ilmu keperawatan dasar 1

91
Ilmu Keperawatan Dasar KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat, serta penyertaanNya, sehingga makalah Ilmu Keperewatan Dasar I ini dapat kami selesaikan. Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca, khususnya keluarga STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA. kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. maka kami berharap adanya masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya. Palangkaraya, 19 Desember 2010

Upload: elisa-kartika

Post on 28-Oct-2015

261 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

top

TRANSCRIPT

Page 1: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Ilmu Keperawatan Dasar

KATA PENGANTAR

     Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat,

serta penyertaanNya, sehingga makalah Ilmu Keperewatan Dasar I ini dapat kami selesaikan.

     Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa  yang sederhana,

singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca, khususnya keluarga STIKES EKA

HARAP PALANGKARAYA.

     kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan

kekeliruan dalam penulisan makalah ini. maka kami berharap adanya masukan dari berbagai

pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.

     Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan dengan

layak sebagaimana mestinya.

                                                                              Palangkaraya, 19 Desember 2010

                                                        

Page 2: Ilmu Keperawatan Dasar 1

DAFTAR ISI

Halaman judul             ............................................................................        i

Kata pengantar            ............................................................................        ii

Daftar isi                     ............................................................................        iii

BAB I PENDAHULUAN     :

1.1    Latar belakang                 ................................................................       

1.2    Rumusan masalah            ................................................................       

1.3 Tujuan Penulisan               ................................................................       

1.4    Manfaat Penulisan           ................................................................       

1.5 Metode Penulisan             ................................................................       

BAB II PEMBAHASAN      :

2.1 Menerapkan konsep berpikir kritis dalam keperawatan                     .......    

2.2 Menganalisis perkembangan sejarah keperawatan                       .......     

2.3 Menganalisis prinsip – prinsip pendekatan secara

      holistik dalam konteks keperawatan                     .............................      

2.4 Menerapkan prinsip – prinsip legal etis pada pengambilan

      keputusan dalam konteks keperawatan.               ................................

BAB III PENUTUP   :

a.    Kesimpulan     .........................................................................          

b.    Saran               .........................................................................

Daftar pustaka                                               

Page 3: Ilmu Keperawatan Dasar 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Ilmu keperawatan dasar adalah ilmu penting dalam perawatan manusia yang saling

berhubungan. Ilmu Keperawatan dasar adalah ilmu yang mempelajari tentang berbagai macam

model konseptual dalam keperawatan dengan beberapa model dan konsep yang di kemukakan

oleh beberapa tokoh, dan mempelajari juga tentang konsep, tahap, karakteristik, dan tugas

perkembangan serta mempelajari tentang berbagai macam cara dan teori komunikasi dalam

keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah.

D` alam makalah ini kami akan membahas tentang beberapa materi yang ada dalam ilmu

keperawatan dasar, yaitu :

1.2.1 Menerapkan konsep berpikir kritis dalam keperawatan.               

1.2.2 Menganalisis perkembangan sejarah keperawatan.                   

1.2.3 Menganalisis prinsip – prinsip pendekatan secara holistik dalam konteks   keperawatan.

1.2.4 Menerapkan prinsip – prinsip legal etis pada pengambilan keputusan dalam   

         konteks keperawatan.

1.3. Tujuan Penulisan.

1.3.1 Tujuan Umum.

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah agar kita dapat lebih mengetahui tentang

bagaiamana konsep berpikir kritis dalam keperawatan, perkembangan sejarah keperawatan, juga

dapat menganalisis prinsip – prinsip pendekatan holistik dalam konteks keperawatan serta

Page 4: Ilmu Keperawatan Dasar 1

mengerti bagaiamana menerapkan prinsip legal etis pada pengambilan keputusan dalam  konteks

keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus.

Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah agar para mahasiswa keperawatan

mampu menerapkan berbagai konsep berpikir kritis, serta berbagai prinsip pendekatan dan

pengambilan keputusan yang tepat.

1.4. Manfaat Penulisan.

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan para

mahasiswa keperawatan, khususnya keluarga besar STIKES EKA HARAP agar dapat lebih

mengetahui dan mengerti tentang sejarah perkembangan keperawatan serta dapat menerapkan

konsep berpikir kritis, pendekatan holistik, dan dapat menerapkan prinsip legal etis dalam

pengambilan keputusan serta mengerti dan mengaplikasikannya secara baik dan maksimal.

1.5. Metode Penulisan.

Metode penulisan makalah ini menggunakan Metode study kepustakaan. Study kepustakaan

adalah metode dengan cara membaca dan mengumpulkan data – data dari buku.

Page 5: Ilmu Keperawatan Dasar 1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Menerapkan konsep berpikir kritis dalam keperawatan.

2.1.1 Konsep berpikir kritis dalam keperawatan.

a. Pengertian berpikir kritis.

Berpikir kritis adalah proses kognitif yang aktif dan terorganisasi yang digunakan untuk

mengetahui pikiran seseorang dan pemikiran terhadap orang lain (Chaffe, 2002). Berpikir kritis

tidak hanya memerlukan  kemampuan kognitif, tetapi juga kebiasaan sesorang untuk bertanya,

mempunyai hubungan yang baik, jujur, dan selalu mau untuk berpikir jernih tentang suatu

masalah (Facione,1990). Jika diterapkan pada keperawatan, maka inti dari berpikir kritis

menunjukan proses pengambilan keputusan yang klinis yang kompleks. Perawat yang

menerapkan pemikiran kritis dalam bekerja akan fokus terhadap penyelesaian masalah dan

membuat keputusan, serta tidak akan membuat keputusan yang terburu – buru ataupun ceroboh.

b.   Berpikir dalam proses belajar.

Belajar merupakan proses sepanjang hidup. Perkembangan intelektual dan emosional kita

meliputi pembelajaran terhadap pengetahuan baru dan memperbaiki kemampuan kita  untuk

berpikir, menyelesaikan masalah, serta membuat keputusan. Untuk belajar, kita harus bersikap

fleksibel dan selalu terbuka pada semuaa informasi baru. Ilmu keperawatan berkembang sangat

cepat dan akan selalu ada informasi yang baru dapat diterapkan dalam praktik. Makin banyak

pengalaman dan penerapan pengetahuan yang kita pelajari akan membuat kita menjadi lebih baik

dalam membuat asumsi, mengemukakan ide, dan membuat kesimpulan.

c.    Model berpikir kritis.

Page 6: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Komponen pertama dari model pemikiran kritis adalah pengetahuan dasar spesifik perawat.

Pengetahuan ini bervariasi bergantung pada pengalaman pendidik, termasuk pendidikan dasar

keperawatan, khusus pendidikan berkelanjutan, dan kuliah tambahan. Sebagai tambahan

dibutuhkan inisiatif perawat untuk membaca literatur keperawatan sehingga dapat mengikuti

perkembangan terahirdalam ilmu keperawatan. Sebagai perawat pengetahuan dasar anda

meliputi informasi dan teori keperawatan. Perawat mengunakan pengetaahuan dasar mereka

dengan jalan yang berbeda dengan disiplin ilmu kesehatan yang lain karena mereka memikirkan,

masalah klien secara holistic. Sebagai contoh pengetahuan luar seorang perawat akan

memperhatikan segi fisik, psikologi, moral, etik, dan budaya dalam perawat seorang klien.

d.   Berpikir kritis dalam keperawatan.

Sebagai perawat, Anda akan menghadapi berbagai macam situasi klinis yang berhubungan

klien, anggotakeluarga, staf pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Penting untuk berfikir cerdas

dalam setiap situasi. Untuk berfikir cerdas, Anda harus mengembangkan cara berfikir kritisdalam

meghadapisetiap masalah dan pengalaman baru yang menyangkut klien degan cara berfikiran

terbuka, kreatif, percaya diri, dan bijaksana. Jika klien mengeluhkan gejala yang baru, meminta

Anda untuk menenangkan mereka, atau meminta suatu tindakan, maka diperlukan pemikiran

krtitis dan pengambilan keputusan yang tepat, sehingga klien sebisa mungkin mendapatkan

perawatan yang terbaik. Berpikir kritis bukan merupakan hal yang udah atau proses linear yang

dapat dipelajari dalam satu malam, melainkan proses yang harus diperoleh melalui pengalaman,

komitmen, dan rasa ingin tahu yang besar.

2.2 Menganalisis sejarah keperawatan.

2.2.1 Sejarah keperawatan nasional dan international.

a. Perkembangan Keperawatan Di Dunia.

Page 7: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Secara naluriah dapat dikatakan bahwa keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan

manusia yaitu Adam dan Hawa. Keberadaanya tidak pernah di pungkiri. Oleh karena itu

perkembangan keperawatan, termasu keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat di

pisahkan dan sangat di pengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.

b. Perkembangan Keperawatan Di Inggris.

Perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting untuk kita pahami, karena Inggris

melalui Florence Nightingle telah membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan

keperawatan yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain. Florence Nightingle, lahir dari

keluarga kaya dan terhormat pada tahun 1820 di Flronce (Italia). Setahun setelah kelahirannya,

keluarga Florence kembali ke Inggris. Di Inggris Florence mendapatkan pendidikan sekolah

yang baik sehingga ia mampu menguasai bahasa Perancis, Jerman, dan Italia. Pada usia 31 tahun

Florence mengikuti kursus pendidikan perawat di Keiserwerth (Italia) dan Liefdezuster di Paris,

dan setelah pendidikan ia kembali ke Inggris.  Kontribusi Florence Nightingle bagi

perkembangan keperawatan adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting

[ dari asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu terapi

bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal klien dan peran perawat untuk

memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit, mengembangkan suatu standar

okupasi bagi klien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan, menetapkan 2 (dua)

komponen keperawatan, yaitu: kesehatan dan penyakit. Meyakinkan bahwa keperawatan berdiri

sendiri dan berbeda dan berbeda dengan profesi kedokteran dan menekankan kebutuhan

pendidikan berlanjut bagi perawat.

Page 8: Ilmu Keperawatan Dasar 1

c. Perkembangan Sejarah Keperawatan Di Indonesia.

- Zaman  Kuno.

Seperti juga di Negara-negara lainnya keperawatan diserahkan kepada perempuan yang merawat

keluarganya Penyakit dianggap perbuatan setan yaitu dukun, cara pengobatan dengan

menggunakan daun-daunan

-  Zaman penjajahan Belanda.

Pertama, masa sebelum kemerdekaan, pada masa itu negara Indonesia masih dalam penjajahan

Belanda. Perawat Indonesia disebut sbg verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai

penjaga orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang

terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara

Belanda. Orang-orang Belanda datang ke Indonesia pertama kali dengan maksud untuk

berdagang. Dalam usaha perdagangannya itu di bentuklah VOC. Sehubungan dengan adanya staf

dan tentara maka dua usaha kesehatan. Untuk itu didirikanlah rumah sakit yang pertama yang

bernama " Binnen Hospital " didirikan pada tahun 1641 bertempat di Batavia ( sekarang Jakarta)

Tenaga perawatannya diambil dari penduduk pribumi ( Bumi Putera ) yang diberi nama Zieken

oppaser ( penjaga orang sakit) Rumah sakit ini dibawah pengawasan dokter militer.

2.1.2 Keperawatan sebagai profesi.

a. ciri – ciri profesi.

Menurut Shortridge adalah sebagai berikut :

a.    Berorientasi pada pelayanan masyarakat

b.    Pelayanan keperawatan yang diberikan di dasarkan pada ilmu pengetahuan

Page 9: Ilmu Keperawatan Dasar 1

c.    Adanya otonomi

d.   Memiliki kode etik

Menurut prof. Ma’rifin Husin adalah sebagai berikut :

a.    Memberi pelayanan atau asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah ilmu dan

keterampilan serta kode etik keperawatan

b.    Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi sehingga diharapkan mampu untuk

bersikap profesional, mempunyai pengetahuan dan keterampilan profesional, memberi pelayanan

asuhan keperawatan profesional, dan menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan

C. Mengelola ruang lingkup keperawatan berikut sesuai dengan kaidah suatu profesi dalam bidang

keseaahatan, yaitu :

1.    Sistem pelayanan atau asuhan keperawatan.

2.    Pendidikan atau pelatihan keperawatan yang berjenjang dan berlanjut.

3.    Perumusan standar keperawatan ( asuhan keperawatan, pendidikan keperawatn

registrasi/legislasi ).

4.    Melakukan riset keperawatan oleh perawat pelaksana secara terencana dan terarah sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Secara singkat keperawatan sebagai suatu profesi setidaknya harus mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut :

Mempunyai ilmu pengetahuan dan dikembangkan secara terus menerus melalui penelitian

Memiliki standar pendidikan

Pelayanan dan praktek keperawatan

Memiliki otonomi dan organisasi profesi

Mempunyai kode etik profesi

Page 10: Ilmu Keperawatan Dasar 1

2.1.2 Profil Keperawatan Profesional.

Profil keperawatan Profesional adalah gambaran dan penampilan menyeluruh perawat

dalam melakukan aktifitas keperawatan sesuai kode etik keperawatan.

a. Peran pelaksana

dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter, protector dan advocat,

communicator serta rehabilitator.

•     Comforter : perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada klien.

•     Protector dan advocat : kemampuan perawat melindungi dan menjamin agar hak dan kewajiban

klien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

•     Communicator : perawat bertindak sebagai mediator antara klien dengan anggota tim kesehatan

lainnya, berkitan pula dengan keneradaan perawat mendampingi klien sebagai pemberi ashuan

keperawatan selama 24 jam.

b. Peran sebagai pendidik.

perawat berperan mendidik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, serta tenaga

keperawatan atau tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya. Peran ini dapat

berupa penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, kluarga, kelompok atau masyarakat)

maupun bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperwatan, antara sesama perawat atau

tenag kesehatan lain.

c. Peran sebagai pengelola.

berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan/pelayan keperawatan serta

mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan.

Page 11: Ilmu Keperawatan Dasar 1

d. Peran sebagai peneliti.

Berperan dalam mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsif dan metode

penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan

dan pendidikan keperawatan.

2.3 Menganalisis prinsip – prinsip pendekatan secara holistic dalam konteks keperawatan.

2.3.1 Konsep dan teori keperawatan.

a. Teori keperawatan.

Teori keperawatan didefenisikan oleh Steven (1984), sebagai usaha untuk menguraikan dan

menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan (dikutip dari Taylor. C., 1989). Teori

keperawatan beerperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan

untuk mengambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan dan pelayanan

perawatan yang dilakukan. Menurut Newman (1979), ada tiga cara pendekatan dalam

pengembangan dan pembentukan teori keperawatan yaiti meminjam teori-teori dari disiplin ilmu

lain yang relevan dengan tujuan untuk mengintegrasikan teori-teori ini kedalam ilmu

keperawatan, menganalisa situasi praktik keperawatan dalam rangka mencari konsep yang

berkaitan dengan praktik keperawatan,  seerta menciptakan suatu kerangka konsep yang

memungkinkan pengembangan teori keperawatan.Tujuan pengembangan teori keperawatan

adalah menumbuh kembangkan pengetahuan yang diharapkan dapat membantu dan

mengembangkan praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.

b. Karakteristik dasar teori keperawatan.

Page 12: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Meskipun banyak penulis yang membahas teori keperawatan, tulisan Torres (1985) dan Chinn

dan Jacob (1983), secara jelas menegaskan karakteristik dasar teori keperawatan. Menurut

mereka, ada lima karakteristik dasr teori keperawatan yaitu:

       Pertama, teori keperawatan mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan yang

spesifik dari konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konseo sehat-sakit,

keperawatan dan konsep lingkungan.

Kedua, teori keperawatan harus bersifat ilmiah. Artinya teori keperawatan digunakan dengan

alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang logis.

Ketiga, teori keperawatan bersipat sederhana dan umum. Artinya teori keperawatan dapat

digunakan pada masalah yang sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks sesuai

dengan situasi praktik keperawatan.

Keempat, teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan

yang dilakukan melalui penilitian.

Kelima, teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas

praktik keperawatan.

c. Konsep dan teori dalam keperawatan.

Teori keperawatan pada dasarnya terdiri atas empat konsep yang berpengaruh dan

menentukan kualitas praktik keperawatan yaitu konsep manusia, keperawatan, konsep sehat-sakit

dan konsep lingkungan. Meskipun keempat konsep digunakan pada setiap teori keperawatan,

akan tetapi pengertian dan hubungan antara konsep ini berbeda antara teori yang satu dengan

teori yang lain. Berikut ini diuraikan beberapa teori keperawatan.

-       Sister Calista Roy: Model Adaptasi Roy

Page 13: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Pada tahun 1964 model ini banyak di gunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam

pendidikan keperawatan. Model adaptasi roy adalah system model yang esensial dalam

keperawatan. Asumsi dasar model ini adalah:

1.    Individu adalah mahluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan

sehat jika mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan social.

2.    Setiap orang selalu menggunakan koping, baik yang bersifat positif maupun negative untuk

dapat beradaptasi. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu

penyebab utama terjadinya perubahan, kondisi dan situasi yang ada serta keyakinandan

pengalaman dalam beradaptasi.

3.    Setiap individu berespons terhadap kubutuhan fisiologis, kebutuhan akan konsep diri yang

positif, kemampuan untuk hidup mandiri atau kemandirian serta kebutuhan akan kemampuan

melakukan peran  dan fungsi secara optimal untuk memelihara intergritas diri.

4.    Individu selalu berada pada rentang sehat sakit, yang berhubungan erat  dengan keefektifan

koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi.

Menurut roy, respons yang menyebabkan penurunan integritas tubuh menimbulkan adanya

suatu kebutuhan dan menyebabkan individu berespons terhadap kebutuhan tersebut melalui

upaya atau perilaku tertentu. Menurutnya, kebutuhan fisiologis meliputi oksigenisasi dan

sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, makanan , tidur dan istirahat, pengaturan suhu,

hormonal dan fungsi sensoris. Kebutuhan akan konsep diri yang positif berfokus pada persepsi

diri yang meliputi kepribadian, norma, etika dan keyakinan seseorang. Kemandirian lebih di

fokuskan pada kebutuhan dan kemampuan melakukan interaksi social termasuk kebutuhan akan

Page 14: Ilmu Keperawatan Dasar 1

dukungan orang lain. Peran dan fungsi optimal lebih difokuskan pada perilaku individu dalam

menjalankan peran dan fungsi yang diembannya.

Singkatnya, Roy menegaskan bahwa individu adalah mahluk biopsikososial sebagai satu

kesatuan utuh yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan. Individu selalu berinteraksi secara konstan atau selalu beradaftif terhadap perubahan

lingkungan. Roy mengidentifikasi lingkungan sebagai semua yang ada disekeliling kita dan

berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Sehat adalah suatu keadaan atau proses dalam

menjaga integritas diri. Menurutnya, peran perawat adalah membantu pasien beradaptasi

terhadap perubahan yang ada.

-       Teori Martha E. Roger

Teori Roger didasarkan pada pengetahuan tentang asal usul manusia dan alam semesta seperti

antropologi, sosiologi, astronomi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan mitologi. Teori ini

berfokus pada proses kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan seseorang dipengaruhi alam

sebagai lingkungan hidup manusia dan poola pertumbuhan dan perkembangan seseorang.

Asumsi dasar teori roger tentang manusia adalah:

1.    Manusia adalah kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.

2.    Manusia berinteraksi langsung  dengan lingkungan di sekelilingnya.

3.    Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang unik. Jalan hidup seseorang berbeda dengan

orang lain.

4.    Perkembangan manusia dapat di nilai dari tingkah lakunya.

5.    Manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri. Misalnya dalam hal sifat dan

emosi.

Page 15: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Secara singkat disimpulkan bahwa teori Roger berfokus pada manusia sebagai satu kesatuan

yang utuh dalam siklus kehidupannya. Menurutnya, lingkungan adalah segala hal yang berada di

luar diri individu.

-        Teori Dorothy E. Johnson

Dorothy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu

individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efesien untuk mencegah timbulnya

penyakit. Manusia adalah mahluk yang utuh dan terdiri dari dua system yaitu system biologi dan

tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk masyarakat adalah system eksternal yang

berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespons

adaptif baik pisik, mental, emosi, dan social terhadap lingkungan internal dan eksternal dengan

harapan dapat memelihara kesehatannya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu

keseimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang dilakukan ketika ia

sakit.

-       Teori Dorothea E. Orem

Menurut orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang

mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi

kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya. Oleh karena itu teori ini dikenal

sebagai self Care/Self care Defisit. Ada tiga prinsip dalam perawatan diri sendiri atau perawatan 

mandiri.

1.    Perawatan mandiri yang dilakukan bersifat holistic meliputi kebutuhan oksigen, air, makanan,

eliminasi, aktifitas dan istirahat, mencegah trauma serta kebutuhan hidup lainya.

2.    Perawatan mandiri yang dilakukan harus sesuai dengan tumbuh kembangnya manusia.

Page 16: Ilmu Keperawatan Dasar 1

3.    Perawatan mandiri dilakukan karena adanya masalah kesehatan atau penyakit untuk pencegahan

dan peningkatan kesehatan.

Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantungan atau

kebutuhan dan kemampuan pasien. Oleh karena itu terdapat tiga tingkatan dalam asuhan

keperawatan mandiri.

1.    Perawat memberi perawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena

tingkat ketergantungan pasien yang tinggi.

2.    Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam melakukan tindakan keperawatan.

3.    Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat.

-       Model Betty Neuman

Model neuman berfokus pada individu dan respons atau reaksi individu terhadap stress

termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi dan kemampuan adapts pasien. Menurut neuman

asuhan keperawatan dilakukan untuk mencegah atau mengurangi reaksi tubuh akibat adanya

stressor. Peran ini disebut pencegahan penyakit yang terdiri dari pencegahan primer,

sekunder,dan tersier. Pencegahan primer meliputi tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi

adanya stressor, mencegah terjadinya reaksi tubuh karena adanya stressor serta mendukung

koping pasien yang konstruktif. Pencegahan sekunder seperti tindakan keperawatan untuk

mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnya karena adanya

stressor. Sedangkan pencagahan tersier meliputi pengobatan rutin dan teratur serta pencegahan

kerusakan lebih lanjut atau komplikasi dari suatu penyakit.

