun waktu penelitian secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan
selama lima bulan, yaitu dimulai dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2019.
Adapun rincian kegiatannya sebagai berikut:
Tabel 3.1
Alokasi Waktu Penelitian
Kegiatan
Waktu
Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penulisan
BAB I
Penulisan
BAB II
Penulisan
BAB III
Penyusunan
Instrumen
Penelitian
Uji Coba
Instrumen
41
Penelitian
Pengumpulan
Data
Analisis Data
Melaporkan
Bab IV dan
Bab V
Penyusunan
Laporan
Secara
Lengkap
Sidang
Munaqosah
Revisi Skripsi
Pengumpulan
Skripsi
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian, peneliti menentukan suatu metode dalam menjawab
suatu permasalahan penelitian. Secara umum metode penelitian adalah suatu
cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian
atau rumusan masalah. Adapun metode penelitian menentukan bagaimana data
penelitian dikumpulkan.1 Selain itu, metode penelitian juga merupakan suatu
cara atau jalan untuk memperoleh kembali suatu pemecahan terhadap segala
permasalahan dalam penelitian.
Berdasarkan masalah penelitian yang diajukan, maka dalam hal ini peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan suatu pendekatan deskriptif.
Adapun penelitian kualitatif sendiri merupakan suatu strategi inquiry yang
menekankan pada pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala,
1 Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 36.
42
simbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena, fokus dan multimetode,
bersifat alami dan holistik, mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa
cara, serta disajikan secara naratif.2 Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor,
metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasai ke dalam variabel atau hipotesis,
tetapi perlu memandang sebagai bagian dari suatu keutuhan.3
Adapun peneltian dengan format deskriptif kualitatif bertujuan untuk
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai
fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian,
dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai ciri, karakter, sifat,
model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi atau fenomena tertentu.4
Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa penelitian dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif mengarahkan peneliti untuk dapat mengetahui lebih dalam
sebab-akibat dalam suatu permasalahan yang diteliti dan juga mengumpulkan
data dari berbagai sumber data yang telah ditentukan terhadap suatu rumusan
masalah yang diteliti.
C. Sumber Data dan Informan
1. Data dan Sumber data
Data adalah bahan keterangan suatu objek penelitian yang diperoleh di
lokasi penelitian. Definisi data sebenarnya mirip dengan definisi informasi,
hanya saja informasi lebih ditonjolkan segi pelayanan, sedangkan data lebih
menonjolkan aspek materi.5 Adapun sumber data yang dikumpulkan dalam
2 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2014), h. 329. 3 Moleong Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002),
h. 3. 4Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Prenada Media Group, 2007), h. 68. 5 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, ( Jakarta: Pranada media, 2005), h.
129.
43
penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah
data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian
atau objek penelitian.6 Adapun data primer penelitian ini adalah informan
Anggota Kelenteng Boen Tek Bio di kawasan kampung Cina Benteng,
Masyarakat Cina Benteng, RW dan RT serta masyarakat asli sekitar daerah
kampung Cina Benteng, tentang proses interaksi sosial masyarakat Cina
Benteng dengan masyarakat Pribumi di Kelurahan Sukasari, Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang.
Adapun sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.7 Data sekunder
dalam penelitian ini yaitu berupa dokumen-dokumen yang terkait dengan
profil masyarakat kampung Cina Benteng dan data-data kependudukan
masyarakat yang ada di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang. Adapun data dan sumber data dapat dilihat pada tabel 3.2 di
bawah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Data dan Sumber data
No Data Sumber Data
1
Interaksi sosial masyarakat Cina Benteng
dengan masyarakat Pribumi di Kelurahan
Sukasari.
Masyarakat Cina Benteng
dan Pribumi di Kelurahan
Sukasari
2
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
integrasi sosial antara masyarakat Cina
Benteng dengan masyarakat Pribumi.
Masyarakat Cina Benteng
dan Pribumi di Kelurahan
Sukasari.
6 Ibid., h. 132. 7 Ibid.
44
2. Objek Penelitian dan Informan
Pada penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi. Spradley
mengungkapkan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan
istilah populasi, tetapi dinamakan social situation atau situasi sosial yang
terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis.8 Berdasarkan hal tersebut maka
objek dalam penelitian ini adalah masyarakat Cina Benteng yang berada di
kawasan Kelenteng Boen Tek Bio yang berinteraksi dengan masyarakat
pribumi di wilayah sekitar kampung Cina Benteng yang bertempat di Jalan
Bhakti No.14 Pasar Lama, Kelurahan Sukasari, Kota Tangerang.
Adapun informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi
objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami ruang
lingkup suatu objek penelitian.9 Dalam hal ini, penentuan informan oleh
peneliti harus sesuai dengan pengetahuan maupun pemahaman dari objek
penelitian, dimana hal tersebut dimiliki oleh informan yang bersangkutan.
Berdasarkan objek penelitian dan informan di atas, dalam penelitian ini
teknik penentuan sampel atau informan menggunakan purposive sampling,
yaitu dilakukan dengan cara menentukan dengan anggapan/pendapatnya
(judgement) sendiri, sebagai informan penelitiannya, peneliti mengetahui
persis siapa yang akan dipilih sebagai informan. Adapun informan
berjumlah 10 orang, dimana diantaranya yaitu : 5 warga Cina Benteng, 5
warga pribumi di sekitar kawasan kampung Cina Benteng, termasuk RT dan
RW di sekitar kawasan kampung Cina Benteng, serta salah satu Kelenteng
Boen Tek Bio di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang.
8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2009), h. 215. 9 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, op. cit., h.76.
45
3. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti
adalah instrumen penelitian.10 Dalam hal ini, penelitian kualitatif bertujuan
untuk mendapatkan kesan yang mendalam terhadap suatu fenomena, dan
kesan yang mendalam tidak akan bisa didapatkan secara maksimal melalui
kuesioner, maka dari itu, dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen
utamanya peneliti sendiri. Instrumen teknis yang digunakan oleh peneliti
adalah pedoman wawancara. Adapun kisi-kisi pertanyaan dari instrumen
wawancara dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut :
Tabel 3.3
Pedoman Kisi-kisi Instrumen Wawancara
NO Daftar Pertanyaan Sumber Data
1. Sudah berapa lama anda tinggal di Kelurahan
Sukasari ?
2. Mengapa masyarakat Tionghoa di daerah ini oleh
masyarakat asli sekitar disebut sebagai masyarakat
Cina Benteng ?
3. Bagaimana respon masyarakat Tionghoa ini terkait
pada penyebutan masyarakat Cina Benteng oleh
masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ?
4. Bagaimana proses hubungan masyarakat Cina
Benteng dengan masyarakat pribumi dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari ?
5. Bagaimana bentuk hubungan antara masyarakat
Cina Benteng dengan masyarakat asli sekitar di
Kelurahan Sukasari ?
6. Apakah ada hambatan dalam proses interaksi
antara masyarakat Cina Benteng dengan
10 Muri Yusuf, op. cit., h. 372.
46
masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari?
alasannya ?
7. Bagaimana cara berinteraksi masyarakat Cina
Benteng tehadap masyarakat asli sekitar di
Kelurahan Sukasari ?
8. Bagaimana respon masyarakat pribumi atau warga
sekitar akan keberadaan masyarakat Cina Benteng
di Kelurahan Sukasari ?
9. Bagaimana upaya masyarakat Cina Benteng dalam
menyesuaikan diri dengan masyarakat Pribumi di
Kelurahan Sukasari ?
10. Apakah pernah terjadinya konflik antar
Masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat
pribumi di Kelurahan Sukasari ?, alasannya ?
11. Apakah faktor-faktor yang membuat masyarakat
Cina Benteng dapat diterima oleh masyarakat
pribumi dari perbedaan kararteristik yang ada
sampai sekarang ini ?
12. Bagaimana bentuk kerjasama antara masyarakat
Cina Benteng dengan masyarakat pribumi baik di
bidang sosial, ekonomi maupun bidang lainnya
dalam kehidupan sehari-hari ?
13. Bagaimana respon masyarakat asli sekitar
terhadap perayaan agama maupun budaya warga
Tionghoa Cina Benteng yang ada di Kelurahan
Sukasari ?
14. Bagaimana respon masyarakat Cina Benteng
terhadap perayaan agama maupun budaya yang
diselenggarakan oleh Masyarakat Pribumi di
kelurahan Sukasari ?
15. Sebagai minoritas, bagaimana masyarakat Cina
47
Benteng dalam menyikapi suatu perbedaan dari
kebudayaan yang ada pada masyarakat pribumi?
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini untuk memperoleh data-data lapangan, penulis
menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu :
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan suatu pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya, selain
pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Adapun
yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan.11 Pada penelitian ini yang diobservasi adalah masyarakat Cina
Benteng dan masyarakat pribumi di sekitar kawasan masyarakat Cina
Benteng yang ada di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang. Adapun rician kegiatannya dapat dilihat pada tabel 3.4 sebagai
berikut :
Tabel 3.4
Daftar Kegiatan Observasi
No. Kegiatan Keterangan
1.
Mengamati interaksi sosial masyarakat Cina
Benteng dengan masyarakat Pribumi dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam interaksi dengan
masyarakat sekitar
2.
Mengamati bentuk karakteristik kebudayaan
pada masyarakat Tionghoa Cina Benteng
Dalam interaksi dengan
Kepala Klenteng Boen
11 Burhan Bungin, op. cit., h. 115.
48
serta simbol kebudayaan lainnya.
Tek Bio
3.
Mengamati faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya integrasi sosial maupun budaya
antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat Pribumi.
Dalam interaksi dengan
masyarakat sekitar
4.
Mengamati respon atau sikap masyarakat
Pribumi terhadap masyarakat Cina Benteng
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam interaksi dengan
masyarakat sekitar
2. Interview (Wawancara)
Selain observasi, peneliti juga melakukan kegiatan wawancara dalam
pengumpulan data. Adapun wawancara menurut J. Moleong, wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu, dilaksanakan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang di
wawancarai (interviewee) yang mana memberikan jawaban-jawaban atas
pertanyaan tersebut.12
Dalam penelitian ini, peneliti malakukan wawancara sebanyak 10 kali,
wawancara yang pertama yaitu pada RW selama 30 menit, wawancara yang
kedua yaitu pada RT selama 30 menit, wawancara yang ketiga yaitu pada
warga Cina Benteng selama 30 menit, wawancara yang keempat yaitu pada
warga Pribumi di sekitar kawasan kampung Cina Benteng, dan adapun
wawancara yang kelima yaitu pada Anggota Kelenteng Boen Tek Bio.
Adapun dalam penelitian ini partisipannya yaitu RW dan RT kawasan
Cina Benteng, warga Cina Benteng, warga pribumi di Kelurahan Sukasari yang
berada di sekitar kawasan Cina Benteng, dan Anggota Kelenteng Boen Tek Bio.
12 Moleong, Lexy J, op.cit., h. 186.
49
3. Dokumentasi
Adapun langkah ketiga yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan
data yaitu dokumentasi. Teknik pengumpulan data ini adalah pengambilan
data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen dengan cara mengadakan
pencatatan data dari dokumen yang ada dan menghimpun data yang ada.
Guba dan Lincoln membedakan antar dokumen dan record. Dokumen sudah
lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan bukan untuk meramalkan.13
Dalam penilitian ini, dokumen yang dikumpulkan adalah foto kegiatan
Masyarakat Cina Benteng dan masyarakat pribumi dalam aktivitas sehari-
hari, dan juga kegiatan penelitian berupa observasi serta wawancara pada
partisipan terkait hal yang diteliti.
E. Teknik Analisis Data
Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Dalam proses analisis data kualitatif, ada beberapa langkah pokok yang
harus dilakukan, yaitu:
1. Pengumpulan Data
Pada tahap ini, peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan sejak awal.
Adapun proses pengumpulan data sebagaimana diungkap di muka harus
melibatkan sisi aktor (informan), aktivitas atau kegiatan, latar, atau konteks
terjadinya peristiwa.14 Dalam penelitian ini, proses pengumpulan data harus
memperhatikan aspek dari teknik pengumpulan data itu sendiri, sehingga
tidak terjadi suatu kesalahan dalam proses pengumpulan data penelitian.
13 Ibid., h. 216-217. 14 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif), (Yogyakarta : Erlangga, 2009), h.148.
50
Dalam penelitian ini, pengumpulan data bersumber dari responden atau
sampel yang telah ditetukan oleh peneliti, yaitu bersumber dari beberapa
warga atau masyarakat Cina Benteng dan masyarakat pribumi di Kelurahan
Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
2. Reduksi Data
Setelah pengumpulan data, langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti
yaitu mereduksi data. Adapun reduksi data dapat diartikan sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang mucul dari catatan-catatan tertulis dari hasil
data di lapangan. Tahap reduksi data merupakan bagian kegiatan analisis
sehingga pilihan-pilihan peneliti tentang bagian data mana yang dikode,
dibuang, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebut,
cerita-cerita apa yang berkembang, merupakan pilihan-pilihan analitis.15
Dalam penelitian ini, peneliti mereduksi data yang ada sesuai dengan
permasalahan atau rumusan masalah yang diteliti, yaitu tentang bagaimana
interaksi sosial antara masyarakat Cina Benteng dengan pribumi, dan faktor-
faktor yang menyebabkan integrasi sosial antara kedua masyarakat tersebut.
Dengan demikian maka pembahasan dalam penelitian ini dapat terarah dan
logis tanpa adanya sesuatu yang mengarah pada pembahasan di luar dari
masalah yang diteliti.
3. Penyajian Data
Langkah berikutnya setelah proses reduksi data berlangsung, peneliti
melakukan penyajian data atau display data. Penyajian data dimaknai oleh
Miles dan Huberman sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dengan mencermati penyajian data, peneliti akan lebih mudah memahami
apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.16 Dalam hal ini,
dengan adanya penyajian data dapat memberikan pemahaman bagi peneliti
15 Ibid., h.150. 16 Ibid., h.151.
51
terhadap ruanglingkup bahasan dalam suatu penelitian dan dapat membantu
peneliti dalam memudahkan penarikan kesimpulan.
Dalam penelitian ini, data yang disajikan yaitu berupa hasil wawancara
mengenai interaksi sosial dan faktor-faktor terjadinya integrasi sosial pada
masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat pribumi yang ada di wilayah
Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
4. Menyimpulkan Data dan Verifikasi
Dalam tahap akhir analisis data, peneliti menyimpulkan data penelitian.
Adapun verifikasi dan penarikan kesimpulan dimaknai sebagai penarikan
arti suatu data yang telah ditampilkan. Pemberian makna ini tergantung pada
sejauh mana pemahaman dari si peneliti dan interpretasi yang dibuatnya.
Beberapa cara yang dilakukan dalam proses ini, adalah dengan melakukan
pencatatan untuk pola-pola dan tema yang sama, pengelompokkan dan
pencarian kasus-kasus negatif (kasus khas, hal yang berbeda, mungkin pula
menyimpang dari kebiasaan yang ada di masyarakat).17 Dalam hal tersebut,
penarikan kesimpulan oleh peneliti harus sesuai dengan tema yang mana
menjawab suatu rumusan masalah dalam penelitian
Dalam penelitian ini, kesimpulan dibuktikan dengan cara menafsirkan
berdasarkan kategori yang ada sehingga dapat diketahui bentuk interaksi
sosial serta faktor yang mengintegrasikan antara masyarakat Cina Benteng
dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang.
F. Rencana Pengujian Keabsahan Data Penelitian
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji
validitas dan realibilitas (referensi). Pada penelitian kualitatif, temuan atau data
dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan
peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi
perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif
17 Ibid.
52
tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia,
dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan
berbagai latar belakangnya. Oleh karena itu untuk menguji keabsahan data
dilakukan dengan :
1. Triangulasi
Adapun dalam menguji keabsahan data penelitian yaitu dengan salah
satunya dengan triangulasi. Adapun triangulasi merupakan salah satu teknik
dalam pengumpulan data untuk mendapatkan temuan dan interpretasi data
yang lebih akurat dan kredibel. Beberapa cara yang dapat digunakan peneliti
yaitu dengan menggunakan sumber yang banyak atau bervariasi dan
menggunakan suatu metode yang berbeda.18 Adapun teknik pengumpulan
data pada triangulasi terbagi pada tiga macam cara, yaitu triangulasi sumber,
triangulasi data, dan triangulasi waktu.19
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber.
Adapun triangulasi sumber berarti membandingkan atau mengecek ulang
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melaui sumber yang
berbeda.20 Maka dalam hal ini, peneliti bukan hanya membandingkan data
pada satu sumber, namun dengan sumber yang lainnya, seperti data yang
diperoleh dari masyarakat cina benteng dan juga warga sekitar atau pribumi
di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
2. Meningkatkan ketekunan Pengamatan
Adapun ketekunan peneliti dalam melakukan pengamatan atau dalam
menggunakan teknik lain dalam suatu pengumpulan data di lapangan akan
menentukan pula keabsahan dan kesahihan data yang terkumpul. Situasi
sosial di lapangan yang bervariasi dan kadang-kadang kurang bersahabat
untuk penelitian kualitatif mempengaruhi proses dan aktivitas pengumpulan
data. Adapun dalam hal tersebut, peneliti hendaklah mau, mampu, dan
18 Ibid., h. 395 19 Bachtiar S. Bachri, Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian
Kualitatif, Jurnal Teknologi Pendidika, 2010, h. 56. 20 Ibid.
53
selalu meningkatkan ketekunan dalam menelusuri suatu fenomena sosial
secara holistik, sehingga terkumpul data dan informasi yang sesungguhnya,
dan konteks sistuasi sosial yang sebenarnya.21Adapun peneliti menggunakan
teknik ini, untuk mendapatkan data yang benar-benar valid serta mencegah
dari ketidak sesuaian alur peristiwa dari hasil observasi dan wawancara
dengan mengamati secara mendalam suatu analisis data penelitian. Dengan
demikian, adanya sikap dalam meningkatkan ketekunan dalam pengamatan,
peneliti dapat memahami secara detail akan situasi serta fenomena dalam
objek kajian tentang interaksi dan integrasi sosial masyarakat cina benteng
dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang.
3. Member Check
Setelah triangulasi, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti
dalam uji kredibilitas data yaitu menggunakan member Check. Kedibilitas
data yang telah dikumpulkan, dianalisis, dilakukan pengkategorian, dan juga
ketepatan kesimpulan, dapat pula diuji kembali dengan menggunakan
anggota lain kelompok, dari mana data dan informasi original dikumpulkan.
Member check dilakukan secara formal dan informal serta berkelanjutan.22
Dalam tahap ini, peneliti memastikan keabsahan data dengan cara menguji
kembali data tersebut pada kelompok lain, sehingga data yang dianalisis
dapat terarah dan juga dipertanggung jawabkan keasliannya.
21 Muri Yusuf, op. cit., h. 394-395. 22 Ibid., h. 396.
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
1. Kondisi Geografis Kelurahan Sukasari
Secara umum, Kelurahan Sukasari merupakan salah satu dari wilayah
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Adapun Kota Tangerang secara
astronomis yaitu terletak pada posisi 106º36’– 106º42’ Bujur Timur (BT)
dan 6º6’- 6º13’ Lintang Selatan (LS). Wilayah ini berbatasan langsung
dengan Kabupaten Tangerang di sebelah barat dan utara, Kota Tangerang
Selatan di sebelah selatan, dan dengan Provinsi DKI Jakarta di sebelah
timur. Luas wilayah Kota Tangerang hanya sebesar 164,55 km2 dengan
19,69 km2, dimana diantaranya merupakan Bandara Internasional Soekarno
Hatta. Dengan luas wilayah yang hanya sekitar 1,59 persen dari luas
Provinsi Banten, Kota Tangerang merupakan wilayah terkecil kedua setelah
Kota Tangerang Selatan.1
Topografi Kota Tangerang secara umum berupa dataran rendah dengan
ketinggian antara 10-18 mdpl. Kota Tangerang memiliki 3 daerah aliran
sungai, 54 saluran pembuang, 16 saluran irigrasi, dan 6 situ/danau. Adapun
iklim di Kota Tangerang sebagaimana wilayah Indonesia pada umumnya,
dipengaruhi oleh iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan
iklim laut. Selama tiga tahun (2012-2014), suhu rata-rata Kota Tangerang
adalah 27,8ºC. Sedangkan kelembaban udara tahun 2014 mencapai 79,1
persen, dengan tingkat kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Februari
sebesar 86 persen.2
Adapun wilayah Kota Tangerang terbagi menjadi 13 kecamatan, yaitu
diantaranya ada Kecamatan Ciledug, Larangan, Karang Tengah, Cipondoh,
1 https://tangerangkota.bps.go.id/subject/153/geografi.html#subjekViewTab3, Statistik
Daerah Kota Tangerang 2015,(BPS Kota Tangerang, 2015), h.1. 2 Ibid.
55
Pinang, Tangerang, Karawaci, Cibodas, Jatiuwung, Periuk, Neglasari,
Batuceper, dan Benda. Banyaknya wilayah kelurahan di Kota Tangerang
ada 104, yang terbagi menjadi lingkungan yang lebih kecil lagi yaitu Satuan
Lingkungan Setempat (SLS). Banyaknya SLS pada tahun ini adalah 985
Rukun Warga (RW) dan 4.930 Rukun Tetangga (RT).3
Pada tahun 2014, penduduk Kota Tangerang tercatat sebanyak
1.999.894 orang terdiri dari 1.021.298 (51,07%) laki-laki dan 978.596
(48,93%) perempuan. Rasio jenis kelamin sebesar 104,36 yang berarti
bahwa dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat 104 penduduk laki-
laki. Jumlah rumah tangga tahun ini mencapai 528.494, dengan rata-rata
Anggota Rumah Tangga (ART) sebanyak 3,78 jiwa/ruta, artinya dalam satu
rumah tangga terdiri dari 3-4 orang anggotanya.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat kepadatan
penduduk juga semakin meningkat. Dengan luas wilayah sebesar 164,55
km2 dan jumlah penduduk sebanyak 1.9999.894 orang, Kota Tangerang
memiliki tingkat kepadatan penduduk sebesar 12.154 jiwa/km2, sehingga
menjadi kabupaten/kota terpadat di Provinsi Banten. Sedangkan untuk
tingkat kecamatan di Kota Tangerang, terjadi pergeseran posisi kecamatan
dengan kepadatan tertinggi pada tahun 2014. Adapun Kecamatan Ciledug
mempunyai kepadatan tertinggi, yaitu 19.757 jiwa/km2, menggeser posisi
Kecamatan Larangan.4
2. Profil Singkat Kelurahan Sukasari
Kelurahan Sukasari merupakan fokus tempat dalam penelitian ini,
dimana merupakan salahsatu bagian dari wilayah yang ada pada ruang
lingkup Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Sesuai dengan Undang -
undang No 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II
Kotamadya Tangerang dan Peraturan Daerah No 16 Tahun 2000 tentang
3 Ibid., h. 2. 4 Ibid., h. 4.
56
Pembentukan 13 Kecamatan, kecamatan Tangerang terbagi menjadi 8
(delapan) kelurahan, salah satunya yaitu Kelurahan Sukasari.
a. Luas Kelurahan Sukasari
Adapun luas Kelurahan Sukasari secara keseluruhan yaitu 187 Ha
dengan batasan wilayah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Luas Wilayah Kelurahan Sukasari
Uraian Keterangan
Sebelah Utara Dibatasi Kelurahan Sukarasa
Sebelah Timur Dibatasi Kelurahan Buaran Indah
Sebelah Selatan Dibatasi Kelurahan Babakan
Sebelah Barat Dibatasi Sungai Cisadane
Sumber : Data dokumen Kelurahan Sukasari
Dalam hal luas wilayah dapat diketahui bahwa wilayah Kelurahan
Sukasari merupakan wilayah yang strategis, dan juga disebut sebagai
jantung dari Kota Tangerang. Selain itu, Kelurahan Sukasari dibatasi pada
Sungai Cisadane di sebelah barat, dimana merupakan salah satu daerah yang
sering dikunjungi masyarakat serta menjadi lokasi wisata dan perayaan atau
hari besar masyarakat Kota Tangerang.
b. Kependudukan
Selain pada letak geografis dan tata wilayah, penduduk di Kelurahan
Sukasari juga memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi, hal tersebut
salah satunya terjadi karena kondisi wilayah yang sangat strategis
sehingga adanya pendatang dari luar daerah yang singgah menempati
wilayah tersebut. Adapun jumlah penduduk yang ada di Kelurahan
57
Sukasari sampai pada bulan Juni 2019, dapat digambarkan sebagai
berikut :
Tabel 4.2
Data Jumlah Penduduk Kelurahan Sukasari
Uraian Keterangan
Laki-laki 11.646 Jiwa
Perempuan 11.768 Jiwa
Jumlah Keseluruhan 23.414 Jiwa
Sumber : Data dokumen Kelurahan Sukasari
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, jumlah penduduk secara keseluruhan
dari laki-laki dan perempuan yaitu sebesar 23.414 jiwa. Selain itu, jumlah
Kepala Keluarga (KK) secara keseluruhan yaitu sebesar 7.477 KK,
dengan jumlah laki-laki sebesar 5.937 KK, dan perempuan sebesar 1.540
KK. Berdasarkan hal tersebut jumlah penduduk yang ada di Kelurahan
Sukasari ini cukup tinggi. Selain itu, kondisi wilayah di Kelurahan
Sukasari yang strategis memungkinkan banyaknya para penduduk daerah
luar yang berkunjung dan dapat juga berpengaruh pada perkembangan
penduduk yang ada di Kelurahan Sukasari ini.
