integrative curriculum management model: the relation of

22
Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018 95 Integrative Curriculum Management Model: The relation of Symbiosis-Mutualism Academic Subject Curriculum and Social Reconstruction in Modern Islamic Boarding school of Darussalam Gontor Ponorogo Abu Darda Universitas Darussalam Gontor [email protected] Received July 4, 2018/Accepted August 8, 2018 Abstract Structure of the KMI (Kulliyyatul Muallallin al-Islamiyyah) curriculum includes the Islamic studies subjects group, Arabic studies subjects group, and the general sciences subjects group. KMI's curriculum tends to the model of subject academic and technologic curriculum.Guidance and Counseling for Santri who are responsible for non-formal education, its curriculum structure relates to the self expression or self-actualization for the development of life skills, both soft skills and hard skills. The Guidance and Counseling for Santri’s curriculum tends to the humanistic and social reconstruction curriculum model.The integrated management of the curriculum in Pondok Modern Darussalam Gontor is to conserve an equal balance of general education and religious education, active Arabic and English learning methods, and a disciplined boarding system; by using a holistic knowledge paradigm. All managerial functions of the KMI curriculum and Guidance and Counseling for Santri’s curriculum are intended to design the graduate as an ‘ulama and intellectuals, as the glue of ummah; as the intellectuals-‘ulama, not intellectuals who knows a little thing of religion; all graduate’s competencies are reflected in the mottoes: the noble character, sound body, broad knowledge, and independent mind.Management of curriculum integration of KMI and Guidance and Counseling for Santri design a beautiful configuration and symbiotic mutualism in reaching the goals of Pondok Modern Darussalam Gontor. Keywords: Management, Curriculum, Integration, Subject Academic Curriculum Model, Social Reconstruction Curriculum Model Vol. 2. No. 2, Agustus 2018 https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/educan DOI: http://dx.doi.org/10.21111/educan.v2i2.3267 brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk provided by UNIDA Gontor Journals (Universitas Darussalam)

Upload: others

Post on 03-Dec-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

95

Integrative Curriculum Management Model:

The relation of Symbiosis-Mutualism Academic Subject

Curriculum and Social Reconstruction in Modern Islamic

Boarding school of Darussalam Gontor Ponorogo

Abu Darda

Universitas Darussalam Gontor

[email protected]

Received July 4, 2018/Accepted August 8, 2018

Abstract

Structure of the KMI (Kulliyyatul Muallallin al-Islamiyyah) curriculum

includes the Islamic studies subjects group, Arabic studies subjects group, and the

general sciences subjects group. KMI's curriculum tends to the model of subject

academic and technologic curriculum.Guidance and Counseling for Santri who are

responsible for non-formal education, its curriculum structure relates to the self

expression or self-actualization for the development of life skills, both soft skills

and hard skills. The Guidance and Counseling for Santri’s curriculum tends to the

humanistic and social reconstruction curriculum model.The integrated management

of the curriculum in Pondok Modern Darussalam Gontor is to conserve an equal

balance of general education and religious education, active Arabic and English

learning methods, and a disciplined boarding system; by using a holistic knowledge

paradigm. All managerial functions of the KMI curriculum and Guidance and

Counseling for Santri’s curriculum are intended to design the graduate as an ‘ulama

and intellectuals, as the glue of ummah; as the intellectuals-‘ulama, not intellectuals

who knows a little thing of religion; all graduate’s competencies are reflected in the

mottoes: the noble character, sound body, broad knowledge, and independent

mind.Management of curriculum integration of KMI and Guidance and Counseling

for Santri design a beautiful configuration and symbiotic mutualism in reaching the

goals of Pondok Modern Darussalam Gontor.

Keywords: Management, Curriculum, Integration, Subject Academic Curriculum

Model, Social Reconstruction Curriculum Model

Vol. 2. No. 2, Agustus 2018

https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/educan

DOI: http://dx.doi.org/10.21111/educan.v2i2.3267

brought to you by COREView metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

provided by UNIDA Gontor Journals (Universitas Darussalam)

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

96

Model Manajemen Kurikulum Integratif:

Hubungan Simbiosis-Mutualisme Kurikulum Subyek

Akademik Dan Rekonstruksi Sosial Di Pondok Modern

Darussalam Gontor Ponorogo

A. Pendahuluan

Dalam ikhtiar mencapai tujuannya untuk reproduksi ulama, pada

umumnya pesantren membatasi diri pada pendidikan keagamaan, dalam

pengertian secara terbatas. Lebih dari itu, bahan kajian yang digunakan juga

terbatas pada kitab kuning,1 yaitu kitab-kitab karya ulama pada abad

pertengahan. Bahkan, dalam sistem pendidikan non-klasikal metode

pembelajarannya terbatas pada weton atau bandongan, disamping sorogan.

Dalam sistem ini, kitab-kitab kuning diberi makna dalam bahasa Jawa.

Dengan demikian, pembelajaran bahasa Arab di pesantren pada umumnya

bersifat pasif.

Pendidikan keagamaan yang dijalankan di pesantren modern jauh

berbeda dengan situasi di atas. Pondok Modern Darussalam Gontor,

misalnya. Pesantren modern ini telah berhasil melakukan transformasi

pendidikan, baik dalam kelembagaan, kurikulum dan metode

pendidikannya.2 Walhasil, pesantren ini berhasil memaknai pendidikan

keagamaan secara lebih luas dan kontekstual.

Menurut Kyai Akrim3 keunggulan pesantren ini terletak pada sistem

KMI (Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyyah). KMI merupakan salah satu dari

lima lembaga di Pondok Modern Darussalam Gontor, bertanggung jawab

atas pendidikan setingkat SMP dan setingkat SMU. Satuan pendidikan

1 Muhammad Thoriqussu’ud, “Model-Model Pengembangan Kajian Kitab Kuning

Di Pondok Pesantren”, Jurnal At-Tajdid, Vol. 1, No. 2, 2012, p. 226. 2 Zainul Fuad Basyir, “KH Imam Zarkasyi Tentang Modernisasi Pondok Pesantren:

Studi Kasus Di Pondok Pesantren Modern Gontor,” Abstrak Tesis, 1999. 3 Interview dengan Drs. K.H. Akrim Maryat, Dipl. Ad. Ed, Anggota Badan Wakaf,

Kekhasan Pondok Modern Darussalam Gontor, Oktober 10, 2018.

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

97

mu’adalah ini memiliki keseimbangan antara pendidikan umum dan

pendidikan agama, pembelajaran bahasa Arab dan Inggris dengan metode

aktif, dan memiliki sistem asrama yang berdisiplin.4 Oleh karena itu,

kurikulumnya bersifat integratif, yakni memadukan kurikulum pendidikan di

dalam kelas atau intra kurikuler (KMI) dan kurikulum pendidikan di luar

kelas ekstra kurikuler (Pengasuhan Santri).

Tujuan pendidikan pesantren modern ini terungkap dalam pesan

Trimurti (3 bersaudara pendiri pesantren Gontor): “Jadilah ulama perekat

umat.” Dalam ungkapan yang qur’ani, disampaikan oleh Kyai Hasan5 bahwa

anak Gontor harus menjadi mundzirul qaum, memberi peringatan kepada

masyarakatnya. Orientasi ini diperkuat dengan definisi Trimurti mengenai

orang besar, bahwa mereka adalah orang yang mau terjun ke masyarakat,

mengajarkan ilmunya kepada umat, meskipun di tempat terpencil.

Menurut Kyai Hasan, bahwa kurikulum Gontor adalah kegiatan santri

selama 24 jam perhari.6 Sehingga lulusan Pondok Modern Darussalam

Gontor diharapkan memiliki dua kompetensi inti, yaitu kompetensi

keulamaan dan kompetensi kemasyarakatan, sebagaimana motto

pendidikannya: “Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas,

berpikiran bebas.” Ketinggian budi dan kesehatan badan atau fisik

merupakan representasi dari soft skills, sedangkan keluasan pengetahuan dan

kebebasan pikiran keduanya mempresentasikan hard skills.

Dalam perspektif pendekatan, kurikulum KMI merupakan model

kurikulum subjek akademik, yang menekankan penguasaan pengetahuan

dengan berbagai cabang disiplinnya. Di samping itu, kurikulum KMI juga

termasuk kategori kurikulum teknologis atau kompetensi, yang menekankan

4 Pekan Perkenalan Khutbatul ’Arsy Pondok Modern Darussalam Gontor

Ponorogo, n.d. 5 Interview dengan K.H. Hasan Abdullah Sahal, Pimpinan Pondok Modern

Darussalam Gontor, Kekhasan Pondok Modern Darussalam Gontor, Oktober 10, 2018. 6 Ibid.

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

98

penguasaan ketrampilan (soft skills dan hard skills). Adapun kurikulum

Pengasuhan Santri yang mengelola pendidikan yang menekankan ekspresi

diri atau pengembangan minat bakat para santri, dapat dikategorikan sebagai

kurikulum humanis. Lebih dari itu, lembaga ini juga membina organisasi

santri sebagai wahana pendidikan hidup bermasyarakat, lengkap dengan

pemecahan masalah-masalah yang timbul di dalamnya. Karena itu,

kurikulumnya dapat dikategorikan sebagai kurikulum rekonstruksi sosial.

Dalam konteks pencapaian tujuan pendidikan di atas, pesantren Gontor

memerlukan manajemen kurikulum yang baik secara integrative. Secara

garis besar, fungsi manajemen mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi. Karena itu, “Bagaimanakah Pondok Modern Darussalam Gontor

mengintegrasikan kurikulum KMI dan kurikulum Pengasuhan Santri?”

Itulah grand tour question yang diajukan peneliti dalam memasuki situasi

sosial, yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor.

B. Kajian Teori

Kajian teori ini mencakup pengertian manajemen kurikulum, model-

model kurikulum di pesantren modern, dan model integrasi kurikulum di

pesantren modern. Pertama, Manajemen Kurikulum. Manajemen adalah seni

melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang. Fungsinya meliputi

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya

organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.7

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

pembelajaran.8 Pengertian ini meliputi dua aspek, yakni kurikulum sebagai

rencana yang harus dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar dan

7 Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan (Jakarta:

Bumi Aksara, 2010), p. 5; Daft Richarch L., Manajemen (Terj. Emil Salim, Dkk.) (Jakarta:

Erlangga, 2002), p. 8. 8 “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional” (2003), http://eprints.dinus.ac.id/14666/1/uu_20-2003_sisdiknas.pdf.

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

99

kurikulum sebagai isi. Dalam konteks pesantren modern, kedua aspek itu

tentu digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan pesantren tersebut.

Manajemen kurikulum secara operasional meliputi: 1) perumusan visi, misi

dan strategi yang berorientasi pada kualitas pembelajaran 2) penysusunan

rencana kerja jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek 3)

penyusunan laporan tahuan.9

Kedua, model-model Kurikulum. Dilihat dari karakteristik tujuan dan

isi kurikulum, maka terdapat 4 pendekatan dalam pengembangan kurikulum

di pesantren modern: 1) subyek akademik; 2) humanistik; 3) teknologis; 4)

rekonstruksi sosial.10 Kegiatan-kegiatan implementasi kurikulum pesantren

modern di kelas maupun di luar kelas, dapat menunjukkan pendekatan

kurikulum yang digunakan secara jelas. Model subyek akademik

menekankan sistematisasi disiplin ilmu dalam menyusun kurikulum. Subjek

akademik memiliki 3 model: disiplin ilmu, broad field dan tematik.

Berikutnya, model humanistik yang bertolak dari ide “memanusiakan

manusia’ menekankan untuk mempertinggi harkat manusia dalam menyusun

kurikulum. Model kurikulum humanistik disusun berdasarkan kebutuhan

peserta didik seperti pramuka dan muhadharah, serta muhadatsah.

Selanjutnya, model teknologis menekankan analisis kompetensi yang

diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Kurikulum teknologis

ditandai dengan penggunaan i’dad tadris dan pencapaian kompetensi melalui

latihan. Rumusan kompetensi berbentuk gharadh ‘am dan khas yang

mengacu kepada kompetensi-kompetensi pengetahuan dan ketrampilan.

Model kurikulum rekonstruksi sosial dalam penyusunan program

belajarnya bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat. Upaya

9 Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah (Departemen Agama RI, Direktorat

Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003), p. 35. 10 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah,

Madrasah, Dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa, 2005), p. 139-81.

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

100

pemecahannya dengan memerankan ilmu dan teknologi, serta bekerja secara

kooperatif dan kolaboratif. Rekonstruksi sosial masyarakat dilakukan melalui

pendidikan (in uridu illal ishlah), utamanya perbaikan mental atau karakter

dilakukan oleh Pengasuhan Santri Pondok Modern Darussalam Gontor

dengan mengacu kepada motto Pondok.

Model kurikulum secara ringkas dapat dilihat dalam bagan berikut:

Bagan 2.1. Model Kurikulum

Ketiga, Manajemen Integrasi Kurikulum. Sudah menjadi ciri khas

pesantren modern, bahwa sistem pendidikannya mengintegrasikan antara

sistem sekolah dan sistem asrama yang berdisiplin. Integrasi semacam ini

secara operasional dapat dicermati karena pesantren modern memiliki visi,

misi dan tujuan yang jelas, dibangun dari ajaran Islam yang tidak mengenal

pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum.11 Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa Pondok Pesantren menganut paradigma keilmuan yang

holistik dan sejalan dengan misi islamisasi ilmu pengetahuan. Integrasi

keilmuan di atas tentu berkonsekuensi terhadap integrasi kurikulum dan

kelembagaan. Integrasi kurikulum di Pondok Modern Gontor, dapat ditelaah

dari ungkapan K.H. Imam Zarkasyi (salah satu Trimurti) bahwa Gontor

mengajarkan 100% pendidikan umum dan 100% pendidikan agama.

11 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam

Di Indonesia. (Jakarta: Kencana, 2003), p. 323.

Model kurikulum

Subject academicmenekankan penguasaan pengetahuan dengan berbagai

cabang disiplin--teacher centered

Humanistik menekankan ekspresi diri--student centered

Teknologismenekankan ketrampilan siswa, bukan hanya vocational, tapi

juga akademis, sosial, dan kepribadian--drill method

Rekonstruksi sosialmenekankan pemecahan masalah dalam masyarakat--

cooperative learning

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

101

Integrasi lembaga sangat diperlukan mengingat bahwa pesantren

modern memiliki misi untuk melahirkan ulama perekat umat, yakni ulama

yang intelek, bukan intelek yang sekedar tahu agama. Dalam konteks Pondok

Modern Darussalam Gontor, terdapat 5 lembaga yang terpadu di bawah

Pimpinan Pondok.12 Kelima lembaga itu meliputi KMI dan UNIDA

berfungsi menjalankan pendidikan formal; yang pertama untuk pendidikan

dasar dan menengah; yang terakhir untuk pendidikan tinggi. Berikutnya,

Pengasuhan Santri, berfungsi menjalankan pendidikan nonformal dan

informal. Selanjutnya IKPM, berfungsi sebagai wadah asosiatif para alumni.

Terakhir, YPPWPM, berfungsi sebagai penopang kemandirian dana

pesantren. Yang jelas, integrasi lembaga berdampak pada integrasi tradisi

sebagai pesantren modern.

Integrasi tradisi dalam konteks pesantren modern adalah memadukan

antara sakralitas nilai-nilai keislaman di pesantren dan modernitas keilmuan

di sekolah dan juga memadukan antara pendidikan pribadi dan pendidikan

kemasyarakatan.13 Sekolah, sebagai lembaga pendidikan modern, dikenal

mampu melahirkan manusia pikir berdasarkan tradisi keilmuannya;

sedangkan pesantren dikenal mampu melahirkan manusia yang

mengedepankan dzikr berdasarkan tradisi spiritualitasnya. Secara

operasional, manajemen integrasi kurikulum di pesantrenmodern mencakup

tiga fungsi: 1) perencanaan integrasi kurikulum; 2) implementasi integrasi

kurikulum; 3) evaluasi integrasi kurikulum.

Pertama, Perencanaan. Integrasi kurikulum perlu mempertimbangkan

visi dan misi lembaga pendidikan, kebutuhan stakeholder, profil lulusan,

perumusan kompetensi lulusan, elemen-elemen kompetensi, penentuan

12 Lihat struktur organisasi, dalam Pekan Perkenalan Khutbatul ’Arsy Pondok

Modern Darussalam Gontor Ponorogo. 13 Interview dengan K.H. Hasan Abdullah Sahal, Pimpinan Pondok Modern

Darussalam Gontor, Kekhasan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

102

bahan kajian, beban belajar, struktur kurikulum dan silabus.14 Perencanaan

yang lengkap merupakan setengah dari manajemen kurikulum pesantren

modern.Visi dan misi pesantren modern yang mengintegrasikan sistem

sekolah dan pesantren yang berdisiplin tentu berbeda dengan pesantren pada

umumnya. Pondok Modern Gontor, misalnya, pesantren ini tidak mengenal

pemisahan antara ilmu umum dan ilmu agama. Oleh karena itu, pesantren

modern ini menjaga keseimbangan antara pendidikan umum dan pendidikan

agama.15 Paradigma keilmuan holistik ini berkonsekuensi pada konsep

kompetensi lulusan pesantren modern, yang menjadi acuan kompetensi isi

atau bahan kajian di pesantren (keislaman, keilmuan, dan kemasyarakatan).

Stakeholder atau pihak yang berkepentingan dengan lulusan pesantren

modern adalah masyarakat atau umat. Dalam konteks Pondok Modern

Darussalam Gontor, masyarakat pengguna lulusannya sangat beragam, baik

kalangan akademisi, politis, dunia usaha, pendidikan umum atau pun agama.

Barangkali, ini merupakan buah (berkah) dari arah dan tujuan (orientation)

pendidikan Gontor, yaitu: kemasyarakatan, kesederhanaan, berdikari, tidak

berpolitik praktis, dan tujuan utamanya murni ibadah thalabul ‘ilmi. Karena

begitu banyaknya permintaan masyarakat kepada lulusan Gontor, maka

dikenal istilah “Gontor tidak kemana-mana, tapi ada dimana-mana.” Tidak

kemana-mana, dalam arti swasta murni; tapi lulusan Gontor diminati dan

berarti di berbagai bidang dan segmen masyarakat.

14 Tresna Dermawan Kunaefi, dkk., Buku Panduan Pengembangan Kurikulum

Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah Allternatif Penyusunan Kurikulum)

(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008), p. 14. 15 Pekan Perkenalan Khutbatul ’Arsy Pondok Modern Darussalam Gontor

Ponorogo. Menurut Kyai Akrim, ilmu umum dan ilmu agama tidak bisa dipisahkan sebab

sumbernya satu, yaitu Allah Subhanahu Wata’ala. Wawancara dengan Drs. K.H. Akrim

Maryat, Dipl. Ad. Ed, Anggota Badan Wakaf, Kekhasan Pondok Modern Darussalam

Gontor. 10-10-2018. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Imam Suprayogo. Lihat: Imam

Suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an: Pergulatan Membangun Tradisi dan Aksi

Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2004), p. 162.

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

103

Profil lulusan pesantren modern perlu ditetapkan. Sebagai pendidikan

keagamaan pada jenjang menengah, profil lulusan pesantren modern adalah

menjadi ahli agama yang berperan-serta dalam kehidupan keagamaan

masyarakat.16 Dalam hal ini, profil lulusan KMI Gontor adalah bahwa

mereka memiliki hak untuk mengajar pendidikan agama pada tingkat

pendidikan menengah.17 Sedangkan sebagai lulusan Pondok Modern

Darussalam Gontor, mereka harus menjadi ulama yang intelek, bukan intelek

yang sekedar tahu agama;ulama perekat umat; ulama yang terjun ke

masyarakat, mengajarkan ilmunya meskipun di tempat yang terpencil;

menjalankan fungsinya sebagai mundzirul qoum, memberi peringatan kepada

masyarakat.

Kompetensi lulusan pesantren modern perlu dirumuskan. Dengan

mengacu kepada profil lulusan di atas, maka kompetensi lulusan KMI

Gontor meliputi kompetensi sikap spritual keagamaan sebagai

kepribadiannya, dibentuk melalui pendidikan keislaman; sikap sosialnya

sebagai ustadz yang mengajarkan pendidikan agama di tingkat pendidikan

menengah, dibentuk melalui pedidikan kepemimpinan dan keorganisasian;

sementara kompetensi pedagogis dan profesionalnya dibentuk melalui

pendidikan keilmuan dan keguruan.Kompetensi lulusan mengacu kepada

motto Gontor, yaitu: berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas,

dan berpikiran bebas. Kandungan elemen-elemen kompetensi perlu dikaji,

yaitu kompetensi kepribadian/ sikap spiritual keislaman (yang inclusive dan

tidak kontroversial), penguasaan ilmu dan ketrampilan, kemampuan

iqtishadiyah, al-maharah fit-tadris, dan kemasyarakatan (termasuk imamah

dan khithobah, juga kompetensi kepemimpinan dan keorganisasian).

16 Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional. 17 Lihat: “Syahadah” (KMI) Pondok Modern Darussalam Gontor, n.d.).

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

104

Kedua, Implementasi. Banyak faktor yang mempengaruhi

implementasi kurikulum dengan baik, dalam proses belajar mengajar dan

proses evaluasi belajar. Faktor-faktor itu utamanya adalah pendidik dan

manajemen pendidikan pesantren yang sehat dan professional.Kompetensi

pendidikberupa penguasaan materi, penguasaan strategi pembelajaran, dan

ketrampilan dalam menggunakan dan memanfaatkan sumber belajar

merupakan hal penting dalam upaya merealisasikan kurikulum.18 Terlebih

pada pesantren modern, para pendidik harus benar-benar mampu

menerapkan kompetensinya dalam proses interaksi pendidikan.

Manajemen pendidikan pesantren haruslah sehat dan professional. Hal

itu dapat dilihat dari pengembangan unsur-unsurnya: 1) pengembangan

rekruitmen dan penugasan pendidik secara proporsional; 2) pengembangan

rekruitmen dan penugasan tenaga kependidikan lain yang menunjuang

pelaksanaan pendidikan, seperti laboran, pustakawan, dll. 3) pengembangan

sdm secara berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraannya; 4)

pengembangan sarana dan prasarana; 5) pengembangan sistem penjaminan

mutu.19 Unsur-unsur di atas saling mengokohkan bangunan pendidikan

pesantren.

Ketiga, Evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum meliputi: 1) evaluasi

terhadap konteks; 2) evaluasi terhadap input atau masukan; 3) evaluasi

terhadap proses; dan evaluasi terhadap hasil.20 Dengan demikian, evaluasi

kurikulum bersifat komprehensif. Evaluasi terhadap konteks dilakukan untuk

melihat apakah kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan

stakeholder, yakni masyarakat atau umat. Pada kasus pesantren modern,

misalnya Pondok Modern Darussalam Gontor, pesantren ini telah

18 Muhaimin, dkk., Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) Pada Sekolah & Madrasah. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), p. 28. 19 Ibid., 34. 20 S. Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran (Jakarta: Bumi Aksara, n.d.), p. 133.

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

105

menjadikan masyarakat sebagai arah dan tujuan (orientation) pendidikannya,

maka apa yang diajarkan di Gontor adalah apa yang sekiranya dihadapi oleh

santri kelak di masyarakat.21 Dengan demikian, evaluasi konteks selalu

dilakukan di Gontor.

Evaluasi input (masukan) dilakukan dengan melihat komponen-

komponen yang berpengaruh pada kurikulum: 1) ketersediaan sumber daya

manusia dan sumber daya non-manusia. Para pendidik di pesantren sebagai

sumber daya manusia harus memiliki kompetensi paedagogik, professional,

kepribadian, dan sosial serta kepemimpinan. Sedangkan sumber daya non

manusia adalah seperti media, sarana dan prasarana yang memadai. 2)

evaluasi terhadap dokumen kurikulum, untuk melihat apakah ada yang harus

disempurnakan. 3) kesiapan peserta didik (santri), dilakukan dengan melihat

respon mereka terhadap kurikulum yang diberlakukan. Evaluasi terhadap

proses dilakukan untuk melihat secara jelas mengenai apa kendala-kendala

dan hambatan-hambatan yang terjadi dalam implementasi kurikulum,

kemudian dicari dan diupayakan solusinya.22 Dengan demikian pelaksanaan

proses kurikulum dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan dalam

dokumen kurikulum.

Evaluasi terhadap hasil, membedakan antara output dan outcomes.

Hasil langsung yang dimiliki oleh peserta didika dari suatu proses

pembelajaran disebut output. Adapun outcomes adalah hasil setelah beberapa

saat yang bersangkutan menyelesaikan pendidikannya di suatu lembaga

pendidikan.23 Evaluasi output di atas dilakukan terhadap semua domain

belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini sesuai dengan tujuan

pendidikan untuk meningkatkan seluruh aspek kecerdasan, meliputi

21 Pekan Perkenalan Khutbatul ’Arsy Pondok Modern Darussalam Gontor

Ponorogo. 22 S. Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), p.

149. 23 Ibid., p. 142.

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

106

kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan intelektual.

Adapun evaluasi outcomes dilakukan dengan melihat keberadaan alumninya

dari berbagai aspek: 1) kelanjutan studi, 2) peran, fungsi, perjuangan dan

profesi di masyarakat, dst. Hal ini dievaluasi untuk mengetahui apakah

kompetensi lulusan sesuai dengan orientasi kemasyarakatan (kebutuhan dan

harapan stakeholder).

Bagan 2.2. Manajemen Kurikulum Integrative

C. Metodologi

Kajian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan rancangan studi

kasus. Oleh karena itu peneliti berangkat dari paradigma interpretif. Peneliti

memulai tahapan penelitiannya dengan memilih situasi sosial, yaitu Pondok

Modern Darussalam Gontor (place), melakukan interview dengan anggota

Badan wakaf, pimpinan, dan lain-lain (actors), dengan fokus kepada

manajemen kurikulum pesantren Gontor (activities).

Tahap berikutnya, melaksanakan observasi partisipan dan wawancara

I. Dalam hal ini peneliti tidak mengalami kendala yang berarti karena

peneliti termasuk “insider” di pesantren Gontor, sehingga bisa ikut

mengembangkan kurikulum KMI yang berbasis subyek akademik dalam

bentuk pembelajaran di kelas; ikut pula mengembangkan kurikulum

Pengasuhan Santri, yang berbasis rekonstruksi sosial,dalam bentuk isyraf

atau bimbingan kegiatan harian, seperti pembinaan bahasa, pembinaan

pramuka, pendampingan belajar santri di luar kelas pada malam hari. Di

Manajemen integrasi

Kurikulum KMI

Struktur kurikulum

Model kurikulum

Kurikulum Pengasuhan Santri

Struktur kurikulum

Model kurikulum

Perencanaan,

Implementasi, Evaluasi

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

107

Gontor, santri wajib belajar malam setelah shalat jamaah isya’ minimal

sampai jam 22.00 wib. Begitu beragam kegiatan belajar santri yang dapat

diobservasi, baik akademik maupun non akademik, dari belajar dirasah

Islamiyah, maharah lughawiyah, dirasah ‘ammah, praktik fisika di

laboratorium, shalat berjamaah, puasasunnah, manasik haji, pemeliharaan

jenazah; termasuk maharah khusus kelas 6 sebagai kompetensi lulusan;

mengikuti ujian (lisan, praktik, tulis); hingga berbagai kegiatan

keorganisasian, seperti OPPM, GKP, rayon, dan konsulat.

Setelah hasil observasi dan wawancara di atas dicatat, peneliti

melaksanakan observasi deskriptif, yaitu lebih spesifik terhadap kurikulum

KMI dan kurikulum Pengasuhan Santri, dan pengembangannya.Setelah itu

peneliti melakukan analisis domain terhadap model-model pendekatan

kurikulum, dari domain kurikulum subjek akademik, humanistik, teknologis,

hingga rekonstruksi sosial. Observasi terfokus peneliti lakukan terhadap

dokumen kurikulum KMI yang memuat struktur mata pelajaran, berupa

kelompok pengetahuan dengan berbagai cabang disiplinnya; dan terhadap

dokumen kurikulum Pengasuhan Santri, yang daftar kegiatan aktualisasi/

ekspresi diri dalam bentuk show dan kompetisi individual atau antar rayon

atau klub kegiatan tertentu. Tidak luput dari observasi ini kegiatan khusus

kelas 6, sebagai calon ulama, seperti dril fashahah dalam membaca al-

Qur’an, tajaddud imamah dan khithabah, show.

Berdasarkan hasil observasi di atas, peneliti selanjutnya melakukan

analisis taksonomi terhadap kedua kurikulum KMI dan Pengasuhan Santri.

Setiap kurkulum tentu mencakup elemen-elemen tujuan, isi maupun cara

yang digunakan dalam mencapai tujuan pendidikan masing-masing. Tahap

berikutnya, peneliti melakukan observasi terseleksi terhadap kurikulum KMI

dan Pengasuhan Santri. Dalam hal ini peneliti membatasi kajiannya pada

aspek manajemen. Untuk itu peneliti melakukan analisis komponensial,

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

108

yakni fungsi-fungsimanajemen integrasikurikulum. Pada akhirnya, peneliti

melakukan analisis tema, untuk mencapai kepada temuan budaya, kemudian

menulis laporan.

Sesuai dengan metode penelitian kualitatif, pengecekan keabsahan data

peneliti lakukan dengan kriteria kredibilitas, transferabilitas, dependebilitas,

dan konfirmabilitas; sedangkan teknik analisa data peneliti lakukan dengan

model Miles dan Huberman, yakni pengumpulan, reduksi, penyajian, dan

verifikasi data. penyimpulan.

D. Temuan Penelitian

Pertama, Manajemen Kurikulum KMI Gontor. Manajemen kurikulum

KMI Gontor dilihat dari paradigma pengembangan kurikulum KMI,

perencanaan kurikulum KMI, implementasi kurikulum KMI dan evaluasi

kurikulum KMI Gontor. Paradigma pengembangan kurikulum KMI Gontor

adalah paradigma keseimbangan (equalibrium) pendidikan umum dan

pendidikan agama, metode aktif pembelajaran bahasa Arab dan Inggris, dan

sistem asrama yang berdisiplin. Paradigma ini diturunkan ke dalam

silabusnya yang mengelompokkan mata pelajaran menjadi 3 kelompok

besar, yaitu dirasah islamiyah (PAI), dirasah arabiyah (PBA), dan dirasah

‘ammah (pendidikan umum).

Perencanaan kurikulum KMI Gontor dilakukan melalui tahapan-

tahapan, dari menganalisis orientasi kemasyarakatan (stakeholder),

menyusun struktur keilmuan (dirasah islamiyah, dirasah arabiyah, dan

dirasah ‘ammah), silabus, perancangan buku ajar. Implementasi kurikulum

KMI Gontor dilakukan dalam proses pembelajaran di dalam kelas dan luar

kelas. Guru pada umumnya menggunakan metode yang bervariasi,

tergantung materi, tujuan, dan situasi santri saat pembelajaran. Semua mata

pelajaran harus mengandung akhlaqul karimah dan berkontribusi terhadap

pembentukan sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Bahasa pengantar untuk

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

109

pembelajaran materi dirasah islamiyah dan arabiyah untuk kelas 2 keatas

adalah bahasa Arab yang fashih, sedangkan materi bahasa Inggris

disampaikan dalam bahasa Inggris. Sedangkan materi pendidikan umum

tetap menggunakan bahasa nasional, Indonesia.

Evaluasi kurikulum KMI Gontor dilakukan dalam empat bentuk, yaitu:

1) evaluasi konteks, dengan menilai relevansi kurikulum dengan orientasi

kemasyarakatan dan perkembangan sosio-kultural; 2) evaluasi input, yang

terdiri dari dokumen, ketersediaan tenaga pendidik dan kependidikan,

kecukupan sarana-prasarana dan kesiapan peserta didik; 3) evaluasi proses,

dengan tanda tangan pengesahan (validation) i’dad tadris (perencanaan

pembelajaran), pemeriksaan i'dad tadris, kritik atas praktik pembelajaran,

supervisi kelas-kelas, rapat kemisan untuk evaluasi pembelajaran. Evaluasi

proses juga melalui penyelenggaraan ujian pertengahan tahun dan akhir

tahun, yang meliputi ujian lisan, ujian praktik, dan ujian tulis.

Kedua, Manajemen Kurikulum Pengasuhan Santri Gontor. Manajemen

kurikulum Pengasuhan Santri Gontor secara operasional dapat dilihat dari

paradigma pengembangan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi

kurikulum. Paradigma pengembangan kurikulum Pengasuhan Santri Gontor

adalah mengembangkan kurikulum (kegiatan santri untuk pengembangan

diri, baik di bawah tanggung jawab OPPM maupun Koordinator Gerakan

Pramuka) dengan mengacu kepada nilai (jiwa), visi dan misi, falsafah

Trimurti, dan motto pondok (berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan

luas, berpikiran bebas).

Perencanaan kurikulum Pengasuhan Santri Gontor dilakukan dengan

tahapan-tahapan, mulai dari analisis kebutuhan aktualisasi diri santri (the five

basic needs), pembacaan hasil musyawarah kerja organisasi, menyusun

jadwal atau kalender program kerja, perekrutan musyrif dan mudabbir sesuai

program kerja. Implementasi kurikulum Pengasuhan Santri Gontor adalah

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

110

melaksanakan semua kegiatan atau program kerja. Semua itu merupakan

hasil musyawarah kerja antar santri sendiri, baik di tingkat OPPM, Bagian-

bagian, Rayon, kamar; atau pun Koordinator Gerakan Pramuka, Andalan-

andalan, Gugus Depan, hingga ambalan-ambalan dan pasukan-pasukan

pramuka. Secara umum program kerja itu meliputi pengembangan sikap

spiritual dan kepribadian; kecakapan kepemimpinan dan keorganisasian;

penguasaan keilmuan dan kebahasaan; kesenian dan budaya; olah raga dan

kesehatan; serta ketrampilan iqtishadiyah (ekonomi dan bisnis).

Evaluasi kurikulum Pengasuhan Santri Gontor dilakukan dalam empat

bentuk, yaitu: 1) evaluasi konteks, dengan memberi penilaian terhadap

relevansi kegiatan santri dengan orientasi kemasyarakatan (stakeholder) dan

perkembangan sosio-kultural; 2) evaluasi input, meliputi evaluasi dokumen

kegiatan, ketersediaan mudabbir dan musyrif; kecukupan sarana dan

prasarana; serta kesiapan santri; 3) evaluasi proses, dengan menilai kegiatan

harian, mingguan, tengah-tahunan, bahkan tahunan; untuk meningkatkan

kinerja mudabbir dan musyrif; 4) evaluasi hasil, dengan berorientasi pada

proses (sikap dan perilaku santri dalam beraktivitas, untuk pengembangan

kecakapan hidup (life skills) santri sesuai dengan motto pondok.

Ketiga, Manajemen integratif Kurikulum KMI dan Pengasuhan Santri

Gontor. Secara operasional manajemen integrase kurikulum KMI dan

Pengasuhan Santri meliputi paradigma pengembangan, perencanaan,

implementasi dan evaluasi. Paradigma pengembangan integrasi kurikulum

KMI dan Pengasuhan Santri adalah dengan menjadikan ide-ide Trimurti

(panca jiwa, motto, panca jangka, dst) sebagai blue-print pengembangan

pesantren.24 Motto pendidikan dan pengajaran di Pondok Modern

24 Telah ditetapkan ada 9 elemen blue-print pendidikan Gontor, meliputi: Khutbatul

‘arsy untuk pemula dan dewasa, piagam penyerahan wakaf, pesan Trimurti pada pembukaan

perguruan tinggi 1963, persemar (siaran, maklumat peristiwa 19 Maret 1967), AD-ART

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

111

Darussalam Gontor: berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas,

berpikiran bebas; dijabarkan dalam: 1) Kurikulum Pengasuhan Santri; 2)

Kurikulum KMI. Pendidikan pesantren (sistem asrama yang berdisiplin):

mencakup sistem kegiatan OPPM, KGP, rayon, dan konsulat. Pengajaran di

KMI: mencakup struktur kurikulum KMI tiap-tiap kelas. Peranan guru

adalah: membimbing (musyrif) santri di wilayah pendidikan pesantren dan

mengajar (mudarris) siswa di wilayah pengajaran KMI, di samping tetap

menuntut ilmu (thalib jami’ah) di Unida Gontor.

Perencanaan integrasi kurikulum KMI dan Pengasuhan Santri

dilakukan dengan menganalisis orientasi kemasyarakatan (stakeholder),

menetapkan profil lulusan sebagai ulama perekat umat; ulama yang intelek,

bukan intelek yang sekedar tahu agama; motto pondok: berbudi tinggi,

berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas; menetapkan

kompetensi lulusan; menetapkan kalender kegiatan pondok tengah-tahunan,

dari periode Ramadhan-Rabiul Awwal (ujian pertengahan tahun) dan periode

Rabiuts Tsani-Sya’ban (ujian akhir tahun); musyawarah kerja untuk

menghasilkan program-program kerja sesuai dengan visi dan misi pondok.

Secara praksis, KMI dan Pengasuhan santri, melakukan perencanaan

progam masing-masing dalam menghadapi awal tahun ajaran atau tengah

tahun ajaran pondok. Kalender pondok dirancang bersama oleh staf

sekretariat pondok, KMI dan Pengasuhan santri. Sebagai lembaga

pendidikan formal di lingkungan Pondok Modern Darussalam Gontor, KMI

memiliki kurikulum tersendiri, dengan pendekatan, model, desain,

implementasi dan evaluasinya sendiri. Begitu pula dengan Pengasuhan

Santri, sebagai sebuah lembaga pendidikan yang bertanggung jawab atas

Badan Wakaf dan Lembaga-lembaga, wasiat nilai-nilai yang diwariskan oleh pendiri

pondok, khususnya yang tertulis (bukan karangan/ mengada-ada dan penafsiran), dan

komposisi anggota Badan Wakaf. Interview dengan K.H. Hasan Abdullah Sahal, Pimpinan

Pondok Modern Darussalam Gontor, Kekhasan Pondok Modern Darussalam Gontor. 10-10-

2018.

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

112

pendidikan non formal dan informal, telah memiliki model kurikulum yang

khas, dengan pendekatan, desain, implementasi dan evaluasinya. Integrasi

keduanya secara efektif dan efisien mutlak diperlukan. Untuk itu diperlukan

suatu manajemen yang efektif dan efisien pula.

Implementasi integrasi kurikulum KMI dan Pengasuhan Santri adalah

saling menguatkan program kegiatan, sebab telah terciptanya peran dan

fungsi pendidik secara integral. Domain peran dan fungsi isyraf ustadz

meliputi staf pengasuhan; musyrif bahasa; musyrif pelajaran sore dan

muhadharah; musyrif penerimaan tamu; musyrif perpustakaan; musyrif

kopel-kantin-dapur, dll; musyrif kelas 5; musyrif kelas 6; musyrif kelas 3

intensif dan 4; musyrif kelas 2 dan kelas 1 intensif; musyrif kelas 1; termasuk

juga musyrif konsulat; musyrif pramuka/ mabikori; musyrif rayon.Jika

digambarkan dalam diagram:

Evaluasi integrasi kurikulum KMI dan Pengasuhan Santri mencakup

evaluasi konteks, evaluasi input, evaluasi proses, dan evaluasi hasil. Evaluasi

integrasi kurikulum Pondok Modern berarti mengatur orang-orang dalam

track yang benar sehingga tidak terjadi konflik horizontal atau vertical. Dari

Motto Pendidikan dan Pengajaran di PMDG

Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berpikiran bebas

Kurikulum pesantren yang berorientasi humanis--rekonstruksi sosial

Struktur kegiatan OPPM, KGP, rayon, dan konsulat

Kurikulum KMI yang berorientasi subjek akademik--teknologis

Struktur Kelompok Mata Pelajaran KMI

Manajemen Kurikulum integrative

di Pondok Modern Darussalam

Gontor

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

113

sinilah muncul berbagai strategi, seperti sistem tashrih, jasus, bulis lail dan

lain sebagainya.

Sistem tashrih (recommation) adalah salah satu temuan dalam

penelitian ini, yaitu anak yang tidak bisa mengikuti suatu kegiatan, baik

karena halangan sakit, atau benturan kegiatan, seorang santri akan minta

tashrih untuk menjalani pengobatan atau perawatan kesehatan. Sistem

tashrih ini sesungguhnya merupakan sistem komunikasi antar organisasi,

dan ini juga sesungguhnya merupakan salah satu manajemen konflik. Begitu

juga dengan sistem jasus (spy) untuk memastikan suatu disiplin bahasa,

misalnya, benar-benar berjalan di level grassroot sekalipun. Sementara itu

sistem taujihat wal irsyadat (orientation), al-kulaimat wan nashaih (pesan

dan nasehat) merupakan sistem komunikasi untuk meneduhkan hati dan

mencerah pikiran para santri.

Selain itu, ada sistem bulis lail (haritsul ma’had lailan). Al-ma’hadu la

yanamu, pondok tidak tidur, itulah jargon dinamika pondok; di malam hari

saat sebagian santri tidur pun masih ada orang-orang yang bertugas menjaga

keamanan kampus, mereka tidak lain adalah santri itu sendiri. Manajemen

integrasi secara fungsional mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi kurikulum kegiatan seluruh lembaga di pondok (utamanya KMI dan

Pengasuhan Santri) dalam suatu kalender bersama.

E. Penutup

Manajemen kurikulum KMI Pondok Modern Darussalam Gontor

menjaga keseimbangan pendidikan umum dan agama, metode aktif

pembelajaran bahasa Arab dan Inggris, dan sistem asrama yang berdisiplin;

dengan menggunakan paradigma keilmuan holistik. Struktur kurikulumnya

meliputi kelompok mata pelajaran dirasah islamiyah, dirasah ‘arabiyah, dan

dirasah ‘ammah. Model pengembangannya diarahkan untuk membentuk

calon ulama perekat umat; ulama intelek, bukan intelek yang sekedar tahu

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

114

agama; dengan karakter yang tergambar dalam motto: berbudi tinggi,

berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas. Kurikulum KMI

dirancang dengan orientasi kemasyarakatan, dijabarkan dalam struktur

kurikulum dan silabus. Guru mengembangkan silabus dalam bentuk i'dad

tadris (perencanaan pembelajaran).

Manajemen Pengasuhan Santri adalah mengembangkan kurikulum

khusus pendidikan non-formal, yang mengacu kepada visi dan misi Pondok

Modern Darussalam Gontor. Kurikulum Pengasuhan Santri model

pengembangannya cenderung kepada pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri

santri, dan ekspresi diri dalam berbagai bidang (olah raga, kesenian,

ketrampilan, dan lain-lain) melalui latihan-latihan (drill), berbagai even show

dan kompetisi. Kurikulumnya berisi kehidupan itu sendiri. Kehidupan yang

berasrama dan berdisiplin, para santri belajar kepemimpinan dan

keorganisasian, menggali masalah yang mereka hadapi bersama dan

memecahkannya melalui mekanisme keorganisasian.

Implikasi penerapan manajemen integrasi kurikulum di pesantren

modern: 1) adanya perpaduan dua kubu ideologis. Gontor bukan milik

golongan tradisionalis Islam ataupun golongan modernis Islam. Gontor

berdiri di atas dan untuk semua golongan. Gontor merupakan pesantren yang

telah berhasil merekatkan ormas-ormas yang berbeda namun masih dalam

naungan faham ahlussunnah wal jamaah; 2) Kurikulum atau isi pendidikan

di Gontor berparadigma keilmuan holistik. Tidak ada pemisahan antara ilmu-

ilmu umum dan agama; 3) bahan kajian (kitab kuning—kitab kontemporer)

yang saling menguatkan; 4) kompetensi lulusan adalah komprehensif,

mencakup kompetensi keulamaan dan keintelektualan yang dipadukan

dengan kompetensi kepribadian dan kemasyarakatan; 5) Kedua model

kurikulum antara KMI (akademik dan teknologis) dan Pengasuhan Santri

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

115

(humanistik dan rekontruktif) membentuk model hubungan simbiosis-

mutualisme. Menciptakan kultur pesantren yang inklusif-integratif.

Daftar Pustaka

Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan

Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Basyir, Zainul Fuad. 1999. KH Imam Zarkasyi Tentang Modernisasi Pondok

Pesantren: Studi Kasus Di Pondok Pesantren Modern Gontor.

Richarch L, Daft. 2002. Manajemen (Terj. Emil Salim, Dkk.). Jakarta:

Erlangga.

Drs. K.H. Akrim Maryat, Dipl. Ad. Ed, Anggota Badan Wakaf. Kekhasan

Pondok Modern Darussalam Gontor, October 10, 2018.

Usman, Husaini. 2010. Manajemen: Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Suprayogo, Imam. 2004. Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an: Pergulatan

Membangun Tradisi Dan Aksi Pendidikan Islam. Malang: UIN

Malang Press.

K.H. Hasan Abdullah Sahal, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Kekhasan Pondok Modern Darussalam Gontor, October 10, 2018.

Muhaimin. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di

Sekolah, Madrasah, Dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT

RajaGrafindo Perkasa.

Muhaimin, dkk. 2008. Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah & Madrasah. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah. 2003. Departemen Agama RI,

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Pekan Perkenalan Khutbatul ’Arsy Pondok Modern Darussalam Gontor

Ponorogo, n.d.

Hasan, S Hamid. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Educan : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 2, No. 2, Agustus 2018

116

S. Nasution. Kurikulum Dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara, n.d.

“Syahadah.” KMI (Kulliyyatul Mu’allimin al-Isamiyyah) Pondok Modern

Darussalam Gontor, n.d.

Thoriqussu’ud, Muhammad. “Model-Model Pengembangan Kajian Kitab

Kuning Di Pondok Pesantren.” Jurnal At-Tajdid, Vol. 1, No. 2, 2012.

Kunaefi, Tresna Dermawan dkk. 2008. Buku Panduan Pengembangan

Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah

Allternatif Penyusunan Kurikulum). Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional (2003).