insya allah bab vii total moisture acc 1
DESCRIPTION
bab viiTRANSCRIPT
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB VII
ANALISIS TOTAL MOISTURE
7.1. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum analisis total moisture adalah
praktikan mengerti, mampu melaksanakan, menganalisis serta
membandingkan cara kerja analisis total moisture batubara
dengan metode ASTM dan ISO.
7.2. Dasar Teori
Batubara adalah bahan bakar hydro-karbon yang
terbentuk dari tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen dan
terkena pengaruh panas serta tekanan yang berlangsung sangat
lama. Proses yang disebut coalification ini memakan waktu hingga
puluhan juta tahun dan pada tahap awal pembentukannya
(Asosiasi Pertambangan Indonesia, 1992).
Batubara Indonesia yang berperingkat rendah memiliki
kadar abu dan sulfur yang sangat rendah (rata-rata kandungan
sulfur batubara Indonesia di bawah 1 %) namun memiliki total
kandungan air yang cukup tinggi, yaitu lebih besar dari 40 %.
Padahal kadar air yang tinggi pada batubara peringkat rendah
menyebabkan masalah selama penanganan batubara termasuk
transportasi, penyimpanan, penggilingan, dan pembakaran.
Jumlah air yang terdapat pada batubara dalam bentuk
inherent dan adherent pada kondisi saat batubara tersebut diambil
contohnya (as sampled) atau pada kondisi saat batubara tersebut
diterima (as received) disebut total moisture
Kelompok IX
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kandungan moisture mempengaruhi jumlah pemakaian
udara primernya. Pada batubara dengan kandungan moisture
tinggi akan membutuhkan udara primer lebih banyak guna
mengeringkan batubara tersebut pada suhu tetap
(Sukandarrumidi, 1995).
Berdasarkan bentuk–bentuk air yang dianggap sebagai air
batubara, dengan beberapa istilah, yaitu sebagai berikut :
1. Free moisture
Free moisture yaitu sejumlah air yang menguap apabila
sampel batubara dikeringkan dalam ruang terbuka pada
kondisi tertentu sampai didapat berat konstannya Berat
konstan ialah berat penimbangan terakhir apabila pada dua
penimbangan terakhir dicapai perbedaan berat.
Keberadaan free moisture dimungkinkan karena:
a. Bercampurnya air tanah dengan batubara pada waktu
penambangan.
b. Taburan air hujan pada tumpukan batubara.
c. Sisa-sisa air yang tertinggal pada permukaan batubara
setelah proses pencucian.
d. Air yang disemprotkan untuk mengurangi debu pada
tumpukan batubara
2. Inherent moisture,
Inherent moisture yaitu moisture yang dianggap
terdapat di dalam rongga-rongga kapiler dan pori-pori
batubara yang relatif kecil, pada kedalaman aslinya yang
secara teori dinyatakan bahwa kondisi tersebut ialah kondisi
dengan tingkat kelembapan 100% serta suhu 30 derajat
celcius. Karena sulitnya mengsimulasi kondisi batubara di
kedalaman aslinya, maka badan-badan standarisasi
Kelompok IX
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
menetapkan kondisi pendekatan untuk dipergunakan pada
metode standar pengujian di laboratorium. Standar
internasional, British, Australia dan Amerika menetapkan
bahwa kondisi pendekatan tersebut ialah kondisi dengan
tingkat kelembapan 96–97 % dengan suhu 30 derajat celcius.
sedangkan standar jepang menetapkan kondisi tersebut pada
tingkat kelembapan 67 % dengan suhu 30 derajat celcius.
sehingga hasil yang diperoleh dengan standar jepang selalu
lebih kecil dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan
standar lainnya. Banyaknya jumlah inherent moisture dalam
suatu batubara dapat dipergunakan sebagai tolok ukur tinggi
rendahnya tingkat rank batubara tersebut. Semakin tinggi nilai
inherent moisture suatu batubara, semakin rendah tingkat rank
batubara tersebut.
(Anonim, 2015)
Analisis batubara digolongkan menjadi beberapa analisis,
yakni analisis ultimate (karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan
oksigen) dan analisis dasar yaitu analisis proksimate (moisture,
ash, volatile matter dan fixed carbon), penentuan unsur tertentu
dalam batubara dan penentuan khusus untuk batubara bahan
bakar (nilai panas, indeks hardgrove, indeks abrasi, suhu leleh
ash, analisis ash, kalor dan lain-lain)
(Muchjidin, 2006).