Kondisi wilayah yang strategis di Kota Tangerang menyebabkan
adanya migrasi penduduk yang berasal dari luar daerah atau etnis yang
lainnya baik untuk sementara maupun menetap dalam kurun waktu
tertentu. Hal tersebut menimbulkan suatu keragaman penduduk di Kota
Tangerang, termasuk juga di Kelurahan Sukasari ini. Dalam hal tersebut
komposisi penduduk di Kelurahan Sukasari pun beragam, bukan hanya
dari Etnis Betawi dan Tionghoa, adapula etnis Sunda dan Jawa serta yang
lainnya. Adapun jumlah komposisi keragaman penduduk berdasarkan
etnis di Kelurahan Sukasari terdapat pada gambar 4.1 sebagai berikut :
58
Gambar 4.1
Komposisi penduduk berdasarkan Etnis di Kelurahan Sukasari
Sumber : Data survey sementaradari Kelurahan Sukasari tahun 2017
Berdasarkan grafik di atas, merupakan data sementara yang mana
menunjukkan bahwa besaran komposisi etnis penduduk di Kelurahan
Sukasari pada tahun 2017 rata-rata lebih banyak dari warga Etnis Betawi
dimana mencapai 40% atau kurang lebih sebesar 9.365.6 jiwa, warga
silsilah keturunan Etnis Tionghoa mencapai 30% atau kurang lebih
sebesar 8.194.9 jiwa, warga dari Etnis Sunda mencapai 15% atau kurang
lebih sebesar 3.512.1 jiwa serta warga yang berasal dari Etnis Jawa
mencapai 10% atau kurang lebih sebesar 2.341.4 jiwa, dan etnis lainnya
kurang lebih sebesar 5% dari jumlah penduduk yang ada di Kelurahan
Sukasari. Adapun data survey tersebut masih sementara khususnya pada
warga Etnis Tionghoa dikarenakan sudah menyatu khususnya dari garis
keturunan dengan masyarakat atau warga asli sekitar Kelurahan Sukasari.
Maka dari itu persentase mengenai Etnis Tionghoa di atas berdasarkan
adanya silsilah atau garis keturunan dari Tionghoa maupun berasal dari
perkawinan campuran dengan masyarakat pribumi sekitar.
c. Penduduk Berdasarkan Keagamaan Yang Dianut
Dalam keberagaman karakteristik keagamaan yang dianut oleh
masyarakat Kota Tangerang, yang mana masyarakat Kelurahan Sukasari
Sales; Betawi ; 40%
Sales; Tionghoa;
30%
Sales; Sunda; 15%
Sales; Jawa; 10%
Sales; Lainnya; 5%
Persentase komposisi Penduduk Kelurahan Sukasari tahun
2017
59
berada di dalam cakupan wilayah Kota Tangerang. Adapun terkait data
jumlah agama yang dianut sebagai berikut :
S
u
m
b
e
r
:
Data Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang tahun 2019.
d. Institusi dan Kelembagaan Kelurahan Sukasari
Adapun selain pada jumlah kependudukan, terdapat juga beberapa
institusi kelembagaan yang ada di Kelurahan Sukasari. Adapun institusi
dan kelembagaan yang ada dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 4.4
Institusi dan Kelembagaan di Kelurahan Sukasari
Uraian keterangan
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) 1 Kelompok
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) 1 Kelompok
Badan Keswadayan Masyarakat 1 Kelompok
Karang Taruna 1 Kelompok
Rukun Warga (RW) 16 RW
60
Rukun Tetangga (RT) 89 RT
Sumber : Data dokumen Kelurahan Sukasari
Dari gambaran 4.3 di atas, menjelaskan bahwa terdapat beberapa
lembaga yang beraktivitas dan mengayomi dalam kegiatan sehari-hari
masyarakat di Kelurahan Sukasari ini. Selain itu membantu masyarakat
dalam mengatasi masalah serta dalam menjaga kesejahteraan hidup bagi
masyarakat di lingkungan sekitar dengan beberapa lembaga seperti LPM,
PKK, Karang Taruna, Keswadayaan dan lain sebagainya.
e. Prasarana Peribadatan
Keragaman agama di wilayah Kelurahan Sukasari tergambar dari
banyak dan bermacam prasarana atau tempat ibadah serta jumlah
penganut yang ada. Adapun dalam hal tersebut sebagai wujud dari
kerukunan beragama yang saling menghormati antar pemeluk agama
masing-masing penduduknya. Adapun sarana peribadatan yang ada di
Kelurahan Sukasari, dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 4.5
Prasarana Peribadatan
Sumber : Data dokumen Kelurahan Sukasari tahun 2017
61
Berdasarkan gambar 4.4 di atas, terdapat beberapa sarana atau
tempat ibadah, baik dari agama Islam, Kristen, Konghucu, dan Budha.
Berdasarkan data kelurahan serta informasi masyarakat, wilayah sukasari
ini mayoritas masyarakatnya adalah beragama Islam. Namun adanya rasa
toleransi antar umat beragama, sehingga terbentuknya kerukunan serta
berdirinya sarana tempat ibadah tanpa adanya permasalahan dari setiap
masyarakatnya.
B. Sejarah Masyarakat Cina Benteng
Adapun terdapat sejarah perjalanan masyarakat Tionghoa di Tangerang,
yang mana menjadi suatu hasil informasi data terkait karakteristik sejarah serta
budaya yang ada pada masyarakat Tionghoa di Kota Tangerang. Adapun dalam
hal ini, peneliti juga membahas bagaimana perjalanan sejarah masyarakat
Tionghoa yang terdahulu hingga disebut sebagai Cina Benteng, dan juga
mengambarkan hubungan yang terjalin dari dulu hingga terbentuk sampai
sekarang ini, sehingga bisa memahami ruang lingkup karakteristik yang ada
pada masyarakat Cina Benteng di wilayah Kelurahan Sukasari, Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang.
Nama "Cina Benteng" berasal dari kata "Benteng", nama Lama Kota
Tangerang. Saat itu, terdapat sebuah Benteng Belanda di Kota Tangerang yang
ada di pinggir sungai Cisadane yang mengenal asal usul kata Cina benteng
menurut Sinolog dari Universitas Indonesia Edi Prabowo witanto Ma tidak
terlepas dari kehadiran benteng Makasar benteng yang dibangun pada zaman
kolonial Belanda sekarang sudah rata dengan tanah terletak di tepi sungai
Cisadane di pusat Kota Tangerang mana difungsikan sebagai pos pengamanan
dalam mencegah serangan dari Kesultanan Banten.5
Benteng ini adalah salah satu benteng terpenting Belanda dan merupakan
Benteng terdepan pertahanan Belanda di Pulau Jawa. Masyarakat Cina benteng
telah beberapa generasi tinggal di Tangerang yang kini telah berkembang
5 Bersumber dari buku yang berjudul : Cina Benteng, (Sejarah dan Budaya Kuliner), h. 1
62
menjadi tiga kota atau Kabupaten, yaitu kota Tangerang, Kabupaten
Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.6
Menurut kitab sejarah Sunda yang berjudul Tina Layang Prahyang (catatan
dari Parahyangan), keberadaan komunitas Cina di Tangerang dan Batavia
sudah ada setidak-tidaknya sejak 1407 NI. Kitab itu menceritakan tentang
mendaratnya rombongan pertama dari daratan Cina yang dipimpin oleh Tjen
Tjie Lung alias Halung di muara sungai Cisadane, yang sekarang berubah
nama menjadi Teluk Naga.
Sejarah Cina Tangerang memang sulit dipisahkan dengan kawasan Pasar
Lama (Jalan Ki Samaun dan sekitarnya) yang berada di tepi sungai dan
merupakan pemukiman pertama masyarakat Cina di sana, struktur tata
ruangnya sangat baik, dan itu merupakan cikal bakal kota Tangerang. Mereka
tinggal di tiga gang, yang sekarang dikenal sebagai Gang Kalipasir, Gang
Tengah (Cirarab), dan Gang Gula (Cilangkap). Sayangnya, sekarang tinggal
sedikit saja bangunan yang masih berciri khas Pecinan.7
Selain itu, berdasarkan sumber lainnya terkait pada asal-usul penyebutan
pada masyarakat Cina Benteng yang ada di Kota Tangerang ini, Oey Tjin Eng
memaparkan sebagai berikut :
“Ya karena ada bentengan Belanda itu, yang kemaren saya katakan kan
itu 1683, itukan Benteng dibuat oleh Belanda dan yang ngebuat tuh dulu
orang Makasar, jadi disebutnya Benteng Makassar. Yang disebut Cina
Benteng itu, dari Benteng Makasar sampai ke Babakan, sebenernya
masyarakat yang dari sekitar situ disebutnya Cina Benteng. Cuman
sekarang orang salah kaprah seluruh Tangerang Raya yang ada
tionghoanya disebutnya Cina Benteng, jadi udah taunya mereka seperti
itu.”8
Dalam hal ini, orang Tionghoa datang ke daerah Tangerang sejak lama,
pada zaman penjajahan Belanda. Adapun karena masyarakat Cina Benteng
tinggal di kawasan Benteng tersebut, maka oleh masyarakat pribumi sekitar
6 Ibid. 7 Ibid., h. 2. 8 Hasil wawancara dengan Oey Tjin Eng pada tanggal 16 Juli 2019.
63
menyebutnya masyarakat Cina Benteng hingga sampai sekarang ini, dan sudah
terkenal baik di Kota Tangerang sendiri maupun daerah luar Kota Tangerang.
Tahun 1740, terjadi pemberontakan orang Cina menyusul keputusan
Gubernur Jenderal Valkenier untuk menangkapi orang-orang Cina yang
dicurigai. Mereka akan dikirim ke Sri Lanka untuk dipekerjakan di perkebunan
ke perkebunan milik VOC. Pada akhir tahun 1800-an sejumlah orang Cina
dipindahkan ke kawasan Pasar Baru dan sejak itu mulai menyebar ke daerah-
daerah lainnya. Menurut Tagara Wijaya, yang bernama asli Oey Tjie Hoeng
(77) yang menjabat Ketua Umum Kelenteng Boen Sen Bio (1967-1978), Pasar
Baru pada tempo dulu merupakan tempat transaksi sistem barter barang orang-
orang Cina yang datang lewat sungai dengan penduduk lokal.9
Mengenai asal-usul kata Cina Benteng, menurut Sinolog dari Universitas
Indonesia, Edi Prabowo Witanto MA, tidak terlepas dari kehadiran Benteng
Makassar, benteng yang dibangun pada zaman kolonial Belanda sekarang
sudah rata dengan tanah, terletak di tepi sungai Cisadane di pusat Kota
Tangerang. Pada saat itu banyak orang Cina Tangerang yang kurang mampu
tinggal di luar Benteng Makassar, mereka terkonsentrasi di daerah sebelah
utara yaitu di Sewan dan Kampung Melayu. Mereka berdiam di sana sejak
tahun 1700-an, dari sanalah muncul istilah "Cina Benteng".10
Pemberontakan itu dibalas serangan Serdadu kompeni ke perkampungan-
perkampungan Cina di Batavia (Jakarta). Setidaknya 10000 orang tewas dan
sejak itu banyak orang Cina mengungsi untuk mencari tempat baru di daerah
Tangerang, seperti Mauk, Serpong, Cisoka, Legok dan bahkan sampai Parung
di daerah Bogor. Itulah sebabnya banyak orang Cina yang tinggal di pedesaan
di plosok Tangerang di luar Pecinan, di pasar lama, dan Pasar Baru. Meski
demikian, menurut Pemerhati Budaya Cina Indonesia, David Kwa, mereka
9 Cina Benteng, (Sejarah dan Budaya Kuliner), op.cit., h. 2 10 Ibid., h. 3.
64
yang tinggal di luar Pasar Lama dan pasar baru itu tetap disebut sebagai Cina
Benteng.11
Sebagai kawasan pemukiman Cina di Pasar Lama, dibangun Kelenteng
tertua Boen Tek Bio yang didirikan tahun 1684, dan merupakan bangunan
paling tua di Tangerang. Adapun lima tahun kemudian, 1869, di Pasar Baru
dibangun kelenteng Boen San Bio (Nimmala), kedua Kelenteng itulah saksi
sejarah bahwa orang-orang Cina sudah berdiam di Tangerang lebih dari tiga
abad silam.
C. Informasi Partisipan
Dalam penelitian ini, partisipan berjumlah 10 orang, diantaranya yaitu 5
warga dari masyarakat pribumi, dan 5 warga dari masyarakat keturunan Cina
Benteng di Kelurahan Sukasari, Kota Tangerang. Adapun terkait informasi
partisipan yang dibahas penulis ini bertujuan untuk mengetahui narasumber
atau informan yang ada serta identitas dari informan tersebut, sehingga
menggambarkan kesesuaian dari teknik pengumpulan data akan pemilihan
sumber informan yang tepat dalam suatu penelitian. Adapun dalam penelitian
kualitatif, kesimpulan dalam suatu data penelitian yang di peroleh tidak bisa
disamakan, oleh karena itu sangat penting untuk diketahui tentang siapa yang
diwawancarai dan kapan wawancara itu dilakukan. Selain itu, kesimpulan yang
diperoleh dari partisipan berbeda, meskipun wawancara dilakukan pada waktu
yang sama. Adapun informasi partisipan yang telah diwawancarai sebagai
berikut :
Partisipan Janto atau disebut Yanto adalah ketua RT 03 di wilayah sekitar
Kelenteng Boen Tek Bio yang merupakan masyarakat keturunan Cina Benteng,
beliau berusia 70 tahun berpropesi sebagai kurir antar barang ekonomi warga,
beliau tinggal di wilayah Kelurahan Sukasari sejak lahir, (2) Oey Tjin Eng
adalah seorang tokoh budayawan di masyarakat Cina Benteng dan sebelumnya
merupakan anggota humas dari Kelenteng Boen Tek Bio, beliau berusia 75
11 Ibid.
65
tahun dan tinggal di wilayah Kelurahan Sukasari sejak lahir, (3) Kyat Eng
adalah warga masyarakat Cina Benteng yang merupakan anggota Kelenteng
Boen Tek Bio, beliau berusia 62 tahun dan tinggal di Kelurahan Sukasari sejak
30 tahun, (4) Cheng Wi merupakan warga dari Cina Benteng di Kelurahan
Sukasari, beliau berusia 39 tahun dan bekerja sebagai karyawan swasta, adapun
beliau tinggal di wilayah Kelurahan Sukasari sejak 2 tahun, (5) Putha
merupakan warga Cina Benteng yang bekerja sebagai ojek online, beliau
berusia 31 tahun, beliau beragama Budha dan tinggal di wilayah Kelurahan
Sukasari sejak lahir, (6) Jejen Jaenudin merupakan Sekretaris Kelurahan
Sukasari yang merupakan warga asli sekitar kelurahan Sukasari, beliau berusia
51 tahun, bekerja sebagai kepegawaian di Kelurahan Sukasari (7) Muhammad
Sayroji adalah salah satu tokoh agama masyarakat pribumi di Kelurahan
Sukasari, beliau berusia 69 tahun, berpropesi sebagai guru di SD yang ada di
Kota Tangerang, selain itu beliau merupkakan tokoh sejarah yang ada di
Masjid Kali Pasir, (8) Sukmana merupakan ketua RW 04 di sekitar wilayah
Kali pasir dan Kelenteng Boen Tek Bio, beliau merupakan warga pribumi di
wilayah Kelurahan Sukasari, beliau berusia 60 tahun, beliau merupakan
pensiunan pegawai PLN dan tinggal di Kelurahan Sukasari sejak 33 tahun, (9)
Mukhsin Halimi merupakan warga asli sekitar Kelurahan Sukasari, beliau
berusia 40 tahun dan bekerja sebagai marbot di Masjid Jami Kali Pasir, adap-
un beliau tinggal di Kelurahan Sukasari sejak lahir, (10) Sandi merupakan
masyarakat pribumi sekitar Kelurahan Sukasari, beliau berusia 60 tahun dan
bekerja sebagai pedagang di kawasan Pasar Lama Kota Tangerang.
D. Deskripsi Hasil Penelitian
Adapun dalam pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian
ini adalah observasi yang diperkuat dengan hasil wawancara, dengan tujuan
untuk memperoleh data dan informasi mengenai interaksi sosial masyarakat
Tionghoa dengan masyarakat Pribumi, studi kasus masyarakat Cina Benteng di
Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Selain pada hasil
66
observasi dan wawancara, penulis juga melakukan dokumentasi dari proses
pelaksanaan penelitian di lapangan, baik dalam observasi maupun wawancara.
Observasi dilakukan pada masyarakat sekitar di wilayah Kelurahan
Sukasari, dalam hal ini penulis mengamati aktivitas sehari-hari masyarakat
Cina Benteng dan sekitarnya, serta mengamati aktivitas sosial masyarakat
Pribumi. Adapun tempat pengamatan pada masyarakat Cina Benteng yaitu
bertempat di Kelenteng Boen Tek Bio dan sekitarnya, karena merupakan
tempat dimana masyarakat Cina Benteng sering melakukan aktivitas
keagamaan maupun aktivitas sosial lainnya. Sedangkan pada masyarakat asli
sekitar, dilakukan di lingkungan masyarakat dan juga wilayah yang menjadi
tempat aktivitas masyarakat Pribumi, seperti halnya Pasar Lama yang dekat
dengan Kelenteng Boen Tek Bio. Adapun dalam mengamati interaksi sosial
antara masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat Pribumi, dilakukan bukan
hanya pada tempat tertentu seperti pada Kelenteng dan wilayah sekitarnya,
akan tetapi juga pada lokasi dimana masyarakat saling berbaur atau
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu di Pasar Lama.
Selain pada tempat observasi tersebut, penulis juga melakukan observasi di
Kelurahan Sukasari, observasi ini dilakukan untuk memperkuat hasil
pengamatan, bukan hanya dari sudut pandang ruang lingkup aktivitas
masyarakat Cina Benteng maupun Pribumi, namun diperlukan pengamatan
data serta dokumen aktivitas kedua masyarakat tersebut dari pihak atau petugas
di Kelurahan Sukasari. Penulis melakukan kegiatan wawancara bukan hanya
pada masyarakat seperti biasanya, namun juga mengambil narasumber kepala
RT, RW dan Sekretaris Kelurahan. Alasan peneliti mewawancarai narasumber
tersebut agar hasil dari penelitian yang telah dilakukan serta validitas data yang
telah diuji dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Rata-rata responden mengatakan bahwa interaksi sosial atau hubungan
antara masyarakat pribumi dengan masyarakat cina benteng yang ada di
Kelurahan Sukasari ini sangat baik, saling menghormati akan perbedaan yang
mereka miliki masing-masing baik sosial, budaya maupun agama. Selain itu,
67
adanya rasa toleransi yang tinggi serta kerukunan dalam beragama, menjadikan
masyarakatnya saling berbaur dalam hal kegiatan sosial, sehingga tidak
memunculkan suatu pertentangan atau konflik antar kedua masyarakat tersebut.
Adapun fenomena masyarakat tersebut bertentangan dengan teori konflik, yang
menggambarkan fenomena bahwa manusia memiliki perbedaan jenis kelamin,
strata sosial, dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku agama, kepercayaan,
aliran politik, serta budaya dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat manusia,
perbedaan inilah yang selalu menimbulkan konflik, dan selama masih ada
perbedaan tersebut, konflik tidak dapat dihindarkan dan akan selalu terjadi12.
Wawancara dilakukan terhadap informan yang dapat memeperkuat hasil
observasi antara lain 10 orang, 5 orang dari masyarakat sekitar dan 5 orang
dari masyarakat Cina Bernteng, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan interaksi sosial masyarakat Tionghoa dengan masyrakat
Pribumi di Kelurahan Sukasari. Adapun dokumentasi dilakukan penulis untuk
memperkuat hasil data yang kurang maksimal dan juga ketika penulis tidak
mendapatkan data dari hasil observasi maupun wawancara. Hal ini bertujuan
untuk mendapatkan data yang lebih akurat dalam suatu penelitian.
Adapun dalam teknik pengolahan data yang digunakan adalah dengan
menganalisa data yang diperoleh dari hasil wawancara yang telah dibuatkan
transkip, setelah itu hasil dari transkip wawancara kemudian direduksi oleh
peneliti, kemudian setelah dilakukan reduksi data, maka peneliti akan
menyajikan data atau menyimpulkan data. Adapun data yang disajikan dibuat
dalam bentuk poin-poin berdasarkan pertanyaan wawancara. Setelah itu,
peneliti mendeskripsikan hasil data tersebut serta menyimpulkan data, sehingga
dapat diketahui apakah hasil data yang diteliti dapat menjawab suatu rumusan
masalah atau tidak.
Sesuai dengan hasil observasi bahwa adanya proses interaksi sosial yang
baik antara masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat Pribumi di Kelurahan
12 Wirawan, op. cit, h. 1-2.
68
Sukasari. Berikut ini data yang diperoleh dari hasil wawancara yang dianalisis
dan diinterpretasikan dalam memperkuat hasil observasi sebagai berikut :
1. Interaksi Sosial Masyarakat Cina Benteng dengan Masyarakat Pribumi
di Kelurahan Sukasari
Interaksi sosial masyarakat Tionghoa atau Cina Benteng dengan
masyarakat Pribumi di Kelurahan Sukasari berjalan dengan baik dan
harmonis. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di wilayah ini berjalan
seperti biasanya, melakukan aktivitas yang mereka jalani masing-masing
seperti halnya bekerja di pabrik atau tempat lainnya, berdagang di pasar,
melakukan aktivitas ibadah sesuai agama mereka tanpa adanya perselisihan
maupun pertentangan dalam ruang lingkup masyarakat tersebut. Adapun
antara masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat pribumi atau
masyarakat asli sekitar Kelurahan Sukasari ini, saling bersifat terbuka satu
sama lainnya, mereka menghargai perbedaan baik dari individu maupun
kelompok. Selain itu, dalam hal komunikasi masyarakat Cina Benteng
dengan masyarakat pribumi berjalan dengan lancar, tidak ada hambatan
karena dalam segi penggunaan bahasa mereka adalah bahasa sehari-hari
masyarakat asli sekitar dan bahkan masyarakat Cina Benteng sendiri tidak
bisa berbahasa mandarin, hal ini terlihat ketika dalam proses penelitian, dan
juga respon dari masyarakat Cina Benteng itu sendiri pada saat proses
wawancara, hal tersebut juga direspon oleh seorang Budayawan dari
masyarakat Cina Benteng dengan alasan mereka sudah menempati wilayah
ini sejak lama dan memiliki garis keturunan dari masyarakat pribumi.
Masyarakat pribumi sekitar memandang bahwa masyarakat Cina Benteng
disini sudah seperti keluarga, saling menghargai akan perbedaan dan tidak
mengganggu satu sama lainnya, mereka saling membantu ketika
mengadakan kegiatan sosial salah satunya dalam menjaga keamanan dan
yang lainnya, sehingga eksistensi dari masyarakat Cina Benteng sama
seperti halnya masyarakat sekitar di Kelurahan Sukasari, meskipun ada
perbedaan budaya maupun agama yang mereka miliki masing-masing.
69
a. Proses interaksi sosial masyarakatnya bersifat assosiatif
Adanya proses interaksi yang berjalan dengan baik dari adanya sifat
toleransi antar kedua masyarakat, baik pada masyarakat Cina Benteng
maupun pribumi, menciptakan hubungan sosial yang harmonis. Dalam
hal tersebut muncul suatu proses interaksi yang bersifat assosiatif, yang
berupa kerjasama maupun sikap saling membantu antar sesama, dimana
terdapat suatu bentuk kerjasama yang dilakukan antara kedua masyarakat
tersebut, seperti halnya dalam aktivitas sosial, ekonomi maupun budaya.
