implementasi javelin board dan strategi …
TRANSCRIPT
1
IMPLEMENTASI JAVELIN BOARD DAN LEAN STARTUP PADA
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK STARTUP DIGITAL
BERBASIS APLIKASI DAN WEBSITE BIDANG PARIWISATA
Muhammad Yoga Sakti
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Abstrak :
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman keindahan
alam, flora dan fauna serta beraneka ragam budaya yang semua dapat memberikan devisa bagi
dunia negara melalui pariwisata. kunjungan wisatawan ke Indonesia mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun, baik dari wisatawan mancanegara ataupun wisatawan domestic. Hal ini
mendorong munculnya startup pariwisata berbasis teknologi. Nusa-Go merupakan startup
pariwisata yang berbasis teknologi yang memudahkan mitra tur local dan traveler dalam
transaksi bisnis. Persaingan dalam dunia bisnis digital memaksa para pelaku bisnis digital
untuk melakukan pengembangan produk dengan cepat, dan se-efisien mungkin. Perusahaan
dikategorikan sukses apabila Perusahaan tersebut dapat memberikan produk yang sesuai
dengan keinginan penggunanya. Kondisi ini yang melatarbelakangi penelitian ini dengan
tujuan untuk validasi ide hingga implementasi strategi pengembangan demi mencapai product-
market fit. Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, pada obyek penelitian Nusa-Go.
Sumber data primer dari penelitian ini adalah melalui wawancara, dan data sekunder dari
observasi. Metode Anallisis yang digunakan adalah The Lean Startup, dengan alat analisis
Javelin Board dan Matriks SWOT. Hasil dari penelitian ini memberikan opsi strategi Nusa-Go,
dimana fokus utama dari pengembangan adalah pengembangan UI/UX yang memudahkan
pengguna dalam melakukan perencanaan, penghitungan, transaksi, hingga informasi
pariwisata dalam aplikasi dengan tetap mempertimbangkan kondisi internal perusahaan.
Kata kunci: startups, strategi, pengembangan usaha, The Lean Startups, Javelin Board.
Abstract :
The Republic of Indonesia is a country with a diversity of natural beauty, flora and fauna as
well as a variety of cultures that can all provide foreign exchange for the country through
tourism. Tourist arrivals to Indonesia have increased from year to year, both from foreign
tourists and domestic tourists. This has led to the emergence of technology-based tourism
startups. Nusa-Go is a technology-based tourism startup that makes it easy for local tour
partners and travelers in business transactions. Competition in digital business forces digital
businesses to develop products as quickly and efficiently as possible. The company is
categorized as successful if the company can provide products in accordance with the wishes
of its users. This condition is the background of this study with the aim of validating ideas and
implementing development strategies to achieve product-market fit. This type of research is
descriptive research, with the object of research is Nusa-Go. The primary data source from
this study was through interviews, and secondary data from observations. The analysis method
used is The Lean Startup, with Javelin Board and SWOT Matrix as analysis tools. The results
of this study provide Nusa-Go strategy options, where the main focus of development is UI /
UX improvement that makes it easy for users to do tourism planning, calculating, transactions
and information while taking into account the company's internal conditions.
Keywords: startups, strategy, business development, The Lean Startups, Javelin Board.
2
PENDAHULUAN
Negara Kesatuan Republik
Indonesia merupakan Negara
dengan keanekaragaman
keindahan alam, flora dan fauna
serta beraneka ragam budaya yang
semua dapat memberikan devisa
bagi dunia negara melalui
pariwisata. Berdasarkan data
terakhir dari Badan Pusat Statistik
Indonesia yang dikutip dari laman
web databoks.katadata.co.id
(katadata,2019) kunjungan
wisatawan ke Indonesia mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, baik
dari wisatawan mancanegara ataupun
wisatawan nusantara (domestic).
jumlah perjalanan wisnus pada 2018
tumbuh 12,37% menjadi 303,4 juta
kali dibandingkan tahun sebelumnya.
Bahkan, dalam lima tahun (2013-
2018) perjalanan wisnus telah
meningkat lebih dari 21%. Demikian
pula belanja wisnus pada 2018
tumbuh 12,89% menjadi Rp 291
triliun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya Rp 246,85 triliun. Dalam
lima tahun terakhir (2013-2018),
belanja wisnus meningkat 63,6%.
Memasuki era distruptif, maka
efisiensi dan efektifitas sebuah
industri sangat diperlukan. Untuk
mewujudkan itu, industri
pariwisata harus didukung dengan
sumber daya manusia yang
berkualitas dan profesional, serta
penerapan teknologi tepat guna
harus diimplementasikan
.Persaingan dalam dunia bisnis digital
memaksa para pelaku bisnis digital
untuk melakukan pengembangan
produk dengan cepat, dan se-efisien
mungkin (Wisnu Dewabroto &
Iveline Anne Marie ,2017). Dalam
proses desain yang berkelanjutan,
dikenal proses Product Process
Development yang berfokus pada
kebutuhan pengguna atau
konsumennya. Permasalahan yang
sering dihadapi oleh perusahaan
pemula berbasis teknologi (startup)
dalam product process development
adalah pengembangan produk yang
sulit menyesuaikan dengan pengguna,
biaya pengembangan yang tidak
efektif dan efisien, dan kurangnya
perencanaan strategis yang
terstruktur.
Terdapat dua metode yang sering
digunakan oleh para startup dalam
memvalidasi ide pengembangan,
menyusun strategi hingga melakukan
pengembangan produk yaitu Javelin
Board dan Lean Startup.. Pendekatan
ini menekankan pada proses
membangun bisnis dari sebuah
3
produk, mulai dari validasi ide,
perencanaan pengembangan, strategi
pengembangan, validasi pasar,
hingga bermuara pada peluncuran
produk inovatif. Dengan menerapkan
metode Javelin Board dan The Lean
Startup, Nusa-Go sebagai salah satu
startup digital yang berusia muda
dapat lebih focus untuk
mengembangkan produk yang sesuai
dan diinginkan oleh penggunanya, dan
memperkuat diferensiasi.
LANDASAN TEORI
Pengertian Manajemen
Strategic
Terdapat beberapa
definisi manajemen strategic
menurut para ahli. Menurut David
(2017) Manajemen strategis
merupakan gabungan antara seni
dan pengetahuan dalam
merumuskan,mengimplementasi
kan, serta mengevaluasi
keputusan-lintas fungsional yang
memungkinkan organisasi dapat
mencapai tujuannya.
Sedangkan menurut
Wheelen dan Hunger (2003)
manajemen strategic adalah
serangkaian keputusan dan
tindakan manajerial yang
menentukan kinerja perusahaan
dalam jangka panjang.
Menurut Suyadi
Prawirosentono dan Dewi
Primasari (2014), Manajemen
strategi adalah ilmu dan seni
untuk menyinergikan berbagai
sumber daya yang dimiliki
organisasi secara proporsional
sehingga dapat diambil rangkaian
keputusan strategic untuk
mencapai tujuan organisasi secara
optimum dengan memperhatikan
lingkungan hidup.
Dari beberapa pengertian
diatas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen strategic adalah
menentukan suatu rangkaian
aktivitas perusahaan demi
tercapainya tujuan perusahaan.
Dengan demikian, manajemen
strategic dapat disebut pedoman
perusahaan dalam mencapai
keberhasilan.
Javelin Board
Mencari sebuah ide untuk
solusi merupakan suatu hal yang
tidak sukar untuk didapatkan, tapi
bagaimana apabila ide yang
dicetuskan bisa tidak tepat sasaran.
Maka dari itu perlu dilalukan
sebuah validasi untuk mengetahui
ide kita itu valid atau tidak dan
4
masalah yang ingin kita pecahkan
benar-benar ada dan dibutuhkan
(Wiguna, 2011). Karena, pada
dasarnya perusahaan startup harus
memberikan inovasi solusi yang
tepat kepada konsumennya. Wisnu
Dewabroto dan Iveline Anne
Merie menjelaskan bahwa
perrusahaan dikategorikan sukses
apabila Perusahaan tersebut dapat
memberikan produk yang sesuai
dengan keinginan konsumen dan
penggunanya.
Javelin Board merupakan
sebuah tools/framework untuk
melakukan validasi ide melalui
sebuah eksperimen (Wiguna,
2011). Dengan Javelin board ini,
startup dimudahkan dalam
melakukan validasi ide dengan
eksperimen langsung diluar kantor.
Javelin Board memudahkan
perusahaan untuk memvalidasi
idenya dengan penelitian langsung
berdasarkan pengguna (User-
Centered Design). Dengan
pengembangan yang berdasar pada
pengguna, maka akan membuat
sistem lebih mudah digunakan
(usable) dan dapat meningkatkan
produktifitas pengguna serta
efisiensi operasional perusahaan
(Widyono,2019) .
The Lean Startup Methodology
The Lean Startup
Methodology adalah sebuah
metode pengembangan produk
yang dipopulerkan oleh Erric
Ries dan sering digunakan di Tech
Industry dewasa ini. Metode ini
digunakan para Startup Tech untuk
menginkubasi dan mengakselerasi
pengembangan produk dan
layanan baru, maupun
memperpanjang lifecycle sebuah
produk dengan memberikan value
added baru yang sesuai dengan
preferensi pasar (Ries,2011).
Siklus atau proses utama
dalam Lean Startup adalah Build,
Measure dan Learn. Tujuan dari
Build-Measure-Learn adalah
untuk memberikan fakta yang
dibutuhkan dalam Validated
Learning (Dewaboroto, Wisnu dan
Iveline Anne Marie ,2017) proses
dari Build-Measure-Learn
digambarkan sebagai tiga tahap
yang berulang sebagai berikut:
1. Build: proses mencari tahu
fakta yang relevan terkait
dengan desain sebuah produk.
Pada proses ini diawali
dengan menggunakan
hipotesa yang kemudian diuji
5
dengan eksperimen lapangan
untuk memperoleh tanggapan
dari calon pelanggan apakah
hipotesis yang dibuat benar.
Untuk mempermudah
merumuskan ide dan
implementasi MVP, maka
tahap ini penulis
menggunakan Javelin Board
yang dijelaskan pada point
berikutnya. Dalam tahap
Validated Learning ini,akan
membuat produk perrtama
kali produk yang dibuat
berupa Minimum Viable
Product (“MVP”). MVP
adalah produk dalam bentuk
minimal yang hanya memiliki
fitur-fitur inti untuk menguji
lebih lanjut ide-ide mengenai
fitur produk yang ada.
2. Measure: Tahapan pemastian
bahwa konsep
solusi/prototype solusi yang
dibangun adalah yang paling
efektif yang dapat menjawab
problem valid pada tahap
pertama. Tahap ini meniti
beratkan pada pengukuran dari
MVP Untuk pengukuran hasil
MVP, penulis menggunakan
Skala Likert untuk mengukur
hasil kuisioner pengguna, dan
Teknik Concierge.
3. Learn: Tahapan dimana
perusahaan dapat memastikan
bahwa penyelesaian masalah
dengan solusi tersebut
memiliki nilai bisnis, atau
mencarikan model bisnis yang
terbaik untuk skema problem-
solusi yang sudah valid pada
tahap-1 dan tahap-2 tersebut.
Model bisnis yang paling baik
adalah yang memiliki karakter
sustainable & growth secara
eksponensial, dimana
pendapatan Startup (baik
dalam bentuk data, pengguna,
dan pemasukan finansial)
dipicu agar tumbuh secara
eksponensial dan pengeluaran
dapat ditekan agar perusahaan
dapat bertahan dan
berkembang. Proses ini akan
melahirkan keputusan apakah
Startup harus “Persevere” atau
“Pivot”. Persevere adalah
melanjutkan proses
pengembangan dengan strategi
atau produk yang sama,
sedangkan Pivot adalah
melakukan perubahan atau
mengganti sebagian atau
6
seluruh strategi atau produk.
(Wisnu Dewabroto dan Iveline
Anne Marie ,2017)
Gambar 1. Siklus Utama The Lean
Startup (Wisnu Dewabroto dan Iveline
Anne Marire, 2017)
Mobile Application
Menurut Irsan (2015)
Aplikasi Mobile adalah
perangkat lunak yang berjalan
pada perangkat mobile seperti
smartphone atau tablet PC.
Aplikasi Mobile juga dikenal
sebagai aplikasi yang dapat
diunduh dan memiliki fungsi
tertentu sehingga menambah
fungsionalitas dari perangkat
mobile itu sendiri. Sedangkan
menurut Pressman dan Bruce
(2014), aplikasi mobile adalah
aplikasi yang telah dirancang
khusus untuk sistem operasi
(misalnya iOS, android, atau
windows mobile). Sedangkan
menurut Chaffrey (2015)
aplikasi mobile adalah aplikasi
perangkat lunak yang dirancang
untuk digunakan pada ponsel,
biasanya diunduh dari toko
aplikasi seperti apps store dan
google play store dimana
aplikasi tersebut dapat memberi
pengguna informasi, hiburan,
atau layanan berbasis lokasi
seperti maps dan dapat
digunakan pada smartphones.
Dari semua penjelasan
diatas, mobile application
dapat disimpulkan sebagai
sebuah perangkat lunak yang
memiliki user interface
dengan mekanisme interaksi
unik yang disediakan oleh
sistem operasi melalui toko
aplikasi dengan akses
keberagam informasi yang
relevan dengan aplikasi, dan
kemampuan pemrosesan lokal
untk pengumpulan, analisis,
dan format informasi dengan
cara yang paling cocok untuk
sistem operasi.
Website
Yuhefizar (2009)
mengartikan website sebagai
salah satu platform paling
popular di internet. Website
berisi dokumen disebut
halaman web dapat berisi teks,
7
gambar, audio dan video. Web
dapat berisi informasi
interaktif dalam berbagai
bidang seperti organisasi,
pemerintah, hingga
pendidikan.
Sedangkan menurut
Bekti (2015), Website adalah
halaman daring yang
digunakan untuk
menampilkan informasi teks,
gambar diam atau gerak,
animasi, suara, dan atau
gabungan dari semuanya, baik
yang bersifat statis maupun
dinamis. Web sering
digunakan oleh perusahaan
untuk menjadi company
profile-nya, atau bahkan untuk
menjadi salah satu alat
penjualan produk atau jasa
perusahaan.
Pada dasarnya website
memberikan kecepatan dan
ketepatan layanan informasi
karena sifatnya yang tak
terbatas ruang dan waktu.
Dimana kecepatan dan
ketepatan sajian informasi
dapat menjadi nilai tambah
bagi suatu perusahaan bisnis
online dengan perusahaan
lainnya.
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan perumusan
masalah dan tujuan masalah, jenis
penelitian yang digunakan oleh
peneliti adalah penelitian kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor
(Moleong, 2002) dikutip dalam
(Djamal ,2015) mendefinisikan
bahwa penelitian kualitatif sebagai
penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kalimat tertulis atau
lisan dari subjek yang diamati.
Definisi ini meniti beratkan pada jenis
data yang dikumpulkan dalam
penelitian yakni deskriptif kualitatif.
Penelitian ini dilakukan di kantor
Nusa-Go yang beralamat pada Jl.
Watugilang 2 No.11 Kota Malang,
dengan metode pengambilan data
berupa wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Objek penelitian dari
penelitian ini adalah implementasi
strategi pengembangan produk Nusa-
Go, dengan data primer yang diambil
berupa saran, kritik dan penilaian dari
konsumen.
Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan metode
siklus The Lean Startup. Siklus
atau proses utama dalam Lean
Startup adalah Build, Measure dan
Learn. Tujuan dari Build-
Measure-Learn adalah untuk
8
memberikan fakta yang
dibutuhkan dalam Validated
Learning (Wisnu Dewabroto &
Iveline Anne Marie ,2017) proses
dari Build-Measure-Learn
dijabarkan sebagai tiga tahap
sebagai berikut:
Build
Membuat produk
berdasarkan ide-ide inti yang telah
diuji dengan Validated Learning.
Untuk mempermudah
merumuskan ide dan implementasi
MVP, maka tahap ini penulis
menggunakan Javelin Board.
Gambar. 1 Javelin Board
(Sumber:Wiguna, 2017)
Javelin board terbagi
menjadi dua ruas. Ruas kiri yang
disebut dengan brainstorming, dan
ruas kanan disebut dengan
excecute. Dalam brainstorming
penulis dapat menuliskan beberapa
hipotesis berbeda yang mungkin
terjadi dalam test, sedangkan
dalam excecution dilakukan
eksperimen terhadap hipotesis atas
ide solusi. Berdasarkan tulisan
didalam laman web
techinasia.com (Wijaya, Ketut
Krisna 2015), sebuah web edukasi
dan informasi startup, terdapat 5
langkah :
Menentukan calon konsumen
Langkah pertama yang
dilakukan adalah menentukan
siapa calon konsumen dari produk.
Kumpulkan beberapa calon
konsumen, Kemudian pilih salah
satu yang akan menjadi fokus
segmentasi konsumen dari produk
kamu.
Mengidentifikasi Masalah
Langkah berikutnya adalah
mengidentifikasi masalah yang
ingin dipecahkan. Sama seperti
tahap sebelumnya, pastikan setiap
anggota tim pengembangan untuk
berkontribusi menulis satu
masalah yang ada dipikiran
mereka. Kemudian pilih salah satu
masalah yang akan dieksekusi
berdasarkan keputusan atau voting
seluruh anggota tim.
Riskiest Assumtion
Ditahapan ini seluruh
anggota tim membuat sebuah
asumsi solusi yang benar atas
masalah yang telah diidentifikasi
berdasarkan preferensi,
9
pengalaman tim dan melihat
kondisi sekitar. Asumsi yang benar
nantinya akan menjadi pendukung
apakah ide yang akan
dikembangkan juga benar. Asumsi
ini juga merupakan hal yang bisa
membuat bisnis tidak berjalan.
Pemilihan kalimat asumsi
bisa berupa hal negatif maupun
positif. Misalnya apabila membuat
sebuah aplikasi mobile, asumsi
negatif adalah tidak ada yang
menggunakan aplikasi tersebut.
Sedangkan asumsi positif adalah
banyak orang yang menggunakan
aplikasi tersebut.
Metode pengujian dan
kriteria sukses
Ada tiga pilihan metode
yang bisa digunakan, yaitu
Interview, Pre-Sell, dan
Concierge.Interview merupakan
metode yang mengharuskan
perusahaan melakukan interview
langsung kepada pengguna,
apakah ide yang ditawarkan dapat
menyelesaikan masalah calon
konsumen atau tidak. Pre-Sell
merupakan metode yang mana
perusahaan benar-benar mencoba
menjual sebuah produk walau
produk tersebut belum ada.
Sedangkan Concierge merupakan
metode dimana perusahaan sudah
memiliki produk yang siap
ditawarkan kepada konsumen.
Pada tahap ini, kriteria
sukses dalam melakukan validasi
ide adalah 60% dari responden
menyatakan setuju dan
menunjukkan minatnya dengan ide
yang disampaikan ketika
wawancara. Dalam hal ini, penulis
menggunakan metode Interview
untuk mendapatkan feedback atas
User Experiment bersama Nusa-
Go.
