integrasi nasional
DESCRIPTION
tugas kuliahTRANSCRIPT
![Page 1: integrasi nasional](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082516/55cf9048550346703ba4a427/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dewasa ini, pengetahuan kita mengenal kebudayaan Indonesia sangatlah
kurang, anak muda zaman sekarang lebih megetahui tentang moderanisasi
ketimbang tradisional. Pengaruh kebudayaan luar menyebabkan kurangnya
pengetahuan kita mengenai proses kebudayaan tentang ada di Indonesia.
Kurangnya pengetahuan akan hak dan kewajiban kita sebagai warga Negara
menimbulkan hilangnya rasa persatuan kita baik terhadap sesama maupun
Negara. Masing-masing Individu lebih mementingkan kepentingannya sendiri,
tanpa ada rasa peduli terhadap sesamanya.
Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, haruslah memiliki rasa
Integrasi nasional. Yaitu suatu sikaf kepedulian terhadap sesama serta memiliki
rasa persatuan yang tinggi, baik terhadap Bangsa Negara, Agama serta
Keluarga.
Dalam makalah ini, kami ingin menjelaskan tantang makna Integrasi
Nasional, serta penyebab terjadinya integrasi nasional dan upaya yang harus
dilakukan dalam integrasi nasional.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah ada, maka rumusan permasalahatan yang
terkait dengan Integrasi Nasional diantaranya :
1. Definisi Integrasi Nasional menurut bahasa?
2. Bagaimana Gambaran realitas Indonesia yang plural dan multikultural?
3. Faktor apa saja yang mendorong Integrasi?
4. Faktor apa saja yang dapat menghambat integrasi?
5. Upaya apa yang harus dilakukan dalam membangun integrasi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yang sesuai dari rumusan masalah
diatas,yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian integrasi.
2. Untuk mengetahui gambaran realitas Indonesia yang plural dan multicultural.
![Page 2: integrasi nasional](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082516/55cf9048550346703ba4a427/html5/thumbnails/2.jpg)
3. Untuk mengetahui factor-faktor pendorong integrasi.
4. Untuk mengetahui factor-faktor yang bisa mengancam integrasi.
5. Untuk mengetahui upaya yang harus dilakukan dalam membangun integrasi.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini diantaranya :
1. Memperluas cakrawala berfikir kita mengenai masalah-masalah yang ada di
Indonesia.
2. Sebagai media informasi dalam dunia pendidikan.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian Integrasi Nasional
Istilah Integrasi Nasional berasal dari dua kata yakni Integrasi dan
Nasional. Menurut istilah Integrasi mempunyai arti sebagai pembaruan atau
penyatuan, sehingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat.
Menurut istilah Nasional mempunyai arti sebagai kebangsaan. Yang
meliputi suatu bangsa seperti ciri-ciri nasional, tarian tradisional, perusahaan
nasional. Sehubungan dengan penjelasan kedua istilah diatas, maka integrasi
nasional identik dengan integrasi bangsa yang mempunyai pengertian suatu
![Page 3: integrasi nasional](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082516/55cf9048550346703ba4a427/html5/thumbnails/3.jpg)
proses penyatuan atau pembaruan berbagai aspek sosial budaya ke dalam suatu
wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa. Yang harus dapat
menjamin terwujudnya keselarasan dan keseimbangan dalam menapai tujuan
bersama sebagai suatu bangsa.
Integrasi nasional sebagai suatu konsep dalam ikatan dengan wawasan
kebangsaan dalam Negara Kesatuan Indonesia yang berlandaskan pada aliran
pemikiran atau paham integralistik yang berhubungan dengan paham idealisme
untuk mengenal dan memahami sesuatu yang harus dicari kaitannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti
dua macam, yaitu:
1. Secara politis, integrasi nasional adalah proses penyatuan berbagai kelompok
budaya dan sosial ke dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu
identitas nasional.
2. Secara antropologis, integrasi nasional adalah proses penyesuaian di antara
unsur-unsur kebudayaan yang berbeda,
sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan bermasyarakat
dan berbangsa.
Perwujudan integrasi nasional masyarakat dan budaya bangsa Indonesia
yang heterogen ( beraneka macam ) itu diungkapkan dalam semboyan
“Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda suku bangsa, agama, budaya
daerah, tetapi tetap satu bangsa.
Istilah Bhinneka Tunggal Ika pertama kali diungkapkan oleh seorang Empu
terkenal di Kerajaan Majapahit, yaitu Empu Tantular, dalam kitab Sutasoma.
Di Indonesia istilah integrasi masih sering disamakan dengan istilah
pembauran atau asimilasi, padahal kedua istilah tersebut memiliki perbedaan.
Integrasi diartikan dengan integrasi kebudayaan, integrasi social, dan pluralisme
social. Sementara pembauran dapat berarti penyesuaian antar dua atau lebih
kebudayaan mengenai beberapa unsur kebudayaan (culutural traits) mereka
yang berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem
kebudayaan yang selaras (harmonis).
Dengan demikian Integrasi nasional dapat diartikan penyatuan bagian-bagian
yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh,
atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi
suatu bangsa (ICCE,2007). Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat
kompleks dan multidimensional. Untuk mewujudkan deperlukan keadilan
kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku,
![Page 4: integrasi nasional](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082516/55cf9048550346703ba4a427/html5/thumbnails/4.jpg)
agama, bahasa, gender, dan sebagainya. Sebenarnya upaya membangun
keadilan, kesatuan, dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya
membangun dan membina stabilitas politik disamping upaya lain seperti
banyaknya keterlibatan pemerintah dalam menentukan komposisi dan
mekanisme parlemen.
Dengan demikian upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu
dilakukan terus agar terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya
pembangunan dan pembinaan integrasi nasional ini perlu, karena pada
hakikatnya integrasi nasional tidak lain menunjukkan tingkat kuatnya kesatuan
dan persatuan bangsa yang diinginkan (Mahfud, 1993). Pada akhirnya persatuan
dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya negara yang
makmur aman dan tenteram. Jika melihat konflik yang terjadi di Aceh, Ambon,
Kalimantan Barat, dan Papua merupakan cermin dari belum terwujudnya
integrasi nasional yang diharapkan selama ini.
Jika pada masa Orde Baru, ancaman terbesar bagi integrasi nasional
cenderung datang dari akumulasi kekecewaan daerah terhadap pusat, atau
konflik yang bersifat vertical, maka dewasa ini, kekerasan dan konflik horizontal
menjelma menjadi ancaman serius bagi integrasi nasiona. Kuatnya tradisi
dominasi kekuatan politik otoriter selama 32 tahun sebagai pemaksa utama
integrasi nasional menimbulkan kekhawatiran besar atas kemampuan bangsa ini
untuk secara demokratis mengelola perbedaan dan mengatasi konflik internal.
Untuk keluar dari berbagai komplikasi permasalahan mengenai konflik dan
integrasi nasional, perlu deteliti sisi lain dari konflik menurut Dahrendorf, yaitu
bahwa konflik juga dilihat sebagai mekanisme alamiah dalam konteks
rekonstruksi social untuk mencari keseimbangan baru dalam masyarakat.
Karenanya, jika mengacu kepada sisi tersebut, analisis terhadap, konflik
kekerasaan yang kini terjadi dapat diarahkan untuk mengidentifikasi unsur-unsur
disintegrasi, serta kemudian menghilangkan unsure-unsur tersebut guna
mencapai keseimbangan baru baru. Unsur-unsur disintegratif yang paling
menonjol dewasa ini seperti yang telah diurai diatas adalah menonjolnya sifat
ekstrimitas, deficit kepercayaan social dan ambruknya nilai-nilai kemanusiaan.
Unsur-unsur disintegratif tersebut hanaya dapat dihilangkan dengan cara
melakukan proses transformasi konflik, yaitu menyalurkan energy negatif
kepada saluran-saluran alternatif yang akan mengelola konflik tersebut.
Karenanya, untuk mengatasi komplikasi antara konflik kekerasan, politik identitas
dan konsolidasi demokrasi, diperlukan komitmen politik dari para elit politik untuk
![Page 5: integrasi nasional](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082516/55cf9048550346703ba4a427/html5/thumbnails/5.jpg)
memulai suatu projek jangka panjang, merumuskan suatu cetak biru mengenai
strategi dan taktik proses nation building untuk membangun kultur baru bangsa
yang mengapresiasi perbedaan sebagai modal social dan mencetak generasi
yang terinspirasi oleh kata-kata bijak dai Voltaire (1694-1778): I datest what you
say but will defend to the death your right to say it.
B. Gambaran Realitas Indonesia yang Plural dan Multikultural
Manusia hidup dalam reliatas yang plural, hal yang sama juga pada
masyarakat Indonesia yang majemuk (plural society). Corak masyarakat
Indonesia adalah berBihneka Tungal Ika, bukan lagi keanekaragaman suku
bangsa dan kebudayaannya, melainkan keanekaragaman kebudayaan yang
berada dalam masyarakat Indonesia. Dalam masyarakat majemuk, seperti
Indonesia dilihat memiliki suatu kebudayaan yang berlaku secara umum dalam
masyarakat.
Masyarakat yang plural merupakan “belati” bermata ganda dimana
pluralitas sebagai rahmat dan sebagai kutukan. Pemahaman pluralitas sebagai
rahmat adalah keberanian untuk memerima perbedaan. Menerima perbedaan
bukan hanya dengan kompetensi ketrampilan, melainkan lebih banyak terkait
dengan persepsi dan sikap sesuai dengan realitas kehidupan yang menyeluruh.
Sedangkan pluralitas sebagai kutukan akan menimbulkan sikap penafian
terhadap yang lain, baik individu ataupun kelompok, karena dianggap berbeda
dengan dirinya, dan perbedaan dianggap menyimpang atau salah. Penafian
terhadap yang lain, pada hakekatnya adalah pemaksaan keseragaman dan
menghilangkan keunikan jati diri yang lain, baik individu atau komunitas.
Menurut Suparlan yang mengutip dari Fay, Jary dan J. Jary dalam acuan
utama masyarakat yang multikultural adalah multikulturalisme, yakni sebuah
ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesedrajatan baik
secara individu ataupun secara kebudayaan.
Multikulturalisme secara etimologis marak digunakan pada tahun 1950 di
Kanada. Menurut longer oxford directionary istilah “multiculturalme” merupakan
deviasi kata multicultural kamus ini meyetir dari surat kabar di Kanada, Montreal
times yang menggambarkan masyarakat Montreal sebagai masyarakat
multicultural dan multilingual.
Multikulturalisme ternyata bukanlah pengertian yang mudah. Dimana
mengandung dua pengertian yang kompleks, nyaitu “multi” yang berarti plural
dan“kulturalisme” berisi tentang kultur atau budaya. Istilah plural mengandung
![Page 6: integrasi nasional](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082516/55cf9048550346703ba4a427/html5/thumbnails/6.jpg)
arti yang berjenis-jenis, karena pluralisme bukan sekedar pengakuan akan
adanya hal yang berjenis-jenis tetapi pengakuan tersebut memiliki implikasi
politis, sosial, ekonomi dan budaya. Dalam pengertian tentang multikulturalisme
memiliki dua ciri utama yakni :
1. kebutuhan terhadap pengakuan (the need of recognition).
2. legitimasi keanekaragaman budaya atau pluralisme budaya.
Masyarakat yang adil bukanlah hanya menjamin the greatest good for the
greates number yang terkenal dengan prinsip demokrasi. Filsafat Rawls
menekankan arti pada self interest dan aspirasi pengenal dari seseorang.
Manusia dilahirkan tanpa mengetahui akan sifat-sifatnya, posisi sosialnya,
dan keyakinan moralnya, maka manusia tidak mengetahui posisi
memaksimalkan kemampuannya. Maka Rawls mengemukakan dua prinsip
yakni :
1. Setiap manusia harus memiliki maksimum kebebasan individual dibandingkan
orang lain.
2. Setiap ketidaksamaan ekonomi haruslah memberikan keuntungan kemungkinan
bagi yang tidak memperoleh keberuntungan.
Menurutnya institusional yang menjamin kedua prinsip tersebut adalah
demokrasi konstitusional.
Azyumardi Azra mengatakan, bahwa konsep kerangka masyarakat
multikultural dan multi kulturalisme secara subtantif tidaklah terlalu baru di
Indonesia dikarenakan jejaknya dapat ditemukan di Indonesia, dengan prinsip
negara ber-Bhenika Tunggal Ika, yang mencerminkan bahwa Indonesia adalah
masyarakat multikultural tetapi masih terintregrasi ke-ikaan dan persatuan.
Walaupun multikulturalisme telah digunakan oleh para pendiri bangsa
dalam rangka mendisein kebudayaan bangsa Indonesia, tetapi bagi orang
Indonesia multikulturalisme adalah konsep yang asing. Konsep multikulturalisme
tidaklah sama dengan konsep keanekaragaman secara suku bangsa atau
kebudayaan suku bangsa yang menjadi ciri masyarakat majemuk, karena konsep
multikulturalisme menekankan keanekaragaman dan kesederajatan.
Multikulturalisme harus mau mengulas berbagai permasalahan yang
mengandung ideologi, politik, demokrasi, penegakan hukum, keadialan,
kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti golongan minoritas,
prinsip-prinsip etika dan moral dan peningkatan mutu produktivitas.
Multikulturalisme bukanlah sebuah wacana, melainkan sebuah ideologi
yang harus diperjuangkan karena dibutuhkan sebagai etika tegaknya demokrasi,
![Page 7: integrasi nasional](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082516/55cf9048550346703ba4a427/html5/thumbnails/7.jpg)
HAM, dan kesejahteraan hidup masyarakat. multikulturalisme sebagai ideologi
tidaklah berdiri sendiri terpisah dari ideologi-ideologi lainnya. Multikulturalisme
memerlukan konsep bangunan untuk dijadikan acuan guna memahami
mengembangluaskannya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam memahami
multiklturalisme, diperlukan landasan pengetahuan berupa konsep-konsep yang
relevan dan mendukung serta keberadaan berfungsinya multikulturalisme dalam
kehidupan.
Akar dari multikulturalisme adalah kebudayaan. Kebudayaan yang
dimasudkan disini adalah konsep kebudayaan yang tidak terjadi pertentangan
oleh para ahli, dikarenakan multikulturalisme merupakan sebuah alat atau
wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaannya. Oleh karena
itu kebudayaan harus dulihat dari perfektif fungsinya bagi manusia.
C. Faktor-Faktor pendorong Integrasi
Adapun faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut:
a. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
b. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia
sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
c. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia,
sebagaimana dibuktikanperjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi
kemerdekaan.
d. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana
dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
e. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi
Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan
Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
f. Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengansemboyan
Bhinneka Tunggal Ika.
g. Pengembangan budaya gotong royong yang merupakan ciri khas kepribadian
bangsa Indonesia secara turun temurun.
D.Faktor-faktor penghambat integrasi
Adapun factor-factor penghambat integrasi,sebagai berikut:
a. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor
kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa
daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya.
![Page 8: integrasi nasional](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082516/55cf9048550346703ba4a427/html5/thumbnails/8.jpg)
b. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi
oleh lautan luas.
c. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang
merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari
dalam maupun luar negeri.
d. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di
masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme
dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.
e. Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang
menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya
suku bangsa lain.
f. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, baik melewati kontak langsung maupun
kontak tidak langsung.
g.Kontak langsung, antara lain melalui unsur-unsur pariwisata, sedangkan kontak
tidak langsung, antara lain melalui media cetak (majalah, tabloid), atau media
elektronik (televisi, radio, film, internet, telepon seluler yang mempunyai fitur atau
fasilitas lengkap).
E. Upaya Membangun Integrasi
Menurut Liddle, suatu integrasi nasional yang tangguh hanya dapat
berkembang apabila[1][2] :
1. Sebagian besar anggota Masyarakat bangsa bersepakat tentang batas – batas
territorial dari Negara sebagai suatu kehidupan politik dimana mereka menjadi
warganya.
2. Sebagian anggota masyarakat bangsa bersepakat mengenai struktur
pemerintahan dan aturan-aturan dari pada proses politik yang berlaku bagi
seluruh masyarakat diatas wilayah Negara.
Dengan perkataan lain, suatu integrasi nasional yang tangguh
akan berkembang di atas konsensus nasional mengenai batas-batas suatu
masyarakat tersebut. Dan harus memiliki :
1. Kesadaran dari sejumlah orang bahwa mereka bersama-sama merupakan
warga dari suatu bangsa.
2. konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai
bangsa harus diwujudkan atau diselenggarakan.
![Page 9: integrasi nasional](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082516/55cf9048550346703ba4a427/html5/thumbnails/9.jpg)
Konsensus nasional mengenai bagaimana kehidupan bangsa harus
diwujudkan atau diselenggarakan untuk sebagian harus kita temukan dalam
proses pertumbuhan pancasila sebagai dasar falsafah atau ideology Negara.
Secara yuridis-formal, pancasila sebagai dasar falsafah Negara. Pada tingkat
yang sangat umum telah diterima sebagai kesepakatan nasional serta lahir
bersamaan dengan kelahiran Negara republic Indonesia sebagai Negara yang
merdeka, bebas dari penjajahan bangsa lain. Di dalam kenyataan, pancasila
menjadi akar dalam sejarah pertumbuhan gerakan nasionalisme.
Bangsa Indonesia sebetulnya dapat belajar dari pengalaman negara-
negara lain dan dari negara kita sendiri tentang akibat menguatnya
primordialisme, sehingga keberadaan dan penguatan lembaga-lembaga
integrative seperti sistem pendidikan nasional, birokrasi sipil dan militer, partai-
partai politik (ideology nasionalisme yang dapat menjembatani perbedaan etnik
yang tajam, Sedangkan partai etnik tidak berhasil) harus tetap dilaksanakan
dengan mengingat bahwa hal ini adalah sebagai konsekuensi dari masyarakat
kita yang majemuk.
Perlunya lembaga-lembaga pemersatu melalui state building. Adapun
uraian secara singkat tentang lembaga pemersatu yang dimaksud tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Birokrasi Sipil dan Militer
Lembaga integrative yang paling dominant dan paling penting yang mutlak
diperlukan adalah kekuatan militer (TNI), yang jika diperlukan dapat memakai
penguasaan dan monopolinya atas alat-alat kekerasan (alat peralatan perang –
alat utama sistem persenjataan) untuk mempertahankan dan bahkan untuk
membangun negara bangsa. Dalam kerangka pemikiran tradisional bahkan
gejala universal kaum militer di dunia, peranan militer sebagai benteng terakhir
(mean of the last resort) mempertahankan kebutuhan negara bangsa. Hal ini
dapat dilihat sikap keras dari militer terhadap gerakan-gerakan separatis maupun
kedaerahan (primodialisme).
Selain birokrasi militer, proses state building juga mencakup birokrasi sipil
yang mempunyai tugas utama menarik pajak dan menyediakan bahan Pokok
khususnya bahan Makanan (aparatur pajak sebagai bentuk yang paling
tradisional dari demokrasi). Penyediaan bahan Makanan harus tersedia dengan
cukup untuk mencegah terjadinya “huruhara kelaparan pangan” atau food riots.
Indonesia juga pernah mengalami food riots yang menyebabkan runtuhnya
pemerintahan orde baru tahun 1998 akibat krisis moneter Sejak tahun 1997.
![Page 10: integrasi nasional](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082516/55cf9048550346703ba4a427/html5/thumbnails/10.jpg)
Krisis pangan dan moneter juga meruntuhkan pemerintahan di Muangthai dan
Korea Selatan, Sedangkan yang selamat hanya Malaysia di bawah PM Mahathir
Mohammad.
Birokrasi militer dan sipil di Indonesia sudah berkembang pesat dan
mengalami kemajuan baik dari segi jumlah, kualitas, jenjang pangkat maupun
penempatan jabatan eselon Pimpinan serta sumber etnik rekrutmen. Dari segi
etnik, baik TNI maupun Polri dan PNS baik Pusat maupun daerah sudah meliputi
semua etnik group yang ada, sehingga melambangkan Bhineka Tunggal Ika.
2. Partai Politik.
Dalam sejarahnya Partai Politik merupakan alat mobilisasi vertical yang
lebih cepat dibandingkan dengan birokrasi nasional baik birokrasi sipil maupun
militer. Dengan sistem Pemilu di Indonesia sekarang merupakan gabungan dari
sistem distrik dan sistem proposional, sehingga perwakilan daerah dan etnik
terwakili. Maka partai politik mampu menjadi alat integrasi bangsa untuk
menekan perlawanan etnik yang minoritas).
3. Sistem Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan nasional menjadi alat integrasi nasional terutama
karena sifatnya yang menciptakan elite nasional yang kohesif. Pendidikan
nasional mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi, menjadi alat pemersatu baik
melalui kurikulum nasiional, bahasa pengantar maupun sistem rekrutmen siswa,
mahasiswa maupun tenaga pengajar yang bersifat nasional. Dalam suasana
otonomi daerah sekarang ini diusahakan adanya ujian lokal tetapi yang
berstandar nasional, demikian juga walaupun ada ide untuk menambah muatan
kurikulum lokal/kedaerahan, namun tetap kurikulum inti mengajarkan ilmu sosial
dan humaniora yang bersifat integratif dan nasional.
Sifat integratif lainnya adalah pemakaian bahasa pengantar yakni bahasa
Indonesia sebaga bahasa nasional disamping penggunaan bahasa lokal/daerah
yang diberlakukan untuk pendidikan tingkat SD/SLTP. Cara ini akan
memudahkan integrasi ke dalam sistem nasional dan sosialisasi yang sama
untuk seluruh warga negara.
Sedangkan alat integrasi yang lain adalah rekrutmen siswa, mahasiswa
dan tenaga pengajar yang bersifat nasional dan multi etnik, sehingga terjadi
proses komunikasi, sosialisasi, asimilasi dan kulturasi dari berbagai etnik di
kalangan siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar..
4. Kemajuan Komunikasi dan Transportasi.
![Page 11: integrasi nasional](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082516/55cf9048550346703ba4a427/html5/thumbnails/11.jpg)
Peranan media masa nasional seperti koran, majalah, TVRI, RRI cukup
penting di Indonesia sebagai alat integrasi nasional. Banyak koran maupun
media masa lainnya yang terbit di Jakarta tetapi penyebarannya menjangkau
sampai ke seluruh kabupaten-kabupaten, begitu juga koran lokal yang mampu
menembus pasar ke daerah lainnya. Alat komunikasi lainnya adalah telepon,
yang mengalami perkembangan pesat sejak pemerintahan orde baru sampai
sekarang.
Perkembangan yang cepat dalam bidang transportasi mengakibatkan
terjadinya mobilitas geografis penduduk dapat lebih cepat, aman, nyaman, dan
murah. Bentuk mobilitas penduduk dapat transmigrasi, migrasi maupun turisme
baik antar daerah, nasional, regional bahkan global. Meningkatnya kegiatan
mobilitas penduduk dan turisme nasional maupun lokal membawa dampak
memperkuat rasa kesatuan dan kebangsaan.
BAB IIIPENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Integrasi nasional adalan suatu konsep dalam ikatan dengan
wawasankebangsaan dalam Negara Kesatuan Indonesia yang berkandaskan
pada aliran pemikiran atau paham integralistik yang berhubungan dengan paham
idealism untuk mengenal dan memahami sesuatu yang harus dicari kaitannya.
2. Masyarakat yang plural adalah “Belati” bermata ganda dimana pluralitas sebagai
rahmat dan sebagai kutukan.
3. Multikulturalisme adalah sebuah ideologiakan yang mengakui dan
mengagungkan perbedaan dalam kesedrajatan baik secara individu ataupun
secara kebudayaan.
4. Faktor-faktor yang dapat mengancam integrasi Nasional adalah
Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki tentag sejarah-sejarah
Indonesia. Hilangnya rasa cinta tanah Air. Tidak ada rasa berkorban terhadap
sesama. Bahkan hilangnya rasa hormat terhadap symbol-simbol Negara (Garuda
pancasila) dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
5. Upaya membanguan integrasi adalah perlu adanya kesadaran dari setiap
masyarakat serta upaya perlunya kesadaran dari setiap masyarakat akan hak
dan kewajibannya sebagai warga.
![Page 12: integrasi nasional](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082516/55cf9048550346703ba4a427/html5/thumbnails/12.jpg)
B. Saran
1. Diharapkan bagi masyarakat khususnya mahasiswa dapat memahami Integrasi
Nasional.
2. Perlu diadakannya pembahasan yang lebih lanjut agar informasi yang diperoleh
lebih lengkap dan komprehensif bagi pengembangan ilmu
Transcript of INTEGRASI NASIONAL1. Apa definisi Integrasi Nasional?2. Bagaimana pentingnya integrasi dalam masyarakat Indonesia yang plural? 3. Strategi Integrasi apa yang tepat untuk masyarakat Indonesia?4. Bagaimana kondisi Integrasi di Indonesia?5. Bagaimana upaya perwujudan integrasi dengan Bhinneka Tunggal Ika?
1.2 Rumusan Masalah2.1 Pengertian Integrasi NasionalMenurut Howard Wrigins (1996), integrasi berarti penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa1.3 Tujuan
1. Mengemukakan pentingnya integrasi dalam masyarakat Indonesia yang plural.2. Memilih strategi integrasi yang tepat untuk masyarakat Indonesia.3. Mendukung integrasi di Indonesia melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
2.2 Pentingnya Integrasi untuk Bangsa Indonesia yang PluralMasyarakat hidup dalam reliatas yang plural, hal yang sama juga pada Masyarakat Indonesia yang majemuk (Plural
![Page 13: integrasi nasional](https://reader036.vdocuments.mx/reader036/viewer/2022082516/55cf9048550346703ba4a427/html5/thumbnails/13.jpg)
Society). Dengan istilah yang digunakan oleh Clifford Geertz, masyarakat majemuk adalah merupakan masyarakat yang terbagi bagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri, dalam mana masing-masing sub sistem terikat ke dalam oleh ikatan-ikatan yang bersifat primordialKelompok 1:Arofian H.Gyza IradatiNisrin Rusydina R.Damalia Yunis P.INTEGRASI NASIONAL2. PEMBAHASANKondisi perbedaan dalam masyarakat Indonesia sebagaimana dimaksud terkait dengan beberapa faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Faktor-faktor tersebut secara garis besar meliputi faktor historis, faktor ekologis, dan faktor perubahan sosial budaya.Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan, karena setiap masyarakat di samping membawakan potensi integrasi juga menyimpan potensi konflik atau pertentangan. 2.3 Strategi IntegrasiDisini akan dijelasakan ketiga strategi-strategi tersebut, yaitu:2.3.1 Strategi Asimilasi2.3.2 Strategi Akulturas2.3.3 Strategi Pluralis2.4 Kondisi Integrasi Bangsa IndonesiaSaat ini kondisi integrasi di Indonesia belum sepenuhnya baik, dengan banyaknya peristiwa yang menunjukkan gejala-gejala adanya disintegrasi bangsa,seperti konflik antar pemeluk agama, konflik antar etnis/ras, konflik antar kelompok politik, dan antar ideology.2.5 Upaya Pewujudan Integrasi di Indonesia dengan Bhinneka Tunggal Ika