Untuk mengetahui persentasi kandungan zat-zat atau
mineral tertentu serta nilai total moisture yang terkandung dalam
batubara tersebut agar dapat diketahui kualitasnya, analisis yang
biasa dilakukan pada bagian ini adalah :
Kelompok IX
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
1. Analisis Ultimate Batubara (Coal Ultimate Analysis)
Analisis ultimate dilakukan untuk menentukan kadar
karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen, (N), dan sulfur
(S) dalam batubara. Kandungan oksigen merupakan indikator
yang paling signifikan dari sifat kimia batubara, yaitu untuk
keperluan penerapannya dipembakaran, pencairan dan
pengkokasan, serta untuk menentukan peringkat. Kandungan
oksigen secara tradisi dihitung sebagai oxygen by different (O
diff) yaitu porsi sisa batubara setelah dikurangi C, H, N dan S.
Kandungan oksigen diperoleh secara tidak langsung sehingga
mengakumulasi semua kesalahan yang terjadi dalam analisis
unsur dalam penentuan basis mineral matter atau basis bebas
mineral matter.
2. Analisis Proksimate Batubara (Coal Proximate Analysis)
Analisis proksimate batubara bertujuan untuk
menentukan kadar moisture (air dalam batubara) kadar
moisture ini mencakup pula nilai free moisture serta total
moisture, ash (debu), volatile matters (zat terbang) dan fixed
carbon (karbon tertambat).
a. Analisis Kadar Moisture
Analisis kadar moisture, yaitu mengukur kandungan
air dalam batubara saat batubara itu di analisis. Cara
mengujinya yaitu dengan menyiapkan sejumlah sample
batubara dengan ukuran halus 0.212 mm atau 0.250 mm
dipanaskan dengan suhu di atas titik didih air menggunakan
oven khusus pada suhu 105ºC - 110ºC.
Ada 2 cara dalam menganalisis kadar air yang
terkandung dalam batubara tersebut yang pertama
menggunakan gas tekan tujuannya agar uap air yang sudah
Kelompok IX
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
terbentuk terdorong dari dalam oven dengan cepat. Yang
kedua dengan menggunakan gas yang sukar bereaksi
seperti gas inert yaitu gas nitrogen. Jadi saat batubara
dipanaskan maka dialirkan gas nitrogen pada ruangan
oven. Kadar air dihitung dari berat yang hilang setelah
dipanaskan.
Gambar 7.1
Sketsa Oven Total Moisture
Pada analisis kadar moisture, kita dapat mengetahui
total moisture yang diperhitungkan jumlahnya. Dimana total
moisture (TM) adalah moisture yang terkandung dalam
contoh batubara yang diterima di laboratorium, yang mana
menggambarkan kandungan moisture sumber batubara
yang diambil contohnya tersebut.
Residual moisture adalah jumlah persen moisture
yang terkandung pada contoh batubara yang sebelumnya
telah dikeringkan (air dried), baik itu contoh yang telah
dihaluskan sampai ukuran partikel 212/250 micron (untuk
general analysis), maupun contoh yang telah digiling
sampai ukuran yang lebih kasar, seperti 0.250, 0.850, 2.36,
dan 3.00 mm.
Kelompok IX
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Hasil analisis free moisture dan residual moisture
kemudian dihitung untuk mendapatkan total moisturenya
dengan rumus:
TM = FM + RM (1-FM/100) .........................................(7.1)
Dimana:
TM = Total Moisture
FM = Free Moisture
RM = Residual Moisture
b. Kadar Abu (Ash Content)
Analisis kadar abu batubara adalah proses dimana
tujuan akhirnya ingin mendapatkan kadar abu dalam
batubara. kadar abu batubara ini mencerminkan kadar abu
pada asal batubara itu di ambil meski mengalami proses
preparasi yang sama dengan analisis kadar air.
Cara mengujinya yaitu dengan menyiapkan sejumlah
sampel dengan berat tertentu sampel batubara kemudian
dipanaskan secara bertahap sampai mencapai temperature
8150C dalam waktu tertentu sampai didapat berat yang
konstan.
Gambar 7.2
Sketsa Automatik Proximate
c. Volatile Matter
Kelompok IX
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Volatile matters adalah kandungan batubara yang
terbebaskan pada temperatur tinggi tanpa keberadaan
oksigen (misalnya CxHy, H2, SOx, dan sebagainya). Cara
mengujinya yaitu dengan menyiapkan sejumlah sampel
dengan berat tertentu, sampel dipijarkan pada suhu 900-
950°C tanpa kontak dengan udara dalam waktu tertentu.