Analisis data dan menentukan
keputusan
Setelah melakukan
eksperimen pertama, maka
perusahaan akan mendapat hasil
dari eksperimen tersebut. Apabila
hasilnya tidak sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan,
maka perusahaan dianjurkan untuk
melakukan pivot dengan
mengubah salah satu dari tiga
hipotesis (konsumen, masalah, dan
asumsi) yang telah ditentukan
sebelumnya.
Perubahan tersebut
diputuskan berdasarkan masukan-
masukan yang telah diperoleh
10
selama melakukan interview
dengan konsumen. Akan tetapi
apabila hasil eksperimen sesuai
dengan kriteria yang telah
ditentukan. Maka bisa masuk ke
tahap eksperimen kedua dengan
menawarkan dan melakukan
validasi solusi berupa prototipe
kepada konsumen.
Dalam tahap Validated
Learning ini,akan membuat
produk perrtama kali produk yang
dibuat berupa Minimum Viable
Product (“MVP”). MVP adalah
produk dalam bentuk minimal
yang hanya memiliki fitur-fitur inti
untuk menguji lebih lanjut ide-ide
mengenai fitur produk yang ada.
Measure
Pengumpulan data atas
reaksi,saran, masukan dan umpan
balik pengguna dari MVP.
Kemudian, pelajari data yang
diperoleh dari kegiatan MVP
dengan tujuan memperoleh
pengetahuan terkait
perkembangan produk MVP.
Untuk pengukuran hasil MVP,
mengukur feedback yang
diperoleh.
Learn
Buat kesimpulan dari hasil
proses Measure apakah produk
berupa fitur-fitur dalam MVP yang
diuji diterima atau tidak. Hasil dari
tahap Learn kemudian digunakan
sebagai dasar untuk melakukan
perbaikan atau perubahan terhadap
produk MVP, strategi atau
meluncurkan produk MVP . Dalam
tahap ini, penulis menggunakan
alat analisis SWOT untuk
memunculkan opsi strategi.
11
HASIL
Fase Build
\ Gambar .2 Validasi Ide menggunakan Javeling Board pada tahap Build (data primer,2020)
12
46%
23%
16%
15%
Infografis Masalah TravelerMasalah Referensi Ittinerarydan Informasi Wisata
Masalah Budgeting andPlanning
Masalah mendapatkan LocalTur terpercaya
Masalah kesiapan tur/lain-lain
Gambar. 3 Infografis Masalah Traveler (Data Primer, 2019)
64%
27%
9%
Kelemahan Nusa-Go
UI/UX
Pemasaran
Jangkauan Layanan
Gambar. 4 Kelemahan Produk (Sumber : data primer, 2020)
Fase Measure
Perbaikan UI/UX60%
Perluasan Jangkauan
Layanan16%
Promosi/Pemasaran24%
Harapan Pengembangan Pengguna
Perbaikan UI/UX
Perluasan Jangkauan Layanan
Promosi/Pemasaran
Gambar.5 Saran Produk (Sumber : data primer, 2020)
13
Fase Learn
Internal
Eksternal
Strength
Weakness
Alur layanan jasa Nusa-Go
terpercaya
Kultur perusahaan terbuka
Pembayaran Digital
Inovasi yang memberikan
kemudahan untuk traveler
Basis teknologi yang
digunakan familiar
bagi target pasar Nusa-Go
UI/UX kurang menarik dan
informative
Pemasaran kurang efektif
Jangkauan wisata kurang luas
Dana terbatas
Opportunity Strategi S-O Strategi W-O
Fitur request trip terbaru
menarik pengguna
Target pasar Nusa-Go
mudah mengenal inovasi
teknologi.
