implantasi abnormal

25
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Blastula diselubungi oleh sutu sampai disebut trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan endometrium berada dalam masa sekresi. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel – sel desidua yaitu sel – sel besar yang mengandung banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner cell mass) akan mudah masuk kedalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Itulah sebabnya kadang – kadang pada saat implantasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua (tanda Hartman). Umumnya nidasi terjadi pada depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri. Bila nidasi telah terjadi , dimulailah diferensiasi sel – sel blastula. Sel lebih kecil yang terletak dekat ruang exocoeloma membentuk entoderm dan yolk sac sedangkan sel – sel yang tumbuh besar menjadi entoderm dan membentuk ruang amnion. Maka terbentuklah suatu lempeng embrional (embrional plate) diantara amnion dan yolk sac. 1

Upload: arie-buana

Post on 21-Feb-2016

158 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Implantasi Abnormal

TRANSCRIPT

Page 1: Implantasi Abnormal

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam

endometrium. Blastula diselubungi oleh sutu sampai disebut trofoblas, yang mampu

menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan

endometrium berada dalam masa sekresi. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel –

sel desidua yaitu sel – sel besar yang mengandung banyak glikogen serta mudah dihancurkan

oleh trofoblas. Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner cell mass) akan mudah

masuk kedalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi.

Itulah sebabnya kadang – kadang pada saat implantasi terjadi sedikit perdarahan akibat

luka desidua (tanda Hartman). Umumnya nidasi terjadi pada depan atau belakang rahim (korpus)

dekat fundus uteri. Bila nidasi telah terjadi , dimulailah diferensiasi sel – sel blastula. Sel lebih

kecil yang terletak dekat ruang exocoeloma membentuk entoderm dan yolk sac sedangkan sel –

sel yang tumbuh besar menjadi entoderm dan membentuk ruang amnion. Maka terbentuklah

suatu lempeng embrional (embrional plate) diantara amnion dan yolk sac.

Sel – sel trofoblas mesodermal yang tumbuh disekitar mudigah (embrio) akan melapisi

bagian dalam trofoblas. Maka terbentuklah sekat korionik (chorionik membrane) yang kelak

menjadi korion. Sel- sel trofoblas tumbuh menjadi dua lapisan yaitu sitotrofoblas (sebelah

dalam) dan sinsitio trofoblas (sebelah luar) Villi koriales yang berhubungan dengan desidua

basalis tumbuh bercabang – cabang dan disebut korion krondosum sedangkan yang berhubungan

dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan sehingga akhirnya menghilang disebut

chorion leave.

1

Page 2: Implantasi Abnormal

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :

1.    Apakah yang dimaksud dengan fertilisasi?

2.    Apakah yang dimaksud dengan implantasi?

4.    Apakah yang dimaksud dengan implantasi abnormal dalam rahim?

C. MANFAAT

Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang kesehatan reproduksi dalam hal terkait

masalah implantasi.

2

Page 3: Implantasi Abnormal

BAB II

PEMBAHASAN

A. FERTILISASI

Pengertian

Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani/sperma dengan sel telur di tuba

falopii. Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama/coitus), dengan ejakulasi sperma

dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan mani yang berisi sel–

sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Jika sanggama terjadi dalam sekitar masa ovulasi

(disebut ”masa subur” wanita), maka ada kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi

wanita akan bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi. Untuk

menentukan masa subur, dipakai 3 patokan, yaitu :

1.      Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid yang akan datang

2.      Sperma dapat hidup & membuahi dalam 2-3 hari setelah ejakulasi

3.      Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi

Pertemuan / penyatuan sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut sebagai pembuahan

atau fertilisasi. Dalam keadaan normal in vivo, pembuahan terjadi di daerah tuba falopii

umumnya di daerah ampula / infundibulum. Perkembangan teknologi kini memungkinkan

penatalaksanaan kasus infertilitas (tidak bisa mempunyai anak ) dengan cara mengambil oosit

wanita dan dibuahi dengan sperma pria di luar tubuh, kemudian setelah terbentuk embrio, embrio

tersebut dimasukkan kembali ke dalam rahim untuk pertumbuhan selanjutnya. Teknik ini disebut

sebagai pembuahan in vitro (invitro fertilization – IVF) – dalam istilah awam” bayi tabung”.

3

Page 4: Implantasi Abnormal

Proses Fertilisasi

Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim, masuk ke dalam tuba. Gerakan ini

mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontaksi miometrium dan dinding tuba yang juga terjadi

saat sanggama.

Ovum yang dikeluarkan oleh ovarium, ditangkap oleh fimbrae dengan umbai pada ujung

proksimalnya dan dibawa ke dalam tuba falopii. Ovum yang dikelilingi oleh perivitelina,

diselubungi oleh bahan opak setebal 5–10 μm, yang disebut zona pelusida. Sekali ovum sudah

dikeluarkan, folikel akan mengempis dan berubah menjadi kuning, membentuk korpus luteum.

Sekarang ovum siap dibuahi apabila sperma mencapainya.

Dari 60 – 100 juta sperma yang diejakulasikan ke dalam vagina pada saat ovulasi, beberapa

juta berhasil menerobos saluran heliks di dalam mucus serviks dan mencapai rongga uterus

beberapa ratus sperma dapat melewati pintu masuk tuba falopii yang sempit dan beberapa

diantaranya dapat bertahan hidup sampai mencapai ovum di ujung fimbrae tuba fallopii. Hal ini

disebabkan karena selama beberapa jam, protein plasma dan likoprotein yang berada dalam

cairan mani diluruhkan. Reaksi ini disebut reaksi kapasitasi. Setelah reaksi kapasitasi, sperma

mengalami reaksi akrosom, terjadi setelah sperma dekat dengan oosit. Sel sperma yang telah

4

Page 5: Implantasi Abnormal

menjalani kapasitasi akan terpengaruh oleh zat – zat dari korona radiata ovum, sehingga isi

akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan korona radiata.

Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat melarutkan korona radiata, trypsine – like

agent dan lysine – zone yang dapat melarutkan dan membantu sperma melewati zona pelusida

untuk mencapai ovum. Hanya satu sperma yang memiliki kemampuan untuk membuahi, karena

sperma tersebut memiliki konsentrasi DNA yang tinggi di nukleusnya, dan kaputnya lebih

mudah menembus karena diduga dapat melepaskan hialuronidase. Sekali sebuah spermatozoa

menyentuh zona pelusida, terjadi perlekatan yang kuat dan penembusan yang sangat cepat.

Setelah itu terjadi reaksi khusus di zona pelusida (zone reaction) yang bertujuan mencegah

terjadinya penembusan lagi oleh sperma lainnya. Dengan demikian, sangat jarang sekali terjadi

penembusan zona oleh lebih dari satu sperma.

Pada saat sperma mencapai oosit, terjadi :

1.      Reaksi zona / reaksi kortikal pada selaput zona pelusida

2.      Oosit menyelesaikan pembelahan miosis keduanya, menghasilkan oosit definitif yang

kemudian menjadi pronukleus wanita

3.      Inti sperma membesar membentuk pronukleus pria.

4.      Ekor sel sperma terlepas dan berdegenerasi.

5.      Pronukleus pria dan wanita. Masing – masing haploid, bersatu dan membentuk zygot

yang memiliki jumlah DNA genap / diploid.

Hasil utama pembuahan :

1.      Penggenapan kembali jumlah kromosom dari penggabungan dua paruh haploid dari

ayah dan dari ibu menjadi suatu bakal baru dengan jumlah kromosom diploid.

2.      Penentuan jenis kelamin bakal individu baru, tergantung dari kromosom X atau Y yang

dikandung sperma yang membuahi ovum tersebut.

3.      Permulaan pembelahan dan stadium – stadium pembentukan dan perkembangan embrio

(embriogenesis)

5

Page 6: Implantasi Abnormal

B. IMPLANTASI

Pengertian

Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam

endometrium. Pada akhir minggu pertama ( hari ke 5 sampai ke 7 ) zygot mencapai cavum uteri.

Pada saat itu uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir dibawah pengaruh progesteron dari

korpus luteum yang masih aktif. Sehingga lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya

pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif.

Kontak antara zigot stadium blastokista dengan dinding rahim pada keadaan tersebut akan

mencetuskan berbagai reaksi seluler, sehingga sel – sel trofoblast zigot tersebut akan menempel

dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus ( terjadi implantasi).

Proses Implantasi

1) Dengan masuknya inti spermatozoa ke dalam sitoplasma vitellus membangkitkan

kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan metafase

6

Page 7: Implantasi Abnormal

2) Proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anafase & telofase sehingga

pronukleusnya menjadi haploid

3) Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang

kini haploid dan bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak wanita dan pria

4) Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa terbentuk zigot yang dalam

beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya

5) Seiring dengan pembelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan menuju uterus

6) Hasil pembelahan sel memenuhi Seluruh ruangan dalam ovum yang besarnya 0,1 mm

dan disebut Stadium Morula

7) Selama pembelahan sel dibagian dalam, terjadi pembentukan sel dibagian luar morula

yang kemungkinan berasal dari korona radiata yang menjadi sel trofoblas

8) Sel trofoblas dalam pertumbuhannya mampu mengeluarkan hormon korionik

gonadotropin yang mempertahankan korpus luteum gravidarum

9) Pembelahan berjalan terus dan didalam morula terjadi ruangan yang mengandung cairan

yang disebut blastula

10) Perkembangan dan pertumbuhan berjalan, blastula dengan villi korealisnya yang dilapisi

sel trofoblas telah siap untuk mengadakan nidasi

11) Sementara itu fase sekresi endometrium telah makin banyak yang mengandung glikogen

yang disebut desidua

12) Sel trofoblas yang meliputi primer villi korealis melakukan destruksi enzimatik-

proteoilitik sehingga dapat menanamkan diri dalam endometrium

13) Proses penanaman blastula disebut nidasi atau implantasi terjadi pada hari ke 6 sampai ke

7 setelah konsepsi

14) Pada saat tertanamnya blastula ke dalam endometrium, mungkin terjadi perdarahan yang

disebut tanda Hartman.

Bila nidasi telah terjadi, dimulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel-sel lebih kecil yang

terletak dekat ruang exocoeloma membentuk entoderm dan yolk sac, sedangkan sel-sel yang

lebih besar menjadi entoderm dan membentuk ruang amnion. Maka terbentuklah suatu lempeng

embrional (embrional plate) di antara amnion dan yolk sac.

7

Page 8: Implantasi Abnormal

Sel-sel trofoblas mesodermal yang tumbuh di sekitar mudgah (embrio) akan melapisi

bagian dalam trofoblas. Maka terbentuklah sekat korionik (corionic membrane) yang kelak

menjadi korion. Sel-sel trofoblas tumbuh menjadi 2 lapisan :

1. Sitrofoblas, di sebelah dalam.

2. Sinsitiotrofoblas, di sebelah luar.

Vili koriales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh bercabang-cabang, dan di

sebut corion frondosom. Sedangkan yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang

mendapat makanan sehingga akhirnya menghilang, disebut chorion leave. Dalam peringkat

nidasi trofoblas dihasilkan hormone human chorionic gonadotropin (HCG).

Sintotropoblas dalam merupakan lapisan tunggal sel yang menghasilkan hormon HCG

(human chorionic gonadotropin) memberikan informasi pada korpus luteum bahwa kehamilan

sudah dimulai. Produksi Human Chorionic Gonadotropin meningkat sampai kurang lebih hari

ke-60 kehamilan untuk kemudian turun lagi. HCG mempengaruhi korpus luteum untuk tumbuh

terus, dan menghasilkan terus hormon progesteron, sampai plasenta mampu untuk membuat

progesteron sendiri. HCG dapat ditemukan didalam air kencing wanita yang sedang hamil.

C. IMPLANTASI ABNORMAL

Definisi

Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum uterus.

Implantasi dapat terjadi di tuba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen. Namun,kejadian

kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba falopi(Murria,2002).

Kehamilan etropik terjadi bila telur yang dibuahi berimplatasi dan tumbuh diluar

endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik

karena kehamilan pada pars intertisialis tuba dan kanalis servikalis masih termaksud dalam

uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.

Kehamilan ektopik ialah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan

tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan

ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga banyak dipakai, oleh

karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak

pada tempat yang normal, misalnya kehamilan pada pars interstisialis tuba dan kehamilan pada

serviks uteri.

8

Page 9: Implantasi Abnormal

Kehamilan ektopik adalah implantasi dari pertumbuhan hasil konsepsi diluar

endometrium kavum uteri(Kapita Selekta,2001).

Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi implantasi pada

ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimeter, dan divertikel pada

uterus. Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan pars intersialis tuba,

kehamilan pars ismika tuba, kehamilan pars ampullaris tuba, dan kehamilan infundibulum tuba.

Klasifikasi

Menurut Sarwono Prawirohardjo, lokasinya kehamilan ektopik dapat dibagi dalam

beberapa golongan :

1. Tuba Fallopii

a) Pars-interstisialis

b) Isthmus

c) Ampula

d) Infundibulum

e) Fimbrae

9

Page 10: Implantasi Abnormal

2. Uterus

a) Kanalis servikalis

b) Divertikulum

c) Kornua

d) Tanduk rudimenter

3. Ovarium

4. Intraligamenter

5. Abdominal

a) Primer

b) Sekunder

6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus .

Manifestasi klinik

Pada kehamilan ektopik yang mudah dan tidak terganggu terdapat gejala-gejala seperti

pada kehamilan normal yakni amenorea, enek sampai muntah dan sebagainya.Mungkin rasa

nyeri kiri atau kanan pada perut bagian bawah lebih sering ditemukan berhubung dengan tarikan

pada peritoneum berhubung dengan pembesaran tuba dengan kehamilan ektopik. Uterus juga

membesar dan lembek seperti pada kehamilan intra uteri, pada kehamilan dua bulan mungkin

disamping uterus yang membesar dapat ditemukan tumor yang lembek dan licin, akan tetapi hal

itu disebabkan oleh korpus luteum graviditatis atau suatu tumor ovarium.

Amenorea diikuti oleh perdarahan merupakan gejala yang sering dijumpai pada kehamilan

ektopit.biasa perdarahan tidak banyak tetapi dapat berlangsung cukup lama ,dan darah

berwarnwa hitam.seperti telah dikemukakan jika mudigih mati,desidua dapat dikeluarkan

seluruhnya;ada pemeriksaan histologi pada desidua ini tidak ditemukan villus korialus

Abortus tuba ialah gangguan yang umumnya tidak begitu mendadak,dan dapan memberti

gambaran yang beraneka ragam.timbul perdarahan dari uterus kyang berwarna hitam,dan rasa

nyeri disamping uterus bertambah keras.pemerikssan ditemukan disamping uterus sebuah tumor

nyeri tekan ,agak pendek dan batas-batas yang tidak rata dan jelas,kadang-kadang uterus

10

Page 11: Implantasi Abnormal

termaksud dalam tumor tersebut. kavum dougelasi,menonjol kevagina karena darah

didalamnya,kadang-kadang teraba dengan jelas,hemtokele sebagai tumor agak lembek.satu

gejala yang penting ialah timbul nyeri yang cukup keras apabila serviks uteri digerakan.

Tergantung dari banyaknya darah yang keluar kerongga perut,penderita tampak biasa

zaja.atau tampak anemis.suhu badan agak naik ,tetapi tidak banyak.ditempat adanya

hematosalping perut nyeri pada palpasi,dan kadang-kadang dapat diraba,tumor pada

pemeriksaan tersebut.

Pada ruptur tuba peristiwa terjadi dengan mendadak dan keadaan penderita umumnya lebih

gawat.adanya enemi lebih tampak ,kadang-kadang penderita dalam keadaan syok,dengan suhu

badan menurun,nadi cepat,tekanan darah menurun,dan bagian perifer badan terasa dingin.perut

agak membesar,menunjukan tanda-tanda rangsangan peritoneum dengan rassa nyeri yang keras

pada palpasi.kadang-kadang dapat ditemukan adanya cairan bebas dalam rongga perut.pada

pemeriksaan genekologik uterus tidak dapat diraba dengan jelas karena dinding perut menegang

dan uterus dikelilingi oleh darah.gerakan pada serviks uteri nyeri sekali,dan kavum douglas

terang menonjol.

Manisfestasi klinik pada klien dengan kehamilan ektopik adalah sebagai berikut.

1. Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada umumnya ibu

menunjukan gejala-gejala kehamilan muda dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian

bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal, uterus membesar dan

lembek, walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang

mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada bimanual.

2. Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-bada dari perdarahan banyak yang tiba-

tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang tiadk jelas sehingga sukar dibuat

diagnosisnya.

3. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba

nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intesitas yang kuat disertai dengan

perdarahan yang menyebabkan ibu pingsan dan masuk kedalam syok.

4. Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya amenore

tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat berpriasi.

11

Page 12: Implantasi Abnormal

Etiologi

Sebagian besar penyebab tidak banyak diketahui,kemungkinan faktor yang memegang peran

adalah sebagai berikut:

1. Faktor dalam lumen tuba: endosalfingitis, hipoplasia lumen tuba.

2.Faktor lumen tuba: endometriosis tuba, diventrikel tuba kongenital.

3.Faktor di luar dinding lumen tuba.

4.Faktor lain: migrasi luar ovum, fertilisasi in vitro.

Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (2008) adalah etiologi

kehamilan ektopik sudah banyak disebutkan karena secara patofisiologi mudah dimengerti sesuai

dengan proses awal kehamilan sejak pembuahan sampai nidasi. Bila nidasi terjadi diluar kavum

uteri ataw diluar endomeamilan etrium, maka terjadilah ektopik.Dengan demikian. Fakto-faktor

yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium menjadi

penyebab kehamilan ektopik.

Factor- factor disebutkan adalah sebagai berikut :

a) Factor tuba

Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tubah menyempit atau

buntu.Keadaan uterus yang mengalami hypoplasia dan saluran tubah yang berkelok-kelok

panjang dapat menyebabakan fungsi silia tuba tidak berfungsi dengan baik.juga pada keadaan

pasca operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan predisposisi terjadinya kehamian ektopik.Factor

tuba yang lain adalah adanya kelainan endometriosis tuba atau difertikel saluran tuba yang

bersifat kongenital. Adanya tumor disekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri, atau tumor

ovarium yag menyebabkan perubahan bentuk dan potensi tUba, juga dapat menjadi etiologic

kehamilan ektopik.

b) Faktor abnormalitas dari zigot

Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot akan

tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh disaluran

tubah .

c) Faktor ovarium

Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral,dapat

membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan terjadinya

kehamilan ektopik lebih besar.

12

Page 13: Implantasi Abnormal

d) Faktor hormonal

Pada akseptor, pil kb yang hanya mengandung progesterone dapat menyebabkan

terjadinya kehamilan ektopik.

e) Factor lain.

Termasuk disini antara lain adalah pemakaian IUD dimana proses peradangan yang dapat

timbul pada endometrium dan endosapling dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Faktor umur

penderita yang sudah menuah.Dan factor perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya

kehamilan ektopik.

Patofisiologi

Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri.

Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur

bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh

kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi

interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka

ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan

pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili

khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan

dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu;

tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi

trofoblas.

Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan

tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua (4).

Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nukleus hipertrofi,

hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal

mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan

dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut

sebagai reaksi Arias-Stella.

Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan

secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu

berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degenerative.

13

Page 14: Implantasi Abnormal

Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10

minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh

secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah

Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi

dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak

dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan

akibat dari hal ini yaitu :

a) Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal

(fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla,

darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu

banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.

b) Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari

distensi berlebihan tuba.

c) Faktor abortus ke dalam lumen tuba.

d) Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada

kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan

pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-

kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.

Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan di

kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter kolumner. Pada yang pertama

telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.Perkembangan telur selanjutnya di

batasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telurmati secara dini dan kemudian diresorbsi.

Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan, karena tuba

bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti

dalam uterus.Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10

minggu.

1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi

Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak di

ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum, di anggap

sebagai haid yang datangnya agak terlambat.

2. Abortus ke dalam lumen tuba

14

Page 15: Implantasi Abnormal

Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan menyebabkan

timbulnya perdarahan dalam lumen tuba.Darah itu menyebabkan pembesaran tuba

(hematosalping) dan dapat pula mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul di kavum

Douglasi dan menyebabkan hematokele retrouterina.

3. Ruptur dinding tuba

Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan

muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut.

Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan

muskularis tuba terus ke peritoneum.

Komplikasi

Komplikasi-komplikasi kehamilan tuba yang biasa adalah ruptur tuba atau abortus tuba,

aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba secara mendadak: ruptur

mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplatasi pada pars ismikus tuba yang sempit,

abortus tuba dapat menimbulkan hematokel pelvis, reaksi peradangan lokal dan infeksi sekunder

dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan dengan bekuan darah yang berkumpul.

Penatalaksanaan

1.   Tubektomi

Dalam pembedahan yang disebut tubektomi, kedua saluran tuba falopi yang menghubungkan

ovarium dan rahim (uterus) tersebut dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin atau

dibakar (kauter). Metode lain yang tidak melakukan pemotongan adalah dengan mengikat atau

menjepit saluran tuba falopi (tubal ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat

terjangkau sperma. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum atau lokal

(spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu berupa teleskop khusus yang disebut

laparoskop. Teleskop berupa pipa kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah

sayatan kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan lainnya kemudian

dibuat untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi

kemudian ditutup dengan jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak

menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.

15

Page 16: Implantasi Abnormal

2.   Laparatomi

Laparotomi eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi

longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari

luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.

3.   Laparoskopi

Laparoskop yaitu untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi

superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.

4.   Tranfusi darah

Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan tranfusi, jika terjadi pendarahan

yang berlebihan.

5.   Pemeriksaan laboratorium

Kadar haemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila terganggu.

6.   Dilatasi kuretase

7.   Kuldosintesi

Yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah di dalam kavum douglasi terdapat

darah.

8.   Ultrasonografi

Berguna pada 5-10% kasus bila di temukan kantong gestasi di luar uterus .

16

Page 17: Implantasi Abnormal

BAB III

KESIMPULAN

Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani/sperma dengan sel telur di

tuba falopii.

Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam

endometrium.

Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum uterus.

Implantasi dapat terjadi di tuba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen.

Kehamilan etropik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar

endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan

ektopik karena kehamilan pada pars intertisialis tuba dan kanalis servikalis masih

termaksud dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik.

17

Page 18: Implantasi Abnormal

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary, et al. 2006. Obstetri Williams. Volume 1. Edisi 21. Jakarta: EGC.

Manuaba, 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri dan Ginekologi dan KB.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sadler, TW. 2009. Langman Embriologi Kedokteran Edisi 10. Jakarta : EGC.

Walsh,T.D. 1997. Kapita Selekta Penyakit dan Terapi. Jakarta: EGC Buku Kedokteran

Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi T. 2011. Ilmu Kandungan Ed.3. Jakarta :

Penerbit PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardojo

18