-       Kerangka Konsep Imogene M King

Page 17: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Kerangka ini di kenal sebagai kerangka system terbuka. Asumsi yang mendasari kerangka ini

adalah:

1.    Asuhan keperawatan berfokus pada manusia termasuk berbagai hal yang mempengaruhi

kesehatan seseorang.

2.    Tujuan asuhan keperawatan adalah kesehatan bagi individu, keloompok dan masyarakat.

3.    Manusia selalu berinteraksi secara konstan terhadap lingkungan.

Menurut King tujuan pemberian asuhan keperawatan dapat tercapai jika perawat dan pasien

saling bekerjasama dalam mengidentifikasi masalah serta menetapkan tujuan bersama yang

hendak dicapai.

-       Teori Myra E Levine

Teori Levine berfokus pada interaksi manusia. Asumsi dasar Teori Levin adalah:

1.    Pasien membutuhhkan pelayanan keperawatan atau kesehatan jika mempunyai masalah

kesehatan.

2.    Perawat bertanggung jawab untuk mengenali respons/reaksi dan perubahan tingkah laku serta

perubahan fungsi tubuh pasien. Respons pasieen terjadi ketika ia mencoba beradaptasi dengan

perubuhan lingkungan atau suatu penyakit. Bentuk respons tersebut dapat bearupa khetakutan,

stress, inflamasi dan respons panca indra.

3.    Fungsi perawat adalah melakukan intervensi keperawatan serta membina hubungan terapeutik.

Intervensi keperawatan bertujuan untuk membantu meningkatkan kesehatan dan mencegah

penyakit serta memperbaiki status kesehatan.

2.3.2 Paradigma keperawatan.

a. Konsep Manusia.

Page 18: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Manusia adalah biopsikososial dan spritual yang utuh, dalm arti merupakan satu kesatuan utuh

dari aspek jasmani dan rohani dan unik karena mempuyai berbagai macam kebutuhan sesuai

dengan tingkat perkembangannya.

Manusia selalu berusaha untuk memahami kebutuhannya melalui berbagai upaya antara lain

dengan selalu belajar dan mengembangkan sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan

potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Pandangan tentang manusia dipengerahi oleh falsafah

dan kebudayaan suatu bangsa. Contoh bangsa rusia terutama penduduk asli dan tradisonal tidak

menganut suatu agama (atheisme ) Sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dan

pratek keperawatan, manusia adalah klien yang dibedakan menjadi individu,keluarga, dan

masyarakat.

b. Individu sebagai klien.

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,

psikologi, sosial, dan spiritual. Peran perawat kepada induvidu sebagai klien, pada dasarnya

memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual

karena adanya kelemahan pisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju

kemandirian pasien.    

c. konsep sehat sakit.

Rentang ini merupakan suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis

dan selalu berubah dalam setiap waktu. Melalui rentang ini dapat diketahui batasan perawat

dalam melakukan praktek keperawatan dengan jelas.

-       Rentang Sehat

Batasan sehat itu dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik,

mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).

Page 19: Ilmu Keperawatan Dasar 1

-       Tahapan Proses Sakit

1)   Tahap gejala

2)   Tahap asumsi terhadap penyakit

3)   Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan

4)   Tahap ketergantungan

5)   Tahap penyembuhan

-       Dampak Sakit

1)   Terjadi perubahan peran pada keluarga

2)   Terjadinya gangguan psikologis

3)   Masalah keuangan

4)   Kesepian akibat perpisahan

5)   Terjadinya perubahan kebiasaan sosial

6)   Terganggunya privasi seseorang

7)   Otonomi

8)   Terjadinya perubahan sosial

-       Perilaku Pada Orang Sakit

1)   Adanya perasaan ketakutan

2)   Menarik diri

3)   Egosentris

4)   Sensitif terhadap persoalan kecil

5)   Reaksi emosional tinggi

6)   Perubahan persepsi

Page 20: Ilmu Keperawatan Dasar 1

d. konsep lingkungan.

Lingkungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daerah ( kawasan dsb) yang

termasuk didalamnya. lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap

perkembangan manusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan

kesehatan. Konsep tentang lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada

lingkungan masyarakat yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial budaya dan spritual.

1)   Lingkungan Fisik yang dimaksud adalah segala bentuk lingkungan secara fisik yang dapat

mempengaruhi perubahan status kesehatan, contohnya adanya daerah-daerah wabah, lingkungan

kotor, pembuangan air limbah, sampah dan lain-lain.  

2)   Lingkungan Psikologis artinya keadaan yang menjdikan terganggunya psikologis seseorang

seperti lingkungan yang kurang aman, yang mengakibatkan kecemasan dan ketakutan akan

bahaya yang ditimbulkan.

3)   Lingkungan Sosial budaya dan spritual dalam hal ini adalah masyarakat luas serta budaya yang

ada juga dapat mempergaruhi status kesehatan seseorang serta adanya kehidupan, spritual juga

mempengaruhi perkembangan seseorang dalam kehidupan beragama serta meningkatkan

keyakinan.

Untuk memahami hubungan lingkungan dengan kesehatan masyarakat (individu, keluarga,

kelompok, dan komunitas) dapat digunakan model segitiga agen-hospes-lingkungan atau agent-

host-enviroment triangel model yang di kemukakan oleh Leavell 1965. ketiga komponen saling

berhubungan dan dapat berpengaruh terhadap status kesehatan penduduk

Model ini dapat digunakan untuk memprediksi atau memperkirakan penyakit atau faktor yang

beresiko tinggi menyebabkan terjadinya masalah kesehatan sehingga membantu perawat

Page 21: Ilmu Keperawatan Dasar 1

meningkatkan kesehatan dam mncegahnya timbul penyakit serta memelihara kesehatan

masyarakat.

-       Model Leavell meliputi : agen, hospes dan lingkungan

1.    Agen adalah suatu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit. Seperti faktor biologi,

kimiawi, fisik, mekanik atau psikologis ( kuman penyakit seperti bakteri, virus, jamur, dan

cacing). Senyawa kimia  yang menyebabkan polusi udara dan air, lingkungan kerja yang

berpontensi menimbulkan kecelakaan kerja, serta stres yang berkepanjangan.

2. Hospes/ Manusia adalah mahluk hidup yaitu manusia, hewan yang dapat terinfeksi atau

dipengaruhi oleh agen. Misalnya balita dan anak usia berisiko tinggi terifeksi cacing

3. Lingkungan adalah faktor eksternal yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan perumahan

kumuh, polusi udara, air dan udara; lingkungan kerja yang tidak nyaman; tingkat sosial ekonomi

yang rendah; pendidikan masyarakat yang rendah; terbatasnya jumlah fasilitas pelayanan

kesehatan; letak fasilitas pelayanan kesehatan yang jauh dari pemukiman penduduk dan

sebagainya.

e. teori System.

sistem secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1)   Sistem sebagai suatu wujud

Apabila bagian-bagian yang terhimpun dalam sistem tersebut membentuk suatu wujud yang

ciri-cirinya dapat dideskripsikan dengan jelas. Sistem wujud dapat di bedakan atas dua macam

yaitu :

a. Sistem sebagai suatu wujud yang konkret

b. Sistem sebagai suatu wujud yang abstrak

2)   Sistem sebagai suatu metode

Page 22: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Apabila bagian-bagian yang terhimpun dalam sistem tersebut membentuk suatu metode yang

dapat digunakan sebagai alat dalam melakukan pekerjaan administrasi.

-       Ciri-ciri sistem

Menurut Elias M. Awad (1979)

Sistem bukanlah sesuatu yang berada diruanghampa melainkan selalu berinteraksi dengan

lingkungan. Bergantung pada pengaruh interaksi dengan lingkungan tersebut sistem di bedakan

atas dua maacam yaitu :

    a.     Sistem bersifat terbuka

    b.     Sistem bersifat tertutup

-       Unsur-unsur sistem

sistem terbentuk atas bagian atau elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi.

1)    Masukan (input)  adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang

diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.

2)    Proses (proces) adalah kumpulan bagian yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk

mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.

3)    Keluaran (output) adalah kumpulan bagian yang dihasilkan dari berlangsungnya proses sistem

4)    Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian yang merupakan keluaran dari sistem

sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.

5)    Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem

6)    Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem, tetapi

mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.

Page 23: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Sebuah sistem merupakan kumpulan dari berbagai komponen. Komponen tersebut saling

berhubungan dan merupakan bagian dari suatu tujuan umum untuk membentuk satu kesatuan.

Ada dua jenis sistem, yaitu terbuka dan tertutup. Sistem terbuka, seperti organ tubuh manusia

atau suatu proses seperti proses keperawatan, interaksi dengan lingkungan, serta perubahan

antara sistem dan lingkungan. Sistem tertutup, seperti reaksi kimia dalam suatu tabung uji tidak

berhubungan dengan lingkungan. Layaknya semua sistem, proses keperawatan mempunyai

tujuan khusus. Tujuan proses keperawatan adalah ubtuk mengatur dan menyampaikan

pendekatan individual kepada asuhan keperawatan.

Sebagai suatu sistem, proses keperawatan mempunyai komponen-komponen, berikut :

1)   Masukan

     masukan dalam proses keperawatan adalah data atau informasi yang berasal dari pengkajian

klien (misalnya bagaimana klien berhubungan dengan lingkungan dan fungsi fisiologis klien).

2)   Hasil

      hasil merupakan produk akhir dari sistem dan dalam hal proses keperawatan adalah dimana

status kesehatan klien mengalami kemajuan atau tetap stabil sebagai hasil asuhan keperawatan.

3)   Umpan balik

Umpan balik berperan untuk memberikan informasi sebuah sistem tentang bagaimana sistem

berfungsi. Sebagai contoh, dalam proses keperawatan hasil menggambarkan respons klien

terhadap intervensi keperawatan.

4)   Isi

Page 24: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Isi adalah produk dan informasi yang berasal dari sistem. Selain itu, penggunaan proses

keperawatan sebagai sampel, isi merupakan informasi tentang pelayanan keperawatan untuk

klien dengan masalah kesehatan tertentu. Sebagai contoh, klien dengan gangguan mobilitas

memerlukan kebutuhan dan intervensi perawatan kulit ( misalnya higienis dan pengaturan

perubahan posisi tubuh) yang dapat mengurangi resiko terjadinya ulkus akibat tekanan.

Beberapa teori keperawatan menggunakan sistem teori sebagai dasar. Sebagai contoh.

Neuman (1995) menggambarkan sebuah model manusia keseluruhan dan pendekatan sistem

terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berhubungan dengan lingkungan. Lingkungan

eksternal maupun internal, dan interaksi manusia terhadap tekanan lingkungan, dapat

mempengaruhi kesejahteraan klien.

f. konsep Berubah.