Peningkatan pendapatan
target pasar baru Nusa-Go
dalam jangka panjang (>5
tahun)
Komitmen pemerintah
dalam pengembangan
industry pariwisata
nasional
Kenaikan gengsi
masyarakat dan minat
mereka terhadap traveling.
Mengembangkan sistem request
trip yang dapat mengorganisir,
memberikan jadwal perjalanan
dan rencana biaya dalam satu
alur
Percepatan pengembangan
prototype dan peluncuran produk
MVP
Mengadakan event GiveAway
bersyarat, yang mampu
meningkatkan kekuatan merk.
Melakukan perluasan
jangkauan wisata ke Jawa
Barat dan Jawa Tengah
Membuka kesempatan
kolaborasi pemasaran dengan
buzzer dan local influencer.
Memperbaiki UI/UX lama
tanpa mengubah alur utama
yang sudah dipahami.
Menambah konten
informative dalam aplikasi
Threat Strategi S-T Strategi W-T
Birokrasi
Perizinan yang
berbeda disetiap
daerah
Pengajuan paten
yang tidak mudah
Kenaikan biaya
pemasaran digital
Pendatang baru
dengan dana yang
lebih besar
Daya beli
masyarakat
Penyebaran Virus
Corona di
Indonesia.
Menjaga kekuatan
diferensiasi dan kualitas
layanan
Mempercepat proses
legalisasi bisnis dan Hak
Cipta
Menjaga stabilitas harga
paket trip dengan cara
pemotongan harga dan
mencari vendor yang lebih
murah.
Menjaga kultur
perusahaan agar terus
inovatif dan supportif
Melakukan R&D pada
inovasi yang memudahkan
konsumen bersumber dari
sudut pandang konsumen.
Membuat strategi dan timeline
capaian perkuartal yang lebih
masuk akal.
Lebih sering melakukan
evaluasi dan iterasi proses
pengembangan
Melakukan efisiensi biaya
pemasaran
Membuat Digital arketing Plan
yang lebih efektif.
Terus mencari sumber
pendanaan.
Prosentase laba ditahan lebih
besar daripada prosentase
deviden.
Menyiapkan exit plan untuk
merger atau akuisisi.
Tabel .1 Tabel Analisis Strategi SWOT (data primer,2020)
14
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Setelah melalui proses dalam
framework Build-Measer-Learn,
maka memunculkan opsi-opsi
strategi yang perlu diterapkan oleh
Nusa-Go dalam pengembangan
produknya yang telah disesuaikan
dengan kondisi internal dan
eksternal perusahaannya. Berikut
adalah Opsi Strategi yang perlu
dilaksanakan oleh Nusa-Go : Opsi
Strategi
a. Strategi S-O
Didalam strategi
ini, Nusa-Go
memanfaatkan semua
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
yang ada. Disini, Nusa-Go
harus melakukan
percepatan pengembangan
sistem request trip,
percepatan prototype
UI/UX terbaru, dan
mengadakan event
Giveaway untuk
menaikkan traksi dari
Nusa-Go
b. Strategi S-T
Didalam strategi
ini, Nusa-Go
menggunakan kekuatan
perusahaan untuk
menghadapi ancaman-
ancaman internal dan
eksternal. Didalam strategi
ini, Nusa-Go harus
melakukan percepatan
legal usaha dan Hak Cipta,
serta tetap melanjutkan
pengembangan yang
berdasar pada sudut
pandang konsumen. Juga,
Nusa-Go sebagai aplikator
harus dapat menjaga
stabilitas harga dan
permintaan. Target capaian
dari penerapan strategi ini
adalah stabilitas pengguna
dan kelengkapan legal
yang mampu menambah
daya jual dan valuasi
perusahaan.
c. Strategi W-O
Didalam strategi
ini, Nusa-Go
memanfaatkan peluang
dengan cara mengatasi
kelemahan yang dimiliki.
Terdapat 4 strategi yang
dapat dilakukan Nusa-Go
yakni melakukan perluasan
kemitraan, membuka
15
kerjasama dan kolaborasi
dengan buzzer dan local
influencer, melakukan
perbaikan UI/UX, dan
menambah sebanyak-
banyaknya konten
informative dalam aplikasi
melalui push notification.
d. Strategi W-T
Didalam strategi ini,
Nusa-Go perlu lebih
defensive dan
meminimalisir kerugian
yang mungkin
terjadi.Disini Nusa-Go
memiliki 7 strategi yang
perlu dilakukan, mulai dari
pencarian investasi dan
pendanaan baru,
mengurangi deviden,
mempersiapkan exit plan
(merger atau akuisisi),
menambah jadwal timeline
evaluasi dan iterasi, serta
membuat strategi baru dan
timeline pencapaian yang
lebih masuk akal dengan
mengutamakan kondisi
internal perusahaan.
Berdasarkan penelitian, dapat
disimpulkan bahwa Nusa-Go
memiliki 4 opsi strategi yang dapat
dilakukan dalam 4 kuartal. Dalam
kuartal pertama tahun 2020, Nusa-
Go menerapkan strategi defensive.
Hal ini dikarenakan tantangan
berat yang dialami Nusa-Go, serta
keterbatasan dana yang ada
mengharuskan Nusa-Go harus
lebih efisien dan efektif dalam
melakukan pengembangan dan
pemasaran. Nusa-Go juga harus
menambah pendanaan baru, yang
dapat dilakukan dengan cara
bootstrap, family office, hibah,
atau angel investor.
DAFTAR PUSTAKA
Bekti, Humaira Bintu. (2015). Mahir
Membuat Website dengan Adobe
Dreamweaver CS6, CSS, dan JQuery.
Yogyakarta:ANDI
Chaffrey, Dave. 2015. Digital
Business and E-Commerce
Management Strategy,
Implementation and Practice.
Edinburg. Pearson
David, FR, 2017, Strategic
Management (Manajemen Strategis
Konsep), Edisi 16, Pearson.
Dewobroto, Wisnu & Marie, Iveline
16
Anne. 2017. Pendekatan Lean Startup
pada Desain Produk dan Teknik
Perancangan Fasilitas pada Kondisi
Iklim Bisnis yang Penuh dengan
Ketidakpastian.
Djamal, M.2015.Paradigma
Penelitian Kualitatif. Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Irsan, Muhammad., (2015),
Rancang Bangun Aplikasi Mobile
Notifikasi Berbasis Android Untuk
Mendukung Kinerja Di Instansi
Pemerintahan,Pontianak.
Pontianak.
Kunjungan Wisatawan
Domestik,2018, diakses pada 7
Januari 2020.
https://databoks.katadata.co.id/data
publish/2019/07/03/jumlah-
perjalanan-wisatawan-nusantara-
2018-tumbuh-12
Bruce R (2014) Software
Engineering: A Practitioner's
Approach. : McGraw-Hill
Ries, Eric, 2011, The Lean Startup,
Fletcher & Company, New York.
Siagian, S.P, 2014, Manajemen
Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,
Jakarta.
Wheelen, TL, JD Hunger, Alan NH,
& Charles EB, 2018, Strategic
Management and Business Policy,
Edisi 15, Pearson.
Wiguna, Agun , 2017, Validasi Ide
Bisnis Dengan Javelin Experiment
Board. diakses pada 12 Desember
2019
https://medium.com/@agunwgn/vali
dasi-ide-dengan-javelin-experiment-
board-caa2c5c5f357
Widyono, Shandya Fajar. 2019.
Perancangan User Interface Aplikasi
Travelingyuk berbasis Mobile
Menggunakan Metode Human-
Centered Design. Universitas
Brawijaya. Malang (dalam negeri).
Yuhefizar, Moodoto dan Rahmat
Hidayat. (2009). Cara Mudah
Membangun Website Interaktif
Menggunakan Content Management
System Joomla. Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo