implementasi pelajaran budi pekerti dalam …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2129/1/skripsi...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PELAJARAN BUDI PEKERTI
DALAM MEMBENTUK SIKAP DISIPLIN SISWA
DI SMP NEGERI 6 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendididikan
Oleh
ANJAR WIDIYANTI
NIM. 11113123
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang
lain.” (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni)
“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik,
bagi diri kalian sendiri.” (QS. Al-Isra:7)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang mempunyai peranan
penting dalam hidupnya
1. Kepada kedua orang tuaku bapak Sugeng Harianto dan Nur Khasanah
serta nenekku yang paling tersayang, terimakasih telah menjadi orang tua
yang baik yang telah mendidikku, merawatku dengan penuh kasih sayang
dan penuh kesabaran yang tak ternilai harganya.
2. Terima kasih banyak untuk teman-temanku tercinta dan saudara-saudaraku
yang selama ini telah setia mendukungku, dan memberi semangat untuk
mengerjakan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai.
3. Institut Agama Islam Negeri Salatiga, dimana tempat yang telah penulis
pilih untuk menuntut ilmu. Semoga ilmu yang diperoleh penulis dapat
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
4. Untuk keluarga besarku SMC dari angkatan Dedikato, Elano, Awarnes,
Willpower, Zealous, Cambioso, Extender, Fidelio, Cakrawangsa,
Gamananta dan Ovedio terima kasih untuk pengalaman dan ilmunya.
Salam melodi !!!
5. Untuk keluarga besarku SSC terimakasih untuk pengalaman yang sangat
berharga. Bravo olahraga !!!
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi
Muhammad Saw., yang telah mencapai puncak kesuksesan tertinggi sepanjang
kehidupan manusia yang pernah ada. Serta keluarga, sahabat dan pengikutnya
hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana
Pendidikanpada Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan dorogan baik moril maupun materiil, sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, melalui ruang penulis mengucapkan
penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Dr. M.Gufron, M. Ag., selaku dosen Pembimbing Akademik
5. Bapak Rasimin, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi.
6. Bapak dan ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
karyawan karyawati IAIN Salatiga yang telah membantu semua bentuk
viii
administrasi dan informasi sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan .
Akhirnya penulis berharap, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan
menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Dalam penyusunan
skripsi ini, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal
ini dikarenakan keterbatasan dari segala aspek yang dimiliki oleh penulis
sendiri. Untuk itu, kritik dan saran terbuka luas dan selalu penulis harapkan
dari pembaca yang budiman guna kesempurnaannya. Mudah-mudahan skripsi
yang sederhana ini mampu memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Salatiga, 20 September 2017
Anjar Widiyanti
NIM. 111-13-12
ix
ABSTRAK
Widiyanti, Anjar. 2017. Implementasi Pelajaran Budi Pekerti Dalam
Membentuk Sikap Disiplin Siswa di SMP Negeri 6 Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.Institut
Agama Islam Negeri (IAN) Salatiga.
Pembimbing: Rasimin M. Pd
Kata Kunci: budi pekerti, sikap disiplin
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pelajaran budi
pekerti dalam membentuk sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga. Fokus
masalah yang akan dikaji adalah bagaimana implementasi pelajaran budi pekerti
di SMP Negeri 6 Salatiga, apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat
implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin siswa di
SMP Negeri 6 Salatiga, dan apa saja hasil implementasi pelajaran budi pekerti
siswa di SMP Negeri 6 Salatiga.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan dengan
tahap persiapan, pelaksanaan, penyelesaian. Subjek penelitian adalah sikap
disiplin siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan tiga komponen
utama yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi data.
Hasil penelitian diketahui bahwa Implementasi pelajaran budi pekerti dalam
membentuk sikap disiplin siswa SMP Negeri 6 Salatiga sudah diterapkan dan
berjalan dengan baik di SMP Negeri 6 Salatiga. Komponen dalam pelajaran budi
pekerti meliputi komponen mandiri, komponen keagamaan dan komponen
kesusilaan. Penerapan pelajaran budi pekerti dilakukan dua minggu sekali pada
hari Sabtu di jam terakhir yang disampaikan oleh guru kelas dan guru
pendamping. Metode yang digunakan dalam penerapan pelajaran budi pekerti
yaitu metode ceramah, presentasi, dan bermain peran. Faktor pendukung dan
faktor penghambat dalam penerapan pelajaran budi pekerti di SMP Negeri 6
Salatiga. Faktor pendukungnya antara lain adanya sarana dan prasarana yang
mendukung, materi yang telah disediakan oleh kepala sekolah, perhatian orangtua.
Karena orang tualah yang menjadi faktor utama dalam mendidik anak.
Implementasi hasil pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin siswa
di SMP Negeri 6 Salatiga adalah adanya peningkatan sikap disiplin yang lebih
baik. Selain perubahan pada sikap disiplin, siswa memiliki kesadaran atas
kesalahan-kesalahan dan pelanggaran yang telah mereka perbuat dan memiliki
usaha untuk berubah agar lebih disiplin dan baik lagi.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN BERLOGO ........................................................................................ ii
PENGESHAN KELULUSAN ............................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iv
MOTTO.................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Fokus Masalah .............................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
D. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 4
E. Definisi Operasional ..................................................................................... 5
F. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 7
G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Budi Pekerti ................................................................................................ 11
1. Pengertian Budi Pekerti .......................................................................... 11
2. Tinjauan Konseptual Tentang Budi Pekerti .......................................... 13
3. Komponen Budi Pekerti ......................................................................... 16
4. Tujuan Budi Pekerti ............................................................................... 17
5. Tahapan Budi Pekerti ............................................................................. 18
xi
6. Prinsip- Prinsip Dasar Pemikiran Pendidikan Budi Pekerti ................... 19
B. Disiplin ....................................................................................................... 21
1. Pengertian Disiplin ................................................................................. 21
2. Unsur Disiplin ....................................................................................... 22
3. Macam- Macam Disiplin ........................................................................ 23
4. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Disiplin ............................... 24
5. Fungsi Disiplin ....................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................... 29
B. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 30
C. Sumber Data .............................................................................................. 30
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 31
E. Teknik Analisis Data ................................................................................. 32
F. Pengecekan Keabsahan Data .................................................................... 33
G. Tahap- tahap Penelitian ............................................................................. 35
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Paparan Data Lokasi Penelitian ................................................................ 36
1. Profil dan Sejarah SMP Negeri 6 Salatiga ............................................ 36
2. Identitas Sekolah ................................................................................... 37
3. Visi-Misi ................................................................................................ 38
4. Program SMP Negeri 6 Salatiga ........................................................... 39
5. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan .................................................... 40
6. Sarana dan Prasarana ............................................................................ 41
xii
7. Hasil Yang Diharapkan Dari Kegiatan KBM ...................................... 42
8. Indikator Keberhasilan .......................................................................... 43
9. Upaya-Upaya Yang Ditempuh Dalam Mencapai Tujuan .................... 43
B. Temuan Peneliti ..................................................................................... 46
1. Pelajaran Budi Pekerti ............................................................................ 46
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pelajaran Budi Pekerti di
SMP Negeri 6 Salatiga ............................................................................... 50
3. Hasil Implementasi Pelajaran Budi Pekerti dalam Membentuk Sikap
Disiplin Siswa di SMP Negeri 6 Salatiga ................................................... 51
C. Analisis Data .......................................................................................... 53
1. Pelajaran Budi Pekerti ............................................................................ 53
2. Implementasi Pelajaran Budi Pekerti ..................................................... 54
3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pelajaran Budi Pekerti di
SMP Negeri 6 Salatiga58Hasil Implementasi Pelajaran Budi Pekerti dalam Membentuk Sikap Disiplin Siswa di SMP Negeri 6 Salatiga 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 61
B. Saran ........................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 63
LAMPIRAN- LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Suasana Pelajaran Budi Pekerti
Gambar 4.2 Materi Budi Pekerti
Gambar 4.3 Materi Budi Pekerti
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2.Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 3.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 4.Surat Pengajuan Pembimbing
Lampiran 5.Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 6.Laporan SKK
Lampiran 7.Pedoman Wawancara
Lampiran 8. Daftar Responden
Lampiran 9. Jadwal Pelajaran SMP Negeri 6 Salatiga
Lampiran 10. Dokumentasi Foto Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam arti yang luas disiplin mengacu pada pola tingkah laku yang kuat
untuk melaksanakan apa yang sudah menjadi norma, etik, dan peraturan yang
ada di masyarakat maupun di sekolah. Dengan disiplin, diharapkan siswa
dapat menaati dan melaksanakan peraturan yang telah ada. Berkaitan dengan
itu, kenyataan yang terjadi pada saat ini di sekolah, anak kurang disiplin dan
kurang memiliki rasa tanggung jawab di sekolah, misalnya; tidak
mengerjakan pekerjaan rumah (PR), mencoret-coret bangku, tidak tertibpada
saat upacara bendera, tidak berpakaian rapi, sering datang terlambat, kurang
hormat terhadap guru.
Hal ini merupakan dasar dalam pembentukan kepribadian siswa. Jika
kebiasaan ini tidak ditemukan pemecahan masalahnya maka tujuan
pendidikan nasional akan sulit terwujud. Sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional bahwa pendidikan harus dilaksanakan untuk meningkatkan akhlak
yang mulia dan budi pekerti luhur. Budi pekerti mempunyai peranan yang
penting dalam kehidupan manusia, budi pekerti merupakan pedoman
pembimbing dan pendorong dalam diri manusia untuk mencapai kualitas yang
lebih baik dan sempurna. Budi pekerti merupakan alat pengembang dan
pengendalian yang penting. Oleh karena itu budi pekerti sebagai dasar
penentu dalam perkembangan dan pembinaan rasa kemanusiaan, maka
pemahaman dan pengalaman yang benar sangat dibutuhkan.
2
Dari permasalahan di atas, terdapat banyak faktor yang memengaruhi
anak kurang menunjukkan sikap disiplin, diantaranya lemahnya perhatian
orang tua, orang tua sibuk dengan pekerjaannya, keluarga yang broken home,
pengaruh pergaulan lingkungan sekitar, penyalahgunaan teknologi, kurangnya
pendekatan dari orang tua dan juga guru di sekolah. Dalam hal ini, semua
aspek kehidupan harus terlibat untuk membenahi kedisiplinan dan budi
pekerti yang telah luntur.
Jika seorang anak berada di lingkungan sekolah, maka yang akan
mengajarkan pendidikan budi pekerti adalah semua orang dewasa di sekolah.
Secara terus-menerus, siswa akan mengamati tingkah laku dan kebiasaan
orang dewasa di sekolah seperti, guru, staff, pengelola kantin, sampai dengan
petugas kebersihan yang dilihat sebagai contoh model mana yang baik mana
dan yang buruk. Penyampain moral budi pekerti di dalam lingkungan sekolah
maupun di lingkungan masyarakat masih memiliki banyak kendala sehingga
kurangnya pemahaman akan arti dan manfaat budi pekerti tersebut. Hal itu
dapat terlihat dalam fenomena perilaku yang tidak santun, perilaku
kekerasan,dan pelanggaran-pelanggaran tata tertib sekolah lainnya.
Di sekolah pendidikan budi pekerti telah diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran yang relevan, seperti kewarganegaraan, agama, bahasa indonesia
ataupun bahasa daerah. Dengan usaha pemerintah yang seperti ini, budi
pekerti para peserta didik masih belum tercapai sesuai dengan apa yang di
inginkan oleh sekolah. Masih banyak pelanggaran-pelanggaran tata tertib
sekolah dan banyak siswa yang tidak disiplin. Manusia yang sukses adalah
3
manusia yang mampu mengatur, mengendalikan diri yang menyangkut
pengaturan belajar. Maka erat hubungannya antara manusia sukses dengan
pribadi disiplin.
Untuk itu sekolah perlu melakukan strategi baru agar nilai pendidikan
budi pekerti dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Kebijakan
sekolah yang berbeda-beda membuat suatu sekolah menerapkan kebijakan
yang berbeda dengan sekolah lainnya. Demi tercapainya tujuan pendidikan
maka SMP Negeri 6 Salatiga menerapkan mata pelajaran tambahan yaitu
Budi Pekerti yang diwajibkan untuk semua peserta didik dari kelas VII-IX.
Jadwal mata pelajaran tambahan Budi Pekerti dilaksanakan pada hari Sabtu di
akhir jam. Pengambilan kebijakan seperti ini, penulis ingin meneliti
bagaimana peranan dari implementasi mata pelajaranBudi Pekerti dan
bagaimana peranannya dalam membentuk sikap disiplin peserta didik SMP
Negeri 6 Salatiga dengan judul skripsi “Implementasi Pelajaran Budi Pekerti
Dalam Pembentukan Sikap Disiplin Siswa Di SMP Negeri 6 Salatiga Tahun
Ajaran 2017/2018”
B. Fokus Penelitian
Adapun yang menjadi permasalahan skripsi ini adalah:
1. Bagaimana Implementasi Pendidikan Budi Pekerti di SMP Negeri 6
Salatiga?
4
2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat pelajaran
budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin Siswa di SMP Negeri 6
Salatiga?
3. Apa saja hasil dari implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk
sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Implementasi Pendidikan Budi Pekerti di SMP Negeri
6 Salatiga.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Implementasi
Pelajaran Budi Pekerti dalam membentuk sikap disiplin Siswa di SMP
Negeri 6 Salatiga.
3. Untuk mengetahui hasil dari implementasi pelajaran budi pekerti dalam
membentuk sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
jelas dan dapat meberi manfaat secara teoritis maupun praktis, antara lain:
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang
bermanfaat bagi dunia pendidikan
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk
penelitian-penelitian lanjutan yang berhubungan dengan implikasi
pendidikan budi pekerti terhadap kedisiplinan.
5
2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi baru tentang
peranan implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap
disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga.
b. Penelitian ini diharapkan dijadikn acuaan bagi sekolah lain dalam
menerapkan pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin
siswa.
E. Definisi Operasional
1. Implementasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Implementasi berarti
pelaksanaan atau penerapan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:427).
Implementasi dalam arti luas merupakan suatu penerapan ide, konsep,
kebijakan, inovasi,dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan
dampak, baik berupa perubahan pengetahuan , keterampilan maupun nilai
dan sikap (Susilo, 2007:174)
2. Budi Pekerti
Budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang
bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara
menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral
dalam hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja
sama yang lebih ditekankan pada ranah afektif tanpa meninggalkan ranah
kognitif dan ranah psikomotorik (keterampilan, terampil mengolah
data,mengemukakan pendapat, dan kerja sama) (Zuriah, 2007:19-20).
6
3. Disiplin
Dalam ilmu pendidikan, dikenal dua istilah yaitu disiplin dan
ketertiban. Menurut Arikunto(1993:114), ketertiban menunjukan
padakepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tatatertib karena
didorong atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar, misalnya
karena ingin mendapatkan pujian dari atasan. Disiplin menunjuk pada
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena
didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Biasanya
ketertiban terjadi lebih dahulu baru kemudian berkembang menjadi
disiplin.
4. Sikap
Menurut Stephen dan Timothy, 2008:92 , mendefinisikan sikap
(attitude) adalah pernyataan evaluative, baik yang menyenangkan maupun
tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau peristiwa. Sikap
(attitude) menurut Purwanto (2000:141) merupakan suatu cara berinteraksi
terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan
cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapinya.
Dalam hal ini, sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku
manusia untuk bereaksi. Oleh karena itu, orang yang memiliki sikap positif
terhadap suatu objek atau situasi tertentu ia akan memperlihatkan kesukan
atau kesenangan (like), sebaliknya orang yang memiliki sikap negative ia
akan memperlihatkan ketidaksukaan atau ketidak senangan (dislike).
7
F. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian yang dilakukan sebagai pembanding yang tidak terlepas
dari topik.
Berdasarkan penelilitian yang dilakukan oleh Patonah, Siti Nor. 2009.
Pengaruh Implementasi Tata Tertib Sekolah Terhadap Sikap Disiplin Siswa
(Studi Kasus di MI Darussalam Rejosari Kecamatan Bancak Tahun 2009).
Peraturan dan tata tertib merupakan dua hal yang sangat penting bagi
kehidupan sekolah sebagai sebuah organisasi yang menyelenggarakan
pendidikan. Untuk menjaga berlakunya peraturan dan tata tertib diperlukan
kedisiplinan dari semua personil sekolah, yakni siswa, guru, karyawan, atau
karyawati dan pengelola sekolah itu sendiri. Disiplin sering kali dihubungkan
dengan kontrol. Disiplin diri dalam ketertiban sudah menjadi siasat. Tujuan
akhir dari peraturan adalah mencapai efektifitas pengajaran tanpa
menyampingkan kepentingan masing-masing.
Jannah, Roudlotul. 2015. Pemikiran Hamka Tentang Nilai-Nilai
Pendidikan Budi Pekerti.Temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemikiran Hamka tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti yaitu (a) nilai
pendidikan budii pekerti terhadap Allah berupa ketakwaan, keimanan,
tawakkal, syukur, taubat, sabar, dan istiqamah, (b) nilai pendidikan budi
pekerti terhadap diri sendiri berupa tanggung jawab, iffah, dan pengendalian
diri, (c) nilai pendidikan budi pekerti terhadap orang tua berupa birrul
8
walidain, dan mentaati kedua orang tua dalam kebaikan, (d) nilai pendidikan
budi pekerti terhadap orang lain berupa kejujuran, amanah, pemaaf,
dermawan, rendah hati, kemanusiaan, toleransi, keadilan dan ihsan. Adapun
relevansi pemikiran Hamka tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti dengan
pendidikan saat ini adalah sama-sama terdapat pendidikan religious, nilai
pendidikan kejujuran, nilai pendidikan toleransi, nilai pendidikn peduli sosial
dan pendidikan tanggung jawab, sehinggapemikiran Hamka tentang nilai-nilai
pendidikan budi pekerti sangat tepat jika diajarkan pada pendidikan saat ini.
Skripsi ini didalamnya terdapat kesimpulan yang penting, bahwasannya
Hamka membahaskan budi pekerti sangat luas, tetapi sebenarnya kalau
dispesifikasikkan yang dimaksud nilai pendidikan budi pekerti terhadap Allah
tidak lain adalah penanaman nilai pendidikan akidah , nilai pendidikan budi
pekerti terhadap diri sendiri tidak lain adalah penanaman nilaipendidikan
tasawuf, nilai pendidikan budi pekerti terhadap orang tua tidak lain adalah
penanaman nilai pendidikan birrul walidain, dan nilai pendidikan budi pekerti
terhadap orang lain tidak lain adalah penanaman nilai pendidikan sosial.
Dalam jurnal Elfrianto. 2015. Urgensi Keseimbangan Pendidikan Budi
Pekerti di Rumah dan Disekolah. Melihat fenomena yang terjadi pada peserta
didik di Indonesia hari ini, rasanya dunia pendidikan di negeri ini sudah
keluar dari rel yang dicita-citakan para pendiri negeri dulu. Duni pendidikan
Indonesia saat ini menghasilkan manusia-manusia dengan pola piker kapitalis,
liberalis dan dengan kadar moralitas yang sangat rendah. Seperti ada missing
link. System pendidikan masa kini paling tidak mengurangi unsure moralitas,
9
akhlak, etika, budi pekerti tau nama lain yang sinonim dengan itu, yang
seharusnya menjadi ruh yang paling utama dari dunia pendidikan. Tapi pada
sisi lain, pendidikan budi pekerti di sekolah tidak cukup untuk memberikan
pembelajaran tentang etika dan budi pekerti hanya dalam tempo beberapa jam
saja sehari. Orang tualah yang seharusnya menjadi first teacher dalam
membentuk kepribadian, pola pikir, pola sikap, dan pola hidup anak. Tapi
yang banyak terjadi adalah orang tua malah menyerahkan pendidikan
moral/akhlak anak-anaknya kepada pihak sekolah dengan mentah-mentah.
Perbedaan penelitian oleh Siti Patonah dan Roudlotul Jannah yaitu pada
metode penelitinnya, sedang penelitian Elfrianto dengan penelitian yang
dilakukan penulis yaitu pada keterkaitan pendidikan budi pekerti dirumah
dengan sekolah. Bahwa peran orang tua juga berpengaruh dalam
pembentukan moral, akhlak, etika dan budi pekerti pada anak. Pada penelitian
yang dilakukan penulis melihat peranan pendidikan budi pekerti yang
diberikan terpisah yang biasanya diintegrasikan pada pelajaran-pelajaran lain.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yang secara
sistematis dapat dijabarkan sebgai berikut:
BAB I: Bab pendahuluan menjelaskan secara umum tentang arah
penelitian yang dilakukan. Bagian ini mengurai tentang konteks atu latar
belakang penelitian, fokus penelitian, Kajian penelitian terdahulu yang berisi
tentang gambaran terhadap penelitian terdahulu yang masih relevan mengenai
pelajaran budi pekerti dan sikap disiplin di sekolah.
10
BAB II: Kajian teori digunkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan kenyatan di lapangan, terdiri dari deskripsi teori yang berisi
tentang paparan budi pekerti, sikap, dan disiplin di sekolah.
BAB III: Bagian ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah
penelitian secara opersional yang meliputi: pendekatan penelitian, jenis
penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,
analisis data, pengecekan keabsahaan data, dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV: Paparan data dan analisis yang merupakan uraian atas paparan
data yang disajikan dengan topikyang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan
penelitian dan hasil analisis data tentang implementasi pelajaran budi pekerti
dalam membentuk sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga tahun 2017.
BAB V: Penutup, bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari
kesimpulan, tindak lanjut peneliti, saran dan kata penutup.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Budi Pekerti
1. Pengertian budi pekerti
Istilah budi pekerti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2010:170)terdiri dari dua kata, yaitu budi dan pekerti yang tidak dapat
dipisahkan, kedua kata tersebut adalah bagian yang saling terkait. Budi
berarti panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik buruk. Pekerti
berarti perangai, tingkah laku, akhlak. Dengan demikian budi pekerti
berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berperilaku.
Dari pengertian pendidikan dan budi pekerti dapat diartikan
pendidikan budi pekerti merupakan program pengajaran di sekolah yang
bertujuan mengembangkan watak atau tabiat siswa dengan cara
menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral
dalam hidupnya melalui kejujuran, disiplin, dan kerja sama yang lebih
ditekankan pada ranah afektif (perasaan dan sikap) tanpa meninggalkan
ranah kognitif(berpikir rasional) dan ranah psikomotorik (keterampilan,
terampil mengolah data, mengemukakan pendapat, dan kerja sama)
(Zuriah, 2007:19-20).
Selain dikenal sebagai tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar
Dewantara juga mengembangkan pendidikan budi pekerti yang
merupakan salah satu pendukung utama dalam melaksanakan tujuan
12
pendidikan nasional. Menurut Ki Hajar Dewantara, Budi Pekerti berarti
pikiran, perasaan, kemauan. Sedangkan pekerti berarti tenaga. Budi
pekerti itu sifatnya jiwa manusia, mulai angan-angan sampai tujuan yang
terjelma sebagai tenaga. Jadi yang dimaksud budi pekerti menurut Ki
Hajar Dewantara adalah bersatunya gerak pikiran, perasaan dan kehendak
atau kemauan yang akhirnya menimbulkan tenaga (Ki Hajar Dewantara,
1977:25).
Menurut Salam (2000:35) dalam I Nyoman (2006:98) menyatakan
bahwa budi tumbuh di dalam jiwa, bila sudah dilahirkan dalam bentuk
perbuatan namanya pekerti. Jadi budi pekerti, pangkal dari dalam jiwa,
ketika masih menjadi angan, imaji, cita, niat hati sampai ia lahir ke luar
berupa perbuatan nyata. Dalam kaitannya dengan perbuatan dibedakan
menjadi: (1) tujuannya baik, tetapi cara mencapainya tidak baik, (2)
tujunnya tidak baik, tetapi cara mencapainya kelihatannya baik,(3)
tujuannya tidak baik, cara mencapainya juga tidak baik,(4)tujuannya baik,
dan cara mencapainya juga baik. Jika tingkah laku seseorang termasuk
dalam klasifikasi yang keempat (tujuannya baik dan cara mencapainya
juga baik) maka orang tersebut disebut berbudi pekerti baik atau berbudi
pekerti luhur. Sementara jika tingkah laku seseorang termasuk klasifikasi
yang lain, seseorang yang melakukan tingkah laku itu disebut berbudi
pekerti kurang baik atau tidak luhur.
13
Jadi dapat disimpulkan budi pekerti yang dimaksud oleh penulis
adalah penanaman nilai budi pekerti seperti sopan santun, tanggung
jawab , disiplin ikhlas.
2. Tinjuan konseptual tentang budi pekerti
Istilah budi pekerti sering disinonimkan dengan akhlak, moral, dan
juga etika. Karena pada dasarnya semuanya mempunyai fungsi yang sama
yaitu menentukan nilai dari suatu perbuatan yang dilalukan oleh manusia
dari aspek bik dan buruknya, benar dan salahnya. Beberapa kriteria di
bawah ini akan memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang
digunakan dalam pembahasan budi pekerti. Tujuannya supaya dapat
mempermudah pemahaman dan perbedaan antara istilah-istilah tersebut,
seperti penjelasan dibawah ini :
a. Akhlak
Akhlak secara etimologis menurut Nasution (1992:2) berasal dari
bahasa Arab yang merupkn bentuk jamak dari khuluk. Kata Khuluk
atau akhlak dalam ensiklopedi tematis dunia islam berarti tabi’at,
perangai, kebiasan atau krakter. Akhlak berarti budi pekerti, watak
dan kesusilaan yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap
jiwa yang benar terhadap khaliqnya dan terhadap sesama manusia
(Abdullah, 2003: 326).
Secara terminologis, akhlak menurut Al-Ghazali adalah suatu
sifat yang tetap pada jiwa seseorang, yang mendorong untuk
melakukan suatu perbuatan dengan mudah tanpa membutuhkan
14
pemikiran (Abdullah, 2003:326). Akhlak dibagi menjadi dua yaitu
akhlak mahmudah yang artinya akhlak yang baik dan akhlak
mazmumah yaitu akhlak yang buruk. Ukuran untuk menetapkan
akhklak adalah al-Qur’an dan sunnah.
b. Moral
Taufiq Rahman, (1999:9 ) kata “moral” (bahasa Inggris) yang
berarti ajaran tentang baik buruk yng diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Bahasa Al-Qur’an yang
identik dengan istilah ini adalah kata “akhlak”. Saliman dan Sudarso
(1994: 149) menyatakan di dalam kamus pendidikan dan pengajaran,
bahwa kata moral secara etimologis berasal dari bahasa latin mores
yang berarti adat kebiasaan yang menjadi dasar baik atau buruk.
Sedangkan secara terminologis moral adalah nilai-nilai atau adat
kebiasaan yang bersumber dari masyarakat baik secara terpaksa
atupun tidak. Moral bermanfaat untuk menentukan batas-batas dari
sifat-sifat atau perbuatan-perbuatan yang dapat dinyatakan baik atau
buruk dan benar atau salah.
c. Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal-usul kata), etik berasal dari bahasa
Yunani, ethosyang berarti watak kesusilaan atau adat. Adapun arti
etika dari segi istilah telah dikemukakan para ahli dengan ungkapan
yng berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Ahmad Amin
misalnya mengartikan etika adalah ilmu yang menjelaskan baik
15
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan yang harus dituju oleh manusia di
dalam perbuatan merekan dan menunjukkan jalan untuk melakukan
apa yang seharusnya diperbuat Abudin Nata (2002:88)
d. Budi pekerti
Istilah budi pekerti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2010:170)terdiri dari dua kata, yaitu budi dan pekerti yang tidak
dapat dipisahkan, kedua kata tersebut adalah bagian yang saling
terkait. Budi berarti panduan akal dan perasaan untuk menimbang
baik buruk. Pekerti berarti perangai, tingkah laku, akhlak. Dengan
demikian budi pekerti berarti kesadaran yang ditampilkan oleh
seseorang dalam berperilaku.
Dari pengertian pendidikan dan budi pekerti dapat diartikan
pendidikan budi pekertimerupakan program pengajaran di sekolah
yang bertujuan mengembangkan watak atau tabiatsiswa dengan cara
menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan
moral dalam hidupnya melalui kejujuran, disiplin, dan kerja sama
yang lebihditekankan pada ranah afektif (perasaan dan sikap) tanpa
meninggalkan ranah kognitif(berpikir rasional) dan ranah
psikomotorik (keterampilan, terampil mengolah data,mengemukakan
pendapat, dan kerja sama) (Zuriah, 2007:19-20).
16
Persamaan antara moral, etika, akhlak dan budi pekerti dapat
dilihatdari fungsinya yang sama-sama menentukan nilai sutu
perbuatan yang dilakukan oleh manusia dari aspek baik dan
buruknya, benar dan salahnya, dan bertujuan untuk memberikan
petunjuk bagi kehidupan manusia secara lahir dan batin. Sedangkan
perbedaan antara moral, etik, akhlak, dan budi pekerti yaitu moral
adalah nilai-nilai yang bersumber dari masyarakat baik karena
terpaksa ataupun tidak, etika adalah ilmu yang mempelajari tentang
bentuk-bentuk moral, akhlak adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa
seseorang yang mendorong untuk melakukan suatu perbuatan dengan
mudah tanpa membutuhkan pemikiran, sedangkan budi pekerti adalah
suatu persediaan yang telah ada pada jiwa seseorang, yang dapat
menimbulkan tingkah laku dengan mudah, tanpa membutuhkan
pemikiran.
3. Komponen budi pekerti
Menurut Pusbangkurandik, Balitbang dikbud, pendidikan budi pekerti
dikategorikan menjadi tiga komponen yaitu :
a. Keberagamaan, terdiri dari nilai-nilai,pertama, kekhususan hubungan
dengan Tuhan, kedua, kepatuhan kepada agama, ketiga, niat baik dan
keikhlasan, keempat, perbuatan baik, kelima, pembalasaan atas
perbuatan baik dan buruk.
b. Kemandirian, terdiri dari nilai-nilai, pertama, harga diri, kedua,
disiplin, ketiga, etos kerja (kemuan untuk berubah, hasrat mengejar
17
kemajuan, cinta ilmu, tehnologidan seni), keempat, rasa tanggung
jawab, kelima, keberanian dan semangat, keenam, keterbukaan,
ketujuh, pengendlian diri.
c. Kesusilaan, terdiri dari nilai-nilai,pertama cinta dan kasih sayang,
kedua kebersamaan, ketiga kesetiakawanan, keempat gotong-royong,
kelima tenggangrasa, keenam hormat menghormati, ketujuh
kelayakan kepatuhan, kedelapan rasa malu, kesembilan kejujuran dan
yang kesepuluh pernyatan terima kasih, permintaan maaf (rasa tahu
diri). (Depdikbud, 1977:42).
Adapun aspek-aspek yang ingin dicapai dalam pendidikan budi
pekerti adalah tiga ranah yang popular di kalangan dunia pendidikan yang
menjadi lapangan dalam pembentukan kepribadian peserta didik;pertama,
kognitif, mengisi otak, mengajarinya dari tidak tahu menjadi tahu, dan
pada tahap berikutnya dapat membudayakan akal pikiran sehingga dia
dapat memfungsikan akalnya menjadi kecerdasaan intelegensia. Kedua,
afektif, yang berkenaan dengan persaan, emosional, pembentukan sikap
didalam diri priibadi seseorang dengan terbentuknya sikap simpati,
antipasti, mencintai, membenci, dan lain sebagainya. Sikap ini semua
dapat digolongkan sebagai kecerdasan emosional.Ketiga, psikomotorik
adalah berkenaan dengan perbuatan, perilaku, dan seterusnya. (Haidar,
2004:222)
18
4. Tujuan budi pekerti
Tujuan pendidikan budi pekerti adalah untuk mengembangkan nilai,
sikap dan perilaku siswa yang memancarkan akhlak mulia/budi pekerti
luhur (Haidar:2004). Hal ini mengandung arti bahwa dalam pendidikan
budi pekerti, nilai-nilai yang ingin dibentuk adalah nilai-nilai akhlak yang
mulia, yaitu tertananmnya nilai-nilai akhlak yang mulia kedalam diri
peserta didik yang kemudian terwujud dalam tingkah laku. Dapat
dikatakan bahwa hakekat dari tujuan pendidikan budi pekerti adalah
membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, warga
masyarakat dan Negara yang baik (Muhtadi,2010:6).
Secara rinci tujuan pendidikan budi pekerti menurut Cahyoto (2002)
dalam Eni (2009:9-13) dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) mendorong
kebiasaan berperilaku terpuji sesuai nilai-nilai universal dan tradisi
budaya yang religius; (2) menanamkn jiwa kepemimpinan dan tanggung
jawab; (3) memupuk ketegaran mental peserta didik agar tidak terjerumus
pada perilaku yang menyimpang, baik secara individu maupun sosial, dan
(4) meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat tercela yang dapat
merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
5. Tahapan budi pekerti
Tahapan pertama yaitu pada masa anak-anak, yaitu dengan
membiasakan bertingkah laku serta berbuat menurut peraturan atau
kebiasaan yang umum. Jadi pada masa anak-anak yang dimulai di dalam
keluarga dan di Taman Kanak Kanak dilatih membiasakan perilaku-
19
perilaku yang baik, mulai dari hal yang sederhana sampai yang sulit
dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Misalnya:
bangun pagi, makan bersama, mandi dua kali sehari, berpakaian rapi dan
bersih, mencuci tangan setiap akan makan, berdoa setiap akan melakukan
kegiatan, berpamitan/meminta izin setiap kali akan berpergian dan lain-
lain.
Tahap kedua yaitu pada usia beranjak dewasa yaitu mulai diberi
pengertian tentang tingkah laku kebaikan dan menghindari keburukan
dalam kehidupan sehari-hari, dan ditanamkan sikap tentang sopan santun,
kesusilaan, unggah-ungguh. Untuk menanamkan hal tersebut dapat
melalui kegiatan Kepemudaaan, Pramuka, OSIS, Kelompok Pecinta
Alam, Kegiatan Palang Merah Remaja, Olahraga, Ikatan Remaja Masjid,
dan lain-lain.
Tahap ketiga yaitu pada usia dewasa, yaitu mulai ditanamkannya
norma-norma kehidupan beragama, berbangsa, bermasyarakat, mengerti
dan memahami norma etika, hukum, kesusilaan, kebudayaan, adat istidat.
Dalam penanaman budi pekerti disini harus meliputi teori dan praktik
“Ngerti, Ngrasa, Nglakoni” artinya bahwa dalam melaksanakan
pendidikan budi pekerti haruslah tertanam pengertian yang betul-betul
dipahami, dan merasa sebagai suatu kebutuhan, kemudian
melaksanakannya.
6. Prinsip-prinsip dasar pemikiran pendidikan budi pekerti
20
Prinsip dasar pemikiran budi pekerti, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Menggunakan nilai utma etika sebagai dasar pendidikn budi pekerti
yang baik.
b. Budi pekerti yang harus didefinisikan secara konferahensif pada cara
berfikir perasaan dan perilku.
c. Pendidikan budi pekerti yang efektif sebaiknya merupakan
pendekaatan yang terencana, proaktif dan menyeluruh yang mengarah
pada nilai-nilai dasar pada setiap tingkatan dari kehidupan sekolah.
d. Sekolah harus menjadi sebuah komunitas yang peduli.
e. Untuk membangun pekerti siswa membutuhkan kesempata dalam
melakukan tindakan dari kehidupan sekolah.
f. Pendidikan budi pekerti yang efektif seharusnya bermakna dan
kurikulum dapat membantu siswa dalam kesuksesannya.
g. Pendidikan budi pekerti harus dapat mendorong siswa untuk
mengembangkan motivasi dalam diri siswa.
h. Seluruh staf harus menjadi komunitas pembelajaran dan komunitas
moral, sama-sma bertanggung jawab dalam pendidikan budi pekerti
dan menjalankan nilai-nilai dasar yang sama untuk dapat memandu
pendidikan para siswa.
i. Pendidikan budi pekerti membutuhkan pembagian dukungan dan
tanggung jawab.
21
j. Sekolah harus melibatkan orang tua dan anggota komunitas sebagai
rekan utama dalam upaya pengembangan budi pekerti.
k. Evaluasi pendidikan budi pekerti harus dapat mengukur budi pekerti
sekolah, staf dan seberapa siwa mengimplementsikan budi pekerti
yang dibangun(pgsd-pgsd.blogspot.co.ic/2014/10/etika-dan-
budipekerti.html?m=1) diakses 15 Agustus 2017 10.04 WIB
B. Disiplin
1. Pengertian disiplin
Disiplin berasal dari bahasa latin “discipline” yang berarti latihan atau
pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat
(Martoyo, 1994: 56). Melalui pendidikan dan latihan setiap individu atau
kelompok dapat ditanamkan tabiat dasar sebagai landasan mewujudkan
tujuan yang hendak dicapai.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), menyatakan bahwa
disiplin adalah:
a. Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya).
b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib.
c. Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu.
Dalam ilmu pendidikan, dikenal dua istilah yaitu disiplin dan
ketertiban. Menurut Arikunto (1993:114): ketertiban menunjukan pada
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tatatertib karena
didorong atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar, misalnya
karena ingin mendapatkan pujian dari atasan. Disiplin menunjuk pada
22
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena
didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Biasanya
ketertiban terjadi lebih dahulu baru kemudian berkembang menjadi
disiplin.
Menurut Singgih Gunarsa (2002:136) bahwa fungsi utama disiplin
adalah untuk melakukan pelanggaran harus ditetapkan berdasarkandan
atau sesuai dengan peraturan yang berlaku. Rumusan sanksi berat-
ringannya hukuman harus terlebih dahulu mendapat pertimbangan logis
dan adil.
Sedang “disiplin sekolah” didefinisikan sebagai karakteristik dan
jenis keadaan serba teratur pada suatu sekolah tertentu atau cara-cara yang
mana keadaan teratur itu diperoleh; pemeliharan kondisi yang membantu
kepada pencapaian fungsi-fungsi sekolah (Sutrisna, 1987:97).
Juga Webster’s New World Dictionary memberikan sejumlah definisi
kepada kata “disiplin” itu, empat yang pokok diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, karakter atau
keadaan serba teratur dan efisien.
2) Hasil latihan serupa itu; pengendalian diri, perilaku yang tertib.
3) Penerimaan atau keptuhan terhadap kekuasaan dan kontrol;
4) Perlakuan yang menghukum atau menyiksa.
23
Dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap disiplin adalah suatu bentuk
kepatuhan dan ketaatan pada sutau perturan yang berlaku. Meskipun
dengan dorongan rasa terpaksa, nantiny akan terbiasa.
2. Unsur-unsur disiplin
Hurlock (2011;92) membagi unsur-unsur disiplin menjadi tiga yaitu:
a. Peraturan dan hukum yang berfungsi sebagai pedoman penilaian yang
baik.
b. Hukuman bagi pelanggaran peraturan dan hukum. Hukuman yang
diberikan berupa sanksi yang mempunyai nilai pendidikan dan tidak
hanya bersifat menakut nakuti saja, akan tetapi bersifat menyadarkan
anak agar tidak mengulangi perbuatannya lagi
c. Hadiah untuk perilaku yang baik atau usaha untuk berperilaku sosial
yang baik. Hadiah dapat duberikan dalam bentuk verbal dan non
verbal agar anak lebih termotivasi untuk berbuat baik lagi.
Dapat disimpulkan bahwasannya unsur dari disiplin yaitu adanya
peraturan, hukuman bagi si pelanggar peraturan tersebut dan hadiah untuk
yang menaati peraturan yang ada agar termotivasi terus untuk berbuat
baik.
3. Macam-macam disiplin
Pembahasan mengenai macam-macam disiplin dijelaskan oleh Tu’u,
dalam (Ma’sumah, 2015:14-16) yakni :
24
a. Disiplin otoritarian
Disiplin otoritarian merupakan suatu disiplin yang bersifat
memaksa kehendak orang lain untuk menaati suatu peraturan yang
berlaku. Tanpa mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan.
Apabila ada yang melanggar disiplin tersebut maka akan
mendapatkan sanksi. Begitu juga sebaliknya, apabila dapat menaati
peraturan kurang mendapatkan penghargaan karena disiplin
otoritarian ini bersifat wajib.
b. Disiplin permisif
Disiplin permisif ini merupkan disiplin yang bersifat bebas,
seseorang bebas mengambil keputusan dan bebas bertindak sesuai apa
yang diinginkan. Dalam disiplin ini juga tidak ada sanksi bagi
pelanggarnya. Namun pada disiplin ini akan mengalami kebingungan
karena seseorang tidak mengetahui mana yang diperbolehkan dan
mana yang tidak boleh.
c. Disiplin Demokrasi
Pendekatan disiplin demokrasi dilakukan dengan memberikan
penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami
mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada,
sanksi disiplin diberikan kepada seseorang yang melanggar sebagai
upaya menyadarkan, mengoreksi dan mendidik. Disiplin demokrasi
berusaha mengembangkan disiplin yang muncul karena kesadaran
diri sehingga peserta didik memiliki disiplin diri yang kuat dan
25
mantap. Dalam disiplin ini, peserta didik memiliki tanggung jawab
dan kemandirian yang tinggi.
4. Faktor yang memengaruhi pembentukan disiplin
Menurut Dodson dalam Wantah (2005:180) menyebutkan lima faktor
penting dalm pembentukan disiplin anak yaitu:
a. Latar belakang dan kebiasan dalam keluarga
Bila orang tua membiasakan diri dari kecil terbiasa hidup dalam
lingkungan yang keras, tidak memiliki disiplin, tidak menghargai
orang lain, bertingkah laku semaunya, maka kebiasaan itu akan
terbawa ketika orang tua membimbing dan menanamkan disiplin pada
anaknya.
b. Sikap dan karakter orang tua
Faktor ini sangat mempengaruhi cara-cara orang tua dalam
menanamkan disiplin pada anaknya. Orang tua selalu menganggap
dirinya benar dan tidak memperdulikan orang lain akan cenderung
membina disiplin anak-anaknya secara otoriter.
c. Latar belakang pendidikan dan status sosial ekonomi keluarga
Orang tua yang menganggap pendidikan menengah keatas dan
memiliki status sosial ekonomi baik, dapat memenuhi kebutuhan
keluarga seperti pangan, sandang pemukiman kesehatan, dan
pendidikan dapat membentuk disiplin yang lebih terencana,
sistematis, dan terarah, disbanding dengan keluarga yang mempunyai
26
pendidikan rendah dan secara ekonomi tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari yang layak.
d. Keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga.
Sebuah keluarga yang tidak harmonis atau broken home akan
memebri pengaruh negatif terhdap penanaman disiplin pada anak.
e. Cara-cara dan tipe perilaku parental, yaitu perilaku orang tua dalam
membimbing, mendidik dan menanamkan disiplin pada anak.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasannya orang tua
sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap disiplin siswa. Keluarga
yang bermasalah akan memberikan dampak negative kepada anak dalam
masalah kepribadian dan kedisiplinan.
Menurut John Pearce dalam Ningsih (2004:80) menyebutkan empat
faktor yang harus diperhatikan dalam mendisiplinkan anak yaitu sebgai
berikut:
a. Kepribadian anak
Anak yang peka (sensitive) yang mudah resah, biasanya sangat
responsive terhadap segala macam disiplin dan juga terhadap suasana
hati orang lain. Orang tua tidak perlu meninggikan suara atau
bersikap keras.
b. Usia anak
Anak yang lebih kecil, memerlukan penanaman disiplin yang
lebih eksra dengan penyampaian yang sederhana dan mudah
27
dimengerti. Anak yang lebih besar memerlukan jenis disiplin yang
mendorong pengendalian diri dan tanggung jawab.
c. Kepribadian orang tua
Kepribadian orang tua cenderung mempengaruhi cara menangani
anak, tetapi yang penting tidak membiarkan pengaruh kepribadian
orang tua menjadi terlalu besar.
d. Pengalaman disiplin anak
Pengalaman anak pada masa lampau akan menjadi slah satu
faktor yang menyebabkn disiplin anak pada masa yang akan datang.
Jadi sebagai orang tua harus selalu mengawasi kegiatan anak.
5. Fungsi disiplin
Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata
kehidupn berdisiplin yang akan mengatur seorang peserta didik sukses
dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Tu’u dalam (Ma’sumah, 2015:19-
22) menjelaskan fungsi diisplin yaitu sebagai berikut:
a. Menata kehidupan bersama
b. Menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai oraang lain
dengan cara mentati dan mematuhi peraturan yang berlaku
c. Membangun kepribadian
d. Membuaat seseorang terbiasa buntuk mengikuti, mematuhi, mentaati
aturan-aturan yang berlaku.
e. Melatih kepribadian
f. Menyadarkan anak bahwa disiplin itu penting baginya
28
g. Menyadari bahwa perbuatan yang salah akan membawa akibat yang
tidak menyenangkan dan harus ditanggung olehnya
h. Menciptakan lingkungan kondusif
i. Menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang baik yaitu
kondisi aman, tentram, tertib, teratur, saling menghargai dan
hubungan pergaulan yang baik sehingga potensi dan prestasi peserta
didik akan mencapai hasil optimal.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian
Kualitatif. Penelitian Kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian
yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupun kelompok. (Sukmadinata, 2008:60)
Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian
ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang Implementasi
Pelajaran Budi Pekerti dalam Membentuk Sikap Disiplin Siswadi SMP Negeri
6 Salatiga Tahun 2017.
Sesuai tema yang diambil, jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian lapangan (field research). Yaitu peneliti berangkat ke lapangan
untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan
ilmiah (J. Moeleong, 2006:26), alasan peneliti menggunakan jenis penelitian
ini adalah peneliti bermaksud melakukan analisis secara mendalam dibantu
dengan data yang diperoleh di lapangan sesuai dengan teori yang relevan yang
pada akhirnya bisa melakukan simpulan.
30
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP 6 Salatiga yang terletak di Jalan
Tegalrejo Raya, Tegalrejo, Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50733.
Adapun subjek penelitian adalah komponen pendidikan meliputi : kepala
sekolah, waka kesiswaan, guru wali kelas, dan siswa.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara
langsung (Arikunto, 2006:145). Digunakan untuk mendapatkan data
tentang Peranan Implementasi Pelajaran Budi Pekerti dalam Membentuk
Sikap Disiplin Siswa di SMP Negeri 6 Salatiga.
Sehubungan dengan itu, guna memperoleh data dengan melalui
wawancara, para informan telah ditentukan berdasarkan dengan
pelaksanaan pelajaran budi pekerti dan sikap disiplin siswa. Adapun
sumber data dalam penelitian ini yaitu : kepala sekolah, waka kesiswaan,
guru wali kelas, dan siswa.
2. Sekunder
Sumber data sekunder adalah pendukung atau penunjang penelitian
ini (Arikunto, 2006:145). Sumbernya berupa dokumen, arsip, buku, karya
ilmiah lainnya serta foto kegiatan belajar mengajar.
31
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan berbagai metode pengumpulan data untuk
memperoleh data yang diperlukan, metode tersebut antara lain:
1. Observasi
Marsal (1995) menyatakan bahwa, melalui observasi peneliti belajar
tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut (Sugiyono, 2014:309).
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengadakan pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap objek (Arikunto, 2002:132). Metode observasi ini digunakan
untuk mengetahui kegiatan siswa, sarana prasarana yang ada, layanan
khusus yang tersedia, kegiaatan guru, dan gambaran lainnya
2. Wawancara
Esterberg (2002: 35) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
mendapatmakna dalam suatu topik bahasan. Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,
termasuk juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam.
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara semi
terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat, ide-idenya. (Sugiyono, 2014:318)
32
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode mencari data yang berupa catatan, buku,
jurnal dan sebagainya (Arikunto, 2002:206). Dokumentasi merupkan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi
merupakan pelengkap dari metode observasi dan wawancara. Hasil
penelitian dari observasi atau wawancara akan lebihkredibel atau dapat
dipercaya kalau didukung oleh adanya dokumentsi. Pengumpulan
dokumentasi yang berkaitan dengan objek penelitian berupa buku sejarah,
buku profil sekolah, pajangan struktur, buku informasi pendataan siswa
dan guru, kurikulum pelajaran dan perangkat pembelajaran.
E. Teknis Analisis Data
Susan Stainbackm mengemukakan bahwa analisis data merupakan hal
yang penting dalam proses penelitiaan kulitatif. Analisis digunakan untuk
memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat
dikembangkan dan dievaluasi. Bogdan menyatakan bahwa analisis data
kualitatif sebagai proses mencari dan menyusun data secara sistematis yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain
(Sugiyono, 2014:332).
33
Analisis data kualitatif (Bogdan & Taylor, 1992:56) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya,
mencari dan menemukan pola, lalu menemukan apa yang penting dipelajari
dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya dalam
bentuk uraian atau laporan terperinci.
2. Reduksi data, peneliti memotong data yang tidak perluuntuk dibuang.
Laporan yang diambil hanya yang pokok saja, difokuskan pada hal-hal
yang penting.
3. Verifikasi data, sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari makna data
yang dikumpulkannya, kemudian disimpulkan untuk menjawab tujuan
penelitian.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Burhan Bungin, (2004:99) menyatakan bahwa keabsahan data
dilakakukan untuk meneliti kredibilitsnya menggunakan teknik kehadiran
peneliti di lapangan, observasi mendalam, triangulasi (menggunakan beberapa
sumber, metode, peneliti, dan teori)pembahasan melalui diskusi, melacak
kesesuaian dan pengecekan anggota.
Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah benar-
benar valid, maka peneliti menggunakan cara triangulsi metode, yakni
menggali data atau informasi yang diperoleh dari satu pihak dicek
34
kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya
dari pihak kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya dengan menggunakan
metode yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk membandingkan
informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar
terhindar dari persamaan penelitian. Untuk memperoleh keabsahan data
tersebut, maka teknik yang dilakukan:
1. Triangulasi
Tringulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding data (Moleong, 2002:178), hal itu dapat dicapai dengan jalan
membandingkan data hasil pengamat dengan hasil wawancara atau dapat
juga dengan membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang
situasi penelitian dengan apa yang dikatakan disepanjang waktu.
2. Menggunakan bahan referensi
Penggunaan bahan referensi sangat membantu dan memudahkan
peneliti dalam pengecekan keabsahan data karena dari referensi yang ada
sebagai pendukung dari observasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Menurut Eister dalam (Moleong, 2002:181) kecukupan referensi sebagai
alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan teknik untuk keperluan
evaluasi.
G. Tahap-tahap penelitian
Adapun tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh penulis sebagai berikut:
1. Tahap pra lapangan
35
Peneliti menyusun proposal dan landasan teori penelitian.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
a. Pengumpulan data
Peneliti mengadakan wawancara kepada kepala sekolah dan
perwakilan setiap bagian manajemen, mengadakan observasi dan
dokumentasi.
b. Melakukan reduksi data
Data yang sudah terkumpul direduksi untuk memudahkan peneliti
dalam mengnalisis data yang diperlukan.
3. Tahap akhir penelitin
a. Menyajikan data dalam bentuk deskriptif.
b. Menganalisis data dan penarikan simpulan.
36
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Papran Data Lokasi Penelitian
1. Profil dan Sejarah SMP Negeri 6 Salatiga
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Salatiga, adalah SMP
Negeri tertua ke-6 di Kota Salatiga, berdiri pada tahun 1982 tepatnya
bulan Agustus 1982. Sebelum berdirinya bangunan SMP Negeri 6
Salatiga menginduk pada SMP Negeri 6 Salatiga dengan Kepala sekolah
dijabat oleh Suahrdi, BA. Pada saat itu akses menuju ke SMP Negeri 6
Salatiga sangat sulit, karena jalannya masih belum terjangkau. Akan
tetapi, SMP Negeri 6 Salatiga berkembang seiring dengan perkembangan
sosial dan budaya masyarakat Kota Salatiga baik kuantitas maupun
kualitas.
Era tahun 1985 jumlah rombongan belajar masing-masing Kelas I : 3
rombongan belajar, Kelas II : 3 rombongan belajar, dan Kelas III : 3
rombongan belajar, jadi jumlah seluruhnya 9 rombongan belajar.
Kemudian tahun 1996 jumlah kelas mulai bertambah 1 rombongan
belajar, dan tahun 1998 hingga sekarang menjadi 24 rombongan belajar.
Dilihat prestasi akademis maupun non akademis hampir setiap tahun
masuk nominasi pada tingkat Provinsi Jawa Tengah. Awal tahun
Pelajaran 2009/2010 SMP Negeri 6 Salatiga ditetapkan oleh Dirjend.
Pendidikan Dasar dan Menengah Sebagai Sekolah Standar Nasional
(SSN), sudah pasti menjadi prestasi, tuntutan, dan tantangan bagi
37
kemajuan SMP Negeri 6 Salatiga itu sendiri, baik di tingkat
Kabupaten/Kota, Provinsi bahkan tingkat Nasional.
2. Identitas sekolah:
Nama Sekolah : SMP Negeri 6 Salatiga
NISN : 200060
NSS : 201036201006
NPSN : 20328439
Provinsi : Jawa Tengah
Otonomi : Daerah
Kabupaten / Kota : Kota Salatiga
Kecamatan : Argomulyo
Kelurahan : Tegalrejo
Jalan Dan Nomor : Jl. Tegalrejo Raya
Kode Pos : 50733
Telepon : (0298) 323851
Email : [email protected]
Website : smpn6salatigakota.sch.id
Status Sekolah : SMPSSN
Akreditasi : “A” Tahun 2010
Tahun Berdiri : 1982 No : 0299/O/1982 Tgl, 9 Oktober
1982
Kegiatan Kbm : Pagi
Bangunan Sekolah : Hak Milik Sekolah
38
Luas Tanah : 14.100 M2
Luas Bangunan : 3.213 M2
Lokasi Sekolah : Tegalrejo Argomulyo
Jarak Ke Pusat Kecamatan : 3 Km
Jarak Ke Pusat Kota : 2,5 Km
Organisasi Penyelenggara : Pemerintah
3. Visi dan Misi SMP Negeri 6 Salatiga
a. Visi
Unggul Dalam Mutu, Berpijak Pada Iman dan Taqwa, Yang
Berwawasan Lingkungan
Dengan Motto “ EKSIS BERSAHABAT” (Edukatif, Kreatif,
Santun, Iman-Taqwa, Sukses, Bersih, Sehat, Asri, Harmonis, Aman,
dan Berbudaya Tertib”)
b. Misi
1) Meningkatkan disiplin belajar dan mengajar secara
berkesinambungan.
2) Meningkatkan prestasi akademik dan non-akademik.
3) Mewujudkan lingkungan belajar yang kondusif.
4) Merealisasi penghayatan, pengamalan keimanan dan ketaqwaan
melalui kegiatan ibadah di sekolah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
5) Mewujudkan sekolah adiwiyata.
39
4. Program SMP Negeri 6 Salatiga
Rencana pengembangan sekolah :
a. Fisik
1) Menambah ruang kelas untuk memenuhi kebutuhan minimal.
2) Mengoptimalkan penggunaan laboratorium Biologi dan Fisika
3) Memperbaiki Laboratorium Bahasa
4) Merenovasi ruang kelas
5) Menata lingkungan belajar
6) Menyediakan sumber pembelajaran yang berbasis lingkungan
7) Melengkapi sarana-prasana menuju Sekolah Sehat.
b. Keimanan dan Akhlak Mulia
1) Melanjutkan kegiatan membaca Al qur’an dan Asmaul Husna
setiap hari Jum’at pada hari efektif bagi siswa muslim.
2) Melanjutkan kegiatan pendalaman Alkitab bagi siswa Kristen dan
Katholik.
3) Melanjutkan kegiatan Shollat Berjama’ah setiap hari Senin –
Kamis pada hari efektif.
4) Melanjutkan kegiatan Shollat Jum’at berjamaah setiap hari Jum’at
pada hari efektif.
5) Melaksanakan kegiatan Infaq setiap hari Jum’at bagi siswa yang
beragama Islam dan Persembahan bagi siswa yang beragama
Kristen dan Katholik.
40
6) Melaksanakan kegiatan Shollat Idul Adha dengan mempraktikan
berkurban.
7) Melaksanakan kegiatan dalam rangka peringatan hari besar
keagamaan.
8) Melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler keagamaan seperti Baca
Tulis Alqur’an, Qiroah, Tahfidzul Qur’an, Kajian Alkitab.
9) Melaksanakan kegiatan Pengajian bagi guru dan karyawan
SMPNegeri 6 Salatiga.
10) Melaksanakan budaya salam dan berjabat tangan.
5. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan
Sebagai sekolah yang berwawasan keunggulan, SMP Negeri 6
Salatiga bertujuan:
a. Unggul dalam kegiatan keagamaan dan kepedulian sekolah.
b. Unggul dalam perolehan nilai Ujian Nasional.
c. Unggul dalam persaingan masuk ke jenjang SMA/SMK Negeri.
d. Unggul dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama
bidang komunikasi, Sains dan Matematika.
e. Unggul dalam lomba Olahraga, KIR, Kesenian, PMR, Paskibra, dan
Pramuka.
f. Unggul dalam kebersihan dan penghijauan sekolah.
6. Sarana dan Prasarana
Lingkungan belajar nyaman dan mudah dijangkau oleh transportasi
umum, memiliki semua fasilitas yang diperlukan merupakan salah satu
41
syarat bagi keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. SMP Negeri 6
Salatiga terletak di tempat yang srategis tepatnya di jalan yang dapat
diakses oleh semua transportasi umum, hal ini memudahkan bagi setiap
pelanggan yang hendak berhubungan dengan pihak kami. Secara
planologis letak SMP Negeri 6 Salatiga berada wilayah Tegalrejo,
Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga di Provinsi Jawa Tengah, yang
dikelilingi oleh beberapa pepohonan yang hijau dan pemandangan yang
sangat indah. Selain itu juga didukung oleh tatanan organisasi dan sistem
manajemen yang siap menghadapi persaingan global. Tidak
mengherankan bila banyak peserta pendidikan dan pelatihan maupun para
stake holders memberikan komplimen terhadap organisasi ini dari sisi
geografis.
Beberapa fasilitas yang ditawarkan SMP Negeri 6 Salatiga ini adalah:
a. Laboratorium Multimedia.
Di ruangan inilah pihak dari SMP Negeri 6 Salatiga biasa
melakukan pertemuan dengan tamu-tamu dari pihak lain. Dalam
ruangan ini fasilitasnya cukup memadai, karena telah dilengkapi
dengan sound system yang baik dan enak didengarkan, selain itu juga
ada fasilitas LCD Proyektor untuk menampilkan presentasi
b. Ruang Belajar.
Terdapat sejumlah 24 ruang untuk pembelajaran teori bagi siswa
SMP Negeri 6 Salatiga. Juga terdapat beberapa ruangan belajar lain
42
seperti Laboratorium IPA, Laboratorium Komputer dan Ruang
Ketrampilan, yang kesemuanya itu dibangun guna mempermudah dan
mengefektifkan pembelajaran bagi siswa SMP Negeri 6 Salatiga.
c. Pusat Informasi.
Perpustakaan SMP Negeri 6 Salatiga memiliki stok buku yang
sangat banyak. Yang terdiri dari buku pelajaran, BSE, buku fiksi,
buku non fiksi, Al-Qur’an, atlas,dan buku referensi yang ditulis dalam
bahasa Indonesia, Inggris, belum termasuk majalah dan penerbitan
lainnya. Di dalam perpustakaan juga disediakan peta, globe dan
berbagai peralatan pendukung lain untuk mempermudah
pembelajaran. Juga termasuk data elektronik melalui e-mail dan akses
internet yang dapat digunakan setiap.
7. Hasil-Hasil Yang Diharapkan Dari Kegiatan KBM
a. Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara
mantap
1) Nasionalisme dan pratiotisme dan berkepribadian Pancasila
2) Motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi dan
keunggulan
3) Wawasan Iptek yang mendalam
4) Kepekaan sosial sifat kepemimpinan yang baik
5) Disiplin tinggi
6) Kondisi fisik yang prima
7) Gemar membaca dan menulis
43
8) Mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
8. Indikator-Indikator Keberhasilan KBM
a. Rata-rata NEM keluar ( output ) minimal 7,0
b. Prosentase keluaran yang diterima di berbagai sekolah lanjutan
favorit cukup tinggi
c. Pengelolaan ekstrakulikuler dapat menunjang bakat siswa.
9. Upaya-Upaya yang ditempuh Dalam Mencapai Tujuan
Sekolah dikelola dengan mendasarkan pada pengelolaan persekolahan
SMP Negeri 6 Salatiga yang terbagi dalam bidang-bidang sebagai berikut:
a. Pengelolaan bidang kurikulum
1) Struktur kurikulum
Struktur kurikulum di SMP Negeri 6 Salatiga meliputi
substansi pembelajaran yang terdiri atas sejumlah mata pelajaran,
muatan lokal, dan pengembangan diri.
2) Teknik dan kiat pelaksanaan kurikulum
Untuk meningkatkan prestasi belajar yang memadai, SMP
Negeri 6 Salatiga melakukan terobosan dalam pelaksanaan
kurikulum, antara lain:
a) Lokakarya persiapan kegiatan belajar mengajar
b) Peningkatan hasil belajar siswa
c) Pemantapan mental dan keterampilan teknis
d) Peningkatan keimanan dan ketaqwaan
2) Penyediaan fasilitas perpustakaan
44
Untuk menunjang proses belajar mengajar, perpustakaan
SMP Negeri 6 Salatiga selalu berupaya untuk membeli buku-
buku pelajaran, ensiklopedia baru, maupun kumpulan soal-soal.
Namun itu saja belum cukup, karena masih kurangnya tempat dan
juga waktu siswa untuk membaca di dalam perpustakaan.
b. Pengelolaan Bidang Kesiswaan
1) Kegiatan ekstrakulikuler
Kegiatan ekstrakulikuler yang ada di SMP Negeri 6
Salatigaterdapat berbagai macam kegiatan yang tentunya para
siswa dapat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sesuai dengan
bakat dan minatnya. Kegiatan ekstrakulikuler antara lain:
Paskibra, Pramuka, Futsal, Drum Band, BTQ, Voli, Tari,
Menyanyi, Gamelan, Band.
2) Penanaman citra keteladanan
Untuk menanamkan citra keteladanan, SMP Negeri 6
Salatiga selalu melakukan masa pengenalan sekolah bagi siswa
baru dengan tujuan membuat peserta didik selalu mencintai
sekolah dan almamater dengan pedoman bahwa sekolah adalah
rumah kedua setelah rumah sendiri.
3) Hubungan siswa dengan guru
Hubungan siswa dan guru diupayakan tertanam secara
harmonis, akrab, penuh penghormatan. Pengembangan hubungan
yang demikian dilaksanakan sekaligus dalam rangka
45
pengembangan kultur sekolah yang harmonis dan saling
menghormati.
c. Pengelolaan bidang hubungan masyarakat
1) Kerjasama dengan komite sekolah
Komite sekolah merupakan lembaga independen bekerjasama
dengan penyelenggara pendidikan dengan memberikan peran
yang sangat besar dalam memberikan sumbangan pemikiran
terhadap penyelenggara pendidikan di sekolah. Fungsi komite
sekolah adalah sebagai mitra utama sekolah untuk
menyelenggarakan pendidikan.
2) Hubungan dengan lingkungan masyarakat
Hubungan kerjasama ini dimaksudkan untuk:
a) Menjaga keamanan sekolah, dalam hal ini SMP Negeri 6
Salatiga dan lingkungannya
b) Menata dan menjaga taman sekolah.
c) Hubungan dengan instansi terkait
Dalam hal ini, hubungan yang sering dilaksanakan adalah
dibutuhkannya SMP Negeri 6 Salatiga sebagai tempat PPL
mahasiswa perguruan tinggi
d. Pengelolaan bidang sarana dan prasarana
1) Pengadaan sarana prasarana yang dibutuhkan.
46
Dalam hal ini, SMP Negeri 6 Salatiga berusaha memenuhi
sarara prasarana yang dibutuhkan oleh madrasah, namun
mestinya semua itu juga butuh proses untuk melengkapi
semuanya. Misalnya masih kurangnya kelas atau ruang, ini sudah
diupayakan dengan cara memperluas lahan madrasah (tinggal
menunggu pembangunan).
2) Mengontrol sarana prasarana yang ada
Tugas ini kelihatannya mudah, tetapi butuh waktu yang
ekstra. Karena sarana prasarana yang dimiliki oleh madrasah
tentunya digunakan oleh banyak sekali pengguna juga sudah ada
bagian-bagian tersendirinya untuk bertanggungjawab atas sarana
prasarana tersebut.
B. Temuan Peneliti
1. Implementasi pelajaran budi pekerti
Menurut ibu U sebagai guru agama dan juga seabagai wali kelas IX
beliau memberikan penjelasan ketika diwawancarai oleh penulis
mengenai pelaksanaan pelajaran budi pekerti dan metode yang digunakan
dalam pelaksanaan sebagai berikut:
“Pelajaran budi pekerti dilaksanakan di hari Sabtu di jam
terakhir. Sistem penyampaiannya oleh dua guru yaitu guru wali
kelas pada minggu pertama dan guru pendamping pada minggu
berikutnya. Materinya berkaitan dengan bagaimana bertutur kata
yang baik, bagaimana etika dalam berpakaian yang baik beretika
saat dalam rapat, cara penggunaan facebook dan masih ada
beberapa materi lainnya yang berkitan dengan budi pekerti. Saya
biasanya menggunakan metode ceramah, presentasi, tanya
jawab mbak.”(wawancara dengan ibu U pada Senin, 04
47
September 2017, pukul 11.00 WIB di ruang guru SMP Negeri 6
Salatiga).
Hal serupa diungkapkan oleh ibu L saat di wawancarai oleh penulis
sebagai berikut:
“Pelaksanaan pelajaran budi pekerti pada hari Sabtu mbak jam
terakhir dua kali dalam sebuln., kemudian metode yang saya
terapkan di SMP N 6 ini seperti pada pelajaran yang lain, yaitu
metodenya seperti ceramah, presentasi, dan juga bermain peran,
seperti itu mbak”. (wawancar dengan ibu L pada hari Rabu, 06
September 2017, pukul: 10.00 WIB di ruang UKS SMP Negeri
6 Salatiga).
Kemudian yang diungkapkan oleh waka kesiswaan bapak H
mengenai pelaksanaan dan metode yang digunakan dalam pelaksanaan
pelajaran budi pekerti sebagai berikut:
“Pelajaran budi pekerti dilaksanakan pada hari Sabtu mbak di
jam terakhir, tahun kemarin saya mengajar pelajaran budi
pekerti menggunakan metode Presentasi , Tanya jawab dan
diskusi, karena saya tahun ini minta kepada kepala sekolah agar
tidak diberi amanat menyampaikan pelajaran budi pekerti,
karena saya sedang melanjutkan pendidikan saya.” (wawancara
dengan bapak U pada hari Selasa 05 September 2017, pukul :
08.00 WIB di Ruang Kesiswan SMP Negeri 6 Salatiga)
Terkait dengan pelaksanaan pelajaran budi pekerti dan metode yang
digunakan kepala sekolah ibu M mengungkapkan sebagai berikut:
“Karena pendidikan budi pekerti tidak masuk menjadi mata
pelajaran meskipun diintegrasikan saya ingin memfokuskan
budi pekerti menjadi mata pelajaran tambahan. Menjadikan
pelalajaran tambahan yang saya jadwalkan dihari Sabtu jam
terkhir. Metode yang digunakan dalam penerapannya
menggunakan metode ceramah, presentasi, simulasi, tanya
jawab dan bermain peran.” (Wawancara dengan ibu M pada
hari Rabu, 06 September 2017, pukul : 08.00 WIB di ruang
kepala sekolah SMP Negeri 6 Salatiga)
48
Observasi yang dilakukan penulis pada saat pelajaran budi pekerti dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Pelajaran budi pekerti dilaksanakan pada hari Sabtu jam terakhir. Pada saat
observasi yang dilakukan penulis di kelas IX E materi yang diberikan
mengenai Etika Berpakaian. Dalam materi tersebut terdapat 17 slide power
point yang menampilkan gambaran cara berpakaian yang baik yaitu :
berpakaian sesuai dengan ketentuan agama masing-masing, menggunakan
pakaian yang bersih dan rapi, ukuran yang sesuai dengan badan, tidak terlalu
panjang, tidak ketat, tidak seronok, tidak sobek-sobek, jangan berlebihan
(korban mode), tidak memakai aksesoris yang berlebihan, tidak memakai
warna yang mencolok, berpakaian sesuai gender, kemudian slide terakhir
berisikan tugas untuk siswa mencari gambar yang tidak sesuai dengan etika
serta memberikan alasan mengapa tidak sesuai.Dalam menyampaikan materi
tersebut guru menggunakan metode ceramah, presentasi dan juga tanya jawab.
(Observasi pada 2 September 2017 pukul 10.35 WIB di kelas IX E SMP
Negeri 6 Salatiga)
49
Gambar 4.1
Suasana pelajaran budi pekerti
Sedangkan materi pelajaran budi pekerti yang digunakan di SMP Negeri
6 Salatiga menurut ibu U yaitu sebagai berikut:
“Materi budi pekerti yang akan di ajarkan kepada siswa kita
dapatkan dari ibu kepala sekolah mbak dalam bentuk file power
point. Materinya berkaitan dengan budi pekerti antara lain etika
berbicara dengan baik, etika berpakaian, etika menggunakan
facebook dan masih ada beberapa materi lainnya. Contohnya
dalam materi berbicara baik itu dijelaskan pada saat berbicara
dengan orang lain itu tidak boleh menggunakan kata-kata kotor,
tidak boleh membicarakan kejelekan orang lain seperti itu
50
mbak” (Wawancara dengan ibu U pada hari Senin pukul : 11.00
WIB di ruang guru SMP Negeri 6 Salatiga)
Hal yang sama diungkapkan oleh ibu L tentang materi pelajaran budi
pekerti yang diterapkan di SMP Negeri 6 Salatiga sebagai berikut:
“Materi pelajaran budi pekerti diberikan untuk semua jenjang
dari kelas VII sampai kelas IX. Materinya dibuatkan oleh ibu
kepala sekolah. Materinya tentang etika berbicara yang baik,
etika berpakaian, etika menggunakan facebook”(Wawancara
dengan ibu L pada hari Rabu pukul 10.00 WIB di ruang UKS
SMP 6 Salatiga)
Ungakapan yang disampaikan waka kesiswaan pak H berkaitan dengan
materi budi pekerti yaitu sebagai berikut:
“Jadi mbak pertemuan pertama itu anak dikenalkan dengan
pengertian etika yang berkaitan dengan budi pekerti, dengan
begitu anak menjadi tau manfaat , fungsi dan contoh perilaku
yang baik dan buruk. Pada pertemuan kedua siswa diberi tahu
materi tentang moral yang berkaitan dengan budi pekerti, selain
itu ada juga materi yang lain mbak, seperti tata cara berpakaian,
berbicara, dan bersosial”. (Wawancara dengan pakH Pada hari
Selasa jam 08:00 WIB , 05 September 2017 di ruang Kesiswaan
SMP Negeri 6 Salatiga)
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat pelajaran budi pekerti di SMP
Negeri 6 Salatiga
Menurut ibu U yang telah diwawancarai oleh penulis mengenai faktor
pendukung dan faktor penghambat penerapan pelajaran budi pekerti yaitu
sebagai berikut:
“Faktor pendorong penerapan pelajaran budi pekerti yaitu
ketersedian materi yang sudah disiapkan oleh ibu kepala sekolah
mbak. Karena materi dari kepala sekolah kami sebagai guru
pengajar hanya perlu mempelajari terlebih dahulu sebelum kita
sampaikan kepada siswa. Kemudian untuk faktor
penghambatnya terkadang waktunya bersamaan dengan
kegiatan-kegiatan lain dan waktu pelajaran budi pekerti
ditiadakan. Selanjutny waktu yang hanya 40 menit sehingga
51
kurang maksimal dalam penyampaiannya. ” (Wawancara
dengan ibu U pada hari Senin, 4 September 2017 pukul 11.00
WIB di ruang guru SMP Negeri 6 Salatiga)
Hal yang sama diungkapkan oleh ibu L mengenai faktor pendukung
dan faktor penghambat pelajaran budi pekerti di SMP Negeri 6 Salatiga
sebagai berikut:
“Kadang-kadang kami harus meniadakan pelajaran budi pekerti
karena beberapa hal, misalnya saja adanya kegitan-kegiatan
dadakan yang harus dilakukan, sehingga waktu yang seharusnya
menjadi berkurang untuk menyampaikan peljaran budi pekerti.
Kalau pendukungnya materi sudah disiapkan jadi kami hanya
tinggal mempelajari saja dan member sedikit tambahan jika
diperlukan.” (Wawancara dengan ibu L pada hari Rabu 06
September 2017 pukul 10.00 WIB di Ruang UKS SMP Negeri 6
Salatiga)
Kemudian faktor penghambat menurut waka kesiswaan pak H saat
diwawancarai oleh penulis mengungkapkan sebagi berikut:
“Faktor yang menghambat itu faktor kedinasan yang sering ada
dihari Sabtu karena pelajaran budi pekerti berada dihari Sabtu
misalnya da rapat kedinsan, workshop, dan juga pengajian
sehingga kegiatan-kegiatan tersebut menjadi faktor penghambat
penerpan pelajaran budi pekerti.”( Wawancara dengan pak H
pada hari Selasa 5 September 2017 pukul 08.00 WIB di ruang
Kesiswaan SMP Negeri 6 Salatiga)
3. Hasil Implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin
siswa di SMP Negeri 6 Salatiga
Menurut ibu kepala sekolah mengenai hasil dari penerapan pelajaran
budi pekerti yaitu sebagai berikut:
“Anak anak sudah memiliki sikap disiplin yang baik, jadi secara
keseluruhan itu sudah baik, bahkan banyak yang sudah sangat
baik. Terbukti dari tingkat keterlambatanya kecil,kemudian
tingkat pelanggaran sangat kecil dari sisi pakaian seragam,
sepatu, kehadiran,disiplin tidak membawa handpone. Kemudin
perkelahian, pencurian hampir tidak ada. kalo ada anak yang
52
terlambat itupun prosentasinya sangat kecil dan itupun jarang.
Kedisiplinan di dalam kelas ada, anak-anak telat mengumpulkan
tugas , namun saat rapat pleno tidak banyak yang melapor
tentang masalah ini, jika ada anak yang telat mengumpulkan
sama itu-itu saja.”( Pada hari Rabu tanggal 6 September 2017
pukul 08.00 WIB)
Kemudian ketika peneliti bertanya kepada siswa apa dampak yang
kalian dirasakan setelah adanya pelajaran budi pekerti? Dampaknya
negatif atau positif? Jawabannya sebagai berikut:
“Dampaknya positif, setelah ada budi pekerti saya lebih
termotivasi dan saya merasakan lebih mudah untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang saya lakukan.”
(Wawancara kepada siswa L pada Kamis, 7 September 2017
pukul 13.00 WIB di ruang tamu SMP Negeri 6 Salatiga)
Pertanyaan yang sama ditujukan kepada siswa CPO, kemudian siswa
menjawab sebagai berikut:
“Dampak pelajaran budi pekerti terhadap saya posotif bu, saya
lebih bisa memahami memperbaiki diri dan sikap.” (Wawancara
kepada CPO pada hari Kamis,7 September 2017 pukul 13.00
WIB di ruang tamu SMP Negeri 6 Salatiga)
Sama halnya dengan yang diungkapakan oleh RSB mengenai hasil
dari implementasi pelajaran budi pekerti sebgai berikut:
“Dampak pelajaran budi pekerti terhadap saya posotif bu, saya
lebih bisa memahami bagaimana pelajaran budi pekerti yang
baik.” (Wawancara dengan RSB pada Kamis 7 September 2017
pukul 13.00 WIB di ruang tamu SMP Negeri 6 Salatiga)
C. Analisis Data
1. Pelajaran budi pekerti
Budi pekerti merupakan suatu perilku, perangai yang muncul dari
akal dengan menimbng baik buruk. Dengan demikian pelajaran budi
53
pekerti bermaksud untuk memberikan kesadaran kepada siswa dalam
berperilaku dengan memperhatikan nilai baik dan buruknya. Agar siswa
senantiasa memiliki tabiat atau watak yang sesuai dengan nilai-nilai moral
yang ada di masyarakat.
Pelajaran budi pekerti mengajarkan kepada siswa untuk selalu
menanamkan nilai budi pekerti seperti sopan santun, tanggung jawab,
disiplin, jujur. Pelajaran budi pekerti biasanya memberikan contoh-contoh
nyata dalam masyarakat bagaimana budi pekerti yang baik itu.
Memberikan teladan yang baik kepada siswa menjadi salah satu bentuk
metode teladan juga menjadi salah satu faktor yang akan mendorong
tercapainya tujun budi pekerti. Karena pentingnya budi pekerti yang luhur
bagi semua warga negara kita dan memberikan pegangan untuk masa
depan kepada generasi-generasi penerus yang mempunyai budi pekerti
luhur.
Penerapan budi pekerti di sekolah bisa ditempuh dengan beberapa
strategi. Strategi pertama dengan cara mengintegrasikan budi pekerti
kedalam mata pelajaran yang relevan seperti pelajaran kewarganegaraan,
bahasa Indonesia, maupun pelajaran bahasa daerah. Kemudian strategi
kedua bisa dengan cara diintegrasikan kedalam kegiatan sehari-hari di
sekolah. Strategi selanjutnya yaitu dengan cara menjadikan budi pekerti
menjadi pelajaran tambahan disekolah. Pelajaran tambahan yang
membahas fokus masalah budi pekerti. Seperti yang diterapkan di SMP
Negeri 6 Salatiga yang menerapkan pelajaran budi pekerti menjadi
54
pelajaran tambahan yang berdiri sendiri. Agar sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional bahwa pendidikan harus dilaksanakan untuk
meningkatkan akhlak yang mulia dan budi pekerti luhur.
2. Implementasi pelajaran budi pekerti
SMP Negeri 6 Salatiga merupakan sekolah menengah pertama yang
berada di daerah Tegalrejo, Kota Salatiga. SMP Negeri 6 Salatiga
mempunyai visi “ Unggul dalam Mutu , Berpijak Pada Iman dan Taqwa,
yang Berwawasan Lingkungan” dengan Motto “ EKSIS BERSAHABAT”
(Edukasi, Kreatif, Santun,Iman-Taqwa, Sukses, Bersih, Sehat, Asri,
Harmonis, Aman, dan Berbudaya Tertib”) untuk mewujudkan visi dan
misi tersebut SMP Negeri 6 Salatiga memiliki strategi agar dapat
mencapainya. Salah satu yang ingin dicapai yaitu berbudaya tertib di
SMP Negeri 6 Salatiga dengan menenrapkan mata pelajaran tambahan
Budi Pekerti. Hal ini dimaksudkan agar siswa di SMP Negeri 6 Salatiga
memiliki budi pekerti luhur sehingga dapat mewujudkan agar mempunyai
budaya tertib.
Sesuai dengan yang peneliti dapatkan saat wawancara dan observasi
maka peneliti menyimpulkan implementasi pelajaran budi pekerti
dilaksnakan sesui dengan jadwal yang telah dibuat oleh sekolah. Yakni
setiap hari Sabtu jam 10.35-11.15 WIB. Adapun materi yang akan
dismpaikan kepada siswa berasal dari ibu kepala sekolah. Materi-
materinya sesuai dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan budi
pekerti.
55
Materi pelajaran budi pekerti yang sudah dibuat oleh ibu sekolah
antara lain: Etika dalam berbicara, etika dalam berpakaian, dan etika
menggunkan Facebook. Dalam materi berpakaian penulis dapat
menyimpulkan bahwasnya didalam materi budi pekerti yang diberikan
memiliki komponen budi pekerti misalnya dalam materi berpkaian
dilihatkan contoh gambar berpakaian seorang muslim yang mengenakan
kerudung dan seorang yang ingin beribadah ke Pura mengenakan baju
yang berbeda. Disini dapat dilihat bahwa pelajaran budi pekerti disini
memiliki komponen keagamaan yang sesuai dengan (Depdikbud
,1977:42) yang didalamnya mempunyai nilai-nilai kekhususan hubungan
dengan tuhan, kepatuhan terhadap agama.
Sesuai yang penulis lihat saat dilapangan pelajaran budi pekerti
dilaksanakan didalam kelas masing-masing, kemudian guru kelas atau
guru pendamping menyampaikan materi yang sudah ada. Materi etika
berpakaian ditayangkan melalui slide power point. Dalam materi tersebut
siswa dilihatkan bagaimana berpkaian dengan baik sesuai dengan norma
yang berlaku dimasyarakat. Seperti berpakaian yang bersih dan rapi, tidak
memakai pakaian yang robek-robek, tidak berpakaian yang ketat, tidak
berpakaian yang berlebihan (korban mode) dan lain-lain. Disini
dimaksudkan agar siswa dapat menerapkan dalam kehidupan sehair-hari
berpkaian yang baik.
Materi selanjutnya etika berbicara dengan orang lain dimana
berbicara dengan orang lain dapat mencerminkan perilaku dari seseorang
56
tersebut. Maka dari itu sangat penting memberikan materi etika berbicara
supaya siswa memiliki etika yang baik dalam berbicara. Dalam materi
etika berbicara ditampilkan gambar bertuliskan jangan menggunakan
kata-kata kotor karena kata-kata kotor tidak pantas, hindari bercanda
dengan kata-kata jorok, hindari membicarakan kejelekan orang lain,
bersikap tenang dan tidak emosi, hendaknya rendah hati dan tidak
sombong, tidak memotong pembicaran orang lain dan tidak mencela atau
menyindir. Dengan diberikanya materi tersebut diharapkan siswa dapat
menerapkan cara berbicara yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan, metode dipilih
berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilihdan diterapkan. Metode
merupakan cara dan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sesuai
dengan wawancara dan pengamatan penulis saat dilapangan , metode
yang digunakan dalam penerapan pelajaran budi pekerti di SMP Negeri 6
Salatiga yaitu:
a. Ceramah
Metode ceramah ini sudah biasa dilakukan oleh guru untuk
menyampaikan suatu pelajaran kepada siswa. Metode ini merupakan
metode paling simple karena tidak memerlukan media apapun.
Memberikan sajian pelajaran tentang budi pekerti dengan materi yang
sudah ada oleh guru dengan memberikan penjelesan secara lisan.
57
b. Tanya Jawab
Tanya jawab merupakan penyampaian pelajaran dengan cara
melibatkan dua orang guru bertanya dan siswa memberikan jawaban
atau sanggahan. Metode ini lebih memberikan kesempatan kepada
siswa untuk aktif dan berani memberikan jawaban.
c. Diskusi
Diskusi adalah suatu metode yang biasanya digunakan oleh
sebagian besar pendidik untuk meningkatkan keberanian dan
keaktifan serta kepercayaan diri siswanya. Karena melalui diskusi
tersebut biasanya siswa di tuntut untuk berani mengeluarkan
pendapatnya dan mempertanggung jawabkannya. Guru atau pendidik
disini hanya berposisi sebagai fasilitator, yang apa bila menemui
kendala atau kesulitan dalam menentukan pilihan guru memberikan
acuan untuk di sepakati bersama.
d. Bermain Peran
Metode ini merupakan metode pengajaran dengan cara siswa
memainkan peran-peran tertentu. Bermain merupakan kegiatan
belajar yang menyenangkan untuk siswa supaya mereka mendapatkan
pengalaman baru yang mengesankan. Untuk itu diharapkan siswa di
SMP Negeri 6 Salatiga lebih tertarik untuk belajar mengenai budi
pekerti dan lebih memahami dengan metode bermain peran ini. Hal
ini diperkuat dengan pengertin menurut Zaini dkk(2008:98) bermain
peran atau role playing adalah suat aktivitas pembelajaran terencana
58
yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang
spesifik.
3. Faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi pelajaran
budi pekerti di SMP Negeri 6 Salatiga
a. Faktor pendukung
Dalam pelaksanaan penerapan pelajaran budi pekerti di SMP
Negeri 6 Salatiga sudah berjalan dengan baik. Dilihat dari
terlaksananya pelajaran budi pekerti sesuai dengan yang diharapkan
oleh sekolah. Dari terlaksananya penerapan pelajaran budi pekerti ini
pastinya terdapat faktor yang mendukung penerapan tersebut. Faktor
pendukung penerapan pelajaran budi pekerti yaitu ketersedian materi
yang telah dibuat oleh ibu kepaala sekolah. Materi yang sudah
disediakan memudahkan guru-guru untuk menyampaikan kepada
siswa, dengan begini guru tidak repot untuk mencari materi terlebih
dahulu. Karena guru sudah mempunyai beban dengan mata pelajaran
yang mereka ampu. Hanya cukup mempelajarinya terlebih dahulu dan
jika perlu hanya memberikan tambahan sedikit terhadap materi yang
akan disampaikan kepada siswa.
Kemudian faktor pendukung lainnya yaitu sarana dan prasarana
yang memadai. Sarana dan prasarana ini menjadi faktor pendukung
terlaksanannya pelajaran budi pekerti. Sarananya meliputi layar
proyektor LCD yang sudah ada ditiap-tiap kelas di SMP Negeri 6
Salatiga. Karena materi yang berbentuk file power point
59
membutuhkan layar proyektor dan juga LCD. Selain itu untuk
membuka file tersebut juga membutuhkan alat bantu computer atau
laptop. Guru-guru di SMP Negeri 6 Salatiga hampir semua memiliki
laptop pribadi sehingga hal ini juga menjadi salah faktor pendukung
dari pada penerapan budi pekerti.
b. Faktor penghambat
Dalam penerapan pelajaran budi pekerti di SMP Negeri 6
Salatiga, selain ditemukan faktor pendukung pastinya ada faktor
penghambatnya. Menurut waka kesiswaan SMP Negeri 6 Salatiga
faktor penghambat penerapan pelajaran budi pekerti yaitu faktor
kedinasan, dimana faktor kedinasan ini waktunya sering bersaman
dengan jadwal pelajaran budi pekert. Faktor kedinasan ini yaitu acara-
acara dinas misalnya workshop, rapat dinas, ataupun pengajian.
Dengan adanya acara kedinasan pelajaran budi pekerti menjadi
ditiadakan.
Faktor penghambat lainnya yaitu faktor waktu yang dijadwalkan
untuk pelajaran budi pekerti. Alokasi waktu yang diberikan hanya 40
menit saja. Menurut ibu U dengan waktu yang hanya 40 menit dirasa
sangat kurang karena materi yang diberikan banyak sehingga kurang
maksimal dalam menyampaikan materi. Dengan demikian waktu
yang minim menjadikan kurang maksimal dalam penyampaian
materi. Untuk itu perlu adanya evaluasi mengenai alokasi waktu yang
diberikan untuk pelajaran budi pekerti.
60
4. Hasil implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk
sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga
Penerapan pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin
siswa di SMP Negeri 6 Salatiga menghasilkan beberapa hal antara
lain:
a. Menurunya tingkat pelanggaran
b. Sikap sopan santun siswa terhadap guru, orang tua atau siapapun
yang lebih tua dari siswa lebih meningkat.
c. Meningkatnya sikap disiplin siswa,
Dengan diterapkannya pelajaran budi pekerti siswa lebih
memiliki sikap disiplin yang baik. Bisa dikatakan berdampak positif
terhadap siswa. Karena siswa lebih memiliki kesadaran atas
pelanggaran apa yang mereka lakukan dan mereka memiliki kesadaran
untuk memperbaiki kesalahan tersebut.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil peneliti dan pembahasan, maka penulis menyimpulkan sebagai
berikut :
1. Implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin
siswa SMP Negeri 6 Salatiga sudah diterapkan dan berjalan di SMP
Negeri 6 Salatiga. Komponen dalam pelajaran budi pekerti meliputi
komponen mandiri, yang berkaitan dengan etika moral, komponen
keagamaan yang meliputi etika dalam berpakaian dan komponen
kesusilaan yang meliputi etika berbicara kepada orang lain, sopan santun
dan etika pergaulan. Penerapan pelajaran budi pekerti dilakukan dua
minggu sekali pada hari Sabtu di jam terakhir yang disampaikan oleh
guru kelas dan guru pendamping.
Metode yang digunakan dalam penerapan pelajaran budi pekerti
yaitu metode ceramah, presentasi, dan bermain peran. Adapun siswa yang
melanggar tata tertib atau tidak sesuai dengan budi pekerti yang telah
dijarkan maka ada sanksi tersendiri bertujuan untuk memberikan
penyadaran dan memberikan rasa jera kepada siswa.
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan pelajaran budi
pekerti di SMP Negeri 6 Salatiga. Faktor pendukungnya antara lain
adanya sarana dan prasarana yang mendukung, materi yang telah
62
disediakan oleh kepala sekolah, perhatian orangtua. Karena orangtualah
yang menjadi faktor utama dalam mendidik anak.
3. Implementasi hasil pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap disiplin
siswa di SMP Negeri 6 Salatiga adalah adanya peningkatan sikap disiplin
yang lebih baik. Selain perubahan pada sikap disiplin, siswa memiliki
kesadaran atas kesalahan-kesalahan dan pelanggaran yang telah mereka
perbuat dan memiliki usaha untuk berubah agar lebih disiplin dan baik
lagi.
B. Saran
Adapun saran yang terkait dengan implementasi pelajaran budi pekerti
dalam membentuk sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga antara lain:
1. Untuk Guru
Guru diharapkan untuk selalu memperhatikan anak didiknya, tidak
bosan mengingakan anak didiknya untuk selalu disiplin. Menjadi
suritauladan yang baik bagi siswa.
2. Untuk Siswa
Untuk sriswa dihimbau untuk selalu menegakkan kedisiplinan, selalu
mentaati tata tertib yang ada, agar senantiasa berbuat baik dan bersikap
disiplin.
3. Untuk Orangtua
Kepada orangtua agar memberikan perhatian dan memberi motivasi
kepada anak agar selalu bersikap baik dan disiplin. Karena anak lebih
63
banyak mempunyi waktu di rumah. Sekolah hanya rumah kedua dan tidak
bisa memberikan pelajaran budi pekerti secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Abdullah, taufik. 2002. Ensuklopedi Tematis Dunia Islam jilid 3. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Azwar, Saifuddin. 2013. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Bungin, Burhan.2004. Metode penelitian kualitatif. Jakart: Raja Grafindo
Bogdan, Robert dan Steven Taylor. 1992. Pengantar Metode Kualitatif. Surabaya:
Usaha Nasional.
Departemen Pendidikan & Kebudayan, Kamus Besar Bahasa Indonesia : Balai
Pustaka
Gunarsa, Ny. Y. Singgih dan Singgih D. Gunarsa. 1995. Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia
Hurlock, Elizabeth, B. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga
Membimbing: BPK Gunung Mulia. Cet. Ke-10. Jakarta 2002.
Jannah, Roudlotul. 2015. Pemikiran Hamka Tentang Nilai-Nilai Pendidikan Budi
Pekerti. Salatiga. IAIN Salatiga
Moleong, Lexy. J . 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya
Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana
Nasution, harun. 1992. Ensiklopedia Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan
Ningsih, Bekti Marga. 2014. Peningkatan Disiplin Siswa Dengan layanan
Informasi Media Film. Vol 1 Nomor 1hal. 80-81
Nurdin, Usman. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum , Jakarta :
Grasindo
Patonah , Siti Nor. 2009. Pengaruh Implementasi Tata Tertib Sekolah Terhadap
Sikap Disiplin Siswa (Studi Kasus di MI Darussalam Rejosari Kecamatan Bancak Tahun 2009). Salatiga. STAIN Salatiga
Purwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Pustaka Pelajar
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Pelajar
Saliman dan Sudarso. 1994. Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum. Jakarta:
Kharisma Ilmu
Setiawan Guntur, 2004. Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan. Jakarta :
Balai Pustaka
Sugiyono.2014.Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: ALFABETA
Susilo Martoyo. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia.: BPFE, Yogyakarta
Wantah, M. J. 2005. Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral Pada Anak
Usia Dini, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Zaini, Hisyam, Bermawy Munthe dan Sekar Ayu Aryani. 2008. Strategi
Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Mandiri
Zuriah, Nurul. 2011. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif
Perubahan. Bumi Aksara : Jakarta.
Sindy Arlina. 2014. Etika dan Budi Pekerti (http://pgsd-
pgsd.blogspot.co.ic/2014/10/etika-dan-budipekerti.html?m=1) diakses
15 Agustus 2017 10.04 WIB
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : Anjar Widiyanti
2. Tempat/ tanggal Lahir : Kab. Semarang, 20 September 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat :Klopo RT 03/03,Bringin, Kabupaten
Semarang
6. Alamat Email : [email protected]
7. Nomer Telepon : 081911048644
B. Pendidikan
1. TK Ar-Rahman Bringin lulus tahun 2001
2. SD N 01 Bringin lulus tahun 2007
3. SMP Negeri 01 Pabelan lulus tahun 2010
4. MAN Salatigaa lulus tahun 2013
5. S1 IAIN Salatiga sampai sekarang
Salatiga, 20 September 2017
Penulis,
Anjar Widiyanti
DAFTAR NILAI SKK
Nama : AnjarWidiyanti
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : PAI
NIM : 111 13 123
NO JENIS KEGIATAN WAKTU KETERANGAN NILAI
1.
Sertifikat “OPAK
STAIN Salatiga 2013”
26-27/08/2013 Peserta 3
2.
Sertifikat “OPAK
TARBIYAH 2013”
29/08/2013 Peserta 3
3.
PiagamPenghargaan”
MasaTa’aruf
(MASTA)
06/09/2013 Peserta 2
4.
Sertifikat “UPT
Perpustakaan” STAIN
Salatiga
16/09/2013 Peserta 3
5.
Sertifikat “Training
PembuatanMakalah”
LDK STAIN Salatiga
18/09/2013 Peserta 2
6.
Sertifikat “Seminar
NasionalBahasa Arab”
ITTAQO STAIN
Salatiga
09/10/2013 Peserta 8
8.
Piagam
Penghargaan”Pedas
Musik IX & Workshop
PSM VIII STAIN
Music Club (SMC)
Salatiga”
25/11/2013 Panitia 3
9.
Piagam Penghargaan”
Diklatsar V
Menumbuhkan Jiwa
Kedisiplinan,
Solidaritas, Serta
Loyalitas dalam
Organisasi dan
Olahraga”
24/01/2014 Peserta 2
10.
Piagam Penghargaan
“KonserPerdana
Fidelio Harmoni Sang
Pelangi” SMC Salatiga
20/03/2014 Panitia 3
12.
Sertifikat “Pekan
Olahraga (PORS) VI
Sport Is My Live”
24/05/2014 Panitia 3
13.
Sertifikat “Sharia
Economics Intelectual
Moslem Of STAIN
(SEIMAN) Analisis
Sosial Dengan
Memaksimalkan
Potensi Ekonomi
Nasional Untuk
Kesejahteraan
Masyarakat Indonesia”
13-14/10/2014 PengisiAcara 3
14.
Piagam Penghargaan”
SSC CUP IV Futsal
Competition
Menjunjung semangat
Pahlawan dengan
Sportivitas
Berolahraga untuk
Menjadi Juara Sejati”
11/11/2014 Panitia 3
15.
Piagam Penghargaan
Music In Campus
“Jamming Brother”
SMC Salatiga
01/11/2014 Panitia 3
16.
Piagam Penghargaan
“Pedas Musik XV &
Workshop PSM IX
STAIN Music Club
(SMC)”
30/11/2014 Panitia 3
17.
Piagam Penghargaan”
LPJ dan MUBES
STAIN Sport Club
(SSC)
7/12/2014 Panitia 3
18.
Sertifikat “ Pendidikan
dan Pelatihan Dasar
(DIKLATSAR) VI
SSC IAIN Salatiga”
02/02/2015 Panitia 3
18.
Sertifikat “SMC IAIN
Salatiga dalam Konser
Paduan Suara
Mahasiswa Indonesia
Moslem Choir”
15/02/2015 Peserta 4
19.
Sertifikat
“International Seminar
ASEAN Economic
Community 2015;
Prospects and
Challenges for Islamic
Higher Education”
28/02/2015 Peserta 8
20.
Surat Keputusan
“Pengangkatan
Pengurus Seni Musik
Club(SMC) IAIN
Salatiga”
17/03/2015 Pengurus 6
21.
Piagam Penghargaan
“Konser Perdana
Cakrawangsa Gita
Cinta SMC Salatiga “
10/04/2015 Panitia 3
22.
Piagam Penghargaan
”Anggota Paduan
Suara Seni Musik Club
(SMC) Pada Acara
Inagurasi Opak IAIN
Salatiga”
14/08/2015 PengisiAcara 3
23.
Piagam penghargaan”
Anggota Paduan Suara
Senu Musik Club
(SMC)
15/08/2015 Pengisi acara 3
24.
Sertifikat Edukasi
Literasi Keuangan
Bersama OJK “Literasi
Keuangan Syariah dan
12/10/2015 Petugas 3
Kebijakan
Mikroprudensial dalam
Stabilitas Ekonomi”
25.
Sertifikat “ Turnamen
futsal SSC CUP V
Tingkat
SMA/SMK/MA SSC
IAIN Salatiga2015”
15/10/2015 Panitia 3
24.
Sertifikat “ Solo
Gospel Drumming
Workshop “
07/11/2015 Peserta 2
25.
Piagam Peghargaan
perolehan medali perak
Seni Musik
Club(SMC) IAIN
Salatiga dalam acara
3rd
KARANGTURI
CHOIR GAMES 2015
07/11/2015 Voice/Penyanyi 8
26.
Piagam Penghargaan
“Pedas Musik XVI &
Workshop PSM X
STAIN Music Club
(SMC)”
02/12/2015 Panitia 3
27.
Sertifikat “ Pendidikan
dan Pelatihan Dasar
(DIKLATSAR) VII
SSC IAIN Salatiga
Mereformasi Mental
Berolahraga dan
Berorganisasi yang
Sportif Untuk Meraih
Juara”
18/01/2016 Panitia 3
28.
Piagam Penghargaan
Konser Perdana
Gamananta “Romansa
Nada Cakrawala”
SeniMusik Club
(SMC) IAIN Salatiga
20/04/2016 Panitia 3
29.
Sertifikat “Medali Seni
Musik Club IAIN
Salatiga Meraih
Medali Perak Tingkat
Nasional”
22/05/2016 Peserta 8
30.
Sertifikat Ngabuburit
With SMC IAIN
Salatiga “
21/06/2016 Panitia 3
KonserPeduliSesama”
31.
Piagam Penghargaan
Konser Band
Gamananta “It’s More
Than Music” SMC
IAIN Salatiga
28/09/2016 Panitia 3
32.
Piagam Penghargaan
Pertandingan
PekanOlahraga SSC
(PORS) VIII cabang
olahraga Volly
06-13/11/2016 Peserta 3
33.
Sertifikat
“Pelantikan Pengurus
Cabang dan Kohati
HMI Cabang Salatiga
Periode 2017/2018 dan
Seminar Nasional”
29/08/2017 Peserta 8
Jumlah 125
INSTRUMEN PENELITIAN
A. Pedoman Observasi
1. Letak dan profil SMP Negeri 6 Salatiga
2. Mengamati implementasi pelajaran budi pekerti SMP Negeri 6 Salatiga
3. Mengamati kegiatan siswa saat datang ke sekolah, pelajaran budi pekerti,
dan istirahat.
4. Mengamati faktor pendukung dan faktor penghambatdalam penerapan
pelajaran budi pekerti
B. Pedoman Dokumentasi
1. Data siswa SMP negeri 6 Salatiga
2. Daftar Responden
C. Pedoman Wawancara
1. Butir pertanyaan kepada kepala sekolah
a. Menurut ibu, bagaimana sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6
Salatiga?
b. Faktor apa yang mempengaruhi kedisiplinan siswa?
c. Bagaimana sanksi yang diberikan kepada siswa yang melanggar
kedisiplinan?
d. Apakah tujuan dari implementasi pelajaran budi pekerti SMP Negeri
6 Salatiga?
e. Metode apa yang digunakan dalam implementasi pelajran budi
pekerti di SMP Negeri 6 Salatiga?
f. Menurut iibu, bagaimana peranan implementasi pelajaran budi pekerti
dalam membentuk sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga?
2. Butir pertanyaan kepada waaka kesiswaan
a. Apakah kedisiplinan di sekolah ini sudah diterapkan dengan baik?
b. Bagaimana menerapkan disiplin kepada siswa?
c. Pelanggaran apa yang sering dilakukan oleh siswa SMP Negeri 6
Salatiga?
d. Menurut bapak/ibu apakah pelajaran budi pekerti dalam membentuk
sikap disiplin yang diterapkan di sekolah ini sudah efektif?
e. Apa sajakah pengaruh dari penerapan pelajaran budi pekerti dalam
membentuk sikap disiplin siswa?
f. Apa saja faktor penghambat dalam implementasi pelajaran budi
pekerti dalam membentuk sikap disiplin siswa SMP Negeri 6
Salatiga?
g. Apa Solusi untuk faktor penghambat tersebut?
3. Butir pertanyaan kepada guru kelas
a. Menurut bapak/ibu apakah siswa di SMP Negeri 6 Salatiga pernah
melakukan pelanggaran disiplin dalam kegiatan belajar mupun kegiatan
ekstrakulikuler saat di sekolah? Dan dalam bentuk apa?
b. Bagaimana proses pembelajaran budi pekerti yang dilakukan di SMP
Negeri 6 Salatiga?
c. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam implementasi pelajaran
budi pekerti di SMP Negeri 6 Salatiga?
d. Bagaimana sikap siswa dengan guru dan orang yang lebih tua di sekolah?
e. Bagaimana implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap
disiplin siswa SMP Negeri 6 Salatiga?
f. Apakah pengaruh implementasi pelajaran budi pekerti terhadap disiplin
siswa SMP Negeri 6 Salatiga?
g. Apa ada perubahan sikap disiplin pada siswa setelah adanya implementasi
pelajaran budi pekerti ?
4. Butir pertanyaan kepada siswa
a. Menurut kalian bagaimana pelajaran etika moral? Sulit atau mudah?
b. Apa dampak yang kalian rasakan setelah adanya pelajaran etika moral?
Dampaknya negative atau positif?
c. Apakah kalian pernah melkukan pelanggaran tata tertib/peraturan sekolah?
Dalam hal apakah?
d. Apa kalian pernah bolos atau terlambat masuk kelas? Karena apa?
e. Sanksi apa yang diberikan saat kalian melanggar tata tertib atau peratturan
sekolah?
CATATAN WAWANCARA
Hari/Tanggal : Rabu, 6 September 2017
Tempat : SMP Negeri 6 Salatiga
Waktu : 08:00 WIB
Narasumber : Mudjiati, S.Pd
Jenis Data : Implementasi Pelajaran Budi Pekerti Dalam
Pembentukan Sikap Disiplin Siswa Di SMP Negeri 6
Salatiga
1. Menurut ibu, bagaimana sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga?
“Secara garis besar, banyak anak yang sudah memiliki sikap disiplin baik.
Terbukti dari tingkat keterlambatan sangat kecil, tingkat pelanggaran tata
tertib sangat kecil dari sisi pakaian seragam, sepatu, kehadiran, tidak
memba wahandpone, kemudian perkelahian, pencurian, hampir tidak ada.
Kalau ada anak yang terlambat itupun jarang. Tingkat kedisiplinan di
kelas ada, misalnya terlambat mengumpulkan tugas masih ada namun
tidak banyak. Kalaupun ada orangnya itu-itu saja, yang perhatian dari
orang tuanya kurang, motivasinya kurang. Kemudian kehadiran saat
mengikuti extrakulikuler dan sebagainya sudah ontime.”
2. Faktor apa yang mempengaruhi kedisiplinan siswa?
“Perhatian orang tua, perhatian guru, penegakan kedisiplinan sekolah,
komunikasi pihak sekolah dengan orang tua, jargon-jargon yang kita
pasang untuk mengingatkan siswa supaya jangan terlambat, membuang
sampah pada tempatnya dan lain sebagainya. Mengingatkan anak itu bisa
lewat lisan, tulisan ,komunikasi dengan orang tua selalu diadakan supaya
orang tua ikut membantu meningkatkan tentang kedisiplinan. Orang tua
memberikan pengaruh besarterhadap sikap disiplin siswa contohnya
dalam hal kehadiran anak terlambat terkadang juga karena pengaruh
orang tua, tidak mau membangunkan pagi, makanya kesiangan, kadang-
kadang yang mengantar yang kesiangan. Orang tua sangat berpengaruh
besarterhadap masalah kehadiran. Kemudian dalam hal berpakaian,
anak-anak akan masih kecil walaupun sudah terlihat besar masih belum
dewasa, ada pakaian yang belum disetlika, ada yang tidak memakai dasi,
kadang-kadang siswa memekai jilbab yang tidak sesuai dengan aturan.
Sepatu yang seharusnya hitam namun orangtua membelikan yang ada
warna putihnya. Orang tua sangat berpengaruh besar.”
3. Bagaimana sanksi yang diberikan kepada siswa yang melanggar
kedisiplinan?
“Kami menghindari sanksi fisik. Kami juga menghindari sanksi verbal.
Sanksi yang kita harapkan dengan memberikan bimbingaan ,membuat
surat pernyataan. Kalau sudah sekian kali terlambat tidak masuk nanti
kita hadirkan orangtua. Jika sudah beberapa kali melakukan pelanggaran
paling nanti disuruh nyapu dan membersihkan kaca.”
4. Apakah tujuan dari implementasi pelajaran budi pekerti di SMP Negeri 6
Salatiga?
“Untuk membentuk karakter siswa, agar memiliki tanggung jawab dan
disiplin yang baik. Memberikan arahan ,wawasan. Dan tujuan
implementasi pelajaran budi pekerti yaitu untuk memberikan wawasan,
memberikan arahan, baik secara lisan maupun tulisan kepada anak-anak
supaya anak yang tidak tahu menjadi tahu dan anak yang sudah
melanggar disiplin supaya menjadi tidak seperti itu lagi. Karena
pendidikan budi pekerti tidak masuk dimata pelajaran walaupun
diintegrasikan tetapi tidak fokus.”
5. Metode apa yang digunakan dalam implementasi pelajran budi pekerti di
SMP Negeri 6 Salatiga?
“metode yang digunakan biasnya ceramah, presentsi, simulasi, Tanya
jawab dan bermain peran .”
6. Menurutibu, bagaimana peranan atau hasil implementasi pelajaran budi
pekerti dalam membentuk sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga?
“Cukup besar pernannya kemudian siswa sudah memiliki sikap disiplin
yang baik, jadi secara keseluruhan itu sudah baik, bahkan banyak yang
sudah sangat baik. Terbukti dari tingkat keterlambatanya kecil, kemudian
tingkat pelanggaran sangat kecil dari sisi pakaian seragam, sepatu ,
kehadiran, disiplin tidak membawa handpone. Kemudian perkelahian,
pencurian hampir tidak ada. Kalau ad aanak yang terlambat itupun
prosentasinya sangat kecil dan itupun jarang.
CATATAN WAWANCARA
Hari/Tanggal : Selasa, 5 September 2017
Tempat : SMP Negeri 6 Salatiga
Waktu : 08:00 WIB
Narasumber : Muhammad Nurul Huda, S.Pd
Jenis Data :Implementasi Pelajaran Etika Moral Dalam Pembentukan
Sikap Disiplin Siswa Di SMP Negeri 6 Salatiga
1. Apakah kedisiplinan di sekolah ini sudah diterapkan dengan baik?
“Kalau pertanyaannya sudah diterapkan jawabanya sudah diterapkan,
melalui aturan-aturan sekolah, tata tertib sekolah dibawah kesiswaa.
Penerapanya sudah dilakukan dengan baik.”
2. Bagaimana menerapkan disiplin kepada siswa?
“Kedisiplinan dari segi berpakaian diterapkan dengan cara 1. Disaat
anak masuk ke sekolah ada bapak/ibu guru piket yang berada di gerbang
untuk memantau kedisiplinan dalam berpakaian pada siswa sembari
bersalaman . Disaat upacara bendera bapak ibu guru memantau
kedisiplinan dalam berpakain dalam mengikuti upacra. Jika ada anak
yang tidak disiplin maka akan dilakukan tindakan memisahkan anak yang
tidak disiplin tersebut dalam barisan yang berbeda. Penerapan
kedisiplinan dalam pembelajaran yaitu diterapkan bel otomatis, sehingga
mengurangi keteledoran person (seseorang) kesalahan faktor manusia
yang lupa memencet bel. 3. Diterapkan kedisiplinan melalui pembiasaan
menyanyikan lagu Indonesia Raya, itupun dengan menggunakan
media/perangkat bel otomatis. Kemudian kedisiplinan yang lain dengan
kegiatan ektrakulikuler ada Paskibra,pramuka, krawitan, drumband
dalam artian disini disiplin tidak hanya dalaam disiplin waktu tapi disiplin
dalam berlatih disiplin dalam berpakaian dan disiplin yg lainnya.
Penerapan yang lainnya yaitu diterapkan kepada siswa Alumni, jika
datang ke SMP untuk memngurus sesuatu diwajiban untuk mengenakan
pakaian yang sopan dan bersepatu.”
3. Pelanggaran apa yang sering dilakukan oleh siswa SMP Negeri 6 Salatiga?
“Pelanggaran yang sering dilakukan yaitu dalam mengenakan dasi,
mengenakan sepatu, aturannya kalau sesuai ketentuan PERMENDIKBUD
sepatu harus hitam polos, pada kenyatannya banyak siswa yang
menggunakan sepatu hitm dengan bawahan karet putih. Pelanggaran
yang lainnya masalah rambut bagi laki-laki, masih banyak yang rambutny
panjang. Sudah ditegur katanya lupa untuk potong. Kemudian
kedisiplinan menggunakan kaos kaki, banyak siswa yang memakai kaos
kaki dilipat harusnya panjang tapi di lipat jadi terlihat pendek. Yang
sering dilanggar lagi yaitu masalah baju, yang harusnya baju dimasukkan
kadang anak-anak bajunya dikeluarkan, katanya keluar sendiri.
Pelanggaran yang sering beberapa waktu yang lalu di SMP 6 dilarang
membawa handpone, sempat dirazia ditemukan ada sekitar 40 handpone.
Kalau pelanggaran dalam proses pembelajara yaitu banyak anak yang
tidak mengerjakan tugas rumah, kemudian keterlambatan masuk kelas
terutama setelah istirahat alasan anak, antri di kantin dan antri di toilet
namun kantin di sekolah ada 7 kantin, koperasi 1 dan beberapa toilet
IsyaAllaha memenuhi.”
4. Menurut bapak apakah pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap
disiplin siswa yang diterapkan disekolah ini sudah efektif?
“Kalau pertanyaanya sudah efektif itu relatif, artinya sejauh mana
efektifitasnya secara kasat mata untuk pelajaran budi pekerti sudah efektif
namun prosentasinya yang belum bisa disebutkan artinya sudah nampak ,
ini yang melakukan pengamatan ibu kepala sekolah.”
5. Apa saja pengaruh dari penerapan mata pelajaran budi pekerti dalam
membentuk sikap disiplin siswa?
“Anak mulai memahami berbudi pekerti dalam berbicara, dalam
berpakaian ,dalam memanfaatkan gadget , dalam bersosial, sikap kepada
orang tua terhadap guru, ini sudah mempegaruhi. Sejauh mana
pengaruhnya tidak dapat disampaikan secara kuantitas, ini hanya
pengamatan observasi bahwa ini sudah ada pengaruhnya.”
6. Apa saja faktor penghambat dalam implementasi pelajaran budi pekerti
dalam membentuk sikap disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga?
“Faktor yang menghambat itu 1. faktor kedinasan yang bearada di hari
sabtu karena budi pekerti dilaksanakan pada hari sabtu. Contoh kegiatan
kedinasan seperti workshop, pengajian, rapat dinas sehingga itu yang jadi
faktor penghambat.”
7. Apa solusi untuk faktor penghambat tersebut?
“Solusinya untuk mata pelajaran budi pekerti diintegrsikan kepada setiap
mata pelajaran, yang mana sekarang ada integrasi penguatan pendidikan
karakter setiap pelajaran wajib. Itu solusi dari pelajaran budi pekerti.”
CATATAN WAWANCARA
Hari/Tanggal : Senin, 4 September 2017
Tempat : SMP Negeri 6 Salatiga
Waktu : 11:00 WIB
Narasumber : Dra. Umi Hanik
Jenis Data :Implementasi Pelajaran Etika Moral Dalam Pembentukan
Sikap Disiplin Siswa Di SMP Negeri 6 Salatiga
1. Menurut ibu apakah siswa di SMP Negeri 6 Salatiga pernah melkukan
pelanggaran disiplin dalam kegiatan belajat maupun kegiatan
ektrakulikuler saat di sekolah? Dan dalam bentuk apa?
