infertilitas ec mumps orchitis pbl

20
TINJAUAN PUSTAKA Infertilitas e.c Mumps Orchitis Gusna Ridha Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Arjuna Utara no 6. Jakarta Barat [email protected] Kasus Setelah berkali kali mengajak suaminya ke dokter, akhirnya ny. I berhasil membawa suaminya Tn. A berobat kedokter. Ny. I menduga suaminya mengalami kemandulan karena pasangan ini sudah menukah selama 8 tahun tetapi belum dikaruniai anak padahal Ny. I sudah sering berobat kedokter. Ternyata sebelum menikah Tn.A pernah mengalami penyakit gondongan (pembengkakan pada rahang dan pipi) sebelah kanan dan kemudian diikuti pembengkakan pada buah zakarnya. Pendahuluan Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran. Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertililitas untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai ketidak mampuan mutlak untuk memiliki anak atau 1

Upload: gusna-ridha

Post on 26-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

infertilitas ec mumps orchitis

TRANSCRIPT

Page 1: Infertilitas Ec Mumps Orchitis Pbl

TINJAUAN PUSTAKA

Infertilitas e.c Mumps Orchitis

Gusna Ridha

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Arjuna Utara no 6. Jakarta Barat

[email protected]

Kasus

Setelah berkali kali mengajak suaminya ke dokter, akhirnya ny. I berhasil membawa

suaminya Tn. A berobat kedokter. Ny. I menduga suaminya mengalami kemandulan karena

pasangan ini sudah menukah selama 8 tahun tetapi belum dikaruniai anak padahal Ny. I sudah

sering berobat kedokter. Ternyata sebelum menikah Tn.A pernah mengalami penyakit

gondongan (pembengkakan pada rahang dan pipi) sebelah kanan dan kemudian diikuti

pembengkakan pada buah zakarnya.

Pendahuluan

Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran.

Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertililitas

untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai ketidak

mampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya dibidang

reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurang mampuan pasangan untuk menghasilkan

keturunan, jadi bukanlah ketidak mampuan mutlak untuk memiliki keturunan.

Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya,

adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan

hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%. Hal ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada

perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan

prosesovulasi1,2,3

1

Page 2: Infertilitas Ec Mumps Orchitis Pbl

Anamnesis

Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian

pemeriksaan pasien, baik secara langsung atau tidak langsung. Tujuan dari anamnesis adalah

mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan. Informasi yang dimaksud

adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan pasien, selain itu tujuan yang

tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter pasien yang profesional dan optimal.4

Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan fakta tentang keadaan penyakit pasien, berikut

dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Wawancara dapat dilakukan dengan pasien sendiri

yang disebut auto-anamnesis tetapi dapat juga dilakukan dengan menanyai keluarga atau yang

menemani pasien misal pada anak-anak atau bila pasien dalam keadaan gawat dan disebut allo-

anamnesis.4

Dalam melakukan anamnesis diperlukan teknik komunikasi dengan rasa empati yang

tinggi dan teknik komunikasi itu terdiri atas komunikasi verbal dan nonverbal yang harus

diperhatikan.Kemudian rahasia harus dipegang kuat karena pasien datang dengan rasa

kepercayaan. Bila anamnesis dilakukan dengan baik maka lebih kurang 70% diagnosis penyakit

sudah dapat ditegakkan.4

Keluhan utama : pasien harus didorong untuk mengekspresikan tujuan dari kunjungannya.

Pertanyaaan terbuka yang terkait dengan keluhan tersebut dapat membantu mengklarifikasi

rincian keluhan tersebut.

Penyakit yang diterita saat ini. Menanyakan secara menyeluruh, tetapi tetap disesuaikan

dengan keluhan utama pasien.

Riwayat medis dan pembedahan di masa lalu. Pasien harus diminta untuk menyebutkan

semua masalah kesehatan yang penting. Obat-obatan yang digunakan saat ini dan di masa

lalu harus disebutkan. Semua reaksi alergi harus dicatat.

Riwayat ginekologis. Aspek-aspek yang terkait dengan riwayat ginekologis pasien

mencakup riwayat menstruasi secara rinci (usia menarke/menopause, lama siklus, dan lama

menstruasi terkahir), riwayat pemakaian kontrasepsi, infeksi vagina atau panggul

sebelumnya, riwayat seksual, dan prosedur pembedahan ginekologis sebelumnya.

2

Page 3: Infertilitas Ec Mumps Orchitis Pbl

Untuk pria tanyakan apakah ada cidera testis, infeksi genitourinaria, kemoterapi, gondongan

setelah masa puber.

Riwayat obstetric. Semua kehamilan harus dirinci termasuk usia gestasi, komplikasi terkait

kehamilan, dan hasil akhir kehamilan.

Riwayat keluarga. Riwayat keluarga secara rinci harus diperoleh. Penyakit penyakit serius

(diabetes, penyakit kardiovaskular, hipertensi) atau penyebab kematian untuk setiap individu

harus dicatat dengan perhatian khusus terhadap anggota keluarga generasi pertama. Riwayat

keluarga yang menunjukan adanya retardasi mental yang tidak dapat dijelaskan atau sindrom

genetik dapat memiliki pengaruh terhadap kehamilan selanjutnya.

Riwayat sosial. Pasien harus ditanya mengenai pekerjaannya dan dimana serta dengan siapa

ia tinggal. Ia harus ditanya pula mengenai kebiasaan merokok, pemakaian obat terlarang, dan

konsumsi minuman beralkohol.

Pengkajian system tubuh. Sebuah kajian yang diarahkan pada gejala-gejala umum sangat

berharga untuk mengungkap aspek- aspek kesehatan yang kelihatannya tidak berkaitan. Hal-

hal yang penting mencakup hal-hal yang bersifat konstitusional (penurunan/kenaikan berat

badan, aliran panas yang tiba-tiba terasa), kardiovaskular (nyeri dada, napas pendek),

gastrointestinal (sindrom iritasi usus, hepatitis), genital dan saluran kemih (inkontinensia,

hematuria), neurologis (mati rasa, penurunan sensasi), psikiatrik (represi, kecendrungan

bunuh diri), dan sistem tubuh lainnya.

Pemeriksaan Fisik 4

Pertama kali pasien masuk kita dapat melihat tentang keadaan umumnya, apakah baik

atau tidak. Lalu kita lakukan TTV. Pemeriksaan fisik lengkap harus dilakukan pada kunjungan

pertama dengan dihadiri oleh pendamping pasien. Pasien harus diminta untuk membuka seluruh

pakaiaanya kemudian tubuhnya ditutupi dengan baju rumah sakit yang sesuai lalu untuk masalah

infertilitas pada pria kita lakukan Inspeksi apakah ada kelainan anatomi kelamin pria, hipospadia,

varikokel, kriptokisme (testis kecil), tanda2 peradangan, lalu kita palpasi bagaimana suhunya,

apakah ada tumor, dan apakah ada rasa nyeri pada saat dipegang.

3

Page 4: Infertilitas Ec Mumps Orchitis Pbl

Infertilitas

Infertilitas ialah pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak

setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat

kontrasepsi dalam bentuk apapun.1,2,3

Pendekatan yang dilakukan untuk menilai faktor faktor yang terkait dengan infertilitas

tersebut digunakan sebagai pendekatan organic, yang tentunya akan sangat berbeda antara wanita

dan laki laki . faktor tersebut dapat saja merupakan kelainan langsung organnya, tp bisa juga

disebbkan faktor lain yang mempengaruhinya seperti faktor infeksi, hormonal, faktor genetic,dan

faktor penuaan. 5

Secara medis, infertilitas dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1

1. Infertilitas primer berarti pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah

memilikianak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa

menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.

2. Infertilitas sekundar berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki

anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun

berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau metode

kontrasepsi dalam bentuk apapun.

Sebanyak 60%-70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak pada tahun

pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada tahun ke-2 dari usia

pernikahan. Sebanyak 10-20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau lebih atau tidak

akan pernah memiliki anak (Djuwantono,2008). Walaupun pasangan suami-istri dianggap

infertile, bukan tidak mungkin kondisi infertile sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami

atau sang istri. Hal tersebut dapat dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada

kehamilan dan lahirnya seorang manusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri.1,2 

Kerjasama tersebut mengandung arti bahwa dua factor yang harus dipenuhi adalah:

4

Page 5: Infertilitas Ec Mumps Orchitis Pbl

1. suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan

dan menyalurkan sel kelami pria (spermatozoa) kedalam organ reproduksi istri dan

2. istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan sel

kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki

rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin,embrio, hingga bayi berusia cukup

bulan dan dilahirkan.

Apabila salah satu dari dua factor yang telah disebutkan tersebut tidak dimiliki oleh

pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak. Berdasarkan hal yang

telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pasangan suami-istri dianggap

infertile apabila memenuhi syarat-syarat berikut: 1

1. Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak 

2. Selama 1 tahun atau lebih berhubungan seks, istri belum mendapatkan kehamilan

3. Frekuensi hubungan seks minimal 2-3 kali dalam setiap minggunya

Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat atau metode kontrasepsi, baik kondom,obat-

obatan, dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.

Penyebab Infertilitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas, antara lain:

1. Umur

Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini

dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem

reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase

ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause. Fase menopause terjadi pada

umur 45-55 tahun. Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita

mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu

pelepasan satu seltelur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada

umur 35 tahuns impanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon

sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang

dihasilkanpun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira

umur 45tahun sel telur habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil

5

Page 6: Infertilitas Ec Mumps Orchitis Pbl

lagi.Pemeriksaan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat

menstruasi hari ke-2 atau ke-3.2,3

2. Infertilitas Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari 50% pasangan dengan

masalahin fertilitas datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin tua, penyakit pada

organ reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai dengan

pasangan tersebut.2

3. Stress

Stres memicu pengeluaran hormone kortisol yang mempengaruhi pengaturan hormone

reproduksi. 2

4. Lingkungan

Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah menguap, silikon,

pestisida, obat-obatan (misalnya: obat pelangsing), dan obat rekreasional (rokok, kafein, dan

alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi. 2

5. Hubungan seksual

Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi: frekuensi, posisi, dan

melakukannya tidak pada masa subur. 2

6. Kondisi reproduksi wanita, meliputi cervix, uterus, dan sel telur

7. Kondisi reproduksi pria, yaitu kualitas sperma dan seksualitas.

Infertilitas Pada Laki Laki

Pada laki laki salah satu penyebabnya infertilitas ditentukan oleh sperma yang

dikeluarkan. Criteria semen normal adalah:6

1. Konsentrasi lebih dari 20juta / ml

2. Motilitas sperma > 50%

3. Bentuk sperma yang normal > 50%

4. Volume > 2ml

Pada pria faktor kemandulan terdiri dari : 6

6

Page 7: Infertilitas Ec Mumps Orchitis Pbl

1. Faktor pretestikular :

juka hormone FSH dan LH yang merangsang testis produksinya menurun sehingga

spermatogenesis akan terganggu. Keadaan ini disebut hipogonadotropin yang

menyebabkan kelainan yang disebut hipogonadism

2. Faktor testicular :

testis rusak akibat trauma (terpukul), infeksi (mumps orchitis) bila infeksi ini mengenai

kedua testis akan menyebabkan kemandulan.

3. Faktor postestikuler :

infeksi gonore yang dapat meyebabkan penyumbatan epididimis sehingga walaupun

testisnya baik dan sperma tetap diproduksi tetapi sperma tersebut tidak dapat dikeluarkan.

Semen yang keluar hanya mengandung secret kelenjar vesikula seminalis dan kelenjar

prostat.

Mumps Orchitis

Orchitis adalah inflamasi (peradangan) akut atau infeksi pada testis. Hal ini biasanya

terjadi akibat komplikasi dari penyakit sistemik atau sebagai perluasan dari epididimitis.

peradangan testis, yang jika dengan epididimitis menjadi epididimorkitis dan merupakan

komplikasi yang serius dari epididimitis. atau suatu peradangan pada salah satu atau kedua testis

(buah zakar). Orchitis adalah suatu peradangan pada satu atau kedua testis, disertai oleh

pembengkakan, nyeri, demam dan rasa berat pada area sekitar.7,8

 Etiologi

Orchitis (inflamasi pada testis) dapat disebabkan oleh bakteri atau akibat septicemia.

Biasanya kedua testis terkena, dan jika terjadi bilateral kemandulan sering diakibatkannya, steril

tidak terjadi bila bersifat unilateral. bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang

paling sering menyebabkan  adalah virus gondongan (mumps). Virus lainnya meliputi Coxsackie

virus, varicella, dan echovirus. Bakteri yang biasanya menyebabkan orchitisantara lain Neisseria

gonorhoeae, Chlamydia trachomatis, E. coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa,

Staphylococcus sp., dan Streptococcus sp. 7

7

Page 8: Infertilitas Ec Mumps Orchitis Pbl

Penyebab orchitis bisa piogenik bakteria, gonokokokus, basil tuberkal, atau virus seperti

paramiksovirus, penyebab dari gondongan (parotitis). Sekitar 20% dari orchitis timbul sebagai

komplikasi dari gondongan (parotitis) setelah pubertas. 7

Menurut beberapa sumber virus adalah penyebab orchitis yang paling sering. Orchitis

parotiditis adalah infeksi virus yang paling sering terlihat, walaupun imunisasi untuk

mencegah parotiditis pada masa anak-anak telah menurunkan insiden. 20-30% kasus parotiditis

pada orang dewasa terjadi bersamaan dengan orchitis, terjadi bilateral pada sekitar 15% pria

dengan orkitis parotiditis. Pada laki-laki pubertas atau dewasa, biasanya terdapat kerusakan

tubulus seminiferus dengan resiko infertilitas, dan pada beberapa kasus, terdapat kerusakan sel-

sel leydig yang mengakibatkan hipogonadisme difesiensi testosterone. Orchitis paroditisis jarang

terjadi pada laki-laki prapubertas, namun bila ada, dapat diharapkan kesembuhan yang sempurna

tanpa disfungsi testiskular sesudahnya. Virus lain yang dapat menyababkan orchitis dan

membrikan gambaran klinis yang sama adalah: virus Coxsakie B, Varisela, dan mononukleosis. 7

Patofisiologi

Kebanyakan  pada laki-laki yang sudah puber adalah gondongan (mumps), dimana

manifestasinya biasanya muncul mendadak dalam 3 sampai 4 hari setelah pembengkakan

kelenjar parotis. 7

Virus parotitis juga dapat mengakibatkan orchitis, sekitar 15 % – 20% pria  menderita

orchitis akut bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki pra pubertas dengan orchitisparotitika

dapat diharapkan untuk sembuh tanpa disertai disfungsi testis. Pada pria dewasa atau pubertas,

biasanya terjadi kerusakan tubulus seminiferus dan pada beberapa kasus merusak sel-sel leydig,

sehingga terjadi hipogonadisme akibat defisiensi testosteron. Ada resiko infertilitas yang

bermakna pada pria dewasa dengan orchitis parotitika. Tuberkukosis genitalia yang menyebar

melalui darah biasanya berawal unilateral pada kutub bawah epididimis. Dapat terbentuk nodula-

nodula yang kemudian mengalami ulserasi melalui kulit. Infeksi dapat menyebar melalui

fenikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran lebih lanjut terjadi pada epididimis dan testis

kontralateral, kandung kemih, dan ginjal. 7,8

8

Page 9: Infertilitas Ec Mumps Orchitis Pbl

 Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala dapat berupa demam, semen mengandung darah, keluar nanah dari

penis, pembengkakan skrotum, testis yang terkena terasa berat, membengkak, dan teraba lunak,

serta nyeri ketika berkemih, buang air besar(mengedan), melakukan hubungan seksual.

Selangkangan klien juga dapat membengkak pada sisi testis yang terkena  termasuk demam

tinggi, peningkatan sel darah putih, kemerahan skrotum secara unilateral atau bilateral,

pembengkakan, dan nyeri. 7,8

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Analisis Sperma dan Hormon

Pemeriksaan Analisis sperma sangat penting dilakukan pada awal kunjungan pasutri

dengan masalah infertilitas, karena dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor lelaki

turut memberikan kontribusi sebesar 40% terhadap kejadian infertilitas.5

Beberapa syarat yang harus diperhatikan agar menjamin hasil pemeriksaan analisis sperma yang

baik adalah:

Lakukan abstinensia (pantang senggama) selama 2-3 hari

Keluarkan sperma dengan cara masturbasi dan hindari dengan cara senggama terputus.

Hindari penggunaan pelumas pada saat masturbasi

Hindari penggunaan kondom untuk menampung sperma

Gunakan tabung dengan mulut yang lebar sebagai tempat penampungan sperma.

Tabung sperma harus dilengkapi dengan nama jelas, tanggal, dan waktu pengumpulan

sperma, metod pengeluaran sperma yang dilakukan (masturbasi atau senggama terputus).

Kirim sampel secepat mungkin ke laboratorium sperma.

Hindari paparan temperature yang terlalu tinggi (>38oC) atau terlalu rendah (<15oC) atau

menempelkannya ke tubuh sehingga sesuai suhu tubuh.

9

Page 10: Infertilitas Ec Mumps Orchitis Pbl

Criteria yang digunakan untuk menilai normalitas sperma menurut WHO. Hasil dari

analisis sperma tersebut meggunakan terminalogi khusus yang diharapkan dapat menjelaskan

kualitas sperma berdasarkan konsentrasi, mortalitas dan morfiloginya, 5

Criteria Nilai Rujukan Normal

Volume

Waktu likuefaksi

pH

konsentrasi sperma

jumlah sperma total

lurus cepat (gerakan yang progresif

dalam 60 menit setelah ejakulasi (1)

jumlah antara lurus lambat (2) dan

lurus cepat (1)

morfologi normal

vitalitas

leukosit

2ml atau lebih

Dalam 60 menit

7,2 atau lebih

20 juta per milliliter atau lebih

40 juta permililiter atau lebih

25% atau lebih

50% atau lebih

30% atau lebih

75 % atau lebih yang hidup

Kurang dari 1 juta per mililiter

Normozoozpermia : karakteristik normal

Oligozoospermia : konsentrasi spermatozoa kurang dari 20 juta per ml3

Asthenozoospermia : jumlah sperma yang masih hidup dan bergerak secara aktif,dalam

waktu 1 jam setelah ajakulasi, kurang dari 50%

Teratozoospermia : jumlah sperma dengan morfologi normal kurang dari 30%

Azoospermia : tidak adanya spermatozoa dalam sperma

Aspermia : sama sekali tidak terjadi ejakulasi sperma

Kristosperma : jumlah sperma sangat sedikit yang dijumpai setelah sentrufugasi.

10

Page 11: Infertilitas Ec Mumps Orchitis Pbl

Dua atau tiga nilai analisis sperma diperlukan untuk menegakkan diagnosis adanya analisis

sperma yang abnormal. Untuk mengurangi nilai positif palsu, maka pemeriksaan analisis sperma

yang berulang hanya dilakukan bila hasil pemeriksaan yang pertama menunjukkan abnormal.

Pemeriksaan analisis sperma kedua dilakukan dalam kurun waktu 2-4 minggu. 5

Pemeriksaan pelengkap yang dapat dilakukan dilakukan di pusat pelayanan kesehatan primer

adalah pemeriksaan infertilitas dasar. 5

Jenis kelamin Jenis pemeriksaan Waktu pemeriksaan

LH, FSH, TSH Fase folikularis awal (H3-4)

Prolaktin Pagi hari sebelum pukul 9

Pada wanita Testoteron , SHBG Kecurigaan hiperandrogenisme

Serologi Rubela , Pap Smear Walaupun sudah iminisasi

Pada pria Analisis Sperma Setelah abstinensi 2-3 hari

Diagnosis Banding

I. Disfungsi Ereksi

impotensi adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan penis tetap ereksi selama sampai akhir hubungan seksual, impotensi juga dapat di sebut dengan sisfungsi ereksi. masalah medis yang dapat menyebabkan impotensi seperti:3

Tekanan darah tinggi Kolesterol tinggi Cedera Neurologis penyakit Obat-obatan

11

Page 12: Infertilitas Ec Mumps Orchitis Pbl

II. Tumor Testis

Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria berusia diantara 15-

35 tahun dan merupakan 1-2% dari semua neoplasma pada pria. Pasien biasanya

mengeluh adanya pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri, namun 30%

mengeluh nyeri dan terasa berat pada kantung skrotum, sedang 10% mengeluh nyeri

akut pada skrotum. Tidak jarang pasien mengeluh karena merasa ada massa di perut

sebelah atas (10%) karena pembesaran kelenjar para aorta, benjolan pada kelenjar

leher dan 5% pasien mengeluh adanya ginekomastia Pada pemeriksaan fisis testis

terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada palpasi dan tidak menunjukkan tanda

transiluminasi. Diperhatikan adanya infiltrasi tumor pada funikulus atau epididimis.

Prognosis umumnya memuaskan, kecuali pada penderita dengan metastasis banyak di

paru atau bila terdapat kekambuhan dengan kadar petanda tumor yang tinggi.9

Penatalaksanaan

Pada dasarnya, pengobatan didasarkan pada penyebabnya. Jika diduga penyebabnya

virus, obatnya dengan obat simptomatis (meredakan keluhan), yakni obat pereda demam dan

nyeri (non-steroid anti-inflammatory drugs), misalnya: Ibuprofen, Asam Mefenamat, Naproxen,

dan sejenisnya. Sedangkan jika diduga karena kuman, maka diperlukan antibiotika sedikitnya

selama 7–14 hari. Obat-obat antibiotika yang lazim digunakan pada Orchitis yang disebabkan

kuman diantaranya: Doxycycline, Azithromycin, Trimethoprim-sulfamethoxazole, Ofloxacin,

Ciprofloxacin. Selain itu, untuk mengurangi keluhan dianjurkan: Istirahat, Hindari pemakaian

celana dan celana dalam ketat, dan Hindari aktifitas berlebihan. Bila terjadi hidrokel maka

diperlukan aspirasi. 7

Komplikasi 7

Menurut Price, komplikasi dari orchitis dapat berupa:

1. Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat atrofi testis.

dengan kerusakan irreversibel terhadap spermatogenesis.

2. Abses (Nanah) pada kantong testis. Hidrokel communican atau pyocele mungkin

memerlukan drainase bedah untuk mengurangi tekanan dari tunika.

12

Page 13: Infertilitas Ec Mumps Orchitis Pbl

3. Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%. Infertilitas (Sulit memiliki keturunan), terutama

jika orkhitis terjadi pada kedua testis.

4. Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.

5. Impotensi tidak umum setelah epididimitis akut, walaupun kejadian sebenarnya yang

didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan dalam kualitas sperma biasanya hanya

sementara.

6. Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang disebabkan

oleh gangguan saluran epididimal yang diamati pada laki-laki penderita epididimitis yang

tidak diobati dan yang diobati tidak tepat. Kejadian kondisi ini masih belum diketahui.

Daftar pustaka

1. Djuwantono, Tono. 7 Hari memahami infertilitas. Bandung : PT . RefikaAditama, 2008.  

2. Herlianto, H. Fertilitas (Kelahiran) dalam pengantar demogarfi.  Jakarta:Trans media,2007.

3. Lembaga Demografi UI. Permadi, 2008.  Mengatasi Infertilitas. Bandung: PT Grafindo , 2008

4. Anamnesis dan Pemeriksaan fisik. Dalam: Norwitz E, Schorge JO. At a glance obstetric dan

ginekologi. Edisi II. Jakarta : Erlangga, 2008. h. 9

5. Hestiantoro, andon. Infertilitas, dalam:Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta : P.T. Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2011. Hal. 424-34.

6. Syahrum M.H., Kamaludin., Tjokronegoro A. Kemandulan pria dan faktor yang

mempengaruhi kesuburan pria dan hubungannya dengan keluarga berencana, dalam :

Reproduksi dan embriologi: dari satu sel menjadi organisme. Jakarta : Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002. Hal: 21-23

7. Price, Wilson M. Lorraine, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Gangguan

Pertumbuhan, Proliferasi dan Diferensiasi Sel, Buku 1, Edisi 4, EGC, Jakarta, 2005, h. 111 –

126

8. Wilson, Walter R and Merle A Sande. 2001. Current Diagnosis and Treatment in Infectious

Disease. USA : the McGraw-Hill Companies, Inc.

9. Purnomo B., Dasar-dasar Urologi, Tumor Urogenitalia, Edisi kedua, CV. Sagung Seto,

Jakarta, 2003, Hlm 181-185.

13