implementasi peer teaching dalam meningkatkan...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PEER TEACHING DALAM
MENINGKATKAN PEMAHAMAN HADIS BAGI
SISWA DI KELAS VII MTs AL-ADZKAR
PAMULANG TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
Laila Rostika Mubarok
NIM: 1113011000099
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
i
ABSTRAK Laila Rostika Mubarok, 1113011000099 , Implementasi Peer Teaching dalam Meningkatkan Pemahaman Hadis Siswa Di Kelas VII MTs Al-Adzkar Pamulang Timur, Skripsi: Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Masalah dalam penelitian ini adalah banyaknya siswa yang sulit memahami isi kandugan dalam hadits. Oleh karena itu perlu digunakannya metode yang efektif dalam pengajaran. Metode yang di gunakan di Mts Al-Adzkar yaitu metode peer teaching. Tujuan penelitian ini adalah: Untuk mendeskripsikan Implementasi Peer Teaching (Tutor Sebaya) dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Hadits Siswa Di Kelas VII MTs Al-Adzkar Pamulang Timur.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Dilaksanakan di MTs AL-Adzkar pada bulan Februari 2020. Subyek dalam penelitian ini adalah guru Hadits dan tutor. Sedangkan informannya yaitu guru pendamping dan siswa. Metode pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Implementasi metode peer teaching yang diterapkan di MTs Al-Adzkar itu ada dua macam yaitu sebagai berikut: (a) Metode tutor sebaya yang diadakan di dalam kelas (b) Metode tutor sebaya yang diadakan diluar kelas. Penerapan teknik tutor sebaya ini dapat dikatakan berhasil meningkatkan pemahaman hadits siswa. Hal ini dilihat dari hasil post test yang meningkat dibanding pree test, dan juga tercapainya nilai seluruh siswa di atas Kriteria Ketentuan Minimum (KKM). Selain peningkatan pada hasil belajar dan pemahaman, dengan metode ini juga menyebabkan perubahan terhadap siswa. Perubahan-perubahan itu di antaranya adalah (a) Siswa lebih senang mengikuti KBM. (b) Siswa lebih aktif / berani untuk bertanya tentang masalah yang belum dimengerti.
Kata Kunci: Metode Peer Teaching, Pemahaman Hadis
ii
ABSTRACT
Laila Rostika Mubarok, 1113011000099, Implementation of Peer Teaching to Improving Students' Understanding of Hadis in Class VII MTs Al-Adzkar East Pamulang , Thesis: Islamic Religious Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
The problem in this research is that many students find it difficult to understand the content of the hadits. Therefore it is necessary to use effective methods of teaching. The method used in Mts Al-Adzkar is the peer teaching method. The objectives of this study were: To describe the implementation of peer teaching to Improving Students' Understanding Ability of Hadits in Class VII MTs Al-Adzkar East Pamulang.
This research is a type of qualitative research with descriptive methods. Held at MTs AL-Adzkar in February 2020. The subjects in this study were Hadits teachers and tutors. While the informants are accompanying teachers and students. Methods of data collection by observation, interviews and documentation.
From the research results, it can be concluded that there are two kinds of peer teaching method applied at MTs Al-Adzkar, namely as follows: (a) Peer tutoring method which is held in class (b) Peer tutoring method which is held outside the classroom. The application of this peer tutoring technique can be said to have succeeded in increasing students' understanding of hadith. This can be seen from the results of the post test which increased compared to the pre-test, and also the achievement of all students' scores above the Minimum Requirements Criteria. In addition to improving learning outcomes and understanding, this method also causes changes to students. These changes include (a) Students prefer to participate in teaching and learning activities. (b) Students are more active / courageous to ask questions about problems that have not been understood.
Keywords: Peer Teaching Methode, Understanding of Hadis
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah
SWT karena atas limpahan rahmat dan bimbingan-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Implementasi Peer Teaching dalam
Meningkatkan Pemahaman Hadis Siswa Di Kelas VII MTs Al-Adzkar Pamulang
Timur. Shalawat dan salam semoga tetap senantiasa dilimpahkan kepada
junjungan dan panutan kita, Rasulullah saw.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari adanya bimbingan,
motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan
terima kasih kepada:
1. Ayah dan Umi tercinta, serta adik-adikku yang senantiasa memberikan doa dan
semangat hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A, selaku rektor UIN
Jakarta
3. Ibu Dr. Sururin, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Jakarta yang telah memberikan persetujuan penelitian kepada penulis untuk
melakukan penelitian skripsi ini.
4. Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN
Jakarta.
5. Ibu Dr. Siti Khadijah, MA, selaku Dosen pembimbing dan wali studi saya yang
telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Segenap Dosen Pengajar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
beserta staff yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis
mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Bapak Ambo Ala, S.Pd. selaku Kepala Sekolah MTs Al-Adzkar yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di MTs tersebut.
8. Bapak Miftah Habibie S.Pd dan Bapak M. Fathurrahman, S.Pd, selaku Guru PAI
yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.
9. Siswi-siswi MTs Al-Adzkar kelas VII yang telah mendukung dan membantu
iv
serta bersedia menjadi informan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
10. Sahabat-sahabat saya kelas C dan seluruh angkatan 2013 yang memberikan
motivasi dan dukungan yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Jakarta, 20 Juli 2020
Penulis,
Laila Rostika Mubarok
1113011000099
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 7
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 8
BAB II .................................................................................................................... 9
KAJIAN TEORI .................................................................................................... 9
A. Pembelajaran ............................................................................................. 9
1. Pengertian Pembelajaran ........................................................................ 9
2. Ciri-ciri Pembelajaran ........................................................................... 12
3. Tujuan Pembelajaran ............................................................................ 12
4. Jenis-jenis Pembelajaran ....................................................................... 13
5. Teori-teori Pembelajaran ...................................................................... 13
6. Prinsip-Prinsip Belajar .......................................................................... 17
7. Masalah-Masalah Belajar ..................................................................... 18
B. Pembelajaran Hadits ............................................................................... 18
1. Pengertian Ilmu Hadits ......................................................................... 18
2. Ruang Lingkup Ulumul Hadis .............................................................. 22
C. Metode Tutor Sebaya .............................................................................. 26
1. Pengertian Tutor Sebaya ....................................................................... 26
vi
2. Tujuan Metode Tutor Sebaya ............................................................... 27
3. Manfaat Kegiatan Tutor Sebaya ........................................................... 28
4. Teknik Pemilihan Metode Tutor Sebaya .............................................. 28
5. Langkah-Langkah Metode Tutor Sebaya ............................................. 29
6. Kelebihan dan kelemahan metode Tutor Sebaya ................................. 31
D. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................ 32
E. Kerangka Berfikir ................................................................................... 33
BAB III ................................................................................................................. 35
METODE PENELITIAN ................................................................................... 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 35
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................... 35
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 37
D. Jenis Dan Sumber Data .......................................................................... 38
E. Intrumen Penelitian ................................................................................ 39
F. Tahap-Tahap Penelitian ......................................................................... 39
G. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 44
H. Teknik Analisa Data ................................................................................ 46
BAB IV ................................................................................................................. 49
LAPORAN HASIL PENELITIAN .................................................................... 49
A. Gambaran Umum Mts Al-Adzkar Pamulang Timur .......................... 49
B. Deskripsi Pelaksanaan atau Penerapan Metode Tutor Sebaya .......... 59
C. Deskripsi Tingkat Pemahaman Siswa Setelah Belajar dengan Teman Sebaya ............................................................................................................... 66
D. Deskripsi Peranaan Tutor Sebaya dalam Meningkatkan Pemahaman Materi ............................................................................................................... 67
E. Analisa Penyelenggaraan/Penerapan Tutor Sebaya ............................ 68
F. Analisa Pemahaman Siswa ..................................................................... 70
G. Analisa Peranan Tutor Sebaya Dalam Meningkatkan Pemahaman Materi PAI ....................................................................................................... 72
vii
BAB V ................................................................................................................... 75
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 75
A. Kesimpulan .............................................................................................. 75
B. Saran ......................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 78
LAMPIRAN ......................................................................................................... 82
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Profil Sekolah ..................................................................................... 50
Tabel 4.2 Jumlah Siswa ..................................................................................... 56
Tabel 4.3 Nama-Nama Staff Pengajar ............................................................. 57
Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana ....................................................................... 59
Tabel 4.5 Daftar Nilai Test Siswa Mts Al-Adzkar Pamulang Kelas VII A .... 64
Tabel 4.6 Daftar Nilai Test Siswa Mts Al-Adzkar Pamulang Kelas VII A .... 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3,
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Dengan kata lain bahwa tujuan utama pendidikan
nasional adalah menciptakan manusia yang kompeten untuk menghadapi era
globalisasi yang semakin menyebar luas.
Oleh sebab itu, untuk mewujudkannya perlu diadakannya proses belajar
dan pembelajaran. Belajar itu sendiri adalah suatu proses atau tahapan
perubahan tingkah laku yang terus-menerus pada diri manusia. Belajar
merupakan key term yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan. Belajar
berfungsi untuk mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia di
tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya
yang lebih dahulu maju karena belajar.1 Belajar merupakan kegiatan yang
penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat
menguasai atau memperoleh sesuatu.
Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu
direncanakan, dilaksanakan, dinilai dan diawasi agar terlaksana secara efektif
dan efisien.2 Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
1 Dr. Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda:
2010) hal. 93 2 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 37
2
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.3
Proses pembelajaran yang efektif dan efisen ini akan memudahkan peserta
didik dalam memahami setiap apa yang mereka pelajari.
Namun saat ini, kita temukan masih banyak sekolah yang dalam proses
pembelajarannya hanya berupa teori atau konseptual, tanpa adanya
pembelajaran kontekstual yang memungkinkan para siswa untuk mengalami
langsung ataupun menghubungkan materi yang sedang mereka pelajari
dengan kehidupan mereka pada kehidupan nyata.
Menjadi seorang pengajar memang tidak semudah membalikan telapak
tangan karena banyak hal yang akan kita temui di lapangan di antaranya
hambatan-hambatan yang terjadi pada saat mengajar. Misalnya saja siswa
sudah mengangap bahwa mata pelajaran yang akan kita sampaikan itu adalah
mata pelajaran yang rumit, seperti pelajaran agama yang kurang diminati
sebagian besar siswa, mengapa demikian? Model pembelajaran yang
monoton, biasanya membuat siswa malas belajar, mendengarkan guru dengan
fikiran yang tidak fokus, mengantuk, mengobrol dan bercanda dengan
temannya dan lain-lain.
Sebagai guru agama yang profesional kita harus melakukan berbagai
upaya dalam meningkatkan kemampuan di dalam proses belajar mengajar.
Upaya tersebut dapat tercapai apabila guru memiliki kepribadian dan
berkompetensi kependidikan yang baik. Adapun guru agama yang hanya
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya kurang dilandasi kepribadian
muslim dan kompetensi pendidikan, maka demikian hanya sebatas aspek
kognitif. Orientasi tersebut hanya akan menghasilkan peserta didik yang
memiliki pengetahuan agama saja, namun nilai-nilai agama tersebut tidak
dapat meresap ke dalam sikap dan perilaku peserta didik.
Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan Islam, haruslah dilandasi metode
pendidikan dan pengajaran yang bervariasi, sehingga keberhasilan peserta
3 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006),
hal.100
3
didik dalam belajar tidak hanya sebatas aspek kognitif saja, melainkan afektif
dan psikomotorik.
Agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Agama menjadi pedoman dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang
bermakna, damai, dan bermartabat. Dengan agama manusia dapat dibedakan
dengan makhluk lainnya, sehingga agama bukan hanya sekedar sebagai
pelengkap kehidupan tetapi merupakan patokan hidup manusia. Dimana al-
Qur’an dan hadits lah sebagai sumber hukum Islam yang pokok, pedoman
yang memberikan petunjuk terhadap dinamika kehidupan yang baik, baik
secara vertikal (manusia dengan penciptanya) maupun secara horizontal.
Sehingga menjadi tatanan yang serasi di duniawi dan akhir, serta diridhoi
Allah Swt.
Mempelajari al-Qur’an dan Hadits sendiri, baik berupa bacaan, tulisan
maupun isi yang terkandung di dalamnya adalah suatu kewajiban bagi seluruh
umat Islam. Dengan mempelajari al-Qur’an dan hadits ini, umat Islam dapat
memahami apa yang terkandung di dalamnya dan pemahaman tersebut dapat
dijadikan pedoman dan petunjuk dalam menempuh kehidupan untuk
mencapai keridhoan Allah Swt.
Adapun perintah untuk membaca al-Qur’an tercantum pada dalil-dalil
berikut:
ا هانلز+*( باتك3 بابلFا ولوD( ر;كذتیلو هت@( اور;>;دیل كرا7م كیل
Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Q.S. Shaad:29)
“Memperhatikan ayat-ayatnya” arti dari kata tersebut yakni agar mereka
berupaya memahami makna-maknanya dan mengamalkannya. Tidak
mungkin bisa beramal dengannya kecuali memperhatikan ayat-ayatnya.
4
Dengan memperhatikan dan memahaminya akan menghasilkan ilmu,
sedangkan amal merupakan buah dari ilmu.
Bagi setiap pelajar muslim, mempelajari al-Qur’an Hadits sangat besar
manfaatnya, selain mampu membaca dengan baik, juga mampu mempelajari
dan memahaminya, kemudian menginterpretasikan yang terkandung di dalam
al-Qur’an Hadits dan akhirnya dapat mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Namun sangat disayangkan, dalam pembelajaran al-Qur’an Hadits saat ini
lebih menekankan pada penghafalan. Pendalaman dalam pemahaman ayat
atau hadits sering kali terabaikan. Kenyataan seperti inilah yang menjadi
problematika bagi pendidikan Islam, dan inilah yang menjadi PR besar bagi
para guru Hadits.
Guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran. Selain
kemauan anak didik dalam belajar, guru juga mengambil andil besar bagi
keberhasilan proses belajar dan pembelajaran. Di mana seorang guru lah yang
memberikan pembelajaran dan pemahaman kepada peserta didik.
Menurut Nana Sudjana, salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki
tenaga guru adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan
proses belajar mengajar. Kemampuan ini membekali guru dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar dan
mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara pendidik dengan
peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses, belajar dan
mengajar memerlukan perencanaan yang seksama, yakni mengkoordinasikan
unsur-unsur, tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar mengajaran, metode
dan alat bantu mengajar serta penilaian dan evaluasi. Pada tahap berikutnya
adalah melaksanakan rencana tersebut dalam bentuk tindakan atau praktek
mengajar.4
4 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2004), hal. 5
5
Oleh sebab itu, guru dituntut dapat menggunakan metode yang dapat
membuat peserta didik menjadi aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran,
sehingga hasil belajar peserta didik dapat menjadi maksimal dan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami al-Qur’an dan Hadits.
Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar perlu adanya kegiatan
pengayaan (enrichmen) untuk siswa yang cepat memahami bahan pelajaran
dan juga perlu adanya kegiatan perbaikan (remedial) untuk semua siswa yang
lambat dalam memahami bahan pelajaran sebab persoalan ini sangat penting
menyangkut masa depan siswa yang mengalami kesulitan pelajaran pada
umumnya dan pada khususnya belajar studi Hadits. Kenyataan juga
menunjukan masih banyak guru yang tidak menangani mereka (para siswa)
yang mengalami kesulitan belajar. Secara khusus, mereka mengajar begitu
saja pindah dari satuan pelajaran yang satu kepada satuan pelajaran yang lain
(berikutnya) tanpa menghiraukan para siswa yang memang lambat, kurang
mengerti atau gagal mencapai tujuan instruksional yang hendak dicapai.5
Hal ini menunjukkan bahwa terkadang masih terdapat di dalam kelas siswa
siswi yang memiliki kemampuan tidak sama, ada yang mudah atau cepat
paham, ada yang lamban paham, dan ada yang tidak paham sama sekali,
sehingga kerap kali guru kesulitan dalam menyusun rencana pembelajaran
dengan baik. Berkaitan dengan kondisi yang demikian, bagaimana guru
selaku pengajar dan sekolah sebagai lembaga pendidikan berupaya untuk
mengatasi dan menyiasati agar siswa-siswi yang mengalami kesulitan belajar
dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam memahami pelajaran pada
umumnya dan materi Hadits pada khususnya.
Upaya-upaya itu di antaranya adalah dengan melakukan pembaharuan
metode pengajaran yang dapat digunakan untuk mengajar. Salah satu strategi
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang telah
dikemukakan di atas adalah sistem pembelajaran tutor sebaya, tutor sebaya
5 Ishak SW, “Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar” (Yogyakarta : Liberty,1982),
hal 5-6
6
yang dimaksud di sini adalah pemberian bantuan belajar yang dilakukan oleh
siswa seangkatan yang ditunjuk oleh guru, teman sebaya ini biasanya
ditunjuk oleh guru atas dasar berbagai pertimbangan seperti siswa yang
memiliki prestasi akademik yang baik dan hubungan sosial yang memadai.
Banyak perhatian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan rekan sebaya
(peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru.
Sistem tutor sebaya dilakukan atas dasar bahwa ada sekelompok siswa
yang lebih mudah bertanya, lebih terbuka dengan teman sendiri dibandingkan
dengan gurunya. Disiplin diri yang diberikan oleh siswa dengan disadari oleh
motivasi yang positif dari internal dan eksternal siswa yang prestasinya tinggi
maupun siswa yang prestasinya rendah demi terciptanya suatu kondisi yang
tepat bagi siswa secara maksimal menerima bahan ajar, sehingga tugas yang
diberikan oleh guru tidak dianggap sebagai suatu keterpakasaan atau beban
oleh siswa melainkan sebagai suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal ini
menunjukkan, terkadang ada kalanya seorang siswa lebih mudah menerima
keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau kawan-kawan yang lain,
karena tidak adanya rasa enggan atau malas untuk bertanya. Apabila
demikian keadaanya maka guru dapat meminta bantuan kepada anak-anak
yang dapat menerangkan kepada kawan-kawanya untuk melaksanakan
perbaikan, pelaksanaan program perbaikan ini disebut tutor sebaya karena
mereka mempunyai usia yang hampir sama atau sebaya.6
Disisi lain siswa yang mempunyai kemampuan lebih dapat diberdayakan
untuk membantu teman-teman sebaya lainya untuk dapat meningkatkan
kemampuan mereka dalam memahami materi pelajaran dalam kelompok
kecil teman sebaya (peer collaboration), kerjasama cara tepat bagi siswa-
siswi untuk melibatkan diri yang sebenarnya dalam meningkatkan kualitas
akademis dan sosial dalam kehidupan di kelas mereka.7 Selama ini kondisi
6 Suharsimi Arikunto, “Pengelolaan Kelas Dan Siswa” (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1996), hal. 62 7 David Smith, dan M. Suryamin, “Inklusi Sekolah Menengah Untuk Semua”
(Bandung: PT. Nuansa, 2006), hal. 160
7
tersebut jarang dipilih oleh guru untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar atau yang dianggap kurang mampu dalam mencerna
keterangan guru.
Sehubungan kondisi yang demikian dipilihlah MTs Al-Adzkar Pamulang
sebagai tempat penelitian, karena di MTs Al-Adzkar Pamulang telah
menggunakan metode tutor sebaya sebagai upaya dalam meningkatkan
pemahaman hadits siswa.
Dengan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian tentang Implementasi Peer Teaching dalam Meningkatkan
Pemahaman Hadis Siswa Di Kelas VII MTs Al-Adzkar Pamulang Timur.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-
masalah berikut ini :
1. Rendahnya kemampuan anak dalam pemahaman hadits.
2. Pentingnya kemampuan pemahaman hadits.
3. Pentingnya kemampuan dalam merencanakan suatu strategi pembelajaran
yang bertumpu pada siswa yang aktif.
4. Banyaknya siswa yang sulit memahami penjelasan dari guru.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah: masalah tentang implementasi peer teaching dalam
meningkatkan pemahaman hadis siswa di kelas VII MTs Al-Adzkar
Pamulang Timur.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang
dikemukakan diatas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai
8
berikut: Bagaimana implementasi peer teaching dalam meningkatkan
pemahaman hadis siswa di kelas VII MTs Al-Adzkar Pamulang Timur.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui aplikasi / penerapan tutor sebaya di MTs Al-
Adzkar Pamulang Timur
b. Untuk mengetahui bagaimanakah pemahaman siswa terhadap materi
hadits
c. Untuk mengetahui sejauh manakah peranan tutor sebaya dalam
meningkatkan pemahaman siswa pada materi hadits
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat antara
lain :
a. Bagi peneliti dapat meningkatkan pengetahuan tentang penerapan
strategi Tutor Sebaya dan dapat mengembangkan dalam proses
pembelajaran selanjutnya.
b. Bagi guru sebagai wawasan pengetahuan baru dalam mengajar di
sekolah sehingga guru dapat menggunakan model pembelajaran yang
bervariasi dalam proses pembelajaran.
c. Bagi sekolah dengan adanya kegiatan yang dilakukan serta hasil yang
diberikan membawa dampak positif terhadap perkembangan sekolah
yang nampak pada peningkatan hasil belajar sehingga dapat
tercapainya ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan oleh
sekolah.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan.Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,
baik ketika ia berada di sekolah maupun lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.8
Para ahli mendefinisikan belajar dengan berbagai rumusan, sehingga
terdapat keragaman tentang makna belajar, diantaranya:
a. Skinner, berpendapat yang dimaksud belajar adalah suatu perilaku,
pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya
bila ia tidak belajar, maka responnya menurun.9
b. Gagne, merumuskan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks,
yaitu setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap
dan nilai.10
c. Henry Clay Lingren dan Newtin Sutert mendefinisikan dengan
perubahan yang relatif permanen dalam bentuk tingkah laku yang
terjadi sebagai hasil pengalaman.
d. Biggs mendefiniskan belajar dengan tiga macam rumusan yaitu:
rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif.
Secara kuantitatif belajar berarti kegiatan pengisian atau
pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.
Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi
(pengabsahan) terhadap penguasaan peserta didik atas materi-materi yang
8 Bisri Mustofa, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Parama Ilmu, 2015), Hal.127 9 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: tp, 1994), Hal.8 10 ibid
10
telah ia pelajari. Kemudian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah
proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman. Belajar dalam
pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang
berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan akan
datang.11
Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa belajar pada hakekatnya
adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya
melakukan aktifitas belajar, walaupun pada kenyataannya tidak semua
perubahan termasuk kategori belajar.12
Akhir-akhir ini muncul istilah baru yaitu pembelajaran. Terdapat
perbedaan pengertian antara pengajaran dan pembelajaran. Pengajaran
berpusat pada guru, sedangkan pembelajaran berpusat pada siswa.
Beberapa ahli merumuskan pengertian pembelajaran:
a. Menurut Syaiful Sagala, pembelajaran ialah membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan meupun teori belajar yang merupakan
penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan
proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru
sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.13
b. Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon
terhadap situasi tertentu.14
Menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material pasilitas, perlengkapan
dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Manusia yang terlibat dalam proses pembelajaran terdiri atas siswa, guru
11 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2003), Hal.67-68 12 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaim, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), Hal.15 13 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabexta, 2005), Hal.61 14 Ibid
11
dan tenaga lainnya, misalnya tenaga labolatorium. Materil meliputi buku-
buku, papan tulis, fotografi, slide dan video tape. Fasilitas dan
perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual juga
komputer. Prosedur meliputi jadwal, dan metode penyampaian informasi,
praktek, balajar, ujian dan sebagainya.15
Dari teori-teori yang dikemukakan banyak ahli tentang pembelajaran
Oemar Hamalik mengemukakan tiga rumusan yang dianggap lebih maju
dibandingkan dengan rumusan terdahulu yaitu16:
a. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
b. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi warga masyarakat yang baik.
c. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa mengahadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Proses pembelajaran dalam pendidikan Islam sebenarnya sama dengan
proses pembelajaran pada umumnya, namun yang membedakan bahwa
dalam pendididikan Islam proses maupun hasil belajar selalu inhern,
dengan keislaman. Keislaman melandasi aktivitas belajar, menafsirkan
perubahan yang terjadi serta menjiwai aktifitas berikutnya.17
Keseluruhan proses pembelajaran berpegang pada prinsip-prinsip Al-
Qur’an dan Sunnah serta terbuka untuk unsur-unsur luar secara adaptif
yang ditilik dari persepsi keislaman.18 Perubahan pada ketiga domain yang
dikehendaki Islam adalah perubahan yang dapat menjembatani individu
dengan masyarakat dan dengan Khalik (habl min Allah wa habl min al-
Nas) tujuan akhir berupa pembentukan orientasi hidup secara menyeluruh
sesuai dengan kehendak Tuhan yaitu mengabdi kepada Tuhan (ubudiyah)
dan konsisten dengan kekhalifahannya (khalifah Allah fi al-Ardh).
15 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Hal.61 16 Ibid 17 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet ke-4, Hal.345 18 Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Menytal, (Kajang: Pustaka Huda,1983), Hal.337
12
2. Ciri-ciri Pembelajaran
Berdasarkan pengertian atau definisi-definisi belajar yang telah
diuraikan di atas, maka belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi
cir-ciri kegiatannya sebagai berikut:
a. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri
individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual
maupun potensial.
b. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru
yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).19
Dengan demikian, ciri-ciri yang menunjukan bahwa seseorang
melakukan kegiatan belajar, ditandai dengan adanya perubahan tingkah
laku yang aktual dan potensial.
3. Tujuan Pembelajaran
Seperti sudah dikatakan sebelumnya bahwa belajar adalah suatu
aktivitas yang bertujuan. Tujuan belajar erat kaitannya dengan perubahan
pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta
dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
Menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk
mencapai ketiga ranah, yaitu ranah kognif, afektif dan psikomotorik.20
a. Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta ingatan,
pemahaman, aplikasi dan kemampuan berfikir analisis, sintesis dan
evaluasi.
b. Tujuan belajar efektif untuk memperoleh sikap, apresiasi dan
karakterisasi. Sedangkan tujuan psikomotorik untuk memperoleh
keterampilan fisik yang berkaitan dengan gerak maupun keterampilan
ekspresi verbal dan non verbal.
19 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007), Hal. 56 20 Ibid, Hal. 58-59
13
4. Jenis-jenis Pembelajaran
Terdapat berbagai jenis belajar, jenis belajar tersebut sebagai berikut:
a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)
b. Belajar dengan wawasan (learning by insight)
c. Belajar dengan deskriminatif (discriminatif learning)
d. Belajar global/keseluruhan (global whole learning)
e. Belajar insidental (incidental learning)
f. Belajar instrumental (instrumental learning)
g. Belajar intensional (intensional learning)
h. Belajar laten (latent learning)
i. Belajar mental (mental learning)
j. Belajar produktif (productive learning)
k. Belajar verbal (verbal learning)21
Jenis-jenis belajar tersebut erat kaitannya dengan macam-macam
proses atau hasil belajar yang harus dicapai.
5. Teori-teori Pembelajaran
Proses belajar yang terjadi pada diri individu merupakan proses
internal psikologis yang tidak dapat diketahui secara nyata. Oleh karena
terjadinya proses belajar itu tidak dapat diketahui secara jelas maka
timbullah perbedaan pendapat dikalangan para ahli, sehingga akibatnya
terjadi macam-macam teori belajar.
Teori ialah pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli yang
bersifat teoritis itu berisi konsep dan prinsip. Setiap teori belajar
dirumuskan berdasarkan kajian tentang perilaku individu dalam proses
belajar. Kajian tersebut pada intinya menyangkut dua hal:
a. Konsep yang menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah
kemampuan potensial (daya-daya).
b. Konsep yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu sistem
energi yakni suatu sistem tenaga yang dinamis yang berupaya
21 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (PT. Rineka Cipta: Jakarta, 2015), Hal. 58
14
memelihara keseimbangan dalam merespon sistem energi lain sehingga
ia dapat berinteraksi melalui organ rasa.22
Dengan demikian, teori-teori belajar yang dimaksud diartikan dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip tentang belajar.
Berikut merupakan macam-macam teori belajar :
a. Teori Gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman, “teori
ini sering disebut Organism Psychology atau Field Psychology atau
Insight Full Learning. Teori ini berpendirian bahwa keseluruhan itu
lebih penting dari bagian-bagian/unsur-unsurnya”. 23 Menurut
pandangan teori ini, manusia adalah organisme yang aktif berusaha
mencapai tujuan, bahwa individu itu bertindak atas sebagai pengaruh
baik dari dalam maupun dari luar diri individu.
Oleh karena itu, menurut teori Gestalt belajar itu bukan hanya
sekedar proses asosiasi antara stimulus dengan respon yang diperkuat
dengan koneksi-koneksi atau conditioning dengan melalui latihan-
latihan atau ulangan-ulangan, akan tetapi menurut teori ini belajar itu
terjadi jika ada pemahaman (insight).
Dengan demikian cara belajar menurut teori Gestalt harus
dilakukan dengan sadar dan bertujuan serta dengan potensi dan
motivasi yang dimiliki orang yang belajar berupaya memperoleh insight
(pemahaman) tentang masalah yang dipelajari.
Teori Gestalt ini digunakan selain untuk memperoleh penguasaan
pengetahuan yang bersifat pemahaman, analisis sintesis dan evaluasi,
juga teori ini akhirnya diharapkan dapat mencapai tujuan pembentukan
kemampuan problem solving, agar siswa kelak mampu memecahkan
setiap masalah yang dihadapi dengan baik.
22 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Ciputat: Gaung Persada (GP) Press, 2008), cet.1,
Hal. 21 23 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan ..., Hal. 71-72
15
b. Teori Belajar Menurut J. Bruner
Bruner mengatakan, belajar tidak untuk mengubah tingkah laku
seseorang, tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebuh banyak dan mudah.
Dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari setiap
siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan.24
Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang
dinamakan discovery learning environment, ialah lingkungan dimana
siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang
belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.
c. Teori Belajar Menurut Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada
anak- anak adalah sebagai berikut:
1) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang
dewasa.
2) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu,
menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.
3) Walaupun berlangsungnya bertahap-tahap perkembangan itu
melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk berlatih
dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap
anak.
4) Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:
a. Kemasakan
b. Pengalaman
c. Interaksi Sosial
d. Equilibration (proses dari ketiga faktor diatas bersama-sama
untuk membangun dan memperbaiki struktur mental)25
Ada tiga tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut:
1) Ber fikir secara intuitif ± 4 tahun
24 Slameto, Belajar dan Faktor ..., Hal. 11 25 Slameto, Belajar dan Faktor ..., Hal. 12-13
16
2) Beroperasi secara konkret ± 7 tahun
3) Beroperasi secara formal ± 11 tahun
d. Teori Belajar R. Gagne
Gagne memberikan dua definisi, yaitu:
1) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
2) Belajar adalah penguasaan, pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh dari instruksi.
3) Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh
manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut The
domains of learning, yaitu:
4) Keterampilan motoris (motor skill)
5) Informasi verbal
6) Kemampuan intelektual
7) Strategi kognitif
8) Sikap.26
e. Purposeful Learning
Purposeful Learning adalah belajar yang dilakukan dengan sadar
untuk mencapai tujuan dan :
1) Dilakukan siswa sendiri tanpa perintah atau bimbingan orang lain.
2) Dilakukan siswa dengan bimbingan orang lain di dalam situasi
belajar mengajar di sekolah.
Belajar dengan Mengamati dan Meniru (Observational Learning
and Imitation).
Menurut Bandura dan Waltes, “tingkah laku baru dikuasai atau
dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model
contoh teladan”.27
26 Slameto, Belajar dan Faktor ..., Hal. . 13-16 27 Slameto, Belajar dan Faktor ..., Hal. 21
17
f. Belajar yang Bermakna (Meaningfull Learning)
Ada 2 dimensi dalam tipe-tipe belajar, yaitu:
1) “Dimensi menerima (receptions learning) dan
menemukan (discovery learning)
2) Dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna
(meaningfull learning)”.28
Adanya berbagai macam teori belajar tersebut merupakan akibat
dari banyaknya perbedaan pendapat dikalangan para ahli. Zikri Neni
Iska dalam bukunya mengatakan, “belajar merupakan suatu yang
asosiatif, yaitu asosiasi atau koneksi antara suatu rangsangan tertentu
denga reaksi tertentu”.29
6. Prinsip-Prinsip Belajar
Dalam kegiatan mengajar, tentunya harus menggunakan prinsip-
prinsip belajar tertentu agar bertindak secara tepat. Dalam perencanaan
pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas
kemungkinan dalam pembelajaran. Dengan mengacu pada prinsip-prinsip
belajar, seorang guru akan dapat mengembangkan sikap yang diperlukan
untuk menunjang peningkatan efektivitas belajar siswa. Prinsip-prinsip itu
adalah :
a. Perhatian dan motivasi
b. Keaktifan
c. Ketertiban langsung/berpengalaman
d. Pengulangan
e. Tantangan
f. Balikan dan penguatan
g. Perbedaan individual.30
28 Slameto, Belajar dan Faktor ..., Hal. 23 29 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brother’s, 2006), cet. 1, Hal. 78 30 Dimyati, Belajar dan ... Hal. 42-49
18
Siswa maupun guru, tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya
prinsi- prinsip belajar tersebut, karena hal tersebut berpengaruh pada
keberhasilan pembelajaran siswa.
7. Masalah-Masalah Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah belajar siswa dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan eksternal.
a. Faktor internal siswa
Faktor internal yang dialami oleh para siswa yang berpengaruh
pada proses belajar, yaitu sikap terhadap belajar, motivasi belajar,
konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan
hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan
berprestasi, rasa percaya diri siswa, kebiasaan belajar dan cita-cita
siswa.
b. Faktor eksternal siswa
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar, yaitu
prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan
sosial siswa di sekolah serta kurikulum sekolah.31
B. Pembelajaran Hadits
1. Pengertian Ilmu Hadits
Al-Hadits di kalangan Ulama Hadits berarti segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi saw dari perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.
Dengan demikian, Ulumul Hadits adalah ilmu-ilmu yang membahas
dengan hadits Nabi saw.32
Adapun menurut istilah, para ahli memberikan definisi yang berbeda-
beda sesuai dengan latar belakang disiplin keilmuan masing-masing,
sebagaimana perbedaan antara ahli ushul, ahli hadits dan ahli fiqh dalam
memberikan definisi al-hadits, yaitu:
31 Dimyati, Belajar dan ... Hal. 236-253 32 Ash-Shiddieqy Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,
(Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra ; 1999.) hal.3
19
a. Ahli Hadits
Ada hadits yang mengatakan bahwa “Segala perkataan Nabi saw,
perbuatan dan hal-ihwalnya” dan adapula hadits yang mengatakan
“sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, baik berupa perkataan,
perbuatan, ketetapan (taqrir) maupun sifat beliau”.
Yang termasuk “hal ihwal” ialah segala yang diriwayatkan dari
Nabi yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran,
dan kebiasaan-kebiasaannya.33
Dari definisi tersebut, dapat dimengerti bahwa hadits meliputi
biografi Nabi saw, sifat-sifat yang melekat padanya, baik berupa fisik
(misalnya masalah tubuh, rambut dan sebagainya) maupun hal-hal yang
terkait dengan masalah psikis dan akhlak keseharian Nabi, baik
sebelum maupun sesudah terutus sebagai Nabi saw.34
Sebagai muhaddisin, berpendapat pengertian hadits sebagaimana
diatas merupakan pengertian yang sempit. Menurut mereka, hadits
mempunyai cakupan pengertian yang lebih luas, tidak hanya terbatas
pada apa yang disandarkan kepada Nabi saw (Hadits Marfu’),
melainkan termasuk di dalamnya segala yang disandarkan kepada
sahabat (Hadits Mauquf), dan yang disandarkan kepada Tabi’in (Hadits
Maqtu’).35
b. Ahli Ushul
Ada hadits yang mengatakan bahwa “segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi saw, baik ucapan, perbuatan, maupun ketetapan
yang berhubungan erat dengan hukum-hukum atau ketetapan-ketetapan
Allah yang disyari’atkan kepada manusia. Ini berarti segala sesuatu
selain hal yang telah disebutkan tidak masuk dalam pengertian hadits”.
33 Suparta Munzier , Ilmu Hadis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 1996). hal.2 34 Sahrani Sohar, “Ulumul Hadits”, (Bogor: Ghalia Indonesia : 2010),. hal. 4 35 Suparta Munzier, op. cit., hal. 3
20
Tidak termasuk kedalam hadits, sesuatu yang tidak bersangkut paut
dengan hukum, seperti urusan pakaian.36
Oleh sebab itu, hadits adalah sesutau yang berhubungan erat dengan
misi dengan misi dan ajaran Allah yang menjadi tugas Muhammad saw.
Sebagai Rasulullah, berupa ucapan, perbuatan dan ketetapan.
Sedangkan yang berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan seperti tata
cara berpakaian, tidur dan sebagainya merupakan kebiasaan manusia
dan sifat kemanusiaan, tidak dapat dimasukan kedalam pengertian
hadits.
c. Ahli Fiqh
Lain halnya dengan ahli fiqh, hadits dipandang sebagai suatu
perbuatan yang harus dilakukan, tetapi tingkatannya tidak sampai pada
wajib atau fardlu, karena hadits masuk kedalam suatu pekerjaan yang
status hukumnya lebih utama dikerjakan. Artinya, suatu amalan apabila
dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak dituntut
apa-apa, tetapi apabila ketentuan tersebut dilanggar mendapat dosa.
Ulumul Hadis adalah istilah ilmu hadis di dalam tradisi ulama hadits.
(Arabnya: ‘ulumul al-hadist). ‘ulum al-hadist terdiri dari atas 2 kata, yaitu
‘ulum dan Al-hadist. Kata ‘ulum dalam bahasa arab adalah bentuk jamak
dari ‘ilm, jadi berarti “ilmu-ilmu”; sedangkan al-hadist di kalangan Ulama
Hadis berarti “segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi SAW dari
perbuatan, perkataan, taqir, atau sifat.” Dengan demikian, gabungan kata
‘ulumul-hadist mengandung pengertian “ilmu-ilmu yang membahas atau
berkaitan Hadis nabi SAW”.
Hadis atau al- hadits menurut etimologi adalah al- jadid yang artinya
(sesuatu yang baru) artinya yang berarti menunjukkan kepada waktu yang
dekat atau waktu yang singkat seperti ملاسلإأ ىف دھعلا ثیدح (orang yang baru
masuk/ memeluk islam). Hadis juga sering disebut dengan al- khabar, yang
36 Ash-Shiddieqy Teungku Muhammad Hasbi, op. cit., hal. 4
21
berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari
seseorang kepada orang lain, sama maknanya dengan hadis.
Secara etimologi, hadits juga memiliki beberapa arti, diantaranya
seperti yang sudah diungkapkan dipengertian dan ruang lingkup hadits
yaitu : jadid (yang baru). Didalam Al-Qur’an kata hadits memiliki banyak
pengertian, diantaranya ialah kisah, komunikasi, atau risalah, dan tata cara
atau kebiasaan.37
Dan pengertian hadits secara terminologi juga cakupannya sangat
banyak, ada yang mencangkup batasan secara sempit, dan mencakup
batasan yang luas, yang diartikan sebagai sesuatu yang di idhafatkan
kepada Nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan,
dan lain sebagainya.
Adapula yang mengartikan hadits secara etimologi yang berarti baru
atau muda, misalnya: Haditsussinni yang berarti berumur muda. Hadits
dengan pengertian ini dujamakan dengan “Hudatsa’u” hadits juga berarti
warta, berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan atau dipindahkan dari
sesorang kepada orang lain.38
يورملاو يوارلا ةفرعم ىلإ اھب لصوتی يتلا دعاوقلا ةفرعم وھ ثیدحلا ملع
“Ilmu Hadits adalah pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang
menghantar-kan kepada pengetahuan tentang rawi (periwayat) dan marwi
(materi yang diriwayatkan).”
Ada pendapat lain yang menyatakan:
نتملاو دنسلا لاوحأ اھب فرعی نیناوقب ملع وھ
“Ilmu Hadits adalah ilmu tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui
kondisi sanad dan matan.”
Pada mulanya, Ilmu hadist memang merupakan beberapa ilmu yang
masing-masing berdiri sendiri, yang berbicara tentang Hadist Nabi Saw
dan para perawinya, seperti Ilmu al-Hadist al-Shahih, Ilmu al-Mursal, Ilmu
37 Dharmalaksana Wahyudin, Hadis di Mata Orientasi, (Bandung:Benang Merah Pers, 2004)
hal. 2 38 Abu Bakar Muhammad, Hadits Tarbiyah, (Surabaya:Al-Ikhlas, 1995) hal. 15
22
al-Asma wa al-kuna, dan lain-lain. Penulisan ilmu-ilmu hadist secara
parsial dilakukan, khususnya, oleh para ulama abad ke-3 H.
Ilmu-ilmu yang terpisah dan bersifat persial tersebut disebut dengan
Ulumul Hadist, karena masing-masing membicarakan tentang Hadist dan
para perawinya. Akan tetapi, pada masa berikutnya, ilmu-ilmu yang
terpisah itu mulai digabungkan dan dijadikan satu, serta selanjutnya,
dipandang sebagai satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Terhadap ilmu
yang sudah digabungkan dan menjadi satu kesatuan tersebut tetap
dipergunakan nama Ulumul Hadist, sebagaimana halnya sebelum
disatukan. Jadi, penggunaan lafaz jamak Ulumul Hadist, setelah
mengandung makna mufrad atau tunggal, yaitu ilmu hadist, karena telah
terjadi perubahan makna lafaz tersebut dari maknanya yang pertama –
beberapa ilmu yang terpisah – menjadi nama dari suatu disiplin ilmu yang
khusus, yang nama lainnya adalah Mushthalah al-Hadist.39
2. Ruang Lingkup Ulumul Hadis
Ruang lingkup kajian ulumul hadits menyangkut dua bagian, yaitu :
ilmu hadits riwayat dan ilmu hadits dirayah.
a. Ilmu Hadis Riwayah
Kata riwayah artinya periwayatan atau cerita. Ilmu hadis riwayah,
secara bahasa, berarti ilmu hadis yang berupa periwayatan.
Para ulama berbeda-beda dalam mendefinisikan ilmu hadis
riwayah, namun yang paling terkenal di antara definisi-definisi
tersebut adalah definisi Ibnu Al-Akhfani, yaitu,
اھتیاورو ھل اعفاو .م.ص يبنلا لاوقا ىلع لمتشی ملع ةیاورلا ب ص اخلا ثیدحلا ملع
اھظ افلا ریرحتو اھطبضو
39 Drs. H. Ahmad Izzan, M.Ag. Ulumul Hadist. (Bandung:Tafakur). Hal. 94
23
“Ilmu hadis riwayah adalah ilmu yang membahas ucapan-ucapan
dan perbuatan-perbuatan Nabi SAW. , periwayatannya, pencatatannya,
dan penelitian lafazh-lafazhnya.”40
Namun menurut ’Itr, definisi ini mendapat sanggahan dari beberapa
ulama hadis lainnya karena tidak komprehensif, tidak menyebutkan
ketetapan dan sifat-sifat Nabi SAW. definisi ini juga tidak
mengindahkan pendapat yang menyatakan bahwa hadis itu mencakup
segala apa yang dinisbatkan kepada sahabat atau tabiin sehingga
pengertian hadis yang lebih tepat, menurut ’Itr, adalah,
اھطبضو اھتیاورو اھت افصو ھتریرقتو ھل اعف او.م .ص يبنل ا لاوقا ىلع لمتشی ملع
اھظ افلا ریرحتو
“Ilmu yang membahas ucapan, perbuatan, ketetapan dan sifat –
sifat Nabi SAW, periwayatannya, dan penelitian lafadz – lafadznya.”41
Ilmu hadits riwayah mengupayakan pengutipan bebas dan cermat
bagi segala sesuatu yang bersandar kepada Nabi SAW, juga segala
sesuatu yang bersandar kepada para sahabat serta tabi’in.
Ilmu hadits riwayah bertujuan memelihara hadis Nabi SAW. dari
kesalahan dalam proses periwayatan atau dalam penulisan dan
pembukuannya. Ilmu ini juga bertujuan agar umat Islam men- jadikan
Nabi SAW. sebagai suri tauladan melalui pemahaman terhadap
riwayat yang berasal darinya dan mengamalkannya.
Objek kajian Ilmu Hadis Riwayah adalah hadis Nabi SAW dari
segi periwayatan dan pemeliharaanya. Hal tersebut mencakup :
i. Cara periwayatan hadis, baik dari segi penerimaan dan juga cara
penyampaiannya dari seorang perawi kepada perawi yang lain;
ii. Cara pemeliharaan Hadis, yaitu dalam bentuk penghafalan, dan
pembukuannya.
Dengan penjabaran ilmu ini akan terbukalah upaya kita untuk
memahami suatu hadis, apakah ia makbul dan dapat diamalkan atau
40 Nuruddin ‘Itr. Manhaj An-Naqd fi ‘Ulum Al-Hadis. Terj. Mujio. (Bandung : Remaja Rosda Karya. 2012). hal. 18-19 41 Ibid
24
mardud dan harus ditinggalkan. Disamping itu, ilmu hadis riwayah ini
juga menjelaskan kepada kita makna sebuah hadis dan cara kita
menyimpulkan berbagai manfaat darinya. Jadi, ilmu hadis riwayah ini
merupakan suatu ilmu yang sangat agung yang dapat mendekatkan
kita kepada limpahan ilmu-ilmu nabi.42
Ulama yang dipandang paling terkenal dan sebagai pelopor ilmu
hadis riwayah adalah Au Bakar Muhammad bin Syihab Az-Zuhri (51-
124 H), seorang imam dan ulama besar di Hedzaj (Hijaz) dan Syam
(Suriah). Dalam sejarah perkembangan perkembangan hadis, Az-
Zuhri terca tat sebagai ulama pertama yang menghimpun hadis Nabi
SAW. atas perintah Umar bin Abdul Aziz atau Khalifah Umar II
(memerintah 99 H/717 M-102 H/720 M).
Usaha penghimpunan, penyeleksian, penulisan, dan pembukuan
hadis secara besar-besaran dilakukan oleh ulama hadis pada abad ke 3
H, seperti Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam
At-Tirmidzi dan ulama-ulama hadis lainnya melalui kitab hadis
masing-masing.
b. Ilmu Hadis Dirayah
Ilmu ini disebut juga dengan Mushthalah al-hadits, ‘Ulum al-hadits,
Ushul al-hadis, dan ‘ilm al-hadis.
Ilmu dirayah hadits membahas masalah untuk mengetahui keadaan
rawi dan yang diriwayatkan untuk mengetahui apakah bisa diterima
atau ditolak.
Definisi yang paling baik, seperti yang diungkapkan oleh ‘Izzuddin
bin Jama’ah, yaitu,
نتملاو دنسلاا لوحا اھب فرعی نیناوقب ملع
“Ilmu yang membahas pedomaan-pedoman yang dengannya dapat
diketahui keadaan sanad dan matan.”
42 Ibid, hal. 20
25
Yang dimaksud dengan kalimat ilmu dalam definisi diatas adalah
pengetahuan tentang segala sesuatu yang sesuai dengan realitas yang
sebenarnya berdasarkan suatu dalil. Dalam definisi ini ia berstatus jenis
yang bisa juga mencakup ilmu-ilmu yang lain, seperti ilmu fikih, ushl
fiqh, dan tafsir.
Akan tetapi, kata-kata “…yang dengannya dapat
diketahui…” merupakan batasan atau fasl yang hanya memasukkan
ilmu musththalah hadis kedalam definisi ini dan mengecualikan ilmu-
ilmu lainnya.
Sanad menurut muhadditsin adalah sebutan bagi rijal al-hadits yaitu
rangkaian orang yang meriwayatkan hadits hingga kepada Rasulullah
SAW., sementara isnad adalah penisbahan hadits kepada orang yang
mengatakannya. Kedua istilah ini dapat bertukar makna, sebagaimana ia
juga kadang-kadang dipakai dengan maksud rijal sanad hadis. Hal ini
dapat diketahui dengan hadirnya sejumlah indikator.
Ahwal al-sanad, keadaan sanad adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan sanad hadis, seperti ittishal (bersambung). Inqitha’
(terputus), tadlis (penyembunyian kecacatan), sikap sebagian rawi yang
tidak sungguh-sungguh ketika menerima hadis, lemah hafalannya,
tertuduh fasik, dusta, dan sebagainya.
Adapun matan adalah pernyataan yang padanya sanad berakhir.
Sedangkan keadaan matan adalah segala sesuatu yang berkaitsn
dengannya, seperti raf’ (marfuk yang dinisbahkan kepada nabi SAW) ,
waqf (mauquf, yang dinisbahkan kepada sahabat), syudzudz, dan
sebagainya.
Tema pembahasan ilmu hadis dirayah adalah sanad dan matan
dalam upaya mengetahui hadis yang makbul dan yang mardud. Namun,
timbul pertanyaan, bukankah tema pembahasan ini merupakan tema
ilmu hadis riwayah, lalu apa bedanya?
Jawabannya adalah bahwa ilmu hadis dirayah mengantarkan kita
untuk mengetahui hadis yang makbul dan mardud secara umum
26
berdasarkan kaidah-kaidahnya; sementara ilmu hadis riwayah
merupakan upaya untuk membahas hadis-hadis tertentu yang
dikehendaki, lalu diaplikasikan dengan kaidah-kaidah umum diatas
untuk diketahui apakah suatu hadis itu makbul atau mardud, sekaligus
menguji ketepatan periwayatannya dan syarahnya. Dengan demikian,
ilmu hadis riwayah lebih merupakan penerapan praktis dari suatu hadis
yang diinginkan. Perbedaan antara keduanya sama seperti perbedaan
ilmu nahwu dan I’rab atau ushl fikih dan fikih.43
C. Metode Tutor Sebaya
1. Pengertian Tutor Sebaya
Metode berasal dari bahasa Yunani “metha” yang berarti melewati atau
melalui dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau
cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
pembelajaran adalah bahan pelajaran yang disajikan atau proses penyajian
bahan pelajaran.44 Metode menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
“pengetahuan tentang tata cara mengerjakan sesuatu atau bahan”.45
Metode tutor sebaya adalah bimbingan atau bantuan yang diberikan
kepada orang lain dengan umur yang sebaya. Belajar bersama dalam
kelompok dengan tutor sebaya merupakan salah satu ciri pembelajaran
berbasis kompetensi, melalui kegiatan berinteraksi dan komunikasi, siswa
menjadi aktif belajar, mereka menjadi efektif. Kerjasama dalam kelompok
dengan tutor sebaya dapat dikaitkan dengan nilai sehingga kerjasama
makin intensif dan siswa dapat mencapai kompetensinya.
Dipandang dari tingkat partisipasi aktif siswa, keuntungan belajar
secara berkelompok dengan tutor sebaya mempunyai tingkat partisipasi
aktif siswa lebih tinggi.46
43 Dr. Nuruddin ‘Itr., op. cit., hal. 20-22
44 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSail Media Group, 2008), Cet. 1, hal.7 45 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 2008), hal. 673. 46 Ratno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 43
27
Jadi metode tutor sebaya adalah cara pembelajaran yang dilakukan
dengan memanfaatkan kemampuan teman sebaya untuk saling tukar
pikiran untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.
2. Tujuan Metode Tutor Sebaya
Dasar pemikiran tentang tutor sebaya adalah siswa yang pandai dapat
memberikan bantuan kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut
dapat dilakukan kepada teman sekelasnya di sekolah dan kepada teman
sekelasnya di luar kelas. Jika bantuan diberikan kepada teman sekelasnya
di sekolah, maka:
a. Beberapa siswa yang pandai disuruh mempelajari suatu topik.
b. Guru memberi penjelasan umum tentang topik yang akan dibahasnya.
c. Kelas dibagi dalam kelompok dan siswa yang pandai disebar ke setiap
kelompok untuk memberikan bantuannya.
d. Guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus.
e. Jika ada masalah yang tidak terpecahkan, siswa yang pandai meminta
bantuan kepada guru.
f. Guru mengadakan evaluasi.47
Tujuan penggunaan metode dengan tutor sebaya adalah sebagai berikut:
a. Dapat mengatasi keterbatasan media atau alat pembelajaran.
b. Dengan adanya kelompok guru bertugas sebagai fasilitator karena
kesulitan yang dihadapi kelompok/siswa dapat diatasi melalui tutor
sebaya yang ditunjuk guru karena kepandaiannya.
c. Dengan kerja kelompok anak yang kesulitan dapat dibantu dengan
tutor sebaya tanpa perasaan takut atau malu.
d. Dapat meningkatkan partisipasi dan kerjasama siswa serta belajar
bertanggung jawab.
e. Dengan belajar kelompok tutor sebaya melatih siswa untuk belajar
bersosialisasi.
f. Menghargai orang lain.
47 Conny Semiawan, Pendekatan Ketrampilan Proses, (Jakarta: PT Gramedia, 2000), hal. 70
28
3. Manfaat Kegiatan Tutor Sebaya
Dalam kegiatan tutor sebaya manfaat yang dapat diambil, baik itu tutor
maupun yang ditutori. Ada beberapa manfaat dari kegiatan tutor sebaya,
antara lain:
a. Ada kalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai
perasaan takut atau enggan kepada guru.
b. Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat
konsep yang sedang dibahas. dengan memberitahukan kepada anak
lain, seolah-olah ia menelaah serta menghafalkannya kembali.
c. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang
tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih
kesabaran.
d. Mempererat hubungan antara sesama siswa sehingga mempertebal
perasaan sosial.48
Dengan teknik tutor sebaya siswa dapat mempererat hubungan antar
siswa, melatih diri sebagai pemimpin yang bisa bertanggung jawab, serta
berani dan cakap dalam berkomunikasi.
4. Teknik Pemilihan Metode Tutor Sebaya
Untuk menentukan siapa yang akan dijadikan tutor, menurut Suharsimi
Arikunto seorang tutor belum tentu siswa yang paling pandai, yang
penting diperhatikan tutor tersebut adalah:
a. Dapat diterima atau disetujui oleh siswa yang mendapat program
perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan
untuk bertanya kepadanya.
b. Dapat menerangkan bahan-bahan materi yang dibutuhkan siswa yang
berkesulitan
c. Tidak tinggi hati atau keras hati terhadap sesama teman.
48 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006) Hal. 26
29
d. Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan
bimbingan kepada temannya.49
Hal yang perlu dipersiapkan guru dalam pembelajaran dengan tutor
sebaya menurut Suharsimi Arikunto adalah:
1) Mengadakan latihan bagi para tutor. Latihan dapat dilakukan dengan
dua cara: a) melalui latihan kelompok kecil, dimana yang mendapat
latihan hanya anak-anak yang akan menjadi tutor sebaya. b) melalui
latihan klasikal dimana siswa seluruh kelas dilatih. Cara kedua ini
mempunyai efek positif bagi kelompok siswa yang akan menerima
bimbingan karena melalui latihan ini mereka akan tahu bagaimana
mereka harus bertingkah laku pada waktu menerima bimbingan. Yang
ditekankan pada tutor hanya memimpin kawan-kawannya agar mereka
terlepas dari kesulitan memahami bahan pelajaran.
2) Menyiapkan petunjuk tertulis.
Baik di papan tulis maupun di kertas. Petunjuk tertulis ini harus jelas
serta rinci sehingga setiap siswa dapat memahami untuk
melaksanakannya.
3) Menetapkan penanggung jawab untuk tiap-tiap kelompok agar apabila
terjadi ketidakberesan guru dengan mudah menegurnya.
4) Apa yang dilakukan oleh guru selama program perbaikan berlangsung
guru selalu memegang tanggung jawab dan memainkan peran
penting.50
5. Langkah-Langkah Metode Tutor Sebaya
Langkah-langkah metode tutor sebaya sebagai berikut:
a. Pilihlah materi dan bagi dalam sub-sub materi.
b. Guru membentuk kelompok siswa secara heterogen sebanyak sub-sub
materi. Siswa yang pandai tersebar dalam setiap kelompok dan
bertindak sebagai tutor sebaya.
49 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta: Rajawali, 2002), hal. 62-63 50 Suharsimi Arikunto, hal. 72-73
30
c. Masing-masing kelompok mempelajari materi itu dengan dipandu
siswa yang pandai.
d. Beri waktu yang cukup untuk persiapan baik di dalam kelas maupun
luar kelas.
e. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai
dengan tugas yang telah diberikan. Guru tetap sebagai narasumber.
f. Berilah kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa
yang perlu diluruskan.51
Menurut Oemar Hamalik, kegiatan dalam proses tutorial (Tutor
Sebaya) adalah sebagai berikut:
51 Saminanto. PTK, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2010), hal. 48
31
Dari prosedur di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Penugasan
Guru memilih siswa yang mampu untuk menjalankan tugas sebagai
tutor dengan mempertimbangkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik saat berdiskusi bersama guru kelas.
b. Pelaksanaan
• Tutor bertugas untuk menentukan, merumuskan, dan mengkaji
permasalahan yang dihadapi oleh siswa.
• Tutor mengajak anggotanya untuk mencari informasi dari berbagai
sumber yang mungkin menyebabkan kesulitan atau masalah bagi
siswa.
• Melaksanakan berbagai pendekatan ke arah pemecahan masalah
atau untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa.
c. Tindak lanjut
• Tutor dengan pendampingan guru memberikan bantuan dan nasihat
kepada siswa dan mengerjakan kembali materi-materi yang
dianggap perlu atau dibutuhkan oleh siswa.
• Guru menempatkan kembali siswa yang telah mendapatkan
penyuluhan-bimbingan khusus ke dalam kelas siswa.
• Guru melakukan pembinaan terus menerus dan memantau
perkembangan siswa selanjutnya.52
6. Kelebihan dan kelemahan metode Tutor Sebaya
Penerapan metode Peer Teaching (Tutor Sebaya) dilakukan untuk
memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap tinggi, siswa
yang menjadi tutor bertugas mengajarkan materi atau memberikan
penjelasan kepada teman-temannya yang belum paham. Metode ini banyak
52 Oemar Hamalik, Pedidikan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasark an Cara Belajara
Siswa Aktif, (Bandung: CV. Sinar Baru, 1991), Hal. 79
32
sekali manfaatnya baik dari siswa yang berperan sebagai tutor maupun
bagi siswa yang diajarkan. Di antaranya sebagai berikut:
d. Sudut positif pembelajaran Peer Teaching (Tutor Sebaya), adalah
untuk membantu memenuhi kebutuhan siswa yang merupakan
pendekatan bukan kompetitif melainkan kooperatif yang memuat rasa
saling menghargai dan mengerti dibina di antara siswa yang
bekerjasama. Sebagai tutor akan merasa bangga atas perannya dan
juga belajar dari pengalamannya, hal ini membantu memperkuat apa
yang telah dipelajari dan diperolehnya atas tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya. Ketika siswa belajar menggunakan metode
Peer Teaching (Tutor Sebaya), siswa juga mengembangkan
kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan
memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna.
e. Kelemahan dari pembelajaran Peer Teaching (Tutor Sebaya) antara
lain; pertama, tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya.
kedua, tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.