“Oh iya yang pasti pernah mbak, pelanggaran berperilaku, pelanggaran
dalam kegiatan belajar mengajar. Contohnya dalam mengumpulkan tugas
masih telat dan alasannya lupa.”
2. Bagaimana proses pembelajaran budi pekerti yang dilakukan di SMP
Negeri 6 Salatiga?
“Materi yang diberikan semua jenjang kelas sama, dari kelas VII-IX
mendapatkan pelajaran budi pekerti pada hari sabtu diakhir jam. Setiap
kelas diampu oleh dua guru, wali kelas dan guru pendamping. Jika
minggu pertama wali kelas maka minggu kedua guru pendamping.”
3. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam implementasi pelajaran
budi pekerti di SMP Negeri 6 Salatiga?
“Faktor penghambatnya terkadang waktunya bersamaan dengan
kegiatan-kegiatan lain dan waktu pelajaran budi pekerti ditiadakan.
Kemudian waktunya yang hanya 40 menit sehingga kurang maksimaal
dalam penyampaiannya.”
4. Bagaimana sikap siswa dengan guru dan orang yang lebih tua di sekolah?
“Sikap siswa sudah baik, sopan terhadap orang yang lebih tua. Sudah
bertutur kata dengan baik.”
5. Bagaimana implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap
disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga?
“Implementsi pelajaran budi pekerti sudah dibilang berjalan lancar mbak.
Sikap siswa lebih terkontrol.”
6. Apakah pengaruh implementasi implementasi pelajaran budi pekerti
terhadap disiplin siswa di SMP negeri 6 Salatiga?
“Pengaruhnya positif mbak, lebih meningkatkan kedisiplinan siswa dalam
mentaati tata tertib sekolah.
7. Apa ada perubahan sikap disiplin pada siswa setelah danya implementasi
pelajaran budi pekerti?
“Ada, siswa lebih tertib dan disiplin dalam mentaati tata tertib sekolah.”
CATATAN WAWANCARA
Hari/Tanggal : Rabu, 6 September 2017
Tempat : SMP Negeri 6 Salatiga
Waktu : 10:00 WIB
Narasumber : Lila Koddariyah, S.Pd
Jenis Data : Implementasi Pelajaran Etika Moral Dalam Pembentukan
Sikap Disiplin Siswa Di SMP Negeri 6 Salatiga
1. Menurut ibu apakah siswa di SMP Negeri 6 Salatiga pernah melkukan
pelanggaran disiplin dalam kegiatan belajat maupun kegiatan
ektrakulikuler saat di sekolah? Dan dalam bentuk apa?
“Secara garis besar anak-anak sudah banyak memiliki sikap disiplin baik.
Terbukti dari keterlambatan sangat kecil, tingkat pelanggaran tata tertib
sangat kecil, dari sisi pakaian seragam, sepatu , kehadiran.”
2. Bagaimana proses pembelajaran budi pekerti yang dilakukan di SMP
Negeri 6 Salatiga?
“Materi yang diberikan semua jenjang kelas sama, dari kelas VII-IX
mendapatkan pelajaran budi pekerti pada hari sabtu diakhir jam. Guru
menyampaikan mteri dari ibu kepala sekolah.”
3. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam implementasi pelajaran
budi pekerti di SMP Negeri 6 Salatiga?
“Faktor penghambatnya terkadang waktunya bersamaan dengan
kegiatan-kegiatan dadakan. Sering ditiadakan karena terbentur dengan
acara dadakan tersebut.”
4. Bagaimana sikap siswa dengan guru dan orang yang lebih tua di sekolah?
“Sikap siswa sudah baik, sopan terhadap orang yang lebih tua. Sudah
bertutur kata dengan baik.”
5. Bagaimana implementasi pelajaran budi pekerti dalam membentuk sikap
disiplin siswa di SMP Negeri 6 Salatiga?
“Implementsi pelajaran budi pekerti sudah dibilang berjalan lancar mbak.
Sikap siswa lebih terkontrol.”
6. Apakah pengaruh implementasi implementasi pelajaran budi pekerti
terhadap disiplin siswa di SMP negeri 6 Salatiga?
“Sangat ada pengaruh karena ada pelajarannya , maau tidak mau siswa
harus mengikuti. Untuk itu menegurpun lebih enak karena ada
pelajarannya.”
7. Apa ada perubahan sikap disiplin pada siswa setelah danya implementasi
pelajaran budi pekerti?
“Ada namun seedikit, walaupun beegitu tetap ada progress, peningkatan
sedikit demi sedikit.”
HASIL WAWANCARA
Nama :CPO
Kelas : IX E
Waktu : Kamis, 8 September 2017 pukul 14.00 WIB
Tempat : Di SMP Negeri 6 Salatiga
1. Menurut kalian bagaimana pelajaran budi pekerti? Sulit atau mudah?
“Menurut pelajaran budi pekerti sangat baik, dapat memperbaiki
sikapdan pribadi saya.”
2. Apa dampak yang kalian rasakan setelah adanya pelajaran etika moral?
Dampaknya negative atau positif?
“Dampak pelajaran budi pekerti terhadap saya posotif bu, saya lebih bisa
memahami memperbaiki diri dan sikap.”
3. Apakah kalian pernah melakukan pelanggaran tata tertib/peraturan
sekolah? Dalam hal apakah?
“Pernah bu, saya tidak memakai kerudung yang sesuai ketentuan sekolah
.”
4. Apa kalian pernah bolos atau terlambat masuk kelas? Karena apa?
“Saya tidak pernahmembolos tapi saya pernah terlambat masuk kelas
5. Sanksi apa yang diberikan saat kalian melanggar tata tertib atau peraturan
sekolah?
“Pernah mendapat sanksi, Cuma disuruh menulis pelanggaran dibuku
pelanggaran sekolah.”
HASIL WAWANCARA
Nama :DAR
Kelas : IX E
Waktu : Kamis, 8 September 2017 pukul 14.00 WIB
Tempat : Di SMP Negeri 6 Salatiga
1. Menurut kalian bagaimana pelajaran budi pekerti? Sulit atau mudah?
“Menurut pelajaran budi pekerti sangat baik, pelajarannya kadang-
kadang mudah kadang juga sulit.”
2. Apa dampak yang kalian rasakan setelah adanya pelajaran etika moral?
Dampaknya negative atau positif?
“Dampak pelajaran budi pekerti posotif bu,kita diajarkan untuk
bagaimana beretika kepada orang lain, mengajarkan bgaimana
bertingkah laku yang baik.”
3. Apakah kalian pernah melakukan pelanggaran tata tertib/peraturan
sekolah? Dalam hal apakah?
“Pernah bu, saya tidak memakai sepatu selain hitan dan tidak memakai
dasi.”
4. Apa kalian pernah bolos atau terlambat masuk kelas? Karena apa?
“Saya tidak pernah telat ataupun membolos bu, tertib kok bu.”
5. Sanksi apa yang diberikan saat kalian melanggar tata tertib atau peraturan
sekolah?
“Pernah mendapat sanksi, saksinya kalau sepatu disita, kalau tidak
memakai atribut lengkap paling hanya ditegur diberikan peringatan .”
HASIL WAWANCARA
Nama :EG
Kelas : IX E
Waktu : Kamis, 8 September 2017 pukul 14.00 WIB
Tempat : Di SMP Negeri 6 Salatiga
1. Menurut kalian bagaimana pelajaran budi pekerti? Sulit atau mudah?
“Menurut pelajaran budi pekerti mudah bu, pelajaranya memberikan
contoh-contoh berbicara yang sopan, berpakaian dengan rapi.”
2. Apa dampak yang kalian rasakan setelah adanya pelajaran etika moral?
Dampaknya negative atau positif?
“Dampak pelajaran budi pekerti positif, saya lebih bisa mencontoh
perilaku baik yang dicontohkan saat pelajaran budi pekerti.”
3. Apakah kalian pernah melakukan pelanggaran tata tertib/peraturan
sekolah? Dalam hal apakah?
“Tidak pernah bu .”
4. Apa kalian pernah bolos atau terlambat masuk kelas? Karena apa?
“Saya juga tidak pernah membolos”
5. Sanksi apa yang diberikan saat kalian melanggar tata tertib atau peraturan
sekolah?
“Saya tidak tau bu, karena saya tidak pernah, tapi biasanya teman-teman
disuruh membersihkan ruang BK.”
HASIL WAWANCARA
Nama : EFA
Kelas : IX E
Waktu : Kamis, 8 September 2017 pukul 14.00 WIB
Tempat : Di SMP Negeri 6 Salatiga
1. Menurut kalian bagaimana pelajaran budi pekerti? Sulit atau mudah?
“Menurut pelajaran budi pekerti sangat baik, dan mudah.”
2. Apa dampak yang kalian rasakan setelah adanya pelajaran etika moral?
Dampaknya negative atau positif?
“Dampak pelajaran budi pekerti posotif bu,diajarkan cara berpakaian,
etika berbicara, etika bermain facebook.”
3. Apakah kalian pernah melakukan pelanggaran tata tertib/peraturan
sekolah? Dalam hal apakah?
“Pernah bu,dalam hal berpakaian tapi dulu dan sekarang sudah tidak
pernah lagi buk .”
4. Apa kalian pernah bolos atau terlambat masuk kelas? Karena apa?
“Saya tidak pernah membolos.”
5. Sanksi apa yang diberikan saat kalian melanggar tata tertib atau peraturan
sekolah?
“Sanksinya hanya diberikan point dari BK bu.”
HASIL WAWANCARA
Nama :ER
Kelas : IX E
Waktu : Kamis, 8 September 2017 pukul 14.00 WIB
Tempat : Di SMP Negeri 6 Salatiga
1. Menurut kalian bagaimana pelajaran budi pekerti? Sulit atau mudah?
“Menurut saya pelajaran budi pekerti dapat memperbaiki sikap, dan
pelajarannya mudah.”
2. Apa dampak yang kalian rasakan setelah adanya pelajaran etika moral?
Dampaknya negative atau positif?
“Dampak pelajaran budi pekerti terhadap saya posotif bu, karena saya
lebih bisa memahami memperbaiki sikap.”
3. Apakah kalian pernah melakukan pelanggaran tata tertib/peraturan
sekolah? Dalam hal apakah?
“Pernah bu, saya memakai sepatu berwarna.”
4. Apa kalian pernah bolos atau terlambat masuk kelas? Karena apa?
“Saya tidak pernah membolos tapi saya pernah terlambat masuk kela
karena saya bangun kesiangan”
5. Sanksi apa yang diberikan saat kalian melanggar tata tertib atau peraturan
sekolah?
“Pernah mendapat sanksi,disuruh membersihkan ruang guru.”
HASIL WAWANCARA
Nama :MI
Kelas : IX E
Waktu : Kamis, 8 September 2017 pukul 14.10 WIB
Tempat : Di SMP Negeri 6 Salatiga
1. Menurut kalian bagaimana pelajaran budi pekerti? Sulit atau mudah?
“Menurut pelajaran budi pekerti sangat baik,dan mudah bu.”
2. Apa dampak yang kalian rasakan setelah adanya pelajaran etika moral?
Dampaknya negative atau positif?
“Dampak pelajaran budi pekerti terhadap saya posotif bu, membuat saya
menjadi terinspirasi untuk selalu berbuat baik.”
3. Apakah kalian pernah melakukan pelanggaran tata tertib/peraturan
sekolah? Dalam hal apakah?
“Pernah bu, saya memakai septum berwarna, kos kaki di corat coret, dan
pernah mewarnai rambut..”
4. Apa kalian pernah bolos atau terlambat masuk kelas? Karena apa?
“Saya pernah membolos, tapi gara-gara ongkot demo itu lo bu.”
5. Sanksi apa yang diberikan saat kalian melanggar tata tertib atau peraturan
sekolah?
“Pernah mendapat sanksi, Cuma disuruh membuat surat pernyatan
supaya tidak mengulanginya lagi.”
HASIL WAWANCARA
Nama :NRR
Kelas : IX E
Waktu : Kamis, 8 September 2017 pukul 14.00 WIB
Tempat : Di SMP Negeri 6 Salatiga
1. Menurut kalian bagaimana pelajaran budi pekerti? Sulit atau mudah?
“Menurut saya pelajaran budi pekerti sangat baik, dapat memperbaiki
sikap, pelajaran mudah.”
2. Apa dampak yang kalian rasakan setelah adanya pelajaran etika moral?
Dampaknya negative atau positif?
“Dampak pelajaran budi pekerti posotif bu, kita lebih termotivasi setelah
mengikuti pelajaran budi pekerti dan saya merasa lebih mudah untuk
memperbaiki kesalah.”
3. Apakah kalian pernah melakukan pelanggaran tata tertib/peraturan
sekolah? Dalam hal apakah?
“Pernah bu, saya tidak memakai dasi .”
4. Apa kalian pernah bolos atau terlambat masuk kelas? Karena apa?
“Saya tidak pernah membolos ataupun terlambat.”
5. Sanksi apa yang diberikan saat kalian melanggar tata tertib atau peraturan
sekolah?
“Saya tidak tahu karena saya tidak pernah kena sanksi. Setahu sya kalau
septunya tidak sesuai aturan akan disita bu.”
HASIL WAWANCARA
Nama :FM
Kelas : IX E
Waktu : Kamis, 8 September 2017 pukul 13.00 WIB
Tempat : Di ruang tamu sekolah
1. Menurut kalian bagaimana pelajaran budi pekerti? Sulit atau mudah?
“Pelajarannya sangat baik, karena dapat membimbing siswa,
pelajarannya mudah.”
2. Apa dampak yang kalian rasakan setelah adanya pelajaran etika moral?
Dampaknya negative atau positif?
“Merubah sikap kita positif untuk kita bu.”
3. Apakah kalian pernah melakukan pelanggaran tata tertib/peraturan
sekolah? Dalam hal apakah?
“Pernah bu, pelanggaran yang saya tidak memakai dasi .”
4. Apa kalian pernah bolos atau terlambat masuk kelas? Karena apa?
“Saya pernah terlambat masuk kelas, karena bangunya kesiangan.”
5. Sanksi apa yang diberikan saat kalian melanggar tata tertib atau peratturan
sekolah?
“Tidak pernah mendapat sanksi, saya disuruh untuk membersihkan ruang
guru”
HASIL WAWANCARA
Nama :RSB
Kelas : IX E
Waktu : Kamis, 8 September 2017 pukul 13.30 WIB
Tempat : Di SMP Negeri 6 Salatiga
1. Menurut kalian bagaimana pelajaran budi pekerti? Sulit atau mudah?
“Pelajarannya sangat baik, mudah, tapi membosankan menurut saya bu.”
2. Apa dampak yang kalian rasakan setelah adanya pelajaran etika moral?
Dampaknya negative atau positif?
“Dampak pelajaran budi pekerti terhadap saya posotif bu, saya lebih bisa
memahami bagaimana pelajaran budi pekerti yang baik.”
3. Apakah kalian pernah melakukan pelanggaran tata tertib/peraturan
sekolah? Dalam hal apakah?
“Pernah bu, saya pernah mewarnai rambut dengan warna warni, karena
habis liburan habis itu masuk sekolah belum sempat mewarnai hitam lagi
.”
4. Apa kalian pernah bolos atau terlambat masuk kelas? Karena apa?
“Saya pernah terlambat masuk kelas, karena saya naik angkot dan
angkotnya ngetem bu jadi membuat saya telat msuk kelas.”
5. Sanksi apa yang diberikan saat kalian melanggar tata tertib atau peraturan
sekolah?
“Pernah mendapat sanksi, karena saya memkai sepatu yang ada
warnanya dan saya disuruh menulis di buku catatan di BK dan saya
disuruh untuk memebrsihkan ruang BK”
Gambar 4.2 Materi budi pekerti tentang etika berpakaian
Gambar 4.3
Materi budi pekerti tentang etika berbicara
FOTO WAWANCARA
Gambar 4.4
Wawancara dengan waka kesiswaan
Gambar 4.5
Wawancara dengan Kepala Sekolah
Gambar 4.6 (Wawancara dengan guru)
Gambar 4.7 (Wawancara dengan Guru PAI)
Gambar 4.8
Wawancara dengan siswa dan siswi kelas IX E