Banyak definisi pakar tentang berubah , dua diantaranya yaitu :1)   Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan

keadaan sebelumnya (Atkinson,1987)

2)   Berubah merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi

(Brooten,1978)

Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku,

individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya.  Maka

pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna. Hersey

dan Blanchard (1977) menyebutkan dan mendiskusikan empat tingkatan perubahan.

1)   Perubahan pertama dalam pengetahuan cenderung merupakan perubahan yang paling mudah

dibuat karena bisa merupakan akibat dari membaca buku, atau mendengarkan dosen. Sedangkan

perubahan sikap biasanya digerakkan oleh emosi dengan cara yang positif dan atau negatif.

Karenanya perubahan sikap akan lebih sulit dibandingkan dengan perubahan pengetahuan.

Page 25: Ilmu Keperawatan Dasar 1

2)   perilaku individu. Misalnya seorang manajer mungkin saja mengetahui dan mengerti bahwa

keperawatan primer jauh lebih baik dibandingkan beberapa model asuhan keperawatan lainnya,

tetapi tetap tidak menerapkannya dalam perilakunya karena berbagai alasan, misalnya merasa

tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

3)   Perilaku kelompok merupakan tahap yang paling sulit untuk diubah karena melibatkan banyak

orang . Disamping kita harus merubah banyak orang, kita juga harus mencoba mengubah

kebiasaan adat istiadat, dan tradisi juga sangat sulit.

4)   Dari sikap yang mungkin muncul maka perubahan bisa kita tinjau dari dua sudut pandang yaitu

perubahan partisipatif dan perubahan yang diarahkan. Perubahan Partisipatif akan terjadi bila

perubahan berlanjut dari masalah pengetahuan ke perilaku kelompok. Pertama-tama anak buah

diberikan pengetahuan, dengan maksud mereka akan mengembangkan sikap positif pada subjek.

Karena penelitian menduga bahwa orang berperilaku berdasarkan sikap-sikap mereka maka

seorang pemimpin akan menginginkan bahwa hal ini memang benar. Sesudah berprilaku dalam

cara tertentu maka orang-orang ini menjadi guru dan karenanya mempengaruhi orang lain untuk

berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.

-       Respon Terhadap Suatu Perubahan

Faktor-faktor yang akan merangsang penolakan terhadap perubahan misalnya, kebiasaan,

kepuasan akan diri sendiri dan ketakutan yang melibatkan ego. Orang-orang biasanya takut

berubah karena kurangnya pengetahuan, prasangka yang dihubungkan dengan pengalaman dan

paparan dengan orang lain serta ketakutan pada perlunya usaha yang lebih besar untuk

menghadapi kesulitan yang lebih tinggi. Beberapa contoh ketakutan yang mungkin dialami

seseorang dalam suatu perubahan antara lain :

1)    Takut karena tidak tahu

Page 26: Ilmu Keperawatan Dasar 1

2)    Takut karena kehilangan kemampuan, keterampilan atau keahlian yang terkait dengan

pekerjaannya

3)     Takut karena kehilangan kepercayaan / kedudukan

4)    Takut karena kehilangan imbalan

5)    Takut karena kehilangan penghargaan,dukungan dan perhatian orang lain.

-        Perawat Sebagai Pembaharu

Menurut Oslan dalam Kozier (1991) mengatakan perawat sebagai pembaharu harus

menyadari kebutuhan sosial, berorientasi pada masyarakat dan kompeten dalam hubungan

interpersonal. Pembaharu juga perlu memahami sikap dan perilakunya, bagaimana ia menjalin

kerjasama dengan orang lain dan bagaimana perasaannya terhadap perubahan tersebut. Maukseh

dan Miller dalam Kozier menyebutkan karakteristik seorang pembaharu adalah :

1)    Dapat mengatasi/ menaggung resiko. Hal ini berhubungan dengan dampak yang mungkin

muncul akibat perubahan.

2)    Komitmen akan keberhasilan perubahan. Pembaharu harus menyadari dan menilai kefektifannya

3)    Mempunyai pengetahuan yang luas tentang keperawatan termasuk hasil-hasil riset dan data-data

ilmu dasar, menguasai praktik keperawatan dan mempunyai keterampilan teknik dan

interpersonal.

Fungsi pembaharu sangat penting dalam memfasilitasi komunikasi yang efektif dalam proses

berubah, agar efektif seorang pembaharu sebaiknya :

1)    Mudah ditemui oleh mereka yang terlibat dalam proses berubah

2)    Dapat diercaya oleh mereka yang terlibat

3)     Jujur dan tegas dalam menetapkan tujuan, perencanaan dan dalam mengatasi masalah

4)    Selalu melihat tujuan dengan jelas

Page 27: Ilmu Keperawatan Dasar 1

5)    Menetapkan tanggung jawab dari mereka yang terlibat

6)    Menjadi pendengar yang baik

g. Konsep holistik care : caring, holisme, humamise.

- Konsep Holistic CareHolistic merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi

dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Holistik terkait dengan kesejahteraan

(Wellnes).

Untuk mencapai kesejahteraan terdapat lima dimensi yang saling mempengaruhi

yaitu:

1)    fisik,

2)    emosional,

3)    intelektual,

4)    sosial.

5)    dan spiritual.

Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah

kemampuan beradaptasi terhadap stimulus.

-       Perbedaan Konsep Holistic Care Dengan Konsep Ilmiah Lainnya

Pandangan medis ilmiah hanya melihat hal-hal fisik saja dalam penanganan penyakit ataupun

pencegahannya.  Namun pandangan holistik berpendapat bahwa semua aspek fisik, mental,

emosional, dan spiritual berpengaruh terhadap pemeliharaan kesehatan, datangnya penyakit,

maupun dalam upaya penyembuhan dari sakit.

-       Konsep Caring

Sebuah perilaku perawatan yang didasari dari beberapa aspek diantaranya :

1)  Human altruistic (mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan),

Page 28: Ilmu Keperawatan Dasar 1

2)  Menanamkan kepercayaan-harapan,

3)  Mengembangkan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain,

4)  Pengembangan bantuan dan hubungan saling percaya,

5)  Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif dan negatif,

6)  Sistematis dalam metode pemecahan masalah

7)  Pengembangan pendidikan dan pengetahuan interpersonal,

8) Meningkatkan dukungan, perlindungan mental, fisik, sosial budaya dan lingkungan spiritual

9) Senang membantu kebutuhan manusia,

10) Menghargai kekuatan eksistensial-phenomenologikal.

-   Konsep Holisme

Holisme adalah filsafat yang menganggap manusia sebagai suatu kesatuan yang berfungsi dan

bukan gabungan dari beberapa system Pikiran dan tubuh bukan merupakan bagian yang terpisah,

tetapi merupakan satu bagian yang utuh, dan apabila terjadi sesuatu pada salah satunya maka

akan berpengaruh pada keseluruhan.

-       Konsep Humanisme

Humanisme adalah suatu gerakan filosofis yang berfokus pada alam dan hakikat manusia

sebagai individu. Teori humanistik percaya bahwa manusia memiliki potensi diri untuk sehat dan

kreatif, jika kita mau menerima tanggung jawab bagi kehidupan diri kita sendiri. Humanisme

merupakan salah satu gerakan filosofis utama yang melandasi teori-teori mutakhir mengenai

praktik keperawatan

2.3.3 Pelayanan Keperawatan.

Page 29: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi antar individu atau

kelompok, baik secara verbal maupun nonverbal yang dapat menimbulkan respon timbal balik

antara pengirim dengan penerima informasi.

a.     System pelayanan kesehatan menyeluruh

Sistem adalah suatu tatanan yang terdiri dari elemen-elemen atau berbagai komponen yang

terpisah dan mempunyai fungsiyang berbeda tetapi saling berinteraksi,interelasi, interdependensi

dalam upaya mencapai tujuan yang sama berdasarkan kebutuhan dan kepentingan bersama.

b.    Upaya Kesehatan secara menyeluruh.

Sistem mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Komponen atau elemen-elemen didalam sistem saling berhubungan, berinteraksi dan saling

bergantung dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan berdasarkan kebutuhan bersama.

1)    Pengorganisasian komponen didalam sistem bersifat teratur dan memiliki struktur yang diakui

keberadaannya.

2)    Terdapat komunikasi yang berhubungan antara satu komponen lainnya didalam sistem.

3)    Terdapat batasan yang memisahkan sistem dari lingkungan. Batasan ini berfungsi mengatur

pertukaran energi dan informasi yang berlangsung antara sistem dan lingkungannnya.

-       Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan

Dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan dokter, pelayanan keperawatan

dan pelayanan kesehatan masyarakat. Terdapat 3 bentuk pelayanan kesehatan yaitu :

-       Primary health care (pelayanan kesehatan tingkat pertama)

Page 30: Ilmu Keperawatan Dasar 1

1)   Dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki masalah kesehatan yang ringan/masyarakat sehat

sehingga kesehatan optimal dan sejahtera.

2)   Sifat pelayanan kesehatan yaitu berupa pelayanan kesehatan dasar

3)   Puskemas, balai kesehatan.

-        Secondary health care (pelayanan kesehatan tingkat 2)

1)    Untuk klien yang membutuhkan perawatan rawat inap tapi tidak dilaksanakan dipelayanan

kesehatan utama.

2)    Rumah sakit yang tersedia tenaga spesialis

-        Tertiary health care (pelayanan kesehatan tingkat 3)

1)    Tingkat pelayanan Tertinggi

2)    Membutuhkan tenaga ahli/subspesialis dan sebagai tempat rujukan utama seperti RS tipe A atau

B.

c. Upaya Kesehatan Secara MenyeluruhUntuk mendapat gambaran tentang upaya peningkatan kesehatan secara menyeluruh

maka perlu diketahui faktor-faktor dalam masyarakat yang ikut terlibat (lingkup mobilisasi

masyarkat). Lingkup mobilisasi masyarakat terdiri dari 3 komponen utama, yaitu :

1)      Sasaran, yang mencakup individu, keluarga dan masyarakat.

2)      Sarana, yang mencakup tenaga dan dana yang tersedia

3)      Masalah kesehatan, baik yang mampu diatasi sendiri oleh orang yang bersangkutan, mampu

diatasi sebagian maupun yang tidak dapat diatasi sama sekali.

Setelah lingkup mobilisasi masyarakat diketahui maka tugas penyelenggara upaya peningkatan

kesehatan – puskesmas bekerja sama dengan sektor swasta non-kesehatan – antara lain :

Page 31: Ilmu Keperawatan Dasar 1

1)      Mematangkan kondisi dan menstimulasi individu, keluarga, dan masyarakat untuk ikut

berpartisipasi dalam upaya peningkatan kesehatan;

2)      Membentuk dan melatih kader serta menhimpunkan dari berbagai sumber potensial dalam

masyarakat;

3)      Mengatasi masalah kesehatan, melalui pelayan profesional dan bantuan non-medis;

c. Pendekatan Strategi Pembinaan Fungsi Puskesmas

2.5.5.1 Fungsi Puskesmas

(Kepmekes No.128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas)

1)      Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan :

(1)   Berupaya menggerakan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk

oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung

pembangunan kesehatan.

(2)   Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari setiap penyelenggaraan pembangunan

di wilayah kerjanya.

2)      Pusat Pemberdayaan Masyarakat :

(1)   Selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat

termasuk dunia usaha memilki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan

masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan

termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau

pelaksanaan program kesehatan.

Page 32: Ilmu Keperawatan Dasar 1

(2)   Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan

kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

3)  Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama :

c.       Puskemas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, meliputi: Pelayanan Kesehatan Perorangan dan

Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

d. Pelayanan Dan Pengembangan Upaya Kesehatan

Pelayanan dan upaya untuk meningkatkan kesehatan (termasuk layanan kesehatan) harus

dikembangkan secara bersamaan dan mengikuti pola yang telah ditentukan pengembangan

layanan dan upaya kesehatan masyarakat dilakukan melalui rujukan, upaya peningkatan

kesehatan ditingkat puskesmas, dan peningkatan peran serta masyarakat.

e. Unsur Pelayanan Kesahatan  Primer (PHC)

PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran, dan pengalaman dalam perkembanagan kesehatan

dibanyak negara yang diawali dengan kampanye masal pada tahun 1950-an dalam

pemberantasan penyakit menular. Oleh karena itu, timbulah pemikiran untuk

menegemnbangakan konsep upaya dasar kesehatan. Tahun 1977 pada sidang kesehatan dunia

dicetuskan kesepakatan untuk melahirkan  “Health for All by the Year 2000”, yang sasaran

utamanya dalam bidang sosial pada tahun 2000 adalah tercapainya derajat kesehatan yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomi.

f. bentuk pelayanan keperawatan

prof. Dr.Azrul azwar membagi bentuk pelayanan dalam 6 aspek penanganan, yaitu :

Page 33: Ilmu Keperawatan Dasar 1

1)      Jumlah tanaga pelaksana

(1)   Pelayanan keperawatan tunggal yang dilaksanakan oleh perorangan

(2)   pelayanan keparawatan berkelompok yang dilaksanakan secara kelompok

2)      Keahlian tenaga pelaksana

(1)   Pelayanan keperawatan umum yang dilaksanakan oleh perawat umum

(2)   Pelayanan keperwatan spesialis dilaksanakan oleh tenaga keperawatan spesialis

3)      Hubungan pelayanan dengan rumah sakit.

(1)   pelayanan keparawatan di dalam rumah sakit

(2)   pelayanan keparawatan di diluar rumah sakit

4)      Kondisi klien

(1)   Pelayanan keperawatan klien sakit

(2)   Pelayanan keperawatan klien sehat

5)      Jumlah klien

(1)   pelayanan kesehatan individual

(2)   pelayanan kesehatan keluarga

(3)   pelayanan kesehatan kelompok

(4)   pelayanan kesehatan komunitas

6)      Orientasi pelayanan

(1)   pelayanan keperawatan medis

(2)   pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat

g. Komponen pelayanan keperawatan dasar

Page 34: Ilmu Keperawatan Dasar 1

pelayanan keperawatan yang bersifat langsung kepada pasien/ klien disebut asuhan keperawatan.

asuhan keperawatan individu umumnya mencakup komponen dasar untuk membantu

pasien/klien dalam hal berikut ini.

1)      Bernapas secara normal

2)      Makan dan minum

3)      Kebersihan Diri Dan Lingkungan

4)      Menggerakkan dan menjaga kondisi tubuh yang diinginkan dalam berjalan, duduk, dan

berbaring

5)      Tidur dan beristirahat

6)      Memilih pakaian yang cocok, mengenakan pakaian, dan membuka pakaian

7)      Menjaga agar suhu badan normal

8)      Menjaga kebersihan badandan badan terawat dengan baik, dan melindungi kulit.

9)      Mencegah bahaya di sekitar pasien dan mencegah pasien melukai orang lain

10)  Berkomunikasi dengan orang lain

11)  Menjalankan ibadah

12)  Bekerja dengan baik

13)  Melakukan kegiatan yang kreatif

Mengikuti program latihan dan penyuluhan

h. Pelayanan Keperawatan Keluarga

Pengertian            S.G Baillon (1978), Kesehatan keluarga merupakan bentuk perawatan kesehatan masyarakat dengan sasaran keluarga sebagai unit pelayanan keperawatan. Sehat sebagai tujuan dan keperawatan sebagai media, penyalur, atau memberi pelayanan perawatan.i. Pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat

Page 35: Ilmu Keperawatan Dasar 1

1)      Pelayanan kesehatan pada masyarakat dapat berbentuk pelayanan kepada masyarakat umum dan

kelompok-kelompok masyarakat tertentu.

2)      Pelayanan keerawatan tersebut diberikan setelah melalui proses berikut :

(1)   Pertemuan penjajakan kepada pemuka masyarakat agar dicapai kesepakatan tentang ide yang

ditemukan.

(2)   Pengumpulan data pada masyarakat melalui survei dengan menggunakan daftar pertanyaan.

(3)   Analisis data dan perumusan masalah.

(4)   Pembahasan hasil analisis dalam forum lokakarya mini dengan masyarakat, untuk kemudian

ditetapkan prioritas masalah serta penyelesaian.

(5)   Perumusan rencana tindakan penyelesaian masalah bersama dengan wakil masyarakat.

(6)   Pelaksanaan tindakan pemecahan masalah.

(7)   Evaluasi.

(8)   Tindak lanjut.

2.3.4 Proses Keperawatan.2.3.9.1 Pengkajian Keperawatan.

 Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian dilakukan oleh

perawat dalam rangka pengumpulan data klien. Data klien diperlukan sebagai dasar pijakan

dalam melaksanakan proses keperawatan pada tahap berikutnya. data klien diperoleh melalui

wawancara (anamnesa), pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik (laboratorium, foto, dan

sebagainya), informasi/catatan dari tenaga kesehatan lain, dan dari keluarga klien. Hampir

dipastikan bahwa semua data yang didapat tersebut diperoleh melalui proses komunikasi, baik

komunikasi secara langsung (verbal, tertulis) maupun secara tidak langsung (nonverbal ). Pada

tahap ini dapat dikatakan bahwa proses komunikasi berlangsung paling banyak dibanding

komunikasi pada berikutnya.

Page 36: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Banyak hal yang dapat menjadi hambatan klien untuk mengirim/memberikan informasi,

menerima, dan memahami pesan yang diterima klien. Hambatan klien dalam berkomunikasi

yang harus diperhatikan oleh perawat antara lain:

a)   Language deficits

Perawat perlu menentukan bahasa yang dipahami oleh klien dalam berkomunikasi karena

penguasaan bahasa akan sangat mempengaruhi persepsi dan interpretasi klien dalam menerima

pesan secara adekuat.

b)   Sensory deficits

Kemampuan mendengar, melihat, merasa dan membau merupakan faktor penting dalam

komunikasi, sebab pesan komunikasi akan dapat diterima dengan baik apabila kemampuan

sensor klien berfungsi dengan baik. Untuk klien yang mengalami kelemahan mendengar, maka

ada tahapan yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian, yaitu mencari kepastian

medik yang mengindikasikan adanya kelemahan mendengar, memperhatikan apakah klien

menggunakan alat bantu dengar yang masih berfungsi, memperhatikan apakah klien mampu

melihat muka dan bibir kita saat berbicara, dan memperhatikan apakah klien mampu

menggunakan tangannya sebagai bentuk komunikasi non verbal.

c)    Cognitive impairments

Adalah suatu kerusakan yang melemahkan fungsi kognitif dapat mempengaruhi kemampuan

klien dalam mengungkapkan dan memahami bahasa. Dalam mengkaji pada klien yang

mengalami gangguan kognitif ini, perawat dapat menilai apakah klien merespon ketika ditanya,

apakah klien dapat mengucapkan kata atau kalimat dengan benar, apakah klien dapat mengingat

dengan baik, dan sebagainya.

d)   Structural deficits

Page 37: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Adanya gangguan pada struktur tubuh terutama pada struktur yang berhubungan langsung

dengan tempat keluarnya suara, misalnya mulut dan hidung akan dapat mempengaruhi

komunikasi.

e)    Paralysis

Kelemahan yang terjadi pada klien terutama pada ektrenitas atas akan menghambat kemampuan

komunikasi klien baik melalui lisan maupun tulisan. Perawat perlu memperhatikan apakah ada

kemampuan nonverbal klien yang bisa ditunjukkan dalam rangka memberikan informasi pada

perawat.

2.3.7.2  Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data-data yang didapatkan dalam tahap

pengkajian. Perumusan diagnosa keperawatan merupakan hasil penilaan perawat dengan

melibatkan klien, keluarga klien, dan tenaga kesehatan lainnya tentang masalah yang dialami

klien. Proses penentuan masalah klien dengan melibatkan beberapa pihak tersebut adalah upaya

untuk memvalidasi, memperkuat dan menentukan prioritas masalah klien dengan benar.

Penentuan diagnosis tanpa mengkomunikasikan kepada klien dapat berakibat salahnya penilaian

perawat terhadap masalah yang dialami klien. Sikap perawat yang komunikatif dan sikap klien

yang kooperatif merupakan faktor penting dalam diagnosa keperawatan yang tepat.

2.9.3.3  Rencana Keperawatan.

Dalam mengembangkan rencana tindakan keperawatan kepada klien, interaksi dan

komunikasi dengan klien sangatlah penting untuk menentukan pilihan rencana keperawatan yang

akan dilakukan. Misalnya, sebelum perawat memberikan diet makanan bagi klien, perawat perlu

mengetahui makanan pilihan, yang disukai, atau yang alergi bagi klien sehingga tindakan yang

dilakukan menjadi efektif. Rencana tindakan yang dibuat perawat merupakan media komunikasi

Page 38: Ilmu Keperawatan Dasar 1

antar petugas kesehatan sehingga perencanaan yang disusun perawat dinas pagi dapat dievaluasi

atau dilanjutkan oleh perawat dinas sore dan seterusnya. Model komunikasi ini memungkinkan

pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, terukur dan efektif.

2.3.9.4 Tindakan Keperawatan.

Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang sudah ditentukan

sebelumnya. Selama aktifitas pada tahap ini menuntut perawat untuk terampil dalam

berkomunikasi dengan klien. Umumnya ada dua kategori aktifitas perawat dalam berkomunikasi,

yaitu saat mendekati klien untuk membantu memenuhi kebutuhan pisik klien dan ketika klien

mengalami masalah psikologis.

Berikut  adalah tindakan komunikasi pada saat menghampiri klien.

      Menunjukkan muka yang jujur dengan klien. Hal ini penting agar tercipta suasana saling percaya

saat berkomunikasi.

      Mempertahankan kontak mata dengan baik. Kesungguhan dan perhatian perawat dapat dilihat

dari kontak mata saat berkomunikasi dengan klien.

      Fokus kepada klien. Agar komunikasi dapat terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan dalam

melaksanakan tindakan keperawatan.

      Mempertahankan postur yang terbuka. Sikap terbuka dari perawat dapat menumbuhkan

keberanian dan kepercayaan klien dalam mengikuti tindakan keperawatan yang dilaksanakan.

      Aktif mendengarkan eksplorasi perasaan klien sebagai bentuk perhatian, menghargai dan

menghormati klien. Crouch (2002) mengingatkan bahwa manusia mempunyai dua telinga dan

satu mulut. Dalam berkomunikasi dia menyarankan agar tindakan berkomunikasi dilaksanakan

Page 39: Ilmu Keperawatan Dasar 1

dengan perbandingan 2 : 1, lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Sikap ini akan

meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat.

      Relatif rileks saat bersama klien. Sikap terlalu tegang atau terlalu santai juga tidak membawa

pengaruh yang baik dalam hubungan perawat klien.

Pada tahap ini petugas kesehatan (perawat / bidan) juga harus    meningkatkan kemampuan

nonverbalnya dengan “SOLER” yang merupakan singkatan dari:

- S = Sit (duduk) menghadap klien. Postur ini memberi kesan bahwa perawat ada di sana untuk

mendengarkan dan tertarik dengan apa yang sedang dikatakan klien.

- O = Observe (mengamati) suatu postur terbuka (yaitu menahan tangan dan lengan tidak

menyilang). Postur ini menyatakan bahwa perawat adalah “terbuka” terhadap apa yang dikatakan

klien. Suatu yang “tertutup” dapat menghambat klien untuk menyampaikan perasaannya.

2.3.9.5  Evaluasi.

Komunikasi antara perawat dan klien pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi apakah tindakan yang telah dilakukan perawat atau tenaga kesehatan lain membawa pengaruh atau hasil yang positif bagi klien, sebagaimana kriteria hasil yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Evaluasi yang dilaksanakan meliputi aspek kognitif, sikap dan keterampilan yang dapat diungkapkan klien secara verbal maupun nonverbal. Tanpa komunikasi perawat tidak cukup dalam menilai apakah tindakan yang dilakukan berhasil atau tidak. Pada tahap ini juga memberi kesempatan bagi perawat untuk melihat kembali tentang efektifitas rencana tindakan yang telah dilakukan.2.4 Menerapkan prinsip – prinsip legal etis  pada pengambilan keputusan dalam proses keperawatan.2.4.1. Prinsip – prinsip etika keperawatan.

Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam

hubungan dengan orang lain. Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang

baik serta ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang.

Secara umum, terminologi etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi yang

berbeda dengan moral bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis

atau kajian tentang masalah atau dilema tertentu. Moral mendeskripsikan perilaku aktual,

Page 40: Ilmu Keperawatan Dasar 1

kebiasaan dan kepercayaan sekelompok orang atau kelompok tertentu. Etik juga dapat digunakan

untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan

standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah

dideskripsikan sebagai etik perawatan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang

digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang

seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.

2.7.1.  Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan

mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan

membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai

oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang

sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak

kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional

merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan

tentang perawatan dirinya.

2.7.2  Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan

pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan

peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,

terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

2.7.3  Keadilan (Justice)

Page 41: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang

menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek

profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan

keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

2.7.4 Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

2.7.5 moral right

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan

kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien

sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan

kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk

memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya

kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani

perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk

kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya

hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka

memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan

dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

2.4.2. Isue etik dalam keperawatan.Setiap orang menghadapi isu moral yang sama dalam lingkungan perawatan kesehatan. Hal ini

berarti bahwa etika keperawatan adalah istilah yang sah hanya selama sah itu mengacu pada sub

kategori dalam etika kedokteran.

2.8.1 Euthanasia

Page 42: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup

seseorang atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup

seorang pasien, dan ini  untuk kepentingan pasien sendiri. Perkembangan euthanasia tidak

terlepas dari perkembangan konsep tentang kematian.

2.8.1.1    Jenis Euthanasia

Euthanasia bisa ditinjau dari beberapa sudut.Euthanasia dapat dibedakan atas :

1)      Euthanasia pasif

2)     Euthansia aktif

            Di tinjau dari pemerintahan, Euthanasia dapat dibedakan atas :

1)      Euthanasia voluntir (atas permintaan pasien)

2)      Euthanasia ivoluntir (tidak atas permintaan pasien)

2.8.2. Aborsi

Aborsi  didefinsikan sebagai pengeluaran janin atau produk konsepsi secara spontan sebelum

usia kehamilan 24 minggu, yang bisa terjadi keguguran (abortus).  Menurut WHO aborsi

merupakan pengeluaran embrio atau janin yang berat badannya 500 gr atau kurang, yang setara

dengan usia kehamilan 22 minggu.

2.8.1.1  Definisi Aborsi

          Apa Yang Dimaksud Dengan  Pengguguran Kandungan(Aborsi)

Secara medus, aborsi (baik keguguran maupun pengguguran) berarti terhentinya kehamilan yang

terjadi diantara tertanamnya sel telur yang sudah dibuahi dirahim sampaI kehamilan 20 minggu.

Dengan kata lain, keguguran atau pengguguran kandungan adalah keluarnya janin dan rahim

sebelum janin itu mampu hidup mandiri.

Page 43: Ilmu Keperawatan Dasar 1

2.8.1.2. Pengertian Aborsi

         Aborsi/abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan ( oleh akibat-akibat tertentu). Aborsi

adalh suatu kontrovensial dan isu yang memicu emosi yang bias menimbulkan permusuhan

antara ke dua belah pihak.

         Menurut Fak About Abortion, info kit on women’s health oleh institute for social, maret

1991. dalam istilah kesehatan aborsi didefenisikan sebagai penghentian kehamilan setelah

tertanamnta telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fesus)

mencapai 20 minggu.

          Siapa saja yang melakukan pengguguran kandungan berarti telah membuat dosa dan telah

melakukan tindakan criminal yang mewajibkan pembayaran diyat dari janin yang gugur yaitu

seorang budak laki-laki atau perempuan diyat manusia sempurna (10 ekor onta), sebagai mana

telah diterangkan dalam hadis shahih dalam masalah tersebut. Rasullulah SAW bersabda :

‘’Rasullulah SAW memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan Bahni

Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, taitu serang budak laki-laki atau

perempuan’’ (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Huairah RA Abdul Qadim Zallum, 1998).

         Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh

(ja’iz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim belum menjadi janin

karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah (gumpalan darah), sebelum sampai pada

fase penciptaan yang menunjukan cirri-ciri minimal sebagai manusia.

          Aborsi tetap saja menjadi masalah controversial, tidak hanya dari sudut pandang kesehatan

tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi biasanya dilakukan atas imedis yang

berkaitan dengan ancaman keselamatan jiwa atau adanya gangguan kesehatan yang berat pada

Page 44: Ilmu Keperawatan Dasar 1

diri si ibu, misalnya tuberkulosis paru-paru berat, asma, diabetes, gagal ginjal, hipertens, bahkan

biasanya terdapat dikalangan tercandu atau ibu yang terinpeksi virus.

2.8.1.3. Dasar-dasar aborsi

          Aborsi pada dasarnya menghentikan kehamilan sebelum janin mampu hidup mandiri.

Standar aborsi terjadi antara empat sampai dua belas minggu kehamilan, tetapi prosedur ini sah

secara hukum di Amerika Serikat sampai kehamilan dua puluh empat minggu. Memang ada

kasus yang jarang terjadi dimana bayi dapat hidup sejak usia dua puluh minggu kehamilan,

namun sebagian besar diantaranya mendapatkan kerusakan yang permanent dan nyata. Sebagian

besar aborsi terjadi sebelum garis batas dua belas minggu.

          Saat ini di Amerika Serikat terdapat dua pilihan ketika menghadapi aborsi. Secara medis

atau operatif. Operatif adalah cara yang tradisional, dimana seorang dokter melebarkan serviks,

mengeluarkan isinya, dan pasien pulang kerumah. Aborsi medis mengharuskan oasien memakan

beberapa pil, yang akan menyebabkan aborsi spontan atau keguguran.

2.8.1.4. Aborsi Operatif

        Standar aborsi operatif menyangkut melebarkan serviks secara perlahan-lahan dan

menyedot isinya keluar dengan alat seperti vakum. Kita menyebutnya kuretase isap (suction

curettage). Biasanya cara ini memakan waktu sepuluh menit, dan tergantung dimana Anda

berada, bias menggunakan anestesi umum atau local.

        Pertama, dokter melakukan pemeriksaan pelvis untuk menetapkan ukuran dan posisi rahim ,

di mana kedua hal ini , tetapi juga dari minggu ke minggu kehamilan. Dokter kemudian

membersihkan vagina dengan cairanantiseptik untuk mengurangi bakteri.

        Alat pertama yang digunakan dalam aborsi adalah tenakulum, yang kelihatannya seperti

penjepit es kecil. Benda ini menahan serviks untuk tetap berada di tempatnya-ini kedengarannya

Page 45: Ilmu Keperawatan Dasar 1

lebih buruk dari pada yang sebenarnya. Serviks yang tetap diam mengurangi trauma pada

serviks. 

       Setelah dokter menahan serviks, dia akan mulai melebarkannya dengan dilator. Dilator

adalah batang dengan gradasi ukuran yang digunakan untuk membuka serviks secara perlahan-

lahan. Dilator dimasukkan kedalam kanal serviks untuk meregangkannya, agar evakuasi isi

rahim dapat dilakukan. Hal ini dilakukan dengan perlahan-lahan dan lembut. Idenya adalah

untuk menghindari robekan otot atau luka permanent pada serviks.

        Dilator yang pertama dan terkecil berukuran kurang lebih sebesar batang pengsil. Dan yang

terbesar sebesar ibu jari Anda. Dilatasi serviks yang diingkan tergantung pada seberapa besar

kehamilan si pasien. Pada usia 6 minggu, dilatasi akan sangat kecil karena hanya pada sedikit

jaringandan sifatnya tak terbentu. Pada usia 12 minggu, ada lebih banyak struktur dan jaringan,

jadi, biasanya serviks diperbesar 2 kali lipat.

       Setelah memperbesar serviks, dokter memasukan kateter (selang kecil) kedalam rongga

rahim, yang menempel pada alat penyedot. Benda ini membersihkan seluruh isi rahim. Setelah

itu, sendok kuret (alat yang terbuat dari besi, langsing, danmelengkung) dimasukkan untuk

mengerok dengan lembut dinding rahim dan untuk memastikan semua jaringan telah keluar.

       Pasien kemudian di bawa ke ruang penyembuhan, dimana dia beristirahat selama kurang

lebih setengah jam, dan kemudian tim dokter akan memastikan tidak ada pendarahan yang

berlebihan atau nyeri. Setelah aborsi operatif, instruksi saya kepada pasien adalah “Jangan

menaruh apa pun atau siapa punkedalam vagina Anda selama 2 minggu.‘ Serviks biasanya

tertutup rapat, namun setelah aborsi, serviks akan terbuka lebar dan bakteri apapun di vagina bias

masuk. Aktivitas utama yang di kwatirkan dari perspektif medis adalah seks-ejakulasi yang

mungkin membawa bakteri langsung kedalam rahim adalah ide yang sangat buruk.

Page 46: Ilmu Keperawatan Dasar 1

        Karena vagina adalah tempat yang relative kotor, fasilitas aborsi dan/atau ginekolog akan

memberikan anti biotik pencegahan pascaaborsi selama satu sampai tujuh hari.tingkat infeksi

untuk aborsi kurang lebih dua sampai tiga persen, tetapi anda dapat menguranginya sampai

setengah dengan snit biotik.

       Dua minggu setelah aborsi, pasien harus kembali ke ginekolog untuk pemeriksaan ulang

yang akan memastikan bahwa dia tidak masih hamil dan tidak merasakan nyeri atau tanda-tanda

infeksi. Waktu tersebut juga merupakan kesempatan baik untuk mendiskusikan dan

mengevaluasi pilihan kontrasepsi pasien.

           

2.8.1.5. Komplikasi:

             Merupakan kewajiban dokter untuk mengirim semua produk hasil konsepsi (dalam dunia

medis disebut POC kepada ahli potologi untuk mengidentifikasikan jaringan plasenta. Bila ahli

potologi tidak menemukan jaringan plasenta, ini berarti pasiennya 1) tidak hamil; 2) dia masih

hamil disuatu tempat di luar rahim, biasanya di tuba polopii, misalnya pada kehamilan ektopik;

atau 3 dia masih hamil di dalam rahim dan dokternya tidak membersihkannya dengan sempurna.

       Kehamilan ektopik yang tidak diterapi dapat menyebbkan pendarahan internal, syok, atau

kematian. Nyeri yang hebat, pusing, pingsan, atau perut kembung dapat menjadi petunjuk

pertama bahwa komplikasi ini terjadi pada Anda. Namun, sudah menjadi standar praktik bagi

ahli patologi untuk memberi tahu dokter bila tidak ditemukan jaringan plasenta, pada saat pasien

datang ke kamar dokter, mengulangi tes kehamilan, dan melakukan sonogram (USG).

       Aborsi inkomplit (tidak lengkap) adalah komplikasi lain, yang berarti dokter gagal

mengeluarkan semua jaringan di dalam rahim. Ini dapat terjadi karena doktermelakukannya pada

posisi yang empuk tapi salah, karena rahim yang hamil merupakan organ yang lunak dan rapuh.

Page 47: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Tindakan yang tepat tergantung pada ukuran lubang, lokasi, dan saat di mana prosedur itu

berlangsung. Terapinya berkisarantara tidak di apa-apakan sampai operasi reparasi.

       Aborsi yang sangat kasar dengan kuretase yang hebat dapat menyebabkan terbentuknya

jaringan parut di dinding rahim dapat menempel satu sama lain dan menghentikan menstruasi.

Bila Anda melakukan aborsi dan tidak mengalami menstruasi dalam waktu empat sampai enam

minggu, temuilah genekolog Anda. Masalah ini dapat di obati, tetapi semakin cepat didiagnosis

semakin baik. Infeksi setelah aborsi, meskipun jarang, juga dapat menyebabkan terbentuknya

jaringan parut di dalam rahim.

2.8.4. Transplantasi organ

Transplantasi organ adalah jaringan tubuh manusia. Transplantasi organ merupakan tindakan

medis yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat.

2.8.4.1    Jenis-jenis tranplantasi :

1)      Authograft.

2)      Anograft

3)      Isograft

4)      Xenograft

2.8.5. Supporting

Supporting adalah dukungan yang bersifat fisik seperti kedua tangan diatas luka pada

perut sewaktu batuk, dapat juga bersifat psikologis seperti perawat yang mau mendengarkan

pasien secara aktif atau memegang tangan pasien yang sedang sekarat.

2.4.3 prinsip – prinsip legal dalam praktik keperawatanMalpraktik

2.9.1.1    Pengertian

Page 48: Ilmu Keperawatan Dasar 1

1)      Praktik yang tidak benar atau mencelakakan, tindakan medis atau pembedahan yang tidak

trampil atau keliru.

2)      Salah satu bentuk kelalaian dan sering disebut sebagai kelalaian profesional.

3)      Malpraktik dalam keperawatan

Adalah akibat dari pelayanan keperawatan yang dilakukan di bawah standar. Untuk menetapkan

suatu tindakan sebagai malpraktik keperawatan digunakan kriteria

sebagai berikut:

3) (1) Perawat (terdakwa) memiliki kewajiban terhadap klien (penuntut)

3) (2) erawat tidak melaksanakan kewajiban tersebut

3) (3) Klien mengalami cedera, dan

3) (4) Kegagalan perawat dalam melaksanakan kewajibannya menyebabkan cedera.

Cara terbaik bagi perawat untuk menghindari kelalaian adalah dengan:

  Mengikuti standar pelayanan

  Memberikan pelayanan kesehatan yang kompeten

  Berkomunikasi dengan penyelenggara layanan kesehatan lain

Malpraktik adalah ‘kesalahan/kegagalan pelaksanaan professional karena keterampilan yang

tidak memadai dan tidak beralasan, ketaatan terhadap profesi atau hokum, praktik kejahatan,

tindakan melanggar hokum atau tidak bermoral’ (Creighton,1986). Salah satu contoh malpraktik

yang potensial yang terjadi di lingkungan perioperatif adalah melaksanakan praktik yang

melebihi otoritas seseorang. Contohnya adalah pembukaan luka bedah oleh asisten pertama yang

belum mendapat mandate dari institusi.

Page 49: Ilmu Keperawatan Dasar 1

                Strategi yang efektif bagi perawat perioperatif dalam upaya menghindari perkara

malpraktik adalah memberikan perawatan yang aman untuk klien mereka. Kllien tidak dapat

menjadi pengugat, kecuali dan sampai mereka menngalami cedera. Jika perawat telah

melakukan  tindaakn yang beralasan dan cermat, ia tidak akan bertanggung jawab atas cedera

akibat tindakan atau kelalaiannya. Dalam kasus malpraktik tindakan perawat yang kurang

beralasan akan dinilai sebagai bukti yang diperoleh dari saksi ahli, kebijakan dan prosedur

institusi, UU dan aturan administrative, standar asosiasi professional dan literature professional.

Oleh karena itu, strategi kedua untuk mencegah malpraktik adalah mengetahui dan mematuhi

standar keperawatan.

                Perkara hokum malpraktik merupakan risiko yang dapat terjadi dalam berbagai praktik

perawat perioperatif. Risiko ini tidak perlu ditanggapi dengan rasa takut dan cemas, karena hal

ini akan memengaruhi penilaian professional berdasarkan prinsip disiplin lain. Asuhan

keperawatan yang baik bagi klien secara simultan merupakan pelindung perawat yang terbaik

dari perkara hokum malpraktik.

-           Upaya Pencegahan Malpraktik

                Berikut beberapa tips agar terhindar dari tuntutan malpraktik:

1)      Senantiasa berpedoman pada standar pelayanan medic dan standar prosedur professional.

2)      Bekerjalah secara professional, berlandaskan etik dan moral yang tinggi.

3)      Jangan berhenti belajar, selalu tingkatkan ilmu dan keterampilan dalam bidang yang ditekuni.

4)      Tingkatkan rasa kebersamaan, keakraban, dan kekeluargaan, sesame sejawat.

5)      Ikuti peraturan  dan perundang-undangan yang berlaku  terutaam tentang memkesehatn.

-          Penanganan Dugaan Malpraktik

Page 50: Ilmu Keperawatan Dasar 1

                        Dengan terbitnya UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik Kedokteran,

diharapkan bahwa setiap orang yang merasa kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter

dapat mengadukan kasusnya ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)

secara tertulis atau lisan. MKDKI dapat memberikan sanksi disipsilin berupa peringatan tertulis,

rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau Surat Ijin Praktik(SIP). Tujuannya adalah

untuk penegakkan isiplin dokter, yaitu penegakkan aturan-aturan atau ketentuan penerapan

keilmuan dalam hubungannya dengan pasien.

2.9.2. Neglected

Pengabaian adalah kelalaian individu dalam melakukan sesuatu yang sebenarnya dapat dia

lakukan atau melakukan sesuatu yang dihindari orang lain (Creighton,1986). Undang –undang

tentang ngabaian diruang bedah mencakup identifikasi kesalahan terhadap klien atau lokasi yang

dibedah, maka akibat tekanan karena kesalahan dalam member posisi, cedera akibat alat yang

rusak karena kesalahan pemeriksaan, dan tertinggalnya benda asing. Kompetensi yang kurang

dalam penggunaan alat juga dapat diinterpretasikan sebagai pengabaian.

            Kegagalan penggugat memenuhi salah satu elemen untuk menyakinkan hakim, tuntutan

tidak akan berhasil dan tergugat terbebas dari tuduhan. Kasus benda asing yang tertinggal ini

relative mudah dibuktikan dengan kasih perhitungan instrument dan rasa oleh penggugat. Serupa

dengan hal tersebut, kasus kesalahan medikasi lebih bersifat langsung. Ada sedikit silang

pendapat dikalangan perawat mengenai pemberian medikasi yang tepat dengatn dosis dan rute

yang tepat,untuk klien yang tepat. Apabila prosedur pemberian obat ini tidak diikuti dank lien

cedera, relative mudah untuk menetapkan apakah pemberian mediakasi menyebabkan cedara

atau tidak. Luka cedera akibat pemberian posisi juga menjadi kasus yang beresiko menimpa

perawat. Kompleksitas bukti bahwa klien mengalami penderitaan akibat tindakan medis pada

Page 51: Ilmu Keperawatan Dasar 1

awal penanganan dan semuanya berlangsung simultan belum tentu merupakan tanggung jawab

perawat perioperatif sepenuhnya.

            Perawat perioperatif mempunyai tanggung jawab hokum untukl memberikan informasi,

memastikan pemahaman klien tentang informasi tersebut, dan memperoleh persetujuan klien dari

pihak yang melakukan prosedur tersebut.

2.9.3. Pertanggugatan ( mandiri dan limpahan ) dan pertanggujawaban.

Akuntabiliti dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu

keputusan dan belajar dengan keputusan itu  konsekuensi – konsekuensi, perawat hendaknya  

memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak  yang mengugat ia menyatakan siap dan berani 

menghadapinya, terutama yang berkaitan  dengan kegiatan – kegiatan Profesinya Perawat harus

mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan yang dilakukannya, hal ini bisa dijelaskan

dengan mengaju tiga pertayaan berikut :

1. Kepada siapa tanggung gugat itu   ditujukan.

2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat.

3. Dengan kriteria apa saja tanggung gugat perawat diukur dengan baik.(Barbara Kozier,

Fundamental of Nursing 1983 )

PERTANGGUNGJAWABAN

Kata tanggung jawab merujuk pada keinginan untuk melaksanakan kewajiban dan memenuhi

janji. Sebagai perawat, kita bertanggung jawab terhadap tindakan kita. Kita berperan aktif dalam

membentuk praktik kita. Kita harus memiliki kompetensi praktik agar mampu melakukan

tanggung jawab kita dengan baik. 

2.4.4 Dokumentasi Asuhan Keperawatan4.4.1          Tujuan Dokumentasi Keperawatan

Page 52: Ilmu Keperawatan Dasar 1

4.4.1.1 Menghindari kesalahan, tumpang tindih, dan ketidaklengkapan informasi dalam askep.

4.4.1.2             Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama perawat atau pihak lain

melalui komunikasi tulisan.

4.4.1.3             Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tenaga keperawatan.

4.4.1.4           Terjaminnya kualitas askep.

4.4.1.5             Perawat mendapat perlindungan secara hukum.

4.4.1.6           Memberikan data bagi penelitian, penulisan karya ilmiah, dan penyempurnaan

standar askep.

4.4.2             Sistem Dokumentasi

4.4.2.1         Catatan Berorientasi pada Sumber (Source   Oriented  Record )

1)      Pencatatan menurut sistem ini adalah khas untuk setiap profesi  yang memberi kemudahan

dalam menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh. Komponen SOR meliputi:

(1) Lembar penerimaan

(2) Lembar instruksi dokter

(3) Lembar riwayat medik

(4) Catatan perawat

(5) Catatan dan laporan khusus

4.4.2.2         Catatan Berorientasi pada Masalah (Problem Oriented Record)

                   Pada bagian catatan disusun berdasarkan masalah yang terjadi pada klien. Seluruh

data yang didapat dari dr, perawat atau kesehatan lain diintegrasikan menjadi satu bagian. Dari

setiap masalah disusun menjadi  rencana intervensi dan implementasinya. Sistem POR memiliki

4 komponen:

1)  Data dasar

Page 53: Ilmu Keperawatan Dasar 1

2)  Daftar masalah

    (1) Sublist, yaitu dengan membuat subdaftar

    (2) Cross referencing, yaitu mencatat semua masalah secara terpisah dengan menggunakan nomor

urut dan menuliskan nomor masalah klien

4.4.3 Rencana Asuhan Keperawatan

                        Sistem dokumentasi ini berorientasi pada maslah aktif. Rencana asuhan ditulis

oleh tenaga kesehatan yang menyusun daftar masalah, misalnya dr menuliskan instruksi dan

rencana asuhan medik sedangka perawat menuliskan rencana asuhan keperawatan.

Sistem rencana asuhan keperawatan terbagi atas 3 bagian:

4.4.3.1    Diagnostik

4.4.3.2    Terapeutik/usulan terapi

4.4.3.3    Pendidikan klien

4.4.4         Catatan Perkembangan (progress notes)

4.4.4.1 Lembar SOAP dan PIE

            Catatan perkembangan ini berorientasi pada masalah dan disusun oleh anggota tim

kesehatan. Setiap anggota menuliskan setiap perkembangan yang terjadi pada lembaran yang

sama, yaitu lembar SOAP (Subjective and Objective data, Analysis, Planning) atau lembar PIE

(Problem, Intervension, Evaluation).

            S (Data subjektif): data yang didapat dari klien secara langsung.

            O (Data objektif): data yang didapat dari pengamatan dan pemeriksaan.

Page 54: Ilmu Keperawatan Dasar 1

            A (Analisis): didapat berdasarkan data subjektif dan objektif analisis berfungsi untuk

merumuskan kesimpulan mengenai perkembangan kondisi klien, dan mengevaluasi keefektifkan

tindakan yang talah dilakukan

       P (Perencanaan): perawat menuliskan rencana asuhan, mencakup instruksi khusus unutk

mengatasi masalah, mencari data tambahan, dan pendidikan bagi pasien dan keluarga. Rencana

ini mengacu pada rencana sebelumnya

Model catatan perkembangan memiliki keuntungan, antara lain:

1) Berfokus pada klien dan masalahnya

2) Proses pengumpulan data menjadi lebih efisien

3) Evaluasi dan revisi berkesinambungan

4) Asuhan yang berkesinambungan antara berbagai anggota tim kesehatan

5) Meningkatkan komunikasi diantara anggota tim

4.4.4.2         Catatan Berorientasi pada Perkembangan (Progress Oriented Report)

             Bentuk pencatatan ini berorientasi pada perkembangan yang terjadi pada klien. Contoh

bentuk pencatatan yang termasuk kategori ini:

 1) catatan perawat; selama 24 jam mencakup pengkajian,    tindakan keperawatan mandiri,

pendelegasian, evaluasi keberhasilan setiap tindakan keperawatan, tindakan kolaborasi dokter-

perawat, dan kunjungan berbagai anggoata tim kesehatan lain.

2) Lembar alur (Flow Sheet); bentuk format yang mencantumkan angka dan grafik.

3) Catatan pemulangan dan ringkasan rujukan; mencakup masalah kesehatan aktif, pengobatan

terakhir, tindakan yang harus dilanjutkan, pola makan dan istirahat dan asuhan mandiri.

4.4.4.3         Charting by Exception ( CBE )

Page 55: Ilmu Keperawatan Dasar 1

             CBE adalah sistem  dokumentasi yang mencatat hasil atau temuan klinis tertentu secara

naratif, yang tergabung dari tiga komponen:

1) lembar alur, yang berisi kesimpulan atau penjabaran terhadap indikator pengkajian dan

temuan klinis.

2)  dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik keperawatan.

3)  biasanya ditempatkan diujung tempat tidur klien

4.4.4.4         Kardeks dan Rencana Asuhan Keperawatan

             Sistem ini terdiri dari serangkaian kartu yang disimpan pada file induk yang dapat

dipindahkan dengan mudah. Isi kardeks mencakup data demografi, diagnosis medik, instruksi

dokter, rencana askep instruksi keperawatan, jadwal pemeriksaan dan prosedur tindakan.

2.4.5 Perlindungan Hukum dlam praktik keperawatan.Undang – undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para perawat.

PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan

perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga

keperawatan.

Tidak adanya undang-undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara

penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan. Tumpang

tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan beberapa perawat lulusan

pendidikan tingi merasa frustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran, fungsi dan

kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan

ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.

2.11.1 Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktik keperawatan

:

2.11.1.1 UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan

Page 56: Ilmu Keperawatan Dasar 1

Bab II (Tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah

mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.

2.11.1.2 UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan.

UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan tenaga

kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, dokter gigi dan apoteker.

Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan

rendah, termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah

pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidikan

rendah dapat diberikan kewenangan terbatas untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan

langsung. UU ini boleh dikatakan sudah usang karena hanya mengkalasifikasikan tenaga

kesehatan secara dikotomis (tenaga sarjana dan bukan sarjana). UU ini juga tidak mengatur

landasan hukum bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam UU ini juga

belum tercantum berbagai jenis tenaga sarjana keperawatan seperti sekarang ini dan perawat

ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak mempunyai tanggung jawab mandiri karena

harus tergantung pada tenaga kesehatan lainnya.

2.11.1.3 UU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib Kerja Paramedis.

Pada pasal 2, ayat (3) dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan

rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun.

Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa selama bekerja pada pemerintah, tenaga kesehatan yang

dimaksud pada pasaal 2 memiliki kedudukan sebagai pegawai negeri sehingga peraturan-

peraturan pegawai negeri juga diberlakukan terhadapnya.

UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan kemampuan pemerintah dalam

mengangkat pegawai negeri. Penatalaksanaan wajib kerja juga tidak jelas dalam UU tersebut

Page 57: Ilmu Keperawatan Dasar 1

sebagai contoh bagaimana sistem rekruitmen calon peserta wajib kerja, apa sangsinya bila

seseorang tidak menjalankan wajib kerja dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan bahwa dalam

UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan

akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh

dari kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.

2.11.1.4 SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979

Membedakan paramedis menjadi dua golongan yaitu paramedis keperawatan (temasuk

bidan) dan paramedis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat disini

bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk katagori tenaga keperawatan.

2.11.1.5 Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980

Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawaan

dan bidan. Bidan seperti halnya dokter, diijinkan mengadakan praktik swasta, sedangkan tenaga

keperawatan secara resmi tidak diijinkan. Dokter dapat membuka praktik swasta untuk

mengobati orang sakit dan bidang dapat menolong persalinan dan pelayanan KB. Peraturan ini

boleh dikatakan kurang relevan atau adil bagi profesi keperawatan. Kita ketahui negara lain

perawat diijinkan membuka praktik swasta. Dalam bidang kuratif banyak perawat harus

menggatikan atau mengisi kekurangan tenaga dokter untuk menegakkan penyakit dan mengobati

terutama dipuskesmas-puskesma tetapi secara hukum hal tersebut tidak dilindungi terutama bagi

perawat yang memperpanjang pelayanan di rumah. Bila memang secara resmi tidak diakui, maka

seyogyanya perawat harus dibebaskan dari pelayanan kuratif atau pengobatan utnuk benar-benar

melakukan nursing care.

Page 58: Ilmu Keperawatan Dasar 1

2.11.1.6 SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/1986,

tanggal 4 November 1986, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan sistem

kredit point.

Dalam sisitem ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau naik

pangkatnya setiap dua tahun bila memenuhi angka kredit tertentu.

Dalam SK ini, tenaga keperawatan yang dimaksud adalah : Penyenang Kesehatan, yang

sudah mencapai golingan II/a, Pengatur Rawat/Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III

Keperawatan dan Sarjana/S1 Keperawatan.

Sistem ini menguntungkan perawat, karena dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung

kepada pangkat/golongan atasannya

2.11.1.7 UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992,

merupakan UU yang banyak memberi kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik

keperawatan profesional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak

pasien, kewenangan,maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.

Beberapa pernyataaan UU Kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan

pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah :

1)   Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien

ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

2)   Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau

melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenangannya

Pasal 53 ayat 4 menyatakan tentang hak untuk mendapat perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan.

-          Nursing advocacy

Page 59: Ilmu Keperawatan Dasar 1

-          Pengambilan keputusan Legal Etis

BAB III

PENUTUP

2.    Kesimpulan.

Ilmu keperawatan dasar adalah merupakan suatu kualifikasi yang dimiliki oleh seorang

perawat. Karena, dengan menguasai ilmu keperawatan dasar, kita dapat mengetahui bagaimana

dalam menentukan sikap sesuai dengan situasi yang terjadi.

            Kita juga bisa mengetahui bagaimana tingkat perkembangan  yang terjadi pada bayi, anak

– anak, remaja, dewasa, dan lansia serta cara – cara komunikasi yang bersifat terapeutik dan

holistik.

3.    Saran.

Seorang mahasiswa dan mahasiswi keperawatan hendaknya dapat mengerti   dan menguasai

cara – cara berkomunikasi dan berbagai model konseptual dalam keperawatan serta mengerti

tingkat perkembangan komunikasi pada klien agar dalam penanganan dan pelayanannya tidak

dianggap terjadi Neglegted.

Page 60: Ilmu Keperawatan Dasar 1

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Aziz Alimul. (2006).Kebutuhan Dasar Manusia Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A.Aziz Alimul. (2006).Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2008).Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Arwani. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: Agung Seto.

Tamsuri, Anas. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Ellis, Roger B. (2000). Komunikasi Interpersonal Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Nasir, Abdul. (2009). Komunikasi Dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi. Salemba Medika.

 

Page 61: Ilmu Keperawatan Dasar 1