implementasi pbl di sekolah
TRANSCRIPT
MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM-BASED LEARNING
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata kuliah Pembelajaran Biologi
Oleh :
1. Safira Permata Dewi 1200949
2. Mutmainna Ekawati 1200979
PROGRAM MAGISTER SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2012/2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Selama dalam jangka waktu yang lama, pola pembelajaran di
indonesia terkondisi pada guru sebagai pusat dari pembelajaran itu sendiri.
Artinya, pemahaman yang dimiliki oleh siswa tergantung pada apa yang
dipahami oleh gurunya, pengetahuan yang dimiliki oleh siswa tergantung
pada pengetahuan yang dimiliki oleh gurunya. Hal ini mengakibatkan
siswa tidak dapat berkembang dengan baik dari segi pemahaman dan
pengetahuan yang dimilikinya dan cenderung untuk mengalami kejenuhan
dalam belajar. Menurut Agustin (2011 : 11), kejenuhan dalam belajar
dapat terjadi karena 2 faktor, yaitu faktor internal (keletihan yang terjadi
pada individu itu sendiri) dan faktor eksternal (berasal dari luar individu
tersebut, misalnya lingkungan, guru, sarana, fasilitas, dll).
Kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan tidak lepas dari
penggunaan alat indera untuk memahami pengetahuan yang diterima.
Menurut Anderson (2012 : 1), berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Dale metode yang paling tidak efektif dalam pembelajaran adalah hanya
mendengarkan dari apa yang disampaikan oleh guru, dan metode yang
paling efektif dalam pembelajaran adalah pembelajaran yang berdasarkan
pengalaman yang paling dekat dengan kehidupan nyata dan terjadi setiap
hari. Selanjutnya menurut Anderson, seseorang akan belajar lebih baik jika
mereka dapat berinteraksi langsung dengan sumber. Oleh karena itu,
sebaiknya guru mendesain suatu kegiatan pembelajaran yang lebih
menekankan pada pengalaman kehidupan nyata. Kebanyakan model
pembelajaran yang sedang marak digunakan sekarang adalah model
pembelajaran yang memposisikan siswa sebagai pusat pembelajaran
sedangkan guru hanya sebagai fasilitatornya.
Kegiatan belajar yang mengkondisikan siswa untuk menemukan
sendiri dan memiliki pengalaman belajar yang berarti mampu membuat
2
siswa untuk berpikir kritis dan mampu berpikir tingkat tinggi. Menurut
Arends (2008 : 41), problem-based learning adalah salah satu model yang
penggunaannya dalam mendukung pemikiran tingkat tinggi dalam situasi
berorientasi masalah selain project-based instruction (pembelajaran
berbasis proyek), authentic learning (pembelajaran autentik) dan anchored
instruction. Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang
dibantu oleh berbagai macam pengalaman yang kompleks dan sering
terjadi pada lingkungan masryarakat sehingga siswa memiliki ketertarikan
pada pembelajaran yang sedang berlangsung. Tertarik untuk
mengeksplorasi dan mengetahui lebih mendalam tentang bahasan tersebut.
Model pembelajaran ini juga dapat melatih siswa untuk bebas
mengeluarkan ide yang dimilikinya serta menyusun hipotesis atau
menerka-nerka solusi yang dapat diajukan untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Problem-based learning pada prinsipnya menekankan kepada
siswa untuk dapat menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru.
Hendaknya permasalahan yang dibahas adalah permasalahan yang
kompleks dan paling dekat dengan keseharian siswa itu sendiri. Salah satu
materi pembelajaran biologi yang cocok untuk memenuhi kriteria
pembelajaran ini adalah pencemaran lingkungan. Permasalahan
lingkungan yang sangat dekat dan erat kaiatannya dengan kehidupan
sehari-hari dapat dibahas dengan sudut pandang yang kompleks dari segi
biologi, sosial, kesehatan, bahkan ekonomi. Dengan bantuan model
pembelajaran ini diharapkan materi ini akan lebih mudah dimengerti dan
dipahami oleh siswa serta melatih siswa untuk memberikan alternatif
solusi untuk mengatasi pencemaran lingkungan yang marak akhir-akhir
ini.
II. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “Bagaimana
implementasi pembelajaran yang menggunakan model problem-based learning?”
3
III. TUJUAN
Tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui implementasi
pembelajaran yang menggunakan model problem-based learning.
4
BAB II
PROBLEM-BASED LEARNING
Pada prinsipnya problem-based learning adalah model pembelajaran
yang menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna
kepada siswa yang dapat menjadi batu loncatan untuk investigasi dan
penyelidikan (Arends, 2008: 41). Problem-based learning dapat membantu siswa
menjadi aktif karena pembelajaran ini menggunakan berbagai permasalahan yang
real dan membantu siswa untuk dapat bertanggung jawab dalam proses belajar
(Hmelo-Silver, 2004:2). Model ini tidak dirancang untuk membuat guru menjadi
pusat dari kegiatan pembelajaran, tetapi siswa sebagai pusat dari kegiatan tersebut
dengan membentuk suatu kelompok belajar sehingga mereka dapat berbagi
pengetahuan yang mereka dapatkan menjadi satu kesatuan. Masalah yang akan
diinvestigasi tidak memiliki jawaban yang mutlak benar dan sebagian besar
permasalahan kompleks memiliki banyak solusi yang kadang-kadang saling
bertentangan (Arends, 2008 : 56 ).
Menurut Hmelo-Silver (2004:3), Problem-based learning memiliki
siklus tersendiri dalam pelaksanaannya seperti yang digambarkan dalam diagram
berikut ini :
5
Diagram 1 : Siklus Problem-based learning (Hmelo-Silver, 2004 : 237)
Siklus Problem-based learning di atas diawali dengan pemberian
masalah kepada siswa berupa skenario masalah. Kemudian siswa akan
memformulasikan dan menganalisis permasalahan tersebut dengan mencari fakta-
fakta yang ada. Dengan adanya pengumpulan fakta ini, maka akan mempermudah
siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan. Jika siswa dapat memahami
permasalahan tersebut dengan baik, maka siswa dapat membuat berbagai macam
hipotesis mengenai solusi yang dapat ditawarkan untuk memecahkan masalah
tersebut. Tetapi jika siswa tidak mengetahui lebih banyak mengenai masalah ini
maka hal ini akan menjadi informasi dan pengalaman yang baru bagi mereka
sehingga akan terbentuk pengetahuan baru melalui kegiatan belajar langsung yang
mandiri. Selain mendapatkan pengetahuan yang baru, mereka juga dapat
mengevaluasi hipotesis yang telah mereka buat melalui apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya. Apakah hipotesis tersebut tepat atau tidak. Dalam hal ini,
guru membantu siswa untuk memembangun kemampuan kognitif siswa melalui
pemecahan berbagai masalah.
Menurut Sudarman (2007:70), dalam kegiatan pembelajaran guru hanya
bertindak sebagai fasilitator dan membangun komunitas belajar. Guru hanya
6
diperbolehkan untuk mendorong para siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan
yang telah dimilikinya. Guru tidak diharapkan untuk memberikan informasi
kepada siswa tetapi mendorong untuk dilakukannya diskusi. Hal-hal lain yang
dapat dilakukan oleh guru antara lain : melakukan klasifikasi jika terjadi teori
yang salah atau negatif, mendorong siswa untuk berpikir divergen, meletakkan
masalah sesuai dengan konteks, membuat urutan prioritas, dan memoderasi
diskusi.
Problem-based learning sebagaimana model pembelajaran yang lain
memiliki sintaksis dalam pelaksanaannya. Menurut Arends (2008:57), sintaksis
problem-based learning terdiri dari lima fase yaitu :
Fase Langkah-langkah Perilaku guru
Fase 1 Memberikan orientasi
tentang permasalahannya
kepada siswa
Guru membahas tujuan pemlajaran,
mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik
penting, memotivasi siswa untuk terlibat
dalam kegiatan mengatasi masalah
Fase 2 Mengorganisasikan siswa
untuk meneliti
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar
yang terkait dengan permasalahannya
Fase 3 Membantu investigas
mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan
informasi yang tepat, melaksanakan
eksperimen, mencari penjelasan dan solusi
Fase 4 Mengembangkan dan
mempresentasikan
artefak dan exhibit
Guru membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat
seperti laporan, rekaman video, dan model-
model dan membantu mereka untuk
menyampaikan kepada orang lain.
Fase 5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses
mengatasi masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi terhadapn investigasinya dan proses-
proses yang mereka gunakan.
7
Selanjutnya menurut Barrows dan Kelson (1995) dalam Hmelo-
Silver (2004 : 240), Problem-based learning memiliki tujuan untuk
membantu siswa :
1. Membangun pengetahuan yang luas dan fleksibel
2. Memngembangkan kemampuan memecahkan masalah yang efektif
3. Mengembangkan kemampuan belajar langsung dan belajar sepanjang hayat
4. Membentuk kerjasama yang efektif
5. Membentuk motivasi yang baik dalam belajar.
8
BAB III
IMPLEMENTASI
Menurut Sudarman (2007 :70), dalam penerapan kegiatan pembelajaran
yang berbasis pada masalah (Problem-based learning), terdapat 3 aspek yang
akan terlibat, yaitu : institusi (sekolah), guru, dan siswa. Selanjutnya Sudarman
memaparkan bahwa ketiga aspek ini akan bekerja sesuai dengan peranan dan
posisi nya masing-masing untuk melancarkan kegiatan ini.
Institusi (sekolah) memiliki peranan yang penting dalam rangka
menyediakan sarana dan prasarana berupa perpustakaan atau laboratorium
pendukung (Sudarman, 2007: 70). Kelengakapan sarana dan prasarana
pembelajaran ini diharapkan akan membantu siswa dalam memecahkan
masalahan yang mereka hadapi, memotivasi siswa untuk menggali lebih dalam
sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Selain aspek institusi (sekolah), aspek yang sangat penting dalam kegiatan
ini adalah guru. Walaupun guru tidak bertindak sebagai pusat pembelajaran tetapi
hanya bertindak sebagai fasilitator, tetapi dalam kegiatan ini kesiapan guru
tidaklah sederhana. Menurut Fachrurazi (2011: 86), peran guru sebagai fasilitator
dan organisator tidaklah semudah yang dibayangkan. Agar pembelajaran dapat
berjalan dengan efektif, guru perlu membuat perencanaan yang matang, terutama
menyangkut bahan ajar dan bentuk bantuan yang diberikan kepada siswa jika
mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah. Perencanaan yang matang dapat
tercermin dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru tersebut.
Selanjutnya Fachrurazi (2011 : 86) menambahkan, dalam pembelajaran
kelompok, guru tidaklah sekedar mengelompokkan siswa ke dalam beberapa
kelompok belajar. Namun hal yang penting dilakukan guru adalah mendorong
agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan berinteraksi sepenuhnya dalam aktivitas
belajar. Karena interaksi yang maksimal dalam kelompok sangat menentukan
keberhasilan dalam penyelesaian masalah.
9
Penerapan problem-based learning dikelas diawali dengan
mengkomunikasikan dengan jelas maksud pelajaran yang akan dilakukan,
membangun sikap positif terhadap pelajaran tersebut dan mendeskripsikan sesuatu
yang harus dilakukan oleh siswa. Selajutnya, guru dapat mengemukakan masalah
yang akan dibahas (Arends, 2008 : 56). Menurut Widjajanti (2011 : 6) pemilihan
masalah menjadi sangat penting dalam pembelajaran ini. Masalah yang diberikan
harus dirancang sedemikian menantang minat siswa untuk menyelesaikannya,
menghubungkannya dengan pengalaman dan belajar sebelumnya, dan
membutuhkan kerjasama serta berbagai strategi untuk menyelesaikannya.
Dalam hal ini masalah yang diberikan kepada siswa bertemakan
pencemaran lingkungan (Standar kompetensi 4. Menganalisis hubungan antara
komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam
keseimbangan ekosistem ; Kompetensi dasar 4.2. Menjelaskan keterkaitan antara
kegiatan manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan dan
pelestarian lingkungan). Tema pencemaran lingkungan ini diambil beradasarkan
kenyataan yang sering terjadi di lapangan, kedekatan masalah ini dengan siswa
dan tingkat kompleks masalah ini. Semakin kompleks masalah yang diberikan
maka akan semakin banyak asumsi yang dapat dibentuk dan hipotessis yang
diciptakan oleh siswa. Bentuk permasalahan yang diberikan dalam bentuk
skenario permasalahan. Pemberian skenario permasalahan kepada siswa
dirasakan cukup, karena materi pencemaran lingkungan ini adalah materi yang
sangat dekat dengan lingkungan siswa dan bukanlah materi yang abstrak bagi
siswa.
Walaupun peran guru tidak lagi dominan dalam pelaksanaan pembelajaran
ini, guru tetap bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan pelaksanaan dan
pencapaian tujuan pembelajaran. Sehingga guru tetap perlu untuk melakukan
evaluasi pelaksanaan pembelajaran dan melakukan perbaikan apabila diperlukan
baik dalam segi isi pembelajaran maupun proses pembelajaran.
Aspek yang terakhir dan yang memegang peranan penting dalam
pembelajaran yang menggunakan model problem-based learning ini adalah siswa
itu sendiri. Pada pembelajaran ini, siswa dituntut aktif dalam mencari informasi
10
melalui media yang telah disiapkan oleh guru. Siswa dapat mencari informasi
secara sendiri-sendiri kemudian bergabung dengan kelompoknya, atau mencari
informasi tersebut secara bersama-sama. Setelah informasi dan fakta dirasakan
cukup untuk memecahkan masalah, siswa kemudian berdiskusi dalam
kelompoknya untuk menyamakan ide dan solusi untuk memecahkan masalah
yang diberikan kepada mereka.
11
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMA Negeri .................
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X / Genap
Standar Kompetensi : 4. Menganalisis hubungan antara komponen
ekosistem, perubahan materi dan energi serta
peranan manusia dalam keseimbangan
ekosistem.
Kompetensi Dasar : 4.2 Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan
manusia dengan masalah perusakan
lingkungan dan pelestarian lingkungan.
Indikator:
- Mengumpulkan berbagai fakta yang berkaitan dengan pencemaran
lingkungan yang terjadi di lingkungan sekitar.
- Merumuskan dampak penggunaan pestisida di dalam ekosistem
A. Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat mengumpulkan berbagai macam fakta yang berkaitan dengan
masalah pencemaran lingkungan.
2. Siswa dapat merumuskan dampak-dampak penggunaan pestisida terhadap
ekosistem tanah.
3. Siswa dapat merumuskan dampak-dampak penggunaan pestisida terhadap
ekosistem sungai.
4. Siswa dapat merumuskan dampak-dampak penggunaan pestisida terhadap
ekosistem tanah.
5. Siswa dapat merumuskan dampak-dampak penggunaan pestisida terhadap
manusia.
12
6. Siswa dapat merumuskan dampak-dampak penggunaan pestisida terhadap
hama.
B. Materi Ajar
1. Keseimbangan lingkungan
2. Aktivitas manusia dan dampaknya terhadap lingkungan
3. Beberapa bahan pencemaran dan dampaknya
4. Upaya pencegahan pencemaran lingkungan
C. Model Pembelajaran
1. Problem Based Learning
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Studi literatur (perpustakaan dan internet)
E. Langkah-langkah Pembelajaran
Waktu Metode Pembelajaran/Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Bahan/
Peralatan/
Sumber
10’ Kegiatan Awal:
1. Prasyarat:
Apa yang kalian ketahui tentang
pestisida?
2. Memberikan suatu kasus tentang
pencemaran lingkungan dan
memotivasi siswa untuk terlibat
dalam kegiatan mengatasi masalah
1. Mengungkapkan
pendapatnya mengenai
pestisida.
13
70’ Kegiatan Inti:
1. Meminta siswa membentuk
kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan masing-masing 4
siswa.
2. Mendorong siswa untuk
mendapatkan informasi yang tepat,
mencari penjelasan dan solusi baik
mandiri maupun berkelompok.
3. Membantu siswa dalam pembuatan
dan penyampaian hasil laporan.
4. Membantu siswa untuk melakukan
refleksi terhadap investigasinya.
1. Membentuk kelompok-
kelompok kecil yang
beranggotakan masing-
masing 4 siswa.
2. Mencari informasi,
penjelasan dan solusi
melalui sumber buku dan
lainnya baik mandiri
mauoun berkelompok.
3. Membuat laporan dan
mempresentasikannya.
4. Menganalisis dan
mengevaluasi proses
berpikir mereka maupun
keterampilan investigasi
yang telah mereka
lakukan.
Buku acuan
Biologi kelas X,
papan tulis, dan
spidol.
10’ Kegiatan Akhir:
1. Guru membimbing siswa
membuat kesimpulan tentang dampak
penggunaan pestisida dan
pencegahannya.
1. Siswa membuat
kesimpulan tentang
dampak penggunaan
pestisida dan
pencegahannya.
14
F. Penilaian
1. Presentasi
No Aspek yang DinilaiNama Siswa
1 2 3 4 5 6
1. Menyampaikan
pertanyaan atau alasan
2. Persiapan atau organisasi
selama kegiatan
3. Penyampaian
4. Struktur penggunaan
kalimat presentasi
5. Penggunaan alat bantu
6. Menjawab pertanyaan
audiens
Jumlah
Kriteria Penilaian
Kurang = 1
Sedang = 2
Baik = 3
Jumlah skor = Jumlah skor
Skor total x 100
2. Pembuatan Laporan
NoNama Tim
BelajarKegiatan
Skor Total Nilai Akhir1 2 3 4 5
15
Keterangan: 1. Identifikansi masalah
2. Analisis masalah
3. Rumusan masalah
4. Hipotesis
5. Alternatif pemecahan masalah
Kriteria Penilaian
Amat Baik (ditulis sangat relevan) = 4
Baik (ditulis relevan) = 3
Cukup (ditulis kurang relevan) = 2
Kurang (ditulis sangat tidak relevan) = 1
Jumlah skor = Jumlah skor
Skor total x 100
Skenario permasalahan :
Seorang petani pada suatu hari mengalami gagal panen total
akibat serangan hama serangga. Untuk menngantisipasi hal itu terjadi lagi,
si petani mulai menggunakan pestisida jenis insektisida untuk menekan
jumlah hama yang menyerang tanaman padinya. Ia menggunakan
insektisida dengan dosis 10 ppm. Hasilnya pada musim selanjutnya, petani
tersebut memperoleh hasil panen yang sangat memuaskan. Pada musim
panen ketiga, tanaman padi petani tersebut kembali terserang hama yang
sama. Kemudian petani tersebut menambahkan dosis insektisidanya
menjadi 20 ppm sehingga pada musim panen tersebut ia kembali merauk
untung yang besar.
Pada suatu hari, rombongan masyarakat yang bertempat tinggal di
sekitar areal pertanian menuntut si petani tersebut untuk menghentikan
16
pemberian insektisidanya. Menurut mereka, semenjak penggunaan
insektisida jumlah ikan d sungai berkurang dan mereka juga mengalami
penyakit kulit.
Pertanyaan
1. Mengapa penggunaan insektisida berimbas pada pengurangan jumlah
populasi ikan di sungai dan timbulnya penyakit gatal-gatal yang
menyerang masyarakat?
2. Kira-kira masalah apa lagi yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan
insektisida?
3. Menurut kalian, alternatif apa yang bisa dilakukan untuk mencegah
penggunaan insektisida?
Soal
1. Berikan 3 contoh perilaku manusia yang mengakibatkan pencemaran
lingkungan!
2. Apa sajakah dampak penggunaan pestisida terhadap ekosistem tanah?
3. Bagaimana insektisida dapat mempengaruhi kestabilan ekosistem sungai?
4. Mengapa penggunaan insektisida juga dapat mempengaruhi kesehatan
manusia?
5. Alternatif apa saja yang bisa yang bisa menggantikan insektisida sebagai
pembasmi hama?
17
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, M. 2011. Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: PT RefikaAditama.
Anderson & Milia, Heidi. 2012. Dale’s Cone of Experience. Retrieved 10 September 2012 from: http://www.etsu.edu/uged/etsu1000/documents/Dale-cone-of-experience.pdf
Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. Edisi ke Tujuh. Buku kedua. Diterjemahkan oleh: Drs. Helly Prajitno Soetijipto, MA dan Dra. Sri Mulyantini Soejipto. Pustaka Pengajar: yogyakarta.
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal UPI Edisi Khusus 91), pp; 26-89. Retrieved 10 September 2012 from: http://jurnal.upi.edu/file/8-fachrurazi.pdf
Hmelo-Silver & Cindy, E. 2004. Problem-based learning: What and How Do Students Learn. Educational psycology Review 16 (3), pp 235-266. Retrieved 10 September 2012 from: http://thorndike.tc.columbia.edu/david/MTSU40833/readings/problem-and-case-baseID/hmelo.pdf
Sudarman. 2007. Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan masalah. Jurnal Pendidikan Inovatif 2 (2), pp 68-73. Retrieved 10 September 2012 from: http://www.physicsmaster.orgfree.com/artikel&jurnal/wawasan pendidikan/PBL.Model.pdf
18