Zat terbang dihitung dari komponen yang hilang dikurangi
kadar airnya.
Gambar 7.3
Sketsa Volatile Matter Analyzer
d. Fixed Carbon
Fixed carbon ialah kadar karbon tetap yang terdapat
dalam batubara setelah volatile matters dipisahkan dari
batubara. Kadar fixed carbon ini berbeda dengan kadar
karbon (C) hasil analisis ultimate karena sebagian karbon
berikatan membentuk senyawa hidrokarbon volatile. Nilai
FC tidak didapat melalui analisis tetapi melalui perhitungan.
e. Total Sulfur
Total sulfur adalah banyaknya kandungan sulfur
dalam batubara, baik itu sulfur organik atau sulfur an-
organik. Sulfur atau belerang dalam batubara dapat
dijumpai dalam wujud mineral pirit, kalsium sulfat,
Kelompok IX
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
atau belerang organik. Pada saat pembakaran
berubah menjadi SO2.
Sejumlah contoh batubara dipanaskan diatas tungku
pada suhu 1350°C dan dialirkan gas O2 dengan kederasan
1 liter/menit membentuk gas SO2 yang ditampung pada
bejana yang berisikan hidrogen peroksida membentuk
asam sulfat, asam sulfat dititar dengan natrium tetraborat
dengan Double indikator methylene red ditambah
methylene blue dari warna ungu berubah menjadi
kehijauan.
Gambar 7.4
Sketsa Alat Uji Kadar Sulfur
(Anonim, 2015)
Dalam analisis proksimat, pembuatan laporan biasanya
dipakai basic pelaporan, berupa istilah-istilah sebagai berikut:
a. As Received (ar)
Pada basis as received, berarti semua dianalisis
dihitung mundur dengan memasukkan kadar lengas total
dari sampel. Hal ini mungkin dilakukan apabila batubara
dalam keadaan sangat basah akibat terendam lama atau
terkena hujan.
................................................... (7.3)
Kelompok IX
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Dimana :
ar = As received (%)
ad = Air dried (%)
IM = Inherent Moisture (%)
TM = Total Moisture (%)
....................................................(7.4)
Dimana :
ar = As received (%)
db = Dry basis (%)
TM = Total moisture (%)
b. Air dried (ad)
Pada basis air dried, berarti sampel batubara yang
akan dianalisis ditempatkan pada udara terbuka dan
dibiarkan mongering perlahan-lahan. Hal ini bertujuan agar
kadar lengas berangsur-angsur mencapai keseimbangan
kelembaban udara. Jika kadar lengas dari sampel ini akan
ditentukan kemudian, maka diperoleh kadar lengas pada
basis air dried (ad). Pada basis dry artinya dalam keadaan
kering maka kadar lengasnya adalah nol, maka analisis
baru dapat dihitung dengan mudah.
....................................................(7.5)
Kelompok IX
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Dimana :
Ad = Air dried (%)
Ar = As received (%)
TM = Total moisture (%)
IM = Inherent moisture (%)
Dimana :
Ad = Air dried (%)
Db = Dry basis (%)
TM = Total moisture (%)
(World Coal Institute, 2007)
c. Dry ash-free (daf)
Pada analisis ini, kadar abu dan kadar lengas
diabaikan. Oleh karena itu, maka nilai dari kadar abu dan
kadar lengas dianggap nol. Kadar abu dan kadar lengas
telah diketahui, maka perhitungan menjadi lebih sederhana.
Analisis dengan basis dry ash-free (daf) berkaitan denan
adanya material organik yang murni pada basis dry minerial
matter-free, analisis ini diperlukan untuk member gambaran
mengenai komposisi organik. Oleh karena itu, kadar abu
dapat dihitungdengan mudah.
d. Dry Basis (db)
Analisis yang didasarkan atas dasar persen bebas air
untuk menghindari pada analisis proksimat yang
disebabkan dari kandungan air dry.
e. Dry Mineral matter Free basis (dmmf)
Dasar ini juga untuk menunjukkan kondisi hipotesis di
mana batubara bebas dari semua air dan mineral matter.
Kelompok IX
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Dasar ini biasa dipakai pada analisis ultimate, zat terbangn
dan nilai kalor.
