installing a simple and good cctv power

25
Installing a Simple and Good CCTV Power (Part 1) Power Camera Secara umum camera CCTV menggunakan salah satu dari 3 (tiga) jenis power supply, yaitu: 1. Tegangan 220VAC 2. Tegangan 24V AC 3. Tegangan 12V DC Camera 220VAC Camera 220VAC memiliki ukuran besar, karena power supply- nya diletakkan di bagian dalam. Sebelum ditemukan power supply switching camera "tempo dulu" umumnya berukuran raksasa, karena memakai transformer konvensional yang memerlukan spasi besar. Camera masa kinipun masih ada yang menggunakan sumber 220VAC, umumnya dari jenis standard camera. Camera 220VAC lebih praktis, karena tidak memerlukan adaptor tancap (plug-in) yang notabene bisa mengganggu estetika ruangan jika adaptor ini dipasang secara "outbow". Adapun kekurangannya adalah bentuknya yang besar dan sedikit sekali (bahkan hampir tidak ada) yang berjenis dome . Selain itu, karena rangkaian power supply-nya berada di dalam, maka faktor panas perlu mendapat perhatian. Jadi diperlukan rangkaian yang benar-benar efisien supaya panasnya tidak mengganggu komponen lain di dalam casing. Camera 220V biasanya menggunakan supply dari jenis switching. Camera AC tidak memerlukan analisa bagaimana mendistribusikan powernya, sebab tegangan 220V bisa merambat pada kabel listrik dalam jarak yang cukup jauh tanpa khawatir drop. Bahkan dapat dikatakan, untuk camera AC tidak ada isu mengenai drop tegangan pada kabel, kecuali isu sumber tegangan 220V-nya yang tidak stabil (naik-turun). Keunggulan: - Praktis dan instalasi tidak ribet. - Tidak khawatir terjadi loss pada kabel. Kerugian: -Bentuknya besar. -Jarang yang berjenis dome. -Faktor panas.

Upload: 2piq

Post on 24-Jun-2015

545 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Installing a Simple and Good CCTV Power

Installing a Simple and Good CCTV Power (Part 1)

Power CameraSecara umum camera CCTV menggunakan salah satu dari 3 (tiga) jenis power supply, yaitu:1. Tegangan 220VAC 2. Tegangan 24V AC3. Tegangan 12V DC

Camera 220VACCamera 220VAC memiliki ukuran besar, karena power supply-nya diletakkan di bagian dalam. Sebelum ditemukan power supply switching camera "tempo dulu" umumnya berukuran raksasa, karena memakai transformer konvensional yang memerlukan spasi besar. Camera masa kinipun masih ada yang menggunakan sumber 220VAC, umumnya dari jenis standard camera. Camera 220VAC lebih praktis, karena tidak memerlukan adaptor tancap (plug-in) yang notabene bisa mengganggu estetika ruangan jika adaptor ini dipasang secara "outbow". Adapun kekurangannya adalah bentuknya yang besar dan sedikit sekali (bahkan hampir tidak ada) yang berjenis dome. Selain itu, karena rangkaian power supply-nya berada di dalam, maka faktor panas perlu mendapat perhatian. Jadi diperlukan rangkaian yang benar-benar efisien supaya panasnya tidak mengganggu komponen lain di dalam casing. Camera 220V biasanya menggunakan supply dari jenis switching.

Camera AC tidak memerlukan analisa bagaimana mendistribusikan powernya, sebab tegangan 220V bisa merambat pada kabel listrik dalam jarak yang cukup jauh tanpa khawatir drop. Bahkan dapat dikatakan, untuk camera AC tidak ada isu mengenai drop tegangan pada kabel, kecuali isu sumber tegangan 220V-nya yang tidak stabil (naik-turun).

Keunggulan:- Praktis dan instalasi tidak ribet.- Tidak khawatir terjadi loss pada kabel.

Kerugian:-Bentuknya besar.-Jarang yang berjenis dome.-Faktor panas.-Kerusakan pada bagian power supply akan mencopot semua unit.-Memerlukan lubang besar untuk memasukkan steker listrik ke dalam plafon.-Resiko shock-hazard (kesetrum) lebih besar.

