indeks kerentanan lingkungan perairan teripang...
TRANSCRIPT
INDEKS KERENTANAN LINGKUNGAN PERAIRAN TERIPANG PASIR
(holothuroia scabra) KAMPUNG MADONG TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU
Muslimin
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
Dr. Ir. Hj. Khodijah, M.Si
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
Andi Zulfikar, MP
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
ABSTRAK
Kampung Madong memiliki sumberdaya perikanan yang cukup baik salah satunya
adalah teripang pasir. Kehidupan teripang pasir di alam dipengaruhi oleh faktor fisika-kimia
perairan, substrat dan aktifitas penangkapan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tingkat
kerentanan lingkungan perairan kehidupan Teripang Pasir (holothuria scabra) di perairan
Kampung Madong. Kondisi lingkungan perairan di Kampung Madong dipengaruhi oleh
aktivitas pembangunan, pemukiman dan terdapat area pasca pembukaan lahan penambangan
bauksit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, pengumpulan data
dilapangan pada 3 titik stasiun menggunakan metode purposive sampling, data yang
dikumpulkan adalah data kondisi perairan dan substrat tempat hidup teripang pasir. Setiap
stasiun menggunakan transek pengamatan berukuran 1x1m. Hasil dari penelitian ini adalah
Indeks kerentanan pada stasiun I yaitu 94 menunjukan tingkat kerentanan yang sangat tinggi
hal ini dikarenakan kondisi perairan yang kurang baik untuk kehidupan teripang pasir seperti
kondisi suhu, pH, Oksigen terlarut, kedalaman, dan kecepatan arus masing-masing memiliki
skor 2 yang masuk dalam kategori kurang baik bagi kehidupan teripang pasir, hal ini
dikarenakan kondisi vegetasi tepian yang sudah tidak alami. Indeks kerentanan pada stasiun
II sebesar 61 yang masuk dalam kategori tingkat kerentanan yang rendah hal ini didukung
oleh kondisi suhu, salinitas, oksigen terlarut, kecerahan dan kecepatan arus masing-masing
memiliki skor 1 yang termasuk kedalam kategori baik bagi kehidupan teripang pasir hal ini
dikarenakan masih banyaknya tanaman air dan vegetasi tepian yang dapat menguragi
penetrasi matahari yang masuk kedalam perairan. Untuk ukuran tangkap pada semua stasiun
pengamatan menunjukkan hasil yang buruk dengan skor 3. Meningkatnya aktifitas
penangkapan dan kegiatan penangkapan yang dilakukan secara bebas tanpa memperhatikan
ukuran tangkap teripang pasir oleh nelayan dikhawatirkan akan mengganggu kelestarian
teripang pasir.
Kata kunci : teripang pasir, tingkat kerentanan
ABSTRACT
Kampung Madong have a pretty good fishery resources one of which is sand sea
cucumbers. Sand sea cucumbers in the wild life are influenced by the physico-chemical
factors waters, substrate and arrest activity. The purpose of this research was to analyzed
level of vulnerability life aquatic environment Sand Sea cucumbers (Holothuria scabra) in
the Kampung Madong’s water. Environmental water conditions in Kampung Madong waters
affected by construction activity, residential area and there is an open area of was bauxite
mining. The method used is a survey method, field data collection station at 3 points using
purposive sampling method, data collected is data for condition of the waters and sea
cucumbers live sand substrate. Each transect observation station was using measure 1x1m.
Results from this study is the vulnerability index I of 94 stations showed a very high level of
vulnerability of this is due to poor water conditions for life sand sea cucumbers such as water
temperature at the station temperature conditions of temperature, pH, dissolved oxygen,
depth, and speed of each flow -masing has a score of 2 are included in the category of less
good for the life of the sand sea cucumbers,due to this condition of vegetation edges that are
not natural. Vulnerability index for the second station by 61 is entered into the category of a
low level of vulnerability is supported by the conditions of temperature, salinity, dissolved
oxygen, brightness and speed of currents each have a score 1 were included in both
categories for the life of the sand sea cucumbers this is because there are many water plants
and vegetation edges which can reduces the penetration of sunlight into the waters.
Keywords: sand sea cucumbers, the level of vulnerability
I. PENDAHULUAN
Salah satu sumberdaya perikanan
yang mempunyai nilai ekonomis adalah
teripang pasir (Holothuria scabra). Jenis
biota ini dikenal dengan nama lain yaitu
ketimun laut. Keberadaan teripang pasir
memiliki arti penting dalam hal
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat
pesisir yang berprofesi sebagai nelayan,
(Gultom, 2004).
Perairan Kampung Madong
merupakan perairan yang memiliki
sumberdaya perikanan yang terbilang baik
salah satunya adalah teripang
pasir.Keberadaan teripang pasir di alam
sangat dipengaruhi oleh faktor fisika-kimia
perairan dan substrat. Akan tetapi dengan
adanya keberadaan aktivitas seperti
pembangunan pemukiman, jalur pelayaran
kapal nelayan dan merupakan daerah
penambangan bauksit di pesisir berpotensi
mengakibatkan dampak negatif bagi
kehidupan teripang. Salah satu dampak
negatifnya adalah degradasi kualitas
perairan dan sedimentasi, dimana jika
kondisi seperti ini secara terus-menerus
berlangsung akan mengakibatkan dampak
buruk bagi keberadaan teripang yang
hidup di lingkungan tersebut.
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Menganalisis kondisi umum perairan
kehidupan Teripang Pasir di Kampung
Madong.
2. Menganalisis tingkat kerentanan
kehidupan Teripang Pasir menurut
parameter perairan dan aktivitas
manusia di perairan Kampung Madong.
Manfaat dari hasil penelitian ini
diharapakan:
1. Memberikan pengetahuan dan
informasi kepada masyarakat dan
pemerintah tentang pentingnya
mengetahui dampak dari aktivitas
pesisir seperti penambangan bauksit
dan pemukiman bagi lingkungan
perairan.
2. Memberikan informasi kepada
masyarakat Kampung Madong tentang
tingkat kerentanan lingkungan perairan
akibat dari aktivitas pesisir terhadap
kehidupan Teripang Pasir dengan
harapan kelestarian Teripang Pasir
dapat terus terjaga dan dapat
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teripang Pasir
Teripang pasir atau teripang putih
(Holothuria scabra) mempunyai bentuk
badan yang butek dengan panjang sekitar
30 cm. Teripang ini hidup sendiri-sendiri
diantara karang dan bagian dasarnya
berupa pasir halus (Kordi, 2010).
Menurut Wibowo et al. (1997) dan
Martoyo et.al. (2004) dalam Aras (2013),
klasifikasi teripang pasir (Holothuria
scabra) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Holothuridea
Order : Aspidochirotida
Family : Holothuriidae
Genus : Holothuria
Species : Holothuria scabra
B. Kerentanan
Menurut Boer et al (2012)
kerentanan (vulnerability) merupakan
perkiraan besar dampak buruk timbul
akibat keragaman dan perubahan iklim
setelah dilakukan upaya adaptasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa istilah
kerentanan merujuk pada kemudahan
mengalami dampak dari faktor eksternal.
C. Indeks Kerentanan Lingkungan
Indeks kerentanan lingkungan
sebagai sumber informasi dan
pengambilan keputusan dan mengevaluasi
kondisi lingkungan, yang memiliki peran
dalam penilaian dalam perumusan
kebijakan, mengevaluasi efektif tidaknya
suatu program pemeliharaan lingkungan
dalam perencanaan dan sebagai fasilitas
komunikasi antar masyarakat dan
lingkungan (Ott, 1976 dalam Hidayati,
2010).
D. Parameter Fisika dan Kimia
Perairan Teripang Pasir
1. Suhu
Kondisi lingkungan perairan yang
cocok untuk pertumbuhan Teripang
dengan suhu air laut 24,0–30,0 ºC
(Martoyo et al. 2006 dalam Hana, 2011).
2. Salinitas
Teripang menyukai perairan
dengan salinitas 26-33‰ dengan salinitas
optimum sekitar 32,0–35,0‰ (Kordi,
2010).
4. Kecerahan
Kecerahan perairan harus tinggi
dan bebas dari bahan pencemar dengan
nilai 50 – 150 cm dengan kondisi seperti
ini akan sangat mendukung untuk
kehidupan teripang (Kordi, 2010).
5. Derajat Keasaman (pH)
Umumnya Teripang hidup pada pH
perairan berkisar antara 6,5-8,5. Perairan
yang terlalu asam atau basa dapat
mengganggu metabolisme dan respirasi
biota (Kordi, 2010).
6. Oksigen terlarut (DO)
Pada tingkatan spesies, masing-
masing biota mempunyai respon yang
berbeda terhadap penurunan oksigen
terlarut dan perbedaan kerentanan biota
terhadap tingkat oksigen terlarut yang
rendah (Connel et al, 1995 dalam
Wijayanti, 2007).
7. Kedalaman
Teripang hidup pada kedalaman
yang berbeda-beda menurut besarnya.
Teripang muda tersebar di daerah pasang
surut, setelah tambah besar pindah pada
kedalaman air laut 0,40 sampai 1,50 m
pada air surut terendah (LIPI, 2009).
F. Substrat Perairan
Kehidupan biota sesuai dengan
habitatnya, dimana pada subtrat yang keras
dihuni oleh hewan yang mampu melekat
dan pada substrat yang lunak dihuni oleh
organisme yang mampu membuat lubang
(Odum, 1979 dalam Kangkan, 2006).
G. Ukuran Tangkap
Untuk ukuran tangkap teripang
sebaiknya berukuran 20-25 cm karena
pada ukuran ini teripang sudah dewasa
(LIPI, 2009).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
Bulan Juli hingga Agustus 2014 yang
berlokasi di pesisir perairan Kampung
Madong Kota Tanjungpinang Provinsi
Kepulauan Riau. Berikut merupakan peta
lokasi penelitian (Gambar 1).
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian deskriptif kuantitatif.
Menurut ( Nawawi, 2003 dalam Alfianti,
2013) penelitian deskriptif merupakan
metode yang menggambarkan atau
melukiskan keadaan subjek atau objek
yang sedang diamati berdasarkan fakta-
fakta yang ada atau sebagaimana adanya
yang dinyatakan dengan kata-kata atau
simbol. Jenis penelitian ini bersifat
observational yaitu pengamatan langsung
meliputi kegiatan perhatian terhadap objek
penelitian (Arikunto ,2006).
C. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada (Tabel 1) berikut:
Tabel 1. Alat dan Bahan Yang Digunakan
No. Alat dan Bahan Kegunaan
1. Multi Tester Pengukur Suhu
Pengukur Oksigen
terlarut
Pengukur pH
2. Saltmeter Pengukur Salinitas
3. Current drogue
Pengukur Kecepatan
arus
4. Sheccidisk
Pengukur Kecerahan
Perairan
5. Sekop
Pengambilan sampel
substrat
6. GPS Penentu titik stasiun
7. Kamera Dokumentasi penelitian
8. Alat tulis
Mencatat hasil data
pengukuran
9. Transek Pengamatan
10. Kantong plastic Tempat substrat
11. Aquades Kalibrasi
12. Snorkel Pengamatan visual
Teripang
13. Rol Meter Mengukur luas transek
Muslimin
FIKP-
UMRAH
D. Prosedur Penelitian Penentuan
Stasiun Pengamatan
Penentuan stasiun penelitian
dilakukan dengan metode Purposive
Sampling yaitu suatu teknik pengambilan
sampel secara sengaja dan sudah
ditentukan sehingga yang ingin diteliti
dapat terwakili (Fachrul, 2007).
Berikut adalah stasiun-stasiun yang
telah ditetukan berdasarkan area perairan
dan aktivitas masyarakat Kampung
Madong:
1. Stasiun 1: Pada titik koordinat
0058’42.2” LU dan 104
028’23.2”
BT pada stasiun ini terdapat
aktivitas pemukiman dan area
bekas penambangan bauksit.
2. Stasiun 2: Pada titik koordinat
0059’1.9” LU dan 104
027’24.0”
pada stasiun ini terletak pada
perairan dengan aktivitas sebagai
jalur pelayaran kapal-kapal
nelayan.
3. Stasiun 3: Terletak pada titik
koordinat 0059’3.8” LU dan
104026’59.7” pada stasiun ini
terletak pada bagian muara perairan
dengan kondisi tidak ada aktivitas.
E. Analisis Data
1. Bobot dan Skoring
Untuk menghindari hal tersebut
sebaiknya skor diambil dari referensi resmi
yang terpercaya seperti peraturan
pemerintah, buku atau jurnal ilmiah, SNI
dan lain-lain (Razali, 2013).
Tabel 2. Kriteria Parameter Lingkungan
Perairan Teripang Pasir Dalam
Pemberian Bobot Dan Skor.
Parameter Kisaran Bobot Skor* 1. Parameter
Perairan
a. Suhu (oC)
24-30
2
1
30-33 2
>33 3
b. Salinitas (ppt)
28-30
1
1
31-33 2
>33 3
c. pH
6,5-7,0 1
7,1-8,5 1 2
>8,5 3
d. Oksigen terlarut
(mg/l)
7-8
1
1
4-6 2
<4 dan >8 3
e. Kecerahan (cm)
50-100 1
101-150 1
2
<50 dan >150 3
f. Kedalaman (m)
0,5-1
1
1
>1-1,5 2
>1,5 3
g. Kecepatan arus
(m/det)
0,05-0,2
2
1
0,3-0,5 2
>0,5 3
2. Subtrat
Pasir
berlumpur/lumpur
berpasir 3
1
Lumpur 2
Pasir 3
3. Ukuran
tangkap (cm)
20-25
2
1
26-30 2
<15-20 3
Sumber : COREMAP, 2010
Keterangan : *Angka berdasrkan petunjuk
DKP(2002) yaitu :
1 : Baik
2 : Cukup
3 : Buruk
2. Kepadatan Teripang Pasir
Pengambilan sampel teripang
dilakukan pada tiap transek. Seluruh biota
diambil kemudian diidentifikasi. Besarnya
nilai kepadatan dihitung berdasarkan
metode Misra (1959) dalam Pandoe, et al
(1994) adalah :
Kepadatan (d) =
Total Individu
Luas Area
Pengamatan (m2)
3. Indeks Kerentanan
Pada tahap ini hasil pemberian skor
kemudian dianalisis secara manual
menggunakan program Excel. Cara
penilaian terhadap hasil penelitian
dilapangan mengacu pada panduan yang
digunakan oleh Khodijah (2014). Pertama
menghitung nilai rataan skor masing-
masing pernyataan dengan rumus:
X rata-rata
=
∑ ( Skor X fi )
N
Dimana : X rata-rata = Skor per-artibut parameter
perairan
∑ ( Skor X fi ) = Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah kelas
Selanjutnya dilakukan penghitungan
indeks kerentanan dengan cara normalisasi
data menggunakan rumus :
Indeks
Kerentanan
=
(∑ Skor Yang Diperoleh - ∑ Skor Minimum) X 100
(∑ Skor Maksimum - ∑ Skor Minimum)
Dimana :
∑ Skor Yang Diperoleh = Rata-rata total skor
parameter perairan ∑ Skor Minimum = Skor minimum
∑ Skor Maksimum = Skor maksimum
Hasil yang diperoleh digunakan
untuk menentukan posisi tingkat
kerentanan kehidupan teripang pasir pada
masing-masing parameter yang dinyatakan
dalam skala nilai indeks kerentanan. Skala
indeks kerentanan terletak antara <65 –
100. Kemudian disusun dalam kategori
indeks kerentanan dengan melakukan
pengkelasan menjadi 4 kelas (kerentanan
rendah, kerentanan sedang, kerentanan
tinggi dan kerentanan sangat tinggi). Berikut
dapat dilihat pada tabel. 3 di bawah ini:
Tabel 3. Tingkat Kesesuaian Perairan
Kisaran
Nilai*
Kategori tingkat
kerentanan
< 65
65 – 74
75 – 84
85 – 100
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi Sumber : Modifikasi dari *Rekomendasi DKP (2002) dan Bakosurtanal (1996) dalam kangkan (2006)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Perairan Teripang Pasir
di Kampung Madong
a. Suhu
Martoyo et al., (1994) dalam
Gultom, (2004) menyatakan bahwa kisaran
suhu perairan yang optimal untuk
kehidupan teripang adalah 24-30oC dan
lebih lanjut lagi Bakus, (1973) dalam
Gultom (2004) pada suhu 26-31oC.
Tingginya suhu pada stasiun I dikarenakan
kurangnya tanaman air ataupun pepohonan
di tepian yang dapat mengurangi penetrasi
cahaya matahari masuk kedalam perairan
sehingga perairan menerima panas lebih
banyak dan penguapan jauh lebih besar.
b. Salinitas
James (1988) dalam Gultom
(2004) menyatakan pada umumnya
teripang menyukai perairan yang bersih
dan jernih dengan salinitas laut optimum
sekitar 32-35ppt.
c. pH (derajat keasaman)
Hasil rata-rata pada pengukuran pH
perairan pada semua stasiun adalah 7,45.
Stasiun I, stasiun II, dan stasiun III
masing-masing adalah 7,56, 7,59 dan 7,22.
Menurut Kordi (2010) pH yang baik untuk
pertumbuhan teripang berkisar antara 6,5-
8,5.
d. Oksigen terlarut (DO)
Nilai rata-rata oksigen terlarut pada
stasiun I (dekat dengan aktivitas
pemukiman dan area bekas penambangan)
adalah 6,96 mg/l dan merupakan stasiun
dengan nilai oksigen terlarut paling
rendah. Rendahnya oksigen terlarut ini
diduga disebabkan oleh aktivitas manusia
dan buangan limbah sehingga kadar
oksigen yang tersedia banyak dikonsumsi
oleh bakteri untuk pernafasan dalam
mengurai zat organik menjadi zat
anorganik. Sedangkan tingginya oksigen
terlarut erat dengan aktivitas dan
pergerakan arus (Affan, 2010).
e. Kecerahan
Kecerah perairan yang baik
terhadap kehidupan teripang berkisar
antara 50-150 cm (COREMAP, 2006).
Hasil rata-rata pada pengukuran kecerahan
perairan pada 3 stasiun pengamatan
memiliki tingkat kecerahan yang seragam,
yaitu 100%.
31,53
29,65
30,63
28
29
30
31
32
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Hasil Rata-rata Pengukuran Suhu
Baik
Cukup
Buruk
29,25 29,73
30,65
28
29
30
31
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Hasil Rata-rata Pengukuran Salinitas
Baik
Cukup
Buruk
7,56 7,59
7,22
7
7,2
7,4
7,6
7,8
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Hasil Rata-rata Pengukuran pH Perairan
Baik
Cukup
Buruk
6,96 7,2
7,44
6
7
8
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Hasil Rata-rata Pengukuran Oksigen Terlarut
Baik
Cukup
Buruk
Gambar 4. Grafik hasil rata-rata
pengukuran pH
Gambar 5. Grafik hasil rata-rata
pengukuran Oksigen terlarut
Gambar 3. Grafik hasil rata-rata
pengukuran salinitas
Gambar 2. Grafik hasil rata-rata
pengukuran suhu
f. Kecepatan arus
Kecepatan arus rata-rata di 3 titik
stasiun adalah 0,3 m/det, dalam kondisi
ini termasuk kategori tingkat kerentanan
dalam kondisi baik. Menurut Martoyo et
al.,(1994) dalam Gultom (2004)
kecepaatan arus yang masih dapat ditolerir
oleh teripang adalah antara 0,3-0,5 m/det.
g. Substrat
Hasil pengamatan jenis subtrat
pada stasiun I didomonasi oleh jenis
substrat berlumpur, kondisi termasuk
kedalam kondisi yang kurang baik bagi
kehidupan teripang pasir. sedangkan hasil
pengamatan pada stasiun II dan III substrat
dominan lumpur berpasir, hal ini
menujukkan tipe substrat yang baik bagi
kehidupan teripang pasir. Substrat atau
tekstur tanah merupakan komponen yang
sangat penting bagi organisme (Odum,
1993 dalam Susiana, 2011).
h. Kedalaman Perairan
Hasil pengukuran kedalaman
pearairan pada 3 titik rata 0,99 m.
Dengan kedalam Stasiun I 1,01 m, Stasiun
II 1,18 cm, dan Stasiun III 1,20 m. Berikut
grafik hasil pengukuran kedalaman
perairan.
i. Kepadatan
Hasil pengamatan teripang pasir
pada 3 stasiun pengamatan yaitus tasiun I
didapatkan 7 ekor dengan tingkat
kepadatan 0,14 ind/m2, stasiun II
didapatkan 11 ekor dengan tingkat
kepadatan 0,22 ind/m2 dan pada stasiun III
sebanyak 17 ekor dengan tingkat
kepadatan 0,34 ind/m2.
j. Ukuran Tangkap
Dari hasil pengamatan dilapangan
didapati hasil tangkapan nelayan yang
menangkap teripang pasir rata-rata mereka
menangkap teripang yang masih berukuran
< 20 cm artinya mereka menangkap
teripang yang belum dewasa. Selain
aktivitas penangkapan atau perburuan
teripang yang bersifat terus menerus dan
semakin meningkat akan mengakibatkan
100 100 100
0
50
100
150
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Hasil rata-rata pengukuran kecerahan
perairan
Baik
Cukup
Buruk
0,3
0,4 0,3
0
0,2
0,4
0,6
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Hasil Rata-rata Pengukuran Kecepatan Arus
Baik
Cukup
Buruk
1,01
1,18 1,20
0,8
1
1,2
1,4
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Hasil Rata-rata Kedalaman Perairan
Baik
Cukup
Buruk
Gambar 6. Grafik hasil rata-rata
pengukuran kecerahan
Gambar 7. Grafik hasil rata-rata
pengukuran kecepatan arus
Gambar 8. Grafik hasil rata-rata
pengukuran kedalaman
penurunan stok teripang pasir di alam
(Wisnubudil, 2013).
C. Rata-rata nilai skor lingkungan
perairan teripang pasir
Berikut tabel hasil skor pengukuran
kondisi lingkungan perairan teripang pasir.
Tabel 4. Skor Parameter Lingkungan
Perairan Teripang Pasir
Keterangan Skor:
1 = Parameter lingkungan perairan dalam kondisi baik
2 = Parameter lingkungan perairan dalam kondisi cukup
3 = Parameter lingkungan perairan dalam kondisi buruk
Stasiun I Salinitas, kecerahan,
kecepatan arus masing-masing memiliki
skor 1 yang termasuk kedalam kondisi
yang baik untuk kehidupan teripang pasir.
Sedangkan suhu dengan skor 2 termasuk
kedalam kondisi kurang baik, pH, oksigen
terlarut. Untuk ukuran tangkap pada
stasiun I yang diperoleh termasuk kedalam
skor yang buruk yaitu skor 3.
Untuk stasiun II Suhu dengan nilai
skor 1 yang termasuk kedalam kondisi
yang baik untuk kehidupan teripang pasir,
begitujuga dengan salinitas, kecerahan,
oksigen terlarut, kecepatan arus dan
substrat sedangkan pH perairan
menunjukkan kondisi perairan dalam
kondisi kurang baik untuk kehidupan
teripang pasir dengan skor 2. Untuk
ukuran tangkap termasuk kedalam skor
yang buruk dengan hasil skor 3.
Sedangkan skor yang diperoleh pada
stasiun III adalah Salinitas dengan skor 1
yang termasuk kedalam kondisi baik untuk
kehidupan teripang pasir, selanjutnya
kecerahan dengan, oksigen terlarut,
kecepatan arus dan substrat masing-masing
memiliki skor 1 yang termasuk kedalam
kondisi baik untuk kehidupan teripang
pasir. Suhu, pH, dan kedalaman termasuk
dalam kondisi kurang baik untuk
kehidupan teripang pasir dengan skor 2.
Untuk ukuran tangkap termasuk kedalam
skor yang buruk dengan hasil skor 3.
D. Tingkat Kerentanan Lingkungan
Perairan dan Substrat di
Lingkungan Perairan Madong
1. Stasiun 1
Dari hasil perhitungan indeks
kerentanan lingkungan perairan teripang
pada stasiun I menunjukan hasil indeks
yang tergolong kedalam tingkat kerentana
Parameter
lingkungan Skor dari rata- rata hasil pengukuran
1. Parameter
perairan
Stasiun
I Skor
Stasiun
II Skor
Stasiun
III Skor
Suhu (oC) 31,53 2 29,65 1 30,63 2
Salinitas ( ppt) 29,25 1 29,73 1 30,65 1
Ph 7,56 2 7,59 2 7,22 2
Oksigen
terlarut (ppm) 6,96 2 7,2 1 7,44 1
Kecerahan
(cm) 100 1 100 1 100 1
Kedalaman
(m) 1,01 2 1,18 2 1,2 2
Kecepatan arus
(m/det) 0,03 1 0,04 1 0,03 1
2. Substrat Lumpur 2 Lumpur
berpasir 1
Lumpur
berpasir 1
3. Ukuran
tangkap (cm) 12,9 3 15,8 3 16,6 3
yang sangat rentan dengan hasil indeks
sebesar 94.
Tabel 5. Hasil perhitungan indeks perairan
pada stasiun I
Keterangan :
Skor minimum = 1 Skor maximum = 3
2. Stasiun II
Hasil perhitungan indeks
kerentanan stsasiun II dapat dilihat pada
tabel 6 berikut.
Tabel 6. Hasil perhitungan indeks perairan
pada stasiun II
Dari hasil perhitungan indeks
kerentan perairan teripang pasir pada
stasiun II menunjukan kerentanan yang
rendah, dengan hasil indeks sebesar 61
yang tergolong kedalam kartegori indeks
kerentanan yang rendah.
3. Stasiun III
Dari hasil perhitungan indeks
kerentanan lingkungan perairan teripang
pada stasiun I menunjukan hasil indeks
yang tergolong kedalam tingkat kerentana
yang tinggi dengan indeks kerentana yang
diperoleh yaitu 78. Hasil indeks dapat
dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil perhitungan indeks perairan
pada stasiun III
Indeks Kerentan = (2,89-1)
x 100 = 94 (3-1)
Parameter
lingkungan Skor dari rata- rata hasil pengukuran
1. Parameter
perairan
Stasiun
I Bobot Skor bxs Indeks
Suhu (oC) 31,53 2 2 4
94
Salinitas ( ppt) 29,25 1 1 1
Ph 7,56 1 2 2
Oksigen terlarut (ppm)
6,96 1 2 2
Kecerahan (cm) 100 1 1 1
Kedalaman (m) 1,01 1 2 2
Kecepatan arus
(m/det) 0,03 2 1 2
2. Substrat Lumpur 3 2 6
3. Ukuran
tangkap (cm) 12,9 2 3 6
Jumlah 26
Rata-rata 2,89
Parameter
lingkungan Skor dari rata- rata hasil pengukuran
1. Parameter
perairan
Stasiun
II Bobot Skor Bxs Indeks
Suhu (oC) 29,65 2 1 2
61
Salinitas ( ppt) 29,73 1 1 1
Ph 7,59 1 2 2
Oksigen terlarut (ppm)
7,2 1 1 1
Kecerahan (cm) 100 1 1 1
Kedalaman (m) 1,18 1 2 2
Kecepatan arus
(m/det) 0,04 2 1 2
2. Substrat Lumpur
berpasir 3 1 3
3. Ukuran
tangkap (cm) 15,8 2 3 6
Jumlah 20
Rata-rata 2,22
Indeks Kerentan = (2,22-1)
x 100 = 61 (3-1)
Indeks Kerentan = (2,44-1) x
100 = 72
(3-1)
Parameter
lingkungan Skor dari rata- rata hasil pengukuran
1. Parameter
perairan
Stasiun
III Bobot Skor Bxs Indeks
Suhu (oC) 30,63 2 2 4
72
Salinitas ( ppt) 30,65 1 1 1
pH 7,22 1 2 2
Oksigen terlarut
(ppm) 7,44 1 1 1
Kecerahan (cm) 100 1 1 1
Kedalaman (m) 1,2 1 2 2
Kecepatan arus
(m/det) 0,03 2 1 2
2. Substrat Lumpur
berpasir 3 1 3
3. Ukuran
tangkap (cm) 16,6 2 3 6
Jumlah 22
Rata-rata 2,44
Keterangan :
Skor minimum = 1
Skor maximum = 3
Keterangan :
Skor minimum = 1
Skor maximum = 3
Keterangan :
Skor minimum = 1
Skor maximum = 3
Dari semua stasiun pengamatan skor
dari ukuran tangkap yang diperoleh adalah
3 hal ini menunjukkan kondisi yang
kurang baik untuk kehidupan teripang
pasir di waktu yang akan datang. Dengan
makin meningkatnya aktifitas
penangkapan dan kegiatan penangkapan
yang dilakukan secara bebas kapan dan
dimanapun tanpa memperhatikan ukuran
tangkap teripang pasir oleh nelayan
dikhawatirkan akan mengganggu
kelestarian teripang pasir di periaran
kampung madong. Meskipun diketahui
bersama bahwa sumberdaya hayati laut
bersifat ”renewable resource”, namun
apabila sudah melampaui daya dukung,
maka keseimbangan lingkungan hayati
perairan akan terganggu (Alamsyah.dkk,
2013).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini adalah
Indeks kerentanan pada stasiun I yaitu 94
menunjukan tingkat kerentanan yang
sangat tinggi hal ini dikarenakan kondisi
perairan yang kurang baik untuk
kehidupan teripang pasir seperti suhu, pH,
Oksigen terlarut, kedalaman, dan
kecepatan arus masing-masing memiliki
skor 2 yang termasuk kedalam kategori
kurang baik bagi kehidupan teripang
pasir,. Indeks kerentanan pada stasiun II
sebesar 61 yang masuk kedalam kategori
tingkat kerentanan yang rendah hal ini
didukung oleh kondisi suhu, salinitas,
oksigen terlarut, kecerahan dan kecepatan
arus masing-masing memiliki skor 1 yang
termasuk kedalam kategori baik bagi
kehidupan teripang pasir. Indeks
kerentanan yang diperoleh pada stasiun III
adalah 72 yang tergolong kedalam tingkat
kerentanan yang tinggi, hal ini dikarenakan
kondisi vegetasi tepian yang sudah tidak
alami seperti halanya pada stasiun I
sehingga berpengaruh pada kondisi
parameter perairan. Untuk ukuran tangkap
pada semua stasiun pengamatan
menunjukkan hasil yang buruk dengan
skor 3. Meningkatnya aktifitas
penangkapan dan kegiatan penangkapan
yang dilakukan secara bebas tanpa
memperhatikan ukuran tangkap teripang
pasir oleh nelayan dikhawatirkan akan
mengganggu kelestarian teripang pasir.
B. Saran
Dibutuhkan peran serta
pemerintah untuk selalu mengontrol
aktivitas yang dapat menyebabkan
tercemarnya perairan, seperti
penambangan bauksit agar lingkungan
perairan teripang dan aktivitas perikanan
lainnya tetap terjaga. Perlu dilakukan
sosialisasi budidaya teripang pasir,
mengingat kawasan kampung Madong
berpotensi dalam hal budidaya, mengingat
keberadaan teripang pasir akan terus
Keterangan :
Skor minimum = 1
Skor maximum = 3
menurun akibat ukuran penangkapan yang
tidak sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Affan, M, Junaidi, 2011. Seleksi Lokasi
Pengenbangan Budidaya Dalam
Keramba Jaring Apung (KJA)
Berdasarkan Faktor Lingkungan
dan Kualitas Air Di Perairan
Pantai Timur Kabupaten Bangka
Tengah. Jurnal Sains MPA. Vol
17 No 3.
(http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/in
dex.php/sains/article/download/
351/pdf. diakses 11 maret 2014,
16:41 Wib)
Alamsyah, Ridha. Musbir. Amir, Faisal.
2013. Struktur Ukuran dan
Layak Tangkap Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) di
Perairan Teluk Bone. Jurnal
UNHAS. Makasar: Universitas
Hasanuddin.
(http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/fi
les/bb7fe8a011347448ab4da3b7
e070a6f5.pdf diakses 11 maret
2014, 16:41 Wib)
Aras, Reskiyanti. Tri. 2013. Uji Toksisitas
Ekstrak Teripang Holothuria
Scabra Terhadap Artemia
Salina. Skripsi. Makassar:
Universitas Makassar.
(http://repository.unhas.ac.id/bit
stream/handle/123456789/5693/
UJI%20TOKSISITAS%20EKS
TRAK%20TERIPANG%20Hol
othuria%20scabra%20TERHAD
AP%20Artemia%20salina.pdf?s
equence=1 diakses 30 Maret
2014, 01:32 Wib)
Ariestika, R. 2006 Karakteristik Padang
Lamun Dan Struktur Komunitas
Moluska (Gastropoda dan
Bivalvia) Di Pulau Burung
Kepulauan Seribu, Skripsi,
Institut Pertanian Bogor: Bogor.
(http://repository.ipb.ac.id/bitstr
eam/handle/123456789/49604/C
06rar.pdf?sequence=1 diakses
diakses 30 Maret 2014, 01:34
Wib)
Arikunto, Suharsimi. 2006, Prosedur
Penelitian (Suatu Pendekatan
Praktik), PT RINEKA CIPTA:
Jakarta
Boer, Rizaldi. 2012. Ruang Lingkup
Kajian Kerentanan: Antara Teori
Dan Praktek. CCROM-SEAP
IPB. Institut Pertanian Bogor:
Bogor.
Gultom, C, P, W. 2004. Laju Pertumbuhan
dan Beberapa Aspek Bio-
Ekologi Teripang Pasir
(Holothuria Scabra) Dalam
Pembesaran di Laut Pulau
Kongsi, Kepulauan Seribu.
Skripsi, Institut Pertanian Bogor.
(http://repository.ipb.ac.id/bitstr
eam/handle/123456789/16082/C
04cpg_abstract.pdf?sequence=1
diakses 1 April 2015, 11:43)
Fachrul, M. F, 2007, Metode Sampling
Bioekologi. Bumi Aksara:
Jakarta.
Hana. 2011. Evaluasi Pemacuan Stok
Teripang Pada Habitat
Konservasi Lamun Pulau
Pramuka Kepulauan Seribu
Jakarta. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor.
(http://repository.ipb.ac.id/bitstr
eam/handle/123456789/51672/C
11han_.pdf?sequence=1 diakses
1 April 2015, 11:43)
Hidayanti. 2010. Penilaian Kualitas
Perairan Pesisir Dengan
Mengembangkan Indeks
Sebagai Upaya Perlindungan
Dan Pengelolaan Berkelanjutan,
Disertasi, Universitas Sumatra
Utara, Medan.
Kangkan, A, L. 2006. Studi Penentuan
Lokasi Untuk Pengembangan
Budidaya Laut Berdasarkan
Parameter Fisika, Kimai dan
Biologi Di Teluk Kupang, Nusa
tenggara Timur, Tesis,
Universitas Diponegoro,
Semarang.
Khodijah, 2014. Sustainable Livelihood of
Fisherman Households Headed
byWomen (Case study in Riau
Islands Province of Indonesia).
Asian Social Science Vol 10,
No. 9, 2014, Published by
Canadian Center of Science and
Education.
(http://ccsenet.org/journal/index.
php/ass/article/view/36588/2057
3 diakses 1 April 2015, 11:43)
Kordi, M. Gufran. H. 2010. Cara Gampang
Membudidayakan Teripang.
Yogyakarta: LILY PUBLISER.
LIPI, 2009. Studi Potensi Pengembangan
Budidaya Laut Di Lokasi
Coremap II kabupaten Lingga.
BPP-PSPL Universitas Riau.
(http://www.coremap.or.id/dow
nloads/RA-
BudiDayaLautLingga.pdf
diakses 1 April 2015, 11:43)
Susiana, 2011, Diversitas Dan Kerapatan
Mangrove Gastropoda Dan
Bivalvia Di Estuari Perancak
Bali, Skripsi, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
(http://repository.unhas.ac.id/bit
stream/handle/123456789/130/2
011_Susiana_L21107001.pdf?se
quence=2 diakses 3 Agustus
2014, 20:05 Wib)
Wijayanti, Henni. 2007. Kajian Kualitas
Perairan Di Pantai Kota Bandar
Lampung Berdasarkan
Komunitas Hewan
Makrobenthos. Tesis. Semarang:
Universitas Diponegoro.
(http://core.ac.uk/download/pdf/
11717282.pdf diakses 3 Agustus
2014, 20:05 Wib)
Wisnubudil, Gautama. 2013.
Keanekaragaman dan
Kelimpahan Teripang
(Holothurioea) Serta Potensinya
Di Pulau Kotok Besar, Taman
Nasional Laut Kepulauan
Seribu(TNKps). Jurnal
Universitas Nasional.
(file:///C:/Users/ACER/Downloa
ds/73Fullpaper_PBI_TEREPAN
G.pdf diakses 3 Agustus 2014,
20:05 Wib)