Untuk mengantisipasi dan meminimalisir kesalahan saat penerapan
metode Peer Teaching (Tutor Sebaya) maka tugas guru adalah sebagai
fasilitator yang mengawasi kelancaran pelaksanaan metode ini dengan
memberi pengarahan dan lain-lain.53
D. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Mar’atul Baroroh, dengan penelitiannya yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Menghafal Hadis Dengan Metode Tutor Sebaya Pada Siswa
Kelas VIII Mts Negeri 4 Magelang Tahun 2017/2018”, dengan hasil
bahwa metode tutor sebaya dapat meningkatkan kemampuan menghafal
hadis siswa kelas VIII MTs Negeri 4 Magelang 2017/2018. Hal ini terbukti
pada pra siklus sebelum metode tutor sebaya hanya 13 siswa yang tuntas
atau 43%, dan setelah menggunakan metode tutor sebaya dalam
53 Syaful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ... Hal. 26-27.
33
pembelajaran Al-Qur’an Hadis dalam menghafal hadis pada siklus I siswa
yang mencapai KKM dalam menghafalkan hadis menjadi 20 siswa atau
64%, meningkat 7 siswa atau 36% dari kondisi awal. Kemudian pada
siklus II siswa yang mencapai KKM menjadi 29 siswaatau 93% > 85% dan
penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil.
2. Indrawati, dengan judul jurnal “Penerapan Metode Pembelajaran Tutor
Sebaya (Peer Tutoring) Terhadap Hasil Belajar Al-Qur’an Hadis Di
MTsN 8 Aceh Besar”, dengan hasil bahwa adanya peningkatan pada siklus
II. Aktivitas guru pada siklus I menunjukkan nilai persentase sebesar
63,33% yang digolongkan ke dalam kategori sangat baik dan pada siklus II
menunjukkan hasil persentase sebesar 81,66% yang digolongkan dalam
kategori sangat baik juga.
E. Kerangka Berfikir
Sekarang ini berkembang metode-metode pembelajaran dalam
pembelajaran dimaksudkan untuk lebih memberikan kesempatan yang luas
kepada siswa untuk aktif belajar dan meningkatkan prestasi belajarnya. Dapat
juga dikatakan metode-metode tersebut untuk mengupayakan agar
pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher oriented) berubah menjadi
terpusat kepada siswa (student oriented). Salah satu model pembelajaran yang
dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah metode
pembelajaran teman sebaya (model pembelajaran tutor sebaya).
Pembelajaran hendaknya bersifat sosial (tutor sebaya), sebab kerja sama
diantara pembelajar melibatkan lebih banyak daya otak dan meningkatkan
kualitas dan kuantitas belajar. Ajaklah pembelajar untuk sesekali bergerak dari
tepat duduk mereka dan berisikan kesempatan untuk melakukan gerakan dan
aktivitas fisik sebagai bagian dari proses belajar pada akhirnya meningkatkan
hasil belajar.54
54 Hamruni, Konsep Edutainment dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: SUKSES Offset, 2008), hal. 190
34
Pemahaman pembelajaran hadits di kelas VII MTs Al-Adzkar akan
semakin meningkat bila diterapkannya metode tutor sebaya. Hal ini
dikarenakan metode ini melibatkan kerjasama di antara pelajar. Dimana
biasanya siswa akan lebih memahami apa yang disampaikan teman sebayanya
karena adanyanya kesamaan jenjang dan bahasa yang mereka gunakan.
35
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Al-Adkar yang
beralamatkan Jl. Pinang, RT. 02/14 Pamulang Timur, Pamulang, Tangerang
Selatan, Banten, 15417. Adapun mengenai waktu penelitian, peneliti
melakukan kegiatan pada bulan Februari (semester genap) tahun ajaran
2019/2020.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Beberapa ilmuan mengartikan bahwa metode penelitian adalah suatu
kerja yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan aturan-aturan baku
(sistem dan metode) dari masing- masing disiplin ilmu yang digunakan.55
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif,
sebab penelitian ini lebih menitik beratkan pada persoalan efektifitas,
manfaat, kekurangan penerapan metode tutor sebaya, dan tinjauan tentang
pemahaman. Oleh karena itu penulis menggunakan metode deskriptif
kualitatif sebab metode deskriptf kualitatif dikembangkan untuk mengkaji
kehidupan dalam kasus-kasus terbatas namun mendalam (indepth).
Penelitian kualitatif berusaha menampilkan secara utuh, yang
membutuhkan kecermatan dan pengamatan, Sehingga kita dapat memahami
secara menyeluruh hasil penelitian. Penelitian ini berusaha menggambarkan
fakta atau fenomena yang ada secara faktual dan cermat, tidak meng enal
bukti logika matemetis, prinsip angka atau metode statistik, sehingga dapat
digambarkan kondisi dan keadaan yang sebenarnya dengan isyarat dan
tindakan sosial. Men Trovers (1978), sebagaiman dikutip Slevill et.al.
(1997) mendefinisikan metode deskriptif sebagai berikut: menggambarkan
55 Imron Arifin, Ed. “Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keagamaan”
(Malang: Kalamasahada Press, 1996), hal. 12
36
sifat atas suatu keaadaan yang sementara berjalan pada penelitian dan
memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu, jadi metode deskriptif ini
melakukan gambaran objek yang diselidiki pada waktu penelitian
berlangsung.56
Kirk dan miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung dari pengamatan manusia, baik dalam kawasanya maupun dalam
peristilahanya. 57Robert Bogdan dan Steven j. Tailor seorang pakar ilmu
sosial, dalam bukunya Introduction To Qualitative Research Methods yang
daialih bahasakan oleh arif furhan seorang pakar ilmu sosial, bahwa
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang meghasilkan data
deskriptif, ucapan atau tulisan yang dapat diamati dari orang-orang (subjek)
itu sendiri.58
Sesuai dengan masalah yang diteliti, peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif karena penelitian ini memuat tentang prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari objek dan prilaku yang dapat di amati kemudian pendekatan
kualitatif ini memerluka ketajaman analisis, objektifitas, dan sistmatik
sehingga diperoleh ketepatan dan interpretasi, sebab hakikat dari suatu
fenomena atau gejala bagi pendekatan kualitatif adalah totalitas atau
gestalt.59
Jenis penelitian yang digunakan adalah teknik deskriptif yaitu sebuah
teknik yang bertujuan guna menjeaskan subjek penelitian secara rinci,
sehingga bisa didapatkan data yang benar-benar lengkap untuk kelanjutan
dan keberhasilan atau teknik dalam meneliti status kelompok manusia, suatu
objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada
56 Imam Supra Yoso Tabranio, “Metodologi Penelitian Sosial Agama” (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 137 57 Lexy j. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif” (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), hal .4 58 Arif Furchan, “Pengantar Metodologi Penelitian Kualitatif” (Surabaya: Usaha Nasional,
1992), hal. 21 59 M. Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, cet 3, 1998), hal. 36
37
masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripssi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat
mengenai fakta- fakta, sifat serta hubungan dengan fenomena yang diteliti.
Teknik deskriptif adalah pencarian fakta interpretasi yang tepat.60 Penelitian
deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan, mencatat, menganalisa dan
menginterpretasikan kondisi yang selama ini terjadi secara utuh dan
mendalam mengenai implementasi serta peranan tutor sebaya dalam
meningkatkan pemahaman Hadits siswa.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Berbeda dengan penelitian kuantitatif, dalam penelitian kualitatif
tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan
“sosial situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu :
tempat (place), pelaku (actors), dan aktifitas (activity). Situasi sosial
tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui.61
Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah Siswa MTs Al-
Adzkar.
2. Sampel
Dalam penelitian kualitatif teknik sampling yang sering
digunakan adalah adalah purposif sampling, dan snowball sampling.
Purposif sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalanya orang
tersebut yang dianggap tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti
menjelajahi objek atau situasi yang diteliti. Atau dengan kata lain
pengambilan sampel diambil berdasarkan kebutuhan penelitian, yang
60 M. Nasir, Metode Penelitian ... hal. 36 61 Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D” (Bandung: CV.
Alfabeta, 2008), hal. 215
38
mana dalam hal ini meliputi kepala sekolah, guru studi, siswa kelas VII
yang dianggap repsentatif.62
D. Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Data
Data merupakan segala keterangan (informasi) mengenai segala hal
yang berkaitan dengan tujuan penelitian.63 Berangkat dari permasalahn
skripsi ini, maka jenis-jenis data yang relevan sebagai kejadian dalam
penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data yang tidak bisa diukur atau
dinilai dengan angka secara langsung.64 Diantara data kualitatif dalam
penelitian ini adalah:
a. Penerapan tutor sebaya serta perananya dalam meningkatkan
pemahaman hadits siswa di MTs Al-Adzkar.
b. Gambaran umum objek penelitian antara lain sejarah berdirinya
sekolah, struktur organisasi, visi, misi motto dan kurikulum
pendidikan serta pestasi-prestasi akdemik dan non akademik.
2. Sumber Data
Sumber data adalah sumber data yang diperoleh.berdasarkan jenis-
jenis data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini, sumber data yang di
gunakan yaitu:
a. Sumber literatur yaitu sumber data yang digunakan untuk mencari
landasan teori tentang permasalahan yang di teliti dengan
menggunakan buku-buku kepustakaan.
b. Field Research adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan
penelitian, yaitu mencari data dengan langsung terjun ke objek
penelitian untuk memperoleh data yang lebih kongkrit yang berkaitan
dengan dengan masalah yang diteliti.65 Adapun sumber data ini dua
62 Ibid. hal. 218-219 63 Suhaarsimi Arikunto,”Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek” (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1993), hal. 109 64 Ibid, hal. 107 65 Sutrisno Hadi, “Metodologi Reseach”(yogyakarta : Andi Offset, 1989), jilid I, hal. 66
39
macam yaitu :
i. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya untuk diamati dan dicatat dalam bentuk pertama
kalinya dan merupakan bahan utama penelitian.66 Data yang di
maksud disini adalah pelaksanaan program tutor sebaya, prestasi
siswa di MTs Al-Adzkar. Adapun data ini diperoleh dari beberapa
sumber yaitu a. hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, b. hasil
wawancara dengan Staf Pengajar Hadits, c. hasil wawancara
dengan perwakilan siswa Kelas VII dan pihak-pihak yang
berkaitan.
ii. Data Sekunder adalah data yang pengumpulanya tidak diusahakan
sendiri oleh peneliti. Sumber Sekunder ini bersifat penunjang dan
melengkapi data primer. Data yang di maksud adalah berupa
dokumen-dokumen sekolah MTs Al-Adzkar, buku-buku yang
terkait dengan penelitian dan berupa dokumen-dokumen lainya.
E. Intrumen Penelitian
Intrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sebuah metode,
intrumen dalam penelitian ini adalah:
1. Cek list sebagai intrumen metode observasi
2. Pedoman dokumentasi sebagai intrumen metode dokumentasi
3. Pedoman wawancara sebagai intrumen metode wawancara
F. Tahap-Tahap Penelitian
Diantara tahapan penelitian yang dikemukakan oleh Kirk dan Miller ada
empat tahapan yaitu tahap: Invention, Diccovery, Interpretation,
Eksplanation, dalam penelitian ini untuk mengetahui dan mengeksplorasi
masalah peranan tutor teman sebaya dalam meningkatkan pemahaman hadits
siswa di MTs Al-Adzkar. Peneliti memilih tahapan penelitian sebagaimana
yang dikemukakan oleh Kirk dan Miller.
66 Winarno Surahmat, “Pengantar Penelitian Ilmiah” (Bandung : Tarsito, 1994), hal. 34
40
1. Invention (tahap pra lapangan)
Tahap pra lapangan adalah merupakan orientasi guna untuk
memperoleh gambaran mengenai latar belakang penelitian dengan
melakukan grend tour observation. Adapun tahapan-tahapanya yang di
identivikasi oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Menyusun pelaksanaan penelitian,
b. Memilih lapangan,
c. Mengurus permohonan penelitian,
d. Memilih dan memanfaatkan informasi
e. Mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan penelitian. 67
Tahapan ini dilakukan sejak dini yaitu, sejak pertama kali atau
sebelum terjun kelapangan dalam rangka penggalian data.
Dalam tahapan ini peneliti mencari data informasi mengenai
tentang metode tutor teman sebaya sesuai dengan konsentrasi jurusan
dari beberapa informan. Dalam proses pencarian objek penelitian acap
kali peneliti kebingungan terhadap objek yang hendak di teliti,
kebingungan tersebut bukan pada tataran ilmiah pemahaman metode
penelitian akan tetapi lebih kepada obyek yang hendak diteliti. Akhirnya
dengan segala pertimbangan dan arahan teman-teman dekat, maka
peneliti mencoba datang kerumahnya Pak Miftah Habibie. Beliau adalah
staf pengajar di MTs Al-Adzkar tentu sedikit banyak beliau paham
tentang kondisi yang terjadi di lokasi penelitian.
Dengan beberapa kali diskusi peneliti dengan beliau akhirnya
ditemukankah kecocokan konsep dan obyek yang ditawarkan untuk
kemudian meneliti tentang studi kasus model pembelajaran dengan
menggunakan metode tutor teman sebaya.
Dengan kesamaan konsep dan obyek yang ditawarkan, maka
sejak saat itu peneliti langsung meninjau lokasi penelitian guna untuk
mengetahui kondisi kejadian yang sebenarnya di lokasi tersebut.
67 Lexy j. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif” ... hal. 127-133.
41
2. Discovery (Tahap Pekerjaan Lapangan)
Dalam tahap ini peneliti memasuki lapangan untuk kemudian turut
serta melihat, memantau, meninjau aktivitas tutor teman sebaya denagn
melakukan beberapa tahapan yaitu:
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri.
Cara untuk memahami latar atau obyek penelitian, terlebih dahulu
penelti meminta keterangan terkait dengan sasaran penelitian untuk
kemudian dapat mempersiapkan diri dengan baik secara fisik maupun
mental dalam upaya masuk dan membaur dengan obyek yang akan
diteliti. Sehingga butuh proses beradaptasi dengan keadaan dan
kebiasaan yang ada di lokasi penelitian yang mungkin tidak sama, dan
agar tidak terjadi benturan pemahaman tentu harus dimulai dengan
hubungan baik antara peneliti dengan obyek penelitian yang semata-
mata untuk kelancaran proses penelitian sehingga nantinya akan
menghasilkan penelitian yang credible, akuntable dan obyektif.
Demi hasil yang ingin dicapai oleh peneliti, pada prakteknya
peneliti sering bersilaturrahim kepada staf-staf pengajar, pengurus TU,
serta siswa-siswa di MTs Al-Adzkar, guna melakukan komunikasi
interaktif posistif untuk menjalin hubungan emosional yang baik dan
transparan. Selain itu untuk mengetahui langsung proses kegiatan tutor
sebaya.
Dalam peneltian ini, seorang peneliti menemukan banyak
persoalan- persoalan, sebagaimana sesuai dengan buku panduan lexy
moleong,
“Ada persoalan-persoalan dengan lingkungan pada hari-hari
pertama penelitian dilapangan. Jika peneliti tidak mampu
menyesuaikan diri, dia akan mengalami kesulitan secara
psikologis, sosial dan serba canggung.”68
68 Sudarman denim, ’Menjadi Peneliti Kualitatif” ... hal. 158
42
Oleh karena itu peneliti pada saat itu sudah berperan sebagai
peneliti menggunakan latar tertutup dalam artian “hubungan peneliti
perlu akrab dengan informan atau subjek yang perlu diamati dan
diteliti secara mendalam”.69
b. Pengumpulan Data
Terjun ke lapangan dan berpean serta sambil pengumpulkan data
dan dokumen penting. Pencarian data di lapangan dengan
menggunakanalat pengumpul data yang telah disediakan secara
tertulis, rekaman ataupun dokumentasi.70 Perolehan data berdasarkan
proses tersebut kemudian dicatat dengan cermat, argument atau
komentar informan sebagai objek penelitian.
Proses pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara
untuk kemudian didokumentasikan dari tiap-tiap proses agenda
kegiatan yang ada di lapangan yaitu mengenai kegiatan tutor sebaya di
MTs Al-Adzkar Pamulang Timur. Pengumpulan hasil wawancara,
pengumpulan data-data penting tentang sekolah, dan catatan-catatan
kecil berisi hasil kegiatan di lapangan.
3. Interpretation (Tahap Analisis Data)
Berangkat dari definisi Bogdan dan Taylor tentang analisis data
yang mengatakan bahwa analisa data sebagai proses yang merinci usaha
secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide)
seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan
bantuan hipotesis itu.
Analisis adalah kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga dapat
diperoleh suatu kebenaran. Analisis ini diperlukan imajinasi dan
kreatifitas peneliti, sehingga dapat diuji kemampuan peneliti dalam
menalar. Dari rumusan tersebut diatas, dapatlah ditarik kesimpulan
69 Lexy j. moleong, “Metodologi Penelitian Kualitati”... hal. 94 70 P. Joko Subagyo, “Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek” (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), hal.37
43
bahwa analisis data dalam hal ini untuk mengukur, mengurutkan,
mengelompokan, dan memberikan kode dan mengkategorikannya. Uraian
tersebut memberikan gambaran betapa pentingnya analisis data ini dilihat
dari segi tujuan peneliti prinsip pokok peneliti kualitatif dalam
menemukan teori atau fakta dan data. Akhirnya perlu dikemukakan
bahwa analisis data itu dilakukan suatu proses. Dalam sebuah proses ini
pelaksanaannya sudah dimulai sejak pengumpulan data dan dikerjakan
secara intensif. Dengan hal tersebut peneliti menggunakan analisis
Domain (Analisis Domain) maksudnya menganalisis gambaran obyek
penelitian secara umum tanpa harus merincikan secara detail unsur-unsur
yang ada dalam keutuhan obyek.. Analisis domain ini menurut Spradley
terdapat empat langkah yang harus di mengerti oleh peneliti, diantaranya
adalah:
a. Memilih hubungan semantic tertentu atas dasar informasi atau fakta
yang tersedia dalam catatan harian di lapangan.
b. Menyiapkan kerja analisis Domain
c. Memilih kesamaan–kesamaan data dari catatan harian peneliti di
lapangan.
d. Mencari konsep-konsep induk dan kategori-kategori simbolis dari
Domain tertentu yang sesuai dengan sesuatu pola hubungan semantic.
Namun dalam hal ini, peneliti meneliti tentang penerapan metode
tutor teman sebaya, maka peneliti memaknai empat langkah di atas dan
dalam teknik analisis data berikutnya peneliti menggunakan analisis data
berikutnya peneliti menggunakan analisis deskriptif serta menguraikan
dengan sebuah pemikiran yang obyektif.
44
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penggalian data secara eksploratif terfokus ini, peneliti
menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu participant observation,
in depth interview, dan teknik dokumenter.71
1. Participant Observation
Teknik partisipant observation adalah teknik pengamatan terhadap
objek yang di teliti mengenai perilaku masyarakat sekaligus berpartisipasi
langsung pada lokasi penelitian, bagi penulis bertugas melihat dan
kepekaan mengungkap membaca dalam momen- momen tertentu denga n
memisahkan antara apa yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan.
Dalam hal ini dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan terjun
langsung di lapangan, untuk memperoleh data spesifik di lapangan.72
Observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat berlangsungnya
peristiwa disebut observasi langsung. Sedangkan pengamatan yang di
lakukan tidak pada saat peristiwa atau kejadian berlangsung disebut
observasi tidak langsung dan dapat dilakukan melalui film, rangkaian
slide, atau rangkaian foto.73 Observasi juga dapat didefinisikan sebagai
suatu teknik yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara teliti
serta pencatatan secara sistematis. 74 Teknik ini digunakan untuk
mengetahui penerapan kegiatan tutor sebaya yang diadakan di MTs Al-
Adzkar.
71 Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D” (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), hal. 225
72 Anas Sujana, “Pengantar Evaluasi Pendidikan” (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996)
73 S.Margono,“Metode Penelitian Pendidikan” (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 158 74 Suharsimi Arikunto, “Dasar-Dasar Evaluasi” (Jakarta : Bumi Aksara, 2003) hal 31
45
2. In-depth Interview (wawancara)
Nasution dalam bukunya, mengatakan bahwa wawancara atau
interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal yakni semacam
percakapan secara sistematis yang bertujuan memperoleh informasi.75
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya
atau pewawancara dengan yang penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara). 76 Dengan metode ini peneliti mengumpulkan data yang
dilakanakan melalui proses tanya jawab (wawancara) secara langsung
selama proses penelitian. Untuk mendapatkan informasi secara objektif,
maka interview ini dilakukan satu orang nara sumber atau individu.
Adapun yang termasuk Nara Sumber adalah Kepala Sekolah, Guru Studi,
Siswa kelas kelas VII A dan B MTs Al-Adzkar yang dianggap
representatif.
Teknik wawancara seperti ini, tidak terikat pada pertanyaan yang
sudah disediakan, tapi lebih bersifat bebas dan leluasa.
Dalam hal ini yang ingin diketahui peneliti secara garis besar antara
lain:
c. Bagaimana tanggapan Kepala Sekolah mengenai sistem pembelajaran
dengan menggunakan metode tutor sebaya.
d. Bagaimana tanggapan wali study terhadap efektifitas tutor sebaya,
peranan tutur sebaya, pelaksanaan tutor sebaya, serta hambatan-
hambatanya dalam pelaksanaanya disekolah tersebut serta
efektifitasnya dalam meningkatkan pemahaman materi PAI.
e. Bagaimana tanggapan siswa mengenai pelakasanaan tutor sebaya di
sekolah tersebut.
75 Nasution, “Metode Reseach” (Jakarta: Bumi Akasara, 1996), hal. 113 76 Moch. Nazir, Ph.D. ibid. hal193-194
46
3. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata “Dokumen” yang artinya barang-
barang tertulis. Dengan melakukan metode dokumen ini, peneliti mencari
dan mengumpulkan data mengenai hal- hal atau variabel yang berupa
catatan atau benda tertulis, transkip, buku, surat kabar, foto dan dokumen
mengenai gambar umum objek penelitian. 77 Yang meliputi struktur
organisasi sekolah, sarana dan prasarana sekolah, sejarah berdirinya
sekolah, keadaan fisik sekolah, keadaan siswa, keadaan guru dan non
guru.
H. Teknik Analisa Data
Analisa data merupakan upaya untuk menelaah secara sistematika
yang diperoleh dari sumber yaitu: wawancara, observasi dan dokumentasi
kemudian data tersebut diklasifikasikan sesuai dengan kerangka penelitian
deskriptif kualitatif yang berupa gambaran kondisi, latar belakang penelitian
secara menyeluruh dan sejarah data tersebut ditarik suatu temuan penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti memberikan gambaran menyeluruh
tentang peranan tutor sebaya dalam meningkatkan pemahaman hadits siswa
MTs Al-Adzkar. Adapun hasil penelitian tersebut kemudian ditelaah, dikaji
dan disimpulkan sesuai dengan tujuan dan kegunaan penelitian. Dalam
memperoleh kecermatan, ketelitian, kebenaran maka peneliti menggunakan
cara yaitu: cara berpikir induktif.
Cara berpikir Induktif yaitu: Penalaran yang dimulai dari fakta-
fakta atau peristiwa yang khusus atau kongkrit tersebut ditarik ke
generalisasi- generlisasi yang bersifat umum.78
Dengan langkah penelitian ini untuk mencari suatu kebenaran yang
berpijak dari data yang diperoleh di lapangan dan kasus-kasus yang bersifat
77 S.Margono, “Metode Penelitian Pendidikan” (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hal. 181 78 Sutrisno Hadi, “Metodologi Reseach”(yogyakarta : Andi Offset, 1989), jilid I, hal. 42
47
khusus berdasarkan pengalaman nyata yang kemudian dirumuskan menjadi
model, konsep, teori, prinsip preposisi, atau definisi yang bersifat umum.
Adapun lagkah- langkah yang harus ditempuh dalam analisis data
kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data di awali dengan menerangkan, memilih hal- hal yang pokok,
memfokuskan pada hal- hal yang penting terhadap isi dari suatu data yang
berasal dari lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapat
memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan.79
Dalam proses reduksi data ini, peneliti dapat melakukan pilihan-pilihan
terhadap data yang hendak di kode, mana yang dibuang, mana yang
merupakan ringkasan cerita-cerita yang sedang berkembang. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data
dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya
dapat ditarik dan diverifikasi.80
2. Display Data
Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhana dalam
bentuk kata-kata, kalimat naratif tabel matrik dan grafik dengan maksud
agar data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar
untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Dalam sub ini peneliti
menyajikan data-data hasil hasil wawancara peneliti dengan informan atau
pengamatan yang sudah diklarifikasikan sesuai dengan proses penelitian
serta siap untuk dianalisis.
3. Verifikasi dan Simpulan
Sejak awal pengumpulan data peneliti harus membuat kesimpulan-
79 Yatim riyanto,” Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif Dan Kuantitatif” (Surabaya:
UNESA Uneversity press, 2007),hal.32 80 Imam SupraYogo, “Metodologi Penelitian Sosial Agama” (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), hal. 194
48
kesimpulan sementara (hipotesa). Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan
tersebut harus di cek kembali (diverifikasi). Pada catatan yang dibuat oleh
peneliti dan selanjutnya kearah simpulan yang mantab. Penarikan
simpulan bisa jadi diawali dengan simpulan tentatif yang masih perlu
disempurnakan. Setelah data masuk terus-menerus dianalisis dan
diverifikasi tentang kebenarannya, akhirnya didapatkan kesimpulan akhir
lebih bermakna dan jelas.
Simpulan adalah intisari dari temuan penelitian yang menggambarkan
pendapat-pendapat akhir yang berdasarkan pada uraian- uraian
sebelumnya. Simpulan akhir relevan dengan fokus penelitian, tujuan
penelitian dan temuan penelitian yang sudah dilakukan pembahasan.81
81 Ibid, hal. 34
49
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Mts Al-Adzkar Pamulang Timur
1. Sejarah Berdirinya Sekolah
Munculnya Pondok Pesantren Modern Al-Adzkar ini berawal dari
didirikannya TPA dan TK Islam Al-Adzkar. Kemudian lembaga
pendidikan itu mengembangkan bisnisnya dengan membuka SDIT dan
kemudian MTs. Untuk mendirikan lembaga tersebut diperlukan
pengelolaan berupa yayasan. Yayasan yang didirikan merupakan sebuah
yayasan keluarga. Pembina, pengawas serta pengurusnya merupakan
saudara sedarah dari pemilik yayasan tersebut. Terdapat sembilan
pengurus inti yang merupakan bagian dari keluarga, sisanya merupakan
kerabat yang dekat dengan pemilik yayasan.
Pondok Pesantren Modern Al-Adzkar mulai berdiri sejak tahun
ajaran 2012/2013. Awalnya, gedung sekolah untuk tingkat MTs masih
bergabung dengan gedung SDIT Al-Adzkar yang berada di Pamulang
Barat. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama dan kedua murid MTs
masih sekitar 38 santri. Akan tetapi, saat tahun ketiga murid MTs
cenderung meningkat hingga 200 santri sehingga seluruh kegiatan belajar
mengajar dipindah ke gedung yang baru di Pamulang Timur. Pada tahun
ajaran 2015/2016 Pondok Pesantren Modern Al-Adzkar mulai
mengembangkan lembaga pendidikannya dengan membuka jenjang
SMA. Sedangkan, jumlah guru yang ada pada pondok pesantren ini
sekitar 15-20 orang. Kualifikasi untuk tenaga pendidiknya juga
berdasarkan pemahaman agamanya yang baik, aktif mengikuti kajian
agama, dan berlatar pendidikan S1 sesuai dengan bidangnya.
Kurikulum yang ada pada pesantren modern Al-Adzkar ini adalah
perpaduan antara kurikulum pendidikan Nasional dan kurikulum
pesantren yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu Pendidikan umum dan
50
keislaman, Pengembangan diri, serta Kegiatan pembiasaan. Pondok
Pesantren Modern Al-Adzkar memiliki visi untuk mewujudkan pesantren
yang modern, unggul dalam ilmu agama islam, pengetahuan umum dan
teknologi, serta mampu berbahasa Arab dan Inggris untuk kegiatan
komunikasinya. Untuk mewujudkan visinya tersebut, pondok pesantren
ini memiliki misi ataupun cara untuk mencapai visinya yang dilakukan
dengan mengajarkan ilmu keislaman, pengetahuan umum serta teknologi
secara seimbang; memfasilitasi pendidikan tahsin dan tahfizh Al-Qur’an
serta bahasa asing secara berkelanjutan; menanamkan cinta ibadah,
akhlakul karimah, hidup secara mandiri, sederhana dan disiplin; serta
menjadi pondok pesantren yang sehat, bersih, tertib dan nyaman.
2. Profil Sekolah
a. Profil
Tabel 4.1
Nama Madrasah : MTs. Al Adzkar
Nama Kepala Madrasah : Ambo Ala, S.Pd
No. SK. Izin Operasional : Kd.28-24/4/PP03.2/1826.A/2012
Tanggal Pendirian : 24 Desember 2012
No. Statistik Madrasah : 1212.3674.0041
NPSN : 69726357
Status Akreditasi : A (94)
Alamat Madrasah : Jl. Pinang, RT. 02/14 Pamulang Timur, Pamulang,
Tangerang Selatan, Banten, 15417
51
b. Visi
Terwujudnya Pesantren Al Adzkar yang modern,unggul dalam
ilmu keislaman, pengetahuan umum dan teknologi, serta
mengedepankan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dalam
berkomunikasi.
c. Misi
1) Mengajarkan ilmu keislaman, pengetahuan umum, dan teknologi
secara terpadu
2) Menyelenggarakan pendidikan tahsin dan tahfidz Al Qur’an, serta
Bahasa Arab dan Bahasa Inggris secara berkesinambungan
3) Menanamkan kecintaan beribadah, akhlaqul karimah, hidup
mandiri, sederhana, dan disiplin
4) Menyelenggarakan pendidikan pesantren yang sehat, bersih, tertib,
dan nyaman
3. Bagan Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan bagan yang di dalamya memuat
tugas dan sekelompok orang yang berfungsi menertibkan dan
memperlancar proses belajar mengajar serta aktifitas yang berkaitan
dengan organisasi tersebut. Demikian halnya dengan keberadaan
organisasi di Mts Al-Adzkar Pamulang:
Berdasarkan struktur organisasi, maka tugas dan wewenang tiap
bagian adalah Sebagai berikut :
a. Kepala Sekolah bertugas:
1) Mampu sebagai pendidik
ü Berprestasi sebagai pendidik
ü Membimbing siswa
ü Mengikuti perkembangan iptek
ü Membimbing guru dan karyawan
ü Mengembangkan staf
ü Memberi contoh mengajar yang baik
52
2) Mampu mengelola sekolah
ü Menyusun program
ü Menggerakkan staf
ü Menyusun organisasi kepegawaian
ü Mengoptimalkan sumber daya sekolah
ü Memotivasi internal dan eksternal
3) Mampu sebagai Administrator
ü Menyusun KBM bimbingan konseling
ü Mengelola administrasi keuangan
ü Mengelola surat menyurat
ü Mengelola administrasi siswa
4) Mampu sebagai leader
ü Mempunyai dan memahami visi dan misi sekolah
ü Berkepribadian kuat (jujur, percaya diri, berjiwa besar, disiplin
dan menjadi panutan)
ü Mengenal kompetensi warga sekolah
ü Mampu berkomunikasi dan mengambil keputusan
5) Mampu menciptakan iklim kerja
ü Mengatur lingkungan kerja
ü Mengatur suasana kerja
6) Mampu sebagai wira usahawan
ü Menggerakkan sumber daya sekolah
ü Melaksanakan pembaharuan sekolah
b. Tugas Komite Sekolah
1) Bersama pihak sekolah merumuskan dan menetapkan visi dan
misi sekolah.
2) Bersama pihak sekolah menyusun dan menetapkan rencana
stategik pengembangan sekolah.
53
3) Bersama pihak sekolah menyusun dan menetapkan rencana
kerja tahunan sekolah yang dirumuskan dalam Rencana
Anggaran dan Belanja Sekolah (RAPBS).
4) Membahas dan menetapkan pemberian tambahan kesejahteraan
bagi kepala sekolah, guru, dan tenaga administrasi sekolah yang
berasal dari masyarakat atau orang tua.
5) Bersama pihak sekolah mengembangkan prestasi unggulan, baik
yang bersifat akademis ( nilai tes harian, semesteran , dan Ujian
sekolah / Ujian nasional ), maupun yang bersifat non-akademis
( keagamaan, olah raga, seni dan atau keterampilan ) bagi
seluruh siswa di sekolah
6) Menghimpun dan menggali sumber dana dari masyarakat luas
untuk meningkatkan kualitas pelayanan di sekolah.
7) Mengelola dana yang bersumber dana dari masyarakat luas
untuk kepentingan peningkatan layanan pendidikan yang
bermutu.
8) Menampung dan menyalurkan kontribusi masyarakat yang
berupa material dan non material (tenaga, pikiran) yang
diberikan kepada sekolah.
9) Mengevaluasi pelaksanaan program sekolah sesuai dengan
kesepakatan dengan pihak sekolah, meliputi: pengawasan
penggunaan sarana dan prasarana sekolah, pengawasan
keuangan secara berkala dan berkesinambungan.
10) Mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi sekolah
dan mencari solusinya bersama pihak sekolah.
11) Bersama pihak sekolah mengembangkan kurikulum yang
ditetapkan pemerintah sesuai dengan kebutuhan dan potensi
sekolah untuk menjadi program unggulan.
12) Memberikan motivasi dan penghargaan baik berupa materi
maupun non materi kepada tenaga kependidikan atau pihak lain
54
yang berjasa kepada sekolah sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
13) Membangun jaringan kerjasama dengan berbagai pihak yang
terkait dengan sekolah untuk meningkatkan kualitas pelayanan
proses dan hasil pendidikan di sekolah.
14) Memantau pelaksanaan proses pelayanan dan hasil pendidikan
di sekolah.
15) Mengkaji laporan pertanggung jawaban pelaksanaan program
yang disampaikan oleh Kepala Sekolah.
16) Menyampaikan usulan atau rekomendasi kepada pemerintah
daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan
sesuai denga n kebutuhan sekolah.
17) Bersama pihak sekolah memantau dan mendata anak yang tidak
mampu untuk mendapat bantuan keringanan dan / atau
pembebasan biaya pendidikan berdasarkan ketentuan yang
berlaku
18) Bersama pihak sekolah memberikan penghargaan kepada siswa
yang berprestasi, baik itu yang bersifat akademis ataupun non-
akademis
c. Kasubag Tata Usaha bertugas sebagai berikut :
1) Menyeleggarakan dan bertanggung jawab terhadap semua
pelaksanaan kegiatan adinistrasi sesuai dengan peraturan dan
tugas yang di berikan
2) Mengurus kegiatan sekolah yang meliputi:
3) Kegiatan surat menyurat
4) Menyusun daftar inventaris sekolah
5) Menyelenggarakan daftar hadir guru
6) Mengurus pendaftaran
7) Membantu pelaksanaan pendidikan
8) Mengurus dan memelihara sarana dan pra sarana sekolah
55
9) Membantu tugas kepala sekolah dan memberikan layanan kepada
guru wali kelas dan murid dalam hubunga nya dengan keperluan
pendidikan
10) Mengumpulkan buku legger dari guru/pegawai, wali kelas dan
mengisikan ke buku induk.
d. Waka Kurikulum
Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum Bertugas:
1) Menyusun program pengajaran
2) Menyusun pembagian tugas guru
3) Menyusun jadwal pelajaran
4) Menyusun jadwal evaluasi belajar
5) Menyusun pelaksanaan UTS /UAS
6) Menyusun kriteria dan persyaratan naik atau tidak naik serta
lulus atau tidak lulus
7) Menyusun jadual penerimaan buku laporan pendidikan (Rapor)
dan penerimaan STTB.
8) Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan program
suatu pelajaran
9) Menyusun laporan pelaksanaan pengajaran secara berkala
e. Waka Kesiswaan Bertugas:
1) Menyusun program pembinaan kesiswaan OSIS
2) Melaksanakan bimbingan pengarahan dan dan pengendalian
kegiatan siswa/OSIS dalam rangka menegakkan disiplin dan
ketertiban sekolah.
3) Membina dan melaksanakan koordinasi keamanan,
kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, dan lingkungan
hidup
4) Memberikan pengarahan dalam pemilihan pengurus OSIS
5) Melakukan pembinaan pengurus OSIS dalam berorganisasi
56
6) Menyusun program dan jadual pembinaan secara berkala dan
insidentil
7) Melaksanakan pemilihan calon siswa teladan dan calon siswa
penerima beasiswa
8) Mengadakan pemilihan siswa untuk mewakili sekolah dalam
kegiatan di luar sekolah.
9) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kesiswaan secara
berkala
f. Waka Sarana dan Pra Sarana bertugas:
1) Inventarisasi barang
2) Pendayagunaan sarana dan prasarana
3) Pemeliharaan ( Penggunaan, penghapusan dan atau
pengembangan)
4) Pengelolaan keuangan alat-alat pelajaran
4. Keadaan Siswa, Guru, dan Non Guru
MTs Al-Adzkar memiliki 455 Siswi, adapun perinciannya sebagai
berikut :
Tabel 4.2
Kelas Jumlah siswi
7A 31
7B 32
7C 32
7D 30
7E 31
7F 30
8A 35
8B 33
8C 32
57
8D 32
9A 34
9B 34
9C 35
9D 33
Adapun Nama-nama staf pengajar dan karyawan di Mts Al-Adzkar
Pamulang sebagai berikut:
Table 4.3
No Nama Guru
Mata Pelajaran
Kelas
jml
7A 7B 7C 7D 7E 7F 8A 8B 8C 8D 9A 9B 9C 9D
1 Ambo Ala, S.Pd 1a a Matematika 6 6 12 2 Abdul Hadi, S.Pd.I 2a a Bhs Arab 2 2 2 2 3 3 14 3 Dwi Apriliya Aryani, S.Pd 3a a Bhs Indonesia 5 5 5 5 4 24 4 Wijayanti Eka Puspitasari, S.P 4b b Matematika 6 6 6 6 24 5 Rahmi Arhamty, S.Pd 5a a IPA (Fisika) 4 4 4 4 4 4 24 6 Vera Anjelina, S.Pd 6a a PPKn 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 7 Mariyen Susanti, S.Far 7a a IPA (Biologi) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 8 Aerani Rodiyah, S.Psi 8a a BK 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 9 Ratih Handayani, S.Pd 9a a Bhs Inggris 4 4 4 4 4 4 24 10 Niswatin Mubarriroh, MA 10a a SKI 2 2 2 2 8 10b b PAI 4 4
11 Suchy Luchiyanti Pratiwi, S.Pd 11a a Matematika 6 6 6 6 24 12 M. Fathurrahman, S.Pd 12a a PAI 2 2 2 4 10 12b b SKI 2 2
13 Andriyani, S.Pd 13a a IPA (Fisika) 4 4 4 4 4 4 24 14 Risma Nizar Syuaib, S.S 14a a Bhs Inggris 4 4 4 4 4 4 24 15 M. Mulsan Zaenudin, S.Pd 15a a Bhs Arab 2 2 3 3 10 15b b PAI III (Fikih) 2 2 2 2 8
16 Ela Badriatul Lailah, S.Ag 16a a PAI 2 2 2 4 10 16b b SKI 2 2
17 Rosita, S.Ag 17a a Seni Budaya 1 1 1 1 1 1 6 17b b Prakarya 1 1 1 1 1 1 6
18 Sania Qurrota A'yun, M.Pd 18a a Matematika 6 6 6 6 24 19 Mohamad Mashudi, SH 19a a Bhs Arab 2 2 2 2 8 19b b Akidah 2 2 2 2 8
20 Soraya, S.Sos 20a a IPS 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 21 Helza Rosa Nuraini, S.Pd 21a a Bhs Indonesia 4 4 4 4 4 4 24
58
22 Artawijaya, S.Pd 22a a Penjasorkes 0 23 Fatimah Zulfa 23a a Bhs Inggris 4 4 8 24 Rosidah, S.Pd, Gr 24a a Seni Budaya 1 1 1 1 1 1 1 1 8 25 Miftah Habibie, S.Pd 25a a PAI 6 6
26 Fathimah Salma Mahfuzhah, S.Pd 26a a IPA (Biologi) 2 2 4 26b b Prakarya 1 1 1 1 4
27 Drs. Anwar 27a a Bhs Indonesia 5 5 10 28 Aiida Putri, S.Pd 28a a PPKn 2 2 2 6 28b b Prakarya 1 1 1 1 4 28c c Bhs Indonesia 4 4
29 Khusnul Khotimah, ST 29a a IPA (Fisika) 4 4 8 30 Ayu Nurfitria, S.Pd 30a a IPS 2 2 4 31 Fakhri 31a a Bhs Arab II 2 2 4 32 Tangguh Ari Kencana 32a a Bhs Arab II 2 2 4 33 Muhammad Fadhil Mukhbit 33a a Bhs Arab II 2 2 2 2 8 34 A. Khosyiin, SH 34a a Nahwu Sharaf 2 2 2 2 8 34b b PAI III (Fikih) 2 2
35 H. Ahmad Supandi, S.Ag 35a a PAI III (Fikih) 2 2 2 2 2 2 12 36 Rian 36a a Bhs Arab II 2 2 4 37 Syauqi Rahman, SH 37a a PAI II (Hadist) 2 2 2 2 8 37b b Nahwu 2 2 4
38 M. Ali Mustaan, S.Pd.I 38a a Akidah 2 2 2 2 2 2 12 38b b PAI II (Hadist) 2 2
39 M. Ibnu Najib, SH 39a a Nahwu Sharaf 2 2 4 39b b Shorof 1 1 1 1 4 39c c PAI II (Hadist) 2 2 2 2 8
40 Abdullah Kautsar, SH 40a a PAI II (Hadist) 2 2 2 2 2 10 41 Bagus Haziratul Qodsiyah, SH 41a a SKI 2 2 2 2 2 2 2 14 41b b PAI III (Fikih) 2 2 2 6
42 GE 42a a Ekskul 0 43 GMP 43a a PM 0
Tangsel, 8 July 2019 Rev. 01 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42
59
5. Sarana dan Pra Sarana
Sarana dan Prasarana di Mts Al-Adzkar Pamulang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Mts Al-Adkar
No. Sarana dan Prasarana Jumlah 1 Ruang Teori/kelas 14 2 Laboratorium IPA 1 3 Laboratorium Kimia 1 4 Laboratorium Bahasa 1 5 Laboratorium Komputer 1 6 Laboratorium Multimedia 1 7 Ruang Perpustakaan 1 8 Ruang serbaguna 1 9 Ruang UKS 1 10 Koperasi/Toko 1 11 Ruang BP/BK 1 12 Ruang Kepala Sekolah 1 13 Ruang TU 1 14 Ruang OSIS 1 15 Kamar Mandi/Wc Guru 5 16 Kamar Mandi/Wc siswa 25 14 Ruang Ibadah (Masjid) 1 18 Gudang 1
B. Deskripsi Pelaksanaan atau Penerapan Metode Tutor Sebaya
1. Tahap persiapan
a. Pembentukan Kelompok Belajar
Pembentukan kelompok belajar ini bertujuan agar siswa dapat
bertanya kepada temannya mana kala ada kesulitan dalam memahami
pelajaran, siswa dapat berlatih dan bekerja sama dalam memecahkan
persoalannya. Berikut hasil wawancara dengan salah satu staf
pengajar studi Hadits berpendapat:
”Guru kerap kali kesulitan dalam menjelaskan materi pelajaran,
sebab tingkat kemampuan anak dalam memahami pelajaran itu
60
berbeda, ada yang kurang paham dan ada yang cepat paham dalam
menangkap pelajaran, melihat kondisi demikian guru harus mampu
memanfaatkan peranan siswa atau teman sebaya dalam kelompok
belajar”.82 Dalam satu kelas terdiri dari 5 sampai 6 kelompok belajar,
setiap kelompok belajar terdiri dari lima atau enam anak. Dalam
pelaksanaannya kelompok belajar tersebut ditugaskan oleh guru
bekerja sama, belajar bersama tentang materi pelajaran yang telah
ditentukan, seperti mengerjakan PR atau diskusi tentang materi
pelajaran yang berkaitan dengan lingkungan contoh diskusi hadits
tentang tasamuh. Sesuai dengan hal tersebut di atas, Miftah Habibie
selaku guru PAI berpendapat:
”Kegiatan kelompok belajar ini adakalanya diadakan di dalam kelas
dan di luar kelas setiap kelompok belajar dipimpin oleh seorang tutor,
kegiatan kelompok belajar ini sama namun dalam prakteknya ada
sentuhan yang berbeda kalau yang diadakan di dalam kelas setelah
guru menjelaskan materi pelajaran lalu guru memberikan waktu
kepada kelompok belajar untuk berdikusi tentang materi tersebut, bila
nanti ada kesulitan dan tutor tidak bisa menyelesaikanya maka
persoalan tersebut diajukan kepada guru untuk dibahas lebih lanjut
kalau kegiatan kelompok belajar yang diadakan di luar kelas
dilakukan di musholla selanjutnya setiap kelompok diberi kesempatan
untuk berdikusi dengan dipimpin tutor selama satu jam, kemudian dari
tiap-tiap kelompok mengirimkan perwakilannya untuk diuji
kemampuannya dalam format kompetisi/cerdas cermat.”83 Selanjutnya
kelompok belajar diharapkan tidak hanya melaksanakan kegiatan
tersebut di area sekolah saja tapi kegiatan tersebut juga dilaksanakan
di luar jam sekolah, contoh melaksanakan tugas kelompok berupa PR
di hari libur dan kegiatan tersebut bisa diadakan di rumah siswa.
82 Hasil wawancara dengan Miftah Habibie, pada tanggal 13 Februari 2020 83 Hasil wawancara dengan M. Fathurrahman pada tanggal 13 Februari 2020
61
b. Pemilihan dan Briefing kepada para Tutor
Setelah guru melakukan pembentukan kelompok tahap berikutnya
adalah guru mengadakan pemilihan tutor dan pemberian brifieng
kepada mereka. Pemilihan para tutor atas dasar kecakapan dan
kecerdasan siswa atau atas dasar prestasi akademik yang baik oleh
siswa di sekolah, hal tersebut sesuai dengan pendapat Ambo Ala
selaku kepala sekolah yang mengatakan: ”Sebelum melaksanakan
kegiatan tutor sebaya, terlebih dahulu guru harus memilih siapa saja
yang sekiranya menjadi tutor.” Beliau juga menambahkan bahwa
syarat mutlak untuk menjadi tutor adalah pertama, pintar. Kedua,
mampu berkomunikasi dengan baik.84 Baik itu dengan guru maupun
dengan siswa sebab bagaimanapun pintarnya seorang siswa namun
bila tidak mampu mengkomunikasikan (menyampaikan) materi
pelajaran dengan baik maka hasilnya juga tidak baik. Setelah guru
mengadakan pemilihan siapa saja yang menjadi tutor langkah
selanjutnya adalah guru membriefing para tutor agar dalam
melaksanakan program tutor sebaya dapat berjalan dengan maksimal.
Materi brifieng yang diberikan guru kepada tutor adalah guru
memberikan motivasi kepada para tutor sekaligus memberikan materi
tambahan secara ekstra kepada siswa diluar jam efektif. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Miftah Habibie selaku guru PAI mengatakan:
” Program tutor sebaya ini akan efektif bila program tutor sebaya ini
direncanakan dengan baik, contoh terlebih dahulu guru menyiapkan
siapa saja yang menjadi tutor selanjutnya guru memberikan
pengarahan kepada tutor tentang apa saja tugas tutor, bagaimana tutor
menjelaskan materi, menjawab pertanyaan sekaligus memecahkan
persoalan temannya.85
84 Hasil wawancara dengan Ambo Ala, pada tanggal 14 Februari 2020 85 Hasil wawancara dengan Miftah Habibie pada tanggal 14 Februari 2020
62
c. Pendalaman Materi
Setelah guru mengadakan pemilihan siapa saja yang menjadi tutor
dan membriefing para tutor langkah selanjutnya adalah guru
melakukan pendalaman materi. Langkah- langkahnya adalah guru
terlebih dahulu menyiapkan materi untuk kegiatan tutor sebaya,
selanjutnya guru mengadakan kegiatan tanya jawab dengan para tutor.
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Miftah Habibie selaku
Guru PAI yaitu: ”Setelah guru menunjuk siswa menjadi tutor sebaya
terlebih dahulu tutor harus dibina di luar waktu efektif dengan materi
tambahan agar mereka lebih mendalami materi pelajaranya,
selanjutnya guru menyiapkan modul hadits bagi siswa” dari hasil
wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa setelah guru
membentuk kelompok dan memilih tutor langkah selanjutnya adalah
guru memberikan pendalaman materi kepada tutor. Seperti guru
memberikan materi tambahan kepada para tutor di luar jam efektif.
Guru juga memberikan cara-cara menjelaskan materi pelajaran,
melatih tutor tutor berinteraksi dan berkomunikasi dengan temannya,
dan membiasakan tutor dengan tanya jawab.86
2. Tahap Penyelenggaraan
a. KBM oleh Guru
Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dilakukan
sebagaimana mestinya yaitu: yang pertama guru mengucapkan salam
selanjutnya pembacaan doa, guru mengecek daftar hadir siswa, setelah
itu guru mengadakan apersepsi, setelah penyampaian materi langsung
dari guru mengenai hadits tasamuh, dan kemudian guru menyiapkan
soal pre-test untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
mengenai materi yang telah disampaikan. Setelah mendapatkan nilai
dari pre-test, maka dibentuklah kelompok. Selanjutnya KBM
dilaksanakan secara mandiri oleh kelompok belajar yang dipimpin oleh
86 Ibid.
63
tutor sebaya.
b. KBM oleh Tutor
Pada tahapan berikutnya KBM yang dilakukan oleh tutor adalah
tutor sebaya menjelaskan tentang materi pelajaran yang telah
ditentukan oleh guru, selanjutnya tutor memberikan kesempatan
kepada anggota kelompok untuk menanyakan tentang hal yang masih
belum dipahami, bila ada suatu pertanyaan dan tutor tidak bisa
menjawabnya maka pertanyaan tersebut diajukan ke guru kemudian
dibahas secara bersam-sama. Terkadang pembelajaran dengan tutor
sebaya ini lebih efektif dari pada pembelajaran yang dilakukan
langsung oleh guru karena tidak adanya rasa takut dan enggan untuk
bertanya selanjutnya tutor memberikan motivasi belajar kepada
temanya untuk lebih bersemangat dalam belajarnaya. Hal ini
berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lokasi penelitian.
3. Tahap Evaluasi Hasil Program
Langkah berikutnya adalah guru mengadakan evaluasi hasil program
yang berupa hasil belajar siswa setelah melaksanakan program tutor
sebaya yang mana dalam hal ini kegiatan tersebut dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi hadits tasamuh. Tahap evaluasi terdiri
dari pre test dan post test, dan pengamatan hasil belajar berupa
ulangan/ujian. Hal ini sesuai hasil test yang dilakukan sebelum dan
sesudah program tutor sebaya ini dilaksanakan sebagai berikut87:
87 Hasil Dokumentasi test materi menulis hadits tentang tasamuh
64
Tabel 4.5
DAFTAR NILAI TEST HADITS TASAMUH SISWA MTS AL-ADZKAR
KELAS VII A
NO NAMA SISWA
L/ P
Nilai Sebelum
tutor sebaya
Sesudah tutor
sebaya 1 Adinda Dibi Naura P 65 90 2 Aisyah Najma Jofi P 75 100 3 Aisyah Rafah Chaerunnisa P 80 90 4 Alisya Putri Ramadhani P - - 5 Aliyza Khairunisa P 75 90 6 Amanda Aryanti P 60 75 7 Annida Farah Islamiy P 75 100 8 Aulia Rahmawati P 60 70 9 Detrisha Aisyah Putri P 65 90 10 Fahimah Marwa Taqiyyah P 70 90 11 Fanisa Fiandra Arumdita P 70 90 12 Fathia Khoiriah Afra P 90 100 13 Ghadija Nur'ahya Rahma P - - 14 Ginni Aqila Rachma P 65 90 15 Jehan Nashwa Shafia P 70 100
16 Kesty Ana Qifteeya P 70 80
17 Khairunnisa Nurul Madani P 80 100
16 Mia Aura Salsabila P 75 90
19 Mutiara Syahrani P 80 100
20 Na'ilah Noer Tsabitah P 75 90
21 Naima Khalisa Adh'wa P - -
22 Najla Faras Jelita P 60 90
65
23 Nashwa Anjani P 85 100
24 Naura Khairunisa Lathifah P 80 95
25 Naysilla Ayudhia Putri P 90 100
26 Nur Fitriana P - -
27 Rahma Elvina Estiyanti P 70 90
28 Raisya Chairunnisa P 70 85
29 Rajwa Salma Jilan P 75 100
30 Rohmah Putri Zukhruful Jannah P 70 90
31 Salma Zahra Ramadhani P 65 85
32 Siti Fakhira Luna Azzura P - -
Tabel 4.6
DAFTAR NILAI TEST HADITS TASAMUH SISWA MTS AL-ADZKAR
KELAS VII B
NO NAMA SISWA
L/ P
Nilai Sebelum
tutor sebaya
Sesudah tutor
sebaya 1 Aqila Azka Ghaida P 80 100
2 Aqilah Razanah P 60 100
3 Aulia Nur Hasanah P 60 100
4 Azka Aqilah P 70 90
5 Carissa Ayu Nareswari P 70 100
6 Chayara Alima Hidayat P 65 95
7 Dhia Naomi Ayesha Zahrah P - -
8 Fathiya Salsabila P 75 90
9 Ferisa Zafira P 70 100
10 Gadis Abdeena Aulia P 85 100
11 Hasna Haniyah P 80 100
66
12 Khalidya Cahya Kusuma P - -
13 Lahrazakia Putri Nayla P 75 100
14 Lana Dzakirah Nusanto Robawa P 55 85
15 Nabila Fathul Azizah P 55 85
16 Nabila Mumtaza Necklace P 70 100
17 Nagita Maharani P - -
16 Najwa Safitri P 55 80
19 Naurah Asya Nazhirah P 65 90
20 Nazwa Syifa Alzena P 60 75
21 Nisara Nur Izzati P 60 90
22 Nur Avilia Zarkasya P 65 90
23 Nur Wahidah Putri P - -
24 Regina Kamiliya P 50 70
25 Salma Nur Asyifa P 70 100
26 Sarah Dafina Mumtaz P 80 100
27 Syafiqa Aqila Rahman P 55 80
28 Ulayya Hijra Hapsari P 65 85
29 Yasmin Karima P 65 80
30 Yasmin Shaheeda Al Akhras P - -
31 Zahra Aurellia Meyluna P 70 100
32 Zainab Fithriyana Azizah P 55 90
C. Deskripsi Tingkat Pemahaman Siswa Setelah Belajar dengan Teman Sebaya
Setelah dilaksanakanya program tutor sebaya terdapat perubahan-
perubahan yang dirasakan oleh para siswa. Perubahan-perubahan tercermin
dari hasil wawancara dengan Aqila Azka kelas VII B, berpendapat bahwa
siswa lebih senang ketika guru melaksanakan KBM dengan menggunakan
metode tutor sebaya karena siswa tidak takut dan malu untuk bertanya dan
67
lebih leluasa mengungkapkan pendapat. 88 Peningkatan pemahaman siswa
dapat dirasakan hampir oleh sebagian besar siswa hal ini didasarkan atas
pernyataan Mia Aura kelas VII A yaitu: diterapkanya metode tutor sebaya ini
sangat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran, sebab siswa
dilatih untuk berani menjelaskan, menerangkan materi pelajaran dan diberi
kesempatan untuk bertanya apabila belum paham.89 Hal ini sesuai dengan
pendapat M. Fathurrahman selaku guru Hadits bahwa penerapan
pembelajaran dengan tutor sebaya banyak membantu di dalam keberhasilan
pembelajaran utamanya adalah mengenai siswa- siswa yang penerimaanya
terhadap mata pelajaran itu rendah atau kurang. Jadi dengan tutor sebaya
anak-anak yang tidak mampu dalam hal penangkapan materi pelajaran itu
banyak terbantu dengan tutor sebaya.90 Dari hasil wawancara tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa ada perubahan-perubahan yang dialami siswa
setelah mengikuti program tutor sebaya. Perubahan-perubahan tersebut di
tandai dengan siswa menjadi senang mengikuti KBM, siswa menjadi tidak
malu dan enggan untuk bertanya, siswa menjadi lebih berani dalam
berpendapat, dan siswa dilatih untuk menjelaskan matei pelajaran.
D. Deskripsi Peranaan Tutor Sebaya dalam Meningkatkan Pemahaman Materi
Maksud peranan dalam pembahasan ini adalah fungsi tutor teman
sebaya dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi hadits.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara. Tutor teman sebaya berperan
sebagai:
1. Tutor berperan sebagai motivator, misalnya bila ada siswa yang
mengalami kesulitan dan kurang semangat dalam belajar, tutor
memberikan motivasi dan bimbingan kepada temanya itu.
2. Tutor berperan sebagai ”guru”, misalnya tutor memberikan penjelasan
88 Hasil wawancara dengan Aqila Azka kelas VII B pada tanggal 14 Februari 2020 89 Hasil wawancara dengan Mia Aura kelas VII A pada tanggal 14 Februari 2020 90 Hasil wawancara dengan M. Faturrahman, pada tanggal 13 Februari 2020
68
dan keterangan kepada temanya tentang materi pelajaran yang telah di
tentukan oleh guru. selanjutnya tutor memberikan kesempatan kepada
temanya untuk bertanya mengenai pelajaran yang belum dipahami. Hal
ini didasarkan hasil wawancara dengan Miftah Habibie selaku guru PAI
bahwa para tutor yang telah ditunjuk oleh guru ditugaskan untuk berlatih
menjadi pengganti fungsi guru misalnya menjelaskan materi tentang
Hadits tasamuh dan isi kandungan dalam hadits. Tugas tutor berikutnya
yaitu melakukan pendampingan dan bimbingan kepada temanya yang
mengalami kesulitan belajar, tutor juga ditugaskan memotivasi temanya
yang bermotivasi rendah. Dari hasil pengamatan dan wawancara tersebut
dapat disimpulkan bahwa tutor sebaya mempunyai peranan dan fungsi
sebagai motivator dan berperan sebagai pengganti fungsi guru, sekaligus
memberikan bantuan bimbingan kepada temanya yang mengalami
kesulitan dalam belajar.
E. Analisa Penyelenggaraan/Penerapan Tutor Sebaya
Penerapan model pembelajaran dengan pendekatan Tutor Teman
Sebaya di Mts Al-Adzkar Pamulang terbagi dalam dua bentuk, yaitu kegiatan
Tutor Teman Sebaya yang diadakan di dalam kelas dan Tutor Teman Sebaya
yang diadakan di luar kelas. Dalam pengamatan peneliti hal ini dilakukan
agar dalam pelaksanaanya program tutor sebaya dapat berjalan dengan
maksimal dan anak-anak tidak mengalami kejenuhan. Kejenuhan dapat
terjadi apabila hanya di dalam kelas saja atau di luar kelas saja. Hal ini sesuai
dengan yang dikatakan oleh Abu Ahmadi & Joko Tri Prasetyo bahwa
pelaksanaan kegiatan tutorial bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja
sesuai dengan kebutuhan.91 Jadi dalam melaksanakan kegiatan tutor sebaya
hendaknya guru memperkirakan terlebih dahulu dimana lokasi dan kapan
waktu yang tepat untuk melaksanakan kegiatan tutor sebaya.
Metode Tutor Sebaya yang diadakan di dalam kelas dengan membagi
91 Abu Ahmadi & Joko Tri Prasetyo, “Strategi Belajar Mengajar”(Bandung: Pustaka Setia,
1997) hal. 170-171
69
siswa dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5-6 anggota. Hal
ini dilakukan karena jumlah siswa dalam kelas cukup banyak maka dari itu
pembagian jumlah kelompok beserta anggotanya ini bertujuan agar
pelaksanaan kegiatan tutor sebaya berjalan efektif dan efesien. Dari hasil
pengamatan peneliti dapat disimpulkan bahwa pembentukan kelompok dalam
kegiatan tutor sebaya ini bertujuan untuk memudahkan teman saling
berinteraksi dan berkomunikasi untuk memecahkan persoalan secara
bersama-sama. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Ahmadi & Widodo S,
sebagai berikut: yang terpenting dalam kegiatan kelompok belajar adalah
interaksi diantara anggota kelompok dengan harapan terjadi pada diri siswa
yang mengalami kesulitan belajar karena:
1. Adanya pengaruh anggota kelompok yang cakap dan berpengalaman.
2. Kehidupan kelompok dapat meningkatkan minat belajar. Kehidupan
kelompok memupuk tanggung jawab, saling memahami diri.92
Jadi sebelum guru membentuk kelompok terlebih dahulu guru
menganalisa kebutuhan dalam kelompok contoh dalam kelompok tersebut
harus ada anak yang mempunyai kemampuan yang cakap dan
berpengalaman. Agar kegiatan kelompok dapat meningkatkan minat belajar
anak, memupuk rasa tanggung jawab dan saling memahami diri. Tutor
ditugaskan oleh guru untuk menjelaskan dan menerangkan materi pelajaran
yang telah ditentukan. Sedangkan anggota diberi kesempatan untuk bertanya
atas apa yang telah disampaikan oleh tutor tersebut. Dalam pelaksanaaya
kegiatan tanya jawab mutlak diperlukan kendati demikian tutor tidak hanya
sebatas mengadakan tanya jawab tentang pelajaran saja, namun juga
memberikan bimbingan, arahan dan motivasi agar para siswa dapat belajar
secara efektif dan efesien.93
Apabila ada pertanyaan dari anggota yang tidak bisa dijawab oleh tutor
maka pertanyaan tersebut diajukan kepada guru untuk dibahas secara
92 Abu Ahmadi & Widodo S, “Psikologi Belajar Edisi Revisi” (Jakarta : Pt Rineka Cipta,
2004) hal 183 93 Abu Ahmadi & Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar... hal. 169
70
bersama-sama. Sebab tugas seorang tutor bukanlah sebagai guru akan tetapi
mereka dilatih untuk menjelaskan agar mereka lebih bertanggung jawab
terhadap penguasaan materi. Jadi persiapan yang matang mutlak diperlukan
bagi tutor ketika mengadakan bimbingan contoh tutor harus menguasai betul
materi yang ditutorkan dan tutor juga mengetahui cara mengajarkan bahan,
tujuannya meminimalisir kekurangan dalam kegiatan tersebut.
Sedangkan pelaksanaan Tutor Teman Sebaya yang dilakukan di luar
kelas tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan di dalam kelas, akan
tetapi kegiatan tutor teman sebaya ini dilakukan lebih rileks dan kompetitif,
karena dalam pelaksanaannya kegiatan Tutor Teman Sebaya dilakukan
dengan model kompetisi yaitu setiap kelompok setelah melakukan diskusi
(tutor dan anggota) kemudian salah seorang dari tiap kelompok diminta oleh
guru untuk mewakili temannya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh guru dalam format kompetisi. Tujuannya agar pelaksanaan
tutor sebaya lebih bervariasi, agar siswa tidak bosan, agar siswa lebih
terangsang atau tertimulus dalam kegiatan belajar mengajar.
Kendati demikian pelaksanaan tutor teman sebaya tidak harus
dilaksanakan secara formal oleh guru, ada juga pelaksanan Tutor Teman
Sebaya yang dilakukan di luar jam pelajaran. Misalkan ketika istirahat secara
perorangan atau seminggu sekali dalam bentuk kelompok belajar. Tujuannya
agar mereka dapat belajar secara mandiri dengan modul materi yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
F. Analisa Pemahaman Siswa
Pemahaman beberapa siswi MTs Al-Adzkar Pamulang terhadap hadits
cukup baik, hal ini disebabkan mereka tidak hanya memperoleh pengajaran
ilmu agama di sekolah saja, akan tetapi sebagian besar dari mereka
memperoleh tambahan ilmu agama di luar sekolah seperti di TPQ atau di
majlis ta’lim di rumah mereka dan tentunya di Pondok Pesantren al-Adzkar.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan penguasaan mereka terhadap hadits di kelas
yang ditujukkan dengan keaktifan dan kecakapan mereka dalam proses
71
belajar mengajar di kelas.
Peneliti secara langsung mengetahui kemampuan siswa setelah
melakukan observasi di dalam kelas dengan mengikuti beberapa pelajaran
yang disampaikan seperti salah satu siswa yang bernama Mia Aura
mengatakan bahwa dia cukup mengerti dengan materi yang disampaikan oleh
guru Agama, apalagi dengan adanya kegiatan tutor sebaya anak-anak menjadi
senang bertanya, dan menjawab pertanyaan dari tutor.94 Hal ini menunjukkan
bahwa kegiatan tutor sebaya dapat meningkatkan respon anak terhadap
kegiatan belajar mengajar, utamanya dalam meningkatkan pemahaman anak
didik yang mana hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Mentinis
bahwa: pemahaman siswa dapat terlihat dari tanggapan siswa pada materi
pelajaran.95 Jadi dalam kontek ini kegiatan tutor sebaya dapat dimaksimalkan
untuk menumbuhkan respon, perhatian dan tanggapan anak dalam KBM.
Berikut penuturan bapak Miftah Habibie, selaku Guru Mata Pelajaran
PAI beliau berpendapat bahwa pemahaman siswa di sekolah ini cukup baik
bahkan penekanannya lebih ke nilai psikomotor, dengan harapan setelah
siswa mendapatkan materi hadits mereka mampu mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari- hari. Beliau juga menambahkan bahwa persoalan agama itu
menyangkut masalah pengamalan bukanlah sekedar teori saja. 96 Hal ini
bertujuan agar siswa dapat memahami pelajaran dengan baik. Hal tersebut di
atas sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Sua’adah dan fauzik Lendriyono
bahwa pemahaman siswa dapat terlihat dari perhatian dan perubahan tingkah
laku siswa setelah mengikuti KBM.
Sedangkan menurut Kepala Sekolah MTs Al-Adzkar Ambo Ala,
menyatakan bahwa kemampuan pemahaman anak didik itu ditandai dengan
kemampuan siswa dalam mengartikan, menjelaskan bahkan
mengkomunikasikan materi pelajaran yang telah dipelajari. Dari hasil
pengamatan dan wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
94 Hasil wawancara dengan Mia Aura kelas VII A pada tanggal 14 Februari 2020 95 Mentinis, “Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi” (Jakarta: Gaung Persada perss
2006), cet.4, hal. 34 96 Hasil wawancara dengan Miftah habibie pada 14 tanggal Februari 2020
72
kegiatan tutor sebaya dapat meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini ditandai
dengan adanya perubahan-perubahan yang dialami siswa setelah mengikuti
program tutor sebaya. Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan siswa
menjadi senang mengikuti KBM, siswa menjadi tidak malu dan enggan untuk
bertanya, siswa menjadi lebih berani dalam berpendapat.
G. Analisa Peranan Tutor Sebaya Dalam Meningkatkan Pemahaman Materi PAI
Dari seluruh rangkaian hasil wawancara baik dengan Kepala Sekolah
maupun dengan guru bidang studi Hadits dapat peneliti sampaikan bahwa
penerapan metode tutor sebaya yang dilakukan di MTs Al-Adzkar Pamulang
berlangsung dengan baik, tidak hanya itu penerapan metode tutor sebaya
dalam proses belajar mengajar di sekolah semakin mempermudah tugas guru
dalam meningkatkan kemampuan anak didik seperti yang telah dilaksanakan
sebelumnya. Metode tutor sebaya ini mempunyai peranan yang cukup penting
dalam proses belajar- mengajar sebab dengan adanya penerapan metode tutor
sebaya yang diadakan di MTs Al-Adzkar Pamulang dapat meringankan tugas
guru dalam meningkatkan pemahaman anak didik. Sebab terkadang guru
kesulitan dalam menjelaskan materi pelajaran kepada siswa-siswa yang
kemampuanya dalam menangkap pelajaran itu rendah.
Dalam pembahasan ini Tutor sebaya berperan sebagai Motivator dan
berperan sebagai pengganti fungsi guru dalam arti siswa dilatih menjelaskan
dan menerangkan materi pelajaran yang telah ditentukan oleh guru sekaligus
memberikan bantuan bimbingan kepada rekanya yang mengalami kesulitan
belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Abu Ahmadi & Joko Tri Prasetyo
fungsi tutor sebagai berikut:
1. Kurikuler, yakni sebagai pelaksana dan GBPP sebagaimana telah
dibutuhkan bagi masing- masing modul dan mengkomunikasikanya
kepada siswa
2. Intruksional, yakni melaksanakan proses pembelajaran agar para siswa
aktif belajar mandiri melalui modul yang ditetapkan.
73
3. Diagnosis bimbingan, yakni membantu para siswa yang mengalami
kelambatan dalam mempelajari modul berdasarkan hasil penilaian baik
formatif maupun sumatif, sehingga siawa mampu membimbing diri
sendiri.
4. Administratif, yakni melaksanakan pencetakan, pelaporan, penilaian, dan
teknik administratif lainya sesuai tuntutan program modular.
5. Personal, yakni memberikan keteladanan kepada siswa seperti penguasaan
materi modul, cara belajar, sikap dan prilaku yang secara tak langsung
menggugah motivasi belajar mandiri dan motif berprestasi.97
Kendati demikian perlu waktu khusus bagi guru menyiapkan tutor untuk
dapat menjadi motivator, dan berperan sebagai pengganti fungsi guru, hal itu dapat
dilakukan diluar waktu efektif. Dengan adanya tutor sebaya siswa menjadi
lebih paham dari pada sebelumnya, karena siswa yang biasanya malu untuk
bertanya tidak lagi merasa enggan untuk bertanya, sehingga bila ada materi
yang belum dimengerti dengan mudah akan dipahami.
Pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya lebih efektif
dalam meningkatkan pemahaman siswa, kendati demikian dalam
pelaksanannya tidak semua siswa mengalami peningkatan dalam memahami
pelajaran. Hal ini disebabkan terkadang siswa yang mengikuti kegiatan tutor
sebaya ada yang tidak serius karena berhadapan dengan temanya sendiri.
Oleh karena itu setelah kegiatan tutor sebaya selesai, guru harus mengadakan
evaluasi dan segera melakukan penanganan lebih lanjut.
Di samping itu dengan adanya tutor sebaya, bertambahnya pemahaman
tidak hanya terletak pada siswa akan tetapi bagi tutor itu sendiri juga bisa
menambah pengetahuan yang telah didapatnya karena terkadang tutor ditanya
tentang sesuatu yang belum ia ketahui sehingga tutor mengajukan pertanyaan
tersebut kepada guru dan akhirnya guru menjelaskan dengan rinci.
Siswa yang menjadi tutor harus merupakan siswa yang berkemampuan
lebih dibanding teman-temannya, baik dalam segi penguasaan materi maupun
dalam hal menyampaikan materi yang telah didapatnya dari bapak guru. Hal
97 Abu Ahmadi & Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar... hal. 169-170
74
ini sesuai dengan pendapat Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain bahwa
salah satu syarat menjadi tutor adalah tutor mepunyai daya kreatif yang
cukup untuk memberikan bimbingan yang dapat menerangkan pembelajaran
kepada temannya. 98 Ambo Ala selaku Kepala Sekolah MTs AL-Adzkar
mengatakan, mampu berkomunikasi dengan baik artinya siswa mampu
menjelaskan materi pelajaran kepada teman yang lainya. Hal ini dilakukan
agar siswa yang pintar dan mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi
dapat memberikan bantuan dan bimbingan kepada rekannya yang
membutuhkan. Bila ada tutor yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik
maka tugas gurulah untuk mengajarkan kepada anak tersebut bagaimana cara
menyampaikan materi kepada teman-temannya.
98 Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, ”Strategi Belajar Mengajar” (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), hal.25
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan / Penerapan Tutor Sebaya di MTs Al-Adzkar
Metode tutor sebaya yang diterapkan di MTs Al-Adzkar itu ada
dua macam yaitu sebagai berikut: (a) Metode tutor sebaya yang diadakan
di dalam kelas (b) Metode tutor sebaya yang diadakan diluar kelas. kalau
di dalam kelas metode tutor sebaya yang digunakan adalah dengan
membentuk study club atau kelompok belajar dari seluruh siswa yang ada
selanjutnya ditunjuklah dari mereka yang dianggap memiliki kemampuan
lebih sebagai tutor bagi setiap kelompok tersebut, yang mana tuga stutor
di sini adalah menanyakan tentang perihal kesulitan temannya,
memberikan bimbingan dan memberikan kesempatan pada temanya untuk
bertanya tentang materi yang belum dipahami, kalau di luar kelas
kegiatan tutor sebaya ini dilakukan di musholla, selanjutnya setiap
kelompok diberi kesempatan untuk berdikusi dengan dipimpin tutor
selama satu jam, kemudian dari tiap-tiap kelompok mengirimkan
perwakilanya untuk diuji kemampuannya dalam format kompetisi/cerdas
cermat. Dengan demikian anak-anak menjadi lebih giat belajar dan
senang dan hasilnya anak-anak lebih faham terhadap materi yang
diajarkan.
2. Pemahaman Siswa terhadap Hadits di MTs Al-Adzkar
Pembelajaran dengan menggunakan tutor sebaya lebih efektif dalam
meningkatkan pemahaman materi anak-anak, sebab terkadang siswa
enggan atau malu untuk bertanya langsung kepada guru tentang materi
yang belum dipahami. Disinilah dibutuhkan kejelian seorang guru dengan
lebih memanfaatkan peranan tutor sebaya untuk membantu guru dalam
proses belajar mengajar agar siswa dapat belajar secara mandiri dan
meningkatkan kemampuan belajarnya. Hal ini terlihat dari perubahan-
perubahan yang dialami siswa. Perubahan-perubahan itu di antaranya
76
adalah:
a. Siswa lebih senang mengikuti KBM.
b. Siswa lebih aktif / berani untuk bertanya tentang masalah yang belum
dimengerti.
3. Peranan Tutor Sebaya dalam Meningkatkan Pemahaman Hadits di
MTs Al-Adzkar
Berdasarkan hasil analisis, tutor teman sebaya berperan sebagai (a)
Tutor berperan sebagai motivator, misalnya bila ada siswa yang
mengalami kesulitan dan kurang semangat dalam belajar, tutor
memberikan motivasi dan bimbingan kepada temanya tersebut. (b) Tutor
berperan sebagai pengganti fungsi guru, misalnya tutor memberikan
penjelasan dan keterangan kepada temanya tentang materi pelajaran yang
telah ditentukan oleh guru. Selanjutnya tutor memberikan kesempatan
kepada temannya untuk bertanya mengenai pelajaran yang belum
dipahami. Dengan demikian pemahaman anak dapat ditingkatkan dengan
memanfaatkan peranan tutor sebaya.
B. Saran
Dalam melaksanakan kegiatan tutor sebaya, hendaknya guru
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) pembentukan kelompok (2)
pemilihan tutor sebaya. Dalam pembentukan kelompok dan pemelihan tutor,
hendaknya terlebih dahulu guru mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Guru mengadakan test awal tujuannya untuk mengetahui kemampuan
dasar siswa, selanjutnya guru mengklasifikasi siswa dalam tiga
kategori, yaitu:
i. Siswa berkemampuan rendah.
ii. Siswa berkemampuan sedang.
iii. Siswa berkemampuan tinggi.
77
Selanjutnya guru membaginya dalam kelompok, misal bila dalam satu
kelompok terdiri lima sampai enam siswa, maka dalam kelompok
tersebut harus ada tiga kategori tersebut.
b. Pemberian modul materi harus sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
siswa, kelas, dan lain sebagainya.
c. Dalam kelompok tersebut harus ada yang disegani, agar mereka serius
dalam kegiatan kelompok.
78
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu & Joko Tri Prasetyo. 1997. “Strategi Belajar Mengajar” Bandung: Pustaka Setia
Ahmadi, Abu & Widodo S. 2004. “Psikologi Belajar Edisi Revisi” Jakarta : Pt Rineka Cipta
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, 1991. Ilmu Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta.
Aly, Hery Nur.1999. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos
Arifin, Ed, Imron. 1996. “Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keagamaan” Malang: Kalamasahada Press
Arikunto, Suharsimi. 1996. Pengelolaan Kelas Dan Siswa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
_______2002. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: Rajawali
_______2003. “Dasar-Dasar Evaluasi” Jakarta : Bumi Aksara
_______1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek” Jakarta: PT. Rineka Cipta
Darajat, Zakiyah dkk, 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Dimyati, 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: tp
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zaim. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
E. Mulyasa, 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Furchan, Arif. 1992. “Pengantar Metodologi Penelitian Kualitatif” Surabaya: Usaha Nasional
Hadi, Sutrisno. 1989. “Metodologi Reseach”. Yogyakarta : Andi Offset
Hamalik, Oemar. 1991. Pedidikan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasark an Cara Belajara Siswa Aktif. Bandung: CV. Sinar Baru
_______ 2003. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Hamruni, 2008. Konsep Edutainment dalam Pendidikan Islam. Yogyakarta: SUKSES Offset
79
Harsanto, 2007 Ratno Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius
Hasbi, Ash-Shiddieqy Teungku Muhammad. 1999. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra
Ishak SW, 1982. Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta : Liberty
Iska, Zikri Neni. 2006. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brother’s
Ismail, 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: RaSail Media Group
‘Itr, Nuruddin. 2012. Manhaj An-Naqd fi ‘Ulum Al-Hadis. Terj. Mujio. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Izzan, Drs. H. Ahmad. Ulumul Hadist. (Bandung:Tafakur)
Langgulung, Hasan. 1983. Teori-teori Kesehatan Menytal. Kajang: Pustaka Huda
Lihat skripsi Agung Kurniawan, “Efektifitas Metode Pembelajaran Baca Tulis al-Qur’an (BTQ) Terhadap Kemampuan Membaca al-Qur’an Siswa SMA Fatahillah Ciledud Tangerang”, Skripsi S. I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010)
M. Nasir, 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Majid, Abdul dan Dian Andayani, 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Mentinis. 2006. “Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi” Jakarta: Gaung Persada perss
Moleong, Lexy j. 2006. “Metodologi Penelitian Kualitatif” Bandung: Remaja Rosdakarya,
Muhaimin, dkk, 2001, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Muhammad, Abu Bakar. 1995. Hadits Tarbiyah. Surabaya:Al-Ikhlas
Muhibbin, Dr. Syah. 2010.. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosda
80
Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran, Ciputat: Gaung Persada (GP) Press
Munzier, Suparta. 1996. Ilmu Hadis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Mustofa, Bisri. 2015. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Parama Ilmu
Nasution. 1996. “Metode Reseach”. Jakarta: Bumi Akasara
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliya
Ramayulis, 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Riyanto, Yatim. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif Dan Kuantitatif. Surabaya: UNESA Uneversity press
S.Margono. 1997. “Metode Penelitian Pendidikan” Jakarta: Rineka Cipta
Sabri, Alisuf . 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabexta
Saminanto. 2010. PTK, Semarang: RaSAIL Media Group
Semiawan, Conny. 2000. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia
Slameto, 2015. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (PT. Rineka Cipta: Jakarta
Smith, David dan M. Suryamin. 2006. Inklusi Sekolah Menengah Untuk Semua. Bandung: PT. Nuansa, 2006
Sohar, Sahrani. 2010. Ulumul Hadits. Bogor: Ghalia Indonesia
Subagyo, P. Joko. 2004. “Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek” Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Suprayogo, Imam. 2001 “Metodologi Penelitian Sosial Agama” Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Surahmat, Winarno. 1994. “Pengantar Penelitian Ilmiah” (Bandung : Tarsito, 1994), hal. 34
Surahmat, Winarno. 1994. “Pengantar Penelitian Ilmiah” Bandung : Tarsito
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
81
Tabranio, Imam Supra Yoso. 2001. “Metodologi Penelitian Sosial Agama” Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Wahyudin, Dharmalaksana. 2004. Hadis di Mata Orientasi. Bandung:Benang Merah Pers
Zuhairini, 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UIN Press
LAMPIRAN
Lampiran 1
TRANSKIP WAWANCARA
Kode : WW.01
Narasumber : Ambo Ala, S.Pd
Jabatan : Kepala Sekolah MTs Al-Adzkar
Topik Wawancara : Metode yang efektif
Hari, tanggal : Kamis, 13 Februari 2020
Pukul : 09.30
Tempat : Ruang Kesiswaan
Pertanyaan
Langsung saja yah Pak. Kendala apa yang sering terjadi dalam pembelajaran Pak?
Jawaban
Kendala itu selalu ada, namun yang paling umum terjadi ya masalah pemahaman
atau daya tangkap siswa dalam menerima pelajaran, karena kemampuan anak kan
berbeda-beda.
Pertanyaan
Termasuk pelajaran agama pak?
Jawaban
Oh tentu, karna bagaimana pun siswa yang kita terima dari berbagai latar
belakang. Nah yang terkadang agak sulit bagi siswa dari sekolah umum, karena
mereka mendapatkan pendidikan agama yang sedikit. Mereka harus belajar lebih
ekstra untuk mengejar siswa dari madrasah.
Pertanyaan
Lalu solusi apa pak, yang dilakukan pihak sekolah?
Jawaban
Semua tergantung anaknya, mau berusaha atau tidak, namun kita sudah
menghimbau dan memberikan bimbingan untuk para guru agar dapat mengajar
dengan metode yang variatif yang disesuaikan dengan materi dan kondisi siswa.
Pertanyaan
Lalu menurut bapak, metode apa yang paling efektif?
Jawaban
Semua metode bagus, tergantung bagaimana kita mngaplikasikannya. Namun jika
harus memilih, saya rasa tutor sebaya juga sangat efektif.
Pertanyaan
Kenapa pak?
Jawaban
Karena, ada kalanya siswa lebih paham dengan bahasa teman sebayanya, atau
yang menjadi tutor, mereka memiliki kosa-kata sendri antar teman. Mereka yang
ditunjuk sebagai tutor pun juga akan semakin mengasah kemampuan mereka.
Pertanyaan
Lalu apa yang harus diperhatikan saat melakukan metode itu pak?
Jawaban
Sebelum melaksanakan kegiatan tutor sebaya, terlebih dahulu guru harus memilih
siapa saja yang sekiranya menjadi tutor dan memilih tutor ya jangan asal-asal.
Syarat untuk jadi tutor, pertama, pintar. Kedua, mampu berkomunikasi dengan
baik. ya kalau kamu pandai tapi tidak cakap menyampaikannya, ilmu yang kamu
sampaikan akan sulit untuk tertransfer ke yang lainnya. Kemampuan pemahaman
anak didik itu ditandai dengan kemampuan siswa dalam mengartikan,
menjelaskan bahkan mengkomunikasikan materi pelajaran yang telah dipelajari.
Narasumber
_____________ Ambo Ala, S.Pd
Lampiran II
TRANSKIP WAWANCARA
Kode : WW.2
Narasumber : M. Faturrahman, S.Pd
Jabatan : Guru PAI MTs Al-Adzkar
Topik Wawancara : Metode yang efektif
Hari, tanggal : Kamis, 13 Februari 2020
Pukul : 10.15
Tempat : Ruang Guru
Pertanyaan
Apakah bapak sering melakukan pembelajaran dengan metode tutor sebaya?
Jawaban
Mungkin beberapa kali, karena cukup efektif dalam mengajar. Dan tentu saya
selingi dengan metode yang lainnya agar tidak terjadi kejenuhan pada siswa.
Pertanyaan
Lalu bagaimana pelaksaannya di sekolah ini pak ?
Jawaban
Kegiatan kelompok belajar ini adakalanya diadakan di dalam kelas dan di luar
kelas setiap kelompok belajar dipimpin oleh seorang tutor, kegiatan kelompok
belajar ini sama namun dalam prakteknya ada sentuhan yang berbeda kalau yang
diadakan di dalam kelas setelah guru menjelaskan materi pelajaran lalu guru
memberikan waktu kepada kelompok belajar untuk berdikusi tentang materi
tersebut, bila nanti ada kesulitan dan tutor tidak bisa menyelesaikanya maka
persoalan tersebut diajukan kepada guru untuk dibahas lebih lanjut kalau kegiatan
kelompok belajar yang diadakan di luar kelas dilakukan di musholla selanjutnya
setiap kelompok diberi kesempatan untuk berdikusi dengan dipimpin tutor selama
satu jam, kemudian dari tiap-tiap kelompok mengirimkan perwakilannya untuk
diuji kemampuannya dalam format kompetisi/cerdas cermat.
Pertanyaan
Apa manfaat dari metode ini pak?
Jawaban
Metode ini banyak membantu di dalam keberhasilan pembelajaran utamanya
adalah mengenai siswa- siswa yang penerimaanya terhadap mata pelajaran itu
rendah atau kurang. Jadi dengan tutor sebaya anak-anak yang tidak mampu dalam
hal penangkapan materi pelajaran itu banyak terbantu dengan tutor sebaya.
Narasumber
__________________ M. Faturrahman, S.Pd
Lampiran III
TRANSKIP WAWANCARA
Kode : WW.2
Narasumber : Miftah Habibie, S.Pd
Jabatan : Guru PAI MTs Al-Adzkar
Topik Wawancara : Metode yang efektif
Hari, tanggal : Jum,at, 14 Februari 2020
Pukul : 10.15
Tempat : Ruang Guru
Pertanyaan
Sebagai guru pengajar, menurut bapak apakah efektif mengajar dengan metode
tutor sebaya?
Jawaban
Oh tentu. Karena ada kalanya Guru kerap kali kesulitan dalam menjelaskan materi
pelajaran, sebab tingkat kemampuan anak dalam memahami pelajaran itu berbeda,
ada yang kurang paham dan ada yang cepat paham dalam menangkap pelajaran,
melihat kondisi demikian guru harus mampu memanfaatkan peranan siswa atau
teman sebaya dalam kelompok belajar.
Pertanyaan
Apakah anak-anak bersedia untuk dijadikan tutor?
Jawaban
Yah ada yang bersedia ada yang tidak, nah disituah salah satu peranan guru, untuk
meyakinkan siswanya agar mampu.
Pertanyaan
Bagaimana caranya agar metode ini berjalan baik pak?
Jawaban
Program tutor sebaya ini akan efektif tentu bila program tutor sebaya ini
direncanakan dengan baik, contoh terlebih dahulu guru menyiapkan siapa saja
yang menjadi tutor selanjutnya guru memberikan pengarahan kepada tutor tentang
apa saja tugas tutor, bagaimana tutor menjelaskan materi, menjawab pertanyaan
sekaligus memecahkan persoalan temannya. Semua harus matang dalam
pelaksanaanya.
Pertanyaan
Tapi apakah benar, tutor-tutor ini dapat mengajarkan dengan maksimal?
Tujuannya bukan mengalihkan tugas guru ke siswa kok. Tutor hanya sebagai
penambahan. Tutor tidak akan dilepas begitu saja. Setelah guru menunjuk siswa
menjadi tutor sebaya terlebih dahulu tutor harus dibina di luar waktu efektif
dengan materi tambahan agar mereka lebih mendalami materi pelajaranya,
selanjutnya guru yang menyiapkan modul haditsbagi siswa.
Pertanyaan
Apakah ada kendala dalam pelaksanaanya pak?
Jawaban
Sejauh ini tidak ada kendala yang berat, paling hanya merayu siswa yang tidak
mau ditunjuk jadi tutor hahaha atau yah pasti ada saja siswa yang merasa tidak
nyaman jika harus diajari teman sebayanya. Namun kasus itu sangat minim terjadi.
Narasumber
__________________ Miftah Habibie, S.Pd
Lampiran IV
TRANSKIP WAWANCARA
Kode : WW.4
Narasumber : Aqila Azkia
Jabatan : Siswi MTs Al-Adzkar
Topik Wawancara : Metode yang efektif
Hari, tanggal : Senin, 14 Februari 2020
Pukul : 11.00
Tempat : Ruang Kelas
Pertanyaan
Bagaimana rasanya jadi tutor dek?
Jawaban
Rasanya sih biasa aja, karena kayak lagi belajar kelompok aja kak, Cuma bedanya
kayak aku yang jadi pusat perhatian
Pertanyaan
Nilai kamu bagus. Pasti karna sudah terbiasa nulis arab yah?
Jawaban
Iyah kak
Pertanyaan
Temen-temennya susah ga diajarinnya?
Jawaban
Ada yang susah ada yang gampang
Jawaban
Lebih seru yang mana belajar bepusat sama gurunya atau pake metode tutor
sebaya?
Jawaban
Lebih seru ini, karen kalau ceramah aja kadang bikin ngantuk
Pertanyaan
Kalau pakai metode yang lain?
Jawaban
Menurutku sih metode yang banyak melibatkan siswa lebih seru, seperti metode
tutor sebaya ini. jadi bisa leluasa tanya jawab tanpa harus malu atau takut.
Narasumber
__________ Aqila Azkia
Lampiran V
TRANSKIP WAWANCARA
Kode : WW.5
Narasumber : Mia Aura
Jabatan : Siswi MTs Al-Adzkar
Topik Wawancara : Metode yang efektif
Hari, tanggal : Senin, 14 Februari 2020
Pukul : 11.05
Tempat : Ruang Kelas
Pertanyaan
Bagaimana rasanya diajarkan sama teman sendiri?
Jawaban
Seru kak, tadi aku sekelompok sama fathia, dia jelasinnya enak banget jadi
gampang paham.
Pertanyaan
Emang kalau sama gurunya ga paham?
Jawaban
Hahaha paham juga kak, Cuma kayak lebih mateng aja. Walau aku bukan
tutornya, tapi menurutku ini bagus banget untuk bantu siswa lebih paham, berani,
kalau belum paham bisa nanya berkali-kali ke tutor hehehehe
Pertanyaan
Sekarang sudah lancar menulis arabnya?
Jawaban
Lumayan kak tadinya aku masih keliru-keliru kalau harung menyambung dalil
apalagi harus ditulis.. sekarang aku dah tau dasarnya
Narasumber
____________ Mia Aura
Lampiran VI
TRANSKIP WAWANCARA
Kode : WW.6
Narasumber : Chayara Alima
Jabatan : Siswi MTs Al-Adzkar
Topik Wawancara : Metode yang efektif
Hari, tanggal : Senin, 14 Februari 2020
Pukul : 11.00
Tempat : Ruang Kelas
Pertanyaan
Kamu merasa terbantu tidak dengan metode belajar tutor sebaya?
Jawaban
Lumayan kak bisa ngulang lagi. Aku dapet tutor yang juga ribet jelasinnya
Pertanyaan
Guru-guru yang lain sering pakai metode ini?
Jawaban
Iyah beberapa
Pertanyaan
Bikin kamu tambah semangat tidak belajarnya?
Jawaban
Yah lumayan fokus aku jadi ga terlalu jauh
Pertanyaan
Apakah nilai kamu selalu membaik kalau pakai metode ini?
Jawaban
Sejauh ini sih iya, jadi lebih bagus
Pertanyaan
Untuk materi menulis arabnya, apa sudah lancar?
Jawaban
Sudah membaik kak. Sudah bisa nyambung-nyambung huruf
Lampiran VII
TRANSKIP WAWANCARA
Kode : WW.7
Narasumber : Naysilla Ayudhia
Jabatan : Siswi MTs Al-Adzkar
Topik Wawancara : Metode yang efektif
Hari, tanggal : Senin, 14 Februari 2020
Pukul : 11.15
Tempat : Ruang Kelas
Pertanyaan
Apa yang kamu siapkan ketika jadi tutor?
Jawaban
Mantapkan materi kak, biar tidak gagap pas jelasin ke teman. ternyata tegang juga
walau ngajarin ke temen
Pertanyaan
Penilaian kamu tentang metode ini bagaimana?
Jawaban
Seru. Bagus juga untuk latihan menguraikan dan ga bikin jenuh juga.
Pertanyaan
Berat tidak jadi tutor?
Jawaban
Nggak kak, aku malah seneng ada yang mau belajar sama aku. Aku dapet
bimbingan tambahan juga dari Pak Miftah
Narasumber
Naysilla Ayudhia
Lampiran VIII NARASI OBSERVASI
Kode : OO.1
Narasumber : Kepala Sekolah dan Guru
Hari, tanggal : Kamis, 13 Februari 2020
Pukul : 09.00
Tempat : Sekolah MTs Al-Adzkar
Hari ini, saya berangkat menuju MTs Al-Adzkar untuk mmelakukan
observasi dan wawancara. Saya ditemani oleh salah satu guru MTs Al-Adzkar
menuju ruang kesiswaan untuk menemui kepala sekolah. Pukul 09.30, kami
memulai wawancara kami yang singkat dan dilanjut dengan wawancara dengan
guru PAI di MTs Al-Adzkar.
Setelah melakukan wawan cara, hari ini observasi yang saya lakukan tidak
banyak. Masih ditemani oleh guru MTs Al-Adzkar, Pak Miftah Habibie, saya
diajak berkeliling sekolah ini dan melihat keadaan siswa di kelas.
Tiak banyak perbedaan dengan sekolah umum lainya. Dimana para siswi belajar
dengan berbagai keadaan. Ada yang dengan khidmat mengamati pembelajaran,
ada yang tidak tertarik bahkan ada yang tertidur. Untuk beberapa kondisi kelas
yang saya hanya bisa lihat di balik jendela, beberapa guru melakukan
pembelajaran dengan metode yang variatif untuk membangkitkan dan
menciptakan kkenyamanan saat proses pembelajaran.
Hari ini tidak banyak yang dapat saya observasi karena waktu yang
singkat, hanya sedikit memantau sekilah keadaan kelas dan melihat sarana dan
prasarana di MTs Al-Adzkar.
Lampiran IX
NARASI OBSERVASI
Kode : OO.2
Narasumber : Guru dan Siswa
Hari, tanggal : Jum’at, 14 Februari 2020
Pukul : 07.00
Tempat : Sekolah MTs Al-Adzkar
Hari ini saya akan melakukan observasi pelaksanaan metode tutor sebaya. Psaya
datang pada pukul 07.00, dimana para siswa sudah memulai belajar di dalam kelas.
Saya memasuki kelas VII A yang sedang di bimbing oleh Pak Faturrahman.
Guru membuka kelas dengan salam dan mengabsen siswi yang hadir. Setelahnya
mengulang kembali materi minggu lalu sebelum memulai materi selanjutnya. Hari
ini materi yang di sampaikan adalah menulis hadits tentang tasamuh. Guru sedikit
menjabarkan tentang hadis tersebut dengan bahasa yang lugas dan luwes. Para
siswi pun memperhatikan dengan seksama.
Setelah penyampaian materi, Pak Fatur melakukan pre-test untuk mnegukur
kemampuan menulis siswa. Selama 15 menit saya memperhatikan tiap anak
mengerjakan. Suasana tidak daat dikatakan hening, karena sepertinya banyak di
antara mereka yang kebingungan untuk mengisinya dan mulai mencari cara untuk
mendapatkan jawaban. Namun dihentikan oleh sang guru. Agar mereka
mengerjakan memang sesuai kemampuan masing-masing.
Setelah 15 menit semua lembar jawaban pun dikumpulkan selesai atau tidak.
Sambil menuggu penilaian, sang guru memerintahkan beberapa anak untuk
mendalami materi, yaitu para tutor yang sudah terbukti kemampuannya dari
beberapa test yang pernah Pak Fatur lakukan.
Setelah selesai menilai, guru membagikan hasil dan mengumumkan siapa saja
yang akan menjadi tutor. Pemilihan dilakukan dengan mudah karena guru sudah
memiliki beberapa catatan kemampuan para siswi.
Para siswi jipecah menjadi 6 kelompok, dan terdapat satu tutor di tiap kelompok.
Kelas berjalan dengan baik. dari tiap rangkaian kegiatan, semua mengerjakan
bagiannya masing-masing dengan baik. para siswi pun terlihat aktif dalam
mengerjakan.
Setelah 40 menit pelaksanaan, guru pun sudah siap dengan test yang lainnya,
mereka pun melaksanakan dengan aura yang lebih optimis. Meski tidak menutup
kemungkinan masih ada yang belum sepenuhnya memahami.
Setelah melakukan Observasi dan sedikit wawancara di kelas VII A saya
melanjutkan observasi di kelas VII B. selama pengamatan tidak ada perbedaan
yang signifikan dari pelaksanaan pembelajaran di kelas A dengan B, hanya sedikit
berbeda gaya para guru yang mengajar. Dan sama seperti sebelumnya setelah
melakukan pengamatan, saya lanjutkan dengan wawancara. Untuk hasil test akan
saya dapatkan di hari berikutnya.