Kebanyakan pengujian yang dilakukan pada batubara
bersifat empiris. Hasil yang diperoleh tidak secara absolut
mengukur sifat–sifat intrinsik dari batubara tersebut, tetap
dengan melakukan perbandingan terhadap batubara–batubara
tertentu yang memiliki peringkat, jenis dan sifat analisis yang
mirip atau berdekatan. Adapun analisis-analisis lainnya yang
dapat digolongkan analisis proximate antara lain sebagai
berikut:
a. Ash fusion temperature (AFT) adalah analisis yang dapat
menggambarkan sifat pelelehan abu batubara yang diukur
dengan mengamati perubahan bentuk contoh abu yang
telah dicetak berupa kerucut, selama pemanasan
bertahap.Analisis biasanya dilakukan dengan dua kondisi
pemanasan, yaitu kondisi oksidasi dan kondisi agak reduksi.
Pada kondisi reduksi, pemanasan dilakukan dalam tabung
pembakaran yang dialiri oleh campuran 50% gas hidrogen
dan 50% gas karbondioksida, sedangkan pada kondisi
oksidasi pemanasan dilakukan dalam tabung pembakaran
yang dialiri oleh 100% gas karbondioksida.
b. Hardgrove grindbility index (HGI) adalah indeks yang
menggambarkan tingkat kemudahgerusan batubara oleh
alat penggerus (pulverizer) di lapangan, yang proses
pembakaran batubaranya menggunakan partikel batubara
halus (75 micron) yang biasa disebut dengan pulverized fuel
(pf).
c. Abrasion index adalah indeks yang menunjukkan daya
abrasi (kikis) batubara terhadap bagian dari alat yang
Kelompok IX
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
dipergunakan untuk menggerus batubara tersebut
(pulverizer) sebelum dipergunakan sebagai bahan bakar.
Semakin tinggi nilai abrasive index suatu batubara semakin
tinggi pula biaya pemeliharaan alat penggerus batubara
tersebut.
d. Trace Element adalah analisis ini dilakukan untuk
mengetahui komposisi unsur dalam batubara yang
dianggap berbahaya terhadap lingkungan. Jumlahnya kecil,
misalnya merkuri, arsen, selenium, fluorine, cadmium dsb.
e. Crucible swelling number (CSN) adalah salah satu tes untuk
mengamati caking properties batubara, yang paling
sederhana dan mudah dilakukan. Caking adalah sifat yang
menggambarkan kemampuan batubara membentuk
gumpalan yang mengembang selama proses pemanasan.
f. Gray-King coke type adalah analisis untuk mengamati
coking coal. Coking adalah sifat yang berhubungan dengan
perilaku batubara selama proses carbonisation (proses
pembuatan coke secara komersial) serta sifat coke yang
dihasilkannya. Tes ini dilakukan pada tingkat pemanasan
yang lambat yang lebih mirip dengan tingkat pemanasan
pada coke oven.
g. Roga index adalah indeks yang didapat dari salah satu tes
caking yang disebut roga test. Tes ini untuk mengukur
caking power. Indeks ini dipergunakan dalam klasifikasi
batubara internasional sebagai alternatif dari crusible
swelling number.
h. Calorivic value adalah jumlah panas yang dihasilkan oleh
pembakaran contoh batubara di laboratorium. Pembakaran
dilakukan pada kondisi standar, yaitu pada volume tetap
Kelompok IX
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
dan dalam ruangan yang berisi gas oksigen dengan
tekanan 25 atm. Selama proses pembakaran yang
sebenarnya pada ketel, nilai calorivic value ini tidak pernah
tercapai karena beberapa komponen batubara, terutama air,
menguap dan menghilang bersama-sama dengan panas
penguapannya. Maksimum kalori yang dapat dicapai
selama proses ini adalah nilai net calorivic value. Calorivic
value dikenal juga dengan specific energy dan satuannya
adalah kcal/kg atau cal/g, MJ/kg,Btu/lb.
i. Relative density adalah perbandingan berat contoh
batubara (+2 gram) yang dihaluskan (-212 micron), dengan
berat air yang dipindahkan oleh contoh batubara tersebut
dari pycnometer yang dipergunakan untuk pengujian pada
suhu 30 + 0.1oC. Relative density suatu batubara
tergantung dari rank dan kandungan mineralnya. Relative
density dengan kandungan ash suatu batubara, dari rank
dan jenis yang sama, mempunyai korelasi yang baik
sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk
memperkirakan kandungan ash suatu batubara dari relative
densitynya.
Kelompok IX