Adapun hal tersebut terjadi dari adanya hubungan sosial yang baik antar
masyarakat, sehingga dengan adanya kerjasama (cooperation) yang
dilakukan masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat pribumi ini,
dapat menciptakan suasana keteraturan dalam segala aktivitas sosial
maupun budaya yang ada pada masyarakat. Dalam hal ini, sangat
berkaitan bahwa aktivitas interaksi sosial yang positif dilakukan oleh
masyarakat salah satunya dengan adanya suatu hubungan kerjasama,
sebagaimana yang dikutip bahwa kerjasama mungkin akan bertambah
kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-
tindakan lain yang menyinggung kesetian yang secara tradisional atau
institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seorang atau
segolongan orang13. Adapun dari responden bernama Jejen Jaenudin
yang mana merupakan sekretaris yang ada di Kelurahan Sukasari
memaparkan sebagai berikut :
“Kalo kita liat banyak bentuk kerjasama ya sebenernya seperti yang
saya bilang tadi, adanya pengobatan dan donor gratis di klinik Boen
Tek Bio, itu kan masuk ke sosial juga kan ya. Intinya saling
memudahkan warga dalam kerjasama itu. Kalo kita liat dari
keagamaannya ya seperti saling menghormati dan saling menjaga lah
kaya gitu ya, seperti yang tadi saya bilang salah satunya, perayaan di
klenteng, itu kan kerjasama juga sama Kamtibnas serta Babinsa dan
lain-lain kaya gitu sih bentuk kerjasamanya.”14
13 Soejono Soekanto, op. cit, h. 80. 14 Hasil wawancara dengan Jejen Jaenudin pada tanggal 17 Juli 2019.
70
Dalam kutipan di atas, Jejen Jaenudin menjelaskan bahwa adanya
bentuk kerjasama yang dilakukan masyarakat Cina Benteng dengan
pribumi, diantaranya yaitu adanya pengobatan dan donor darah gratis
yang diselenggarakan di Klinik Boen Tek Bio. Selain itu, adanya
kerjasama dalam keamanan dari masyarakat pribumi seperti halnya
Kamtibnas, Babinsa dan yang lainnya. Dalam suatu acara perayaan yang
dilaksanakan oleh masyarakat Cina Benteng di Kelenteng Boen Tek Bio
ini, sering pula mengadakan hal tersebut, selain itu juga pengobatan serta
donor darah tersebut terbuka untuk masyarakat umum, bukan hanya
masyarakat Cina Benteng saja, sehingga masyarakat asli sekitar atau
pribumi dapat terbantu akan adanya program tersebut. Adapun responden
bernama Sandi yang merupakan warga asli sekitar memaparkan sebagai
berikut :
“Ya biasa aja, bahkan kerjasama ya, saling dukung, kayak misalkan
menjaga ketertiban, keamanan dan lain sebagainya gitu, ya biar
supaya berjalan lancar dah kayak gitu. Ya kayak contohnya pada hari
perayaan seperti Peh Cun banyak itu kan, masyarakat pribumi yang
ikut serta gitu, ngedukung juga dan juga ikut serta kebudayaan
mereka itu.”15
Dalam kutipan tersebut, Sandi menjelaskan bahwa adanya bentuk
kerjasama yang sering dilakukan antara masyarakat Cina Benteng dengan
Pribumi, seperti dalam bentuk kegiatan perayaan Peh Cun yang mana
diselenggarakan di wilayah sekitar Sungai Cisadane, yang merupakan
acara tahunan bagi masyarakat Cina Benteng. Adapun dalam hal ini,
mereka bekerjasama dalam memeriahkan serta menjaga ketertiban acara
tersebut dengan partisipasi masyarakat sekitar, baik dari acara seperti
mengikuti perlombaan perahu naga dan yang lainnya, maupun keamanan
seperti parkir kendaraan. Adapun responden Yanto memaparkan sebagai
berikut : “Yang saya tau kerjasamanya ya, kalo lagi dagang di pasar kan
suka ada kurir antar barang ke rumah warga yang ada disekitaran sini.
15 Hasil wawancara dengan Sandi pada tanggal 17 Juli 2019.
71
Juga ada yang buka usaha orang Cina Benteng kayak pabrik kecap, nah
itu pekerjanya banyakan orang asli sekitaran situ.”16
Berdasarkan kutipan di atas, Yanto menjelaskan bahwa bentuk dari
kerjasama yang dilakukan masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat
pribumi sekitar juga dalam bentuk aktivitas sehari-hari, seperti dalam hal
kegiatan ekonomi, adanya kerjasama antar pedagang di Pasar Lama, dan
juga adanya jasa antar barang belanjaan kerumah warga, serta adanya
pabrik yang didirikan oleh warga Cina Benteng seperti pabrik kecap,
yang mana pekerja atau buruhnya dari masyarakat asli sekitar atau
pribumi yang ada di Kelurahan Sukasari. Selain itu, responden Sukmana
memaparkan sebagai berikut :
“Sebenernya kalo kerjasama kita disini memang pada dasarnya
kalo mereka ada acara, mereka sering ngasih informasi ke kita
disini, karena gini, kalo kita ingin di hargai oleh orang, hargailah
orang lain. Nah sama ketika orang tionghoa ada acara, mereka
kasih tau ke kita,maaf seperti acara di kelenteng mereka minta
kerjasama dalam keamanaan, terutama parkirnya kan seperti itu.
Sehingga ada pemasukan antara warga disini dengan tionghoa dari
kerjasama itu.”17
Adapun berdasarkan kutipan di atas, Sukmana menjelaskan bahwa
selalu adanya konfirmasi pada pihak Kelurahan Sukasari, ketika mereka
mengadakan sebuah acara ataupun kegiatan sosial yang dilakukan, baik
dari masyarakat sekitar maupun masyarakat Cina Benteng. Dalam hal ini
merupakan salahsatu bentuk kerjasama yang dilakukan agar acara yang
mereka selenggarakan dapat berjalan dengan baik. Adapun contohnya
ketika masyarakat Cina Benteng mengadakan acara atau perayaan di
Kelenteng Boen Tek Bio, mereka meminta masyarakat pribumi dalam
menjaga keamanan, seperti halnya parkir kendaraan yang mana sudah
dijelaskan oleh responden sebelumnya. Selain hal tersebut, responden
Mukhsin Halimi memaparkan sebagai berikut :
16 Hasil wawancara dengan Yanto pada tanggal 16 Juli 2019. 17 Hasil wawancara dengan Sukmana pada tanggal 18 Juli 2019.
72
“Ya kalo bentuk hubungannya itu, sosial masyarakat saling tolong
menolong dalam masyarakat seperti ada acara jika ada kekurangan
seperti kursi misalnya, kita minjem juga di Boen Tek Bio, kalo di
pasar lama juga, ekonomi ya saling berbaur aja sih ngga ada
batasan, kaya gitu sih yang saya tau ya.”18
Dalam kutipan di atas, Mukhsin Halimi menjelaskan bahwa adanya
kerjasama antara masyarakat Pribumi sekitar dengan masyarakat Cina
Benteng yang ada disini. Adapun salahsatu contoh yang dikemukakan
beliau yaitu seperti acara Maulid Nabi Muhammad SAW, acara santunan
anak yatim dan sebagainya, jika adanya kekurangan sarana atau
perlengkapan seperti kursi dan yang lainnya, mereka meminjam ke
Kelenteng Boen Tek Bio, sehingga dapat terbantu dan proses acara
tersebut dapat terselenggarakan dengan baik. Selain itu juga adanya
kerjasama yang terjadi dalam aktivitas ekonomi, khususnya di kawasan
Pasar Lama yang mana telah dijelaskan oleh responden sebelumnya. Dan
juga responden Oey Tjin Eng memaparkan sebagai berikut :
“Kalo bentuk kerjasama ya ada, misalkan nih kalo kita ada acara
apa-apa yaa kita lapor, masa kita ngga koling RT sama RWnya kan
ngga gitu. Juga kan kita kadang perlu keamanan kayak parkir, dan
yang markirin orang pribumi ini. Kalo ada banjir, kita ya dari
kelenteng sumbang beras yang dikumpin di Kelenteng Boen Tek Bio
abis itu diserahin ke RT sama RW setempat, kan kampung kali pasir
kan sering kebanjiran itu dataran rendah.”19
Adapun dalam kutipan di atas, Oey Tjin Eng juga menjelaskan
bahwa adanya kerjasama dalam bantuk bantuan sosial, seperti halnya
beras ketika warga asli sekitar mengalami musibah, salahsatunya banjir
khususnya yang ada di wilayah Kali pasir, dimana merupakan wilayah
dataran rendah dan letaknya berada di samping Sungai Cisadane. Adapun
hal tersebut merupakan bentuk rasa saling tolong-menolong antar kedua
masyarakat tersebut, sehingga dapat mempererat hubungan sosial antar
masyarakatnya.
18 Hasil wawancara dengan Mukhsin Halimi pada tanggal 18 Juli 2019. 19 Hasil wawancara dengan Oey Tjin Eng pada tanggal 16 Juli 2019.
73
Berdasarkan beberapa pemaparan dari responden di atas, dapat
disimpulkan bahwa adanya suatu hubungan kerjasama yang ada pada
masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat pribumi di Kelurahan
Sukasari. Adapun kerjasama yang dilakukan baik dalam bidang sosial,
ekonomi maupun budaya yang ada pada masyarakat di Kelurahan
Sukasari ini. Seperti adanya donor darah dan pengobatan gratis, saling
membantu dalam menjaga keamanan dalam suatu acara perayaan, dan
juga dalam aktivitas jual beli di pasar dan wirausaha antar masyarakat
Cina Benteng dengan masyarakat pribumi, sehingga dengan adanya suatu
hubungan kerjasama, membuat hubungan sosial antara kedua masyarakat
tersebut dapat berjalan dengan sangat baik.
b. Interaksi sosial antar masyarakat bersifat terbuka
Dalam aktivitas sosial masyarakat Cina Benteng dengan pribumi
berjalan dengan baik karena adanya proses interaksi yang baik pula antar
kedua masyarakat tersebut. Berdasarkan pengamatan serta wawancara
terhadap warga Cina Benteng dan masyarakat sekitar Kelurahan Sukasari
ini, dapat dilihat bahwa sikap masyarakat Cina Benteng dengan yang
lainnya saling terbuka, begitu juga sebaliknya masyarakat pribumi disini
terbuka akan perbedaan yang dimiliki masyarakat Cina Benteng. Dalam
hal ini terlihat dari hasil wawancara salahsatu responden dari Sukmana
yang merupakan kepala RW dari masyarakat pribumi di wilayah sekitar
dekat Kelenteng menuturkan sebagai berikut :
“Selama ini cukup baik, ,,,eeh kita membaur ajasih, kita sama
mereka juga saling terbuka juga ya, artinya ngga pernah adanya
konflik antara kita dengan mereka, ya biasa begitu ya. Dalam bidang
kegamaan ya sama-sama kita jaga toleransi keberagamaan, tapi kalo
pemegang masalah akidah, masing-masing kita punya akidah.
Mereka menghargai kita, kita juga menghargai mereka.”20
Sukmana mengatakan bahwa dalam proses interaksi sosial yang
terjadi di lingkungan masyrakatnya berjalan dengan baik karena adanya
rasa saling terbuka satu sama lainnya, mereka saling berbaur dalam
20 Hasil wawancara dengan Sukmana pada tanggal 18 Juli 2019.
74
kehidupan sehari-hari, dan juga hal akidah atau kagamaan mereka
menghormati mayoritas masyarakat pribumi yang beragama Islam dan
juga sebaliknya mereka sendiri (masyarakat pribumi) menghargai segala
aktivitas keagamaan yang dilakukan masyarakat Cina Benteng khususnya
yang diselenggarakan di Kelenteng Boen Tek Bio yang ada di dekat
kawasan Pasar Lama. Adapun fenomena tersebut berkaitan dengan
konsep masyarakat terbuka sebagaimana yang digagaskan oleh Henri
Bergson bahwa masyarakat terbuka adalah masyarakat yang memiliki
karakter yang dinamis, yang memungkinkan adanya perubahan sosial
dengan prisip moralitas terbuka.21 Dalam hal ini, rasa saling terbuka
antara masyarakat cina benteng dengan masyarakat pribumi didasari atas
sifat atau karakteristik yang dinamis yang mana dapat menciptakan suatu
perubahan sosial dalam masyarakat tersebut.
Adapun paparan lainnya dari masyarakat Cina Benteng yaitu Janto
(dalam ejaan lama) yang disebut Yanto, dimana merupakan kepala RT 03
di wilayah sekitar Kali Pasir menuturkan sebagai berikut :
“Karena emang dari dulu kita tinggal disini, jadi karena rasa saling
toleransi dan terbuka itu, yang sampe sekarang kita bisa diterima
disini, intinya nggak saling mengganggu.”,,,eeh, saling akrab ajalah
gitu, kita terbuka dengan mereka, jadi ya memang dari dulu sampe
sekarang bisa nyaman kayak sekarang ini.22
Dalam kutipan tersebut di atas, Yanto memaparkan bahwa hubungan
masyarakat sudah terjalin sejak lama, sehingga sikap masyarakat Cina
Benteng disini terbuka dan sudah terbiasa akan perbedaan yang terjadi
pada ruang lingkup masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ini.
Adapun dalam hal ini, interaksi atau hubungan antara masyarakat saling
akrab satu sama lain, mereka tidak memandang suatu perbedaan apapun
dengan individu maupun kelompok lainnya, sehingga dalam kehidupan
21LuciaRatih Kusumadewi,”Keindonesiaan dan Masyarakat Terbuka (Soal-soal
Multikulturalisme, Transformasi Konflik, dan Inisiatif Bebasisi Dialog)“ Pusat Studi Islam dan
Kenegaraan, Bogor, 19 Juli 2011, h. 1-2. 22 Hasil wawancara dengan Yanto pada tanggal 16 Juli 2019.
75
masyarakat tersebut berjalan dengan tentram dan saling menerima satu
sama lainnya.
Adapun selain pemaparan partisipan diatas, Oey Tjin Eng sebagai
partisipan masyarakat Cina Benteng yang merupakan soerang tokoh
Budayawan Tionghoa yang ada di Kelenteng Boen Tek Bio memaparkan
sebagai berikut :
“Ya biasa-biasa aja, RT sama Rw juga ya kalo ada kegiatan ya kita
lapor kan gitu, ya ikutin pemerintah aja lah. Jadi ya mau gimana lagi
emang respon masyarakat di Kelurahan Sukasari ya biasa, terbuka
aja, mereka menghargai segala aktivitas budaya, agama dan lain
sebagainya kan seperti itu. Selain itu juga kan, dalam sehari-hari kita
emang nyampur aja kok, ya jangan jauh-jauh kayak contohnya kaya
Peh Cun kan saling berbaur itu orang.”23
Dalam kutipan di atas, Oey Tjin Eng menjelaskan bahwa bentuk dari
interaksi sosial bukan hanya dilakukan oleh masyarakat seperti biasanya,
namun juga oleh kepala RW dan RT setempat, dalam hal mengkordinasi
kegiatan atau aktivitas sosial yang dilaksanakan oleh kedua masyarakat
tersebut, seperti halnya perayaan budaya Peh Cun yang diselenggarakan
tiap tahunnya. Adapun hal serupa dipaparkan oleh partisipan yang
bernama Cheng Wi dari masyarakat Cina Benteng sebagai berikut :
“Selama saya tinggal disini ngga ada konflik sih, ya karena emng udah
saling terbuka dan saling toleransi, meskipun ada perbedaan ya, tapi sih
salutnya sampe sekarang ya rukun-rukun aja gitu, beda kalo ditempat lain
mungkin.”24
Selain itu, Kyat Eng juga memaparkan sebagai berikut : “Kalo saya
sendiri sih karena emang kita saling terbuka aja, jadinya orang lain juga
enak sama kita, khususnya pribumi di Kelurahan Sukasari ini. Jadi kita
23 Hasil wawancara dengan Oey Tjin Eng pada tanggal 16 Juli 2019. 24 Hasil wawancara dengan Cheng Wi pada tanggal 20 Juli 2019.
76
hargain mereka, dan mereka juga jadinya hargain kita sebagai Cina
Benteng disini.”25
Dalam kutipan diatas, Cheng Wi menjelaskan bahwa adanya sifat
keterbukaan antara kedua masyrakat ini, sehingga saling menyatu atau
berbaur dengan yang lainnya. Selain itu, adanya toleransi yang tinggi
pada masyarakat Cina Benteng dengan pribumi sehingga mencegah dari
timbulnya konflik akan perbedaan masyarakat di Kelurahan Sukasari ini.
Selain itu, Kyat Eng juga menjelaskan bahwa adanya rasa saling terbuka
antar masyarakatnya menyebabkan hubungan timbal balik yang membuat
masyarakat saling menghargai satu sama lainnya.
Adapun partisipan bernama Ahmad Sayroji yang merupakan tokoh
agama Islam di masyarakat pribumi memaparkan sebagai berikut :
“Ya alhamdulillah berjalan dengan baik, ya kita disini menghargai
atau toleransi kan gitu, ya berjalan masing-masing seperti biasanya
kan, dan ini sebagai bentuk pengamalan sebagai muslim kan yang
kita ketahui, “Lakum Diinukum Waliyadiin” ya kamu tahu sendiri
kan ya.”26
Berdasarkan kutipan di atas, Ahmad Sayroji menjelaskan bahwa
respon antara masyarakat pribumi dengan masyarakat Cina Benteng di
Kelurahan Sukasari ini berjalan dengan baik, hal ini terjadi karena
adanya rasa toleransi dan juga sifat terbuka akan perbedaan yang ada.
Adapun beliau juga menjelaskan bahwa fenomena tersebut adalah
sebagai bentuk pengamalan dari ajaran agama, khususnya dalam ajaran
agama Islam, dengan tujuan saling mengenal satu sama lain dalam ruang
lingkup masyarakat yang multikultural. Adapun partisipan bernama
Mukhsin Halimi memaparkan sebagai berikut :
“Seperti yang saya bilang tadi sih, ya saling terbuka aja kitanya,
mereka juga kan gitu, jadi sama-sama enak lah kita mah, mungkin
kalau perbedaan yang sifatnya keagamaan ya, selama tidak
25 Hasil wawancara dengan Kyat Eng pada tanggal 17 Juli 2019. 26 Hasil wawancara dengan Muhammad Sayroji pada tangga 20 Juli 2019.
77
mengganggu ya kita tenang-tenang aja sih, itu sikap masyarakat
disini yang saya tahu ya.”27
Adapun berdasarkan kutipan di atas, Mukhsin Halimi menjelaskan
bahwa hubungan sosial bagi masyarakat pribumi maupun Cina Benteng
yang ada di Kelurahan Sukasari ini, saling menjaga satu sama lain.
Seperti pemaparan pada partisipan sebelumnya, bahwa adanya sikap
terbuka dan saling menghargai akan perbedaan dari kedua masyarakat
tersebut, menjadikan masyarakat saling mengenal satu sama lainnya.
Selain itu, dengan kita menghargai perbedaan yang mereka miliki, maka
mereka pun sebaliknya menghargai kita, baik pada kebudayaan maupun
keagamaan dalam ruang lingkup masyarakat.
Berdasarkan dari semua pemaparan partisipan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat sifat keterbukaan antar masyarakat, baik dari
masyarakat Cina Benteng maupun masyarakat pribumi yang ada di
Kelurahan Sukasari ini. Adapun hal ini bersumber dari hubungan atau
interaksi masyarakat yang baik, sehingga dengan sikap saling terbuka
dari adanya perbedaan antar kedua masyarakat tersebut, menjadikan
masyarakatnya berbaur dan saling menghormati satu sama lainnya.
2. Faktor terjadinya integrasi sosial antara Masyarakat Cina Benteng
dengan Masyarakat Pribumi di Kelurahan Sukasari
Berdasarkan analisa sebelumnya, terdapat suatu hubungan sosial atau
interaksi sosial yang sangat baik antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat pribumi sekitar di Kelurahan Sukasari. Selain itu, adanya proses
hubungan timbal balik antar kedua masyarakat tersebut, membuat hubungan
antar masyarakatnya dapat terintegrasi atau berbaur satu sama lainnya dalam
segala aktivitas sosial yang ada. Dalam hal ini, adanya integrasi sosial pada
masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat pribumi sekitar di Kelurahan
Sukasari, tidak terlepas dari faktor-faktor yang menjadi sebab akibat
terjadinya suatu integrasi sosial dalam masyarakat tersebut. Adapun rata-
27 Hasil wawancara dengan Mukhsin Halimi pada tanggal 18 Juli 2019.
78
rata responden menjelaskan bahwa adanya adanya kesatuan antar kedua
masyarakat ini terjadi karena adanya proses interaksi sosial yang relatif
cukup lama, dan adanya rasa saling menghargai antar masyarakatnya, serta
adanya suatu kerukunan dalam keagamaan yang ada. Adapun hal tersebut
menjadikan masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat pribumi saling
terintegrasi dalam sosial kemasyarakatannya.
a. Adanya proses interaksi sosial yang relatif lama
Terjadinya suatu proses interaksi sosial yang relatif lama antara
masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat pribumi yang berada di
Kelurahan Suksari ini, menjadi salah satu faktor munculnya integrasi
sosial. Adapun dalam hal tersebut dapat dipaparkan dalam hasil
wawancara yang dilakukan terhadap beberapa responden yang ada, baik
itu dari masyarakat pribumi maupun masyarakat Cina Benteng. Adapun
responden bernama Oey Tjin Eng memaparkan secara singkat awal mula
kedatangan warga Tionghoa sebagai berikut :
“Karena yang ngebuka lahan dari peranakan Tionghoa, jadi ngga ada
masalah dengan pendatang baru, contoh pada tahun 1513 kan udah
ada komunitas Tionghoa di Tangerang, kemudian juga musafir dari
Banten ke Cirebon pada ke Tangerang, namanya Tumenggung
Pamitwijaya, karena saya juga bicara dengan pak sayroji, tentang
siapa aja tokoh yang ada di Masjid Kali Pasir ini, kan kampung kali
pasir itu kampung yang bersejarah, banyak tokoh-tokoh islam itu,
yang dikubur di kali pasir, gitu.”28
Selain itu, responden bernama Kyat Eng juga memaparkan sebagai
berikut : “Ya biasa-biasa aja, jalanin kegiatan sehari-hari aja udah, emang
kita udah lama benget disini kalo kita liat sejarahnya juga. Jadi
sebenernya udah emang terbiasa disini sama masyarakat asli sekitar, jadi
kalo menyesuaikan diri mah udah dari dulunya kayak gitu.”29
Dalam hal ini, Oey Tjin Eng selaku Budayawan menjelaskan bahwa
kedatangan orang Tionghoa ke Tangerang sudah sangat lama, pada tahun
28 Hasil wawancara dengan Oey Tjin Eng pada tanggal 16 Juli 2019. 29 Hasil wawancara dengan Kyat Eng pada tanggal 17 Juli 2019.
79
1513, menempati wilayah dan menjadi komunitas di daerah Benteng.
berdasarkan hal tersebut, adanya proses interaksi sosial yang terjalin
antara individu dalam suatu masyarakat yang ada pada era dulu sampai
sekarang membuat kedua masyarakat tersebut saling menerima satu sama
lain. Selain pada masyarakatnya, adanya kontak antara tokoh agama baik
dari kalangan Tionghoa maupun pribumi yang mayoritasnya pemeluknya
adalah beragama Islam, sehingga saling toleransi antar penduduknya
sampai sekarang ini. Dalam hal ini, berkaitan dengan Integrasi adalah
proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat
sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebut
dapat meliputi perbedaan kedudukan sosial, ras, etnis, agama, bahasa,
kebiasaan, sistem nilai dan norma30. Dalam hal ini dapat dikatakan
bahwa terbentuknya integrasi sosial diawali dari suatu proses interaksi
sosial dalam kurun waktu tertentu, sehingga menimbulkan suatu sifat
keterbukaan antar masyarakat yang memiliki karakteristik yang berbeda.
Adapun Kyat Eng menjelaskan bahwa masyarakat Cina Benteng
dengan masyarakat pribumi sudah saling mengerti dan menghargai satu
sama lain, sehingga terbiasa akan suatu perbedaan dari adanya proses
interaksi sejak dahulu, dan juga sudah tidak perlu proses adaptasi lagi
dengan masyarakat sekitar. Adapun responden bernama Jejen Jaenudin
memaparkan sebagai berikut :
“Soalnya dari dulu juga sejarahnya udah ada, (sembari menghela
nafas),,, jadi ya masyarakat disini ngga ada masalah, karena kan
emang udah terbiasa mereka nyampur sama kita dari dulu juga,
saling interaksi aja sampe udah kayak orang sini aja gitu. Makanya
kan kembali ke toleransi yang tadi antar agama dan budaya yang
udah lama dibangun, dan juga seperti halnya masjid kali pasir juga
itu merupakan sejarah dan budaya agama Islam di masyarakat sekitar
wilayah Kelurahan Sukasari, gitu.”31
Dalam kutipan di atas, Jejen Jaenudin menjelaskan bahwa adanya
toleransi yang telah lama dibangun, yang mana bersumber dari proses
30 Sutrisno dkk, Sosiologi 2, (Jakarta: Grasinso, 2004), h. 68. 31 Hasil wawncara dengan Jejen Jaenudin pada tanggal 17 Juli 2019.
80
interaksi yang cukup lama, sehingga turun-temurun sudah terbiasa akan
suatu perbedaan. Adapun dalam hal tersebut kembali pada sejarah yang
telah dijelaskan oleh responden sebelumnya. Adapun responden Kyat
Eng memaparkan sebagai berikut :
“Biasa aja, emang kita kan dari dulu kan di Tangerang, jadi emang
ngga ada rasa gimana-gimana, emang hubungannya udah biasa. Kalo
saya sih kita Cina Benteng itu adalah Cina atau Tinghoa di
Tangerang. Kan kalo ada orang bisanya dari balaraja ke tangerang,
ya mereka nyebutnya Cina Benteng gitu.”32
Dalam kutipan di atas, Kyat Eng menjelaskan bahwa rasa dalam
menyikapi perbedaan masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat
pribumi memang sudah tidak ada, dalam artian bahwa mereka sudah
terbiasa karena adanya proses interaksi antara masyarakatnya yang
terjalin dari dulu sampai sekarang ini. Adapun hal tersebut berkaitan
bahwa integrasi juga dapat dilihat sebagai suatu proses yang memperkuat
hubungan dalam suatu sistem sosial, dan memperkenalkan aktor baru dan
kelompok ke dalam sistem dan lembaga-lembaganya. Integrasi pada
dasarnya merupakan suatu proses : jika proses ini berhasil, masyarakat
dikatakan terintegrasi.33 Dalam hal ini adanya suatau proses interaksi
yang sangat baik antara masyarakat sehingga membentuk suatu sistem
dan nilai-nilai serta norma yang disepakati antar masyarakat, juga
menjadikan mereka saling berinteraksi satu sama lainnya, sebagimana
fenomena integrasi yang terjadi antara masyarakat cina benteng dengan
masyarakat sekitar atau pribumi yang ada di Kelurahan Sukasari. Selain
itu, responden bernama Sandi dari masyarakat pribumi sekitar
memaparkan sebagai berikut :
“Emang dari dulu ya, udah nerima soalnya kan antara masyarakat
satu dengan yang lainnya juga udah terkait satu sama lain saling
menghargai dari sejak zaman dulu tuh waktu Belanda di Benteng ya,
32 Hasil wawancara dengan Kyat Eng pada tanggal 17 Juli 2019. 33 Sutrisno dkk, op. cit, h. 68.
81
jadi ya emang udah nerima gitu, mereka juga kebuka satu sama lain
gitu kan.”34
Adapun kutipan tersebut hampir serupa dengan responden yang
bernama Mukhsin Halimi, yang memaparkan sebagai berikut :
“,,,,,,eeh, ya mungkin karena masyarakat Cinanya ada di daerah
Benteng ya, Belanda pada waktu itu, jadi emang udah pada kenal
dari dulu, sampe muncul kayak sama masyarakat pribumi sini
disebutnya masyarakat Cina Benteng, kan dulu Tangerang itu
benteng kan ya ada bentengan kan disini nih.”35
Dalam kutipan di atas, Sandi menjelaskan bahwa sejak dahulu pada
zaman penjajahan Belanda, masyarakat Tionghoa yang sekarang disebut
sebagai Cina Benteng ini, sudah saling menghargai satu sama lainnya
dengan masyarakat pribumi, sehingga dalam hal ini, fenomena kehidupan
sehari-hari antar masyarakatnya memang sudah saling menerima satu
sama lainnya. Adapun Mukhsin Halimi juga menjelaskan bahwa terdapat
hubungan baik dari suatu proses interaksi sosial yang ada pada kedua
masyarakat tersebut, dari zaman penjajahan Belanda yang mendirikan
Bentengan pada era penjajahan sampai sekarang ini. Adapun oleh karena
adanya hubungan erat antara masyarakatnya menyebabkan integrasi
sosial yang terjalin dengan kuat sampai sekarang ini. Adapun responden
yang bernama Putha memaparkan sebagai berikut :
“Oh kalo itu biasa aja, emang orang kita disebut seperti itu udah
lama banget kan, jadi ya biasa aja, ngga ada masalah apa-apa gitu.
Kita disini juga ya udah kayak masyarakat Tangerang aja, bahasa
mandarin aja kita ngga bisa, ya kayak tadi aja, emang dulunya udah
nyampur sejak jaman Belanda tuh ngediriin Benteng.”36
Berdasarkan pemaparan di atas, Putha yang merupakan salahsatu
dari warga Cina Benteng menjelaskan bahwa adanya pengaruh dari
interaksi yang sudah berjalan sejak lama, bukan hanya dari perkawinan
campuran dari orang Tionghoa dengan pribumi saja, akan tetapi juga dari
34 Hasil wawancara dengan Sandi pada tanggal 17 Juli 2019. 35 Hasil wawancara dengan Mukhsin Halimi pada tanggal 18 Juli 2019. 36 Hasil wawancara dengan Putha pada tanggal 18 Juli 2019.
82
proses interaksi tersebut, sehingga dalam kehidupan sosial masyarakat
Cina Benteng sama seperti halnya masyarakat asli sekitar atau pribumi
yang ada di Kelurahan Sukasari ini. Selain itu, terkait penyebutan orang-
orang pada masyarakat Tionghoa menjadi masyarakat Cina Benteng,
mereka (warga Cina Benteng) tidak merasa tersinggung, direndahkan dan
sebagainya, karena adanya proses interaksi yang sangat panjang dan
mereka juga tidak mempermasalahkan hal tersebut, sehingga tidak dapat
memunculkan konflik yang ada dalam kehidupan masyarakat tersebut.
Berdasarkan beberapa pemaparan responden di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat proses hubungan sosial yang terjadi dalam
kurun waktu yang sangat lama antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat pribumi. Dalam hal tersebut terlihat dari berbagai fenomena
kehidupan masyarakat serta dari hasil wawancara responden, yang mana
menggambarkan kehidupan masyarakat Cina Benteng yang sudah seperti
masyarakat asli sekitar, baik dalam komunikasi maupun dalam kegiatan
sosialnya. Adapun hal tersebut merupakan buah dari proses interaksi
yang dilakukan antara masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat
pribumi di Kelurahan Sukasari ini.
b. Adanya sikap toleransi antar masyarakat
Selain pada proses interaksi akan terbentuknya suatu integrasi sosial
pada masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat pribumi, adanya sikap
toleransi anatara masyarakatnya menjadikannya pula sebab akibat
terjadinya integrasi sosial. Adanya rasa saling menghargai antar individu
yang memiliki karakteristik berbeda pada kedua masyarakat tersebut,
sehingga terbentuknya suatu hubungan yang harmonis dalam ruang
lingkup masyarakat di Kelurahan Sukasari. Adapun hal ini berdasarkan
hasil pengamatan dan juga informasi dari rata-rata responden terhadap
fenomena sosial masyarakat tersebut. Adapun responden yang bernama
Jejen Jaenudin sebagai berikut :
83
“Kalo faktornya sih saya yah, kalo kesitu eeeh,,, yah selama mereka
baik dengan warga, terus kita toleransi dengan mereka, saling
menghargai, saling menganut kepercayaan masing-masing, selama
tidak mengganggu satu sama lain, jadi itu menurut saya yang sampe
sekarang membuat masyarakat terintegrasi, bersatu lah gitu ya. Yang
penting saya disini sekali lagi, tidak ada istilahnya membeda-
bedakan, yang penting kita masing-masing ke tuhannya, atau ke
Allah ya kalo kita mah, ya itu makannya saya menjaga bagaimana
supaya mereka itu tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
makanya kembali lagi, masyarakat disini saling menghargai dan
toleransi, gitu.”37
Berdasarkan kutipan di atas, Jejen Jaenudin menjelaskan bahwa
adanya rasa toleransi antar masyarakat Pribumi dengan masyarakat Cina
Benteng. Hal tersebut terlihat dari sikap kedua masyarakat yang saling
menghormati dan saling menghargai baik dalam aktivitas sosial, budaya,
maupun agama. Adapun hal ini berkaitan sebagaimana menurut Adon
Nasrullah Jamaludin bahwa :
“Prinsip toleransi beragama diantaranya : Pertama, kebebasan
beragama. kebebasan dalam memilih kepercayaan atau agama.
Kedua, penghormatan agama lain. menghormati keberagaman dan
perbedaan ajaran-ajaran yang terdapat pada setiap agama dan
kepercayaan yang ada. Ketiga, penerimaan. Menekankan bahwa
penganut agama mau menerima orang lain seperti apa adanya”.38
Selain itu, tidak adanya rasa membedakan satu sama lainnya, kecuali
dalam kepercayaan atau dalam keagamaan yang ada. Adapun responden
bernama Kyat Eng memaparkan sebagai berikut : “Ya mereka
menghargai lah seperti itu, ya seperti acara tanggal 15 di kelenteng Boen
Tek Bio ini, ya mereka nyatanya ngga ada masalah kan gitu, kalo di Peh
Cun juga banyak malah yang ikutan seperti yang saya jelasin tadi kan
gitu.”39
37 Hasil wawancara dengan Jejen Jaenudin pada tanggal 17 Juli 2019. 38Adon Nasrullah Jamaludin, Agama & konflik Sosial: Studi Kerukunan Umat Beragama,
Radikalisme, dan Konflik Antar Umat Beragama, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 109-111. 39 Hasil wawancara dengan Kyat Eng pada tanggal 17 Juli 2019.
84
Dalam kutipan di atas, Kyat Eng menjelaskan bahwa terlihat jelas
adanya rasa toleransi antar masyarakat Cina Benteng maupun pribumi,
salahsatu contohnya yaitu ketika mereka (masyarakat Cina Benteng)
sedang mengadakan suatu perayaan kebudayaan maupun yang lainnya
seperti Peh Cun yang diselenggarakan di Sungai Cisadane, masyarakat
asli sekitar Kelurahan Sukasari sangat antusias dalam menyaksikan dan
berpartisipasi dalam meramaikan acara tersebut, bahkan masyarakat di
Kota Tangerang dari berbagai kelurahan turut menyaksikan perayaan
tersebut yang mana dilaksanakan setiap tahunnya. Hal tersebut
merupakan bentuk dari adanya toleransi dan saling mendukung satu sama
lainnya, kecuali dalam hal agama. Kemudian responden bernama Cheng
Wi memaparkan sebegai berikut :
“Ya bagus sih kalo saya sendiri nilainya, soalnya beda mungkin di
tempat lain, yang masih agak mandang kurang bagus atau mereka
masih fanatis lah kayak gitu. Tapi kalo disini bagus saling
toleransinya tinggi, makanya saya bilang jarang sekali ada yg
seperti itu gitu. Ya saya juga sempet bingung, kok bisa kayak gini,
masyarakatnya deket banget gitu, beda sama yg di tempat lain.”40
Dalam hal ini, Cheng Wi menjelaskan adanya rasa toleransi yang
tinggi antara masyarakat asli sekitar dengan masyarakat Cina Benteng di
Kelurahan Sukasari ini. Beliau merasakan perbedaan perilaku antara
masyarakat yang ada disini dengan masyarakat di tempat lain yang juga
bersifat multikultural. Adanya sikap saling tegur sapa, berbaur menjadi
satu dalam segala aktrivitas sosial. Selain itu, responden bernama Ahmad
Sayroji memaparkan sebagai berikut :
“Untuk bicara masalah proses hubungan sosial, alhamdulillah baik
dan saling toleransi, dan untuk proses dari toleransi tersebut, maka
yang muncul adalah apakah ada kerja sama kan begitu kan ?, di kita
sendiri sebenernya ngga ada kerja sama yang dapat diutarakan secara
lisan, gimana ya, jadi memang udah kebentuknya lama gitu, ya
intinya proses hubungan sosial berjalan dengan baik dan dijalani
40 Hasil wawancara dengan Cheng Wi pada tanggal 20 Juli 2019.
85
oleh masing-masing pihak, saling menjaga dan menghargai satu
sama lainnya seperti itu kiranya ya.”41
Dalam kutipan diatas, Ahmad Sayroji menjelaskan adanya integrasi
sosial yang terjadi disebabkan karena adanya rasa saling menghargai
yang ada pada masyarakatnya. Adapun proses hubungan sosial berjalan
dengan baik karena tidak adanya rasa diskriminasi ataupun juga sikap
saling membeda-bedakan individu maupun kelompok lainnya, sehingga
dalam hal ini hubungan sosial atara kedua masyakat tersebut dapat
terintegrasi sampai sekarang ini. Adapun responden Cheng Wi kembali
memamparkan sebagai berikut :
“Jadi mungkin yang saya tau, orang Cina Benteng disini ya saling
menghargai aja gitu sehingga bisa dapat diterima oleh masyarakat
Tangerang, khususnya di Kelurahan Sukasari ini. kita juga kalo lagi
ada acara di Kelenteng ya, seperti sekarang ini ada dangdutan juga,
ya kita tau waktu gitu, biasanya berhenti dulu nih dari jam 11.30
sampai 13.00, karena kita udah tau nih jadwal ibadahnya orang
muslim kan ya seperti itu, jadi nanti lanjut lagi setelah lewat wakti
sholatnya gitu sih. Untuk menghargai dan mereka juga jadi enak
sama kita kan seperti itu.”42
Adapun Cheng Wi menjelaskan sikap toleransi yang dilakukan oleh
masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat pribumi. Seperti ketika
adanya acara di Kelenteng, acara di tanggal tertentu biasanya ada acara
hiburan baik gambang kromong, cokek maupun hiburan dangdut ketika
penutupan acara, namun mereka tetap menghormati masyarakat pribumi
khususnya dalam waktu sholat, mereka (masyarakat Cina Benteng)
menghentikan acara tersebut sementara agar tidak mengganggu ibadah
masyarakat muslim. Adapun responden bernama Sukmana memaparkan
sebagai berikut :
“Selama ini ,,,eeh kita ada toleransi dengan mereka kadang-kadang
mereka ikut serta dengan kegiatan-kegiatan kita yang ada, artinya
walaupun mereka tidak bertegur langsung, ya bagaimana caranya
mereka ikut bergabung bersama kita, terus misalkan ada acara
apaupun misalkan disini, orang-orang kita misalkan mereka ada
41 Hasil wawancara dengan Ahmad Sayroji pada tanggal 20 Juli 2019. 42 Hasil wawancara dengan Cheng Wi pada tanggal 20 Juli 2019.
86
acara Peh Cun atau apapun gitu ya, ya kita pun ikut di dalamnya,
karena kita ikut memeriahkan untuk acara itu gitu.”43
Berdasarkan kutipan di atas, Sukmana menjelaskan adanya timbal
balik dari sikap toleransi antara masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng, dimana adanya antusias dan bantuan dalam suatu aktivitas
sosial masyarakatnya, selain itu juga ketika dalam suatu perayaan yang
diselenggarakan masyarakat, seperti halnya perayaan Peh Cun yang
sudah dijelaskan sebelumnya dan juga sebaliknya ketika pada hari raya
Idul Fitri. Adapun dalam hal ini, beliau juga menjelaskan bahwa apabila
kita ingin dihargai maka hargai pula orang lain. Adapun hal tersebut
berkaitan sebagaimana paparan mengenai arti agama itu sendiri bahwa :
Berdasarkan sudut pandang kebahasaan Indonesia pada umumnya
agama dianggap berasal dari bahasa sansakerta. “Arti agama dalam
bahasa sansakerta terdiri dari dua kata, yaitu; a = tidak; dan gama =
kacau. Jadi agama dimaksudkan sebagai ajaran yang datang dari
Tuhan untuk diamalkan manusia supaya terhindar dari kekacauan.
Ajaran agama memang menjamin jika manusia mengamalkan ajaran
Tuhan-nya, mereka akan aman tentram dan sejahtra.”44
Dalam hal ini, pengamalan ajaran agama yang dimiliki antara
masyarakat cina benteng dengan pribumi di terapkan dengan baik. Hal
tersebut bertujuan untuk menjaga hubungan sosial antar umat beragama
agar menjadi tentram serta tidak saling memusuhi atau terjadi konflik
satu sama lainnya. kemudian responden yang bernama Mukhsin Halimi
memaparkan sebagai berikut :
“Kalo masyarakat Cina Benteng atau Tionghoa disini, di sosial
kemasyarakatan yang saya tau rukun ngga ada bentrokan gitu lah,
dan yang saya ketahui, dari segi istilah kemanusiaannya, saling
menghormati, beda sama yang di Benteng Makasar, tapi dari
perbedaan agama, alhamdulillah tidak ada bentrokan sampe
sekarang, seperti itu.”45
43 Hasil wawancara dengan Sukmana pada tanggal 18 Juli 2019. 44 Rusmin Tumanggor, Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta: Kencana Prenamedia Grup, 2014), cet.
1, h. 4. 45 Hasil wawancara dengan Mukhsin Halimi pada tanggal 18 Juli 2019.
87
Dalam hal ini, Mukhsin Halimi mendeskripsikan tentang keadaan
atau sikap toleransi yang ada pada masyarakat Cina Benteng terhadap
pribumi. Dimana adanya toleransi yang sangat tinggi yang beliau alami
selama tinggal di Kelurahan Sukasari ini, sehingga adanya rasa saling
toleransi sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh para responden
sebelumnya, menciptakan suatu kerukunan antara kedua masyarakat
tersebut sampai pada sekarang ini.
Berdasarkan beberapa pemaparan responden di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat sikap saling toleransi antara masyarakat
Cina Benteng dengan masyarakat Pribumi. Adapun bentuk dari rasa
toleransi dapat diimplementasikan dalam aktivitas sosial maupun budaya
yang ada pada masyarakat, baik dalam perayaan kebudayaan, maupun
aktivitas sosial. Dalam hal ini, adanya sikap toleransi yang tinggi antara
kedua masyarakat tersebut, menjadi tali perekat dalam menciptakan
kesatuan masyarakat atau integrasi sosial yang ada, serta merupan bentuk
pengamalan dari adanya ajaran keagamaan yang mereka yakini akan
pentingnya sikap toleransi yang tinggi antara masyarakat yang ada di
wilayah Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang
Adapun selain deskripsi hasil penelitian di atas, peneliti menganalisis hasil
data suatu penelitian yang telah dipaparkan oleh narasumber atau responden
terkait tentang rumusan masalah yang diteliti, dimana kemudian dijadikan
suatu pembahasan yang mendalam oleh peneliti dari hasil interpretasi data
yang telah disajikan sebelumnya. Adapun pembahasan dari hasil suatu
penelitian tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1. Interaksi Sosial Masyarakat Cina Benteng dengan Masyarakat Pribumi di
Kelurahan Sukasari
Adanya hubungan sosial antar masyarakat yang memiliki keberagaman
karakteristik, baik dalam bidang sosial, budaya, maupun agama merupakan
suatu fenomena yang menarik untuk dikaji. Adanya fenomena keberagaman
88
masyarakat ini merupakan salahsatu wujud dari kebesaran Allah SWT, yang
mana mengandung nilai-nilai kehidupan serta mengajarkan bagi diri kita
untuk saling mengenal satu sama lainnya. Adapun bentuk realisasi dari
fenomena keberagaman tersebut pun tertuju pada masyarakat Cina Benteng
dengan masyarakat pribumi yang ada di Kelurahan Sukasari. Dalam hal ini,
peneliti membahas mengenai bagaimana ruang lingkup interaksi sosial yang
terjadi antara masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat pribumi di
Kelurahan Sukasari. Adapun dalam proses interaksi sosal masyarakat Cina
Benteng dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari berjalan dengan
sangat baik, mereka tidak memandang suatu perbedaan yang ada, bagi
mereka semua itu merupakan salahsatu kekayaan akan suatu keragaman
yang ada sebagai ciri khas masyarakat multikultural yang ada di Indonesia.
Selain hal tersebut, interaksi sosial yang dilakukan antara masyarakat
Cina Benteng dengan pribumi di Kelurahan Sukasari, tidak lain dan tidak
bukan yaitu bertujuan untuk menjaga suatu kesatuan hidup bersama antar
masyarakatnya, meskipun adanya perbedaan baik dalam hal budaya maupun
agama yang mereka miliki. Adanya hubungan timbal balik yang dilakukan
antara masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat pribumi di Kelurahan
Sukasari, melahirkan rasa saling terbuka dan menghormati antar sesama
masyarakatnya, sehingga terjadi suatu kesatuan aktivitas sosial yang ada dan
terbentuk hingga sekarang ini.
Adapun dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Cina Benteng dengan
pribumi di Kelurahan Sukasari, dalam hal aktivitas serta hubungan sosialnya
berjalan dengan baik, adapun hal tersebut menjadi suatu kebiasaan hidup
masyarakat, sehingga mereka saling berbaur satu sama lain dalam aktivitas
sehari-hari, seperti pada masyarakat lain pada umumnya. Adapun penjelasan
di atas, menggambarkan suatu realitas dari suatu bentuk implementasi yang
dilakukan dalam hal interaksi sosial antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat asli sekitar atau pribumi di Kelurahan Sukasari. Dalam hal ini,
terdapat ruang lingkup interaksi sosial yang ada, yaitu sebagai berikut :
89
Pertama, interaksi sosial yang ada antara masyarakat Cina Benteng
dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari menggambarkan suatu
proses interaksi sosial yang bersifat asosiatif. Dalam hal ini terdapat bentuk
kerjasama antar kedua masyarakat yang terjalin dengan baik dalam hal
aktivitas sosial maupun budaya. Adapun proses interaksi sosial yang bersifat
asosiatif ini menunjukan proses interaksi yang bersifat posistif, yang mana
mengarah pada suatu bentuk persatuan antar kedua masyarakatnya. Adapun
implementasi dari sikap kedua masyarakat tersebut terhadap proses interaksi
sosial yang bersifat asosiatif tercermin pada bentuk kerjasama itu sendiri.
Hal tersebut terjadi karena adanya komunikasi yang baik dari kedua belah
pihak sehingga muncul rasa saling membantu satu sama lainnya.
Terdapat berbagai macam bentuk kerjasama yang dilakukan antara
kedua masyarakat ini, baik dalam bidang sosial maupun budaya yang ada,
dapat terlaksana dengan baik. Seperti contoh ketika masyarakat Cina
Benteng mengadakan suatu kegiatan maupun acara yang ada di Kelenteng,
mereka memberi informasi pada warga sekitar dan juga pihak Kelurahan
Sukasari. Selain itu, mereka pun meminta bantuan keamanan terhadap
warga asli sekitar demi berjalannya proses acara, seperti pihak Koramil dan
juga pada keamanan kendaraan atau parkir. Adapun timbal balik dari
kerjasama antar kedua masyarakat tersebut, seperti adanya kegiatan kerja
bakti di setiap RT sehingga mereka saling berinteraksi dan bekerjasama
serta berbaur dengan masyarakat Cina Benteng. Adapun juga ketika
masyarakat pribumi sekitar mengadakan acara seperti Festival Cisadane
yang diselenggarakan oleh pemerintah di lokasi bantaran Sungai Cisadane,
mereka saling bekerjasama terhadap masyarakat Cina Benteng dalam
memeriahkan acara tersebut, selain itu juga ada acara Peh Cun, yang mana
dilaksanakan setahun sekali dan terbuka untuk masyarakat umum, bukan
hanya masyarakat Cina Benteng saja yang berpartisipasi, melainkan
masyarakat asli atau pribumi sekitar di Kelurahan Sukasari, maupun dari
masyarakat di kelurahan lainnya yang ada di Kota Tangerang.
90
Berdasarkan fenomena tersebut, menunjukkan bahwa adanya suatu
bentuk kerjasama yang erat dalam aktivitas sosisal maupun budaya. Selain
itu, juga sesuai dengan bentuk pengamalan dari semua ajaran agama,
khususnya Agama Islam yang mengajarkan untuk saling tolong-menolong
dalam kebaikan, sebagai wujud agama yang Rahmatan Lil’alamiin. Adapun
hal tersebut menjadi aktivitas sosial yang sudah biasa dilakukan oleh kedua
masyarakat ini, baik masyarakat Cina Benteng maupun masyarakat pribumi
di Kelurahan Sukasari sampai sekarang ini.
Kedua, interaksi sosial yang ada pada masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat pribumi bersifat terbuka antar individu maupun kelompok
masyarakatnya. Adanya sikap terbuka antara masyarakat Cina Benteng
dengan masyarakat pribumi, memudahkan jalannya suatu proses interaksi
sosial. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat sikap terbuka yang ada pada
individu maupun kelompok masyarakat di wilayah ini, adapun hal tersebut
berdasarkan hasil interpretasi data dari rata-rata responden dan juga dari
hasil pengamatan aktivitas kehidupan masyarakat sehari-hari.
Adapun sikap keterbukaan yang ada antara masyarakat pribumi dan
masyarakat Cina Benteng memberikan suatu ruang pada individu maupun
kelompok masyarakat untuk mengadakan kontak untuk berkomunikasi satu
sama lainnya, sehingga dalam hal ini membentuk suatu hubungan yang baik
dan mengarah pada suatu kebersamaan. Adapun sikap dari keterbukaan ini
menurut beberapa responden dalam penelitian, sikap tersebut bersumber
dari kesadaran oleh diri masing-masing, baik masyarakat pribumi maupun
masyarakat Cina Benteng yang ada di Kelurahan Sukasari.
Dalam suatu bentuk hubungan dari keterbukaan antar masyarakatnya,
melahirkan suatu implementasi atau bentuk perilaku hubungan masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Seperti contoh yaitu adanya sikap saling akrab
dan saling berbaur antar masyarakatnya, mereka terbuka satu sama lainnya,
meskipun pada hakikatnya mereka memiliki latar belakang kebudayaan
91
maupun keagamaan yang berbeda. Namun dalam perbedaan tersebut, tidak
menjadi suatu hambatan akan terlaksananya proses interaksi sosial dengan
adanya rasa saling terbuka satu sama lainnya. Adapun rasa keterbukaan ini
menunjukkan bahwa mereka tidak menutup diri baik masyarakat Cina
Benteng terhadap masyarakat pribumi, dalam artian mereka mengakui dan
tidak tertutp akan suatu hal yang berasal dari luar budaya maupun agamanya
sendiri. Begitu juga sebaliknya, sikap masyarakat asli atau pribumi sebagai
mayoritas tidak fanatik terhadap budaya maupun agamanya sendiri, akan
tetapi mereka saling terbuka dan mengakui akan suatu perbedaan yang ada,
khususnya pada masyarakat Cina Benteng yang ada di Kelurahan Sukasari
ini.
Adapun fenomena dari sikap keterbukaan kedua masyarakat tersebut,
juga terjadi pada kegiatan ekonomi sehari-hari yang ada di sekitaran pasar
dekat lingkungan Kelenteng Boen Tek Bio, yaitu di kawasan Pasar Lama,
seperti kegiatan transaksi atau jual beli dimana di dalamnnya mereka saling
berinteraksi, adapun penjual maupun pembelinya merupakan warga Cina
Benteng dan pribumi sekitar. Kegiatan tersebut berjalan dengan baik tanpa
adanya suatu hambatan, baik dalam komunikasi maupun hal lainnya, karena
masyarakat Cina Benteng tidak bisa berbahasa Mandarin, berbeda dengan
masyarakat Tionghoa pada umumnya.
Berdasarkan fenomena tersebut, merupakan suatu bentuk realisasi dari
sikap keterbukaan dalam proses interaksi sosial antara masyarakat Cina
Benteng dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ini. hal tersebut
terjadi dalam berbagai aktivitasyang dilakukan di lingkungan masyarakat.
Mereka mengakui identitas satu sama lainnya sehingga memudahkan
mereka dalam berinteraksi. Adapun hal tersebut mengajarkan untuk saling
membuka diri kita terhadap orang lain, sehingga kita bisa saling mengenal
suatu perbedaan yang ada, dan dapat menjadi suatu jalan untuk kita saling
berinteraksi satu sama lainnya, seperti fenomena interaksi sosial yang ada
pada kedua masyarakat tersebut.
92
2. Faktor Integrasi Sosial Masyarakat Cina Benteng dengan Masyarakat
Pribumi di Kelurahan Sukasari
Adapun integrasi sosial yang terjadi antara masyarakat Cina Benteng
dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ini, merupakan salahsatu
fenomena menarik yang terbentuk dari hubungan sosial, dimana mereka
memiliki perbedaan karakteristik yang ada, baik budaya maupun sosial antar
masyarakatnya. Dalam hal ini, integrasi sosial yang terjadi juga menjadikan
masyarakat di Kelurahan Sukasari ini sebagai suatu ciri khas yang dikenal
masyarakat lainnya sebagai masyarakat yang rukun dan tentram, meskipun
banyak memiliki keragaman dari komposisi penduduknya, baik dari sosial,
budaya maupun agama. Selain itu, adanya sikap saling mendukung dan
menghargai antar masyarakatnya, mereka tidak memandang suatu konflik,
akan tetapi mereka yakin bahwa setiap unsur masyarakat memiliki fungsi
tertentu, dalam hal ini merupakan bentuk dari kuatnya integrasi sosial yang
terjadi pada kedua masyarakat tersebut.
Proses dari interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat Cina Benteng
dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari, menyebabkan timbulnya
suatu integrasi sosial yang terbentuk hingga sekarang ini. Terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan terbentuknya integrasi sosial antara masyarakat
Cina Benteng dengan masyarakat pribumi yang ada di Kelurahan Sukasari.
Adapun hal tersebut menjadi sebab-musabab dari kuatnya integrasi sosial
yang ada serta menciptakan suatu hubungan sosial yang harmonis dalam
kehidupan masyarakat. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan integrasi
sosial masyarakat Cina Benteng dengan pribumi di Kelurahan Sukasari
sebagai berikut :
Pertama, adanya suatu proses interaksi sosial yang relatif lama. Adapun
faktor terbentuknya integrasi sosial antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat pribumi, yaitu adanya suatu proses interaksi dalam kurun waktu
yang cukup lama, dimana hal tersebut terdapat berdasarkan hasil
wawancara responden dalam proses penelitian, baik dari masyarakat
93
maupun tokoh masyarakat dari kedua belah pihak. Adanya proses interaksi
sosial tersebut berlangsung sejak awal datangnya orang Tionghoa ke
Tangerang. Dalam hal ini, terdapat suatu proses yang ada dalam interaksi
sosial yang dilakukan, sehingga dapat mempengaruhi sikap kedua
masyarakat dalam suatu perubahan sosial yang ada.
Adapun fenomena terjadinya integrasi sosial dari adanya suatu proses
interaksi sosial ini, berkaitan pada teori proses interaksi sosial asosiatif dan
disosiatif, yang dikemukakan oleh Gillin dan Gillin, sebagaimana yang telah
dijelaskan pada kajian teori sebelumnya. Dalam hal ini, setiap interaksi
sosial yang dilakukan memiliki proses yang dapat merubah suatu sikap
sosial masyarakatnya menunju pada suatu kesatuan yang harmonis,
sebagaimana integrasi sosial yang terjadi pada masyarakat Cina Benteng
dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ini.
Adapun peristiwa mengenai sejarah awal datangnya orang Tionghoa ke
Tangerang merupakan suatu bukti yang diketahui masyarakat sekitar sampai
sekarang ini, yang menjadi sebab-akibat terintegrasinya kedua masyarakat
tersebut. Tokoh masyarakat maupun Budayawan Cina Benteng, Oey Tjin
Eng pun menjelaskan adanya Komunitas Tionghoa di Tangerang pada tahun
1513. Dalam hal tersebut, terdapat suatu proses panjang dalam interaksi
yang terjadi antara masyarakat Cina Benteng dengan pribumi di Kelurahan
Sukasari, adapun hal tersebut juga dilakukan dengan adanya suatu kontak
antar individu maupun kelompok, serta dilakukan oleh antar tokoh kedua
masyarakat, baik dari tokoh ormas maupun tokoh budaya dan agama yang
ada, demi terciptanya suatu kesatuan khususnya masyarakat yang ada di
Kelurahan Sukasari sampai sekarang ini.
Selain itu, adanya proses interaksi atau hubungan yang terjadi pada
masa tersebut, terdapat juga perkawinan orang Tionghoa dengan pribumi
sehingga muncul suatu istilah peranakan Tionghoa di Tangerang pada masa
itu dan memperkuat hubungan sosial yang berujung pada terbentuknya suatu
integrasi pada kedua masyarakat tersebut. Adapun hal ini merupakan bentuk
94
dari adanya proses interaksi yang terjalin sejak lama antar masyarakat Cina
Benteng dengan pribumi yang menjadi salahsatu faktor terjadinya integrasi
sosial, khususnya pada masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat asli
atau pribumi di Kelurahan Sukasari sampai sekarang.
Kedua, adanya sikap toleransi antar masyarakat. Sikap toleransi yang
ada antar individu maupun kelompok pada kedua masyarakat ini merupakan
salahsatu faktor terbentuknya integrasi sosial di Kelurahan Sukasari.
Dimana dalam hal ini merupakan sikap pengamalan dari adanya rasa saling
menghargai antar sesama, meskipun pada dasarnya terdapat suatu perbedaan
yang ada pada masyarakat Cina Benteng maupun pribumi di Kelurahan
Sukasari ini. Adapun berdasarkan hasil penelitian yang bersumber dari
beberapa responden yang menyatakan bahwa adanya rasa toleransi yang
tertanam antar masyarakatnya, baik dari segi budaya maupun agama,
sebagaimana pemaparan salahsatu responden yang bernama Kyat Eng, yang
mana menegaskan bahwa adanya sikap toleransi yang tinggi dilakukan pada
kedua masyarakat ini, seperti pada halnya perayaan kebudayaan, agama
maupun kegiatan sosial lainnya.
Adapun bentuk dari pengamalan akan sikap toleransi yang ditunjukkan
oleh kedua masyarakat ini, seperti halnya pada perayaan kebudayaan Peh
Cun, Cap Go Meh, pertunjukan Gambang Kromong yang diselenggarakan
oleh masyarakat Cina Benteng maupun acara-acara lainnya, masyarakat asli
sekitar atau pribumi tersebut tidak merasa terganggu, serta tidak juga
mempermasalahkan perbedaan kebudayaan maupun agama yang ada pada
masyarakat Cina Benteng, begitu juga sebaliknya pada perayaan agama
seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Idul Fitri, Idul Adha dan sebagainya
yang diselenggarakan oleh masyarakat pribumi di Masjid Jami Kali Pasir,
masyarakat Cina Benteng juga menghormati akan suatu perayaan tersebut.
Dalam hal
95
Adapun dalam hal ini, adanya timbal balik dari rasa toleransi akan suatu
kegiatan yang ada pada kedua masyarakat tersebut, yang mana terjalin
dengan baik sampai pada sekarang ini, dan hal tersebut merupakan bentuk
dari implementasi sikap saling menghargai satu sama lainnya. Adapun hal
tersebut merupkan bentuk realitas yang ada pada masyarakat Cina Benteng
dan masyarakat pribumi yang ada di Kelurahan Sukasari ini, bukan hanya
saling menghargai dalam hal sosial budaya masyarakatnya, akan tetapi
mereka juga saling toleransi dalam hal keberagamaanya, hal tersebut terlihat
dari berbagai macam tempat ibadah yang telah berdiri di wilayah Kelurahan
Sukasari ini, sehingga menunjukkan hubungan antar masyarakat yang saling
rukun tanpa adanya suatu permasalahan atau konflik yang ada dalam suatu
kehidupan kedua masyarakat tersebut.
Dalam penjelasan tersebut dapat dikaji bahwa terjadinya integrasi sosial
antara masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat pribumi di Kelurahan
Sukasari ini, salah satunya karena adanya rasa kesadaran akan toleransi
antar kedua masyarakat tersebut. Selain itu juga memberikan suatu edukasi
atau pelajaran bagi kita akan pentingnya pengamalan dari sikap toleransi
untuk tercapainya suatu kesatuan masyarakat yang harmonis. Adapun hal
tersebut juga merupakan salah satu ajaran agama, khususnya Agama Islam
dalam Surat Al-Kafirun ayat 6, “lakum diinukum waliyadiin” yang artinya
adalah “Untuk mu agama mu, dan untuk ku lah agamaku”. Dan juga tertera
pada moto atau semboyan bangsa Indonesia dalam lambang Garuda
Pancasila yaitu kata “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya adalah “ berbeda-
beda tetapi tetap satu”. Adapun hal tersebut teraplikasi dari fenomena
integrasi sosial yang terjadi antara masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng di Kelurahan Sukasari sampai sekarang ini.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh hasil tahapan penelitian yang telah dikaji sebelumnya,
maka dapat peneliti simpulkan sebagai berikut :
1. Interaksi sosial masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat pribumi di
Kelurahan Sukasari terbentuk dari proses yang bersifat asosiatif. Dalam
interaksi sosial ini, terdapat hubungan kerjasama yang sangat erat dilakukan
antar kedua masyarakat tersebut, khususnya dalam hal aktivitas sosial
maupun budaya. Seperti kegiatan perayaan kebudayaan Peh Cun yang
dimeriahkan bukan hanya oleh masyarakat Cina Benteng saja, akan tetapi
masyarakat asli sekitar juga ikut berpartisipasi dan bekerjasama dalam suatu
acara tersebut, juga adanya suatu kerjasama dalam acara bakti sosial, seperti
pengobatan murah dan donor darah gratis yang diselenggarakan di beberapa
tempat. Selain pada proses interaksi yang bersifat asosiatif, adanya sifat
keterbukaan antara masyarakat pribumi dengan masyarakat Cina Benteng
menjadikan proses interaksi sosial tersebut berjalan dengan sangat baik
hingga sekarang ini, mereka saling menerima suatu perbedaan yang ada,
baik sosial, budaya maupun agama. Dalam hal tersebut, mempermudah
proses dalam hubungan sosial serta tidak menimbulkan suatu konflik antar
kedua masyarakat di Kelurahan Sukasari sampai sekarang.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan integrasi sosial antara masyarakat Cina
Benteng dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari yaitu : (a)
adanya proses interaksi sosial yang relatif cukup lama, dimana sudah terjalin
hubungan antar kedua masyarakat tersebut ketika awal kedatangan orang
Tionghoa ke Tangerang. Dalam hal ini, terlihat adanya karakteristik fisik
serta tutur bahasa yang mana seperti masyarakat asli sekitar, yaitu dengan
bahasa Indonesia dan logat daerah masyarakat sekitar, sehingga berbeda
dengan orang Tiongkok pada umumnya. Hal tersebut terjadi karena adanya
97
garis keturunan antar orang tionghoa dengan pribumi sejak dahulu, sehingga
dengan adanya hubungan atau interaksi sosial yang berlangsung sejak lama,
menyebabkan terintegrasinya masyarakat pribumi maupun masyarakat Cina
Benteng yang ada di Kelurahan Sukasari, (b) adanya rasa toleransi antara
masyarakat pribumi dan masyarakat Cina Benteng. Dalam hal ini, terdapat
prilaku toleransi yang tinggi diterapkan oleh masyarakat tersebut, baik dari
individu maupun kelompok, dimana adanya sikap saling menghargai akan
budaya maupun agama, terlihat dari penyelenggaraan keagamaan maupun
sosial yang ada di Kelenteng Boen Tek Bio, seperti hari kesempurnaan yang
diselenggarakan pada tanggal tertentu, dan perayaan agama oleh masyarakat
asli sekitar, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW dan hari raya Idul Fitri.
Dari segala aktivitas sosial dan keagamaan mereka saling toleransi dalam
kehidupan sehari-hari sehingga rukun sampai sekarang ini. Dalam hal
tersebut, integrasi sosial yang ada di Kelurahan Sukasari terjalin dengan erat
satu sama lainnya.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dianalisis di atas,
maka diperoleh beberapa implikasi, diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari
Konsistensi dalam berkomunikasi itu sangat penting untuk menjalin
suatu hubungan sosial dalam ruang lingkup masyarakat yang multikultural,
sehingga hubungan terhadap masyarakat lainnya dapat berjalan dengan baik.
Selain itu, sebagai minoritas masyarakat harus mengetahui aturan yang
berlaku di lingkungan masyarakat yang mana terbilang sebagai mayoritas,
agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Maka dari itu, harus
diterapkan dengan baik agar terbentuk suatu hubungan yang baik dan saling
membantu dalam segala aktivitas kehidupan sehari-hari.
2. Bagi masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari
Pentingnya rasa keterbukaan terhadap suatu perbedaan yang ada, yang
mana khusunya terkait perbedaan karakteristik masyarakat dari segi sosial,
98
budaya maupun agama. Sebagai mayoritas di masyarakat yang multikultral,
keterbukaan sangat mempengaruhi akan keutuhan dari persatuan masyarakat
di lingkungan tersebut yang terjalin sejak lama, sehingga dari pada itu,
benar-benar harus dijaga serta diterapkan secara konsisten sehingga tidak
menimbulkan suatu perpecahan dari adanya suatu pertentangan atau konflik
dari kedua masyarakat di Kelurahan Sukasari ini.
C. Saran
Dari hasil serta kesimpulan penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka
terdapat beberapa hal yang harus dipelajari dan kemudian dijadikan sebuah
saran atau masukan. Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut :
1. Bagi pihak Kelurahan Sukasari, pentingnya membuat suatu program yang
merujuk pada kegiatan sosial yang melibatkan hubungan antara masyarakat
Cina Benteng dengan masyarakat pribumi, sehingga integrasi sosial yang
terjalin sampai sekarang ini, semakin erat dan dapat dipertahankan sampai
generasi selanjutnya dan menjadi ciri khas keberagaman di wilayah tersebut.
2. Bagi masyarakat Cina Benteng, meskipun adanya hubungan sosial yang
sudah lama terjadi dengan masyarakat asli sekitar, namun harus tetap ada
penerapan yang konsisten dalam menghargai serta menjaga perilaku sesuai
aturan yang ada pada masyarakat lain, sehingga dapat saling menghormati
dan saling menjaga nama baik pada setiap kelompok masyarakat yang
berada di Kelurahan Sukasari ini.
3. Bagi masyarakat asli atau pribumi sekitar, harus tetap menjaga persatuan
dan kesatuan di lingkungan masyarakat yang multikultural tersebut. Sebagai
mayoritas harus menjaga minoritas, agar tetap terjalin suatu hubungan baik
antar keduanya. Selain itu, perlu adanya rasa mengakui akan identitas setiap
kelompok masyarakat, sehingga integrasi sosial masyarakat yang ada di
Kelurahan Sukasari ini dapat terjaga dengan baik.
99
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
A. Haviland, William, Antropologi, Jilid 1 Jakarta: Erlangga, 1985.
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Jakarta: Bumi Aksara,
2012.
Basrowi, Pengantar Sosiologi, Bogor : Ghalia Indonesia, 2005.
Bungin, Burhan Penelitian Kualitatif, Jakarta : Prenada Media Group, 2007.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Pranada media,
2005.
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat), Jakarta: Kencana Prenadamedia
Grup, 2006.
Gerungan, W. A. Psikologi Sosial, Bandung : Eresco, 1996.
Idi, Abdullah. Sosiologi Pendidikan (Individu, Masyarakat, dan Pendidikan),
Jakarta : Rajawali Pers, 2011.
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif), Yogyakarta : Erlangga, 2009.
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama, 1993.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2009.
Lexy J, Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya,
2002.
Philipus, NG. dan Aini, Nurul. Sosiologi dan Politik, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2004.
Ranjabar, Jacobus. Sistem Sosial Budaya Indonesia Bogor: Ghalia Indonesia,
2006.
Rusmin Tumanggor, Kholis Ridho, dan Nurochim, Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar, Jakarta : Prenadamedia Grup, 2010.
Sarosa, Samiaji. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT Indeks, 2012.
100
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Grafindo
Utama, 2005.
Soelaeman, Munandar. Ilmu Sosial Dasar, Bandung : Penerbit Eresco, 1993.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta,
2008.
Sugiyono, Metode penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2012.
Wirawan. Konflik dan Manajemen Konflik ; Teori, Aplikasi dan Penelitian,
Jakarta : Salemba Humanika, 2010.
Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan,
Jakarta : Prenada Media Group, 2014
Sumber Jurnal :
Agus Ngadino, Orang Bangsa Indonesia Asli Dalam Perspektif Hukum
Kewarganegaraan, Simbur Cahaya, 38, 2009.
Muhammad Reza Zaini, Perjalanan Menjadi Cina Benteng : Studi Identitas Etnis
di Desa Situgadung, Jurnal Sosiologi MASYARAKAT, 19, Januari 2014.
Sholahuddin Al-Ayubi, Cina Benteng : Pembauran Dalam Masyarakat Majemuk
di Banten, KALAM, 10, 2016.
Thresnawaty S, Euis, Sejarah Sosial-Budaya Masyarakat Cina Benteng di Kota
Tangerang, Patanjala, 7, 2015.
Sumber Internet :
https://Banten.bps.go.id, Banten Dalam Angka 2012.
https://tangerangkota.bps.go.id/subject/153/geografi.html#subjekViewTab3,
Statistik Daerah Kota Tangerang 2015,( BPS Kota Tangerang, 2015).
101
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Lembar Uji Referensi
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : Tomi Rizki Akbar
NIM : 11150150000020
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Prodi : Sosiologi
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Abdul Rozak, M.Si
2. Dr. Nurochim, M.M
Judul Skripsi : Interaksi Sosial Masyarakat Tionghoa dengan
Masyarakat Pribumi (Studi Kasus Masyarakat Cina
Benteng di Kelurahan Sukasari, Kecamatan
Tangerang, Kota Tangerang).
No Sumber Referensi Buku
Paraf
Pembimbing I Pembimbing II
BAB I
1
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar
(Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 2014), hlm.
55.
2
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi I
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hlm. 122.
3
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik ; Teori,
Aplikasi dan Penelitian, (Jakarta : Salemba Humanika,
2010), hlm. 1-2.
102
4 Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), hlm. 108
5
BPS Provinsi Banten, Banten Dalam Angka 2012, (
Serang : BPS Provinsi Banten, 2012), hlm. 5.
6
Euis Thresnawaty S, Sejarah Sosial-Budaya
Masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang,
Patanjala, Vol. 7, 2015, hlm. 52
7
Euis Thresnawaty S, Sejarah Sosial-Budaya
Masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang,
Patanjala, Vol. 7, 2015, hlm. 50.
8 Muhammad Reza Zaini, Perjalanan Menjadi Cina Benteng
: Studi Identitas Etnis di Desa Situgadung, Jurnal
Sosiologi Masyarakat, Vol. 19, Januari 2014, hlm.100.
BAB II Pembimbing I Pembimbing II
1
Kimball Young dan Reymond, W. Mack dalam
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 54-
55.
2
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Teori,
Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di
Masyarakat), (Jakarta : Kencana Prenadamedia Grup,
2006), hlm. 55.
3 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung :
Eresco, 1996) Cet. 13, hlm. 57.
103
4
Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1990), op.cit., hlm.
58.
5 Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan.
(Jakarta: Bumi Aksara, 2012) hlm.154.
6
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Teori,
Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di
Masyarakat), op.cit., hlm. 57.
7
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1990) op.cit.,
hlm. 63.
8 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1990), hlm. 65.
9 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 66.
10 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 66.
11 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 83.
12 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 91.
13 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 92.
104
14
Ng. Philipus dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik,
(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 23.
15
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), op.cit.,
hlm. 65.
16 William A. Haviland, Antropologi, Jilid 1, (Jakarta:
Erlangga, 1985), hlm. 332.
17 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan
Pembangunan, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
2008), hlm. 9.
18
Rusmin Tumanggor, Kholis Ridho, dan Nurochim,
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta:
Prenadamedia Grup, 2010), hlm. 24.
19
Rusmin Tumanggor, Kholis Ridho, dan Nurochim,
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta:
Prenadamedia Grup, 2010), hlm. 25.
20 Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung :
Penerbit Eresco, 1993), cet ke-6, hlm. 63.
21 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi I,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 120.
22
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan (Individu,
Masyarakat, dan Pendidikan), (Jakarta : Rajawali
Pers, 2011), hlm. 38.
105
23
Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2005), hlm. 42.
24
Agus Ngadino, Orang Bangsa Indonesia Asli Dalam
Perspektif Hukum Kewarganegaraan, Simbur
Cahaya, No. 38, 2009, hlm. 7.
25
Agus Ngadino, Orang Bangsa Indonesia Asli Dalam
Perspektif Hukum Kewarganegaraan, Simbur
Cahaya, No. 38, 2009, hlm. 4.
26
Agus Ngadino, Orang Bangsa Indonesia Asli Dalam
Perspektif Hukum Kewarganegaraan, Simbur
Cahaya, No. 38, 2009,hlm. 21-22.
27
Wawancara dengan Oey Tjin Eng, dalam Euis
Thresnawaty S, Sejarah Sosial-Budaya Masyarakat
Cina Benteng di Kota Tangerang, Patanjala, Vol. 7,
2015, hlm. 50.
28
Euis Thresnawaty S, Sejarah Sosial-Budaya
Masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang,
Patanjala, Vol. 7, 2015, hlm. 50.
29
Euis Thresnawaty S, Sejarah Sosial-Budaya
Masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang,
Patanjala, Vol. 7, 2015, hlm. 53.
30
Euis Thresnawaty S, Sejarah Sosial-Budaya
Masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang,
Patanjala, Vol. 7, 2015, hlm. 53-54.
106
31
Sholahuddin Al-Ayubi, Cina Benteng : Pembauran
Dalam Masyarakat Majemuk di Banten, KALAM,
Volume 10, 2016, hlm. 338.
32
Sholahuddin Al-Ayubi, Cina Benteng : Pembauran
Dalam Masyarakat Majemuk di Banten, KALAM,
Volume 10, 2016, hlm. 338.
33
Agus Suherman, Pola Interaksi Masyarakat
Pendatang terhadap Masyarakat Pribumi (Studi
Kasus Masyarakat Etnis Sunda di Masyarakat Etnis
Betawi di kelurahan Bedahan di kecamatan
Sawangan Kota Depok), (Skripsi, Jurusan Pendidikan
IPS UIN-Jakarta, 2014), hlm. iv.
34
Halikin, Analisis Pola Interaksi Masyarakat
Pendatang Terhadap Masyarakat Lokal di Sumbawa
Barat ( Studi Kasus di Kecamatan Maluk), (Skripsi,
Jurusan Pendidikan IPS UIN-Jakarta, 2014), hlm. 5.
35
Farid Muzakky, Interaksi Sosial Etnis Tionghoa
Dengan Masyarakat Pribumi di Kota Yogyakarta
(Skripsi, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
UIN-Yogyakarta, 2016), hlm. ii.
BAB III Pembimbing I Pembimbing II
1 Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif,
(Jakarta : PT Indeks, 2012), hlm.36.
2
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
& Penelitian Gabungan, (Jakarta : Prenada Media
Group, 2014), hlm. 329.
107
3 Moleong Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 3.
4
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta :
Prenada Media Group, 2007), hlm. 68.
5 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif,
(Jakarta : Pranada Media Group, 2005), hlm. 129.
6 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif,
(Jakarta : Pranada Media Group, 2005), hlm. 132.
7 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif,
(Jakarta : Pranada media Group, 2005), hlm. 132.
8
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
& Penelitian Gabungan, (Jakarta : Prenada Media
Group, 2014), hlm. 147.
9 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta :
Prenada Media Group, 2007), hlm. 76.
10
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
& Penelitian Gabungan, (Jakarta : Prenada Media
Group, 2014), hlm. 372.
11 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta :
Prenada Media Group, 2007), hlm. 115.
12
Moleong Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. op.cit.,
hlm. 186.
108
13
Moleong Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. op.cit.,
hlm. 216-217.
14
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial
(Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif), (Yogyakarta
: Erlangga, 2009), hlm.148.
15
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial
(Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif), (Yogyakarta
: Erlangga, 2009), hlm.150.
16
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial
(Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif), (Yogyakarta
: Erlangga, 2009), hlm.151.
17
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial
(Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif), (Yogyakarta
: Erlangga, 2009), hlm.151.
18.
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
& Penelitian Gabungan, (Jakarta : Prenada Media
Group, 2014), hlm. 394-395.
19.
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
& Penelitian Gabungan, (Jakarta : Prenada Media
Group, 2014), hlm. 395.
20.
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
& Penelitian Gabungan, (Jakarta : Prenada Media
Group, 2014), hlm. 396.
BAB IV Pembimbing I Pembimbing II
109
1 https://tangerangkota.bps.go.id/subject/153/geografi.
html#subjekViewTab3, Statistik Daerah Kota
Tangerang 2015,(BPS Kota Tangerang, 2015), hlm.1
2 Cina Benteng, (Sejarah dan Budaya Kuliner), hlm. 1
Jakarta, 15 Oktober 2019
Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Abdul Rozak, M.Si Dr. Nurochim, M.M
NIP.19690908 199603 1 NIP.19590715 198403 1 003
110
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI
Aktivitas/kejadian : Mengamati Aktivitas Interaksi Sosial Masyarakat
Tionghoa (Cina Benteng) dengan Masyarakat Pribumi.
Tempat :
Hari/Tanggal :
Deskripsi :
No. Kegiatan Keterangan
1.
Mengamati interaksi sosial masyarakat Cina
Benteng dengan masyarakat Pribumi dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam interaksi dengan
masyarakat sekitar
2.
Mengamati bentuk karakteristik kebudayaan
pada masyarakat Tionghoa Cina Benteng serta
simbol kebudayaan lainnya.
Dalam interaksi dengan
Budayawan di Kelenteng
Boen Tek Bio
3.
Mengamati faktor yang menyebabkan
terjadinya integrasi sosial maupun budaya
antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat Pribumi.
Dalam interaksi dengan
masyarakat sekitar
4.
Mengamati respon atau sikap masyarakat
Pribumi terhadap masyarakat Cina Benteng
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam interaksi dengan
masyarakat sekitar
111
Lampiran 3
HASIL OBSERVASI INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT CINA
BENTENG DENGAN MASYARAKAT PRIBUMI
Aktivitas/kejadian : Mengamati Aktivitas Interaksi Sosial Masyarakat
Tionghoa (Cina Benteng) dengan Masyarakat Pribumi.
Tempat : Wilayah sekitar Cina Benteng di Kelurahan Sukasari,
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
Observer/Peneliti : Tomi Rizki Akbar
Hari/Tanggal : Rabu, 10 Juli 2019
Deskripsi :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada lingkungan masyarakat sekitar
Cina Benteng di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang,
dapat di uraikan sebagai berikut :
A. Mengamati interaksi sosial masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat
Pribumi dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun proses interaksi dalam kehidupan masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat Pribumi di kelurahan Sukasari ini berjalan dengan baik. Mereka
melakukan aktivitas bersama serta berbaur satu sama lainnya dalam kegiatan
sehari-hari. Adapun wilayah di sekitar Pasar Lama, khususnya di dekat Vihara
Kelenteng Boen Tek Bio, masyarakat Cina Benteng berkomunikasi layaknya
seperti masyarakat Pribumi, mereka berbicara dengan pasih menggunakan
bahasa Indonesia seperti masyarakat Pribumi, hal ini dikarenakan mereka
sudah lama menempati wilayah masyarakat sekitar. Adapun respon
112
masyarakat Pribumi yaitu oleh Sekretaris Kelurahan Sukasari, mengatakan
bahwa masyarakat di sekitar seakan-akan tidak merasa adanya perbedaan,
meskipun pada hakikatnya ada perbedaan baik dalam kebudayaan maupun
keagamaan, namun karena rasa toleransi yang tertanam serta adanya hubungan
interaksi dengan kurun waktu yang cukup lama, menjadikan kedua masyarakat
ini rukun, mereka tidak memandang etnis, budaya, agama maupun hal lainnya.
Oleh karena itu, interaksi sosial antara masyarakat Cina Benteng dengan
Pribumi di Kelurahan Sukasari berjalan dengan baik, tanpa adanya perselisihan
maupun konflik dalam kehidupan masyarakat.
B. Mengamati bentuk karakteristik kebudayaan pada masyarakat Tionghoa
Cina Benteng serta simbol kebudayaan lainnya.
Adapun dalam hal karakteristik budaya yang dimiliki masyarakat Cina
Benteng, dalam hal karakteristik bangunan rumah yaitu rumah kebaya, hal ini
berdasarkan pernyataan Oey Tjin Eng yang merupakan seorang Budayawan
Cina Benteng di Kelenteng Boen Tek Bio. Adapun rumah tersebut memiliki
lebar yang sangat luas atau bersifat horizontal. Selain itu, dalam segi corak
rumah ibadah di Kelenteng Boen Tek Bio pada masyarakat Cina Benteng,
terlihat dengan warna khasnya, yaitu warna merah yang melambangkan
antusiasme, semangat dan keberuntungan, serta corak gambar berbentuk Naga
yang menghiasi gerbang pintu masuk kelenteng. Adapun Kelenteng Boen Tek
Bio ini merupakan salah satu dari tiga kelenteng besar di Kota Tangerang,
yaitu Boen Tek Bio, Boen San Bio dan Boen Hay Bio. Berdasarkan
pernyataan Oey Tjin Eng, ketiga kelenteng di Tangerang ini berada dalam satu
garis lurus yang memiliki makna dan nilai kebajikan. Boen San Bio yang
artinya kebajikan setinggi gunung, dan Boen Hay Bio yang artinya kebajikan
seluas lautan. Adapun diantara hal tersebut, merupakan bentuk dari corak dan
simbol kebudayaan yang dimiliki masyarakat Cina Benteng di Kelurahan
Sukasari, Kota Tangerang
C. Mengamati faktor yang menyebabkan terjadinya integrasi sosial maupun
budaya antara masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat Pribumi.
113
Adapun diantara faktor terjadinya integrasi sosial dalam kehidupan masyarakat
di Kelurahan Sukasari, salah satunya yaitu adanya sifat terbuka antara
masyarakat Pribumi dengan masyarakat Cina Benteng. Hal ini terlihat ketika
kedua individu saling berinteraksi dan bekerjasama serta saling toleransi antar
sesama. Adapun bukti dari kerjasama dan bentuk toleransi ini, masyarakat Cina
Benteng selalu meminta izin pada pihak kelurahan maupun masyarakat
Pribumi setempat, dalam pelaksanakan perayaan kebudayaan yang mereka
miliki, serta mengajak masyarakat sekitar untuk meramaikan atau menyaksikan
perayaan tersebut. Adapun dalam hal ini dapat membuat masyarakat Pribumi
menghargai dan meramaikan budaya yang diselenggarakan masyarakat
Tionghoa Cina Benteng, sehingga integrasi sosial antar masyarakatnya
terbentuk sampai sekarang ini.
D. Mengamati respon atau sikap masyarakat Pribumi terhadap masyarakat
Cina Benteng dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun respon masyarakat pribumi terhadap masyarakat Cina benteng, mereka
memandang bahwa masyarakat Cina Benteng ini merupakan suatu masyarakat
yang memang sudah berada dan lama tinggal di wilayah Kelurahan Sukasari.
Oleh karena itu, sikap masyarakat sekitar pun baik dan menghargai setiap
perbedaan karakteristik yang ada. Adapun hal ini terbukti pada perayaan
pestival Peh Cun dari masyarakat Cina Benteng pada hari Sabtu, 15 Juni 2019,
yang mana dimeriahkan bukan hanya pada masyarakat Cina Benteng saja, akan
tetapi masyarakat Pribumi sekitar pun ikut meramaikan bahkan masyarakat di
Kota Tangerang dari berbagai kelurahan pun hadir memeriahkan acara peryaan
tersebut. Dalam hal ini dapat digambarkan bahwa sikap antara masyarakat
Pribumi dengan masyarakat Cina Benteng seperti halnya dalam hubungan
kekeluargaan, yang terbentuk dari adanya interaksi sosial serta rasa toleransi
antar masyarakatnya.
114
Lampiran 4
PEDOMAN WAWANCARA
A. Pedoman wawancara untuk masyarakat Cina Benteng di Kelurahan
Sukasari
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Profesi :
Hari/Tanggal :
Lokasi :
1. Sudah berapa lama anda tinggal di Kelurahan Sukasari ?
..........................................................................................................................
2. Mengapa masyarakat Tionghoa di daerah ini oleh masyarakat asli sekitar
disebut sebagai masyarakat Cina Benteng ?
..........................................................................................................................
3. Bagaimana respon masyarakat Tionghoa ini terkait pada penyebutan
masyarakat Cina Benteng oleh masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ?
..........................................................................................................................
4. Bagaimana proses hubungan masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat
pribumi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ?
..........................................................................................................................
5. Bagaimana bentuk hubungan antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat asli sekitar di Kelurahan Sukasari ?
..........................................................................................................................
6. Apakah ada hambatan dalam proses interaksi antara masyarakat Cina
Benteng dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari? alasannya ?
..........................................................................................................................
115
7. Bagaimana cara berinteraksi masyarakat Cina Benteng tehadap masyarakat
asli sekitar di Kelurahan Sukasari ?
..........................................................................................................................
8. Bagaimana respon masyarakat pribumi atau warga sekitar akan keberadaan
masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
..........................................................................................................................
9. Bagaimana upaya masyarakat Cina Benteng dalam menyesuaikan diri
dengan masyarakat Pribumi di Kelurahan Sukasari ?
......................................................................................................................
10. Apakah pernah terjadinya konflik antar Masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ?, alasannya ?
........................................................................................................................
11. Apakah faktor-faktor yang membuat masyarakat Cina Benteng dapat
diterima oleh masyarakat pribumi dari perbedaan kararteristik yang ada
sampai sekarang ini ?
........................................................................................................................
12. Bagaimana bentuk kerjasama antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat pribumi baik di bidang sosial, ekonomi maupun bidang lainnya
dalam kehidupan sehari-hari ?
........................................................................................................................
13. Bagaimana respon masyarakat asli sekitar terhadap perayaan agama
maupun budaya warga Tionghoa Cina Benteng yang ada di Kelurahan
Sukasari ?
........................................................................................................................
14. Bagaimana respon masyarakat Cina Benteng terhadap perayaan agama
maupun budaya yang diselenggarakan oleh Masyarakat Pribumi di
kelurahan Sukasari ?
........................................................................................................................
15. Sebagai minoritas, bagaimana masyarakat Cina Benteng dalam menyikapi
suatu perbedaan dari kebudayaan yang ada pada masyarakat pribumi?
........................................................................................................................
116
PEDOMAN WAWANCARA
B. Pedoman wawancara untuk Masyarakat Pribumi di Kelurahan Sukasari
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Profesi :
Hari/Tanggal :
Lokasi :
1. Apa yang anda ketahui tentang masyarakat Cina Benteng ?
..........................................................................................................................
2. Mengapa masyarakat Tionghoa oleh masyarakat sekitar disebut sebagai
masyarakat Cina Benteng ?
..........................................................................................................................
3. Bagaimana proses hubungan masyarakat sekitar dengan masyarakat Cina
Benteng dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ?
..........................................................................................................................
4. Bagaimana bentuk hubungan antara masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
..........................................................................................................................
5. Apakah ada hambatan dalam proses interaksi atau proses hubungan
masyarakat pribumi dengan masyarakat Cina Benteng ? Alasannya ?
..........................................................................................................................
6. Bagaimana cara berinteraksi masyarakat asli sekitar tehadap masyarakat
Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
..........................................................................................................................
7. Bagaimana respon masyarakat pribumi atau warga sekitar akan keberadaan
Masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
..........................................................................................................................
117
8. Bagaimana upaya masyarakat Pribumi membina kerukunan bermasyarakat
dengan Masyarakat Cina Benteng ?
..........................................................................................................................
9. Apakah pernah terjadinya konflik antar masyarakat pribumi dengan
masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ? Alasannya ?
..........................................................................................................................
10. Apakah faktor-faktor yang membuat masyarakat pribumi dapat menerima
kararteristik perbedaan yang ada pada masyarakat Cina Benteng di
Kelurahan Sukasari sampai sekarang ini ?
........................................................................................................................
11. Bagaimana bentuk kerjasama antara masyarakat pribumi dengan
masyarakat Cina Benteng baik di bidang sosial, ekonomi maupun bidang
lainnya dalam kehidupan sehari-hari ?
........................................................................................................................
12. Bagaimana respon masyarakat asli sekitar terhadap perayaan agama
maupun budaya warga Tionghoa Cina Benteng yang ada di Kelurahan
Sukasari ?
........................................................................................................................
13. Bagaimana respon masyarakat Cina Benteng terhadap perayaan agama
maupun budaya yang diselenggarakan oleh Masyarakat Pribumi di
kelurahan Sukasari ?
........................................................................................................................
14. Bagaimana masyarakat pribumi dalam menyikapi perbedaan dari
kebudayaan yang ada pada masyarakat Cina Benteng ?
.......................................................................................................................
118
Lampiran 5
HASIL WAWANCARA
A. Wawancara pada Masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari
Wawancara ke : 1 (Tokoh Budayawan Kelenteng Boen Tek Bio)
Nama Subjek : Oey Tjin Eng
Umur : 75 tahun
Profesi : Humas Kelenteng Boen Tek Bio
Hari/Tanggal : Selasa, 16 Juli 2019
Lokasi : Di rumah informan
1. Sudah berapa lama anda tinggal di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Saya tinggal di kali pasir yang di Kelrahan Sukasari ini sejak lahir, ya
75 tahun.
2. Mengapa masyarakat Tionghoa di daerah ini oleh masyarakat asli sekitar
disebut sebagai masyarakat Cina Benteng ?
Jawab :Ya karena ada bentengan Belanda itu, yang kemaren saya katakan kan
itu 1683, itukan Benteng dibuat oleh Belanda dan yang ngebuat tuh dulu orang
Makasar, jadi disebutnya Benteng Makasar. Yang disebut Cina Benteng itu,
dari Benteng Makasar sampai ke Babakan, sebenernya masyarakat yang dari
sekitar situ disebutnya Cina Benteng. Cuman sekarang orang salah kaprah
seluruh Tangerang Raya yang ada tionghoanya disebutnya Cina Benteng, jadi
udah taunya mereka seperti itu.
3. Bagaimana respon masyarakat Tionghoa ini terkait pada penyebutan
masyarakat Cina Benteng oleh masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Karena yang ngebuka lahan dari peranakan Tionghoa, jadi ngga ada
masalah dengan pendatang baru, contoh pada tahun 1513 kan udah ada
komunitas Tionghoa di Tangerang, kemudian juga musafir dari Banten ke
Cirebon pada ke Tangerang, namanya Tumenggung Pamitwijaya, karena saya
juga bicara dengan pak sayroji, tentang siapa aja tokoh yang ada di Masjid
119
Kali Pasir ini, kan kampung kali pasir itu kampung yang bersejarah, banyak
tokoh-tokoh islam itu, yang dikubur di kali pasir, gitu.
4. Bagaimana proses hubungan masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat
pribumi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Ya akur-akur aja, berjalan seperti baisanya, ngga ada masalah kok.
Lewat interaksi kan dulu kayak gitu, sampe terbentuk hingga sekarang, lewat
kawin campuran kan tuh bentuknya dan lain sebagainya. Jadi seperti itu
menurut saya.
5. Bagaimana bentuk hubungan antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat asli sekitar di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Kalo bentuk hubungan kan misalkan nih contoh salah satunya, kayak
kawin campuran disini kan udah biasa, misalnya kalo jaman dulu, misalkan
nih saya islam laki-laki, nikah sama perempuan di Tionghoa, nah yang
perempuan itu ikut ke kita, sebaliknya demikian gitu, jadi secara ngga tertulis
seperti itu. Kalo sekarang kan ngga bisa, kebanyakan kan satu agama, iya kan.
6. Tapi sekarang masih ada pak perkawinan campuran disini ?
Jawab : Ah banyak lah, kalo kita ngeliat sejarahnya dulu, orang tionghoa
dateng ngga bawa istri, jadi kawin sama penduduk lokal. Nah hasil ini kan
muncul sebutan peranakan tionghoa. Tapi dulu istilah ini buat peranakan
tionghoa yang masuk islam, jadi seperti itu.
7. Apakah ada hambatan dalam proses interaksi antara masyarakat Cina Benteng
dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari? alasannya ?
Jawab : Saya kira ngga ada hambatan, dari komunikasi ngga ada kok, kita
akur-akur aja sama orang sebelah juga. kan kita udah lama tinggal disini,
seperti sejarahnya yang tadi saya bilang kan kayak gitu. Jadi ya lancar-lancar
aja.
8. Bagaimana cara berinteraksi masyarakat Cina Benteng tehadap masyarakat asli
sekitar di Kelurahan Sukasari ?
120
Jawab : Ya pake bahasa Indonesia lah, kan pake bahasa ibu. Jadi, kenapa
orang tionghoa ini ngga bisa bahasa mandarin, karena ya pake bahasa ibu.
Karena dulu kan ibunya orang Indonesia, ya bahasa Indonesia lah emang oak
bahasa apa lagi. (sambil tersenyum). Lah kalo orang jualan ya kita beli biasa
aja.
9. Bagaimana respon masyarakat pribumi atau warga sekitar akan keberadaan
masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Ya biasa-biasa aja, juga Rt sama Rw ya kalo ada kegiatan ya kita
lapor kan gitu, ya ikutin pemerintah aja lah. Jadi ya mau gimana lagi emang
respon masyarakat di Kelurahan Sukasari ya biasa, terbuka aja, mereka
menghargai segala aktivitas budaya, agama dan lain sebagainya kan seperti
itu. Selain itu juga kan, dalam sehari-hari kita emang nyampur aja kok, ya
jangan jauh-jauh kayak contohnya kaya Peh Cun kan saling berbaur itu orang.
10. Bagaimana upaya masyarakat Cina Benteng dalam menyesuaikan diri dengan
masyarakat Pribumi di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Lah kan orang tionghoa dulunya ngebuka lahan, jadi kalo dibilang
adaptasi ya udah dari dulu, ya sekarang udah nyatu gitu berbaur jadi emang
udah kebentuk sejak lama, seperti sejarah yang saya jelaskan sebelumnya kan
pada tahun 1513 itu.
11. Apakah pernah terjadinya konflik antar Masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ?, alasannya ?
Jawab : Nggak ada, ya kita baik-baik aja gitu kalo sama mereka sampe
sekarang, gimana ya, ya udah seperti masyarakat aja gitu, udah ngga
mandang ini beda itu beda nggak, karena emang udah saling nerima dan
menghargai sesama masyarakatnya, jadi ya nggga ada konflik. Tapi terjadi
konflik tuh sekali tapi sama NICA, orang-orang Belanda sama Inggris tuh
yang pada tahun 1946, jadi sama orang-orang itu, nanti lebih jelasnya kamu
baca Tionghoa dalam pusaran politik disitu ada, dan kembali lagi untuk
sesama masyarakat disini mah ngga ada konflik sampe sekarang.
121
12. Apakah faktor-faktor yang membuat masyarakat Cina Benteng dapat diterima
oleh masyarakat pribumi dari perbedaan kararteristik yang ada sampai
sekarang ini ?
Jawab : Ya karena kan memang orang tionghoa yang buka lahan duluan disini,
dan kita juga berinteraksi sosial dengan mereka, jadi terus menerus kita nyatu
sampe sekarang, ya karena dari proses interaksi yang udah lama itu.
13. Bagaimana bentuk kerjasama antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat pribumi baik di bidang sosial, ekonomi maupun bidang lainnya
dalam kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Kalo bentuk kerjasama ya ada, misalkan nih kalo kita ada acara apa-
apa yaa kita lapor, masa kita ngga koling RT RWnya kan ngga gitu. Juga kan
kita kadang perlu keamanan kayak parkir, dan yang markirin orang pribumi
ini. Kalo ada banjir, kita ya dari kelenteng sumbang beras yang dikumpin di
Kelenteng Boen Tek Bio abis itu diserahin ke Rt sama Rw setempat, kan
kampung kali pasir kan sering kebanjiran itu dataran rendah.
Wawancara ke : 2 (Pengurus Kelenteng Boen Tek Bio)
Nama Subjek : Kyat Eng
Umur : 62 tahun
Profesi : Anggota Kelenteng Boen Tek Bio
Hari/Tanggal : Rabu, 17 Juli 2019
Lokasi : Di Kelenteng Boen Tek Bio
1. Sudah berapa lama anda tinggal di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Udah tinggal disini tuh 30 tahun, sebelumnya saya tinggal didaerah
kapling kesananya tuh.
2. Mengapa masyarakat Tionghoa di daerah ini oleh masyarakat asli sekitar
disebut sebagai masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Ya orang kita keturunan Cina di Tangerang, dulu sebelumnya
namanya kan Benteng, jadi sama masyarakat luar juga disebutnya ya kayak
gitu, Cina Benteng jadinya sampe sekarang.
122
3. Bagaimana respon masyarakat Tionghoa ini terkait pada penyebutan
masyarakat Cina Benteng oleh masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Biasa aja, emang kita kan dari dulu kan di Tangerang, jadi emang
ngga ada rasa gimana-gimana, emang hubungannya udah biasa. Kalo saya sih
kita Cina Benteng itu adalah Cina atau Tinghoa di Tangerang. Kan kalo ada
orang bisanya dari balaraja ke tangerang, ya mereka nyebutnya Cina Benteng
gitu.
4. Bagaimana proses hubungan masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat
pribumi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Berjalan dengan baik aja lah seperti itu, udah kayak keluarga aja sih
sebenernya dalam sosial sehari-hari, kita ngadain acara ya mereka biasa aja,
udah nggak asing lagi pokoknya.
5. Bagaimana bentuk hubungan antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat asli sekitar di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Kalo bentuk hubungan misalkan ya, yang saya tau kayak Peh Cun itu,
rame pokoknya tuh tiap tahun. Acara itu buat umum juga, bukan buat orang
tinghoa doang gitu. Dan juga yang ikut lomba juga orang pribumi sini, kayak
lomba perahu dan lain sebagainya ya mereka ngeramein juga.
6. Apakah ada hambatan dalam proses interaksi antara masyarakat Cina Benteng
dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari? alasannya ?
Jawab : Nggak ada, ya pake bahasa sehari-hari aja. Orang-orang kita mah
ngga pada bisa bahasa Cina, paling kayak bahasanya gocap, goceng, pegoh
kan dari tionghoa bahasa daerahnya itu, salah satunya bahasa Hokkian.
Kayak gitu aja, semua orang juga bisa kali hehehe,,,(sambil tertawa)
7. Bagaimana cara berinteraksi masyarakat Cina Benteng tehadap masyarakat asli
sekitar di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Ya seperti yang saya bilang kaya tadi, itu pake bahasa sehari-hari
orang tangerang lah kayak gitu.
123
8. Bagaimana respon masyarakat pribumi atau warga sekitar akan keberadaan
masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Mereka baik lah, ya kadang juga berbaur kan ya gitu, jadi ngga ada
kayak istilahnya permasalahan dari kitanya punya perbedaan budaya, agama
juga. Ya jadi intinya mah responnya saling menghargai lah.
9. Bagaimana upaya masyarakat Cina Benteng dalam menyesuaikan diri dengan
masyarakat Pribumi di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Ya biasa-biasa aja, jalanin kegiatan sehari-hari aja udah, emang kita
udah lama benget disini kalo kita liat sejarahnya juga. Jadi sebenernya udah
emang terbiasa disini sama masyarakat asli sekitar, jadi kalo menyesuaikan
diri mah udah dari dulunya kayak gitu.
10. Apakah pernah terjadinya konflik antar Masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ?, alasannya ?
Jawab : Oh nggak ada sih, selama saya tinggal disini mah. Orang kita juga
udah akrab kok sama mereka dari dulu, jadi ngga ada permasalahan ini itu
yang saya tau disini.
11. Apakah faktor-faktor yang membuat masyarakat Cina Benteng dapat diterima
oleh masyarakat pribumi dari perbedaan kararteristik yang ada sampai
sekarang ini ?
Jawab : Kalo saya sendiri sih karena emang kita saling terbuka aja, jadinya
orang lain juga enak sama kita, khususnya pribumi di Kelurahan Sukasari ini.
Jadi kita hargain mereka, dan mereka juga jadinya hargain kita sebagai Cina
Benteng disini.
12. Bagaimana bentuk kerjasama antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat pribumi baik di bidang sosial, ekonomi maupun bidang lainnya
dalam kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Ya kalo kerjasamanya ada juga, ya salahsatunya bantu keamanan kalo
lagi ada acara, kayak parkir kan itu dari orang pribumi sekitar yang pakirin di
depan Kelenteng itu. Kan lumayan juga buat pemasukan kan kayak gitu.
124
Wawancara ke : 3 (Kepala RT 03 masyarakat Cina Benteng di
Kelurahan Sukasari)
Nama Subjek : Janto/Yanto
Umur : 70 tahun
Profesi : Pedagang
Hari/Tanggal : Selasa, 16 Juli 2019
Lokasi : Di rumah informan
1. Sudah berapa lama anda tinggal di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Saya tinggal disini sejak lahir, ya berarti 70 tahun saya disini.
2. Mengapa masyarakat Tionghoa di daerah ini oleh masyarakat asli sekitar
disebut sebagai masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Sebenernya disebut kata cina itu ya dari bahasa Inggris kan chinese,
di bahasa indonesianya mah china. Jadi singkatnya China Tangerang, nah
dulu karena Tangerang itu salanya Benteng, banyak bentengan disini, jadi
masyarakat lain nyebutnya udah aja Cina Benteng, kayak gitu.
3. Bagaimana respon masyarakat Tionghoa ini terkait pada penyebutan
masyarakat Cina Benteng oleh masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Biasa aja, memang udah lama disebutnya begitu, karena kita memang
keturunan tionghoa di sini, jadi kami juga udah biasa.
4. Bagaimana proses hubungan masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat
pribumi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Ya biasa aja, rukun seperti itu, aman dan juga menyatu, ngga
mandang perbedaan, jadi dari itu kita ngumpul saling jaga sehingga aman lah
seperti itu.
5. Bagaimana bentuk hubungan antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat asli sekitar di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Kalo bentuk hubungan misalkan ya, yang saya tau kayak Peh Cun itu,
rame pokoknya tuh tiap tahun. Acara itu buat umum juga, bukan buat orang
125
tinghoa doang gitu. Dan juga yang ikut lomba juga orang pribumi sini, kayak
lomba perahu dan lain sebagainya ya mereka ngeramein juga.
6. Apakah ada hambatan dalam proses interaksi antara masyarakat Cina Benteng
dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari? alasannya ?
Jawab : Ngga ada hambatan, ya karena kita saling ngerti aja seperti itu, udah
lama emang kayak gitu jadi ya lancar aja sesama msyarakatnya.
7. Bagaimana cara berinteraksi masyarakat Cina Benteng tehadap masyarakat asli
sekitar di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Ya kayak biasanya aja sehari-hari, kita nyampur atau berbaur gitu kan
ya. Komunikasinya juga ngga ada hambatan, karena emang udah pake bahasa
orang sini kan ya, kadang kalo mereka sunda ya kita juga bisa sedikitnya
bahasa sunda, seperti itu.
8. Bagaimana respon masyarakat pribumi atau warga sekitar akan keberadaan
masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Ya baik, ngga ada masalah, mereka juga menghargai kita, meskipun
ada perbedaan juga ya mereka biasa-biasa aja, seperti itu.
9. Bagaimana upaya masyarakat Cina Benteng dalam menyesuaikan diri dengan
masyarakat Pribumi di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : ,,,eeh, saling akrab ajalah gitu, kita terbuka dengan mereka, jadi ya
memang dari dulu sampe sekarang bisa nyaman kayak sekarang ini.
10. Apakah pernah terjadinya konflik antar Masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ?, alasannya ?
Jawab : Oh ngga ada, selama saya tinggal disini ngga pernah ada kejadian
berantem apa masalah gara-gara adanya perbedaan, ya intinya kita sama-
sama aja, hidup rukun saling menghargai satu sama lain.
11. Apakah faktor-faktor yang membuat masyarakat Cina Benteng dapat diterima
oleh masyarakat pribumi dari perbedaan kararteristik yang ada sampai
sekarang ini ?
126
Jawab : Karena emang dari dulu kita tinggal disini, jadi karena rasa saling
toleransi dan terbuka itu, yang sampe sekarang kita bisa diterima disini,
intinya nggak saling mengganggu.
12. Bagaimana bentuk kerjasama antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat pribumi baik di bidang sosial, ekonomi maupun bidang lainnya
dalam kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Yang saya tau kerjasamanya ya, kalo lagi dagang di pasar kan suka
ada kurir antar barang kerumah warga yang ada disekitaran sini. Juga ada
yang buka usaha orang Cina Benteng kayak pabrik kecap, nah itu pekerjanya
banyakan orang asli sekitaran situ.
Wawancara ke : 4 (Masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari)
Nama Subjek : Cheng Wi
Umur : 39 tahun
Profesi : Karyawan Swasta
Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Juli 2019
Lokasi : Di sekitaran Masjid Jami Kali Pasir
1. Sudah berapa lama anda tinggal di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Saya disini kurang lebih udah 2 tahun lebih, karena sebelumnya saya
ngga tinggal disini, dan menetap di daerah ini baru selama itu.
2. Mengapa masyarakat Tionghoa di daerah ini oleh masyarakat asli sekitar
disebut sebagai masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Karena kan dulu belom merdeka yah, jadi daerah Tangerang ini
dibikin benteng-benteng sama orang-orang Belanda. Jadi kan dulunya emang
udah terkenal kayak gitu, makanya orang keturunan kita disini disebut Cina
Benteng, seperti itu.
3. Bagaimana respon masyarakat Tionghoa ini terkait pada penyebutan
masyarakat Cina Benteng oleh masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ?
127
Jawab : Ngga sih, udah biasa, mungkin emang mereka campuran ya, udah
keturunan dari orang asli situ juga. Jadi kalo respon kita ya biasa aja. Jadi
juga saya denger gitu, bahwa yang disebut Cina Benteng tuh ya dulunya ikut
bantu perang lawan Belanda, gitu.
4. Bagaimana proses hubungan masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat
pribumi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Kalo yang saya rasain disini sih rukun, beda dari tempat lainnya.
Disini kalo ada acara di vihara atau kelenteng mereka saling menjaga
ketertiban, begitu juga kalo ada acara di masjid oleh masyarakat asli sekitar,
ya kita juga saling ngejaga biar aman dan lancar gitu, jadi prosesnya berjalan
dengan baik, seperti itu.
5. Bagaimana bentuk hubungan antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat asli sekitar di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Bentuknya ya kalo misalkan ada acara ya kita saling ngasih informasi
lah, bisa dibilang kayak kerjasama gitu atau istilahnya sosialisasi gitu antar
RT dan RW kalo ada kegiatan sama warga sekitar, seperti itu. Pokoknya kalo
ada acara apa-apa disini ya aman gitu ngga pernah ada kehilangan apa gitu
nggak ada.
6. Apakah ada hambatan dalam proses interaksi antara masyarakat Cina Benteng
dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari? alasannya ?
Jawab : eeeh,,, kalo menurut saya disini ya nggak ada hambatan sih, soalnya
udah rukun juga, saling menjaga,udah deket lah seperti itu, jadi ya berjalan
dengan lancar aja.
7. Bagaimana cara berinteraksi masyarakat Cina Benteng tehadap masyarakat asli
sekitar di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Nah kalo disini mah ya seperti biasa aja gitu, bahasanya juga kan
bahasa orang sini, soalnya kenapa, karena nurunin dari ibunya orang asli
Tangerang, entah itu dari garis keturunan ke berapa kan, ya seperti itu.
128
8. Bagaimana respon masyarakat pribumi atau warga sekitar akan keberadaan
masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Ya bagus sih kalo saya sendiri nilainya, soalnya beda mungkin di
tempat lain, yang masih agak mandang kurang bagus atau mereka masih
fanatis lah kayak gitu. Tapi kalo disini bagus saling toleransinya tinggi,
makanya saya bilang jarang sekali ada yg seperti itu gitu. Ya saya juga sempet
bingung, kok bisa kayak gini, masyarakatnya deket banget gitu, beda sama yg
di tempat lain.
9. Bagaimana upaya masyarakat Cina Benteng dalam menyesuaikan diri dengan
masyarakat Pribumi di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Jadi sebernya masyarakatnya udah deket banget jadi ya gampang
berbaur gitu, jadi bisa dibilang ngga perlu penyesuaian lagi, emang udah
berbaur kayak masyarakat biasanya gitu. Dan juga masyarakat Cina Benteng
disini yang ada di Kelenteng Boen Tek Bio ngelibatin orang pribumi sekitar
sini gitu, dari segi parkir, keamanan yang diambil tuh orang-orang sini, jadi
deket lah gitu.
10. Apakah pernah terjadinya konflik antar Masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ?, alasannya ?
Jawab : Selama saya tinggal disini ngga ada konflik sih, ya karena emng udah
saling terbuka dan saling toleransi, meskipun ada perbedaan ya, tapi sih
salutnya sampe sekarang ya rukun-rukun aja gitu, beda dar tempat yang
lainnya mungkin.
11. Apakah faktor-faktor yang membuat masyarakat Cina Benteng dapat diterima
oleh masyarakat pribumi dari perbedaan kararteristik yang ada sampai
sekarang ini ?
Jawab : Jadi mungkin yang saya tau, orang Cina Benteng disini ya saling
menghargai aja gitu sehingga bisa dapat diterima oleh masyarakat
Tangerang, khususnya di Kelurahan Sukasari ini. kita juga kalo lagi ada acara
di Kelenteng ya, seperti sekarang ini ada dangdutan juga, ya kita tau waktu
129
gitu, biasanya berhenti dulu nih dari jam 11.30 sampai 13.00, karena kita udah
tau nih jadwal ibadahnya orang muslim kan ya seperti itu, jadi nanti lanjut
lagi setelah lewat wakti sholatnya gitu sih. Untuk menghargai dan mereka juga
jadi enak sama kita kan seperti itu.
12. Bagaimana bentuk kerjasama antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat pribumi baik di bidang sosial, ekonomi maupun bidang lainnya
dalam kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Ya seperti yang saya tadi jelaskan itu, ya mereka saling menjaga. Biar
kegiatan sehari-hari masyarakatnya berjalan dengan aman tanpa ada
hambatan, sperti tadi adanya kerjasama dalam menjaga aktivitas kebudayaan,
baik keamanan dari parkirnya dan lain sebagainya.
Wawancara ke : 5 (Masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari)
Nama Subjek : Putha
Umur : 31 tahun
Profesi : Ojek Online
Hari/Tanggal : Kamis, 18 Juli 2019
Lokasi : Di rumah informan
1. Sudah berapa lama anda tinggal di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Kalo keluarga besar ya udah kurang lebih 70 tahun disini, nah kalo
saya sendiri ya sejak lahir berarti 31 tahun disini.
2. Mengapa masyarakat Tionghoa di daerah ini oleh masyarakat asli sekitar
disebut sebagai masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Karena dulu kan kebanyakan disini orang cina, kalo dulu ya saya juga
kurang paham ya, tapi dari Vihara sampe sana tuh CinBeng.
3. Bagaimana respon masyarakat Tionghoa ini terkait pada penyebutan
masyarakat Cina Benteng oleh masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Oh kalo itu biasa aja, emang orang kita disebut seperti itu udah lama
banget kan, jadi ya biasa aja, ngga ada masalah apa-apa gitu. Kita disini juga
130
ya udah kayak masyarakat Tangerang aja, bahasa mandarin aja kita ngga
bisa, ya kayak tadi aja, emang dulunya udah nyampur sejak jaman Belanda tuh
ngediriin Benteng.
4. Bagaimana proses hubungan masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat
pribumi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Semuanya baik-baik aja, iya semuanya ibarat maish nerima, ya intinya
ngga ada apa namanya, eeh,,,,selisih paham gitu lah tetep masing-masing.
5. Bagaimana bentuk hubungan antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat asli sekitar di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Kalo bentuk hubungannya ya kita nyampur gitu, ya kalo ada kerja
bakti tuh misalkan ya kita ngebaur sama-sama bersihin lingkungan yang ada
di sekitar. Anak mudanya juga dibagi-bagi tugas kalo lagi ada kegiatan itu, di
sana berapa orang, disini berapa orang seperti itu.
6. Apakah ada hambatan dalam proses interaksi antara masyarakat Cina Benteng
dengan masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari? alasannya ?
Jawab : Kalo menurut saya lancar-lancar aja, dari segi bahasanya kalo yang
atas-atas atau orang yg udah tua mungkin masih bisa bahasa mandarin dan
kita yang mudanya ngga ngerti kalo ngomong mandarin kayak gitu. Tapi ya
sekarang lancar kayak biasanya aja sih pake bahasa indonesia kan.
7. Bagaimana cara berinteraksi masyarakat Cina Benteng tehadap masyarakat asli
sekitar di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Biasa, kayak tadi aja ngomong bahasa Indoneaia aja biasa. Kalo di
pasar lama mungkin ada sebagian yang bisa, paling ngomong sesamanya yang
ngerti, tapi klo saya diajak ngomong mah ngga ngerti.
8. Bagaimana respon masyarakat pribumi atau warga sekitar akan keberadaan
masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Ya semuanya baik pribumi maupun tionghoa disini saling nerima, ya
intinya sampai sekarang normal-normal aja gitu.
131
9. Bagaimana upaya masyarakat Cina Benteng dalam menyesuaikan diri dengan
masyarakat Pribumi di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Ya kita berbaur aja, berbaur gitu kalo ketemu di jalan ya sambil sapa
aja say halo-say halo, ya paling kayak gitu aja sih salah satunya.
10. Apakah pernah terjadinya konflik antar Masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat pribumi di Kelurahan Sukasari ?, alasannya ?
Jawab : Oh ngga ada, sampe sekarang yang saya alami sama masyarakat sini
ya ngga ada konflik karena beda agama lah budaya lah, itu ngga ada kalo
yang saya alami sendiri ya sampe sekarang.
11. Apakah faktor-faktor yang membuat masyarakat Cina Benteng dapat diterima
oleh masyarakat pribumi dari perbedaan kararteristik yang ada sampai
sekarang ini ?
Jawab : Faktornya ya karena hubungan sosial aja sih menurut saya, saling
interaksi sih sehingga terjalin hubungan yang akrab sampe sekarang, kaya
gitu sih.
12. Bagaimana bentuk kerjasama antara masyarakat Cina Benteng dengan
masyarakat pribumi baik di bidang sosial, ekonomi maupun bidang lainnya
dalam kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Kalo kerjasama disemua bidang sih ada ya, tapi saya kurang tau juga.
Kalo yang ada misalkan waktu pemilu, ya kita semua nyampur, dari warga RT
sini dengan yang lainnya nyampur gitu, saling mensukseskan gitu sih yang
saya inget.
132
HASIL WAWANCARA
B. Wawancara pada Masyarakat Pribumi di Kelurahan Sukasari
Wawancara ke : 1 (Sekretaris Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang,
Kota Tangerang)
Nama Subjek : Jejen Jaenudin
Umur : 51 tahun
Profesi : Sekretaris Kelurahan Sukasari
Hari/Tanggal : Rabu, 17 Juli 2019
Lokasi : Kantor Kelurahan Sukasari
1. Apa yang anda ketahui tentang masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Kalo masyarakat Cina Benteng yang ada di kelurahan Sukasari yah
seperti biasa sih kita yang kemarin kita bicarakan kan yah bahwa masyarakat
benteng itu mayoritasnya kan ada di RW 4 disama RT 3 kan yah, tapi
kebanyakannya di RW 3 itu mayoritas orang cina itu sendiri menurut
pandangan saya memang selama ini kehidupannya menyatu dengan pribumi
yah gitu, dan kebayakan mereka pedagang ya, entah pedagang kue sayuran
maupun sembako yah, terus yang tradisi yg tertanam di cina benteng itu masih
ada seperti jualan alat untuk sembayang lah seperti itu. Masyarakat etnis itu
sendiri dengan masyarakat disekitar alhamdulillah sih dari masyarakatnya
sendiri saling toleransi, ngga ada masalah ini itu gitu, jadi mungkin itu yg
saya tau dari mayarakat Cina Benteng di kelurahan Sukasari ini yah.
2. Mengapa masyarakat Tionghoa oleh masyarakat sekitar disebut sebagai
masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Nah waktu itu kan saya bicara, waktu ada penyerangan apa yah sampe
saya lupa, eeh itu namanya yang disebut Cina Benteng tuh mungkin, maaf nih
takut salah ya (sambil tersenyum) mungkin dia itu berbaur dengan masyarakat
itu, eeh masyarakat pribumi mungkin dulunya karena ada benteng disitu, di
kali cisadane kan dulu ada benteng sebelum kali cisadane di bendung, itu dulu
133
kali sebenernya kecil. Nah itu, kalo makanya disebutnya cina benteng tuh pas
penyerangan di zaman Belanda gitu. (sambil menghela napas) maaf yah saya
takut salah nih karena saya juga masih kurang tau sejarah kenapa sih disebut
Cina Benteng itu. Tapi itu mungkin sedikitnya yang saya tau yah (sambil
tersenyum).
3. Bagaimana proses hubungan masyarakat sekitar dengan masyarakat Cina
Benteng dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Alhamdulillah, (dengan suara sedikit tegas) ini eeh, baik-baik aja sih
tidak ada masalah di keagamaan juga belom pernah terjadi hal yang tidak
diinginkan, selalu kondusif, tidak pernah oh ini oh itu. Mungkin paling karena
ada tempat atau warung makan di jalan ki samaun ini, soalnya banyak yg udah
kenalkan, akhirnya warga jakarta juga pada mampir kesitu, jadi ada
penyempitan kan, tidak teratur. Nah paling itu aja sih, sisanya ya
alhamdulillah baik-baik aja proses hubungannya.
4. Bagaimana bentuk hubungan antara masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Kalo kita lihat dari bentuk hubungannya sih ya, kita lihat misalnya pas
pestival Peh Cun kan ya, itu ada semacam kegiatan donor gratis, itu juga
malah dikasih kupon RT 3 atu RT 4 gratis, jadi masyarakat ke klenteng itu
sendiri. Dan juga ada klinik Boen Tek Bio di Kelurahan Sukasari itu dibangun
untuk masyarakat sekitar, itu salah satu bentuknya yang ada di masyarakat.
5. Apakah ada hambatan dalam proses interaksi atau proses hubungan masyarakat
pribumi dengan masyarakat Cina Benteng ? Alasannya ?
Jawab : Oh tidak (dengan tegas), tidak ada, orang ngomongnya aja bahasa
indonesia kok, mereka sendiri setau saya ngga bisa bahasa Cina, paling
sedikitnya yg bisa, tapi kalo bahasa sehari-hari ya pake bahasa orang sini aja,
memang udh dari dulu kaya gitu kan.(sambil tersenyum)
6. Bagaimana cara berinteraksi masyarakat asli sekitar tehadap masyarakat Cina
Benteng di Kelurahan Sukasari ?
134
Jawab : Sehari-hari aja biasa, ya kalo misalkan dia ada kegiatan, dia
melibatkan pemuda-pemuda orang orang tionghoa benteng itu sendiri. Yah
kita sebagai warga dan petugas kelurahan yang ngeback up aja bersama
kamtibnas, babinsa dan lain-lain terkait acara tersebut. Jadi sekali lagi
kembali seperti yang ditanyain sebelumnya, caranya pake bahasa sehari-hari
masyarakat sekitar.
7. Bagaimana respon masyarakat pribumi atau warga sekitar akan keberadaan
Masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Soalnya dari dulu juga sejarahnya udah ada, jadi ya masyarakat disini
ngga ada masalah, (sembari menghela nafas),,, karena kan emang udah
terbiasa mereka nyampur sama kita dari dulu juga, saling interaksi aja sampe
udah kayak orang sini aja gitu. Makanya kan kembali ke toleransi yang tadi
antar agama dan budaya yang udah lama dibangun, dan juga seperti halnya
masjid kali pasir juga itu merupakan sejarah dan budaya agama islam
masyarakat sekitar wilayah Kelurahan Sukasari, gitu.
8. Bagaimana upaya masyarakat Pribumi membina kerukunan bermasyarakat
dengan Masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Misalkan nih dalam kerukunan beragama contoh, eeh ada acara
maulid, dia juga toleransi gitu, mereka juga kadang dateng liat-liat masjid,
foto juga gitu, dan itu juga berlaku sebaliknya warga pribumi terhadap
masyarakat tionghoa benteng di kelurahan sukasari, contohnya sehari-hari
kaya gitu.
9. Apakah pernah terjadinya konflik antar masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ? Alasannya ?
Jawab : Selama saya disini dari kecil sampe gede sekarang alhamdulillah tidak
ada pernah kejadian konflik etnis maupun pribumi tidak ada. Bahkan
masyarakat sekitar kalo ada acara di tionghoa ya mengamankan, misalnya
pada parkirnya dan lain-lain. Jadi saling ngejaga lah antar mayoritas dengan
minoritas kan gitu.
135
10. Apakah faktor-faktor yang membuat masyarakat pribumi dapat menerima
kararteristik perbedaan yang ada pada masyarakat Cina Benteng di Kelurahan
Sukasari sampai sekarang ini ?
Jawab : Kalo faktornya sih saya yah, kalo kesitu eeeh,,, yah selama mereka
baik dengan warga, terus kita toleransi dengan mereka, saling menghargai,
saling menganut kepercayaan masing-masing, selama tidak mengganggu satu
sama lain, jadi itu menurut saya yang sampe sekarang membuat masyarakat
terintegrasi, bersatu lah gitu ya. Yang penting saya disini sekali lagi, tidak
ada istilahnya membeda-bedakan, yang penting kita masing-masing ke
tuhannya, atau ke Allah ya kalo kita mah, ya itu makannya saya menjaga
bagaimana supaya mereka itu tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
makanya kembali lagi, masyarakat disini saling menghargai dan toleransi,
gitu.
11. Bagaimana bentuk kerjasama antara masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng baik di bidang sosial, ekonomi maupun bidang lainnya dalam
kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Kalo bentuk kerjasama ya sebenernya seperti yang saya bilang tadi,
adanya pengobatan dan donor gratis di klinik boen tek bio, itu kan masuk ke
sosial juga kan ya. Intinya saling memudahian warga dalam kerjasama itu.
Kalo kita liat dari keagamaannya ya seperti saling menghormati dan saling
menjaga lah kaya gitu ya, seperti yg tadi saya bilang salah satunya, perayaan
di klenteng, itu kan kerjasama juga sama kamtibna serta babinsa dan lain-
lain kaya gitu sih bentuk kerjasamanya.
12. Bagaimana respon masyarakat asli sekitar terhadap perayaan agama maupun
budaya warga Tionghoa Cina Benteng yang ada di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Seperti halnya yang tadi saya bilang ya, salah satunya adanya
perayaan peh cun tuh tanggal 15 Juni kemaren kalo ngga salah ya, itu
responnya bagus, bahkan masyarakat sekitar ikut nyaksiin dan juga ikut
lomba di pestival itu, dan banyak juga sih masyarakat dari daerah mana aja
pada dateng kesini, di kali cisadane ya yang nonton acara itu.
136
Wawancara ke : 2 (Kepala RW 4 di Kelurahan Sukasari)
Nama Subjek : Sukmana
Umur : 60 tahun
Profesi : Pensiunan pegawai PLN
Hari/Tanggal : Kamis, 18 Juli 2019
Lokasi : Di rumah informan
1. Apa yang anda ketahui tentang masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Jadi Cina Benteng menurut saya disini, ya sebenernya cina-cina
keturunan yang ada di sekitar wilayah kota tangerang disini.
2. Mengapa masyarakat Tionghoa oleh masyarakat sekitar disebut sebagai
masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Yang disebut Cina Benteng sebenernya gini, kenapa disebut cina
bebteng, karena mereka dulunya sudah lama tinggal disini gitu, sebenernya
penyebutan benteng ini awalnya dari benteng makasar, makanya disebutnya
cina benteng ya akhirnya cina benteng itu tinggal di sewan juga ada disana.
Cuman yang tersebut oleh kita atau mengistilahkan cina benteng sebenernya
kita tidak pernah mengistilahkan mereka cina benteng, mereka warga kita aja
tidak menyebutkan wah itu cina benteng bukan, ya karena masyarakat luar
taunya karena cina-cina keturunan yang ada disini gitu.
3. Bagaimana proses hubungan masyarakat sekitar dengan masyarakat Cina
Benteng dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Selama ini cukup baik, ,,,eeh kita membaur ajasih, kita sama mereka
juga saling terbuka juga, ya artinya tidak pernah adanya konflik antara kita
dengan mereka, ya biasa begitu ya. Dalam bidang kegamaan ya sama-sama
kita jaga toleransi keberagamaan, tapi kalo pemegang masalah akidah,
masing-masing kita punya akidah. Mereka menghargai kita,kita pun
menghargai mereka.
4. Bagaimana bentuk hubungan antara masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
137
Jawab : Selama ini ,,,eeh kita ada toleransi dengan mereka kadang-kadang
mereka ikut serta dengan kegiatan-kegiatan kita yang ada, artinya walaupun
mereka tidak bertegur langsung, ya bagaimana caranya mereka ikut
bergabung bersama kita, terus misalkan ada acara apaupun misalkan disini,
orang-orang kita misalkan mereka ada acara Peh Cun atau apapun gitu ya, ya
kita oun ikut didalamnya, karena kita ikut memeriahkan untuk acara itu gitu.
5. Apakah ada hambatan dalam proses interaksi atau proses hubungan masyarakat
pribumi dengan masyarakat Cina Benteng ? Alasannya ?
Jawab : Menurut saya tidak pernah ada hambatan, karena mereka masig-
masing punya eeh kepercayaan masing-masing dan mereka punya niat masing-
masing, karena selema ini hubungan kita dengan mereka cukup baik tidak
pernah ada istilah wah mereka orang tionghoa dipisahkan tidak ada.
6. Bagaimana cara berinteraksi masyarakat asli sekitar tehadap masyarakat Cina
Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Ya dalam cara interaksinya sudah baik, ngga ada hambatan karena
sudah biasa bahasa sehari-hari orang sini gitu, bahkan mereka pun sudah
berbaur dalam kegiatan sosial, jadi ya sekali lagi untuk interaksinya ya
dengan bahasa indonesia atau bahasa sehari-warga sekitar Kelurahan
Sukasari ini.
7. Bagaimana respon masyarakat pribumi atau warga sekitar akan keberadaan
Masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Kembali yang saka katakan tadi, karena mereka sudah lama tinggal
disini dari dulunya kan, jadi reapon masyarakat alhamdulillah baik, tiadak
ada perselisihan ini itu, dan yang seperti saya bilang tadi, mereka menghargai
kita, maka kita pun menghargai mereka.
8. Bagaimana upaya masyarakat Pribumi membina kerukunan bermasyarakat
dengan Masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Intinya kita saling menghormati dan saling menghargai, intinya
seperti itu. Karena gini, dalam suatu tempat pun kalo kita tidak ada rasa
138
menghormati dan menghargai, itu akan buat konflik terus ya kan, hal yang
spele pun bisa terjadi kalo kita tidak menghargai, tali insyaallah terutama
masyarakat muslim yang ada di sini, tidak pernah eeeh maaf ya miasalkan wah
ada tionghoa atau cina maka kita harus begini tidak, kecuali kalo mereka bikin
ulah ke kita maka kita bergerak, intinya itu ya kan.
9. Apakah pernah terjadinya konflik antar masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ? Alasannya ?
Jawab : Insyaallah selama saya tinggal disini tidak pernah ada konflik, bahkan
ketika kerusuhan 98 pun kita bersama-sama menjaga lingkungan masing-
masing, bersama bahu membahu, kadang mereka nyatu ikut membantu disini,
untuk menjaga keamanan disini.
10. Apakah faktor-faktor yang membuat masyarakat pribumi dapat menerima
kararteristik perbedaan yang ada pada masyarakat Cina Benteng di Kelurahan
Sukasari sampai sekarang ini ?
Jawab : Karena gini karena mayoritas orang islam disini, dan muslim itu
sebenarnya rahmatan lilalamin kan ya. Karena gini, selagi mereka tidak
mengganggu ya kita pun tidak menggagnggu juga gitu. Selain itu karena
mereka juga suka berbaur kan ya dan bahkan ada masyarakat tionghoa yang
menikah dengan orang sini gitu, akhirnya mereka masuk ikut ke kita disini.
11. Bagaimana bentuk kerjasama antara masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng baik di bidang sosial, ekonomi maupun bidang lainnya dalam
kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Sebenernya kalo kerjasama kita disini memang pada dasarnya kalo
mereka ada acara, mereka sering ngasih informasi ke kita disini, karena
gini,vkalo kita ingin dihargai oleh orang, hargailah orang lain. Nah sama
ketika orang tionghoa ada acara, mereka kasih tau ke kita,maaf sepert acara
di klenteng mereka minta kerjasama dalam keamanaan, terutama parkirnya
kan seperti itu. Sehingga ada pemasukan antara warga disini dengan
tionghoa dari kerjasama itu.
139
12. Bagaimana respon masyarakat asli sekitar terhadap perayaan agama maupun
budaya warga Tionghoa Cina Benteng yang ada di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Responnya positif, selama tidak mengganggu tidak ada masalah, toh
artinya gini, mereka mempunyai kepercayaan, kita pun ada kepercayaan,
sama pun mereka ada peh cun kita puan ada maulid nabi, arak-arakan dan
lain sebagainya.
Wawancara ke : 3 (Tokoh Agama Masyarakat Pribumi di Kekurahan
Sukasari)
Nama Subjek : Ahmad Sayroji
Umur : 69 tahun
Profesi : Guru Sekolah Dasar
Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Juli 2019
Lokasi : Di rumah informan
1. Apa yang anda ketahui tentang masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Jadi yang saya ketahui itu, masyarakat keturunan tionghoa yang udah
lama tinggal disini, mayoritas agamanya Budha dan juga Konguchu yang ada
di masyarakat cina benteng ini, yang mana menurut saya satu sama lain dalam
artian masyarakat sekitar dengan tionghoa tersebut ngga saling mengusik,
saling toleransi baik secara sosial pribadi maupun sosial keagamaan, itu yang
saya ketahui tentang cina benteng yang sekarang ini.
2. Mengapa masyarakat Tionghoa oleh masyarakat sekitar disebut sebagai
masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Kalo sepengetahuan saya, maaf-maaf nih mungkin ada yang lebih tau
dari sejarah penyebutannya dari tionghoa sendiri, cuman kalo yang saya tau,
emang dulunya masyarakat Cina Benteng ini tinggalanya deket benteng
Belanda dulunya, dan emamg menurut masyarakat sekitar yang saya tau
mengakui ini yang pertama, dalam artian ya mereka sudah lama dan menetap
140
tinggal disini jika kita liat dari sejarah itu, jadi singkatnya masyarakat luar
bilang masyarakat tionghoa ini disebut Cina Benteng, seperti itu.
3. Bagaimana proses hubungan masyarakat sekitar dengan masyarakat Cina
Benteng dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Untuk bicara masalah proses hubungan sosial, alhamdulillah baik dan
saling toleransi, dan untuk proses dari toleransi tersebut, maka yang muncul
adalah apakah ada kerja sama kan begitu kan ?, di kita sendiri sebenernya
ngga ada kerja sama yang dapat diutarakan secara lisan, gimana ya, jadi
memang udah kebentuknya lama gitu, ya intinya proses hubungan sosial
berjalan dengan baik dan dijalani oleh masing-masing pihak, saling menjaga
dan menghargai satu sama lainnya seperti itu kiranya ya.
4. Bagaimana bentuk hubungan antara masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Kalo bentuk hubungannya ya, saling interaksi aja antar mereka, juga
RT Sama Rwnya juga, kan Rtnya orang tionghoa juga tuh, ya jadi kita juga
ada hubungan lewat situ, biasanya konfirmasi kalo ada acara apa-apa disini.
5. Apakah ada hambatan dalam proses interaksi atau proses hubungan masyarakat
pribumi dengan masyarakat Cina Benteng ? Alasannya ?
Jawab : Sebenarnya tidak ada hambatan, sekarang kalo berbicara tentang
komunikasi ya, contohnya dalam berbisnis ya, berjalan seperti biasa tanpa
adanya hambatan. Kalo kita kenal sama mereka ya, sewaktu-waktu kita juga
bakal ngobrol gitu kan ya, jadi ngga meilih-milih, ah ngapain ngobril ama
orang cina, kan ngga begitu kan ya, intinya mah ngga ada hambatan dalam
komunikasinya seperti itu.
6. Bagaimana cara berinteraksi masyarakat asli sekitar tehadap masyarakat Cina
Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Yaa kalo melihat dari cara berinteraksianya ya biasa, kayak masyarakat
pribumi sekitar keluran sukasari ini, ya layaknya orang-orang disini,
ngomongya juga pake bahasa orang sini, Indonesia dan juga kadang bisa
141
sunda juga, jadi kembali kesejarah tadi, karena mereka udah lama tinggal
disini, gitu.
7. Bagaimana respon masyarakat pribumi atau warga sekitar akan keberadaan
Masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Alhamdulillah sih biasa saja ya menurut saya, ngga ada masalah
karena memang sudah berbaur sejak lama, dan itu pun memang sudah lama
sekali ya, jadi masyarakat sekitar juga memang seperti biasanya, berbaur ya
berbaur, mau dalam bisnis apapun itu, ya karena udah kayak masyarakat
sekitar aja mereka itu.
8. Bagaimana upaya masyarakat Pribumi membina kerukunan bermasyarakat
dengan Masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : (Sedikit batuk),,,,,rasanya ini muncul sendiri, (sambil tersenyum),
bener, ya kalo dikatakan adakah pembinaan, atau bahasanya adakah
pertemuan ulama antar agama kan ada gitu ya, ngga ada yang begitu-gituan
disini, ya biasa-biasa aja, ya memang dulu barangkali udah begini sampe
sekarang.
9. Apakah pernah terjadinya konflik antar masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ? Alasannya ?
Jawab : Alhamdulillah tidak ada konflik, tadi ya yang seperti saya jelaskan
sebelumnya seperti itu.
10. Apakah faktor-faktor yang membuat masyarakat pribumi dapat menerima
kararteristik perbedaan yang ada pada masyarakat Cina Benteng di Kelurahan
Sukasari sampai sekarang ini ?
Jawab : Kalo kita bicara masalah menerima atau tidak, itukan sebenernya
punya hak kan, ya karena mereka udah ada disini sejak jaman Belanda, apa
kita usir lagi ke tiongkok kan ngga mungkin, nah kan ini kembali ketoleransi
itu tadi gitu.
142
11. Bagaimana bentuk kerjasama antara masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng baik di bidang sosial, ekonomi maupun bidang lainnya dalam
kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Seperti yang saya katakan tadi, jadi kerjasama dalam masyarakat
tionghoa dan pribumi itu tidak ada kata kerjasama yang dalam artian
diucapkan dengan kat-kata ya, jadi ya berjalan seperti biasanya masing-
masing gitu, paling kalau dalam kepentingan umum di kelurahan seperti
acara maupun hal lainnya mungkin disitu ada hubungan kerjasamanya gitu
yang saya tahu.
12. Bagaimana respon masyarakat asli sekitar terhadap perayaan agama maupun
budaya warga Tionghoa Cina Benteng yang ada di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Yaa alhamdulillah berjalan dengan baik, ya kita disini menghargai
atau toleransi kan gitu, ya berjalan masing-masing seperti biasanya kan, dan
ini sebagai bentuk pengamalan sebagai muslim kan yang kita ketahui, lakum
dinukum waliyadiin ya kamu tahu sendiri kan ya.
Wawancara ke : 4 (warga Pribumi sekitar wilayah Kelurahan
Sukasari)
Nama Subjek : Mukhsin Halimi
Umur : 40 tahun
Profesi : Marbot Masjid Jami Kali Pasir
Hari/Tanggal : Kamis, 18 Juli 2019
Lokasi : Masjid Jami Kali Pasir
1. Apa yang anda ketahui tentang masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Kalo masyakat Cina Benteng atau Tionghoa disini, di sosial
kemasyarakatan yang saya tau rukun ngga ada bentrokan gitu lah, dan yang
saya ketahui, dari segi istilah kemanusiaannya, saling menghormati, beda
sama yang di benteng makasar, tapi dari perbedaan agama, alhamdulillah
tidak ada bentrokan sampe sekarang, seperti itu.
143
2. Mengapa masyarakat Tionghoa oleh masyarakat sekitar disebut sebagai
masyarakat Cina Benteng ?
Jawab :,,,,,,eeh, ya mungkin karena masyarakat Cinanya ada di daerah
Benteng ya, Belanda pada waktu itu, jadi emang udah pada kenal dari dulu,
sampe muncul kayak sama masyarakat pribumi sini disebutnya masyarakat
Cina Benteng, kan dulu Tangerang itu benteng kan ya ada bentengan kan
disini nih.
3. Bagaimana proses hubungan masyarakat sekitar dengan masyarakat Cina
Benteng dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Ya kalo sosial kemasyarakatan alhamdulillah sih, kalo ada kegiatan-
kegiatan saling menghargai lah seperti Peh Cunan, Maulid Nabi di masjid ini
juga, ya intinya saling menghormati lah ngga mengganggu gitu.
4. Bagaimana bentuk hubungan antara masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : ya kalo bentuk hubungannya itu, sosial masyarakat saling tolong
menolong dalam masyarakat seperti ada acara jika ada kekurangan seperti
kursi misalnya, kita minjem juga di boen tek bio, kalo di pasar lam juga,
ekonomi ya saling berbaur aja sih ngga ada batasan, kaya gitu sih yang saya
tau ya.
5. Apakah ada hambatan dalam proses interaksi atau proses hubungan masyarakat
pribumi dengan masyarakat Cina Benteng ? Alasannya ?
Jawab : Sebenernya ngga ada hambatan sih, karena mungkin adat kebiasaan
yang emang udah ada dari dulu ya, jadi kita ngga ada batasan juga antara
orang kita dengan mereka gitu. Jadi emang udah kebiasaan.
6. Bagaimana cara berinteraksi masyarakat asli sekitar tehadap masyarakat Cina
Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Biasa, pake bahasa Indonesia juga sih, disini sunda juga ya, jadi
salahsatunya kayak di pasar lama kan banyak yang belanja kesitu ya biasa
144
jual beli dan juga ya seperti tegur sapa, ngga ganggu juga dan lain
sebagainya, ya biasa aja sih cara interaksinya juga kayak masyarakat sekitar
khususnya di Kelurahan Sukasari ini.
7. Bagaimana respon masyarakat pribumi atau warga sekitar akan keberadaan
Masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Responnya, ya selama dia tidak mengganggu ya baik baik aja, kayak
misalkan mereka ngadain acara perayaan di klenteng, ya ngga mereka ngga
mengganggu kita juga , dia juga tau aturan waktunya gitu.
8. Bagaimana upaya masyarakat Pribumi membina kerukunan bermasyarakat
dengan Masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Ya mungkin diantara RTnya gitu, harus aktif juga dalam
komunikasinya, kan tau kita salah satu RTnya kan Pak Yanto itu kan orang
Cina Benteng, kadang kalo mau beli galon gas sama dia itu, jadi perantara
biar kita kenal dan enak juga sama mereka, ada hubungan yang rukun seperti
itu, jadi kalo menurut saya seperti itu.
9. Apakah pernah terjadinya konflik antar masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ? Alasannya ?
Jawab : Selama saya disini ngga ada, ya kalo masalah kecil ribut-ribut dari
anak-anak muda mah wajar, tapi alhamdulillah dari perbedaan sosial budaya
dan agamanya berjalan mulus lah, kan kita disini mayoritas, menjaga
minoritas kan gitu ya.
10. Apakah faktor-faktor yang membuat masyarakat pribumi dapat menerima
kararteristik perbedaan yang ada pada masyarakat Cina Benteng di Kelurahan
Sukasari sampai sekarang ini ?
Jawab : Ya mungkin kesadaran kemanusiaannya kali ya, Hablun Minannas,
gitu ya harus kita hormati lah, karena mereka juga sama makhluk allah juga,
kecuali dalam hal akidah kan beda lagi seperti itu ya.
145
11. Bagaimana bentuk kerjasama antara masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng baik di bidang sosial, ekonomi maupun bidang lainnya dalam
kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Kayaknya ngga ada ya, paling masing-masing aja ya, kalo misalkan
ada kerja bakti, ya di lingkungan masing-masing aja, tapi ada sosialisasi
juga, kayak RW sosialisai kerja bakti di lingkungan sekitar RW itu aja, yang
saya tahu seperti itu.
12. Bagaimana respon masyarakat asli sekitar terhadap perayaan agama maupun
budaya warga Tionghoa Cina Benteng yang ada di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Ya kalo pribumi mungkin kalo dikatakan udah bosen ya bosen kali
ya, ya biasa aja. Justru yang kebanyakan orang luar, pada dateng, kalo
orang sini mah sih bodo amat, ya karena udah biasa ya udah aja gitu.
Wawancara ke : 5 (warga pribumi sekitar Kelurahan Sukasari )
Nama Subjek : Sandi
Umur : 60 tahun
Profesi : Pedagang
Hari/Tanggal : Rabu, 17 Juli 2019
Lokasi : di sekitar wilayah dekat Kelenteng Boen Tek Bio
1. Apa yang anda ketahui tentang masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Masyarakat tionghoa disini ya, mereka ngikutin sembayang yang ada
di kelenteng, ngadain acara Peh Cun juga, yang ngikutin tradisi Tionghoa
dulu sampe sekarang nah itu. Jadi masih ngejunjung tradisi lah kalo bisa
dibilang kayak gitu, itu emang ciri khasnya Cina Benteng.
2. Mengapa masyarakat Tionghoa oleh masyarakat sekitar disebut sebagai
masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Jadi ya setau saya ya gara-gara saling membaur ya, antara
masyarakatnya dan memang kebetulan mereka juga dulu nya tinggal di daerah
146
sekitaran benteng di kota Tangerang Jadi ya masyarakat sini nyebutnya
masyarakat Cina benteng kayak gitu sih.
3. Bagaimana proses hubungan masyarakat sekitar dengan masyarakat Cina
Benteng dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Baik-baik aja, karena kan dulunya udah membaur sampe sekarang.
4. Bagaimana bentuk hubungan antara masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Bentuk hubungannya ada, yang saya tau kayak hubungan keagamaan
kita saling toleransi aja enggak membeda-bedakan gitu, jadi saling toleransi
aja, itu yang mungkin saya tau ya.
5. Apakah ada hambatan dalam proses interaksi atau proses hubungan masyarakat
pribumi dengan masyarakat Cina Benteng ? Alasannya ?
Jawab : Nggak ada, selama saya kecil sampai sekarang hubungan khususnya
kayak keagamaan antar agama Islam sama orang-orang Tionghoa yang ada di
kelenteng ini, ya alhamdulillah berjalan dengan baik, nggak ada perselisihan,
nggak ada hambatan, ya kalau masalah untuk interaksi yang ada disini mah,
karena emang juga udah tinggal di sini udah lama kan ya.
6. Bagaimana cara berinteraksi masyarakat asli sekitar tehadap masyarakat Cina
Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Bahasa Indonesia biasa, kayak masyarakat di sini kita sekitar
Tangerang gitu, khususnya di Kelurahan Sukasari kan dan juga di sini kan
Sunda ya Jadi kalau menurut saya yang disebut masyarakat Cina benteng itu
ya ngerti bahasa Sunda sih kayak gitu.
7. Bagaimana respon masyarakat pribumi atau warga sekitar akan keberadaan
Masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ?
Biasa-biasa aja ya sama seperti masyarakat tionghoa di sini menghargai
perbedaan gitu.
147
8. Bagaimana upaya masyarakat Pribumi membina kerukunan bermasyarakat
dengan Masyarakat Cina Benteng ?
Jawab : Saling membaur aja, ya kayak gitu aja sih.
9. Apakah pernah terjadinya konflik antar masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng di Kelurahan Sukasari ? Alasannya ?
Jawab : Nggak ada emang gak ada sejak saya berada di sini sampai dari kecil
sampai sekarang memang ya kayak gitu emang gak ada konflik, ya akur-akur
aja kayak gitu.
10. Apakah faktor-faktor yang membuat masyarakat pribumi dapat menerima
kararteristik perbedaan yang ada pada masyarakat Cina Benteng di Kelurahan
Sukasari sampai sekarang ini ?
Jawab : Emang dari dulu ya, udah nerima soalnya kan antara masyarakat
satu dengan yang lainnya juga udah terkait satu sama lain saling
menghargai dari sejak zaman dulu tuh waktu Belanda di benteng ya, jadi ya
emang udah nerima gitu, mereka juga kebuka satu sama lain gitu kan.
11. Bagaimana bentuk kerjasama antara masyarakat pribumi dengan masyarakat
Cina Benteng baik di bidang sosial, ekonomi maupun bidang lainnya dalam
kehidupan sehari-hari ?
Jawab : Ada, ya kayak kerja bakti bareng-bareng aja gitu, sama juga kayak
berdagang misalnya, jual beli di pasar tuh Pasar Lama banyak itu kan, orang
Cina sama orang pribumi nyampur di situ berbaur, biasa-biasa aja jual beli
nya gitu.
12. Bagaimana respon masyarakat asli sekitar terhadap perayaan agama maupun
budaya warga Tionghoa Cina Benteng yang ada di Kelurahan Sukasari ?
Jawab : Ya biasa aja, bahkan kerjasama ya, saling dukung, kayak misalkan
menjaga ketertiban, keamanan dan lain sebagainya git, ya biar supaya
berjalan lancar dah kayak gitu. Ya kayak contohnya pada hari perayaan
seperti Peh Cun banyak itu kan, masyarakat pribumi yang ikut serta gitu,
ngedukung juga dan juga ikut serta kebudayaan mereka itu.
148
Lampiran 6
DOKUMENTASI PENELITIAN
Wawancara bersama Oey Tjin Eng Wawancara bersama Sekretaris Kelurahan Sukasari
Wawancara bersama Haji Sayroji (tokoh agama) Wawancara bersama Ketua Rw 03 Pak Sukmana
Wawancara bersama Pak Djanto (Ketua Rt 01) Wawancara bersama Aggota Klenteng Boen Tek Bio
149
Kegiatan keagamaan di Kelenteng Boen Tek Bio Pengenalan budaya kelenteng Boen Tek Bio
Masjid Jami Kali Pasir sekitar kampung Cina Benteng Bagian dalam Masjid Jami Kali Pasir
Dokumen Data Kependudukan di Kelurahan Sukasari Alokasi tempat Penelitian di Kelurahan Sukasari
150
Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian Kelurahan Sukasari, Kota Tangerang.
151
Lampiran 8
BIODATA PENULIS
Penulis bernama Tomi Rizki Akbar lahir di Tangerang, pada
tanggal 16 Juli, 1997 yang merupakan putra kedua dari pasangan
M. Soleh dan Eliya Soraya, penulis pernah menempuh pendidikan
formal di SDN 05 Kunciran Jaya (2003-2009), SMP
Muhammadiyah 04 Tangerang (2009-2012), dan SMAN 13
Tangerang (2012-2015). Dan kemudian melanjutkan tingkat
pendidikan pada tingkat universitas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultar
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Skripsi ini berjudul “Interaksi Sosial Masyarakat Tionghoa dengan Masyarakat
Pribumi (Studi Kasus Masyarakat Cina Benteng di Kelurahan Sukasari,
Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang)” di bawah bimbingan Bapak Dr. Abdul
Rozak, M.Si dan Bapak Dr. Nurochim, M.M. Besar harapan penulis skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan seluruh masyarakat pada
umumnya.