info pe di jambi

Upload: dipawangsa

Post on 08-Mar-2016

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bacalah dengan bijak dan teliti

TRANSCRIPT

Menanti Energi Terbarukan Limbah Cair TBS di Muarojambi

POME: Pemanfaatan Palm Oil Mill Effluent (POME) menjadi satu perhatian khusus dalam pengembangan Proyek Kemakmuran Hijau. Duta Besar Amerika Serikat (AS), Robert O. Blake, Jr dalam lawatannya ke Provinsi Jambi, mengunjungi Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, Rabu (04/06/2014). PT. Biccon Agro Makmur menjadi PKS yang dikunjungi Dubes AS terletak persis di Desa Sungai Gelam dengan jarak tempuh 2 jam perjalanan dari Kota Jambi.FOTO ROSENMAN MANIHURUK/HARIAN JAMBI

ENERGI LIMBAH

Kabupaten Muarojambi memiliki potensi untuk membangun pembangkit energi terbarukan limbah cair kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent). Hal itu dimungkinkan karena di Kabupaten Muarojambi terdapat 12 pabrik kelapa sawit diMuarojambi. Dana pembangunan sudah ada dari hibah Pemerintas Amerika Serikat.

R MANIHURUK, Jambi

Bupati Muarojambi H Burhanuddin Mahir di Kota Jambi kepada Harian Jambi, baru-baru ini mengatakan, Wakil GubernurJambiH. Fachrori Umar bersama Dubes USA Robert Blake meninjau lokasi rencana pembangunanPembangkit Listrik dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit PT. Biccon Argo Makmur, April llau.

Disebutkan, energi terbarukan merupakan Proyek Kemakmuran Hijau dari Millennium Challenge Corporation untuk mendanai pembangunan ekonomi rendah karbon di Kabupaten terpilih.

Disebutkan, hal ini mendapat sambutan baik dari Wakil GubernurJambiagar proyek berjalan optimal. Komitmen pemerintah untuk program ini dengan harapan masyarakat mendukung terlaksananya program ini dengan baik, katanya.

Menurutnya, pembangunan yang baik itu terlebih dahulu memikirkan dampak buruk yang akan terjadi sehingga tidak terjadi permasalahan dikemudian hari. Kita harus berubah kearah yang lebih baik dengan memikirkan dampak buruk pembangunan dan ini harus kita lakukan agar pembangunan kita semakin baik, ujarnya.

Sementara Dubes USA Robert Blake menyampaikan proyek energi terbarukan dengan tujuan mengurangi emisi gas rumah kaca. Dampak iklim serta memperbaiki pengelolaan lingkungan yang memiliki harapan menjadi model pembangunan yang sengat relevan bagi Indonesia.

Kombinasi program yang kami sukai dan proyek ini terus dipantau dan apa dampak ekonomi bagi masyarakat yang langkah berikutnya bisa dikembangkan oleh pemerintah, ujarnya.

Dengan potensi 600 pabrik kelapa sawit yang ada di Indonesia berpotensi menghasilkan listrik sebesar 1000 Mega Watt diantaranya terdapat 12 pabrik kelapa sawit diMuarojambi.

Direncanakan limbah cair PT. BAM mampu menghasilkan 1,2 MW untuk 2500 KK dengan daya450 VA disetiap rumah atau 1300 KK dengan daya 900 VA.KabupatenMuarojambimenjadi bagian dari 11 provinsi di Indonesia yang mendapat dana hibah dari MCC melalui MCA Indonesia yang akan bekerjasama dengan pemerintah dalam pelaksanaan proyek dilapangan lima tahunan.

Sementara Direktur Bagian Kemakmuran Hijau MCAI Budi Sukuco menyampaikan dana 600 juta dolar AS untuk Indonesia (2013-2018) akan dialokasikan untuk daerah yang sudah ditetapkan.

Skema pembiayaan hibah Proyek Kemakmuran Hijau membuka kesempatan bagi PKS yang ingin memanfaatkan fasilitas tersebut. MCA-Indonesia akan mengevaluasi terlebih dahulu melalui beberapa tahapan dan survey kata Budi Kuncoro, Direktur Proyek Kemakmuran Hijau.

Pembiayaan tersebut tentu saja tidak untuk keseluruhan pembangunan pembangkit listrik. PT. Biccon Agro Makmur merupakan salah satu PKS yang membuka diri untuk pengembangan pembangkit listrik dari POME.

Kami berusaha mendapatkan hibah ini untuk membantu pembangunan pembangkit listrik di sini kata Robinson Sibagariang, salah satu pemilik PT. Biccon Agro Makmur.

PT Biccon Agro Makmur sendiri memiliki 6.000 hektar kebun kelapa sawit. PKS sendiri sudah beroperasi sejak Oktober 2011 hingga kini dengan kapasitas 60 ton per jam. Kabupaten Muaro Jambi memiliki setidaknya 10 PKS yang berpotensi menghasilkan 15-20 MW listrik.

Saat ini, sudah empat PKS yang menyatakan ketertarikannya berinvestasi untuk listrik dari POME. Dengan dibangunnya pembangkit listrik dengan memanfaatkan POME di Muaro Jambi, tentu sangat akan banyak membantu kebutuhan pasokan listrik masyarakat yang tentu berdampak langsung pada peningkatan taraf hidup masyarakat. (*/lee)

February 11, 2013 @ 2:42 pm

EnergiToday-- Provinsi Jambi sudah lama memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) untuk mengatasi kebutuhan listriknya. Kehadiran PLTMH di daerah ini sekurangnya memberikan kontribusi positif bagi dunia industri. Seperti dialami perkebunan teh Kayu Aro milik PTPN VI yang mengklaim mulai Januari 2013, mampu berhemat hingga Rp 16 miliar per tahun karena berkurangnya biaya penggunaan BBM.

Secara khusus sungai-sungai di kawasan hulu Kabupaten Merangin, Jambi, selama 20 tahun dimanfaatkan masyarakat setempat untuk menghasilkan listrik. Melalui pembangkit bertenaga mikrohidro, listrik yang dihasilkan telah mencapai 1,5 megawatt. Menurut Koordinator Sekretariat Bersama Poros Masyarakat Kehutanan Merangin Edi, pemanfaatan listrik dari sungai-sungai setempat dilatarbelakangi keterbatasan pasokan listrik Perusahaan Listrik Negara, khususnya bagi masyarakat di kawasan hutan.Saat ini, lanjut Edi, dari 1,5 MW listrik yang dihasilkan secara swadaya, 636.000 watt diantaranya merupakan pemanfaatan listrik bagi masyarakat di sekitar hutan penyangga Taman Nasional di Jambi. Masyarakat membangun sendiri kincir dan turbin di sepanjang Sub-DAS Sungai Tabir, Sub-DAS Sungai Merangin, dan Sub-DAS Tembesi, yang semuanya mengalir ke Sungai Batanghari. Sungai menjadi bagian penting kehidupan masyarakat. Mereka memanfaatkannya sebagai sumber air bersih dan irigasi. Masyarakat juga memanfaatkan sungai sebagai energi potensial untuk pembangkit listrik, ujarnya.Sementara itu PLTMH Dusun Petekun, Desa Nalo Baru, Kecamatan Nalo Tantan, Kabupaten Merangin yang baru beroperasi 2012 menambah jumlah PLTMH yang ada di Provinsi Jambi. Tenaga pembangkit listrik yang dihasilkan PLTMH di Dusun Pertekun itu berkekuatan 30 megawatt yang menggunakan sungai Tantan sebagai penggerak turbin, saat ini mampu menerangi rumah masyarakat dusun Petekun yang berjumlah 80 KK.Menurut data dinas ESDM setempat, saat ini di Kabupaten Merangin hanya ada lima desa lagi yang belum tersentuh aliran listrik. Dan untuk 5 desa tersebut akan diupayakan pada tahun 2013 sudah menikmati aliran listrik. Secara keseluruhan PLMTH di Provinsi Jambi terdapat di PLTMH Desa Nilo Dingin Merangin Jambi 50Kw dipakai 150 rumah sejak tahun 1999.Sungai Tebal Merangin Jambi telah menghasilkan 100Kw dipakai 250 rumah pada tahun 2007. Di Desa Muara Pangi Lembah Masurai Merangin Jambi 50Kw dipakai 125 rumah yang mulai beroperasi tahun 2008. Ada juga PLTMH di Desa Rantau Kermas Merangin Jambi 50Kw dipakai 120 rumah tahun sejak 2000 dan di Desa Pulau Tengah sejak tahun 2001 menghasilkan 104Kw untuk dipakai 300 rumah. PLTMH Desa Ngaol Merangin Jambi 50Kw dipakai 273 rumah tahun pada 2003, Muara Madras Kecamatan Jangkat pada tahun 2004 yang menghasilkan listrik 104Kw dipakai 500 rumah. Di Kecamatan Masurai terdapat PLTMH yang menghasilkan 50Kw dan dipakai 150 rumah tahun sejak 2005. Pembangunan PLTMH tersebut dibiayai baik swadaya oleh masyarakat juga berbagai pihak yang telah memberikan dananya untuk menerangi Provinsi Jambi melalui PLTMH. (alf)

