implementasi pembelajaran berbasis nilai · pdf filemenurut h.d iriyanto dalam bukunya...

18
1 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS NILAI-NILAI KARAKTER SEBAGAI SEBUAH UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI SEKOLAH SERTA SALAH SATU INDIKATOR KEBERHASILAN GURU DALAM MENGAJAR Oleh : IRMA (Guru Biologi SMA Avicenna Jagakarsa) ABSTRAK Belajar adalah proses yang terjadi secara terus menerus pada diri seseorang sejak dilahirkan. Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah harus dilengkapi dan disinergiskan dengan proses pendidikan yakni sebuah proses transfer of values, dimana dalam proses pendidikan ini seorang guru akan menuntun para siswa agar mereka tumbuh menjadi manusia yang memiliki nilai-nilai karakter yang baik yang akan membawa siswa kepada kebaikan di dunia dan akhirat. Saat ini kehidupan sosial remaja di masyarakat telah mengalami pergeseran nilai, dimana prilaku dan tindakan seorang pelajar seringkali melanggar norma dan nilai sosial yang ada. Berbagai kasus bullying di sekolah dan tawuran dikalangan pelajar seringkali kita dengar mewarnai dunia pendidikan kita. ada beberapa pendekatan dalam proses pengalihan nilai (transfer of values) dari pendidik dalam hal ini guru, kepada peserta didik, yakni yang pertama melalui pendekatan emosional, kedua dengan membina prilaku positif siswa yang dilakukan secara berulang- ulang, dan yang ketiga adalah transformasi dan penanaman nilai-nilai disampaikan kepada para siswa secara pasti, berkelanjutan, perlahan-lahan dalam nuansa kebersamaan dan kekeluargaan. Adapun nilai-nilai karakter yang dapat diimplementasikan dalam pembelajaran disekolah diantaranya adalah, nilai spritualitas atau ketakwaan, nilai kejujuran, nilai kepedulian, nilai kepercayaan diri, nilai kedisplinan dan keberanian serta nilai cinta tanah air. Jika nilai-nilai tersebut diimplementasikan secara baik dan simultan serta berkelanjutan maka tujuan pendidikan nasional akan tercapai dan menjadi salah satu bentuk keberhasilan bagi seorang guru. Keyword: Pengajaran, Pendidikan, Nilai, Karakater,

Upload: dotram

Post on 06-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS NILAI-NILAI

KARAKTER SEBAGAI SEBUAH UPAYA UNTUK MENINGKATKAN

KUALITAS PENDIDIKAN DI SEKOLAH SERTA SALAH SATU

INDIKATOR KEBERHASILAN GURU DALAM MENGAJAR

Oleh : IRMA

(Guru Biologi SMA Avicenna Jagakarsa)

ABSTRAK

Belajar adalah proses yang terjadi secara terus menerus pada diri seseorang sejak

dilahirkan. Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah harus dilengkapi dan

disinergiskan dengan proses pendidikan yakni sebuah proses transfer of values, dimana

dalam proses pendidikan ini seorang guru akan menuntun para siswa agar mereka tumbuh

menjadi manusia yang memiliki nilai-nilai karakter yang baik yang akan membawa siswa

kepada kebaikan di dunia dan akhirat. Saat ini kehidupan sosial remaja di masyarakat telah

mengalami pergeseran nilai, dimana prilaku dan tindakan seorang pelajar seringkali

melanggar norma dan nilai sosial yang ada. Berbagai kasus bullying di sekolah dan

tawuran dikalangan pelajar seringkali kita dengar mewarnai dunia pendidikan kita. ada

beberapa pendekatan dalam proses pengalihan nilai (transfer of values) dari pendidik

dalam hal ini guru, kepada peserta didik, yakni yang pertama melalui pendekatan

emosional, kedua dengan membina prilaku positif siswa yang dilakukan secara berulang-

ulang, dan yang ketiga adalah transformasi dan penanaman nilai-nilai disampaikan kepada

para siswa secara pasti, berkelanjutan, perlahan-lahan dalam nuansa kebersamaan dan

kekeluargaan. Adapun nilai-nilai karakter yang dapat diimplementasikan dalam

pembelajaran disekolah diantaranya adalah, nilai spritualitas atau ketakwaan, nilai

kejujuran, nilai kepedulian, nilai kepercayaan diri, nilai kedisplinan dan keberanian serta

nilai cinta tanah air. Jika nilai-nilai tersebut diimplementasikan secara baik dan simultan

serta berkelanjutan maka tujuan pendidikan nasional akan tercapai dan menjadi salah satu

bentuk keberhasilan bagi seorang guru.

Keyword: Pengajaran, Pendidikan, Nilai, Karakater,

2

A. PENDAHULUAN

Belajar adalah sebuah proses yang dialami seorang manusia sepanjang

hidupnya. Sejak dilahirkan seorang bayi senantiasa belajar banyak hal terutama dari

kedua orang tuanya. Ketika seorang bayi memasuki masa kanak-kanak biasanya para

orang tua mulai memperkenalkan pendidikan formal yakni sekolah, dimana melalui

pendidikan formal tersebutlah seorang anak akan terus belajar hingga dewasa sampai

akhirnya mereka akan terjun ke masyarakat dan mengabdikan hidupnya dan terus

belajar kepada lingkungannya dan kelak akan menjadi generasi yang meneruskan dan

menjalankan cita-cita bangsa.

Dalam proses pembelajaran di sekolah guru tentunya menjadi mitra orang tua

dalam mengajar dan mendidik anak-anak. Pembelajaran yang diberikan kepada siswa

di sekolah pada dasarnya haruslah menjadi paket pembelajaran yang lengkap.

Pembelajaran tidak hanya selalu mengedepankan aspek kognitif saja tetapi juga harus

menyeimbangkan dengan ranah afektif dan psikomotorik.

Menurut H.D Iriyanto dalam bukunya Learning Metamorfosis, Sekolah yang

hanya mengedepankan aspek kognitif saja, sesungguhnya mengingkari jati dirinya

sebagai lembaga pendidikan. Ki Hajar Dewantara membedakan antara pengajaran dan

pendidikan. Pengajaran dapat diartikan sebagai sebuah proses transfer of knowledge,

dimana dalam proses pengajaran seorang guru harus menyampaikan materi

pengetahuan yang dikuasai nya kepada siswa dan tentunya evaluasi dari proses

pengajaran adalah bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dan hal tersebut

dapat terukur melalui deretan angka yang tertuang dalam laporan hasil belajar siswa.

Proses pengajaran disekolah tentunya harus dilengkapi dan disinergiskan

dengan proses pendidikan yakni sebuah proses transfer of values, dimana dalam proses

pendidikan ini seorang guru akan menuntun para siswa agar mereka tumbuh menjadi

manusia yang memiliki nilai-nilai karakter yang baik yang akan membawa siswa

kepada kebaikan di dunia dan di akhirat.

Pengajaran dan pendidikan harus berjalan dengan seimbang. Hal yang terjadi

saat ini dibanyak sekolah adalah lebih dikedepankannya aspek kognitif dan hasil belajar

siswa yang berupa deretan angka-angka dalam rangkaian ujian, dan menjadi tolak ukur

3

prestasi siswa, padahal ketika terjun dalam masyarakat, kecakapan hidup seseorang

serta karakter yang baik justru dinilai lebih utama.

Mungkin masih jelas dalam ingatan kita seorang mahasiswa dari sebuah

perguruan tinggi terkemuka yang bernama Ignatius Ryan Tumiwa yang mengajukan

judicial review dan membuat permohonan kepada mahkamah konstitusi agar

melegalkan haknya untuk bunuh diri. Hal tersebut didasari pada kesulitannya dalam

mencari pekerjaan padahal ia sudah menyelasaikan studi S2 nya dan mendapatkan IPK

yang sangat baik. Inilah mengapa proses penanaman nilai-nilai karakter itu penting dan

harus senantiasa diberikan melalui pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat dasar

hingga menengah atas. Dan tentunya para guru memegang peran penting dalam setiap

pembelajaran yang dilakukannya. Para siswa tidak hanya kita didik untuk pandai dan

mendapatkan nilai yang baik, tidak hanya pandai menghafal dan kemudian

memindahkan tulisan-tulisan dari buku teks ke sebuah lembar jawaban dan

mendapatkan poin atau angka yang besar, tetapi para siswa harus kita bekali dengan

berbagai pengalaman yang dapat membangkitkan nilai-nilai karakter seperti kejujuran,

kemandirian, kedisiplinan, empati dan nilai-nilai lainnya yang kelak berguna bagi

kehidupan mereka di masyarakat serta membekali mereka kelak agar mampu

menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi, dan menjadi bagian dari solusi atas

sebuah permasalahan.

Banyak hal yang bisa dilakukan oleh guru di sekolah guna menghasilkan

pembelajaran yang efektif yang tidak hanya menuntut sisi kognitif siswa tapi juga

memberikan pengalaman baik dan membangun nilai-nilai karakter dalam diri siswa

yang kelak menjadi bekal dalam kehidupannya. Mengkreasikan pembelajaran dengan

menanamkan nilai-nilai kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, empati, dan lain

sebagainya dapat dilakukan oleh para guru di sekolah baik secara perorangan di dalam

kelas ataupun bersinergis dengan civitas akademisi lainnya di sekolah, sehingga

pembelajaran yang dijalankan menjadi bermakna dan memiliki hasil yang positif bagi

perkembangan jiwa siswa.

4

B. PEMBAHASAN

1. Pentingnya Pendidikan Nilai-Nilai Karakter di Sekolah

Kepuasan bagi seorang guru dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari

berbagai aspek. Pada umumnya seorang guru akan merasa puas dan menilai proses

pembelajaran yang dilakukannya berhasil jika seluruh siswanya mencapai nilai diatas

KKM (kriteria ketuntasan minimal) saat ulangan ataupun lulus dengan nilai yang baik

saat Ujian Nasional. Saat ini kehidupan sosial remaja dimasyarakat telah mengalami

pergeseran nilai, dimana prilaku dan tindakan seorang pelajar seringkali melanggar

norma dan nilai sosial yang ada. Berbagai kasus bullying di sekolah dan tawuran

dikalangan pelajar seringkali kita dengar mewarnai dunia pendidikan kita, belum lagi

penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau narkoba, minuman keras, dan yang paling

membuat para guru miris adalah ketika ujian nasional berlangsung ditemukannya siswa

- siswa yang mencari dan menggunakan bocoran kunci jawaban demi sebuah kelulusan

dan sebuah angka yang fantastis diselembar kertas bertuliskan SKHUN (Surat

Keterangan Hasil Ujian Nasional).

Jika berbagai fenomena negatif yang terjadi dikalangan pelajar ini terus

dibiarkan, dimana nilai-nilai karakter semakin berkurang maka bangsa kita akan

menjadi bangsa yang lemah yang kalah dalam persaingan global serta menjadi bangsa

yang terpuruk. Sudah saatnya para guru di sekolah dan orang tua bersinergi untuk

menciptakan generasi yang baik. Sebagai guru yang berkecimpung dalam dunia

pendidikan sudah saatnya kita merubah pola pikir kita untuk tidak hanya sekedar

mengajar tetapi lebih mengedepankan proses mendidik, tidak hanya mencetak generasi

yang baik secara akademik tapi juga mencetak generasi yang unggul dalam nilai-nilai

karakter. Sudah saatnya para siswa kita ajak untuk belajar dengan “berpikir” bukan

sekedar “menghafal”. Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya “Self Drinving” bahwa

proses pendidikan yang dijalani harus dimulai dari memperbaiki cara berpikir dan cara

menjalani kehidupan yang menantang. Saat ini banyak diantara siswa yang menempuh

pendidikan dan menjadi sarjana, tetapi tidak “belajar” karena umumnya mereka hanya

“menghafal” karena tanpa disadari terkadang para guru merasa sudah puas dengan

5

mengajarkan cara memindahkan isi buku ke kepala siswa sebagai bekal mempersiapkan

serangkaian ujian. Untuk itu perlu adanya perubahan dalam pola pembelajaran di

sekolah, sehingga tidak hanya mengajarkan hal-hal yang mengaktifkan aspek kognitif

siswa tapi juga aspek afektif sehingga siswa memiliki kecakapan hidup dan pengalaman

baik yang bisa menuntunnya menjadi pribadi yang baik.

Menurut Hj. Qiqi Yuliati dan H.A Rusdiana dalam bukunya “Pendidikan

Nilai”, ada beberapa pendekatan dalam proses pengalihan nilai (transfer of values) dari

pendidik dalam hal ini guru, kepada peserta didik, antara lain sebagai berikut:

a. Melalui pendekatan emosional; para guru berusaha mengaktifkan ranah afektif

siswa karena setiap anak yang lahir kedunia pada hakikatnya membawa sifat positif.

Setelah ranah afektif siswa aktif, para guru hendaknya menyampaikan ajaran moral.

Dalam kondisi ini peserta didik siap mencerna materi dan akan berbekas pada

jiwanya.

b. Membina prilaku positif siswa yang dilakukan secara berulang-ulang. Prilaku yang

diulang-ulang (repetition), semakin lama akan semakin tertanam secara dalam,

menjadi sebuah kebiasaan, sifat/karakter, dan pada akhirnya dapat menjadi bagian

dari kepribadian, dan kiranya dapat menghasilkan perubahan karakter yang luar

biasa.

c. Transformasi dan penanaman nilai-nilai disampaikan kepada para siswa secara

pasti, berkelanjutan, perlahan-lahan dalam nuansa kebersamaan dan kekeluargaan.

Transformasi nilai tersebut akan membentuk sifat, kebiasaan dan kepribadian.

Mengacu pada tiga point diatas maka sudah selayak nya para guru disekolah

mengimplementasikannya dalam pendidikan di sekolah, dan tentunya diperlukan

kreativitas, kesungguhan dan kerjasama yang baik dari setiap elemen yang ada di

sekolah. Pendidikan nilai harus menjadi core (intisari) dari pendidikan itu sendiri,

bahkan Philips Combs menyatakan bahwa value education or not all, tidak perlu ada

pendidikan jika tidak ada pendidikan nilai. Dengan pendidikan nilai diharapkan lahir

SDM dari para peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang berakhlak mulia,

yang memiliki ketajaman hati nurani, yang hidupnya dikendalikan oleh kekuatan hati

nurani dalam mengendalikan unsur mental/pikiran, emosional dan fisikalnya.

Pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai nurani (values of being), sebagai upaya

pembinaan terhadap nilai yang ada pada diri manusia, berkembang menjadi prilaku dan

cara kita memperlakukan orang lain.

6

2. Nilai-Nilai Karakter

Dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak tantangan yang di hadapi oleh

setiap manusia dan untuk itu diperlukan keterampilan dan kecerdasan dalam mengatasi

berbagai persoalan yang ada. Dalam buku Multiple Intelegences dikatakan bahwa

kecerdasan emosional dan sosial diperlukan 80% sementara kecerdasan intelektual

hanyalah 20% saja. Untuk itulah perlunya penanaman nilai-nilai karakter dalam

pembelajaran di sekolah agar kelak kehidupan yang ada di masyrakat menjadi beradab.

Adapun nilai – nilai karakter tersebut yang harus dikembangkan dalam kegiatan

pembelajaran disekolah diantaranya adalah :

a. Nilai Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa tertanam dalam

diri

b. Nilai Kejujuran dalam tiap tindakan

c. Nilai Kepedulian dan rasa empati baik terhadap lingkungan maupun masyarakat

d. Nilai Percaya diri dan memiliki kemandirian serta kematangan dalam berpikir

e. Nilai Kerja keras, berani dan memiliki daya juang yang tinggi

f. Nilai Kedisiplinan terhadap terhadap diri sendiri dan aturan yang ada di lingkungan

g. Nilai Cinta tanah air dan bangsa

3. Bentuk Implementasi Nilai-Nilai Karakter di Sekolah

Nilai – nilai karakter diatas pada dasarnya harus diimplementasikan dalam

proses pendidikan disekolah dan juga menjadi tolak ukur bagi kualitas pendidikan serta

keberhasilan guru dalam mengajar. Berbagai bentuk implementasi dari penanaman

nilai-nilai dapat dilakukan seperti diuraikan berikut:

a. Nilai Ketakwaan terhadap Tuhan YME

Nilai ketakwaan atau spiritualitas adalah nilai utama yang harus ditanamkan

dalam diri seorang siswa. Seorang guru harus dapat menumbuhkan dan terus

mengembangkan nilai spiritualitas dalam diri siswanya, sehingga dalam kehidupan

bermasyarakat para siswa memiliki benteng diri terhadap tingginya arus globalisasi

yang berdampak negatif. Dalam pembelajaran di kelas ada baiknya tiap guru senantiasa

7

mengawalinya dengan berdoa bersama, dimana segala sesuatu yang dimulai dengan doa

yang baik pasti akan mencapai hasil yang baik.

Kegiatan tadarus bersama juga dapat dilakukan diawal kegiatan pembelajaran

seperti di lima belas menit awal, begitu juga dengan sholat berjamaah di waktu-waktu

tertentu saat siswa berada disekolah seperti sholat dzuhur berjamaah. Jika hal ini

dilakukan secara berulang-ulang dengan terus memperhitungkan kualitasnya maka ini

akan menjadi sebuah pembiasaan dan kelak akan menjadi karakter yang baik bagi

siswa, sehingga beribadah dan selalu mengingat ke Esaan Tuhan bukan lagi menjadi

sebuah kewajiban yang harus terpaksa dijalankan tetapi dapat menjadi sebuah

kebutuhan yang akan selalu di cari oleh para siswa.

Selain membangun nilai ketakwaan hal ini juga dapat membangun kedekatan

emosinal antara guru dan siswa, dan sebagai guru tentunya memiliki siswa-siswa yang

bertakwa dan senantiasa menjalankan perintah agama dengan baik adalah sebuah

kepuasan dan keberhasilan karena tentunya masyarakat madani akan tercipta dari insan-

insan yang bertakwa.

Gambar 1. Kegiatan Khataman Quran di akhir tahun ajaran

b. Nilai Kejujuran

Kejujuran adalah hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Menanamkan

kejujuran harus dimulai dari sejak dini, maraknya pemberitaan di media terkait

prilaku-prilaku negatif karena unsur ketidakjujuran dikhawatirkan dapat menjadi

contoh prilaku bagi para siswa. Untuk itu penanaman nilai kejujuran sangatlah utama.

8

Para siswa harus dididik menjadi pribadi yang jujur dalam setiap tindakan dan

perbuatannya.

Sebagai contoh pelaksanaan Ujian Nasional yang digulirkan oleh pemerintah,

seringkali dinodai oleh ketidakjujuran dari para peserta dimana ada diantara para

peserta UN yang mencoba mencari berbagai cara untuk mendapatkan nilai yang baik,

mencontek dan menggunakan kunci jawaban seringkali di lakukan oleh para peserta.

Ironisnya dibeberapa tempat bahkan pihak guru ikut terlibat dalam hal ketidakjujuran,

ini tentunya sangatlah tidak mendidik. Melalui ujian yang berskala nasional ini

pemerintah bertujuan mendapatkan pemetaan mengenai kualitas pendidikan serta

pemerataan pendidikan, tapi hingga kesekian tahun UN berjalan tujuan ini belum

optimal tercapai karena banyaknya ketidakjujuran.

Sebagai seorang guru, tentunya ini menjadi pekerjaan rumah yang harus terus

diselesaikan, membangun karakter kejujuran melalui pembiasan-pembiasaan setiap

harinya dan selalu memberikan motivasi kepada siswa agar para siswa dapat percaya

diri. Menjelang Ujian Nasional untuk memantapkan kepercayaan dirinya ada baiknya

sekolah mengadakan program Motivation Training, menghadirkan para tokoh yang

sukses melalui kerja keras dan kejujuran kelak dapat membuat siswa semakin

termotivasi untuk memberikan yang terbaik dan tentunya menjadikan UN tidak hanya

sebuah bentuk evaluasi yang terukur melalui angka-angka tetapi juga menjadi sebuah

test case kejujuran. Sehingga keberhasilan UN pada sebuah sekolah bukan lagi pada

tingginya nilai rata-rata yang diperoleh tetapi pada kejujuran yang terpatri dalam diri

para peserta didik sepanjang masa.

Gambar 2. Pelaksanaan UN sebagai sebuah test case kejujuran bagi siswa

9

c. Nilai Kepedulian

Ada pepatah yang mengatakan “bahwa sebaik-baiknya manusia adalah dia yang

paling bermanfaat bagi sekelilingnya”. Memiliki rasa empati dan kepedulian terhadap

lingkungan adalah nilai yang harus dicapai oleh seorang peserta didik. Mengajarkan

dan menanamkan rasa kepedulian dalam diri siswa adalah tugas dan tanggung jawab

seorang guru. Untuk membangun rasa kepedulian ini, banyak hal yang bisa

diimplementasikan melalui proses pembelajaran. Sebagai contoh dalam pembelajaran

biologi, tidak selamanya pembelajaran mengenai lingkungan hidup kita ajarkan di

dalam ruang kelas, tapi kita juga bisa mengajak siswa untuk peduli terhadap

lingkungan hidup karena pada hakikatnya manusia adalah bagian dari sebuah

ekosistem yang ada, bagian dari sebuah rantai makanan dan sudah selayaknya kita

ikut ambil bagian dalam menjaga keseimbangan ekosistem tersebut. Kegiatan

penanaman pohon dapat dilakukan di sekolah ataupun dilingkungan sekitar, tidak

hanya menanam tapi juga merawatnya, jika hal ini terus digiatkan dan dijadikan

sebuah pembiasaan maka rasa peduli terhadap lingkungan dapat tercipta dan menjadi

sebuah karakter dalam diri siswa. Kegiatan peduli lingkungan juga dapat dilakukan

dengan mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan kemasyarakatan

seperti halnya membuat lubang resapan biopori bersama-sama warga dilingkungan.

Rasa kepedulian dan empati terhadap sesama juga harus senantiasa

dikembangkan, agar kelak para siswa di waktu dewasa kelak menjadi bagian terbaik

dari sebuah masyarakat. Interaksi sosial tidak harus selalu diajarkan dalam pelajaran

sosiologi di ruang kelas tetapi juga dapat mengajak siswa turun langsung melihat

fenomena sosial dimasyrakat dan ikut berpartisipasi serta membantu masyarakat,

pemberian bakti sosial terhadap korban banjir, bakti sosial di kalangan masyarakat

pedesaan yang tertinggal, terlibat dalam kegiatan posyandu di masyrakat juga dapat

dijadikan praktek pembelajaran langsung bagi siswa dan tentunya ini jauh lebih

bermakna dan bernilai.

10

Gambar 3. Kegiatan Peduli Lingkungan “Save Our Mangrove”

d. Nilai Kepercayaan diri

Di sekolah terkadang kita menemui anak-anak yang tidak memiliki rasa percaya

diri, mendapati siswa – siswa seperti ini tentulah menjadi sebuah tantangan bagi

seorang guru, karena rasa percaya diri harus di bangun dan menjadi sebuah karakter

positif yang berkembang dalam diri siswa. Menumbuhkan rasa percaya diri tentunya

harus dilakukan melalui proses pembelajaran. Kadangkala sebagai seorang guru

seringkali kita mengambil alih hak siswa terutama hak siswa dalam menyelesaikan

sebuah masalah. Seringkali para guru terlalu tergesa-gesa membantu siswa untuk

meyelesaikan masalah, hal ini tentunya akan berdampak negatif dan membuat siswa

menjadi tergantung dan tidak percaya diri.

Kreativitas seorang guru dalam merancang program – program pembelajaran di

sekolah sangatlah diperlukan, kerjasama dari berbagai guru bidang studi haruslah

dilakukan untuk membuat program yang baik untuk siswa. Salah satu kegiatan yang

bisa melatih percaya diri siswa adalah program Karya Tulis Siswa. Melalui kegiatan

ini siswa dilatih untuk mengemukakan ide – idenya kemudian mengembangkannya

menjadi sebuah karya inovatif lalu menuliskan dalam sebuah tulisan sederhana yang

dapat dipertanggung jawabkan. Ini salah satu bentuk mengasah kepercayan diri siswa

karena pada prinsipnya ia telah mengembangkan potensinya dan ketika guru

menghargai proses tersebut maka rasa percaya diri pada siswa akan tumbuh.

11

Gambar 4. Sidang Karya Tulis Siswa sebagai sarana membangkitkan kepercayaan diri

e. Nilai Keberanian dan mau bekerja keras

Dalam masyrakat terkadang kita menemukan berbagai permasalahan sosial,

tingginya angka pengangguran dalam masyrakat hendaknya menjadi sebuah

kekhawatiran bagi para guru, sehingga para siswa di sekolah sejak dini selalu kita ajak

untuk melihat fenomena ini, karena suatu saat anak-anak harus lulus dari bangku

sekolah dan menghadapi persaingan kerja di masyarakat. Sekolah sebagai sarana

belajar formal sudah sepatutnya mempersiapkan para siswa nya untuk menjadi

pribadi-pribadi yang memiliki keberanian yang tingi untuk terjun ke masyarakat

kelak, mau bekerja keras dan memiliki daya juang yang tinggi. Karena persaingan

dalam mendapatkan pekerjaan tidak hanya terlihat dari lembaran ijasah-ijasah yang

dimiliki serta angka-angka dalam ijasah tersebut tapi yang lebih penting adalah

keterampilan dan keberanian serta semangat untuk berkarya. Minimnya lapangan

pekerjaan hendaknya menjadi dasar bagi sekolah untuk melatih dan mempersiapkan

para siswa untuk menjadi seorang entrepreneurship.

12

Salah satu bentuk program atau implementasi pembelajaran yang dapat melatih

keberanian siswa, serta semangat bekerja keras adalah kegiatan kewirausahaan atau

“Free Market” , sebagai praktikum pada pembelajaran ekonomi yang juga

mengerahkan aspek afektif pada diri siswa. Melalui kegiatan ini siswa dilatih untuk

berani menentukan pilihan dan juga berani mengambil resiko dari kegiatan wirausaha

yang dilakukan. Jika hal ini dirutinkan menjadi dan menjadi sebuah program unggulan

di sekolah maka jiwa entrepreneurship akan muncul dalam diri siswa dan kelak para

siswa memiliki modal keberanian dan kemampuan untuk diterapkan dan terus di asah

ketika ia terjun dalam masyarakat.

Gambar 5. Kegiatan Free Market

f. Nilai Kedisiplinan

Ketika berada di jalan raya ibukota yang cukup ramai tentunya seringkali kita

melihat ketidakdisplinan dalam berlalu lintas, adanya rambu-rambu dan marka jalan

seringkali diabaikan oleh para pengguna jalan raya. Ketidakdisiplinan ini tentunya

membawa dampak negatif yakni tingginya angka kecelakaan di jalan raya.

Ketidakdisiplinan pada sebagian orang ternyata sudah menjadi karakter yang sulit

dirubah, dan hal ini seringkali merusak citra dari sebuah organisasi. Karakter dan

penanaman nilai-nilai kedisiplinan siswa menjadi salah satu tanggung jawab bagi

13

seorang guru, tentunya ini didukung oleh berbagai stakeholder lainnya. Tata tertib

yang ada di sekolah haruslah menjadi panduan bagi setiap warga sekolah dalam

bertindak, tidak hanya siswa tapi guru maupun warga sekolah lainnya. Dalam

penerapan tata tertib di sekolah tentunya peran guru sangatlah diperlukan dalam hal

ini guru haruslah berperan sebagai pihak yang senantiasa terus mengingatkan siswa.

Ketika siswa melanggar tata tertib yang ada, maka sudah sewajarnya hukuman

atau punishment itu diberikan hal ini dapat menjadi sebuah efek jera dan pembelajaran

bagi siswa untuk tidak mengulanginya lagi. Jika ada punishment tentunya haruslah

ada rewards karena ini merupakan dua hal yang melekat dalam dunia pendidikan.

Ketika di satu sisi siswa diberikan hukuman atas pelanggarannya tentunya harus

ada penghargaan yang baik bagi siswa yang senantiasa mematuhi aturan yang ada, hal

ini bertujuan memotivasi siswa agar terus disiplin.

Gambar 6. Latihan Kedisiplinan dan Kepemimpinan Siswa

14

g. Nilai Cinta Tanah Air

Semangat kebangsaan dan cinta tanah air adalah sebuah nilai positif yang harus

dikembangkan di sekolah. Saat ini banyak pemuda yang terjerumus dalam alur

globalisasi yang negatif, mereka lebih mencintai hal-hal yang bernuansa kebarat-

baratan. Ini menjadi sesuatu yang harus di waspadai karena pada hakikatnya generasi

muda yang ada saat ini kelak suatu saat nanti yang akan mewarisi cita-cita bangsa dan

yang akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa kita. Kecintaan terhadap tanah air

harus selalu dibangkitkan dalam diri siswa, dan tentunya mengobarkan semangat cinta

tanah air bukan saja menjadi tugas dan tanggung jawab bagi guru PPKn ataupun guru

Sejarah tapi menjadi tanggung jawab semua guru.

Implementasi ataupun praktik penanaman nilai-nilai kebangsaan dapat

dilakukan melalui banyak cara, diantaranya peringatan hari-hari besar nasional,

dimana dalam kegiatan tersebut siswa dilibatkan dengan tujuan memahami makna

cita-cita luhur bangsa dan semakin memiliki kecintaan terhadap bangsa. Bentuk lain

dari implementasi penanaman nilai cinta tanah air dapat juga dilakukan melalui

kegiatan perenungan bersama para tokoh-tokoh pejuang di malam perayaan 17

Agustus, melalui cerita dari tokoh pejuang tersebut diharapkan para siswa dapat

merasakan semangat perjuangan dan kelak menjadi manusia yang senantiasa

menghargai jasa para pahlawannya, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang

menghargai jasa pahlawannya.

Seminar kebangsaan juga dapat dilakukan sekali waktu di tingkat sekolah.

Bekerja sama dengan instansi atau lembaga pemerintahan secara langsung juga dapat

mengembangkan semangat kebangsaan. Melalui kegiatan ini siswa menjadi tahu hal-

hal apa saja yang sekiranya boleh dilakukan sebagai warga negara yang baik ataupun

yang tidak boleh dilakukan. Sehingga semakin banyak pengalaman yang dimiliki

siswa maka semangat cinta tanah air akan semakin melekat dalam diri siswa hingga

besar nanti, dan tentunya ini adalah sebuah keberhasilan bagi seorang guru pada

khususnya dan bagi dunia pendidikan pada umumnya.

15

Gambar 7. Kegiatan Malam Renungan Kemerdekaan

Gambar 8. Upacara bendera sebagai sebuah upaya penanaman nilai-nilai kebangsaan

16

Begitu banyak hal yang bisa dilakukan dan dikembangkan untuk mengasah

ketajaman nilai-nilai karakter pada siswa-siswa. Implementasi dan aplikasi di kelas-

kelas pada tiap-tiap bidang studi ataupun secara menyeluruh dan utuh melalui

rangkaian program sekolah. Jika hal ini terus digiatkan dan kelak melkat dan terpatri

dalam diri siswa tentunya kualitas pendidikan di Indonesia menjadi jauh lebih baik.

Para guru tidak hanya mengajarkan rangkaian materi yang dikuasai tetapi

nemposisikan diri sebagai guru kehidupan bagi para siswa. Keberhasilan bagi seorang

guru bukan lagi diukur dari tingginya nilai ujian yang diperoleh siswa tetapi lebih

kepada seberapa banyak seorang guru mengembangkan cara mendidik yang berbasis

nilai-nilai karakter dan mampu mencetak anak-anak yang berkarakter yang dapat

diandalkan dalam kehidupan bermasyarakat.

17

C. PENUTUP

a. Kesimpulan

Pendidikan bukanlah hanya sebuah proses transfer of knowledge tetapi

pendidikan juga mengedepankan kegiatan transfer of values. Proses pendidikan

disekolah harus menyeimbangkan aspek kognitif dengan aspek afektif dan aspek

psikomotorik. Keberhasilan seorang guru dalam mengajar bukan hanya ditandai oleh

tingginya nilai-nilai dalam ujian tetapi keberhasilan terbesar bagi seorang guru dalam

proses pendidikan adalah ketika mampu mengimplementasikan nilai-nilai karakter

dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Adapun nilai-nilai yang harus senantiasa di

tanamankan dalam diri siswa diantaranya adalah nilai ketakwaan, kejujuran,

kepedulian, keberanian, kepercayaan diri serta nilai cinta tanah air.

b. Saran

Belajar adalah proses yang berlangsung secara terus menerus dalam diri

seseorang sejak dilahirkan. Sebagai instansi formal yang bergerak di bidang pendidikan

sudah saatnya sekolah memfasilitasi siswa untuk menjadi pribadi yang baik tidak hanya

secara akademik tapi juga berkarakter baik, untuk itu perlu adanya sinergis yang baik

antara para guru di sekolah dengan stakeholder lain disekolah agar dapat

mengupayakan program-program pembelajaran yang juga mengedepankan aspek

pendidikan nilai dan pemberian penglaman baik bagi siswa yang akan digunakan untuk

masa depannya. Berbagai program pembelajaran dan kegiatan – kegiatan di sekolah

perlu di rancang dengan baik agar sekolah dapat mencetak siswa siswi yang unggul dan

berkarakter baik, dan tentunya ini akan menjadi sebuah kebanggan dan keberhasilan

bagi guru sebagai penggelut dunia pendidikan.

18

D. DAFTAR PUSTAKA

H.D Iriyanto. 2012. Learning Metamorphosis Hebat Gurunya Dahsyat Muridnya.

Jakarta: Esensi

J.S. Khairen. 2014. 30 Paspor Di Kelas Sang Profesor. Jakarta: Mizan

Qiqi Yuliati Zakiyah dan H. A Rusdiana. 2014. Pendidikan Nilai Kajian Teori dan

Praktek Di Sekolah. Bandung: Pustaka Setia

Rhenald Kasali. 2014. Self Driving.Jakarta: Mizan

Sardiman. A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada