indonesia shipping times edisi oktober 2013

48
SHIPPING TIMES I N D O N E S I A the inspiring magazine of logistics & shipping business Harga: Rp 25.000 www.shippingindonesia.com ISSN 1979-9896 Edisi 64 V Oktober 2013

Upload: editor1955

Post on 29-Nov-2015

870 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Indonesia Shipping Times Edisi Oktober 2013 menyajikan tulisan tentang Dwelling Time di Pelabuhan Tanjung Priok. Informasi berlangganan/iklan: Redaksi Indonesia Shipping Times. Jalan Raya Enggano No 91 Tanjung Priok Jakarta Utara Telp/Fax (021) 43924419email: [email protected]

TRANSCRIPT

SHIPPING TIMESI N D O N E S I A

t h e i n s p i r i n g m a g a z i n e o f l o g i s t i c s & s h i p p i n g b u s i n e s s

Harga: Rp 25.000www.shippingindonesia.com ISSN 1979-9896

Edisi 64 • V • Oktober 2013

2 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

editorial ■

Editor

Alhamdulillah, Oktober ini Indonesia Shipping Times kem-bali menyapa pembaca. Menyam-

paikan beragam informasi transportasi dan logistik khususnya pelabuhan, pelayaran, pabean serta informasi terkait lainnya. Kami berharap kehadiran kami bisa meningkatkan wawasan pembaca mengenai berbagai topik yang kami sajikan.

Dalam rubrik Laporan Utama kali ini kami menampilkan tulisan mengenai Dwelling Time. Tulisan ini kami angkat dari kegiatan seminar nasional yang kami selenggarakan pertengahan September lalu dengan menghadirkan sejumlah narasumber yang memiliki kompetensi untuk membahas mengenai masalah tersebut. Narasumber yang kami maksudkan tersebut antara lain Kepala Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok, Sahat Simatupang, Kepala Bidang PPC II KPU Bea Cukai Tanjung Priok, Tutung Budi Karya, Direktur Fasilitasi Ekspor Impor Kementerian Perdagangan, Junaedi, Sekjen GINSI Achmad Ridwan Tento, serta General Manager TPK Koja, Indra Hidayat Sani.

Kami bersyukur kegiatan seminar yang dimoderatori Pakar Hukum Maritim, Chandra Motik, tersebut berjalan dengan baik. Bagi kami penyelenggaran kegiatan seminar tersebut merupakan salah satu upaya untuk membangun kesepahaman mengenai kelancaran arus barang khususnya di Pelabuhan Tanjung Priok.

Bagi kami pengelola media, penyelenggaraan seminar tersebut merupakan upaya kami untuk turut-serta membantu semua stakeholders di pelabuhan mencari akar persolan dari persoalan tersebut. Apalagi sebelumnya masalah ini menjadi sorotan pemberitaan di berbagai media terkait dengan lamanya waktu yang dibutuhkan petikemas impor untuk bisa keluar dari kawasan pelabuhan.

Semua hasil seminar tersebut, kami sajikan dalam laporan utama. Selain mengangkat berita tentang dwelling time, kami juga menampilkan sejumlah tulisan menarik lainnya yang kami himpun selama kurun waktu satu bulan terakhir.

Selamat membaca. Salam.

Membangun Kesepahaman Arus Barang Tanjung Priok

SHIPPING TIMESI N D O N E S I A

the inspir ing magazine of logistics & shipping business

PublisherKarnali Faisal

Editorial and BusinessGedung Biru

Jl. Raya Enggano No. 91Tanjung Priok, Jakarta Utara 14310Telp: +62-21-4303083, 43924419

Fax: +62-21-43924419

Published since 2008

Editor in Chief (a.i)Karnali Faisal

Guest EditorDR. H. Sungkono Ali, MBA, MM, MSc

EditorRizki Ramadhan

Contributor Yudha Bayu

Prana RahadianSalsabila Mi ahuzahra

Gung Ngurah (Surabaya)

Editorial Board SecretaryArie a Ratna Shafi ra

PhotographerTaufi k

DesignerB. Jagat Se awan

Commercial DirectorSrie Soewardho

Marke ng Fatmawa , Widie, Bobby

Websitewww.shippingindonesia.com

[email protected]

© Copyright 2009PT. Mahardika Kreasi MediaThe publishing company ofIndonesia Shipping Times

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 3www.shippingindonesia.com

LAPORAN UTAMA «Seminar Nasional Dwelling Time

Rabu, 18 September 2013 lalu, Indonesia Shipping Times menyelenggarakan kegiatan seminar nasional tentang

Dwelling Time di Hotel Harris Kelapa Gading Jakarta Utara. Seminar diikuti oleh tidak kurang dari 100 orang

para pemangku kepentingan Pelabuhan Tanjung Priok. Para peserta berasal dari Otoritas Pelabuhan,

Operator, Terminal Petikemas, perusahaan pelayaran, Depo, serta dari kalangan asosiasi

seperti GINSI, GPEI, INSA, APBMI, Angsuspel Organda DKI Jakarta.

Sahat, SHUpaya Pemerintah Menciptakan

Kelancaran Arus Barang di Pelabuhan Sebagaimana kita ketahui, Dwelling Time merupakan waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan kegiatan sejak kapal sandar dan barang di bongkar sampai dengan barang impor

keluar dari pelabuhan.

LOGISTIK « Cargolink TPK Koja Perpendek

Waktu Dwelling Time Setelah berjalan hampir satu tahun,

Terminal Petikemas Koja (TPK Koja) kembali mendatangani kerja sama dengan Bank Mandiri untuk layanan Cargolink. Penadatanganan kerja

sama tersebut dilakukan di Kantor Pusat Bank Mandiri, Rabu (18/9). Sebelumnya, TPK Koja juga

menjalin kerja sama dengan Bank CIMB Niaga.

SOSOK «Capt Bobby R Mamahit

Pemerintah Fokus Turunkan Dwelling Time Bagi para pelaku usaha di Pelabuhan Tanjung Priok, nama Capt

Bobby R Mamahit sudah tidak asing lagi. Sebelum menjabat sebagai Dirjen Perhubungan Laut, sebelumnya sosok kelahiran Manado, 56 tahun lalu ini

pernah menjabat sebagai Administrator Pelabuhan Tanjung Priok.

06

25

07

30

4 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

daftar isi

06

30

25

» PORT SHIPPING Menteri Perhubungan

Dukung Pengembangan Pelindo I Dalam rangka pengembangan Pelabuhan Indonesia (Pelindo)

I, Direktur Utama PT. Pelindo I Bambang Eka Cahyana didampingi Direktur PUM Imran Iskandar, Direktur

Keuangan Farid Luthfi dan Direktur Operasi & Teknik Iman A Sulaiman melakukan kunjungan kerja kepada

Menteri Perhubungan, E.E Mangindaan, pada Rabu (18/9) di Kementerian Perhubungan, Jakarta.

INSA Prediksi IndonesiaKehilangan Devisa 120 TriliunAsosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia (INSA) menyatakan Indonesia berpotensi kehilangan devisa negara hingga Rp120 triliun akibat minimnya penggunaan kapal nasional untuk mengangkut komoditas ekspor dan impor.

» FORUM GM Iwan SabatiniStrategi Inovasi LayananTPKS Semarang

Pada tahun 2013 ini, trafi k arus petikemas TPK Semarang sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran

(RKA) tercatat 285,890 Boks atau 459,896 TEUs untuk perdagangan luar negeri. Sedangkan

untuk trafi k petikemas dalam negeri sesuai RKA tercatat 2000 Boks. Adapun taksasi 2013 mencapai

290,226 boks atau 468,366 TEUs. Untuk produksi bongkar muat domestik diperkirakan akan mengalami

peningkatan hingga jumlah 3,161 boks atau 3,456 TEUs.

» MANCANEGARAPengujian Model Titanic II Diadakan di Jerman

Ketua Blue Star Line Clive Palmer menyatakan perusahaannya sedang bekerjasama dengan German Hydrodynamic Service dan

Konsultan dari Hamburg Ship Model Basin (HSVA) dalam melakukan pengujian model pertama dari Titanic II di Jerman.

35

38

41

43

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 5www.shippingindonesia.com

ISSN 1979-9896

35

43

41

■ laporan utama

Seminar Nasional Dwelling TimeMembangun Kesepahaman Kelancaran Arus Barang di Pelabuhan Tanjung Priok

Rabu, 18 September 2013 lalu, Indonesia Shipping Times menyelenggarakan kegiatan

seminar nasional tentang Dwelling Time di Hotel Harris Kelapa Gading Jakarta Utara. Seminar diikuti oleh tidak kurang dari 100 orang para pemangku kepentingan Pelabuhan Tanjung Priok. Para peserta berasal dari Otoritas Pelabuhan, Operator, Terminal Petikemas, perusahaan pelayaran, Depo, serta dari kalangan asosiasi seperti GINSI, GPEI, INSA, APBMI, Angsuspel Organda DKI Jakarta.

Seminar menghadirkan sejum-lah narasumber yang berkompeten untuk menjawab persoalan ma sih tingginya Dwelling Time di Pela-buhan Tanjung Priok. Sebagaimana kita ketahui, hingga September lalu Dwelling Time rata-rata mencapai 7 hingga 8 hari. Masih jauh dari angka yang diharapkan pemerintah paling lama 4 hari.

Yang menarik, seminar yang dipandu Pakar Hukum Mari tim Chandra Motik tersebut meng-hadirkan sejumlah narasumber yang mewakili berbagai institusi mulai dari Kementerian Perhubu-ngan (Otoritas Pelabuhan), Kemen terian Perdagangan (Dirjen Perdagangan Luar Negeri Fasilitasi Ekspor Impor), Kementerian Keua ngan (Bea Cukai), Badan Usaha Pelabuhan (TPK Koja) serta Kalangan Importir (GINSI).

Kepala Otoritas Pelabuhan, Sahat, SH menjelaskan berbagai langkah yang sudah dan sedang

dilakukan pemerintah untuk me-ngatasi persoalan dwelling time tersebut. Sedangkan Di rek tur Fasilitasi Ekspor Impor men jelas-kan alur instansi yang terlibat dalam penanganan dwelling time tersebut. Sementara itu, Kabid PPC II Bea Cukai KPU Tanjung Priok menjelaskan tentang identifi kasi masalah dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok serta persoalan lain baik di dalam maupun luar pelabuhan yang memiliki pengaruh signifi kan terhadap persoalan dwelling time tersebut.

Sekjen Ginsi Achmad Ridwan Tento menyoroti berbagai faktor

penyebab tingginya dwelling time, termasuk berbagai perilaku importir sendiri. Sedangkan Gene-ral Manager TPK Koja, Indra Hidayat Sani memaparkan ten tang permasalahan dan solusi yang dila-kukan dalam menyikapi tingginya dwelling time di TPK Koja.

Semua paparan narasumber ter-sebut kami rangkum dalam la po ran utama edisi kali ini. Kami ber harap berbagai tuli san ini mem be ri kan gambaran yang lebih jelas ke pa da kita tentag permasalahan dwel-ling time di Pelabuhan Tanjung Priok ser ta solusi yang bisa dilaku-kan un tuk mengatasinya. Selamat membaca. ίςτ

6 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

laporan utama ■

Upaya Pemerintah Menciptakan Kelancaran Arus Barang di Pelabuhan

Sahat, SH, Kepala Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok

Sebagaimana kita ketahui, Dwelling Time merupakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan sejak kapal sandar dan barang di bongkar sampai dengan barang impor keluar dari pelabuhan.

Oleh Karnali Faisal

Dalam hal ini, Dwelling Time di pengaruhi oleh 3 tahap kegiatan. Pertama,

Pre Clearance yaitu waktu yang dibutuhkan dari sejak kapal sandar, bongkar muatan sampai dengan importir men-submit Pemberitahuan Impor Barang (PIB) secara elektronik ke Kantor Bea dan Cukai. Kendali ada pada Terminal Operator dan importir.

Kedua, Customs Clearance yaitu waktu yang dibutuhkan dari sejak PIB diterima sampai dengan diterbitkannya Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB). Kendali ada pada Bea dan Cukai karena harus dilakukan pemeriksaan fi sik barang impor. Ketiga, Post Clearance yaitu waktu yang dibutuhkan dari sejak SPPB sampai dengan pengeluaran barang impor dari Tempat Penimbunan Sementara (TPS). Kendali ada pada importir untuk mengeluarkan barang dari pelabuhan (menyiapkan trucking dan warehoushing/depo).

Secara prosentase, untuk dwelling time di pelabuhan Tanjung

Priok yang rata-rata mencapai 7,92 hari terdiri dari pre clearance (53%), Customs Clearance (27%), Post Clearance (20%)

Dwelling Time atau waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan sejak kapal sandar dan barang di bongkar sampai dengan barang impor keluar dari pelabuhan saat ini (periode Januari-Juni 2013) adalah rata-rata 7,92 hari. Tahun 2012 lalu, data World Bank menyebutkan bahwa dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok 6,7 hari. Saat kunjunga Menko Perekonomian ke Pelabuhan Tanjung Priok 21 Januari 2013 meminta agar dwelling time dapat ditekan mencapai 4 hari. Data ter-

akhir dwelling time untuk bulan Januari s/d Agustus 2013 rata-rata 7,7 hari.

Maka sebagai upaya untuk terus mengurangi waktu dwelling time ini, pemerintah melakukan sejumlah upaya antara lain:

1. Penataan Proses Pelayanan Kapal dan Barang di Pelabuhan dengan mengacu pada sejumlah regulasi yang sudah dikeluarkan yakni:

(a) Peraturan Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan No. UK.112/2/10/OP.TPK.11 Tentang Tata Cara Pelayanan Kapal Dan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Tanjung Priok;

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 7www.shippingindonesia.com

■ laporan utama

(b) Keputusan Dirjen Perhubungan Laut Nomor UM.02/38/18/DJPL-11 Tentang Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan;

(c) Keputusan Dirjen Perhubungan Laut Nomor No. UM.008/41/9/DJPL-13 Tentang Uji Coba Penerapan Inaportnet Pelayanan Kapal Domestik di Pelabuhan Tanjung Priok;

(d) Penetapan Lapangan CDC dan Graha Segara sebagai Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT), melalui Keputusan Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok Nomor UM.008/14/11/OP.TPk.2012 tanggal 07 November 2012 untuk pemeriksaan Bea Cukai dan Karantina;

(e) Terhadap petikemas longstay telah diambil kebijakan dan dituangkan dalam Kesepakatan Bersama antar Instansi dan pihak terkait di Pelabuhan yakni, pertama, Pemindahan Barang Yang Sudah Mendapat SPPB namun belum dikeluarkan atau belum diambil pemiliknya dari Pelabuhan Tanjung Priok (khususnya di terminal JICT yang sudah SPPB dan e-tiket) serta tidak ada permasalahan hukum, akan dipindahkan ke tempat tertentu (Marunda) yang ditunjuk oleh terminal JICT yang sifatnya sementara, dengan ketentuan kehilangan dan kerusakan barang menjadi tanggung jawab Terminal JICT dan segala biaya yang timbul dapat diperhitungkan kemudian dengan pemilik barang;

Kedua, pemindahan petikemas longstay atas barang impor ter kena peraturan larangan/pem batasan yang tidak men dapatkan perijinan, menunggu proses kepabeanan dan belum mendapatkan surat persetujuan pengeluaran barang dari tempat penimbunan sementara di pelabuhan Tanjung Priok ke tempat penimbunan pabean Cikarang;

Ketiga, Pemusnahan terhadap

barang impor wajib tindakan karan tina pada petikemas longstay, di laku kan setelah pihak Karantina mener bitkan dokumen Berita Acara Pemus nahan serta pihak Bea dan Cukai memberikan persetujuan dan bia ya pemusnahan menjadi tanggung jawab TPS.

2. Penataan Ruang Pelabuhan Penataan ruang pelabuhan

berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 38 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok.

a. Pengembangan Terminal Kalibaru yang saat ini progres keseluruhan mencapai 7% yang terdiri dari progress untuk terminal continer CT1 16%, tiang pancang beton

8 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

laporan utama ■

terpasag (2045 titik), placing batu breakwater (117.000 m3), pengerukan 678.000 m3, balok beton precast 514 unit. Akhir tahun 2014 direncanaka dapat beroperasi minimal 1 berth.

b. Rencana Pengembangan Pela bu-han Cilamaya sebagai pengem-bangan Pelabuhan Tanjung Priok yang saat ini sedang di laku kan studi Amdal.

c. Kesiapan Infrastruktur dan Suprastruktur Pelabuhan

1) Penataan Alur dan Kolam Pelabuhan :

a) Kegiatan proyek IP-521 (Loan dari Pemerintah Jepang) untuk pemindahan break water/pena-han gelombang, penda la man dan pelebaran alur bagian barat

untuk mencapai kedalaman-14 m);

b) Pemindahan Break Water dari 400 m menjadi 700 m

c) Pelebaran Gate Barat dari 120 m menjadi 300 m

d) Perkuatan dan Peninggian Dermaga :

● Dermaga 001-004 = - 6 S/D -7 LWS● Dermaga 103-105 = - 12 LWS● Dermaga 111-113 = -12 LWS● Dermaga 201-203 = -10 S/D -12 LWS● Dermaga 303-305 = -12 LWS

2) Pemanfaatan lahan eks Inggom seluas ± 10,5 Ha untuk dijadikan dermaga dan sebagian untuk Lapangan Penumpukan.

3) Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok memerintahkan agar seluruh teminal (JICT, TPK KOJA, MAL ,MTI dan Terminal di bawah pengoperasian dan pengendalian PT. Pelindo II (Pesero) Cabang Tanjung Priok) untuk memenuhi standar ki-ner ja pelayanan operasinal pela buhan sesuai dengan SK Dirjen Hubla, yang dalam hal ini pemenuhan terhadap kebutuhan alat bongkar muat.

4) Perbaikan Akses Jalan menuju ke dan dari pelabuhan Tanjung priok.

● Akses Jalan menuju pelabu han Tanjung Priok pada saat ini masih dalam masa pem bangu-nan jalan tol dan per baikan jalan arteri sehingga hal ini menghambat kelancaran lalu lintas dari dan ke pelabuhan, karena itu Kementerian Perhu-bungan dan Otoritas Pela bu han Tanjung Priok telah meng koor-dinasikan serta mela ku kan pembahasan secara terus-mene-rus agar proses pemba ngu nan jalan terlaksana sesuai de ngan rencana dengan harapan opera-sio nal pelabuhan dapat berjalan sebagaimana mestinya.

d. Optimalisasi Lahan Pelabuhan. Kantor instansi pemerintah dan BUMN yang direlokasi

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 9www.shippingindonesia.com

■ laporan utama

antara lain Kantor Kesehatan Pelabuhan, Kantor Polres Pela-buhan Tanjung Priok, Pemadam Kebakaran, Ex Inggom, Ex Gedung Graha.

e. Penetapan Lokasi Tempat Fisik Terpadu (TPFT) dan tempat tertentu yang ditunjuk untuk TPFT yakni dengan menetapka dan membangun 2 lokasi yaitu Graha Segara dan Container Depo Centre (CDC) Banda dan telah dilengkapi dengan long room meskipun sampai saat ini belum berjalan secara optimal karena Bea Cukai dan Karantina belum melakukan pemeriksaan secara bersama-sama. Pemeriksaan petikemas diharapkan secara bersama-sama dalam satu waktu oleh Bea Cukai dan Karantina (joint inspection). Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT) CDC Dan Graha Segara bertujuan agar Pemeriksaan dilakukan secara bersama BC dan Karantina; Pemeriksaan tidak terkendala waktu dan cuaca; serta Menjamin keamanan, kenyamanan dan kecepatan pemeriksaan fi sik;

f. Rencana review Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok untuk penambahan Area

reklamasi Ancol Timur dan KBN Marunda. Ancol Timur rencananya digunakan untuk Kapal Penumpang, Kapal Tamu Negara dan Kapal-kapal wisata.KBN Marunda Untuk Coastal Shpping dan Break Bulk (harapan ke depan dapat untuk kapal petikemas).

g. Optimalisasi Cikarang Dry Port (CDP) dengan mendorong para pemilik barang atau shipping line untuk menjadikan Cikarang Dry Port (CDP) sebagai fi nal destination dan di-upaya kan untuk memindahkan petikemas yang fi nal destination di Pelabuhan Tanjung Priok selain itu juga mendorong CDP sebagai port of origin dengan port code: IDJBK. Hal ini mengingat CDP telah memiliki lahan 200 Ha dan telah dilengkapi dengan peralatan bongkar muat, trucking, jalur kereta api, kantor Karantina, Bea Cukai dan OP.

3. Otoritas Pelabuhan Segera Mela kukan Tindak Lanjut:

1). Otoritas Pelabuhan segera menindaklajuti Pengaturan tata tertib kontainer di pelabuhan antara lain:

a). Terhadap kontainer kosong tidak boleh disimpan didalam area pelabuhan dan harus disimpan di depo di luar pelabuhan, kecuali kontainer yang siap untuk dikapalkan.

b). Terhadap kontainer yang belum SPPB harus dilakukan Pemindahan Lapangan Penumpukan (PLP) ke Lini ll setelah YOR mencapai 65%.

c). Terhadap kontainer yang sudah SPPB harus di pindahkan keluar dari pelabuhan yang bukan TPS atau dapat dipindahkan ke lokasi lain yang ditunjuk oleh terminal.

2). Peningkatan System - Kecepatan Layanan di Pelabuhan:

a) Kantor Otoritas Pelabuhan Uta-ma Tanjung Priok akan men-dorong penggunaan auto gates system, i-cares dan otomasi DO secara online di semua ter mi nal di Pelabuhan Tanjung Priok.

b) Penerapan Inaportnet da lam rangka Mendukung Imple men-tasi National Single Windows (NSW) di Pelabuhan Tanjung Priok

c) Dengan selesainya Ujicoba Inaportnet Domestik, kami akan melakukan penerapan Inaportnet untuk ocean going sehingga akan cepat diketahui berapa lama barang/kontainer stay didalam pelabuhan

d) Penataan TPS dengan Zonasi agar dermaga tidak dijadikan TPS karena dermaga merupakan tempat bersandar kapal dan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal dan bukan tempat penimbunan barang walaupun sifatnya sementara (TPS).

e) Melakukan pengaturan dan Pe nyem purnaan traffi c management di dalam Pelabu-han melalui Pengaturan la lu lintas truk/multimoda se suai dengan ketersediaan ba rang ang kutan termasuk me la ku kan pengkajian ter ha dap ke mung-kinan lara ngan ken daraan umum di Pelabuhan. ίςτ

10 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

laporan utama ■

Kelima poin tersebut ada-lah: Pertama, alur Im port Clearance. Kedua, Perma-

sala han pengeluaran barang yang meliput tiga hal: (a) Data Dwelling Time (b) Faktor yang mempngaruhi lamanya Dwelling Time (c) upaya penurunan Dwelling Time. Ketiga, permasalahan Pembangunan Sarana-Prasarana di Tanjung Priok. Keempat, alternatif Solusi. Kelima, kesimpulan.

Secara prosentase, persoalan yang muncul bisa diidentifi kasikan dalam tiga hal yakni pre clearance, customs clearance serta post clearance. Pre Clearance (2012: 58%) (2013 s.d agustus: 54%) dilatarbelakangi oleh harmonisasi dan penerapan manajemen resiko dalam penerbitan ijin lartas serta terkait persyaratan kepabeanan seperti pembayaran via bank untuk BM & PDRI. Sedangkan Customs Clearance (2012: 18%) (2013 s.d agustus 28%) disebabkan oleh beberapa hal seperti keterbatasan lahan untuk tempat pemeriksaan fi sik/TPFT, belum optimalnya

pemanfaatan TPFT (longroom), ketidaksiapan SDM, keterbatasan sarana/prasarana spt RTGC dan truk. Sementara untuk Post Clearance (2012: 24%) (2013 s.d agustus: 18%) ini terkait dengan proses D/O manual dari shipping line (proses SP2 manual), serta belum memadainya infrastruktur dan fasilitas pelabuhan.

Sejauh ini, berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan Dwelling Time, antara lain (1) MOU pemindahan petikemas sudah SPPB ke Marunda (2) MOU pemindahan petikemas longstay ke TPP

Cikarang (3) MOU pemusnahan barang wajib tindakan Karantina pada petikemas longstay (4) Menu run kan jumlah jalur merah (5) Menambah SDM pemeriksa fi sik dan pemeriksa dokumen (6) Menyediakan layanan pemeriksaan fi sik malam hari (7) Peningkatan jumlah dan kecepatan penarikan petikemas ke TPFT (8) Evaluasi Manajemen Resiko.

Dari data Bea Cukai, sepanjang bulan Agustus 2013 telah dipindah-kan sebanyak 858 box petikemas dari JICT ke Marunda. Pada bulan yang sama juga telah dipindahkan

Upaya Pabean TurunkanDwelling Time di PelabuhanTanjung Priok

Tutung Budi Karya, Kabid PPC II KPU Bea Cukai Tanjung Priok

Secara garis besar terdapat lima poin utama yang akan dibahas terkait dengan topik mengenai proses kepabeanan dalam mendukung kelancaran arus barang dan penurunan Dwelling Time di Pelabuan.

Oleh Karnali Faisal

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 11www.shippingindonesia.com

■ laporan utama

petikemas sebanyak 366 box ke TPP Cikarang, yang masing-masing dari Terminal III (43), TPK Koja (177) serta JICT (146). Adapun YOR per tanggal 16 September 2013 di sejumlah TPS bisa digambarkan sebagai berikut: JICT 1 (95%), JICT 2 (84%), Koja (113%), serta Mal (101%)

Sedangkan jumlah petikemas yang diperiksa di Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT) adalah sebagai berikut: CDC Banda (Juli: 1661 Agustus 1673, 1 s/d 16 September 1252), Graha Segara (Juli 5639, Agustus 3741, 1 s/d 16 September 2743). Untuk Graha Segara sudah termasuk jalur merah, JICT dan Koja.

Di Pelabuhan Tanjung Priok, factor sarana dan prasarana juga berpengaruh terhadap tingginya dwelling time. Misalnya saja akses akses jalan keluar/

masuk pelabuhan menyempit (bottlenecking), kemacetan lalu lin-tas pelabuhan Tanjung Priok baik di luar maupun dalam pelabuhan.

Untuk permasalahan di dalam pelabuhan, terdapat beberapa faktor penyebab: (1) Pelayanan penimbangan petikemas ekspor lambat, sehingga terjadi antrian di luar gate pelabuhan (2) Daya tampung parkir di dalam tidak mencukupi sehingga banyak truk menunggu di luar pelabuhan menambah antrian (3) Pengurusan dokumen dari pihak EMKL kepada angkutan lambat sehingga banyak truk menunggu dokumen di luar pelabuhan yang menimbulkan antrian (4) Pelayanan pintu sering tidak dimaksimalkan/tidak dibuka semua sehingga menimbulkan antrian di luar pelabuhan.(5) Jadwal kapal yang informasinya tidak valid dan kapal terlambat

datang menimbulkan antrian truk (6) Adanya RTGC / peralatan bongkar muat kontainer yang rusak menimbulkan keterlambatan dan terjadi penumpukan serta antrian kendaraan.

Sementara itu, permasalahan yang terjadi di luar pelabuhan adalah (1) sepanjang jl. Cilincing dan Cacing terjadi penyempitan dari 3 jalur menjadi 2 jalur dan bahkan 1 jalur sehingga terjadi penumpukan kendaraan, baik yang mengarah ke barat maupun ke timur (2) tidak ada rambu-rambu petunjuk dan larangan (3) Masih banyak truk dan trailer yang tidak laik jalan namun beroperasi sehingga sering mogok dimana hal ini mengakibatkan kemacetan antrian kendaraan di belakangnya (4) Jalan rusak sehingga kendaraan harus berjalan berkelok-kelok. (5) banyak putaran

12 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

laporan utama ■

/dobrak liar yang menimbulkan terhambatnya arus lalu lintas (6) Jl. Raya cilincing sekitar putaran polimer arah ke timur rusak berat sehingga kendaraan pelan-pelan menimbulkan antrian panjang. (7) Jl. Raya Cacing putaran kebon baru lama dari arah utara kembali ke utara jalan berlubang rusak berah dari barat ke timur, sehingga menimbulkan antrian panjang. (8) Adanya perbaikan/pengecoran jalan akses ke marunda baru arah dari barat ke timur sehingga menimbulkan penyempitan dan antrian panjang sampai jl. Raya Cacing dan jl. Cilincing. (9) Jalan di dalam KBN marunda rusak berat dan ada lubang yang cukup besar di jembatan menuju Marunda sehingga menimbulkan kendaraan bergerak lambat dan antrian panjang (10) Bongkar dan muat di KBN marunda lambat. (11) Sarana jalan yang ada sekarang tidak seimbang dengan volume kendaraan yang beroperasi (12) Tidak adanya tempat untuk menunggu antrian sebelum masuk pelabuhan sehingga truk terpaksa parkir di badan jalan atau berputar-putar di sepanjang jalan mengakses ke pelabuhan Tanjung Priok, dimana kondisi itu terus berlangsung sampai truk tersebut mendapat giliran handling. (13) Truk yang akan keluar terhambat oleh truk lain yang menunggu masuk di depan gerbang dan jalan.

Kementerian Keuangan telah berupaya melakukan berbagai inisiatif untuk mengatasi persoalan tingginya dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok, antara lain: (1) MOU pemindahan petikemas sudah SPPB dan longstay ke Marunda dan TPP Cikarang dan MOU pemusnahan barang wajib tindakan Karantina pada petikemas longstay. MOU ditandatangani tanggal 12 Juli 2013. (2) Mengadakan rapat koordinasi dengan pihak-pihak terkait tentang kelancaran arus lalulintas pelabuhan Tanjung Priok (3) Mengadakan rapat koordinasi dengan pihak-pihak terkait tentang

Laut/ Perairan Pelabuhan Pelabuhan/ Kawasan Pabean/ TPS Luar Pelabuhan/Lok.Imp

Arrival atPort Limit

Docking- Unloading

Berthing-Stacking in CY

Customs Clearance

Container Handling » Handover

Gate-Out System

Warehouse/ Bonded/ CFS/ Factory Storage

1 2 3 4 5 6 7

Kedatangan Kapal di Perairan Pelabuhan, menunggu sandar di Dermaga

Kapal sandar di Dermaga, menunggu proses bongkar barang

Proses pembongkaran barang s/d penimbunan di CY (Container Yard)

Proses penyelesaian kewajiban pabean (Customs Clearance) s/d Customs Aprroval (SPPB)

Pengurusan barang/ container s/d pembayaran biaya penimbunan (SP2/ Tila)

Pengeluaran barang (container) dari kawasan pelabuhan (TPS/ TO)

Barang tiba di tempat Importir/ Pemilik barang (gudang/ pabrik/ KB/ GB)

Import Cargo Clearance (Lead Time for Import)

Dwelling Time

Customs Pre Clearance Post Clearance

POIN PERTAMA, ALUR IMPORT CLEARANCE

DATA DWELLING TIME JANUARI 2013 AGUSTUS 2013

evaluasi MOU dan YOR TPS (4) Mengadakan rapat koordinasi dengan pihak-pihak terkait tentang pembangunan jalan Tol pelabuhan Tanjung Priok

Dari berbagai paparan di atas, Bea Cukai menyimpukan perlu adanya langkah-langkah pembenahan untuk menekan tingginya dwelling tersebut. Dalam jangka pendek, perlu adanya percepatan dan harmonisasi ijin LARTAS dari Instansi Terkait, peningkatan Komitmen

Pengguna Jasa dalam Percepatan Arus Barang, dukungan Penuh Pengoperasian 24/7 di Pelabuhan Tanjung Priok, Optimalisasi TPFT, Pembatasan jangka waktu penerbitan SP2. Sedangkan untuk pembenahan dalam jangka menengah perlu dilakukan rasionalisasi Jumlah Tempat Penimbunan Sementara (TPS), sterilisasi Kawasan Pabean, Penataan Ulang Kawasan Pabean, serta Pembenahan Infrastruktur Pelabuhan. ίςτ

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 13www.shippingindonesia.com

■ laporan utama

Dari sisi defi nisi, ada dua pengertian mengenai Pengertian Dwelling Time. Pertama, dari studi litera-

ture. Im port Container Dwelling Time (World Bank, 2011) adalah waktu yang di hitung mulai dari suatu peti kemas (con-tainer) dibongkar dan diangkat (unloading) dari kapal sampai peti kemas tersebut me-ninggalkan terminal melalui pintu utama.

Kedua, Standar Internasional Import Con tainer Dwell Time adalah lama waktu peti ke mas (container) berada di pelabuhan se be lum memulai pejalanan darat baik meng gu nakan truk atau kereta api (Nicoll, 2007).

Dari berbagai pemberitaan di media massa selama kurun waktu tiga bulan terakhir ini (Juni-September 2013), terda-pat beberapa faktor persoalan mengenai Dwelling Time di Indonesia khususnya Pelabuhan Tanjung Priok. Pertama, baya Inap Kontainer di Indonesia yang masih

tergolong murah (Rp.2.200 Per Meter Kubik). Kedua, lambannya penyampaian hardcopy Pemberitahuan Impor Barang (PIB) oleh Importir, Ketiga, tempat pe me-riksaan Fisik Terpadu yang belum Opti-mal. Keempat, penumpukan arus masuk/ keluar barang yang tidak didukung oleh ketersediaan lahan.

Secara umum, upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi dwelling time adalah sebagai berikut. Pertama, implementasi ICT Tools dalam pelayanan kepelabuhan dan kepabeanan, termasuk Implementasi i-CaRe System pada seluruh anggota Asosiasi Perusahaan Jalur Prioritas (APJP), untuk selanjutnya juga bagi perusahaan-perusahaan non-APJP.

Kedua, rasionalisasi tarif pelayanan Kepelabuhan. Ketiga, optimalisasi fung si Cikarang Dry Port (CDP). Ketiga, pe ne ra pan Denominasi Rupiah dalam tran sak si pe la-ya nan kepelabuhan. Ketiga, mempercepat

Optimalisasi Layanan Junaedi, Direktur Fasilitasi Ekspor Impor Kementerian Perdagangan

Upaya Kemen te-rian Perda gangan

dalam memper-lancar keluar ma-

suk arus barang di pelabuhan

ada lah dengan mengoptimalkan

peng gunaan layanan Inatrade di dalam pengu-ru san dokumen

ekspor impor

14 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

laporan utama ■

Inatradepelaksanaan program ekstensifi kasi dan intensifi kasi pe ngem bangan dan penerapan INSW ter masuk integrasi INSW dengan ASW.

Keempat, evaluasi keberadaan Tempat Penimbunan Sementara (TPS) di Pelabuhan Tanjung Priok; termasuk penyediaan Tempat Pe meriksaan Fisik (TPF) yang me madai. Kelima, pelaksanaan Lo gistics Investment Campaign. Ke enam, pembangunan Pendulum Nu santara yang disesuaikan de-ngan SISLOGNAS untuk mening-kat kan efi siensi transportasi laut termasuk kebijakan cabotage. Ke-tujuh, pembentukan unit pengkaji penurunan biaya kepelabuhan.

Adapun upaya Kementerian Perdagangan khususnya Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri dalam memperlancar keluar ma suk arus barang di pelabuhan ada lah dengan mengoptimalkan peng-gunaan layanan Inatrade di dalam pengurusan dokumen ekspor impor (dukungan pada fl ow of document).

Demikian beberapa hal yang su-dah dilakukan Kementerian Per da-gangan terkait dengan kelan caran arus barang di Pelabuhan Tanjung Priok. ίςτ

Perbandingan Dwelling Time di sejumlah negara di Dunia

Sumber : Asosiasi Logistik & Forwader Indonesia (ALFI), OkeZone.com

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 15www.shippingindonesia.com

■ laporan utama

Masukan BPP GINSI yang nota bene merupakan peng guna jasa kepelabuha-

nan ini diambil dari kaca mata im-por tir yang mungkin dapat ber man-faat bagi penurunan angka dwelling time.

Selama ini, pemeriksaa fi sik yang dilakuka di TPFT memberi kontribusi peningkatan dwelling time karena memaka waktu antara 5-8 hari. Salah satu upaya yang dilakukan pihak terminal (JICT) mulai tanggal 17 September 2013 adalah dengan menerapkan sistem yang terintegrasi baik di TPFT Graha Segara maupun TPFT MTI dengan menggunaka sistem Klos K. Dengan penerapan sistem ini diharapkan dapat memangkas waktu proses pemeriksaan fi sik menjadi hanya 2-3 hari saja.

Persoalan tingginya dwelling time juga tidak lepas dari perilaku para importir dengan gambaran sebagai berikut:

1. Importir Produsen OtomotifImportir produsen otomotif

se cara umum menggunaka pela bu -han sebagai gudang logistik me re-ka, karena sistem rantai pro duk si mereka yang menggunaka meto de just in time. Jadi gudang yang me -re ka miliki hanya diguna kan un tuk menyimpan barang jadi ha sil pro-duksi (end product) bukan un tuk me -nyim pan bahan baku (raw material).

2. Importir pakan ternakKarena komoditi yang mereka

impor secara fi sik serupa dengan

bahan pangan (kedelai, jagung), mengakibatkan mereka tidak bera-ni menimbun di gudang mereka ka-rena kekhawatiran dituduh menim-bun bahan pangan.

3. Importir barang lartasBarang impor yang terkena lara-

ngan pembatasan (lartas) di mana harus mendapatkan perijinan dari instansi terkait yang membutuhkan waktu cukup lama dan belum semuanya ada Service Level Agreement (SLA) untuk waktu pengurusan dokumennya.

Dwelling Time dan Faktor Penyebabnya di Pelabuhan Tanjung Priok

Achmad Ridwan Tento, Sekjen Ginsi

Permasalahan dwelling time yang terus mendera pe la buhan Tanjung Priok se pertinya tidak kunjung usai. Berbagai pihak sudah mencoba memberi masukan maupun melakukan aksi untuk menurunkan angka dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok.

Oleh Karnali Faisal

16 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

laporan utama ■

4. Importir Barang HibahImportir barang bantuan/hibah

terkadang tidak segera mengurus proses clearance atas barang yang menjadi haknya. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, di antaranya adalah ketidaktahuan consignee mengenai prosedur pengurusan dan dokumen yang dibutuhkan sehingga barang tidak segera diurus. Selain itu seringkali consignee tidak siap dalam hal biaya yang dibutuhka untuk pengeluaran barang dari pelabuhan.

5. Importir barang pindahan (personal effect)Importir ini hampir seluruhnya

tidak segera dikeluarkan dari pelabuhan karena biasanya barang dikirim terlebih dahulu dan diurus setelah consignee tiba di Indonesia.

6. Importir Vendor Proyek Konstruksi Vendor proyek konstruksi

biasanya akan segera mengimpor barang pada saat nilai tukar rupiah sedang bagus. Selain itu mereka juga menghindari penalti yang akan dikenakan apabila mereka terlambat mengirim barang. Akan tetapi biasanya mereka menyimpan barang di pelabuhan dan baru akan mengeluarkan apabila sudah akan dipakai di lokasi proyek

7. Importir Alat Pertambangan Lokasi pertambangan yang

sebagian besar berada di pelosok, dimana infra struktur maupun jalur pelayaran menuju lokasi masih sangat jarang, mengakibatkan me-reka menyimpan barang im por nya terlebih dahulu sambil menung gu persiapan pengangkutan ke lokasi sudah siap.

8. Importir SpekulanTidak sedikit importir yang

berdagang dengan metode speku-lasi, dimana mereka menyimpan barang di pelabuhan dengan tujuan untuk mengatur harga di pasaran. Alasan mereka menyimpan barang di pelabuhan karena pelabuhan dinilai aman dari pengawasan instansi selain CIQ.

9. Importir Barang Selundupan/Barang Tegahan Barang selundupan yang ter-

tang kap karena pemberitahuan yang tidak benar atau terkait ma salah hukum, biasanya akan me makan waktu yang cukup lama sam pai dengan adanya keputusan hukum yang tetap.

10. Importir Yang Terkena Kewajiban Re-EksporSeringkali dalam importasi ba -

rang, barang tersebut harus di re-ekspor karena berbagai alasan (tidak memenuhi lartas, salah ki rim barang, dll). Pada saat pro ses re-ekspor ba rang tersebut akan me makan waktu yang cukup la ma sam pai dengan realisasi re eks por. Bah kan tidak sedikit yang ba rang ter sebut diabaikan oleh pi hak ship per, con sig-nee atau pun shipping line.

Valuta AsingKebutuhan para importir

akan valuta asing khususnya US Dolar untuk membayar Termi-nal Handling Charge (THC), demmurage dan beberapa biaya yang ditagihkan ke pelayaran, menye babkan ketergantungan kepa da valas tersebut. Ditambah lagi dengan peratura tidak tertulis dari perusahaan pelayaran yang meng haruskan valas harus keluaran terakhir (2009 ke atas). Apabila keter sediaan valas di pasaran ber ku rang, maka akan mengganggu pro ses pengeluaran barang di pelabuhan.

Selain itu, fl uktuasi nilai tukar rupiah menyebabkan beberapa importir melakukan aksi wait and see sebelum mengeluarka barang di pelabuhan. Hal ini terkait dengan penentuan harga di pasaran.

Jam Operasional Kantor Pelayaran dan Depo Petikemas Kosong

Jam operasional kantor pela ya-ran yang masih terbatas pada saat

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 17www.shippingindonesia.com

■ laporan utama

penebusan delivery order (DO) di mana dibatasi sampai jam 15.00. Hal ini menyebabka penundaan pengiriman barang apabila DO belum ditebus karena perusahaan pelayaran sudah tutup.

Ketidaktersediaan kantor per wa-kilan pelayaran di area pelabuhan menyebabka tambahan waktu untuk menebus DO karena peru-sahaan pelayaran sebagian besar berdomisili jauh dari pelabuhan.

Keterbatasan waktu operasional depo petikemas kosong yang tidak operasional 24 jam, sehingga meng akibatkan antrian panjang truk yang akan mengembalikan petikemas kosong pada keesokan paginya.

Laporan SurveyorTidak adanya kantor perwakilan

instansi penerbit laporan survey di area pelabuhan, menyebabkan tambahan waktu untuk pengurusan penerbitan laporan survey.

Kemacetan JalanKemacetan jalan yang disebab-

kan oleh proses pembangunan jalan tol. Karena itu proyek pem-ba ngunan jalan tol agar segera diselesaikan atau disediakan jala

pengganti sebelum proyek jala tol tersebut selesai.

YOR Terminal PetikemasBatasan YOR 85% terminal

petikemas untuk dapat melakuka PLP mengakibatkan padatnya lapangan penumpuka di terminal petikemas sehingga ruang manuver di dalam CY terminal petikemas menjadi terbatas yang berujung pada kemacetan di dalam terminal petikemas itu sendiri. Hal ini diperparah denga tidak adanya area tunggu truk/waiting bay untuk mendapat giliran bongkar muat sehingga mereka menunggu di sembarang tempat termasuk di sepanjang jalan sekitar pelabuhan.

Perilaku Angkutan Truk Peri-laku angkuta truk yang seringkali mengangkut petikemas sekaligus 2 x 20’ (combo) mengakibatkan penambahan antrian di dalam blok CY Terminal petikemas. Apalagi 2 petikemas tersebut berbeda blok. Hal ini tidak sesuai dengan Per -menhub No 14/2007 tentang ken da-raan pengangkut petikemas di jalan.

Harapan Importir

Permasalahan dwelling time yang diakibatkan oleh perilaku importir

harus disikapi dengan me nyediakan fasilitas sesuai de ngan apa yang dibutuhkan oleh mereka. Penyediaan fasilitas ini tidak harus disiapkan oleh pe me rintah tetapi bisa melalui pi hak swasta dengan sistem B to B. Khususnya bagi para importir yang pada prinsipnya tidak mempunyai permasalahan Kepabeanan dan ba-rang nya dapat segera mendapatkan SPPB tetapi belum berniat untuk mengambil barangnya dari pelabu-han, dapat ditawarkan solusi sebagai berikut, lihat tabel.

Permasalahan belum adanya kantor perwakilan instansi penerbit LS dan perwakilan perusahaan pelayaran di area sekitar Pelabu-han, dapat disiasati dengan pener-bitan peraturan dari regulator ter kait yang mengharuskan instan-si-instansi tersebut membuka per wakilan di pelabuhan. Hal ini sangat mungkin untuk direalisasi-kan di era Teknologi Informasi seperti saat ini, apalagi pihak Perbankan pun sudah siap dengan Teknologi Informasi yang mereka miliki seperti misalnya On Line Banking, Internet Banking, dll.

● Kendala pengurusan perijinan dari instansi terkait khususnya untuk barang-barang yang terkena lartas, dapat dieliminir dengan penerbitan Service Level Agreement dari masing-masing instansi penerbit perijinan yang kurang lebih berjumlah 18 instansi. Selain itu agar INSW dapat benar-benar secara penuh diaplikasikan penggunaannya.

● Kepadatan yang sering kali terjadi di dalam area terminal, seyogyanya disiasati dengan merevisi peraturan mengenai batasan YOR untuk PLP, sehingga tempat untuk melaku-kan manuver baik alat maupun truk dapat lebih leluasa. Selain itu, solusi yang seharusnya sudah dilakukan adalah penye-diaan tempat tunggu truk/waiting bay sehingga tidak me-nim bulkan kemacetan baik di jalan maupun di dalam terminal petikemas itu sendiri. ίςτ

18 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

laporan utama ■

Sementara itu, untuk Dwelling Time (Masa Endap) petikemas impor mengalami kenaikan

yang signifi kan sebesar 24.8%, dari 6.37 hari (2012) menjadi 7.95 hari (2013) untuk periode Januari s/d Agustus. Sedangkan Yard Occupancy Ratio (YOR – Tingkat Okupansi Lapangan Penumpukan) Impor secara rata-rata mengalami kenaikanyang signifi kan sebesar 26.22%, dari 66.77% (2012) menjadi 84.27% (2013). Dari pengamatan lapangan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi YOR antara lain volume throughput, Dwelling Time, luas area lapangan penumpukan petikemas (container yard), dan tarif storage

Tingginya YOR di lapangan penum pu kan berdampak pada terhambatnya pelayanan bongkar/muat kapal (dalam kondisi ektrem dapat menyebabkan konges ti). Selain itu, bertambahnya waktu tambat kapal, menurunnya kinerja pelayanan BCH dan BSH serta semakin lamanya TRT Kapal dan TRT Truk.

Untuk mengatasi tingginya

YOR Impor: Permasalahan dan Solusi di TPK Koja

Indra Hidayat Sani, General Manager TPK Koja

Sepanjang Ja nua ri sam pai dengan Agustus 2013, ke-nai kan troughput peti kemas impor di TPK Koja hanya 3,42% yakni 287.008 TEUs (2012) menjadi 296.826 TEUs (2013). Dari sisi area lapa-ngan pe numpukan pe ti kemas (con tai ner yard-CY) tidak mengalami perubahan.

Oleh Karnali Faisal

dwelling time, TPK Koja melakukan berbagai upaya antara lain. Pertama, secara periodik memberitahukan kepada Shipping Line dan Consignee untuk segera

mengeluarkan petikemasnya dari Terminal Petikemas dalam rangka menurunkan angka dwelling time. Kedua, melakukan optimalisasi lahan area penumpukan petikemas

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 19www.shippingindonesia.com

■ laporan utama

dalam rangka meningkatkan kapasitas. Ketiga, melakukan PLP (Pindah Lokasi Penumpukan) dalam rangka menurunkan dan menjaga stabilitas YOR.

Keempat, mengusulkan kepada KPU BC Tanjung Priok untuk diijinkan melakukan pemindah lokasi lapangan penumpukan atas petikemas yang telah memiliki SPPB namun belum (juga) segera mengeluarkan petikemasnya dari Terminal Petikemas dalam rangka menurunkan angka YOR. Kelima, meninjau ulang tarif storage yang berlaku saat ini dengan menerapkan tarif (masa) progresif yang lebih tinggi dalam rangka menerapkan efek jera bagi consignee yang memanfaatkan CY Terminal Petikemas sebagai “gudangnya”. ίςτ

Perhitungan kapasitas CY (Impor) sebagai berikut:

Jumlah Ground Slot x Tinggi Penumpukan

Kapasitas CY Impor = x 30 Hari

(perbulan) Dwelling Time

CY Impor TPK Koja = 12 Blok

= 12 x 36 Slot x 6 Row

= 2,592 Ground Slot

Tinggi Penumpukan = 3.5 Tier

Kapasitas CY Impor = 2,592 Ground Slot x 3.5 Tier x 30 Hari

(perbulan) Th 2012 6.37 Hari

= 42,725 Teus

Kapasitas CY Impor = 2,592 Ground Slot x 3.5 Tier x 30 Hari

(perbulan) Th 2013 7.95 Hari

= 34,234 Teus

Grafi k kinerja TPK Koja tahun 2012 dan tahun 2013

20 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

laporan utama ■

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 21www.shippingindonesia.com

■ opini

Lamanya dwellling time di Pelabuhan Tanjung Priok (7-8 hari) yang terjadi saat ini masih terus menjadi

pembicaraan utama di berbagai media. Dwelling time yang lama tersebut telah mengakibatkan terjadinya high cost economy. Biaya ekonomi tinggi tersebut akan menimpa para pengusaha baik mulai dari produsen, pengusaha jasa logistik dan jasa transportasi dan hingga akhirnya kon-sumen akhir, namun biasanya konsu men akhirlah yang menerima dampak paling hebat, pasalnya para pengusaha logistik, produsen tantunya tidak mau me ru gi akibat hal tersebut, sehingga be ban biaya tersebut dibebankan pada har ga akhir dari produk tersebut kepada konsumen.

Sebagai gambaran kerugian yang timbul dari dwelling time yang menimpa pengusaha kapal senilai Rp.25 juta dengan ukuran kapal kurang lebih 300 TEUs, dan akan mencapai ratusan juta untuk kapal jenis mother vessel. Kerugian ini tentunya tidak akan mungkin ditanggung oleh pengusaha, maka akhirnya dibebankanlah kepada konsumen akhir sebagai price taker. Dengan demikian beban masyarakat akan semakin besar yang baru saja ter pu-kul oleh kenaikan harga BBM ditam bah lagi menghadapi bulan puasa dan lebaran.

Untuk mengatasi permasalahan ini perlu pemikiran yang tidak biasa (out of box), misalkan (1) menambah dan meningkatkan profesionalitas personel beacukai dan memberlakukan sistem kerja 24 jam/7 hari. (2) memberikan sanksi yang tegas jika para pengusaha dengan sengaja membiarkan kontainer yang sudah clear tidak segera diambil dari pelabuhan, jangan sampai malah operator pelabuhan sengaja membiarkan hal ini terjadi karena ingin mendapatkan uang sewa yang lebih besar. Diatas adalah langkah-langkah

Atasi Dwelling Time Oleh : Nurdin Ahmadi

22 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

opini ■

jang ka pendek, dan masih banyak cara lain nya yang saya kira mungkin untuk dilakukan.

Untuk langkah dan strategi jangka panjang adalah pemerintah perlu sege-ra merealisasikan rencana-rencana pem bangunan pelabuhan skala besar di sebelah Timur dan Barat Pelabuhan Tan-jung Priok, seperti rencana Pelabuhan Bojonegoro dan Pelabuhan Bekasi maupun Cirebon. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Indonesia tidak akan mungkin sanggup dilayani oleh Pelabuhan Tanjung Priok, perlu ada pelabuhan baru yang lebih tertata dan terencana dengan baik.

Perlu sebuah terobosan teknologi infor masi sehingga semakin sedikit orang yang terlibat di pelabuhan untuk me ngu rangi inefi siensi pengurusan do-ku men. Pemanfaatan Port Comunity System mutlak segera dilakukan meng-ingat kompleksitas arus informasi, uang, dan barang dipelabuhan.

Agar semua terwujud perlu keseriusan semua pihak untuk saling berkoordinasi, yang sampai dengan saat ini masih sa-ngat sulit terjadi, hal ini dikarenakan masing-masing instansi saling tarik me-na rik ke pentingan dan tentunya saling tarik me narik uang untuk kepentingan pribadi-tidak masuk pendapatan negara (kita tidak perlu tutup mata). Perlu ke te-ga san pemimpin negara (Presiden) agar semua sistem kepelabuhanan yang efi -sien terwujud. Visi negara maritim perlu menjadi landasan utama untuk mewujud-kan hal ini, tan pa hal tersebut maka permasala han dwelling time tidak akan pernah tuntas

Penulis, Peneliti di Center for Coastal and Marine Resources Studies, Institut Pertanian Bogor, Indonesia

Pelabuhan Tanjung Priok

Perlu ke te ga san pemimpin negara

(Presiden) agar semua sistem

kepelabuhanan yang efi sien

terwujud.

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 23www.shippingindonesia.com

■ opini■ laporan utama

24 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

logistik ■

General Manager TPK Koja, Indra Hidayat Sani me-nga takan sis tem Cargolink

tersebut mengintegrasikan pelaya-nan perusahaan pelayaran dan forwarding agent, Terminal Peti Kemas, Bank dan perusahaan Trucker ke Pemilik Barang secara full elektronis.

“Semua terintegrasi mulai dari proses pengurusan order pemilik barang ke shipping lines/forwarding Agent, pengurusan invoice dari Terminal Peti Kemas Koja, Pembayaran biaya jasa container handling ke Bank, sampai pemesanan truk pengangkut container seluruhnya dilakukan secara elektronis tanpa harus hadir ke Terminal Peti Kemas Koja. Begitupun proses pengeluaran barang dari terminal peti kemas oleh truk dilakukan melalui sistem RFID,” ujar Indra.

Implementasi sistem cargolink ini

berangkat dari perkembangan pelayanan barang di Pelabuhan saat ini yang masih memunculkan permasalahan dan dianggap menyulitkan masyarakat usaha, khususnya pemilik barang saat melakukan proses impor-ekspor. Hal ini karena proses pelayanan masih dilaksanakan secara manual. Interaksi antara pemilik barang, perusahaan pelayaran sebagai pengangkut barang, terminal petikemas, perbankan, Bea dan Cukai, instansi penerbit

Cargolink TPK Koja Perpendek Waktu Dwelling Time

Setelah berjalan hampir satu tahun, Terminal Petikemas Koja (TPK Koja) kembali mendatangani kerja sama dengan Bank Mandiri untuk layanan Cargolink. Penadatanganan kerja sama tersebut dilakukan di Kantor Pusat Bank Mandiri, Rabu (18/9). Sebelumnya, TPK Koja juga menjalin kerja sama dengan Bank CIMB Niaga.

Oleh Karnali Faisal

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 25www.shippingindonesia.com

■ logistik

perijinan dan perusahaan truk pengang kut peti kemas tidak seluruhnya ter hubung secara elektronis.

Pemerintah selama ini telah ber inisia-tif untuk membantu percepatan arus barang di pelabuhan melalui INSW (Indonesia National Single Window) yang saat ini sudah terimplementasi di 10 pela buhan terbuka untuk perdagangan international.

Percepatan arus barang melalui INSW sela-ma ini cukup membantu pada proses cus tom clearance, sebab proses interaksi an tara Bea dan Cukai dengan instansi penerbit perijinan ti dak lagi dilaksanakan secara ma nual, akan teta pi menggunakan sebuah sis tem elek tronis yang dikenal dengan sebuah sistem single window.

Meski demikian proses electronic Custom clearance ini ternyata dirasakan akan le bih efek tif apabila ditunjang oleh proses penge-luaran barang di pelabuhan secara elektronis pula, dimana apabila pemilik barang sudah mendapat ijin pengeluaran barang dari bea cukai dapat mengurus pengeluaran fi sik barangnya dari terminal peti kemas melalui sis tem elektronis yang pada akhirnya di yakini bahwa melalui seluruh sistem elektronis ini, maka dwelling time (masa penumpukan barang) di pelabuhan akan dapat dipersingkat.

Atas dasar itu kiranya, Terminal Peti Kemas Koja sejak pertengahan November tahun 20121 lalu lalu melaunching cargolink, bekerja sama dengan PT EDI Indonesia, se buah perusahaan penye leng gara jasa sistem infor masi berbasis tran saksi elektronik, sejak tahun 2011 mengem-bangkan sebuah sistem inte gra ted car go release yang dinamakan ‘Cargolink’.

Menurut Indra, saat masih dilakukan uji coba satu tahun yang lalu, sistem ter sebut ter bukti mampu mempersingkat dwelling time clea rance lebih dari 50%. Uji coba dilakukan PT Toyota Motor Manufacture Indonesia (TMMIN) dengan Freight Forwarding dan pe ru sa haan truk pengangkut, beserta Bank CIMB Nia ga sebagai Bank Pelaksana e-payment.

“Dari yang semula dwelling time perlu waktu rata-rata 4 hari, dengan sistem car-golink, hanya perlu waktu 2 hari, “ kata Indra.

Direktur Utama TMMIN, I Made Dana mengatakan pada waktu-waktu tertentu sis-tem cargolink mampu mempersingkat laya nan hingga 20 jam saja. “Ini satu hal yang luar biasa dan baru pertama terjadi di Indo nesia, sebab rata-rata dwelling time di sejum lah pelabuhan utama itu antara 4,8 hingga 6,7 hari, karena ba nyak nya pemeriksaan (secara

Dengan sistem elektronik atau sistem online

(cargolink) maka persoalan biro krasi dan kepatuhan berusaha di pelabuhan

bisa diatasi.

26 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

logistik ■

ma nual) dari sejumlah instansi di pelabu han,”ungkapnya.

Dengan sistem cargolink ini, kata Made, akan memicu pro duk-tifi tas perusahaan yang dipimpin-nya. “Dan kami harapkan sistem cargolink dapat diterapkan di selu-ruh pelabuhan utama di seluruh Indonesia,” harapnya.

Sementara itu, Direktur Com-mer cial & Business Banking Bank Mandiri, Sunarso, mengata kan layanan transaksi melalui jari-ngan Sarana Elektronik Cargolink itu dapat memudahkan proses pembayaran pengguna jasa TPK Koja, sehingga dapat meningkatkan kualitas layanan kepelabuhan. Melalui kerja sama ini, sistem Cargolink akan terintegrasi dengan layanan cash management Bank Mandiri, sehingga TPK Koja dapat menerima pembayaran secara real time atas jasa kepelabuhannya dari paraconsignee, perusahaan pela-yaran, forwarding agent, terminal peti kemas, bank dan pihak terkait di bisnis jasa kepelabuhan.

“Sebagai contoh, ada barang masuk, bea harus dibayar. Bank Mandiri fasilitasi supaya bisa pake e-tax. Setelah bea dibayar, harus bayar jasa bongkar muat. Bayar jasa itu pakai Cargo link,” ujar Sunarso usai Penandata-nganan Kerja sama tersebut.

Untuk memakai Cargolink, pengguna jasa TPK Koja ha rus mem buka rekening di Bank Man-diri. “Basisnya itu menggunakan Man diri Cash Management,” katanya menjelaskan.

Dari kerja sama tersebut, Bank Mandiri menyasar 102 perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut telah dicermati memiliki potensi.

“102 perusahaan ini yang domi-nan dan diyakini bisa ditekuni,” ujar Sunarso. Dia menambahkan layanan perbankan Mandiri ini, merupakan dukungan kepada TPK Koja untuk meningkatkan efi siensi dalam kegiatan pelayanan bongkar muat peti kemas dan transhipment di pelabuhan Tanjung Priok.

Layanan perbankan ini diharap-kan dapat mempercepat dan me-

ning katkan efi siensi dalam pe nge-lo laan keuangan perusahaan serta me mudahkan transaksi pemba ya ran pengguna jasa kepada TPK Koja.

“Kalau proses arus barang cepat, mungkin bisa menekan logistic cost yang sekarang diperkirakan 28 persen dr GDP,” ujar dia. Sunarso mengatakan sistem pembayaran yang ditawarkan Bank Mandiri bisa mengurangi dwelling time. “Dwelling time yang selama ini di kata kan disebabkan oleh per bankan, tidak ada lagi de-ngan Cargolink ini,” ujar dia

DikembangkanSementara itu Deputi Menteri

Perekonomian, Edy Putra Irawady saat melaunching sistem cargolink satu tahun lalu mengatakan, sistem cargolink merupakan salah satu jawaban dari persoalan daya saing.

“Daya saing industri pelabuhan nasional selama ini rendah baik ditingkat lokal apalagi global, itu terjadi karena tingginya dwelling times yang mencapai angka 6-7 hari bahkan bisa lebih. Nah dengan sistem cargolink dwelling times bisa ditekan hingga 2 hari saja. Ini satu hal yang harus segera dilakukan di seluruh pelabuhan utama nasioal,” ujarnya.

Dengan kata lain, kata Irawady, persoalan daya saing ke pela buha-nan selama ini disebabkan karena birokrasi (usaha), regulasi dan ke patuhan seluruh stakeholder kepelabuhanan. “Dengan sistem elek tronik atau sistem online (cargolink) maka persoalan biro-krasi dan kepatuhan berusaha di pelabuhan bisa diatasi,” tandasnya.

Untuk itu, kata Irawady, pihak-nya sangat mendukung sistem car golink segera dikembangkan di seluruh pelabuhan utama di Indonesia, mulai dari Belawan, Tanjung Perak, Makassar dan sejumlah pelabuhan yang selama ini terbuka untuk perdagangan international atau ekspor-impor.

“Karena dengan begitu, maka secara nasional kita terintegrasi dan secara global sudah pasti kita terkoneksi,” imbuhnya. ίςτ

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 27www.shippingindonesia.com

■ galeri

28 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

galeri ■

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 29www.shippingindonesia.com

■ sosok

Banyak pihak menilai selama menjadi Adpel di Pelabuhan Tanjung Priok, Capt Bobby R

Mamahit telah banyak melakukan terobosan khususnya terkait de-ngan peningkatan pelayanan ke pela bu ha nan. Selain itu, dia pun di ke nal sebagai sosok yang de kat de ngan semua kalangan di pelabuhan.

Dengan sikapnya yang seperti itu, tidak mengherankan jika tiga mantan menteri perhubungan me-nya takan Capt Bobby R Mamahit merupakan sosok yang paling tepat menjadi Dirjen Perhu bu ngan Laut saat ini.

Agum Gumelar menilai Capt Bobby R Mamahit merupakan so sok terbaik menduduki jaba tan ter-sebut. Bobby telah berpengala man di lingkungan Ditjen Perhubu ngan Laut dan sukses mengemban tugas sebelumnya.

Penilaian yang sama juga di-ungkap kan Jusman Syafi i Djamal

yang mengatakan Bobby meru pa-kan sosok yang dapat diandalkan dalam menjalankan tugas-tugas berat dan terbukti berhasil. Sedang-kan Freddy Numberi menilai Bobby sebagai sosok terbaik men-jadi Ditjen Perhubungan Laut. Karena itu Freddy berharap Bobby bekerja lebih baik lagi membantu meningkatkan performansi Menteri Perhubungan EE Mangindaan.

Sosoknya yang ramah membuat dia pun dikenal dengan para warta-wan, baik setelah menjadi Setditjen Hubla, Kepala BPSDM maupun dalam jabatannya sekarang seba-gai Dirjen Perhubungan Laut. Saat dilantik menjadi Dirjen Per hu bungan Laut, Bobby berjani melakukan banyak pembenahan dan peningkatan di transportasi laut khususnya mengenai kebijakan pemerintah dan MP3EI yang perlu didukung penuh dengan pengadaan sarana transportasi laut yang me-ma dai. Terobosan pun dilakukan

de ngan cara mempercepat ke-bija kan pemerintah dengan menyiapkan transportasi yang handal.

Dwelling TimeTerkait dengan masalah waktu

tunggu pelayanan kapal dan barang (dwelling time) di Pelabuhan Tanjung Priok, Bobby mengatakan bahwa Kementerian Perhubungan telah merekomendasikan lima lang-kah yang mesti dilakukan oleh selu-ruh pemangku kepentingan un tuk memperbaiki dwelling time di Pela -buhan Tanjung Priok. Se ba gai ma na diketahui, Saat ini, dwelling time di Pelabuhan Tan jung Priok saat ini mencapai 8 hari dari sebe lum nya hanya 5,8 hari. Bahkan untuk peti kemas impor jalur merah yang mes ti dilakukan pemeriksaan fi sik bi sa memakan waktu lebih dari 14 hari.

Kelima langkah tersebut adalah, Pertama, melakukan peremajaan ter hadap angkutan pelabuhan

Pemerintah Fokus Turunkan Dwelling Time

Capt Bobby R Mamahit, Dirjen Perhubungan Laut

Bagi para pelaku usaha di Pelabuhan Tanjung Priok, nama Capt Bobby R Mamahit sudah tidak asing lagi. Sebelum menjabat sebagai Dirjen Perhubungan Laut, sebelumnya sosok kelahiran Manado, 56 tahun lalu ini pernah menjabat sebagai Administrator Pelabuhan Tanjung Priok.

Oleh Karnali Faisal

30 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

sosok ■

(trucking) yang se bagian besar atau 80% su dah berumur lebih dari 15 tahun.

Kedua, melanjutkan koordi-nasi dengan Walikota Jakarta Utara agar lahan di depan kawa-san Ancol seluas 24 hektare yang belum dimanfaatkan itu da pat dialihfungsikan seba gai buf-fer tempat kantong par kir sambil me nunggu masuk ke pela bu han se hingga dapat me ngu rangi ke pa-da tan lalu lintas dari dan ke pela-buhan Priok. Ketiga, me nyiap kan kantong parkir di wilayah ti mur Jakarta (Cilincing) untuk me ngen-dalikan manajemen traffi c trucking.

Keempat, tidak menjadikan dermaga di pelabuhan Priok se-bagai tempat penumpukan barang agar kapal bisa melakukan bongkar muat dengan produktivitas tinggi. Kelima, Pemilik barang dan ins-tansi terkait yakni Bea dan Cu kai dan Badan Karantina agar meng-optimalkan pemanfaatan tem pat pemeriksaan fi sik terpadu (TPFT)

di Pelabuhan Tanjung Priok.

Bobby me-negaskan semua pe mangku kepentingan harus

menindaklanjuti rekomendasi Kemenhub untuk mene kan dwelling time agar tercipta kelancaran arus barang di pelabuhan tersibuk di Indonesia itu.

Bobby mengatakan, upaya me-nurunkan dwelling time menjadi fokus pemerintah guna mencipta-kan daya saing ekonomi dan logistik nasional.

“Bahkan sudah dilakukan dengan sejumlah kebijakan strategis,” katanya. Sedikitnya terdapat tiga langkah strategis yang sudah diupayakan

pemerintah, yakni pengembangan pelabuhan Tanjung Priok dengan menyiapkan terminal Kalibaru yang sedang dalam proses peker-jaan fi sik, melakukan penataan lahan dan membongkar gudang di pelabuhan Priok untuk menambah kapasitas tampung pelabuhan, serta optimalisasi fasilitas Cikarang Dry Port (CDP).

Sesuai rencana induk Pelabuhan Tanjung Priok, sebagaimana di tetapkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan No:38/2012, pengembangan pelabuhan dalam jangka pendek adalah membangun terminal Kalibaru Jakarta Utara (2012-2017) dan untuk jangka menengah (2018-2023) menyiapkan

pelabuhan Cilamaya Jawa Barat.“Terminal Kalibaru

merupakan solusi jangka pendek, sedangkan jangka menengah yakni membangun Pelabuhan Cilamaya yang diharapkan bisa beroperasi pada 2020,” tuturnya.

Pelabuhan Cilamaya yang diperkirakan menelan investasi Rp40 triliun itu disiapkan sebagai pelabuhan modern khu-

sus peti kemas dan terminal mobil yang perencanaanya terintegrasi

dengan pusat indsutri dan logsitik di sekitarnya

(hinterland). ίςτ

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 31www.shippingindonesia.com

■ advertorial

Upaya Strategis Merawat Lingkungan Sejak Usia Dini

Launching Green Dock School JICT

Di lingkungan HPH, Program Lingkungan Hijau diimplementasikan di

dalam maupun di luar lingkungan perusahaan. JICT sebagai anak usaha HPH juga melaksanakan program serupa. Di lingkungan internal, sejak beberapa tahun

global tentang lingkungan hijau yang dalam implementasinya di-wujud kan dalam bentuk peningka-tan wawasan siswa terhadap isu tersebut.

SustainabilityPresiden Direktur JICT, Albert

Lingkungan hijau kini telah menjadi isu menarik di komunitas dunia internasional. Pemanasan glo bal (global warming) serta berbagai fenomena yang menyertainya mendorong masyarakat ber-sa ma-sama menanggulangi dampak dari hal tersebut. Peran serta masyarakat, pemerintah serta ka la ngan dunia usaha menjadi kunci dari keberhasilan mewujudkan lingkungan hijau dimaksud.

lalu ditempuh melalui program Go Green JICT.

Secara eksternal, baru-baru ini JICT meluncurkan Program Green Dock School JICT. Manajer Corporate Affairs JICT, Indira Gita Lestari mengatakan peluncuran program ini mengacu pada isu

32 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

advertorial ■

Pang mengungkapkan tahun ini JICT menambahkan tema Green dalam program Dock School. “Tema hijau telah menjadi isu global dan penting bagi para siswa untuk tahu tentang pengelolaan lingkungan hijau,” ujar Albert seusai peresmian Green Dock School Sari Putra.

Green Dock School Sari Putra merupakan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) PT JICT di bidang pendidikan. Program yang diadopsi dari jaringan pelabuhan Hutchison ini mencakup renovasi bangu-nan sekolah dan bantuan asis tensi bahasa inggris serta komputer. Sebelumnya JICT telah mendirikan Dock School di wilayah Koja, Tanjung Priok dan Semper Jakarta Utara.

Penanggung jawab Program CSR, Galuh Nurcahyono meng-ungkapkan program Green Dock School diharapkan menjadi sebuah program yang berkelanjutan (sustain). Materi pembelajaran bagi para siswa di lingkungan dock school akan ditambah dengan muatan mengenai teknik pengelolaan lingkungan, yang salah satunya mengenai sampah organik dan non organik. Dengan cara ini, setiap peserta belajar diharapkan memiliki perilaku hidup yang bersih dan sehat.

“Untuk menunjang itu semua, JICT telah melaku-kan penga daan alat-alat keleng kapan sekolah seperti laboratorium komputer, perpus-ta kaan maupun ruang belajar agar siswa merasa nyaman dalam belajar,” ungkapnya.

Selain itu, Pihak JICT juga membantu biaya operasional kegiatan belajar-mengajar setiap bulan selama program tersebut berlangsung.

Menurut Galuh, untuk satu tahun ke depan program ini akan dilaksanakan di Yayasan Sari Putra. Penetapan sekolah ini sebagai Green Dock School dengan mempertimbangkan

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 33www.shippingindonesia.com

■ advertorial

kondisi siswa/i yang sebagian besar orang tuanya bekerja sebagai buruh pelabuhan dan merupakan kalangn keluarga mampu.

Sebelumnya, JICT juga menyelenggarakan program yang sama di SMP Attauhid, SMP Mutiara Tanjung Priok serta SD/MI Al-Hidayah, Koja Jakarta Utara.

“Sesuai dengan namanya, tahun ini program Green Dock School ditandai dengan penanaman pohon secara simbolis di lingkungan sekolah oleh Dirut JICT, Albert Pang,” jelasnya.

Pengembangan PAUDBersamaan dengan peresmian Green

Dock School tersebut, JICT juga melaun-ching Program Pengembangan PAUD di Kecamatan Tanjung Priok. Dalam acara ini, 15 PAUD binaan JICT ikut hadir dalam acara tersebut.

“Untuk 15 PAUD tersebut, kita men-support kegiatan belajar-mengajar da lam bentuk pengadaan alat peraga, sera gam siswa dan guru, serta makanan tamba-han,” ujar Supervisor Program CSR, Mustaqim.

Selain itu, diselenggarakan pula pela-

tihan guru/tenaga pendidik, serta bantuan biaya operasional setiap bulan selama satu tahun atau kerja sama berlangsung.

Wakil Walikota Jakarta Utara Tri Kurniadi mengatakan program pengembangan pendidikan ini penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran sehingga anak-anak dapat menikmati pendidikan yang layak. “Kami ingin melihat anak-anak Indonesia menikmati pendidikan dengan kualitas yang paling baik,” ujar Tri.

Saat acara peresmian turut pula hadir seniman dan aktivis anak Dik Doank. Dik tidak lupa menyisipkan pesan moral dan merangkainya dalam bentuk nyanyian kepada anak-anak dan undangan yang hadir.

Albert menambahkan kesuksesan JICT sebagai terminal petikemas terbesar di Indonesia tentunya harus berdampak positif bagi masyarakat Jakarta Utara. “Sejatinya kesuksesan perusahaan harus berdampak positif bagi masyarakat. JICT senantiasa berbagi dengan sekitar melalui program CSR yang berkelanjutan baik itu pendidikan, lingkungan maupun kemasyarakatan,” tutup Albert.***

Kami ingin melihat anak-

anak Indonesia menikmati pendidikan

dengan kualitas yang paling baik

34 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

port shipping ■

“Kami disambut hangat Menteri Perhubungan di ruang kerjanya,“ tutur Bambang kepada Indonesia Shipping Times, pekan lalu.

Menurut Bambang, pihaknya menyampaikan perkembangan terkini mengenai Pelindo I, khu-sus nya pengembangan pelabu han Belawan dan pelabuhan Kuala Tan-jung serta tentang marine bisnis di perairan kepulauan Riau. “Menteri Perhubungan memberi dukungan terhadap pengembangan Pelabuhan Belawan. Kami tertantang menye-le sai kan permasalahan dan ham ba-tan yang terjadi di lapangan agar pelabuhan Belawan dapat ditata dengan baik,” jelasnya optimis.

Namun, kata Bambang, gu na merealisasikan pelabuhan inter-na sio nal Kuala Tanjung sangat dibutuhkan dukungan dan peran dari Kementerian Perhubungan. Terkait hal itu, direksi Pelindo I meminta dukungan Menteri Perhu-b u ngan mengingat Pelabuhan ter se but memegang peranan pen-ting sebagai salah satu gerbang perekonomian regional yang juga

termasuk dalam program Master-plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Koridor Sumatera.

Program MP3EI yang dicanang-kan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 26 Mei 2011, salah satunya adalah koridor ekonomi Sumatera. Pulau Sumatera bagi Indonesia adalah gerbang di sisi barat, maka pelabuhan utama bagi pelayaran internasional perlu ditetapkan di pantai timur Pulau Sumatera. Maka pelabuhan Kuala Tanjung dinilai memenuhi syarat sebagai hub internasional di sisi Barat untuk membuka serta memperbesar peluang pembangunan di luar Jawa dan mengurangi beban Pulau Jawa.

ACS Humas Pelindo I, M. Eriansyah menambahkan, rencana pengembangan bisnis Pelindo I dituangkan didalam RKAP 2014 antara lain adalah Perluasan Terminal Peti Kemas BICT Ta-hap II, me mulai pembangunan Ter minal Petikemas Kuala Tan-jung, pembangunan Tangki Tim-bun Terminal CPO di Kuala Tan jung dan mendirikan anak perusa haan PT Prima Nusantara Logistik. Selain itu Pelindo I akan

membentuk anak perusahaan lainnya seperti Unit Galangan Kapal, Terminal CPO Kuala Tan-jung, Property Development dan Terminal Peti Kemas Dumai.

Pelabuhan Kuala Tanjung sangat strategis, mengingat po-sisi nya tepat di Selat Malaka yang ramai dilintasi kapal peti kemas dari dalam dan luar negeri. Pelindo I memproyeksikan mulai beroperasional awal 2015 dengan estimasi penghasilan selama seta-hun sebesar 1-2 juta TEUs (twenty foot equivalent units), atau setara 1-2 juta unit peti kemas ukuran 20 kaki. Jangka panjang 20 tahun ke depan, penghasilan Kuala Tanjung diproyeksikan sebesar 20 juta TEUs.

Untuk diketahui, pembangunan pelabuhan penghubung berskala internasional di Kuala Tanjung, Ka bu paten Batubara, Sumatera Uta ra se suai dengan Perpres Nomor 26 Ta hun 2012 tentang Cetak Biru Sistem Logistik Nasional (Sislog-nas) yang diterbitkan 5 Maret 2012. Pela bu han barang internasional Kuala Tanjung direncanakan melaya ni arus kapal pelayaran menuju Ero pa dan Ame rika Serikat serta ne ga ra Asia tan pa melalui Pelabuhan Singapura. ίςτ

Dalam rangka pengembangan Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I, Direktur Utama PT. Pelindo I Bambang Eka Cahyana didampingi Direktur PUM Imran Iskandar, Direktur Keuangan Farid Luthfi dan Direktur Operasi & Teknik Iman A Sulaiman melakukan kunjungan kerja kepada Menteri Perhubungan, E.E Mangindaan, pada Rabu (18/9) di Kementerian Perhubungan, Jakarta.

Oleh Yudha Bayu

Menteri Perhubungan Dukung Pengembangan Pelindo I

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 35www.shippingindonesia.com

■ port shipping

Ukuran kapal yang relatif ke cil dengan panjang 90.6 Meter serta Draft ka pal

yang me miliki kedalaman mak si -mum 4.2 m memberikan kem uda-han ba gi nakhoda untuk melalui alur Barito.

Kapal berawak 74 orang petugas dijadwalkan untuk singgah di Ban jarmasin selama 6 jam saja, para wisatawan yang mayoritas ber asal dari negeri kanguru ini di-ajak untuk menikmati Keindahan budaya dari pasar terapung Lokbaintan. Tepat pukul 05.00 WITA para wisatawan dengan me-naiki 4 buah bis yang difasilitasi oleh pihak tour agent, sebanyak 25 klotok digunakan oleh para wisata-wan untuk mengarungi sungai da lam menikmati keindahan pasar terapung. Kendatikunjungan ini singkat tentunya hal tersebut tidak me ngurangi segala upaya kami un tuk mem berikan pelayanan ter baik, ung kap Asman Terminal penumpang PT Pelindo III, Hotler Tampubolon.

Demi alasan keamanan ke pa da

para wisatawan, maka area ter mi-nal penumpang pun disterilkan, hanya yang diberikan id card khu sus yang diijinkan untuk me-masuki wilayah pelabuhan. Bertin-dak selaku Port Facility Security Offi cer, Capt. Hapsoro Nugroho M. Mar menyampaikan bahwa pembatasan akses masuk ini kita berlakukan karena kita belum comply ISPS Code (International Ship and Port Security Facility: sebuah satuan standar keamanan area pelabuhan dan kapal). Selain itu kami juga berkoordinasi dengan pihak KSOP dan instansi terkait untuk aspek pengamanan selama di alur. Untuk sementara alur ditutup agar memberikan kesempatan kepada kapal cruise untuk dapat melayari alur dengan aman, Kapal internasional khususnya cruise memiliki standar keamanan yang tinggi, artinya saat mereka mau mengunjungi kesini berarti alur kita sudah sesuai dengan standar yang mereka tetapkan, untuk itu kita perlu menjaga kepercayaan itu.

“Good Morning mister” sapa

para awak terminal penumpang ke-pada para penumpang yang turun dari kapal. Rupanya kera ma han budaya Banjarmasin mem berikan kesan dihati para wisatawan dunia.

Kunjungan kapal cruise ini mendapat respon positif dari Ma-syarakat Kota Banjarmasin. dengan bekal pengalaman penyambutan kapal cruise sebelumnya PT Pelindo III bersama dengan dinas terkait Pemerintah Kota Banjarmasin mengerahkan segala upaya untuk menyediakan penyambutan yang semeriah mugkin kepada para penumpang kapal Caledonian Sky.

Dengan semangat totalitas dan tim gabungan antara Pem ko dan PT Pelindo berhasil memu kau para wisatawan melalui penam-pilan tarian Baksa Kambang yang me ru pakan tarian klasik seba gai penyam butan tamu. Para wisa-tawan pun berfoto dan merekam mengabadikan keragaman seni khas Kalimantan Selatan.

“We Enjoyed Kalimantan Very Much, Terimakasih” kata Olivia, wisatawan asal Australia.

PT Pelindo III (Persero) Ca-bang Banjarmasin tunjukkan konsistensinya dalam pe la-yanan kapal pesiar. Un tuk Kali kedua dalam Ta hun 2013, Kapal Pesiar Caledo nian Sky milik agen Noble Caledonia bertambat di Pe la buhan Trisakti pada kamis (3/10) pukul 04.00 WITA dini hari setelah se be-lum nya bertolak dari Pela bu-han Benoa-Bali. Kali ini ka pal berbendera Nassau-Bahama menghantarkan 108 pe num-pang yang rata rata ber asal dari Negara Australia.

Oleh Prana Rahadian

Pelayanan Memuaskan, Kapal Cruise Kembali Tambat di Banjarmasin

36 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

port shipping ■

Wisata wan lain pun menyampaikan ke-kagumannya atas Kalimantan Sela tan. Secara seremonial penyam bu tan tamu dilaksanakan dengan pengalungan bunga oleh Wakil Walikota Banjarmasin H. M. Irwan Anshari kepada Kapten Kapal, Frank Alica. Penyam bu tan oleh Nanang Galuh, serta penam pilan seni para penari merupakan bukti keramahan dan keunikan budaya Kalimantan Selatan. “For the se cond visit to Banjarmasin, its a won derful welcome” kata sang kap-ten ketika ditanyai mengenai ke san nya mengunjungi Kota Banjarmasin.

Toto Heli Yanto menyatakan, kunjungan ini merupakan hasil dari kepuasan dari kunjungan sebelumnya, pada bulan april lalu sang kapten pernah berkata nanti mereka akan datang lagi pada bulan Oktober tahun ini, ini me-ru pakan kebanggaan bagi Kota Banjar-masin.tentunya harapan kami ke depan semua pihak terkait dapat saling bahu membahu un tuk meningkatkan dan menjaga pesona Pariwisata yang ada di Ban jar masin. dan berdasarkan perca ka-

pan tadi, sang kapten Frank Alica sem-pat menyampaikan bah wa me re ka akan merencanakan kem bali me ngun jungi ke Kota Ban jar ma sin di tahun depan. Selain itu, keraga man budaya Banjarmasin juga mem berikan nilai tambah di mata para wisatawan, buktinya mere ka antu sias untuk membeli kain ba tik Sa sirangan khas Kaliman tan Selatan

Landri, dari Asia Cruise me nya-takan bahwa rata rata para wisa tawan sangat puas de ngan kunjungan mereka di Banjarmasin, mereka berharap agar budaya ini selalu dijaga keasliannya, termasuk rumah penduduk yang terlihat asri yang dilewati selama perjalanan me-reka, terlepas hal tersebut me re ka juga berharap agar ada perbai kan pada fasilitas Musium Wasaka.

Tepat pukul 10.30 kapal pun ber to-lak untuk menuju ke Kumai, sejenak para panitia berfoto ber sama sembari melambaikan tangan sebagai tanda pengharapan agar kedepan para wisatawan berkenan untuk kembali mengunjungi Banjarmasin lagi. ίςτ

Dengan semangat totalitas dan tim

gabungan antara Pem ko dan PT

Pelindo berhasil memu kau para

wisatawan melalui penam pilan tarian Baksa Kambang yang me ru pakan

tarian klasik seba-gai penyam butan

tamu.

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 37www.shippingindonesia.com

■ port shipping

“Tidak kurang dari Rp120 triliun, potensi devisa Indonesia yang hilang dari ongkos angkut akibat terlalu kecilnya penggunaan kapal nasional pada kegiatan angkutan ekspor dan impor, padahal potensi pasarnya selama 2012 saja mencapai 587 juta ton,” kata Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto, akhir September lalu.

Carmelita menjelaskan, selama lima tahun terakhir, industri maritim khususnya pelayaran di Indonesia tumbuh rata-rata sebanyak 6,3% per tahun.

Selama periode itu, ujar dia, program nasional asas cabotage (penggunaan kapal berbendera Indonesia) menjadi lokomotif bagi pertumbuhan industri maritim di dalam negeri.

Sejak 2005 hingga sekarang, lanjutnya, asas cabotage mampu mendorong investasi di sektor maritim, khususnya dari sub-sektor pelayaran secara signifi kan.

Selama periode itu, INSA mencatat investasi untuk mendukung program asas cabotage adalah melalui pembelian kapal sebanyak 6.157 unit atau US$15,4 miliar. “Dari investasi itu, kapasitas kapal niaga nasional melesat dua kali lipat menjadi 17,42 juta gross

ton (GT) dibandingkan 2005 sebesar 5,67 juta GT,” kata Ketua Umum INSA.

Ia berpendapat, investasi besar di pelayaran dinilai juga mampu meningkatkan pertumbuhan industri galangan kapal, kepelabuhanan, usaha bongkar muat, bisnis keagenan, logistik, perdagangan, ketenagakerjaan, komponen, asuransi dan perbankan.

Di sisi lain, ujar dia, dalam tiga tahun ke depan, industri maritim masih membutuhkan pasokan 235 unit kapal offshore, 80 unit kapal khusus untuk pengeboran, survey seismic dan kontruksi lepas pantai dengan investasi rata-rata di atas US$20 juta per unit.

INSA Prediksi Indonesia Kehilangan Devisa 120 Triliun

Asosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia (INSA) menyatakan Indonesia berpotensi kehilangan devisa negara hingga Rp120 triliun akibat minimnya penggunaan kapal nasional untuk mengangkut komoditas ekspor dan impor.

Oleh Yudha Bayu

Sebelumnya, INSA juga meng inginkan agar sektor transportasi laut milik perusahaan dalam negeri agar lebih dapat diprioritaskan mengingat pentingnya peran mereka dalam sektor migas domestik. “Sektor transportasi laut di industri migas memainkan peran penting karena lebih dari 65% blok migas ada di laut,” kata Carmelita.

Carmelita memaparkan, INSA pada tahun 2013 ini mengajak se mua pemangku kepentingan un-tuk memenuhi ketersediaan ka pal konstruksi lepas berbendera me rah putih karena masa dispensasi peng-gu naan bendera asing akan ditutup pada Desember 2013. (ίςτ/Ant)

38 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

fokus ■

Menebar Optimisme Indonesia dari Pelindo III

Hari itu, Kamis (13/6), salah satu anak perusahaan Pe-lin do III yakni PT Pelindo Ma rine Service memaparkan ber bagai program kerja yang sudah, tengah dan akan dilakukan. Sejumlah war ta wan yang hadir dalam aca ra tersebut silih berganti me nga jukan pertanyaan. Di rek tur Utama PMS, Moch Chairoel Anwar, yang didam-pi ngi Kepala Humas Pelindo III, Edi Priyanto, menjawab tun tas semua pertanyaan yang diajukan diselingi de-ngan humor-humor segarnya.

Oleh Karnali Faisal

“Tadinya saya pikir mesin dari kapal pandu ini mau dijadikan besi tua. Kan lumayan kalau bisa dikilo,” selorohnya saat menjelaskan mengenai salah satu inovasi yang dilakukan perusahaan tersebut. Inovasi dimaksud adalah memodifi kasi sistem bahan bakar mesin kapal yang semula menggunakan solar ke gas. Dengan konversi ini, pemakaian bahan bakar sudah pasti menjadi jauh lebih irit serta ramah lingkungan.

“Jika mesin ini digunakan sebagai genset sanggup menghasilkan energi listrik 60 Kilowatt,” ungkap Choerul bangga.

Konversi bahan bakar dari solar ke gas yang dilakukan terhadap mesin kapal pandu hanya satu di antara sekian proyek inovasi lainnya yang dilakukan pengelola Pelindo Marine Service. Inovasi lain yang tidak kalah spektakuler adalah pembuatan 2 kapal keruk berukuran kecil (mini dredger) yang sudah digunakan untuk menjaga kedalaman

kolam Pelabuhan Benoa Bali.Menurut Choerul, kapal tersebut

mampu melakukan pengerukan dengan kapasitas hingga 360 meter kubik per jam. Keunggulan lainnya, kapal mudah dibongkar/pasang dan dimasukkan dalam petikemas. Dengan demikian, pengirimannya menjadi lebih mudah tanpa harus menggunakan kapal yang lebih besar. Dari sisi biaya, pembuatan kapal ini jauh lebih murah dibandingkan dengan kapal serupa di pasaran sebesar Rp 3,5 miliar/unit. Sedangkan kapal keruk yang diproduksi Pelindo Marine Service hanya membutuhkan biaya Rp 1,5 miliar. Kapal ini pun sudah mendapatkan sertifi kasi dari Biro Klasifi kasi Indonesia (BKI).

Inovasi yang dilakukan manajemen perusahaan yang baru berumur satu tahun lebih itu tidak hanya berhenti di situ. Mereka pun tengah berupaya memodifi kasi pesawat terbang Fokker 28 untuk kemudian didesain ulang menjadi kapal wisata. Pesawat berkapasitas

65 orang tersebut dirancang ulang untuk melayari kawasan-kawasan wisata bahari khususnya di Surabaya.

InovatifCerita tentang inovasi yang

dilakukan Pelindo Marine Service seperti di atas menjadi salah satu potret keberhasilan Pelindo III mendorong pertumbuhan semua cabang dan anak usaha di lingkungan perusahaan pelabuhan yang berkantor pusat di Surabaya tersebut.

Misalnya saja, sejak Meli 2013 lalu, cabang pelabuhan terdekat kantor pusat yakni Pelabuhan Tanjung Perak sudah mulai mengaplikasikan sistem layanan berbasis web. Jika sebelumnya pengurusan dokumen dilakukan secara manual, dengan sistem yang baru dilakukan secara online. Alhasil, implementasi sistem ini membuat layanan menjadi lebih praktis. Sistem yang diberi nama aplikasi anjungan tersebut memiliki banyak manfaat seperti praktis, praktis,

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 39www.shippingindonesia.com

■ fokus

efi sien, menghemat tenaga dan waktu, mengurangi resiko kehilangan dokumen

Dari sisi infrastruktur, saat ini Pelindo III juga tengah giat menye-lesaikan pembangunan Terminal Multipurpose Teluk Lamong. Termi-nal yang pengerjaannya dibagi dalam dua tahap tersebut diperkirakan menelan biaya sebesar 4,9 triliun yang masing-masing 3,4 triliun untuk tahap I dan 1,5 triliun tahap II.

Pembangunan terminal tahap I ditargetkan selesai Mei 2014 sehingga Agustus 2014 bisa beroperasi se cara pe nuh. Sedangkan tahap II ditarget-kan selesai tahun 2016.

“Dari awal Terminal Teluk Lamong didesain dengan mengusung konsep pelabuhan ramah lingkungan (green port),” ungkap Direktur Utama Pelindo III, Djarwo Surjanto, kepada wartawan saat mengunjungi lokasi terminal tersebut, Sabtu (28/9).

Saat beroperasi penuh, terminal ini mampu menambah kapasitas baru Pelabuhan Tanjung Perak sebesar 4,5 juta TEUs. Alhasil, jika dijumlah dengan kapasitas Tanjung Perak saat ini sebesar 4,5 juta TEUs, maka total kapasitas seluruhnya mencapai 9 juta TEUs.

Pelindo III pun melakukan lang -kah ino vasi lainnya dengan mem ba-ngun automated container trans porter (ACT) atau monorel pe ngang kut petikemas di terminal tersebut.

“Jika monorel ini dioperasikan maka pengangkutan petikemas di dalam pelabuhan bisa lebih cepat lagi,” ujar Kepala Humas Edi Priyanto dalam sebuah wawancara dengan Indonesia Shipping Times, pertengahan Juni 2013 lalu.

Otonomi DaerahFokus peningkatan pelayanan

terhadap pengguna jasa baik dalam pembangunan infrastruktur, alat maupun sistem juga dilakukan di cabang-cabang pelabuhan lain yang masuk dalam wilayah usaha Pelindo III yang tersebar di 7 Propinsi. Selain Tanjung Perak Surabaya, cabang-cabang pelabuhan lainnya adalah Tanjung Emas Semarang, Terminal Petikemas Semarang, Tanjung Intan Cilacap, Trisakti Banjarmasin, Gresik, Tanjung Wangi Banyuwangi, Benoa Bali, Tenau Kupang, Sampit, Kotabaru, Lembar, Tanjung Tembaga

Probolinggo, Kumai, Celukan Bawang Bali, Bima dan Maumere.

Laporan Tahunan Perusahaan tahun 2012 menyebutkan Pelabuhan Gresik yang posisinya berada di di Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) saat ini juga tengah dilakukan pembangunan dermaga curah cair sepanjang 190 meter. Kolam pelabuhan juga akan dikeruk untuk memudahkan olah gerak kapal yang akan bersandar di tersebut. Pengadaan alat bongkar muat berupa fi x crane pun dilakukan untuk peningkatan layanan bongkar muat.

Sedangkan di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi dilakukan pengadaan perlengkapan alat bongkar muat curah kering untuk meningkatkan produksi dan kinerja bongkar muat. Hal yang sama juga dilakukan di pelabuhan Tanjung Emas Semarang berupa peninggian dermaga dan lapangan penumpukan serta pengadaan Luffi ng Crane, alat tersebut merupakan alat bongkar muat yang dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan handling curah dan kayu log. Pembangunan “System Polder” dilakukan untuk membebaskan Pelabuhan Tanjung Emas dari banjir rob yang kerap terjadi.

Untuk mengantisipasi peningka-tan arus bongkar muat yang terus meningkat, dermaga TPK Semarang diperpanjang 105 meter lagi dari

panjang dermaga petikemas semula 495 meter menjadi total panjangnya 600 meter, selain itu juga pengadaan alat bongkar muat baru serta penambahan lapangan penumpukan (Container Yard/CY) baru seluas 5,4 hektar.

Modernisasi dan revitalisasi juga dilakukan di Pelabuhan Banjar-masin, Sampit, Kumai dan Batulicin-Kotabaru. Eksisting dermaga saat ini 240 meter akan ditambah 265 meter dari sehingga akan menjadi 505 meter. Fasilitas alat di Pelabuhan Bagendang-Sampit juga terus ditambah. Jika sebelumnya didatangkan 2 (dua) unit Rubber Tyred Gantry untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan lift on/off di lapangan penumpukan, direncanakan akan ditempatkan alat bongkar muat khusus petikemas yaitu Container Crane. Pengadaan alat ini juga sekaligus untuk mendukung peningkatan ekspor kelapa sawit dan pertambangan di kawasan tersebut. Pelindo III juga mengembangkan dan membangun dermaga curah cair di Pelabuhan Kumai. Begitu juga di Pelabuhan Batulicin-Kotabaru dalam bentuk penguatan dermaga, pengerukan alur pelayaran serta pengadaan alat bongkar muat fi xed crane.

Untuk mendukung Bali seba gai jalur wisata internasional (interna-tional tourism hub), Pelindo III

40 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

fokus ■

te lah melakukan pendalaman kolam menjadi -9 meter LWS di Pelabuhan Benoa Bali. Selain itu, pelebaran dan pendalaman alur oleh Kementerian Perhubungan agar bisa menerima kunjungan kapal pesiar yang lebih besar lagi. Pelebaran alur pada Bouy 3 dengan menata karang di sisi timur, sedangkan sisi barat tetap terjaga dan dipertahankan untuk menjaga kelestarian alam (karang hidup). Tahun 2013 ini juga dilakukan pengerukan untuk pendalaman kolam dan turning basin pada dermaga Benoa sehingga kedalaman menjadi -11 meter LWS. Panjang Dermaga yang saat ini 290 meter akan diperpanjang menjadi 450 meter agar pelabuhan ini bisa menjadi turn around port.

Di pelabuhan Lembar NTB, dilakukan peningkatan kapasitas berupa penguatan dermaga dan pengadaan alat bongkar muat jenis fi xed crane. Sedangkan di Pelabuhan Tenau Kupang Nusa Tenggara Timur telah beroperasi Peralatan bongkar muat petikemas modern berupa 1 unit Container Crane dan 2 unit Rubber Tyred Gantry untuk peningkatan layanan arus petikemas yang akan masuk melalui pelabuhan tersebut. Rencana lainnya pembangunan dermaga offshore cargo.

Berbagai upaya yang dilakukan Pelindo III dalam bentuk modernisasi, revitalisasi serta peningatan kapasitas pelabuhan tersebut tidak lepas dari upaya mendukung Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang bertujuan.memperkuat konektivitas nasional, terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global (locally integrated globally connected).

Pada saat yang bersamaan, pengembangan tersebut juga meru-pakan dukungan secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 32/2004. Sebagaimana diketahui, salah satu poin penting dalam UU tersebut aturan tentang kewenangan otonomi daerah. Dengan adanya kewenangan ini, daerah dipacu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang salah satunya melalui peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) sebagai modal

membiayai pembangunan. Karena itu, daerah ditantang untuk lebih kreatif dalam menciptakan terobosan-terobosan peningkatan produktifi tas sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah masing-masing.

Seperti disebutkan di atas, Pelindo III yang mengelola pelabuhan di 7 propinsi telah berupaya melakukan modernisasi, revitalisasi serta peningkatan kapasitas yang disesuaikan dengan potensi ekonomi di kawasan pelabuhan itu berada. Misalnya saja, Kalimantan yang kaya dengan aktivitas pertambangan dan perkebunan didukung dengan modernisasi pelabuhan dalam bentuk perpanjangan dermaga maupun alat. Begitu juga dengan Bali yang dikenal sebagai kawasan wisata.

Daerah lainnya seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur yang hinterland-nya berupa kawasan industri yang padat dengan kegiatan ekspor impor. Atau Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang aktivitas ekonomi masyarakatnya terus menunjukan peningkatan. Sebagai kawasan yang berada di jalur strategis logistik khususnya untuk kawasan Indonesia Timur, pengembangan infrastruktur pelabuhan juga diarahkan untuk mendukung implementasi gagasan

pendulum nusantara sebagai salah satu upaya menurunkan ongkos logistik nasional.

Dalam skala yang lebih besar, pertemuan para pemimpin dalam KTT APEC (Kerjasama Ekonomi Negara-Negara Asia Pasifi k) tanggal 7-8 Oktober di Bali menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur, termasuk pelabuhan untuk mendukung pertumbuhan investasi. Apalagi seperti dituturkan Chairman APEC CEO Summit 2013 Wishnu Wardhana, laporan UNCTAD menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2012 Indonesia termasuk ked ala 10 negara tujuan investasi utama di dunia, dan peringkat keenam negara tujuan investasi di Asia Pasifi k, setelah Tiongkok, India, Singapura, Hong Kong, Australia, dan Malaysia.

Alhasil, jika mengacu pada ber-bagai upaya yang dilakukan Pelindo III saat ini dalam melakukan revita-lisasi, modernisasi serta peningkatan kapasitas pelabuhan me ru pakan dukungan secara langsung terhadap kemajuan ekonomi nasional sehing ga berdampak positif terhadap kehi-du pan masyarakat khususnya di kawasan Indonesia Timur.

Dari Pelindo III, optimisme Indo ne sia yang lebih baik itu terus ditebarkan! ίςτ

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 41www.shippingindonesia.com

■ forum gm■■■■■■■■ ffffffffooooooorrrrrruuuuuuummmmmmmmmmm gggggggggggggggmmmmmmmmmm

Strategi Inovasi LayananStrategi Inovasi LayananTPKS SemarangTPKS Semarang

Iwan Sabatini, General Manager TPKS Semarang

Dari sisi troughput, selama kurun waktu Januari sampai Juli 2013 lalu, TPKS

telah berhasil melakukan bongkar muat sebanyak 289.123 TEus. Jumlah ini, mengalami kenaikan 8%, bila dibanding kegiatan bongkar muat dalam kurun waktu yang sama, pada tahun lalu. Di lihat dari sisi produk, untuk kegiatan ekspor terbanyak, adalah furnitur (20,68%), wood furnitur (11,1 persen), albasiabarecore (11,05%), garmen (6,6%), benang (5,5%), dan plywood (3,76%).

Peningkatan arus bongkar muat ini menunjukkan TPKS makin diminati pengusaha eks-portir maupun importir. Selain

Pada tahun 2013 ini, trafik arus petikemas TPK Semarang sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran (RKA) tercatat 285,890 Boks atau 459,896 TEUs untuk perdagangan luar negeri. Sedangkan untuk trafik petikemas dalam negeri sesuai RKA tercatat 2000 Boks. Adapun taksasi 2013 mencapai 290,226 boks atau 468,366 TEUs. Untuk produksi bongkar muat domestik diperkirakan akan mengalami peningkatan hingga jumlah 3,161 boks atau 3,456 TEUs.

Oleh Rizki Ramadhan

42 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

forum gm ■

itu, kegiatan di TPKS juga ber-tambah dengan direalisasikannya pelayanan bongkar muat peti kemas domestik. Bagi TPKS sendiri komitmen tersebut terus-menerus. Ini dibuktikan dengan, misalnya, aktivitas bongkar muat yang tidak terpengaruh hari libur Lebaran beberapa waktu lalu. Selama H-1 sampai H+4 Lebaran, TPKS Semarang berhasil melakukan bongkar muat peti kemas sebanyak 2.189 TEus. Adapun jumlah kapal barang yang merapat sebanyak 18 kapal, dari 38 kapal yang bersandar selama Agustus.

Untuk lebih mengoptimalkan pelayanan, TPKS Semarang terus melakukan berbagai srategi inovasi layanan. Misalnya saja shipping delivery yang saat ini sudah diterapkan 24 jam. Selain itu, kegiatan pertemuan rutin setiap bulan untuk mengevaluasi hasil kerja yang sudah dilakukan.

Di lingkungan internal, pertemuan rutin bulanan tersebut digelar dalam bentuk coffee morning dengan para operator bongkar muat, baik Container Crane (CC) maupun Rubber Tyred Gantry Crane (RTG). Selain sebagai sarana

mengevaluasi kinerja, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk memotivasi para operator untuk terus meningkatkan target kinerja baik BCH maupun BSH.

Diharapkan dengan kegiatan pertemuan rutin ini makin mendorong peningkatan kerja untuk mengatasi waktu tunggu (waiting time), menekan utilitas penggunaan lapangan penumpukan (Yard Occupancy Ration/YOR) sehingga petikemas yang menumpuk di lokasi TPKS bisa dipindah ke depo yang sudah ditetapkan, Kebijakan ini tidak berlaku untuk petikemas yang masih di bawah pengawasan Bea Cukai. Alhasil, dengan pemindahan petikemas ke depo maka permasalahan yang dialami selama ini, seperti penumpukan petikemas dapat dihindari.

Begitu juga dengan kondisi yard occupancy ratio (YOR) atau rasio daya tampung lapangan peti kemas TPKS yang tidak sampai melampaui kapasitas lapangan, yakni hanya 60%. Bahkan pada saat lebaran lalu, YOR hanya 40%.

Keberhasilan ini tidak terlepas dari kerja sama yang baik dengan

petugas Balai Lelang, Bea Cukai dan Asosiasi logistik and Forwarders (ALFI) untuk me ng atasi penumpukan petikemas. Untuk lebih meningkatkan pelayanan, TPKS Semarang juga akan memperluas yard (CY) 5,3 hektare serta memperpanjang dermaga 150 meter. Dengan demikian, nantinya TPKS Semarang bisa melayani bongkar muat sampai 5 kapal. Sementara ini pelayanan baru 3 kapal.

Selain itu, berupaya mengoptimalisasi moda transportasi baik darat, laut dan kereta api. Apalagi tahun 2013 ini layanan KAI sudah masuk di pelabuhan untuk selanjutnya melakukan penyusunan bentuk kerja sama. Yang jelas, sinergitas antara TPKS dengan KAI merupakan langkah strategis hubungan kerja sama antar BUMN yang memiliki dampak positif terhadap penurunan biaya logistik.

Dari sisi investasi, TPKS merencanakan penambahan baik alat maupun infrasturktur seperti pembangunan lapangan penumpukan (Container Yard/CY) dengan total investasi Rp 132 M, penambahan 5 unit head truk, treker dan 5 unit chasis dengan nilai investasi kurang lebih Rp.12, 5 M. Selain itu, tahun 2014 mendatang juga diwacanakan peluncuran sistem E-Payment untuk memudahkan pengguna jasa dalam melakukan pengurusan dokumen. Pada tahun 2014 juga akan dilakukan peluncuran 11 unit E-RTG dari Swedia yang dirakit di China dengan total investasi sebesar Rp 43 M,.

Saat ini, TPKS Semarang juga sudah melakukan terobosan untuk mengatasi banjir ROB yang kerap terjadi. Pelindo Cabang Tanjung Mas sudah membangun Folder. Di lapangan penumpukan (Container Yard/CY), TPKS menyiasatinya dengan membangun sumur resapan. Dengan adanya sumur resapan, ketika terjadi ROB maka air akan masuk ke sumur resapan tersebut dan akan keluar bila banjir sudah surut. ίςτ

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 43www.shippingindonesia.com

■ mancanegara

Sertifi kat ini diberikan kepada DP World, regional UAE setelah penilai independen

dari LRQA mengaudit sistem manajemen keamanan yang diberlakukan oleh operator utma pelabuhan regional pada empat fasilitas di UAE: Jebel Ali Port, Mina Rashid, Mina Al Hamriya dan Fujairah Container Terminal.

Jebel Ali Port memperoleh ISO 28000:2007 individu pada tahun 2007. Sistem manajemen ini berlaku untuk semua kegiatan termasuk kontainer dan penanganan kargo, penyimpanan, transportasi, pergerakan kapal, kapal pesiar penumpang mendarat dan berangkat, dan pergerakan penumpang.

Pengakuan ISO ini telah disampaikan kepada Mohammed Al Muallem, Senior Vice President dan Managing Director, DP World, Regional UEA, oleh Basem Obaid, General Manager, LRQA untuk Timur Tengah dan Afrika, di hadapan pejabat Daerah UEA.

ISO 28000:2007 adalah

akreditasi internasional kedua yang dicapai oleh DP World, Regional UEA dalam beberapa bulan terakhir. Pada bulan Mei Jebel Ali dianugerahi Sertifi kat dari Departemen Keselamatan dan Keamanan PBB (UNDSS), yang berfokus pada rencana tanggap darurat, kesadaran keamanan untuk staf, pengarahan keamanan bagi personel keamanan, dan prosedur dokumentasi.

Mohammed Al Muallem, Senior Vice President dan Managing Director, DP World, UAE Region, mengatakan: “Kami menyadari peran penting kami bekerja dalam melindungi dan meningkatkan rantai pasokan dari beberapa perusahaan terkemuka di dunia. DP World memperhatikan keamanan sebagai dasar pelayanan

dan pengguna pelabuhan dapat yakin bahwa kami berkomitmen untuk menerapkan standar yang sangat tinggi yang telah diakui secara internasional dan industri terakreditasi. Kedua pencapaian UNDSS dan ISO 28000:2007 dalam dua bulan adalah hasil dari kerja tim dan kinerja tinggi dari DP World, manajemen Regional UEA dan karyawan. Kami mengucapkan selamat kepada mereka. “

Saeed Suhail, Direktur Eksekutif, Kesehatan, Keselamatan, Lingkungan dan Keamanan, DP World, UAE Region, mengatakan, “Pelaksanaan manajemen yang sehat adalah landasan operasi pelabuhan dan di DP World kita bekerja ekstra untuk memberikan keunggulan dalam mengelola risiko dan memberi rasa nyaman

DP World Terapkan Sistem Manajemen Keamanan Regional di Timur Tengah

DP World, Regional UEA menjadi operator pelabuhan pertama di Timur Tengah yang berhasil menerapkan standar Sistem Manajemen Keamanan Regional dan mencapai sertifikasi ISO 28000:2007 dari Lloyd’s Register Quality Assurance (LRQA).

Oleh Rizki Ramadhan

44 ● Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 www.shippingindonesia.com

mancanegara ■

kepada pelanggan kami dan pengguna pelabuhan. Kami akan terus berusaha untuk terus unggul dan meningkatkan pelayanan kami dan menyesuaikan kebijakan kami dengan dinamika perubahan industri.”

Penerimaan sertifi kasi ISO 28000:2007 oleh DP World menjadikannya diundang untuk bergabung dengan Bea Cukai AS – Mitra Dagang Melawan Teroris – Customs’ Trade Partnership Against Terrorism (C-TPAT), ini

Dengan berkomitmen untuk fokus pada Keamanan dan Keselamatan, Jebel Ali menjadi pelabuhan pertama di dunia untuk yang menerima ISO 27001:2005 untuk Sistem Keamanan Manajemen Informasi (ISMS)

juga menjadi jalan bagi DP World berpartisipasi di Departemen Energi AS yang memprakarsai pelabuhan-pelabuhan besar (US Department of Energy Initiative Megaports), terminal pertama di seluruh dunia dengan radiasi portal yang mampu mendeteksi bahan nuklir dan bahan berbahaya lainnya.

Dengan berkomitmen untuk fokus pada Keamanan dan Keselamatan, Jebel Ali menjadi pelabuhan pertama di dunia untuk

yang menerima ISO 27001:2005 untuk Sistem Keamanan Manajemen Informasi (ISMS). Jebel Ali juga menjadi pelabuhan pertama di dunia yang menerima sertifi kat bintang 5 dari European Foundation of quality Management (EFQM). Bidang utama lain di mana pelabuhan kapal telah menerima sertifi kasi internasional termasuk, Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Kepuasan Pelanggan, dan Sistem Manajemen Lingkungan. ίςτ

STEVEDORING EQUIPMENTSNO ALAT TYPE LIFTING CAPACITY JUMLAH

1 HARBOUR MOBILE CRANE

I.  GOTTWALD * 260 SWL 40 TON 1 UNIT

* 280 SWL 60 TON 1 UNIT

* 4406 SWL 100 TON 4 UNIT

II. LIEBBHERR * 280 SWL 100 TON 2 UNIT

* 400 SWL 104 TON 3 UNIT

* 420 SWL 120 TON 3 UNIT

TOTAL : 14 UNIT

CONTAINER STACKING EQUIPMENTSNO ALAT SPESIFIKASI JUMLAH

1 RUBBER TYRED / RTG 6 ROW, 6 TIER 5 UNIT

6 ROW, 4 TIER 4 UNIT

2 REACH STACKER * KAPASITAS 40 TON 6 UNIT

3 TOP LEADER * KAPASITAS 30 TON 1 UNIT

SPECIFIC EQUIPMENTSNO ALAT KAPASITAS JUMLAH

1 GRABE 5 TON 5 UNIT

7 TON 2 UNIT

10 TON 2 UNIT

15 TON 6 UNIT

2 HOPPER 5 TON 7 UNIT

10 TON 6 UNIT

20 TON 3 UNIT

3 TIMBANGAN 60 TON 2 UNIT

TRANSPORTATION EQUIPMENTSNO ALAT JUMLAH

1 ARMADA TRAILER 38 UNIT

YARDNO DESCRIPTION WIDTH

I. INTERNATIONAL CONTAINER YARD 4,3 Ha

II. DOMESTIC CONTAINER YARD 1,2 Ha

III. CONTAINER FREIGHT STATION (CFS) 800 M2

IV. CONSOLIDATION 1,755 M2

V. STRIPPING & STUFFING 625 M2

Penghargaan Pelayanan Prima UtamaKementerian Perhubungan Tahun 2012

Edisi 64 ● V ● Oktober 2013 ● 45www.shippingindonesia.com

■ mancanegara

Palmer juga mengatakan bahwa dalam pengujiannya menggunakan model tes 5000

HSVA setelah hampir seratus tahun dari pendahulunya, model titanic II menggunakan kayu 9.3m yang telah dimasukan melalui propulsi dan pengujian kekuatan dalam tangki sepanjang 300m di fasilitas HSVA Hamburg selama 4 hari pada 9-12 September.

Titanic II dijadwalkan akan diluncurkan dari pangkalan kontruksi China pada 2016,

sebelum melakukan perjalanan pelayaran penumpang dari Southampton ke Ney York.

“Model pengujian oleh HSVA, meli puti ketahanan dan tes per-airan terbuka, yang merupakan bagian terpenting dalam proses dari proyek Titanic II,” Palmer menambahkan.

“model Titanic II diuji oleh HSVA pada kecepatan hingga 23 knot dan pengujian ini sangat penting untuk menilai kinerja kecepatan dan kekuatan prototipe desain kapal. Blue Star Line diwakili pada pengujian oleh Direktur Proyek Dunia Titanic II, Baljeet Singh. Dan kami berharap dapat menerima hasilnya pada akhir tahun ini”.

HSVA Director of Resistance and Propulsion, Dr Uwe Hollenbach, mengatakan sangat senang menjadi bagian dari proyek bersejarah Titanic II.

“Model Titanic II diberi model 5000 oleh HSVA,” Ucap Hollenbach.

“Untuk menghormati Titanic II dan Blue Star Line, kami juga

Pengujian Model Titanic II Diadakan di Jerman

Ketua Blue Star Line Clive Palmer menyatakan perusahaannya sedang bekerjasama dengan German Hydrodynamic Service dan Konsultan dari Hamburg Ship Model Basin (HSVA) dalam melakukan pengujian model pertama dari Titanic II di Jerman.

Oleh Rizki Ramadhan

mengadakan upacara penamaan dan meluncurkan model pada peluncuran kapal tradisional.”

Dr Hollenbach mengatakan model pengujian adalah satu-satunya metode yang akurat dan dapat diandalkan untuk kapal penumpang prototipe seperti Titanic II.

“Titanic II adalah prototipe sebagai persembahan untuk para penumpang kapal yang sangat berbeda sekali dari parameter lambung utama dan oleh karena itu cocok sebagai referensi,” Dr Hollenbach menambahkan.

“Kecepatan dan daya pengujian model adalah salah satu aspek penting untuk kapal prototipe dan perlu diverifi kasi sebelum kontrak konstruksi selesai. Tes propulsi sendiri menentukan kerja optimal sayap rotasi baling-baling, sudut sayap thruster netral dan distribusi beban optimal antara sayap dan unit pusat.”

Pada 30 April 2012, Palmer mengumumkan pada dunia niatnya membangun dan meluncurkan Titanic II. Pengumuman itu terjadi setelah Kapal asli berlayar terakhir.

RMS Titanic ditugaskan oleh White Star Line dan merupakan kapal terbesar di dunia dengan panjang 270m, tinggi 53m dan berat 40.000 ton.

Mr Palmer mengatakan Titanic II akan memiliki dimensi yang sama dengan pendahulunya, de-ngan 840 kamar dan 9 deck. Satu-satunya perbedaan dengan Titanic yang asli akan berada di bawah garis air termasuk pengelasan dan tidak mencolok, busur bulat untuk efi siensi bahan bakar lebih besar, generasi diesel dan kemudi membesar dan busur pendorong untuk peningkatan manuver. ίςτ