Camera 24VACTegangan 24V banyak dipakai pada camera Speed Dome dan beberapa tipe standard lainnya. Dibandingkan dengan 220V, tegangan 24VAC ini sebenarnya tidak "menyengat", sehingga resiko shock-hazard relatif tidak membahayakan. Camera jenis ini memerlukan transformer (trafo) 24VAC

Page 2: Installing a Simple and Good CCTV Power

yang bentuknya cukup besar seperti terlihat pada gambar di bawah (kiri). Trafo ini hanyalah step-down dari 220VAC menjadi 24VAC yang tidak memerlukan  rangkaian apa-apa. Dengan demikian, trafo 24V/5A biasa yang ada di pasaran lokalpun dapat dipakai (seperti gambar sebelah kanan).

Kerugian:- Trafo yang terpisah menimbulkan persoalan dalam penempatan.- Tegangan 24VAC tidak bisa "berdampingan" dengan data RS485 dalam satu kabel. - Tegangan output trafo (24VAC) dipengaruhi oleh bagus-tidaknya tegangan listrik 220VAC.- Trafo yang panas menyebabkan tegangan dan supply arus trafo menjadi berkurang.

Keuntungan:- Drop tegangan pada kabel terbilang masih kecil.- Resiko shock hazard pada kabel power camera hampir tidak ada. 

Camera 12VDCInilah topik bahasan kita yang sebenarnya. Camera masa kini umumnya memakai tegangan 12VDC, sehingga lebih kompak dan berukuran kecil. Selain itu, faktor panas tidak menjadi isu penting lagi, karena power supply-nya berada di luar. Namun, manakala sumber listrik dan camera terpisah pada jarak yang berjauhan, maka isu drop tegangan menjadi penting. Oleh  sebab itu perlu upaya agar power 12VDC tetap terpelihara dan dapat didistribusikan secara merata. Untuk itulah perencanaan power distribution menjadi hal penting.

Keuntungan:- Harga camera biasanya lebih ekonomis.- Bentuk camera kompak (kecil).- Harga adaptor 12V relatif murah.- Tidak ada resiko shock-hazard.- Kerusakan power supply tidak mencopot unit, tinggal mengganti adaptor.- Tidak ada isu panas.- Adaptor regulated tetap stabil pada beban dan tegangan listrik yang naik-turun.

Page 3: Installing a Simple and Good CCTV Power

Kerugian:- Loss tegangan pada kabel sangat signifikan.- Tegangan output adaptor tancap sangat "pas-pasan".- Adaptor tancap memerlukan stop kontak berlubang banyak (satu camera satu adaptor).- Kabel adaptor "keleweran" di belakang camera.

(To be continued)

Installing a Simple and Good CCTV Power (Part 2)

The Most Common Problem: Drop Voltage!

Diagram di atas memperlihatkan salah satu cara memberikan supply pada camera. Sepertinya cara inilah yang paling umum dipakai dalam instalasi camera, terutama di rumah-rumah tinggal. Kabel power ditarik ke pusat monitor dan adaptor plug-in dipasang berjejer pada stop kontak berlubang banyak.

Common Problems1. Drop Voltage. Resiko inilah yang paling dominan, terutama jika menggunakan kabel tunggal yang berdiameter kecil. Bahkan pada jarak yang cukup dekat sekalipun, tegangan pada camera bisa drop secara signifikan. Untuk menguji tegangan pada ujung camera kita bisa menggunakan tester ST-BT01Q.

Page 4: Installing a Simple and Good CCTV Power

2. Poor Video Quality. Kualitas gambar yang dihasilkan cenderung terganggu akibat power camera yang kurang. Gambar tidak steady, bergaris-garis dan kusam merupakan ciri khas dari camera yang kekurangan tegangan.

3. Interference. Gangguan inipun bisa disebabkan oleh drop tegangan yang mengakibatkan sinyal output camera menjadi lemah di bawah 1 Vpp. Interferensi disebabkan oleh jeleknya signal to noise (S/N ratio), yaitu  perbandingan sinyal output camera dengan noise yang muncul di sepanjang kabel. Semakin besar nilai S/N, maka kualitas gambar akan semakin baik. Oleh sebab itu sinyal output yang "kuat" menjadi satu keharusan, karena ia akan mengalahkan noise.