JAMBIUPDATE.COM, JAMBI Tahun 2015 mendatang, Pemerintah Provinsi Jambi merencanakan akan mambangun tiga Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).Ada tiga, lokasinya di Sarolangun, Merangin, ditambah pula Bungo satu, kata Kepala Dinas ESDM Provinsi Jambi Erman Rahim, ketika dikonfirmasi Senin (20/10).Menurutnya, Dinas ESDM saat ini masih menunggu Fasibility Study dari rencana itu. Dikatakannya, sebenarnya, di tahun 2014 ini juga ada rencana pembangunan PLTMH. Akan tetapi, dikarenakan dananya kurang, pembangunan tersebut batal. Dana hanya Rp 1, 3 Miliar. Apabila ingin membangun PLTMH itu kita harus memiliki dana sekitar Rp 2 Miliar, sebutnya.Daya PLTMH yang akan dibangun di Sarolangun dan Merangin nanti dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Kebutuhan rumah tangga akan terpenuhi, jelasnya.Dikatakannya, pada 2012 lalu, pemerintah juga telah membangun PLTMH di Kabupaten Bungo, yakni di Desa Batu Kerbau. Akan tetapi, debit air untuk memutar mesin PLTMH itu dinilai kurang, karena letaknya tidak pas.

PLTMH Hadir, Keluarga Bisa Hemat Hingga 6,8 Juta per TahunDitulis olehredakturpadaRab, 11/27/2013 - 15:29

Di Desa Sepantai Renah, listrik adalah barang langka yang sangat asing di telinga mereka. Jangankan bergelimang sarana penerangan, untuk mencapai desa tersebut saja, harus dilalui dengan kondisi jalan yang tidak biasa.Sepantai Renah adalah satu diantara 31 lokasi pembangunan PLTMH di Provinsi Jambi. Desa ini merupakan bagian dari 17 desa di Kecamatan Muara Siau Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Meski hanya berjarak 15 km dari ibu kota kecamatan, jalan menuju desa Sepantai hanyalah jalan tanah yang sama sekali tidak bisa dilewati jika turun hujan. Artinya, jika hujan turun pada saat berada di dalam desa, maka untuk keluar harus menunggu jalan kering esok hari, begitupun sebaliknya.Kehidupan warga Sepantai Renah tidak berbeda jauh dengan warga di kecamatan Muara Siau umumnya. Mereka hidup rukun dengan mengandalkan perkebunan karet sebagai sumber utama.Namun yang paling membedakan mereka dengan masyarakat lainnya adalah sarana-prasarana dasar. Terutama penerangan listrik. Untuk memenuhi kebutuhan listrik, warga kebanyakan menggunakan mesin genset yang biaya operasionalnya lebih besar dari biaya kebutuhan pokok sehari-hari.Betapa tidak, jika untuk menghidupkan mesin genset selama 5 jam, setidaknya membutuhkan 2 liter minyak yang jika diberli di Desa sepantai bisa mencapai Rp. 10.000 per liter. Dengan demikian, untuk masyarakat setidaknya menghabiskan biaya Rp. 600.000 per bulan hanya untuk sarana penerangan.Masyarakat mengeluh, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan bagi warga yang tidak mampu, terpaksa menjadikan lampu taplok yang sebagai teman setia pada malam hari. Suasana malam hari begitu jauh dari impian. Anak-anak belajar hanya diterangi penerangan seadanya, bahkan ada yang hanya menggunakan senter. Kebanyakan warga memandang televisi, kulkas atau alat elektronik lainnya sebagai barang impian yang entah sampai kapan bisa dinikmati.Kini, sejak dibangunnya PLTMH pada tahun 2011 di Desa Sepantai Renah masyarakat dapat menikmati penerangan. Anak-anak sudah dapat belajar dengan tenang, masyarakat sudah banyak yang memiliki televisi dan barang elektronik lainnya untuk mempermudah kegiatan harian mereka. Bahkan terdapat juga warga yang memanfaatkan PLTMH untuk mempermudah usaha yang membutuhkan tenaga listrik.PLTMH dengan kapsitas 15 Kwh tersebut dibangun dengan anggaran Rp. 326.500.000 dari PNPM Mandiri Perdesaan serta ditambah dengan swdaya masyarakat sebesar Rp. 30.543.000. Swadaya tersebut diberikan dalam bentuk material batu, pasir, dan koral, serta kayu tiang listrik.Dengan adanya PLTMH, saat ini hanya dengan membayar iuran Rp. 5.000 untuk satu buah bola lampu, masyarakat sudah bisa menikmati penerangan dari pukul 18.00 wib hingga pukul 06.00 Wib. Selain itu, beberapa warga juga sudah memliki televisi yang untuk biaya listriknya hanya Rp. 15.000 per bulan. Lalu berapa untung yang didapat masyarakat dengan hadirnya PLTMH?Jika sebelumnya mereka mengeluarkan biaya Rp. 600.000 per bulan, maka saat ini mereka hanya membutuhkan Rp. 30.000 per bulan. Biaya Rp. 30.000 ini jika dirata-ratakan tiap rumah menghidupkan 3 buah bola lampu (Rp. 5.000 X 3 = 15.000) lalu ditambah dengan 1 unit televisi Rp. 15.000 per bulan.Dari perhitungan diatas, setidaknya satu rumah tangga bisa menghemat pengeluaran Rp. 570.000 per bulan (600.000 30.000). Jika dihitung satu tahun, maka satu rumah tangga telah berhemat sebesar Rp. 6.840.000.Menghitung untung PLTMH memang akan menemukan angka yang menakjubkan bagi masyarakat desa. Hasil akhir diatas hanya dihitung dengan mengambil satu rumah tangga. Bagaiman jika hitungan itu juga diberlakukan bagi 87 rumah tangga yang terdapat di Desa Sepantai Renah? Tentunya akan lebih fantastis lagi.Untuk diketahui, hingga 2013 PNPM Mandiri Perdesaan dengan didukung swadaya masyarakat telah membangun 31 unit PLTMH dengan kapasitas yang berbeda antara 15 hingga 60 Kwh. Pembangunan 31 unit PLTMH ini telah menelan biaya sebesar Rp. 8.496.417.118. Selain anggaran APBN dan APBD tersebut, juga didukung oleh swadaya masyarakat sebesar 6.241.215.650 atau sebesar 73,46%. (men/iec-jambi)

Kisah ProjectPembangkit Listrik Tenaga MikroHidro Desa Pulau Tengah JambiNah Gan saya punya sepenggal kisah ni waktu jadi project engineer di PLTMH di desa pulau tengah kecamatan jangkat kabupaten merangin propinsi jambi biar kerenan dikit ne perjalanan yang ngebiaya in tuh pemerintah lumayan jadi bisa nyusun Skripsi studi kasus langsung di lapangan gratisan lagi trus digaji pula mantap ga Gan....hatur nuhun & banyak terima kasih buat pemerintah lah... alkisah dari perjalanan menuju lokasi berat juga gan ane berangkat dari Bogor nyubuh jam 4 sampe di Bandara Soekarno jam 8 trus berangkat pake pesawat pukul 11 sampe bandara sultan Thaha jambi jam 12 an gan...trus perjalanan mpe kabupaten merangin dari jam 1 SIANG sampe jam 7 malam gan caaapeee luar biasa, tidur deh nginep di hotel di kabupaten merangin Paginya kita berangkat ke lokasi gan nah inilah perjalanan yang paling luar biasa cape & menegangkan gan, jalannya hancur berat gan ke lokasi mpe ada yang mogok n terguling juga mobilnya setelah perjalanan yang berat & menempuh waktu sekitar 12 jam perjalanan akhirtiba juga di lokasi gan,,waktunya peralatan doraemon di gunakan GPS, Laptop, Kamera, Pulpen, buku, Gabus Tali Rapia, golok & tidak lupa sepatu Bot Motor w...Jepret sana jepret sini itung sana itung sini lompat sana lompat sini akhirnya data terkumpul juga Alhamdulillah... tinggal di olah dan dibuat laporan & tidak lupa DED nya ( Digital Engineering Desainnya pake Autocad & Global Mapper GAN). Hasilnya kirimin deh sama yang punya hajat semoga bermanfaat, maaf gan laporannya ga saya tulis disini soalnya kegedean gan Kuotanya jadi lama buat uploadnya

a. Jalan menuju Lokasi b. Desa Pulau Tengah Jambi c. alat - alat bantu pengambil data

d, Persiapan menembus hutan Desa Pulau Tengah

e Bendungan sungai & Bak pengalihnya f. Saluran pembawa PLTMH Desa Pulau Tengah g. Head Tank PLTMH desa Pulau Tengah Jambi h. Pipa Penstock PLTMH Desa Pulau Tengah

i. Turbin Double CrossFlow PLTMH Desa Pulau Tengah j. Generator PLTMH Desa Pulau Tengah

k. Pengumpulan data lapangan l. Panel Electric Sederhana PLTMH Desa Pulau Tengah

m. Distribusi Listrik ke penjuru Desa Twisted Cable n.Saluran pembuangan power house

Propinsi JambiMay 5, 2014Hasilkan 30 MW, PLTMH Senamat Ulu Diresmikan Anggota Parlemen Norwegia

Hasilkan 30 MW, PLTMH Senamat Ulu Diresmikan Anggota Parlemen NorwegiaBUNGO - Ketua Komisi Energi dan Lingkungan Hidup Parlemen Norwegia, Ola Elvestuen, meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)...WWW.BERITA3JAMBI.COM

Kotoran Sapi, Sumber Energi Desa Senamat UluHadi Suprapto, Ramond EPU (Jambi)Rabu, 21 Mei 2014, 12:16 WIB

VIVAnews- Sejuk, indah, dan tenang jadi suasana yang bakal dirasakan ketika memasuki Desa Senamat Ulu, Kecamatan Bathin III Ulu, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Desa yang harus ditempuh dengan perjalanan 7 jam dari Kota Jambi ini merupakan salah satu Desa Wisata di Kabupaten Bungo. Wisata yang dimiliki desa ini seperti peninggalan Zaman Batu Menhir Senamat Ulu dan pemandian Gelagah Buto dengan tumpukan batu raksasa di aliran sungai.

Jika sedang berada di desa ini mata akan disajikan dengan pemandangan perbukitan, sawah dan hutan yang masih terjaga. Tak aneh jika warga di sini "kenyang" dengan udara segar yang menyehatkan.

Ramah dan tangan terbuka untuk setiap tamu yang datang, menjadi ciri khas warga Desa Senamat Ulu. Tak jarang pelancong akan disambut sebagai tamu utama saat mampir dari satu rumah ke rumah warga.

Hanya 260 Kepala Keluarga yang tinggal di desa ini. Perkampungan hanya terlihat di beberapa bagian saja. Sebagian lagi tinggal di daerah yang berdekatan dengan sawah dan kebun. Umumnya, warga bermata pencarian bertani dan berladang. Ada juga yang berdagang dengan membuka warung kebutuhan sehari-hari.

Namun, yang namanya listrik, warga Desa Senamat baru beberapa tahun ini merasakannya. Berbeda dengan orang-orang kota, warga Senamat dapat menggunakan listrik dengan mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Kincir Air (PLTKA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), sehingga masih ada saja rumah warga desa yang belum teraliri listrik.

Meski demikian, kondisi ini tidak serta merta menjadikan warga Desa Senamat Ulu berpangku tangan dan meratapi kegelapan yang menyelimuti desa mereka. Awal 2008 menjadi catatan sejarah bagi warga Senamat. Karena, dengan kreatifitas dan bantuan aktivis lingkungan, warga Senamat memiliki PLTKA.

Mengandalkan aliran air Batang (sungai) Senamat, 5 PLTKA bisa digerakan dan mengaliri puluhan rumah. Meski demikian, tidak semua rumah yang bisa menikmati aliran listrik PLTKA ini.

Namun, PLTKA juga mulai ditinggalkan warga Senamat Ulu. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro (PLTMH) baru empat bulan ini mereka nikmati. Sama halnya dengan PLTKA, PLTMH juga mengandalkan aliran Batang Senamat. Hebatnya, PLMTH bisa menghasilkan 220 watt untuk satu rumah. Sedangkan sebelumnya menggunakan PLTKA, warga hanya bisa memakai listrik tidak sampai 150 watt setiap rumahnya.

Warga Produksi Elpiji Sendiri, Bahannya dari SampahBukan saja punya energi listrik sendiri mengandalkan aliran air sungai, warga desa juga menggunakan kotoran sapi untuk dijadikan energi biogas. Dengan biogas, warga tidak repot lagi dan harus takut jika pasokan gas hilang di tengah masyarakat.

Seperti diceritakan Tabri (37 tahun), warga Senamat Ulu yang menggunakan listrik dari PLTMH. "Listrik merupakan sesuatu yang berharga bagi kami. Karena, jika tidak menggunakan diesel atau PLTMH, kami tidak bisa menikmati listrik," kata Tabri.

Listrik menggunakan PLTKA dan PLTMH hanya bisa mereka nikmati pukul 6 sore sampai 6 pagi. Semenjak menggunakan PLTMH, pada hari Jumat dan Minggu, listrik bisa hidup 24 jam. "Listrik juga bagi kami hanya kebutuhan untuk lampu saja. Karena tidak bisa untuk televisi ataupun peralatan listrik lainnya. Karena, daya PLTKA tidak tertarik," ungkapnya.

Meski demikian, hal ini patut disyukuri. Sebab, jika dia mengingat pada 1990, desa ini gelap gulita. Hanya satu atau dua rumah saja yang memiliki listrik diesel. "Apalagi televisi pada waktu itu jadi hal yang sangat langka. Kalau mau nonton, kami harus beramai-ramai numpang di salah satu rumah. Bahkan, sempat harus bayar Rp100 kepada pemilik televisi," katanya.

Hingga saat ini, untuk menyetrika mereka hanya bisa menggunakan setrika tradisional arang. "Untuk pakaian sehari-hari jarang disetrika. Hanya pakaian sekolah anak dan pakaian untuk pergi acara saja," katanya sambil tersenyum.

Untuk itu, dia sangat berharap PLTMH bisa terus menjadi andalan mereka dalam menikmati listrik. "Semoga air Batang Senamat selalu ada dan PLTMH bisa hidup terus. Kami dak mau lagi gelap seperti dulu," ujarnya.

Hal senada diungkapkan Ali, warga Senamat Ulu yang juga senang setelah PLTMH hadir di desa mereka. Sebab, dengan menggunakan PLTMH, biaya membayar listrik juga sangat murah, hanya Rp50 ribu per bulan. Sebelumnya, dirinya menggunakan diesel untuk kebutuhan listrik. Namun, biaya yang dikeluarkan sangat besar. "Kalau waktu pakai mesin diesel bisa sampai Rp500 ribu per bulan," katanya.

Untuk itu, dirinya juga menyadari pentingnya untuk menjaga agar aliran air Batang Senamat tetap ada, tidak kering atau banjir. Ancaman kekeringan atau banjir katanya sangat besar terjadi. "Di hulu Batang Senamat, kondisi hutannya memprihatinkan. Karena, ada beberapa perusahaan yang membuka HTI untuk menanam sawit," ujarnya.

Saat ini, warga Desa Senamat Ulu juga memiliki hutan desa sebagai batas agar perusahaan tidak terlalu jauh invasi menghabisi hutan yang ada di sekitar desa mereka. "Kami juga berharap kepada pemerintah tidak terus memberi izin kepada perusahaan untuk membuka lahan di hulu Batang Senamat ini," katanya.

Sementara itu, Mulyadi (33 tahun), ketua pengelola PLTMH mengakui untuk membangun PLTMH mereka dibantu Pemerintah Provinsi Jambi. Awalnya, warga bersama-sama berkumpul untuk mencari solusi agar listrik hadir di desa mereka. "Kami dibantu Warsi untuk mengajukan pembangunan PLTMH kepada Pemerintah Provinsi Jambi. Alhamdulillah tidak sampai setahun pengajuan kami dikabulkan. Dibangun tahun 2013, awal 2014 PLTMH sudah bisa dinikmati warga Senamat Ulu," katanya.

Untuk pengelolaan PLTMH dikatakannya dikelola empat orang, yaitu ketua, sekretaris, bendahara, dan penjaga PLTMH. Setiap hari penjaga PLTMH selalu mengecek kondisi aliran air menuju turbin PLTMH. Jika ada sampah dibersihkan, karena bisa menganggu aliran air untuk menggerakan turbin PLTMH.

Pengelola PLTMH dibayar melalui iuran warga yang mendapatkan aliran listrik PLTMH. Dengan rincian, seluruh pembayaran warga dibagi tiga. Pertama untuk biaya perawatan, kedua untuk pengelola dan terakhir untuk kas. "Saat ini sudah 104 rumah yang menggunakan listrik tenaga PLTMH ini. Kemungkinan akan terus bertambah. Karena, masih ada rumah yang belum teraliri PLTMH," jelasnya.

Energi murah

Sedangkan untuk pengguna Biogas, M Rozi (44) mengakui beruntung bisa menggunakan energi biogas untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. "Sudah dua tahun saya menggunakan biogas ini untuk kebutuhan memasak di rumah. Aman, tidak takut meledak," katanya.

Diceritakannya, untuk membuat energi biogas ini hanya butuh uang Rp1 juta saja. Dengan modal segitu bisa digunakan untuk membuat dua bak untuk rendaman jerami dan tempat adukan kotoran. Setelah itu, terpal untuk penampung kotoran dan gas sepanjang 12 meter.

"Sehari, saya hanya butuh duapuluh kilogram kotoran sapi. Kotoran sapi selain dari ternak sapi saya sendiri, saya juga mengumpulkan dari lapangan tempat sapi berkumpul," jelasnya.

Dia tertarik menggunakan biogas setelah mendapatkan info dari temannya di daerah Solok, Sumatera Barat, yang bisa menggunakan kotoran sapi menjadi bahan gas. "Kalau menggunakan elpiji kan mahal. Kalau ini hanya menggunakan kotoran saja sudah bisa," katanya.

Selain menghasilkan biogas, ampas kotoran sapi yang digunakan untuk biogas juga bisa digunakan untuk pupuk. "Banyak sekali manfaat yang didapatkan dari menggunakan biogas ini," ujarnya.

Dia mengakui, awalnya banyak yang ragu dengan cara yang digunakannya dalam mengolah kotoran sapi menjadi sumber energi. Namun, dirinya bisa membuktikan apa yang dilakukannya bisa membuahkan hasil. "Cuma persoalannya, penggunaan biogas ini tidak semuanya bisa melakukannya. Karena, harus ada lahan dan tidak bisa di tengah kampung. Karena baunya cukup mengganggu," katanya.

Beruntungnya Rozi memiliki rumah yang tidak jauh dari kebun pribadinya. Sehingga, peralatan biogas bisa diletakan di dekat kandang sapi miliknya. "Makanya masih banyak di kampung saya ini yang belum menggunakan biogas," ujarnya.

Apa yang dilakukan warga Senamat Ulu ini ternyata secara tidak langsung sudah membantu bumi melawan pemanasan global yang berdampak terhadap perubahan iklim. Seperti diungkapkan Rudi Syaf, Manejer Program KKI Warsi, penggunaan mikro hydro dan biogas merupakan salah satu langkah penurunan emisi.

"Bagaimana tidak, dengan menggunakan biogas mengurangi masyarakat desa dalam penggunaan kayu sebagai bahan bakar memasak. Sedangkan menggunakan mikro hydro masyarakat juga sudah mengurangi penggunaan bahan bakar fosil untuk diesel," katanya kepadaVIVAnews.

Saat ini menurutnya yang paling penting bagi masyarakat Senamat Ulu bagaimana menjaga PLTMH tetap terus berfungsi dengan baik. "Membuat PLTMH itu penting, tapi merawatnya jauh lebih penting," jelasnya.

Bukan hanya itu saja, dia menyadari betul ancaman pengurangan hutan di Hulu Batang Senamat bakal mengancam kelangsungan penggunaan PLTMH sebagai energi listrik warga Senamat Ulu. "Kalau Batang Senamat kering air tidak bisa memutar turbin. Tapi bukan kering yang berbahaya, tapi banjir. Karena, ketika banjir, turbin bisa jebol," katanya

Untuk itu, dirinya sangat berharap kepada pemerintah daerah untuk tidak lagi memberi izin kepada perusahaan perkebunan untuk menggunakan hutan di sekitar Senamat Ulu. "Teknologi mikro hydro ini bisa menjadi solusi efektif bagi desa yang belum teraliri listrik namun memiliki sungai sebagai penggerak turbin."

PLTMH awalnya hanya bisa digunakan untuk daerah yang ada air terjunnya. Namun, dengan kemajuan teknologi saat ini, dengan air sungai datar juga bisa. "Dengan cara dibuat dulu kolam penampungan yang dialirkan melalui pipa besar menuju turbin," ungkapnya.

Rudi Syaf sangat mengapresiasi upaya warga Senamat Ulu dalam mengolah sumber air dan kotoran menjadi sumber energi masyarakat. "Ini merupakan aksi nyata penurunan emisi. Namun yang paling penting adalah menjaga hutan. Karena hutan juga bisa menyerap karbon." (adi)

Batang Asai Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)TOPAN WIDYATAMANDALA|RABU, MARET 14, 2012|BERITA,SERBA SERBI BTA

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air.Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) akan dibangun di Muara Air Dua, Desa Tambak Ratu, Kecamatan Batang Asai,Sumber Dana berasal Pemerintah Pusat dengan biaya sebesar Rp1,4 miliar, yakni bantuan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui progam Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) tahun 2010 yang lalu. Untuk jaringan kabel serta penyambungannya,bersumber dari APBD Tahun 2011 Kabupaten Sarolangun senilai Rp100 juta, yang temasuk dalam program 100 hari bupati dan wakil bupati terpilih kata Wabup Sarolangun, H.Pahrul Rozi dalam kunjungan kerja Bupati Sarolangun.Dalam kunjungan kerja Wakil Gubernur (Wagub) Jambi, H.Fachrori Umar dan Wakil Bupati (Wabup) Sarolangun, H.Pahrul Rozi ke Kecamatan Batang Asai. Wagub menyatakan, perhatian pemerintah pusat sangat besar kepada masyarakat Batang Asai, salah satunya dengan pembangunan PLTMH ini sembari menghimbau masyarakat untuk bersama-sama merawat PLTMH tersebut, serta rutin membayar iuran dalam pemakaian listrik tiap bulannya.Senada dengan himbauan Wagub, Wabup Sarolangun ini juga menghimbau masyarakat untuk merawat PLTMH tersebut semaksimal mungkin. Untuk diketahui, setelah adanya PLTMH Muara Air Dua ini, pada tahun 2011, 220 kepala keluarga di Desa Tambak Ratu telah bisa menikmati energi listrik selama 24 jam tiap harinya. Rumah-rumah yang menggunakan listrik dari PLTMH ini bahkan bisa menggunakan kulkas. Kebutuhan es di kota Kecamatan Batang Asai disuplai dari Desa Tambak Ratu (dari penggunaan energi listrik PLTMH ini), karena di kota Kecamatan Batang Asai, listrik dari PLTD hanya hidup enam jam dalam sehari, yakni jam 18.00-24.00 WIB.Kunjungan kerja Gubernur Jambi yang di hadiri oleh Wakil Gubernur Jambi juga didampingi oleh Asisten II Sekda Provinsi Jambi, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jambi, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Jambi, dan Sekda Sarolangun, serta para pejabat lainnya.

BUNGO - Sekretaris Kabupaten Bungo Ridwan Is meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Senamat Ulu, Minggu (4/5/2014). Peresmian ditandai dengan penggutingan pita di PLTMH yang berlokasi di kawasan wisata Gelagah Buto, Desa Senamat Ulu, Kecamatan Bathin III, Bungo. Dalam peresmian ini juga hadir Ketua Komisi Energi dan Lingkungan Hidup Parlemen Norwegia, Ola Elvestuen, dan pejabat Kedutaan Besar Norwegia untuk IndonesiaPLTMH dan jaringannya dibangun menggunakan dana sebesar Rp 1,5 milyar yang berasal dari APBD Provinsi Jambi. Pembangunannya dikerjakan oleh PT Mitra Solusi Mandiri dan selesai pada akhir 2013.Menurut Mulyadi, Ketua Pengelola PLTMH Senamat Ulu, pembangkit listrik ini menghasilkan daya sebesar 30 Mega What."Namun, karena jaringannya cukup jauh, daya yang sampai di pemukiman penduduk tinggal 27 Mega What," ungkapnya kepada Berita3jambi.com.Jumlah pelanggan PLTMH mencapai 104 rumah. Masing-masing rumah mendapat jatah 220 What."Untuk iuran setiap bulan, masing keluarga membayar Rp 50 ribu ke pengelola," ungkap Mulyadi.- See more at: http://www.berita3jambi.com/baca/6756/Hasilkan%2030%20MW,%20PLTMH%20Senamat%20Ulu%20Diresmikan.html#sthash.jWkkkS8n.dpuf