ilmu rijalul hadist dan ilmu hadist
TRANSCRIPT
7`Qur’an Hadist`Ilmu Rijalul Hadist dan ilmu
Hadist
Kelompok 5:
Kartika Dwi Rachmawati
Siti Mutia Nur falah
Wahyu Alikarman
Ilmu Rijalul Hadist Ilmu Rijalul Hadits adalah ilmu yang berkaitan dengan para perawi yang
meriwayatkan hadits-hadist nabi.
Ilmu Rijalul hadis terbagi atas dua ilmu yang besar:
1. Ilmu Tarikhir Ruwah : Ilmu sejarah perawi-perawi hadits.
2. Ilmu jahri wat Ta’dil : Ilmu yang menerangkan adil tidaknya perawi hadits.
* Objek kajiannya adalah seluruh para perawi
Fungsi Rijalul Hadist untuk mengetahui kualitas suatu hadits
Metode pembukuan Rijalul hadist:
1. membahas rawi dalam kitab tertentu, seperti ktab Rijaluhu Shahih Muslim karya Abu Bakr Ibn ‘Ali al-Ashfahani
2. membahas rawi-rawi tsiqah, seperti kitab al-Tsiqaat karya Muhammad Ibn Ahmad Ibn Hibban al-Busti
3. membahas rawi yang diragukan kualitasnya, seperti kitab Mizaan al-I’tidaal karya al-Dzahabi.
Urgensi Ilmu Rijalul Hadist
Kritik terbagi dua: internal dan eksternal.
Rijalul Hadits termasuk kritik eksternal
Rijalul hadits sangat penting karena:
1. menguak data-data para perawi
2. mengetahui pandangan para kritikus terhadap perawi
3. mengetahui keotentikan suatu hadits
Tantangan Yang Dihadapi
Subjektifitas
Banyaknya rawi yang diteliti
Perbedaan metode penilaian
Hal-hal yang dirangkum dalam ilmu Rijalul Hadits
1) Biografi dan penjelasan akan keadaan seorang perawi,
2) Lahir dan wafatnya,
3) Negeri asal mereka,
4) Tarikh permulaan mendengar hadits,
5) Perjalanan ilmiyah untuk mencari hadits,
6) Guru-guru mereka,
7) Perawi lain yang menerima hadits daripadanya, dan lain-lain.
Home
Ilmu Tarikhir Ruwah “ Ilmu yang mengenalkan kepada kita
perawi-perawi hadits dari segi mereka meriwayatkan hadits. Maka ilmu ini menerangkan keadaan-keadaan perawi, hari kelahirannya, kewafatannya, guru-gurunya, masa mulai mendengar hadits dan orang-orang yang meriwayatkan hadits dari padanya, negrinya, tempat kediamannya, perlawatan-perlawatnnya, sejarah kedatangannya ketempat-tempat yang dikunjungi dan segala yang berhubungan dengan urusan hadits”.
Ilmu ini lahir bersama-sama dengan lahirnya periwayatan hadits dalam islam.
• kitab yang paling tua yang menulis sejarah perawi thabaqat demi thabaqat, ialah1. kitab At Thabaqat Al Kubra, karya Muhammad
ibn Sa’ad (168-230 H)2. dan Thabaqatur Ruwah karangan Khalifah ibn
Khayyath Al-ashfari (240H).• Kitab yang paling mengumpulkan biografi
perwai-perawi hadits ialah: Kitab Tahdzieb, karya Al Hafidh ibnu Hajar Al Asqalany (773-853 H). Al Hafidh Abu Muhammad Abdu Ghani ibn Abdul Wahid Al Maqdasi (514-600 H). menyusun sebuah kitab yang dinamakan Al Kamal fi Asmair Rijal. Kemudian kitab itu dibersihkan oleh Al Hafidh Yusuf ibn Abdur Rahman Al Mizzi (654- 742 H). dengan diberi tambahan-tambahan dan ditertibkan menurut huruf abjad, kitabnya dinamakan Tahdzibul Kamal fi Rijal yang selesai disusun pada tahun 712 H.
HOME
TA’RIEF JARHI Wat Ta’dil
Jarah, menurut bahasa lughah bermakna melakukan badan yang karenanya mengalirkan darah.
Menurut istilah ahli hadits.
“Nampak suatu sifat pada perawi yang merusak keadilannya atau mencederakan hafadhannya, karenanya gugurlah riwayatnya dipandang lemah”.
Home
Pengenalan Para Perawi
Pada dasarnya, seseorang perawi dikenali dengan nama asal tetapi adakalanya lebih dikenali dengan kunyah atau nisbahnya. Apabila seorang perawi itu dikenali dengan abu fulan (bapa si fulan) atau ummu fulan (ibu si fulan)maka itu dikatakan kunyah. Kunyah merupakan panggilan yang cukup utuh dalam sistem panggilan masyarakat Arab yang menggambarkan kedudukan seseorang dalam masyarakat.
Begitu juga apabila perawi itu dikaitkan dengan sesuatu bangsa, tempat dan keturunan maka itu dipanggil sebagai nisbah. Di samping itu, ada juga perawi yang diberikan laqab atau gelaran yang melambangkan kedudukannya dalam dunia ilmu seperti al-Imam, al-Hafiz, Syaikh al-Islam dan lain-lain.
Ulama yang menyusun biografi perawi akan memperkenalkan perawi itu dengan namanya, kunyahnya, gelarannya kemudian nisbah kepada negeri. Jika kunyahnya atau gelarannnya lebih terkenal maka itulah yang didahulukan.
Pengenalan seseorang perawi akan lebih jelas lagi dengan dinyatakan bapaknya, datuknya dan juga moyangnya. Salah satu manfaatnya ialah apabila terdapat dua orang atau lebih yang mempunyai kesamaan pada nama perawi dan bapaknya. Perbedaan akan terlihat jelas dengan melihat kepada nama datuk dari perawi tersebut.Adakalanya pula perbedaan pada nama perawi yang sama dengan cara melihat kepada nisbah negeri mereka masing-masing.
Sebagai contoh, misalnya terdapat enam orang yang bernama al-Khalil bin Ahmad. Maka untuk membedakannya ialah dengan melihat kepada nama bapak dari al-Khalil bin Ahmad ini. Jika nama bapaknya sama, maka penisbatan dicari kepada nama datuknya. Jika masih sama pula, maka penisbatan kepada negeri asalnya. Begitulah seterusnya sehingga menjadi jelas perbedaannya diantara enam orang perawi yang mempunyai nama yang sama tersebut. Dalam pengkajian hadis mereka ini dipanggil al-muttafiq wa almuftariq yaitu sama pada nama tetapi berbeda individu.
ILMU HADIST Pengertian
- Menurut bahasa
Hadits (ejaan KBBI: Hadis, Bahasa Arab: ,dengarkan (bantuan·info) الحديثtransliterasi: Al-Hadîts), adalah perkataan dan perbuatan dari Nabi Muhammad SAW.
- Menurut istilah
melaporkan/ mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad SAW.
Struktur Hadist Secara struktur hadits terdiri atas dua
komponen utama yakni sanad/isnad (rantai penutur) dan matan (redaksi).
Sanad
Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad, memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.
Matan
Matan ialah redaksi dari hadits.
Periwayat hadits
Periwayat hadits yang diterima oleh Muslim
Shahih Bukhari, disusun oleh Bukhari (194-256 H).
Shahih Muslim, disusun oleh Muslim (204-262 H).
Sunan Abu Dawud, disusun oleh Abu Dawud (202-275 H).
Sunan at-Turmudzi, disusun oleh At-Turmudzi (209-279 H).
Sunan an-Nasa'i, disusun oleh an-Nasa'i (215-303 H).
Sunan Ibnu Majah, disusun oleh Ibnu Majah (209-273).
Musnad Ahmad, disusun oleh Imam Ahmad bin Hambal (781-855 M).
Muwatta Malik, disusun oleh Imam Malik.
Sunan Darimi, Ad-Darimi.
Pembentukan Hadist
Hadits sebagai kitab berisi berita tentang sabda, perbuatan dan sikap Nabi Muhammad sebagai Rasul. Berita tersebut didapat dari para sahabat pada saat bergaul dengan Nabi. Berita itu selanjutnya disampaikan kepada sahabat lain yang tidak mengetahui berita itu, atau disampaikan kepada murid-muridnya dan diteruskan kepada murid-murid berikutnya lagi hingga sampai kepada pembuku hadits. Itulah pembentukan hadits.