4. Need More Space. Adaptor plug-in yang berjajar dinilai tidak praktis, karena memerlukan spasi ekstra untuk menempatkan stop kontak multi lubang.

5. Need More Times (and wires,too). Kabel power yang ditarik berdampingan dengan kabel coaxial memerlukan instalasi yang cukup lama dan kabel yang banyak pula.

SuggestionsJika tidak ada cara lain selain memakai cara ini, maka alternatif solusinya adalah: 

1. Menggunakan kabel berdiameter besar untuk power, misalnya kabel listrik NYMHY 2x0.75mm yang berbentuk pipih atau sejenisnya.

2. Memakai adaptor yang unregulated. Adaptor tipe ini memiliki tegangan output 16VDC - 18VDC, sehingga saat sampai di ujung kabel, tegangannya masih di atas 12VDC.

3. Memakai variable power supply, yaitu power supply yang tegangan outputnya bisa diatur.

(Bersambung)

Installing a Simple and Good CCTV Power (Part 3)

The Smarter Way

Page 5: Installing a Simple and Good CCTV Power

Cara yang lebih "cerdas" adalah menempatkan adaptor plug-in di dekat camera tanpa melalui kabel penyambung. Keuntungan yang bisa diperoleh melalui cara ini, diantaranya:

1. Tidak ada drop tegangan dan sinyal video menjadi lebih sempurna.2. Sumber listrik 220V bisa diambil dari mana saja, sehingga instalasi kabel coaxial lebih rapi.3. Noise dan interferensi bisa diminimalisir.

Namun dalam implementasi di lapangan, cara ini memerlukan pengerjaan yang cukup detail dan "memakan biaya". Supaya dudukannya kokoh, maka adaptor plug-in memerlukan stop kontak outbow yang (sebaiknya) ditempatkan di dalam box plastik atau metal. Selain itu, pemasangan box adaptor di dalam plafon memerlukan pekerjaan melubangi plafon. Jelas hal ini sedikit memakan waktu. Kabel adaptorpun perlu dilindungi oleh flexible plastic conduit agar tidak dimakan tikus. Beberapa kelengkapan tersebut terlihat pada gambar di bawah ini:

Page 6: Installing a Simple and Good CCTV Power

Adakalanya material tambahan di atas dirasakan costly (terutama oleh marketing!). Jika demikian, maka stop kontak outbow bisa dipasang langsung pada dinding seperti ilustrasi di bawah ini.

Untuk sementara abaikanlah dulu soal layout dan kerapian kabel, karena kami hanya sekedar ingin menggambarkannya untuk anda! Kami percaya anda bisa melakukannya dengan lebih rapi lagi. Point penting di sini adalah letak adaptor plug-in yang dekat dengan camera terbukti efektif dalam banyak hal. Selain murah, hasilnyapun tidak kalah bagus dengan pemakaian sentral Power Box yang berharga mahal. Tetapi kadangkala tuntutan desain CCTV yang profesional mengharuskan kita "melirik" pada pemakaian Camera Power Supply Distribution Box. Apa itu Camera Power Supply Distribution Box?  Mari kita bahas pada posting selanjutnya. Stay tune!

Installing a Simple and Good CCTV Power (Part 4)

Another Good Way

Page 7: Installing a Simple and Good CCTV Power

Cara lain yang cukup bagus adalah menempatkan box power supply sedekat mungkin dengan camera. Untuk itu kita bisa menggunakan unit Power Distributor dan satu buah Adaptor Switching 12V/4A untuk menggantikan 4 unit adaptor plug in. Dengan cara ini instalasi menjadi lebih kompak dan tampak (sedikit) profesional. Faktor yang harus dimasukkan ke dalam pertimbangan adalah:

1. Gunakan kabel power yang berkualitas baik (misalnya NYMHY 2x0.75mm yang pipih).2. Gunakan cable shoes untuk sambungan kabel pada terminal Power Distributor.3. Tempatkanlah box pada lokasi aman, tapi mudah dijangkau saat melakukan maintenance.4. Memasang lampu indikator atau Volt-Ampere meter pada box merupakan ide yang baik (walau sedikit costly!). 

Pemilihan adaptor switching disebabkan bentuknya lebih kecil daripada power supply biasa dengan kemampuan arus yang sama. Lebih jauh lagi,

Page 8: Installing a Simple and Good CCTV Power

adaptor switching memiliki efisiensi yang baik, sehingga bisa dioperasikan terus menerus dalam waktu lama. 

Installing a Simple and Good CCTV Power (End)

The Professional Way

Menggunakan power supply yang handal merupakan tuntutan bagi instalasi CCTV yang profesional. Seperti yang tampak pada ilustrasi sederhana di atas, kami lebih memilih power supply dari jenis switching ketimbang analog (linear). Alasannya sederhana, yaitu faktor efisiensi. Camera CCTV pada umumnya dioperasikan 24 jam non-stop, sehingga memerlukan power supply yang konstan dan relatif "dingin". Power supply switching bisa menjawab persoalan ini, karena bekerjanya sangat efisien. Pabrikan terkemuka telah  mengeluarkan banyak variasi power supply untuk camera, baik tipe switching maupun linear (analog) dengan tegangan output 12VDC ataupun 24VAC. Contohnya seperti pada gambar di bawah ini:

Page 9: Installing a Simple and Good CCTV Power

Tipe Linear (ukuran trafo besar)

Tipe Switching (tanpa trafo power)

Sekali lagi -apapun jenisnya- penempatan power supply menjadi hal penting dalam desain CCTV, karena ini menyangkut "mati-hidupnya" camera. Kebutuhan arus total camera perlu dimasukkan dalam perhitungan. Umumnya satu camera 12VDC hanya memerlukan arus yang kurang dari 500mA saja, sehingga secara teoritis adaptor plug in 1000mA (1A) sudah memadai. Persoalan yang kerap muncul di lapangan adalah drop tegangan. Ini disebabkan oleh kabel DC yang terlalu panjang, bukan dari ampere adaptor yang kurang.

Untuk diagram 4 camera dome di atas, maka power supply 12VDC berkapasitas 2A (2000mA) sudah memadai, karena kebutuhan arus camera tidak lebih dari 500mA (tepatnya sekitar 320mA). Tentu saja diagram di atas termasuk sederhana. Untuk desain yang kompleks, beberapa power supply kecil untuk setiap 4 camera lebih disukai ketimbang satu power supply besar yang meng-handle 16 camera sekaligus. Alasannya adalah: saat terjadi trouble pada power supply, kita

Page 10: Installing a Simple and Good CCTV Power

masih memiliki beberapa camera yang hidup. Berbeda jika kita menggunakan satu unit power supply besar, maka trouble power supply menyebabkan semua camera menjadi lumpuh.

Beberapa vendor yang "kreatif" adakalanya merakit power supply sendiri demi  menekan tingginya cost (walau sejujurnya kami sendiri tidak meyakini signifikansinya!). Dalam hal rakit-merakit ini setidaknya ada 2 (dua) faktor yang perlu diperhatikan, yaitu: kualitas komponen dan keserasian layout. Kualitas komponen elektronik di pasaran lokal umumnya tidak setara dengan komponen pabrik (kecuali jika kita merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan komponen yang high grade!). Jadi, kehandalan (durability) power supply rakitan lokal umumnya masih di bawah buatan pabrik, sekalipun sang perakit mengklaim sebaliknya. Jika diadakan perbandingan harga, maka selisihnya tidak signifikan. 

Faktor kedua adalah soal keserasian layout komponen, terminal dan PCB di dalam box. Jika kita perhatikan gambar power supply buatan pabrik di atas, maka kita dapati satu layout yang bagus dan sedap dipandang mata. Hal ini jarang dijumpai pada power supply rakitan lokal, kecuali pada UPS lokal merk ternama.

Namun, jika kita ingin memakai power supply rakitan, hendaklah dihitung dulu dengan cermat apa plus minusnya. Kendati di atas kertas tampak "lebih murah", tetapi jika harga accessories dimasukkan, maka power supply rakitan malah bisa jadi lebih mahal ketimbang yang sudah jadi. Belum lagi harga box panel dan waktu untuk mengerjakannya.

