inkuiri

13

Click here to load reader

Upload: mariana-ade-cahaya

Post on 04-Aug-2015

1.146 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: INKUIRI

PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI

MAKALAH DAN RANCANGAN PEMBELAJARAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Biologi

oleh

Kelas B Program Magister

Ika Rifqiawati

Hendarly

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2012

Page 2: INKUIRI

PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI

A. Pengertian Inkuiri

Dalam bahasa Inggris, kata inkuiri bermakna penyelidikan, dan kata inkuiri juga

dapat bermakna sebagai pertanyaan. Dalam Sanjaya (2009) dinyatakan bahwa inkuiri

sering juga dinamakan heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskin yang

memiliki arti saya menemukan. Terlepas dari arti kata inkuiri yang berarti penyelidikan,

dan heuristic yang berarti penemuan, sebenarnya dua arti tersebut dapat saling

berhubungan.

Sanjaya (2009) menyatakan bahwa inkuiri adalah suatu metode pembelajaran

yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan. Berdasarkan

pendapat Sanjaya, maka dapat mengartikan bahwa inkuiri adalah metode yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui

percobaan maupun eksperimen sehingga melatih siswa berkreativitas dan berpikir

kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang pada akhirnya mampu

menggunakan pengetahuannya tersebut dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Winataputra (1992) menambahkan pengertian pembelajaran berbasis inkuiri

adalah metode yang dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-

konsep sains sebagaimana para saintis mempelajari dunia alamiah. Dari pernyataan

tersebut, maka inkuiri yang diterapkan dalam pembelajaran akan membuat siswa dapat

merasakan diri sebagai ilmuwan, dengan melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah, sehingga

siswa dapat lebih memahami konsep.

Ide pokok pembelajaran inkuiri berasal dari pemikiran Dewey. Namun dengan

istilah yang berbeda yaitu berpikir reflektif yang mempunyai maksud sebagai

kemampuan berpikir dalam melakukan usaha yang aktif, hati-hati, dan pengujian secara

tepat terhadap keyakinan seseorang atau pengetahuan tertentu berdasarkan dukungan

dan kenyataan. Ide pokok yang disampaikan oleh Dewey ini kemudian digunakan oleh

pakar psikologi, dan berbagai istilah kemudian digunakan oleh ahli pendidikan untuk

maksud yang dama, yaitu inkuiri.

Page 3: INKUIRI

Di Indonesia sendiri diperkenalkannya model pengajaran IPA yang mengem-

bangkan kemampuan berinkuiri pada tahun sekitar 1980-an. Model inkuiri yang

diperkenalkan saat itu yaitu Model Latihan Inkuiri (MLI) yang diturunkan dari model

inkuiri Suchman, dan undangan inkuiri (invitations into inquiry) dari Schwab

(Rustaman: 2005). Inkuiri akhirnya berkembang dan diterapkan pada beberapa bidang

studi, karena dinilai membawa dampak positif bagi siswa dan pendidikan pada

umumnya.

B. Perbedaan Discovery dan Inkuiri

Menurut beberapa ahli, istilah discovery dan inquiry terbagi dalam dua pendapat,

yaitu:

1. Istilah-istilah discovery dan inquiry dapat diartikan dengan maksud yang sama

dan dalam prosesnya dapat digunakan secara terpisah (bergantian) atau

bersamaan.

2. Istilah discovery sekalipun secara umum menunjuk kepada pengertian yang

dama dengan inqury, namun pada hakikatnya mengandung perbedaan.

Sukarto menuliskan dalam artikelnya bahwa John Dewey menyatakan inkuiri

dan discovery pada dasarnya saling berkaitan. Inkuiri dapat diartikan sebagai

penyelidikan, sedangkan discovery sendiri mempunyai arti yaitu penemuan. Sehingga

kaitannya adalah ketika siswa melakukan proses penyelidikan, yang akhirnya dapat

memperoleh suatu penemuan.

Sejalan dengan pernyataan John Dewey, Suryosubroto dalam Trianto juga

berpendapat bahwa inkuiri merupakan perluasan proses discovery, yang digunakan lebih

mendalam. inkuiry yang dalam bahasa Inggris Inquiry berarti pertanyaan, atau

pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia

untuk mencari atau memahami informasi.

Moh. Amien juga menyatakan demikian, bahwa inkuiri adalah perluasan dari

proses-proses discovery yang digunakan dalam cara dewasa. Dalam inkuirimengandung

proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya misalnya merumuskan masalah,

merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganilisis data,

menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka,

dan sebagainya.

Page 4: INKUIRI

C. Karakteristik Inkuiri

Menurut Sanjaya (2009) bahwa pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri

utama, yaitu:

1. Inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan

menemukan, artinya inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam

proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran

melalui penjelasan guru secara verbal, akan tetapi mereka berperan untuk

menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah

dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya diri.

Dalam pembelajaran inkuiri, guru bukan sebagai sumber belajar tetapi sebagai

fasilitator dan motivator belajar siswa.

3. Tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan

kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.

Sedangkan menurut pendapat Hinrichen dan Jannet dalam Zulfiani (2009),

inkuiri memiliki empat karakteristik, yaitu:

1. Koneksi

Dalam pembelajaran inkuiri, siswa mampu menghubungkan pengetahuan sains

pribadi dengan konsep komunitas sains, yang didapatkan dari diskusi bersama

dan eksplorasi fenomena. Guru mendorong untuk mendiskusikan dan

menjelaskan pemahaman mereka bagaimana fenomena bekerja, menggunakan

contoh dari pengalaman pribadi, menemukan hubungan dengan literatur. Proses

melalui konsiliasi, pertanyaan, dan observasi.

2. Desain

Karakteristik kedua yaitu desain, dalam pelaksanaannya siswa membuat

perencanaan mengumpulkan data yang bermakna yang ditujukan pada

pertanyaan (integrasi konsep sains dengan proses sains). Kemudian siswa

berperan aktif mendiskusikan prosedur, persiapan materi, menentukan variabel

kontrol, pengukuran. Guru memantau ketepatan aktivitas siswa. Proses melalui

prosedur-materi.

Page 5: INKUIRI

3. Investigasi

Siswa dapat membaca data secara akurat, mengorganisasi data dalam cara yang

logis dan bermakna, dan memperjelas hasil. Proses melalui koleksi dan

mempresentasikan data.

4. Membangun pengetahuan

Konsep yang dilakukan dengan eksperimen akan memberi arti yang lebih

bermakna dan melatih kemampuan berpikir kritis. Siswa harus menghubungkan

antara interpretasi data, interpretasi saintifik yang diterima. Siswa dapat

mengaplikasikan pemahamannya pada situasi baru yang mengembangkan

inferensi, generalisasi, dan prediksi. Guru melakukan sharing pemahaman siswa.

Proses melalui refleksi-konstruksi-prediksi.

D. Komponen Inkuiri

Pembelajaran inkuiri memiliki beberapa komponen. Sebagaimana yang

dikemukakan Garton (dikutip dalam Ahmad) bahwa pembelajaran dengan inkuiri

memiliki 5 komponen yang umum, yaitu:

1. Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka

yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu

fenomena.

2. Student Engangement. Dalam metode inkuiri, keterlibatan aktif siswa merupakan

suatu keharusan dalam menciptakan sebuah produk dalam mempelajari suatu

konsep.

3. Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja

berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan.

4. Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa

diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan

pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Melalui

produk-produk ini guru melakukan evaluasi.

5. Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber

belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan

ahli, dan lain sebagainya.

Page 6: INKUIRI

E. Tahapan Inkuiri

Inkuiri dapat menjadi pendekatan, karena sebagai teknik pembelajaran. Namun

dapat juga disebut sebagai model karena sudah memiliki sintak (tahapan) yang jelas.

Adapun sintak/tahapan inkuiri dalam Alberta (2004), yaitu:

Fase Domain Kognitif Domain Afektif

Planning Mendapatkan gambaran

keseluruhan proses

beserta tiap bagiannya,

Merencanakan

keseluruhan proses

Menghasilkan topik

permasalahan

Merasa optimis, keraguan, dan

khawatir

Memahami bahwa perasaan ini

akan berubah selama proses

berlangsung

Retrieving Memikirkan sumber

Mencari sumber

Memahami perbedaan

pola penyelidikan

Merasa bingung, ragu, marah,

dan terkadang merasa terancam

Processing Dimulai dari fokus

Mengenali perbedaan

informasi yang relevan

dengan informasi yang

terkait secara langsung

Mengenali pengaruh

yang potensial kepada

orang lain

Pada awalnya merasa optimis

dan percaya diri akan

kemampuan mereka untuk

menyelesaikan tugas

Merasa minat bertambah

Merasa kewalahan

Creating Mengorganisasikan

informasi

Memilih format

Membuat produk

pengetahuan baru

Merasa bergairah dan tertarik

tapi juga merasa tertekan untuk

menyelesaikan produk

Sharing Memikirkan audience

mereka

Merespon audience

sewajarnya

Merasa bergairah dan tertarik

tapi juga merasa tertekan untuk

tampil di depan audience

Evaluating Menanyakan apa yang

telah mereka pelajari

mengenai konten dari

topik

Menanyakan aoa yang

telah mereka pelajari

mengenai proses inkuiri

Merasa lega

Merasa puas atau tidak puas

Memahami bagaimana perasaan

mereka berubah selama inkuiri

Eggen & Kauchak dalam Trianto (2009) menyatakan tahapan pembelajaran

inkuiri sebagai berikut:

Page 7: INKUIRI

Fase Perilaku Guru

1. Menyajikan pertanyaan atau

masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasi

masalah dan masalah dituliskan di papan.

Guru membagi siswa dalam kelompok.

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa

untuk curah pendapat dalam membentuk

hipotesis. Guru membimbing siswa dalam

menentukan hipotesis yang relevan

dengan permasalahan dan

memproiritaskan hipotesis mana yang

menjadi prioritas penyelidikan.

3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa

untuk menentukan langkah-langkah yang

sesuai dengan hipotesis yang akan

dilakukan . Guru membimbing siswa

mengurutkan langkah-langkah percobaan

4. Melakukan percobaan untuk

memperoleh informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan

informasi melalui percobaan

5. Megumpulkan dan menganilisis

data

Guru memberi kesempatan kepada setiap

kelompok untuk menyampaikan hasil

pengolahan data yang terkumpul.

6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat

kesimpulan.

Sanjaya (2008) dalam bukunya juga membahas tahapan pembelajaran inkuiri,

penjelasannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Fase Kegiatan Guru

1. Fase orientasi Guru menjelaskan topik, tujuan, dan hasil

belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh

siswa.

Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang

harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai

tujuan. Dijelaskan juga langkah-langkah

inkuiri pada siswa.

2. Fase merumuskan masalah Guru membawa siswa pada persoalan yang

mengandung permasalahan. Guru juga

mendorong siswa untuk mencari

jawabannya. Permasalahan yang diberikan

kepada siswa yaitu masalah yang

mengandung konsep yang jelas harus dicari

dan ditemukan.

Page 8: INKUIRI

3. Fase mengajukan hipotesis Guru mendorong siswa untuk membuat

hipotesis dengan mengajukan pertanyaan

yang dapat mendorong siswa untuk dapat

merumuskan jawaban sementara atau dapat

merumuskan perkiraan kemungkinan

jawaban dari suatu permasalah yang dikaji

pada fase merumuskan masalah.

4. Fase mengumpulkan data Guru mendorong siswa untuk mencari

informasi yang dibutuhkan melalui

eksperimen. Disini siswa merancang

eksperimen, melaksanakan eksperimen, dan

melakukan pengumpulan data.

5. Fase menguji hipotesis Guru mengarahkan siswa untuk menganilis

data eksperimen dan menguji hipotesis yang

telah mereka ajukan sebelum siswa menarik

kesimpulan.

6. Fase merumuskan kesimpulan Guru membimbing siswa menarik

kesimpulan dari data eksperimen yang

sudah dianalisis. Kemudian, siswa

menyampaikan kesimpulan dalam diskusi

kelas

F. Jenis-jenis Inkuiri

Beberapa ahli menggolongkan inkuri dalam jenis-jenis yang berbeda. Callahan

dalam Suyanti (2010) membagi inkuiri menjadi dua jenis yaitu inkuiri tingkat pertama

(guided inquiry), dan inkuiri bebas (free inquiry). Sedangkan Sund dan Trowbridge

dalam Mulyasa (2006) membagi inkuiri dalam tiga jenis, yaitu:

1. Inkuiri terpimpin (Guide inquiry)

Inkuiri terpimpin digunakan terutama bagi siswa yang belum mempunyai

pengalaman belajar dengan inkuiri. Dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan

pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya, sebagian besar perencanaan

dibuat oleh guru dan para siswa tidak merumuskan permasalahan.

Dalam jenis ini, pelaksanaan penyelidikan dilakukan oleh siswa berdasarkan

petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada siswa berupa pertanyaan pembimbing.

Pelaksanaan pembelajaran dimulai dari pertanyaan, kemudian siswa menjawabnya.

Dari jawaban yang dikemukakan siswa, guru mengajukan berbagai pertanyaan

pelacak, dengan tujuan mengarahkan siswa ke suatu titik kesimpulan yang

diharapkan. Selanjutnya siswa melakukan percobaan-percobaan untuk

membuktikan pendapat yang dikemukakan proses inkuiri.

Page 9: INKUIRI

2. Inkuiri bebas (Free inquiry).

Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang

ilmuwan. Pada pengajaran ini, siswa harus dapat mengidentifikasi dan merumuskan

berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Metodenya adalah inquiry role

approach yang melibatkan siswa dalam kelompok tertentu, setiap anggota kelmpok

tugas memiliki tugas sebagai, misalnya koordinator kelompok, pembimbing teknis,

pencatatan data, dan pengevaluasi proses.

3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry)

Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem kemudian

siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,

eksplorasi, dan prosedur penelitian untuk membuktikan kebenarannya.

Trowbridge dan Bybee dalam Rustaman (2005) juga mengemukakan tiga

tingkatan inquiri berdasarkan tingkat kompleksitasnya pembelajaran dengan inkuiri,

yaitu:

1. Tingkatan pertama adalah pembelajaran penemuan (discovery)

Dalam pembelajaran penemuan siswa diajak melakukan pencarian konsep

melalui kegiatan yang melibatkan pertanyaan, inferensi, prediksi, berkomunikasi,

interpretasi dan menyimpulkan.

2. Tingkatan kedua adalah pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)

Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing masalah dimunculkan oleh

pembimbing atau oleh guru.

3. Tingkatan paling kompleks adalah inkuiri terbuka atau bebas (open inquiry)

Dalam pembelajaran inkuiri terbuka atau inkuiri bebas, masalah berasal dari

siswa dengan bantuan arahan dari guru sampai siswa menemukan apa yang

dipertanyakan dan mungkin berakhir dengan pertanyaan atau masalah baru yang

perlu ditindaklanjuti pada kegiatan pembelajaran berikutnya.

Perbedaan tiga tingkatan inkuiri dapat digambarkan pada tabel di bawah ini:

Tingkatan inkuiri Guru Siswa

Discovery Identifikasi permasalahan

dan proses

Menentukan proses

penyelesaian

Guided inquiry Mengajukan permasalahan Identifikasi dan

menyelesaikan masalah

Open inquiry Memberi konteks

penyelesaian masalah

Identifikasi alternatif hasil.

Page 10: INKUIRI

Selain memiliki perbedaan, ketiga pembelajaran tersebut memiliki kesamaan.

Kesamaannya ketiganya melibatkan keterampilan proses sains dan atau kemampuan

dasar bekerja ilmiah.

Moh. Amien dalam Jajang (2006) menguraikan tentang tujuh jenis inqury-

discovery, yaitu:

1. Guided discovery-inqury lab. Lesson

Jenis ini lebih menekankan peran guru dalam menyediakan bimbingan atau

petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini, guru yang membuat

perencanaan, dan memberikan petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana

menyusun dan mencatat, rumusan masalah juga diberikan oleh guru.

2. Modified discovery-inquiry

Dalam metode ini guru hanya memberikan masalah saja. Biasanya bahan

atau alat-alat yang diperlukan juga disediakan, kemudian siswa diminta untuk

memecahkannya melalui pengamatan, eksplorasi, atau melalui prosedur penelitian

untuk memperoleh jawabannya. Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan

caranya sendiri.

3. Free inquiry

Metode ini diterapkan pada siswa yang pernah melakukan modified

discovery-inquiry dan kepada siswa yang telah mempelajari dan memahami

bagaimana cara memecahkan masalah dan telah memperoleh pengetahuan cukup

tentang bidang studi tertentu. Dalam metode ini, siswa harus mengidentifikasi dan

merumuskan masalah yang akan dipelajari atau dipecahkan.

4. Invitation into inquiry

Metode ini hampir sama dengan free inquiry, namun siswa merumuskan

masalah berdasarkan suatu undangan (invitation) yang berupa pertanyaan masalah

yang telah direncanakan dengan hati-hati. Undangan berupa pertanyaan ini

diberikan dengan maksud agar siswa dapat melakukan kegiatan layaknya ilmuwan,

yaitu merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan kontrol,

menentukan sebab akibat, menginterpretasi data, membuat grafik, menentukan

peranan diskusi, kemudian menarik kesimpulan.

Page 11: INKUIRI

5. Inquiry role approach (I.R.A)

Metode ini sebenarnya merupakan pelaksanaan pemecahan masalah dari

invitation into inquiry, namun siswa dibentuk dalam kelompok yang terdiri dari

empat anggota. Setiap anggota memiliki perananan yang berbeda yaitu sebagai

koordinator kelompok, penasehat teknis (technical advisor), pencatat data (data

recorder), dan evaluator proses.

6. Pictorial riddle

Pemberian riddle biasanya berupa gambar atau peragaan yang ditempel di

papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan, kemudian guru mengajukan

pertanyaan berkaitan dengan riddle tersebut. Teknik atau metode ini untuk

mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok, yang akan

meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa.

7. Synetics lesson

Synetics ini diperkenalkan oleh William J.J. Gordon dan rekan kerjanya,

dengan tujuan untuk memberikan suatu cara menstimulasi bakat-bakat kreatif siswa.

Kebanyakan kegiatan synetics dinilai dengan kegiatan-kegiatan kelompok yang

tidak rasional, yang kemudian berkembang menuju kepada masalah dan

pemecahannya yang rasional.

G. Kelebihan dan Kekurangan Inkuiri

Kelebihan inkuiri menurut Suyanti (2010) yaitu:

1. Dianggap membantu siswa dalam mengembangkan atau memperbanyak

persediaan dan penguasaan keterampilan proses kognitif siswa.

2. Penemuan membangkitkan gairah siswa.

3. Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan

kemampuannya.

4. Siswa dapat mengarahkan sendiri cara belajarnya.

5. Membantu memperkuat pribadi siswa.

6. Inkuiri menekankan pembelajaran yang berpusat pada anak.

7. Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat dan menemukan

kebenaran akhir dan mutlak.

Page 12: INKUIRI

Alberta (2004) juga memberikan pernyataan tentang kelebihan dari inkuiri,

yaitu:

1. Inkuiri mampu mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan

siswa.

2. Siswa mempunyai kemampuan untuk mempelajari agar permasalan yang belum

mendapat solusi dapat teratasi.

3. Memberi perubahan dan tantangan kepada siswa untuk memahami.

4. Siswa dapat membentuk penyelidikan untuk menemukan solusi, sekarang dan

masa depan.

Selain memiliki kelebihan, inkuiri juga memiliki kelemahan. Winataputra (1992)

merincikan kelemahan inkuiri, yaitu:

1. Dalam mengubah kebiasaan belajar bukanlah suatu hal yang mudah

dilakukan.

2. Umumnya guru belum merasa puas dalam mengajar, jika belum banyak

menyajikan informasi secara ceramah.

3. Membutuhkan penyediaan berbagai sumber belajar dan fasilitas yang

memadai dan biasanya sukar untuk penyediaannya.

4. Jumlah siswa yang relatif banyak membuat penggunaaan inkuiri sukar untuk

dikembangkan dengan baik.

Page 13: INKUIRI

DAFTAR PUSTAKA

Alberta. (2004). Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry Base

Learning. Canada: Edmonton. Diakses pada 25 September 2012 dari

http://www.Irc.learning.Gov.ab.ca/

Jaelani, jajang. (2005). Pengaruh Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Suhu dan Kalor. Skripsi

pada FMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Rustaman, N.Y. (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri

dalam Pendidikan Sains. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional II

Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan Ipa Indonesia. Di FPMIPA

Universitas Pendidikan Indonesia, tanggal 22-23 Juli 2005.

Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Prenada Media.

Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media.

Sukarto. Metode Pembelajaran Discovery dan Inkuiri. Diakses pada 25 September

2012, dari http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2098069-metode-

pembelajaran-inkuiri-dan-discovery/#ixzz28QSrNozz

Suryanti, R.D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivis. Prestasi

Pustaka.Jakarta

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Prenada

Media.

Winataputra, S, Udin. (1992). Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Zulfiani. (2009). Model Inkuiri (Powerpoint slides). Tidak diterbitkan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Indonesia.