Pada bahasan mendatang, kami akan mengangkat topik (menarik): perlukah power supply backup pada saat listrik mati? Lalu, sampai seberapa baguskah performance UPS dalam hal ini? Bagaimana pula management yang baik saat terjadi power failure?

Alasan Mengapa PC Base DVR Lebih Cepat daripada Standalone

Pertanyaan seputar manakah yang lebih bagus antara DVR PC Base atau Standalone ibarat membandingkan dua jenis mobil berbeda dari merk yang sama (misalnya Avanza dan Rush).

Page 11: Installing a Simple and Good CCTV Power

Manakah diantara keduanya yang lebih bagus? Pertanyaan semacam ini tidak memiliki jawaban pasti, selain soal harga dan soal selera. Demikian pula pada DVR, penilaian bagus tidaknya bukanlah terletak pada PC Base atau Standalone-nya, karena masing-masing memiliki segmen user tersendiri. PC Base DVR akan menjadi pilihan bagi user yang terbiasa mengoperasikan PC. Namun, konsumen rumah tinggal biasa pada umumnya lebih memilih Standalone. Alasan utamanya adalah soal praktis dan ekonomis, sebab tidak perlu membeli PC khusus (untuk DVR). 

Persoalan menjadi lain manakala keduanya sama-sama di-access via Internet. Manakah yang lebih cepat?Sepanjang pengetahuan kami (semoga sama dengan Anda), PC Base cenderung memberikan hasil yang lebih baik ketimbang Standalone. Tinggal pertanyaan yang tersisa adalah mengapa bisa demikian? Berikut analisa kecil-kecilan kami.

PC Base DVR "diuntungkan" oleh Resource PCSeperti diketahui, PC Base DVR adalah card yang ditancapkan pada slot PC, baik itu slot PCI (dibaca: pi-si-ay) maupun PCI Express. Jika ada satu device ditancapkan pada slot PCI, maka seketika itu juga sistem operasi (Windows) akan "menyambut" kehadirannya berupa pesan Found New Hardware. Apa artinya ini? Bukankah artinya PC akan menyiapkan semua resource yang diminta oleh driver DVR? Ya, benar. Di tahap ini semua pengaturan perangkat keras sudah mulai dijalankan secara otomatis oleh Windows melalui perantaraan software driver DVR tersebut. Misalnya, soal Management Hard Disk (Storage), File Allocation Table (FAT), Tabel Partisi, Management Memory (RAM), VGA Display dan seterusnya. Jadi,  kesimpulannya DVR tinggal memakai resource itu.

Standalone DVR Bekerja SendiriKontras dengan PC Base, maka pada DVR Standalone semua urusan mengenai pengaturan Hard Disk, penempatan file rekaman (FAT), pengaturan tampilan display dan lain-lain dilakukan sendiri di motherboard. Jelas bagi kita, motherboard PC jauh lebih "kaya" akan resource ketimbang motherboard DVR Standalone. Selain itu, Operating System (OS) yang dipakai oleh DVR Standalone -apakah itu RTOS atau Linux-  tentunya masih satu level di bawah PC melalui perantaraan Windows-nya. 

Bagaimanakah Hubungannya dengan Koneksi Internet?Subjek inilah yang menjadi fokus kita. Koneksi internet pada DVR berkaitan dengan apa yang disebut video streaming. Ditinjau dari segi perangkat keras DVR itu sendiri, kami mencatat ada 2 faktor yang memengaruhi langsung kecepatan gerakan streaming melalui internet, yaitu:

Teknik KompresiDVR keluaran terbaru umumnya memakai kompresi H.264 yang diklaim memiliki ukuran file lebih kecil ketimbang pendahulunya (MPEG4). Dengan kecilnya ukuran file, maka pada bandwidth yang sama, H.264 secara teoritis lebih cepat dibandingkan dengan teknologi kompresi sebelumnya.

Network CircuitKendati menggunakan chip interface network yang sama (umumnya Realtek), namun sekali lagi PC Base DVR lebih diuntungkan oleh optimalisasi software ketimbang Standalone. PC akan menyediakan driver untuk meningkatkan kinerja network, sementara DVR Standalone sudah "dipatok" pada circuit-nya saja, tanpa ada "akselerasi" dari driver.

Saat keduanya terkoneksi ke Internet, maka PC Base DVR sudah memiliki resource yang melimpah dari PC, sementara Standalone DVR tidak. Inilah yang menyebabkan kami menilai wajar apabila PC Base memang lebih cepat. Namun hal yang cukup "mencengangkan" adalah parameter fps ternyata tidak berpengaruh secara signifikan dalam access internet. Artinya, saat di-access via Internet, DVR ber-fps besar  -baik itu PC Base ataupun Standalone- memberikan hasil yang (realtif) sama dengan yang ber-fps kecil. Ternyata fps hanya terasa  pada saat Live dan Record saja, sedangkan untuk access Internet tidak begitu nyata perbedaannya. Boleh jadi penilaian ini sangat subjektif, tetapi anda bisa membuktikannya sendiri dan mengabarkannya kepada kami tentang benar atau tidaknya.

Page 12: Installing a Simple and Good CCTV Power

Pernak-pernik Access DVR via Internet

Sejak dimuatnya artikel tentang Acess   DVR via Internet , beberapa pembaca ada yang berhasil mempraktekkannya langsung, namun tidak sedikit pula yang dibuat frustrasi oleh jlimetnya settingan pada modem ADSL. Persoalan utama kita adalah beraneka-ragamnya merk modem ADSL di pasaran, sementara yang kami kemukakan sebagai contoh adalah modem kelas pasaran (semoga bukan dari jenis yang abal-abal). Sekalipun tujuannya sama, yakni meloloskan Port, namun pada modem berkelas untuk menuju ke menu itu ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. Diperlukan keberanian yang luar biasa untuk mengotak-ngatik menu ini, sebab khawatir jika terjadi salah setting bisa-bisa koneksi Speedy kita malah jadi ngaco. Kekhawatiran seperti ini adalah  wajar, namun perlu kami tegaskan di sini: selama kita hanya "bermain" di menu Advanced --> NAT --> Virtual Server, maka koneksi Speedy kita dijamin aman. Jadi, jangan takut untuk mencoba.

Sekelumit menu modem yang kerap menimbulkan keheranan adalah menu Virtual Server. Setiap merk modem berbeda dalam menempatkan menu ini, sehingga diperlukan kesabaran untuk menemukannya. Contohnya seperti  menu pada modem "kojo" andalan Speedy, yaitu TP-Link TD-8817. Sejujurnya kami menyukai modem ini, tetapi sayang modem ekonomis ini hanya memiliki satu colokan RJ-45, sehingga untuk setting DVR kita memerlukan hubswitch lagi.

Untuk meloloskan Port DVR pada modem, maka kita harus masuk ke menu ini:

Page 14: Installing a Simple and Good CCTV Power

Pada contoh di atas, maka alamat IP Lokal DVR kita adalah 192.168.1.2 dengan Port 8080. Kolom Application boleh dikosongkan atau diisi dengan satu nama misalnya DVR1 atau apa saja. Setelah isian ini kita Save, maka langkah selanjutnya adalah menguji Port dengan masuk ke situs http://canyouseeme.org. Mestinya Port 8080 sudah Success.

DVR PC Base biasanya memerlukan 2, 3, bahkan 4 nomor Port yang harus diloloskan. Port defaultnya bisa dilihat pada menu DVR, yaitu menu Network. Untuk meloloskan semuanya kita hanya perlu menambah deretan Port pada isian di atas, misalnya 9000, 9001, 9002 dan 9003. Saat akan mengakses 3 DVR atau lebih, maka alamat IP setiap DVR kita masukkan ke Rule Index sendiri-sendiri dengan nomor port yang berbeda.

Kelihatannya mudah, ya? Namun, bagi sebagian orang -termasuk kami- ternyata jlimet juga. Jika anda masih belum berhasil, teruslah mencoba. Semoga satu saat berhasil, karena seperti yang pernah kami paparkan, access DVR melalui Internet merupakan puncak kepuasan tersendiri bagi customer pemakai DVR saat ini. Bagaimana, apakah Anda sependapat dengan kami? 

O, ya. Satu hal lagi, agar menu NAT bisa aktif, maka koneksi harus ada pada mode PPPoA/PPPoE seperti ini:

Page 15: Installing a Simple and Good CCTV Power

Mengatasi Drop Tegangan pada Camera

Salah satu upaya mengatasi drop tegangan pada camera adalah mengganti adaptor dengan  rangkaian Adjustable DC Regulated Power

Page 16: Installing a Simple and Good CCTV Power

Supply. Sebagaimana diketahui, masalah yang kerapkali muncul dalam instalasi camera adalah soal penempatan adaptor plug-in dimana kita jarang sekali mendapatkan sumber 220VAC di dekat camera, kecuali dengan menarik kabel listrik ke titik itu. Penempatan adaptor atau power supply yang jauh mendatangkan masalah drop tegangan. Hal tersebut tampak pada analisa di bawah ini:

Arus camera adalah arus yang tercantum dalam brosur spesifikasi. Misalkan dalam spesifikasi dinyatakan 300mA@12VDC, maka pada tegangan 12VDC camera "memakan" arus sebesar 0.3A untuk operasionalnya.

Di sisi lain, kabel penghantar yang panjang akan memiliki apa yang disebut dengan resistansi dalam (disimbolkan dengan huruf r kecil). Sesuai dengan hukum Ohm, maka arus yang mengalir melalui satu nilai resistansi akan membangkitkan tegangan sebesar arus (I) dikali nilai resistansi itu (r). Ilustrasi di atas memperlihatkan kabel merah-hitam yang biasa dipakai pada instalasi alarm dan PABX, kali ini dipakai untuk menyuplai tegangan camera pada jarak 30m. Misalkan, pada kabel merk tertentu diperoleh nilai r sebesar 3 ohm, maka tegangan drop yang terjadi

Page 17: Installing a Simple and Good CCTV Power

di satu kabel adalah: arus camera dikali resistansi kabel, yaitu 0.3A x 3 ohm = 0.9 Volt. Jika dijumlahkan, maka untuk jarak 30m, tegangan adaptor plug-in sudah berkurang sekitar 1.8 VDC. Akibatnya, tegangan di camera sebenarnya hanya sekitar 10,2 volt saja. Inilah  problematika yang mungkin pernah kita hadapi.

Pada bahasan selanjutnya, kami akan menjelaskan solusi alternatif dalam mengatasi masalah yang "klasik" ini. Salah satunya adalah dengan memakai rangkaian adjustable DC regulated power supply. Kendati belum dijelaskan secara detail, namun diagram di atas kiranya sudah memberikan gambaran yang gamblang mengenai apa yang dimaksud. Namun, jika belum jelas, nantikanlah posting kami selanjutnya seputar masalah ini, termasuk bagaimana cara praktis untuk mengetahui resistansi kabel yang dipasang.

Access Internet 3 DVR

Melengkapi uraian sebelumnya tentang Access DVR via Internet, maka pertanyaan yang kerapkali muncul adalah bagaimana jika kita akan meng-access 3 DVR di satu lokasi. Apakah kita perlu membuat 3 hostname berbeda di DynDNS ataukah cukup dengan satu hostname saja? Sekadar penyegaran, maka yang disebut hostname adalah nama yang kita buat di DynDNS (atau layanan DDNS lainnya), seperti: dvrkantor.mine.nu,  dvr.dvrdns.org dan sebagainya. Bagi yang ingin refreshing silakan rujuk pada uraian mengenai perbedaan DNS dan DDNS di sini. 

Setelah memahami apa itu WAN IP dan mengapa diperlukan DDNS, maka point terpenting dalam access DVR ini sebenarnya adalah Port. Ya, Port. Sebab Port-lah yang "dilihat" oleh aplikasi remote DVR. Apa itu Port? Wah, kalau pertanyaannya seperti ini, terus terang kami agak nervous dalam menjawabnya. Bagi kami yang terbilang awam, maka Port adalah alamat virtual (semu) yang hampir dapat diisikan dengan angka berapa saja (kecuali angka yang dikhususkan untuk aplikasi tertentu). Isian Port ini terdapat pada menu Network Setting setiap DVR, baik jenis Standalone maupun PC Base. Perbedaannya, pada DVR Standalone umumnya hanya diminta satu isian Port saja (misalnya 5445 dan lainnya), sedangkan pada PC Base ada yang sampai 4 (empat) isian Port, misalnya: 9001, 9002, 9003 dan 9004. Namun, berapapun banyaknya isian Port, yang jelas semua alamat Port ini harus dimasukkan ke dalam list Virtual Server pada modem ADSL. Perhatikanlah contoh diagram di bawah ini:

Page 18: Installing a Simple and Good CCTV Power

Diagram di atas memperlihatkan bagaimana 3 DVR di satu lokasi akan di-access oleh laptop/PC di lokasi lain. Syarat utama agar ketiga DVR ini dapat di-access adalah:

1. Kita harus membuat satu account di DynDNS, sehingga memiliki:    - Hostname : mis. dvrkantor.dvrdns.org atau terserah kita.    - Username : yaitu nama Login kita di DynDNS.    - Password  : yaitu password kita di DynDNS. 

2. Kita harus memasukkan ketiga parameter di atas ke dalam menu Network setiap DVR. Contoh isiannya seperti ini.

3. Isian parameter lainnya pada tiap DVR kita adalah sama, kecuali IP Address dan Port yang harus dibuat berbeda antar DVR (lihat diagram).

Setelah melakukan setting pada DVR sesuai dengan contoh di atas, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan IP DVR dan Port ini ke dalam menu Virtual Server yang ada pada modem ADSL (contohnya TP-Link TD-8840). Caranya: masuklah ke menu Advanced Setup -- pilih NAT -- Virtual Server, lalu klik Add. Contohnya sebagai berikut:

Page 20: Installing a Simple and Good CCTV Power

Jika masing-masing sudah di-Save/Apply dengan benar, maka kita akan memperoleh daftar Virtual Server lengkap seperti ini:

Page 21: Installing a Simple and Good CCTV Power

4. Lakukanlah verifikasi Open Port dari PC/Laptop yang berada dalam satu jaringan lokal dengan masuk ke situs http://canyouseeme.org. Pastikan DVR dalam keadaan On dan tersambung dengan ADSL modem. Pada kolom What Port isikanlah 5445 dan lihatlah apakah Success atau Error. Demikian juga untuk Port 5446 dan 5447.

5. Jika semua Port telah Success, maka kita bisa langsung meng-access setiap DVR, baik satu per satu maupun secara simultan, yaitu sebagai berikut:- Untuk DVR1 --> http://dvrkantor.dvrdns.org:5445- Untuk DVR2 --> http://dvrkantor.dvrdns.org:5446- Untuk DVR3 --> http://dvrkantor.dvrdns.org:5447

PenutupUntuk jumlah DVR yang lebih banyak, maka kita hanya perlu membedakan Port-nya saja. Kabar baiknya adalah kita bisa meng-access semua DVR secara simultan tak ubahnya seperti membuka beberapa situs di internet sekaligus. Namun kabar buruknya adalah, access DVR yang "jor-joran" seperti itu jelas akan memboroskan bandwidth. Jadi jangan heran jika gerakannya akan sangat lambat. Tetapi untuk sekadar menambah wawasan pengetahuan, bolehlah!

Terakhir, teknik ini bisa diterapkan sekalipun ketiga DVR tersebut berasal dari merk berbeda, bahkan jika salah satunya adalah DVR PC Base. Dengan demikian kita bisa melakukan test (semacam benchmarking) untuk mengetahui DVR mana yang gesit dan mana yang lelet.  DVR yang smart adalah DVR yang "survive" dalam memanfaatkan keterbatasan bandwidth, bukan DVR dengan feature melimpah, namun "tidak berdaya" saat menghadapi bandwidth kecil. Pertanyaannya apakah ada DVR mewah tetapi "tewas" di tengah persaingan bandwidth?  Jawabannya ada dan untuk itulah diperlukan adanya benchmark test semacam ini.